Anda di halaman 1dari 22

A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Kegiatan Belajar 2 & 3


AKUNTANSI PAJAK-PAJAK TAHUN BERJALAN

1. PAJAK PENGHASILAN

Pada prinsipnya PPh terhutang diakhir tahun pajak, namun dalam pelaksanaan
pemenuhan kewajiban pelunasan pajak, PPh dibayar ditahun berjalan sebelum diketahui
dengan pasti jumlah pajak terhutang tahun tersebut. Pelunasan dilakukan dengan cara
dihitung dan dibayar sendiri setiap bulan (PPh Pasal 25) dan melalui pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga (PPh Ps. 21, 22, 23, 24 dan PPh Ps. 4 (2) final).

Berapa PPh yang harus dilunasi pada tahun berjalan sedangkan jumlah pajak
yang sebenarnya belum diketahui?. Undang-undang PPh menganut stelsel campuran
antara stelsel real dan stelsel fictive, yang artinya awal tahun besarnya pajak dihitung
berdasarkan anggapan, akhir tahun disesuaikan dg yg sebenarnya. PPh pasal 25 dihitung
berdasarkan pajak terhutang tahun sebelumnya dengan anggapan bahwa PPh terhutang
diakhir tahun tidak jauh berbeda dengan PPh tahun sebelumnya. Tarif PPh potput
ditetapkan lebih kecil dari pada tarif umum pasal 17, dengan anggapan tarif tersebut telah
memperhitungkan biaya untuk memperoleh penghasilan (Deemed).

Pada akhir tahun dihitung berapa PPh terhutang yang sebenarnya, kemudian
dikurangi PPh yang telah dilunasi ditahun berjalan baik yang dilunasi sendiri maupun
yang dipotong/dipungut pihak ketiga. Jika masih kurang , segera dibayar (PPh pasal. 29),
jika ternyata lebih bayar dapat dimintakan kembali atas kelebihannya
(restitusi)

1
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

PELUNASAN PPh TERUTANG

Dibayar sendiri PPh Ps. 25

Tahun
berjalan PPh Ps. 21

Pada
PPh Ps. 22
Dipotong/dipungut Akhir tahun
Pihak ke 3 sebagai
PPh Ps. 23 Kredit pajak
Pelunasan
PPh Ps. 24(LN)
Pajak
Terutang Tidak
PPh Ps. 4 (2) Final sebagai
Kredit pajak
Akhir
Dibayar sendiri PPh Ps. 29
Tahun

Bab ini hanya membahas bagaimana membukukan PPh tahun berjalan dan PPN
tanpa membahas kembali cara penghitungan dan pemotongan/pemungutannya karena
telah dibahas secara rinci di mata pelajaran masing-masing.

PPh PASAL 25

Pelunasan PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak dimuka pada tahun berjalan
yang dilaksanakan sendiri oleh Wajib Pajak. Pada saat pembayaran belum menjadi
beban (expense) melainkan dibukukan sebagai aset pajak dibayar dimuka (prepaid tax)
karena merupakan sumber daya perusahaan yang memiliki manfaat ekonomis dimasa
depan sebagai pelunasan pajak akhir tahun.

Ilustrasi pembukuan :

Tanggal 10 November 2009, PT Mandiri melunasi PPh Ps. 25 untuk masa Oktober 2009
sebesar Rp 12.000.000

Jurnal yang dibuat :

Akun Debit( Rp) Kredit (Rp)

Pajak dibayar dimuka-PPh Ps. 25 12.000.000


Kas/Bank 12.000.000

2
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

PPh PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

PPh pemotongan pemungutan merupakan penerapan dari sistem perpajakan


withholding system, yaitu pajak yang dibayar seseorang atau badan, dipotong dan
dipungut Pajak Penghasilan pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga mempunyai
kewajiban :
1. Memotong atau memungut pajak dari penerima penghasilan
2. Menyetorkan pajak tersebut ke kas negara lewat bank persepsi/kantor pos
3. Melaporkan pemotongan/pemungutan pajaknya ke KPP dimana Wajib Pajak pihak
ketiga tersebut terdaftar
PPh yang atas penyetoran dan pelaporannya yang dilakukan oleh pihak lain
diklasifikasikan menjadi tujuh jenis pajak yaitu sebagai berikut :
1. PPh Pasal 21
Merupakan PPh yang terkait dengan penghasilan dari pekerjaan, jasa, kegiatan
(active income) yang dilakukan oleh orang pribadi dalam negeri baik yang bersifat
sebagai karyawan tetap atau bukan karyawan tetap.
2. PPh Pasal 22
Penerapan dari PPh Pasal 22 adalah tergantung kepada pemungut pajak, karena
tidak setiap Wajib Pajak dapat memungut PPh Pasal 22. Pemungut PPh Pasal 22
ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Direktur Jenderal
pajak.
3. PPh Pasal 23
Merupakan pajak yang terkait dengan penghasilan dari pemanfaatan modal/aktiva
(passive income) dan pemanfaatan jasa (active income) yang diterima/diperoleh
subyek pajak dalam negeri.
4. PPh Pasal 26
Merupakan pajak yang terkait dengan penerima pengasilan yang berasal dari subyek
pajak luar negeri baik berasal dari active maupun passive income.
5. PPh Pasal 4 ayat (2)
Merupakan pajak yang bersifat Final (khusus) atas obyek-obyek pajak tertentu, jenis
penghasilan yang dikenakan PPh ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

