Anda di halaman 1dari 7

PROSES PEMBUATAN BIOETANOL

DARI KULIT PISANG KEPOK

Diah Restu Setiawati*, Anastasia Rafika Sinaga, Tri Kurnia Dewi

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: restudiah37@yahoo.co.id ; tkdewi@yahoo.com

Abstrak

Kulit pisang kepok merupakan salah satu limbah pertanian yang belum banyak dimanfaatkan masyarakat.
Salah satu kemungkinan pemanfaatannya adalah diubah menjadi sumber energi berupa bioetanol. Dalam
kandungan karbohidrat yang cukup tinggi (yaitu 18,5%) limbah kulit pisang kepok mengandung
monosakarida terutama glukosa sebesar 8,16 %, oleh karena itu limbah kulit pisang kepok berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi. Penelitian
ini mempelajari proses pembuatan bioetanol dengan mencari kondisi operasi terbaik. Variabel yang
digunakan adalah jenis ragi roti dan ragi tape, konsentrasi ragi (1, 2, 3, 4, dan 5% berat umpan), pH (2, 3,
4, 5, dan 6), lama fermentasi (1, 2, 3, 4, dan 5 hari), dan perebusan sebelum fermentasi. Hasil terbaik yang
diperoleh dari proses fermentasi kulit pisang kepok ini dengan variable yang digunakan adalah yeast
Saccharomyces cerevicae (ragi roti), konsentrasi 3% berat umpan, pH 4, lama fermentasi 2 hari, dan
dilakukan perebusan umpan terlebih dulu yaitu sebesar 9,7917%.

Kata kunci: Kulit Pisang Kepok, fermentasi, bioetanol.

Abstract

Kepok banana peel is one of the agricultural wastes that has not been much exploited by community. One
is the utilization be using the source of energy as bioethanol. In carbohydrate is high content (18.5%)
kepok banana peel waste is in contained monosaccharide especially glucose is high 8.16%; therefore
potential of kepok banana peel waste is to be used as bioethanol with fermentation process. The research
process produces bioethanol with looking for the best conditions. Variable used is type of bread yeast
and culture yeast, the concentration of the yeast (1, 2, 3, 4, and 5% by weight of the feed), pH (2, 3, 4, 5,
and 6), length of fermentation (1, 2, 3, 4, and 5 days), and pre cooking of the feed. The best results
obtained from the fermentation process of this kepok banana peel with a variable used is the yeast
Saccharomyces cereviceae (yeast bread), 3% by weight of feed concentration, pH 4, fermented 2 days
old, and is done boiling feed first in the amount of 9.7917%.

Keywords: Kepok banana peel, fermentation, biethanol

1. PENDAHULUAN bagian sisanya merupakan limbah pisang. Angka


tersebut (1/3 x 180.153 = 60.000 ton/tahun)
Bioetanol dapat dihasilkan dari tanaman merupakan jumlah limbah yang cukup banyak
yang banyak mengandung senyawa pati dan yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak
selulosa dengan menggunakan bantuan dari ditangani dengan cepat. Selain mengandung air,
aktivitas ragi. Provinsi Lampung mempunyai kulit pisang juga mengandung karbohidrat yang
kapasitas produksi kulit pisang 180.153 ton relatif tinggi yaitu 18,50 % (Tety, 2006). Limbah
pertahun (Anonim, 1998). Menurut Munadjim kulit pisang kepok mengandung monosakarida
(1982), bagian yang dapat dimakan dari buah terutama glukosa sebesar 8,16 %. Oleh karena itu
pisang adalah dua per tiga bagian dan sepertiga limbah kulit pisang kepok berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 9


pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi Produksi bioetanol (alkohol) dengan bahan
(Munadjim, 1982). Pada penelitian ini baku tanaman yang mengandung pati atau
permasalahan yang diangkat adalah bagaimana karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi
cara pembuatan bioetanol dengan bahan baku karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.
kulit pisang kepok. Berdasarkan permasalahan Sebagai alternatif digunakan campuran bioetanol
itulah penelitian tentang pengolahan limbah kulit dengan bensin. Sebelum dicampur, bioetanol
pisang ini dilakukan agar lebih berguna untuk harus dimurnikan hingga 100%. Campuran ini
menambah wawasan masyarakat. dikenal dengan sebutan gasohol
(Skadrongautama, 2009).
Bioetanol Pada kenyataannya tidak ada atau sulit
Bioetanol sering ditulis dengan rumus sekali kita mendapatkan etanol absolute, apalagi
EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH, dengan peralatan seadanya.
sedang rumus empirisnya C2H6O atau rumus Demikian pula rasanya tidak mungkin
bangunnya CH3-CH2-OH. Bioetanol merupakan mendapatkan/merecovery 100% etanol yang ada
bagian dari kelompok metil (CH3-) yang di dalam cairan fermentasi. Dengan kata lain
terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan efisiensi hidrolisisnya kurang dari 100%. Kadar
terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). bioetanol maksimal yang bisa diperoleh dari
Secara umum akronim dari Bioetanol adalah proses distilasi adalah 95%. Seringkali kadarnya
EtOH (Ethyl-(OH)). hanya 60%, 80%, atau 90%. Kita menghitungnya
berdasarkan kadar etanol yang keluar dari
distilator saja (Abimosourus, 2010).

Etanol
Etanol atau etil alkohol C H OH,
2 5
merupakan cairan yang tidak berwarna, larut
dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua
Gambar 1. Rumus Bangun Bioetanol pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol.
(Fessenden dan Fessenden, 1986). Sifat-sifat kimia dan fisis ethanol sangat
tergantung pada gugus hidroksil. Pada tekanan >
Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang 0,114 bar (11,5 kPa) ethanol dan air dapat
hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih membentuk larutan azeotrop.
ramah lingkungan dan sifatnya terbarukan. Etanol banyak digunakan sebagai
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku,
proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat bahan bakar, dan senyawa antara untuk sintesis
menggunakan bantuan mikroorganisme. senyawa-senyawa organik lainnya. Etanol
Bioetanol diartikan juga sebagai bahan kimia sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri
yang diproduksi dari bahan pangan yang farmasi, kosmetika, dan resin maupun
mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, laboratorium. Pada suhu kamar etanol berupa zat
jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan cair bening, mudah menguap, dan berbau khas.
bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat (Fessenden dan Fessenden, 1986).
menyerupai minyak premium (Khairani, 2007).
Bioetanol bersifat multi-guna karena Tabel 1. Sifat Fisika etanol
dicampur dengan bensin pada komposisi
berapapun memberikan dampak yang positif. Properti Nilai
Kelebihan-kelebihan bioetanol dibandingkan Berat Molekul (g/mol) 46,1
bensin: Titik Beku (oC) -114,1
1) Bioetanol aman digunakan sebagai bahan Titik Didih Normal (oC) 78,32
bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi Densitas (g/ml) 0,7983
dibandingkan bensin. Viskositas (Cp) 1,17
2) Emisi hidrokarbon lebih sedikit.
Panas penguapan normal
839,31
(J/kg)
Kekurangan-kekurangan bioetanol dibandingkan
Panas pembakaran (J/kg) 29676,6
bensin:
Panas jenis (J/kg) 2,42
1) Pada mesin dingin lebih sulit melakukan
starter bila menggunakan bioetanol. Nilai oktan 106-111
2) Bioetanol bereaksi dengan logam seperti Sumber: Kirk-Orthmer, Enyclopedia of
magnesium dan aluminium. Chemical Technology, vol 9,
1967)

