net/publication/311159601
The Effect of Temperature Cooking of Sugar Juice and Stirring Speed on The
Quality of Brown Sugar Cane
CITATIONS READS
0 1,485
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Shinta Rosalia Dewi on 17 August 2017.
Shinta Rosalia Dewi*, Ni’matul Izza, Dyah Ayu Agustiningrum, Dina Wahyu Indriani, Yusron
Sugiarto, Dewi Maya Maharani, Rini Yulianingsih
ABSTRAK
Kata kunci: nira tebu, evaporator vakum, gula merah, pengadukan, suhu pemasakan
ABSTRACT
Research of the effect of cooking temperature and stirring speed on the quality of brown sugar cane
were processed by vacuum vertical evaporator have been done. Brown sugar cane produced from purified
green cane juice. The purification was done with addition of Ca(OH)2. Pure juice cooked with cooking tem-
perature of 60, 70, and 80 oC, and the stirring speed of 200 and 250 rpm. Brown sugar cane was analyzed
for color, moisture content, ash content, sucrose, and organoleptic test (hedonic quality test for color, flavor,
and texture of hardness). The results showed that the higher of cooking temperature, the better the quality
of color, flavor, and hardness brown sugar cane produced. While the higher stirring speed, lower moisture
content of brown sugar, so the hardness of brown sugar was better. Besides effect of cooking temperature
and stirring speed, quality of brown sugar cane was affected by the quality of cane juice and juice purifica-
tion process. Good quality of cane juice will produce high yield, low moisture content, high sucrose, and
good color, flavor, and hardness. The best result was obtained on brown sugar cane produced by cooking
temperature of 70 oC and stirring speed of 250 rpm, which was obtained yield of 8.23%, sucrose of 75.37%,
hardness of 4.52 kg/cm2, bright and high color intensity of brown sugar cane.
Keywords: cane sugar, vacuum evaporator, brown sugar, stirring, cooking temperature
149
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
150
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
gula merah. Gula merah yang dihasilkan kandungan sukrosa di dalam nira terinversi
kemudian dianalisis kadar air, kadar abu, menjadi glukosa dan fruktosa, sehingga
sukrosa, warna, dan uji mutu hedonik menurunkan kualitas gula merah yang
terhadap warna, rasa dan tekstur. dihasilkan (Azmi, 2008), dan tidak akan
Kadar air gula merah dianalisis menghasilkan gula merah saat dicetak, tetapi
menggunakan metode SNI 2891-1992 hanya menghasilkan gula kenyal atau gulali.
tentang uji makanan dan minuman, yaitu Sementara pengukuran brix nira dilakukan
sampel gula ditimbang sebelum dan karena semakin tinggi nilai brix nira, semakin
setelah dioven. Nilai kadar air diukur banyak gula merah yang akan dihasilkan.
dari selisih berat. Pengukuran kadar abu Brix adalah jumlah zat padat semu yang
gula merah sesuai dengan SNI 2891-1992, larut (dalam gram) setiap 100 g larutan,
yaitu sampel gula ditimbang beratnya yang menyatakan jumlah padatan gula dan
kemudian diabukan, selanjutnya nilai padatan kotoran bukan gula. Sehingga nilai
kadar abu dihitung dari selisih beratnya. brix nira dapat dianggap sebagai perkiraan
Penentuan kadar sukrosa dilakukan sesuai kadar gula di dalam nira. Hasil pengukuran
metode Pontoh(2013), sedangkan warna pH dan brix nira awal ditampilkan pada
diukur dengan Color Analyzer (PCE RGB Tabel 1.
2) dengan range sampai 1023. Uji mutu Dari hasil pengukuran pH dan brix
hedonik dilakukan terhadap warna, rasa nira, nira yang digunakan dalam penelitian
dan tekstur. Uji mutu hedonik dilakukan layak sebagai bahan baku gula merah. Nira
terhadap 25 orang dengan skor penilaian 1 dimurnikan terlebih dahulu dari pengotor
(jelek), 3 (sedang), dan 5 (baik). dengan penambahan Ca(OH)2 sebanyak
0.1% (b/v) dan didihkan selama ±30 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penambahan Ca(OH)2 dimaksudkan untuk
mengikat dan mengendapkan kotoran yang
Pada penelitian ini pembuatan gula bebas dari saringan kain dan meningkatkan
merah tebu dilakukan dengan menggunakan pH nira sehingga kapang tidak bisa tumbuh.
