Anda di halaman 1dari 19

PROSES PEMBUATAN PULP NON-KONVENSIONAL DENGAN METODE FORMACELL

(Laporan Praktikum Teknologi Pulp Dan Kertas)

Oleh:

Hasin Ashidiqi

1314051019

Kelompok 1

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2016
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri pulp di Indonesia berjalan dengan cepat, tetapi hal tersebut tidak
diimbangi dengan pasokan bahan baku yang memadai. Saat ini, sebagian besar industri tersebut
berjalan pada kapasitas terpasangnya bahan baku dari hutan alam yang semakin menipis dan
mahal. Fakta tersebut diperkuat oleh pernyataan Lestari (2010) berdasarkan data statistik
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia 2009 yang mencatat bahwa laju kerusakan hutan
Indonesia mencapai 1,08 ha/tahun. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu ada
upaya konversi bahan baku kayu dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu berlignoselulosa
sebagai substitusinya.

Jerami merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulping yang
mudah di dapatkan dan merupakan energi yang terbarukan. Juga jerami dapat langsung
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Penggunaan jerami sebagai bahan baku kertas
dapat digunakan setelah masa panen padi yaitu sekitar 2 bulan. Berbeda dengan kayu yang masa
pertumbuhannya sampai tahunan, juga jika menggunakan bahan baku kayu maka akan
menyebabkan berbagai kerugian antara lain bencana alam (Macklin, 2009).

Jerami Padi adalah limbah yang dihasilkan dari makanan kita sehari-hari beras. Beras adalah
makanan pokok orang Asia khususnya Indonesia. Setidaknya Indonesia bisa mengonsumsi beras
sebesar 27 juta ton pertahun. Bisa dibayangkan berapa banyak jerami padi yang dihasilkan untuk
memproduksi beras sebesar itu. Hal ini membuktikan bahwa jerami padi sangatlah melimpah di
negeri kita tercinta. Lalu bagaimana dengan pemanfaatannya jerami padi itu. Limbah ini selama
ini hanya digunakan secara tradisional sebagai pakan ternak, abu cuci piring dan juga lainnya.
Dari hal ini maka nilai ekonomis dari jerami padi belum begitu di maksimalkan. Lalu bagaimana
cara memaksimalkannya?. kalaulah kita seorang Teknik maka jawabannya bermacam-macam .
Bisa sebagai biogas ataupun untuk bahan baku pembuatan pulp. Namun ternyata selain jerami
padi di Indonesia ampas tebu juga sangat berlimbah. kebutuhan gula nasional adalah 5,7 juta ton.
karena gula itu hasil dari sekitar 10% tanaman tebu maka tidak kurang dari 51 juta ton ampas
tebu juga diproduksi dari tanaman tebu pertahun. Ini berarti ampas tebu (bagase) adalah limbah
organik yang cukup prospektif untuk dijadikan bahan lebih berguna seperti pulp. Jadi tulisan kali
ini kita akan membahas pembuatan pulp dari jerami padi dan ampas tebu untuk meningkatkan
manfaat dan nilai ekonomis dari kedua limbah itu.

Perkembangan pendidikan dunia yang semakin meningkat, akan berbanding lurus dengan
konsusmsi kertas dunia. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. Dengan demikian inilah yang menjadi latar belakang
penulis melakukan praktikum yang berjudul Pembuatan Kertas dari Jerami Secara Proses Basa.

1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.Jerami Padi (Oriza sativa)

Jerami adalah bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, tangkai malai). Ketiga unsur ini
relatif kuat karena mengandung unsur silika, dan selulosa yang tinggi serta pelapukan yang
memerlukan waktu yang relatif lama. Pada waktu tanaman dipanen, jerami adalah bagian
tanaman yang tidak dipungut. Bobot jerami padi merupakan fungsi dari (a) rejim air, (b) varietas,
nisbah/ gabah jerami, ( c ) cara budidaya, (d) kesuburan tanah, dan (e) musim, iklim, dan tinggi
tempat (Makarim, 2007).

