DISCLAIMER
This publication is made possible by the generous
support of the American people through the United
States Agency for International Development (USAID).
The contents are the responsibility of Texas A&M University
and Udayana University as the USAID Tropical Plant
Curriculum Project partners and do not necessarily reflect
the views of USAID or the United States Government.
KATA PENGANTAR
Hampir setiap daerah di Indonesia dikarunia kekayaan hayati. Berbagai
spesies tanaman tropis tumbuh secara alamiah di daerah pegunungan, kawasan
kehutanan bahkan di sekitar pemukiman masyarakat namun nyaris luput dari
perhatian semua kalangan. Karunia alam berupa keanekaragagaman tanaman
tropis ini berpotensi dapat didayagunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
manusia baik pangan maupun non-pangan bahkan sekaligus sebagai usaha
konservasi dan pelestarian lingkungan.
Di lain pihak, beberapa spesies tanaman tropis yang telah dikenal khasiat
dan kegunaannya secara turun menurun telah diusahakan oleh sebagaian kecil
masyarakat namun masih terbatas pada kegiatan usaha agribisnis konvensional.
Hal ini terjadi dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan, ketrampilan dan
gagasan kreatif para pengusaha atau calon pengusaha di daerah melihat
keunggulan komparatif tanaman tropis yang tersedia disekitarnya sebagai
alternatif peluang bisnis-bisnis kecil modern yang menjanjikan sekaligus
membuka lapangan kerja lebih banyak di pedesaan.
Sementara itu, menurut data dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(HIPMI), bahwa hingga saat ini rasio jumlah pengusaha terhadap jumlah
penduduk di Indonesia masih berkisar pada angka 2 persen, artinya dalam 100
orang penduduk hanya ada 2 orang pengusaha. Rasio ini jauh tertinggal
dibandingkan Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong yang telah mencapai
angka 7 persen. Karena itu, usaha-usaha untuk mendorong makin banyak tumbuh
dan lahirnya pengusaha muda baru sudah selayaknya mendapatkan dukungan
dari semua kalangan masyarakat. Perkembangan dibidang teknologi informasi
dan komunikasi serta kebijakan globalisasi perdagangan telah sangat
memungkinkan menjadi pintu masuk bagi bisnis-bisnis kecil agribisnis modern.
Modul 1: Pelatihan bagi calon agrotechnoprenur yang berjudul Model
Bisnis Dalam Sistem Agribisnis Modern ini disusun sebagai pedoman
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pelatihan kewirausahaan berbasis pertanian
kepada para pengusaha agribisnis, lulusan perguruan tinggi ataupun bagi lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan yang berminat berkiprah di dunia bisnis pertanian
modern. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi di dalam penyusunan
modul ini. Modul pelatihan ini masih belum sempurna, karena itu sumbang saran
dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhirnya
semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN .. v
BAB I. MEMAHAMI SISTEM AGRIBISNIS MODERN .................... 1
A. Perubahan Paradigma Agribisnis ................................................ 2
B. Peran Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Pascapanen Pada
Sistem Agribisnis Modern .........................................................
15
C. Pengembangan Sistem Agribisnis Modern ................................. 18
D. Kompetensi dan Profil Agrotechnoprenur ................................. 21
3 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
DAFTAR GAMBAR
4 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 24 Instalasi Bio Gas .............................................................. 29
Gambar 25 Instalasi Bio Urine ........................................................... 30
Gambar 26 Pengolah kompos dan pakan ............................................ 30
Gambar 27 Konsep pembentukan klaster bisnis dalam kontek
peningkatan daya saing bisnis . 31
Gambar 28 Pohon industri tanaman lidah buaya (Aloevera) . 33
Gambar 29 Model pembentukan klaster bisnis berbasis komoditi
lidah buaya .. 34
Gambar 30 Prinsip upaya pengungkitan untuk penumbuhan kluster
bisnis UKM agribisnis .. 38
5 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
KOMPETENSI PESERTA
PELATIHAN
6 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
7 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
A. PERUBAHAN PARADIGMA AGRIBISNIS
Dengan kata lain, pertanian modern dapat menjadi suatu wujud sistem usaha
tani dengan spesialisasi produk yang sangat beragam, penggunaan tradeable
input makin tinggi dan sudah mempraktekkan sistem manajemen usaha tani
lebih efisien. Dengan ciri-ciri tersebut tuntutan diterapkannya suatu sistem
manajemen usaha pertanian yang secara optimal memanfaatkan sumber daya
lokal yang spesifik dan berkelanjutan menjadi keharusan.
Dari beberapa pemikiran yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan
perubahan paradigma agribisnis, ada beberapa ciri utama yang dapat
dirangkum sebagai penciri dari sistem agribisnis modern, sebagai berikut :
8 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
1. Produksi pertanian bermutu tinggi dan berubah jumlahnya sesuai
permintaan pasar
2. Perubahan biaya produksi yang disebabkan oleh adanya perubahan
teknologi yang terus menerus diusahakan.
3. Penggunaan sumber daya lahan air, tenaga kerja dan modal pada usaha
tani efisien
4. Usaha tani fleksibel, dinamis, terus meningkat produktifitasnya dan
dikelola secara komersial dan didukung oleh tersedianya fasilitas
transportasi dan tata niaga bisnis, fasilitas kredit, industri produktif yang
menghasilkan sarana produk modern seperti pupuk, pestisida serta alat-
alat dan mesin lainnya dan fasilitas penyuluh dan peneliti.
5. Profesionalisme merupakan karakter yang menonjol dalam setiap karya
yang dihasilkan.
6. Perekayasaan harus menggantikan ketergantungan pada alam, sehingga
setiap produk yang dihasilkan senantiasa sesuai dengan yang dikehendaki
dalam mutu, jumlah, bentuk, rasa, dan sifat-sifat lainnya.
