Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara merupakan atmosfer yang mengelilingi bumi. Udara

merupakan salah satu sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di dunia

karena udara mengandung beberapa unsur gas yang diperlukan bagi

kelangsungan hidup organisme.

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,

kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan

kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, mengganggu estetika dan

kenyamanan serta merusak properti. Pencemaran udara adalah suatu kondisi

di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik

yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh

manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga

daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di

atas batas kewajaran. Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan

dan Lingkugan Hidup No. KEP 03 / MENKLH/ II / 1991 yang dimaksud

dengan pencemaran udara ialah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau

proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

1
menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukkannya.

Indonesia termasuk salah satu dari 10 negara di dunia yang

merupakan negara dengan tingkat polusi yang tinggi. Menurut data World

Resource Institute (WRI) Indonesia berada pada posisi ke-9 dari 10 negara

dengan kadar CO2 tertinggi di dunia setelah China, Amerika Serikat, Uni

Eropa, India, Rusia, Jepang, Inggris dan Brazil.

Menurut penelitian dari Universitas Indonesia, hampir 60% pasien di

rumah sakit Jakarta menderita penyakit yang disebabkan oleh polusi udara.

Dari keseluruhan pasien di rumah sakit Jakarta, sekitar 1,2 juta atau 12,6% di

antaranya memiliki keluhan asma atau bronkitis. Kasus penyakit bronchitis

kronis akibat polusi udara di Indonesia mencapai 34.000kasus/ tahun,

penyakit bronchitis pada anak 326.000 kasus/ tahun serta penyakit asma

mencapai 89.000 kasus/ tahun. Kasus penyakit darah tinggi yang diakibatkan

polusi udara mencapai 62.000 kasus/tahun. Bank Dunia menempatkan

Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi

setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.

Dari semua penyebab polusi, emisi gas buang dari asap kendaraan

bermotor merupakan penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia

yakni sekitar 85% selain kebakaran hutan dan industri menurut Pengkajian

Ozon dan Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(Lapan). Di DKI Jakarta, kontribusi bahan pencemar dari kendaraan bermotor

ke udara adalah sekitar 70 %. Jawa Barat menduduki peringkat polusi udara

2
tertinggi di Indonesia. Hal tersebut diakibatkan karena meningkatnya jumlah

pengguna kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat

berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan

manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb),

oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan

oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100%

timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon,

34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara. Selain

penggunaan kendaraan bermotor yang berlebihan, hal tersebut juga

diakibatkan perawatan kendaraan yang tidak memadai, pemakaian bahan

bakar yang buruk, biasanya memiliki kadar timbal yang tinggi.

Mengingat sektor otomotif sering diklaim menjadi penyumbang

utama memburuknya kualitas udara, sementara di sisi lain sektor otomotif

juga menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi nasional khususnya

dari sektor konsumsimasyarakat. Terlebih di tahun 2012 berdasarkan data

Gaikindo, pasar mobil baru saja mencetak rekor penjualan unit mobil hingga

1 juta unit, tertinggi dalam sepanjang sejarah industri otomotif nasional.

Selama 10 tahun terakhir tren penjualan kendaraan bermotor khususnya

mobil memang terus meningkat secara signifikan. Jika tahun 2003 penjualan

mobil masih di kisaran 354 ribu unit kendaraan, tahun 2011 angka penjualan

sudah melonjak hingga 813 ribu unit kendaraan. Sempat terjadi sedikit

fluktuasi tahun 2006 dan 2009 seiring dengan badai krisis ekonomi yang

3
melanda dunia. Dari sisi domestik fluktuasi tersebut berbarengan dengan

kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.

Pencapaian prestasi penjualan 1 juta unit mobil tentu patut mendapat

apresiasi tersendiri, mengingat beratnya tantangan dan hambatan yang

menghadang di tahun 2012 mulai dari wacana kenaikan harga BBM

bersubsidi, kenaikan uang muka kredit kendaraan serta permasalahan buruh

yang tak kunjung mereda. Keberhasilan tersebut sekaligus mengindikasikan

100% pulihnya daya beli masyarakat yang sempat terpuruk akibat krisis

ekonomi. Menggeliatnya pasar otomotif memang memberi dampak

signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Sayangnya kenaikan laju

sektor otomotif masih belum seimbang dengan ketersediaan jalan, pengaturan

perparkiran serta penyediaan transportasi publik. Beberapa proyek

transportasi umum memang tengah disiapkan meskipun masih terkendala

baik oleh permasalahan birokrasi maupun teknis. Akibatnya sebagaimana

telah disampaikan, kualitas udara di beberapa kota-kota besar di Indonesia

terus memburuk. Banyak kerugian yang ditimbulkan oleh terlepasnya

berbagai zat beracun dalam kendaraan bermotor. Berdasarkan hal yang

telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari, memahami

dan meneliti secara lebih dalam mengenai bentuk peran serta kendaraan

bermotor di kota Semarang dalam menyumbangkan kadar polusi udara dan

bentuk penegakkan hukum sebagai upaya untuk mencegah polusi udara yang

disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Selanjutnya penulis

menyusunnya dalam bentuk penulisan hukum yang berjudul :

4
Implementasi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun

2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti agar menjadi lebih jelas dan penulisan penelitian

hukum mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu disusun rumusan

masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Berapa nilai hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor pada Pengujian

Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

2. Apakah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun

2006 sudah diterapkan di Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas

Perhubungan Kota Semarang dan apa sanksi yang diberlakukan bagi yang

melanggar?

3. Apa masalah yang muncul dalam pengujian emisi kendaraan bermotor

pada Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan oleh penulis agar dapat menyajikan data

yang akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan

masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka penulisan mempunyai tujuan

sebagai berikut:

5
1. Untuk mengetahui hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor pada

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui dan memahami apakah Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2006 sudah diterapkan di Pengujian

Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang dan sanksi apa

yang diberikan bagi pelanggar aturan tersebut.

3. Untuk mengetahui dan memahami masalah yang muncul dalam pengujian

emisi gas buang kendaraan bermotor pada Pengujian Kendaraan

Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dalam kegiatan penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis maupun para pembaca. Adapun manfaat yang

diharapkan penulis diperoleh dari penulisan hukum ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memperoleh ilmu pengetahuan mengenai bahaya

kandungan emisi gas buang kendaraan bermotor bagi kesehatan kita dan

bagaimana pelaksanaan hukum Indonesia khususnya di kota Semarang

dalam rangka mencegah dan menanggulangi polusi udara akibat emisi gas

buang kendaraan bermotor.

6
2. Manfaat Praktis

Melalui penulisan ini diharapkan masyarakat dapat berperan serta ikut

membantu dalam melaksanakan Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang ambang batas emisi gas buang

kendaraan bermotor.

E. Kerangka Pemikiran.

Tingginya tingkat polusi udara di kota Semarang menuntut pemerintah

beserta instansi terkait untuk menegakkan aturan-aturan hukum guna

mencegah kadar polusi semakin parah, karena akan berdampak terhadap

beberapa sektor.

Berikut ini adalah beberapa dampak yang disebabkan oleh pencemaran udara:

1. Dampak kesehatan.

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh

melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh

bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat

tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran

kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar

diserap oleh sistem peredaran darah Dampak kesehatan yang paling umum

dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di

antaranya, asma, bronkitis dan gangguan pernapasan lainnya. Terutama

pada kesehatan anak-anak, kandungan timbal yang berlebih dapat

menghambat produksi sel-sel darah merah sehingga terjadi anemia. Selain

7
itu zat-zat beracun hasil dari pencemaran udara dapat mengurangi

kemampuan berfikir anak, tingkat IQ rendah dan pertumbuhan fisik yang

terganggu. Dapat kita bayangkan begitu banyaknya anak-anak kecil dan

orang tua yang biasanya berkeliling di jalanan untuk berjualan, berapakah

jumlah gas beracun yang dihirup setiap harinya? Amankah bagi mereka

untuk berjualan berkeliling di jalan raya? Apakah hasil dari berjualan

tersebut sepadan dengan kesehatan yang mereka korbankan?

2. Dampak terhadap tanaman.

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi

dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis,

nekrosis,bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman

dapat menghambat proses fotosintesis, merusak estetika, mengganggu

kenyamanan, merusak gedung, kantor dan perumahan.

3. Hujan asam.

PH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar

udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam

dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:

a. Mempengaruhi kualitas air permukaan.

b. Merusak tanaman.

c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga

mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan.

8
4. Efek rumah kaca.

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon,

dan N2O di lapisan udara kita, sebenarnya zat-zat ini ada di lapisan udara

menguntungkan, yaitu untuk menghalagi pemantulan panas dari bumi ke

luar angkasa, karena panas terhalangi maka udara di bumi siangnya tidak

terlalu panas dan malam nya tidak terlalu dingin, menguntungkan jika

keberadaannya di udara dengan jumlah sedikit, tapi fakta nya hari ini

jumlah CO2,CFC,N2O di udara sangat banyak dikarenakan gaya hidup

manusia di dunia serba canggih daan serba menggunakan bahan bakar

minyak, karena jumlahnya yang begitu banyak maka jumlah energi

matahari yang masuk ke bumi hanya sedikit yang di pantulkan kembali ke

luar angkasa akibatnya suhu bumi naik, kalu kita analogikan jumlah sinar

matahari yang masuk 100 maka yang di pantulkan cuma 30, 70 nya lagi

tetap berada di bumi. Suhu bumi yang naik ini lah yang di sebut dengan

fenomena global warming (pemanasan global). Dampak dari pemanasan

global adalah:

a. Pencairan es di kutub.

b. Naiknya permukaan air laut.

c. Perubahan iklim regional dan global.

d. Perubahan siklus hidup flora dan fauna.

e. Tenggelamnya kota-kota di tepi laut.

9
5. Kerusakan lapisan ozon

lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan

pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultra violet B dari

matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi

secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan

bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon

lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada

lapisan ozon.Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari

tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada

tanaman.

Emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang

polusi udara yang tinggi di kota Semarang, mengingat perkembangan jumlah

kendaraan bermotor di kota Semarang meningkat setiap tahunnya. Undang-

Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan salah

satunya berisi tentang Pengujian Kendaraan Bermotor sebagai upaya untuk

menekan masalah tersebut. Yaitu supaya kendaraan bermotor wajib uji yang

beroperasi di jalan raya di lakukan pengujian terhadap kadar emisi agar

tingkat polusi udara di kota Semarang tidak semakin parah. Untuk

mendukung aturan tersebut diterbitkan Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam

pengujian kadar emisi kendaraan bermotor yang diwajibkan untuk uji.

Didukung juga oleh Peraturan Daerah yang membahas tentang Pengujian

10
Kendaraan Bermotor di Kota Semarang sebagai upaya agar kendaraan

bermotor wajib uji yang beroperasi di jalan berada dalam kondisi

mengeluarkan kadar emisi gas buang yang tidak melebihi ambang batas.

Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Semarang dan

Polrestabes Semarang adalah instansi yang terkait secara langsung yang

diberi tanggung jawab dalam melaksanakan aturan hukum mengenai emisi

gas buang kendaraan bermotor.

F. Sistematika Penulisan.

Untuk oleh memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai

penelitian yang akan dilakukan penulis, perlu kiranya untuk mengetahui

pembagian sistematika penulisan hukum ini. Secara keseluruhan, penulisan

hukum ini terbagi atas lima bab yang masing-masing terdiri atas beberapa

sub bab sesuai dengan pembahasan dan substansi penelitiannya. Adapun

sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka berisi tentang dasar hukum, norma-norma

hukum dan teori hukum yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III : Metode Penelitian berisi tentang metode yang digunakan penulis

untuk memperoleh data.

11
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang hasil penelitian

dan pembahasan penulis tentang Implementasi Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota

Semarang.

BAB V : Penutup berisi tentang simpulan dan saran.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor di Pengujian

Kendaraan Bermotor.

1. Ambang Batas.

Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang

terdapat dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam

perkataan lain, nilai ambang batas juga diidentikkan dengan

kadar maksimum yang diperkenankan. Kedua pengertian ini

mempunyai tujuan sama.1

2. Emisi Gas Buang.

Emisi Gas Buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam

mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang

dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.2

3. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berada di atas

rel.3

1
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2007).

2
Ibid, halaman 67.

3
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1993.

13
4. Pengujian Kendaraan Bermotor

Penguji adalah Pegawai Negeri di lingkungan Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang tugas dan kewenangannya di bidang Perhubungan Kota

Semarang yang ditunjuk sebagai tenaga penguji yang dinyatakan

memenuhi kualifikasi teknis tertentu dan diberikan sertifikat dan tanda

kualifikasi teknis sesuai dengan jenjang kualifikasi yang diterbitkan

oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan.4

Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian menguji dan/atau

memeriksa bagian bagian kendaraan bermotor, kereta gandeng,

kereta tempel, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan

terhadap persyaratan teknis laik jalan.5

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor adalah batas

maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari

pipa gas buang kendaraan bermotor yang dilakukan oleh petugas yang

diberikan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk melakukan tugas

pengujian kendaraan bermotor.

B. Pencemaran Udara.

Pada keadaan normal, sebagian besar udara terdiri atas oksigen dan

nitrogen (90%), tetapi aktivitas manusia dapat mengubah komposisi udara

4
Peraturan Walikota Semarang No. 19 Tahun 2013.

5
Peraturan Walikota Semarang No. 19 tahun 2013

14
tersebut, sehingga terjadi penambahan jumlah spesies ataupun

meningkatkan konsentrasi zat-zat kimia yang ada.

Kegiatan manusia yang menjadi sumber pencemaran udara antara lain

buangan industry, kendaraan bermotor, pembakaran pada rumah-rumah

dan ladang-ladang. 5

Menurut Fardiaz (1992) udara adalah campuran dari beberapa gas

yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen antara

gabungan dari gas tersebut tidak selalu konstan. Pada Wikipedia dijelaskan

bahwa udara dibumi mengandung 78% nitrogen, 21% oksigen, 1% uap air,

karbon dioksidan dan gas-gas yang lain. Kandungan yang terdapat di

dalamnya akan berubah-ubah sesuai dengan ketinggian permukaan tanah.

Semakin tinggi permukaan tanah maka udara yang didapatkan akan

semakin tipis dan jika lebih tinggi lagi akan hilang lapisan udaranya.6

Menurut Ryadi, S., (1982), yang dimaksud dengan pencemaran udara

adalah keadaan dimana masuknya suatu sumber kedalam udara atmosfer,

baik melalui aktivitas manusia maupun alamiah dibebaskan satu atau

beberapa bahan atau zat-zat dalam kuantitas maupun batas waktu tertentu

yang secara karakteristik memiliki kecenderungan dapat menimbulkan

ketimpangan susunan udara atmosfer secara ekologis sehingga mampu

5
Slamet, Juli Soemirat, Kesehatan Lingkungan , (Yogyakarata: Gajahmada University Press,
2002).

6
Fardiaz, Srikandi, Polusi Air dan Udara, Edisi I, Cetakan I, (Jakarta: Yayasan Kanisius, 1992).

15
menimbulkan gangguangangguan bagi kehidupan satu atau kelompok

organism maupun benda-benda.7

C. Klasifikasi Pencemaran Udara.

Klasifikasi pencemar pencemar yang dapat dibebaskan di udara

atas tiga kemungkinan, yakni:8

1. Pencemar udara menurut wujud fisik.

Pencemar udara menurut wujud fisik dibedakan menjadi 2 kelompok

utama :

a. Gas/uap.

b. Partikel.

Partikel adalah benda-benda padat/cair yang ukuran demikian

kecilnya

untuk memungkinkan melayang di udara. Bentuk-bentuk khusus

dari partikel dalam hubungannya dengan pencemar udara

dibedakan menjadi :

1) Aerosol (smoke, fog, mist dan lain-lain).

Smoke (asap) adalah partikel karbon (padat) yang terjadi

dari

7
Ryadi, A.S, Pencemaran Udara.(Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1982).

8
Loc.cit.

16
pembakaran yang tidak lengkap (incomplete combustion) pada

sumber sumber yang menggunakan bahan bakar Hidrokarbon

dengan ukuran partikel kurang dari lima mikron.

Mist (kabut) adalah partikel air yang berada dalam suspensi

udara yang terjadi karena kondensasi uap atau otomatisasi cairan

ke tingkat dispersi. Otomasi ini terjadi pada penyemprotan,

pembuihan, dan lain - lain. Besarnya partikel ini masih cukup

besar, hanya tidak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan

visual aid (alat pembantu penglihatan).

Fog (kabut padat/tebal) aalah sama dengan mist, tetapi

masih bias dilihat dengan mata sekalipun tanpa visual aid.

2) Debu (dust).

Debu adalah partikel benda padat yang terjadi karena proses

mekanis (pemecahan dan reduksi) terhadap masa padat, dimana

ia masih dipengaruhi oleh gravitasi.

3) Fume.

Fume adalah partikel padat yang terjadi karena kondensasi dari

penguapan logam-logam cair yang kemudian disertai secara

langsung oleh suatu oksidasi di udara. Biasanya terjadi pada

pabrik-pabrik pengecoran dan peleburan logam.

17
2. Pencemar udara menurut wujud kimia.

Dasar wujud fisik untuk dipertimbangkan klasifikasi susunan

kimiawi

tetap digunakan, disamping aspek susunan kimiawi dalam klasifikasi

ini lebih ditekankan. Pertimbangan tersebut terakhir ini nantinya

bermanfaat untuk mengetahui dalam media apa pencemar-pencemar

yang memiliki susunan kimiawi tertentu itu dapat larut.

Pencemar udara menurut wujud kimiawi ini dibedakan menjadi 2

sub-kelompok :9

a. Gas/uap.

1) Larut dalam air (seperti oksigen larut dalam air).

2) Tidak larut dalam air; masih dibedakan lagi, yaitu tidak larut

tetapi

bereaksi dengan salah satu komponen dalam air itu, atau

reaksinya

dengan salah satu komponen dalam air adalah lambat sekali

serta

masih mampu larut sedikit sekali.

b. Partikel/debu organis.

1) Partikel/debu mineral ; dibedakan lagi menjadi partikel/debu

mineral yang larut dimana ia mempunyai sifat masih dapat

9
Loc.cit.

18
larut diantaranya bahan-bahan pelarut asam, basa atau organik

serta partikel/debu mineral yang tidak larut adalah

partikel/debu mineral yang sama sekali tidak dapat dilarutkan

dalam zat pelarut baik asam, basa maupun zat pelarut organik.

Termasuk kelompok pencemar ini adalah silica dan asbes.

2) Partikel/debu organis; partikel/debu organis adalah

partikel/debu yang tersusun dari komponen-komponen utama

Hidrokarbon, dimana golongan ini mempunyai dua

kemungkinan terhadap sifat kelarutannya, yaitu yang larut

dalam air (ion zat gula) dan yang hanya larut dalam bahan

pelarut organik (ion debu-debu plastik).

3. Pencemar udara menurut pengaruh fisiologisnya.

Tujuan klasifikasi atas dasar ini adalah penting sekali nantinya

dibidang kesehatan. Sehubungan masing-masing pencemar yang

memiliki sifat-sifat kimiawi tersendiri ini memiliki pengaruh terhadap

fungsi organ tubuh. Pertimbangan ini penting dalam aspek diagnosis

maupun tindakan/pengobatan yang perlu dilakukan pada suatu

masalah pencemar

udara. Berturut-turut kelompok ini terbagi dalam sub-sub kelompok,

yaitu:

a. Iritan.

Umumnya kelompok pencemar-pencemar yang iritan adalah

korosif, ia menimbulkan rangsangan berupa suatu proses

19
keradangan terhadap sistem alat-alat pernapasan. Bahan iritan ini

dalam keadaan over toxic dapat memberikan rasa lemas dan

kematian.

b. Asphyxiant.

Pencemar yang bersifat asphyxiant (lemas) mempunyai daya kerja

mengadakan hambatan dan blokade terhadap proses oksidasi di

dalam jaringan, khususnya jaringan otak. Umumnya asphyxiant ini

terbagi lagi dalam 2 golongan :

1) Simple asphyxiant.

Didalam jaringan menimbulkan proses pengenceran terhadap

kadar

oksigen, sehingga sering sekali sampai di bawah tekanan parsiel

oksigen yang sebenarnya dibutuhkan dalam darah bagi

pernapasan sel - sel jaringan.

2) Chemical asphyxiant.

Bekerja secara chemis dengan menghambat oksegen darah dari

paru- paru hingga sel-sel jaringan. Hal ini tetap terjadi sekalipun

kadar oksigen dalam darah cukup.

3) Anesthetica dan narcotica.

Golongan anesthetic ini kerjanya bersifat menenangkan susunan

syaraf dalam batas-batas ringan tanpa menimbulkan akibat pada

alat-alat sistemik yang berat, sedangkan sifat narcotic adalah

20
menghambat/menekan sistem syaraf pusat dengan jalan

mengurangi

tekanan parsielnya sehingga bila terhirup akan mengakibatkan

individu yang bersangkutan dalam keadaan terbius keadaannya.

Umumnya pencemar-pencemar yang bersifat narcotic biasanya

juga sebagai anesthetic.

4) Pencemar yang bersifat systemic toxic.

Bahan pencemar yang tergolong systemic toxic adalah pencemar

yang dapat menimbulkan kerusakan alat-alat tubuh yang lokasi

maupun jenis efeknya berbeda-beda tergantung pada sifat toxic

dari pencemar yang bersangkutan.

