Anda di halaman 1dari 7

ISSN 0852-405X Jurnal Penelitian UNIB, Vol. XI, No 1, Maret 2005, Hlm.

42 - 48 42

PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PADA NIRA DAN


MUTU GULA AREN YANG DIHASILKAN DI BEBERAPA
SENTRA PRODUKSI DI BENGKULU
Wuri Marsigit
Program Studi TIP Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan penggunaan bahan tambahan nira pada nira
pada saat penyadapan terhadap mutu gula aren yang dihasilkan di beberapa sentra produksi gula di
propinsi Bengkulu. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni hingga Agustus 2004. Pengamatan mutu
nira dan gula yang dihasilkan meliputi bentuk pH nira, kadar brix, kadar air, kadar abu, bagian yang
tidak larut, kadar gula reduksi, kadar gula (sukrosa), warna dan daya tahan simpan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan bahan tambahan dapat mempertahankan pH nira dan kadar brix
yang memenuhi syarat untuk diolah. Semua sample gula merah memenuhi syarat mutu SNI kadar air
dan abu. Semua sampel gula menuhi persyaratan SNI padatan tidak larut, kecuali yang menggunakan
biji kemiri + minyak kelapa pada perlakuan niranya. Semua sampel memenuhi standar SNI untuk
gula reduksi. Semua sample gula memenuhi SNI Untuk kadar sukrosa, kecuali penggunaan deterjen.
Untuk kriteria warna hanya perlakuan penambahan deterjen pada penyadapan nira yang tidak
memenuhi syarat SNI. Daya tahan yang paling singkat terdapat pada perlakuan penambahan
deterjen, sedangkan yang paling lama adalah pada penambahan biji kemiri dan minyak kelapa.
Kata kunci : aren, nira, bahan tambahan,gula aren, mutu

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the effect of food additive application on the qaulity of
palm sugar. This research was conducted from June to August 2004. The quality of sap palm was
determine by measuring of pH value and brix content. The qaulity of palm sugar was determined by
measuring the content of water, ash, reducing sugars, sucrose, non soluble solid, color and storage
durability. The results show that the application of food additive on palm sap maintained its quality
as indicated pH and content of brix. Water, ashes and reducing sugar content of all palm sugars met
the SNI standard. All samples of palm sugar met the SNI standard, except the one treated with
candle nut and coconut oil. All samples of palm sugar also met standard of sucrose content except the
one treated with detergent. The shortest storage durability of palm sap was achieved when it was
treated with candle nut and the longest when it was treated with candle nut and coconut oil.
Key words:sugar palm, palm sap, food additives, palm sugar

PENDAHULUAN matan Sindang Kelingi dan Kecamatan


Padang Ulak Tanding).
Propinsi Bengkulu merupakan salah satu Pada umumnya cara pengolahan
sentra produksi gula aren di Sumatera. Luas pengolahan gula aren di Propinsi Bengkulu
areal tanaman aren di Propinsi Bengkulu masih sangat sederhana. Pengolahan yang
meliputi 2.676 ha dengan produksi 5.429 sederhana ini menyebabkan mutu gula aren
ton gula merah per tahun (Anonim, 2002). yang dihasilkan sangat beragam. Mutu gula
Wilayah sebaran sentra produksi gula aren yang beragam dan cenderung kurang baik
di Propinsi Bengkuku antara lain Kabupaten menyebabkan gula aren Bengkulu tidak
Bengkulu Selatan (Kecamatan Pino Masat dapat bersaing di tingkat nasional, padahal
dan Kecamatan Kedurang), Kabupaten Re- mutu gula yang baik sangat berperan dalam
jang Lebong (Kecamatan Lebong Tengah menunjang pemasarannya (Arheman et al.,,
dan Lebong Utara), dan Kabupaten Rejang 2001).Cara pengolahan dapat mempenga-
Lebong (Kecamatan Selupu Rejang, Keca- ruhi mutu gula yang dihasilkan. Tit ik kritis
Marsigit, W. 43

