Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Budaya Organisasi Kuat

Beberapa ahli mendefinisikan budaya organisasi kuat sebagai berikut :

1. Vijay Sathe (1985)


Budaya organisasi kuat adalah budaya organisasi yang ideal dimana
kekuatan budaya mempengaruhi intensitas perilaku.
2. Kotter dan Heskett (1992)
Budaya organisasi kuat adalah budaya yang hampir semua manajer
menganut bersama seperangkat nilai dan metode menjalankan bisnis
secara relative konsisten. Karyawan baru mengadopsi nilai-nilai ini
dengan sangat cepat.
3. Robbins (2002)
Budaya organisasi kuat adalah budaya dimana nilai-nilai inti organisasi
dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas oleh
anggota organisasi.
4. Rahman (1994)
Dalam bukunya corporate culture and productivity : case studies in asia
and the pacific, menyatakan bahwa organisasi yang mengembangkan
budaya organisasi yang kuat dan positif apabila mereka menghadapi
tantangan atau ancaman dari lingkungan eksternal dapat cikelola
dengan baik apabila para karyawan mengetahui dengan jelas dan
menghayati ideology perusahaan, menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada
dalam perusahaan serta karyawannya sangat terintergrasi.
5. Deal dan Kennedy (1982)
Budaya organisasi kuat merupakan pembangkit semangat yang paling
berpengaruh dalam menuntun perilaku, karena membantu karyawan
melakukan pekerjaan dengan lebih baik terutama dalam dua hal :
1) Budaya kuat merupakan sistem peraturan informal yang
menjelaskan bagaimana orang-orang harus berprilaku setiap saat.
2) Budaya kuat membuat orang-orang merasa lebih baik dengan apa
yang mereka lakukan, sehingga mereka cenderung untuk berkerja
lebih keras.
6. Denison (1990) dalam Tika (2006)
Bahwa suatu budaya organisasi kuat jika memiliki potensi yang jauh
lebih besar untuk koordinasi dan control prilaku secara implicit. Suatu
budaya yang kuat dengan sosialisasi anggota yang baik akan
meningkatkan efektifitas, karena hal tersebut melancarkan pertukaran
informasi serta koordinasi perilaku.

Dari beberapa definisi tersebut, diketahui bahwa suatu budaya


organisasi kuat apabila :

1. Nilai-nilai budaya organisasi dianut secara bersama oleh seluruh


pimpinan dan anggota organisasi.
2. Nilai-nilai budaya mempengaruhi perilaku pimpinan dan anggota
organisasi.
3. Membangkitkan semangat berprilaku dan bekerja baik.
4. Resisten (kuat) terhadap tantangan eksternal dan internal.
5. Mempunyai sistem peraturan formal dan informal, dan
6. Memiliki koordinasi dan control perilaku.

Yang paling bagus dari perspektif budaya/kinerja dan yang paling luas
dilaporkan berkaitan dengan budaya yang kuat dan kinerja yang unggul.
Dalam sebuah budaya perusahaan yang kuat, hampir semua manajer
menganut bersama seperangkat nilai dan metode menajalankan bisnis yang
relative konsisten. Karyawan baru mengadopsi nilai-nilai ini dengan sangat
cepat. Dalam sebuah budaya seperti ini, seorang eksekutif baru bisa saja
dikoreksi oleh bawahannya. Selain oleh bosnya, jika dia melanggar norma-
norma organisasi (Kotter dan Haskett,1992).

Budaya kuat memepunyai dampak yang lebih besar pada perilaku


karyawan dan lebih langsung dikaitkan pada pengurangan tingkat keluarnya
karyawan. Dalam suatu budaya kuat, nilai inti (core values) organisasi itu
dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak
anggota-anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen
mereka pada nilai-nilai itu, makin kuat budaya tersebut. Konsisten dengan
definisi ini, suatu budaya yang kuat akan mempunyai pengaruh yang besar
pada perilaku anggota-anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan
intensitas menciptakan suatu iklim internal dari kendali perilaku yang tinggi
(Tunggal,2002).

Factor factor yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi

Menurut Luthans (1995), factor utama yang menentukan kekuatan


Budaya Organisasi adalah kebersamaan dan intensitas.

1. Kebersamaan
Kebersamaan adalah sejumlah mana anggota organisasi mempunyai
nilai-nilai inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan
dipengaruhi oleh unsur-unsur orientasi dan imbalan. Orientasi
dimaksudkan pembinaan kepada anggota-anggota organisasi,
khususnya anggota baru, baik yang dilakukan melalui bimbingan
seorang anggota senior tehadap anggota baru maupun melalui
program-program latihan. Disamping, orientasi kebersamaaan juga
dipengaruhi oleh imbalan. Imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan,
promosi, hadiah-hadiah, dan tindakan lainnya yang membantu
memperkuat komitmen nilai-nilai inti budaya oganisasi.
2. Intensitas
Intensitas adalah derajat komitmendari anggota-anggota organisasi
kepada nilai-nilai inti budaya organisasi. Derajat intensitas bisa
merupakan suatu hasil dari struktur imbalan. Keinginan pegawai untuk
melaksanakan nilai-nilai budaya dan bekerja semakin meningkat adalah
apabila mereka diberi imbalan. Oleh karena itu, pemimpin
organisasi/perusahaan perlu memperhatikan dan mentaati struktur
imbalan yang diberikan kepada anggota-anggota oganisasi guna
menanamkan nilai-nilai inti budaya oganisasi.

Anda mungkin juga menyukai