5) Pencemar berwujud partikel.

Umumnya partikel-partikel yang merupakan pencemar di udara

memberikan berbagai efek pada kesehatan. Umumnya golongan

partikel-partikel ini dikelompokkan dalam empat macam, yaitu :

debu debu yang mengakibatkan fibrosis di dalam paru-paru

(seperti debu - debu silica, asbes, dan lain-lain), debu-debu

karbon yang merupakan debu yang kita kenal sehari-hari, debu-

debu yang hanya menimbulkan alergi (seperti debu biji-bijian,

debu kayu dan beberapa debu organik), debu-debu yang bersifat

iritan (seperti asam-asam, alkali, fluoride dan kromat).

21
D. Jenis jenis zat pencemar yang terdapat di udara.

Terdapat beberapa jenis zat pencemar yang terdapat di udara :10

1. Karbon Monoksida.

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di

berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran

udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi

umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini.

Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan

bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel.

Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang

terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan

salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida

yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya

berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan

otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan

tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan

katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon

dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi

bagi kendaraan bermotor.

2. Nitrogen Dioksida (NO2).

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih

tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang

10
Ibid, halaman 58

22
percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala

pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm

akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang

diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan

pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap

manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

3. Sulfur Oksida (SOx)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua

komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur

dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut

sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia

adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau

lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada

kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi

kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami

penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.

4. Ozon (O3)

Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah

fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat

dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna untuk

melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di

udara pada ketinggian 30km dimana radiasi UV matahari dengan

23
panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul

oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul

O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon

menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat di daerah panjang

gelombang 240-320 nm.

5. Hidrokarbon (HC).

Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan

akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic

hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan

padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan

menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.

6. Khlorin (Cl2).

Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat

menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali

berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal

sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain

bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata

saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-

paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam

khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan

peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan

membebaskan oksigen seperti pada proses yang terjadi di bawah ini.

7. Partikulat Debu (TSP).

24
Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan

partikulat udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan

mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran

partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena

partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan

bagian atas dan menyebabkan iritasi.

8. Timah.

Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap

bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di

bawah usia 6 tahun, yang biasanya mereka telan dalam bentuk

serpihan cat pada dinding rumah. Logam berat ini merusak

kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi kemampuan

untuk mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan

konsentrasi. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti

kadmium, arsenik, mangan, nikel dan zink).

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu

pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran

yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa

pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api

yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.11

11
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997.

25
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya

atau dimasukkannya zat, energi dari komponen lain ke dalam udara

ambien oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi

fungsinya.12

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407

tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,

pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga

mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau

mempengaruhi kesehatan manusia.13

Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-

bahan atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya

perubahan komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya.

Kehadiran bahan atau zat asing tersebut didalam udara dalam jumlah dan

jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan

manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana, 2004).14

Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali

oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang

12
Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999.

13
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002.

14
Wardhana, Wisnu Arya, Dampak Pencemaran Lingkungan,. (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004).

26
dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh

proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut

biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh

bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan(CH4). Emisi yang

disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh

anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil,

pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara dan sebagainya.15

Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran udara dengan

istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi secara

alamiah. Sedangkan faktor eksternal merupakan pencemaran udara yang

diakibatkan ulah manusia.

Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:

1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor.

2. Sumber tidak bergerak, seperti:

a. Sumber titik, contoh: cerobong asap.

b. Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman.

Menurut Sunu (2001) ada beberapa jenis pencemaran udara yaitu:16

1. Berdasarkan bentuk.

15
Mulia, R, Kesehatan Lingkungan, Edisi pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005)

16
Sunu, P, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 13001, (Jakarta: Gramedia, 2001).

27
a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena

dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya : CO2, CO, Sox,

Nox.

b. Partikel, adalah suatu bentuk pecemaran udara yang berasal dari

zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara baik berupa padatan,

cairan, maupun padatan cairan secara bersama-sama. Contohnya :

debu, asap, kabut dan lain-lain.

2. Berdasarkan tempat.

a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut

juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, sekolah, rumah

sakit dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap

rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan

lain-lain.

b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut

juga udara bebas seperti asap dari industri maupun kendaraan

bermotor.

3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan.

a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi

jaringan tubuh seperti SO2, Ozon dan Nitrogen Oksida.

b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan

tidak mampu melepas Karbon Dioksida seperti CO, H2S, NH3 dan

CH4.

28
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya

merupakan pencemaran udara dalam ruang contohnya

Formaldehide dan Alkohol.

d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan seperti

Timbal, Cadmium, Fluor dan Insektisida.

4. Berdasarkan susunan kimia.

a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon

seperti asbestos, ammonia, asam sulfat dan lain-lain.

b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti

pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.

5. Berdasarkan asalnya.

a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke

udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan

membahayakan contohnya CO2 yang meningkat di atas

konsentrasi normal.

b. Sekunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil

reaksi antara zat polutan primer dengan komponen alamiah

contohnya Peroxy Acetil Nitrat (PAN).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 pasal 20

disebutkan penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur

melalui baku mutu lingkungan hidup yang meliputi salah satunya adalah

baku mutu emisi. Baku mutu lingkungan hidup meliputi:17

17
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 pasal 20.

29
a. baku mutu air;

b. baku mutu air limbah;

c. baku mutu air laut;

d. baku mutu udara ambien;

e. baku mutu emisi;

f. baku mutu gangguan; dan

g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

E. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun

2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Pasal

1 dalam peraturan menteri ini menguraikan pengertian tentang :18

- Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama adalah

batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan

langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor lama.

- Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.

- Kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi,

dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik

Indonesia.

18
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2006.

30
- Uji emisi kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang

wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala.

Pada pasal 4 menyebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor lama

wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama

dan wajib melakukan uji emisi sesuai dengan peraturan undang-undang.

Yang dimaksud dengan kendaraan bermotor lama adalah kendaraan

yang sudah memenuhi atau lulus uji pertama pada Pengujian Kendaraan

Bermotor di Dinas Perhubungan daerah (Kota/Kabupaten) yang

selanjutnya melakukan uji berkala sesuai dengan alamat domisili pada

Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang dikeluarkan oleh Kepolisian

Republik Indonesia (Polri).

Pada pasal 5 menerangkan pengujian emisi kendaraan bermotor

kendaraan lama dilakukan di tempat pengujian milik pemerintah atau

swasta yang telah mendapat sertifikasi berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Pada pasal 8 menyebutkan bahwa Gubernur dapat menetapkan

ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama di daerahnya

sama atau lebih ketat dari ambang batas kendaraan bermotor lama

sebagaimana yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri ini.

Dalam hal ini Kota Semarang mengacu pada peraturan menteri ini

dikarenakan Gubernur Jawa Tengah tidak mengeluarkan aturan tambahan

mengenai ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.

31
Berikut adalah lampiran I dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 05 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor : 19

Tahun
Kategori Parameter
pembuatan

CO (%) HC (ppm) Opasitas (%)

Bensin < 2007 4,5 1200

2007 1,5 200

Diesel

GVW 3500 kg 2010 70

> 2010 40

GVW >3500 kg 2010 70

> 2010 50

Untuk kendaraan bermotor berbahan bakar bensin :

< 2007 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2006.

2007 : berlaku mulai tanggal 1 Januari 2007.

Untuk kendaraan bermotor berbahan bakar diesel :

< 2010 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2009.

19
Loc.cit.

32
2010 : berlaku mulai tanggal 1 Januari 2010.

F. Pengendalian Pencemaran Udara

Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara pada Ketentuan Umum pasal 1 yang dimaksud dengan

:20

- Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan

manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi

fungsinya.

- Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau

penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.

- Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang

mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara

tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

- Emisi adalah zat,energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari

suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara

ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai

unsur pencemar.

20
Peraturan Pemerintah No.41, Op.cit.

33
- Mutu emisi adalah emisi yang boleh dibuang oleh suatu kegiatan ke

udara ambien.

- Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang

mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik,

sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik.

- Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas

maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung

dari pipa gas buang kendaraan bermotor.

Pasal 20 menerangkan tentang upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

pencemaran udara dengan cara penetapan baku mutu udara ambien, baku

mutu emisi sumber tidak bergerak, baku tingkat gangguan, ambang batas

emisi gas buang dan kebisingan kendaraan bermotor.

Pada pasal 33 kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor

lama yang mengeluarkan emisi gas buang wajib memenuhi ambang batas

emisi gas buang kendaraan bermotor, dilanjutkan pada pasal 36 bahwa

setiap kendaraan bermotor lama wajib menjalani uji emisi berkala sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 56 menjabarkan tentang sanksi :

- Barang siapa melanggarkan ketentuan dalam pasal-pasal Peraturan

Pemerintahan ini yang diduga dapat menimbulkan dan/atau

mengakibatkan pencemaran udara dan/atau gangguan diancam

34
dengan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23

tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Barang siapa melanggar ketentuan dalam pasal yang berkaitan dengan

kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan ambang batas

emisi gas buang diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14 tahun

1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

G. Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

Berikut ini adalah dasar hukum Pengujian Kendaraan Bermotor :

1. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan.

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 tahun 2015 tentang

Pengujian Kendaraan Bermotor.

4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006

tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

5. Peraturan Walikota Semarang Nomor 19 tahun 2013 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor di Kota

Semarang.

35
Penjabaran dasar hukum Pengujian Kendaraan Bermotor adalah sebagai

berikut :

1. Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.21

Dalam Ketentuan Umum pasal 1 yang dimaksud dengan kendaraan

bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan

mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.

Pasal 48 menerangkan bahwa setiap kendaraan bermotor yang

dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik

jalan. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud ditentukan oleh

kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur sekurang-kurangnya

terdiri atas salah satunya adalah emisi gas buang. Guna memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan maka dilaksanakan uji berkala sesuai

dengan pasal 49.

Pasal 53 menjelaskan tentang uji berkala yang dimaksud dalam

pasal 49 ayat (2) huruf b diwajibkan untuk mobil penumpang umum,

mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang

dioperasikan di jalan. Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik

kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh unit

pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota. Pemeriksaan dan

pengujian fisik mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang,

kendaraan khusus, kereta gandengan dan kereta tempelan sebagaimana

21
Undang Undang Nomor 22 tahun 2009.

36
dimaksud dalam pasal 53 ayat (2) meliputi pengujian terhadap

persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian terhadap persyaratan

teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya

meliputi salah satunya emisi gas buang kendaraan bermotor.

