Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/311159601

The Effect of Temperature Cooking of Sugar Juice and Stirring Speed on The
Quality of Brown Sugar Cane

Article · December 2014


DOI: 10.21776/ub.jtp.2014.015.03.01

CITATIONS READS

0 1,485

2 authors:

Shinta Rosalia Dewi Ni'matul Izza


Brawijaya University Brawijaya University
17 PUBLICATIONS   7 CITATIONS    8 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Extraction View project

Pengabdian View project

All content following this page was uploaded by Shinta Rosalia Dewi on 17 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

PENGARUH SUHU PEMASAKAN NIRA DAN KECEPATAN


PENGADUKAN TERHADAP KUALITAS GULA MERAH TEBU

The Effect of Temperature Cooking of Sugar Juice and Stirring Speed


on The Quality of Brown Sugar Cane

Shinta Rosalia Dewi*, Ni’matul Izza, Dyah Ayu Agustiningrum, Dina Wahyu Indriani, Yusron
Sugiarto, Dewi Maya Maharani, Rini Yulianingsih

Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi: email shinta.rd17@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai pengaruh suhu pemasakan dan kecepatan pengadukan terhadap


kualitas gula merah tebu yang diolah dengan evaporator vakum tipe vertikal telah dilaksanakan.
Gula merah tebu dihasilkan dari nira hijau yang telah dimurnikan dari pengotor dengan
penambahan Ca(OH)2. Nira murni dimasak dengan variasi suhu pemasakan 60, 70, dan 80 oC,
serta kecepatan pengadukan 200 dan 250 rpm. Gula merah tebu yang dihasilkan kemudian
dianalisis warna, kadar air, kadar abu, sukrosa, uji organoleptik (uji mutu hedonik terhadap
warna, rasa, tekstur / kekerasan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
pemasakan semakin baik kualitas warna, rasa, dan tekstur (kekerasan) gula merah yang
dihasilkan. Sementara pengaruh kecepatan pengadukan terhadap gula merah tebu, yaitu
semakin tinggi kecepatan pengadukan, kadar air gula merah yang dihasilkan semakin rendah,
sehingga tekstur (kekerasan) gula merah tebu yang dihasillkan semakin baik. Selain dipengaruhi
oleh suhu pemasakan dan kecepatan pengadukan, kualitas gula merah dipengaruhi oleh kualitas
nira dan proses penjernihan. Kualitas nira yang baik akan menghasilkan rendemen yang tinggi,
kadar air yang rendah, kadar sukrosa yang tinggi, serta warna, rasa, dan tekstur yang baik. Hasil
terbaik diperoleh pada gula merah tebu yang dihasilkan dengan suhu pemasakan 70 oC dan
kecepatan pengadukan 250 rpm, yaitu diperoleh rendemen 8.23%, kadar sukrosa 75.37%, tekstur
(kekerasan) 4.52 kg/cm2, dan warna gula merah yang cerah dan mempunyai intensitas yang
tinggi.

Kata kunci: nira tebu, evaporator vakum, gula merah, pengadukan, suhu pemasakan

ABSTRACT

Research of the effect of cooking temperature and stirring speed on the quality of brown sugar cane
were processed by vacuum vertical evaporator have been done. Brown sugar cane produced from purified
green cane juice. The purification was done with addition of Ca(OH)2. Pure juice cooked with cooking tem-
perature of 60, 70, and 80 oC, and the stirring speed of 200 and 250 rpm. Brown sugar cane was analyzed
for color, moisture content, ash content, sucrose, and organoleptic test (hedonic quality test for color, flavor,
and texture of hardness). The results showed that the higher of cooking temperature, the better the quality
of color, flavor, and hardness brown sugar cane produced. While the higher stirring speed, lower moisture
content of brown sugar, so the hardness of brown sugar was better. Besides effect of cooking temperature
and stirring speed, quality of brown sugar cane was affected by the quality of cane juice and juice purifica-
tion process. Good quality of cane juice will produce high yield, low moisture content, high sucrose, and
good color, flavor, and hardness. The best result was obtained on brown sugar cane produced by cooking
temperature of 70 oC and stirring speed of 250 rpm, which was obtained yield of 8.23%, sucrose of 75.37%,
hardness of 4.52 kg/cm2, bright and high color intensity of brown sugar cane.