evaporator vakum tipe vertikal dengan Setelah penjernihan, nira murni dimasak
pengaduk otomatis. Pengaduk otomatis dengan variasi suhu 60, 70, dan 80 oC serta
dibuat vertikal dengan tujuan dapat kecepatan pengadukan 200 dan 250 rpm.
mengoptimalkan pengadukan bahan. Pemasakan nira dihentikan ketika nira sudah
Pemasakan gula merah dilakukan dengan mulai pekat dan berwarna kecoklatan. Uji
evaporator vakum, karena proses vakum kematangan nira juga dapat diuji dengan
dapat menurunkan suhu penguapan nira, menarik nira pekat, apabila terdapat benang-
sehingga diharapkan dapat memberikan benang gula yang mudah putus, maka nira
kualitas gula merah yang lebih baik dengan siap dicetak.
warna yang lebih cerah. Pada penelitian Berdasarkan Tabel 1, rendemen gula
ini tekanan yang digunakan adalah -70 merah tebu tertinggi diperoleh dari nira
cmHg, sehingga dapat mempercepat proses yang mempunyai nilai brix tertinggi, dan
pemasakan nira menjadi gula merah. rendemen terendah diperoleh dari nira yang
Menurut Moran et al. (2011) pemasakan mempunyai nilai brix terendah. Pada sampel
dengan kondisi vakum (-70 cmHg) dapat dengan nilai brix 8% (berat nira 2060 g),
mempercepat pemasakan karena perubahan rendemen gula merah yang diperoleh adalah
fase air menjadi uap terjadi pada suhu yang 164.62 g (sekitar 8% dari berat nira). Semakin
lebih rendah yaitu 41.4 oC dengan panas tinggi nilai brix nira, semakin tinggi nilai
laten penguapan 2405 kJ/kg. brix gula dan rendemen gula merah yang
Pembuatan gula merah dibuat dari dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa brix
nira tebu hijau dengan evaporator vakum nira mempengaruhi rendemen dan kualitas
tipe vertikal dengan suhu pemasakan 60, 70, gula merah yang dihasilkan.
dan 80 oC dan kecepatan 200 dan 250 rpm.
Sebelum digunakan sebagai bahan baku, a. Warna
dilakukan pengukuran pH dan brix nira Warna merupakan salahsatu
untuk mengetahui kelayakan nira sebagai parameter penilaian kualitas produk dan
bahan baku gula merah. Nira yang baik penerimaan konsumen. Hasil pengukuran
mempunyai pH antara 5-7 (Estiasih, 2009). warna dengan color analyzer model RGB
pH nira yang rendah akan menyebabkan (Red, Green, Blue) ditunjukkan pada Tabel 2.
151
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
Tabel 1. Hubungan Kualitas Nira Awal (pH, Brix) terhadap Gula Merah yang Dihasilkan (Brix,
rendemen)
Kecepatan Suhu V Berat
pH Brix Brix Berat Rendemen
Pengadukan Pemasakan nira nira
nira nira gula gula (g) (%)
(rpm) (oC) (L) (g)
60 2 1635.4 6 6 92.4 141.2 7.06
200 rpm 70 2 1631.2 6 7 91 108.1 5.41
80 2 2065 6 6 90 85.6 4.28
60 2 1579.4 6 7 93.7 136.5 6.83
250 rpm 70 2 2060 5 8 94.3 164.62 8.23
80 2 2042 6 5 93.5 50.3 2.52
152
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
dan kecepatan pengadukan 250 rpm, yaitu Berdasarkan Gambar 3, kadar air
coklat kekuningan (cerah). Hasil tersebut gula merah tebu cukup bervariasi, berkisar
sesuai dengan hasil pengukuran warna antara 8.44% dan 11.83%. Pada penelitian
dengan RGB yang ditunjukkan pada Tabel sebelumnya (Maharani, et al., 2013), kadar
2. air gula merah yang dihasilkan berkisar
antara 8.3% sampai 12%. Kadar air terendah
b. Kadar air diperoleh pada pembuatan gula merah
Kadar air bahan merupakan salah satu dengan perlakuan suhu 60 oC dan kecepatan
parameter yang penting dalam suatu bahan pengadukan 250 rpm, yaitu sebesar 8.44%.
