Anda di halaman 1dari 94

332

Ind
m

MODUL PELATIHAN PERENCANAAN DAN


PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU (P2KT)

DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2007
KATA SAMBUTAN
Modul ini telah disusun jauh sebelum diberlakukannya kebijakan
desentralisasi/otonomi daerah tahun 1999 dan telah mengalami perjalanan panjang
dalam merespon berbagai perubahan yang sangat dinamis sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah, hingga menghantarkan revisi modul sampai dengan
edisi ke-4. Pada tahun 1983-1984 disusun Modul Perencanaan Program Kesehatan
Komprehensif (Comprehensive Health Planning) oleh Biro Perencanaan bersama
dengan FKM-UI dan Johns Hopkins University dengan dukungan dana dari USAID.
Namum penerapannya belum berjalan lancar dan masih menghadapi banyak
kendala karena sistem yang berlaku masih "Top down"dan sangat terfragmentasi.

Pada tahun 1990, Biro Perencanaan telah mengitegrasikan perencanaan 4 program


yang didanai dari Pusat yaitu 1). KIA/KB, 2). Gizi, 3). P2M-PLP dan Pelayanan
Kesehatan dalam satu Pedoman Integrasi Perencanaan Program Kesehatan
Terpadu (DIP-PPKM). Keempat program tersebut disatukan dalam satu Pimpro
dan Bendahara yang tidak lagi berkedudukan di Provinsi melainkan berada di
Kabupaten/Kota. Namun nuansanya masih "Top down".

Modul Perencanaan Program dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)


Edisi-1 disusun pada tahun 1996 dengan mengintegrasikan semua progam,
mencakup wilayah Kabupaten/Kota, menggunakan pendekatan "bottom up",
komprehensif (meliputi semua program prioritas) dan menintegrasikan intervensi
kuratif, promotif dan preventif. Dalam modul ini juga mulai diperkenalkan analisis
faktor resiko sebagai bagian penting dalam perencanaan kesehatan, khususnya
dalam analisa situasi dan merancang intervensi yang diperlukan.

Pada tahun 1999, kebijakan desentralisasi/otonomi daerah mulai diterapkan.


Situasi ini memberikan peluang bagi daerah untuk menerapkan P2KT. Sejalan
dengan Kebijakan Desentralisasi, banyak terjadi perubahan mekanisme
penganggaran, mekanisme alokasi APBN melalui DIP/DIK dihapuskan diganti
dengan DAU dan DAK. Anggaran Pusat yang bersifat khusus seperti SBBO dan
OPRS juga dihilangkan. Dinamika perubahan yang begitu cepat dan dinamis
tersebut juga dialami dan dihadapi oleh tingkat Kabupaten/Kota. Oleh sebab itu
pada tahun 2002, Biro Perencanaan bersama Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKM-UI melakukan revisi terhadap Modul P2KT tersebut, menghasilkan Modul
P2KT edisi-2 yang terdiri dari 9 modul, dengan dukungan Proyek DHS-1.

Sejalan dengan perubahan sistem anggaran menjadi Anggaran Berbasis Kinerja


sesuai SK Mendagri No. 29/2002 dan UU No. 32 tahun 2004, yang juga menetapkan
pedoman dan siklus perencanaan daerah. Disamping setiap daerah diharuskan
menyusun Rancana Strategis Daerah (Renstrada) dan Rencana Strategis Sektoral

i
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(Renstrakes untuk kesehatan). Maka pada tahun 2004 kembali dilakukan revisi
modul edisi-3 yang menghasilkan penyederhanaan materi pelatihan (menjadi 1
modul) disertai pengganggaran secara terpadu, mulai dari analisis situasi, penetapan
tujuan, penyusunan rencana operasional, perhitungan kebutuhan biaya dan
penyusunan anggaran berbasis kinerja.

Dengan dikeluarkannya UU No. 32 dan No. 33 tahun 2004 dan berubahnya format
penyusunan anggaran penyusunan anggaran berbasis kinerja sesuai Kepmendagri
No. 13/2006 sebagai pengganti No. 29/2004 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, Adanya perkembangan yang dinamis tentang KW/SPM serta
berkembangnya berbagai rumusan kebijakan kesehatan nasional yang semakin
berkaitan dengan target Millenium Development Golas (MDGs), seperti yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) dan
Renstra Departemen Kesehatan sehingga mengharuskan kita kembali melakukan
revisi Modul P2KT sampai dengan edisi-4. Dengan perubahan yang sangat dinamis
dan akan terus berlangsung revisi terhadap Modul perlu terus dilakukan.

Modul Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)


tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari berbagai unit terkait dilingkungan
Departemen Kesehatan, khususnya Biro Perencanaan, Tim TRT Pusat, Tim
Konsultan 3579 dan Tim Penyusun. Pada kesempatan ini saya menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyusunan
Modul dan Pedoman ini, dan Sekretaris Eksekutif Proyek DHS-1 yang secara
sistematis memfasilitasi mengembangkan draft revisi modul, mendiskusikannya
dengan banyak fihak dan melakukan uji coba dan pelatihan serta bimbingan
kepada daerah.

Semoga pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi
tingkat propinsi dan pusat dan siapa saja yang berkepentingan dengan
pengembangan dan penguatan Sistem Kesehatan bukan hanya di tingkat Provinsi
dan Kabupaten/Kota dan juga di Pusat.

Jakarta, 5 November 2007

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Departemen Kesehatan R.I.

Dr. Sri Astuti S. Suparmanto, M.Sc (PH)


NIP: 140 061 067

ii
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
KATA SAMBUTAN
Proyek DHS-1 telah dilaksanakan sejak 25 Juni 2001 dan akan berakhir pada
bulan September 2007. Pada dasarnya proyek ini ditujukan untuk meningkat
proses desentralisasi kesehatan ke tingkat Kabupaten/Kota, yang merupakan
pewujudan dari pesan UU No. 32 dan UU No. 33 tentang desentralisasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dalam proyek DHS-1 dilaksanakan 4 komponen kegiatan,
yaitu (a) advocacy dan capacity building, (b) health sector reform untuk
menyesuaikan pembangunan kesehatan dengan kebutuhan lokal, (c) investasi
di bidang kesehatan dan KB dan (d) manajemen proyek.

Khusus dalam komponen pertama, proyek DHS-1 telah menghasilkan berbagai


macam pedoman dan modul pelatihan yang sudah disusun, diujicobakan dan di
terapkan didaerah. Semua pedoman dan modul tersebut ditujukan untuk
m e n i n g k a t k a n k a pa s i ta s d a e r a h , k h u s u s n y a D i n a s K e s e h a ta n .

Sampai dengan Desember 2004, proyek DHS-1 telah menghasilkan 7


pedoman/modul sebagai berikut:

1. Kebijakan Desentralisasi di Indonesia dan Implikasinya terhadap


Pembangunan Kesehatan Daerah
2. Advocacy
3. Perencanaan dan Implementasi Strategi
4. Perencanaan Sumberdaya Manusia Bidang Kesehatan
5. Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota
6. Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)
7. Kepemimpinan Transformasional (Learning Organization)

Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan perubahan-perubahan


dalam proses desentralisasi di Indonesia, beberapa pedoman/modul tersebut
mengalami penyesuaian. Selain itu, sejak tahun 2005 Proyek DHS-1 difokuskan
pada percepatan peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, walaupun misinya tetap
sama yaitu memperkuat daerah dalam melaksanakan desentralisasi kesehatan.
Maka sampai Desember 2007, telah dihasilkan seperangkat pedoman/modul
sebagai berikut:

1. Modul Surveilans KIA: Peningkatan Kapasitas Agen Perubahan dan Pelaksana


Program Kesehatan Ibu dan Anak
2. Pedoman Surveilans KIA
3. Modul Advocacy Kesehatan Ibu, Neonatal dan Anak (MNCH)
4. Modul Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)
(Penyesuaian Modul yang lama)

iii
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. Pedoman Reformasi Sektor Kesehatan (Health Sector Reform atau HSR)
6. Modul Advocacy Kesehatan (Penyesuaian Modul yang lama)

Secara garis besar, semua modul dan pelatihan tersebut dapat dibagi dalam
empat kelompok yaitu (1) penguatan sistem informasi, (2) penguatan kebijakan
dan manajemen program, (3) penguatan manjemen perubahan dan (4) peningkatan
komitmen terhadap kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak. Keterkaitan
antara modul-modul tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

Pedoman & Modul Pelatihan yang dihasilkan Proyek DHS-1


(Sampai 2006)

Diharapkan pedoman dan modul-modul dapat dimanfaatkan oleh semua


Kabupaten/Kota, yaitu meningkatkan kinerja daerah untuk mencapai target-target
pembangunan kesehatan seperti tertuang dalam RPJMN dan MDGs. Pedoman
dan modul tersebut juga perlu difahami oleh Tingkat Pusat dan Propinsi. Dengan
demikian peranan Pusat dan Provinsi dalam memberikan bantuan kepada tingkat
Kabupaten/Kota bisa lebih efektif.

Jakarta, 5 November 2007

Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan RI

Dr. Sjafii Ahmad, MPH


NIP: 140 086 897

iv
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
KATA SAMBUTAN

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Module Pelatihan untuk meningkakan kapasitas petugas kesehatan dalam melaksanakan
proses desentralisasi yang telah mengalami beberapa kali penyesuaian dapat diselesaikan.

Module Pelatihan untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam kontek


desentralisasi ini disusun mengikuti perkembangan kebutuhan dan perubahan-perubahan
dalam proses desentralisasi di Indonesia, beberapa pedoman/modul tersebut mengalami
beberapa kali penyesuaian dan diuji cobakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu,
sejak tahun 2005 Proyek DHS-1 difokuskan pada percepatan peningkatan kesehatan
Ibu dan Anak, walaupun misinya tetap sama yaitu memperkuat daerah dalam melaksanakan
desentralisasi kesehatan. Maka sampai Desember 2007, telah dihasilkan seperangkat
pedoman/modul sebagai berikut:

1. Modul Surveilans KIA: Peningkatan Kapasitas Agen Perubahan dan Pelaksana


Program Kesehatan Ibu dan Anak
2. Pedoman Surveilans KIA
3. Modul Advocacy Kesehatan Ibu, Neonatal dan Anak atau Maternal Neonatal
and Child Health (MNCH)
4. Modul Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)
(Penyesuaian Modul yang lama)
5. Pedoman Reformasi Sektor Kesehatan atau Health Sector Reform (HSR)
6. Modul Advocacy (Penyesuaian Modul yang lama)

Modul Pelatihan dan Pedoman ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari Direktorat
Jenderal P2M-PL, Direktorat Kesehatan Ibu, Direktorat Kesehatan Anak, Biro Perencanaan,
Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Tim TRT Pusat, Tim Konsultan 3579, para Pihak
Ketiga yang ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan dan Sekretaris Eksekutif Proyek
DHS-1 yang telah memfasilitasi penyusunan pedoman dan modul tersebut diatas. Dalam
kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan Modul dan Pedoman ini.

Kami menyadari bahwa modul pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap Modul dan
Pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi tingkat Provinsi
dan Pusat serta siapa saja yang berkepentingan dengan Pengembangan dan Penguatan
Sistem Pelayanan Kesehatan dalam konteks Desentralisasi.

Jakarta, 5 November 2007

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Departemen Kesehatan R.I.

Dr. Bambang Sardjono, MPH


NIP. 140 127 292

v
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
vi
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
PENDAHULUAN

Seperti sudah disampaikan dalam bagian Pengantar, pedoman dan modul perencanan
kesehatan tingkat kabupaten/kota sudah disusun sejak awal tahun 1980-an oleh Depkes
RI (Biro Perencanaan) bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan Donor. Sejak itu, sudah
dilakukan beberapa kali revisi yang secara berurutan disampaikan berikut ini:

1. Modul Perencanaan Program Kesehatan Komprehensif (Comprehensive Health


Planning)

Modul ini disusun pada tahun 1983 - 1984 oleh Depkes RI (Biro Perencanaan dan
Pusdiklat) bersama FKMUI dan Johns Hopkins University dengan dana dari USAID
dan WHO. Walaupun pelatihan sudah dilakukan di beberapa propinsi, penerapannya
oleh daerah mendapat kendala karena sistem yang berlaku waktu itu adalah perencanaan
"top down", dan sangat terfragmentasi (tidak ada integrasi antara program)

2. Pedoman Integrasi Perencanaan Program Kesehatan Terpadu (DIP-PPKM)

Pada awal 1990, Biro Perencanaan mencoba mengintegrasikan perencanaan 4 program


yang di danai oleh pusat, yaitu program-program (1) KIA/KB, (2) Gizi, (3) P2M-PLP
dan (4) Pelayanan Kesehatan. Jadi sifat perencanaan tersebut terbatas pada 4 program
dan nuansanya tetap "top down". Ke empat program tersebut disatukan dibawah satu
Pimpro dan Bendahara yang kedudukannya tidak lagi di propinsi, akan tetaPi di
kabupaten/kota.

3. Modul Perencanaan Program dan Penganggaran Kesehatan Terpadu Edisi-1


(P2KT Edisi-1)

Pada tahun 1996, kembali dilakukan penyusunan Modul/Pedoman Perencanaan dan


Penganggaran yang (1) terintegrasi untuk semua program, (2) mencakup wilayah
kabupaten/kota, (3) bottom up, (4) komprehensif atau meliputi semua program prioritas,
(5) mengintegrasikan intervensi kuratif, promotif dan preventif. Dalam Modul ini
mulai diperkenalkan analisis faktor resiko sebagai bagian penting dalam perencanaan
kesehatan, khususnya dalam analisis situasi dan merancang intervensi yang diperlukan.

Pedoman tersebut disebut P2KT dan penyusunannya dilakukan oleh Biro Perencanaan
dengan bantuan PT Indoconsult, FKMUI dan Johns Hopkins University. P2KT edisi-
1 ini terdiri dari 11 modul dan sudah dilatihkan di banyak propinsi (Sumatra Selatan,
Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dll). Namun kembali penerapannya
menghadapi kendala, yaitu kenyataan bahwa sistem yang berlaku adalah sistem
sentralistis. Pada waktu itu, 75 % anggaran kesehatan daerah berasal dari pusat dalam
bentuk alokasi APBN. Peranaan APBD-1 dan APBD-2 hanya 25%. Daerah lebih
bersifat pelaksana program yang direncanakan dan dibiayai oleh Pusat.

1
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
4. Modul P2KT Edisi-2

Pada tahun 1999, kebijakan desentralisasi/otonomi daerah mulai diterapkan. Situasi


ini memberi peluang bagi daerah untuk menerapkan P2KT. Namun ternyata P2KT
edisi-1 tersebut diatas sudah tidak relevan lagi. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi,
mekanisme penganggaran di daerah juga mengalami perubahan drastis. Mekanisme
alokasi APBN melalui DIP/DIK dihapus dan digantikan dengan DAU dan DAK.
Anggaran Pusat yang bersifat spesifik seperti SBBO dan OPRS juga dihilangkan.
Sementara itu, struktur organisasi daerah juga berubah.

Oleh sebab itu, Biro Perencanaan bersama Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI
melakukan revisi terhadap modul P2KT tersebut yang menghasilkan P2KT edisi-2
yang teridiri dari 9 modul. Pelaksanaan revisi tersebut dilakukan pada tahun 2002.

Revisi modul tersebut dilakukan dengan dana dari Proyek DHS-1 (ADB) dan sudah
dilatihkan di semua propinsi yang dicakup dalam proyek DHS-1 tersebut. Revisi
modul P2KT dalam proyek DHS-1 dilakukan bersama dengan penyusunan modul-
modul lainnya, yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan daerah melaksanakan
desentralisasi kesehatan. Modul-modul yang dikembangkan dalam proyek DHS-1
tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Kebijakan desentralisasi kesehatan


(2) Advocacy kesehatan
(3) Manajemen Strategis
(4) Perencanan dan pengembangan ketenagaan
(5) Sistem Informasi Kesehatan Daerah
(6) P2KT (edisi-2)
(7) Pembelajaran Organisasi (Learning Organization)

Kebijakan
Advocacy
Desentralisasi
Perencanaan &
Manajemen pengembangan
Strategis ketenagaan

P2KT
Kepemimpinan
Sistem Informasi Strategis/LO
Kesehatan

2
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. Modul P2KT Edisi-3

Ternyata kemudian terjadi perkembangan yang sangat cepat sehubungan dengan


otonomi daerah. Sistem anggaran dirubah dari DIP/DIK menjadi Anggaran Berbasis
Kinerja (SK Mendagri No. 29/2002). Kemudian pada tahun 2004 dikeluarkan UU No.
32 yang juga menetapkan pedoman dan siklus perencanaan daerah. Sementara itu
setiap daerah diharuskan menyusun Rencana Strategis Daerah (Renstrada) dan
Rencana Strategis Sektoral (untuk kesehatan disebut Renstrakes).

Oleh sebab itu, masih dalam rangka Proyek DHS-1, dilakukan kembali revisi terhadap
P2KT edisi-2 diatas, yang menghasilkan P2KT edisi-3. Revisi ini dilakukan dalam
tahun 2004. Hasilnya adalah penyederhanaan materi pelatihan (menjadi hanya 1
modul) disertai dengan penggunaan program Excell untuk memudahkan proses
perencanaan dan penganggaran secara terpadu, mulai dari analisis situasi, penetapan
tujuan, penyusunan rencana operasional, penghitungan kebutuhan biaya dan penyusunan
anggaran berbasis kinerja.

