Disusun Oleh :
Ahmad Nuzhen Effendi
Dedy Ramadan
Elsya Gita Cahyani
I Wayan Sana
Meriana Sari Alfiani
Novia Sari
Yohana Sumi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi
dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat
yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti
keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya
kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi
jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh
dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008).
Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak
hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah
satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan
kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan
dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan.
Penatalaksanaan keperawatan Pasien dengan gangguan jiwa adalah
pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok Pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika Pasien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat
didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling
2
berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social
yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar pasien dapat merespon terhadap stimulus panca indera pendengaran
dan penglihatan
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menikmati menonton video
b. Klien menceritakan makna video yang di tonton.
C. Manfaat
1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
2. Meningkatkan keterampilan social
3. Meningkatkan kemampuan empati
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah
5. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif
3
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi dapat diklasifikasikan menjadi 7 macam (Stuart dan Laraia, 2001,
hal 409) :
1. Halusinasi pendengaran : mendengar suara-suara atau bisikan paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu yang kadang-kadang dapat membahayakan.
4
2. Halusinasi penglihatan : stimulus visual dalam bentuk kelihatan cahaya,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi penciuman : membaui bau-bauan tertentu umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan.
4. Halusinasi pengecapan : Merasakan sesuatu yang tidak nyata seperti rasa
darah, urine, feses.
5. Halusinasi perabaan : mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas.
6. Halusinasi Cenesthetic : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di
vena atau arteri, pencernaan makanan.
7. Halusinasi Kinesthetic : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak.
TABEL 2.1
Fase-fase Halusinasi, Karakteristik dan Perilaku Klien
5
pengalaman sensori dan membedakan halusinasi
menarik diri dari orang lain. dengan realita.
Fase 3 : Klien berhenti menghentiksn Kemampuan yang
perlawanan terhadap dikendalikan halusinasi akan
Conntroling halusinasi dan menyerah lebih diikuti. Kesukaran
terhadap halusinasi tersebut. berhubungan dengan orang
Ansietas berat, Isi halusinasi menjadi lain. Rentang perhatian hanya
pengalaman sensori menarik. Klien mungkin beberapa detik atau menit.
menjadi berkuasa mengalami pengalaman Adannya tanda-tanda fisik
kesepian jika sensori ansietas berat : berkeringat,
halusinasi berhenti. tremor, tidak mampu
mematuhi perintah.
Fase 4 : Pengalaman sensori menjadi Prilaku teror akibat panik.
mengancam jika klien Potensi kuat suicide atau
Conquering, panik mengikuti perintah halusinasi. homicide, aktivitas fisik
umumnya menjadi Halusinasi berakhir dari merefleksikan isi halusinasi
melebur beberapa jam atau hari jika seperti perilaku kekerasan,
dalamhalusinasi tidak ada intervensi terapiutik agitasi, menarik diri atau
katatonia. Tidak mampu
berespon terhadap perintah
yang kompleks. Tidak mampu
berespon lebih dari satu
orang.
6
B. Pengertian Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau
dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997).
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya
untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku
yang maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005)
7
b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat
dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di
dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan
emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok
lainnya.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-
hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling
berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial
dalam kesehariannya.
8
E. Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :
1. Struktur kelompok.
Menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan dan
hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas
dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam
kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi
dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.
2. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar
akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan
perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup
variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
3. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi.
Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali
perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat,
2005).
9
2. Kelompok terapeutik.
Membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang,
atau penyesuaian social, misalnya kelompok ibu hamil yang akan menjadi
ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok
terapeutik dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok
ini adalah sebagai berikut : mencegah masalah kesehatan, mendidik dan
mengembangkan potensi anggota kelompok, meningkatkan kualitas
kelompok. antara anggota kelompok saling membantu dalam
menyelesaiakan masalah.
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian
masalah. Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan
khususnya adalah klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan
kepadanya dengan tepat, klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul
dari stimulus yang dialami.
10
b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami
dalam kehidupan.
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan
perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal
kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui
kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi
social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui
kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan ibadah.
c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan harga
diri rendah.
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien
gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas
mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek
positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah
sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah
sakit dan di rumah.
d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang
dialami dalam kehidupan.
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien yang
mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas ini dibagi
dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas
mengenal halusinasi, aktivitas mengusir/menghardik halusinasi,
aktivitas mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, aktivitas mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat.
11
G. Kriteria Pasien
H. Proses Seleksi
2. Pasien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
5. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi &
1. Tempat Pertemuan
12
Observ.
Pasien
Pasien
Fasilitator 2 Pasien
Fasilitator 4
Pasien
Pasien
Pasien
Fasilitator 3
Fasilitator 1
Co leader Leader
2. Waktu Pelaksanaan
c. Lamanya : 45 menit
d. Alokasi Waktu :
2) Terapi : 30 menit
3) Penutup : 5 menit
a. Tn. Ibnu
b. Tn. Aji
c. Tn. Asep
d. Tn. Mulyadi
13
e. Tn. Jumri
f. Tn. Kisman
a. Metode : Diskusi
menolong
Televisi
Laptop + HDMI
J. Pengorganisasian
Tugas :
Tugas :
a. Membantu leader
14
5. Fasilitator 3 : Dedy Ramadhan
Tugas :
Tugas :
K. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
15
Leader membuka acara dan memberi salam kepada pasien
b. Evaluasi/validasi
hari ini ?
c. Kontrak
3. Tahap kerja
16
"Sesuai janji kita kemarin, kita akan melanjutkan Terapi Aktivitas
pertama dengan judul video kancil dan buaya dan sesi video kedua
dan pasien bapak Ibnu & Pak Jumri, perawat pendamping Sumi
dengan pasien bapak Aji & Pak Kisman dan perawat pendamping
17
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
18
Program antisipasi secara umum
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktivitas klompok
Intervensi :
1. Memanggil klien,
2. Memberi kesempatan kapada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
b. bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
Intervensi :
1. Panggil nama klien
2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boeh kembali lagi.
b. Bila ada klien lain ingin ikut
Intervensi :
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini di tujukan pada klien
yang telah di pilih
2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat di ikuti oleh klien tersebut
3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan
tidak memberi peran pada permainan tersebut
c. Pasien tidak ingin ikut TAK
Intervensi :
Fasilitator berusaha membujuk agar klien tetap di tempat untuk
mengikuti TAK hingga selesai. Jika tidak bisa maka fasilitator
mengantarkan kembali ke ruangannya.
1. Persiapan
19
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Evaluasi/validasi
c) Kontrak
video
dengan terapis.
3. Tahap kerja
video yang kedua yaitu yang berjudul motivasi positif tolong menolong
kepada bapak, sama seperti yang dijelaskan perawat Gita tadi, tugas
20
menceritakan makna video dan yang ketiga menjelaskan makna positif
dari video.
beruntun searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada disebelah kiri
terapis
lain bertepuk tangan dan memberi pujian, sampai semua klien Tahap
terminasi
a) Evaluasi
b) Tindak lanjut
"Bapak bapak tadi kita sudah melakukan terapi aktivitas kelompok sesi
21
1) Menyepakati TAK yang akan datang
Wr. Wb
22
DAFTAR PUSTAKA
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Edisi 3. Jakarta : EGC
23
LAMPIRAN
24
25
26
27