MEMBUKUKAN PPh POTPUT

Pihak yang dipotong/dipungut


Pihak yang dipotong atau dipungut PPhnya adalah pihak yang memperoleh
penghasilan atau berpotensi memperoleh penghasilan. PPh yang dipotong atau dipungut

3
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

pihak ketiga apabila tidak bersifat final merupakan pembayaran pajak dimuka (prepaid
tax) karena pada akhir tahun akan dikreditkan terhadap pajak terhutang. Apabila PPh
yang dipotong/ dipungut bersifat final maka merupakan beban pajak tahun yang
bersangkutan atau Beban Pajak Kini (Current Tax Expenses) karena tidak lagi
diperhitungkan/dikreditkan diakhir tahun.

Pihak Pemotong/Pemungut :
Pihak pemotong adalah pihak yang memberikan penghasilan. Pemotongan atau
pemungutan pajak mengakibatkan timbulnya hutang kepada kas Negara yang harus
dilunasi dimasa depan. Dengan demikian pajak pihak ketiga yang dipotong/dipungut
dibukukan sebagai Hutang Pajak, baik PPh yang pengenaanya tidak bersifat final maupun
final.

Pihak Pemotong/ Pihak yang


Sifat Pengenaan Pajak Pemungut dipotong/Dipungut
Tidak Final Dibukukan sebagai Dibukukan sebagai
Hutang Pajak (K) Pajak Dibayar Dimuka(D)
Final Dibukukan sebagai Dibukukan sebagai
Hutang Pajak (K) Beban Pajak Kini
(Current Tax Exp) (D)

PPh PASAL 21
Contoh 1
PT Enjoy melakukan pembayaran gaji kepada pegawai tetapnya sbb :
- Gaji Pokok = Rp 165.000.000
- Iuran Dana Pensiun (yg mendapat pengesahan Menkeu)
yang dibayar pegawai = Rp 2.500.000
- PPh yang dipotong = Rp 1.750.000
Ayat jurnal yang disusun :

Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

B. Gaji 165.000.000
Hutang Iuran Pensiun 2.500.000
Hutang PPh Ps. 21 1.750.000
Kas/Bank 160.750.000

4
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Ayat Jurnal pada saat pembayaran ke dana pensiun & penyetoran pajak :

Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Hutang Iuran Pensiun 2.500.000
Hutang PPh Ps. 21 1.750.000
Kas/Bank 4.250.000

Contoh 2 :
PT Oke Jaya melakukan pembayaran gaji kepada pegawai tetapnya sbb :
- Gaji Pokok = Rp 200.000.000
- Tunjangan Transport = Rp 20.000.000
- Tunjangan Makan = Rp 20.000.000
Jumlah = Rp 240.000.000

Premi asuransi Jamsostek yang dibayar PT Oke Jaya


- Premi Asuransi Kecelakaan Kerja = Rp 480.000
- Premi Asuransi Kematian = Rp 600.000
Iuran Dana Pensiun (yg mendapat pengesahan Menkeu)
- Iuran JHT = Rp 8.880.000 dibayar pegawai Rp 4.000.000
- Iuran Pensiun = Rp 5.000.000 dibayar pegawai Rp 2.500.000
PPh yang dipotong oleh PT Oke Jaya = 6.275.000

Ayat jurnal :

Akun Debit (Rp) Kredit(Rp)

B. Gaji 240.000.000
B. Astek 1.080.000
B. THT & Pensiun 7.380.000
Hutang Astek 1.080.000
Hutang Iuran Pensiun/THT 13.880.000
Hutang PPh Ps. 21 6.275.000
Kas/Bank 227.225.000

5
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Jika PPh Ps. 21 ditanggung oleh PT Oke Jaya

Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

B. Gaji 240.000.000
B. Astek 1.080.000
B. THT & Pensiun 7.380.000
B. Pajak 6.275.000
Hutang Astek 1.080.000
Hutang Iuran Pensiun/THT 13.880.000
Hutang PPh Ps. 21 6.275.000
Kas/Bank 233.500.000