pangan, karena mempengaruhi tekstur, Apabila dibandingkan antara pembuatan
umur simpan, penerimaan konsumen, gula merah dengan kecepatan pengadukan
dan lain-lain. Semakin tinggi kadar air 200 rpm dan 250 rpm, hasil kadar air
dalam suatu bahan, semakin tinggi resiko gula merah yang dihasilkan dengan
kerusakan bahan karena bakteri, mikroba, kecepatan pengadukan 250 rpm lebih
jamur, atau proses kimia yang mungkin rendah dibandingkan dengan kecepatan
terjadi seperti oksidasi. Pada gula merah, pengadukan 200 rpm. Hal ini dikarenakan
kadar air dapat mempengaruhi tekstur gula. semakin cepat pengadukan, semakin tinggi
Semakin tinggi kadar air gula merah dapat proses evaporasi yang terjadi, sehingga air
menyebabkan tingkat kekerasan dan masa yang terkandung di dalam bahan semakin
simpan gula merah menurun (Dachlan sedikit. Menurut standar SNI 01-6237-2000
dalam Yustiningsih, 2006). Pada penelitian kadar air gula merah mutu II maksimal
ini, hasil pengukuran kadar air gula merah 10%. Secara umum, kadar air gula merah
ditunjukkan pada Gambar 3. tebu hasil penelitian telah memenuhi
Gambar 2 Hasil Uji Mutu Hedonik Terhadap Warna Gula Merah Tebu
153
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
standar SNI. Akan tetapi masih terdapat Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa
gula merah dengan kadar air di atas 10%, kadar abu gula merah yang dihasilkan
yaitu gula merah yang dihasilkan dengan bervariasi antara 1.14 sampai 2.72%. Hasil
kecepatan pengadukan 200 rpm. Hal ini penelitian yang menunjukkan trend kadar
dimungkinkan karena pengukuran kadar abu yang naik turun menyatakan bahwa
air dilakukan bersama untuk semua sampel, kadar abu gula merah tidak dipengaruhi
sehingga sampel yang dihasilkan terlebih oleh suhu pemasakan maupun kecepatan
dahulu disimpan dalam waktu yang cukup pengadukan. Kadar abu gula merah
lama. Akibatnya gula merah dimungkinkan tebu dipengaruhi oleh kualitas nira yang
telah menyerap uap air dari lingkungan. digunakan sebagai bahan baku. Semakin
Hal ini juga terlihat dari tekstur beberapa banyak pengotor yang terkandung di
sampel gula merah yang dihasilkan sudah dalam nira, semakin banyak Ca(OH)2 yang
sedikit lembek karena lama penyimpanan. terikat, sehingga proses penjernihan nira
Kadar air gula merah selain dipengaruhi juga semakin sulit. Akibatnya masih cukup
oleh proses pemasakan, juga dipengaruhi banyak Ca(OH)2 yang tercampur di dalam
oleh kadar gula pereduksi. Kadar air akan nira setelah proses penjernihan. Sisa Ca(OH)2
semakin tinggi dengan semakin tingginya tersebut yang menyebabkan meningkatnya
kandungan gula pereduksi, khususnya kandungan Ca di dalam gula merah, sehingga
fruktosa. Fruktosa bersifat higroskopis, menyebabkan kadar abu gula merah menjadi
sehingga mudah menyerap air atau uap air tinggi.
yang ada di lingkungan. Kelembaban udara
di lingkungan yang cukup tinggi dapat d. Sukrosa
menyebabkan gula merah mudah menyerap Kandungan gula (sukrosa) merupakan
uap air sehingga mengakibatkan peningkatan salah satu parameter kualitas gula merah
kadar air dan penurunan tekstur gula merah. tebu. Semakin tinggi kandungan sukrosa di
dalam gula merah, semakin baik kualitas
c. Kadar abu gula merah. Hasil pengukuran kadar
Kadar abu merupakan salah satu gula (sukrosa) di dalam gula merah tebu
parameter yang penting dalam penentuan ditunjukkan pada Gambar 5.
kualitas gula merah, karena pada proses Berdasarkan hasil pengukuran pada
penjernihan dilakukan penambahan Gambar 5 dapat dilihat bahwa kadar gula
Ca(OH)2 yang dimungkinkan menyebabkan tertinggi terdapat pada sampel gula merah
adanya kandungan Ca dalam produk. Kadar yang dihasilkan dengan suhu pemasakan
abu total dalam gula merah tebu merupakan 70 oC dan kecepatan pengadukan 250
parameter yang menyatakan kandungan Ca. rpm. Hasil ini sesuai dengan hasil yang
Ca(OH)2 yang ditambahkan jumlahnya sama ditampilkan pada Tabel 1 bahwa nilai brix
untuk setiap sampel, yaitu 0.1%(b/v). Hasil gula tertinggi terdapat pada sampel tersebut.