P2KT edisi-3 juga sudah dilatihkan di banyak daerah, termasuk 6 propinsi daerah
proyek DHS-1, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Jambi, Sumatra Selatan, dan Papua.

6. Modul P2KT Edisi-4

Modul P2KT Edisi-4 ini merupakan revisi terhadap Modul P2KT Edisi-3 dan revisi
ini dilakukan pada bulan Agustus 2006. Garis besarnya sama dengan edisi-3, akan
tetapi perubahan dan perkembangan desentralisasi diakomodir dalam modul edisi-4
ini. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Dikeluarkannya UU No. 32 dan 33 pada tahun 2004 sebagai pengganti UU No.


22 dan 25 tahun 1999, yang mengatur pembagian kewenangan serta perimbangan
keuangan antara pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
b. Berubahnya format penyusunan anggaran berbasis kinerja dengan dikeluarkannya
Permendagri No. 13/2006 sebagai pengganti Permendagri No. 29/2002 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
c. Perkembangan dinamis tentang Kw/SPM yang sampai saat revisi terakhir ini
dilakukan masih terus mengalami penyempurnaan. Dari semula terdiri dari 31
jenis program/pelayanan dengan 54 indikator, versi SPM per Juli 2006 jumlahnya
berkurang menjadi 8 jenis/kelompok program/pelayanan dengan 30 indikator.
d. Berkembangnya rumusan kebijakan kesehatan nasional yang semakin berkaitan
dengan target MDG (Millenium Development Goal) 2015, seperti tertuang dalam
dokumen RPJM dan Renstra Depkes.

3
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Disamping hal-hal diatas, revisi terhadap edisi-3 juga dilakukan karena banyak
masukkan diperoleh dari pengalaman melatihkan P2KT edisi-3 tersebut dibanyak
daerah, misalnya di Papua, Lampung dan Jambi, di DIY, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Beberapa masukan penting yang diakomodir dalam revisi ini adalah sebagai berikut:

a. Memperjelas urutan logis (logical sequence) antara satu template dengan template
lainnya dalam instrumen P2KT
b. Memperjelas peranan Puskesmas dalam proses penyusunan rencana tahunan
Dinas Kesehatan
c. Memperjelas instrumen untuk integrasi perencanaan dan penganggaran
d. Menyampaikan definisi terminologi perencanaan dan penganggaran sesuai dengan
teori baku dan definisi formal dalam sistem pemerintah (seperti tertulis dalam
perundang-undangan dan peraturan)

7. Modul Perencanaan spesifik (khusus)

Disamping modul-modul seperti disampaikan dimuka, dalam beberapa proyek kesehatan,


dikembangkan Pedoman/Modul Perencanaan Kesehatan yang spesifik. Modul-modul
tersebut perlu diketahui agar dalam pelatihan dan penggunaan P2KT tidak terjadi
kesimpang-siuran. Modul-modul spesifik tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Modul P2KT untuk program PPM-PL

Modul ini disusun dalam proyek ICDC (Intensifying Communicable Disease


Control, dengan dana pinjaman dari ADB) dibawah Dirjen PPMPL. Modul
tersebut pada dasarnya adalah penerapan P2KT dan kebijakan desentralisasi untuk
4 program PPMPL, yaitu (1) malaria, (2) tuberkulosis, (3) ISPA/pneumonia dan
(4) immunisasi. Modul P2KT Penyakit Menular ini sangat menekankan aspek
analisis dan intervensi terhadap faktor resiko lingkungan dan faktor resiko perilaku.

(2) Modul Prospek (Perencanaan untuk meningkatkan kinerja program)

Modul/Pedoman Prospek dikembangkan oleh MSH dengan dana USAID. Prospek


adalah perencanaan untuk meningkatkan (1) program kesehatan yang kinerjanya
rendah dan (2) di daerah atau kecamatan yang kinerjanya rendah. Prinsip dasarnya
tetap "problem solving cycle" dengan penekanan pada analisis hambatan untuk
menentukan strategi. Prospek dilakukan pada 2 atau 3 program saja dan bukan
untuk menyusun rencana kesehatan tahunan.

4
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
I. URAIAN SINGKAT TENTANG MODUL P2KT

Dalam modul ini disampaikan teori/konsep, prinsip, langkah-langkah dan instrumen (alat
bantu) untuk menyusun rencana dan anggaran tahunan program kesehatan tingkat daerah
(Kabupaten/Kota). Selain itu disampaikan juga pedoman untuk melatihkan materi tersebut
yang berisi proses belajar mengajar, pokok bahasan yang harus disampaikan, pedoman
dan materi untuk penugasan/latihan kelompok serta soal-soal untuk pre- dan post-test.

Tujuan modul ini adalah untuk meningkatkan kemampuan daerah, khususnya Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk menyusun rencana tahunan program kesehatan secara
terpadu. Selain itu, tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kemampuan Dinas Kesehatan
untuk menyusun anggaran tahunan yang didasarkan pada (1) hasil penyusunan rencana
tahunan terpadu dan (2) kinerja program yang akan dicapai.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelatihan ini disampaikan beberapa pokok bahasan
yang secara garis besar terbagi dalam tiga bagian, yaitu:

(1) Umum: kebijakan kesehatan, desentralisasi dan Kw-SPM.


(2) Perencanaan kesehatan (kebijakan, masalah perencanan kesehatan, siklus
perencanaan kesehatan dan aspek teknis perencanaan kesehatan)
(3) Penyusunan anggaran berbasis kinerja (masalah penganggaran, anggaran berbasis
kinerja, tehnik menghitung kebutuhan biaya dan penyusunan anggaran program
kesehatan)

Materi tersebut disampaikan melalui mekanisme curah pendapat, tanya jawab dan latihan
kelompok.

Sasaran pelatihan ini adalah staff Dinas Kesehatan Kabupetan/Kota, namun disarankan
juga agar prinsip-prinsip perencanaan dan penganggaran program kesehatan ini juga
difahami oleh Bappeda dan Staff Puskesmas. Dari Dinas kesehatan, yang perlu dilatih
adalah semua unit Dinas Kesehatan yang terlibat dalam penyusunan rencana program
kesehatan.

Pelatihan untuk P2KT ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu (1) kegiatan dalam kelas, (2)
kegiatan di lapangan dan (3) review hasil perencanaan oleh pendamping. Kegiatan dalam
kelas bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan teknis melaksanakan
perencanaan dan penganggaran secara terpadu. Kegiatan dilapangan dilakukan oleh peserta
dengan menggunakan data ril, sebagai kelanjutan dari penugasan dalam kelas. Review
hasil perencanaan dan anggaran dilakukan oleh Staff Dinas Kesehatan dengan nara sumber
(Technical Assistance) dari tenaga pelatih, baik yang berasal dari pusat maupun dari tingkat
propinsi.

5
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah selesai mengkuti pelatihan P2KT ini, peserta akan mampu menyusun rencana dan
anggaran tahunan kesehatan daerah secara terpadu, yang didasarkan pada kebutuhan
kesehatan spesifik daerah dan diselaraskan dengan kebijakan kesehatan nasional dan
global, sekaligus menghitung kebutuhan pembiayaan kesehatan yang realistis.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah selesai mengikuti pelatihan ini peserta akan:

1. Mampu menjelaskan kebijakan kesehatan yang berkembang ditingkat global dan


nasional serta latar belakang kebijakan-kebijakan tersebut berikut implikasinya
terhadap perencanaan dan penganggaran kesehatan daerah
2. Mampu menjelaskan siklus tahunan perencanan dan penganggaran kesehatan
daerah
3. Mampu melakukan analisis situasi kesehatan secara komprehensif
4. Mampu menetapkan tujuan tahunan program kesehatan daerah
5. Mampu menguraikan kegiatan program secara komprehensif (kegiatan pelayanan
perorangan, kegiatan kesehatan masyarakat, kegiatan manajemen dan kegiatan
pengembangan/investasi)
6. Mampu melakukan integrasi kegiatan program-program kesehatan dalam rencana
tahunan kesehatan daerah dan menyusun rencana operasional program kesehatan
daerah
7. Mampu menghitung kebutuhan biaya untuk melaksanakan rencana operasional
tersebut dengan menggunakan "activity and input based costing"
8. Mampu menyusun anggaran tahunan program kesehatan secara terpadu dan
berbasis kinerja.

III. PESERTA PELATIHAN

Karena perencanaan kesehatan ditingkat Dinas Kesehatan Daerah melibatkan hampir


semua unit organisasi Dinkes, maka Kepala Dinas Kesehatan serta kepala unit-unit di
Dinas Kesehatan perlu memahami dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
perencanaan kesehatan daerah sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah P2KT. Oleh
sebab itu peserta pelatihan yang disarankan adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten


2. Kepala Tata Usaha
3. Unit Perencanaan (Bina Program)
4. Unit lain (P2PL, Yankes, Kesga, PKM).

6
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
IV. POKOK BAHASAN

Isi modul ini dibagi tiga, yaitu sebagai berikut:

Pokok Bahasan I. Umum:

1. Kebijakan kesehatan nasional dan perencanaan kesehatan daerah


2. Konsep desentralisasi dan Kw/SPM
3. Prinsip dan ringkasan proses P2KT
4. Siklus perencanaan program tahunan

Pokok Bahasan II. Langkah-langkah Perencanaan Kesehatan Terpadu


1. Analisis Situasi
2. Penetapan Tujuan Program
3. Identifikasi kegiatan
4. Klasifikasi kegiatan
(a) kegiatan pelayanan individu
(b) kegiatan program kesehatan masyarakat
(c) kegiatan manajemen
(d) kegiatan pengembangan
5. Penyusunan RO (Rencana Operasional) dan Integrasi kegiatan

Pokok Bahasan III. Langkah-langkah Penganggaran Terpadu


1. Perhitungan kebutuhan biaya
2. Penyusunan anggaran berbasis kinerja
3. Konversi mata anggaran sesuai dengan pedoman Anggaran Berbasis Kinerja
4. Integrasi anggaran
5. Identifikasi sumber pembiayaan

7
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Garis Besar Proses Pemahbelajaran
POKOK BAHASAN METODE ALAT WAKTU
BANTU
POKOK BAHASAN I : CTJ OHP 75 menit
Kebijakan Kesehatan & Perencanaan Kesehatan Daerah
1. Kebijakan kesehatan nasional dan daerah CTJ
2. Desentralisasi, SPM dan perencanaan tahunan daerah CTJ
3. Pengelolaan keuangan daerah
4. Prinsip-prinsip P2KT
5. Proses dan siklus Perencanaan Kesehatan Daerah CTJ
POKOK BAHASAN II
Perencanaan Program Kesehatan Terpadu
1. Analisis Situasi Kesehatan Daerah Latihan Data 45 menit
2. Penetapan tujuan program Latihan 45 menit
3. Identifikasi intervensi Latihan 45 menit
4. Perumusan kegiatan Latihan 45 menit
5. Penyusunan Rencana Operasional Latihan 45 menit
6. Integrasi kegiatan (sektoral) Latihan 45 menit
POKOK BAHASAN III
Penyusunan Anggaran Terpadu
1. Prinsip dan teknik perhitungan kebutuhan biaya CTJ 45 menit
program kesehatan
2. Integrasi anggaran Latihan 45 menit
3. Konversi mata anggaran (matriks anggaran)
berbasis kinerja
4. Matching biaya dengan sumber Latihan 45 menit
Pembiayaan
PENYUSUNAN PLAN OF ACTION 45 menit
Total 660 menit
PELAKSANAAN P2KT DI DAERAH 2 - 4 mgg
EVALUASI HASIL P2KT DI MASING-MASING Kunjung 2 hari
DAERAH an Tim

8
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
V. LANGKAH-LANGKAH/PROSES PELATIHAN

1. Perkenalan
2. Pre test
3. Penyampaian Materi Pokok Bahasan (CTJ)
4. Pembagian Kelompok
5. Latihan Perencanaan Terpadu
6. Latihan Penyusunan anggaran terpadu
7. Penyusunan Plan of Action
8. Presentasi kelompok
9. Rangkuman
10. Post test

9
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
VI. BAHAN BACAAN/URAIAN MATERI

Pokok Bahasan I:

UMUM

1. Kebijakan nasional dan perencanaan kesehatan daerah

Pada satu sisi, perencanaan kesehatan daerah harus memperhatikan hiearchi kebijakan
yang lebih tinggi dalam administrasi negara, yaitu (1) Renstra kesehatan daerah atau
Renstrakesda yang merupakan kebijakan pembangunan kesehatan daerah dalam jangka
lima tahun, (2) Renstrada yang merupakan kebijakan pembangunan daerah secara
menyeluruh, (3) RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang
merupakan kebijakan limatahunan pembangunan nasional, (4) Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang berisi kebijakan pokok pembangunan kesehatan (5) Renstra Depkes, serta
(7) kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan seperti
misalnya tentang target Millenium Development Goals (MDG) di bidang kesehatan,
rumusan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimum, kebijakan anggaran,
prioritas terhadap penduduk miskin, dll.

Disisi lain, perencanaan kesehatan daerah juga harus responsif dan akomodatif terhadap
masasalah kesehatan spesifik daerah termasuk aspirasi masyarakat tentang pembangunan
kesehatan daerah.

Dari uraian diatas tampak bahwa perencanaan kesehatan daerah harus dilaksanakan dalam
dua arah, yaitu "top down" dan "bottom up". Pada masa lalu perencanaan kesehatan sangat
bersifat "top down". Perencanaan kesehatan disusun di tingkat pusat termasuk penentuan
tujuan atau target yang harus dicapai daerah dan juga dalam penentuan besaran anggaran.
Setelah kebijakan desentralisasi diterapkan, daerah diharuskan menyusun rencana kesehatan
secara "bottom up". Namun perlu dikemukakan bahwa proses "bottom up" bukanlah untuk
mengganti proses "top down" secara mutlak. Proses "bottom up" dan "top down" kedua-
duanya tetap harus diterapkan.

Oleh sebab itu, perencanaan kesehatan daerah perlu memperhatikan dan mengakomodir
kebijakan kesehatan nasional. Beberapa kebijakan nasional yang penting dan perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan kesehatan daerah adalah sebagai berikut:

1. Prioritas masalah kesehatan nasional


2. Prioritas intervensi dan program kesehatan
3. Kewenangan wajib, SPM dan pelayanan/program essensial
4. Pemeliharaan kesehatan penduduk miskin

10
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Prioritas masalah

Pada masa lalu (era tahun 1970-an - 1980-an), penentuan prioritas masalah kesehatan
selalu dilakukan dalam perencanaan kesehatan. Berbagai macam metode dipergunakan
untuk menentukan masalah kesehatan mana yang perlu diberikan prioritas. Namun
setelah berjalan beberapa dekade, pengalaman empiris telah membantu para pengambil
keputusan dan perencana untuk mengetahui masalah kesehatan mana yang menjadi
prioritas di suatu negara atau wilayah. Untuk Indonesia, misalnya, dalam kelompok
masalah non-infeksi sudah diketahui bahwa masalah KIA/KB dan kurang gizi adalah
masalah prioritas. Dalam kelompok penyakit infeksi, malaria, tuberkulosis, HIV/AIDS,
ISPA, diare, DBD adalah beberapa penyakit infeksi yang menjadi prioritas nasional.

Namun demikian, kalau disuatu daerah ada masalah tertentu yang dianggap penting
dan tidak termasuk dalam prioritas masalah kesehatan nasional, daerah perlu melakukan
penentuan prioritas masalah tersebut relatif terhadap masalah lain. Ini bisa dilakukan
dengan menggunakan beberapa kriteria tertentu, misalnya (1) prevalens masalah
tersebut, (2) besar dampaknya seperti ditunjukkan oleh angka CFR, kerugian ekonomi
yang ditimbulkan, dll. Sebagai contoh, masalah penggunaan formalin dan baygon
dalam pengolahan ikan di Kabupaten Tangerang dianggap sebagai masalah penting
oleh daerah ybs, penyakit reabies dianggap penting di pulau Flores, dll.

b. Prioritas intervensi

Prioritas intervensi berbeda dari prioritas masalah. Dalam program kesehatan, ada dua
kelompok intervensi yang dapat dilakukan, yaitu:

(a) Intervensi terhadap penyakit, yang umumnya bersifat pelayanan pengobatan


individu
(b) Intervensi terhadap faktor resiko termasuk intervensi perilaku dan intervensi
lingkungan, yang umumnya merupakan program kesehatan masyarakat

Dalam masing-masing kelompok intervensi tersebut, kemajuan ilmu dan teknologi


menawarkan berbagai macam jenis intervensi. Untuk pengobatan, tersedia berbagai
macam jenis pengobatan untuk suatu jenis penyakit (misalnya untuk malaria tersedia
berbagai alternatif obat). Demikian juga untuk faktor resiko lingkungan dan perilaku,
tersedia berbagai macam alternatif (misalnya untuk malaria tersedia intervensi
pemberantasan sarang nyamuk, pengunaan kelambu, berbagai media untuk KIE, dll).

