Anda di halaman 1dari 12

Permasalahan Lingkungan Hidup dan

Upaya Penanggulangannya dalam


Pembangunan Berkelanjutan
Materi 3. Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya
penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan

Lingkungan adalah Ruangan yang ditempati makhluk hidup dan benda


yang tidak hidup

Ekosistem adalah saling berinteraksi antara makhluk hidup demgan


makhluk tak hidup yang membentuk system

Timbal Balik adalah hubungan manusia dengan makhluk hidup lain dan
benda mati

A. Unsur- unsur Lingkungan

Pengertian:

Lingkungan terdiri atas unsur biotik (unsur hayati atau makhluk hidup),
Unsur abiotik (unsur fisik atau benda mati), dan unsur sosial budaya.

1. Unsur Biotik

Unsur biotik yang terdapat dalam lingkungan hidup adalah manusia,


hewan [Fauna], tumbuhan [Flora]dan jasat renik.

Berdasarkan pada interaksi dan kemampuanya dalam mengikat


energi, unsur biotik dalam lingkungan dapat dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu:

Produsen

Produsen adalah: makhluk hidup yang dapat mensintesis zat


makanan sendiri dengan bantuan energi matahari.

Konsumen
Konsumen adalah:kelompok organisme yang tidak mampu
mensintesis makanan sendiri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mengambil dari produsen

Contoh yang termasuk Produsen adalah: Manusia, hewan, organisme


heterotrof

Pengurai

Pengurai adalah organisme yang berperan dalam menguraikan sisa-


sisa makhluk hidup. Pengurai disebut juga decomposer. Pengurai akan
menguraikan senyawa organic menjadi senyawa anorganic.

2. Unsur Abiotik [ Unsur Fisik ]

Unsur abiotik yang terdapat diantara kita antara lain tanah air, sinar
matahari, udara, senyawa kimia, dan makhluk yang tidak hidup
lainya.

Fungsi Unsur Abiotik sebagai media berlangsungnya kehidupan

Contoh:

Tanah diperlukan tumbuhan untuk tempat hidup

Air diperlukan tumbuhan untuk mengalirkan zat makanan

Udara diperlukan tumbuhan untuk bernafas

Apabila activitas seluruh kehidupan tumbuhan terganggu akibat


unsur abiotik yang tidak menunjang, maka activitas seluruh
kehidupan di seluruh muka bmi akan terhambat.

3. Unsur sosial dan budaya

Unsur sosial adalah: hal- hal yang berkaitan dengan masyarakat

Unsur budaya adalah: keseluruhan system, nilai, atau gagasan


tindakan dan kewajiban yang dimiliki manusia untuk menentukan
perilaku sebagai makhluk sosial dan dalam kehidupan bermasyarakat
yang didapatnya dengan cara belajar.

Unsur sosal budaya dapat dikembangkan manusia untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya.

B. Arti Penting Lingkungan Bagi Kehidupan

Lingkungan hidup merupakan tempat berinteraksi makhluk hidup yang


membentuk suatu system jaringan kebutuhan, yaitu: jenis dan jumlah
masing- masing unsur lingkungan, interaksi antar unsur dalam
lingkungan hidup, perilaku dan konndisi unsur lingkungan hidup dan
factor material, seperti suhu dan cahaya.

C. Bentuk- bentuk kerusakan Lingkungan hidup Dan factor penyebabnya

Menurut Otto Soemarwoto (1989) untuk mengatur kwalitas hidup


manusia, yaitu terpenuhinya kebutuhan makhluk hidup hayati seperti air
dan udara, terpenuhinya kebutuhan hidup manusia seperti perumahan,
pakaian , pendidikan, dan kesehatan dan terpenuhinya derajad
kebebasan yang dibatasi oleh hukum tertulis ataupun tidak tertulis
seperti: aturan- aturan yang dibuat oleh pemeritah.

