Ind
m
i
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(Renstrakes untuk kesehatan). Maka pada tahun 2004 kembali dilakukan revisi
modul edisi-3 yang menghasilkan penyederhanaan materi pelatihan (menjadi 1
modul) disertai pengganggaran secara terpadu, mulai dari analisis situasi, penetapan
tujuan, penyusunan rencana operasional, perhitungan kebutuhan biaya dan
penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Dengan dikeluarkannya UU No. 32 dan No. 33 tahun 2004 dan berubahnya format
penyusunan anggaran penyusunan anggaran berbasis kinerja sesuai Kepmendagri
No. 13/2006 sebagai pengganti No. 29/2004 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, Adanya perkembangan yang dinamis tentang KW/SPM serta
berkembangnya berbagai rumusan kebijakan kesehatan nasional yang semakin
berkaitan dengan target Millenium Development Golas (MDGs), seperti yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) dan
Renstra Departemen Kesehatan sehingga mengharuskan kita kembali melakukan
revisi Modul P2KT sampai dengan edisi-4. Dengan perubahan yang sangat dinamis
dan akan terus berlangsung revisi terhadap Modul perlu terus dilakukan.
Semoga pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi
tingkat propinsi dan pusat dan siapa saja yang berkepentingan dengan
pengembangan dan penguatan Sistem Kesehatan bukan hanya di tingkat Provinsi
dan Kabupaten/Kota dan juga di Pusat.
ii
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
KATA SAMBUTAN
Proyek DHS-1 telah dilaksanakan sejak 25 Juni 2001 dan akan berakhir pada
bulan September 2007. Pada dasarnya proyek ini ditujukan untuk meningkat
proses desentralisasi kesehatan ke tingkat Kabupaten/Kota, yang merupakan
pewujudan dari pesan UU No. 32 dan UU No. 33 tentang desentralisasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dalam proyek DHS-1 dilaksanakan 4 komponen kegiatan,
yaitu (a) advocacy dan capacity building, (b) health sector reform untuk
menyesuaikan pembangunan kesehatan dengan kebutuhan lokal, (c) investasi
di bidang kesehatan dan KB dan (d) manajemen proyek.
iii
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. Pedoman Reformasi Sektor Kesehatan (Health Sector Reform atau HSR)
6. Modul Advocacy Kesehatan (Penyesuaian Modul yang lama)
Secara garis besar, semua modul dan pelatihan tersebut dapat dibagi dalam
empat kelompok yaitu (1) penguatan sistem informasi, (2) penguatan kebijakan
dan manajemen program, (3) penguatan manjemen perubahan dan (4) peningkatan
komitmen terhadap kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak. Keterkaitan
antara modul-modul tersebut digambarkan dalam diagram berikut.
Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan RI
iv
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
KATA SAMBUTAN
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Module Pelatihan untuk meningkakan kapasitas petugas kesehatan dalam melaksanakan
proses desentralisasi yang telah mengalami beberapa kali penyesuaian dapat diselesaikan.
Modul Pelatihan dan Pedoman ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari Direktorat
Jenderal P2M-PL, Direktorat Kesehatan Ibu, Direktorat Kesehatan Anak, Biro Perencanaan,
Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Tim TRT Pusat, Tim Konsultan 3579, para Pihak
Ketiga yang ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan dan Sekretaris Eksekutif Proyek
DHS-1 yang telah memfasilitasi penyusunan pedoman dan modul tersebut diatas. Dalam
kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan Modul dan Pedoman ini.
Kami menyadari bahwa modul pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap Modul dan
Pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi tingkat Provinsi
dan Pusat serta siapa saja yang berkepentingan dengan Pengembangan dan Penguatan
Sistem Pelayanan Kesehatan dalam konteks Desentralisasi.
v
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
vi
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
PENDAHULUAN
Seperti sudah disampaikan dalam bagian Pengantar, pedoman dan modul perencanan
kesehatan tingkat kabupaten/kota sudah disusun sejak awal tahun 1980-an oleh Depkes
RI (Biro Perencanaan) bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan Donor. Sejak itu, sudah
dilakukan beberapa kali revisi yang secara berurutan disampaikan berikut ini:
Modul ini disusun pada tahun 1983 - 1984 oleh Depkes RI (Biro Perencanaan dan
Pusdiklat) bersama FKMUI dan Johns Hopkins University dengan dana dari USAID
dan WHO. Walaupun pelatihan sudah dilakukan di beberapa propinsi, penerapannya
oleh daerah mendapat kendala karena sistem yang berlaku waktu itu adalah perencanaan
"top down", dan sangat terfragmentasi (tidak ada integrasi antara program)
Pedoman tersebut disebut P2KT dan penyusunannya dilakukan oleh Biro Perencanaan
dengan bantuan PT Indoconsult, FKMUI dan Johns Hopkins University. P2KT edisi-
1 ini terdiri dari 11 modul dan sudah dilatihkan di banyak propinsi (Sumatra Selatan,
Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dll). Namun kembali penerapannya
menghadapi kendala, yaitu kenyataan bahwa sistem yang berlaku adalah sistem
sentralistis. Pada waktu itu, 75 % anggaran kesehatan daerah berasal dari pusat dalam
bentuk alokasi APBN. Peranaan APBD-1 dan APBD-2 hanya 25%. Daerah lebih
bersifat pelaksana program yang direncanakan dan dibiayai oleh Pusat.
1
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
4. Modul P2KT Edisi-2
Oleh sebab itu, Biro Perencanaan bersama Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI
melakukan revisi terhadap modul P2KT tersebut yang menghasilkan P2KT edisi-2
yang teridiri dari 9 modul. Pelaksanaan revisi tersebut dilakukan pada tahun 2002.
Revisi modul tersebut dilakukan dengan dana dari Proyek DHS-1 (ADB) dan sudah
dilatihkan di semua propinsi yang dicakup dalam proyek DHS-1 tersebut. Revisi
modul P2KT dalam proyek DHS-1 dilakukan bersama dengan penyusunan modul-
modul lainnya, yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan daerah melaksanakan
desentralisasi kesehatan. Modul-modul yang dikembangkan dalam proyek DHS-1
tersebut adalah sebagai berikut:
Kebijakan
Advocacy
Desentralisasi
Perencanaan &
Manajemen pengembangan
Strategis ketenagaan
P2KT
Kepemimpinan
Sistem Informasi Strategis/LO
Kesehatan
2
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. Modul P2KT Edisi-3
Oleh sebab itu, masih dalam rangka Proyek DHS-1, dilakukan kembali revisi terhadap
P2KT edisi-2 diatas, yang menghasilkan P2KT edisi-3. Revisi ini dilakukan dalam
tahun 2004. Hasilnya adalah penyederhanaan materi pelatihan (menjadi hanya 1
modul) disertai dengan penggunaan program Excell untuk memudahkan proses
perencanaan dan penganggaran secara terpadu, mulai dari analisis situasi, penetapan
tujuan, penyusunan rencana operasional, penghitungan kebutuhan biaya dan penyusunan
anggaran berbasis kinerja.
P2KT edisi-3 juga sudah dilatihkan di banyak daerah, termasuk 6 propinsi daerah
proyek DHS-1, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Jambi, Sumatra Selatan, dan Papua.
Modul P2KT Edisi-4 ini merupakan revisi terhadap Modul P2KT Edisi-3 dan revisi
ini dilakukan pada bulan Agustus 2006. Garis besarnya sama dengan edisi-3, akan
tetapi perubahan dan perkembangan desentralisasi diakomodir dalam modul edisi-4
ini. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
3
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Disamping hal-hal diatas, revisi terhadap edisi-3 juga dilakukan karena banyak
masukkan diperoleh dari pengalaman melatihkan P2KT edisi-3 tersebut dibanyak
daerah, misalnya di Papua, Lampung dan Jambi, di DIY, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Beberapa masukan penting yang diakomodir dalam revisi ini adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas urutan logis (logical sequence) antara satu template dengan template
lainnya dalam instrumen P2KT
b. Memperjelas peranan Puskesmas dalam proses penyusunan rencana tahunan
Dinas Kesehatan
c. Memperjelas instrumen untuk integrasi perencanaan dan penganggaran
d. Menyampaikan definisi terminologi perencanaan dan penganggaran sesuai dengan
teori baku dan definisi formal dalam sistem pemerintah (seperti tertulis dalam
perundang-undangan dan peraturan)
4
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
I. URAIAN SINGKAT TENTANG MODUL P2KT
Dalam modul ini disampaikan teori/konsep, prinsip, langkah-langkah dan instrumen (alat
bantu) untuk menyusun rencana dan anggaran tahunan program kesehatan tingkat daerah
(Kabupaten/Kota). Selain itu disampaikan juga pedoman untuk melatihkan materi tersebut
yang berisi proses belajar mengajar, pokok bahasan yang harus disampaikan, pedoman
dan materi untuk penugasan/latihan kelompok serta soal-soal untuk pre- dan post-test.
Tujuan modul ini adalah untuk meningkatkan kemampuan daerah, khususnya Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menyusun rencana tahunan program kesehatan secara
terpadu. Selain itu, tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kemampuan Dinas Kesehatan
untuk menyusun anggaran tahunan yang didasarkan pada (1) hasil penyusunan rencana
tahunan terpadu dan (2) kinerja program yang akan dicapai.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelatihan ini disampaikan beberapa pokok bahasan
yang secara garis besar terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
Materi tersebut disampaikan melalui mekanisme curah pendapat, tanya jawab dan latihan
kelompok.
Sasaran pelatihan ini adalah staff Dinas Kesehatan Kabupetan/Kota, namun disarankan
juga agar prinsip-prinsip perencanaan dan penganggaran program kesehatan ini juga
difahami oleh Bappeda dan Staff Puskesmas. Dari Dinas kesehatan, yang perlu dilatih
adalah semua unit Dinas Kesehatan yang terlibat dalam penyusunan rencana program
kesehatan.
Pelatihan untuk P2KT ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu (1) kegiatan dalam kelas, (2)
kegiatan di lapangan dan (3) review hasil perencanaan oleh pendamping. Kegiatan dalam
kelas bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan teknis melaksanakan
perencanaan dan penganggaran secara terpadu. Kegiatan dilapangan dilakukan oleh peserta
dengan menggunakan data ril, sebagai kelanjutan dari penugasan dalam kelas. Review
hasil perencanaan dan anggaran dilakukan oleh Staff Dinas Kesehatan dengan nara sumber
(Technical Assistance) dari tenaga pelatih, baik yang berasal dari pusat maupun dari tingkat
propinsi.
5
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mengkuti pelatihan P2KT ini, peserta akan mampu menyusun rencana dan
anggaran tahunan kesehatan daerah secara terpadu, yang didasarkan pada kebutuhan
kesehatan spesifik daerah dan diselaraskan dengan kebijakan kesehatan nasional dan
global, sekaligus menghitung kebutuhan pembiayaan kesehatan yang realistis.