Penentuan prioritas intervensi adalah memilih intervensi yang terbaik diantara pilihan
yang ada. Salah satu cara untuk menentukan intervensi terbaik adalah analisis "cost
effectiveness". Dalam P2KT, penentuan jenis intervensi ini termasuk salah satu langkah
penting, karena memang cukup banyak pilihan intervensi yang sekarang tersedia.
Namun - sekali lagi - pengalaman empiris sudah membuktikan mana intervensi yang
"cosr effective" dan mana yang tidak. Artinya, dalam melaksanakan P2KT, daerah/Dinkes
tidak perlu melakukan analisis tersebut. Apalagi WHO sudah membuat daftar sejumlah

11
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
intervensi yang terbukti "cost effective", seperti misalnya immunisasi, Tb-DOTS,
MTBS, dll. Untuk menurunkan kematian ibu, intervensi yang sudah terebukti "cost
effective" termasuk KB, ANC (khususnya K4), dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih.

c. Kewenangan Wajib, SPM dan pelayanan/program essensial

UU No. 32/2004 menyebutkan bahwa daerah harus melaksanakan program/pelayanan


tertentu yang disebut sebagai Standar Pelayanan Minimal. Ada kriteria yang disebutkan
dalam UU tersebut tentang SPM, yaitu sebagai berikut:

(1) Pelayanan/program yang diperlukan untuk menjamin hak konstitusi penduduk


(2) Pelayanan/program yang penting untuk kesejahteraan penduduk, menjamin
ketertiban dan menjaga keutuhan NKRI
(3) Pelayanan/program yang merupakan komitment global

Pada tahun 2003 dikeluarkan Kepmenkes 1457 yang berisi daftar 31 jenis
program/kegiatan yang termasuk dalam SPM (lihat tabel berikut). Program/pelayanan
atau kegiatan dalam daftar SPM tersebut juga perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
daerah. Seperti terlihat, jumlahnya cukup banyak dan ada program tertentu dalam
daftar tersebut yang masih bisa diuraikan lebih lanjut, sehingga jumlah total program
dalam SPM sebetulnya lebih banyak dari 31 buah (26 diberi nomor dan lima tanpa
nomor).

Seperti terlihat, ternyata tidak semua kegiatan dalam daftar tersebut dapat disebut
sebagai pelayanan, misalnya adalah pembiayaan kesehatan. Demikian pula, ada
pelayanan farmasi yang sebetulnya sudah terintegrasi dengan pelayanan lain. Misalnya,
apabila daerah menyusun rencana program malaria, otomatis kebutuhan farmasi untuk
program tersebut sekaligus direcanakan. Artinya, dipertanyakan kenapa pelayanan
farmasi dianggap sebagai pelayanan yang ekslusif.

Masalah lain adalah kesehatan usila, yang didalamnya tercakup banyak pelayanan/
program kesehatan. Hal yang sama terjadi dengan pelayanan kesehatan kerja. Kedua
pelayanan ini menggunakan pendekatan sasaran pelayanan (penduduk usila dan tenaga
kerja), sedangkan pelayanan lain menggunakan pendekatan masalah kesehatan. Maka
jenis-jenis pelayanan dalam daftar tersebut tidak "mutually exclusive" atau tumpang
tindih.

Pada tahun 2006, Depkes melakukan upaya-upaya untuk mereview kembali daftar
SPM tersebut. Acuan dasarnya adalah UU No. 32 seperti disampaikan dimuka. Draft
awal perbaikan SPM tersebut berisi pelayanan dengan jumlah yang jauh lebih sedikit,
yaitu 8 jenis pelayanan/program, dengan 30 jenis indikator. Draft perubahan daftar
SPM tersebut disampaikan dalam tabel berikutnya.

12
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tabel-1. Daftar SPM,SK Menkes 1457/2003
No Kewenangan Wajib Pelayanan
1 Pelayanan kesehatan dasar 1 Pel Kes. Ibu dan Bayi
2 Pelkes Anak Prasekolah & Usia Sekolah
3 Pelayanan KB
4 Pelayanan Immunisasi
5 Pelayanan Pengobatan/Perawatan
6 Pelayanan Kesehatan Jiwa
Pelayanan Kesehatan Kerja (*)
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (*)
2 Penyelenggaraan Perbaikan 7 Pemantauan Pertumbuhan Balita
Gizi Masyarakat 8 Pelayanan Gizi
3 Pelkes Rujukan & Penunjang 9 Pel. Obstetri & Neonatal Emergensi dasar & komprehensif
10 Pelayanan Gawat Darurat
4 Pencegahan & Pemberantasan 11 Surveilans Epidemiologi, penanggulangan KLB & Gizi Buruk
Penyakit Menular 12 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
13 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tb Paru
14 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
15 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS
16 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD
17 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria (*)
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta (*)
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis (*)
5 Penyelenggaraan kesling & 18 Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi Dasar 19 Pelayanan Pengendalian Vektor
20 Pelayanan Hygiene sanitasi di Tempat Umum
6 Promosi Kesehatan 21 Penyuluhan Perilaku Sehat
7 Pencegahan & Penanggulangan 22 Penyuluhan P3 NAPZA berbasis masyarakat
penyalahgunaan Napza
8 Pelayanan Kefarmasian (obat) 23 Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
24 Pelayanan Penggunaan Obat Generik
9 Penyediaan pembiayaan dan 25 Penyelenggaraan Pembiayaan pelayanan kes. perorangan
jaminan kesehatan 26 Penyelenggaraan Pembiayaan utk Gakin & Masy. Rentan
(*) didaerah tertentu

13
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Draft revisi daftar SPM
NO JENIS PELAYANAN NO INDIKATOR KETERANGAN
1 Pelayanan kesehatan ibu dan anak 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Termasuk cakupan Bumil mendapat 90
tablet Fe
2 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
3 Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani Termasuk Bumil resti yang dirujuk
4 Cakupan kunjungan bayi dan balita Termasuk kunjungan neonatus,
cakupan BBLR yang ditangani
5 Cakupan peserta aktif KB
6 Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun

7 Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Termasuk Acute Flacid Paralysis (AFP)

8 Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang


aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus
9 Neonatal resiko tinggi/komplikasi yang ditangani
10 Skrining anak prasekolah, siswa SD, SMP , SMA, dan
setingkat
2 Pelayanan keperawatan 11 Cakupan Rawat Jalan (*) Sumber data : pelaporan yang ada.
12 Cakupan rawat Inap (*) Alternatif indicator berupa input
13 Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat yang dapat diakses masyarakat
3 Pelayanan gizi masyarakat 14 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak 6
24 bulan keluarga miskin
15 Balita gizi buruk mendapat perawatan

16 Balita yang naik berat badannya Termasuk Balita BGM, cakupan


Deteksi Dini Tumbuh kembang Balita
17 Kecamatan Bebas rawan Gizi
4 Penyelenggaraan penyelidikan 18 Desa/Kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam Termasuk KLB Gizi
epidemilogi, dan penanggulangan
KLB dan Gizi
5 Pencegahan dan pemberantasan 19 Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk
penyakit <15 tahun sebesar ? 2
20 Penemuan dan Kesembuhan Penderita TBC BTA Positif (*) Ditentukan oleh Dit. P2&PL untuk
indicator yang lebih jelas
21 Penemuan Penderita Pneumonia (*)
22 Penderita DBD yang ditangani
23 Penderita Diare yang Ditangani
6 Pelayanan Penyehatan Sarana Air 24 Sarana air bersih dan sanitasi dasar yang memenuhi syarat Termasuk Tempat Umum yang
Bersih dan Sanitasi dasar kesehatan di lingkungan pemukiman memenuhi syarat
7 Promosi Kesehatan dan 25 Rumah Tangga Sehat (*)
Pemberdayaan Masyarakat
26 Bayi yang mendapat ASI-Eksklusif
27 Desa dengan garam beryodium baik
28 Posyandu Purnama Pilih Purnama atau aktif. Tidak
dikelompokkan ke Promkes
29 Upaya Penyuluhan NAPZA oleh petugas kesehatan.
8 Pelayanan Penyediaan Obat dan 30 Ketersediaan Obat esensial dan generic sesuai kebutuhan Termasuk penulisan resep obat generic
Perbekalan Kesehatan

Beberapa negara lain dan badan internasional seperti WHO dan Bank Dunia menyarankan
penggunaan konsep "program atau pelayanan essensial", yaitu progam atau pelayanan
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

(1) mengenai sejumlah besar penduduk, seperti terlihat dari angka prevalens kejadiannya

14
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(2) dampaknya besar, misalnya Case Fatality Rate (CFR) yang tinggi, meyebabkan
tingginya kehilangan waktu produktif yang diukur dengan DALY (Dissability
Adjusted Life Years) dan menyebabkan mutu SDM menurun
(3) intervensi tersebut "cost effective"

Berikut ini disampaikan beberapa contoh pelayanan essensial yang disarankan:

Tabel-2. Daftar program/pelayanan kesehatan essensial yang disarankan


Essential Public Health program Essential clinical services
1. EPI Plus (immunisasi) 1. Pegobatan the
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 2. MTBS (Manajemen Terpadu Balita
3. Pengendalian tembakau dan alkohol Sakit)
4. KIE kesehatan, KB dan gizi 3. ANC dan pertolongan persalinan
5. Pengendalian vektor 4. Keluarga Berencana (KB)
6. Pencegahan Penyakit Menular 5. Pengobatan PMS
Seksual (PMS) 6. Pengobatan infeksi & trauma minor
7. Surveilans 7. Pengobatan paliatif (untuk nyeri)

Sumber: World Development Report 1993: Investing in Health. World Bank 1993.

Sebagai contoh, berikut ini disampaikan daftar pelayanan dan program yang oleh WHO
digolongkan sebagai intervensi yang cost effective dan oleh karenanya perlu diberikan
prioritas dalam perencanaan kesehatan.

15
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tabel-3. Pelayanan esensial rekomendasi WHO
Prioritas Target Prioritas masalah/intervensi Target 2015
masalah/intervensi 2015
1 Tb 70% 5 MTBS 80%
2 Malaria (1) ISPA
(1) Pengobatan 70% (2) Diare
(2) Pencegahan 70% 6 KIA 90%
3 HIV/AIDS (1) ANC
(1) Pencegahan 80% (2) Persalinan dg nakes
(2) Perawatan kasus 70% 7 Pengendalian konsumsi 80%
rokok
4 Immunisasi 90% (1) Kebijakan pajak rokok
(1) BCG/DPT/OPV (2) Pelarangan iklan
(2) Hb (3) Penyuluhan masyarakat
(3) Campak
Macroeconomic and health, 2000

Tabel-4. Program kesehatan prioritas dan kebutuhan biayanya di


tingkat Kabupaten/Kota
Jenis program/pelayanan
1. EPI 6. ISPA 11. UKS
2. Tb paru 7. PMS 12. PHN
3. Malaria 8. Pengobatan 13. KB
4. DHF 9. KIA 14. Air bersih/sanitasi
5. Diarrhea 10. Gizi 15. MTBS
Proyek PHP-II, Jawa Barat dan Sumut, 1999

d. Pemeliharaan kesehatan penduduk miskin

Kebijakan lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan kesehatan daerah


adalah pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Hal ini akan tetap relevan dalam
5 - 10 tahun mendatang mengingat besarnya jumlah penduduk miskin (36 - 40 juta
pada tahun 2006). Salah satu pertanyaan dalam issue pemeliharaan kesehatan penduduk
miskin adalah: pelayanan atau program apa yang perlu dijamin untuk penduduk miskin
mengingat keterbatasan sumberdaya? Berapa besar biayanya? Dari mana sumber
biayanya? Bagaimana alokasi anggarannya?

Secara umum, penduduk miskin juga memerlukan program/pelayanan yang bisa dibagi
dalam dua kelompok, yaitu (1) pelayanan klinis dan (2) program kesehatan masyarakat.
Daftar pelayanan essensial yang disampaikan dimuka dapat dipergunakan sebagai

16
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
pedoman untuk menentukan jenis pelayanan dan program yang perlu dijamin bagi penduduk
miskin.

Pada tahun 1998, sebagai respons terhadap krisis ekonomi dikawasan Asia Tenggara,
pertemuan regional yang diselenggarakan di Tokyo merumuskan 6 kelompok/jenis pelayanan
yang dianggap essensial untuk penduduk miskin. Penentuan jenis pelayanan/ program
tersebut didasarkan pada pola utilisasi pelayanan tersebut oleh penduduk miskin.

1. Pelayanan KIA dan KB


2. Immunisasi
3. P2M (terutama untuk tbc, malaria, DBD)
4. Gizi
5. Promosi kesehatan
6. Pelayanan di RS (untuk kasus rujukan yang berkaitan dengan KIA dan penyakit
menular)

2. Pengelolaan Keuangan Daerah

Sejak tahun 2002 Pemerintah mulai menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja,
meninggalkan sistem anggaran melalui proses penyusunan DIP untuk anggaran pembangunan
dan DIK untuk anggaran rutin. Kedua sistem anggaran ini adalah berbasis mata anggaran
(line item budget).

Pada tahun 2002 dikeluarkan Kep.Mendagri No. 29 yang memuat pedoman penyusunan
anggaran berbasis kinerja. Kelompok anggaran dibagi dalam kegiatan (a) aparatur dan (b)
pelayanan publik. Masing-masing kelompok anggaran tersebut, dibagi lagi menjadi 3 jenis
mata anggaran, yaitu (1) belanja administrasi umum, (2) belanja operasional dan pemeliharaan
dan (3) belanja barang modal. Tujuan sistem baru ini adalah untuk lebih menjamin bahwa
setiap belanja daerah jelas terkait dengan kinerja tertentu yang akan dicapai. Disamping
itu, sistem ini juga diharapkan adanya keseimbangan antara belanja aparatur dengan belanja
pelayanan publik.

Pada tahun 2005, dikeluarkan PP No. 58/2005 yang kemudian disusul dengan Permendagri
No. 13/2006 sebagai pengganti Kep.Mendagri No. 29/2002. Ada tiga hal penting dalam
PP dan Permendagri tersebut yang perlu diadopsi dalam P2KT versi-4 ini, yaitu tentang
(a) definisi istilah dalam sistem perencanaan dan penganggaran, (b) sumber pendapatan
daerah dan kaitannya dengan keuangan pusat dan (c) kelompok belanja dalam keuangan
daerah.

17
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Definisi istilah dalam sistem perencanaan dan penganggaran Daerah (PP No.
58/2005 dan Permendagri No. 13/2006)

RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), adalah rencana kerja dokumen


perencanaan Daerah untuk periode 1 tahun.

SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah perangkat Daerah pada pemerintah
Daerah selaku pengguna anggaran/barang. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
salah satu SKPD.

RKA SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD) adalah dokumen perencanaan
dan pengganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakannya.

KUA (Kebijakan Umum APBD) adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode
1 (satu) tahun.

Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja
pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program.
Kegiatan juga merupakan sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Input (masukan) adalah semua sumberdaya yang dipergunakan untuk mengerjakan


suatu kegiatan, yang dapat berupa SDM, barang modal dan/atau dana.

Output (keluaran) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program dan kebijakan

Target (sasaran) adalah banyaknya output yang diharapkan dari suatu program

Outcome (hasil) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program tertentu.

Dalam tabel berikut disampaikan contoh aplikasi istilah-istilah tersebut diatas untuk
program kesehatan.

Modul Pelatihan P2KT 18


DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Program Immunisasi campak Gizi balita
Kegiatan Pencatatan sasaran, Penimbangan balita,
sweeping immunisasi pemberian PMT

Input Jurim, vaksin, cold chain, Petugas gizi, dacin, PMT


biaya transport pemulihan, biaya transport
Output Balita diimunisasi Balita ditimbang
Target 95% balita di immunisasi 100% balita ditimbang,
100% balita BGM* dapat
PMT pemulihan
Outcome KLB campak tidak terjadi KEP Balita menurun
* BGM = Bawah Garis Merah dalam KMS

3. Prinsip P2KT

Bagian ketiga dalam Pokok Bahasan I ini adalah tentang prinsip-prinsip P2KT, yaitu
sebagai berikut.

1. P2KT adalah perencanaan dan penganggaran program kesehatan tahunan, yang


merupakan implementasi tahunan dari Rencana Strategis. Dengan demikian, dokumen
Renstra Kesehatan Daerah harus menjadi rujukan dalam menyusun P2KT.

2. P2KT adalah perencanaan kesehatan untuk seluruh wilayah kabupaten/kota (areawide


planning). Dengan perkataan lain, P2KT adalah perencanaan berbasis wilayah, yaitu
wilayah kabupaten/kota. Oleh sebab itu, suatu masalah kesehatan dilihat kaitannya
dengan ekologi daerah secara keseluruhan. Masalah pneumonia misalnya, dilihat
dalam perspektif "host - agent - environment" dimana "host " adalah individu dan
penduduk secara keseluruhan dalam lingkungan daerah yang multi dimensi (fisik,
biologis, social, ekonomi, politik, dll).