dalam cara pengolahan gula aren pada Selatan (Desa Air Umban) dan Labora-
umumnya terletak pada perlakuan nira sebe- torium Teknologi Pertanian, Fakultas Perta-
lum diolah menjadi gula aren. nian Universitas Bengkulu.
Nira aren mudah mengalami kerusakan Data yang dikumpulkan berupa data
karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan primer dari petani/pengrajin gula aren me-
selama penyadapan dan pengangkutan ke liputi pemberian bahan tambahan pada nira
tempat pengolahan dan kerusakan akibat sewaktu disadap. Untuk mengetahui jumlah
proses permentasi. Fermentasi ini disebab- bahan tambahan yang digunakan, dilakukan
kan oleh aktivitas enzim invertasi yang di- dengan cara menimbang bahan tambahan
hasilkan oleh mikroba yang mengkonta- yang dipakai dan volume nira yang telah
minasi nira (Hamzah dan Hasbullah, 1997). disadap, sehingga dapat diketahui jumlah
Mikroba tersebut antara lain Saccharo- bahan tambahan yang digunakan per liter
myces cerevisae yang membantu proses nira. Di samping itu dilakukan pengukuran
hidrolisis sukrosa menjadi gula reduksi di pH (dengan menggunakan Digital pH
dalam nira (Goutara dan Wijandi (1980). meter) dan kadar brix (dengan mengguna-
Pada proses fermentasi nira kandungan brix kan Hand Refraktometer) nira sebelum di-
akan menurun dengan cepat, sementara olah.
kandungan asam seperti asam asetat, laktat Sampel gula aren diambil 5 buah dari
dan tartarat cenderung meningkat. Peruba- masing-masing pengrajin di desa penelitian.
han ini ditandai dengan penurunan pH dan Sampel tersebut kemudian dilakukan pengu-
penurunan kadar brix. Menurut Safari jian di laboratorium untuk mengetahui war -
(1995) persyaratan brix dan pH pada harus na, kadar air (Cara Uji Kadar Air SNI 01-
berada pada kisaran yang ditentukan agar 2891-1992, butir 5.1), kadar abu (Cara Uji
nira dapat diolah menjadi gula aren, yaitu Kadar Abu SNI 01-2891-1992, butir 6.1),
pH harus berkisar 67.5 dan kadar brix di bagian yang tidak larut dalam air (Cara Uji
atas 17%. Bagian Yang Tidak Larut SNI 01-2891-
Petani aren di Bengkulu biasanya me- 1992, butir 13), kadar sukrosa (Cara Uji
nggunakan beberapa bahan tambahan untuk Junlah Gula Sebagai Sukrosa, SNI 01-2892-
memperlakukan nira pada saat disadap se- 1992, butir 3.1), kadar gula pereduksi (Cara
belum diolah. Di Desa Lebong Atas (tidak Uji Gula Prededuksi SNI 01-2892-1992,
menggunakan bahan tambahan) Air Umban, butir 2.1) dan daya tahan simpan.
Bengkulu Selatan biasanya menggunakan Hasil pengukuran brix nira dan pH
buah safat, di Desa Belitar Seberang Keca- dibandingkan dengan standar proses pengo-
matan Padang Ulak Tanding menggunakan lahan nira agar layak untuk diolah (Safari,
deterjen di desa Sindang Kelingi menggu- 1995). Hasil pengujian mutu gula diban-
nakan biji jarak dan di desa Air Meles dingkan dengan standar mutu berdasarkan
Selupu Rejang menggunakan biji kemiri SNI 01-3743-1995 tentang standar mutu
dan minyak kelapa. gula merah (palma) (Anonim, 1995). Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tersebut selanjutnya dinalisis secara des -
penggunaan beberapa bahan tambahan pada kriptif.
nira dan mutu gula aren yang dihasilkan di
beberapa sentra produksi gula aren di Pro-
pinsi Bengkulu. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara dengan petani dan
pengukuran langsung bahan tambahan yang
METODE PENELITIAN
dicampurkan pada nira didapatkan bahwa di
Penelitian berlangsung dari bulan Juni Desa Lebong Atas tidak menggunakan ba-
hingga Agustus 2004. Penelitian dilaksana- han tambahan. Di desa Air Umban, Beng-
kan di lapangan Kabupaten Rejang Lebong kulu Selatan biasanya menggunakan buah
(Desa Sindang Kelingi, Air Meles dan Be- safat (2.3 g L- 1 nira). Di Desa Belitar Se-
litar Seberang), Kabupaten Lebong (Desa berang Kecamatan Padang Ulak Tanding
Lebong Atas) dan Kabupaten Bengkulu menggunakan deterjen 0.43 g L-1 nira di
Penggunaan bahan tambahan pada nira 44