2. Asam Formiat

Asam formiat atau asam metanoat yang juga dikenal sebagai asam semut adalah senyawa
organik yang mengandung gugus karboksil (-CO2H) dan merupakan bagian dari senyawa asam
karboksilat. Asam formiat ini pertama kali diperoleh oleh ahli kimia pada abad pertengahan
melalui proses penyulingan semut merah dengan rumus molekul HCOOH. Sifat dari asam
formiat ini adalah mudah terbakar, tidak berwarna, berbau tajam/menusuk dan mempunyai sifat
korosif yang cukup tinggi. Asam formiat ini mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organik,
tetapi sedikit larut dalam benzene, karbon tetraklorida dan toluene, serta tidak larut dalam dalam
karbon alifatik. Asam formiat mempunyai bobot molekul 46,03 g/mol dan merupakan asam
paling kuat dari deretan gugus asam karboksilat serta berfungsi sebagai reduktor. Asam formiat
dalam keadaan murninya mempunyai titik leleh 8oC, titik didih 101oC, dan rapatan sebesar 1,2
g/ml pada suhu 20oC, secara ideal struktur karbonil senyawa asam formiat mencerminkan ikatan
hydrogen yang kuat antara molekul-molekul asam karboksilat (kira-kira 10 kkal/mol untuk 2
ikatan hydrogen), maka asam karboksilat ini sering dijumpai dalam bentuk dimer asam
karboksilat / bahkan dalam fasa uap (Fesenden & Fesenden, 1995).

1.3 Asam Asetat


Asam asetat, juga dikenal sebagai asam etanoat, adalah senyawa kimia organik terbaik dikenal
karena memberikan rasa asam pada cuka dan bau yang tajam. Asam asetat adalah salah satu
asam karboksilat paling sederhana (kedua-paling sederhana, setelah asam format) dan memiliki
rumus kimia CH3COOH. Pada keadaan murni, keadaan bebas air-nya, yang disebut asam asetat
glasial, itu adalah, cairan higroskopis tak berwarna yang membeku di bawah 16,7 C (62 F) ke
kristal padat tak berwarna. Asam asetat adalah bersifat korosif, dan uap yang mengiritasi mata,
menghasilkan rasa panas di hidung, dan dapat menyebabkan sakit tenggorokan dan paru-paru
tersumbat. Istilah asetat digunakan ketika mengacu pada anion karboksilat (CH3COO-) atau
salah satu dari garam atau ester asam asetat. Asam ini merupakan pereaksi kimia penting dan
industri kimia yang berguna untuk produksi berbagai serat sintetis dan bahan polimer lainnya.
Polimer ini termasuk polietilena tereftalat, digunakan terutama dalam botol minuman ringan,
selulosa asetat, digunakan terutama untuk film fotografi, dan polivinil asetat, untuk lem kayu.
Pada rumah tangga, asam asetat encer sering digunakan dalam zat pembersih kerak. Industri
makanan menggunakannya (dengan kode E260 makanan aditif) sebagai regulator keasaman.
Permintaan global untuk asam asetat telah diperkirakan sekitar 6,5 juta metrik ton per tahun (Mt /
a). Dari jumlah itu, sekitar 1,5 Mt / a dipenuhi oleh daur ulang, sisanya diproduksi dari bahan
baku petrokimia atau sumber biologis.

Pulp

Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi pulp juga
diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti rayon dan selofan. Pulp sering juga disebut
hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses
pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk
melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia, atau secara mekanik atau dengan
kombinasi keduanya. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan
menggunakan alat seperti grinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine
Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara
mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo
Mechanical Pulping) , NSSC (Neutral Sulfite Semichemical). Sedangkan yang termasuk proses
kimia yaitu proses kraft yang merupakan bagian proses basa dan proses sulfit yang termasuk
proses asam. Dimana proses kraft ini pertama sekali dikenal di Swedia pada tahun 1885. Disebut
kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada proses
mekanis dan semikimia, akan tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya
karena komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif dan mineral) (wikipedia,
2009).