3. Konotasi integrasi dalam P2KT mempunyai makna sebagai berikut:


a. Integrasi kegiatan berbagai progam berbeda yang bisa dilakukan bersama ,
misalnya surveilans, supervisi, dll
b. Integrasi sumberdaya berbagai program yang bisa dipergunakan bersama (sharing),
misalnya SDM, kenderaan, alat seperti mikroskop, dll
c. Intervensi yang terintegrasi dan holistik (pelayanan klinis dan intervensi kesehatan
masayarakat)
d. Integrasi sistem pelayanan pemerintah dan non-pemerintah
e. Integrasi dana pemerintah dan dana non-pemerintah

4. P2KT adalah "evidence based planning". Oleh sebab itu salah satu syarat untuk P2KT
yang baik adalah berfungsinya SIK (Sistem Informasi Kesehatan) dan SIM (Sistem
Informasi Manajemen Kesehatan). Surveylans sangat vital dalam P2KT karena hanya
dengan surveilans yang baik dapat diketahui prevalens dan insidens suatu masalah
kesehatan tertentu serta distribusinya menurut penduduk, tempat dan waktu.

19
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. P2KT adalah proses berulang (iterrative) untuk menemukan kompromi antara kebutuhan
kesehatan dengan ketersediaan sumberdaya (yang terbatas). Dalam bahasa perencanaan,
P2KT mempertemukan pendekatan "target based budgeting" dengan "budget based
targeting"

6. P2KT menekankan pentingnya eksplorasi atau menemukan intervensi terhadap faktor-


faktor resiko terjadinya suatu masalah kesehatan, yaitu (1) faktor resiko lingkungan
dan (2) faktor resiko perilaku

7. P2KT mengintegrasikan kegiatan langsung (pelayanan klinis dan kesehatan masyarakat)


dengan kegiatan penunjang (manajemen) dan kegiatan pengembangan (capacity
building)

8. Penyusunan anggaran dalam P2KT didasarkan pada (1) target kinerja program, (2)
biaya satuan, (3) ketersediaan dan sumber biaya

9. P2KT melibatkan semua unit Dinas Kesehatan, Puskesmas dan sedapat mungkin
juga melibatkan RSUD.

4. Proses dan jadwal perencanaan kesehatan tahunan

Siklus perencanaan kesehatan daerah terikat pada siklus perencanan daerah yang diatur
oleh UU No. 25/2004. Penyusunan rencana untuk tahun mendatang disusun dalam tahun
sekarang. Ternyata siklus tersebut sangat ketat, karena draft awal rencana dibahas dalam
bulan Maret, yaitu dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat
kabupaten/kota.

Dengan perkataan lain, proses penyusunan rencana tahun mendatang harus sudah dimulai
pada awal Januari tahun berjalan. Selama tiga bulan, rencana dan anggaran tersebut harus
sudah selesai disusun.

Adapun kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan disampaikan dalam tabel berikut:

20
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Jadwal penyusunan rencana tehunan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

No Kegiatan Unit pelaksana Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Analisis situasi
a. Review kinerja thn lalu (evaluasi) Dinkes x
b. Analisis situasi & kebijakan kesehatan Dinkes x x
2 Rapat Kerja Perencanaan (1) Arahan oleh Dinkes x
3 Musrenbang desa Puskesmas + Desa x
4 Unit-unit Dinkes menyusun PKT Unit-2 Dinkes x x
5 Puskesmas menyusun PKT Puskesmas x x
6 Musrenbang kecamatan Puskesmas + Camat x
7 Rapat Kerja Perencanaan (II) Dinkes + Puskesmas x
8 Forum SKPD (ekpos oleh Kadinkes) SKPD + Bappeda x
9 Musrenbang Kabupaten/Kota SKPD + Bappeda + DPRD x x
10 Jaring asmara DPRD x x
11 Kebijakan Umum Anggaran DPRD & Pemda x x
12 Asistensi anggaran (pembahasan usulan) Dinkes + Bappeda x x x x x x
13 Keputusan anggaran DPRD + Pemda x
RKT = Rencana Kerja Tahunan
Jaring asmara = menjaring aspirasi masyarakat

(1) Analisis situasi (Desember - Januari)

Analisis situasi adalah langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan. Analisis situasi
sudah harus mulai dikerjakan sejak bulan Desember (lihat tabel jadwal diatas). Yang
dihasilkan dari suatu analisis situasi kesehatan daerah adalah sebagai berikut:

Gambaran besaran masalah kesehatan dan distribusinya menurut penduduk,


menurut tempat dan menurut waktu
Faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut, mencakup
faktor resiko lingkungan dan faktor resiko perilaku
Pencapaian program tahun yang lalu
Kesenjangan (gap) dalam pencapaian target (1) menurut program dan (2) menurut
wilayah Puskesmas
Kebijakan pembangunan kesehatan nasional dan daerah (termasuk target program)
Hal-hal yang perlu diprioritaskan dalam rencana tahun mendatang

Untuk menghasilkan enam butir diatas, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu
seperti disampaikan dalam tabel berikut.

21
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Analisis situasi
Analisis situasi kesehatan Evaluasi kinerja th yll Analisis kebijakan kesehatan
Bahan - Data demografi - Laporan program - Kebijakan pembangunan
- Laporan pelayanan nasional
- Profil kesehatan - Renstrakes daerah
- Hasil analisis Susenas - Data dan informasi lain yg
- dll penting utk perencanaan
kesehatan (misalnya kegiatan
sektor lain yg berdampak thd
kesehatan)
Hasil - Prevalens - Apakah target program - Rumusan prioritas masalah
analisis - Insidens tercapai? kesehatan
- Jumlah kasus sakitlmati - Program apa yg targetnya - Prioritas intervensi kesehatan
- Faktor resiko perilaku belum tercapai dan di - Prioritas sasaran pembangunan
- Faktor resiko lingkungan kecamatan mana ? kesehatan (misalnya penduduk
miskin, kesehatan anak pra- dan
sekolah)

Dalam tabel diatas disampaikan tiga area analisis situasi (Situasi kesehatan, Evaluasi
kinerja program dan Analisis kebijakan). Disampaikan juga daftar bahan-bahan yang perlu
ditelaah untuk merumuskan hasil analisis situasi tersebut.

Analisis situasi ini seluruhnya harus sudah selesai dalam bulan Januari.

(2) Rapat kerja Perencanaan I

Rapat kerja Perencanaan pertama dilakukan dalam bulan Januari. Rapat kerja ini melibatkan
semua unit dibawah Dinkes:

- Ka.Bag. Tata Usaha dan Ka.Sub.Bag


- Ka.Sub.Din / Ka.Bid. dan Ka.Sie
- Ka.Puskesmas dan Tim Perencanaan Puskesmas,
- RSUD.
- Sedapat mungkin Bappeda dan Dinas Kesra diundang dalam rapat ini.
- Demikian pula, provider swasta, LSM kesehatan, profesi dll.

Dalam rapat kerja ini Dinkes menyampaikan kebijakan kesehatan, pencapaian program
sampai saat sekarang, gap yang ada (tidak tercapainya target program) serta hambatan
yang dihadapi. Fihak-fihak yang diundang diminta masukannya untuk rencana tahun
mendatang.

Selain itu, Dinkes juga menyampaikan target-target kabupaten yang harus dicapai. Dalam
rapat ini perlu juga disampaikan progam mana yang perlu dipacu kinerjanya dan Puskesmas
mana yang juga perlu dipacu kinerjanya untuk program tersebut.

22
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Dalam Rapat Kerja Perencanaan ini hendaknya sudah disepakai target-target program
yang harus dicapai oleh masing-masing Puskesmas, dalam rangka mencapai target
Kabupaten/Kota. Target-target tersebut bisa berbeda antara Puskesmas, tergantung pada
kinerja Puskesmas bersangkutan pada tahun yang lalu.

Agar tidak terjadi tumpang tindih usulan antar Dinas Kesehatan dan Puskesmas harus
disepakati pula jenis kegiatan apa dari setiap program yang akan dilaksanakan oleh
Puskesmas dan kegiatan yang bagaimana akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.

Sebagai contoh :
1. Kegiatan pelayanan individu seperti case finding, treatment merupakan jenis
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas.
2. Kegiatan ke masyarakat seperti Surveilance lintas wilayah kerja , foging yang
merupakan kegiatan dalam dan lintas wilayah kerja Puskesmas harus dikerjakan
oleh Dinas Kesehatan. Sedangkan abatisasinya dikerjakan oleh Puskesmas.
3. Kegiatan pengembangan/investasi seperti pembelian alat-alat kesehatan, rehab
fisik Puskesmas, cetak leaflet, Pelatihan Guru UKS, Pelatihan Kader Posyandu
diusulkan oleh Puskesmas tapi pelaksananya oleh Dinas Kesehatan.
4. Kegiatan Manajemen yang sifatnya lintas wilayah seperti rapat Lintas Program
dan Lintas Sektor, dan Supervisi dikerjakan oleh Dinas Kesehatan .
5. Mobilisasi peran serta masyarakat bila lintas wilayah kerja Puskesmas pelaksananya
oleh Dinas Kesehatan.

Kriteria yang berkaitan dengan prinsip efisiensi dan efektif harus menjadi pertimbangan
dalam pembagian pelaksanaan kegiatan.

(3) Perencanan tahunan oleh Puskesmas dan Unit-unit Dinkes

Setelah rapat kerja pertama, Puskesmas dan Unit-unit Dinkes diminta menyusun rencana
kerja tahunan (RKT) masing-masing. Isi RKT tersebut paling tidak adalah sebagai berikut:

a. Target yang akan dicapai tahun depan


b. Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut
c. Jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut
d. Tambahan sumberdaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
(dana, tenaga, sarana)

Penyusunan RKT oleh masing-masing unit tersebut dilakukan dalam bulan Januari (setelah
Rapat Perencanaan I) sampai bulan Pebruari.

23
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Khusus untuk Puskesmas, dalam menyusun RKT perlu mengakomodir hasil Musrenbang
Kecamatan, yaitu usul-usul dari masyarakat untuk program kesehatan di kecamatan
bersangkutan.

Rencana usulan kegiatan Puskesmas yang dituangkan dalam sebuah dokumen rencana
kerja tahunan Puskesmas harus didasarkan pada sebuah fakta dilapangan, berorientasi
pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat dan tidak semata mata memenuhi
kebutuhan program . Untuk memenuhi persyaratan tersebut Kepala Puskesmas beserta
stafnya harus melaksanakan langkah-langkah penyusunan usulan kegiatan yang dapat
berpedoman pada Kep.Men.Kes.RI No.128 / 2004.

Langkah pertama untuk upaya kesehatan wajib ( Promosi Kesehatan, Kesehatan


Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan) yang harus dilakukan adalah
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku baik nasional maupun daerah yang
disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan para Ka.Sub.Din / Ka.Bid,, melakukan
analisis situasi masalah melalui kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas.

Untuk upaya kesehatan pengembangan yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi


upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh Puskesmas. Identifikasi
dilakukan berdasarkan ada tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan upaya kesehatan
pengembangan.

Usulan tersebut dituangkan dalam sebuah matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian
kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan
biaya untuk setiap kegiatan., seperti contoh di bawah ini :

Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan (RUK)


No Upaya Keg Tujuan Sasaran Target Waktu Vol Hasil yg
Puskesmas Keg diharapkan

24
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Langkah ke dua Puskesmas mengajukan rencana usulan kegiatan tersebut ke Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota untuk mendapat persetujuan pembiayaannya. Dalam pengajuan
usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan kaitannya dengan upaya mendukung Perencanaan
dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) tingkat Kabupaten/Kota, dapat dilakukan
melalui Rapat Kerja Perencanaan ke II

(4) Rapat Kerja Perencanaan II

Rapat Kerja Perencanaan II ini dilaksanakan pada akhir Pebruari atau Awal Maret, yaitu
sebelum Musrenbang Kabupaten/Kota dilaksanakan.
Dalam rapat ini unit-unit Dinkes dan Puskesmas menyampaikan RKT yang sudah disusunnya
dengan cara presentasi atau desk programer Puskesmas dengan programer Dinas Kesehatan.

Hal yang harus diperhatikan oleh para programer Dinas Kesehatan dan Puskesmas pada
saat desk adalah :

1. Dalam menerima usulan kegiatan Puskesmas , programer Dinas Kesehatan harus


memperhatikan latar belakang rencana usulan tersebut (analisis situasi), dan
Puskesmas dalam memberikan rencana usulannya harus disertai dengan data
pendukungnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pencoretan usulan oleh
programer Dinas kesehatan apabila pagu anggaran dari APBD tidak sesuai dengan
jumlah yang diusulkan.
2. Apabila pagu anggaran bersumber APBD Kabupaten/Kota tidak sesuai dengan
jumlah yang diusulkan, sebaiknya programer Dinas Kesehatan atau Bina Program
melakukan langkah penyesuaian volume kegiatan terlebih dahulu sebelum
pencoretan usulan kegiatan. Atau mengalihkan pembiayaannya ke sumber anggaran
lain seperti APBD Propinsi, DAK, APBN Dekon dll.
3. Kewajiban Puskesmas bila sudah pasti akan melaksanakan kegiatan yang sudah
disetujui oleh Dinas Kesehatan, harus segera membuat rencana pelaksanaan
kegiatannya, seperti contoh di bawah ini:

Contoh Gantt Chart Rencana Pelaksanaan (POA)


Upaya kesehatan ..............................................
No Keg Sasaran Target Vol Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan
Keg Pelaksan Pelaks Pelaks pelaksanaan
aan

25
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tujuan Rapat II ini adalah melakukan konsolidasi rencana dan mempersiapkan draft awal
Rencana Kerja atau RK atau disebut juga Renja

Hasil Rapat Kerja II ini adalah sebuah dokumen RK yang terdiri dari:

a. Hasil analisis situasi


b. Prioritas masalah
c. Tujuan pembangunan kesehatan tahun mendatang
d. Target-target program yang akan dicapai
e. Uraian kegiatan yang akan dilakukan
f. Estimasi awal biaya yang diperlukan

Penyusunan draft awal ini dapat dilakukan dengan bantuan "Template" P2KT (terlampir)

(5) Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)

Dinkes menyampaikan usulan rencana dan anggaran sektor kesehatan tahun mendatang
dalam Musrenbang. Selain itu Dinkes juga mengakomodir usulan-usulan yang disampaikan
dalam Musrenbang tersebut, yang dipegunakan untuk memperbaiki draft RK.
Biasanya Musrenbang ini diselenggarakan dalam bulan Maret dan April.

(6) Penyampaian RK dalam forum SKPD

Dalam bulan yang sama (Maret atau April), Pemda/Bappeda menyelenggaran pertemuan
dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), termasuk Dinas Kesehatan.

Dalam forum ini Dinkes manyampaikan RK kesehatan dan perlu melakukan advocacy
untuk meyakinan pengambil keputusan.

(7) Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Dalam bulan Pebruari - Maret biasanya DPRD melakukan penjaringan aspirasi masyarakat.
Aspirasi masyarakat diharapkan mempengaruhi kebijakan umum anggaran, yang dibahas
bersama antara DPRD dengan Pemda selama bulan April - Mei.

(8) Konsultasi anggaran

Konsultansi atau asistensi anggaran berlangsung antara Juni sampai dengan Desember.
Dalam asistensi ini dilakukan pembahasan usulan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran)
antara Dinkes dengan Bappeda.

26
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Selama proses asistensi anggaran ini dilakukan penyesuaian-penyesuaian RKA, yaitu
tentang (a) target, (b) kegiatan dan (c) anggaran. Prosesnya bersifat "iteraif" atau berulang-
ulang, tergantung proses negosiasi dengan fihak Bappeda.

(9) Keputusan anggaran

Keputusan anggaran untuk tahun mendatang diambil pada akhir tahun sebelumnya, yaitu
sekitar bulan Nopember - Desember.

27
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Pokok Bahasan II
PERENCANAAN KESEHATAN DAERAH TERPADU

Lima kegiatan pokok dalam penyusunan rencana terpadu dalam program kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Analisis situasi dan perumusan masalah
b. Penentuan tujuan
c. Identifikasi kegiatan
d. Penyusunan rencana operasional
e. Integrasi perencanaan

Analisis situasi

Ada 4 output utama analisis situasi, yaitu:

1. Deskripsi masalah
2. Kinerja sistem pelayanan/program kesehatan
3. Faktor resiko lingkungan
4. Faktor resiko perilaku

(1). Deskripsi masalah

Catatan:
Rumusan deskripsi masalah sangat penting untuk merumuskan tujuan umum
(outcome) yang akan dicapai program (lihat bagian perumusan tujuan dalam modul
ini).

Deskripsi masalah menggunakan prinsip dan metode epidemiologi, yaitu:


a. merumuskan dan mengukur besaran masalah serta
b. distribusinya menurut kelompok penduduk
c. distribusinya menurut tempat
d. distribusinya menurut waktu (musim)
e. kemungkinan sumber penyakit tersebut

Untuk masing-masing masalah kesehatan, biasanya sudah ada ukuran baku untuk
menggambarkan ukuran besar masalah penyakit tersebut, seperti AMI/API untuk malaria,
prevalens untuk masalah gizi, KIA, TB dan Pneumonia, dll.

Distribusi menurut kelompok penduduk bisa:


(a) menurut kelompok umur (ibu, balita, anak sekolah)
(b) menurut kelompok kelamin (laki, perempuan),
(c) menurut kelompok strata ekonomi (miskin, non-miskin, kuintil pengeluaran),
(d) menurut kelompok jenis pekerjaan (buruh tani, industri, perdagangan, nelayan,
dll).