Pasal 286 menjelaskan tentang ketentuan pidana bahwa setiap

orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor beroda empat atau

lebih di jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 106 ayat (3) juncto pasal 48 ayat (3) dipidana

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak

Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan

Pada ketentuan umum menerangkan tentang :22

a. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di

atas rel.

b. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang

memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk

untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3500kg.

c. Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang

memiliki tempat duduk lebih dari 8 orang, termasuk untuk

pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3500kg.

22
Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012.

37
d. Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian

atau seluruhn ya untuk mengangkut barang.

e. Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan

menguji dan/atau memeriksa bagian atau komponen kendaraan

bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan dalam rangka

pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.

f. Uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan

secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta

gandengan, dan kereta tempelan, yang dioperasikan di jalan.

Pasal 64 berisi setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di

jalan harus memenuhi persyaratan laik jalan, ditentukan berdasarkan

kinerja minimal kendaraan bermotor yang paling sedikit meliputi salah

satunya emisi gas buang.

Pasal 65 menerangkan tentang emisi gas buang sebagaimana

dimaksud dalam pasal 64 ayat (2) huruf a diukur berdasarkan

kandungan polutan yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Kandungan

polutan sebagaimana dimaksud tidak melebihi ambang batas yang

ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang lingkungan hidup. Dalam menetapkan ambang batas

sebagaimana dimaksud harus berkoordinasi dengan menteri yang

bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan

angkutan jalan.

38
H. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 133

tahun 2015 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor.23

Pada Ketentuan umum pasal 1 yang dimaksud dengan :

1. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di

atas rel.

2. Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji

dan/atau memeriksa bagian atau komponen kendaraan bermotor,

kereta gandengan, dan kereta tempelan dalam rangka pemenuhan

terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.

3. Uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan

secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gendengan,

dan kereta tempelan yang dioperasikan di jalan.

4. Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor adalah unit tempat

dilaksanakannya kegiatan uji berkala kendaraan bermotor.

Pada Pasal 2 menjelaskan tentang tujuan dilaksanakannya uji berkala

kendaraan bermotor yaitu :

1. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan

kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan di jalan;

2. Mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan

pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor,

kereta gandengan dan kereta tempelan di jalan;

23
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 133 tahun 2015.

39
3. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dari dilaksanakannya uji berkala kendaraan

bermotor, dalam pasal 3 diterangkan bahwa pengujian berkala kendaraan

bermotor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor wajib dilengkapi

dengan fasilitas dan peralatan pengujian.

2. Pemilihan jenis, tipe, kapasitas, jumlah dan teknologi fasilitas maupun

peralatan pengujian harus dilakukan sesuai kebutuhan.

3. Pengujian kendaraan bermotor dilakukan oleh tenaga penguji yang

memiliki kompetensi di bidang pengujian kendaraan bermotor.

4. Pengujian harus dilakukan sesuai prosedur dan tata cara pengujian

berkala kendaraan bermotor.

5. Lokasi Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor harus sesuai

dengan persyaratan yang di atur dalam peraturan ini.

6. Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor harus melaksanakan

pengujian berkala sesuai akreditasi yang diberikan.

7. Hasil uji berkala kendaraan bermotor harus akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan.

8. Fasilitas dan peralatan pengujian harus dipelihara/dirawat dengan baik

secara periodik, sehingga semua fasilitas dan peralatan pengujian

selalu dalam kondisi yang layak pakai.

9. Peralatan pengujian harus dilakukan kalibrasi secara periodic.

40
10. Kapasitas dan fasilitas peralatan pengujian harus sesuai dengan

jumlah, jenis, dan ukuran kendaraan bermotor dan/atau kereta

gandengan dan/atau kereta tempelan yang di uji.

11. Harus tersedia sistem informasi yang berisi kemudahan dan kejelasan

bagi pemohon pengujian berkala dan terigrasi secara nasional.

Jenis kendaraan yang di uji sesuai dengan pasal 4 dalam peraturan ini

adalah :

1. Mobil penumpang umum.

2. Mobil bus.

3. Mobil barang.

4. Kereta gandengan.

5. Kereta tempelan.

Pengujian berkala kendaraan bermotor meliputi kegiatan :

1. Pemeriksaan persyaratan teknis kendaraan bermotor.

Yaitu kegiatan pemeriksaan kendaraan bermotor dengan atau tanpa

peralatan uji dalam rangka pemenuhan terhadap ketentuan mengenai

persyaratan teknis kendaraan bermotor.

Pemeriksaan persyaratan teknis meliputi :

a. Susunan.

b. Perlengkapan.

c. Ukuran.

d. Rumah rumah.

41
e. Rancangan teknis kendaraan bermotor sesuai dengan

peruntukannya.

f. Berat kendaraan.

Pemeriksaan persyaratan teknis dilakukan secara visual dan manual

dengan atau tanpa alat bantu untuk mengetahui kondisi maupun fungsi

dari fisik, komponen dan sistem yang terdapat pada kendaraan.

2. Pengujian laik jalan kendaraan bermotor.

Yaitu kegiatan pengukuran kinerja minimal kendaraan bermotor

berdasarkan ambang batas laik jalan. Pengujian laik jalan wajib

menggunakan perlatan uji. Pengujian persyaratan laik jalan paling

sedikit meliputi :

a. Emisi gas buang termasuk ketebalan asap gas buang.

b. Tingkat kebisingan suara klakson dan/atau knalpot.

c. Kemampuan rem utama.

d. Kemampuan rem parker.

e. Kincup roda depan.

f. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama.

g. Akurasi alat penunjuk kecepatan.

h. Kedalaman alur ban.

i. Daya tembus cahaya pada kaca

3. Pemberian tanda lulus uji kendaraan bermotor.

Fasilitas pengujian kendaraan bermotor harus berupa fasilitas pada

lokasi yang bersifat tetap, terdiri dari :

42
a. Bangunan gedung pengujian.

b. Bangunan gedung untuk generator set, kompresor dan gudang.

c. Jalan keluar masuk.

d. Lapangan parkir.

e. Bangunan gedung administrasi.

f. Pagar.

g. Fasilitas penunjang untuk umum.

h. Fasilitas listrik.

i. Lampu penerangan.

j. Pompa air dan menara air.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian kendaraan bermotor meliputi :

1. Peralatan utama, meliputi :

a. Alat uji emisi gas buang.

b. Alat uji ketebalan asap emisi gas buang (smoke tester).

c. Alat uji kebisingan suara klakson dan/atau knalpot.

d. Alat uji rem.

e. Alat uji lampu.

f. Alat uji kincup roda depan.

g. Alat uji penunjuk kecepatan.

h. Alat pengukur kedalaman alur ban.

i. Alat pengukur berat.

j. Alat pengukur dimensi.

k. Alat uji daya tembus cahaya pada kaca.

43
2. Peralatan penunjang, meliputi :

a. Kompresor udara.

b. Generator set.

c. Peralatan bantu, antara lain palu; senter; alat bantu uji dimensi; alat

untuk pengambilan foto berwarna kendaraan wajib uji; alat untuk

mengisi, membaca dan mengubah hasil uji pada kartu uji; alat

untuk mengumpulkan dan menyimpan data hasil uji secara digital;

toolkit.

44
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian pada hakekatnya adalah merupakan suatu bagian pokok dari

ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih mendalami

segala segi kehidupan.Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mempunyai nilai

validasi tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka

memerlukan suatu metode penelitian yang memberikan pedoman serta arah yang

jelas dalam memahami obyek yang diteliti. Dengan demikian penelitian ini akan

dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

Penelitian dalam prakteknya akan meliputi kegiatan mengumpulkan,

menyusun, mengklarifikasi, dan menginterpretasikan data untuk memecahkan

masalah yang diajukan. Maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian yang

dimaksud adalah tindakan yang terstruktur dan sistematik dan bersifat ilmiah

melalui kegiatan menemukan dan mengolah data untuk mencapai dan mengolah

data untuk mencapai tujuan penelitian.Untuk memperoleh data-data ini

diperlukan beberapa metode sebagai pedoman, karena metode penelitian ini

merupakan unsur yang penting dalam penelitian.

45
A. Metode Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan yuridis normatifdan yuridis empiris.Definisi mengenai pendekatan

kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Mulyana (2001)bahwa : adalah

prosedur penelitianyang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini

diarahkan pada latar dan individu secara utuh dan menyeluruh, serta tidak

boleh terjadi diskriminasiprosedur penelitian yang menggunakan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang.24

Pendekatan yuridis normatif yaitupendekatan yang dilakukan

berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori - teori, konsep -

konsep, asas - asas hukum serta peraturan perundan - undangan yang

berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan

pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku - buku, peraturan

perundang - undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian

ini.

Pendekatan yuridis empiris yakni dilakukan dengan melihat kenyataan

yang ada dalam praktek dilapangan. Pendekatan ini dikenal pula dengan

pendekatan secara sosiologis yang dilakukan secara langsung ke

24
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradidma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001).

46
lapangan.Menggunakan pendekatan yuridis sosiologiskarena menekankan

pada kualitas dan kevalidan data yang diperoleh untuk merumuskan atau

menyelesaikan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

B. Spesifikasi Penelitian

Penelitian kualitatif dipilih karena tipikal penelitian ini adalah penelitian

hukum terapan dengan mengidentifikasi hukum dan efektifitasnya secara

holistik. Reaktif akan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan

ganda. Metode ini menggunakan secara langsung hakekat hubungan antara

peneliti dan responden.Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyelesaikan

diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola - pola

nilai.Pendekatan kualitatif yang disandingkan dengan sosiologis dalam

penelitian ini didasarkan pada upaya membangun pandangan subyek yang

diteliti secara lebih rinci.

Penelitian Yuridis Sosiologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

meneliti dan mempelajari hukum sebagai studi law in action karena

mempelajari dan meneliti hubungan timbal balik antara hukum dan lembaga -

lembaga sosial yang lain studi hukum law in action merupakan studi sosial non

doctrinal danbersifat empiris.

Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analisis, pangamatan obyek

penelitian untuk memperoleh gambaran atau fakta - fakta yang dapat menjadi

hasil penelitian.

47
C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

atau dari tangan pertama. Data primer ini diperoleh melalui penelitian

dengan cara wawancara yaitu percakapan langsung dan tatap muka (face

to face) dengan maksud tertentu yang dilakukan antara 2 pihak

pewawancara dan orang yang diwawancarai. Peneliti sebagai

pewawancara (interviewer) mengajukan pertanyaan baik pertanyaan

secara lisan maupun tulisan kepada orang yang di wawancarai

(interviewee).

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah orang yang terkait secara tidak

langsung dalam penelitian ini, yaitu para pengemudi kendaraan

bermotor yang datang ke Pengujian Kendaraan Bermotor Dishub

Kota Semarang untuk mengujikan kendaraannya terkait dengan uji

emisi.

Responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Yudi sebagai pengemudi angkutan umum H1244CG;

2. Sasmito sebagai pengemudi pick up H1825YR;

3. Dwi sebagai pengemudi tronton H1830AA;

4. Slamet sebagai pengemudi bus H1120BY;

5. Danang sebagai pengemudi truk H1799YR;

48
6. Bayu sebagai pengemudi kereta tempelan (trailer) H1921BY;

7. Susilo sebagai pengemudi taxi H1220AG;

8. Supri sebagai pengemudi bus H1920BA;

9. Yoyok sebagai pengemudi blindvan H1669IQ;

10. Adi sebagai pengemudi Head Tractor H1899HH;

11. Fery sebagai pengemudi minibus H1190US;

12. Manto sebagai pengemudi truk H1970FH.

b. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi terhadap apa yang

diteliti, yang dimaksud informan dalam penelitian ini adalah orang

yang berwenang maupun wawancara pendahuluan yang dilakukan

peneliti. Informan dalam penelitian skripsi ini adalah bapak

Mukindar, A.Ma PKB, S.Sos selaku Kepala Seksi Keselamatan

Teknik dan Sarana Dinas Perhubungan Kota Semarang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

yang sudah ada.Termasuk dalam data sekunder adalah data dari hasil studi

pustaka yaitu data yang diperoleh dengan jalan membaca literatur-literatur

atau peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan emisi gas

buang kendaraan bermotor.

49
D. Metode Pengumpulan Data

Teknik penulisan yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan

cara :

1. Penelitian kepustakaan (Library Research).

Pengumpulan data melalui studi penulisan ini dilakukan menggunakan

teknik content identification terhadap bahan bahan hukum yang akan

diteliti, yaitu dengan membuat lembar dokumen yang berfungsi untuk

mencatat informasi atau data dari bahan bahan hukum yang diteliti

berkaitan dengan masalah penelitian yang sudah dirumuskan. Penulis

mengumpulkan bahan-bahan literatur dan karya ilmiah lainnya untuk

dikaji dan ditelaah, seperti :

a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu :

1) Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan.

3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun

2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor.

4) Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

50
6) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM

133 tahun 2015 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor.

b. Bahan-bahan hukum sekunder yaitu bahan yang ada hubungannya

dengan bahan hukum primer seperti buku-buku, hasil penelitian,

makalah dalam seminar dan jurnal yang berkaitan dengan

penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang bersifat primer,

dalam hal ini akan diusahakan untuk memperoleh data-data dengan

mengadakan tanya jawab (wawancara) dan teknik sampling. Dalam

hal ini penulis melakukan wawancara terhadap pengemudi dan

petugas penguji kendaraan bermotor serta pengambilan

samplekendaraan pada Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas

Perhubungan Kota Semarang terkait dengan uji emisi sebagai upaya

menekan pencemaran udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang

kendaraan bermotor.

a. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka dengan

maksud tertentu.Maksud mengadakan wawancara untuk

mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;

merekontruksi kebulatan - kebulatan demikian sebagai yang

dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan - kebulatan sebagai

51
yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang;

memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang

diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia

(triangulasi) dan memverifikasi, mengubah, memperluas

konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan

anggota. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara

dengan pengemudi kendaraan bermotor yang melakukan uji keur

di Dinas Perhubungan Kota Semarang dan dengan Kepala Seksi

Keselamatan Teknik dan Sarana yaitu bapak Mukindar.

Secara garis besar ada 2 macam pedoman wawancara menurut

Ashofa :25

1. Pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman

wawancara yang hanya akan memuat garis besar yang akan

ditanyakan.

2. Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara

yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list.

Pembagian macam macam wawancara yang dikemukakan oleh

Patton dalam Poerwandari 1998, yaitu :

1. Wawancara pembicaraan informal

Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat

bergantung pada pewawancara itu sendiri, bergantung

25
Ashofa, Burhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).

52
spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada yang

diwawancarai.

2. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara

Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat

kerangka dan garis besar pokok pokok yang akan ditanyakan

dalam proses wawancara.

3. Wawancara baku terbuka

Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan baku, dalam mengadakan pendalaman

(probing) terbatas dan hal itu bergantung situasi wawancara

dan kecakapan wawancara.

Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah

wawancara tidak terstruktur karena dilakukan secara spontan

bersamaan dengan peneliti mengambil sample dari kendaraan yang

diuji.

b. Teknik Sampling

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya

akan diduga. Dalam penelitian ini populasi adalah kendaraan

bermotor yang di uji pada Dinas Perhubungan Kota Semarang.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sample yang

digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2001: 56).

53
(Margono, 2004: 125) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

teknik sampling adalah cara untuk menentukan sample yang

jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan

sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat sifat dan

penyebaran populasi agar diperoleh sample yang representatif.

Untuk menentukan sample yang digunakan dalam penelitian,

terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara

skematis teknik sampling menurut (Sugiyono, 2001: 57) adalah

sebagai berikut :

Teknik Sampling

Probability Sampling Non Probability


Sampling

1. Simple random 1. Sampling sistematis


sampling 2. Samapling kuota
2. Proportionate 3. Sampling aksidental
stratifed random 4. Purposive sampling
sampling 5. Sampling jenuh
3. Disproportionate 6. Snowball sampling
stratifed random
sampling
4. Area (cluster)
sampling (sampling
menurut daerah)

54
Sample adalah sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari

populasi, dalam menentukan sample dari populasi yang akan

diteliti penulis menggunakan metode purposive sampling, yaitu

metode yang mengambil sample melalui proses penunjukan

berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh melalui responden

dengan pertimbangan tertentu.Pemilihan sekelompok subjek

dalam purposive sampling didasarkan atas ciri ciri tertentu yang

dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri ciri

populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit

sample yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria kriteria

tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Sample yang penulis gunakan adalah metode purposive sampling,

yaitu metode yang mengambil sample melalui proses penunjuk

berdasarkan tujuan yang ingindiperoleh melalui informan, maka

yang dijadikan sample sebagai responden adalah kendaraan

bermotor wajib uji sebanyak 100 unit.

E. Metode Penyajian Data

Menurut Loncoln dan Guba untuk memeriksa keabsahan data pada

penelitian kualitatif antara lain digunakan tarif kepercayaan data (credibility).

Teknik yang digunakan untuk melacak credibility dalam penelitian ini adalah

teknik triangulasi (triangulation).

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu

55
yang lain diluar data ini pemeriksaan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengecek dan membandingkan data hasil wawancara dengan data

purposive sampling dan data pelengkap lainnya.Triangulasi dengan sumber

berarti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif.
Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang ditempuh adalah :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dengan

informan.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

2. Membandingkan teori keterangan yang sudah dilakukan dengan

pelaksanaannya dengan praktek.

Teknik membandingkan antara hasil wawancara dengan data yang

56
dikumpulkan dari berbagai dokumen agar dapat dilihat hasil penelitian yang

diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian.

F. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif,

yaitu dengan cara mendalami serta membandingkan implementasi peraturan

perundang-undangan dalam praktik. Selanjutnya untuk menarik kesimpulan,

digunakan metode deduktif di mana data yang telah terkumpul diolah secara

selektif dan sistematis, dan kemudian ditariklah kesimpulan akhir yang

bersifat khusus yang merupakan kristalisasi dari hasil analisis data dari

penelitian, tanpa menggunakan rumusan statistik.

57
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor pada Pengujian

Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

Sebelumnya saya uraikan hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor

pada Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang :

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

a. Lokasi penelitian berada di kantor Pengujian Kendaraan Bermotor

Dinas Perhubungan Kota Semarang yang terletak di jalan Tambak Aji

Raya No.5 Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Kota

Semarang. Secara geografis terletak pada -6,95590 LS dan 110,51590

BT. Lokasi kegiatan pengujian kendaraan bermotor terletak pada

wilayah Dinas Perhubungan Kota Semarang, dengan luas lahan :

1) Gedung pengujian : 740 m2

2) Areal parkir : 9680 m2

3) Gedung administrasi : 204 m2

4) Ruang tunggu : 77 m2

5) Smoking area : 10 m2

6) Gedung genset + kompresor : 35 m2

Tata letak dan lay out gedung pengujian dan gedung administrasi

pengujian Dinas Perhubungan Kota Semarang tercantum pada lampiran I.

58
b. Sumber Daya Manusia

Jumlah personil yang ada di Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana

Dinas Perhubungan Kota Semarang berjumlah 60 orang terdiri dari :

1) Kepala Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana : 1

2) Penguji penyelia : 8

3) Penguji pelaksana : 17

4) Staf administrasi : 34

Adapun data personil pada Seksi Keselamatan dan Teknik Sarana

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informatika Kota Semarang tercantum pada Lampiran II.

c. Visi dan Misi

Visi dan misi Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana Dinas

Perhubungan Kota Semarang menjadi fokus orientasi terhadap proses

pelayanan pengujian kendaraan bermotor. Adapun visi dan misinya

sebagai berikut :

Visi :

Menjadikan Pengujian Kendaraan Bermotor yang Profesional Independent

dan melayani publik dengan ramah dan senyum, berbasis sumber daya

manusia yang memiliki integritas mengedepankan inovasi teknologi IT

59
untuk menegakan keselamatan lalu lintas angkutan jalan dan kelestarian

lingkungan.

Misi :

1) Meningkatkan kualitas output Pengujian Kendaraan Bermotor yang

lebih baik.

2) Mewujudkan kenyamanan pelanggan dalam menggunakan fasilitas

Pengujian Kendaraan Bermotor.

3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

4) Memiliki sarana dan peralatan uji yang terintegrasi dengan sistem IT.

5) Melengkapi sarana dan prasarana jasa pelayanan Pengujian Kendaraan

Bermotor.

6) Mewujudkan akses informasi kendaraan wajib uji untuk kepentingan

masyarakat.

7) Mewujudkan Pengujian Kendaraan Bermotor yang memiliki standar

nasional.

8) Mewujudkan kemudahan pelayanan kepada masyarakat.

2. Peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Untuk menjamin laik tidaknya suatu kendaraan bermotor tergantung

pada fungsi dari alat uji kendaraan. Sehingga faktor perlengkapan alat uji

sangat diperlukan bagi suatu kebijakan. Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana

60
dalam melaksanakan kegiatan pengujian kendaraan bermotor mempunyai 3

jalur uji yang dilengkapi dengan perlatan uji mekanis. Adapun peralatan uji

mekanis yang digunakan sebagai berikut :

1) Head light tester : digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dan arah

pancar lampu utama.

2) Side slip tester : digunakan untuk mengetahui penyimpangan kincup roda

depan.

3) Axle load tester : digunakan untuk menimbang berat kendaraan.

4) Brake tester : digunakan untuk mengukur rem utama dan rem parkir.

5) Tin tester : digunakan untuk mengukur tingkat kegelapan kaca.

6) Sound level meter : digunakan untuk mengukur intensitas suara klakson.