Dalam beberapa gambar berikut di bawah ini adalah contoh kasus praktek
baik sistem agribisnis modern oleh sebuah perusahaan nasional, yaitu PT.
Graet Giant Pineapple yang berlokasi di Desa Terbanggi Besar, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Sesuai dengan namanya perusahaan ini
mengoperasikan sistem agribisnis modern berbasis komoditi nanas yang kini
telah berhasil menjadi World Class Company dan untuk pengolahan nanas
telah menjadi perusahaan nomor tiga terbesar di dunia.
Perkembangan terakhir yaitu tahun 2011, perusahaan ini didukung oleh bisnis
on-farm nanas dengan luas tanam 26.000 Ha. Di sektor hulu ini, harus dapat
dipanen sebanyak 2 juta biji buah nanas per hari. Bahan baku ini diperlukan
sebagai input oleh bisnis-off farm yaitu pembuatan nanas kaleng yang
produknya seluruhnya merupakan pesanan pembeli dari berbagai manca
negara. Perusahaan ini telah secara keseluruhan mempekerjakan 14.000
tenaga kerja yang tersebar dalam beberapa sub-sistem bisnis yang ada di
dalamnya.
9 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
3. Sisa potongan buah nanas digunakan untuk memproduksi sirup untuk
memasok kebutuhan sirup dalam produk nanas kaleng (bisnis turunan)
4. Kulit buahnya digunakan untuk memproduksi pakan ternak untuk memasok
bisnis penggemukan sapi (bisnis turunan)
5. Daunnya digunakan untuk memproduksi kompos untuk memasok
kebutuhan pupuk di bisnis on-farm (bisnis turunan)
6. Batang tanaman nanas (bonggol) nya digunakan untuk memproduksi enzim
bromelin. (bisnis turunan)
7. Limabah pencucian pabrik digunakan sebagai bahan baku memproduksi
biogas untuk memasok kebutuhan listrik dan energi dari masing-masing
bisnis
10 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 2. Penggunaan Alsin pertanian untuk pengemburan lahan tanam
nanas
11 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 4. Daun nanas digunakan untuk memproduksi produk kompos
12 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 6. Penggunaan Alsin pertanian untuk pengairan (irigator)
13 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 8. Penggunaan Alsin pertanian untuk mengaplikasikan pemupukan
14 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 9. Perkebunan tanaman nanas (usia empat bulan) sebagai sub-sistem
bisnis di bagian hulu (on-farm)
Gambar 10. Tanaman nanas usia 112-14 bulan yang sudah siap dipanen
15 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 11. Penggunaan Alsin pertanian untuk panen buah nanas
Gambar 12. Penggunan Alsin pertanian untuk sortasi mutu buah nanas
16 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 13. Pengunaan Alsin pertanian untuk logistik sebelum ke pabrik
17 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
TO BE WORLD CLASS COMPANY
PT GREAT GIANT PINEAPPLE
FACTORY DEPARTMENT
Terbanggi Besar Lampung 2011
Gambar 16. Peran teknologi pasca panen untuk memberi nilai tambah
18 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 17. Standarisasi dan penjamin mutu menjadi keharusan dalam sistem
agribisnis modern
19 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 19. Produksi enzim bromelin dari batang tanaman nanas (bisnis turunan)
Gambar 20. Kulit nanas untuk pakan dalam pada bisnis penggemukan sapi
20 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
B. PERAN MEKANISASI PERTANIAN DAN TEKNOLOGI
PASCAPANEN PADA SISTEM AGRIBISNIS MODERN
Dalam pemahaman pembangunan pertanian modern atau sistem dan usaha
agribisnis modern, atau lebih akhir pemikiran visioner 2020 kearah pertanian
berbudaya industri (industrialized agriculture) inovasi teknologi termasuk
mekanisasi pertanian dan pasca panen diperlukan terus menerus untuk
mewujudkan pembaruan dan atau penyempurnaan teknologi kearah yang
lebih produktif, efisien, efektif, berkualitas, bernilai tambah, murah dan
mampu memberikan kesempatan peningkatan pendapatan.
Mekanisasi sebagai suatu sub sistem IPTEK memiliki arti yang sangat
strategis, karena dengan (mekanisasi pertanian ) termasuk teknologi pasca
panen), akan didorong pergeseran kearah produktivtas dan efisiensi usaha
tani tradisional ke usaha tani komersial atau modern.
Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan mesin pertanian memiliki kaitan
sangat erat dengan dinamika sosial ekonomi dari sistem budidaya
pertaniannya. Sumbangan alat dan mesin pertanian dalam pembangunan
pertanian dapat diukur pada berbagai kasus, misalnya penggunaan pompa ai
tanah di Jawa Imur yang mampu merubah pola tanam dari padi-bero menjadi
padipadi atau padi palawija palawija. Demikian pula penggunaan mesin
perontok padi yang menurunkan susut panen dari > 5% menjadi kurang dari
2%. Penelitian terhadap perbaikan dan penyempurnaan mesin penggilingan
padi mampu menaikkan rendemen giling cukup.
Beberapa kasus pada pengolahan kakao dan kopi, juga memberikan indikasi,
bahwa penggunaan alat dan mesin untuk sortasi, pengeringan, dan
penanganan primer hasil kakao dan kopi mampu meningkatkan kualitas hasil
dan pada akhirnya mengangkat nilai tambah hasil pertanian Dalam sistem
agribisnis yang terbagi dalam empat sub sistem yaitu sub sistem agribisnis
hulu sampai pada sub sistem agribisnis hilir (pengolahan dan pemasaran),
peran alsintan diperlukan.