Jika PPh Ps. 21 diberikan dalam bentuk Tunjangan Pajak

Akun Debit (Rp) Kredit(Rp)

B. Gaji 246.275.000
B. Astek 1.080.000
B. THT & Pensiun 7.380.000
Hutang Astek 1.080.000
Hutang Iuran Pensiun/THT 13.880.000
Hutang PPh Ps. 21 6.275.000
Kas/Bank 233.500.000

PPh PASAL 22

Contoh 1
Penjualan Barang Ke Bendaharawan Pemerintah
PT OKE menjual beras ke Pemda Jakarta Timur Senilai Rp 100.000.000. PPh Ps. 22
yang dipungut Bendaharawan = Rp 100.000.000 x 1,5%= Rp 1.500.000 (tidak final)
Ayat jurnal yang disusun :

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)

Piutang Dagang 98.500.000


Piutang Pajak -PPh Ps. 22 1.500.000
Penjualan 100.000.000

Contoh 2
Impor
PT. Amanah mengimpor bahan baku dengan nilai impor CIF 10.000. Bahan baku
dibebaskan dari PPN, perusahaan menggunakan API pada waktu impor.
PPh pasal 22 impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar 2,5%. Bea Masuk
2,5% . Kurs tengah BI 1US$ = Rp 9.500 Kurs KMK = 9.300
Perhitungan nilai persediaan dan PPh Ps. 22 yang dipungut :

6
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Ket US$ Kurs Rp


CIF 10.000 9.500 95.000.000
BM 250 9.300 2.325.000
N. Persediaan 10.250 97.325.000
PPh Ps. 22 256 9.300 2.383.125

Ayat jurnal yang disusun :

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)

Persediaan Bahan Baku 97.325.000


Pajak Dibayar Dimuka-PPh Ps. 22 2.383.125
Kas/Bank 4.708.125
Hutang Impor 95.000.000

PPh PASAL 23

PT. Delima (Pengusaha Kena Pajak/PKP) melakukan pembayaran atas jasa reparasi
mesin kepada PT. Apel Teknik (PKP) Rp10.000.000 (belum termasuk PPN). PT. Delima
akan memotong PPh pasal 23 sebesar 2% x jumlah bruto (dasar pengenaan pajak), yaitu
2% x Rp 10.000.000 = Rp 200.000 dan PT Apel Teknik akan memungut PPN sebesar
10% x Rp 10.000.000 = Rp 1.000.000
Ayat Jurnal yang disusun PT Delima :

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)


B. perbaikan 10.000.000
PPN Masukan 1.000.000
Hutang Pajak-PPh Ps. 23 200.000
Kas/Bank 10.800.000

Ayat Jurnal yang disusun PT Apel Teknik :

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)

Kas/Bank 10.800.000
Pajak dibayar dimuka-PPh Ps. 23 200.000
Penjualan 10.000.000
Pajak Keluaran 1.000.000

PPh PASAL 26
Pada bulan Januari 08 PT Glodok memanfaat Jasa perbaikan jaringan IT dari Comp Inc
asal Australia, nilai penggantian jasa = US$ 50.000, Kurs menteri keuangan = 9.000
Kurs tengah BI = 9.200
Penghitungan Beban Jasa dan PPh yang dipotong :

7
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Ket US$ Kurs Rp


B. Jasa 50.000 9.200 460.000.000
PPh Ps. 26 = 20% 10.000 9.000 90.000.000
Terutang ke Comp Inc 40.000 370.000.000
PPN =10% 5.000 9.000 45.000.000

Ayat jurnal yang dibuat PT Glodok

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


Jan 08 Biaya perbaikan 460.000.000
Pajak Masukan 45.000.000
Hutang PPh Ps. 26 90.000.000
Hutang usaha 370.000.000
Hutang pajak-PPN JLN 45.000.000

Apabila Comp Inc. Mensyaratkan US$ 50.000 adalah nilai neto yang diterima setelah
dipotong pajak. Maka PT Glodok dapat melakukan 2 alternatif pilihan sbb :
1. Menanggung PPh Pasal 26 yang seharusnya dipotong dari penghasilan Comp Inc.
Dengan konsekwensi PPh Ps. 26 tidak dapat dibebankan secara fiskal.
2. Melakukan metode Gross Up supaya PPh Ps. 26 dapat dibebankan.

1. Menanggung PPh Ps. 26


Ayat jurnal yang disusun PT Glodok :

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


Jan 08 Beban perbaikan 460.000.000
Pajak Masukan 45.000.000
Beban Pajak-Ps. 26 90.000.000
Hutang Usaha 460.000.000
Hutang pajak-PPN JLN 45.000.000
Hutang pajak-PPh Ps. 26 90.000.000

Pada akhir tahun PT Glodok melakukan koreksi fiskal atas beban pajak.
Rekonsiliasi fiskal :

Akun Komersial Koreksi + Koreksi - Fiskal


B. Perbaikan 460.000.000 460.000.000
B. Pajak-Ps. 26 90.000.000 90.000.000 0
8
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

2. Melakukan Metode Gross-Up

Gross up biaya = $ 50.000 X 100/80 = US$ 62.500


PPh Ps. 26 (20%) = US$ 12.500
Yang akan dibayar = US$ 50.000

Ket US$ Kurs Rp


B. Jasa 62.500 9.200 575.000.000
PPh Ps. 26 = 20% 12.500 9.000 112.500.000
Terutang ke Comp Inc 50.000 462.500.000
PPN =10% 6.250 9.000 56.250.000

Ayat jurnal yang disusun :

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


Jan 08 Beban perbaikan 575.000.000
Pajak Masukan 56.250.000
Hutang Usaha 462.500.000
Hutang pajak-PPN JLN 56.250.000
Hutang pajak-PPh Ps. 26 112.500.000
PPh PASAL 4 AYAT (2) FINAL
Contoh :
PT. Makin Maju melakukan pembayaran sewa gedung kepada PT Semoga Maju sebesar
Rp 50. 000.000. PPh final sebear 10%

Jurnal yang disusun PT Makin Maju :

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)


Beban Sewa 50.000.000
Pajak Masukan 5.000.000
Hutang Pajak-PPh Ps. 4 (2) 5.000.000
Kas/Bank 50.000.000

Jurnal yang disusun PT Semoga Maju

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)

Kas/Bank 50.000.000
B. Pajak Kini-PPh Final 5.000.000
Pendapatan Sewa 50.000.000
Pajak Keluaran 5.000.000

9
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

2. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (P P N)

MEKANISME PELAPORAN PPN

Pengusaha Kena Pajak setiap bulan wajib menghitung jumlah pajak yang terutang
dalam satu masa pajak yang jangka waktunya sama dengan satu bulan takwim. Dalam
mekanisme penghitungannya Wajib Pajak tidak langsung membayar PPN yang telah
dipungut, melainkan memperhitungkan lebih dahulu antara pajak keluaran yang telah
dipungut dan pajak masukan yang telah dibayar. Apabila jumlah pajak keluaran lebih
besar dari pajak masukan, maka selisihnya wajib disetor ke kas negara. Sebaliknya
apabila jumlah pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, maka wajib pajak berhak
meminta kembalian atas kelebihan pembayaran tersebut atu dikompensasi ke masa
berikutnya.
Yang dimaksud pajak keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP
yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP berwujut, ekspor BKP
tidak berwujut dan/atau ekspor JKP. Sedangkan yang dimaksud pajak masukan adalah
PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau
perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP tidak berwujut dari luar pabean dan/atau
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan/atau impor BKP.
Perhitungan Pajak Keluaran dan Pajak masukan dilaporkan dalam SPT masa PPN
paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan kekurangan
bayar disetor paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan
sebelum SPT Masa PPN disampaikan.

MEMBUKUKAN PPN

Pihak yang memungut PPN

Secara umum pihak yang memungut PPN adalah PKP yang menyerahkan BKP
dan/atau BKP tidak berwujut dan/atau JKP. Pada saat melakukan penyerahan kena pajak,
PKP wajib memungut PPN dari pihak yang memperoleh BKP dan/atau memanfaatkan
BKP tidak berwujut dan/atau JKP. Pemungutan PPN ini mengakibatkan timbulnya
kewajiban berupa hutang kepada kas negara yang wajib dilunasi dimasa datang. Dengan
demikian pajak keluaran dicatat sebagai kewajiban lancar.

Pihak yang dipungut PPN


Pihak yang dipungut adalah pihak yang memperoleh BKP dan/atau memanfaatkan
BKP tidak berwujut dan/atau JKP. PPN yang dibayar kepada PKP yang memungut PPN
apabila faktur pajaknya dapat dikreditkan dicatat sebagai piutang pajak (Pajak masukan)
10
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

karena akan diperhitungkan diakhir bulan. Apabila faktur pajaknya tidak dapat dikreditkan
maka pengeluaran pembayaran PPN diperlakukan sebagai biaya. Biaya ini dibebankan
sebagai beban tahun berjalan jika pengeluarannya mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari satu tahun atau dikapitalisasi kedalam nilai perolehan harta jika pengeluarannya
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Akuntansi PPN
Pihak Pemungut Pihak Yang Dipungut
(Yg menyerahkan BKP/JKP) (Yg menerima BKP/JKP)

PPN dapat Dicatat sebagai kewajiban Dicatat sebagai Piutang


dikreditkan (Pajak Keluaran) (Pajak Masukan)

PPN Dibebankan sebagai biaya


Dicatat sebagai kewajiban
tidak Dapat Atau
(Pajak Keluaran)
dikreditkan Dikapitalisir ke nilai Aset

Mengurangi/debet Mengurangi/kredit
Retur
Kewajiban (Pajak Keluaran) Piutang (Pajak Masukan)

Pembelian dan Penjualan Tunai

PT XYZ distributor bahan kimia


14-01-08 Membeli barang dagangan secara kas
Kuantitas pembelian = 10.000 kg
Harga BKP = Rp 20.000/kg
Potongan Tunai = 10 %

Unit Harga /unit Total


Pembelian 10,000 kg 20,000 200,000,000
Discount 10% 2,000 20,000,000
DPP 18,000 180,000,000
PPN 18.000.000
Bayar 198.000.000

Jurnal :

Tgl Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

11
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

14-01-08 Persediaan 180.000.000


Pajak Masukan 18.000.000
Kas 198.000.000

22-01-08 Menjual secara kas


Kuantitas = 950 kg
Harga Jual = Rp 24.000/kg
Bonus = 50 kg
Potongan tunai = 5%

Penjualan Tgl 22-01-08


Kuantitas Harga/kg Total Harga
Harga Jual 950 24,000 22,800,000
Potongan Tunai 5% 1,140,000
DPP 21,660,000
PPN 10% 2,166,000
Bonus (cuma-cuma) 50 18,000 900,000
PPN atas Bonus 90,000
Kas diterima 23,916,000
HPP 950 18,000 17,100,000

Jurnal :

Jurnal

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


22-01-08 Kas 23,916,000
Penjualan 21,660,000
Pajak Keluaran 2,256,000
HPP 17,100,000
B. Promosi 900,000
Persediaan 18,000,000

Penjualan dan pembelian secara kredit

PT XYZ menjual kepada PT ABC


24-01-08 Kuantitas penjualan = 2.000 kg
Harga BKP = Rp 24.000/kg
Barang dikirim beserta invoice & Faktur Pajak

12
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

21-02-08 Diterima pembayaran dari PT ABC

Harga jual = 2.000 kg X Rp 24.000 = Rp 48.000.000


PPN = 10% X Rp 48.000.000 = Rp 4.800.000
Jumlah pembayaran = Rp 52.800.000

Jurnal PT XYZ

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


24-01-08 Piutang usaha 52,800,000
Penjualan 48,000,000
Pajak Keluaran 4,800,000
HPP 36,000,000
Persediaan - 36,000,000

21-02-08 Kas /Bank 52,800,000


Piutang Usaha 52,800,000

Jurnal PT ABC

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


24-01-08 Persediaan 48,000,000
Pajak Masukan 4,800,000
Hutang Usaha 52,800,000
HPP 36,000,000
Persediaan - 36,000,000
21-02-08 Hutang Usaha 52,800,000
Kas/Bank 52,800,000

Penjualan/Pembelian dengan uang muka.

PT XYZ menjual kepada PT DEF 2000 kg @ Rp 24.000 = Rp 48.000.0000


13
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

25-04-10 = Diterima uang muka Rp 11.000.000 (termasuk PPN)


30-04-10 = Barang dikirim beserta invoice
12-05-10 = Diterima sisa pelunasan

Saat menerima uang muka


Tgl 25-04-10, PT XYZ harus menerbitkan FP untuk uang muka
Uang diterima = Rp 11.000.000
DPP = 100/110 X Rp 11.000.000 = Rp 10.000.000
PPN = 10% X 10.000.000 = Rp 1.000.000

Jurnal PT XYZ

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


25-04-10 Kas 11.000.000
Pajak Keluaran 1.000.000
Uang muka penjualan 10.000.000

Jurnal PT DEF

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


25-04-10 Uang muka pembelian 10.000.000
Pajak masukan 1.000.000
Kas/Bank 11.000.000

Saat pengiriman barang, Faktur Pajak diterbitkan atas sisa harga jual uang muka :

DPP PPN Total

Harga Jual 48,000,000 4,800,000 52,800,000

Uang muka 10,000,000 1,000,000 11,000,000

Piutang 38,000,000 3,800,000 41,800,000

Jurnal PT XYZ

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


30-04-10 Piutang usaha 41.800.000
Uang muka penjualan 10.000.000
Penjualan 48.000.000
Pajak Keluaran 3.800.000
HPP 36.000.000
Persediaan 36.000.000

14
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Jurnal PT DEF

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


30-04-10 Persediaan 48.000.000
Pajak Masukan 3.800.000
Uang muka pembelian 10.000.000
Hutang usaha 41.800.000

Saat diterima pelunasan :

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


12-05-10 Kas 41.800.000
Piutang usaha 41.800.000

Jurnal PT DEF :

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


12-05-10 Utang usaha 41.800.000
Kas/Bank 41.800.000

Impor
PT. Amanah mengimpor bahan baku dengan nilai impor CIF 10.000, perusahaan
menggunakan API pada waktu impor.
PPh pasal 22 impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar 2,5%. Bea Masuk
2,5% . Kurs tengah BI 1US$ = Rp 9.500 Kurs KMK = 9.300
Ket US$ Kurs Rp
CIF 10.000 9.500 95.000.000
BM 250 9.300 2.325.000
N. Persediaan 10.250 97.325.000
PPh Ps. 22 256 9.300 2.383.125
PPN Impor 1.025 9.300 9.532.500

Jurnal :

Akun Debit(Rp) Kredit (Rp)

Persediaan Bahan Baku 97.325.000


Pajak Dibayar Dimuka-PPh Ps. 22 2.383.125
Pajak Masukan-PPN Impor 9.532.500
Kas/Bank 14.240.625
Hutang Impor 95.000.000

15
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Dari Luar Daerah Pabean

Jan 08, PT Glodok memanfaat Jasa perbaikan jaringan IT dari Comp Inc asal Australia
Nilai penggantian jasa = US$ 50.000.
Kurs menteri keuangan = 9.000
Kurs tengah BI = 9.200
WP menggunakan kurs tengah BI dalam pembukuan valas
DPP = 50.000 X 9000 = Rp 450.000.000
PPN = 10% = Rp 45.000.000
PPh Ps. 26 = 20% = Rp 90.000.000
Biaya Jasa = US$ 50.000 X 9.200 = Rp 460.000.000
PPh Ps. 26 = US$ 10.000 X 9000 = (Rp 90.000.000)
Hutang ke Comp Inc= U$ 40.000 = Rp 370.000.000
Jurnal :

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


Jan 08 Biaya perbaikan 460.000.000
Pajak Masukan 45.000.000
Hutang PPh Ps. 26 90.000.000
Hutang usaha 370.000.000
Hutang pajak- PPN JLN 45.000.000
PPN atas Pemanfaatan JKP Dari Luar Daerah Pabean
Jan 08 PT Glodok memanfaat Jasa perbaikan jaringan IT dari Comp Inc asal Australia
Nilai penggantian jasa = US$ 50.000.
Kurs menteri keuangan = 9.000
Kurs tengah BI = 9.200
WP menggunakan kurs tengah BI dalam pembukuan valas

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


Jan 08 Biaya perbaikan 460.000.000
Pajak Masukan 45.000.000
Hutang PPh Ps. 26 90.000.000
Hutang usaha 370.000.000
Hutang pajak- PPN JLN 45.000.000

16
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

PPN atas Pemakaian Sendiri BKP dan/atau JKP

Pemakaiaan sendiri BKP dan/atau JKP dibedakan mejadi dua tujuan :


1. Pemakaiaan untuk Tujuan Produktif :
Pemakaian BKP dan atau JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan
produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan.
Pemakaian untuk tujuan produktif belum merupakan penyerahan BKP dan atau
JKP sehingga tidak terutang PPN dan PPnBM
2. Pemakaiaan sendiri untuk tujuan konsumtif
Pemakaian BKP dan atau JKP selain produktif, pemakaian sendiri BKP dan/atau
JKP terutang PPN.
Contoh :
Pemakian Sendiri untuk tujuan produktif
PT Top Gun produsen oli sintetis menggunakan oli produksi nya sendiri untuk mesin
pabriknya senilai (HPP) Rp 10.000.000
Jurnal PT Top Gun :
B. Overhead pabrik - Beban Oli Rp 10.000.000
Persediaan barang jadi Rp 10.000.000

Pemakian Sendiri untuk tujuan konsumtif


PT Top Gun menggunakan oli produksi nya sendiri untuk kendaraan dinas direksi dan
karyawan senilai (HPP) Rp 5.000.000.
Jurnal PT Top Gun
B. Kendaraan- Oli Rp 5.500.000
Persediaan barang jadi Rp 5.000.000
Pajak Keluaran Rp 500.000

Nota Retur
15-06-10 PT XYZ menerima kembali 200 kg barang yang telah telah dijual ke PT Ceger
20-06-10 Nota Retur diterima dari PT Ceger
Saat barang diterima

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


15-06-10 Retur Penjualan 4.800.000
Kas/Bank 4.800.000
Persediaan 3.600.000
HPP 3.600.000

17
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Saat Nota Retur diterima :

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


20-06-10 Pajak Keluaran 480.000
Kas/Bank 480.000

Pajak Masukan Tidak Dapat Dikreditkan

01-04-10 Dibeli kendaraan sedan untuk direktur


Harga mobil = Rp 200.000.000
PPN = Rp 20.000.000
Bea Balik Nama = Rp 40.000.000
Kas dibayar = Rp 260.000.000
10-04-10 Dibayar b. perbaikan rumah direksi Rp 50.000.000,- PPN Rp 5.000.000