7) Speedometer tester : digunakan untuk mengukur akurasi speedometer

kendaraan dengan kecepatan kendaraan.

8) Play detector : digunakan untuk memeriksa sistem suspensi dan kondisi

pergerakan steering system pada chasis kendaraan.

9) Smoke tester dan CO-HC tester : digunakan untuk mengukur kadar emisi

gas buang.

10) Car lift dan pit lift : digunakan untuk memeriksan kondisi bagian bawah

kendaraan.

Jenis dan spesifikasi peralatan uji dapat dilihat pada lampiran III.

61
3. Mekanisme Pengujian Kendaraan Bermotor.

a. Proses administrasi

1) Proses pendaftaran uji;

2) Penetapan pelayanan uji;

3) Proses pembayaran retribusi;

4) Pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi uji dan

pembuatan lembar LHP.

b. Proses pelaksanaan uji.

1) Pemeriksaan visual.

Pemeriksaan kendaraan bermotor secara visual pada bagian depan,

samping, belakang dan dalam kendaraan yang meliputi :

a) Pemeriksaan kondisi kendaraan :

- Dimensi;

- Kondisi body atau rumah rumah;

- Perisai kolong bagi kendaraan yang wajib dipasang perisai

kolong;

- Kaca kaca.

62
b) Pemeriksaan identitas kendaraan

- Nomor uji;

- Nomor chasis;

- Nomor mesin.

c) Pemeriksaan fungsi dan dudukan lampu

- Lampu utama;

- Lampu posisi;

- Lampu penunjuk arah;

- Lampu isyarat peringatan bahaya;

- Lampu rem;

- Lampu tanda nomor kendaraan;

- Lampu mundur;

- Pemantul cahaya;

- Lampu tanda batas bagi kendaraan yang diwajibkan.

d) Pemeriksaan komponen pendukung

- Pengukur kecepatan;

- Kaca spion;

- Penghapus kaca;

- Klakson;

63
- Spakbor;

- Bumper.

e) Pemeriksaan perlengkapan kendaraan

- Sabuk keselamatan;

- Ban cadangan;

- Segitiga pengaman;

- Dongkrak;

- Pembuka roda;

- Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.

f) Pemeriksaan ukuran dan jenis ban

- Keadaan ban;

- Kedalaman alur ban;

- Ukuran dan jenis ban;

- Penguatan ban dan velg.

g) Pemeriksaan alat perangkai untuk penarik kereta gandengan atau

tempelan (twitch lock).

h) Pemeriksaan bagian dalam kendaraan

- Pandangan ke depan;

- Lampu indikasi;

64
- Alat pengendali;

- Kondisi ruang kemudi;

- Jumlah tempat duduk (untuk mobil penumpang).

2) Pemeriksaan mekanis.

Pemeriksaan mekanis terdiri dari beberapa tahapan :

a) Pelaksanaan pemeriksaan dengan alat uji :

- Car lift;

- Headlight tester;

- Side slip tester;

- Axle load;

- Speedometer tester;

- Brake tester;

- CO/HC atau smoke tester;

- Sound level meter;

- Tint tester;

- Play detector.

b) Mencatat hasil pemeriksaan pada Lembar Hasil Pemeriksaan

(LHP).

c) Menyerahkan LHP kepada penguji tahap berikutnya.

65
Mekanisme Pengujian Kendaraan Bermotor :

Mendaftar pada loket

Pemohon membayar sesuai


SKRD, menerima kwitansi &
LHP

Pemohon menuju gedung uji Menuju loket


mengantri sesuai nomor pendafataran
urut pendaftaran meminta nomor urut
pendaftaran

Penguji melaksanakan
pemeriksaan persyaratan Kendaraan diperbaiki
teknis dan laik jalan

Laik Jalan Tidak Laik Jalan Pemohon diberikan


Penentu surat keterangan
an hasil perbaikan

Pemohon mengambil berkas


pendaftaran, stiker, plat uji
Selesai
pada loket penyerahan hasil
uji

66
4. Waktu Pelaksanaan Pengujian.

Jam kerja pelayanan untuk pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor

pada Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana Dinas Perhubungan Kota

Semarang adalah 5 hari kerja dengan jam kerja sebagai berikut :

Senin Kamis 07.00 12.00 WIB

13.00 15.00 WIB

Jumat 07.00 11.30 WIB

13.00 14.00 WIB

5. Jumlah Kendaraan Bermotor Wajib Uji (KBWU).

Jumlah kendaraan bermotor wajib uji di Kota Semarang pada bulan

Nopember 2016 adalah 2486 kendaraan, didominasi oleh kendaraan jenis pick

up (mobil barang). Berikut adalah jumlah KBWU pada bulan Nopember

berdasarkan jenis kendaraannya :

No. Jenis Kendaraan Jumlah

1 Mobil penumpang 77

2 Mobil bus 128

3 Pick Up 1038

4 Bestel Wagon 54

5 Truk 724

6 Tangki 50

67
7 Head Tractor 160

8 Tronton 94

9 Kendaraan khusus 7

10 Kereta gandengan 6

11 Kereta tempelan 148

2468

Tabel 4.1 Kendaraan Bermotor Wajib Uji.

(Dishubkominfo Kota Semarang 2016)

Statistik jumlah KBWU bulan Nopember 2016 :

1200

1000

800

600

400 jenis kendaraan

200

68
6. Data Hasil Uji Emisi.

Berikut adalah hasil dari uji emisi yang dilakukan terhadap 100

kendaraan dengan jenis yang berbeda yang melakukan uji kendaraan pada

Dinas Perhubungan Kota Semarang :

No. Tahun Uji Emisi


No. Keterangan
Kendaraan pembuatan Smoke CO/HC

1 H1738RP 2013 30% Lulus

2 H1639NW 2015 30% Lulus

3 H1968CR 2014 32% Lulus

4 H1037DS 2015 28% Lulus

5 H1826EF 2010 33% Lulus

6 H1686SA 2011 40% Lulus

7 H1785PY 2016 30% Lulus

8 H1773QY 2016 30% Lulus

9 H1568KF 2010 34% Lulus

10 H1896FW 2002 78% Tidak lulus

11 H1770GH 2001 80% Tidak lulus

12 H1755P 2016 38% Lulus

13 H1779JS 2013 45% Lulus

14 H1986BW 2008 80% Tidak lulus

15 H1654MS 2002 75% Tidak lulus

16 H1805WR 2016 30% Lulus

69
17 H1882LA 2015 31% Lulus

18 H1853NZ 2013 32% Lulus

19 H1620TP 2008 50% Lulus

20 H1829FR 2008 80% Tidak lulus

21 H1853FF 2009 77% Tidak lulus

22 H1343TG 2001 75% Tidak lulus

23 H1804YQ 1999 82% Tidak lulus

24 H1317LA 1993 80% Tidak lulus

25 H1811AA 2008 60% Lulus

26 H1912DA 2015 32% Lulus

27 H1822DF 2016 25% Lulus

28 H1059VF 2016 25% Lulus

29 H1906YQ 2016 25% Lulus

30 H1907JF 2014 34% Lulus

31 H1864JQ 2011 35% Lulus

32 H1362JS 2010 32% Lulus

33 H1361HF 2012 32% Lulus

34 H1829PH 2016 32% Lulus

35 H1859ZY 2015 34% Lulus

36 H1821LQ 2013 33% Lulus

37 H1656TH 2015 30% Lulus

38 H1425ZH 2011 30% Lulus

39 H1581TH 2010 60% Tidak lulus

70
40 H1841ZF 2016 30% Lulus

41 H1374WH 2010 56% Tidak lulus

42 H1772EZ 2009 78% Tidak lulus

43 H1874SW 2008 55% Lulus

44 H1609CS 2016 30% Lulus

45 H1869ZF 2016 35% Lulus

46 H1932WQ 2015 35% Lulus

47 H1748TZ 2013 33% Lulus

48 H1518UW 2011 40% Lulus

49 H1751MW 2011 57% Tidak lulus

50 H1838HG 2010 45% Lulus

51 H1868KZ 2010 40% Lulus

52 H1760PQ 2008 55% Tidak lulus

53 H1878AS 2016 33% Lulus

54 H1866FR 2015 31% Lulus

55 H1730AZ 2010 33% Lulus

56 H1955QA 2010 31% Lulus

57 H1562YH 2009 40% Lulus

58 H1697YP 2010 40% Lulus

59 H1445SY 2009 43% Lulus

60 H1427EA 2016 38% Lulus

61 H1309YH 2010 35% Lulus

62 H1842LP 1997 80% Tidak lulus

71
63 H1423PH 2011 44% Lulus

64 H1502JS 2015 32% Lulus

65 H1762W 2009 80% Tidak lulus

66 H1625YP 1990 5,4%/800ppm Tidak lulus

67 H1311VG 2010 1,0/%80ppm Lulus

68 H1865CR 2016 0,2%/28ppm Lulus

69 H1736TG 1998 5%/1300ppm Tidak lulus

70 H1309WH 2005 3,2%/300ppm Lulus

71 H1853SA 2002 3,0%/350ppm Lulus

72 H1379HF 2008 2,8%/300ppm Tidak lulus

73 H1888GR 2010 1,2%/100ppm Lulus

74 H1890NR 2013 0,8%/120ppm Lulus

75 H1731QQ 2007 1,1%/120ppm Lulus

76 H1760A 2006 2,5%/220ppm Lulus

77 H1671KS 1990 6,5%/1300ppm Tidak lulus

78 H1944LA 2001 3,5%/1000ppm Lulus

79 H1626LF 2002 2,8%/800ppm Lulus

80 H1395WH 2005 2,5%/980ppm Lulus

81 H1897A 2006 2,2%/887ppm Lulus

82 H1377TA 2007 1,0%/108ppm Lulus

83 H1823FF 2001 3,3%/450ppm Lulus

84 H1865SA 2015 0,5%/55ppm Lulus

85 H1941AP 2016 0,4%/25ppm Lulus

72
86 H1428PH 2009 1,1%/132ppm Lulus

87 H1185HG 2013 0,7%/88ppm Lulus

88 H1806QP 1990 10%/1200ppm Tidak lulus

89 H1375LF 2000 5%/1200ppm Tidak lulus

90 H1560SY 2002 3,0%/900ppm Lulus

91 H1827HF 2015 0,8%/25ppm Lulus

92 H1721QZ 2013 0,9%/65ppm Lulus

93 H1832QY 2010 0,7%/99ppm Lulus

94 H1913KY 2009 1,2%/98ppm Lulus

95 H1892KW 2003 2,3%/899ppm Lulus

96 H1420MG 1996 6,7%/900ppm Tidak lulus

97 H1637RY 2007 1,0%/109ppm Lulus

98 H1946CG 2008 2,5%/210ppm Tidak lulus

99 H1800GW 2016 0,4%/67ppm Lulus

100 H1751YY 2015 0,5%/90ppm Lulus

Jumlah

Tabel 4.2 Hasil Uji Emisi.