Pulping

Pulping adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu)melalui
berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia).Pulp terdiri dari serat serat
(selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas .Proses pembuatan pulp diantaranya
dilakukan dengan proses mekanis , kimia , dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara
mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis
yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses
semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini
diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) dengan memanfaatkan suhu untuk
mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen yang lebih rendah dengan
kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan proses mekanis (Macklin, 2009).

Selulosa

Adapun faktor yang membuat selulosa disenangi untuk produksi pulp dan

kertas adalah (Murugan, 1996) :

1. Jumlahnya berlimpah, dapat melengkapi, dan mudah dipanen dan dipindah-pindahkan


dan akibatnya bahan ini murah harganya.
2. Zat ini umumnya berbentuk serat, dan kekuatan tariknya benar-benar tinggi.
3. Zat ini bisa menarik air, yang mempermudah persiapan mekanik dari serat-serat atau
ikatan-ikatan serat ketika campuaran serat tadi dikeringkan
4. Zat ini tidak dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik
5. Tahan terhadap sejumlah bahan kimia yang menyebabkan dapat diisolasi dan dimurnikan
dari kayu yang merupakan sumber utama selulosa.
III. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mata kuliah Teknologi Pulp dan Kertas yang berjudul Proses Pembuatan Pulp
Non-Konvensional dengan Metode Formacell dilakukan pada hari Rabu, 6 April 2016 sampai
dengan Senin, 2 Mei 2016 di Laboratorium Biokimia/Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Beaker glass, Erlenmeyer, labu
pemanas, gunting, gelas ukur, neraca analitik, baskom, hotplate, cawan, kain saring, oven dan
furnance.

Bahan yang digunakan adalah Jerami padi, Alumunium foil, Asam Format, Asam Asetat,
HCl, Aquades.
3.3 Diagram Alir

3.3.1 Pembuatan Pelarut Masak

Disediakan alat dan bahan (pelarut yang terdiri dari asam asetat, asam
formiat dan asam klorida)

Pelarut masak dibuat sebanyak 1 liter sesuai dengan perlakuan

kelomp Asam Asetat(ml) HCl Asam Formiat(ml)


ok (ml)
1(R1) 995 5 0
2 (R2) 895 5 100
3(R3) 845 5 150
4(R4) 795 5 200
5(R5) 745 5 250

3.3.2 Pembuatan Pulp

Bahan baku (jerami padi) digunting kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 20gr

Jerami padi dimasukkan ke dalam labu ukur

Jeramipelarut
Dimasukkan yang direndam pelarut
masak yang telahmasak
dibuatdidiamkan
sebelumnya selama 1 jam1:15 (20
sebanyak
Dipanaskan dengan soxhlet suhu 120C 2 jam
Setelah dimasak
gr jerami makakemudian didiamkan
pelarut masak 300 ml,hingga dingin,
pelarut sesuaidiangkat dan disaring
dengan perlakuan)
Hasil saringan pertama larutan
dengan
tersebut
kain saring
diambil dan dimasukkan dalam
Bahan
jerigenyang
dan jerami
telah masak
dicucidisaring
lagi sampai
kembali
bersih
kemudian
sampai tidak
dikeringkan
berwarna
selama
coklat1
Ditimbang kembali danminggu
diperoleh
lagi hasil berat keringnya
3.3.3 Analisis Kadar Hemiselulosa.

Dimasukkan 1 gr bahan baku ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan auades ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi bahan baku


sebanyak 150 ml

Dipanaskan air pada penangas dengan suhu 100 oC selama 2 jam

Disaring dan dibilas bahan yang telah direndam dengan aquades sampai
dengan volume filtrate 300 ml

Dikeringkan dengan oven residu yang tersaring pada suhu 105 oC sampai
berat konstan (sebagai berat A)

Residu kering a dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250ml ditambah 150ml


