METAL INDONESIA
Vol. 33 No. 2, Desember 2011
DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar Redaksi i
Daftar Isi ii
5. Pengaruh Variasi Rapat Arus dan Waktu Pencelupan pada 100 - 112
Pelapisan Seng yang Dikonversikan dengan Khromat Hijau pada
AISI 1005, Eva Afrilinda
6. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sintetis dari Proses 113 127
Gasifikasi Batu Bara (PLTBb), Achmad Sjaifudin dan Sonny Djatnika
7. Penelitian Proses Reduksi Bijih Besi Langsung dengan Batubara, 128 - 138
Rachmat
Luky Krisnadi1
1
Metal Industries Development Centre (MIDC) - Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135
E-mail : baesal_hd750@yahoo.com
Abstrak
Telah dilakukan pembuatan alternator permanen magnet putaran rendah untuk
pembangkit listrik kapasitas 5 KW. Tujuannya adalah untuk mendapatkan energi terbaharukan
karena selama ini pembangkit listrik skala kecil umumnya menggunakan alternator standar yang
tersedia dipasaran, yaitu alternator yang berasal dari kendaraan bermotor. Untuk sampai
menghasilkan energi listrik, alternator ini membutuhkan putaran poros rotor yang tinggi ( 1500
rpm). Kendalanya yang ditemui dilapangan sumber energi yang dipakai sebagai penggerak
alternator, misalnya energi angin dan air biasanya putaran yang dihasilkan cukup rendah ( 300
- 800 rpm). Oleh karena itu untuk menaikan putaran menjadi lebih tinggi diperlukan tambahan
transmisi. Hal ini menyebabkan efisiensi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik menjadi
rendah dan biayanya menjadi tinggi. Untuk itu diperlukan alternator permanen magnet yang
dapat menghasilkan energi listrik dengan putaran rendah.
Abstract
The manufacturing of 5 kw low speed permanent magnet alternator has been done. This
research is aimed at getting renewable energy because of during time for energy electric
generator of small scale generally used market available standard alternator, there are which
come from automotive. To produced energy electric, this alternator needed rotor shaft rotation
high speed ( 1500 rpms). Barriers in the field are used as energy source is only has very low
speed ( 300 - 800 rpm). It would make a problem to increase the speed that could decrease
power efficiency of the turbine caused by adding a transmission unit and could raise cost pro-
duction. For that reason this research have to be done to create a low speed alternator that
could produce electric energy by couple with mini turbine that only has low speed shaft rota-
tion.
Sumber peng-
gerak
METODE PENELITIAN
Berdasarkan sifat masalahnya
penelitian ini dikategorikan pada penelitian
eksperimental untuk merancang dan
membuat generator permanen magnet yang
beroperasi pada :
- Putaran rotor : 375 rpm,
- Tegangan keluaran : 220 V
- Frekuensi : 50 Hz
- Jumlah fasa : 1 fasa
- Kapasitas daya : 5 KVA Gambar 3. Stator
Dengan sasaran sebagai sumber
tegangan pada pembangkit listrik kincir 2. Rotor
angin maupun air. Secara garis besar, Rotor terbuat dari besi karbon yang
generator memiliki 2 komponen utama, ditempatkan magnet permanen (NdFeB)
yaitu : (1) stator dan (2) rotor yang pada permukaannya. Pada generator ini
menentukan jenis dan karakteristik terdapat 2 buah rotor yang mengapit
generator. Kalkulasi dari tegangan yang stator dengan polaritas medan magnet
dihasilkan dapat dihitung dengan sebuah yang berlawanan sehingga fluks magnet
persamaan tegangan. Lebih jelasnya yang melewati kumparan bisa diperkuat.
ditunjukkan pada Gambar 2-4. Antara 2 rotor tersebuat disambungkan
dengan poros yang kemudian poros
1. Stator inilah yang diputar oleh tenaga
Stator terbuat dari beberapa coil atau penggerak, baik itu kincir angin atau air.
kumparan dari kawat tembaga yang
dilapisi oleh bahan isolator. Jumlah
kumparan menentukan tegangan yang
bisa dikeluarkan oleh generator tersebut.