Berdasarkan factor penyebabnya,bentuk kerusakan lingkungan hidup


yaitu:

Bentuk kerusakan lingkungan hidup akibat proses alam

Contoh:

Pemukiman rusak akibat hujan

Hancurnya bangunan akibat gempa

Hancurnya wilayah akibat tsunami

Akibat aktifitas manusia

Contoh:
Terjadinya Iklim Mikro

Ket. Perubahan iklim mikro dan berkurangnya daerah perserapan


air di perkotaan akibat pembangunan gedung- gedungserta
berkurangnya daerah hujan di perkotaan.

Terjadinya Pencemaran Lingkunagan

Ket. Itu akan terjadi apabila lingkungan hidup manusia terdapat


suatu polutan dalam jumlah besar yang dihasilkan oleh activities
manusia.

Polutan adalah: zat yang menyebabkan pencemaran. Sifat polutan


ada dua antara lain sebagai berikut:

1. Merusak sementara

Dalam kondisi rendah, polutan dapat merusak lingkungan


hidup tetapi hanya bersifat sementara. Apabila polutan telah
bereaksi terhadap lingkungan maka tralisir polutan.

2. Merusak dalam waktu lama

Dalam permasalahan pencemaran lingkungan, terdapat tiga


komponen pokok yaitu lingkungan yang terkena adalah
lingkungan hidup manusia, yang terkena akibat negative
adalah manusia, dan terdapat bahan berbahaya sebagai akibat
activities manusia.

Macam pencemaran menurut tempat terjadinya dibedakan menjadi tiga


yaitu:

Pencemaran air

Pencemaran air di suatu perairan dapat terjadi akibat bahan


limbah yang berasal dari bahan buangan domestic, industri,
dan perairan. Ciri air tercemar adalah: kandungan kimianya,
warna, bau, kandungan oli, benda padat yang ada di dalamnya

Pencemaran udara
Pada umumnya pencemaran udara di sebabkan oleh buangan
emisi atau bahan pencemar proses produksi, seperti buangan
pabrik, asap kendaraan dan asap rumah tangga, dan kebisingan
kendaraaan. Akibat dari pencemaran udara antara lain: hujan
asam terjadi karena pencampuran senyawa nitrat, sulfat, dan
oksida dengan air hujan, rusaknya lapisan ozon dan effec
rumah kaca.

Pencemaran tanah

Pencemaran ini di sebabkan oleh polutan. Seperti : kenaikan


beban limbah, terutama

sampah padat, seperti kaleng plastic, kaca.

Kerusakan Hutan

Hutan merupakan paru - paru duniayang dapat menyeimbangkan


kadar O2 di udara dan sumber utama pemenuhan kebutuhan
manusia.

Fungsi hutan antara lain: menyimpan air hujan, mengatur


kelestarian air di permukaan bumi, menghasilkan berbagai
komoditi, mengatur kesuburan tanah, dan menjadi hanitat Flora
dan Fauna di permukaan bumi.

D. Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup

Pelestarian lingkunagn hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu pada


UU No.23 1997. UU ini berisi tentang rangkaian upaya untuk melindungi
kemampuanlingkungan hidup terhadap terhadap tekanan perubahan
dan dampak negative yang ditimbulkan suatu kegiatan. Upaya ini
dilakukan agar kekayaan sumberdaya alam yang ada dapat berlanjut
selama ada kehidupan.

Contoh usaha dari pemerintah yang di gunakan untuk melestarikan


lingkungan hidup:

Pelestarian sumberdaya air


Dilakukan dengan cara mencegah pencemaran, penyediaan resapan
air, pengamanan pintu- pintu air, dan penghematan air. Program yang
lain untuk melestarikan air dari pemerintah adalah program air bersih
yang di rencanakan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen
Kesehatan Umum, program penghijauan di area peresapan air, untuk
fungsi estetika dan rekreasi.

Pelestarian sumber daya udara

Dilakukan dengan cara penyaringan terhadap pembuangan gas yang


berasal dari pabrik dan sebagainya, penanaman di area pembatas
jalan raya dan hutan kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota.

Pelestarian sumberdaya hutan

Pelestarian ini dilakukan dengan cara seperti system tumpang sari


pada lahan pertanian, reboisasi, tata guna lahan, dan peraturan
tebang pilih tanam Indonesia [ TPTI ].