desa Sindang Kelingi menggunakan biji per L- 1 nira ). Hasil pengkuran tingkat ke-
jarak (3.16 g L-1) dan di desa Air Meles asaman (pH) dan kadar brix nira dapat
Selupu Rejang menggunakan biji kemiri dilihat pada Tabel 1.
2.54 g L-1 nira dan 1.28 mL minyak kelapa

Tabel 1. Perbandingan pH dan kadar brix dengan pada beberapa penggunaan bahan
tambahan pada nira

Penggunaan bahan tambahan Pengukuran Nira Standar Nira


pH Brix (%) pH Brix (%)
Tanpa bhan tambahan 6 16.2 6 7.5 > 17
Buah safat 2.3 g L-1 nira 7.2 17.1 6 7.5 > 17
Deterjen 0.43 g L- 1 nira 7.4 18.1 6 7.5 > 17
Biji Jarak 3.16 g L- 1 nira 6.5 17.3 6 7.5 > 17
Biji kemiri2.54 g +1.28 mL 7.1 19.1 6 7.5 > 17
minyak kelapa L-1 nira

Dari data tersebut terlihat bahwa sebenarnya deterjen tidak dianjurkan se-
persyaratan pH nira untuk dapat diolah bagai bahan tambahan makanan sesuai pe-
menjadi gula aren berada pada standar yang raturan Departemen Kesehatan No. 722/
disyaratkan (6-7.5), yang tertinggi terdapat Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tam-
di desa Belitar Seberang (menggunakan bahan Makanan (Anonim, 1988).
deterjen) yaitu 7.4, sedangkan yang te- Kadar brix nira di Desa Lebong Atas
rendah di Desa Lebong Atas (tidak meng- (tidak menggunakan bahan tambahan) be-
gunakan bahan tambahan). Menurut rada di bawah persyaratan kadar brix yang
Sarjono dan Dachlan (1988) nira yang baik untuk diolah. Kadar brix tertinggi ter -
menetes dari tandan mempunyai pH sekitar dapat pada perlakuan pemberian biji kemiri
77.5, bila tidak diberi bahan tambahan dan minyak kelapa. Gountara dan Wiyandi
(pengawet) selama proses penyadapan pH (1980) menyatakan bahwa mikroba yang
akan turun sekitar 5. Pemberian bahan menkontaminasi nira diantaranya adalah
tambahan seperti buah safat, deterjen., biji Saccharomyces cerevisae yang dapat mem-
jarak, dan biji kemiri+minyak kelapa, ter - bantu reaksi hidrolisis sukrosa menjadi gula
bukti dapat mempertahankan pH agar layak reduksi. Penambahan bahan tambahan se-
untuk diolah dibandingkan yang tidak diberi perti buah safat, biji jarak, dan biji kemiri
bahan tambahan sama sekali. Hal ini ke- +minyak kelapa yang mengandung tannin
mungkinan besar disebabkan sifat-sifat ba- dan lemak dapat menghambat aktivitas
han tambahan seperti buah safat, biji jarak, khamir tersebut sehingga dapat mengurangi
buah kemiri + minyak kelapa mengandung reaksi hidrolisis sukrosa menjadi gula re-
tannin dan lemak. Menurut Maynard (1990) duksi. Penambahan deterjen juga dapat
sifat tannin dan lemak penting sebagai mencegah hidrolisis karena khamir tidak da-
bahan pengawet karena menghambat ad- pat tumbuh baik pada suasana basa (Fardiaz,
sorbsi permukaan yang dilakukan oleh 1990).
khamir terhadap substrat. Penambahan Hasil pengamatan terhadap kadar air,
deterjen juga dapat mempertahankan pH, kadar abu dan kadar padatan yang tak larut
karena deterjen bersifat basa, akan tetapi dapat dilihat pada Tabel 2.
Marsigit, W. 45