Keywords: cane sugar, vacuum evaporator, brown sugar, stirring, cooking temperature

149
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

PENDAHULUAN berlebihan yang dapat menyebabkan warna


gula merah menjadi pekat. Penelitian ini
Tebu merupakan salah satu hasil dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pertanian yang cukup melimpah di pengaruh suhu pemasakan dan kecepatan
Indonesia, dan sering digunakan sebagai pengadukan terhadap kualitas gula merah
bahan baku pembuatan gula, baik gula tebu yang dihasilkan dengan evaporator
pasir, gula merah maupun gula cair. vakum tipe vertikal. Evaporator jenis vertikal
Pengolahan gula pasir dan gula cair dari sangat efisien dengan rasio penguapan yang
tebu membutuhkan proses yang panjang dan lebih baik daripada jenis horizontal (Soetedjo
sulit untuk dilaksanakan dalam skala kecil dan Suharto, 2009).
atau rumah tangga. Sementara pembuatan
gula yang biasa dilakukan dalam skala kecil BAHAN DAN METODE
adalah pembuatan gula merah, karena dapat
dilakukan dengan metode tradisional yang Bahan
hanya membutuhkan peralatan sederhana. Bahan baku gula merah yang
Gula merah tebu dihasilkan dari pengeringan digunakan dalam penelitian ini adalah nira
air/sari tebu. Gula merah tebu juga disebut tebu hijau, kapur (Ca(OH)2), dan akuades.
gula non-sentrifugal, yang mempunyai fungsi Nira tebu didapatkan dari pengepul tebu di
biologis pada kesehatan manusia, termasuk daerah Tulungagung, Jawa Timur. Ca(OH)2
antikariogenik, antitoksik-sitoprotektif, anti- yang digunakan mempunyai kualitas
karsinogenik, dan efek antioksidan (Payet foodgrade.
et al., 2005; Jaffe, 2012). Kokuto (gula merah
di Jepang) mengandung senyawa bioaktif Alat
termasuk fenolik dan polikosanol yang Peralatan yang digunakan dalam
mempunyai aktivitas antiarteosklerotik penelitian ini adalah mesin pemeras tebu,
(Okabe et al., 2009). kompor LPG, evaporator vakum, stopwatch,
Beberapa penelitian telah dilakukan pengaduk, timbangan analitik (Mettler
mengenai pembuatan gula merah tebu yaitu PM460), wadah bahan, gelas ukur, oven
dengan metode tradisional (Lesthari, 2006; (Heraeus T 505), desikator, kertas pH, hand
Yustiningsih, 2006), metode evaporator refraktometer, color analyzer (PCE RGB 2).
(Gbabo et al., 2004), evaporator vakum
(Maharani et al., 2013). Pengolahan gula merah Metode Penelitian
dengan metode tradisional belum disertai Tebu hijau diperas dengan mesin
dengan pengontrolan suhu pemasakan pemeras tebu sehingga didapatkan nira
dan kecepatan pengaduk, sehingga dapat tebu, selanjutnya dilakukan penyaringan
menyebabkan karamelisasi berlebihan yang nira dengan kain saring untuk memisahkan
menyebabkan warna gula merah yang sisa-sisa ampas tebu yang masih tercampur
dihasilkan terlalu pekat. Suhu pemasakan dalam nira. Nira yang diperoleh diukur
yang tidak dikontrol dapat mengakibatkan brix dan pHnya, kemudian dilakukan
rusaknya sukrosa. Kandungan sukrosa pemurnian nira dengan defekasi. Proses
merupakan faktor penting (penentu) standar defekasi nira tebu dilakukan dengan
kualitas gula merah tebu, sehingga sukrosa penambahan Ca(OH)2 sebanyak 0.1% (b/v)
dalam nira juga harus dijaga supaya tidak dan dipanaskan sampai mendidih selama
mengalami inversi. Inversi sukrosa dapat 30 menit, kemudian disaring menggunakan
terjadi karena suhu yang tinggi dan pH yang kain saring. Kemudian nira didinginkan
terlalu basa. dan disedimentasi, lalu didekantasi untuk
Untuk mencegah inversi sukrosa memisahkan pengotornya. Nira murni ini
karena suhu yang tinggi dapat dilakukan yang kemudian digunakan sebagai bahan
pembuatan gula merah tebu menggunakan baku pembuatan gula merah. Nira murni
evaporator vakum, dimana tekanan dimasak dalam evaporator vakum dengan
dinaikkan dari tekanan atmosfer sehingga variasi suhu pemasakan 60, 70, dan 80 °C
suhu pemasakan dapat diturunkan, sehingga dan kecepatan pengadukan 200 dan 250
mencegah kerusakan sukrosa dan warna gula rpm. Nira murni dimasak sampai mengental
merah yang dihasilkan semakin muda (Latief, dan matang serta siap dicetak menjadi gula
et al., 2010) Penurunan suhu pemasakan merah. Nira yang sudah matang kemudian
juga dapat mencegah proses karamelisasi dicetak dan didinginkan sehingga diperoleh