21 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
2. Kontribusi Mekanisasi Pertanian Dan Teknologi Pasca Panen Pada
Budidaya Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Di Jawa, meskipun penduduknya lebih padat dari pulau pulau lain, populasi
traktor pada tahun 2010 mencapai 50% dari total populasi di Indonesia atau
sekitar 49,000 unit dari 101,000 unit. Dari 50% tersebut, propinsi Jawa Barat
dengan luas areal sawah 1.2 juta hektar memiliki populasi traktor terbanyak,
diikuti oleh propinsi Jawa Tengah, kemudian propinsi Jawa Timur . Didaerah
lain, traktor makin tahun juga meningkat jumlahnya, terutama pada daerah
daerah yang mempunyai irigasi lebih baik seperti Sulawesi Selatan, Bali,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Lampung.
Pada kasus perluasan areal tanaman pangan, dapat disebutkan peranan pompa
air irigasi, terutama untuk wilayah wilayah yang mempunyai air tanah
dangkal didaerah Sragen (Jawa Tengah), Ngawi, Kediri, dan Madiun di Jawa
Timur. Pompa air memungkinkan perubahan pola tanam 1 kali menjadi 2
atau lebih dalam setahun. Peningkatan intensitas tanam tersebut
dimungkinkan karena faktor air sebagai kendala utama dapat dipecahkan, dan
sekaligus meningkatkan kesempatan kerja, karena bertambahnya jumlah
tanaman per tahun.
Teknologi mekanisasi panen yang sekarang sudah ada adalah reaper, reaper
binder, stripper, combine harvester. Hasil pengujian teknologi tersebut
memberikan angka susut bervariasi dari angka <1% pada combine, sampai
maksimum 2% pada reaper.
22 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Pada tanaman hortikultura, teknologi pasca panen mampu memberikan
dukungan untuk mempertahankan mutu pada penanganan segar,
meningkatkan nilai tambah pada dengan proses pengolahan yang benar dan
tepat, tanpa memperngaruhi rasa dan aroma. Demikian pula teknik sensing,
teknik kemasan aktif, dan berbagai penerapan teknologi elektronik dapat
membantu dalam grading, sortasi tanpa merusak ( Non Destructive Test).
Prinsip prinsip keteknikan (engineering) ini sekarang sudah diterapkan oleh
negara negara maju, dan bahkan negeri tetangga Malaysia dan Thailand
untuk meningkatkan produk produk pertanian mereka supaya dapat lebih
bersaing di pasa global.
Pasca panen (kegiatan setelah panen) merupakan ruas kegiatan usaha tani
yang paling kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja namun juga faktor kritis
yang menyangkut masalah susut. Data BPS pada musim tanam 1986/87
menunjukkan angka susut yang cukup besar yaitu 21,3% dari seluruh
kegiatan (panen sampai penggilingan). Angka susut memang berbeda beda,
namun angka nasional yang ditunjukkan oleh data BPS dapat dipakai sebagai
acuan resmi nasional.
Kunci utama dari harapan ini adalah penerapan teknologi secara optimal
dibidang pertanian, khususnya teknologi pasca panen. Sebagai contoh dalam
tahap penanganan dan pengolahan hasil pertanian, masalah hasil samping dan
limbah perlu mendapat perhatian lebih banyak. Komoditi pertanian
mempunyai prospek baik serta bersifat renewable. Sebagai contoh adalah
sabut kelapa dan cangkang sawit dan sekam padi yang umumnya hanya
dibakar. Teknologi pirolis dapat menambah nilai uang limbah dan
dikembalikan lagi kepada usaha tani dalam bentuk yang lain.
24 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
4. Sub-sistem Agribisnis Pendukung
Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, dikenal dengan
agribisnis jasa, misal, jasa penyewaan Alsintan
Fungsi dan ruang lingkup sistem agribisnis modern bila dianggap perlu masih
dapat dikembangkan lagi dengan strategi pengintegrasian. Strategi
pengintegrasian ini bisa dialakuakn melalui dua pola, yaitu pola integrasi
vertikal dan pola integrasi horizontal. Adanya pengintegrasian ini
mengakibatkan adanya perluasan keterkaiatan di sepanjang mata rantai proses
yang membentuk semacam close-loop supplay chain. Disetiap mata rantai
proses terdapat peluang untuk menambah nilai produk melalui sentuhan
inovasi dan kreatifitas tertentu. Andaikan pengembangan sistem dilakukan
dengan model dua dimensi maka akan ada pengembangan sumbu X dan
pengembangan sumbu Y.
25 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Integrasi on farm- hilir atau terkait kedepan (forward linkage)
Mengembangkan sistem agibisnis dengan menggabungkan agribisnis on
farm dengan agribisnis hilir. Tujuannya adalah agar lebih dekat ke
konsumen.
Teknologi agribisnis dari hulu sampai ke hilir yang perlu dikuasai antara
lain :
27 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Standar mutu hasil suatu adalah keharusan bagi produk agribinis modern
baik untuk memenuhi tuntutan pasar domestik maupun luar negeri.
Produk harus memenuhi standar, misalnya sanitasi, kadar air,
keseragaman bentuk/ukuran, keseragaman jenis, rasa, estetika
pengemasan, pencantuman masa pakai, desain dan lain sebagainya.
28 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
konsumen, pesaing, perkembangan teknologi, perubahannya
tidakdikendalikan, maka perlu melakukan penelitian pasa dan pemasaran
secara kontinyu.
Jika analisis pasar dan pemasaran dapat dilakukan metode yang tepat,
maka strategi bauran pemasaran (produk, harga, promosi dan sistem
penyerahan) dari kegiatan agribisnis modern dapat mencapai target pasar
yang diharapkan, bahkan tidak menutup kemungkinan bisa menjadi
pelopor dan penguasa pasar baik pada tingkat domestik maupun
global.