28
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Distribusi menurut tempat dalam konteks kabupaten sebaiknya dibagi menurut
(a) kecamatan atau
(b) wilayah kerja Puskesmas.

Distribusinya menurut waktu menunjukkan pola kejadian penyakit tersebut menurut musim
atau bulan tertentu sepanjang tahun.

Deskripsi sumber penyakit didasarkan pada hasil survei atau pengalaman empiris tentang
sumber penyakit bersangkutan. Misalnya tbc bersumber pada kontak dengan penderita,
malaria bersumber pada spesies anopheles tertentu dan parasit malaria tertentu, DBD
bersumber pada nyamuk aedes yang bertelur di tempat perteluran yang khas, ISPA berkaitan
dengan polusi dalam ruangan rumah atau wabah campak, kurang yodium bersumber pada
kualitas garam dan air minum dan makanan, perdarahan pada saat persalinan bersumber
pada anemia ibu hamil, dll.

Sumber data untuk deskripsi masalah kesehatan ini antara lain adalah sebagai berikut:
- Laporan Puskesmas
- Laporan Rumah Sakit
- Laporan program
- Hasil Surkesda
- Hasil analisis data Susenas
- Dll

(2). Kinerja/sistem pelayanan dan program kesehatan

Catatan:
Gambaran situasi kinerja program sangat penting untuk merumuskan tujuan
khusus/target output dalam proses perencanaan (lihat bagian "Penentuan Tujuan"
dalam modul ini).
Selain itu, gambaran proses dan input sangat penting untuk merencanakan kegiatan
manajemen program (lihat bagian "Identifikasi kegiatan" dalam modul ini).

Hal berikutnya yang perlu dianalisis adalah kinerja program dan sistem pelayanan yang
berkaitan dengan masalah bersangkutan. Fokus analisis ini adalah sebagai berikut:

1. Kinerja/output:
a. Usahakan memperoleh trend output dari tahun ke tahun
b. Apakah output program/pelayanan sesuai dengan target
c. Kalau tidak, lakukan analisis untuk mengetahui sebab-sebabnya
d. Kalau berhasil atau melebihi target, jelaskan juga sebab-sebabnya
2. Proses:
a. Apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana tahunan

29
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
b. Kalau tidak sebutkan kegiatan yang mana
c. Jelaskan sebabnya
d. Juga lakukan analisis terhadap proses manajerial seperti:
d.1. supervisi
d.2. kordinasi dan integrasi lintas program
d.3. kordinasi dan integrasi lintas sektor
d.4. peran fihak swasta
d.5. peran masyarakat
3. Input:
a. Lakukan analisis tentang kecukupan input (tenaga, dana, alat, obat, dll)
b. Apakah ketersediaan input tersebut tepat waktu
c. Apakah ada input yang tidak terserap/tidak terpakai, dan jelaskan kenapa

(3). Faktor resiko lingkungan

Analisis faktor resiko lingkungan (sebagaimana halnya dengan resiko perilaku) bertujuan
untuk mengetahui sumber penyakit (faktor yang berkaitan langsung dengan kejadian
penyakit) dan juga mengetahui faktor lain yang tidak langsung berkaitan dengan kejadian
penyakit. Misalnya nyamuk malaria adalah sumber penyakit (faktor yang berkaitan langsung
dengan kejadian malaria) sedangkan adanya genangan air (misalnya laguna) adalah faktor
yang secara tidak langsung berkaitan dengan kejadian malaria)

Data yang perlu ditelaah dalam identifikasi faktor resiko lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Hasil surveilans
2. Laporan Puskesmas
3. Hasil survey khusus dan OR
4. Data kegiatan pembangunan (dari Pemda)
5. Laporan masyarakat/mass media/LSM
6. Pengamatan oleh staff Dinkes
7. Dll

Lakukan analisis untuk mengidentifikasi apakah ada faktor lingkungan yang berkontribusi
terhadap masalah bersangkutan.

Kemudian lakukan analisis untuk mengetahui fihak/sektor mana yang relevan untuk
melakukan intervensi terhadap faktor tersebut (misalnya sektor kesehatan, pertanian,
pendidikan, dll)

(4). Faktor resiko perilaku

Data yang perlu ditelaah dalam identifikasi faktor resiko perlaku adalah sebagai berikut:

30
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
1. Analisis data Susenas (tentang pola pencarian pengobatan, dll)
2. Hasil survey khusus dan OR (misalnya tentang pola pencarian pertolongan persalinan,
dll)
3. Laporan masyarakat/mass media/LSM
4. Pengamatan oleh staff Dinkes
5. Laporan Puskesmas

Lakukan analisis untuk mengidentifikasi apakah ada faktor perilaku yang berkontribusi
terhadap masalah yang bersangkutan.

Kemudian lakukan analisis untuk mengetahui fihak/sektor mana yang relevan untuk
melakukan intervensi terhadap faktor tersebut (misalnya sektor kesehatan, pendidikan,
agama, dll)

2. b. Penentuan tujuan

Dalam istilah perencanaan, tujuan program bisa berupa (a) outcome atau hasil dan (b)
output atau keluaran (lihat definisi istilah seperti telah disampaikan dimuka). Tujuan untuk
mencapai sejumlah output disebut target. Untuk itu sekali lagi tabel dimuka disampaikan
disini:
Program Immunisasi campak Gizi balita
Kegiatan Pencatatan sasaran, Penimbangan balita
sweeping immunisasi
Input Jurim, vaksin, cold chain, Petugas gizi, dacin, PMT
biaya transport pemulihan, biaya transport
Output Balita diimunisasi Balita ditimbang
Target 90% balita di immunisasi 100% balita
Outcome KLB campak tidak terjadi KEP Balita menurun

Tujuan yang berkaitan dengan pencapaian sejumlah output (target) sering juga disebut
sebagai tujuan khusus. Sedangkan tujuan yang berkaitan dengan outcome disebut tujuan
umum.

(1) Tujuan umum, atau tujuan pencapaian outcome berkaitan dengan perbaikan
derajat kesehatan, yaitu penurunan morbiditas dan mortalitas. Penentuan tujuan
ini mengacu pada rumusan masalah kesehatan bersangkutan. Misalnya
menurunnya AMI/API dalam program malaria, menurunkan prevalens pneumonia
balita, menurunkan angka anemia ibu hamil, menurunkan angka kurang gizi anak
sekolah, dll.
(2) Tujuan khusus - atau pencapaian target output, berkaitan dengan perbaikan kinerja
program. Penentuan tujuan ini mengacu pada rumusan kinerja program. misalnya

31
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
untuk meningkatkan penyemprotan nyamuk malaria, meningkatkan cakupan
immunisasi, meningkatkan temuan kasus dan pengobatan pneumonia, meningkatkan
cakupan penimbangan bayi dan balita, dll.

Untuk tingkat daerah, ada program-program yang tujuan umumnya (outcome) hanya bisa
dinyatakan secara kualitatif, misalnya "menurunkan angka kematian bayi".

Rumusan tujuan khusus (target output) harus spesifik, yaitu:

(1) ada rumusan kuantitatif


(2) jelas sasaran penduduknya
(3) jelas sasaran lokasinya
(4) jelas sasaran (target) waktu pencapaiannya

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan program, yaitu
sebagai berikut:

- Target atau tujuan yang merupakan komitmen nasional


- Target atau tujuan yang merupakan komitmen global
- Tujuan progam lima tahunan seperti ditetapkan dalam Renstra Kesehatan Daerah

Namun pada tataran operasional, penentuan tujuan secara kuantitatif harus realistis., artinya
sesuai dengan realita masalah didaerah serta kemampuan daerah untuk mencapainya. Agar
realistis, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan:

(1) trend (kecenderungan) kinerja tahun-tahun sebelumnya


(2) kemungkinan perubahan dalam sistem sistem kesehatan (internal)
a. adanya penambahan atau pengurangan tenaga
b. adanya prospek penambahan atau pengurangan dana
c. adanya prospek penambahan atau pengurangan obat/bahan sserta peralatan
(3) kemungkinan perubahan diluar kesehatan (eksternal)
a. prospek perubahan kebijakan politik dan pembangunan daerah
b. prospek musim

32
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Kinerja
?
?

Tahun
00 01 02 03 04 05 06

Penggunaan trend untuk penentuan tujuan tahun yang akan datang

70
60
50
40
30
20
10
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pada diagram diatas disampaikan contoh penggunaan trend (kecenderungan) masa lalu
dalam penentuan tujuan tahun yang akan datang. Dari kinerja tahun-tahun sebelumnya,
bisa dibuat garis linier yang merupakan kecenderungan kenaikan kinerja. Kalau diperkirakan
tidak ada hal-hal istimewa yang akan terjadi di tahun mendatang, maka dapat diasumsikan
bahwa target tahun depan yang paling realistis adalah mengikuti trend tahun-tahun
sebelumnya.

Namun apabila diperkirakan akan terjadi hal-hal khusus, maka target atau tujuan tahun
depan bisa menyimpang dari trend tersebut. Penyimpangan tersebut bisa berupa penurunan
atau kenaikan.

Diagram berikut menjelaskan langkah-langkah untuk menetapkan tujuan (target) program


untuk tahun mendatang.

33
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tujuan/
target nasional

Target thn yad


dlm Rensratekes
Daerah

Rumusan awal
Keadaan / tujuan (terget
Masalah thn thn yad)
yll Trend kinerja masa lalu
Faktor internal
Faktor eksternal

Rumusan Tujuan
(Rumusan akhir)

Pertama, dasar penentuan tujuan untuk tahun mendatang adalah perkiraan tentang keadaan
akhir tahun sebelumnya, dengan catatan bahwa tahun yang berjalan adalah menjadi "tahun
yang lalu" bagi posisi tahun mendatang. Jadi misalnya tujuan (target) persalinan oleh
tenaga terlatih untuk tahun mendatang harus didasarkan pada perkiraan % persalinan oleh
tenaga terlatih pada akhir tahun yang sedang berjalan.

Kedua, perlu dipertimbangkan tujuan/target nasional yang akan dicapai untuk tahun
mendatang. Angkanya bisa diperoleh dari dokumen RPJM dan hasil Rakerkesnas.

Ketiga, juga perlu dipertimbangkan target tahun mendatang seperti mungkin sudah
ditetapkan dalam Renstrakes Daerah.

Dengan tiga informasi tersebut, ditetapkan target program dengan judgment (perkiraan).
Hasilnya adalah rumusan tujuan/target awal atau sementara.

Selanjutnya, rumusan tujuan awal tersebut perlu ditelaah apakah cukup realistis atau tidak.
Ini dapat dinilai dengan melihat (a) trend kinerja tahun-tahun sebelumnya, (b) kemungkinan
perubahan mendasar dalam lingkungan internal Dinas Kesehatan/Puskesmas dan (c)
Kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal.

Setelah semua itu dipertimbangkan, barulah ditetapkan rumusan tujuan yang sebenarnya
yang akan dicapai tahun mendatang.

34
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
2.c. Identifikasi kegiatan

Catatan:
Identifikasi kegiatan merujuk pada (a) rumusan tujuan (output program), (b) rumusan
proses dan input program, (c) rumusan faktor resiko ligkungan, (d) rumusan faktor
resiko perilaku.

Identifikasi kegiatan sangat penting dalam perencanaan karena kaitannya yang erat dengan
perhitungan kebutuhan anggaran. Secara garis besar, kegiatan dalam program kesehatan
dapat dibagi lima, yaitu:

1. Kegiatan pelayanan individu


a. penemuan kasus (case finding)
b. pengobatan kasus (case treatment)

2. Kegiatan pelayanan masyarakat


a. kegiatan intervensi terhadap faktor resiko lingkungan
b. kegiatan intervensi terhadap faktor resiko perilaku
c. kegiatan mobilisasi sosial (kemitraan)

3. Kegiatan manajemen untuk mendukung 1 dan 2 , termasuk misalnya sistem informasi,


monitoring, supervisi, koordinasi, dll.

4. Kegiatan pengembangan/peningkatan kapasitas (untuk 1, 2 dan 3), yaitu kegiatan untuk


memelihara kapasitas program dan mengembangkan kapasitas program. Termasuk
disini kegiatan pelatihan, pembelian alat, penambahan fasilitas, pengadaan kenderaan,
dll.

Untuk keperlukan penyusunan anggaran berbasis kinerja, kegiatan-kegiatan program


tersebut diatas dibagi dua kelompok kegiatan, yaitu:

(1) Kegiatang langsung:

a. Pelayanan individu:
a.1. Temuan kasus
b.2. Pengobatan
c.3. Kegiatan Pengembangan
b. Pelayanan masyaralat:
b.1. Intervensi lingkungan
b.2. Intervensi perilaku
b.3. Mobilisasi masyarakat dan peran serta
b.4. Kegiatan Pengembangan

35
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(2) Kegiatang tidak langsung:
a. Kegiatan rutin (perencanaan, monitoring, supervisi, evaluasi,dll)
b. Kegiatan pengembangan

IDENTIFIKASI & PERUMUSAN


KEGIATAN Pelayanan
individu
Pengembangan/ a. Temuan kasus
investasi b. Pengobatan
Tujuan outcome
Kegiatan
Manajemen Tujuan output
Pengembangan/ Kegiatan di
investasi masyarakat
Pengembangan/ a. Intervensi lingk.
investasi b. Intervensi perilaku
c. Mobilisasi sosial

Kegiatan tak langsung Kegiatan langsung

Agar lebih lengkap, sewaktu merumuskan kegiatan program, perlu dilihat pedoman standar
yang sudah baku seperti yang dipersiapkan oleh Depkes RI/WHO, Unicef, dll. Beberapa
contoh pedoman baku misalnya:

(1) pedoman MTBS


(2) pedoman Gebrak Malaria
(3) pedoman Tb-DOTS
(4) pedoman program immunisasi
(5) pedoman program gizi
(6) dll

Dalam identifikasi kegiatan ini, langsung dilakukan identifikasi pelaku potensial (fihak
yang diperkirakan mampu dan sesuai untuk melakukan kegiatan tersebut. Ini bisa dilakukan
dengan menggunakan matriks seperti berikut:

36
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
No Kegiatan Oleh sektor Pelaksanaan oleh fihak/sektor lain
kesehatan Sektor lain Swasta/LSM Masy dll
1
2
3
4
5
6

Semua kegiatan yang akan dilakukan oleh sektor kesehatan selanjutnya diuraikan dalam
rencana operasional dan kemudian juga diterjemahkan dalam rencana anggaran.

Sedangkan untuk semua kegiatan yang dapat dan perlu dilakukan oleh sektor lain, swasta
dan masyarakat, Dinas Kesehatan perlu melakukn mobilisasi kemitraan dan advocacy.

2.d. Penyusunan rencana operasional

Dari hasil analisis sebelumnya, kemudian disusun rencana operasional yang isinya adalah
sebagai berikut:

1. daftar kegiatan
2. output masing-masing kegiatan tersebut
3. lokasi/tempat kegiatan
4. jadwal pelaksanaannya (mulai dan berakhir)
5. penanggung jawab pelaksana kegiatan tersebut (perorangan atau unit organisasi)

Dalam menyusun jadwal kegiatan, harus diperhatikan keterkaitan dan ketergantungan


antara kegiatan.

Rangkuman jadwal kegiatan dalam satu tahun dapat disampaikan dalam bentuk Gant Chart

2.e. Integrasi rencana

Setelah selesai, perlu dillihat kembali apakah ada dari rencana kegiatan tersebut yang
dapat diintegrasikan dengan kegiatan lain (dalam program yang bersangkutan) atau dengan
kegiatan dari program lain. (Lihat juga uraian teoretis tentang arti keterpaduan).

Dalam melakukan integrasi kegiatan ini, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:

37
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
1. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan sasaran (kesamaan populasi dan
kesamaan wilayah/lokasi)
2. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan jadwal
3. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan output kegiatan

Apabila ada kesamaan, lakukan analisis apakah kegiatan tersebut dapat diintegrasikan
(dalam satu program).

Untuk integrasi kegiatan lintas program, secara teoretis kemungkinan integrasi umumnya
terdapat pada kegiatan penunjang (kegiatan tidak langsung), yaitu :

(b) kelompok kegiatan manajemen dan


(c) kelompok kegiatan pengembangan.

Artinya ada kemungkinan kegiatan manajemen dan kegiatan penunjang yang sekaligus
bermanfaat untuk program yang berbeda-beda. Supervisi, sistem informasi, pelatihan, dan
pengadaan alat adalah contoh kegiatan manajemen dan pengembangan yang mungkin
diintegrasikan untuk beberapa program kesehatan yang berbeda.

Kalau ditemukan kemungkinan integrasi kegiatan, maka rencana kegiatan untuk program
bersangkutan perlu dirubah. Pastikan bahwa kegiatan tersebut dialihkan ke program lain.

38
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
RINGKASAN:

Saling keterkaitan antara langkah-langkah perencanaan terpadu

Semua langkah-langkah penyusunan rencana seperti telah disampaikan dimuka dapat


diringkaskan seperti diagram berikut ini.

Analisis situasi Penetapan tujuan

1. Besaran masalah Tujuan (outcome)


Identifikasi kegiatan
2. Kinerja program
a. Output program Tujuan (output) 1.Case finding&Th/
b. Proses program
4.Kegiatan Mgt.
c. Input program
2.Intervensi lingk
3. Resiko lingk.