Pada tabel hasil uji emisi di atas diketahui bahwa dari 100 kendaraan

terdapat 24 kendaraan yang tidak lulus uji dikarenakan kadar emisi kendaraan

tersebut melebihi ambang batas sesuai dalam Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006. Untuk kategori kendaraan dengan

bahan bakar solar terdapat 16 kendaraan yang tidak lulus uji diantaranya 13

kendaraan dengan tahun pembuatan dibawah atau sama dengan tahun 2010

73
dan 3 kendaraan dengan tahun pembuatan di atas tahun 2010. Untuk kategori

kendaraan dengan bahan bakar bensin terdapat 8 yang tidak lulus uji

diantaranya 6 kendaraan dengan tahun pembuatan dibawah tahun 2007 dan 2

kendaraan dengan tahun pembuatan diatas atau sama dengan tahun 2007.

Selanjutnya kendaraan yang tidak lulus uji diberikan surat keterangan untuk

dilakukan perbaikan, kemudian datang kembali untuk dilakukan pengujian

ulang terhadap emisi gas buang kendaraan tersebut apakah sudah memenuhi

ambang batas emisi gas buang atau belum. Jika sudah memenuhi maka

kendaraan dinyatakan lulus uji dan memperoleh surat keterangan lulus uji

(buku keur) dan tanda lulus uji berupa stiker dan plat uji untuk dipasang pada

body samping dan pada Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) untuk

selanjutnya dapat beroperasi di jalan raya.

B. Penerapan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun

2006 di Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota

Semarang.

Selama proses wawancara peneliti mendahulukan kebutuhan dan kondisi

responden seperti memperhatikan kesiapannya untuk bercerita dan

memperhatikan kondisi fisik dan psikologisnya, mengingat suasana kerja di

Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana yang sangat sibuk karena merupakan

pelayanan publik dan kondisi di lapangan yang sangat ramai karena kendaraan

yang antri untuk memasuki gedung pengujian sangat banyak. Wawancara

74
dilaksanakan menggunakan teknik purposive terhadap 2 informan dan 10

responden.

Informan pertama adalah bapak Mukindar, A.Ma PKB, S.Sos selaku

Kepala Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana Dinas Perhubungan Kota

Semarang. Beliau memperlihatkan beberapa titik di lokasi pengujian

kendaraan bermotor yang di pasang spanduk dan banner yang berisikan

tentang prosedur serta mekanisme pengujian kendaraan bermotor sebagai

bukti bahwa pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan bermotor

dilaksanakan secara transparan dengan tujuan untuk :

- Memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang cepat, mudah,

transparan dan nyaman.

- Menghilangkan calo atau biro jasa karena dalam pelayanan memudahkan

pengemudi atau pemilik kendaraan bermotor dalam memahami prosedur

dan mekanisme yang ada.

Adapun manfaat bagi pemilik kendaraan adalah sebagai berikut :

- Dapat mengetahui dan memahami secara langsung seluruh rangkaian

kegiatan pada unit pengujian kendaraan bermotor tentang mekanisme serta

prosedur pengujian.

- Mengetahui secara langsung biaya yang harus dibayarkan sesuai dengan

Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum.

75
- Mendapatkan pelayanan yang cepat agar dapat langsung mengoperasikan

kendaraannya.

Manfaat bagi pelayanan publik/reformasi birokrasi adalah sebagai berikut :

- Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat

pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan,

memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat.

- Melakukan perbaikan kinerja pelayanan publik, perbaikan kinerja

pelayanan publik mutlak harus dilakukan dikarenakan dalam kehidupan

bernegara pelayan publik menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas.

- Meningkatkan mutu pelayanan, adanya standar pelayanan dapat membantu

unit unit penyedia jasa pelayanan untuk dapat memberikan pelayanan

yang terbaik bagi masyarakat pelanggannya.

Selama melaksanakan proses pengujian, diakui oleh bapak Mukindar

bahwa terjadi beberapa kendala baik secara teknis maupun non teknis.

Kendala teknis yang sering terjadi adalah kadang ada beberapa alat uji yang

mengalami kesalahan sistem atau eror sehingga hasil uji menjadi tidak akurat.

Contohnya adalah kerusakan sistem pada alat uji emisi yang berakibat hasil uji

emisi yang keluar tidak akurat . Alat uji emisi gas buang ada di setiap jalur uji,

apabila salah satu alat uji mengalami kendala maka akan digunakan alat uji di

jalur sebelahnya. Akibatnya proses pengujian akan menjadi lebih lama dari

yang seharusnya. Sedangkan kendala non teknis yang sering terjadi adalah

76
menghadapi pengemudi atau pemilik kendaraan yang kendaraannya tidak

lulus uji. Kadang pemilik atau pengemudi melakukan protes apabila

kendaraan mereka tidak di luluskan. Beliau kemudian menjelaskan prosedur

pengembalian kendaraan yang tidak lulus uji sebagai berikut :

1) Penguji menerbitkan surat surat keterangan tidak lulus uji.

2) Surat keterangan tidak lulus uji disampaikan secara tertulis kepada pemilik

kendaraan bermotor dengan mencantumkan :

a) Item yang tidak lulus uji;

b) Alasan tidak lulus uji;

c) Perbaikan yang harus dilakukan;

d) Waktu dan tempat dilakukan pengujian ulang.

3) Pemilik kendaraan bermotor wajib melakukan perbaikan.

4) Pemilik kendaraan bermotor kembali sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan untuk dilakukan uji kembali.

Apabila pemilik kendaraan tidak menyetujui kendaraannya tidak lulus

uji, maka pemilik kendaraan dapat mengajukan keberatan kepada bapak

Mukindar selaku pimpinan langsung secara tertulis.

Guna menghindari kerusakan terhadap alat uji dimana alat uji sebagai

peralatan vital yang menentukan lulus tidaknya sebuah kendaraan, bapak

Mukindar menjelaskan bahwa peralatan uji tersebut telah dilakukan

77
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan secara berkala. Selain itu peralatan uji

juga dilakukan kalibrasi secara berkala setiap satu tahun sekali sesuai dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 tahun 2015. Perawatan dan

pemeliharaan alat uji dilakukan oleh petugas penguji sesuai dengan jenjang

kompetensinya, untuk perbaikan alat uji dilakukan oleh petugas teknis

perbaikan, sedangkan untu kalibrasi alat uji dilakukan oleh petugas yang

ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat dimana petugas kalibrasi

tersebut telah memiliki kompetensi di bidang kalibrasi peralatan uji. Karena

apabila peralatan uji yang dipakai tidak dilakukan kalibrasi maka hasil uji

berkala yang dikeluarkan dinyatakan tidak sah oleh Direktur Jenderal

Perhubungan Darat.

Informan kedua adalah bapak Citra Puji Setiyono, A.Ma PKB, SH

selaku Penguji Pelaksana Lanjutan pada Seksi Keselamatan Teknik dan

Sarana Dihub Kota Semarang. Pertama tama beliau menjelaskan mengenai

tugas pokok dan funsi dari masing masing jenjang penguji, yaitu bahwa

yang berhak melakukan uji kendaraan bermotor adalah tenaga penguji yang

memiliki kompetensi di bidang pengujian dan bersertifikat kompetensi yang

diberikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Pada Dinas Perhubungan Kota Semarang terdapat 4 jenjang tenaga

penguji yang memiliki tugas pokok dan fungsi masing - masing , yaitu :

1) Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia

- Menguji rem kendaraan gaya rem utama;

78
- Menguji rem kendaraan rem parkir;

- Menganalisa data hasil pengujian;

- Menghitung dan menetapkan jumlah berat yang diijinkan;

- Menghitung dan menetapkan daya angkut orang dan barang;

- Menghitung dan menetapkan muatan sumber terberat (MST);

- Menetapkan kelas jalan yang dilalui;

- Menetapkan masa berlaku uji berkala berikutnya;

- Mengisi dan menanda tangani buku uji;

- Menghitung dan penilaian kondisi teknis kendaraan bermotor

berdasarkan hasil pemeriksaan fisik kendaraan yang dilakukan.

2) Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Lanjutan :

- Menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa,

menghidupkan dan mematikan unjuk kerja ABS sistem;

- Menguji kepekatan asap gas buang;

- Menguji emisi gas buang / CO-HC;

- Menguji lampu utama kendaraan bermotor kekuatan pancar lampu

utama;

- Menguji penyimpangan (deviasi) lampu utama;

- Menguji bagian bawah kendaraan (under carried) dengan pit;

79
- Menguji bagian bawah kendaraan (under carried) sistem kemudi

dengan joint play detector;

- Melakukan evaluasi komprehensif terhadap pemenuhan kelaikan

jalan;

- Menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa,

menghidupkan dan memastikan unjuk kerja alat uji perfomansi

kendaraan.

3) Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana

- Menyiapkan alat uji kendaraan;

- Mengukur dimensi kendaraan meliputi panjang, lebar, tinggi, jarak

sumbu roda, julur depan, julur belakang dan jarak terendah

(ground clearance);

- Melakukan pemeriksaan visual fisik kendaraan meliputi kondisi

rumah rumah, lampu lampu kendaraan (lampu rem, lampu

penunjuk arah, lampu posisi, lampu mundur), penghapus kaca

depan, kaca kaca kendaraan, roda dan ban, fisik

interior/kabin/ruang kemudi, kaca spion, panel indikator/instrumen

kendaraan, pedal pedal/tuas/tombol di ruang kemudi, tempat

duduk, sabuk keselamatan.

80
4) Penguji Kendaraan Bermotor Pemula

- Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi uji berkala jenis

kendaraan untuk uji pertama;

- Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi uji berkala jenis

kendaraan untuk uji reguler;

- Memeriksa identitas kendaraan dengan hasil identitas kendaraan

sesuai;

- Melakukan verifikasi/validasi persyaratan administrasi konfirmasi

hasil verifikasi/validasi;

- Melakukan verifikasi/validasi persyaratan administrasi penetapan

pelaksaan pengujian;

- Memeriksa peralatan dan perlengkapan kendaraan bermotor;

- Mengumpulkan data hasil pengujian dan pemeriksaan setiap unit

kendaraan.

Bapak Puji adalah penguji yang memiliki kewenangan langsung dalam

melakukan uji emisi kendaraan bermotor. Beliau menerangkan bahwa uji

emisi gas buang kendaraan bermotor terdiri dari uji kepekatan asap gas buang

untuk kendaraan bermotor berbahan bakar solar dan uji emisi gas buang

CO/HC untuk kendaraan bermotor berbahan bakar bensin.

Tata cara pengujian kepekatan asap gas buang :

1) Menyiapkan, menghidupkan alat uji smoke tester.