6
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
IV. POKOK BAHASAN
7
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Garis Besar Proses Pemahbelajaran
POKOK BAHASAN METODE ALAT WAKTU
BANTU
POKOK BAHASAN I : CTJ OHP 75 menit
Kebijakan Kesehatan & Perencanaan Kesehatan Daerah
1. Kebijakan kesehatan nasional dan daerah CTJ
2. Desentralisasi, SPM dan perencanaan tahunan daerah CTJ
3. Pengelolaan keuangan daerah
4. Prinsip-prinsip P2KT
5. Proses dan siklus Perencanaan Kesehatan Daerah CTJ
POKOK BAHASAN II
Perencanaan Program Kesehatan Terpadu
1. Analisis Situasi Kesehatan Daerah Latihan Data 45 menit
2. Penetapan tujuan program Latihan 45 menit
3. Identifikasi intervensi Latihan 45 menit
4. Perumusan kegiatan Latihan 45 menit
5. Penyusunan Rencana Operasional Latihan 45 menit
6. Integrasi kegiatan (sektoral) Latihan 45 menit
POKOK BAHASAN III
Penyusunan Anggaran Terpadu
1. Prinsip dan teknik perhitungan kebutuhan biaya CTJ 45 menit
program kesehatan
2. Integrasi anggaran Latihan 45 menit
3. Konversi mata anggaran (matriks anggaran)
berbasis kinerja
4. Matching biaya dengan sumber Latihan 45 menit
Pembiayaan
PENYUSUNAN PLAN OF ACTION 45 menit
Total 660 menit
PELAKSANAAN P2KT DI DAERAH 2 - 4 mgg
EVALUASI HASIL P2KT DI MASING-MASING Kunjung 2 hari
DAERAH an Tim
8
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
V. LANGKAH-LANGKAH/PROSES PELATIHAN
1. Perkenalan
2. Pre test
3. Penyampaian Materi Pokok Bahasan (CTJ)
4. Pembagian Kelompok
5. Latihan Perencanaan Terpadu
6. Latihan Penyusunan anggaran terpadu
7. Penyusunan Plan of Action
8. Presentasi kelompok
9. Rangkuman
10. Post test
9
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
VI. BAHAN BACAAN/URAIAN MATERI
Pokok Bahasan I:
UMUM
Pada satu sisi, perencanaan kesehatan daerah harus memperhatikan hiearchi kebijakan
yang lebih tinggi dalam administrasi negara, yaitu (1) Renstra kesehatan daerah atau
Renstrakesda yang merupakan kebijakan pembangunan kesehatan daerah dalam jangka
lima tahun, (2) Renstrada yang merupakan kebijakan pembangunan daerah secara
menyeluruh, (3) RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang
merupakan kebijakan limatahunan pembangunan nasional, (4) Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang berisi kebijakan pokok pembangunan kesehatan (5) Renstra Depkes, serta
(7) kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan seperti
misalnya tentang target Millenium Development Goals (MDG) di bidang kesehatan,
rumusan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimum, kebijakan anggaran,
prioritas terhadap penduduk miskin, dll.
Disisi lain, perencanaan kesehatan daerah juga harus responsif dan akomodatif terhadap
masasalah kesehatan spesifik daerah termasuk aspirasi masyarakat tentang pembangunan
kesehatan daerah.
Dari uraian diatas tampak bahwa perencanaan kesehatan daerah harus dilaksanakan dalam
dua arah, yaitu "top down" dan "bottom up". Pada masa lalu perencanaan kesehatan sangat
bersifat "top down". Perencanaan kesehatan disusun di tingkat pusat termasuk penentuan
tujuan atau target yang harus dicapai daerah dan juga dalam penentuan besaran anggaran.
Setelah kebijakan desentralisasi diterapkan, daerah diharuskan menyusun rencana kesehatan
secara "bottom up". Namun perlu dikemukakan bahwa proses "bottom up" bukanlah untuk
mengganti proses "top down" secara mutlak. Proses "bottom up" dan "top down" kedua-
duanya tetap harus diterapkan.
Oleh sebab itu, perencanaan kesehatan daerah perlu memperhatikan dan mengakomodir
kebijakan kesehatan nasional. Beberapa kebijakan nasional yang penting dan perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan kesehatan daerah adalah sebagai berikut:
10
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Prioritas masalah
Pada masa lalu (era tahun 1970-an - 1980-an), penentuan prioritas masalah kesehatan
selalu dilakukan dalam perencanaan kesehatan. Berbagai macam metode dipergunakan
untuk menentukan masalah kesehatan mana yang perlu diberikan prioritas. Namun
setelah berjalan beberapa dekade, pengalaman empiris telah membantu para pengambil
keputusan dan perencana untuk mengetahui masalah kesehatan mana yang menjadi
prioritas di suatu negara atau wilayah. Untuk Indonesia, misalnya, dalam kelompok
masalah non-infeksi sudah diketahui bahwa masalah KIA/KB dan kurang gizi adalah
masalah prioritas. Dalam kelompok penyakit infeksi, malaria, tuberkulosis, HIV/AIDS,
ISPA, diare, DBD adalah beberapa penyakit infeksi yang menjadi prioritas nasional.
Namun demikian, kalau disuatu daerah ada masalah tertentu yang dianggap penting
dan tidak termasuk dalam prioritas masalah kesehatan nasional, daerah perlu melakukan
penentuan prioritas masalah tersebut relatif terhadap masalah lain. Ini bisa dilakukan
dengan menggunakan beberapa kriteria tertentu, misalnya (1) prevalens masalah
tersebut, (2) besar dampaknya seperti ditunjukkan oleh angka CFR, kerugian ekonomi
yang ditimbulkan, dll. Sebagai contoh, masalah penggunaan formalin dan baygon
dalam pengolahan ikan di Kabupaten Tangerang dianggap sebagai masalah penting
oleh daerah ybs, penyakit reabies dianggap penting di pulau Flores, dll.
b. Prioritas intervensi
Prioritas intervensi berbeda dari prioritas masalah. Dalam program kesehatan, ada dua
kelompok intervensi yang dapat dilakukan, yaitu:
Penentuan prioritas intervensi adalah memilih intervensi yang terbaik diantara pilihan
yang ada. Salah satu cara untuk menentukan intervensi terbaik adalah analisis "cost
effectiveness". Dalam P2KT, penentuan jenis intervensi ini termasuk salah satu langkah
penting, karena memang cukup banyak pilihan intervensi yang sekarang tersedia.
Namun - sekali lagi - pengalaman empiris sudah membuktikan mana intervensi yang
"cosr effective" dan mana yang tidak. Artinya, dalam melaksanakan P2KT, daerah/Dinkes
tidak perlu melakukan analisis tersebut. Apalagi WHO sudah membuat daftar sejumlah
11
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
intervensi yang terbukti "cost effective", seperti misalnya immunisasi, Tb-DOTS,
MTBS, dll. Untuk menurunkan kematian ibu, intervensi yang sudah terebukti "cost
effective" termasuk KB, ANC (khususnya K4), dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih.
Pada tahun 2003 dikeluarkan Kepmenkes 1457 yang berisi daftar 31 jenis
program/kegiatan yang termasuk dalam SPM (lihat tabel berikut). Program/pelayanan
atau kegiatan dalam daftar SPM tersebut juga perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
daerah. Seperti terlihat, jumlahnya cukup banyak dan ada program tertentu dalam
daftar tersebut yang masih bisa diuraikan lebih lanjut, sehingga jumlah total program
dalam SPM sebetulnya lebih banyak dari 31 buah (26 diberi nomor dan lima tanpa
nomor).
Seperti terlihat, ternyata tidak semua kegiatan dalam daftar tersebut dapat disebut
sebagai pelayanan, misalnya adalah pembiayaan kesehatan. Demikian pula, ada
pelayanan farmasi yang sebetulnya sudah terintegrasi dengan pelayanan lain. Misalnya,
apabila daerah menyusun rencana program malaria, otomatis kebutuhan farmasi untuk
program tersebut sekaligus direcanakan. Artinya, dipertanyakan kenapa pelayanan
farmasi dianggap sebagai pelayanan yang ekslusif.
Masalah lain adalah kesehatan usila, yang didalamnya tercakup banyak pelayanan/
program kesehatan. Hal yang sama terjadi dengan pelayanan kesehatan kerja. Kedua
pelayanan ini menggunakan pendekatan sasaran pelayanan (penduduk usila dan tenaga
kerja), sedangkan pelayanan lain menggunakan pendekatan masalah kesehatan. Maka
jenis-jenis pelayanan dalam daftar tersebut tidak "mutually exclusive" atau tumpang
tindih.
Pada tahun 2006, Depkes melakukan upaya-upaya untuk mereview kembali daftar
SPM tersebut. Acuan dasarnya adalah UU No. 32 seperti disampaikan dimuka. Draft
awal perbaikan SPM tersebut berisi pelayanan dengan jumlah yang jauh lebih sedikit,
yaitu 8 jenis pelayanan/program, dengan 30 jenis indikator. Draft perubahan daftar
SPM tersebut disampaikan dalam tabel berikutnya.
12
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tabel-1. Daftar SPM,SK Menkes 1457/2003
No Kewenangan Wajib Pelayanan
1 Pelayanan kesehatan dasar 1 Pel Kes. Ibu dan Bayi
2 Pelkes Anak Prasekolah & Usia Sekolah
3 Pelayanan KB
4 Pelayanan Immunisasi
5 Pelayanan Pengobatan/Perawatan
6 Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pelayanan Kesehatan Kerja (*)
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (*)
2 Penyelenggaraan Perbaikan 7 Pemantauan Pertumbuhan Balita
Gizi Masyarakat 8 Pelayanan Gizi
3 Pelkes Rujukan & Penunjang 9 Pel. Obstetri & Neonatal Emergensi dasar & komprehensif
10 Pelayanan Gawat Darurat
4 Pencegahan & Pemberantasan 11 Surveilans Epidemiologi, penanggulangan KLB & Gizi Buruk
Penyakit Menular 12 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
13 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tb Paru
14 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
15 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS
16 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD
17 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria (*)
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta (*)
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis (*)
5 Penyelenggaraan kesling & 18 Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi Dasar 19 Pelayanan Pengendalian Vektor
20 Pelayanan Hygiene sanitasi di Tempat Umum
6 Promosi Kesehatan 21 Penyuluhan Perilaku Sehat
7 Pencegahan & Penanggulangan 22 Penyuluhan P3 NAPZA berbasis masyarakat
penyalahgunaan Napza
8 Pelayanan Kefarmasian (obat) 23 Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
24 Pelayanan Penggunaan Obat Generik
9 Penyediaan pembiayaan dan 25 Penyelenggaraan Pembiayaan pelayanan kes. perorangan
jaminan kesehatan 26 Penyelenggaraan Pembiayaan utk Gakin & Masy. Rentan
(*) didaerah tertentu
13
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Draft revisi daftar SPM
NO JENIS PELAYANAN NO INDIKATOR KETERANGAN
1 Pelayanan kesehatan ibu dan anak 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Termasuk cakupan Bumil mendapat 90
tablet Fe
2 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
3 Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani Termasuk Bumil resti yang dirujuk
4 Cakupan kunjungan bayi dan balita Termasuk kunjungan neonatus,
cakupan BBLR yang ditangani
5 Cakupan peserta aktif KB
6 Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun
7 Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Termasuk Acute Flacid Paralysis (AFP)
Beberapa negara lain dan badan internasional seperti WHO dan Bank Dunia menyarankan
penggunaan konsep "program atau pelayanan essensial", yaitu progam atau pelayanan
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) mengenai sejumlah besar penduduk, seperti terlihat dari angka prevalens kejadiannya
14
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(2) dampaknya besar, misalnya Case Fatality Rate (CFR) yang tinggi, meyebabkan
tingginya kehilangan waktu produktif yang diukur dengan DALY (Dissability
Adjusted Life Years) dan menyebabkan mutu SDM menurun
(3) intervensi tersebut "cost effective"
Sumber: World Development Report 1993: Investing in Health. World Bank 1993.