4. Resiko perilaku 3.Intervensi prlaku

4.Mobilisasi sosial
5.Kegiatan pengembang-
an/innovatif

Rencana operasional
Rencana operasional

Dalam diatas diperlihatkan bahwa secara garis besar, ada empat langkah utama dalam
penysunan rencana program terpadu, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis situasi
2. Penetapan tujuan
3. Identifikasi kegiatan
4. Penyusunan rencana operasional

Hasil analisis situasi dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan besaran tujuan. Ada
dua jenis tujuan, yaitu:

1. Tujuan yang berkaitan dengan "outcome", misalnya menurunkan morbiditas


(prevalens dan insidens) dan menurunkan mortalitas

39
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
2. Tujuan yang berkaitan dengan output program, misalnya meningkatkan temuan
kasus dan pengobatan, meningkatkan cakupan immunisasi, meningkatkan cakupan
penimbangan bayi, dll.

Hasil analisis situasi dan perumusan tujuan dipergunakan sebagai dasar dalam penentuan
atau identifikasi kegiatan. Secara garis besar ada dua kelompok kegiatan, yaitu:

1. kegiatan langsung, yang terdiri dari 3 jenis sub-kegiatan yaitu:


a. penemuan kasus dan pengobatan
b. intervensi terhadap faktor lingkungan
c. intervensi terhadap faktor perilaku
2. kegiatan tidak langsung, yaitu:
kegiatan manajemen untuk menunjang ke tiga kegiatan langsung tersebut diatas
3. kegiatan pengembangan dan innovatif untuk menunjang kegiatan langsung maupun
kegiataan manajemen

40
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Pokok Bahasan III

PENYUSUNAN ANGGARAN TERPADU BERBASIS KINERJA

1. Prinsip penyusunan anggaran

Dalam penyusunan anggaran secara terpadu, ada TUJUH hal yang harus diperhatikan,
yaitu bahwa:

1. Anggaran disusun untuk semua program (menyeluruh) yang menjadi tanggung jawab
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Kebutuhan anggaran untuk masing-masing program tersebut diperhitungkan secara
"bottom up"
3. Alokasi anggaran harus terpadu dan seimbang, yaitu untuk unit yang melaksanakan
kegiatan penunjang dan unit yang melaksanakan kegiatan langsung (pelayanan).
4. Alokasi anggaran harus terpadu dan seimbang antara anggaran investasi dengan
anggaran operasional dan pemeliharaan.
5. Sumber anggaran untuk program-program tersebut beragam, yaitu anggaran pusat,
propinsi, kabupaten/ kota dan masyarakat/ swasta.
6. Mata anggaran dalam masing-masing sumber juga beragam.
7. Ada mata anggaran yang bisa dimanfaatkan secara bersama antara program (sharing)
seperti anggaran supervisi, alat tertentu, dll. Mata anggaran seperti ini perlu diintegrasikan
antara program untuk mencegah tumpang tindih dan inefisiensi.

Landasan pikir ke tujuh hal tersebut diatas adalah bahwa pembangunan kesehatan kabupaten
harus bersifat lintas program, dan bahkan lintas sektor, yang bisa bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Atau dari perspektif lain, pembangunan kesehatan harus
menyangkut intervensi di bidang lingkungan, perilaku dan gaya hidup, kependudukan dan
pelayanan kesehatan individual dan masyarakat. Dari perspektif ini, semua program
hendaknya mendapat alokasi anggaran sesuai dengan target program tersebut masing-
masing.

Selain itu, program dan pelayanan kesehatan adalah suatu produk dari kegiatan-kegiatan
langsung (pelayanan kesehatan) dan kegiatan tak langsung atau penunjang. Kegiatan
langsung umumnya dilakukan oleh fasilitas pelayanan (Puskesmas dan Rumah Sakit dan
program pelayanan di lapangan atau di tengah masyarakat), sedangkan kegiatan tidak
langsung atau penunjang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam bentuk pelatihan, kordinasi,
supervisi, dll. Dari perspektif ini, maka semua unit-unit (langsung dan penunjang)

41
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
juga harus mendapat alokasi yang mencukupi dan seimbang, sesuai dengan bobot
kegiatannya masing-masing.

Suatu proses produksi (misalnya produksi pelayanan kesehatan atau kegiatan program
kesehatan masyarakat), selalu memerlukan biaya investasi dan biaya operasional serta
pemeliharaan. Dari perspektif ini, maka alokasi untuk mata anggaran investasi, operasional
dan pemeliharaan juga harus seimbang.

2. Masalah atau "penyakit" pembiayaan kesehatan


Dalam menyusun anggaran program kesehatan, perlu dicegah terjadinya "penyakit"
anggaran kesehatan yang banyak terjadi pada masa lalu. Ada sepuluh masalah yang perlu
diketahui dan dicegah untuk terjadi, yaitu sebagai berikut:

(1) Anggaran kesehatan terlalu kecil


Analisis pembiayaan kesehatan dibanyak daerah umumnya menunjukkan alokasi
untuk kesehatan dibawah kebutuhan normatif, yaitu dibawah US$ 12/kapita pertahun.

(2) Realisasi terlambat


Selama ini realisasi anggaran sering sangat terlambat sampai bulan Juli/Agustus.
Kosekuensinya adalah beban kerja yang sangat berat bagi daerah - yang sebetulnya
tidak realistis - yaitu untuk menyerap anggaran tersebut dalam jangka waktu yang
tidak normal. Keterlambatan realisasi ini umumnya terjadi dengan anggaran yang
berasal dari pusat, seperti DAK, Dana dekonsentrasi, Tugas Perbantuan dan JPKMM.

(3) Anggaran terfragmentasi


Anggaran kesehatan Daerah berasal dari beberapa sumber: DAU, DAK, Dana
Dekonsentrasi, Dana Tugas Perbantuan, JPK-MM, Pinjaman, dll. Dana yang berasal
dari pusat umumnya terfragmentasi dan Daerah tidak memiliki kewenangan untuk
melakukan konsolidasi anggaran.

(4) Kecenderungan untuk belanja fisik


Dana DAK dan TP peruntukannya adalah untuk belanja barang modal (fisik). Dibeberapa
daerah dana APBD juga cenderung untuk belanja fisik (misalnya membangun sarana
kesehatan dan pengadaan alat).

(5) Biaya operasional tidak cukup


Akibat dari butir (4), maka program kesehatan kekurangan biaya operasional. Program
pelayanan kesehatan memerlukan biaya operasional obat/bahan. Program kesehatan
masyarakat memerlukan biaya operasional untuk perjalanan dan kegiatan-kegiatan
diluar gedung. Ketidak cukupan biaya operasional ini menyebabkan kinerja pelayanan
tidak optimal, baik dari segi jumlahnya maupun dari segi mutunya.

42
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(6) Fenomena pyramida terbalik
Masalah lain adalah terserapnya anggaran untuk kegiatan-kegiatan penunjang dan
administratif, seperti biaya pertemuan, biaya perjalanan ke propinsi, biaya pelatihan
di Kabupaten ataupun di Propinsi. Sedangkan untuk kegiatan ditingkat bawah,
misalnya untuk kegiatan Musrenbang tingkat desa dan kecamatan, mobilisasi peran
serta dll, seringkali Puskesmas mendapat kesulitan membiayainya.

(7) Lemahnya kaitan antara anggaran dengan kinerja


Walaupun sistem anggaran berbasis kinerja sudah diperkenalkan untuk diterapkan,
masih banyak mata anggaran yang sulit dijelaskan hubungan logisnya dengan kinerja
atau output program. Ini disebabkan antara lain karena semakin besarnya porsi
anggaran pusat (APBN) dalam anggaran kesehatan daerah. Dana dekonsentrasi
misalnya, sebagian besar dipergunakan untuk berbagai macam pelatihan. Apakah
pelatihan tersebut kemudian meningkatkan cakupan program ?

(8) Cenderung untuk kuratif


Kecenderungan pelayanan kuratif menyerap sebagian besar anggaran adalah masalah
khronis dalam pembiayaan kesehatan. Pembangunan RS, pembelian alat medis,
pengadaan obat dan bahan, adalah jenis-jenis mata anggaran yang menyerap banyak
anggaran kesehatan daerah. Sedangkan program kesehatan masyarakat seperti
Promkes, Kesling, surveilans epidemilogi, mendapat alokasi anggaran yang relatif
sangat kecil.

(9) Peruntukan kaku


Sampai sekarang (2006) memang desentralisasi belum sepenuhnya diterapkan.
Bahkan dari segi perimbangan anggaran pusat dan daerah, ada tanda-tanda semakin
kuatnya proses resentralisasi keuangan (fiscal recentralization). Tanda-tandanya
adalah kenaikan anggaran DAK, TP dan Dekonsentrasi yang menyolok pada tahun
2005 dan 2006. Peruntukkan anggaran pusat ini (APBN) adalah untuk peningkatan
kapasitas (capacity building) dan tidak untuk biaya operasional dan pemeliharaan.
Anggaran pusat tersebut adalah "fragmented budget" yang kaku, karena daerah tidak
boleh mengkonsolidasikan anggaran-anggaran tersebut. Jadi dalam mengelola
anggaran pusat tersebut, daerah/dinas kesehatan hanya berfungsi sebagai administrator
anggaran sesuai Juknis.

(10) "Bocor"
Tidak bisa disangkal bahwa kebocoran juga terjadi dalam pengelolaan pembiayaan
kesehatan.

Dengan memahami sepuluh masalah pembiayaan kesehatan tersebut diatas, diharapkan


dalam pelaksanaan P2KT semua itu dapat dicegah atau dikurangi seminimal mungkin.

43
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
3. Penganggaran menyeluruh, terpadu dan seimbang

Dalam Pokok Bahasan Perencanan disampaikan prinsip dan langkah-langkah perencanaan


program kesehatan Kabupaten/Kota secara terpadu. Hasilnya antara lain adalah rencana
program yang akan dilaksanakan serta target yang hendak dicapai selama tahun mendatang.
Cara-cara menyusun program seperti penentuan target kinerjanya, jenis intervensinya dan
rencana operasionalnya telah disampaikan dalam Pokok Bahasan-1.

Teknik atau cara untuk menghitung kebutuhan biaya operasional masing-masing program
tersebut, didasarkan pada kebutuhan riel di lapangan serta target yang hendak dicapai.
Perkiraan kebutuhan anggaran tersebut dapat diringkaskan dalam Tabel-1. Tabel ini
merupakan suatu rangkuman menyeluruh tentang kebutuhan biaya.

Pada Tabel-1 dapat dilihat berapa jumlah kebutuhan anggaran untuk kegiatan penunjang,
yaitu kegiatan manajemen dan pengembangan yang umumnya dilakukan oleh Dinas
Kesehatan dan Puskesmas. Dalam penyusunan anggaran, perlu dilakukan telaahan
kemungkinan memadukan beberapa kegiatan penunjang yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan sekaligus untuk beberapa program. Oleh sebab itu, kolom total untuk anggaran
Dinas Kesehatan bisa berubah-ubah tergantung dari sejauh mana keterpaduan bisa dilakukan.

Sebagai contoh, anggaran perjalanan Dinas Kesehatan untuk supervisi program bisa
dipadukan antara beberapa program, sehingga jumlahnya menjadi lebih kecil. Upaya inilah
yang disebut sebagai penganggaran terpadu.

Selanjutnya, dalam proses penganggaran juga diusahakan agar kebutuhan biaya investasi
dan operasional juga terpenuhi secara seimbang. Untuk masing-masing program, Tabel
berikut menjelaskan komponen-komponen biaya yang lazim diperlukan dalam program
kesehatan.

44
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Tabel 1. Komponen atau mata anggaran program kesehatan

Nama program:
Jenis kegiatan :

Biaya Biaya
Kegiatan Penunjang Kegiatan langsung (Unit
(Dinas pelayanan: Puskesmas &
Kesehatan/Puskesmas) RSUD)
Biaya Investasi - Gedung - Gedung
- Alat Non-medis - Alat Non-medis
- Pendidikan - Alat medis
- Dll - Pendidikan
- Dll
Biaya Operasional - Gaji/honor, dll - Gaji/upah
- ATK/bahan habis pakai - Obat/bahan
- Listrik, Air, telepon - Makan
- Perjalanan - ATK
- dll - Listrik, Air, telepon
- Perjalanan
- dll
Biaya - Gedung - Gedung
Pemeliharaan - Alat Non-medis - Alat Non-medis
- Pelatihan - Alat medis
- Dll - Pelatihan
- Dll

Semua yang diuraikan diatas adalah proses untuk menjamin terlaksananya empat dari
tujuh hal yang disebutkan diatas, yaitu (1) penganggaran menyeluruh untuk semua program,
(2) kebutuhan anggaran ditetapkan secara "bottom up", (3) terpadu dan seimbang antara
unit penunjang dan unit pelayanan dan (4) terpadu dan seimbang antara anggaran investasi
dan operasional/pemeliharaan.

Selanjutnya untuk tiap program yang diusulkan, seluruh komponen biaya tersebut di atas
perlu dihitung.

45
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
4. Koordinasi anggaran dari berbagai sumber

Prinsip lain dalam penganggaran terpadu adalah koordinasi sumber-sumber pembiayaan.


Selama ini perencanaan kesehatan kabupaten/ kota belum mengkordinasikan anggaran
yang berasal dari berbagai sumber. Koordinasi anggaran dalam penganggaran terpadu
menurut konsep P2KT adalah koordinasi menyeluruh. Untuk itu diperlukan beberapa hal
yaitu:
- Adanya rencana kebutuhan pembiayaan yang menyeluruh yang dapat dinamakan sebagai
"master budget requirement" kabupaten/ kota serta "master budget RS' (tidak termasuk
dalam modul P2KT, lihat modul lain yang dikeluarkan oleh Dirjen Yanmedik).
- Adanya informasi pembiayaan kesehatan kabupaten yang menyeluruh (dibahas dalam
topik tentang 'District Health Account' (DHA) yang dikembangkan oleh Biro
Perencanaan bersama FKMUI).

Matrik anggaran
Program-A Program-B dst
Sumber
a b c d a b c d
BH
DAU
DAK
TP
Dekon
PAD
BLN
PLN
Dll
(a) Kegiatan pelayanan individu
(b) Kegiatan kesehatan masyarakat
(c) Kegiatan manajemen
(d) Kegiatan investasi

46
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
5. Anggaran berbasis kinerja

a. Anggaran Berbasis Jenis Belanja dan Anggaran Berbasis Kinerja


Dalam teori penyusunan anggaran dikenal istilah "line item budgeting" dan "performance
budgeting". Line item budgeting berorientasi pada input, yaitu "item" atau barang/jasa
yang akan dibiayai. Pendekatan "line item budgeting" ini dominan dalam sistem anggaran
melalui DIP/DIP yang sudah ditinggalkan. Kelemahannya adalah ketidak jelasan hubungan
antara belanja barang dan jasa tersebut dengan output atau kinerja program.

"Performance budgeting" (anggaran berbasis kinerja) didasarkan pada hasil proses


perencanaan yang realistis dan sistematis. Proses perencanaan tersebut akan menjamin
adanya kesinambungan dan konsistensi antara (1) masalah, (2) tujuan, (3) kegiatan, (4)
output atau kinerja kegiatan, dan (5) input yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.

Anggaran berbasis kinerja oleh sebab itu didasarkan pada butir (4) diatas, yaitu nilai rupiah
semua input yang diperlukan untuk kegiatan program, yaitu butir (3)

Ciri lain dari anggaran berbasis kinerja adalah keseimbangan antara anggaran untuk
kegiatan pelayanan langsung dengan kegiatan penunjang. Dalam penyusunan rencana
terpadu, memang dijaga agar kegiatan pelayanan langsung betul-betul sesuai dengan
kebutuhan. Ada sinyalemen bahwa dalam program kesehatan terlalu banyak kegiatan tidak
langsung yang dilakukan seperti rapat kordinasi, pelatihan, seminar/lokakarya, jasa
konsultan, dll.

b. Anggaran Berbasis Kinerja dan keseimbangan antara mata anggaran

Sejak 2002, pemerintah (Mendagri) menetapkan sistem penyusunan anggaran berbasis


kinerja (SK Mendagri No.29/2002. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan anggaran
untuk (1) kegiatan aparatur dan (2) kegiatan pelayanan publik. Masing-masing kelompok
anggaran tersebut, lebih lanut dibagi dalam (a) Belanja Administrasi Umum, (b) Belanja
Operasional dan Pemeliharaan dan (c) Belanja Barang Modal.
Formatnya secara umum adalah sebagai berikut:

Anggaran Aparatur Anggaran Pelayanan Publik


1. Belanja Administrasi Umum 1. Belanja Administrasi Umum
2. Belanja Operasional dan Pemeliharaan 2. Belanja Operasional dan Pemeliharaan
3. Belanja Barang Modal 3. Belanja Barang Modal

Pada tahun 2005 dikeluarkan PP No. 58 disusul dengan Permengrasi No. 13/2006 yang
menguraikan tentang 9 jenis/klasifikasi belanja sebagai berikut.