Tidak ada bisnis apapun dapat berjalan tanpa manusia, karena setiap
bisnis pada hakekatnya oleh dan untuk manusa. Dengandemikian
faktor manusia yang trampil, menguasai pengetahuan, berjiwa
enterpreneur dan bertanggung jawab sangat dibutuhkan. Faktor
manusia yang berkualitas dimulai dari petani, pengusaha tani, pemilik
tanah, pemilik modal, bankir termasuk faktor manusia yang berada di
pemerintahan haruas memiliki visi yang sama memakmurkan
masyarakat pedesaan melalui pengelolaan sektor agribisnis modern.
Masing-masing pelaku memainkan perannya dan menerima imbalan
secara proporsional dan memiliki kemauan sungguh-sungguh konsisten
terhadap perkembangan agribisnis modern.
29 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
3. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil.
Agrothecnoprenur umumnya memiliki banyak keyakinan atas
kemampuan untuk berhasil
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung.
Agrothecnoprenur ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja
dan terus menerus mencari pengukuhan
5. Tingkat energi yang tinggi. Agrothecnoprenur lebih energitik
dibandingkan orang kebanyakan. Kerja keras dalam waktu yang
lama merupakan sesuatu yang biasa
6. Orientasi ke depan. Agrothecnoprenur memeliki indera yang kuat
dalam mencari peluang. Mereka melihar ke depan dan tidak begitu
mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan
lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan besok.
7. Ketrampilan mengorganisasi. Membangun sebuah usaha dari
nol dapat dibayangkan seperti menggabungkan potongan-
potongan sebuah gambar besar. Para agrothecnoprenur mengetahui
cara mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan
pekerjaan, mengabungkan orang dan pekerjaan secara efektif
untuk mengubah orientasi ke depan menjadi kenyataan
8. Menilai prestasi lebih tinggi dari uang. Agrothecnoprenur adalah
seseorang yang menikmati permain bisnisnya dan tak pernah
menyerah serta tak peduli seberapa berat keadaan
30 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
31 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
A. MODEL SISTEM MANAJEMEN PERTANIAN
TERINTEGRASI (SIMANTRI)
32 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Sistem agribisnis modern yang dikembangkan dalam model SIMANTRI
adalah mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor
pendukungnya baik secara vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-
masing wilayah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal
yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksikan berorientasi untuk
menghasilkan produk pertanian organik dengan pendekatan pertanian tekno
ekologis .
33 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Sasaran yang ingin dicapai melalui penerapan model SIMANTRI ini adalah :
34 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 23. Pengembangan ternak dan kandang koloni
35 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
1
36 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
B. MODEL KLASTER BISNIS BERBASIS KOMODITI
Michael Porter (1998) mendefinsikan klaster sebagai konsentrasi perusahaan
dan institusi (pemasok, pelanggan, kompetitor dan institusi pendukung
lainnya seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, institusi keuangan dan
dinas pelayanan umum) yang terkait satu sama lainnya pada bidang industri
tertentu. Manfaat klaster selain mengurangi biaya transportasi dan
transaksi,juga meningkatkan efisiensi, menciptakan aset kolektif, dan
memungkinkan terciptanya inovasi. Lihat Gambar 27.
Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan yang signifikan untuk internalisasi
beberapa fungsi pendukung penting seperti pelatihan, penelitian pasar,
logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat menghambat pembagian
kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fungsi-
fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
37 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama dalam
klaster bsinsi adalah:
Dengan demikian klaster bisnis yang efektif adalah yang dapat menjadi alat
yang baik untuk mengatasi hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil
mengatasi persaingan dalam suatu lingkungan pasar yang semakin
kompetitif.
Konsep klaster bisnmerupakan salah satu strategi yang dinilai sangat tepat
meningkatkan daya saing industri berbasis pertanian yang berkelanjutan.
Upaya ini mengelompokkan industri inti yang saling berhubungan, baik
dengan industri pendukung (supporting industries) maupun industri terkait
(related industries).
38 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Contoh lain dari komoditi hasil pertanian yang berpotensi dikembangkan
menjadi sistem agribisnis berbasis komoditi adalah komoditi lidah buaya
(Aloevera). Tanaman lidah buaya dapat diolah menjadi makanan dan
minimum atau dikepsor dalam bentuk pelepah segar ke negara tetangga
seperti Singapura, Malysia dan Brunei Darusalama. Hasil olahan yang
terbatas dan ekspor dalam bentuk bahan baku hanya memberikan sedikit nilai
tambah. Nilai tambah akan diperoleh jika tanaman lidah buaya diolah
menjadi produk yang dibutuhkan industri sebagai bahan baku industri
lanjutan. Adapun industri lanjutan dari tanaman lidah buaya dapat dilihat
pada Gambar 28.
Keterangan :
Kel.Tani : Kelompok Tani
BDS : Business Development Service
LEMBAGA : ULP2 (Usaha Lepas Panen Pedesaan)
Gambar 29. Model pembentukan klaster bisnis berbasis komoditi lidah buaya
Pada Gambar 29, klaster bisnis komoditi lidah buaya dibangun melibatkan
beberapa sub sistem (komponen) atau institusi, yaitu Kelompok Tani,
Lembaga ULP2 (Lembaga Usaha Lepas Panen Pedesaan), perusahaan
penghela, BDS (Business Development Services) dan Lembaga Pembiayaan
Usaha (Bank atau LPBB). Bahkan sangat besar kemungkinannya petani tidak
hanya berkelompok dalam kelompok tani, tetapi juga dalam bentuk lembaga
ekonomi koperasi, terutama koperasi produsen. Dalam rangka meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani, maka koperasi produsen dimaksud
40 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
selain dapat memiliki ULP2 juga sangat dimungkinkan untuk memiliki
saham pada perusahaan penghela.