150
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

gula merah. Gula merah yang dihasilkan kandungan sukrosa di dalam nira terinversi
kemudian dianalisis kadar air, kadar abu, menjadi glukosa dan fruktosa, sehingga
sukrosa, warna, dan uji mutu hedonik menurunkan kualitas gula merah yang
terhadap warna, rasa dan tekstur. dihasilkan (Azmi, 2008), dan tidak akan
Kadar air gula merah dianalisis menghasilkan gula merah saat dicetak, tetapi
menggunakan metode SNI 2891-1992 hanya menghasilkan gula kenyal atau gulali.
tentang uji makanan dan minuman, yaitu Sementara pengukuran brix nira dilakukan
sampel gula ditimbang sebelum dan karena semakin tinggi nilai brix nira, semakin
setelah dioven. Nilai kadar air diukur banyak gula merah yang akan dihasilkan.
dari selisih berat. Pengukuran kadar abu Brix adalah jumlah zat padat semu yang
gula merah sesuai dengan SNI 2891-1992, larut (dalam gram) setiap 100 g larutan,
yaitu sampel gula ditimbang beratnya yang menyatakan jumlah padatan gula dan
kemudian diabukan, selanjutnya nilai padatan kotoran bukan gula. Sehingga nilai
kadar abu dihitung dari selisih beratnya. brix nira dapat dianggap sebagai perkiraan
Penentuan kadar sukrosa dilakukan sesuai kadar gula di dalam nira. Hasil pengukuran
metode Pontoh(2013), sedangkan warna pH dan brix nira awal ditampilkan pada
diukur dengan Color Analyzer (PCE RGB Tabel 1.
2) dengan range sampai 1023. Uji mutu Dari hasil pengukuran pH dan brix
hedonik dilakukan terhadap warna, rasa nira, nira yang digunakan dalam penelitian
dan tekstur. Uji mutu hedonik dilakukan layak sebagai bahan baku gula merah. Nira
terhadap 25 orang dengan skor penilaian 1 dimurnikan terlebih dahulu dari pengotor
(jelek), 3 (sedang), dan 5 (baik). dengan penambahan Ca(OH)2 sebanyak
0.1% (b/v) dan didihkan selama ±30 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penambahan Ca(OH)2 dimaksudkan untuk
mengikat dan mengendapkan kotoran yang
Pada penelitian ini pembuatan gula bebas dari saringan kain dan meningkatkan
merah tebu dilakukan dengan menggunakan pH nira sehingga kapang tidak bisa tumbuh.
evaporator vakum tipe vertikal dengan Setelah penjernihan, nira murni dimasak
pengaduk otomatis. Pengaduk otomatis dengan variasi suhu 60, 70, dan 80 oC serta
dibuat vertikal dengan tujuan dapat kecepatan pengadukan 200 dan 250 rpm.
mengoptimalkan pengadukan bahan. Pemasakan nira dihentikan ketika nira sudah
Pemasakan gula merah dilakukan dengan mulai pekat dan berwarna kecoklatan. Uji
evaporator vakum, karena proses vakum kematangan nira juga dapat diuji dengan
dapat menurunkan suhu penguapan nira, menarik nira pekat, apabila terdapat benang-
sehingga diharapkan dapat memberikan benang gula yang mudah putus, maka nira
kualitas gula merah yang lebih baik dengan siap dicetak.
warna yang lebih cerah. Pada penelitian Berdasarkan Tabel 1, rendemen gula
ini tekanan yang digunakan adalah -70 merah tebu tertinggi diperoleh dari nira
cmHg, sehingga dapat mempercepat proses yang mempunyai nilai brix tertinggi, dan
pemasakan nira menjadi gula merah. rendemen terendah diperoleh dari nira yang
Menurut Moran et al. (2011) pemasakan mempunyai nilai brix terendah. Pada sampel
dengan kondisi vakum (-70 cmHg) dapat dengan nilai brix 8% (berat nira 2060 g),
mempercepat pemasakan karena perubahan rendemen gula merah yang diperoleh adalah
fase air menjadi uap terjadi pada suhu yang 164.62 g (sekitar 8% dari berat nira). Semakin
lebih rendah yaitu 41.4 oC dengan panas tinggi nilai brix nira, semakin tinggi nilai
laten penguapan 2405 kJ/kg. brix gula dan rendemen gula merah yang
Pembuatan gula merah dibuat dari dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa brix
nira tebu hijau dengan evaporator vakum nira mempengaruhi rendemen dan kualitas
tipe vertikal dengan suhu pemasakan 60, 70, gula merah yang dihasilkan.
dan 80 oC dan kecepatan 200 dan 250 rpm.
Sebelum digunakan sebagai bahan baku, a. Warna
dilakukan pengukuran pH dan brix nira Warna merupakan salahsatu
untuk mengetahui kelayakan nira sebagai parameter penilaian kualitas produk dan
bahan baku gula merah. Nira yang baik penerimaan konsumen. Hasil pengukuran
mempunyai pH antara 5-7 (Estiasih, 2009). warna dengan color analyzer model RGB
pH nira yang rendah akan menyebabkan (Red, Green, Blue) ditunjukkan pada Tabel 2.

