Anda di halaman 1dari 7

Cannabis

Cannabis sativa, merupakan nama tumbuhan yang berasal dari genus dioecious,
cannabis merupakan tumbuhan yang dapat digolongkan kedalam tumbuhan obat-obatan, yang
masuk ke dalam famili Cannabaceae. Tumbuhan ini telah dipelihara selama 5000 tahun di
seluruh dunia dan digunakan dalam tekstil, industri, medis, dan rekreasi. Tumbuhan ini dikenal
dengan banyak nama, dan berbeda di setiap daerahnya , seperti pot, grass, green, bud, ganja,
reefer, marijuana, herb, chronic, chiba, puff, dan weed; cannabis adalah narkoba paling
populer di dunia (diantaranya dilarang oleh hukum dalam banyak negara sekarang ini).
Cannabis merupakan salah satu obat depresan. Biasanya yang paling banyak dimanfaatkan dari
tanaman cannabis adalah daunnya dan bijinya yang diubah menjadi suatu minyak kemudian
diperjual belikan.

Zat Kimia pada Cannabis

Manusia telah menggunakan cannabis selama ribuan tahun untuk keperluan perawatan
medis, tujuan spiritual, membuat tekstil, dan alasan-alasan lain. Baru-baru ini, ahli kimia telah
mengisolasi banyak jenis cannabinoid, metabolit pada cannabis sativa (ganja), dan telah
mendeskripsikan aktifitas biologinya. Sebagai contoh, beberapa cannabinoid memiliki efek
kuat terhadap bakteri yang kebal pada berbagai jenis obat dan beberapa efektif terhadap rasa
sakit. Struktur dari cannabinoid yang diketahui juga menginspirasi ahli kimia untuk membuat
zat kimia sintetis untuk meniru aspek-aspek tertentu dari fungsinya, seperti mengurangi rasa
sakit, memberikan efek medis yang kuat sambil menghindari efek sampingnya negatifnya..
THC (Delta 9 tetrahidrokanibinol) dengan rumus kimia C21 H30 O2 adalah salah satu dari
400 zat kimia yang ditemukan di dalam ganja dan yang menyebabkan efek perubahan suasana
hati. Sebagai obat depresan, cannabis memengaruhi sistem saraf dengan memperlambat
aktivitas otak.

Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman cannabis, ilmuwan belum
juga dapat mengidentifikasi seluruh jenis canabinoid, begitu banyak kelompok peneliti terus
menerus berusaha mengidentifikasi dan mengkategorikan zat kimia pada ganja

Para peneliti menanam dari biji Mexican Cannabis Sativa yang memiliki potensi tinggi dan
memanen seluruh bunga dari tanaman wanita yang sudah matang. Mereka kemudian
melakukan ekstraksi kimia dan prosedur pemurnian pada material tanaman untuk mengisolasi
sembilan jenis cannabinoid. Kemudian mereka menentukan struktur molekul dari zat kimia
baru ini dengan berbagai jenis teknik, termasuk 1D dan 2D NMR, UV, dan HRESIMS (High
Resolution Electron Spray Ionization Mass Spectra).

Setelah menemukan struktur kimianya, penting untuk mengetahui bagaimana molekul-molekul


ini bisa berguna dalam istilah kegunaan medis. Kabar baik pertama adalah bahwa tidak ada
dari cannabinoid ini yang beracun bagi sel-sel yang diekstrak dari ginjal African Green
Monkey, yang berarti bahwa mereka memiliki potensi sebagai obat-obatan. Pada inspeksi lebih
lanjut, beberapa dari senyawa ini bahkan memiliki aktifitas biologis yang juga penting.

Senyawa 5 memiliki aktifitas antileishmanial yang kuat, yang membuatnya menjadi kandidat
terhadap leishmaniasis, penyakit parasitis yang disebarkan oleh gigitan sandfly. Senyawa 8
efektif dalam membunuh Staphylococcus Aureus, yang sering menjadi penyebab infekssi
staph, dan senyawa 7 memiliki aktifitas yang baik terhadap Candida albicans, jamur yang
menyebabkan orang menderita infeksi oral dan kelamin. Cannabinoid lain secara biologi
tidaklah seaktif senyawa-senyawa ini, tetapi mereka semua memiliki beberapa potensi
kegunaan obat. Sebagai contoh, senyawa 2 dan 6 efektif dalam tingkat sedang terhadap MRSA,
dan senyawa 1 memiliki aktifitas anti malaria.