Tabel 2. Perbandingan kadar air, abu dan padatan tak larut pada beberapa
penggunaan bahan tambahan pada nira

Penggunaan Bahan Kriteri uji mutu gula


Tambahan Air Abu Padatan tak larut
(%,b/b) (%,b/b) (%,b/b)
Tanpa bahan tambahan 9.8 1.7 0.8
Buah safat 2.3 g L-1 nira 9.1 1.8 0.9
Deterjen 0.43 g L-1 nira 7.8 1.6 0.9
Biji Jarak 3.16 g L- 1 nira 8.8 1.9 0.8
Biji kemiri2.54 g +1.28 mL 8.6 1.3 1.7
minyak kelapa /L nira
SNI 01-3743-1995 Maks. 10 Maks. 2.0 Maks. 1.0

Dari Tabel 2 terlihat bahwa kadar air gunaan biji kemiri + minyak kelapa, 1.7%
berkisar antara 7.8% hingga 9.8%, se- tidak memenuhi syarat mutu. Menurut
dangkan kadar abu berkisar antara 1.3 hing- Faesal (1986) padatan tak larut dalam air
ga 1.9%. Berarti untuk semua sampel gula pada gula aren terdiri dari protein, kar -
gula merah memenuhi syarat mutu SNI bohidrat polimer tinggi dan lilin. Kan-
yakni untuk kadar air maksimal 10% dan dungan padatan yang tak larut pada gula
kadar abu 2%. Kadar padatan yang tak larut aren yang melebihi standar tersebut ke-
berkisar antara 0.8% hingga 1.7%. Dari mungkinan disebabkan oleh kandungan
table tersebut terlihat jelas bahwa tidak protein, karbohidrat polimer tinggi dan lilin
menggunakan bahan tambahan dan peng- yang berasal dari nira, biji kemiri dan mi-
gunaan bahan tambahan pada nira seperti nyak kelapa.
buah safat, biji jarak dan deterjen memenuhi Hasil pengamatan terhadap kadar gula
syarat mutu kadar padatan yang tak larut pereduksi dan kadar gula sebagai sukrosa
SNI yaitu maksimal 1%, sedangkan peng- dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan kadar gula reduksi dan gula sebagai sukrosa pada
beberapa penggunaan bahan tambahan pada nira

Kriteri uji mutu gula


Penggunaan bahan tambahan Gula Pereduksi Gula sbg. Sukrosa
(%, b/b) (%, b/b)
Tanpa bahan tambahan 9.1 79.4
Buah safat 2.3 g L-1 nira 8.2 76.1
Deterjen 0.43 g L-1 nira 9.4 74.2
Biji Jarak 3.16 g L- 1 nira 8.8 82.5
Biji kemiri 2.54 g + 1.28 mL 8.6 85.3
minyak kelapa /L nira
SNI 01-3743-1995 Maks. 10 Min. 77

Dari Tabel 3 terlihat bahwa kadar gula (76.1%) dan deterjen (74.2%) tidak
pereduksi baik tanpa penambahan bahan memenuhi standar SNI (minimal 77%).
tambahan, penambahan buah safat, buah Kandungan gula sebagai sukrosa ditentukan
jarak, deterjen dan buah kemiri + minyak oleh varietas aren dan perlakuan nira selama
kelapa telah memenuhi syarat mutu SNI dalam penyadapan (Safari, 1995). Pada
(maksimum 10%. Sedangkan kadar gula penggunaan buah safat mungkin tidak
sebagai sukrosa untuk pengunaan buah safat terlalu berpengaruh terhadap penurunan
Penggunaan bahan tambahan pada nira 46