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


01-04-10 Aset Tetap-sedan 260.000.000
Kas/Bank 260.000.000

10-04-10 B. Perbaikan 55.000.000


Kas/Bank 55.000.000
Akuntansi PPN Pada Akhir Masa

SPT Masa PPN Kurang Bayar

Uraiaan Jan
PPN Keluaran 20.000,000
Kredit pajak :
- PPN-Masukan 18,000,000
- Kompensasi masa sebelumnya -
Kurang (Lebih) bayar 2.000.000

Posisi normal Akun Pajak Keluaran adalah saldo kredit, dan pajak masukan adalah saldo
debet, Saldo-saldo ini adalah akumulasi setiap masa (bulan), sehingga pada akhir masa
harus ditutup agar awal masa saldo kembali menjadi nol.

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


31-01-10 Pajak Keluaran 20.000.000
Pajak Masukan 18.000.000
Hutang PPN 2.000.000

18
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Saat Pelunasan

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


28-02-10 Hutang PPN 2.000.000
Kas/Bank 2.000.000

SPT Masa Lebih Bayar

Uraiaan Nov Des


PPN Keluaran 5,422,000 11,000,000
Kredit pajak :
- PPN-Masukan 18,000,000 -
- Kompensasi masa sebelumnya - 12,578,000
Kurang (Lebih) bayar (12,578,000) (1,578,000)
Dikompensasi ke masa berikutnya 12,578,000
Direstitusi 1,578,000

Lebih bayar dikompensasi :


Apa bila lebih bayar dikompensasi ke masa berikutnya, saldo Pajak masukan tidak ditutup
melainkan dikredit hanya sebatas jumlah saldo pajak keluaran. Dengan demikian pada
awal masa berikut masih terdapat saldo pajak masukan sebesar lebih bayar yang
dikompensasi.

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


30-11-10 Pajak Keluaran 5.422.000
Pajak Masukan 5.422.000

Lebih bayar direstitusi :


Apabila lebih bayar diminta kembali (direstitusi), maka saldo pajak keluaran dan pajak
masukan ditutup seluruhnya. Selisih pajak masukan dengan pajak keluran menimbulkan
piutang PPN kepada Kas Negara

Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)


31-12-10 Pajak Keluaran 11.000.000
Piutang restitusi 1.578.000
Pajak Masukan 12.578.000

19
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

LATIHAN

Soal 1
PT Jakarta IT pada tanggal 4 Agustus 2008 mengimpor server dari Amerika dengan perician sbb:
Harga dalam invoice dan Pemberitahuan Impor Barang
(PIB)
Cost US$ 300.000
Insurance US$ 5.000
Freight US$ 10.000
Atas impor tersebut dikenakan Bea Masuk dengan tarif 2,5%, Kurs Tengah BI untuk 1 US$ = Rp
9.500, Kurs Menter Keuangan = Rp 9.400

PT Jakarta IT telah mempunyai Angka Pengenal Impor (API) PPh P. 22 yg dipungut 2,5%
Bea masuk, PPN dan PPh Ps. 22, telah dibayar pada saat impor, sedangkan nilai invoice masih
terutang
Pertanyaan :
Berapa nilai perolehan server secara fiskal
Buat ayat jurnal atas perolehan dan pemotongan/pemungutan pajak2 terkait

Soal 2
No Uraian Nop 08 Des 09
A Pajak Keluaran 175.000.000 180.000.000
B Pajak Masukan yg Dapat Diperhitungkan
1 Pajak Masukan DN 100.000.000 190.000.000
2 Kompensasi masa sebelumnya 100.000.000 25.000.000
Jumlah 200.000.000 215.000.000
3 Kurang (Lebih) Bayar (25.000.000) (35.000.000)
Dikompensasi kemasa berikutnya 25.000.000
Direstitusi 35.000.000
Pada bulan Juni 09, SPT Masa Des telah selesai diperiksa, hasil pemeriksaan Pajak Masukan
Dikoreksi sebesar Rp 50.000.000
Pertanyaan
Buat jurnal akhir Nop, Des dan setelah pemeriksaan