Sebagai contoh, berikut ini disampaikan daftar pelayanan dan program yang oleh WHO
digolongkan sebagai intervensi yang cost effective dan oleh karenanya perlu diberikan
prioritas dalam perencanaan kesehatan.
15
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tabel-3. Pelayanan esensial rekomendasi WHO
Prioritas Target Prioritas masalah/intervensi Target 2015
masalah/intervensi 2015
1 Tb 70% 5 MTBS 80%
2 Malaria (1) ISPA
(1) Pengobatan 70% (2) Diare
(2) Pencegahan 70% 6 KIA 90%
3 HIV/AIDS (1) ANC
(1) Pencegahan 80% (2) Persalinan dg nakes
(2) Perawatan kasus 70% 7 Pengendalian konsumsi 80%
rokok
4 Immunisasi 90% (1) Kebijakan pajak rokok
(1) BCG/DPT/OPV (2) Pelarangan iklan
(2) Hb (3) Penyuluhan masyarakat
(3) Campak
Macroeconomic and health, 2000
Secara umum, penduduk miskin juga memerlukan program/pelayanan yang bisa dibagi
dalam dua kelompok, yaitu (1) pelayanan klinis dan (2) program kesehatan masyarakat.
Daftar pelayanan essensial yang disampaikan dimuka dapat dipergunakan sebagai
16
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
pedoman untuk menentukan jenis pelayanan dan program yang perlu dijamin bagi penduduk
miskin.
Pada tahun 1998, sebagai respons terhadap krisis ekonomi dikawasan Asia Tenggara,
pertemuan regional yang diselenggarakan di Tokyo merumuskan 6 kelompok/jenis pelayanan
yang dianggap essensial untuk penduduk miskin. Penentuan jenis pelayanan/ program
tersebut didasarkan pada pola utilisasi pelayanan tersebut oleh penduduk miskin.
Sejak tahun 2002 Pemerintah mulai menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja,
meninggalkan sistem anggaran melalui proses penyusunan DIP untuk anggaran pembangunan
dan DIK untuk anggaran rutin. Kedua sistem anggaran ini adalah berbasis mata anggaran
(line item budget).
Pada tahun 2002 dikeluarkan Kep.Mendagri No. 29 yang memuat pedoman penyusunan
anggaran berbasis kinerja. Kelompok anggaran dibagi dalam kegiatan (a) aparatur dan (b)
pelayanan publik. Masing-masing kelompok anggaran tersebut, dibagi lagi menjadi 3 jenis
mata anggaran, yaitu (1) belanja administrasi umum, (2) belanja operasional dan pemeliharaan
dan (3) belanja barang modal. Tujuan sistem baru ini adalah untuk lebih menjamin bahwa
setiap belanja daerah jelas terkait dengan kinerja tertentu yang akan dicapai. Disamping
itu, sistem ini juga diharapkan adanya keseimbangan antara belanja aparatur dengan belanja
pelayanan publik.
Pada tahun 2005, dikeluarkan PP No. 58/2005 yang kemudian disusul dengan Permendagri
No. 13/2006 sebagai pengganti Kep.Mendagri No. 29/2002. Ada tiga hal penting dalam
PP dan Permendagri tersebut yang perlu diadopsi dalam P2KT versi-4 ini, yaitu tentang
(a) definisi istilah dalam sistem perencanaan dan penganggaran, (b) sumber pendapatan
daerah dan kaitannya dengan keuangan pusat dan (c) kelompok belanja dalam keuangan
daerah.
17
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Definisi istilah dalam sistem perencanaan dan penganggaran Daerah (PP No.
58/2005 dan Permendagri No. 13/2006)
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah perangkat Daerah pada pemerintah
Daerah selaku pengguna anggaran/barang. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
salah satu SKPD.
RKA SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD) adalah dokumen perencanaan
dan pengganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakannya.
KUA (Kebijakan Umum APBD) adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode
1 (satu) tahun.
Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program.
Kegiatan juga merupakan sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Output (keluaran) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program dan kebijakan
Target (sasaran) adalah banyaknya output yang diharapkan dari suatu program
Outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program tertentu.
Dalam tabel berikut disampaikan contoh aplikasi istilah-istilah tersebut diatas untuk
program kesehatan.
3. Prinsip P2KT
Bagian ketiga dalam Pokok Bahasan I ini adalah tentang prinsip-prinsip P2KT, yaitu
sebagai berikut.
4. P2KT adalah "evidence based planning". Oleh sebab itu salah satu syarat untuk P2KT
yang baik adalah berfungsinya SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dan SIM (Sistem
Informasi Manajemen Kesehatan). Surveylans sangat vital dalam P2KT karena hanya
dengan surveilans yang baik dapat diketahui prevalens dan insidens suatu masalah
kesehatan tertentu serta distribusinya menurut penduduk, tempat dan waktu.
19
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. P2KT adalah proses berulang (iterrative) untuk menemukan kompromi antara kebutuhan
kesehatan dengan ketersediaan sumberdaya (yang terbatas). Dalam bahasa perencanaan,
P2KT mempertemukan pendekatan "target based budgeting" dengan "budget based
targeting"
8. Penyusunan anggaran dalam P2KT didasarkan pada (1) target kinerja program, (2)
biaya satuan, (3) ketersediaan dan sumber biaya
9. P2KT melibatkan semua unit Dinas Kesehatan, Puskesmas dan sedapat mungkin
juga melibatkan RSUD.
Siklus perencanaan kesehatan daerah terikat pada siklus perencanan daerah yang diatur
oleh UU No. 25/2004. Penyusunan rencana untuk tahun mendatang disusun dalam tahun
sekarang. Ternyata siklus tersebut sangat ketat, karena draft awal rencana dibahas dalam
bulan Maret, yaitu dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat
kabupaten/kota.
Dengan perkataan lain, proses penyusunan rencana tahun mendatang harus sudah dimulai
pada awal Januari tahun berjalan. Selama tiga bulan, rencana dan anggaran tersebut harus
sudah selesai disusun.
20
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Jadwal penyusunan rencana tehunan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
No Kegiatan Unit pelaksana Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Analisis situasi
a. Review kinerja thn lalu (evaluasi) Dinkes x
b. Analisis situasi & kebijakan kesehatan Dinkes x x
2 Rapat Kerja Perencanaan (1) Arahan oleh Dinkes x
3 Musrenbang desa Puskesmas + Desa x
4 Unit-unit Dinkes menyusun PKT Unit-2 Dinkes x x
5 Puskesmas menyusun PKT Puskesmas x x
6 Musrenbang kecamatan Puskesmas + Camat x
7 Rapat Kerja Perencanaan (II) Dinkes + Puskesmas x
8 Forum SKPD (ekpos oleh Kadinkes) SKPD + Bappeda x
9 Musrenbang Kabupaten/Kota SKPD + Bappeda + DPRD x x
10 Jaring asmara DPRD x x
11 Kebijakan Umum Anggaran DPRD & Pemda x x
12 Asistensi anggaran (pembahasan usulan) Dinkes + Bappeda x x x x x x
13 Keputusan anggaran DPRD + Pemda x
RKT = Rencana Kerja Tahunan
Jaring asmara = menjaring aspirasi masyarakat
Analisis situasi adalah langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan. Analisis situasi
sudah harus mulai dikerjakan sejak bulan Desember (lihat tabel jadwal diatas). Yang
dihasilkan dari suatu analisis situasi kesehatan daerah adalah sebagai berikut:
Untuk menghasilkan enam butir diatas, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu
seperti disampaikan dalam tabel berikut.
21
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Analisis situasi
Analisis situasi kesehatan Evaluasi kinerja th yll Analisis kebijakan kesehatan
Bahan - Data demografi - Laporan program - Kebijakan pembangunan
- Laporan pelayanan nasional
- Profil kesehatan - Renstrakes daerah
- Hasil analisis Susenas - Data dan informasi lain yg
- dll penting utk perencanaan
kesehatan (misalnya kegiatan
sektor lain yg berdampak thd
kesehatan)
Hasil - Prevalens - Apakah target program - Rumusan prioritas masalah
analisis - Insidens tercapai? kesehatan
- Jumlah kasus sakitlmati - Program apa yg targetnya - Prioritas intervensi kesehatan
- Faktor resiko perilaku belum tercapai dan di - Prioritas sasaran pembangunan
- Faktor resiko lingkungan kecamatan mana ? kesehatan (misalnya penduduk
miskin, kesehatan anak pra- dan
sekolah)
Dalam tabel diatas disampaikan tiga area analisis situasi (Situasi kesehatan, Evaluasi
kinerja program dan Analisis kebijakan). Disampaikan juga daftar bahan-bahan yang perlu
ditelaah untuk merumuskan hasil analisis situasi tersebut.
Analisis situasi ini seluruhnya harus sudah selesai dalam bulan Januari.
Rapat kerja Perencanaan pertama dilakukan dalam bulan Januari. Rapat kerja ini melibatkan
semua unit dibawah Dinkes:
Dalam rapat kerja ini Dinkes menyampaikan kebijakan kesehatan, pencapaian program
sampai saat sekarang, gap yang ada (tidak tercapainya target program) serta hambatan
yang dihadapi. Fihak-fihak yang diundang diminta masukannya untuk rencana tahun
mendatang.
Selain itu, Dinkes juga menyampaikan target-target kabupaten yang harus dicapai. Dalam
rapat ini perlu juga disampaikan progam mana yang perlu dipacu kinerjanya dan Puskesmas
mana yang juga perlu dipacu kinerjanya untuk program tersebut.
22
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Dalam Rapat Kerja Perencanaan ini hendaknya sudah disepakai target-target program
yang harus dicapai oleh masing-masing Puskesmas, dalam rangka mencapai target
Kabupaten/Kota. Target-target tersebut bisa berbeda antara Puskesmas, tergantung pada
kinerja Puskesmas bersangkutan pada tahun yang lalu.