kadar gula selama dalam penyadapan, lisis sukrosa sehingga dapat mengurangi ra-
namun mungkin memang kandungan gula di sa manis dari gula tersebut.
daerah Bengkulu selatan rendah. Perbandingan Warna dan Daya Tahan
Penambahan deterjen pada proses pe- Simpan Gula Pada Beberapa Penggunaan
nyadapan nira kemungkinan dapat menye- Bahan Tambahan Pada Nira dapat dilihat
babkan kerusakan sukrosa. Meskipun dapat pada Tabel 4. Gambar contoh produk gula
mempertahankan pH kareana kondisi basa, aren yang dihasilkan di beberapa sentra
sehingga hidrolisis oleh khamir dapat produksi di Propinsi Bengkulu dengan per -
dicegah (Gountara dan Wiyandi, 1980; dan lakuan penambahan bebeberapa bahan tam-
Fardiaz, 1990), namun komponen kimia bahan pada saat penyadapan nira dapat di-
dalam deterjen mungkin dapat menghidro- lihat pada Gambar 1.

Belitar
Seberang Lebong Atas (Tanpa bahan
(deterjen) tambahan)

Sindang Kelingi
(biji jarak)

Air Umban
(buah safat)
Air Meles
(kemiri & minya k kelapa)

Gambar 1. Ragam bentuk produksi gula aren di beberapa sentra produksi di


Propinsi Bengkulu

Tabel 4. Perbandingan warna dan daya tahan simpan gula pada beberapa
penggunaan bahan tambahan pada nira

Kriteria uji mutu gula


Penggunaan bahan tambahan
Warna Daya Simpan (hari)
Tanpa bahan tambahan Kuning kecoklatan 55.8
Buah safat 2.3 g L-1 nira Coklat muda 52.1
Deterjen 0.43 g L-1 nira Coklat pucat 26.2
Biji Jarak 3.16 g L- 1 nira Coklat tua 75.3
Biji kemiri 2.54 g + 1.28 mL Coklat tua 89.5
minyak kelapa /l nira
SNI 01-3743-1995 Kuning kecoklatan sampai Tidak meleleh
coklat (selama mungkin)
Marsigit, W. 47

Dari tabel 4 terlihat bahwa untuk kri- menggunakan bahan tambahan persyaratan-
teria warna hanya penambahan deterjen pa- nya di bawah syarat mutu untuk diolah (>
da penyadapan nira yang tidak memenuhi 17 %).
syarat SNI, sedangkan yang lainnya meme- Semua sampel gula merah memenuhi
nuhi persyaratan SNI. Warna gula pada per - syarat mutu SNI yakni untuk kadar air
lakuan penambahan deterjen pada penya- maksimal 10% dan kadar abu 2%. Perla-
dapan nira cenderung coklat pucat, sehingga kuan tidak menggunakan bahan tambahan
cara penampilan kurang menarik. Adanya dan penggunaan bahan tambahan pada nira
deterjen mungkin menyebabkan timbulnya seperti buah safat, biji jarak dan deterjen
buih baik ketika penyadapan maupun pe- memenuhi syarat mutu kadar padatan yang
ngolahan (pemasakan) nira menjadi gula tak larut SNI yaitu maksimal 1%, sedang
menyebabkan terjadinya pencoklatan yang kan penggunaan biji kemiri + minyak kelapa
tidak sempurna. Di samping itu sifat deter - (1.7%) tidak memenuhi syarat mutu.
jen yang umumnya diapakai bahan pem- Perlakuan tanpa penambahan bahan
bersih diduga dapat menyebabkan warna tambahan, penambahan buah safat, buah
pucat pada gula yang dihasilkan. jarak, deterjen dan buah kemiri + minyak
Daya tahan simpan gula pada hasil pe- kelapa telah memenuhi syarat mutu SNI
ngamatan pada tabel 4 berkisar 26.2 hari (maksimum 10 %). Sedangkan kadar gula
hingga 89.5 hari. Daya tahan yang paling sebagai sukrosa untuk pengunaan buah safat
singkat terdapat pada perlakuan penam- (76.1%) dan deterjen (74.2 %) tidak
bahan deeterjen pada penadapan nira (26. 2 memenuhi syarat mutu menurut SNI
hari), sedangkan yang paling lama adalah (minimal 77%).
pada penambahan biji kemiri dan minyak Untuk kriteria warna hanya perlakuan
kelapa (89.5 hari). Penambahan deterjen penambahan deterjen pada penyadapan nira
memang dapat mempertahankan pH yang tidak memenuhi syarat SNI, sedangkan
(Gountara dan Wiyandi, 1980 dan yang lainnya memenuhi persyaratan SNI.
Fardiaz,1990), namun adanya buih-buih Daya tahan simpan yang paling singkat
pada deterjen menyebabkan pori-pori pada terdapat pada perlakuan penambahan de-
gula yang dihasilkan agak lebih besar terjen pada penyadapan nira (26.2 hari), se-
sehingga memungkin gula menjadi renyah dangkan yang paling lama adalah pada
dan higroskopis. Produk-produk yang penambahan biji kemiri dan minyak kelapa
berpori dan renyah pada umumnya mudah (89.5 hari).
menyerap air dari lingkungan (Susanto dan
Saneto, 1994). Keadaan tersebut mungkin
yang dapat membuat gula mudah meleleh. DAFTAR PUSTAKA
Sebaliknya penambahan biji kemiri dan
minyak kelapa justru sebaliknya. Penam- Anonim. 1988. Peraturan Menteri Kese-
bahan minyak dan lemak pada proses peng- hatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang
olahan gula berfungsi untuk mengurangi Bahan Tambahan Makanan. Direktorat
buih (Issoesetyo dan Sudarto, 2001). Biji Pengawasan Obat dan Makanan, Departe-
kemiri dan minyak yang terbawa dari proses men Kesehatan RI. Jakarta.
penyadapan akan mengurangi buih, sehing-
ga struktur gula yang dihasilkan lebih padat. Anonim. 1995 SNI 01-3743-1995 : Standar
Struktur gula yang padat menyebabkan gula Nasional Indonesia Gula Palma. Badan
menjadi relatif tidak higroskopis, sehingga Standardisasi Nasional.
tidak mudah meleleh.
Anonim, 2002. Rancang Bangun Pengem-
KESIMPULAN bangan Kawasan Agribisnis Terpadu di
Persyaratan pH nira untuk dapat diolah Daerah Pedesaan Di Propinsi Bengkulu.
menjadi gula aren berada pada standar yang Kerjasama Fakultas Pertanian UNIB dan
disyaratkan (6 - 7.5) untuk semua perlakuan, Proyek Koordinasi Penataan Pembangunan
sedangkan untuk kadar brix yang tidak Pertanian Departemen Pertanian.
Penggunaan bahan tambahan pada nira 48

Arheman, Y., Pramono, D. Fewidardo dan logi Pangan tanggal 15 17 Juli 1997 di
Wiryastuti. 2001. Strategi Peningkatan Da- Denpasar. Perhimpunan Ahli Teknologi
ya Saing Industri Gula di Jawa. Jurnal Tek- Pangan.
nologi Industri Pertanian IPB. 11 (1) : 27
34. Issoesetyo dan T. Sudarto. 2001. Gula
Kelapa Produk Industri Hilir Sepanjang
Faesal, A.D. 1986. Mempelajari penam- Masa. Arkola, Surabaya.
bahan bahan pengawet, pemanasan, penyim- Maynard, A. J. 1990. Methods in food
panan terhhadap mutu gula aren. Thesis analysis. Academic Press, New York.
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Safari, Ahmad. 1995. Teknik membuat
Fardiaz, Srikandi. 1990. Mikrobiologi gula aren. Karya Anda, Surabaya.
Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Sarjono dan M. A Dachlan. 1988.
Goutara dan S. Wijandi. 1980. Dasar -dasar Penelitian pencegahan fermentasi pada
pengolahan gula. Departemen Teknologi penyadapan nira sebagai bahan baku
Hasil Pertanian . Fatemeta IPB, Bogor. pembuatan gula merah. BBIHP, Bogor.
Hamzah, N dan Hasbullah. 1997. Evaluasi Susanto, T dan B. Saneto. 1994. Teknologi
mutu gula semut yang dibuat dengan Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu,
menggunakan beberapa bahan pengawet Surabaya.
alami. Prosiding Seminar Nasional Tekno-

Anda mungkin juga menyukai