Anda di halaman 1dari 10

==================================================================

Pendahuluan

Sistem sirkulasi terdiri atas sistem vaskuler darah dan limfe. Sistem vaskuler darah terdiri
dari jantung, yang fungsinya adalah memompa darah, serangkaian pembuluh-pembuluh
eferen, arteri-arteri, yang menjadi lebih kecil waktu bercabang fungsinya adalah membawa
darah dan bersama darah, nutrient-nutrien, dan oksigen ke jaringan, kapiler yang berfungsi
untuk pertukaran zat, dan vena-vena, pembuluh-pembuluh aferen jantung yang membawa
hasil metabolisme, CO2, dan sebagainya ke dalam sistem vaskuler.

Vaskularisasi Ekstremitas Inferior

Arteri Ekstremitas Bawah

Arteri Femoralis

A. femoralis berawal sebagai lanjutan dari a. iliaca eksterna di


belakang ligamentum inguinale pada titik midinguinalis. Pada
kunci paha v femoralis terletak tepat di sebelah medial arteri dan
keduanya dilapisi oleh selubung femoralis. Sebaliknya n. femoralis

1
terletak tepat di lateral selubung femoralis. A. femoralis menuruni paha dan lewat di bawah
m. sartorius kemudian menembus kanalis adduktoria menjadi a. poplitea.

Cabang-cabang a. femoralis di bagian atas trigonum femoralis terdapat empat cabang yang
memasok darah ke jaringan superficialis dinding bawah abdomen dan perineum. Cabang
terbesar adalah a. profunda femori yang keluar dari sisi lateral a. femoralis 4 cm di bawah
ligamentum inguinale. A. profunda berjalan ke bawah di sebelah dalam m. adductor longus
dalam kompartemen medial paha.

A profunda memiliki empat rami perforantes. Keempat-empatnya mengelilingi femur di


sebelah posterior dan melubangi serta memasok darah ke semua otot yang dilewatinya.
Cabang-cabang profunda dan perforantes akhirnya membentuk anastomosis dengan cabang-
cabang genikularis a. poplitea.1

Arteri Poplitea

A. Femoralis berlanjut sebagai a. popliteal yang menembus hiatus pada m. adductor magnus
dan memasuki rongga popliteal. Dari atas, arteri ini menuruni permukaan posterior femur,
kapsula articulation genus dan kemudia ke fasia yang melapisi popliteus dan lewat di bawah
arkus fibrosa soleus dimana terbentuk bifurcatio menjadi aa. tibialis anterior dan posterior.
Struktur ini merupakan struktur terdalam di fosa, sehingga denyutan sukar teraba.

V. popliteal menyilang arteri di superficialis dan n. tibialis menyilang di lateral ke medial di


atas vena.Cabang peroneal dari tibialis posterior bisa keluar lebih dini sehingga terbentuk
trifurcation popliteal. Cabang dari a. popliteal antara lain: a. muskularis, a. suralis, dan lima
aa. genikularis keluar dari a. popliteal. A. genikularis membentuk anastomosis yang padat di
sekitar lutut.1

Arteri Tibialis Anterior

Perjalanan a.tibialis anterior lewat di sebelah anterior dari origonya, berdampingan dengan v.
komitans, di atas batas atas membrane interosseus dan kemudian menuruni permukaan
anterior membrana dan membentuk cabang-cabang muscular kompartemen ekstensor
tungkai. Arteri ini menyilang bagian depan articulation talocruralis di pertengahan antara
kedua malleoli dimana namanya berubah menjadi a. dorsalis pedis.

M. tibialis anterior dan m. ekstensor digitorum longus mengapit arteri sepanjang


perjalanannya masing-masing di sisi medial dan lateral. M. ekstensor halucis longus dimulai

2
di sisi lateral namun menyilang arteri sehingga menjadi terletak di medial pada ujung
perjalanannya. A. dorsalis pedis berjalan pada dorsum pedis setinggi basis metatarsal
kemudian di antara caput dari dua mm. interosei dorsalis pertama untuk masuk ke telapak
kaki.

Turut membentuk arkus plantaris profunda.Sebelum lewat di telapak kaki keluar cabang
metatarsal dorsal ke-I dan melalui cabang arkuata keluar tiga cabang metatarsal dorsal
lainnya. Cabang-cabang a. tibialis anterior diantaranya: cabang muscular dan maleolar.1

Arteri Tibialis Posterior

A. tibialis posterior berasal dari cabang terminal a. popliteal.Arteri ini berdampingan dengan
v. komitans dan memasok darah ke kompartemen flexor tungkai.Kira-kira di pertengahan
betis n. tibialis menyilang di belakang arteri dari medial ke lateral. Arteri ini akhirnya lewat
di belakang malleolus medialis dan terbagi menjadi aa. plantaris medialis dan lateralis di
bawah retinaculum muskulorum fleksorum pedis.

Cabang lateral ini masuk ke telapak kaki di sebelah dalam m. abductor hallucis. Di sebelah
posterior malleolus medialis struktur bisa ditemukan dari depan ke belakang adalah : m.
tibialis posterior, m. flexor digitorum longus, a. tibialis posterior dan v. comitans, n. tibialis,
dan m. flexor halucis longus.

A. Tibialis posterior bercabang menjadi cabang nutricia dan muscular dalam perjalananya. A.
plantaris lateralis lewat di antara m. flexor aksesorius dan m. flexor digitorum brevis menuju
aspek lateral telapak kaki
dimana arteri ini terbagi menjadi
cabang superficialis dan
profunda. Cabang
profunda berjalan di
antara lapisan otot ke-3 dan ke-
4 telapak kaki.1

3
Anastomosis di Daerah Lutut

Anastomosis trokanterica.Anastomosis arteri ini dibentuk oleh cabang-cabang circumflexa


femoralis medialis dan lateralis, a. glutea superior, dan biasanya a. glutea inferior. Letaknya
di dekat fosa trocanterica dan memberikan cabang-cabang yang naik ke colum femoralis di
bawah serabut retinaculum kapsula untuk memasok darah ke caput femoris.

Anastomosis crusiata.Anastomosis ini memberikan pasokan darah kolateral. Dibentuk oleh


cabang-cabang transversa a. circumflexa femoralis medialis dan lateralis, cabang descendes
a. glutealis inferios, dan cabang ascenden dari ramus perforantes ke-1 a. profunda.1

Vena Superfisialis Ekstermitas Bawah

Sistem superficial terdiri dari vv. saphena magna dan parva.V. saphena magna keluar dari
ujung medial jaringan v. dorsalis pedis.Vena ini berjalan di sebelah anterior malleolus
medialis. Pembuluh ini menembus fascia criboformis dan mengalir ke v. femoralis pada
hiatus saphenous.Bagian terminal v. saphena magna biasanya mendapat percabangan
superficialis dari genital eksterna.

Vena saphena magna berhubungan dengan sistem vena profunda di beberapa tempat melalui
vv. perforantes.Hubungan ini biasanya terjadi di atas dan di bawah malleolus medialis, di
regio pertengahan betis, di bawah lutut, dan satu hubungan panjang pada paha bawah. Katup-
katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir melalui sistem superficial
ke sistem profunda.

Sistem vena profunda memiliki tekanan lebih tinggi daripada superficialis.V. saphena parva
keluar dari ujung lateral jaringan v. dorsalis pedis. Vena ini melewati bagian belakang
malleolus lateralis dan di atas bagian belakang betis kemudian menembus fasia profunda
pada berbagai posisi untuk mengalir ke vena poplitea.

Vena profunda ekstremitas bawah pada betis adalah v. comitans dari aa. tibialis anterior dan
posterior melanjutkan sebagai v. poplitea dan v. femoralis. Vena profunda ini membentuk

4
jaringan luas dalam kompartemen posterior betis yakni pleksus soleal dimana darah dibantu
mengalir ke atas melawan gaya gravitasi oleh kontraksi otot saat olahraga.1

Struktur Mikroskopis Vaskularisasi

Pembuluh Darah

Pembuluh darah biasanya terdiri dari lapisan-lapisan. Yang pertama adalah tunika interna
terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh. Di bawah
endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas jaringan penyambung jarang halus yang
kadang-kadang mengandung otot polos. Terdiri atas endotel, subendotel yang merupakan
lapisan jaringan ikat, dan lamina elastika interna yang menandakan batas antara tunika intima
dan tunika media.

Kedua adalah tunika media terutama terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar.
Di antara sel-sel otot polos terdapat sejumlah serat kolagen, elastin, dan proteoglikan. Pada
arteri, tunika media dipisahkan dari tunika intima oleh lamina elastika interna. Pada
pembuluh besar, sering ditemukan membrane elastika externa yang lebih tipis yang
memisahkan tunika media dan tunika adeventisia yang terletak diluar.

Ketiga, tunika adventisia. Pada dasarnya terdiri atas jaringan penyambung dengan serabut-
serabut elastin.Terdiri atas selapis lebar jaringan ikat. Pada vena lapisan ini jauh lebih tebal

5
daripada tunika media. Lapisan adventisia lambat laun bergabung dengan jaringan
penyambung yang meliputi organ melalui mana pembuluh berjalan.2,3

Arteri

Arteri diklasifikasikan menurut ukurannya dalam (1) arteriol, (2) arteri ukuran sedang atau
arteri elastika, dan (3) arteri besar atau arteri muskular.

Arteriol halus dan relatif punya lumen yang sempit. Tunika intima dengan tanpa lapisan
endotel. Tunika media adalah lapisan otot-otot polos yang tersusun melingkar. Dan lapisan
adventisia tipis, tidak berkembang dengan baik dan tidak menunjukkan adanya lamina
elastika externa.

Arteri sedang (arteri muskular) ditandai oleh adanya lapisan muskuler yang tebal dengan 40
lapisan sel-sel otot polos. Sel-sel ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen
dan proteoglikan, tergantung pada ukuran pembuluh. Di lapisan adventisia terdapat serat
kolagen dan serat elastin. Sedangkan lapisan tunika intima terpulas gelap karena lamina
elastika internanya.

Arteri besar atau arteri elastika termasuk aorta dan cabang-cabang besarnya.Warnanya
kekuningan karena penimbunan serat elastin pada tunika media. Arteri jenis ini tunika
intimanya lebih tebal daripada tunika intima arteri muscular, tunika media tersusun atas
serangkaian membran elastin, sedangkan tunika adventisia tidak menunjukkan membrana
eksterna, relatif tidak berkembang dan mengandung serabut-serabut elastin dan kolagen.3

Vena

Dikelompokkan menjadi (1) venula, (2) vena ukuran sedang, dan (3) vena ukuran kecil.

Venula ditandai dengan tunika intima yang terdiri atas endotel. Tunika media tebal yang
dapat terdiri atas beberapa atau tidak punya lapisan otot polos. Dan lapisan adventisia yang
merupakan lapisan paling tebal dan terdiri atas jaringan penyambung yang kaya akan serabut-
serabut kolagen.

Dengan pengecualian batang utamanya, sebagian besar vena adalah vena ukuran sedang atau
kecil. Tunika intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal ini pada
suatu saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil otot polos yang

6
bercampur dengan serabut-serabut kolagen dan jala-jala halus serabut-serabut elastin. Lapisan
kolagen adventisia berkembang dengan baik.

Vena besar mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik. Tunika media jauh
lebih kecil dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak jaringan penyambung. Tunika
adventisia adalah lapisan yang paling tebal dan pada pembuluh yang paling besar dapat
mengandung berkas-berkas longitudinal otot polos.3

Kapiler

Kapiler berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Dinding kapiler terdiri atas sel endotel yang
sangat itpis, dengan lamina basalnya ditunjang anyaman serat retikuler longgar. Tersebar
diluar kapiler terdapat sel-sel yang disebut perisit. Perisit berbentuk bujur memanjang
sepanjang dinding kapiler melingkari pembuluh. Kapiler sangatlah kecil, sehingga hanya
dapat dilalui 1 eritrosit saja.3

Mekanisme Aliran Darah perifer


Fungsi Katup pada Vena

Di vena terdapat katup satu arah yang terletak secara periodis. Katup satu arah ini
memungkinkan darah mengalir menuju jantung, tetapi tidak dapat kembali. Darah
dikembalikan ke jantung melalui vena akibat adanya gradien tekanan antara vena dan
jantung. Otot-otot rangka di sekitarnya verperan untuk mengebalikan darah vena ke jantung
dengan memeras vena sewaktu otot berkontraksi. Katup vena mencegah darah yang diperas
ke arah jantung mengalir kembali menjauhi jantung saat otot berelaksasi. Katup-katup vena
ini juga berperan melawan efek gravitasi pada posisi tegak dengan membantu meminimalkan
aliran balik darah yang cenderung terjadi ketika seseorang berdiri dan secara temporer
menunjang bagian dari kolom darah ketika otot rangka melemas.4

Sifat Aliran Darah pada Arteri dan Vena

Sirkulasi darah perifer mengalirkan darah ke seluruh tubuh kembali ke jantung maupun
sebaliknya, yang meliputi atrium kiri ke ventrikel kiri ke aorta ke arteri muscular kemudian
ke arteriole dan masuk ke kapiler kemudian dari jaringan melalui venula ke vena sedang ke
vena cava dan kembali ke jantung. Tekanan darah akan menurun sedikit pada arteri

7
berukuran besar atau sedang karena kecilnya resistensi untuk mengalir. Sementara itu, pada
arteri kecil dan arteriol, tekanan darah akan menurun drastic karena di sana tempat utama
resistensi perifer yang melawan pompa jantung.

Arteri berfungsi untuk mendistribusikan darah yang kaya akan oksigen keseluruh jaringan
tubuh. Setiap terjadi sistole jantung maka sejumlah darah akan dipompakan oleh kontraksi
ventrikel kesusunan arteri. Dengan adanya kontraksi dari ventrikel maka tekanan yang
dihasilkan pada awal masa ejeksi akan berlangsung dengan sangat cepat akibat tekanan yang
tinggi. Namun kecepatan distribusinya akan berkurang seiring dengan semakin bertambahnya
penampang total arteri. Pada kapiler kecepatannya akan sangat berkurang hingga seratus kali
lebih lambat akibat tekanan yang diberikan sudah menurun dan perluasan dari penampang
total.

Sebaliknya vena berfungsi untuk mengalirkan darah membawa sisa metabolisme dan CO2
dari jaringan ke jantung. Untuk mencegah agar darah tidak mengalami arus membalik maka
darah tersebut akan dipantulkan kembali oleh katup vena yang menutup. Selain berfungsi
sebagai saluran mengembalikan darah ke jantung vena juga berfungsi sebagai rservoir atau
penyimpan darah. Karena dinding dari vena yang lebih tipis dan elastis daripada arteri maka
vena dapat mudah meregang untuk menampung tambahan volume darah.4