Agar tidak terjadi tumpang tindih usulan antar Dinas Kesehatan dan Puskesmas harus
disepakati pula jenis kegiatan apa dari setiap program yang akan dilaksanakan oleh
Puskesmas dan kegiatan yang bagaimana akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.
Sebagai contoh :
1. Kegiatan pelayanan individu seperti case finding, treatment merupakan jenis
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas.
2. Kegiatan ke masyarakat seperti Surveilance lintas wilayah kerja , foging yang
merupakan kegiatan dalam dan lintas wilayah kerja Puskesmas harus dikerjakan
oleh Dinas Kesehatan. Sedangkan abatisasinya dikerjakan oleh Puskesmas.
3. Kegiatan pengembangan/investasi seperti pembelian alat-alat kesehatan, rehab
fisik Puskesmas, cetak leaflet, Pelatihan Guru UKS, Pelatihan Kader Posyandu
diusulkan oleh Puskesmas tapi pelaksananya oleh Dinas Kesehatan.
4. Kegiatan Manajemen yang sifatnya lintas wilayah seperti rapat Lintas Program
dan Lintas Sektor, dan Supervisi dikerjakan oleh Dinas Kesehatan .
5. Mobilisasi peran serta masyarakat bila lintas wilayah kerja Puskesmas pelaksananya
oleh Dinas Kesehatan.
Kriteria yang berkaitan dengan prinsip efisiensi dan efektif harus menjadi pertimbangan
dalam pembagian pelaksanaan kegiatan.
Setelah rapat kerja pertama, Puskesmas dan Unit-unit Dinkes diminta menyusun rencana
kerja tahunan (RKT) masing-masing. Isi RKT tersebut paling tidak adalah sebagai berikut:
Penyusunan RKT oleh masing-masing unit tersebut dilakukan dalam bulan Januari (setelah
Rapat Perencanaan I) sampai bulan Pebruari.
23
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Khusus untuk Puskesmas, dalam menyusun RKT perlu mengakomodir hasil Musrenbang
Kecamatan, yaitu usul-usul dari masyarakat untuk program kesehatan di kecamatan
bersangkutan.
Rencana usulan kegiatan Puskesmas yang dituangkan dalam sebuah dokumen rencana
kerja tahunan Puskesmas harus didasarkan pada sebuah fakta dilapangan, berorientasi
pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat dan tidak semata mata memenuhi
kebutuhan program . Untuk memenuhi persyaratan tersebut Kepala Puskesmas beserta
stafnya harus melaksanakan langkah-langkah penyusunan usulan kegiatan yang dapat
berpedoman pada Kep.Men.Kes.RI No.128 / 2004.
Usulan tersebut dituangkan dalam sebuah matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian
kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan
biaya untuk setiap kegiatan., seperti contoh di bawah ini :
24
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Langkah ke dua Puskesmas mengajukan rencana usulan kegiatan tersebut ke Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota untuk mendapat persetujuan pembiayaannya. Dalam pengajuan
usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan kaitannya dengan upaya mendukung Perencanaan
dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) tingkat Kabupaten/Kota, dapat dilakukan
melalui Rapat Kerja Perencanaan ke II
Rapat Kerja Perencanaan II ini dilaksanakan pada akhir Pebruari atau Awal Maret, yaitu
sebelum Musrenbang Kabupaten/Kota dilaksanakan.
Dalam rapat ini unit-unit Dinkes dan Puskesmas menyampaikan RKT yang sudah disusunnya
dengan cara presentasi atau desk programer Puskesmas dengan programer Dinas Kesehatan.
Hal yang harus diperhatikan oleh para programer Dinas Kesehatan dan Puskesmas pada
saat desk adalah :
25
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tujuan Rapat II ini adalah melakukan konsolidasi rencana dan mempersiapkan draft awal
Rencana Kerja atau RK atau disebut juga Renja
Hasil Rapat Kerja II ini adalah sebuah dokumen RK yang terdiri dari:
Penyusunan draft awal ini dapat dilakukan dengan bantuan "Template" P2KT (terlampir)
Dinkes menyampaikan usulan rencana dan anggaran sektor kesehatan tahun mendatang
dalam Musrenbang. Selain itu Dinkes juga mengakomodir usulan-usulan yang disampaikan
dalam Musrenbang tersebut, yang dipegunakan untuk memperbaiki draft RK.
Biasanya Musrenbang ini diselenggarakan dalam bulan Maret dan April.
Dalam bulan yang sama (Maret atau April), Pemda/Bappeda menyelenggaran pertemuan
dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), termasuk Dinas Kesehatan.
Dalam forum ini Dinkes manyampaikan RK kesehatan dan perlu melakukan advocacy
untuk meyakinan pengambil keputusan.
Dalam bulan Pebruari - Maret biasanya DPRD melakukan penjaringan aspirasi masyarakat.
Aspirasi masyarakat diharapkan mempengaruhi kebijakan umum anggaran, yang dibahas
bersama antara DPRD dengan Pemda selama bulan April - Mei.
Konsultansi atau asistensi anggaran berlangsung antara Juni sampai dengan Desember.
Dalam asistensi ini dilakukan pembahasan usulan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran)
antara Dinkes dengan Bappeda.
26
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Selama proses asistensi anggaran ini dilakukan penyesuaian-penyesuaian RKA, yaitu
tentang (a) target, (b) kegiatan dan (c) anggaran. Prosesnya bersifat "iteraif" atau berulang-
ulang, tergantung proses negosiasi dengan fihak Bappeda.
Keputusan anggaran untuk tahun mendatang diambil pada akhir tahun sebelumnya, yaitu
sekitar bulan Nopember - Desember.
27
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Pokok Bahasan II
PERENCANAAN KESEHATAN DAERAH TERPADU
Lima kegiatan pokok dalam penyusunan rencana terpadu dalam program kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Analisis situasi dan perumusan masalah
b. Penentuan tujuan
c. Identifikasi kegiatan
d. Penyusunan rencana operasional
e. Integrasi perencanaan
Analisis situasi
1. Deskripsi masalah
2. Kinerja sistem pelayanan/program kesehatan
3. Faktor resiko lingkungan
4. Faktor resiko perilaku
Catatan:
Rumusan deskripsi masalah sangat penting untuk merumuskan tujuan umum
(outcome) yang akan dicapai program (lihat bagian perumusan tujuan dalam modul
ini).
Untuk masing-masing masalah kesehatan, biasanya sudah ada ukuran baku untuk
menggambarkan ukuran besar masalah penyakit tersebut, seperti AMI/API untuk malaria,
prevalens untuk masalah gizi, KIA, TB dan Pneumonia, dll.
28
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Distribusi menurut tempat dalam konteks kabupaten sebaiknya dibagi menurut
(a) kecamatan atau
(b) wilayah kerja Puskesmas.
Distribusinya menurut waktu menunjukkan pola kejadian penyakit tersebut menurut musim
atau bulan tertentu sepanjang tahun.
Deskripsi sumber penyakit didasarkan pada hasil survei atau pengalaman empiris tentang
sumber penyakit bersangkutan. Misalnya tbc bersumber pada kontak dengan penderita,
malaria bersumber pada spesies anopheles tertentu dan parasit malaria tertentu, DBD
bersumber pada nyamuk aedes yang bertelur di tempat perteluran yang khas, ISPA berkaitan
dengan polusi dalam ruangan rumah atau wabah campak, kurang yodium bersumber pada
kualitas garam dan air minum dan makanan, perdarahan pada saat persalinan bersumber
pada anemia ibu hamil, dll.
Sumber data untuk deskripsi masalah kesehatan ini antara lain adalah sebagai berikut:
- Laporan Puskesmas
- Laporan Rumah Sakit
- Laporan program
- Hasil Surkesda
- Hasil analisis data Susenas
- Dll
Catatan:
Gambaran situasi kinerja program sangat penting untuk merumuskan tujuan
khusus/target output dalam proses perencanaan (lihat bagian "Penentuan Tujuan"
dalam modul ini).
Selain itu, gambaran proses dan input sangat penting untuk merencanakan kegiatan
manajemen program (lihat bagian "Identifikasi kegiatan" dalam modul ini).
Hal berikutnya yang perlu dianalisis adalah kinerja program dan sistem pelayanan yang
berkaitan dengan masalah bersangkutan. Fokus analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Kinerja/output:
a. Usahakan memperoleh trend output dari tahun ke tahun
b. Apakah output program/pelayanan sesuai dengan target
c. Kalau tidak, lakukan analisis untuk mengetahui sebab-sebabnya
d. Kalau berhasil atau melebihi target, jelaskan juga sebab-sebabnya
2. Proses:
a. Apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana tahunan
29
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
b. Kalau tidak sebutkan kegiatan yang mana
c. Jelaskan sebabnya
d. Juga lakukan analisis terhadap proses manajerial seperti:
d.1. supervisi
d.2. kordinasi dan integrasi lintas program
d.3. kordinasi dan integrasi lintas sektor
d.4. peran fihak swasta
d.5. peran masyarakat
3. Input:
a. Lakukan analisis tentang kecukupan input (tenaga, dana, alat, obat, dll)
b. Apakah ketersediaan input tersebut tepat waktu
c. Apakah ada input yang tidak terserap/tidak terpakai, dan jelaskan kenapa
Analisis faktor resiko lingkungan (sebagaimana halnya dengan resiko perilaku) bertujuan
untuk mengetahui sumber penyakit (faktor yang berkaitan langsung dengan kejadian
penyakit) dan juga mengetahui faktor lain yang tidak langsung berkaitan dengan kejadian
penyakit. Misalnya nyamuk malaria adalah sumber penyakit (faktor yang berkaitan langsung
dengan kejadian malaria) sedangkan adanya genangan air (misalnya laguna) adalah faktor
yang secara tidak langsung berkaitan dengan kejadian malaria)
Data yang perlu ditelaah dalam identifikasi faktor resiko lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Hasil surveilans
2. Laporan Puskesmas
3. Hasil survey khusus dan OR
4. Data kegiatan pembangunan (dari Pemda)
5. Laporan masyarakat/mass media/LSM
6. Pengamatan oleh staff Dinkes
7. Dll
Lakukan analisis untuk mengidentifikasi apakah ada faktor lingkungan yang berkontribusi
terhadap masalah bersangkutan.
Kemudian lakukan analisis untuk mengetahui fihak/sektor mana yang relevan untuk
melakukan intervensi terhadap faktor tersebut (misalnya sektor kesehatan, pertanian,
pendidikan, dll)
Data yang perlu ditelaah dalam identifikasi faktor resiko perlaku adalah sebagai berikut:
30
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
1. Analisis data Susenas (tentang pola pencarian pengobatan, dll)
2. Hasil survey khusus dan OR (misalnya tentang pola pencarian pertolongan persalinan,
dll)
3. Laporan masyarakat/mass media/LSM
4. Pengamatan oleh staff Dinkes
5. Laporan Puskesmas
Lakukan analisis untuk mengidentifikasi apakah ada faktor perilaku yang berkontribusi
terhadap masalah yang bersangkutan.