Peran dari masing-masing komponen dalam kluster bisnis lidah buaya adalah
sebagai berikut :
Kelompok Tani
41 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Lembaga ULP2
Perusahaan Penghela
Perusahaan penghela akan menyerap seluruh pelepah segar yang telah
diproses oleh lembaga ULP2 dan berfungsi sebagai pabrikan pengolah
pelepah segar menjadi aloe cocktail, aloe gel dan aloe powder. Produk aloe
gel dan aloe powder akan dipasarkan oleh perusahaan penghela baik ke pasar
domestik maupun internasional sedangkan produk aloe cocktail diproduksi
untuk memanfaatkan kapasitas mesin yang saat ini belum optimal (idle
capacity).
Bank berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi keberlangsungan klaster
lidah buaya. Fungsi ini akan diwujudkan dalam bentuk pemberian pinjaman
berupa investasi dan modal kerja bagi komponen kluster yang terlibat yaitu:
perusahaan penghela, Lembaga ULP2 dan kelompok tani. Fungsi
Kementerian Koperasi & UKM atau lembaga pemerintah lain yang ditunjuk
adalah mediator bagi kerjasama antar komponen klaster dalam kaitannya
dengan perbankan. Selain itu pihak kementerian akan menseleksi kelompok
tani, Lembaga ULP2, dan BDS yang akan terlibat di dalam klaster.
Pada model klaster bisnis dimaksud terdapat lembaga surveyor yang tidak
termasuk dalam komponen klaster. Lembaga surveyor bertindak sebagai
pemantau persediaan di level perusahaan penghela dan hanya sebagai
pemeriksa persediaan di level ULP2. Layanan sebagai pemantau persediaan
mewajibkan lembaga surveyor membuat laporan rutin (seminggu atau dua
minggu sekali) kepada lembaga pembiayaan perihal kuantitas dan kondisi
fisik persediaan, yang menjadi jaminan, mulai dari bahan baku hingga barang
42 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
jadi selama jam kerja. Lembaga surveyor juga akan menerapkan sistem kunci
ganda pada gudang dalam rangka mengawasi keamanan dan mutasi barang
yang bersangkutan. Layanan sebagai pemeriksa persediaan hanya
mewajibkan lembaga surveyor membuat laporan atas kuantitas dan kondisi
persediaan, yang dijaminkan, pada satu waktu tertentu yang telah ditetapkan.
Dengan terbentuk klaster bisnis UKM berbasis agribisnis tidak serta merta
dapat berjalan secara efektif. Karena utu, diperlukan adanya upaya-upaya
untuk menumbuhkan efektifitas dari klaster dengan menerapkan prinsip
pengungkit dalam peneumbuhan klaster UKM agribisnis. Upaya
pengembangan sentra UKM agribisnis dipandang seperti upaya untuk
mengungkit sebuah beban atau massa. Tujuan utama dari pengungkit adalah
menciptakan sebuah mekanisme transmisi yang efektif, sehingga daya dorong
yang terbatas dapat diubah menjadi daya gerak pada massa yang lebih besar
bobotnya. Pendekatan leverage ini juga dilakukan dalam manajemen keuangan
seperti dalam konsep financial leverage dan operational leverage. Adapun
analogi dari prinsip penumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 30.
43 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Gambar 30. Prinsip upaya pengungkitan untuk penumbuhan kluster bisnis
UKM agribisnis
44 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
wirausaha. la mengambil inisiatif untuk menciptakan serta melakukan
penawaran menarik yang bernilai kepada calon pelanggan.
1. Motivasi,
2. Kemampuan
3. Ide produk yang dijual, dan
4. Sumber daya.
Telah diketahui secara luas bahwa untuk meraih keberhasilan, individu atau
kelompok memerlukan motivasi yang tinggi dan dorongan untuk memulai
bisnis sampai meraih keberhasilan. Hal ini dicerminkan, misalnya, bagaimana
dari ketangguhan mereka dalam menghadapi rintangan yang menghalangi,
bagaimana mereka mencari informasi dan bagaimana mereka bersikap
terhadap berbagai peluang yang ada. Indikator tambahan adalah komitmen
dan perilaku kerja mereka (kualitas, efisiensi, jam kerja yang panjang),
pengorbanan sebelumnya dalam memulai bisnis, dan dukungan keluarga atau
mitra bisnis.
11
2. Kemampuan (pengetahuan dan keterampilan teknis bisnis)
Pertanyaan penting lainnya adalah apakah individu atau orang lain yang
terlibat memiliki kemampuan tertentu -ini dapat berupa pengetahuan,
keterampilan teknis atau manajerial yang berhubungan dengan bisnis yang
akan dijalankan. Satu jalan untuk mengisi kekurangan di bidang ini adalah
bergabung dengan orang lain yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan
atau mempekerjakannya.
Hal penting yang ditentukan di sini adalah kelayakan dari ide, proyek,
produk, atau layanan yang ditawarkan. Dengan kata lain, apakah ide, produk,
atau layanan itu sesuai dengan kebutuhan atau keinginan sejumlah pelanggan
yang mampu membeli produk tersebut dan mau menggunakan/ membeli
dalam jumlah yang sesuai, sehingga proyek bisnis secara keseluruhan
menjadi bernilai (memberi keuntungan, dalam konteks bisnis. Bagaimana
produk itu bisa menjadi sesuatu yang lebih diinginkan atau lebih baik dari
yang telah ada dan bagaimana reaksi pesaing?
45 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
4. Sumber daya.
46 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
47 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
D. LANGKAH AWAL MENYUSUN RENCANA BISNIS
48 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
berjuang untuk mencapai misi, tujuan dan cita-cita serta untuk
mempertahankan arah tujuan yang diinginkan.
Jalan lain bagi bisnis kecil dalam mencari keunggulan bersaing adalah
melalui sesuatu yang memang dirancang untuk ketrampilan dan sumber daya
bisnis, misalnya kedekatan dengan pelanggan, yang mencakup pemusatan
pada produk dan jasa yang diinginkan dan dihargai oleh pelanggan. Tujuan
adalah untuk membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui
penyampaian produk dan jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan.
Langkah 1 :
Mengembangkan visi yang jelas dan menterjemahkan menjadi pernyataan
misi yang punya arti.
Pernyataan misi adalah alat yang berguna untuk semua orang dalam
perusahaan agar termotivasi dan bergerak ke arah yang sama.
49 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Langkah 2 :
Mendifinsikan kompetensi inti perusahaan, segemen-segmen pasar tujuan,
dan menempatkan posisi perusahaan agar bersaing secara efektif.
Langkah 3 :
Menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Langkah 4 :
Melihat sekeliling untuk mengetahui adanya peluang dan ancaman yang
mungkin dihadapai bisnis
Langlah 5 :
Mengindentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan dalam bisnis
Salah satu keputusan pertama yang dihadapai seorang calon pebisnis sewaktu
memulai bisnis barunya adalah memeilih bentuk kepemilikan bisnis. Sering
kali, pebisnis tidak banyak memikirkan pilihan bentuk kepemilikan dan
memilih bentuk yang paling populer dengan begitu saja,meskipun mungkin
bukan yang paling cocok untuk kebutuhannya. Meskipun, keputusan
mengenai hal ini bisa diubah, perubahan dari satu bentuk kepemilikan ke
bentuk lain setelah bisnis berjalan mungkin sukar, mahal dan rumit. Itulah
alasan mengapa sangat penting untuk membuat pilihan yang benar sejak
awal.
Perusahaan perorangan
Kemitraan dan
Perseroan
Perusahaan perorangan
Perusahaan perorangan adalah bentuk perusahaan yang dimiliki dan dikelola
oleh satu orang. Bentuk ini adalah yang laing populer. Bentuk perusahaan
perorangan memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan.
Mudah dibentuk
Bentuk kepemilikan yang paling murah untuk memulai
Kebebasan menggunakan insentif laba
Kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan
Tidak ada pembatasan hukum khusus
Mudah untuk dihentikan
51 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Kemitraan
Suatu kemitraan (partnership) atau dikenal juga dengan kemitraan firma
adalah kerjasama satu atau dua lebih orang bersama-sama memiliki
sebuah bisnis dengan tujuan menghasilkan laba. Dalam suatu kemitraan,
para mitra pemilik berbagi harta, kewajiban dan laba sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditetapkan dalam perjanjian sebelumnya.
Mudah pendiriannya
Keterampilan yang saling melengkapi
Pembagian laba
pengumpulan modal yang lebih besar
Kemampuan menarik anggota-mitra terbatas
Tidak banyak pengaturan pemerintah
Keluwesan terhadap merespon perubahan
Tidak terkena pajak
Nama perseroan
Pernyataan tujuan perseroan
Jangka waktu perseroan
Nama dan alamat perseroan
Tempat bisnis
Jumlah modal saham yang diperbolehkan
Modal yang dipersyaratkan pada waktu pendirian perseroan
Nama dan alamat dari pejabat direksi
53 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
E. UNSUR-UNSUR DAN FORMAT STANDAR SEBUAH
RENCANA BISNIS
Rencana bisnis memberikan dua fungsi pokok. Pertama dan yang paling
penting, memberikan pegangan jalannya perusahaan dengan menentukan
kegiatan yang akan datangdan strateginya. Fungsi kedua dari rencana bisnis
adalah untukmenarik pemberi pinjaman dan penanam modal. Mengajukan
pinjaman atau menarik penanam modal tanpa rencana bisnis yang jaik jarang
dapat memperoleh dana. Perencanaan bisnis yang baik perlu disusun untuk
dapat memperoleh modal yang diperlukan.
Nilai sebenarnya dari rencana bisnis bagi seorang agroenteprenur tidak pada
rencananya sendiri, tetapi proses dalam menyusun rencana. Meskipunproduk
jadi ini sangat bermanfaat, proses untuk menyusun rencana bisnis
memerlukan objectivitas dan penilaian yang kritis dari pebisnis. Para
agrotechnopreneur harus belajar tentang perusahaan, target pasar, kebutuhan
dana dan faktor lain yang penting untuk membuat perusahaan berhasil.
Meskipun rencana usaha harus unk dan khusus dibuat agar cocok dengan
kebutuhan perusahaan, isi dari rencana bisnis pada umumnya meliputi :
Ringkasan eksekutif
Rumusan misi dan sejarah perusahaan
Profil produk dan jasa
Strategi pemasaran
Analisa persaingan
Riwayat hidup pemilik dan pengelola
Rencana kegiatan
Data keuangan dan usulan permohonan pinjaman
54 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Rencana bisnis biasanya antara 25 sampai 55 halaman. Rencana bisnis yang
pendek biasanya terlalu sederhana untuk menjadi sesuatu hal yang cukup
bernilai, tetapi terlalu panjang memiliki kemungkinan tidak pernah terbaca
atau digunakan. Bagian ini akan mengemukaan unsur-unsur yang umum
dalam rencana bisnis dalam sebuah format standar dari sebuah rencana bisnis
adalah sebagaimana yang tertuang pada Lampiran 1.