H2SO4 1N

Dipanaskan pada penangas air 100C selama 1 jam


Disaring kembali dan residu dicuci dengan aquades panas sampai volume
filtrat 300konstan
Residu dikeringkan hingga beratnya ml dan ditimbang (berat b)
Dikeringka
n dengan
oven residu
yang
tersaring
pada suhu
105 oC
sampai
bera

3.3.4 Analisis Kadar Selulosa dan lignin

Dimasukkan residu B ke dalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan H2SO4


72% sebanyak 10 ml

Direndam selama 4 jam dan ditambahkan H2SO4 1 N sebanyak 150 ml

Dipanaskan dengan penangas air pada suhu 100 oC selama 2 jam

Disaring dan dibilas dengan aquades panas sampai dengan volume filtrate
400 ml

Dikeringkan dengan oven residu yang tersaring pada suhu 105 oC sampai
berat konstan (sebagai berat C)
Diabukan dengan furnance pada suhu 600 oC selama 6 jam dan ditimbang
kadar hemiselulosa, selulosa dan lignin dapat dihitung berdasarkan rumus
berat abu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Pengamatan

Data yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Data rendemen pulp

Kelompok A (gram) B* (gram) C (gram)


1 7,95 7,95 5,02
2 7,68 7,68 6,06
3 7,92 7,92 5,55
4 13,59 13,59 5,86
5 6,57 6,57 4,58

*Ket: Berat A=Berat B karena pada penentuan berat kering tidak diambil beberapa gr sampel
contoh untuk dijadikan berat B melainkan langsung diambil berat A untuk dikeringkan

2. Data Analisis Selulosa, Hemiselulosa dan lignin

Kelompok Berat A Berat B Berat C Abu


(gram) (gram) (gram) (gram)
1 1,94 1,57 0,72 0,051
2 1,97 1,21 0,81 0,034
3 2,02 1,62 1,36 0,074
4 1,91 1,53 0,83 0,052
5 1,89 1,29 0,72 0,065

4.2 Perhitungan
1. Perhitungan rendemen pulp

Kelompok 1:

Rendemen (%) = 100%

5,02
7,95 7.95
= 100%
20

= 25,1%

Kelompok 2:

Randemen = 100%

6,06
7,68 7.68
= 100%
20
= 30,3%

Kelompok 3:

Rendemen (%) = 100%

5,55
7,29 7,29
= 100%
20
= 27,75%

Kelompok 4

Rendemen (%) = 100%

5,86
13,59 13,59
= 100%
20

= 29,3%
Kelompok 5

Rendemen (%) = 100%
4,58
6,57 6,57
= 100%
20
= 22,9%

2. Perhitungan Analisis Selulosa, Hemiselulosa dan lignin dengan Metode Datta, 1981

Kelompok 1:

Kadar Hemiselulosa = 100%

1,94 1,57
= 100% = 37%
1

Kadar Selulosa = 100%
.

1,57 0,72
= 100%
1

= 85 %

Kadar Lignin = 100%

0,72 0,051
= 100%
1

= 66,9%

Kelompok 2:

Kadar Hemiselulosa = x 100 %

1,871,21
= 1
x 100%

= 76%

Kadar Selulosa = x 100 %

1,210,81
= x 100%
1

= 40%


Kadar Lignin = x 100 %

0,810,034
= x 100%
1

= 77,6%

Kelompok 3:

Kadar hemiselulosa = 100%

2,02 1,62
= 100%
1

= 40%

Kadar Selulosa = 100%

1,62 1,36
= 100%
20

= 26%

Kadar Lignin = 100%

1,360,074
= 100%
20

= 128,6 %
Kelompok 4:

Kadar hemiselulosa = 100%

1,91 1,53
= 100%
1

= 38%

Kadar Selulosa = 100%

1,53 0,83
= 100%
1

= 70%

Kadar Lignin = 100%

0,830,052
= 100%
20

=77,8%

Kelompok 5:

Kadar hemiselulosa = 100%

1,89 1,29
= 100%
1

= 60%

Kadar Selulosa = 100%

1,29 0,72
= 100%
1

= 57%

Kadar Lignin = 100%

0,720,065
= 100%
1

=65,5
4.3 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai