Rotary Kiln
Rotary Kiln
TEKNOLOGI SEMEN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Sharah Sadiah (H1D111012)
Riva Mulfiasari (H1D111036)
Annisa Fitriani (H1D111038)
Frasni Waharina (H1D111047)
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Perancangan
Rotary Kiln ini tepat pada waktunya.
Makalah ini diperuntukkan bagi semua mahasiswa, yang berfungsi untuk
memudahkan mahasiswa dalam memahami mata Teknologi Semen khususnya
pada bagian Rotary Kiln . Oleh karena itu, makalah ini tidak hanya memaparkan
pengertian saja tetapi juga dilengkapi dengan mekanisme dan neraca massa pada
setiap aliran di dalamnya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Teknologi
semen serta segenap pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih kurang sempurna.
Maka dari itu, kami dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga apa yang tersaji dalam makalah ini dapat memberikan manfaat.
Dan tak lupa kami meminta maaf atas salah dan khilaf dalam penulisan makalah
ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.2.Tujuan Makalah
1.3.Rumusan Masalah
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
tahan terhadap perubahan suhu mendadak, tahan terhadap serangan kimia, tahan
terhadap abrasi dan memiliki sifat coatability.
Mengetahui dan memahami Neraca Massa dan Neraca Energi serta reaksi
Mengetahui panas panas yang terdapan dalan Rotary kiln dan efesiensi panas
di rotary kiln
Apa saja aliran neraca massa dan neraca energy pada rotary kiln, serta reaksi
Apa saja panas-panas yang terdapat pada system rotary kiln dan bagaimana
5
BAB II
6
main gear. Karena pengaruh kemiringan dan gaya putar kiln, maka umpan kiln
akan bergerak perlahan disepanjang kiln.
Dari arah yang berlawan gas panas hasil pembakaran batu bara
dihembuskan oleh burner, sehingga terjadi kontak panas dan perpindahan panas
antara umpan kiln dengan gas panas. Kontak panas tersebut akan mengakibatkan
terjadinya reaksi kimia untuk membentuk komponen semen. Pembakaran akan
terus berlangsung sampai terbentuk klinker dan akan keluar menuju clinker
cooler. Selama proses pembakaran, material akan melewati 4 zona dalam kiln
dengan range suhu yang berbeda-beda sehingga dalam kiln akan terjadi reaksi
kimia pembentukan senyawa penyusun semen. Zona-zona tersebut, yaitu :
1. Zona kalsinasi, yaitu proses di mana material yang baru masuk ke dalam kiln
akan terkalsinasi dikarenakan mendapatkan panas yang lebih tinggi dari pada
di dalam suspension preheater (SP), yaitu berkisar antara 1100-
1200C, sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada material tersebut
yang tadinya berupa serbuk-serbuk padat menjadi serbuk-serbuk yang mulai
terlihat meleleh.
2. Zona transisi, yaitu proses di mana material mandapatkan pemanasan yang
lebih tinggi berkisar antara 1200-1300 C, dimana pada proses ini material
hampir mendekati cair.
3. Zona pembakaran, yaitu proses di mana material benar-benar mendapatkan
pemanasan secara penuh dari kiln hingga material tersebut mencair dan
panasnya mencapai 14001600 C.
4. Zona pendinginan, pada proses ini material yang telah masuk ke cooler
mendapatkan pendinginan secara cepat atau proses pendinginan yang
mendadak karena pada cooler ini panas pada material harus lebih dingin
dibandingkan di dalam kiln dimaksudkan supaya klinker tersebut tidak
lengket pada great plat dan panas pada cooler mencapai 150- 200 C. Panas
yang dihasilkan didalam tungku kiln tidak serta merta berimbas keluar di
karena pada dinding kiln dilapisi oleh bata tahan api yang mampu menahan
panas yang sangat tinggi hingga 1600 C sehingga lingkungan yang disekitar
kiln tidak terlalu panas pada saat kita berada disekitar area kiln.
7
Gambar 2. Zona Pada Rotary Kiln
Peralatan utama kiln, selain shell kiln itu sendiri adalah batu tahan api
(refractory) dan burner. Bentuk api yang dihasilkan oleh proses pembakaran
sangat menentukan proses perpindahan panas yang terjadi dan pada akhirnya akan
mementukan kualitas klinker. Sedangkan batu tahan api selain berfungsi untuk
melindungi shell kiln dan mengurangi panas yang mengalir ke lingkungan juga
berpengaruh terhadap pembentukan coating.