81
2) Kendaraan yang akan diuji dihidupkan dalam keadaan netral.

3) Injak pedal gas secara perlahan sampai maksimal untuk membuang

sisa sisa pembakaran mesin kemudian lepaskan (release) pedal gas.

4) Masukkan probe pada ujung knalpot (muffler).

5) Ulangi kembali menginjak pedal gas secara perlahan sampai posisi

maksimal.

6) Hasil tes kepekatan asap akan ditunjukkan pada monitor alat uji.

Tata cara pengujian emisi gas buang CO/HC :

1) Menyiapkan, menghidupkan alat uji CO/HC tester.

2) Kendaraan yang akan diuji dalam dihidupkan dalam posisi netral dan

idle.

3) Masukkan probe pada ujung knalpot (muffler).

4) Hasil tes kadar CO dan HC akan ditunjukkan pada monitor alat uji.

Dokumentasi pengujian emisi gas buang ada pada Lampiran IV dan

contoh hasil uji emisi gas buang ada pada Lampiran V.

Hasil dari wawancara dengan bapak Mukindar, A.Ma PKB, S.Sos

selaku Kepala Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana bahwa pengujian

kendaraan bermotor telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku

khususnya terhadap uji emisi gas buang telah dilaksanakan sesuai dengan

82
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor pada Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006.

Hasil dari wawancara dengan bapak Citra Puji Setiyono, A.Ma PKB, SH

selaku Penguji Pelaksana Seksi Keselamatan Teknik dan Sarana bahwa tata

cara pelaksanaan uji emisi gas buang telah dilaksanakan sesuai dengan

prosedur dan dilakukan oleh petugas penguji yang berkompeten.

Selain terhadap informan peneliti juga melakukan wawancara terhadap

responden. Peneliti mewanwancarai 10 responden yang terdiri dari para

pengemudi yang melakukan uji berkala di Dishub Kota Semarang.

Responden pertama bernama Yudi yang sedang mengantri di lapangan

gedung pengujian. Yudi adalah seorang sopir angkutan umum hendak

mengujikan angkutan kota miliknya dengan nomor kendaraan H1244CG

tahun pembuatan 2008. Menurutnya proses uji keur di Kota Semarang

berlangsung ketat. Beberapa kali angkutan kota miliknya tidak lulus uji keur

karena beberapa hal seperti kaca film yang terlalu gelap sehingga harus

dipotong, kondisi rem utama yang kurang dari ambang batas. Bahkan untuk

kali ini angkutan kota milik Yudi tidak lulus uji karena kadar emisi gas buang

CO/HC miliknya yang tidak memenuhi persyaratan ambang batas. Diukur

dengan alat kadar CO angkutan kota milik Yudi sebesar 2,1%. Iapun

menyadari memang angkutan kota miliknya yang sudah berumur 9 tahun

kurang perawatan. Dikarenakan kejar setoran sehingga ia lalai tidak

melakukan perawatan kendaraan secara berkala. Sehingga ia menerima alasan

83
pengembalian kendaraan miliknya dan bersedia memperbaikinya untuk

kemudian datang kembali untuk dilakukan tes ulang.

Responden ke-2 bernama Sasmito merupakan pemilik pick up dengan

nomor kendaraan H1825YR datang mengujikan kendaraannya tahun

pembuatan 2015. Sasmito merasa puas dengan pelayanan pengujian kendaraan

bermotor di Dinas Perhubungan Kota Semarang. Hasil dari pengujian teknik

kendaraannya dinyatakan lulus uji. Emisi kendaraannya memenuhi ambang

batas yaitu hasil CO 0,8% dan HC 47ppm.

Responden ke-3 bernama Dwi merupakan pengemudi kendaraan Dump

Tronton dengan nomor kendaraan H1830AA. Kendaraannya tahun pembuatan

1997 tersebut dinyatakan tidak lulus uji emisi gas buang karena kadar

kepekatan asapnya mencapai 75%. Oleh karenanya kendaraan tersebut

diberikan surat keterangan untuk diperbaiki. Dwi menerima hasil uji tersebut

karena dia hanyalah utusan dari perusahaan selanjutnya dia akan menyerahkan

surat pengembalian tersebut kepada perusahaan tempatnya bekerja.

Responden ke-4 bernama slamet pengemudi bus nomor kendaraan

H1120BY. Bus tersebut tahun pembuatan 2010 setelah dilakukan uji emisi

hasil kepekatan asapnya 35% dan dinyatakan lulus karena memenuhi ambang

batas. Menurutnya busnya bisa lulus uji emisi karena PO. Bus tersebut

melakukan perawatan secara berkala terhadap armada armada bus yang

dimiliki sehingga kinerja mesin bus bus tersebut bekerja dengan baik.

84
Responden ke-5 bernama Danang pengemudi truk dengan nomor

kendaraan H1779YR. Kendaraan truk tahun pembuatan 2000 miliknya

dinyatakan lulus uji emisi dengan hasil uji kepekatan asap 45%. Dijelaskan

oleh Danang bahwa dia melakukan servis dan perawatan kendaraan secara

berkala supaya kinerja mesin tetap maksimal.

Responden ke-6 bernama Bayu pengemudi trailer H1921BY. Kendaraan

trailer tahun 1999 yang dikemudikannya dinyatakan tidak lulus uji karena

kondisi remnya yang tidak sesuai dengan ambang batas namun untuk hasil uji

emisinya dinyatakan lulus dengan hasil uji kepekatan asap 65%.

Responden ke-7 bernama Susilo pengemudi taxi H1220AG tahun

pembuatan 2014 dinyatakan lulus uji dengan hasil uji emisi CO 0,4% dan HC

43ppm. Saat peneliti menanyakan hal hal yang dilakukan agar kendaraan

tersebut lulus uji jawabannya pun hampir sama dengan pengemudi lainnya

yaitu dari perusahaan taxi tempatnya bekerja melakukan perawatan terhadap

armada armadanya secara berkala. Dan menurutnya faktor cara mengemudi

juga berpengaruh. Jika kendaraannya dikemudikan dengan baik maka akan

menghasilkan kinerja mesin yang baik pula.

Responden ke-8 bernama Supri pengemudi bus H1920BA tahun 2005.

Kendaraanya tidak lulus uji emisi dengan hasil uji kepekatan asap mencapai

75%. Setelah peneliti menanyakan penyebabnya dia menjelaskan memang

kurang dalam melakukan perawatan terhadap bus yang dikemudikannya.

Sehingga kinerja mesin bus miliknya menjadi kurang baik.

85
Responden ke-9 bernama Yoyok merupakan pengemudi mobil blindvan

tahun 2011 dengan nomor kendaraan H1669IQ yang dinyatakan lulus uji

dengan hasil uji emisi CO 0,8% HC 80ppm.

Responden ke-10 bernama Adi pengemudi Head Tractor H1899HH

tahun pembuatan 2011. Hasil uji kepekatan asap kendaraannya mencapai 60%

sehingga dinyatakan tidak lulus uji. Walaupun kendaraan tersebut baru

digunakan sekitar 5 tahun namun ternyata hasil uji emisinya tidak lulus. Adi

menuturkan bahwa kendaraan yang dikemudikannya memang kurang

perawatan karena waktu operasional kendaraannya sangat sibuk sehingga

kinerja mesin menjadi kurang bagus.

Responden ke-11 bernama Fery pengemudi minibus H1190US, tahun

pembuatan 2005. Kendaraannya dinyatakan lulus uji emisi dengan hasil uji

kepekatan asap 35%. Informasi yang diberikan Fery bahwa kendaraan tersebut

jarang dipakai sehingga kondisinya masih bagus.

Responden ke-12 bernama Manto pengemudi Truk H1970FH, tahun

pembuatan 2012. Kendaraannya dinyatakan lulus uji kepekatan asap dengan

hasil uji 40%. Dia juga mengatakan bahwa perawatan terhadap kendaraan

miliknya dilakukan secara berkala sehingga kinerja mesin masih bagus.

Hasil wawancara dengan responden yaitu pengemudi yang mengujikan

kendaraannya pada Dinas Perhubungan Kota Semarang bahwa agar kendaraan

yang diujikan dapat memenuhi ambang batas sesuai dengan Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006 maka perlu dilakukan

86
perawatan terhadap kendaraan secara berkala. Tujuan dilakukannya perawatan

kendaraan secara berkala supaya kinerja dari mesin kendaraan tetap bekerja

dengan optimal. Apabila kondisi mesin kendaraan dalam keadaan baik maka

juga akan mengeluarkan sisa hasil pembakaran (emisi gas buang) yang baik.

C. Masalah yang muncul dalam pengujian emisi kendaraan bermotor pada

Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang.

87
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai implementasi Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang Ambang

Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Pengujian Kendaraan

Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang dapat ditarik simpulan sebagai

berikut :

1. Hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor wajib uji pada Pengujian

Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang dari 100 sample

kendaraan terdapat 24 kendaraan yang tidak lulus uji. Untuk kategori

kendaraan dengan bahan bakar solar terdapat 16 kendaraan yang tidak

lulus uji diantaranya 13 kendaraan dengan tahun pembuatan dibawah atau

sama dengan tahun 2010 dan 3 kendaraan dengan tahun pembuatan di atas

tahun 2010. Untuk kategori kendaraan dengan bahan bakar bensin terdapat

8 yang tidak lulus uji diantaranya 6 kendaraan dengan tahun pembuatan

dibawah tahun 2007 dan 2 kendaraan dengan tahun pembuatan diatas atau

sama dengan tahun 2007. Artinya hampir 25% kendaraan bermotor wajib

uji di Kota Semarang tidak lulus uji emisi gas buang.

2. Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Semarang telah

menerapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006

88
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Sanksi

yang diberikan adalah tidak meluluskan uji kendaraan yang emisi gas

buangnya melebihi ambang batas disertai dengan surat keterangan tidak

lulus uji yang berisikan perintah untuk perbaikan kendaraan.

3. Permasalahan yang muncul dalam pengujian emisi kendaraan bermotor

pada Dinas Perhubungan Kota Semarang adalah kurangnya perawatan

terhadap kendaraan bermotor wajib uji sehingga hasil uji emisi gas buang

kendaraan bermotor melebihi ambang batas sesuai yang ditetapkan oleh

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2006 tentang

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

B. Saran

Dari serangkaian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi pemilik kendaraan bermotor wajib uji agar dapat melakukan

perawatan secara berkala terhadap kendaraannya supaya dapat lulus uji

emisi gas buang, sehingga dapat ikut serta dalam mengurangi pencemaran

udara di Kota Semarang

2. Bagi Dinas Pehubungan Kota Semarang agar lebih ketat dan teliti dalam

menjalankan uji emisi gas buang kendaraan bermotor

3. Bagi Pembaca agar dapat dijadikan pelajaran dan bahan untuk penelitian

selanjutnya

89

Anda mungkin juga menyukai