47
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
1.Belanja Pegawai 1.Belanja Pegawai
2.Belanja Barang dan Jasa 2.Belanja Barang dan Jasa
3.Belanja Modal 3.Belanja Modal
4.Bunga
5.Belanja Subsidi
6.Belanja Hibah
7.Belanja Bagi Hasil
8.Belanja Bantuan Keuangan
9.Belanja Tidak Tersangka

c. Sumber keuangan daerah

(1) Dana Perimbangan


a. Dana bagi hasil (pajak dan bukan pajak)
b. DAU
c. DAK
(2) PAD
(3) Dana dekonsentrasi
(4) Dana Tugas Perbantuan
(5) Dana Pinjaman (loan)
(6) Dana Bantuan (grant, hibah)

d. Jenis/klasifikasi belanja dalam keuangan daerah (PP No. 58/2005)

(1) Belanja pegawai


Termasuk gaji, tunjangan, hoborarium, lembur, kontribusi sosial, dll

(2) Belanja barang dan jasa


Barang habis pakai termasuk barang dan jasa keperluan kantor, jasa pemeliharaan,
ongkos perjalanan dinas

(3) Belanja modal


Pembelian aset tetap dan aset lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 bulan. Termasuk tanah, peralatan, gedung, buku perpustakaan, dll

(4) Bunga
Pembayaran bunga hutang

(5) Subsidi
Alokasi anggaran kepada perusahaan untuk membantu biaya produksi agar harga
jualnya terjangkau oleh masyarakat banyak

48
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
(6) Hibah
Pemberian uang, barang dan jasa kepada pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat, organisasi kemasayarakatan, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus
(7) Bantuan sosial
Bantuan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
termasuk bantuan kepada partai politik sesuai dengan undang-undang
(8) Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
Bagi hasil atas pendapatan daerah, misalnya bagi hasil pajak kabupaten/kota
untuk pemerintahan desa
(9) Belanja tak terduga
Belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang
seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial; termasuk pengembalian
atas pendapatan daerah tahun-tahun sebelumnya

Untuk menjamin bahwa besaran dan mata anggaran tersebut betul-betul dikaitkan dengan
kinerja, maka langkah awal sebelum penyusunan angaran adalah menyusun rencana .
Dalam penyusunan rencana tersebut, dilakukan langkah-langkah sistematis sehingga
terjamin kesinambungan logis antara hal-hal sebagai berikut:

1. Besaran masalah yang dihadapi (program tertentu)


2. Besaran tujuan yang akan dicapai
3. Jenis kegiatan yang betul-betul relevan untuk mencapai tujuan tersebut

Pada dasarnya, anggaran berbasis kinerja adalah bagaimana menghitung dan mengalokasikan
sejumlah anggaran yang cukup dan tepat sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana,
sehingga tujuan yang ditargetkan bisa tercapai.

Langkah-langkah menyusun anggaran program terpadu

1. Landasan dan prinsip dasar

Bahan dasar penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah hasil akhir penyusunan rencana
program terpadu (Pokok Bahasan 1). Hasil akhir tersebut adalah daftar kegiatan (1)
langsung dan (2) tidak langsung yang akan dilakukan oleh sektor/Dinas Kesehatan.
Ringkasannya disampaikan sebagai berikut:

1. Kegiatan pelayanan individu


a. Penemuan kasus (case finding)
b. Pengobatan kasus (case treatment)
c. Kegiatan pengembangan
2. kegiatan pelayanan masyarakat
a. Kegiatan intervensi terhadap faktor resiko lingkungan

49
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
b. Kegiatan intervensi terhadap faktor resiko perilaku
c. Kegiatan mobilisasi sosial/pemberdayaan masyarakat
d. Kegiatan pengembangam
3. Kegiatan manajemen untuk mendukung 1 dan 2
a. Kegiatan rutin (perencanaan, monitoring/supervisi, evaluasi, dll)
b. Kegiatan pengembangan

Untuk jelasnya, diagram yang sudah disampaikan dimuka (Pokok Bahasan Perencanaan)
disampaikan sekali lagi berikut ini.
IDENTIFIKASI & PERUMUSAN
KEGIATAN Pelayanan
individu
Pengembangan/ a. Temuan kasus
investasi b. Pengobatan
Tujuan outcome
Kegiatan
Manajemen Tujuan output
Pengembangan/ Kegiatan di
investasi masyarakat
Pengembangan/ a. Intervensi lingk.
investasi b. Intervensi perilaku
c. Mobilisasi sosial

Kegiatan tak langsung Kegiatan langsung

Dari perspektif "fungsi produksi", Kegiatan Pelayanan Individu dan Kegiatan Kesehatan
Masyarakat disebut sebagai "Kegiatan Langsung" karena kegiatan-kegiatan tersebut
langsung menghasilkan "output" program. Sedangkan Kegiatan Manajemen disebut
"Kegiatan Tidak Langsung" karena sifatnya memberikan support (penunjang) terhadap
ke dua jenis Kegiatan Langsung diatas.

Kegiatan Pengembangan bisa berupa pembangunan gedung, pengadaan alat, pelatihan


dan pendidikan staff. Kegiatan ini bisa bersifat "Langsung" bisa juga bersifat "Tidak
Langsung", tergantung kegiatan mana yang didukungnya.

Klasifikasi kegiatan seperti diatas penting untuk melakukan klasifikasi anggaran, yaitu
sebagai berikut:

50
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Semua anggaran/biaya untuk kegiatan (a) pelayanan individu dan (b) program kesehatan
masyarakat disebut biaya langsung
b. Semua anggaran/biaya untuk kegiatan manajemen disebut biaya tidak langsung

Dalam Pedoman Rencana Anggaran Satuan Kerja dan Cara Pengisiannya (terlampir) ada
beberapa prinsip atau patokan yang perlu diikuti, yaitu sebagai berikut:

1. Anggaran yang disusun adalah anggaran untuk satuan kerja


2. Anggaran tersebut dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Anggaran belanja langsung per kegiatan satuan kerja
b. Anggaran belanja tidak langsung per satuan kerja
3. Harus disebutkan hal-hal sebagai berikut:
a. Nama program
b. Kegiatan
c. Lokasi kegiatan
d. Indikator & tolok ukur kinerja
(1) masukan
(2) keluaran
(3) hasil
(4) manfaat
(5) dampak

Untuk mengisi butir (3) diatas, dapat dibuka dokumen rencana terpadu yang telah disusun
sebelumnya (lihat modul P2KT tentang penyusunan rencana program ).

Oleh sebab itu, proses penyusunan rencana anggaran berbasis kinerja adalah bagaimana
mentransformasikan rencana kegiatan kedalam nilai moneter.

2. Langkah-langkah

Untuk mentransformasikan rencana kedalam nilai moneter, langkah awal adalah


mengkonversi daftar kegiatan yang telah disusun (kegiatan langsung dan penunjang)
kedalam jenis dan jumlah input yang dibutuhkan.

Dengan perkataan lain, kebutuhan anggaran untuk kegiatan tersebut diasumsikan sama
dengan nilai input yang diperlukan untuk melaksanakannya. Dalam konsep analisis biaya
ini disebut sebagai "activity and input based costing and budgeting".

Ada 6 langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun Anggaran Berbasis Kinerja tersebut,
yaitu sebagai berikut:

51
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Langkah-1
Untuk setiap kegiatan yang telah disusun dalam proses perencanaan, dilakukan
identifikasi semua jenis input yang diperlukan untuk melakukan masing-masing
kegiatan tersebut. Input tersebut bisa terdiri dari:
a. Tenaga,
b. Obat/bahan,
c. ATK,
d. Alat,
e. dll

Langkah-2
Lakukan estimasi jumlah atau volume masing-masing input yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiataan bersangkutan

Langkah-3
Lakukan estimasi atau dapatkan informasi biaya satuan (UC) per input dan kemudian
hitung nilai totalnya = UC x jumlah input. Tentang UC ini, sesuaikan dengan UC
yang berlaku di daerah bersangkutan atau sesuaikan dengan UC yang berlaku menurut
sumber dana bersangkutan.

Langkah-4
Lakukan konversi item input agar sesuai dengan kode rekening Pedoman Penyusunan
Anggaran Berbasis Kinerja (lihat pedoman)

Langkah-5
Integrasi anggaran, yaitu melihat apakah ada jenis input (mata anggaran) yang bisa
diintegrasikan antara kegiatan yang berbeda. Perhatian perlu diberikan pada (1)
kegiatan manajemen dan (2) kegiatan pegembangan yang mungkin bisa di "share"
oleh beberapa kegiatan langsung.
Demikian juga, perlu dibandingkan rencana anggaran antara program yang berbeda.
Misalnya, apakah pembelian mikroskop untuk program malaria bisa diintegrasikan
dengan rencana pebelian mikroskop untuk program tbc.

Langkah-6
Identifikasi sumber pembiayaan untuk masing-masing input tersebut

52
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
VII. TUGAS/DISKUSI KELOMPOK

Peserta latihan dibagi dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk
melakukan perencanaan program terpadu disusul dengan penyusunan anggaran program
terpadu.

(Sebagai contoh, program yang dipilih dalam latihan ini adalah (1) malaria, (2) tuberkul;osis,
(3) KIA, (4) Gizi)

Untuk itu telah dipersiapkan seperangkat instrument dalam bentuk template (program
Excell). Instrumen tersebut disampaikan dalam lampiran modul ini berikut petunjuk
menggunakannya. Selain itu, juga disampaikan file program Excell tersebut.

VIII. REFERENSI/BAHAN BACAAN


1. Modul P2KT Edisi 1, Edisi 2 dan Edisi 3
2. UU No. 32/2004, UU No. 33/2004
3. Permendagri No 29/2002
4. PP No 58/2005
5. Permendagri No 13/2006
6. Buku dan makalah tentang perencanan dan penganggaran program kesehatan
Planning
7. Sistem Kesehatan Nasional
8. SK Menkes No 1457/2003 tentang Kw/SPM
9. Draft Revisi SPM per Juli 2006
10. Studi SPM di 6 Kebupaten/Kota, Proyek DHS-1 & Pusat Kajian Ekonomi dan
Kebijakan Kesehatan FKMUI, 2004

53
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
LAMPIRAN-1

PEDOMAN DAN INSTRUMEN


PERENCANAAN PROGRAM KESEHATAN TERPADU

Instrumen

Untuk melakukan perencanaan program secara terpadu sudah disiapkan sebuah instumen
dalam bentuk template (program Excell). Template tersebut terdiri dari 11 files, yaitu
sebagai berikut:

(1) File-1: Pengantar


(2) File-2a: Analisis masalah
(3) File-2b: Kinerja ouput
(4) File-2c: Kinerja proses
(5) File-2d: Kinerja input
(6) File-2e; Analisis resiko lingkungan
(7) File-2f: Analisis resiko perilaku
(8) File-3: Trend analysis untuk menetapkan tujuan
(9) File-4: Penetapan tujuan
(10) File-5: Penentuan dan perumusan kegiatan
(11) File-6: Penyusunan rencana operasional

Catatan:
File-2a s/d File-2f semuanya adalah untuk Analisis Situasi kesehatan daerah

54
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
PENJELASAN xxx xxx
1 Template ini adalah alat bantu untuk melaksanakan Perencanaan Program secara terpadu
2 Ada 10 template yang disediakan

DHS-1
3 Baca Modul sebagai pedoman menggunakan template ini
4 Dalam file template pertama ini ada 5 tabel
5 Sesuaikan ukuran besaran masalah menurut masing-masing program

NAMA PROGRAM :
PERENCANAAN TERPADU
Tabel-1. Besaran masalah menurut tahun PROGRAM KESEHATAN
Tahun Besaran/ % PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan
ukuran masalah naik/turun Depkes RI
2000
2001
2002
2003
2004
Asumsi/penjelasan ttg sebab naik/turun

Tabel-2. Besaran masalah menurut bulan Tabel-3 Tabel-4

55
No Bulan Besaran Besaran masalah mnrt umur Besaran masalah mnrt wilayah
masalah Kelompok Umur Besaran Nama Besaran
1 Januari 1 masalah Kecamatan masalah
2 Februari 2 1
3 Maret 3 2
4 April 4 3
5 Mei 5 4
6 Juni 6 5
7 Juli 7 6
8 Agustus dst dst
9 September
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember Tabel-5. Sumber Penyakit
Jelaskan sumber penyakit yang diketahui berkaitan dengan penyakit ybs:

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan :
Catatan :
Analisis kinerja ini meliputi (a) output, (b) proses, (c) input

DHS-1
Sebutkan semua output program ini (cakupan, jml kunjungan, dll)
1
2
3
4
5
6

Untuk setiap jenis output, pergunakan tabel berikut

Nama output:
Tahun Target Pencapaian % Pencapaian 2000 34%
2000 2001 32% -2%
2001 2002 37% 5%
2002 2003 41% 4% Rata-2 ke
2003 2004 48% 7% naikkan
2004 2005 52% 3.50%
Asumsi/penjelasan ttg sebab tidak tercapainya target tahun terakhir

56
Nama output:
Tahun Target Pencapaian % Pencapaian
2000
2001
2002
2003
2004
Asumsi/penjelasan ttg sebab tidak tercapainya target tahun terakhir

Nama output:
Tahun Target Pencapaian % Pencapaian
2000
2001
2002
2003
2004
Asumsi/penjelasan ttg sebab tidak tercapainya target tahun terakhir

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
A Analisis proses secara umum
1 Lakukan review thd semua kegiatan dalam program ini dan pelaksanaannya selama 1 tahun yll
2 Identifikasikan kegiatan yang menurut Sdr. tidak berjalan seperti diharapkan
3 Analisis dan tuliskan tentang kemungkinan sebab-sebabnya

Nama kegiatan:
Sebab-sebab tidak berjalan seperti yang diharapkan

B Analisis proses kegiatan manajemen


Kegiatan manajemen Evaluasi kinerja proses Penjelasan

57
Target Pencapaian
1 Supervisi
2 Kordinasi lintas program
3 Kordinasi lintas sektor
4 Mobilisasi peran swasta
5 Mobilisasi peran masyarakat
6 Dll

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
Catatan:
Fokus analisis kinerja/situasi input adalah pada (1) ketenagaan, (2) Obat/bahan medis, (3) Alat medis, (4) Alat non medis, (5) Dana

1. Ketenagaan
Identifikasikan jenis tenaga apa/yang mana yang menurut Sdr merupakan masalah, dan gunakan tabel berikut:
Jenis tenaga:
1 Kecukupan jumlah
2 Kemampuan teknis
3 Beban kerja
4 Distribusi (*)
(*) uraikan di Puskesmas mana terjadi kekurangan dan dimana kelebihan

2. Obat dan bahan media


Identifikasikan jenis obat/bahan medis apa/yang mana yang menurut Sdr merupakan masalah, dan gunakan tabel berikut:
Jenis obat/bahan medis:
1 Kecukupan jumlah
2 Ketepatan waktu pengadaan

58
3 Tersisa ?
4 Distribusi (*)
(*) uraikan di Puskesmas mana terjadi kekurangan dan dimana kelebihan

3. Alat medis
Identifikasikan jenis alat medis apa/yang mana yang menurut Sdr merupakan masalah, dan gunakan tabel berikut:
Jenis alat:
1 Kecukupan jumlah
2 Ketepatan waktu pengadaan
3 Tersisa ?
4 Distribusi (*)
(*) uraikan di Puskesmas mana terjadi kekurangan dan dimana kelebihan

MODUL PELATIHAN P2KT


4. Dana/anggaran
Kalau sudah dilakukan District Healt Account, pergunakan hasilnya untuk mengisi tabel berikut:

DHS-1
Kalau belum, lakukan analisis cepat thd pembiayaan program tahun yang lalu
1 Kecukupan jumlah
2 Ketepatan waktu realisasi
3 Tersisa ?
4 Keseimbangan (*)
(*) Keseimbangan antara anggaran langsung dan tidak langsung (lihat modul ttg arti langsung dan tidak langsung

PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
Untuk mengisi tabel ini, telaah hasil-hasil penelitian, OR, survei, dan pengalaman lapangan

Program/Masalah:
Resiko lingkungan Penyebab/sumbernya (*) Sektor yang potensial (**)
1
2

59
3
4
5
6
7
8
dst

(*) Misalnya: penambangan liar, laguna, peternakan, rumah tanpa ventilasi, dll
(**) Sektor yg potensial ikut melakukan intervensi/mengatasinya

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
Catatan:
Untuk mengisi tabel ini, telaah hasil-hasil penelitian, OR, survei, dan pengalaman lapangan

Program/Masalah:
Resiko Perilaku (*) Sektor yang potensial (**)
1
2
3
4
5
6
7
8
dst

(*) Misalnya: merokok, kebiasaan meludah, kepercayaan ttg sebab penyakit, dll
(**) Sektor yg potensial ikut melakukan intervensi/mengatasinya

60
MODUL PELATIHAN P2KT
PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
Catatan:
1 . Ya n g a k a n d i t e t a p k a n a d a l a h r u m u s a n t u j u a n k i n e r j a p r o g r a m , y a i t u k i n e r j a o u t p u t p r o g r a m ( l i h a t m o d u l )
2 . Te n t u k a n t u j u a n t a h u n a n d a e r a h d e n g a n m e m p e r t i m b a n g k a n t u j u a n g l o b a l , t u j u a n n a s i o n a l d a n t u j u a n l i m a t a h u n a n s p t
tertuang dalam Renstrakes daerah
3. Lakukan penyesuaian rumusan pertama tersebut dengan mempertimbangkan (1) trend, (2) perubahan internal dan
(3) perubanan eksternal
4. Jabarkan tujuan tahunan daerah dalam tujuan tahunan Puskesmas (melibatkan Ka Puskesmas), dgn mempertimbangkan
kinerja Puskesmas tahun sebelumnya

Tu j u a n o u t c o m e / i m p a c t Tu j u a n o u t p u t p r o g r a m
Tujuan Global
Tujuan Nasional
Tujuan Renstrakes (*)

Lihat file No. 5.a


utk menentukan Tujuan tahunan (1)
tujuan menurut trend

Tu j u a n ( o u t p u t ) m e n u r u t t r e n d 50.18
Pengaruh perubahan internal (*) Tujuan program (2)

61
Pengaruh perubahan eksternal (**)

( * ) Tu l i s k a n t u j u a n a k h i r t a h u n k e l i m a R e n s t r a k e s u t k p r o g r a m i n i
(**) Cukup dengan estmasi % kenaikan atau penurunan, yaitu sejauh mana akan
menyimpang dari trend/kecenderungan kinerja program tahun yad.