Page 10 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


Pisang Kepok (Musa paradisiacal formatypica) tahan pada kadar alkohol yang tinggi
(Sudarmadji K., 1989).
Kulit pisang kepok digunakan karena
mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut Fermentasi
diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis
kemudian di fermentasi dengan menggunakan Fermentasi adalah proses produksi energi dalam
starter menjadi alkohol. Bioetanol (C2H5OH) sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
adalah cairan dari fermentasi gula dari sumber Secara umum, fermentasi adalah salah satu
karbohidrat menggunakan bantuan bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat
mikroorganisme (Anonim, 2007). Komposisi definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
kulit pisang dapat dilihat pada tabel 1. fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron
eksternal (Winarno & Fardiaz,1992).
Tabel 2. Kandungan Kulit Pisang Kepok. Gula adalah bahan yang umum dalam
Unsur Komposisi (%) fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
Air 69,80 % adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan
Karbohidrat 18,50% tetapi beberapa komponen lain dapat juga
Lemak 2,11% dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat
Kalsium 0,32% dan aseton (Satuhu & Supardi, 1994).
Fermentasi bioetanol dapat
Protein 715mg/100gr didefenisikan sebagai proses penguraian gula
Pospor 117mg/100gr menjadi bioetanol dan karbondioksida yang
Besi 0,6mg/100gr disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel
Vitamin B 0,12mg/100gr mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses
fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol
Vitamin C 17,5mg/100gr oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott and
Sumber: (Tety, 2006) Dunn, 1959).
ragi
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Ragi Glukosa etanol
(Sudarmadji K., 1989)
Ragi atau khamir adalah jamur yang terdiri dari
satu sel, dan tidak membentuk hifa. Termasuk
golongan jamur Ascomycotina. Reproduksi Variabel yang Berpengaruh
dengan membentuk tunas (budding).
Contoh dan peranan Ragi/Khamir Variabel yang berpengaruh pada proses
1. Saccharomyces cerevciae: berfungsi fermentasi adalah bahan baku, suhu, pH,
untuk pembuatan roti, tape, dan alkohol konsentrasi ragi, lama fermentasi, kadar gula,
2. Saccharomyces tuac: berfungsi untuk dan nutrisi ragi.
mengubah air niral legen menjadi tuak.
3. Saccharomyces ellipsoideus: berfungsi 1) Bahan Baku
untuk peragian buah anggur menjadi Pada umumnya bahan baku yang
mengandung senyawa organik terutama glukosa
anggur minuman (akhyasrinuki , 2011).
dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam
proses fermentasi bioetanol (Prescott and Dunn,
Adapun ragi yang digunakan pada penelitian ini
1959). Pada penelitian kali digunakan kulit
yaitu : ragi tape dan ragi roti. Mikroorganisme
pisang kepok sebagai bahan baku.
ini dipilih karena ragi tape dan ragi roti adalah
Saccharomyces cerevicae yang dapat
memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan 2) Suhu
mempunyai toleransi pada kadar alkohol yang Suhu berpengaruh terhadap proses
tinggi. Kadar alkohol yang dihasilkan sebesar 8- fermentasi melalui dua hal secara langsung
20% pada kondisi optimum. Ragi tape dan ragi mempengaruhi aktivitas enzim khamir dan
roti yang bersifat stabil, tidak berbahaya atau secara langsung mempengaruhi hasil alkohol
menimbulkan racun, mudah di dapat dan malah karena adanya penguapan, seperti proses biologis
mudah dalam pemeliharaan. Bakteri tidak (enzimatik) yang lain, kecepatan fermentasi akan
banyak digunakan untuk memproduksi alkohol bertambah sesuai dengan suhu yang optimum
secara komersial, karena bakteri tidak dapat umumnya 27 32oC.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 11


Ragi tape dan ragi roti mempunyai untuk didestilasi dan biayanya mahal. Jika kadar
temperatur maksimal sekitar 40 50oC dengan gula di atas 18 % fermentasi akan menurun dan
temperatur minimum 0oC. Pada interval 15 alkohol yang terbentuk akan menghambat
30oC fermentasi mengikuti pola bahwa semakin aktivitas ragi, sehingga waktu fermentasi
tinggi suhu, fermentasi makin cepat berlangsung. bertambah lama dan ada sebagian gula yang
Suhu optimum untuk ragi roti adalah 19 32oC tidak terfermentasi. (Winarno & Fardiaz,1992).
dan suhu optimum untuk ragi tape adalah 35
47oC. Oleh karena itu, pengaturan suhu dibuat 7) Nutrisi ragi
dalam range tersebut. (Winarno & Fardiaz,1992). Nutrisi diperlukan sebagai tambahan
makanan bagi pertumbuhan ragi. Nutrisi yang
3) pH diperlukan misalnya: garam ammonium
Pada umumnya pH untuk fermentasi (NH CL) dan garam phosphate (pupuk TSP).
4
dibutuhkan keasaman 3,4 4, ini didasari (Winarno & Fardiaz,1992).
lingkungan hidup dari starter yang dapat tumbuh
dan melakukan metabolisme pada pH tersebut
(Winarno & Fardiaz,1992). 2. METODOLOGI