Pelestarian keanekaragaman hayati

Pelestarian ini dapat berupa pelestarian hutan, varietas tenaman asli


dan fauna asli, seperti jenis rojolele, serta tanaman asli bunga melati
dan satwa nasional komodo.

Usaha pelestarian ini dapat dilakukan oleh penduduk seperti,


penghematan air yang digunakan sehari- hari, pengelompokan
sampah menjadi sampah organic dan anorganic, dan penggunaan
sumberdaya alam yang tidak dapat di perbaharui sehemat mungkin.

E. Tujuan dan Saran Pembangunan Nasional

Pembangunan berfungsi untuk meningkatkan kwalitas hidup


penduduk. Kwalitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya
kebutuhan dasar yang esensial sehingga kehidupan menjadi lebih baik.
Kebutuhan dasar tersebut terdiri atas kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup hayati, kehidupan dalas untuk kelangsungan hidup
manusiawi, dan derajad kebebasan untuk memilih.
Agar kebutuhan dasar terpenuhi maka kemampuan lingkungan yang
mendukung kehidupan perlu di tingkatkan hal itu dilakukan dengan cara
menjaga lingkungan agar tidak rusak. Masih adanya ketimpangan
ekonomi dan kesenjangan sosial yang dapat menimbulkan kecemburuan
sosial, hal itu terjadi karena pembangunan dan hasil- hasilnya, belum
dapat dinikmati secar adil. Dalam bidang lingkungan hidup,
pembangunan diarahkan untuk meningkatkan fungsi dan kwalitas
lingkungan hidup. Dengan demikian, kegiata sosial ekonomi masyarakat
dan usaha pemanfaatan sember daya alam berlangsung secara
berkelanjutan. Tujuan itu dapat dicapai dengan usaha yaitu kesadaran
tentang pentingnya fungsi lingkungan hidup pada semua aspek
kehidupan.

Pembangunan Berkelanjutan dan Masalah Kependudukan

Hakikat Pembangunan berkelanjutan : Pembangunan adalah seperangkat


usaha yang terencana dan terarah untuk menghasilkan sesuatu yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan hidup
manusia. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya
peningkatan kualitas secara bertahap dengan memperhatikan factor
lingkungan. Pembangunan berwawasan Lingkungan dikenal dengan
pembangunan Berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan pemenuhan kebutuhan generasi
mendatang.

Ciri-ciri Pembangunan Berkelanjutan :

Menjamin pemerataan dan keadilan, yaitu generasi mendatang


memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam sehingga
berkelanjutan.

Menghargai dan melestarikan keanekaragaman hayati, spesies,


habitat, dan ekosistem agar tercipta keseimbangan lingkungan.

Menggunakan pendekatan intergratif sehingga terjadi keterkaitan


yang kompleks antara manusia dengan lingkungan untuk masa kini
dan mendatang
Menggunakan padangan jangka panjang untuk merencanakan
rancangan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang
mendukung pembangunan.

Meningkatkan kesejahteraan melalui pemanfaatan sumber daya alam


secara bijaksana.

Memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan


pemenuhan kebutuhan generasi mendatang dan mengaitkan bahwa
pembangunan ekonomi harus seimbang dengan konservasi
lingkungan.

o Penerapan Pembangunan Berkelanjutan : Pembangunan berkelanjutan


bertumpu pada tiga pilar yaitu ekonomi, lingkungan hidup, dan social.
Beberapa cara dapat diterapkan dalam pembanguna berkelanjutan
antara lain :

Pembanguna suatu irigasi atau PLTA, diimbangi dengan usaha


pelestarian hutan didaerah aliran sungai (DAS) sebagai sumber irigasi
atau PLTA.

Penggalian barang tambang seperti batu bara, timah,nikel dan


sebagainya di daerah hutan, supaya bekas-bekas galian tambang
ditimbun kembali dan ditanami pohon-pohon.

Melibatkan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan dalam


pembangunan sehingga kehidupan semakin baik. Dengan
meningkatnya kehidupan mereka maka akan berkurangnya perusakan
lingkungan.