Kemudian lakukan analisis untuk mengetahui fihak/sektor mana yang relevan untuk
melakukan intervensi terhadap faktor tersebut (misalnya sektor kesehatan, pendidikan,
agama, dll)
2. b. Penentuan tujuan
Dalam istilah perencanaan, tujuan program bisa berupa (a) outcome atau hasil dan (b)
output atau keluaran (lihat definisi istilah seperti telah disampaikan dimuka). Tujuan untuk
mencapai sejumlah output disebut target. Untuk itu sekali lagi tabel dimuka disampaikan
disini:
Program Immunisasi campak Gizi balita
Kegiatan Pencatatan sasaran, Penimbangan balita
sweeping immunisasi
Input Jurim, vaksin, cold chain, Petugas gizi, dacin, PMT
biaya transport pemulihan, biaya transport
Output Balita diimunisasi Balita ditimbang
Target 90% balita di immunisasi 100% balita
Outcome KLB campak tidak terjadi KEP Balita menurun
Tujuan yang berkaitan dengan pencapaian sejumlah output (target) sering juga disebut
sebagai tujuan khusus. Sedangkan tujuan yang berkaitan dengan outcome disebut tujuan
umum.
(1) Tujuan umum, atau tujuan pencapaian outcome berkaitan dengan perbaikan
derajat kesehatan, yaitu penurunan morbiditas dan mortalitas. Penentuan tujuan
ini mengacu pada rumusan masalah kesehatan bersangkutan. Misalnya
menurunnya AMI/API dalam program malaria, menurunkan prevalens pneumonia
balita, menurunkan angka anemia ibu hamil, menurunkan angka kurang gizi anak
sekolah, dll.
(2) Tujuan khusus - atau pencapaian target output, berkaitan dengan perbaikan kinerja
program. Penentuan tujuan ini mengacu pada rumusan kinerja program. misalnya
31
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
untuk meningkatkan penyemprotan nyamuk malaria, meningkatkan cakupan
immunisasi, meningkatkan temuan kasus dan pengobatan pneumonia, meningkatkan
cakupan penimbangan bayi dan balita, dll.
Untuk tingkat daerah, ada program-program yang tujuan umumnya (outcome) hanya bisa
dinyatakan secara kualitatif, misalnya "menurunkan angka kematian bayi".
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan program, yaitu
sebagai berikut:
Namun pada tataran operasional, penentuan tujuan secara kuantitatif harus realistis., artinya
sesuai dengan realita masalah didaerah serta kemampuan daerah untuk mencapainya. Agar
realistis, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan:
32
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Kinerja
?
?
Tahun
00 01 02 03 04 05 06
70
60
50
40
30
20
10
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pada diagram diatas disampaikan contoh penggunaan trend (kecenderungan) masa lalu
dalam penentuan tujuan tahun yang akan datang. Dari kinerja tahun-tahun sebelumnya,
bisa dibuat garis linier yang merupakan kecenderungan kenaikan kinerja. Kalau diperkirakan
tidak ada hal-hal istimewa yang akan terjadi di tahun mendatang, maka dapat diasumsikan
bahwa target tahun depan yang paling realistis adalah mengikuti trend tahun-tahun
sebelumnya.
Namun apabila diperkirakan akan terjadi hal-hal khusus, maka target atau tujuan tahun
depan bisa menyimpang dari trend tersebut. Penyimpangan tersebut bisa berupa penurunan
atau kenaikan.
33
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tujuan/
target nasional
Rumusan awal
Keadaan / tujuan (terget
Masalah thn thn yad)
yll Trend kinerja masa lalu
Faktor internal
Faktor eksternal
Rumusan Tujuan
(Rumusan akhir)
Pertama, dasar penentuan tujuan untuk tahun mendatang adalah perkiraan tentang keadaan
akhir tahun sebelumnya, dengan catatan bahwa tahun yang berjalan adalah menjadi "tahun
yang lalu" bagi posisi tahun mendatang. Jadi misalnya tujuan (target) persalinan oleh
tenaga terlatih untuk tahun mendatang harus didasarkan pada perkiraan % persalinan oleh
tenaga terlatih pada akhir tahun yang sedang berjalan.
Kedua, perlu dipertimbangkan tujuan/target nasional yang akan dicapai untuk tahun
mendatang. Angkanya bisa diperoleh dari dokumen RPJM dan hasil Rakerkesnas.
Ketiga, juga perlu dipertimbangkan target tahun mendatang seperti mungkin sudah
ditetapkan dalam Renstrakes Daerah.
Dengan tiga informasi tersebut, ditetapkan target program dengan judgment (perkiraan).
Hasilnya adalah rumusan tujuan/target awal atau sementara.
Selanjutnya, rumusan tujuan awal tersebut perlu ditelaah apakah cukup realistis atau tidak.
Ini dapat dinilai dengan melihat (a) trend kinerja tahun-tahun sebelumnya, (b) kemungkinan
perubahan mendasar dalam lingkungan internal Dinas Kesehatan/Puskesmas dan (c)
Kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal.
Setelah semua itu dipertimbangkan, barulah ditetapkan rumusan tujuan yang sebenarnya
yang akan dicapai tahun mendatang.
34
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
2.c. Identifikasi kegiatan
Catatan:
Identifikasi kegiatan merujuk pada (a) rumusan tujuan (output program), (b) rumusan
proses dan input program, (c) rumusan faktor resiko ligkungan, (d) rumusan faktor
resiko perilaku.
Identifikasi kegiatan sangat penting dalam perencanaan karena kaitannya yang erat dengan
perhitungan kebutuhan anggaran. Secara garis besar, kegiatan dalam program kesehatan
dapat dibagi lima, yaitu:
a. Pelayanan individu:
a.1. Temuan kasus
b.2. Pengobatan
c.3. Kegiatan Pengembangan
b. Pelayanan masyaralat:
b.1. Intervensi lingkungan
b.2. Intervensi perilaku
b.3. Mobilisasi masyarakat dan peran serta
b.4. Kegiatan Pengembangan
35
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(2) Kegiatang tidak langsung:
a. Kegiatan rutin (perencanaan, monitoring, supervisi, evaluasi,dll)
b. Kegiatan pengembangan
Agar lebih lengkap, sewaktu merumuskan kegiatan program, perlu dilihat pedoman standar
yang sudah baku seperti yang dipersiapkan oleh Depkes RI/WHO, Unicef, dll. Beberapa
contoh pedoman baku misalnya:
Dalam identifikasi kegiatan ini, langsung dilakukan identifikasi pelaku potensial (fihak
yang diperkirakan mampu dan sesuai untuk melakukan kegiatan tersebut. Ini bisa dilakukan
dengan menggunakan matriks seperti berikut:
36
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
No Kegiatan Oleh sektor Pelaksanaan oleh fihak/sektor lain
kesehatan Sektor lain Swasta/LSM Masy dll
1
2
3
4
5
6
Semua kegiatan yang akan dilakukan oleh sektor kesehatan selanjutnya diuraikan dalam
rencana operasional dan kemudian juga diterjemahkan dalam rencana anggaran.
Sedangkan untuk semua kegiatan yang dapat dan perlu dilakukan oleh sektor lain, swasta
dan masyarakat, Dinas Kesehatan perlu melakukn mobilisasi kemitraan dan advocacy.
Dari hasil analisis sebelumnya, kemudian disusun rencana operasional yang isinya adalah
sebagai berikut:
1. daftar kegiatan
2. output masing-masing kegiatan tersebut
3. lokasi/tempat kegiatan
4. jadwal pelaksanaannya (mulai dan berakhir)
5. penanggung jawab pelaksana kegiatan tersebut (perorangan atau unit organisasi)
Rangkuman jadwal kegiatan dalam satu tahun dapat disampaikan dalam bentuk Gant Chart
Setelah selesai, perlu dillihat kembali apakah ada dari rencana kegiatan tersebut yang
dapat diintegrasikan dengan kegiatan lain (dalam program yang bersangkutan) atau dengan
kegiatan dari program lain. (Lihat juga uraian teoretis tentang arti keterpaduan).
Dalam melakukan integrasi kegiatan ini, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:
37
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
1. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan sasaran (kesamaan populasi dan
kesamaan wilayah/lokasi)
2. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan jadwal
3. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan output kegiatan
Apabila ada kesamaan, lakukan analisis apakah kegiatan tersebut dapat diintegrasikan
(dalam satu program).
Untuk integrasi kegiatan lintas program, secara teoretis kemungkinan integrasi umumnya
terdapat pada kegiatan penunjang (kegiatan tidak langsung), yaitu :
Artinya ada kemungkinan kegiatan manajemen dan kegiatan penunjang yang sekaligus
bermanfaat untuk program yang berbeda-beda. Supervisi, sistem informasi, pelatihan, dan
pengadaan alat adalah contoh kegiatan manajemen dan pengembangan yang mungkin
diintegrasikan untuk beberapa program kesehatan yang berbeda.
Kalau ditemukan kemungkinan integrasi kegiatan, maka rencana kegiatan untuk program
bersangkutan perlu dirubah. Pastikan bahwa kegiatan tersebut dialihkan ke program lain.
38
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
RINGKASAN:
4.Mobilisasi sosial
5.Kegiatan pengembang-
an/innovatif
Rencana operasional
Rencana operasional
Dalam diatas diperlihatkan bahwa secara garis besar, ada empat langkah utama dalam
penysunan rencana program terpadu, yaitu sebagai berikut:
1. Analisis situasi
2. Penetapan tujuan
3. Identifikasi kegiatan
4. Penyusunan rencana operasional
Hasil analisis situasi dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan besaran tujuan. Ada
dua jenis tujuan, yaitu:
39
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
2. Tujuan yang berkaitan dengan output program, misalnya meningkatkan temuan
kasus dan pengobatan, meningkatkan cakupan immunisasi, meningkatkan cakupan
penimbangan bayi, dll.
Hasil analisis situasi dan perumusan tujuan dipergunakan sebagai dasar dalam penentuan
atau identifikasi kegiatan. Secara garis besar ada dua kelompok kegiatan, yaitu:
40
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Pokok Bahasan III
Dalam penyusunan anggaran secara terpadu, ada TUJUH hal yang harus diperhatikan,
yaitu bahwa:
1. Anggaran disusun untuk semua program (menyeluruh) yang menjadi tanggung jawab
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Kebutuhan anggaran untuk masing-masing program tersebut diperhitungkan secara
"bottom up"
3. Alokasi anggaran harus terpadu dan seimbang, yaitu untuk unit yang melaksanakan
kegiatan penunjang dan unit yang melaksanakan kegiatan langsung (pelayanan).
4. Alokasi anggaran harus terpadu dan seimbang antara anggaran investasi dengan
anggaran operasional dan pemeliharaan.
5. Sumber anggaran untuk program-program tersebut beragam, yaitu anggaran pusat,
propinsi, kabupaten/ kota dan masyarakat/ swasta.
6. Mata anggaran dalam masing-masing sumber juga beragam.
7. Ada mata anggaran yang bisa dimanfaatkan secara bersama antara program (sharing)
seperti anggaran supervisi, alat tertentu, dll. Mata anggaran seperti ini perlu diintegrasikan
antara program untuk mencegah tumpang tindih dan inefisiensi.
Landasan pikir ke tujuh hal tersebut diatas adalah bahwa pembangunan kesehatan kabupaten
harus bersifat lintas program, dan bahkan lintas sektor, yang bisa bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Atau dari perspektif lain, pembangunan kesehatan harus
menyangkut intervensi di bidang lingkungan, perilaku dan gaya hidup, kependudukan dan
pelayanan kesehatan individual dan masyarakat. Dari perspektif ini, semua program
hendaknya mendapat alokasi anggaran sesuai dengan target program tersebut masing-
masing.
Selain itu, program dan pelayanan kesehatan adalah suatu produk dari kegiatan-kegiatan
langsung (pelayanan kesehatan) dan kegiatan tak langsung atau penunjang. Kegiatan
langsung umumnya dilakukan oleh fasilitas pelayanan (Puskesmas dan Rumah Sakit dan
program pelayanan di lapangan atau di tengah masyarakat), sedangkan kegiatan tidak
langsung atau penunjang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam bentuk pelatihan, kordinasi,
supervisi, dll. Dari perspektif ini, maka semua unit-unit (langsung dan penunjang)
41
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
juga harus mendapat alokasi yang mencukupi dan seimbang, sesuai dengan bobot
kegiatannya masing-masing.
Suatu proses produksi (misalnya produksi pelayanan kesehatan atau kegiatan program
kesehatan masyarakat), selalu memerlukan biaya investasi dan biaya operasional serta
pemeliharaan. Dari perspektif ini, maka alokasi untuk mata anggaran investasi, operasional
dan pemeliharaan juga harus seimbang.
42
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(6) Fenomena pyramida terbalik
Masalah lain adalah terserapnya anggaran untuk kegiatan-kegiatan penunjang dan
administratif, seperti biaya pertemuan, biaya perjalanan ke propinsi, biaya pelatihan
di Kabupaten ataupun di Propinsi. Sedangkan untuk kegiatan ditingkat bawah,
misalnya untuk kegiatan Musrenbang tingkat desa dan kecamatan, mobilisasi peran
serta dll, seringkali Puskesmas mendapat kesulitan membiayainya.
(10) "Bocor"
Tidak bisa disangkal bahwa kebocoran juga terjadi dalam pengelolaan pembiayaan
kesehatan.
43
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
3. Penganggaran menyeluruh, terpadu dan seimbang
Teknik atau cara untuk menghitung kebutuhan biaya operasional masing-masing program
tersebut, didasarkan pada kebutuhan riel di lapangan serta target yang hendak dicapai.
Perkiraan kebutuhan anggaran tersebut dapat diringkaskan dalam Tabel-1. Tabel ini
merupakan suatu rangkuman menyeluruh tentang kebutuhan biaya.
Pada Tabel-1 dapat dilihat berapa jumlah kebutuhan anggaran untuk kegiatan penunjang,
yaitu kegiatan manajemen dan pengembangan yang umumnya dilakukan oleh Dinas
Kesehatan dan Puskesmas. Dalam penyusunan anggaran, perlu dilakukan telaahan
kemungkinan memadukan beberapa kegiatan penunjang yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan sekaligus untuk beberapa program. Oleh sebab itu, kolom total untuk anggaran
Dinas Kesehatan bisa berubah-ubah tergantung dari sejauh mana keterpaduan bisa dilakukan.
Sebagai contoh, anggaran perjalanan Dinas Kesehatan untuk supervisi program bisa
dipadukan antara beberapa program, sehingga jumlahnya menjadi lebih kecil. Upaya inilah
yang disebut sebagai penganggaran terpadu.
Selanjutnya, dalam proses penganggaran juga diusahakan agar kebutuhan biaya investasi
dan operasional juga terpenuhi secara seimbang. Untuk masing-masing program, Tabel
berikut menjelaskan komponen-komponen biaya yang lazim diperlukan dalam program
kesehatan.
44
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tabel 1. Komponen atau mata anggaran program kesehatan
Nama program:
Jenis kegiatan :
Biaya Biaya
Kegiatan Penunjang Kegiatan langsung (Unit
(Dinas pelayanan: Puskesmas &
Kesehatan/Puskesmas) RSUD)
Biaya Investasi - Gedung - Gedung
- Alat Non-medis - Alat Non-medis
- Pendidikan - Alat medis
- Dll - Pendidikan
- Dll
Biaya Operasional - Gaji/honor, dll - Gaji/upah
- ATK/bahan habis pakai - Obat/bahan
- Listrik, Air, telepon - Makan
- Perjalanan - ATK
- dll - Listrik, Air, telepon
- Perjalanan
- dll
Biaya - Gedung - Gedung
Pemeliharaan - Alat Non-medis - Alat Non-medis
- Pelatihan - Alat medis
- Dll - Pelatihan
- Dll
Semua yang diuraikan diatas adalah proses untuk menjamin terlaksananya empat dari
tujuh hal yang disebutkan diatas, yaitu (1) penganggaran menyeluruh untuk semua program,
(2) kebutuhan anggaran ditetapkan secara "bottom up", (3) terpadu dan seimbang antara
unit penunjang dan unit pelayanan dan (4) terpadu dan seimbang antara anggaran investasi
dan operasional/pemeliharaan.
Selanjutnya untuk tiap program yang diusulkan, seluruh komponen biaya tersebut di atas
perlu dihitung.
45
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
4. Koordinasi anggaran dari berbagai sumber
Matrik anggaran
Program-A Program-B dst
Sumber
a b c d a b c d
BH
DAU
DAK
TP
Dekon
PAD
BLN
PLN
Dll
(a) Kegiatan pelayanan individu
(b) Kegiatan kesehatan masyarakat
(c) Kegiatan manajemen
(d) Kegiatan investasi
46
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. Anggaran berbasis kinerja
Anggaran berbasis kinerja oleh sebab itu didasarkan pada butir (4) diatas, yaitu nilai rupiah
semua input yang diperlukan untuk kegiatan program, yaitu butir (3)
Ciri lain dari anggaran berbasis kinerja adalah keseimbangan antara anggaran untuk
kegiatan pelayanan langsung dengan kegiatan penunjang. Dalam penyusunan rencana
terpadu, memang dijaga agar kegiatan pelayanan langsung betul-betul sesuai dengan
kebutuhan. Ada sinyalemen bahwa dalam program kesehatan terlalu banyak kegiatan tidak
langsung yang dilakukan seperti rapat kordinasi, pelatihan, seminar/lokakarya, jasa
konsultan, dll.
Pada tahun 2005 dikeluarkan PP No. 58 disusul dengan Permengrasi No. 13/2006 yang
menguraikan tentang 9 jenis/klasifikasi belanja sebagai berikut.
47
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
1.Belanja Pegawai 1.Belanja Pegawai
2.Belanja Barang dan Jasa 2.Belanja Barang dan Jasa
3.Belanja Modal 3.Belanja Modal
4.Bunga
5.Belanja Subsidi
6.Belanja Hibah
7.Belanja Bagi Hasil
8.Belanja Bantuan Keuangan
9.Belanja Tidak Tersangka
(4) Bunga
Pembayaran bunga hutang
(5) Subsidi
Alokasi anggaran kepada perusahaan untuk membantu biaya produksi agar harga
jualnya terjangkau oleh masyarakat banyak
48
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(6) Hibah
Pemberian uang, barang dan jasa kepada pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat, organisasi kemasayarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus
(7) Bantuan sosial
Bantuan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
termasuk bantuan kepada partai politik sesuai dengan undang-undang
(8) Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
Bagi hasil atas pendapatan daerah, misalnya bagi hasil pajak kabupaten/kota
untuk pemerintahan desa
(9) Belanja tak terduga
Belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial; termasuk pengembalian
atas pendapatan daerah tahun-tahun sebelumnya
Untuk menjamin bahwa besaran dan mata anggaran tersebut betul-betul dikaitkan dengan
kinerja, maka langkah awal sebelum penyusunan angaran adalah menyusun rencana .
Dalam penyusunan rencana tersebut, dilakukan langkah-langkah sistematis sehingga
terjamin kesinambungan logis antara hal-hal sebagai berikut:
Pada dasarnya, anggaran berbasis kinerja adalah bagaimana menghitung dan mengalokasikan
sejumlah anggaran yang cukup dan tepat sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana,
sehingga tujuan yang ditargetkan bisa tercapai.
Bahan dasar penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah hasil akhir penyusunan rencana
program terpadu (Pokok Bahasan 1). Hasil akhir tersebut adalah daftar kegiatan (1)
langsung dan (2) tidak langsung yang akan dilakukan oleh sektor/Dinas Kesehatan.
Ringkasannya disampaikan sebagai berikut:
49
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
b. Kegiatan intervensi terhadap faktor resiko perilaku
c. Kegiatan mobilisasi sosial/pemberdayaan masyarakat
d. Kegiatan pengembangam
3. Kegiatan manajemen untuk mendukung 1 dan 2
a. Kegiatan rutin (perencanaan, monitoring/supervisi, evaluasi, dll)
b. Kegiatan pengembangan
Untuk jelasnya, diagram yang sudah disampaikan dimuka (Pokok Bahasan Perencanaan)
disampaikan sekali lagi berikut ini.
IDENTIFIKASI & PERUMUSAN
KEGIATAN Pelayanan
individu
Pengembangan/ a. Temuan kasus
investasi b. Pengobatan
Tujuan outcome
Kegiatan
Manajemen Tujuan output
Pengembangan/ Kegiatan di
investasi masyarakat
Pengembangan/ a. Intervensi lingk.
investasi b. Intervensi perilaku
c. Mobilisasi sosial
Dari perspektif "fungsi produksi", Kegiatan Pelayanan Individu dan Kegiatan Kesehatan
Masyarakat disebut sebagai "Kegiatan Langsung" karena kegiatan-kegiatan tersebut
langsung menghasilkan "output" program. Sedangkan Kegiatan Manajemen disebut
"Kegiatan Tidak Langsung" karena sifatnya memberikan support (penunjang) terhadap
ke dua jenis Kegiatan Langsung diatas.
Klasifikasi kegiatan seperti diatas penting untuk melakukan klasifikasi anggaran, yaitu
sebagai berikut:
50
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Semua anggaran/biaya untuk kegiatan (a) pelayanan individu dan (b) program kesehatan
masyarakat disebut biaya langsung
b. Semua anggaran/biaya untuk kegiatan manajemen disebut biaya tidak langsung
Dalam Pedoman Rencana Anggaran Satuan Kerja dan Cara Pengisiannya (terlampir) ada
beberapa prinsip atau patokan yang perlu diikuti, yaitu sebagai berikut:
Untuk mengisi butir (3) diatas, dapat dibuka dokumen rencana terpadu yang telah disusun
sebelumnya (lihat modul P2KT tentang penyusunan rencana program ).
Oleh sebab itu, proses penyusunan rencana anggaran berbasis kinerja adalah bagaimana
mentransformasikan rencana kegiatan kedalam nilai moneter.
2. Langkah-langkah
Dengan perkataan lain, kebutuhan anggaran untuk kegiatan tersebut diasumsikan sama
dengan nilai input yang diperlukan untuk melaksanakannya. Dalam konsep analisis biaya
ini disebut sebagai "activity and input based costing and budgeting".
Ada 6 langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun Anggaran Berbasis Kinerja tersebut,
yaitu sebagai berikut:
51
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Langkah-1
Untuk setiap kegiatan yang telah disusun dalam proses perencanaan, dilakukan
identifikasi semua jenis input yang diperlukan untuk melakukan masing-masing
kegiatan tersebut. Input tersebut bisa terdiri dari:
a. Tenaga,
b. Obat/bahan,
c. ATK,
d. Alat,
e. dll
Langkah-2
Lakukan estimasi jumlah atau volume masing-masing input yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiataan bersangkutan
Langkah-3
Lakukan estimasi atau dapatkan informasi biaya satuan (UC) per input dan kemudian
hitung nilai totalnya = UC x jumlah input. Tentang UC ini, sesuaikan dengan UC
yang berlaku di daerah bersangkutan atau sesuaikan dengan UC yang berlaku menurut
sumber dana bersangkutan.
Langkah-4
Lakukan konversi item input agar sesuai dengan kode rekening Pedoman Penyusunan
Anggaran Berbasis Kinerja (lihat pedoman)
Langkah-5
Integrasi anggaran, yaitu melihat apakah ada jenis input (mata anggaran) yang bisa
diintegrasikan antara kegiatan yang berbeda. Perhatian perlu diberikan pada (1)
kegiatan manajemen dan (2) kegiatan pegembangan yang mungkin bisa di "share"
oleh beberapa kegiatan langsung.
Demikian juga, perlu dibandingkan rencana anggaran antara program yang berbeda.
Misalnya, apakah pembelian mikroskop untuk program malaria bisa diintegrasikan
dengan rencana pebelian mikroskop untuk program tbc.
Langkah-6
Identifikasi sumber pembiayaan untuk masing-masing input tersebut
52
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
VII. TUGAS/DISKUSI KELOMPOK
Peserta latihan dibagi dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk
melakukan perencanaan program terpadu disusul dengan penyusunan anggaran program
terpadu.
(Sebagai contoh, program yang dipilih dalam latihan ini adalah (1) malaria, (2) tuberkul;osis,
(3) KIA, (4) Gizi)
Untuk itu telah dipersiapkan seperangkat instrument dalam bentuk template (program
Excell). Instrumen tersebut disampaikan dalam lampiran modul ini berikut petunjuk
menggunakannya. Selain itu, juga disampaikan file program Excell tersebut.
53
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
LAMPIRAN-1
Instrumen
Untuk melakukan perencanaan program secara terpadu sudah disiapkan sebuah instumen
dalam bentuk template (program Excell). Template tersebut terdiri dari 11 files, yaitu
sebagai berikut:
Catatan:
File-2a s/d File-2f semuanya adalah untuk Analisis Situasi kesehatan daerah
54
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
PENJELASAN xxx xxx
1 Template ini adalah alat bantu untuk melaksanakan Perencanaan Program secara terpadu
2 Ada 10 template yang disediakan
DHS-1
3 Baca Modul sebagai pedoman menggunakan template ini
4 Dalam file template pertama ini ada 5 tabel
5 Sesuaikan ukuran besaran masalah menurut masing-masing program
NAMA PROGRAM :
PERENCANAAN TERPADU
Tabel-1. Besaran masalah menurut tahun PROGRAM KESEHATAN
Tahun Besaran/ % PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan
ukuran masalah naik/turun Depkes RI
2000
2001
2002
2003
2004
Asumsi/penjelasan ttg sebab naik/turun
55
No Bulan Besaran Besaran masalah mnrt umur Besaran masalah mnrt wilayah
masalah Kelompok Umur Besaran Nama Besaran
1 Januari 1 masalah Kecamatan masalah
2 Februari 2 1
3 Maret 3 2
4 April 4 3
5 Mei 5 4
6 Juni 6 5
7 Juli 7 6
8 Agustus dst dst
9 September
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember Tabel-5. Sumber Penyakit
Jelaskan sumber penyakit yang diketahui berkaitan dengan penyakit ybs:
Catatan :
Catatan :
Analisis kinerja ini meliputi (a) output, (b) proses, (c) input
DHS-1
Sebutkan semua output program ini (cakupan, jml kunjungan, dll)
1
2
3
4
5
6
Nama output:
Tahun Target Pencapaian % Pencapaian 2000 34%
2000 2001 32% -2%
2001 2002 37% 5%
2002 2003 41% 4% Rata-2 ke
2003 2004 48% 7% naikkan
2004 2005 52% 3.50%
Asumsi/penjelasan ttg sebab tidak tercapainya target tahun terakhir
56
Nama output:
Tahun Target Pencapaian % Pencapaian
2000
2001
2002
2003
2004
Asumsi/penjelasan ttg sebab tidak tercapainya target tahun terakhir
Nama output:
Tahun Target Pencapaian % Pencapaian
2000
2001
2002
2003
2004
Asumsi/penjelasan ttg sebab tidak tercapainya target tahun terakhir
DHS-1
A Analisis proses secara umum
1 Lakukan review thd semua kegiatan dalam program ini dan pelaksanaannya selama 1 tahun yll
2 Identifikasikan kegiatan yang menurut Sdr. tidak berjalan seperti diharapkan
3 Analisis dan tuliskan tentang kemungkinan sebab-sebabnya
Nama kegiatan:
Sebab-sebab tidak berjalan seperti yang diharapkan
57
Target Pencapaian
1 Supervisi
2 Kordinasi lintas program
3 Kordinasi lintas sektor
4 Mobilisasi peran swasta
5 Mobilisasi peran masyarakat
6 Dll
DHS-1
Catatan:
Fokus analisis kinerja/situasi input adalah pada (1) ketenagaan, (2) Obat/bahan medis, (3) Alat medis, (4) Alat non medis, (5) Dana
1. Ketenagaan
Identifikasikan jenis tenaga apa/yang mana yang menurut Sdr merupakan masalah, dan gunakan tabel berikut:
Jenis tenaga:
1 Kecukupan jumlah
2 Kemampuan teknis
3 Beban kerja
4 Distribusi (*)
(*) uraikan di Puskesmas mana terjadi kekurangan dan dimana kelebihan
58
3 Tersisa ?
4 Distribusi (*)
(*) uraikan di Puskesmas mana terjadi kekurangan dan dimana kelebihan
3. Alat medis
Identifikasikan jenis alat medis apa/yang mana yang menurut Sdr merupakan masalah, dan gunakan tabel berikut:
Jenis alat:
1 Kecukupan jumlah
2 Ketepatan waktu pengadaan
3 Tersisa ?
4 Distribusi (*)
(*) uraikan di Puskesmas mana terjadi kekurangan dan dimana kelebihan
DHS-1
Kalau belum, lakukan analisis cepat thd pembiayaan program tahun yang lalu
1 Kecukupan jumlah
2 Ketepatan waktu realisasi
3 Tersisa ?
4 Keseimbangan (*)
(*) Keseimbangan antara anggaran langsung dan tidak langsung (lihat modul ttg arti langsung dan tidak langsung
Catatan:
Untuk mengisi tabel ini, telaah hasil-hasil penelitian, OR, survei, dan pengalaman lapangan
Program/Masalah:
Resiko lingkungan Penyebab/sumbernya (*) Sektor yang potensial (**)
1
2
59
3
4
5
6
7
8
dst
(*) Misalnya: penambangan liar, laguna, peternakan, rumah tanpa ventilasi, dll
(**) Sektor yg potensial ikut melakukan intervensi/mengatasinya
DHS-1
Catatan:
Untuk mengisi tabel ini, telaah hasil-hasil penelitian, OR, survei, dan pengalaman lapangan
Program/Masalah:
Resiko Perilaku (*) Sektor yang potensial (**)
1
2
3
4
5
6
7
8
dst
(*) Misalnya: merokok, kebiasaan meludah, kepercayaan ttg sebab penyakit, dll
(**) Sektor yg potensial ikut melakukan intervensi/mengatasinya
60
MODUL PELATIHAN P2KT
PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes
DHS-1
Catatan:
1 . Ya n g a k a n d i t e t a p k a n a d a l a h r u m u s a n t u j u a n k i n e r j a p r o g r a m , y a i t u k i n e r j a o u t p u t p r o g r a m ( l i h a t m o d u l )
2 . Te n t u k a n t u j u a n t a h u n a n d a e r a h d e n g a n m e m p e r t i m b a n g k a n t u j u a n g l o b a l , t u j u a n n a s i o n a l d a n t u j u a n l i m a t a h u n a n s p t
tertuang dalam Renstrakes daerah
3. Lakukan penyesuaian rumusan pertama tersebut dengan mempertimbangkan (1) trend, (2) perubahan internal dan
(3) perubanan eksternal
4. Jabarkan tujuan tahunan daerah dalam tujuan tahunan Puskesmas (melibatkan Ka Puskesmas), dgn mempertimbangkan
kinerja Puskesmas tahun sebelumnya
Tu j u a n o u t c o m e / i m p a c t Tu j u a n o u t p u t p r o g r a m
Tujuan Global
Tujuan Nasional
Tujuan Renstrakes (*)
Tu j u a n ( o u t p u t ) m e n u r u t t r e n d 50.18
Pengaruh perubahan internal (*) Tujuan program (2)
61
Pengaruh perubahan eksternal (**)
( * ) Tu l i s k a n t u j u a n a k h i r t a h u n k e l i m a R e n s t r a k e s u t k p r o g r a m i n i
(**) Cukup dengan estmasi % kenaikan atau penurunan, yaitu sejauh mana akan
menyimpang dari trend/kecenderungan kinerja program tahun yad.
Tu j u a n t i n g k a t P u s k e s m a s
Nama Puskesmas Tu j u a n / t a r g e t P u s k e s m a s Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
dst
DHS-1
T R E N D A N A LY S I S U T K M E N E N T U K A N T U J U A N TA H U N YA D .
(Contoh untuk Tb-paru)
1) Isi data utk tahun 2001 s/d 2005
2) Jangan isi sel berwarna kuning (2006)
3) Dengan trend 2001-2005, proyeksi utk thn 2006 adalah angka dalam sel
berwarna kuning
TB
60
CDR 50
2001 19.3 40
30
2002 22.6 3.3
20
2003 28 5.4
10
2004 30 2
0
2005 44.0 14
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2006 50.2 6.18
Jangan mengisi warna kuning & merah
62
Konversi
70
2001 33.3 60
2002 37.4 4.1 50
2003 41.1 3.7 40
30
2004 47.5 6.4 20
2005 56.3 8.8 10
2006 62.1 5.75 0
Jangan mengisi warna kuning & merah 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
DHS-1
Catatan:
1 Identifikasikan semua kegiatan yang termasuk (!) pelayanan individu, (2) intervensi lingkungan, (3) intervensi perilaku, (4) mobilisasi
peran serta, (5) kegiatan manajemen dan (6) kegiatan pengembangan
2 Identifikasikan pelaku potensial untuk masing-masing kegiatan tsb
3 Lihat template (1), (2a), (2b), (2c), (3) dan ()
Kegiatan Langsung
1a. Pelayanan individu
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
dst
63
1b. Pelayanan Individu (pengembangan)
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
dst
(*) Sebutkan
DHS-1
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
dst
(*) Sebutkan
64
1
2
3
4
5
6
dst
DHS-1
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
(*) Sebutkan
65
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst
DHS-1
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1 Pendidikan Media Masa TOMA
2
3
4
5
6
7
dst
(*) Sebutkan
66
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst
DHS-1
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst
(*) Sebutkan
67
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst
(*) Sebutkan
DHS-1
PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL (2)
Catatan:
1. Form Rencana Operasional ini menggunakan format Gant Cahrt
2. Tujuannya antara lain untuk menilai apakah kegiatan-2 tersebut realistis dalam konteks keterbatasan waktu
3. Penyusunannya mengacu pada langkah ke-6 (identifikasi kegiatan)
4. Isi masing-masing tabel adalah (1) rumusan kegiatan, (2) output, (3) lokasi tsb, (4) penanggung jawab pelaksanaannya,
(5) jadwal waktu pelaksanaannya
5. Kegiatan langsung terdiri dari (1) Pelayanan individu, (2) Intervensi lingkungan (3) Intervensi perilaku, (4) Mobilisasi peran serta
6. Kegiatan tidak langsung terdiri dari (1) Kegiatan manajemen, (2) Kegiatan pengembangan
7. Setelah selesai menyusun tabel ini, harus dilakukan kordinasi dan intergrasi kegiatan dengan program lain (lihat modul)
Kegiatan langsung
A1. Pelayanan individu
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
68
9
10
DHS-1
1
2
3
4
5
6
69
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7
DHS-1
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7
8
9
70
6
7
8
9
DHS-1
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
71
4
5
6
7
8
9
10
1. Instrumen
Instrumen penyusunan anggaran berbasis kinerja ini terdiri dari sejumlah tabel-tabel yang
dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
2. Kegiatan program
Berikut ini disampaikan sekali lagi daftar jenis kegiatan program secara lengkap dan
menyeluruh. Daftar kegiatan ini adahal hasl akhir dari perencanaan teropadu (lihat modul
perencanaan) dan sudah disusun dalam bentuk Rencana operasional.
1. Kegiatan langsung
1.1 Pelayanan individu
1.1.1 Penemuan kasus
1.1.2 Pengobatam
1.1.3 Kegiatan pengembangan
1.2 Pelayanan masyarakat
1.2.1 Intervensi lingkungan
1.2.2 Intervensi perilaku
1.2.3 Mobilisasi sosial/kemitraan/pemberdayaan masyarakat
1.2.4 Kegiatan pengembangan
72
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
3. Penggunaan instrumen
4. Integrasi anggaran
Integrasi anggaran dilakukan apabila ada input yang sama juga diusulkan oleh program
lain. Misalnya dalam program tbc diusulkan pengadaan 5 mikroskop. Program malaria
misalnya juga mengusulkan pengadaan 5 mikroskop. Penanggung jawab kedua program
tersebut perlu duduk bersama untuk memutuskan apakah mikroskop tersebut bisa di pakai
bersama (share), sehingga jumlah mikroskop yang perlu diadakan tidak 2 x 5 = 10 buah,
akan tetapi misalnya cukup 7 buah.
Hasil integrasi input tersebut kemudian dipergunakan untuk merevisi rencana masing-
masing program tersebut.
Apabila semua tabel "activity and input based costing" tersebut sudah diisi, langkah
selanjutnya adalah melakukan konversi mata anggaran agar sesuai dengan mata anggaran
dalam prinsip dan pedoman "Anggaran Berbasis Kinerja". Untuk itu disiapkan satu tabel
bantu.
Apabila tabel konversi sudah diisi, langkah akhir adalah mengisi Tabel-tabel Anggaran
Berbasis Kinerja yang dikembangkan oleh Depdagri (terlampir).
73
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
PENJELASAN
1 Seluruhnya ada 9 tempale/spreadsheet, yaitu No. 1 s/d No. 9
DHS-1
2 Jangan mengisi template No.1, ini adalah rekapitulasi hasil template berikutnya
3 Mulailah dengan template No.2
4 Jangan mengisi sel atau kolom yang diberi warna kuning atau warna merah
5 Metode yang dipergunakan adalah Activity & Input Based Costing, (lihat modul)
6 Baca Modul yang berisi konsep dan petunjuk menggunakan instrumen ini
REKAPITULASI ANGGARAN
NAMA PROGRAM: tuberkulosis
74
5 Mobilisasi kemitraan 1,000,000
Sub total 130,325,000 47.1% JANGAN MENGISI
Kegiatan tidak langsung TEMPLATE INI !!
6 Kegiatan manajemen 13,440,000
7b 133,000,000
Sub total 146,440,000 52.9%
Grand total 276,765,000
DHS-1
NAMA PROGRAM Tuberkulosis
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.1 Pelayanan individu
1.1.1 Temuan kasus
Slide Transport Buku register Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pemeriksaan dahak 750 750 1000 8E+05 0 0 0 0 750,000
2 Sweeping ke Pustu (kunjungan) 10 0 10 5000 50000 0 0 0 50,000
3 Pengiriman slide ke PRM 12 0 12 25000 300000 0 0 0 300,000
4 Buku register (1 per Puskesmas + Dinkes) 50 0 0 50 10000 5E+05 0 0 500,000
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 8E+05 350000 5E+05 0 0 1.600,000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur
75
Mikroskop Transport Buku register Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pemeriksaan dahak 10 10 1,5E+07 2E+08 0 0 0 0 150.000,000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 2E+08 0 0 0 0 150.000,000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.
Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)
DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.1 Pelayanan individu
1.1.1 Pengobatan (belanja operasional)
Paket OAT Pelatihan PMO Slide + Reagensia Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pengobatan kasus BTA+ 250 250 400000 100000000 0 0 0 0 100.000.000
2 DOTS 100 0 250 5000 1250000 0 0 0 1.250.000
3 Pemeriksaan BTA ulang 100 0 0 250 500 125000 0 0 125.000
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 100000000 1250000 125000 0 0 101.375.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur
76
-
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 20000000 0 0 0 0 20.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.
Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)
DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.2 Kegiatan di masyarakat
1.2.1 Intervensi lingkungan (belanja operasional)
Transport Poster Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Penyuluhan masyarakat ttg rumah sehat 20 20 50000 10000000 250 20000 0 0 0 0 6.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 10000000 0 0 0 0 6.000.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur
77
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 15000000 0 0 0 0 15.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.
Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)
DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.2 Kegiatan di masyarakat
1.2.2 Intervensi perilaku (belanja operasional)
Siaran Poster ttg tbc Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Radip spott ttg tbc (frekuensi) 24 12 1000000 12000000 0 0 0 0 22.000.000
2 Penyuluhan masyarakat 0 500 20000 10000000 0 0 0 -
3 0 0 250 500 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 12000000 10000000 0 0 0 22.000.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur
78
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 70000000 0 0 0 0 70.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.
Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)
DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.2 Kegiatan di masyarakat
1.2.1 Mobilisasi peran serta (belanja operasional)
Biaya pertemuan Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pertemuan dg provider swasta (2x/th) 2 2 500000 1000000 0 0 0 0 1.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 1000000 0 0 0 0 1.000.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur
79
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 1,8E+08 0 0 0 0 180.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.
Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)
DHS-1
2 KEGIATAN TIDAK LANGSUNG
2.1 Kegiatan manajemen
a. Belanja operasional
Honor 1 org operator (12 bln) Kertas Tinta Transport Biaya pertemuan Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Peningkatan sistem inform tbc 1 12 650000 7800000 50 25000 1250000 10 500000 5000000 0 0 14.050.000
2 Supervisi Pustu 30 kali 0 0 0 30 25000 750000 0 750.000
3 Pertemuan 27 Puskesmas utk tbc 4 kali 0 0 0 108 25000 2700000 0 2.700.000
4 Penyusunan program 2 kali 0 0 0 0 2 5000000 10000000 10.000.000
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 7800000 1250000 5000000 3450000 10000000 27.500.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur
a. Belanja modal/pengembangan
Komputer Paket pelatihan Penelitian Transport Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Peningkatan sistem inform tbc 4 4 4.000.000 16000000 0 0 0 0 16.000.000
2 Pelatihan perencanaan pgrm tbc (prop) 2 orng 0 2 5000000 10000000 0 0 0 10.000.000
3 Penelitihan kepatuhan berobat tbc 1 penelitian 0 0 1 15000000 15000000 0 0 15.000.000
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
80
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 16000000 10000000 15000000 0 0 41.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.
Catatan:
Pengisian template ini dengan data dari template sebelumnya
81
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
INTEGRASI SUMBER ANGGARAN
Kegiatan Sumber
Kegiatan langsung APBD DAK Dekon TP PLN BLN Dll
1 Pelayanan individu: temuan kasus
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
2 Pelayanan individu: pengobatan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
3 Pel. Masy: Intervensi lingkungan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
4 Pel. Masy: Intervensi perilaku
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
5 Pel. Masy: Kemitraan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
82
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Sumber
Kegiatan tidak langsung APBN Dekon APBD PLN BLN Dll
1 Kegiatan manajemen
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
Tak terduga
2 Kegiatan pengembangan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
83
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
BELANJA LANGSUNG
PROGRAM KESEHATAN BERDASARKAN PERMENDAGRI 13/2006
KODE REKENING PROGRAM DAN KEGIATAN Rp.
1 02 01 15 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
1 02 01 15 01 Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
1 02 01 15 02 Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
1 02 01 15 03 Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin
1 02 01 15 04 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
1 02 01 15 05 Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
1 02 01 15 06 Monitoring evaluasi dan pelaporan
07 dst......
1 02 01 32 Program peningkatan keselamatan Ibu melahirkan dan anak, meliputi kegiatan pokok :
1 02 01 32 01 Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1 02 01 32 02 Perawatan secara berkala bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1 02 01 32 03 Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu
TO TA L
84
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
URUSAN PEMERINTAH
ORGANISASI
DHS-1
PROGRAM
KEGIATAN
HARGA
KODE REKENING VOLUME SATUAN JUMLAH (Rp)
SATUAN
1 2 3 4 5 6 = (3 X 5)
5 2 BELANJA LANGSUNG
5 2 1 BELANJA PEGAWAI
5 2 1 01 01 HONORARIUM
85
MODUL PELATIHAN P2KT