4) Konsentrasi Ragi Prosedur penelitian yang pertama adalah


Konsentrasi ragi yang diberikan pada melakukan pretreatment kulit pisang kepok yaitu
larutan yang akan difermentasikan optimalnya dengan memotong-motong kulit pisang kepok
adalah 2 4% dari volume larutan (Satuhu & menjadi kecil lalu diberi aquadest dengan
Supardi, 1994). Jika konsentrasi ragi yang perbandingan 1:1 berat umpan, kemudian
diberikan kurang dari kadar optimal yang diblender dan diambil filtratnya. Lalu ambil
disarankan akan menurunkan kecepatan sampel dengan berat bubur kulit pisang kepok
fermentasi karena sedikitnya massa yang akan masing-masing sebanyak 200 gr dan dimasukkan
menguraikan glukosa menjadi etanol, sedangkan ke dalam erlenmeyer 500 ml. Setelah itu
maka akan dibutuhkan substrat yang lebih dilakukan proses fermentasi.
banyak karena substrat yang ada tidak cukup, Masukkan ragi ke dalam bubur kulit
karena itu menurunkan kecepatan fermentasi. pisang dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 %
(Winarno & Fardiaz,1992). dari berat bubur kulit pisang. Lalu diaduk selama
5 menit sampai homogen, Kemudian pH larutan
5) Lama fermentasi diukur dan divariasikan sesuai dengan variabel
Lama fermentasi biasanya ditentukan penelitian yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6.
pada jenis bahan dan jenis yeast serta gula. Setelah itu erlenmeyer 500 ml yang
Fermentasi berhenti ditandai dengan tidak berisi bubur kulit pisang kepok tersebut
terproduksinya lagi CO2. Kadar etanol yang dihubungkan dengan selang karet dan ujung
dihasilkan akan semakin tinggi sampai waktu selang dimasukkan kedalam air agar tidak terjadi
optimal dan setelah itu kadar etanol yang kontak langsung dengan udara.
dihasilkan menurun (Prescott and Dunn, 1959). Selanjutnya larutan difermentasi selama
Pada penelitian ini dipakai waktu yang dipakai 1, 1, 2, 3, 4, dan 5 hari. Kemudian larutan dan
2, 3, 4 dan 5 hari. bubur kulit pisang kepok dipisahkan sehingga
diperoleh cairan alkohol-air. Liquid yang
6) Kadar Gula mengandung etanol dipisahkan dari kulit pisang
Kadar gula yang optimum untuk dengan cara disaring menggunakan kertas saring.
aktivitas pertumbuhan starter adalah 10-18%. Pemurnian hasil dilakukan dengan menggunakan
Gula disini sebagai substrat, yaitu sumber karbon evaporator untuk mendapatkan bioetanol pada
bagi nutrient ragi tape dan ragi roti yang suhu 79oC.
mempercepat pertumbuhan untuk selanjutnya Selanjutnya dilakukan analisa densitas
menguraikan karbohidrat menjadi etanol. etanol dengan piknometer. Piknometer 5 ml
Apabila terlalu pekat, aktivitas enzim akan dikeringkan dalam oven pemanas pada suhu
terhambat sehingga waktu fermentasi menjadi 80C selama 15 menit kemudian dinginkan
lambat disamping itu terdapat sisa gula yang sampai suhu kamar dan ditimbang piknometer
tidak dapat terpakai dan jika terlalu encer maka (kosong) 5 ml ini dengan menggunakan neraca
hasilnya berkadar alkohol rendah. analitis kemudian catat beratnya. Piknometer 5
Jika kadar gula di bawah 10% ml yang sudah didinginkan tadi diisi dengan
fermentasi dapat berjalan tetapi etanol yang aquadest kemudian timbang dengan neraca
dihasilkan terlalu encer sehingga tidak efisien

Page 12 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


analitis, catat beratnya. Kemudian dilakukan maksimal karena penambahan ragi sesuai dengan
perhitungan untuk menentukkan voumenya. banyaknya nutrisi di dalam sampel. Pada
Piknometer dikeringkan lagi dengan penambahan dosis ragi 4 dan 5% bioetanol yang
cara memanaskan dalam oven pemanas dengan dihasilkan menurun karena produktivitas
suhu 100 C selama 15 menit, lalu dinginkan mikroorganisme menurun akibat kurangnya
sampai suhu kamar, kemudian sampel distilat nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dimasukkan ke dalam piknometer, sampai tidak tersebut. Apabila terlalu banyak penambahan
ada gelembung udara. ragi juga akan menghasilkan banyak asam dan
Kemudian ditimbang piknometer yang bioetanol yang dihasilkan juga sedikit
berisi sampel distilat dengan menggunakan
neraca analitis. Dicatat suhu kamar pada saat Tabel 4. Pengaruh konsentrasi ragi terhadap
dilakukan penimbangan. Alasan penggunaan hasil bioetanol
piknometer karena piknometer merupakan alat Konsentrasi
yang digunakan untuk mengukur nilai massa Ragi (% berat Kadar Bioetanol (%)
jenis atau densitas fluida. Terdapat beberapa bahan baku)
macam ukuran piknometer, tetapi biasanya
volume piknometer yang banyak digunakan 1 6,0741
adalah 5 ml dan 10 ml dimana nilai volume ini
valid pada temperatur yang tertera pada 2 6,1812
piknometer (Putuwibisana, 2011)
3 7,0774