Sumber ;

http://windu2008.blogspot.com/2008/07/permasalahan-
lingkungan-hidup-dan-upaya.html
PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DI JAWA BARAT
MENGANCAM KESELAMATAN RAKYAT.
Dadang Sudardja. Ka. Divisi Kampanye Dan POR WALHI JABAR
Contak : 081931220356 Hujan yang turun dan mengguyur di beberapa
wilayah di Jawa Barat dalam pekan ini , telah menimbulkan bencana. Di
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung terjadi banjir lumpur yang
menutup akses jalan de Desa Cibeureum yang berjarak kira-kira 50 km dari
arah selatan kota Bandung. Puluhan rumah di Kp Cirawa dan Kampung
Neglasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari tergenang lumpur dan
mengakibatkan kerusakan yang berat. Dinding rumah penduduk jebol akibat
dihantam lumpur.
Data resmi yang dikeluarkan oleh pihak Desa Cibeureum,
menyebutkan, lumpur dengan ketinggian hingga 1 meter menggenangi
empat titik sepanjang 400 meter di jalan raya Kertasari. Sebanyak 20 rumah
dan dua mesjid tergenang lumpur di Kampung Cirawa. Diperkirakan
kerugian fisik mencapai ratusan juta rupiah. Belum terganggunnya
kehidupan ekonomi yang diakibatkan oleh terputusnya jalan.
Sementara itu di Kabupaten Tasikmalaya 453 rumah yang terletak di
daerah Ciandum, Kecamatan Cipatujah, diterjang banjir. Musibah itu terjadi
akibat Sungai Cipanyerang yang berada di Ciandum meluap setelah di guyur
hujan selama 3 hari terakhir.
Dua kejadian ini cukup menggambarkan bahwa kondisi lingkungan
di Jawa Barat dalam keadaan kritis. Berawal dari Alih Fungsi Lahan. Pokok
permasalahan terjadinya degradasi sumberdaya lahan adalah karena
inkonsistensi atau ketidak sesuaian antara penggunaan lahan dan ruang yang
ada dengan arahan yang diperintahkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
Sekitar 33% lahan tidak digunakan sesuai dengan arahan tata guna
tanah dalam Rencana Tata Ruang bahkan selama lima tahun terakhir telah
terjadi penyimpangan terhadap pemanfaatan kawasan lindung sekitar
12,9% .
Kondisi terbesar dari penyimpangan tersebut terutama disebabkan
adanya alih fungsi pada kawasan hutan dan kawasan resapan air. Dari tahun
1994 sampai 2000, hutan lindung berkurang sekitar 106.851 ha (24%),
sementara hutan produksi berkurang sekitar 130.589 ha (31 %).
Pesawahan dalam periode ini telah diubah menjadi lahan bukan
pesawahan seluas kurang lebih 165.903 ha (17%). Gejala ini bisa
menurunkan daya dukung lingkungan wilayah Jawa Barat (Perda No.
2/2000: Pola Dasar Pembangunan Jawa Barat 2001-2007). Dalam periode
1994 hingga 2001 telah terjadi perubahan tata guna tanah yang cukup besar,
yaitu berkurangnya hutan primer sebanyak 24%, hutan sekunder dan semak
belukar 17%.
Pemukiman, kawasan industri, perkebunan dan kebun campuran
meluas masing-masing sebanyak 33%, 21%, 22% dan 29% hingga tingkat
erosi di wilayah Jawa Barat telah mencapai 32.931.061 ton per tahun.
Wilayah hutan yang sebelumnya 791.571 ha (22% daratan Jawa Barat)
ternyata penutupan vegetasi hutannya hanyalah 9% atau sekitar 323.802 ha
pada tahun 2000.
Kerusakan keseluruhan wilayah hutan Jawa Barat diperkirakan akan
terjadi dalam waktu dekat apabila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang
memadai (BPLHD Jawa Barat, 2002). Konversi lahan dari hutan alarm
menjadi area yang rendah penutupan vegetasinya telah terjadi beberapa
dekade di kawasan Bopuncur dan Depok.
Pembangunan villa dan perumahan di kawasan Puncak yang selama
ini terjadi sudah melebihi aturan yang ditentukan yaitu 19.500 Ha untuk
lahan permukiman perkotaan dan untuk hutan lindung 19.475 Ha (Keppres
No.114 Tahun 1999).