8
a) Refractory Lining
Perkembangan teknologi mengakibatkan sebagian zone kalsinasi
dipindahkan ke suspension preheater dan prekalsiner, sehingga proses yang
terjadi di dalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya. Gerakan
antara material dan gas panas hasil pembakaran batubara berlangsung secara
counter current. Proses perpindahan panas di dalam kiln sebagian besar
ditentukan oleh proses radiasi sehingga diperlukan isolator yang baik untuk
mencegah panas terbuang keluar. Isolator tersebut adalah batu tahan api
dan coating yang terbentuk selama proses. Karena fungsi batu tahan api di tiap
bagian proses berbeda maka jenis batu tahan api disesuaikan dengan fungsinya.
Refraktori (batu tahan api) adalah material non-metal yang dapat dipakai
untuk konstruksi atau melapisi tungku yang beroperasi pada temperatur tinggi dan
juga mampu untuk mempertahankan bentuk dan komposisi kimianya pada
temperatur tinggi. Fungsi refraktori pada industri semen adalah untuk melindungi
bagian metal agar tidak langsung kontak dengan nyala api atau gas/padatan yang
sangat panas. Sebagai contoh shell kiln akan sangat turun kekuatannya pada
temperatur di atas 400 C sementara itu temperatur klinker berkisar 1350-
1550 C, serta nyala api di kiln bisa mencapai 1900 C. Selain itu refraktori juga
berfungsi untuk mencegah kehilangan panas sehingga berada pada kondisi yang
masih bisa ditoleransi (12-22 % dari panas pembakaran). Hal ini penting untuk
mempertahankan temperatur nyala sehingga proses yang terjadi di dalam kiln
akan terjamin kualitasnya. Konsumsi refraktori berkisar 0,05-0,15 kg/ton klinker.
Jadi secara ringkas fungsi refraktori adalah sebagai proteksi (pengaman
operasi) kiln shell terhadap temperatur tinggi, sebagai bahan untuk
memperpanjang umur teknis shell kiln , dan sebagai isolator panas.
b) Burner
Proses pembakaran untuk menghasilkan klinker diawali dengan
menyiapkan bahan bakarnya terlebih dahulu baru kemudian melakukan
pembakaran. Tujuan dari proses pembakaran ini ialah untuk menghasilkan klinker
bermutu baik dengan pemakaian energi serendah mungkin dan operasi
pembakaran berlangsung stabil dalam waktu yang lama. Salah satu faktor utama
9
untuk mendapatkan hasil pembakaran yang baik ialah rancangan kiln feed (raw
mix design) yaitu menentukan komposisi kimia dan ukuran partikel atau
kehalusan dari raw mix. Raw mix dirancang untuk menghasilkan klinker bermutu
baik yang mempunyai senyawa alite (C3S), belite (C2S), aluminate (C3A), ferrite
(C4AF) dalam jumlah cukup dan mudah digiling. Proses pada tahap ini meliputi
pemanasan awal umpan baku di preheater (pengeringan, dehidrasi dan
dekomposisi), pembakaran di kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di grate cooler
(quenching). Selanjutnya klinker yang dihasilkan disimpan di clinker silo.
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung dalam proses pembuatan klinker
yaitu:
1. Proses Pemanasan Awal
Proses pemanasan awal adalah proses penguapan air dan proses kalsinasi
pada umpan kiln (raw meal) pada suhu 600-800 C. Proses ini terjadi dalam
peralatan preheater.
Reaksinya adalah :
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
2. Proses Klinkerisasi
Proses klinkerisasi dalam pembuatan semen adalah proses pengikatan
antara oksida-oksida yang terkandung dalam material untuk membentuk
senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF.
Pembentukan dicalsium silicate (C2S) yang terjadi pada temperatur 900-
1400C.
Reaksinya yaitu :
2CaO +SiO2 2CaO.SiO2
Reaksi berlangsung sampai SiO2 habis.
Pembentukan tricalsium aluminat (C3A) dan tetracalsium aluminate
ferrite (C4AF) yang terjadi pada temperatur 1100 1338 C.