Gambar 4. Rotor
Gambar 6. Piringan rotor (rotor disc) Gambar 8. Piringan rotor yang telah
dipasangi permanen magnet
Setelah pembuatan piringan rotor selesai
tinggal dilakukan penempelan permanen
magnet sesuai pola kutubnya, untuk
membantu dalam penempatan permanen
magnet ini perlu dibuat satu alat Bantu
yang terbuat dari kayu Plywood yang
telah dibentuk sedemikian rupa sesuai
dengan pola yang telah ditentukan
sebelumnya, seperti terlihat pada
Gambar 7..
Gambar 11. Pola gulungan kawat (coil) Gambar 13. Pola penempatan gulungan
kawat (coil)
Setelah pola gulungan tersedia maka
proses penggulungan kawat (wekle) Setelah pola untuk penyusunan
dapat mulai dilakukan, hasil dari gulungan kawat tersedia, maka tinggal
penggulungan kawat tersebut dapat dilakukan penempatan gulungan-
dilihat pada Gambar 12 berikut ini. gulungan kawat sesuai polarisasinya dan
dihubungkan secara seri dengan
melakukan penyolderan dalam antar
ujung ujung kawatnya, seperti Gambar
14 dibawah ini,
4. Assembling
Setelah semua bagian- bagian dari gen-
erator permanen magnet ini dibuat,
maka langkah selanjutnya adalah
melakukan proses perangkaian kese-
Gambar 15. Urutan pengecoran kumparan stator
luruhan komponen, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Lama proses pengeringan dari epoxy
Masukan perangkat rotor (Rotor
resin tersebut membutuhkan waktu
assy) pada salah satu penutup
minimal 4 jam, sebaiknya didiamkan
samping, dimana porosnya diposisi-
dulu selama satu hari supaya resinnya
kan pada bearingnya.
benar benar kering sehingga pada saat
pelepasan dari cetakan tidak mengalami Sisipkan stator diantara dua sisi
kerusakan. Setelah benar benar kering piringan rotor (Rotor disc), kemudian
baru cetakan dapat dilepaskan sehingga atur celah udara (air gap) sesuai yang
didapat bentuk dari stator seperti telah ditentukan.
Gambar 16 di bawah ini. Pasang bagian penutup samping
lainnya.
Pasang bagian dudukan/kaki di kedua
sisi.
Sambungkan kabel-kabel dari stator
ke terminal-terminal sumber
tegangan sesuai dengan jalurnya.
Setelah semua terpasang, kencangkan
semua baut dan mur.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan
Gambar 16. Stator pada Gambar 17 proses assembling
berikut ini :
1 0 0 0 0 0 0 24
2 50 20.9 7 19.7 9 7 24
3 100 36.9 15 34.5 15 15 24
4 150 43 21 40.5 17.5 21 24.5
5 200 64.5 27 63 20.6 27 24.5
6 250 112 34 100 22.4 34 24.5
7 300 160.8 40 160 25 40 25
8 350 220 48 210 27.3 48 25
9 400 230 50 225 29.1 50 25
Agus Suherman1
1
Metal Industries Development Centre (MIDC) - Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135
E-mail : agus suherman@bblm.go.id
Abstrak
Penelitian bahan bakar biofuel (biodiesel) yang bertujuan mensubstitusi bahan bakar
minyak merupakan langkah strategis di saat ini, karena akhir-akhir ini subsidi BBM dan
pencemaran lingkungan terus meningkat, serta cadangan minyak bumi yang terus berkurang.