Perbedaan Tekanan Pembuluh darah

Pembuluh darah terbagi menjadi enam bagian yaitu windkessel vessel meliputi aorta, arteri
besar dan pulmonal; shunt vessel pada anastomosis atriovenia; resistance vessel pada arteri
kecil, arteriol; spinchter vessel pada ujung distal arteriol; exchange vessel pada kapiler dan
capacitance vessel pada vena. Tekanan berbagai kaliber pembuluh darah berbeda-beda satu
sama lain. Perbedaan tekanan ini dipengaruhi oleh adanya luas penampang total. Dari aorta
sampai menuju kapiler luas penampang totalnya akan meningkat, dengan meningkatnya
penampang total maka tekanan darah beserta dengan aliran darah akan mengalami
penurunan. Tekanan darah dari aorta sampai ke arteri akan mengalami penurunan tekanan
sebanyak 20 mmHg, kemudian pada arteriol tekanan berkurang lagi sebanyak 50-60 mmHg
hingga mencapai kapiler yang berkurang lagi tekanannya sebanyak 20 mmHg. Adanya otot
polos pada ujung distal arteriol mengakibatkan penurunan terbesar tekanan oleh karena
tahanannya yang besar. Sementara pada vena tekanan yang ada memang rendah. Pada vena
cava superior tekanan berkisar 4-5 mmHg, kemudian di atrium kanan 2-4 mmHg, dan pada

8
saat inspirasi hanya mencapai -4 sampai -7 mmHg. Vena memiliki tekanan yang rendah
sehingga kecepatan aliran balik vena juga rendah, namun hal ini dapat ditingkatkan dengan
beberapa hal seperti adanya aktivitas otot rangka, gravitasi, efek penghisapan jantung serta
adanya efek pernpasan.4

Faktor yang Berperan

Pengembalian darah melalui vena / jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Jika
darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventricular pada
fase sistoleik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh
perdarahan berat. Pada keadaan tidur atau berbaring di mana tubuh dalam keadaan posisi
horizontal, pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa dipertahankan dengan mudah,
Tapi ketika berdiri aliran vena kembali ke jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi.
Terdapat tiga mekanisme membantu pengembalian darah melalui vena, yakni kontriksi vena,
pompa otot rangka, dan pompa respirasi.5
Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi dan kekuatan
kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise.
Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel tidak akan terisi sepenuhnya
diantara tekanan, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun.5
Resistensi prefer. Yaitu resistensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri dan vena
biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastole normal.5
Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah merah dan
protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu tinggi pada seseorang,
sehingga menyebabkan peningkatan viskositas darah dan tekanan darah, sangatlah jarang,
akan tetapi masih dapat terjadi pada kondisi polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan
sel darah merah, seperti pada kondisi anemia akan menyebakan kondisi berbalik dari
sebelumnya. Pada saat kekurangan, mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi
akan terjadi untuk mempertahankan tekanan darah normal.5
Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah, akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung dikompensasi dengan
peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi, akan tetapi, setelah perdarahan
berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah normal
dan alirah darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50 dari total
darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat karena banyak pembuluh darah
yang hilang dan tidak dapat diganti segera.5

9
Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada saat
stres, medulla kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang
keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain
vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi.
Hormon lain yang berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisi posterior
saat tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan meningkatkan reabsorbsi cairan pada
ginjal sehingga tekanan darah tidak akan semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki
efek serupa pada ginjal, di mana aldostreon akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air
akan mengiuti ion Na+ ke darah.5
Kesimpulan

Sistem sirkulasi terbagi menjadi dua yaitu sistem vaskularisasi pulmonal dan sistemik dimana
sirkulasi sistemik membawa darah ke seluruh tubuh yang berasal dari aorta jantung dan
alirannya dibawa oleh arteri dan vena. Perbedaan tekanan, kecepatan dan volume
mempengaruhi aliran darah arteri vena. Selain itu faktor-faktor lain seperti pompa jantung,
resistence, jumlah volume darah akan berpengaruh pada aliran darah.

Daftar Pustaka

1. Faiz O, Moftat D. Anatomy at a glance. Jakarta: Erlangga; 2003. h. 17, 62-5, 90-3, 129-
37.
2. Williams, Wilkins. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Ed 9. Jakarta:
EGC; 2003. 108-12.
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Ed 7. Jakarta: EGC; 2004. h. 239-51.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2009.h.369-407
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC; 2009.
h. 53-63

10

Anda mungkin juga menyukai