Silus ini ditemukan oleh Stirling, dimana terdiri dari dua proses isotermal dan
dua proses volume konstan. Dua proses terakhir terjadi dengan bantuan sebuah
regenerator untuk membuat siklus ini reversibel. Diagram p-v dan T-s siklus ini
ditunjukkan oleh gambar 5.
Sekarang kita lihat empat tingkat siklus Stirling. Misalkan silinder mesin berisi
m kg udara pada keadaan awal, yang ditunjukkan oleh titik 1.
Tingkat pertama
v2
Q1 = p1v1 ln
v1
v2
= mRT1 ln
v1
Tingkat kedua
Tingkat ketiga
Udara dikompresi secara isotermal di dalam silinder mesin dari v3 ke v4. Proses
ini digambarkan oleh grafik 3-4 pada diagram p-v dan T-s. Lagi kalor dibuang oleh
udara.
v3
Q2 = p3 v 3 ln
v4
v3
= mRT3 ln
v4
Tingkat keempat
Terlihat bahwa kalor yang dilepaskan ke regenerator selama proses 2-3 adalah sama
dengan kalor yang diambil dari regenerator selama proses 4-1. jadi, tidak ada
pertukaran kalor ke sistem selama proses-proses ini. Pertukaran kalor hanya terjadi
selama dua proses isotermal.
= mRT1 ln r mRT3 ln r
= mR ln r (T1 T3)
dan efisiensi:
Catatan:
1. Efisiensi siklus Stirling adalah sama dengan siklus Carnot. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa siklus adalah reversibel, dan semua siklus reversibel mempunyai
efisiensi yang sama.
2. Jika efisiensi regenerator adalah r maka kalor yang diambil dari regenerator selama
proses 4-1 adalah: mCv (T1 T3)(1 - r). Dalam hal ini:
mR ln r (T1 T3 )
=
mRT1 ln r + mC v (T1 T3 )(1 r )
R ln r (T1 T3 )
=
RT1 ln r + C v (T1 T3 )(1 r )
Siklus Ericsson
Siklus ini ditemukan oleh Ericsson, yang terdiri dari dua proses isotermal dan
dua proses tekanan konstan. Diagram p-v dan T-s ditunjukkan oleh Gambar 6. Saat
ini siklus Ericsson banyak digunakan dalam pembuatan turbin gas jenis siklus
tertutup.
Misalkan mesin berisikan m kg udara yang posisi awalnya ditandai oleh titik 1
pada diagram p-v dan T-s.
Tingkat pertama
Tingkat kedua
= p2v2 ln (v3/v2)
= mRT ln (v3/v2)
Tingkat ketiga
Tingkat keempat
v4
Q2 = p4v4 ln
v1
v4
= mRT4 ln
v1
v4
= mRT4 ln r (Q = rasio kompresi)
v1
= mRT2 ln r mRT4 ln r
= mR ln r (T2 T4)
dan efisiensi:
T2 T4 T T
= = 1 4 = 1 1
T2 T2 T3
Catatan: 1. Efisiensi siklus Ericsson adalah sama dengan efiensi Carnot, yaitu:
2. Jika efisiensi generator adalah r, maka kalor yang diambil dari generator
selama proses 4-1 adalah: mCp (T4-T2)(1-r). Dalam hal ini:
mR ln r (T2 T4 )
=
mRT2 ln r + m.C p (T4 T2 )(1 r )
R ln r (T2 T4 )
=
RT2 ln r + C p (T4 T2 )(1 r )
Siklus Joule
Siklus ini terdiri dari dua proses tekanan konstan dan dua proses adiabatik.
Diagram p-v dan T-s ditunjukkan oleh gambar 7.
Tingkat pertama
Tingkat kedua
Tingkat ketiga
Tingkat keempat
Terlihat dari penjelasan di atas bahwa tidak terjadi pertukaran kalor selama dua
proses adiabatik. Pertukaran kalor hanya terjadi selama proses tekanan konstan.
dan efisiensi:
1
1
T3 v 2 p
= = 3 (ii)
T2 v3 p2
1
1
T4 v1 p
= = 4 (iii)
T1 v4 p1
T3 T4 T T
= atau 4 = 1 ... (Q p1 = p 2 dan p3 = p 4 )
T2 T1 T3 T2
T3 T T3 T4
= 1 = 1 4 ... (Q = )
T2 T1 T2 T1
1 1
v2 v
= 1 ... (Q
p3 p
= 4)
v3 v4 p2 p1
atau
v 2 v1 1 v3 v 4
= = ... (Q r = = )
v3 v 4 r v 2 v1
-1
T3 T4 1 1
= = =
T2 T1 r (r ) 1
1
= 1
(r ) 1
Catatan : 1. Efisiensi siklus Joule lebih rendah dari efisiensi siklus Carnot. Alasannya adalah
bahwa semua kalor tidak diserap pada temperatur paling tinggi dan dibuang
pada temperatur paling rendah.
Asyari Daryus, Termodinamika Teknik I 82
Universitas Darma Persada Jakarta.
2. Siklus secara termodinamik ridak reversibel, sebab tidak ada regenerator
untuk memberikan temperatur yang konstan selama pemanasan dan
pendinginan pada tekanan konstan.
Siklus Otto
Mesin pertama yang sukses bekerja dengan siklus ini dibuat oleh A. Otto. Saat
ini, banyak mesin berbahan bakar gas, bensin dan minyak lainnya berjalan
berdasarkan siklus ini. Siklus ini dikenal juga sebagai siklus volume konstan,
dikarenakan kalor diterima dan dibuang pada volume konstan.
Siklus Otto ideal terdiri dari dua proses volume konstan dan dua proses
adiabatik, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 8.
Tingkat pertama
Tingkat kedua
Tingkat keempat
1 1
T2 v1 1
= = (Q r =
v2
T1 v2
)
r v1
1 1
T3 v4 1
= = (Q r =
v4 v2
=
T4 v3
)
r v3 v1
T3 T2
=
T4 T1
T1 T2
atau =
T4 T3
T3 T
= 1 = 1 2
T4 T1
1
= 1 ... (iv)
( r ) 1
Catatan: 1. Kita lihat dari persamaan (iv) bahwa efisiensi siklus Otto bergantung
pada rasio kompresi (r).
2. Rasio kompresi,
Volume celah :
= Volume Langkah
r1
1
1/
T1 p1 p v v p
= dan 1 = 2 atau 1 = 2
T2 p2 p2 v1 v2 p1
Siklus ini ditemukan oleh Dr. Rudolph Diesel pada tahun 1893, dengan ide
untuk mendapatkan efisiensi termal yang lebih tinggi dengan kompresi rasio tinggi.
Ini adalah siklus penting dimana semua mesin diesel bekerja berdasarkan siklus ini.
Dikenal juga sebagai siklus tekanan konstan sebab kalor diterima pada tekanan
konstan.
Siklus diesel ideal terdiri dari dua proses adiabatik, sebuah proses tekanan
konstan dan sebuah proses volume konstan. Proses ini ditunjukkan oleh diagram p-v
dan T-s pada gambar 9.
Tingkat pertama
Tingkat kedua
Tingkat keempat
rasio kompresi:
v4
r=
v1
rasio cut-off:
v2
=
v1
v3 v 4
r1 = = ... (v3 = v4)
v2 v2
v 4 v1 1 r
= x =rx =
v1 v 2
v1 v2
= =
T1 T2
v2
T2 = T1 x = T1 x (iv)
v1
1 1 1
T3 v2 1
= = =
T2 v3 r1 r
1 1
T3 = T2 = T1 x (v)
r r
1
T1 v4
= (r )
1
=
T4 v1
T1 = T4 (r ) 1 (vi)
T2 = T4 (r ) 1 x (vii)
1
1
dan T3 = T4 (r ) x = T4 . (viii)
r
1 (T4 . ) T4
= 1
T4 (r) 1 T4 (r) 1
Asyari Daryus, Termodinamika Teknik I 88
Universitas Darma Persada Jakarta.
1 1
= 1 1
(r) ( 1)
Catatan: 1. Efisiensi siklus diesel ideal lebih rendah dari siklus Otto untuk rasio
kompresi yang sama.
Siklus ini adalah kombinasi dari siklus Otto dan Diesel. Siklus ini kadang-kadang
disebut siklus semi-diesel, sebab mesin semi-diesel bekerja berdasarkan siklus ini.
Pada siklus ini, kalor diserap sebagian pada volume konstan dan sebagian lagi pada
tekanan konstan.
Siklus pembakaran dual terdiri dari dua buah proses adiabatik, dua proses
volume konstan dan satu proses tekanan konstan. Proses ini ditunjukkan oleh
gambar 10.
Tingkat pertama
Tingkat kedua
Tingkat ketiga
Tingkat keempat
Tingkat kelima
rasio kompresi:
v 4 v3
r= =
v5 v1
rasio cut-off:
v2 v2
= =
v1 v5
p1
=
p5
v 4 v1 1 r
= x =rx =
v1 v 2
v1 v2
= =
T1 T2
v2
T2 = T1 x = T1 x (v)
v1
1 1 1
T3 v2 v v
= = 2 x 1 =
T2 v3 v1 v3 r
1 1
T3 = T2 = T1 x (vi)
r r
T5 = T4 (r ) 1 (vii)
p5 p1
=
T5 T1
p1
T1 = T5 x = T5 x = T4 (r ) 1 . (viii)
p5
T2 = T4 (r ) 1 x .
1
1
dan T3 = T4 (r ) . . = T4 . .
r
1(T4 .. ) T4
= 1
[T4 (r) 1.. T4 (r) 1.] + [T4 (r) 1. T4 (r) 1 ]
T4 (. 1)
= 1
T4 (r) 1[ (. ) + ( 1)]
(. 1)
= 1
(r) 1[ (. ) + ( 1)]
1 . 1
= 1 1
(r) ( 1) + ( 1)
1
Otto = 1
(r) 1
1 1
diesel = 1 1
(r) ( 1)
3. Efisiensi siklus pembakaran dual lebih besar dari siklus diesel dan lebih
kecil dari siklus Otto, untuk rasio kompresi yang sama.