Berangkat dari beberapa faktor yang diuraikan di atas, adalah momentum tepat untuk mengkaji
sumber alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biofuel. Pemilihan
bahan baku mikroalgae merupakan pilihan yang terbaik karena cadangan persediaan yang cukup
melimpah di muka bumi ini. Pembuatan biofuel berbahan baku mikro algae memerlukan
beberapa tahapan proses sebelum mendapatkan output bahan bakar biofuel. Satu diantaranya,
adalah alat untuk mengekstrak minyak yang terkandung dalam sel mikroalgae, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk diproses lebih lanjut menjadi biofuel. Beberapa metode
dikembangkan guna mengekstrak kandungan minyak, namun metode mekanis, dengan
menggunakan alat screw atau expeller, merupakan solusi yang praktis bagi pengembangan skala
industri. Karenanya studi kajian pada metode mekanis terus dikembangkan, agar mendapatkan
hasil berupa alat ekstrak (dalam hal ini twin screw) yang efektif dan ekonomis.
Abstract
Research biofuels (biodiesel), which aims to substitute fuel oil is a strategic step today,
because lately the fuel subsidy and increasing environmental pollution, as well as petroleum
reserves are dwindling. Departing from some of the factors described above, is the right
momentum to examine alternative sources that can be utilized as raw material for manufacture
of biofuel. Mikroalgae raw material selection are the best choices because inventory reserves
are quite abundant in the earth. Making biofuels made from raw mikroalgae requires several
stages of the process before getting the output of biofuel. One of them, is a tool to extract the oil
contained in the cell mikroalgae, so it can be used as material for further processing into
biofuel. Several methods were developed to extract the oil content, but the mechanical method,
using a tool or a screw expeller, is a practical solution for the development of industrial scale.
Therefore assessment study on mechanical methods being developed, in order to obtain the
effective and economical results of the extract tool (in this case the twin screw).
= 6433.65 5150.385
= 1282.8 mm2 2. SDM dan Perkiraan Waktu Pengerjaan
Kebutuhan tenaga kerja dan perkiraan
Tekanan yang terjadi pada twin screw waktu pengerjaan dalam pembuatan
sebagai berikut : P = F / A prototype mesin pengolah algae dengan
P = 3444.4 / 1282.8 = 2.685 N/mm2 menggunakan twin screw ini dapat
dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Abstrak
Telah dilakukan penelitian proses pembuatan konsentrat dan ingot tembaga dari batuan
mineral Cu sebagai substitusi impor. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk substitusi
impor dari bahan baku paduan tembaga yang berasal dari dalam negeri. Metode penelitian yang
dilakukan, meliputi : (1) proses pembuatan konsentrat, yaitu ; penghalusan batu Cu (crusher),
perendaman dengan asam sulfat (H2SO4) dan pelarutan dengan serbuk Zn, (2) proses pembuatan
ingot, yaitu ; dibakar pada tungku non ferro (proses peleburan) dan cairan logam non ferro di
cetak sesuai ukuran yang dikehendaki. Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa komposisi
konsentrat maupun ingot tembaga di dominasi oleh Cu-Pb (98,7%-1,05%), kekerasan yang
dimiliki ingot tembaga adalah 62,28Hv (melebihi kekerasan pada standar tembaga murni : 20-
40 Hv). Hasil pengujian SEM dan EDS menunjukkan adanya lapisan matrix tembaga yang
cukup rapat dan menyatu, dimana unsur Pb menyelip pada matrix Cu. Diharapkan teknologi
proses pembuatan produk dari paduan tembaga dapat diproduksi oleh Industri Kecil dan
Menengah penambangan di indonesi untuk meningkatkan nilai tambah mineral paduan lokal.
Abstrak
Research on the manufacturing process of concentrates and ingots of Copper from Cu
mineralized rocks as import substitution has been done the aims to produce import substitute
products from raw materials from copper alloys in domestic. The research method was then,
consist of: (1) the manufacturing concentrates process, namely Cu smoothing stone (crusher),
soaking in sulfuric acid (H2SO4) and dilution with Zn powder, (2) ingot-making process, that is
burned on non-ferrous furnace (melting process) and liquid non-ferrous metals in print
according to the desired size. Based on the results of the experimental trial the composition of
concentrates and ingots of copper is dominated by Cu-Pb (98.7% -1.05%), the hardness of
copper ingots is 62.28 Hv (hardness exceeds the standards of pure copper: Hv 20-40) . The
result of SEM and EDS showed the presence of a layer of copper matrix is quite tight and
together, where the elements of Pb slip the matrix Cu. We hope that the products manufacturing
process technology of copper alloys can be produced by SMEs mining in Indonesia to
developing the added value of local mineral alloy.