151
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

Pada sampel gula merah, intensitas mempengaruhi reaksi karamelisasi yang


warna merah (R) selalu lebih tinggi terjadi selama pemasakan gula merah. Reaksi
dibandingkan warna hijau (G) dan biru (B), karamelisasi terjadi karena gula (glukosa,
sehingga penentuan kualitas gula merah fruktosa, sukrosa, dll) dipanaskan hingga
dapat ditinjau dari tingginya nilai R. Dari mencapai titik lelehnya, sehingga semakin
hasil pengukuran pada Tabel 2, intensitas tinggi suhu pemasakan, semakin tinggi
warna R (merah), G (hijau), dan B (biru) intensitas warna gula yang dihasilkan. Akan
yang terkandung dalam gula merah yang tetapi untuk mendapatkan warna yang baik
paling tinggi terdapat pada sampel gula harus dilakukan pemasakan dengan suhu
yang diproses dengan suhu pemasakan 70oC yang tepat. Apabila suhunya terlalu rendah,
dan kecepatan pengadukan 250 rpm. Namun reaksi karamelisasi kurang maksimal,
demikian, secara fisik warna gula merah yang sebaliknya apabila suhunya terlalu tinggi,
dihasilkan telah memenuhi SNI 01-6237-2000 reaksi karamelisas`1i yang berlebihan dapat
yaitu berwarna coklat kekuningan. Intensitas menyebabkan warna coklat tua yang kurang
warna pada gula merah dipengaruhi oleh menarik. Sementara, kecepatan pengadukan
proses pemasakan dan nilai akhir brix. Suhu hanya mempengaruhi proses evaporasi,
dan lama evaporasi mempengaruhi warna bukan reaksi karamelisasi.
gula, di mana semakin lama evaporasi Penilaian terhadap warna juga
semakin tinggi nilai brix akhir (Saloko dan dilakukan dengan uji mutu hedonik dengan
Lalu, 2009). skala 1 (coklat kehitaman), 3 (coklat) dan 5
Proses pemasakan nira mempengaruhi (kuning kecoklatan cerah). Hasil pengujian
pembentukan warna gula merah yang mutu hedonik ditampilkan pada Gambar 2.
dihasilkan, di mana semakin tinggi suhu Dari hasil yang ditunjukkan pada Gambar
pemasakan, semakin tinggi intensitas warna 2, dapat dilihat bahwa suhu pemasakan
merah pada gula merah. Warna kecoklatan dan kecepatan pengadukan tidak terlalu
pada gula merah disebabkan adanya berpengaruh terhadap uji mutu hedonik
reaksi browning Maillard dan karamelisasi warna. Warna gula merah yang paling baik
yang menghasilkan pigmen melanoidin menurut panelis adalah gula merah yang
(pigmen warna coklat). Suhu pemasakan dihasilkan dengan suhu pemasakan 70 oC

Tabel 1. Hubungan Kualitas Nira Awal (pH, Brix) terhadap Gula Merah yang Dihasilkan (Brix,
rendemen)
Kecepatan Suhu V Berat
pH Brix Brix Berat Rendemen
Pengadukan Pemasakan nira nira
nira nira gula gula (g) (%)
(rpm) (oC) (L) (g)
60 2 1635.4 6 6 92.4 141.2 7.06
200 rpm 70 2 1631.2 6 7 91 108.1 5.41
80 2 2065 6 6 90 85.6 4.28
60 2 1579.4 6 7 93.7 136.5 6.83
250 rpm 70 2 2060 5 8 94.3 164.62 8.23
80 2 2042 6 5 93.5 50.3 2.52

Tabel 2 Hasil Pengukuran Warna Gula Merah Tebu


Kecepatan pengadukan Warna
Suhu(oC) Brix (%)
(rpm) R G B
60 92.4 253 101 70
200 70 91.0 256 114 86
80 90.0 290 116 81
60 93.7 234 98 72
250 70 94.3 464 202 149
80 93.5 183 72 52
Penjelasan untuk Tabel : Pembacaan tertinggi RGB di alat 1023.