Pada kenyataannya kawasan kota dan pemukiman menjadi 20.500
Ha. Selain itu terjadi perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung yang
mengalami peningkatan luasan lahan budidaya dari 3.761 Ha (tahun 1990)
menjadi 13.760 Ha (tahun 2000). Sementara itu volume banjir periodik 25
tahunan pun mengalami peningkatan dari 330 m3/detik pada tahun 1973
menjadi 740 m3/detik pada tahun 2000. Balai RLKT Wilayah IV
melaporkan bahwa luas lahan kritis di Jawa Barat cenderung meningkat,
terutama yang berada di luar kawasan hutan.
Sampai tahun 1999 ada tiga kabupaten yang memiliki luas lahan
kritis terbesar, yaitu : Kabupaten Bandung seluas 36.698 ha, Cianjur seluas
44.084 ha, dan Garut seluas 33.945 ha. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa
Barat (2004) melaporkan bahwa luas lahan kritis di DAS Citarum Hulu
sudah mencapai 150.000 ha, Cimanuk Hulu seluas 24.000 ha, Citanduy
sekitar 64.000 ha dan lebih dari 9000 ha lahan kritis di DAS Ciliwung Hulu.
Adanya lahan-lahan kritis umumnya disebabkan oleh adanya kegiatan
yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung tanah/lahan
antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan kemampuan
peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan teknologi
konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi areal
permukiman.
Pembangunan infrastruktur di Jawa Barat belum bisa mengikuti
secara penuh pedoman yang diberikan dalam Rencana Tata Ruang dan
Wilayah termasuk transportasi, irigasi, dan konservasi lingkungan. RTRW
tidak mampu mengendalikan perencanaan regional yang menciptakan
kesenjangan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya (Rencana Strategis
Jawa Barat 2001-2004).
Permasalahan tersebut dapat ditelaah lebih lanjut dengan melihat
masalah-masalah yang berkaitan dengan sektor dan komponen lingkungan
atau sumberdaya lainnya. Misalnya, dampak dari adanya lahan kritis yaitu
munculnya masalah banjir dan tanah longsor.
Di Jawa Barat daerah yang rawan banjir, yaitu Bandung (1.750 ha),
Majalengka ( 530 ha ), Indramayu (16.600 ha), daerah pantai utara Subang
( 12.000 ha), Cirebon (450 ha), Ciamis (16.000 ha).
Selain dampak adanya lahan kritis terhadap banjir, permasalahan lain
yang sering muncul di Jawa Barat yaitu semakin sering terjadi bencana alam
longsor. Bahaya longsor di Jawa Barat dapat dikategorikan ke dalam dua
areal, yaitu di daerah jalan/prasarana transportasi dan di daerah permukiman
penduduk.
(Sumber BPLHD JABAR) Penutup Tingkat dan akselerasi kerusakan
lingkungan saat ini telah lebih jauh berubah menjadi masalah sosial yang
pelik. Aktifitas pembangunan saat ini telah menimbulkan masalah-masalah
sosial seperti mengabaikan hak-hak rakyat atas kekayaan alam, marjinalisasi
dan pemikisnan.
Permasalahan lingkungan hidup juga bukan masalah yang berdiri
sendiri dan harus dipandang sebagai masalah sosial kolektif. Oleh
karenanya, masalah lingkungan hidup saat ini mau tidak mau juga harus
mentransformasikan dirinya menjadi sebuah gerakan sosial.
Artinya seluruh komponen masyarakat seperti buruh, petani, nelayan
guru, kaum profesional, pemuda, mahasiswa, remaja, anak-anak dan kaum
perempuan harus bersatu melawan ketidak adilan lingkungan hidup.
Dampak dari aktivitas pembangun yang tidak terkendali, telah membawa
perubahan yang cukup ekstreem terhadap tatanan kehidupan, yang kemudian
membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan dimuka bumi.
Dampak yang ditimbulkan, telah mengancam keselamatan kehidupan
manusia dan eksosistem.

Sumber ;
http://www.berpolitik.com/static/myposting/2007/11/myposti
ng_247.html

Anda mungkin juga menyukai