1. Permodalan :
a. Modal tetap :
Gambar 5. Komposisi ingot tembaga secara
EDS - Mesin dan peralatan (mesin
crusher, genset/dompeng,
timbangan, drum fiber, mixer,
mesin filter press, bak plastik,
Analisis Aspek Ekonomi tungku non ferro, mesin putar
Bahan baku dan SDM untuk centrifugal, masker gas, helm
pembuatan konsentrat dan ingot tembaga keselamatan, sepatu keselamatan) =
dari batuan mineral Cu tersedia di di daerah Rp 250.250.000
Tasikmalaya Jawa Barat. Teknologi proses - Tanah (200 tumbak @ 14 m2) 2.800
yang digunakan adalah Teknologi Tepat m2 = Rp 200.000.000
Guna (TTG) karena IKM penambangan - Bangunan (50 tumbak@ 14 m2) 700
dengan bantuan bimbingan dan supervisi m2 = Rp 100.000.000
peneliti akan mampu melaksanakan, Jumlah modal tetap = Rp
memelihara dan mengembangkannya 550.250.000
dengan tidak merusak lingkungan hidup.
Jadi jumlah modal investasi yang Nilai pada batas rugi laba :
diperlukan (modal tetap + modal = 0,34% x Rp. 8.064.000.000
kerja) = Rp 1.258.290.000 = Rp 27.417.600
5. Keuntungan bersih :
Keuntungan kotor pajak
= Rp 4.781.374.000
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa keuntungan bersih dalam periode
1 (satu) tahun adalah sebesar Rp
4.781.374.000.
Abstrak
Besi cor putih chromium tinggi merupakan bahan yang memiliki sifat ketahanan
keausan tinggi dan pembuatannya relatif murah. Pemakaiannya terutama untuk komponen
mesin/alat yang bergesekan misalnya bola pelumat untuk industri semen, industri
pertambangan, industri logam dan pembangkit listrik tenaga uap. Pada penelitian ini telah
dilakukan pengembangan proses perlakuan panas besi cor putih chromium tinggi, dengan
komposisi utama C: 3,12% dan Cr : 23,84%. Proses perlakuan panas mampu mengendalikan
struktur mikro matrik austenit dan martensit sehingga mendapatkan sifat-sifat kekerasan,
ketahanan keausan dan kekuatan impact optimum. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
kekerasan dan kekuatan keausan pada matriks struktur mikro campuran austenit dan martensit
lebih tinggi dibandingkan pada struktur mikro matriks martensit penuh.
Kata kunci : besi cor putih chrom tinggi, bola pelumat, austenit, martensit, ketahanan keausan.
Abstract
High chromium white cast iron is material with superior wear resistance and relatively
low production cost. Its application particularly for wearing machine component, for instance:
grinding ball cement industry, mining industry, metallurgy and steam electric power
generation. In this study, development heat treatment process for high chromium white cast iron
has been carried out, with main chemical composition C : 3,12% and Cr : 23,84%.
Development heat treatment process was able to control microstructure of austenit and
martensit matrix to get optimum hardness, wear resistance and impact strength properties. The
results indicate that hardness and wear resistance obtained from the microstructure matrix
contain combination of austenit and martensit were higher than that of fully martensit.
Key words : high chrom white cast iron, grinding ball, austenite, martensit, wear resistance.
Eva Afrilinda2
1
Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM/MIDC), Kementrian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135
Email : afrilinda@yahoo.com
Abstrak
Pelapisan seng yang dikonversikan khromat hijau dengan material dasar baja AISI 1005
memiliki tujuan untuk memisahkan kontak langsung antara logam dasar dengan lingkungannya
agar tidak terjadi korosi, memiliki daya lekat yang baik dan hasil lapisan (warna/tampak rupa
dan ketebalannya) yang baik. Pada proses lapis listrik seng yang dikonversikan dengan khromat
hijau ini, penyusun memvariasikan rapat arus dan waktu pencelupan. Rapat arus yang
divariasikan yaitu : 1 A/dm2, 2 A/dm2 dan 3 A/dm2 sedangkan waktu pencelupan yang
divariasikan yaitu : 5 menit, 10 menit dan 15 menit dengan temperatur konstan yaitu antara 25
C -35 C dan pH larutan seng 9,9. Tahap lapisan seng yang dikonversikan dengan khromat
hijau pada material dasar baja AISI 1005 secara garis besar sebagai berikut : (1) proses
pengerjaan pendahuluan yaitu, cuci lemak dan cuci asam, (2) proses pelapisan seng, (3) proses
pengerjaan akhir yaitu, celup activating, celup khromat hijau dan pengeringan. Dari hasil
pengujian didapatkan ketebalan maksimum sebesar 10,8 m dan ketebalan minimum sebesar 2
m, sehingga kondisi operasi optimum pelapisan seng yang dikonversikan dengan khromat
hijau yaitu pada kondisi rapat arus 2 A/dm2 dengan waktu pencelupan 15 menit.
Kata kunci : pelapisan seng, khromat hijau, rapat arus, waktu pencelupan dan baja AISI 1005
Abstrak
Zinc Electroplating converted with green chromate on steel base material AISI 1005 is
purposed to separate direct contact between base material and the environtment to prevent
corrosion, good adhesion and have a good visual coating (colours and thickness). This research
used variation of current density and dip time. The Variety of current density are : 1 A/dm 2, 2
A/dm2 dan 3 A/dm2 and variety of dip time are : 5 minutes, 10 minutes and 15 minutes with
constan temprature between 25 C -35 C and pH of zinc solution 9,9. Zinc Elektroplating
conversion with green chromate on steel base material AISI 1005, generaly has methods as
following below : (1) preparation process, as : fat rinse and acid rinse, (2) electoplating
process, (3) finishing process, as: dip in activating, dip in green chromate and drying. Based on
research, the maximum thickness result obtained in 10,8m and minimum in 2 m, so the
optimum condition of zinc electroplating conversion with green chromate on steel base material
AISI 1005 achieved in condition current density 2 A/dm2 with dip time 15 minutes.
Key words : zinc electroplating, green chromate, current density, dip time and steel base
material AISI 1005
2. Pemeriksaan visual
Dilakukan untuk menentukan tingkat
kecermelangan, ketidakberaturan warna,
Gambar 1. Skema penelitian. lapisan suram, noda-noda, terkelupasnya
lapisan dan tingkat kehalusan suatu lapisan.
Dari hasil pemeriksaan permukaan lapisan
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat diketahui apakah tampak rupa
Hasil Pengujian material yang dilapis sesuai dengan yang
1. Pengujian komposisi kimia diinginkan atau tidak yang dibandingkan
Dilakukan dengan menggunakan alat dengan standar.
spektrometer dengan prinsip kerja sebagai Pemeriksaan visual pelapisan seng yang
berikut : dikonversikan dengan khromat hijau dan
Elektroda yang ada pada alat uji diamati langsung dengan mata. Data hasil
ditembakkan ke material yang akan pemeriksaan visual dapat dilihat seperti
diketahui jenis dan kadar unsurnya dalam pada Tabel 4.
keadaan vakum. Kemudian percikan api
yang dihasilkan dari proses penembakkan Pengujian visual pada pelappisan listrik
tersebut memancarkan cahaya polikromatik seng yang dikonversikan dengan kromat
yang dipantulkan melalui sebuah prisma hijau diamati langsung dengan mata,
menjadi cahaya monokromtik. Sinar meliputi kerataan warna dan kehalusan
tersebut ditangkap oleh detektor kemudian permukaan yang dihasilkan. Dari pengujian
dideteksi, bahwa panjang gelombang visual ini beberapa spesimen memiliki
menunjukkan jenis unsur yang terdapat tampak rupa yang kurang baik, hal ini bisa
pada material uji dan intensitasnya disebabkan rapat arus yang digunakan
menunjukkkan kadar unsur yang terdapat terlalu kecil 1 (A/dm2) atau terlalu besar (3
didalamnya. Kemudian data yang telah A/dm2) sehinngga warna lapisan tidak
dihasilkan masukkan ke dalam CPU setelah merata, buram dan kehitaman. Hal lain
itu masuk printer. yang juga mempengaruhinya adalah waktu
Pengujian dilakukan oleh alat spektrometer pelapisan seng dan waktu pewarnaannya.
dengan komposisi, seperti ditunjukkan pada Apabila terlalu cepat atau terlalu lama maka
Tabel 3. Dari hasil pengujian komposisi tampak rupa lapisan yang dihasilkan kurang
tersebut, termasuk AISI 1005.
Abstrak
Pembangkit Listrik Tenaga Batubara gasifikasi (PLTBb) adalah salah satu alternatif
dalam penyediaan listrik di dalam negeri. Penggunaan gasifikasi batubara bertujuan
meningkatkan efisiensi dan kebersihan pembakarannya dibandingkan proses pembakaran
langsung. Reaktor gasifikasi merupakan teknologi batubara bersih. Walau pun kebersihannya
tidaklah sebaik teknologi alternatif bersih lainnya, namun dibandingkan dengan pembakaran
langsung batubara konvensional, teknologi ini masih jauh lebih unggul. Efisiensi akan jauh
meningkat bila sebuah reaktor gasifikasi digabungkan dengan sebuah rangkaian PLTG dan
PLTU yang terintergrasi. Produk reaktor gasifikasi yang berupa gas sintetis dilewatkan melalui
rangkaian penangkap gas-gas dan partikulat beracun dan/atau tidak menguntungkan, sehingga
hasil pembakaran gas sintetis relatif lebih bersih. Gas sintetis digunakan untuk PLTG. Sisa
panas pembakaran kemudian digunakan untuk pemanasan ketel yang uap-nya digunakan untuk
menjalankan turbin uap. Rangkaian ini dinamakan Siklus Kombinasi Gasifikasi Terintegrasi
(Integrated Gasification Combined Cycle, IGCC). Apabila PLTU secara teoritis hanya memiliki
efisiensi 35%, sedang pada praktiknya hanya antara 18-24%, maka teknologi IGCC saat ini
sudah dapat mencapai di atas 42%. Oleh karena itu, teknologi IGCC ini menjadi suatu tantangan
teknologi di masa mendatang, terutama dalam pencegahan dampak lingkungannya, yaitu
mengurangi atau menangkap gas-gas buang khususnya CO2 dan CO dari hasil pembakaran. Hal
yang menarik lainnya adalah masih tersedianya cadangan batubara di dalam negeri sampai 50
tahun mendatang.
Abstract
PLTBb or Power Plant-Coal Gasification (PLTBb) is one of the alternatives to supply
of electricity in the country. The used coal gasification is to improve efficiency and cleanliness
compare to the direct combustion process. Gasification reactor is clean coal technology.
Eventhough it is not so clean to other clean alternative technologies, however the technology of
CCT is still far superior compared to the direct combustion of conventional coal. Efficiency
will be much improved if a gasification reactor coupled with a series of integrated gas-power
plant (PLTG) and coal-power plant (PLTU). Product gasification reactor in the form of
synthetic gas is passed through a series of gas and toxic/waste particulates catcher, thus the
result of combustion is relatively clean. Next, synthetic gas will be used for PLTG. Residual
heat of combustion is then performed for heating boilers used to run steam turbines. The series
is called Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC). If the plant is theoretically only has
an efficiency of 35%, while in practice only between 18-24%, as a matter of fact the IGCC
technology is now able to reach above 42%. Applying the IGCC technology is becoming a
technological challenge in the future, particularly for prevention of environmental impact, i.e.
to reduce gas emission or catching of CO2 and CO gases resulted from combustion. There is an
interesting thing that the availability of coal deposits is available until 50 years.
CHP IGCC
udara/ TURBIN energi
oksigen air UAP listrik
KETEL energi
UAP uap
MESIN energi
GAS listrik
terak/abuter
sulfur
MESIN energi
bahan lain DIESEL listrik
Gambar 1. Sketsa alur proses pembangkitan listrik dari berbagai jenis pembangkit.
Rachmat1
1
Metal Industries Development Centre (MIDC) - Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135
E-mail : rachmat@kemenperin.go.id
Abstrak
Telah dilakukan penelitian proses reduksi bijih besi langsung dengan batubara.
Tujuannya adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk komposit pasir
besi dengan batubara sebagai reduktor sehingga menghasilkan spons iron. Metode penelitian
yang dilakukan, meliputi : (1) pembuatan alat bantu atau magnetic separator dan granular, (2)
proses reduksi (sintering), (3) karakterisasi produk reduksi, (4) proses peleburan, (5)
karakterisasi produk leburan. Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan suhu reduksi
1.100oC dan 1.200oC menghasilkan intensitas Fe yang cukup besar sedangkan pada suhu 1.000
o
C tidak terlalu berpengaruh terbentuknya Fe. Dengan telah dikuasainya teknologi proses
reduksi bijih besi dengan batubara, maka diharapkan dapat menghasilkan spons iron yang
selama ini menjadi masalah yang dihadapi industri besi dan baja nasional.
Abstract
Research on the iron ore direct reduction process with coal has been done. The aim is
to study the factors that affect the shape of composite sand iron with coal as a reductant to
produce sponge iron. Methods of research conducted, include: (1) creation tool or a magnetic
separator and granular, (2) the reduction process (sintering), (3) characterization of the
reduction product, (4) the melting process, (5) characterization of the reduction product. The
research proves that the temperature reduction 1.100oC and 1.200oC produce substantial Fe
intensity while at a temperature of 1000 C does not significantly affect the formation of Fe.
Having mastered the technology of iron ore reduction process with coal, it is expected to
produce sponge iron which has been a problem faced by the national iron and steel industry.
Fe/C=10%
60
Fe/C=12%
nisbah Fe/C = 12% pada temperatur
10000C. Seperti diketahui dari analisa
50
Line 4
40
30
Line 5 ultimat dan proksimat batubara yang
20 digunakan merupakan batubara yang
10
banyak mengandung pengotor-pengotor
0
900 1000 1100 1200 1300 sehingga pada proses gasifikasi akan
Temperatur
dihasilkan abu batubara.
batubara
% Metalisasi .
60 1000oC
Penambahan reduktor batubara 1100oC
berhubungan dengan ketersediaan unsur 40
1200oC
carbon yang berguna membentuk gas 20
CO dengan unsur carbon yang berguna
membentuk gas CO dengan unsur 0
0 1 2 3 5
oksigen yang ada dalam bijih. Dengan Nisbah Fe/C
% Fe % % % %
% CaO % Cr % Ni %MgO %Co
Total TiO2 SiO2 MnO Al2O3
3,30 13,26 27,19 2,66 7,42 1,01 0,470 0,0083 3,09 O,0226
Biaya
No. Alat Total
1. Peralatan utility 150.000.000
2. Total peralatan mesin 150.000.000
Total Investasi 300.000.000
No. Kebutuhan dana Harga/kg Kebutuhan Biaya per hari Biaya per tahun
1. Bahan baku (kg) 350 50 % 175.000 52.500.000
2. Bahan kimia Floating 500 10 % 60 18.000.000
3. Listrik (kVA) 125 kVA 500.000 12.500.000
4. Gaji orang 85.000.000
5. Administrasi (ATK 500.000 12.500.000
dsb)
6. Lain-lain 15.000.000
Total biaya operasional 195.500.000