152
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

dan kecepatan pengadukan 250 rpm, yaitu Berdasarkan Gambar 3, kadar air
coklat kekuningan (cerah). Hasil tersebut gula merah tebu cukup bervariasi, berkisar
sesuai dengan hasil pengukuran warna antara 8.44% dan 11.83%. Pada penelitian
dengan RGB yang ditunjukkan pada Tabel sebelumnya (Maharani, et al., 2013), kadar
2. air gula merah yang dihasilkan berkisar
antara 8.3% sampai 12%. Kadar air terendah
b. Kadar air diperoleh pada pembuatan gula merah
Kadar air bahan merupakan salah satu dengan perlakuan suhu 60 oC dan kecepatan
parameter yang penting dalam suatu bahan pengadukan 250 rpm, yaitu sebesar 8.44%.
pangan, karena mempengaruhi tekstur, Apabila dibandingkan antara pembuatan
umur simpan, penerimaan konsumen, gula merah dengan kecepatan pengadukan
dan lain-lain. Semakin tinggi kadar air 200 rpm dan 250 rpm, hasil kadar air
dalam suatu bahan, semakin tinggi resiko gula merah yang dihasilkan dengan
kerusakan bahan karena bakteri, mikroba, kecepatan pengadukan 250 rpm lebih
jamur, atau proses kimia yang mungkin rendah dibandingkan dengan kecepatan
terjadi seperti oksidasi. Pada gula merah, pengadukan 200 rpm. Hal ini dikarenakan
kadar air dapat mempengaruhi tekstur gula. semakin cepat pengadukan, semakin tinggi
Semakin tinggi kadar air gula merah dapat proses evaporasi yang terjadi, sehingga air
menyebabkan tingkat kekerasan dan masa yang terkandung di dalam bahan semakin
simpan gula merah menurun (Dachlan sedikit. Menurut standar SNI 01-6237-2000
dalam Yustiningsih, 2006). Pada penelitian kadar air gula merah mutu II maksimal
ini, hasil pengukuran kadar air gula merah 10%. Secara umum, kadar air gula merah
ditunjukkan pada Gambar 3. tebu hasil penelitian telah memenuhi

Gambar 2 Hasil Uji Mutu Hedonik Terhadap Warna Gula Merah Tebu

Gambar 3 Hasil Analisis Kadar Air Gula Merah Tebu

153
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

standar SNI. Akan tetapi masih terdapat Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa
gula merah dengan kadar air di atas 10%, kadar abu gula merah yang dihasilkan
yaitu gula merah yang dihasilkan dengan bervariasi antara 1.14 sampai 2.72%. Hasil
kecepatan pengadukan 200 rpm. Hal ini penelitian yang menunjukkan trend kadar
dimungkinkan karena pengukuran kadar abu yang naik turun menyatakan bahwa
air dilakukan bersama untuk semua sampel, kadar abu gula merah tidak dipengaruhi
sehingga sampel yang dihasilkan terlebih oleh suhu pemasakan maupun kecepatan
dahulu disimpan dalam waktu yang cukup pengadukan. Kadar abu gula merah
lama. Akibatnya gula merah dimungkinkan tebu dipengaruhi oleh kualitas nira yang
telah menyerap uap air dari lingkungan. digunakan sebagai bahan baku. Semakin
Hal ini juga terlihat dari tekstur beberapa banyak pengotor yang terkandung di
sampel gula merah yang dihasilkan sudah dalam nira, semakin banyak Ca(OH)2 yang
sedikit lembek karena lama penyimpanan. terikat, sehingga proses penjernihan nira
Kadar air gula merah selain dipengaruhi juga semakin sulit. Akibatnya masih cukup
oleh proses pemasakan, juga dipengaruhi banyak Ca(OH)2 yang tercampur di dalam
oleh kadar gula pereduksi. Kadar air akan nira setelah proses penjernihan. Sisa Ca(OH)2
semakin tinggi dengan semakin tingginya tersebut yang menyebabkan meningkatnya
kandungan gula pereduksi, khususnya kandungan Ca di dalam gula merah, sehingga
fruktosa. Fruktosa bersifat higroskopis, menyebabkan kadar abu gula merah menjadi
sehingga mudah menyerap air atau uap air tinggi.
yang ada di lingkungan. Kelembaban udara
di lingkungan yang cukup tinggi dapat d. Sukrosa
menyebabkan gula merah mudah menyerap Kandungan gula (sukrosa) merupakan
uap air sehingga mengakibatkan peningkatan salah satu parameter kualitas gula merah
kadar air dan penurunan tekstur gula merah. tebu. Semakin tinggi kandungan sukrosa di
dalam gula merah, semakin baik kualitas
c. Kadar abu gula merah. Hasil pengukuran kadar
Kadar abu merupakan salah satu gula (sukrosa) di dalam gula merah tebu
parameter yang penting dalam penentuan ditunjukkan pada Gambar 5.
kualitas gula merah, karena pada proses Berdasarkan hasil pengukuran pada
penjernihan dilakukan penambahan Gambar 5 dapat dilihat bahwa kadar gula
Ca(OH)2 yang dimungkinkan menyebabkan tertinggi terdapat pada sampel gula merah
adanya kandungan Ca dalam produk. Kadar yang dihasilkan dengan suhu pemasakan
abu total dalam gula merah tebu merupakan 70 oC dan kecepatan pengadukan 250
parameter yang menyatakan kandungan Ca. rpm. Hasil ini sesuai dengan hasil yang
Ca(OH)2 yang ditambahkan jumlahnya sama ditampilkan pada Tabel 1 bahwa nilai brix
untuk setiap sampel, yaitu 0.1%(b/v). Hasil gula tertinggi terdapat pada sampel tersebut.
pengukuran kadar abu gula merah tebu yang Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
dihasilkan pada penelitian ini ditunjukkan nilai brix, semakin tinggi kandungan sukrosa
pada Gambar 4. di dalam gula merah. Menurut SNI 01-