Soal 3
PT Roda Laju adalah sebuah distributor ban mobil, terdapat transaksi sbb
20-Jun-10 Menjual kepada PT Ban Jaya 50 unit ban sedan dan memberikan bonus
sebanyak 10 ban. Harga jual Rp 800.000 perunit dan harga pokok Rp
600.000 perunit
23-Jun-10 Memberikan sumbangan ke posko SAR bencana alam 12 unit ban truk yang
harga jualnya Rp 2.500.000 perunit dan HPPnya Rp 2.000.000 perunit
25-Jun-10 Mengeluarkan dari gudang persediaan 8 unit ban sedan untuk mengganti ban
mobil direkturnya dan 10 unit ban truk untuk mengganti ban truk yang
digunakan untuk usaha. Harga jual ban sedan Rp 800,000/unit, Truk Rp
2,500,000. Harga Pokok Ban sedan Rp 600,000/unit & Truk Rp
2,000,000/unit .
Pertanyaan
Buat jurnal atas transaksi di atas

20
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Soal 4
PT Nusantara (Pengusaha Kena Pajak) merupakan perusahaan perdagangan.
Transaksi yang dilakukan selama bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut:
Tanggal Kejadian/Transaksi
1 Oktober Membayar gaji dan tunjangan kepada pegawainya sebagai berikut:
- Gaji dan tunjangan Rp 50 juta
- Premi asuransi kecelakaan kerja dan kematian ditanggung oleh PT Alih Pro Rp
2 juta
- Iuran JHT/IHT ditanggung oleh PT Alih Pro Rp 2,5 juta
- PPh yang dipotong dari karyawan Rp 3 juta
3 Oktober menjual persediaan barang dagangan (BKP) secara kredit kepada CV Marga
seharga Rp150 juta. Harga pokok persediaan tersebut adalah Rp120 juta
5 Oktober membeli persediaan barang dagangan (BKP) secara kredit dari PT Astina (PKP)
seharga Rp 60 juta.
6 Oktober menerima retur atas penjualan barang dagangan kepada CV Marga seharga
Rp50.000.000
8 Oktober membayar utang dagang kepada PT Astina atas pembelian tanggal 5 Oktober dan
mendapatkan cash discount 2%
9 Oktober membayar honor konsultan pajak sebesar Rp20 juta kepada Firma Prima Tax
(PKP)
11 Oktober menyewa tiga unit mobil dari PT Indorent (PKP) untuk lima hari dengan sewa
sebesar Rp7.500.000 dibayar tunai.
12 Oktober menjual barang dagangan (BKP) kepada Pemda Kota Tangerang dan
menyampaikan tagihan serta faktur pajak. Harga penjualan Rp80 juta, dan
diberikan rabat 5%. Harga pokok persediaan tersebut adalah Rp50 juta.
19 Oktober menerima pembayaran dari bendahara Pemda Kota Tangerang
20 Oktober membayar royalti sebesar $5,000 kepada Five Star, Ltd, sebuah perusahaan yang
bertempat kedudukan di Negara X, atas pemakaian merk dagang. Kurs tengah Bank
Indonesia $1= Rp11.200, dan kurs Menteri Keuangan $1 = Rp11.000
21 Oktober menjual secara tunai truk bekas seharga Rp80 juta. Truk tersebut diperoleh pada
tanggal 5 Mei 2006 dengan harga perolehan Rp180 juta, dan nilai buku pada saat
dijual adalah Rp25 juta. Pajak masukan atas pembelian truk tersebut sudah
dikreditkan pada Mei 2006.
22 Oktober mengimpor barang dagangan dengan nilai CIF USD 5.000., perusahaan
menggunakan API pada waktu impor. PPh pasal 22 impor yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar 2,5%. Bea Masuk 2,5% . Kurs tengah BI
1US$ = Rp 11.500 Kurs KMK = 11.300
24 Oktober Membayar sewa toko untuk dua tahun sebesar Rp 45 juta
26 Oktober Menjual barang dagangan (BKP) kepada PT Barikat, sebuah perusahaan di
kawasan berikat seharga Rp 35 juta
28 Oktober Menjual barang dagangan (BKP) kepada PT Purnama seharga Rp 80 juta dan
memberikan bonus berupa barang dagangan yang nilai jualnya Rp 8 juta dan HPP
nya Rp 5 juta.
29 Oktober Membeli tempat tidur untuk mess karyawan dari CV Kayu (PKP) dengan harga Rp
10 Juta
30 Oktober Memberikan sample barang dagangan pada event turnamen bulu tangkis, harga
hual sample tersebut Rp 15 juta dan HPP Rp 13 juta

10 November menyetor utang PPN atas pemanfaatan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, utang PPh yang telah dipotong oleh PT Alih Pro ke kas negara
29 November menyetor PPN kurang bayar berdasarkan SPT Masa PPN bulan Oktober ke kas
negara
21
A Sultony\STAN\Akuntansi Pajak

Keterangan :
- Harga-harga di atas tidak termasuk PPN, kecuali disebut lain.
- PT Nusantara menggunakan system perpetual dalam pencatatan persediaanya
Tugas: Buatlah ayat-ayat jurnal atas transaksi di atas.

22

Anda mungkin juga menyukai