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 4 6,5205

Ragi yang baik pada proses pembuatan 5 5,1495


bioetanol
Masing masing sampel menggunakan
jumlah bahan baku yang sama yaitu 200 gram
bubur kulit pisang kepok, pH alami (5), dan 8
fermentasi selama 2 hari dengan konsentrasi ragi
1% berat umpan. Pada ragi roti, bioetanol yang
kadarbioetanol(%)

7
dihasilkan sebanyak 6,1277%, sedangkan pada 7,0774
ragi tape bioetanol yang dihasilkan sebanyak
5,2897%. 6 6,5205
6,0741 6,1812

Tabel 3. Pengaruh jenis ragi terhadap hasil 5


bioetanol 5,1495
Jenis Ragi Kadar Bioetanol (%)
4
Ragi Tape 5,2897 0 2 4 6
konsentrasiragi(%)
Ragt Roti 6,1277

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi ragi terhadap


Jadi, ragi roti lebih baik dari ragi tape dalam hasil bioetanol (rasio berat aquadest
menghasilkan bioetanol karena ragi tape tidak terhadap berat kulit pisang kepok
hanya mengandung khamir yang sama dengan 1:1, ragi roti, pH alami, waktu 2
ragi roti yaitu Saccharomyces cerevisiae hari, suhu kamar, atmosferik,
melainkan mikroorganisme lain sehingga hasil anaerob)
bioetanol yang diperoleh dengan menggunakan
ragi tape tidak terlalu baik dibandingkan dengan pH yang baik pada proses pembuatan
menggunakan ragi roti. bioetanol
Konsentrasi ragi yang baik pada proses Pada umumnya pH untuk fermentasi
pembuatan bioetanol khamir dibutuhkan keasaman optimum antara 3,0
5,0. Diluar itu maka pertumbuhan mikroba
Dari hasil analisa dapat disimpulkan akan terganggu.
bahwa umpan dengan konsentrasi ragi sebesar
3% berat umpan menghasilkan etanol yang

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 13


Tabel 5. Pengaruh pH terhadap hasil bioetanol Tabel 6. Pengaruh lama fermentasi terhadap
hasil bioetanol
pH Kadar Bioetanol (%)
Lama Fermentasi
2 6,2229 Kadar Bioetanol (%)
(hari)
3 6,8173 1 6,0148

4 7,5995 2 6,2646

5 6,5086 3 5,8799

6 6,1872 4 5,4241

5 5,2722

8
kadarbioetanol(%)

7,5995
7 6,4

kadarbioetanol(%) 6,2
6,8173 6,2646
6,5086
6
6 6,2229
6,1872 6,0148
5,8
5,8799
5,6
5
23456 5,4
pH 5,4241
5,2
0 2 4 5,2722 6
Gambar 3.Pengaruh pH terhadap hasil bioetanol
(rasio berat aquadest terhadap berat
kulit pisang kepok 1:1, ragi roti, lamafermentasi(hari)
konsentrasi ragi 3% berat, waktu 2
hari, suhu kamar, atmosferik, Gambar 4. Pengaruh lama fermentasi terhadap
anaerob) hasil bioetanol (rasio berat
aquadest terhadap berat kulit
pisang kepok 1:1, ragi roti,
Lama fermentasi yang baik pada proses konsentrasi ragi 3% berat, pH 4,
pembuatan bioetanol suhu kamar, atmosferik, anaerob)

Dari hasil penelitian didapat bioetanol Pengaruh perebusan terhadap kadar


yang baik pada hari kedua karena bioetanol yang dihasilkan
mikroorganisme telah beradaptasi dengan
lingkungan dan nutrisi yang tersedia sehingga Masing masing sampel ditambah
mikroorganisme banyak tumbuh dan membelah jumlah ragi yang sama yaitu 3% berat sampel,
diri dan jumlahnya meningkat dengan cepat pH 4 dan difermentasi selama 2 hari dengan
dibanding hari yang lain. Pada hari ketiga, perebusan umpan terlebih dahulu. Dari hasil
keempat, dan kelima pertumbuhan analisa diperoleh kadar bioetanol yang baik
mikroorganisme tidak diimbangi dengan nutrisi adalah 9,8528% (sampel 1) dan 9,7307%
yang cukup sehingga bioetanol yang dihasilkan (sampel 2) pada umpan yang direbus. Hal ini
menurun, selain itu bioetanol yang terbentuk disebabkan karena dengan perebusan umpan
akan terhidrolisis menjadi asam apabila terlebih dahulu terjadi proses hidrolisa sederhana
difermentasi terlalu lama. dan bateri-bakteri pengganggu akan mati.

Page 14 Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013


Tabel 7. Pengaruh perebusan umpan terhadap Anonim, 2007. Produksi Bioetanol Berbahan
hasil bioetanol Baku Biomassa. Online di
http://isro.wordpress.com. Diakses 13
Kadar Bioetanol Februari 2011.
Umpan
(%)
Anonim, 2009. Kulit Pisang. Online di
Tidak direbus 6,2646 http://www.scribd.com. Diakses 13
Februari 2011
Direbus 9,7917
Fessenden & Fessenden, 1994, Kimia Organik,
Jakarta: Erlangga
4. KESIMPULAN
Kirk-Orthmer, 1967. Enyclopedia of Chemical
Technology vol 9. Online di
1) Dengan menggunakan ragi roti kadar
http://isro.wordpress.com. Diakses 16
bioetanol yang dihasilkan lebih baik yaitu
Februari 2011.
sebesar 6,1277% dibanding ragi tape yang
hanya menghasilkan kadar bioetanol
Prescott, S. G and C. G. Said, 1959, Industrial
sebesar 5,2897%.
Microbiology. ed 3. New York :
2) Pada konsentrasi ragi 3% berat sampel,
McGraw-Hill Book Company.
dihasilkan kadar bioetanol yang baik yaitu
sebesar 7,0774%.
Putuwibisana, 2011. Guna Piknometer. Online di
3) Pada pH 4, dihasilkan bioetanol yang baik
www.wordpress.com/Piknometer.
yaitu sebesar 7,5995%.
Diakses 20 Oktober 2012
4) Pada waktu fermentasi 2 hari dihasilkan
bioetanol yang baik yaitu sebesar 6,2646%.
Skadrongautama, 2009. Bahan Bakar Nabati
5) Dengan perebusan bahan baku terlebih
(Bioetanol). Yogyakarta: Khalifah
dahulu dihasilkan kadar bioetanol yang baik
Niaga antabura.
yaitu sebesar 9,7917% dibanding dengan
kadar bioetanol tanpa perebusan yaitu
Stanley, H. Pine. Kimia Organik. Terbitan
sebesar 6,2646%.
keempat. Bandung : Institue Teknologi
Bandung.

Stave, Prentis. 1990. Bioteknologi. Jakarta :


DAFTAR PUSTAKA Erlangga
Abimosourus, 2010. http://teknologi.kompasiana.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1989.
com/terapan./ menghitung-produksi-
Prosedur analisa untuk bahan makanan
bioetanol. Diakses 20 Oktober 2012.
dan pertanian. Edisi ketiga.
Yogyakarta: Liberty.
Akhyasrinuki, 2011. http://id.shvoong.com/
writing-and-speaking/2150298-definisi-
Supriyanto, Tri dan Wahyudi, 2009. Proses
ragi-khamir-protozoa. Diakses 20
Produksi Etanol oleh Saccharomyces
Oktober 2012
cerivisiae dengan Operasi Kontinyu
pada Kondisi Vakum. Semarang :
Anonim,1998. Statistika Indonesia, Online
Universitas Diponegoro.
dihttp:// Biro.Pusat.Statistika.Provinsi
Lampung.com. Diakses 10 Juni 2011.
Tety, 2006. Kandungan kulit pisang. Online di
www.risvank.com/reaksi bioetanol.
Diakses 22 Juli 2011.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013 Page 15

Anda mungkin juga menyukai