10
Reaksinya yaitu:
Pembentukan C3A
3CaO + Al2O3 3CaO. Al2O3
Pembentukan C4AF
4CaO + Al2O3 + FeCO3 4CaO.Al2O3.Fe2O3
Pembentukan tricalsium silicate (C3S) dan pengurangan kadar kalsium
monoksida (CaO) bebas yang terjadi pada temperatur 1420 - 1450C.
Reaksinya yaitu :
2CaO.SiO2 + CaO + SiO2 3CaO.SiO2
11
1. Bentuk nyala cone flame, di mana bentuk ini dihasilkan dengan
komponen kecepatan aliran aksial diletakkan di bagian dalam sedang
komponen radial di bagian luar.
2. Bentuk nyala hollow cone flame, di mana bentuk ini diperoleh dengan
meletakkan komponen aksial di bagian luar sedang komponen radialnya
di bagian dalam.
Dari bentuk nyala ada beberapa hal penting yang berpengaruh terhadap
kualitas klinker yang dihasilkan, yaitu :
1. Laju Pembakaran (Burning Rate)
Laju pembakaran ini sangat berpengaruh terhadap ukuran
komponen alite (C3S) yang terbentuk. Komponen alite yang berukuran
kecil akan mengakibatkan klinker yang dihasilkan tidak dusty, sehingga
mempunyai potensi kuat tekan yang tinggi dan proses penggilingannya
mudah.
2. Temperatur tertinggi (Maximum Temperature)
Pada temperatur tertinggi yang sesuai akan dihasilkan klinker
dengan litre weight yang baik, sehingga mempunyai potensi kuat tekan
yang tinggi dan akan mudah digiling. Tetapi pada temperatur tertinggi
yang terlalu tinggi akan dihasilkan klinker yang sifatnya berlawanan
dengan sifat-sifat tersebut.
3. Waktu pembakaran (Burning Time)
Kondisi ini sangat berpengaruh pada ukuran belite (C2S), yaitu
kenaikan waktu pembakaran akan memperbesar ukuran belite sehingga
potensi kuat tekannya akan tinggi serta akan mudah digiling. Selain itu
kenaikan waktu pembakaran akan menurunkan kandungan CaO bebas.
4. Laju pendinginan (Cooling Rate)
Kondisi ini sangat berpengaruh pada warna belite (C2S) yang
mengindikasikan struktur kristalnya. Pendinginan yang lambat akan
menghasilkan klinker dengan kuat tekan yang rendah.
12
Hal lain yang erat sekali kaitannya dengan proses pembakaran di kiln ini
adalah parameter yang disebut dengan beban panas kiln (thermal load). Dua
parameter yang mewakili thermal load ini antara lain:
1. Beban panas volumetrik (volumetric thermal load) didefinisikan sebagai
produksi klinker (TPD) dibagi dengan volume bersih kiln (m3), sehingga
satuan dari beban panas volumetrik adalah TPD/m3.
2. Beban panas zona pembakaran (burning zone thermal load) adalah beban
panas hasil pembakaran bahan bakar di kiln (kkal/jam atau sering ditulis
kkal/h) dibagi dengan luas penampang kiln (m2). Dengan demikian satuan
parameter beban panas zona pembakaran adalah kkal/h/m2.
13
f. Panas sensibel udara primer merupakan panas yang dibawa udara yang
dimasukkan bersama bahan bakar. Nilainya ditentukan oleh massa dan suhu
masuk udara primer.
g. Panas sensibel udara sekunder merupakan panas yang dibawa oleh udara
yang dimasukkan ke rotary kiln. Nilainya ditentukan oleh kebutuhan udara
sekunder dan suhu masuk udara tersebut.
h. Panas sensibel gas buang merupakan panas yang terbawa keluar bersama gas
buang dari suspension preheater dan rotary kiln. Nilainya ditentukan oleh
massa, komposisi dan suhu gas buang tersebut.
i. Panas sensibel klinker merupakan panas yang terbawa keluar bersama klinker
yang dihasilkan pada rotary kiln. Nilainya ditentukan oleh massa dan suhu
keluar klinker.
j. Panas reaksi merupakan panas yang digunakan untuk reaksi pembentukan
klinker. Panas ini terdiri dari :
Panas penguapan air merupakan panas yang dibutuhkan untuk
menguapkan air yang terkandung dalam umpan kiln dan batubara.
Nilainya ditentukan oleh massa total air yang masuk ke sistem.