Identifikasi dari cannabinoid- cannabinoid yang relevan secara biologis ini akan memberikan
ahli kimia hasil-hasil alam ide baru bagi obat di masa depan. Bahkan senyawa yang tingkat
aktifitasnya paling rendah dapat menjadi berguna, sebagaimana ahli kimia dapat membuat
modifikasi terhadap struktur yang membuat mereka menjadi lebih kuat.

Cara Kerja Canabis Dalam tubuh

(Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat,
namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC,
tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang
yang berkepanjangan tanpa sebab).
Beberapa detik setelah cannabis masuk ke dalam aliran darah, rasa euforia santai akan mengalir
ke seluruh tubuh. Kemungkinan pasien/orang yang mengkonsumsi akan merasa kabur dan
pusing, mata makin membesar, membuat warna nampak lebih cerah. Tetrahydrocannabinol
atau THC, adalah zat psikoaktif yang menyebabkan perubahan kimia yang nyata di dalam otak
dan tubuh ketika kita mengkonsumsi ganja medis.
Cannabis medis menggunakan jalur alami yang sudah ada dalam tubuh kita. Tubuh
mengirimkan informasi ke otak melalui sistem saraf pusat (SSP). Sama seperti sistem saat ,
kaki kita terinjak dan cidera, Sistem Saraf Pusat akan mengirim pesan ke otak. Pesan ini alami
dan dengan detail menginformasikan tempat luka dan keparahan cedera. Otak memproses
informasi ini dan membuat keputusan yang sesuai, seperti membuat kita melompat-lompat
dengan satu kaki dan berkata Aduh!. Kanker dan penyakit serius lainnya mengirim pesan
yang kuat ke otak kita dan segera meminta otak mengambil keputusan yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit.
Sel-sel tertentu dalam otak, berperan dalam pengambilan keputusan. Dibutuhkan sekelompok
neuron untuk menginterpretasikan informasi dan merumuskan rencana. Neuron berbicara satu
sama lain melalui zat kimia yang disebut neurotransmitter. Setiap neuron memiliki reseptor
protein yang mengikat dengan neurotransmitter. Neurotransmitter mengambil ruang kosong
antara sel-sel neuron dan mengikat reseptor dengan cara mengubah berbagai fungsi otak dan
tubuh atau menonaktifkannya. Beberapa neuron memiliki ribuan reseptor spesifik untuk
neurotransmitter tertentu, yang berarti neuron ini sangat sensitif terhadap neurotransmitter itu.
Benda asing, seperti THC dalam cannabis medis, bisa meniru atau memblokir neurotransmiter
dengan cara yang mengganggu aktivitas normal mereka. THC pada ganja medis mengikat
reseptor cannabinoid di seluruh tubuh dan mengirimkan pesan relaksasi menyenangkan dan
euforia ke otak. Ada beberapa kelompok reseptor cannabinoid terkonsentrasi di berbagai
tempat di seluruh otak. Reseptor ini mengikat dengan bahan kimia alami anandamide. Fakta
yang menarik adalah kata anandamide berarti kebahagiaan atau kenikmatan dalam bahasa
Sansekerta. Cannabis medis meniru anandamide. Tampaknya tubuh manusia dilengkapi dan
dirancang untuk merasakan kenikmatan. Para ilmuwan baru saja mulai memahami peran
kompleks anandamide dan reseptor cannabinoid yang berpengaruh pada rasa nyeri, depresi,
memori, nafsu makan dan kesuburan.
Konsentrasi tinggi reseptor cannabinoid ditemukan di tiga wilayah otak: hippocampus,
cerebellum, dan basal ganglia. Ketiga area ini otak bertanggung jawab untuk melakukan fungsi
tertentu. Ketika THC dalam cannabis medis mengikat reseptor di ganglia hipokampus,
serebelum atau basal akan masuk sesuai dengan fungsi masing-masing.
Hippocampus terdapat di lobus temporal manusia dekat telinga. Hippocampus sangat penting
untuk memori jangka pendek, yang mangakibatkan kesulitan mengingat peristiwa baru-baru
setelah cannabis mengikat reseptor protein dalam hippocampus. Otak kecil mengendalikan
koordinasi dan ganglia basal pada tubuh anda memodifikasi gerakan tak terkendali dan belajar
melalui pengulangan atau dengan kata lain membangun kebiasaan. THC dalam ganja
menggangu cara kerja ganglia basal dan fungsi otak kecil, sehingga ganja mengubah reaksi,
koordinasi motorik dan keterampilan belajar.
Setelah mengkonsumsi cannabis, sistem saraf pusat masih mengirimkan pesan ke otak. THC
mengubah cara otak dalam mengambil keputusan mengenai informasi yang telah dikirim.
Cannabis meredakan nyeri dengan mengikat reseptor dengan cara mengirimkan pesan yang
kuat akan kesenangan dan kebahagiaan ke otak. Cara kerja ganja medis ini membuktikan
bahwa ganja menjadi salah satu penghilang rasa sakit terbaik yang alami.

Efek Cannabis
Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam
berpikir.
a. Efek jangka pendek
Dampak fungsi otak Senyawa THC di Marijuana dibawa ke otak melalui
aliran darah setiap kali orang itu pelanggaran. THC mengikat dengan cannabinoid reseptor
dari sel-sel saraf dan perubahan kegiatan neuron. Seperti reseptor kontrol memori, berpikir,
sensasi kenikmatan, persepsi dan daya konsentrasi, penyalahgunaan ganja mempengaruhi
semua fungsi otak.
Masalah dengan berpikir Studi menunjukkan bahwa kemampuan kognitif
dari pengguna yang diubah karena penyalahgunaan Marijuana. Para dilecehkan akan memiliki
kemampuan kurang untuk belajar dan mengingat hal-hal dan mereka melakukan lebih buruk
dalam mengingat informasi. Ini dampak studi mereka.
Persepsi yang tidak benar hasil penyalahgunaan ganja dalam peningkatan
persepsi sensorik, gambar terdistorsi diri dan persepsi waktu. Ganja mempengaruhi kesiapan
untuk merespon, motivasi, kemampuan untuk mengidentifikasi dan membedakan hal-hal.

Meningkatkan detak jantung, kecemasan dan panik mengalahkan


Jantung akan meningkat lebih cepat dengan Marijuana merokok. Jika denyut jantung normal
adalah 70 sampai 80 denyut per menit, itu meningkat sebesar 20 sampai 50 denyut per menit
atau beberapa kali ganda setelah Marijuana merokok.

Penyalahgunaan ganja juga menyebabkan kecemasan, ketakutan, dan


panik. Itu membuat mengemudi THC berisiko mempengaruhi fungsi otak kecil, yang
merupakan bagian dari otak yang mengontrol keseimbangan dan koordinasi. Hal ini juga
mempengaruhi waktu reaksi dan kemampuan penilaian. Sehingga pengguna tidak dapat
bereaksi atau mengambil keputusan dengan cepat. Pelaku tidak bisa menanggapi suara dan
sinyal saat mengemudi yang meningkatkan risiko kecelakaan.
b. Jangka Panjang
Mempengaruhi pada otak utama senyawa kimia di THC Marijuana,
mempengaruhi sel-sel saraf penting di otak yang bertanggung jawab untuk kesenangan,
memori, pikiran, konsentrasi, persepsi sensorik dan waktu. Kemampuan pengguna untuk
melakukan tugas-tugas kompleks dapat dikurangi dengan menggunakan Marijuana. Pengguna
mungkin menghadapi banyak masalah mental lainnya seperti berpikir buruk, kehilangan
memori dll
Mempengaruhi paru-paru dan saluran udara Marijuana perokok lebih
cenderung memiliki masalah pernapasan dibandingkan dengan perokok tembakau.
Menyalahgunakan mungkin sering menderita batuk, pilek dada, produksi dahak dan penyakit
dada. Hal ini juga meningkatkan risiko infeksi saluran udara terhambat dan paru-paru.
Kanker asap ganja memiliki beberapa senyawa penyebab kanker. Jadi,
ganja merokok meningkatkan kemungkinan kanker paru-paru. Hal ini juga meningkatkan
risiko terkena kanker di kepala atau leher dari pengguna dalam jangka panjang.

Sistem kekebalan tubuh Sistem kekebalan dalam melindungi tubuh


manusia dari banyak penyakit. Penggunaan Ganja mempengaruhi Sistem kekebalan tubuh
pengguna. Marijuana merusak kemampuan limfosit T dalam sistem pertahanan kekebalan
tubuh paru-paru 'yang penting untuk melawan infeksi.

FARMAKOKINETIK

Tiga kanabioid utama ditemukan dalam kanabis: kanabidiol (CBD), tetrahidrokanabinol


(THC), dan kanabinol (CBN). Jalur biosintesis dimulai dengan CBD, disusun menjadi THC
dan berakhir dengan CBN. Jadi, seseorang dapat meramalkan umur tanaman ini berdasarkan
perbandingan kanbinoid didalam tanaman ini.

Banyak variasi lain dalam struktur ini dijumpai dalam kanabis, tetapi dengan perkecualian pada
THC dan homolognya, tidaka da satupun kanabis lain yang memiliki psikoaktivitas.
Kandungan THC sangat bervariasi di antara tanaman ini, sehingga turunan genetic khusus
hanya dapat menghasilkan paling banyak 4-6% THC dalam materi yang diseleksi ketat.
Kebanyakan mempunyai kandungan THC 1-2%.

Cara pemakaian yang paling disukai ialah dibuat rokok. Kelarutan THC dalam lipid sangat
tinggi menyebabkan THC mudah tertangkap pada surfaktan yang membungkus paru-paru.
Penelitian farmakokinteik menyatakan dengan cara merokok hamper sama dengan pemberian
intravena kecuali kadar plasma lebih rendah. Kanabis bisa juga digunakan peroral dalam
bentuk manisan tetapi laju absorpsinya berlangsung lambat dan bervariasi meskipun masa
kerjanya panjang.

THC dimetabolisme secara ekstensif dan metabolik baru masih selalu ditemukan. Salah satu
metabolik, 11-hidroksi-THC, sebenarnya lebih aktif dibandingkan persenyawaan induk.
Namun, jumlahnya tidak banyak dan harus dianggap aktifitas utama dari kanabis berasal dari
THC sendiri. Kelarutan dalam lipid yang tinggi menyebabkan penumpukan dalam bagian lipid
dari tubuh, dan metabolitnya mungkin dieksresikan sampai satu minggu setelah suatu dosis
tunggal.

FARMAKODINAMIK

Mekanisme kerja THC telah menjadi materi penelitian yang intensive. Ada satu penelitian yang
menunjukkan bahwa adanya reseptor yang sangat selektif untuk kanabinoid. Afinitas ikatan
antara kanabinoid dengan reseptornya berhubungan erat dengan potensi relatif dengan biologic
assay, menyatakan bahwa reseptor juga menjadi perantara efek farmakologik. Tempat
pengikatannya sangat banyak pada nuclei eferen dari ganglion basalis, subtansia nigra pars
retikulata, globus pallidus, hipokampus dan batang otak reseptor ini merupakan satu rangkain
protein G. hal ini akan menyebabkan peningkatan metabolisme di daerah yang sama di mana
tempat reseptor itu berada setalah di berikan THC. Prostaglandin mungkin juga berperan
sebagai mediator dalam aktifitas THC, tapi bagai mana hal ini trjadi belum jelas.
THC mempunyai variasi efek farmakologis seperti amfetamin, LSD, alcohol, sedatif, atropin
dan morfin jadi obat ini harus di anggap sebagai kelas yang terpisah.

Katzung Bertram G, Farmakologi Dasar dan Klinik. ed. 6th, 1998. hal 508-509.
Davison Gerald C, Psikologi Abnormal. ed. 9th, 2002. hal 513-518.

Anda mungkin juga menyukai