pengukuran kadar abu gula merah tebu yang Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
dihasilkan pada penelitian ini ditunjukkan nilai brix, semakin tinggi kandungan sukrosa
pada Gambar 4. di dalam gula merah. Menurut SNI 01-
154
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
Gambar 6 Hasil Uji Mutu Hedonik Terhadap Rasa Gula Merah Tebu
155
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
dihasilkan memiliki rasa yang khas karamel 7 dapat dilihat bahwa dengan kecepatan
gula tebu tanpa rasa pahit. Berdasarkan pengadukan 250 rpm, tekstur gula merah
Gambar 6, penilaian rasa gula merah tebu tebu dinilai cenderung lebih baik daripada
menurut panelis berkisar antara 3.2 sampai yang diproses dengan kecepatan 200 rpm.
3.8, sehingga dapat dikatakan bahwa semua Hasil tebaik diperoleh pada gula merah
rasa gula merah rata-rata baik dan dinilai yang dimasak dengan suhu 70 oC dan
cukup baik. Hasil ini telah sesuai dengan kecepatan pengadukan 250 rpm. Kecepatan
standar SNI 01-6237-2000 yang menyatakan pengadukan yang lebih tinggi (250 rpm) dan
bahwa rasa dari gula merah adalah khas , adanya pemanasan menyebabkan tekstur
baik untuk mutu I maupun mutu II. gula merah yang dihasilkan menjadi lebih
Rasa pada gula merah dipengaruhi baik/keras, karena evaporasinya semakin
oleh proses pemasakan. Selama pemasakan baik. Kecepatan pengadukan mempengaruhi
nira menjadi gula merah terjadi reaksi laju evaporasi nira. Semakin tinggi kecepatan
Maillard (De Man, 1997) dan karamelisasi pengadukan semakin besar laju evaporasi.
yang menyebabkan munculnya rasa yang Adanya pengadukan pada proses evaporasi
khas. Pada saat pemasakan gula merah, akan memperbesar luas permukaan kontak
terjadi perubahan struktur gula menjadi antara nira dengan udara panas, sehingga
lebih kompleks karena adanya pemanasan. laju evaporasi meningkat. Semakin tinggi
Hal ini menyebabkan terjadinya karamelisasi suhu pemasakan gula merah, nilai skala
yang menyebabkan perubahan rasa manis mutu hedonik yang diberikan oleh panelis
nira tebu menjadi rasa manis khas gula. Suhu semakin tinggi. Kecepatan pengadukan yang
pemasakan dan kecepatan pengadukan rendah menyebabkan sedikitnya penguapan
mempengaruhi terbentuknya rasa pada gula yang terjadi sehingga produk menjadi lebih
merah tebu karena kondisi pemasakan sangat lunak.
menentukan kualitas hasil. Oleh karena itu Pada Gambar 7, berdasarkan hasil
diperlukan kondisi pemasakan yang tepat. uji organoleptik terhadap tekstur gula,
Pada suhu rendah (60 ºC), gula merah tetap tekstur gula merah hasil penelitian relatif
memiliki rasa manis yang khas namun dinilai semakin baik dengan semakin tingginya
panelis kurang manis, sementara hasil gula suhu pemasakan . Tekstur gula merah juga
merah tebu dengan pemasakan suhu tinggi dipengaruhi oleh kandungan sukrosa dalam
(80ºC) dapat dikatakan merupakan suhu gula. Semakin tinggi kadar sukrosa dalam
optimal pada pemasakan gula merah, karena gula, semakin keras (baik) tekstur gula yang
rasa gula merah tebu dinilai panelis tetap dihasilkan. Dari data pada Gambar 7, gula
khas, manis, namun juga tidak pahit. merah yang dihasilkan dengan kecepatan
pengadukan 250 rpm mempunyai tekstur
f. Tekstur kekerasan yang semakin baik dengan naiknya
Penilaian tekstur (kekerasan) suhu pemasakan, akan tetapi kemudian
dilakukan dengan uji mutu hedonik dengan turun pada suhu pemasakan 80 oC. Hal
skala 1 (sangat lunak), 3 (agak lunak) dan ini disebabkan oleh kandungan sukrosa
5 (keras). Hasil uji mutu hedonik dapat pada gula merah dengan suhu pemasakan
dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 80 oC dan kecepatan pengadukan 250
Gambar 7 Hasil Uji Mutu Hedonik Terhadap Tekstur Gula Merah Tebu
156
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
157
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 3 [Desember 2014] 149-158
Pengaruh Suhu Pemasakan Nira [Dewi dkk.]
158