Panas dissosiasi MgCO3 merupakan panas yang dibutuhkan untuk
menguraikan Mg CO3 menjadi MgO dan CO2. Nilainya ditentukan oleh
massa MgCO3 dalam umpan kiln. panas dissosiasi CaCO3 merupakan
panas yang dibutuhkan untuk menguraikan CaCO3 menjadi CaO dan
CO2. Nilainya ditentukan oleh massa CaCO3 dalam umpan kiln.
Panas pembentukan klinker merupakan panas yang dibutuhkan untuk
membentuk komponen-komponen penyusun klinker. Nilainya ditentukan
oleh komposisi klinker yang terbentuk. panas kristalisasi tanah liat
merupakan panas yang dibutuhkan tanah liat agar SiO2.Al2O3.2H2O
dapat terkristalisasi. Nilainya ditentukan oleh kandungan
SiO2.Al2O3.2H2O dalam tanah liat.
k. Panas hilang karena pendinginan merupakan panas yang terbawa keluar
bersama gas panas yang tertarik pada unit pendinginan. Nilainya ditentukan
oleh massa udara pendingin dan suhu keluar udara tersebut.
14
l. Panas radiasi-konveksi yang hilang di kiln merupakan panas yang hilang
karena terjadinya kedua peristiwa tersebut pada sistem. Nilainya ditentukan
oleh luas dan suhu permukaan kiln, suhu lingkungan, serta massa klinker.
m. Panas tak teranalisa merupakan panas yang keluar dari sistem ke lingkungan
yang disebabkan oleh isolasi sistem yang tidak mampu menahan panas pada
kiln tersebut.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini sebagai berikut:
1. Rotary kiln bekerja dengan perputaran kiln yang berlawanan arah dengan arah
jarum jam dan dengan posisi kiln yang miring menyebabkan
terjadinya gaya dorong umpan sehingga material bisa bergerak keluar kearah
clinker cooler setelah mengalami kontak dengan gas panas.
2. Mekanisme rotary kiln melewati empat zona dengan range suhu yang berbeda,
yaitu: zona kalsinasi yang merupakan proses di mana material yang baru
masuk ke dalam kiln akan terkalsinasi dikarenakan mendapatkan panas yang
lebih tinggi dari pada di dalam suspension preheater (SP), yaitu berkisar
antara 1100-1200C. Zona transisi, yaitu proses di mana material
mandapatkan pemanasan yang lebih tinggi berkisar antara 1200-1300 C.
Zona pembakaran, yaitu proses di mana material benar-benar mendapatkan
pemanasan secara penuh dari kiln hingga material tersebut mencair dan
panasnya mencapai 14001600 C. Zona pendinginan, pada proses ini
material yang telah masuk ke cooler mendapatkan pendinginan secara cepat
atau proses pendinginan yang mendadak dengan pada cooler mencapai 150-
200 C.
3. Perhitungan neraca massa dan neraca energi dilakukan dengan menggunakan
persamaan-persamaan termodinamika, perpindahan panas serta reaksi kimia
yang berlangsung di dalam sistem. Beberapa reaksi kimia yang berlangsung
dalam proses pembuatan klinker pada proses pemanasan awal dan proses
klinkerisasi untuk membentuk senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF,
4. Panas-panas yang terjadi dalam sistem rotary kiln yaitu panas sensibel umpan
kiln, panas sensibel air dalam umpan kiln, panas sensibel batubara, panas
sensibel air dalam batubara, panas pembakaran batubara, panas sensibel udara
primer, panas sensibel udara sekunder, panas sensibel gas buang, panas
sensibel klinker, panas reaksi panas penguapan air dan panas dissosiasi
16
MgCO3, panas dissosiasi CaCO3, panas pembentukan klinker, panas
kristalisasi tanah liat, panas hilang karena pendinginan, panas radiasi-
konveksi yang hilang di kiln dan panas tak teranalisa
2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pembuatan makalah selanjutnya yaitu
agar dapat memaparkan perancangan rotary kiln yang tidak mencemarkan polusi
udara ke lingkungan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mutiara, Farisa Ridha dan Hadiyanto.2013. Evaluasi Efisiensi Panas dan Emisi
Gas Rumah Kaca pada Rotary Kiln Pabrik Semen. Hal 9-13.
Wahyu, Dian dan Sumiati Ruzita. 2009. Analisis Energi pada Sistem Rotary Kiln
Unit Indarung IV, PT. Semen Padang. Vol 6 No. 2. Hal 79-91.
18