Gambar 4 Hasil Pengukuran Kadar Abu Gula Merah Tebu

154
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

6237-2000 kadar gula (sukrosa) dalam gula e. Rasa


merah minimum 65% (mutu I) atau 60% Penilaian rasa gula merah dilakukan
(mutu II). Kadar sukrosa yang diperoleh dengan pengujian mutu hedonik dengan
pada penelitian ini semua telah memenuhi skala 1 (manis agak pahit), 3 (manis), atau
standar minimal, karena semua sampel gula 5 (sangat manis). Hasil uji mutu hedonik
mempunyai kadar gula di atas 60% (mutu II) terhadap rasa gula merah tebu dapat dilihat
dan 65% (mutu I). pada Gambar 6.
Suhu pemasakan dan kecepatan Dari hasil uji hedonik pada Gambar 6
pengadukan tidak terlalu berpengaruh dapat dilihat bahwa penilaian yang paling
signifikan terhadap kadar gula dalam gula baik menurut panelis adalah gula merah
merah. Hal ini dapat dilihat dari Gambar yang diolah dengan suhu pemasakan 80
5 di mana kadar sukrosa naik kemudian ºC dan kecepatan pengadukan 200 rpm.
turun dengan naiknya suhu pemasakan, Dari hasil tersebut, suhu pemasakan 80 ºC
sedangkan berdasarkan kecepatan merupakan suhu optimal yang menghasilkan
pengadukan gula yang dihasilkan dengan gula merah dengan rasa paling baik. Hal
kecepatan pengadukan yang lebih tinggi ini sesuai dengan penelitian Maharani et al.
relatif mempunyai kadar gula yang lebih (2013) yang telah melakukan uji hedonik
tinggi. Kadar sukrosa dalam gula merah yang terhadap rasa gula merah hasil pemasakan
dihasilkan lebih dipengaruhi oleh kualitas dengan variasi suhu dan menghasilkan
nira yang digunakan. Pada penelitian ini rasa gula merah paling baik dengan suhu
kadar sukrosa yang dihasilkan masih cukup pemasakan 80 ºC. Suhu pemasakan 80 ºC
rendah meskipun telah memenuhi standar merupakan suhu optimal pemasakan gula
SNI. Hal ini disebabkan karena nira yang merah tebu yang dapat menyebabkan
digunakan sebagai bahan baku adalah nira terjadinya reaksi karamelisasi yang tepat dan
hijau, di mana nilai brixnya rendah. tidak berlebihan, sehingga gula merah yang

Gambar 5 Hasil Pengukuran Gula (Sukrosa) Pada Gula Merah Tebu

Gambar 6 Hasil Uji Mutu Hedonik Terhadap Rasa Gula Merah Tebu

155
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

dihasilkan memiliki rasa yang khas karamel 7 dapat dilihat bahwa dengan kecepatan
gula tebu tanpa rasa pahit. Berdasarkan pengadukan 250 rpm, tekstur gula merah
Gambar 6, penilaian rasa gula merah tebu tebu dinilai cenderung lebih baik daripada
menurut panelis berkisar antara 3.2 sampai yang diproses dengan kecepatan 200 rpm.
3.8, sehingga dapat dikatakan bahwa semua Hasil tebaik diperoleh pada gula merah
rasa gula merah rata-rata baik dan dinilai yang dimasak dengan suhu 70 oC dan
cukup baik. Hasil ini telah sesuai dengan kecepatan pengadukan 250 rpm. Kecepatan
standar SNI 01-6237-2000 yang menyatakan pengadukan yang lebih tinggi (250 rpm) dan
bahwa rasa dari gula merah adalah khas , adanya pemanasan menyebabkan tekstur
baik untuk mutu I maupun mutu II. gula merah yang dihasilkan menjadi lebih
Rasa pada gula merah dipengaruhi baik/keras, karena evaporasinya semakin
oleh proses pemasakan. Selama pemasakan baik. Kecepatan pengadukan mempengaruhi
nira menjadi gula merah terjadi reaksi laju evaporasi nira. Semakin tinggi kecepatan
Maillard (De Man, 1997) dan karamelisasi pengadukan semakin besar laju evaporasi.
yang menyebabkan munculnya rasa yang Adanya pengadukan pada proses evaporasi
khas. Pada saat pemasakan gula merah, akan memperbesar luas permukaan kontak
terjadi perubahan struktur gula menjadi antara nira dengan udara panas, sehingga
lebih kompleks karena adanya pemanasan. laju evaporasi meningkat. Semakin tinggi
Hal ini menyebabkan terjadinya karamelisasi suhu pemasakan gula merah, nilai skala
yang menyebabkan perubahan rasa manis mutu hedonik yang diberikan oleh panelis
nira tebu menjadi rasa manis khas gula. Suhu semakin tinggi. Kecepatan pengadukan yang
pemasakan dan kecepatan pengadukan rendah menyebabkan sedikitnya penguapan
mempengaruhi terbentuknya rasa pada gula yang terjadi sehingga produk menjadi lebih
merah tebu karena kondisi pemasakan sangat lunak.
menentukan kualitas hasil. Oleh karena itu Pada Gambar 7, berdasarkan hasil
diperlukan kondisi pemasakan yang tepat. uji organoleptik terhadap tekstur gula,
Pada suhu rendah (60 ºC), gula merah tetap tekstur gula merah hasil penelitian relatif
memiliki rasa manis yang khas namun dinilai semakin baik dengan semakin tingginya
panelis kurang manis, sementara hasil gula suhu pemasakan . Tekstur gula merah juga
merah tebu dengan pemasakan suhu tinggi dipengaruhi oleh kandungan sukrosa dalam
(80ºC) dapat dikatakan merupakan suhu gula. Semakin tinggi kadar sukrosa dalam
optimal pada pemasakan gula merah, karena gula, semakin keras (baik) tekstur gula yang
rasa gula merah tebu dinilai panelis tetap dihasilkan. Dari data pada Gambar 7, gula
khas, manis, namun juga tidak pahit. merah yang dihasilkan dengan kecepatan
pengadukan 250 rpm mempunyai tekstur
f. Tekstur kekerasan yang semakin baik dengan naiknya
Penilaian tekstur (kekerasan) suhu pemasakan, akan tetapi kemudian
dilakukan dengan uji mutu hedonik dengan turun pada suhu pemasakan 80 oC. Hal
skala 1 (sangat lunak), 3 (agak lunak) dan ini disebabkan oleh kandungan sukrosa
5 (keras). Hasil uji mutu hedonik dapat pada gula merah dengan suhu pemasakan
dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 80 oC dan kecepatan pengadukan 250

Gambar 7 Hasil Uji Mutu Hedonik Terhadap Tekstur Gula Merah Tebu

156
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

rpm mempunyai kadar sukrosa paling SIMPULAN


rendah (fruktosa lebih tinggi), sehingga
menyebabkan tekstur gula semakin lunak, Variasi suhu pemasakan dan kecepatan
karena fruktosa bersifat higroskopis. pengadukan berpengaruh terhadap kualitas
Dari keseluruhan hasil penelitian, gula merah yang dihasilkan. Semakin tinggi
variasi suhu pemasakan dan kecepatan suhu pemasakan semakin baik kualitas
pengadukan mempengaruhi kualitas gula warna, dan tekstur (kekerasan) gula merah
merah tebu yang dihasilkan. Pada penelitian yang dihasilkan. Semakin tinggi kecepatan
ini, suhu pemasakan gula merah tebu pengadukan, kadar air gula merah yang
mempengaruhi warna, rasa, dan tekstur dihasilkan semakin rendah, sehingga
(kekerasan) gula merah yang dihasilkan. tekstur (kekerasan) gula merah tebu yang
Suhu pemasakan mempengaruhi reaksi dihasillkan semakin baik. Selain itu, kualitas
karamelisasi selama proses pemasakan, gula merah juga dipengaruhi oleh kualitas
karena karamelisasi yang baik diperoleh nira dan proses penjernihannya. Nira
pada suhu pemasakan yang tepat. Semakin yang mempunyai brix yang tinggi akan
tinggi suhu pemasakan, semakin baik menghasilkan rendemen gula merah yang
warna, rasa, dan tekstur (kekerasan) gula tinggi dengan kadar sukrosa tinggi, sehingga
merah tebu. Akan tetapi, apabila suhunya kadar air semakin rendah, dan teksturnya
terlalu tinggi, maka akan terjadi karamelisasi semakin baik.
berlebihan sehingga gula yang dihasilkan
dapat menjadi gosong. Oleh karena itu DAFTAR PUSTAKA
dibutuhkan suhu pemasakan yang tepat.
Kecepatan pengadukan Azmi TI, 2008. Penghambatan Degradasi
mempengaruhi kadar air dan tekstur gula Sukrosa dalam Nira Tebu Menggunakan
merah tebu yang dihasilkan. Pengadukan Gelembung Gas Nitrogen dalam Reaktor
perlu dilakukan untuk mempercepat Venturi Bersirkulasi, Thesis Program
penguapan air dari nira dan untuk Studi Teknologi Industri Pertanian.
membentuk kristal gula yang kompak serta Institut Pertanian Bogor, Bogor
menghasilkan warna gula yang seragam. Dachlan MA, 1984. Proses Pembuatan Gula
Kecepatan pengadukan mempengaruhi Merah, Di dalam laporan Up Grading
proses evaporasi saat pemasakan. Semakin Tenaga Pembina Gula Merah, Balai
tinggi kecepatan pengadukan, semakin Besar Industri Hasil Pertanian Bogor.
tinggi laju evaporasi, sehingga kadar air De Man JM., 1997. Principle of Food Chemistry.
semakin rendah dan tekstur (kekerasan) The AVI Publishing Company, Inc.,
semakin baik. Westport, Connecticut.
Di samping suhu pemasakan dan Estiasih E, 2009., Teknologi Pengolahan Pangan,
kecepatan pengadukan, kualitas gula merah Bumi Aksara, Jakarta
tebu juga dipengaruhi oleh kualitas nira yang Gbabo AC, Wada and Akinsanya TO, 2004,
digunakan sebagai bahan baku dan proses Indigenous Brown Sugar Processing
penjernihan nira. Semakin baik kualitas nira Technology in Nigeria : Past and On-
yang akan digunakan, semakin baik kualitas going Research, Sugar Tech, 6 (3), 113
gula merah tebu yang dihasilkan. Kualitas - 117
nira yang digunakan sangat mempengaruhi Jaffe WR (2012), Health Effect of Non-
rendemen, kadar air, kadar sukrosa, warna, Centrifugal Sugar (NCS) : A review.
rasa, dan tekstur. Semakin tinggi brix nira, Sugar Tech, 14, 87-94.
semakin tinggi rendemen dan kadar sukrosa Latief AS, Rizal S, Bambang P, Muhadiono.
gula merah yang dihasilkan. Semakin tinggi 2010. Peningkatan Mutu Gula Tumbu
kadar sukrosa dalam nira, gula pereduksi Melalui Metode Sulfitasi Dalam
dalam nira rendah, sehingga kadar air Laboratorium. Jurnal Gema Teknologi
semakin rendah, semakin baik warna, rasa Vol 16, No 1 Periode April 2010 –
dan tekstur gula merah. Kandungan gula Oktober 2010. Institut Pertanian
pereduksi yang tinggi akan mempercepat Bogor.
penggosongan (karamelisasi) selama Lesthari AP, 2006, Pengaruh Waktu Tunda
pemanasan, dan juga menyebabkan gula Giling Tebu dan Penambahan Natrium
merah lebih higroskopis sehingga cepat Metabisulfit terhadap Mutu Gula Merah
menjadi lembek dalam penyimpanan. Tebu, Skripsi, FTP, IPB

157
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]

Maharani DM, Yulianingsih R, Sugiarto Y, and Volatile Constituents. Journal of


Dewi SR, Komar N, Indriani DW, 2013, Agricultural and Food Chemistry, 53,
Pengaruh Suhu Pemasakan dan pH Nira 10074–10079
dengan Menggunakan Teknologi Vakum Saloko S dan Lalu I, 2009. Pembuatan Gula
Terhadap Kulaitas Gula Merah Tebu. Semut Aren menggunakan Teknik
Laporan Penelitian, FTP, UB, Malang. Penguapan Hampa, Makalah Bidang
Moran MJ, Shapiro HN, Boettner DD, Bailey Teknik Pertanian, ISSN 2081-7152,
MB, 2011. Fundamental of Engineering Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Thermodynamics. John and Wiley, Inc. Pertanian, Universitas Mataram.
Okabe T, Toda T, Inafuku M, Wada Soetedjo JN, dan Suharto I. 2009. Perancangan
K, Iwasaki H, and Oku H. 2009. dan Uji Coba Alat Evaporator Nira
Antiatherosclerotic function of Aren. Laporan Penelitian. Jurusan
Kokuto, Okinawan noncentrifugal Teknik Kimia FTI, Universitas Katolik
cane sugar. Journal of Agricultural and Parahyang. Bandung.
Food Chemistry. 57 69–75. Yustiningsih F. 2006. Perbaikan proses
Payet B, Sing ASC, and Smadja J. 2005. penjernihan nira tebu pada industri gula
Assessment of Antioxidant Activity merah tebu (studi kasus pada industri gula
of Cane Brown Sugars by ABTS and merah tebu di kecamatan kebonsari, kab
DPPH Radical Scavenging Assays: madiun). Skripsi. Fakultas Teknologi
Determination of Their Polyphenolic Pertanian. IPB

158

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai