Anda di halaman 1dari 18

LCA (LIFE CYCLE ASSASSMENT) PADA PRODUKSI

KERTAS DARI AMPAS TEBU

Makalah Review Jurnal

ROZANA
F152120061

SEKOLAH PASCASARJANA
DEPARTEMEN TEKNIKMESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
LCA (LIFE CYCLE ASSASSMENT) .......................................................................... 2
Definisi Tujuan dan Ruang Lingkup ................................................................... 2
Inventarisasi Siklus Hidup (LCI) ......................................................................... 2
Penilaian Dampak Siklus Hidup (LCIA) .............................................................. 2
Penilaian Siklus Hidup dan Interpretasi (LCAI) .................................................. 3
PROSES PEMBUATAN KERTAS DARI AMPAS TEBU ........................................... 4
Persiapan Ampas Tebu ...................................................................................... 4
Produksi Pulp ..................................................................................................... 5
Produksi Kertas .................................................................................................. 6
LCA (LIFE CYCLE ASSASSMENT) PADA PRODUKSI KERTAS
DARI AMPAS TEBU ........................................................................................... 7
Definisi Tujuan dan Ruang Lingkup ................................................................... 7
Unit Fungsional ................................................................................................... 8
Asumsi ................................................................................................................ 8
Inventarisasi Siklus Hidup .................................................................................. 8
Penilaian Dampak Siklus Hidup ......................................................................... 8
KESIMPULAN ............................................................................................................ 13
REKOMENDASI ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jalur Dampak yang Menghubungkan Emisi


Untuk Beberapa Kategori Kerusakan ....................................................... 3
Gambar 2. Siklus Hidup Kertas dari Kayu ................................................................. 5
Gambar 3. Pengangkutan Ampas Tebu Melalui Sabuk Konveyor
dari Pabrik Tebu ke Pabrik Kertas ............................................................ 4
Gambar 4. Proses Memasak Pulp di Pabrik Pabrik Kertas ....................................... 6
Gambar 5. Penyaringan dan Pembersihan Pulp di Pabrik Kertas ............................. 6
Gambar 6. Siklus Hidup Kertas dan Batasan Sistem ................................................ 7
Gambar 7. Dampak Proses Produksi Kertas dari Semua Input
untuk Memproduksi Satu Metrik Ton Kertas Selama Satu Tahun ........... 9
Gambar 8. Nilai Input dalam Persentase terhadap Dampak
Pemanasan Global untuk Memproduksi Satu Metrik Ton Kertas
untuk Satu Tahun ..................................................................................... 10
Gambar 9. Nilai Input dalam Persentase untuk Pengasaman
Deplesi Abiotik dan Eutrofikasi untuk Memproduksi
Satu Ton Metrik Kertas untuk Satu Tahun ................................................ 11
Gambar 10. Nilai Input dalam Persentase untuk Ekotoksisitas Manusia
Air Tawar, Laut dan Darat untuk Memproduksi
Satu Metrik Ton Kertas untuk Satu Tahun .............................................. 12

ii
I. PENDAHULUAN

Kemasan adalah elemen fundamental dari hampir setiap produk makanan dan
sumber penting dari beban lingkungan dan limbah. Kemasan mengisolasi makanan dari
faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas seperti oksigen, kelembaban dan
mikroorganisme, dan menyediakan pelindung selama transportasi dan penyimpanan.
Kemasan produk makanan menyajikan tantangan yang cukup besar untuk industry
makanan dan industri minuman, dan meminimalkan kemasan serta optimalisasi
memodifikasi kemasan makanan primer dan sekunder menyajikan kesempatan bagi
industri-industri.
Produksi pulp dan kertas adalah industri terbesar didunia dan setiap Negara
masing-masing memiliki fasilitasnya. Produksi kertas dunia pada tahun 1997 mencapai
299 juta MT. 75% dari produksi kertas dan kardus dunia (1997) terfokus pada 10 negara
yaitu: USA (80 juta MT), Jepang (31 juta MT), China (27 juta MT), Kanada (19 juta MT),
Jerman (16 juta MT), Finlandia (12 juta MT), Swedia (10 juta MT), Perancis (9 juta MT),
Korea Selatan (8,5 juta MT), Italia (7,5 juta MT) (Smith, 2002).
Permintaan kertas dan karton dunia diprediksi tumbuh sekitar 2,1% sampai
tahun 2020 dan pertumbuhan tercepat di Eropa Timur, Asia (kecuali Jepang) dan
Amerika Latin. Sektor pulp dan kertas adalah salah satu konsumen utama sumber daya
berserat kayu yang memiliki dampak signifikan pada perubahan iklim dengan
mempengaruhi sumber daya hutan. Ada dua jenis kertas yang diproduksi: (a)
Menggunakan kayu (murni) sebagai bahan baku dan (b) menggunakan bahan non-murni
seperti kanaf dan ampas tebu (Poopak and Agamuthu, 2011).
Kepedulian terhadap lingkungan telah menyebabkan daur ulang mengalami
peningkatan dengan pesat. Daur ulang secara luas dianggap bermanfaat bagi lingkungan
dan kondusif untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini meringankan
kelangkaan sumber daya, menurunkan permintaan untuk ruang TPA dan umumnya
melibatkan penghematan konsumsi energi. Daur ulang limbah telah dianalisis dari
perspektif siklus hidup dalam sejumlah studi selama 10 15 tahun terakhir.
Pertanyaannya adalah apakah daur ulang benar benar pilihan terbaik. Karena
pengumpulan bahan daur ulang memiliki dampak tersendiri terhadap lingkungan,
terutama energi yang digunakan dalam pengumpulan dan pemilahan, dan yang timbul
dari penggunaan bahan daur ulang dalam menghasilkan produk baru. Pertanyaan ini
memiliki banyak dimensi (ekonomi, teknis, social, dan lingkungan) (Craighill dan Powell,
1996).
Ada beberapa studi yang menerapkan Life Cycle Assessment (LCA) dalam produk
pulp dan kertas. Dalam penelitian mereka, mereka menemukan pemakaian energi dan
konsumsi air, gas rumah kaca (GRK), emisi metana, klorin dan bahan baku yang
digunakan non-murni. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua dampak
proses pembuatan kertas di Iran, dengan menggunakan LCA sebagai alat analisisnya.

1
II. LCA (LIFE CYCLE ASSASSMENT)

Penyediaan barang atau jasa secara kolektif memberikan kontribusi untuk dampak
lingkungan. Penilaian siklus hidup (LCA) adalah alat untuk membandingkan pilihan
produk dan untuk mengidentifikasi peluang untuk mengurangi dampak terkait. LCA
memberikan wawasan yang komplek bagi banyak peraturan dan resiko yang berorientasi
proses dan penilaian dampak. Fokus dari LCA biasanya pada kontribusi terhadap
dampak skala regional dan global, termasuk konsumsi sumber daya. Semua tahapan
dalam siklus hidup produk dapat mengakibatkan dihasilkannya limbah, emisi dan
konsumsi sumber daya. Perubahan lingkungan ini berkontribusi terhadap lingkungan,
seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, pembentukan asap, eutrofikasi,
pengasaman, stress toksikologi terhadap kesehatan manusia dan ekosistem, penipisan
sumber daya, dan kebisingan, dan lain lain. LCA membantu mengambil keputusan
memperhitungkan kontribusi terhadap dampak dampak tersebut, serta kemungkinan
yang terjadi di banyak tahapan dalam siklus hidup produk, yaitu selama ekstraksi bahan
baku, akuisisi energy, produksi, manufaktir, penggunaan, penggunaan kembali, daur
ulang, sampai ke pembuangan akhir (Pennington DW and Rydberg T, 2005).
Ada empat fase utama dalam LCA seperti yang disarankan dalam ISO 14040:
1. Definisi Tujuan dan Ruang Lingkup (ISO 14040)
Dalam definisi tujuan dan ruang lingkup, penggunaan hasil sudah diidentifikasi,
menyatakan ruang lingkup penelitian ini, unit fungsional didefinisikan, dan strategi dan
prosedur untuk pengumpulan data dan jaminan kualitas data sudah ditentukan.
Definisi tujuan dan ruang lingkup merupakan komponen yang paling penting dari
sebuah LCA karena penelitian ini dilakukan sesuai dengan pernyataan yang dibuat
dalam fase ini, yang mendefinisikan tujuan studi, produk yang diharapkan dari penelitian
ini, batasan sistem, unit fungsional (FU) dan asumsi. Batasan sistem sering digambarkan
oleh masukan umum dan diagram alir output. Semua operasi yang berkontribusi
terhadap siklus hidup produk, proses, atau jatuh kegiatan dalam batas-batas sistem.
Tujuan dari FU adalah untuk menyediakan unit referensi dimana data persediaan
dinormalisasi. Definisi FU tergantung pada kategori dampak lingkungan dan tujuan
penyelidikan. Fungsional unit sering berdasarkan massa dari produk yang diteliti. Namun,
nilai gizi dan ekonomi produk dan luas lahan juga digunakan (Roy P et al., 2009).

2. Inventarisasi Siklus Hidup (LCI) (ISO 14041).


Fase ini adalah pekerjaan yang paling intensif dan memakan waktu dibandingkan
dengan fase lain dalam LCA, terutama karena pengumpulan data. Pengumpulan data
dapat memakan waktu jika database yang tersedia kurang baik dan jika pelanggan dan
pemasok tidak bersedia untuk membantu. Banyak database LCA ada dan biasanya
dapat dibeli bersama sama dengan perangkat lunak LCA. Data transportasi, ekstraksi
bahan baku, pengolahan bahan, produksi biasanya digunakan produk seperti plastik dan
kardus, dan pembuangan tersebut biasanya ditemukan dalam database LCA. Data dari
database dapat digunakan untuk produk dengan proses yang tidak tertentu, seperti data
umum tentang produksi listrik, batu bara atau kemasan. Untuk data produk-spesifik, data
khusus yang diperlukan. Data harus mencakup semua input dan output dari proses. Input
adalah energi (terbarukan dan non-terbarukan), air, bahan baku, dan lain lain. Output
adalah produk dan produk turunannya, dan emisi (CO2, CH4, SO2, NOx dan CO) ke
udara, air dan tanah (total suspended solids: TSS, biologi kebutuhan oksigen: BOD,
kebutuhan oksigen kimia: COD dan senyawa klorin organik: AOXs) dan timbulan sampah
(limbah padat: MSW dan tempat pembuangan sampah) (Roy P et al., 2009).

3. Penilaian Dampak Siklus Hidup (LCIA) (ISO 14042).


Penilaian dampak digunakan untuk mengidentifikasi potensi pengaruh lingkungan
yang signifikan dengan menggunakan hasil analisis dampak siklus hidup (LCIA). LCIA
sangat berbeda dari teknik yang lain seperti penilaian dampak lingkungan (AMDAL) dan
penilaian risiko karena pendekatan menggunakan unit fungsional. LCIA terdiri dari empat
unsur yaitu: klasifikasi, karakterisasi, normalisasi dan pembobotan dimana normalisasi
dan bobot adalah elemen opsional (Sharaai et al., 2011).

2
Klasifikasi adalah proses penugasan dan agregasi awal data LCI ke dalam
kelompok dampak umum. Karakterisasi adalah penilaian besarnya dampak potensi
masing-masing aliran persediaan ke dampak yang sesuai lingkungan (misalnya,
pemodelan dampak potensial dari karbon dioksida dan metana pada pemanasan global).
Karakterisasi menyediakan cara untuk langsung membandingkan hasil LCI dalam setiap
kategori. Faktor karakterisasi yang sering disebut sebagai faktor kesetaraan. Normalisasi
mengungkapkan dampak potensial dalam cara-cara yang dapat dibandingkan (misalnya,
membandingkan dampak pemanasan global karbon dioksida dan metane untuk dua
pilihan). Penilaian/pembobotan adalah penilaian relative pentingnya beban lingkungan
diidentifikasi dalam klasifikasi, karakterisasi, dan tahap normalisasi dengan memberi
mereka pembobotan yang memungkinkan untuk dibandingkan atau dikumpulkan.
Kategori dampak mencakup efek global (global warming, ozon deplesi, dan lain - lain),
efek daerah (asidifikasi, eutrofikasi, pembentukan fotooksidan, dan lain - lain), dan lokal
efek (gangguan, kondisi kerja, efek dari limbah berbahaya, efek limbah padat,dan lain -
lain) (Roy P et al., 2009).

Gambar 1. Jalur Dampak yang Menghubungkan Emisi Untuk Beberapa Kategori


Kerusakan.

4. Penilaian Siklus Hidup dan Interpretasi (LCIA) (ISO 14043).


Tujuan dari LCA adalah untuk menarik kesimpulan yang dapat mendukung
keputusan atau dapat memberikan hasil yang mudah dipahami dari LCA. Inventarisasi
dan hasil penilaian dampak dibahas bersama-sama dalam kasus LCIA, atau inventarisasi
hanya dalam kasus analisis LCI, dan isu isu lingkungan yang signifikan diidentifikasi
untuk kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian.
Ini adalah teknik yang sistematis untuk mengidentifikasi dan menghitung, memeriksa dan
mengevaluasi informasi dari hasil LCI dan LCIA, dan berkomunikasi secara efektif.
Penilaian ini dapat mencakup perbaikan ukuran kuantitatif dan kualitatif, seperti
perubahan produk, proses dan aktivitas desain, penggunaan bahan baku, industri
pengolahan, penggunaan konsumen dan pengelolaan limbah.

3
III. PROSES PEMBUATAN KERTAS DARI AMPAS TEBU

Kertas terbuat dari serat tanaman yang disebut selulosa yang ditemukan dalam
kayu. Selulosa harus dikonversi menjadi bubur/pulp sebelum digunakan untuk
memproduksi kertas. Untuk memulai proses pembuatan kertas, serat yang dipulihkan
dicabik dan dicampur dengan air untuk membuat pulp. Pulp dicuci,
disempurnakan dan dibersihkan, kemudian beralih menjadi lumpur di beater (Gambar 2).
Saat ini, dengan pembangunan dan ekonomi yang cepat pertumbuhan penduduk,
permintaan kertas telah meningkat secara global. Permintaan yang lebih atas kertas
membutuhkan lebih banyak bahan kayu. Pemanenan kayu yang tidak terkendali dapat
menyebabkan deforestasi, perubahan iklim, dan lain lain. Namun, memproduksi satu
ton metrik kertas dari bahan non-murni seperti ampas tebu, kanaf dan bambu dapat
3
menyimpan 17 pohon, 3,3 meter kubik (m ) dari ruang TPA, 360 L air, 100 L bensin, 60
pon polutan udara dan 10.401 kilowatt listrik. Selain itu, GRK seperti karbon dioksida
(CO2), Metana (CH4) dannitrous oksida (N2O) merupakan komponen penting dari
atmosfer bumi. Gas-gas ini bertindak seperti selimut, perangkap panas di sekitar bumi
dan suhu yang diperlukan untuk kehidupan manusia. Namun, aktivitas antropogenik
seperti
pembakaran bahan bakar fosil, pembukaan lahan dan deforestasi bisa
menebal selimut rumah kaca yang berarti, dapat berpengaruh pada perubahan iklim
(Poopak and Agamuthu, 2011).

1. Persiapan Ampas Tebu


Bahan yang digunakan dalam pabrik kertas ini berasal dari ampas tebu. Bahan-
bahan tersebut dikirim ke pabrik kertas melalui pipa atau sabuk konveyor dan energi
yang digunakan untuk ini adalah listrik. Menggunakan limbah pertanian daripada kayu
memiliki tambahan keuntungan dan mengurangi deforestasi. Karena dengan fakta bahwa
ampas tebu membutuhkan bahan kimia pemutih lebih sedikit dari pulp kayu. Sehingga
dapak bahan kimia pemutih seperti klorin terhadap lingkungan dapat diminimalkan.
Ampas tebu mengandung 65 - 68% serat, 25 sampai 30% empulur, gula 2% dan 1
sampai 2% mineral. Setelah melewati proses depithing, dimana serat dipisahkan dari
empulur, ampas siap digunakan untuk pulp dan proses penggilingan kertas (Poopak and
Agamuthu, 2011)

Gambar 3. Pengangkutan Ampas Tebu Melalui Sabuk Konveyor dari Pabrik


Tebu ke Pabrik Kertas.

4
Gambar 2. Siklus Hidup Kertas dari Kayu

2. Produksi Pulp
Tujuan dari proses ini adalah untuk memproduksi pulp yang dapat
digunakan untuk penggilingan kertas. Selama penggilingan pulp, beberapa sub proses
seperti memasak, mencuci, penyaringan, dan pemutihan dilakukan (Gambar 4 dan 5). Di
tahap final yaitu bleaching, Cl (gas klorin) dan NaOH digunakan untuk mengubah cairan
hitam (pulp hitam) menjadi warna putih dan proses ini biasanya dilakukan tiga kali
(Poopak and Agamuthu, 2011).

5
Gambar 4. Proses Memasak Pulp di Pabrik Pabrik Kertas

Gambar 5. Penyaringan dan Pembersihan Pulp di Pabrik Kertas.

3. Produksi Kertas
Penggilingan kertas adalah proses terakhir dalam memproduksi kertas. Pulp akan
melalui beberapa proses hingga menjadi kertas. Pulp tidak cukup untuk membuat kertas
sehingga di bagian ini bahan seperti kraft ditambahkan untuk meningkatkan pulp. Kertas
yang berwarna putih dipotong menurut ukuran A4. Pada tahap ini, kelembaban di kertas
dikurangi menjadi 55 sampai 60% (Poopak and Agamuthu, 2011).

6
IV. LCA (LIFE CYCLE ASSASSMENT) PADA PRODUKSI KERTAS
DARI AMPAS TEBU

1. Definisi Tujuan dan Ruang Lingkup


Tujuan dari studi LCA adalah untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari proses
pembuatan kertas dan mengidentifikasi input yang memiliki potensi mempengaruhi
lingkungan dari pembuatan kertas dalam memproses satu metrik ton kertas untuk satu
tahun.
Lingkup dari studi LCA (Batas sistem) dalam penelitian ini adalah pada produksi
kerta ukuran yang umum digunakan untuk menulis, mencetak dan menyalin dokumen
sehingga terpilih sebagai subjek dalam penilaian siklus hidup.
Siklus hidup suatu kertas A4 mulai dari tahap ekstraksi bahan baku, produksi,
penggunaan dan pembuangan akhir (Gambar 4). Namun, batas sistem penelitian hanya
terfokus pada proses tahap produksi (garis putus-putus pada Gambar 6).

Gambar 6. Siklus Hidup Kertas dan Batasan Sistem

7
2. Unit Fungsional
Unit fungsional ditetapkan sebagai produksi satu metrik ton kertas untuk satu
tahun.

3. Asumsi
Dalam studi LCA, asumsi dibuat sebagai berikut: Ada atau tidak ada limbah atau
emisi ke udara dan air pada proses produksi kertas.

4. Inventarisasi Siklus Hidup


Data disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Inventarisasi Siklus Hidup
No. Input Item Tujuan
1 Non-virgin Ampas tebu, kraf Bahan baku untuk menambah pulp
2 Energi Bahan Bakar Listrik dari Sungai Pemasakan, pemotongan
3 Air Air dari Sungai Pencucian
4 Bahan Kimia NaOH, Al2(SO4)2, OBA, Cl Pemutihan
5 Lain lain Tanah liat, pati jagung, resin Peningkatan kualitas kertas

5. Penilaian Dampak Siklus Hidup (LCIA)


Penilaian dampak merupakan langkah penting dalam mengukur dampak
lingkungan di LCA. Aplikasi SimaPro dilengkapi dengan sejumlah besar metode penilaian
dampak standar. Metode penilaian dampak adalah sebagai berikut: Eco-indicator99,
Ecoindicator 95, CML 92, CML2 Baseline (2000), EDIP / UMIP, EPS 2000, Ecopoints 97,
2002 Impact+,TRAC, metode EPD, kebutuhan energi kumulatif dan Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) emisi gas rumah kaca. Setiap metode berisi nomor
(biasanya 10 sampai 20) dari kategori dampak. Metode dipilih karena metode ini
menguraikan (level mid point) (Poopak and Agamuthu, 2011).
Pada panduan CML menyediakan daftar kategori penilaian dampak yang
dikelompokkan menjadi:
Kategori dampak Wajib,
Kategori dampak tambahan
Kategori dampak lainnya (SimaPro7 Manual, 2006).
Dalam studi ini, metode CML2 Baseline 2000 digunakan untuk LCIA. CML2
Baseline 2000 menyediakan sepuluh jenis kategori dampak dengan unitnya sebagai
berikut:
Deplesi biotik (Kg Sb eq),
Pengasaman (kg SO2eq),
Eutrofikasi (Kg PO4 --- eq),
Pemanasan global (kg CO2 eq),
Ppenipisan lapisan ozon (kg CFC-11eq),
Toksisitas terhadap manusia (kg 1,4-DB eq),
Ekotoksisitas air tawar (kg 1,4-DBeq),
Ekotoksisitas air laut (kg 1,4-DBeq),
Ekotoksisitas terestrial (kg 1,4-DBeq)
Oksidasi fotokimia (kg C2H4).
Inventarisasi data emisi dalam hal massa yang dilepaskan ke lingkungan seperti 1
kg per unit fungsional, juga berarti dampak satu satuan massa (1 kg) dari suatu emisi
terhadap lingkungan.
Grafik skala 100% per kategori dampak memungkinkan untuk deskripsi luas nilai
per kategori dampak dalam satu diagram (Gambar 7). Perbedaan warna grafik mewakili
berbagai jenis masukan. Nilai dampak yang negatif berarti menguntungkan bagi
lingkungan hidup. Nilai dampak untuk masing-masing dampak disumbangkan dari input
yang digunakan selama proses pembuatan kertas. Di pabrik ini, ada 12 jenis input yang
terlibat dalam proses dan telah dianalisis. Diantaranya ampas tebu, kraft, listrik, BBM
(bahan bakar minyak), air, natrium hidroksida (NaOH), aluminium sulfat (Al 2(SO4)3), agen
pemutih optik (OBA), klorin (Cl), tanah liat, pati jagung dan resin (Poopak and Agamuthu,
2011).

8
Gambar 7. Dampak Proses Produksi Kertas dari Semua Input untuk Memproduksi
Satu Metrik Ton Kertas Selama Satu Tahun.

Tabel 2. Hasil LCIA


No. Kategori Dampak Unit Jumlah
1 Deplesi biotik (Kg Sb eq), 17.82
2 Pengasaman (kg SO2eq), 3.43
3 Eutrofikasi (Kg PO4 --- eq), 0.71
4 Pemanasan global (kg CO2 eq), -729.81
-
5 Penipisan lapisan ozon (kg CFC 11eq), 0.00015
6 Toksisitas terhadap manusia (kg 1,4-DB eq), 242.14
7 Ekotoksisitas air tawar (kg 1,4-DBeq), 57.31
8 Ekotoksisitas air laut (kg 1,4-DBeq), 81472.26
9 Ekotoksisitas terestrial (kg 1,4-DBeq) 7.34
10 Oksidasi fotokimia (kg C2H4). 0.37

a. Pemanasan Global
Dampak total dari pemanasan global adalah -729,81 kg CO2 eq. Untuk dampak
pemanasan global, penggunaan ampas tebu memberi dampak terendah (dampak
negatif) nilai dengan jumlah -951,414 Kg CO2 eq dari semua jenis input (Gambar 8).
Dampak negatif berarti manfaat lingkungan. Listrik dan ampas tebu memberikan nilai
dampak terendah karena kedua input tersebut menggunakan sumber terbarukan. Listrik
menggunakan sumber pembangkit listrik tenaga air, sedangkan, ampas tebu merupakan
produk samping dari pabrik tebu. Konsumsi sumber terbarukan akan mengurangi
degradasi lingkungan. Konsumsi ampas tebu sebagai bahan baku untuk produksi kertas
(bukan kayu asli) dapat mengakibatkan pengurangan deforestasi dan pada saat yang

9
sama meningkatkan penyerapan CO2 dan memiliki potensi untuk mengurangi efek
pemanasan global (Poopak and Agamuthu, 2011).
Bahan bakar memberikan nilai dampak yang lebih tinggi untuk pemanasan global
dengan 25% dari total nilai dampak. Biasanya dalam bahan bakar, jumlah karbon per unit
energi konten bervariasi menurut jenis bahan bakar. Ini berarti batubara mengandung
jumlah tertinggi dari karbon per unit energi, sehingga memancarkan gas rumah kaca
lebih dari bahan bakar fosil lainnya.
Pembakaran bahan bakar fosil dapat melepaskan 6,2 (GtC) ke dalam atmosfer
setiap tahun. Jadi, menggunakan bahan bakar sebagai sumber energi karena kepadatan
bakar tinggi, dapat berkontribusi terhadap pemanasan global. Mengubah penggunaan
lahan seperti deforestasi, dapat mengakibatkan peningkatan emisi karbon ke atmosfer.
Selama pembuatan kraft, hutan akan dibersihkan dan deforestasi akan terjadi dan itu
dapat mempengaruhi pemanasan global. Namun, menggunakan ampas tebu sebagai
bahan baku dapat menghindari deforestasi, yang merupakan titik positif menggunakan
ampas tebu (Poopak and Agamuthu, 2011).

Gambar 8. Nilai Input dalam Persentase terhadap Dampak


Pemanasan Global untuk Memproduksi Satu Metrik Ton Kertas
untuk Satu Tahun.

b. Deplesi Abiotik, Pengasaman dan Eutrofikasi


Deplesi abiotik, pengasaman dan eutrofikasi berkontribusi untuk setiap kategori
dampak masing masing 17,82 kg Sbeq, 3.43 kg SO2 eq dan 0,71 kg PO4-eq (Gambar
9). Dalam deplesi abiotik, pengasaman dan eutrofikasi, bahan bakar memberikan
dampak tertinggi untuk kategori dampak dan diikuti oleh kraft. Untuk dampak lain, kraft
memberi nilai dampak yang lebih tinggi untuk pengasaman (30%), eutrofikasi (44%) dan
toksisitas (42%) (Sharaai et al., 2011).
Kategori dampak pengayaan tanah dan air dengan nutrisi diukur dengan
eutrofikasi (EP). EP meningkat dapat menyebabkan ganggang di danau dengan
pengurangan penetrasi sinar matahari dan konsekuensi yang merugikan lainnya dan efek
yang tidak diinginkan serupa di tanah. Nitrat dan fosfat yang dilepaskan terus menerus di
air laut dapat menyebabkan peningkatan penumpukan nutrisi.
Selama pembakaran bahan bakar fosil, produksi bahan bakar, dihasilkan NOx
tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan akumulasi nitrat, fosfat dan konten oksigen terlarut.
Bahan bakar dan kraft berkontribusi tertinggi untuk dampak eutrofikasi (Poopak and
Agamuthu, 2011).
Gas asam seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida (dilepaskan selama
pembakaran bahan bakar fosil) berkontribusi pada pengasaman tanah dan ekosistem air
tawar. Indikator kategori pengasaman diukur dalam sulfur dioksida ekuivalen (KgSO2
eq). N2O diproduksi secara alami melalui aktivitas manusia seperti pembakaran fosil

10
bahan bakar, deforestasi, perubahan penggunaan lahan dan beberapa proses industri
(Poopak and Agamuthu, 2011).

Gambar 9. Nilai Input dalam Persentase untuk Pengasaman, Deplesi Abiotik dan
Eutrofikasi untuk Memproduksi Satu Ton Metrik Kertas
untuk Satu Tahun.
c. Penipisan lapisan ozon
Penipisan lapisan ozon diukur sebagai CFC-11. Klorin menyumbang dampak
besar pertama (62%), Kraft adalah penyumbang utama kedua (16%) sementara, NaOH
adalah ketiga (14%). Lainnya membuat dampak kecil yang masing-masing kurang dari
5%; pati (4%), bahan bakar (2%), aluminium sulfat (1%), OBA (0,4%), ampas tebu
(0,4%), resin (0,2%) dan tanah liat (0,01%). Total nilai dampak yang disumbangkan oleh
proses produksi kertas untuk penipisan lapisan ozon adalah 0,00015 kg CFC-11 eq
(Poopak and Agamuthu, 2011).
Sebelum tahun 1980-an dan awal 1990-an, klorin bebas digunakan untuk pemutih
kertas, namun saat ini, penggunaan klorin telah berhenti. Chlorofluorocarbon (CFC-11
dan CFC-12) pertama kali diproduksi di 1930-an tetapi tidak hadir di atmosfer dalam
jumlah yang cukup sebelum 1950. Sampai tahun 1990-an, mereka banyak digunakan
sebagai propelan, pendingin dan agen berbusa. Mereka bertindak sebagai gas rumah
kaca di troposfer tetapi juga merusak lapisan ozon di stratosfer (Sharaai et al., 2011).
Untuk pemanasan global, proses produksi kertas memberikan nilai negatif, -729,81
kg CO2 eq, yang berarti keuntungan terhadap lingkungan. Penipisan lapisan ozon dan
toksisitas manusia masing-masing memberikan nilai dampak 0,00015 kg CFC-11 eq dan

11
242,14 KG1, 4-DB eq,. Chlorofluorocarbon (CFC-11 dan CFC-12) bertindak sebagai gas
rumah kaca di troposfer tetapi juga merusak lapisan ozon di stratosfer. Studi ini
menunjukkan bahwa, bahan kimia buatan manusia dapat menyebabkan penipisan
lapisan ozon (Poopak and Agamuthu, 2011).

d. Oksidasi Fotokimia
Ampas tebu memberikan nilai dampak tertinggi oksidasi fotokimia dengan 71%.
Kraft memberikan kontribusi 14%, aluminium sulfat dan mazut 4% masing-masing,
sedangkan klorin dan resin memberikan kontribusi masing-masing 2%, pati dan NaOH
masing-masing 1%. OBA, tanah liat dan listrik berada di bawah masing-masing di kisaran
0,2, 0,008 dan 0,001% (Poopak and Agamuthu, 2011).

e. Toksisitas
Dampak toksisitas diukur sebagai 1,4-dichlorobenzene per kg emisi (Kg 1,4-DB
eq). Di metode CML2 Baseline 2000 untuk LCIA, toksisitas pada lingkungan
manusia,ekosistem air tawar, laut dan darat ditentukan. Dampak toksisitas berbagai
bahan atau elemen yang ditunjukkan pada Gambar 8. Dari dampak total, kraft
menyumbang dampak tertinggi dari sekitar 42%. Aluminium sulfat berada di tempat
kedua dengan 26% diikuti oleh bahan bakar (15%), klorin (10%), NaOH (4%), ampas
tebu (1%), pati (1%), resin (1%), OBA (0,2%), tanah liat (0,02%) dan listrik (0,0005%)
(Poopak and Agamuthu, 2011).
Semua input berkontribusi 57.31kg 1, 4-DB eq ke ekotoksisitas air tawar,
81.472,26 kg 1, 4-DB eq ke ekotoksisitas air laut dan ekotoksisitas terestrial
7.34 kg 1, 4-DB eq terhadap setiap kategori dampak. Untuk oksidasi fotokimia, semua
masukan memberikan nilai dampak sebesar 0,37 kg C2H4 (Tabel 2). Dari hasil LCIA,
penilaian proses pembuatan kertas menunjukkan input yang memberikan nilai dampak
terendah untuk semua jenis dampak dan listrik kecuali untuk dampak pemanasan global
(Poopak and Agamuthu, 2011).

Gambar 10. Nilai Input dalam Persentase untuk Ekotoksisitas Manusia, Air Tawar,
Laut dan Darat untuk Memproduksi Satu Metrik Ton Kertas untuk Satu Tahun.

12
V. KESIMPULAN

Dari proses pembuatan kertas, sebelas masukan diakui. Mereka adalah ampas
tebu, kraft, aluminium sulfat, OBA, liat, pati jagung, klorin, resin, mazut, NaOH dan listrik.
Semua input kemudian dinilai menggunakan CML2 Baseline 2000. Metode penilaian
melibatkan sepuluh jenis dampak: deplesi abiotik (17,82 Kg Sb eq), pengasaman (3.43kg
SO2 eq), eutrofikasi (0.71 Kg PO4 --- eq), pemanasan global (-729,81 kg CO2 eq),
penipisan lapisan ozon (0,00015 kg CFC-11 eq), toksisitas manusia (242,14 kg 1,4-DB
eq), ekotoksisitas air tawar (57,31 kg 1,4-DB eq), ekotoksistas air laut (81.472,26 kg 1,4-
DB eq), ekotoksisitas terestrial (7,34 kg 1,4-DB eq) dan fotokimia oksidasi (0,37 kg
C2H4).
Dampak toksisitas manusia, ekotoksisitas air tawar, ekotoksisitas air laut, dan
ekotoksisitas terrestrial dikombinasikan selama diskusi karena mereka memiliki unit yang
sama dan dikenal sebagai dampak toksisitas. Penilaian input menunjukkan bahwa, listrik
memberikan nilai dampak terendah untuk semua tipe kecuali pemanasan global. Untuk
pemanasan global, ampas tebu memberikan dampak terendah nilai dari semua jenis
masukan. Sebaliknya, bahan bakar kontribusi dengan nilai tertinggi terhadap dampak
penipisan abiotik dan pemanasan global dengan masing masing 85 dan 25% dari
nilai total dampak. Di sisi lain, kraft memberi nilai dampak tertinggi terhadap pengasaman
(30%), eutrofikasi (44%) dan toksisitas (42%). Untuk penipisan lapisan ozon dan oksidasi
fotokimia, klorin dan ampas tebu memberikan nilai dampak tertinggi dengan 62 dan 71%,
masing-masing.

13
VI. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil, penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi sebagai


berikut:
1. Mengganti bahan bakar dengan sumber ramah energi / energy terbarukan yaitu
mengganti bahan bakar dengan energi nuklir, pembangkit listrik tenaga air atau
bahkan menggunakan empulur sebagai sumber energi bagi pembuatan kertas.
2. Mengganti bahan kimia: Mengganti klorin dengan lebih
material yang ramah lingkungan untuk pemutihan.
3. Mengganti kertas daur ulang dengan menggunakan kraft: Untuk
mengurangi jumlah dampak kraft dapat berkontribusi pada lingkungan atau bahkan
mencoba untuk menggunakan rasio kertas daur ulang dan kraft bukan hanya
menggunakan kraft.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anna B and Goran F. 2005. Recycling revisitedlife cycle comparisons of global


warming impact and total energy use of waste management strategies.
Resources, Conservation and Recycling 44 (309317).

Craighill A L, Jane C, Powell. 1996. Lifecycle Assessment and Economic Evaluation of


Recycling: a Case Study Resources. Conservation and Recycling 17 pp 75
96.

Roy P, Nei D, Orikasa T, Xu Q, Okadome H, Nakamura N, Shiina T. 2009. A Review of


Life Cycle Assessment (LCA) on Some Food Products. Journal of Food
Engineering 90 p 110.

Pennington DW and Rydberg T. 2005. Life Cycle Assassment. Elsevier Inc.p 715

Poopak S and Agamuthu P. 2011. Life Cycle Impact Assessment (LCIA) of Paper Making
Process in Iran. African Journal of Biotechnology Vol. 10(24), pp. 4860-4870.

Smith R. 2002. Guide to Sealing Paper Recycling Plants. AESSEAL Environmental


Technology. UK

Sharaai A H, Mahmood N Z, Sulaiman A H. 2011. Life Cycle Impact Assessment (LCIA)


Using EDIP 97 Method: An Analysis of Potential Impact from Potable Water
Production. Scientific Research and Essays Vol. 6(27), pp. 5658-5670.

15

Anda mungkin juga menyukai