55 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
DAFTAR PUSTAKA
Canela, Eduardo, 2001. Business Development Services for Small and Medium
Enterprisesand Cooperatives in Indonesia: Some Key Guidelines and
Needs. Laporan Kajian. USAID dan BPSKPKM.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI, 2003. Petunjuk Teknis
Business Development Services (BDS).
Porter, Michael E., 1998. Clusters and New Economics of Competition. Harvard
Business Review. Boston
Sri Lestari Hs, 2010. Kajian Efektifitas Model Penumbuhan Klaster Bisnis UKM
Berbasis Agribisnis. . Bidang Pengkajian Sumber daya UMKM,
Kementrian Koperasi dan UKM, Jakarta.
56 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
LAMPIRAN 1 :
FORMAT STANDAR
SEBUAH RENCANA BISNIS
57 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Rencana Bisnis
[Nama Perusahaan]
[BIDANG USAHA]
disusun oleh:
[Nama Penyusun]
[Jabatan Penyusun]
58 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
DAFTAR HALAMAN .............................................................................................................. .
59 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
7. ANALISIS KEUANGAN. .........................................................................
7.1 Laporan Keuangan......................................................................................................
7.2 Rencana Kebutuhan Investasi.....................................................................................
7.3 Rencana Arus Kas .....................................................................................................
7.4 Rencana Kebutuhan Pinjaman....................................................................................
7.5 Rencana Pengembalian Pinjaman...............................................................................
7.6 Agunan yang Dimiliki ................................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................................................
A. Analisis Lingkungan Bisnis........................................................................................
B. Kelengkapan Perijinan................................................................................................
C. Peta Lokasi .................................................................................................................
D. Foto Produk ................................................................................................................
E. Dokumen Produksi .....................................................................................................
60 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
1. RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan eksekutif harus jelas dan maksimum 2 (dua) halaman yang meringkas
butir-butir penting dalam usulan. Ringkasan eksekutif menyajikan inti dari rencana
secara singkat. Ringkasan ini menjelaskan tujuan permohonan bantuan keuangan,
jumlah yang diperlukan, rencana penggunaan pinjaman, bagaimana cara dan kapan
pinjaman tersebut akan dibayar.
[NAMA PERUSAHAAN]
[BIDANG USAHA]
[KEBUTUHAN DANA]
[AGUNAN]
2. Bidang Usaha
61 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
4. Alamat Perusahaan
5. Nomor Telepon/Fax
6. Alamat E-mail
7. Bank Perusahaan
10. N P W P
2. Jabatan
4. Alamat Rumah
5. Nomor Telepon
6. Nomor Fax
7. Alamat E-mail
8. Pendidikan Terakhir
9. Pengalaman Kerja
62 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
2.3 STRUKTUR ORGANISASI
[BIDANG PENDAMPINGAN]
[MULAI PENDAMPINGAN]
63 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
3. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN
3.1 PRODUK / JASA YANG DIHASILKAN
Sebutkan jenis produk / jasa yang dihasilkan satu per satu, berikut karakteristik produk,
1.
2.
3.
64 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
Jelaskan apabila terjadi penurunan atau kenaikan yang drastis.
PERSONAL SELLING
Uraikan jenis kegiatan yang sudah pernah dilakukan dan hasil yang telah dicapai. ............
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
PAMERAN
Uraikan jenis kegiatan yang sudah pernah dilakukan dan hasil yang telah dicapai. ............
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
65 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
BROSUR
Uraikan jenis kegiatan yang sudah pernah dilakukan dan hasil yang telah dicapai. ............
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
ADVERTISING / IKLAN
Uraikan jenis kegiatan yang sudah pernah dilakukan dan hasil yang telah dicapai. ............
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Sebutkan apakah pembeli industri atau individu, serta sebutkan juga karakteristik pembeli,
misalnya jenis kelamin, umur, daya beli, kelas sosial atau hal-hal lain yang khas.
66 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
3.5 PROYEKSI PENJUALAN
Uraikan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai. .......................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Uraikan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai. .......................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
67 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
KEGIATAN PROMOSI
Uraikan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai. .......................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Uraikan jenis kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai. .......................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
1. 1.
2. 2.
1. 1.
2. 2.
Nasional.............. [000] %
68 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
2. Jalur Distribusi Individu Distributor
Industri Retailer
Pemerintah Eksportir
Lain - Lain
Nasional.............. [000] %
Industri Retailer
Pemerintah Eksportir
Lain - Lain
69 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
4. ANALISIS PRODUKSI
4.1 PROSES PRODUKSI
Otomatis
Otomatis
Tradisional
MATERIAL A MATERIAL B
PERAKITAN
PENGEMASAN
70 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
KEUNGGULAN PROSES YANG DIMILIKI
1.
2.
3.
KEBUTUHAN
SUMBER
BAHAN PENOLONG RATA-RATA PER BULAN
TOTAL 0 0
71 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
KAPASITAS PRODUKSI
RATA-RATA PER BULAN
1.
2.
3.
TARGET KAPASITAS
PRODUKSI RATA-RATA PER
BULAN *)
72 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
5. ANALISIS SUMBERDAYA MANUSIA (SDM)
5.1 ANALISIS KOMPETENSI SDM
TINGKAT PENDIDIKAN Jumlah
Tidak Lulus SD
SD BAGIAN / DEPT. Jumlah
SMP Manajemen
SMU Bagian Produksi
D1 Bagian Pemasaran
D3 / Sarjana Muda Bagian Administrasi
Sarjana Lain - Lain
TOTAL 0 TOTAL 0
dibutuhkan, misalnya
kepala produksi.
73 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
5.3 RENCANA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN SDM
Jumlah Tenaga yang Tenaga yang
JABATAN Kebutuhan Tersedia Harus Direkrut
dibutuhkan, misalnya
kepala produksi.
STRATEGI PEMASARAN
Uraikan strategi atau jenis kegiatan pemasaran yang akan dilakukan tahap demi tahap. .....
...............................................................................................................................................
STRATEGI PRODUKSI
Uraikan strategi atau jenis kegiatan produksi yang akan dilakukan tahap demi tahap. ........
...............................................................................................................................................
74 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
STRATEGI ORGANISASI DAN SDM
Uraikan strategi atau jenis kegiatan organisasi yang akan dilakukan tahap demi tahap. .....
...............................................................................................................................................
STRATEGI KEUANGAN
Uraikan strategi atau jenis kegiatan keuangan yang akan dilakukan tahap demi tahap. ......
...............................................................................................................................................
75 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
7. ANALISIS KEUANGAN
7.1 LAPORAN KEUANGAN
76 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
LAPORAN LABA RUGI
[Nama Perusahaan]
TAHUN 2000
A. HASIL PENJUALAN
Penjualan 0
Sub Total Hasil Penjualan 0
B. BIAYA PRODUKSI / VARIABEL
Bahan Baku 0
Bahan Pembantu 0
Upah Buruh Produksi 0
Transport (Pengiriman Produk) 0
Biaya Lain-Lain 0
Sub Total Biaya Produksi 0
C. BIAYA TETAP
Gaji Pimpinan 0
Gaji Staf Administrasi dan Umum 0
Biaya Pemeliharaan 0
Penyusutan 0
Sub Total Biaya Tetap 0
D. BIAYA ADMINISTRASI
Biaya Pemasaran 0
Alat Tulis Kantor 0
Listrik, Air, Telepon 0
Biaya Lain-Lain 0
Sub Total Biaya Administrasi 0
E. TOTAL BIAYA (B + C + D) 0
F. Laba Sebelum Pajak (A - E) 0
G. Pajak 0
H. Laba Bersih (F - G) 0
77 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
LAPORAN NERACA
[Nama Perusahaan]
TAHUN 2000
AKTIVA
A. AKTIVA LANCAR 0
Kas 0
Piutang 0
Persediaan: 0
Bahan Baku 0
Bahan Pembantu 0
Barang Jadi 0
Jumlah Aktiva Lancar 0
B. AKTIVA TETAP
Tanah 0
Bangunan 0
Peralatan 0
Penyusutan 0
Lain - Lain 0
Jumlah Aktiva Lancar 0
JUMLAH AKTIVA (A + B) 0
PASIVA
C. HUTANG JANGKA PENDEK
Hutang Dagang 0
Hutang Jatuh Tempo 0
Lain - Lain 0
Jumlah Hutang Jangka Pendek 0
D. PINJAMAN JANGKA PENDEK
Pinjaman Jangka Panjang 0
Lain - Lain 0
Jumlah Pinjaman Jangka Panjang 0
E. MODAL
Modal Disetor 0
Laba Ditahan 0
Jumlah Modal 0
JUMLAH PASIVA (C + D + E) 0
78 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
7.2 RENCANA KEBUTUHAN INVESTASI
1
) sesuai dengan Bab 4.4 Rencana Pengembangan Produksi lihat tabel Rencana Penambahan
Fasilitas dan Mesin Produksi
2
) sesuai dengan Bab 7.3 Tahapan Pengembangan Teknologi Informasi lihat tabel Rencana
Penambahan Peralatan dan Sistem Informasi
79 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
7.3 RENCANA ARUS KAS (CASH FLOW)
80 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
RENCANA ARUS KAS (dalam ribuan rupiah)
[Nama Perusahaan]
UNTUK TAHUN 2001
Mar-01 Apr-01 May-01 Jun-01 Jul-01 Aug-01 Sep-01 Oct-01 Nov-01 Dec-01 Jan-02
A. PENERIMAAN
Penerimaan Penjualan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penerimaan Pinjaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total Penerimaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B. PENGELUARAN
Pembelian Asset (Investasi) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pembelian Bahan Baku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pembelian Bahan Pembantu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upah Buruh Produksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Transport (Pengiriman Produk) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Produksi Lain-Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gaji Pimpinan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gaji Staf Administrasi dan Umum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pemeliharaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pemasaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Alat Tulis Kantor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Listrik, Air, Telepon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Administrasi Lain-Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Angsuran Pokok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biaya Pajak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sub Total Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C. SELISIH KAS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D. SALDO KAS AWAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E. SALDO KAS AKHIR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
81 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
RENCANA ARUS KAS (dalam ribuan rupiah)
[Nama Perusahaan]
TAHUN 2001 - 2005
KETERANGAN:
Nilai Penerimaan tahun pertama (2001) sama dengan jumlah Penerimaan per bulan untuk tahun
pertama (2001), begitu pula dengan nilai pengeluaran. Saldo kas awal tahun pertama (2001) adalah
saldo kas awal bulan pertama.
82 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
*) sesuai dengan PENERIMAAN PINJAMAN pada tabel
RENCANA ARUS KAS untuk tahun pertama Bab 8.3
Rencana Arus Kas (Cash Flow)
MASA TENGGANG
PEMBAYARAN *)
3. Aspek Legalitas
83 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
4. Nilai Agunan
pengembalian pinjaman.
84 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
8.4 ANTISIPASI RESIKO USAHA
Menggambarkan strategi / kegiatan yang akan dilakukan dalam mengantisipasi dan
85 | Modul Pelatihan U N U D T P C P r o j e c t 2 0 1 1
86 | M o d u l P e l a t i h a n B a g i C a l o n A g r o t e c h n o p r e n u r