Tu j u a n t i n g k a t P u s k e s m a s
Nama Puskesmas Tu j u a n / t a r g e t P u s k e s m a s Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
dst

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
T R E N D A N A LY S I S U T K M E N E N T U K A N T U J U A N TA H U N YA D .
(Contoh untuk Tb-paru)
1) Isi data utk tahun 2001 s/d 2005
2) Jangan isi sel berwarna kuning (2006)
3) Dengan trend 2001-2005, proyeksi utk thn 2006 adalah angka dalam sel
berwarna kuning

TB
60
CDR 50
2001 19.3 40
30
2002 22.6 3.3
20
2003 28 5.4
10
2004 30 2
0
2005 44.0 14
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2006 50.2 6.18
Jangan mengisi warna kuning & merah

62
Konversi
70
2001 33.3 60
2002 37.4 4.1 50
2003 41.1 3.7 40
30
2004 47.5 6.4 20
2005 56.3 8.8 10
2006 62.1 5.75 0
Jangan mengisi warna kuning & merah 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Cure Rate 100


2001 64.79 80
2002 72.22 7.43 60
2003 81.9 6.68 40
2004 81.3 -0.6 20
2005 81.5 0.2 0
2006 85.7 4.18 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jangan mengisi warna kuning & merah

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
Catatan:
1 Identifikasikan semua kegiatan yang termasuk (!) pelayanan individu, (2) intervensi lingkungan, (3) intervensi perilaku, (4) mobilisasi
peran serta, (5) kegiatan manajemen dan (6) kegiatan pengembangan
2 Identifikasikan pelaku potensial untuk masing-masing kegiatan tsb
3 Lihat template (1), (2a), (2b), (2c), (3) dan ()

Kegiatan Langsung
1a. Pelayanan individu
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
dst

63
1b. Pelayanan Individu (pengembangan)
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
dst
(*) Sebutkan

MODUL PELATIHAN P2KT


2a. Intervensi lingkungan
Pelaku potensial

DHS-1
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
dst

(*) Sebutkan

2b. Intervensi lingkungan (pengembangan)


Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)

64
1
2
3
4
5
6
dst

MODUL PELATIHAN P2KT


3a. Intervensi perilaku
Pelaku potensial

DHS-1
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
(*) Sebutkan

3b. Intervensi perilaku (pengembangan)


Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-

65
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst

MODUL PELATIHAN P2KT


4a. Kegiatan mobilisasi peran serta
Pelaku potensial

DHS-1
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1 Pendidikan Media Masa TOMA
2
3
4
5
6
7
dst

(*) Sebutkan

4b. Kegiatan mobilisasi peran serta (pengembangan)


Pelaku potensial

66
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst

MODUL PELATIHAN P2KT


Kegiatan tidak langsung
5a. Kegiatan manajemen

DHS-1
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst

(*) Sebutkan

5b. Kegiatan manajemen (pengembangan)

67
Pelaku potensial
Sektor Sektor Swasta/ Masya-
Nama kegiatan Kesehatan lain (*) LSM (*) rakat (*)
1
2
3
4
5
6
7
dst

(*) Sebutkan

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

DHS-1
PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL (2)
Catatan:
1. Form Rencana Operasional ini menggunakan format Gant Cahrt
2. Tujuannya antara lain untuk menilai apakah kegiatan-2 tersebut realistis dalam konteks keterbatasan waktu
3. Penyusunannya mengacu pada langkah ke-6 (identifikasi kegiatan)
4. Isi masing-masing tabel adalah (1) rumusan kegiatan, (2) output, (3) lokasi tsb, (4) penanggung jawab pelaksanaannya,
(5) jadwal waktu pelaksanaannya
5. Kegiatan langsung terdiri dari (1) Pelayanan individu, (2) Intervensi lingkungan (3) Intervensi perilaku, (4) Mobilisasi peran serta
6. Kegiatan tidak langsung terdiri dari (1) Kegiatan manajemen, (2) Kegiatan pengembangan
7. Setelah selesai menyusun tabel ini, harus dilakukan kordinasi dan intergrasi kegiatan dengan program lain (lihat modul)

Kegiatan langsung
A1. Pelayanan individu
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5

68
9
10

A2. Pelayanan individu (pengembangan)


Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
9
10

MODUL PELATIHAN P2KT


B1. Intervensi lingkungan
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

DHS-1
1
2
3
4
5
6

B2. Intervensi lingkungan (pengembangan)


Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6

C1. Intervensi perilaku

69
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7

C2. Intervensi perilaku (pengembangan)


Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7

MODUL PELATIHAN P2KT


D1. Kegiatan mobilisasi peran serta

DHS-1
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7
8
9

D2. Kegiatan mobilisasi peran serta (pengembangan)


Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5

70
6
7
8
9

MODUL PELATIHAN P2KT


Kegiatan tidak langsung
E1. Kegiatan manajemen

DHS-1
Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

E2. Kegiatan manajemen (Pengembangan)


Nama Kegiatan Output Lokasi P. Jwb Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2
3

71
4
5
6
7
8
9
10

MODUL PELATIHAN P2KT


LAMPIRAN-2

PEDOMAN DAN INSTRUMEN


PENYUSUNAN ANGGARAN SATUAN KERJA BERBASIS KINERJA

Pedoman penyusunan anggaran berbasis kinerja

1. Instrumen

Instrumen penyusunan anggaran berbasis kinerja ini terdiri dari sejumlah tabel-tabel yang
dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Instrumen untuk menghitung kebutuhan anggaran untuk kegiatan langsung


2. Instrumen untuk menghitung kebutuhan anggaran untuk kegiatan tidak langsung
3. Instrumen untuk mengkonversi mata anggaran kegiatan program kedalam mata
anggaran baku yang ditetapkan oleh pemerintah (Mendagri)

2. Kegiatan program

Berikut ini disampaikan sekali lagi daftar jenis kegiatan program secara lengkap dan
menyeluruh. Daftar kegiatan ini adahal hasl akhir dari perencanaan teropadu (lihat modul
perencanaan) dan sudah disusun dalam bentuk Rencana operasional.

1. Kegiatan langsung
1.1 Pelayanan individu
1.1.1 Penemuan kasus
1.1.2 Pengobatam
1.1.3 Kegiatan pengembangan
1.2 Pelayanan masyarakat
1.2.1 Intervensi lingkungan
1.2.2 Intervensi perilaku
1.2.3 Mobilisasi sosial/kemitraan/pemberdayaan masyarakat
1.2.4 Kegiatan pengembangan

2. Kegiatan tidak langsung


2.1 Kegiatan manajemen
2.1.1 Perencanaan
2.1.2 Monitoring dan supervisi
2.1.3 Sistem informasi
2.1.4 Kegiatan pengembangan (pelatihan, bangunan fisik, alat non-medis,
dll)
2.1.5 Dll

72
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
3. Penggunaan instrumen

Pada setiap instrumen tersebut disediakan :

1. kolom untuk menuliskan kegiatan,


2. kolom untuk nilai output kegiatan tersebut,
3. kolom untuk input yang diperlukan untuk kegiatan spesifik tersebut,
4. kolom untuk perkiraan biaya satuan per input
5. kolom hasil perkalian biaya satuan danjumlah input
6. kolom biaya total.

4. Integrasi anggaran

Setelah perhitungan kebutuhan biaya tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah


melakukan integrasi anggaran antara program. Integrasi ini dilakukan bersama-sama antara
pengelola/penanggung jawab program yang berbeda-beda dan dikordinir oleh KepalaDinas
Kesehatan

Integrasi anggaran dilakukan apabila ada input yang sama juga diusulkan oleh program
lain. Misalnya dalam program tbc diusulkan pengadaan 5 mikroskop. Program malaria
misalnya juga mengusulkan pengadaan 5 mikroskop. Penanggung jawab kedua program
tersebut perlu duduk bersama untuk memutuskan apakah mikroskop tersebut bisa di pakai
bersama (share), sehingga jumlah mikroskop yang perlu diadakan tidak 2 x 5 = 10 buah,
akan tetapi misalnya cukup 7 buah.

Hasil integrasi input tersebut kemudian dipergunakan untuk merevisi rencana masing-
masing program tersebut.

5. Konversi mata anggaran

Apabila semua tabel "activity and input based costing" tersebut sudah diisi, langkah
selanjutnya adalah melakukan konversi mata anggaran agar sesuai dengan mata anggaran
dalam prinsip dan pedoman "Anggaran Berbasis Kinerja". Untuk itu disiapkan satu tabel
bantu.

6. Format usulan anggaran berbasis kinerja

Apabila tabel konversi sudah diisi, langkah akhir adalah mengisi Tabel-tabel Anggaran
Berbasis Kinerja yang dikembangkan oleh Depdagri (terlampir).

73
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
PENJELASAN
1 Seluruhnya ada 9 tempale/spreadsheet, yaitu No. 1 s/d No. 9

DHS-1
2 Jangan mengisi template No.1, ini adalah rekapitulasi hasil template berikutnya
3 Mulailah dengan template No.2
4 Jangan mengisi sel atau kolom yang diberi warna kuning atau warna merah
5 Metode yang dipergunakan adalah Activity & Input Based Costing, (lihat modul)
6 Baca Modul yang berisi konsep dan petunjuk menggunakan instrumen ini

REKAPITULASI ANGGARAN
NAMA PROGRAM: tuberkulosis

Kegiatan langsung Biaya Total


1 Pelayanan Individu: penemuan kasus 950,000
2 Pelayanan Individu: pengobatan 101,375,000
3 Intervensi lingkungan 15,000,000
4 Intervensi perilaku 12,000,000

74
5 Mobilisasi kemitraan 1,000,000
Sub total 130,325,000 47.1% JANGAN MENGISI
Kegiatan tidak langsung TEMPLATE INI !!
6 Kegiatan manajemen 13,440,000
7b 133,000,000
Sub total 146,440,000 52.9%
Grand total 276,765,000

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes
Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)

DHS-1
NAMA PROGRAM Tuberkulosis

1 KEGIATAN LANGSUNG
1.1 Pelayanan individu
1.1.1 Temuan kasus
Slide Transport Buku register Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pemeriksaan dahak 750 750 1000 8E+05 0 0 0 0 750,000
2 Sweeping ke Pustu (kunjungan) 10 0 10 5000 50000 0 0 0 50,000
3 Pengiriman slide ke PRM 12 0 12 25000 300000 0 0 0 300,000
4 Buku register (1 per Puskesmas + Dinkes) 50 0 0 50 10000 5E+05 0 0 500,000
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 8E+05 350000 5E+05 0 0 1.600,000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur

1.1.2 Temuan kasus (belanja model/pengembangan)

75
Mikroskop Transport Buku register Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pemeriksaan dahak 10 10 1,5E+07 2E+08 0 0 0 0 150.000,000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 2E+08 0 0 0 0 150.000,000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)

DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.1 Pelayanan individu
1.1.1 Pengobatan (belanja operasional)
Paket OAT Pelatihan PMO Slide + Reagensia Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pengobatan kasus BTA+ 250 250 400000 100000000 0 0 0 0 100.000.000
2 DOTS 100 0 250 5000 1250000 0 0 0 1.250.000
3 Pemeriksaan BTA ulang 100 0 0 250 500 125000 0 0 125.000
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 100000000 1250000 125000 0 0 101.375.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur

1.1.2 Pengobatan (belanja modal/pengembangan)


LCD Projector Input-b Input-c Input-d Input-d Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pelatihan staf Puskesmas th/tbc 1 1 20000000 20000000 0 0 0 0 20.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 250 500 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0

76
-
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 20000000 0 0 0 0 20.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)

DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.2 Kegiatan di masyarakat
1.2.1 Intervensi lingkungan (belanja operasional)
Transport Poster Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Penyuluhan masyarakat ttg rumah sehat 20 20 50000 10000000 250 20000 0 0 0 0 6.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 10000000 0 0 0 0 6.000.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur

1.2.2 Intervensi lingkungan (belanja modal/pengembangan)


Pemasangan jendela Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pembuatan jendela rumah pasien Gakin 20 20 750000 15000000 0 0 0 0 15.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -

77
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 15000000 0 0 0 0 15.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)

DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.2 Kegiatan di masyarakat
1.2.2 Intervensi perilaku (belanja operasional)
Siaran Poster ttg tbc Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Radip spott ttg tbc (frekuensi) 24 12 1000000 12000000 0 0 0 0 22.000.000
2 Penyuluhan masyarakat 0 500 20000 10000000 0 0 0 -
3 0 0 250 500 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 12000000 10000000 0 0 0 22.000.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur

1.2.3 Intervensi perilaku (belanja modal/pengembangan)


Motor Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Kunjungan rumah oleh petugas 5 5 14000000 70000000 0 0 0 0 70.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -

78
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 70000000 0 0 0 0 70.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)

DHS-1
1 KEGIATAN LANGSUNG
1.2 Kegiatan di masyarakat
1.2.1 Mobilisasi peran serta (belanja operasional)
Biaya pertemuan Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Pertemuan dg provider swasta (2x/th) 2 2 500000 1000000 0 0 0 0 1.000.000
2 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 1000000 0 0 0 0 1.000.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur

1.2.2 Mobilisasi peran serta (belanja modal/pengembangan)


Belanja gedung Input-b Input-c Input-d Input-e Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Konstrksi 3 R. rwt di Pusk (TT 3 3 60000000 1,8E+08 0 0 0 0 180.000.000
2 sumbangan alat dari swasta) 0 0 0 0 0 -
3 0 0 0 0 0 -
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -

79
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 1,8E+08 0 0 0 0 180.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
template ini boleh diperpanjang kebawah (sesuai jumlah kegiatan) dan kekanan (sesuai jumlah jenis input)

DHS-1
2 KEGIATAN TIDAK LANGSUNG
2.1 Kegiatan manajemen
a. Belanja operasional
Honor 1 org operator (12 bln) Kertas Tinta Transport Biaya pertemuan Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Peningkatan sistem inform tbc 1 12 650000 7800000 50 25000 1250000 10 500000 5000000 0 0 14.050.000
2 Supervisi Pustu 30 kali 0 0 0 30 25000 750000 0 750.000
3 Pertemuan 27 Puskesmas utk tbc 4 kali 0 0 0 108 25000 2700000 0 2.700.000
4 Penyusunan program 2 kali 0 0 0 0 2 5000000 10000000 10.000.000
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 7800000 1250000 5000000 3450000 10000000 27.500.000
1.Untuk sel input-a, input-b,dst, tuliskan nama/jenis input tsb
2.Untuk kegiatan yg bersifat rutin, biaya tenaga tidak dihitung (sudah termasuk gaji). Tetapi
untuk kegiatan tambahan atau lembur, boleh dimasukkan sebagai biaya input tenaga lembur

a. Belanja modal/pengembangan
Komputer Paket pelatihan Penelitian Transport Biaya Sumber
Nama Kegiatan Output Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total Jumlah UC Total total biaya
1 Peningkatan sistem inform tbc 4 4 4.000.000 16000000 0 0 0 0 16.000.000
2 Pelatihan perencanaan pgrm tbc (prop) 2 orng 0 2 5000000 10000000 0 0 0 10.000.000
3 Penelitihan kepatuhan berobat tbc 1 penelitian 0 0 1 15000000 15000000 0 0 15.000.000
4 0 0 0 0 0 -
5 0 0 0 0 0 -
6 0 0 0 0 0 -

80
7 0 0 0 0 0 -
8 0 0 0 0 0 -
9 0 0 0 0 0 -
10 0 0 0 0 0 -
dst 0 0 0 0 0 -
Catatan: 16000000 10000000 15000000 0 0 41.000.000
Kegiatan pengembangan termasuk pengadaan gedung, alat, kendaraan, pelatihan, dll.

MODUL PELATIHAN P2KT


PKEK-FKMUI & Biro Perencanaan Depkes

Catatan:
Pengisian template ini dengan data dari template sebelumnya

KELOMPOK BELANJA LANGSUNG PERMENDAGRI 13/2006

Pegawai Barang Belanja


Kegiatan dan jasa Modal
Kegiatan langsung
Pelayanan individu: temuan kasus
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
Pelayanan individu : pengobatan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
Pel. Masy: Intervensi lingkungan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
Pel. Masy: Intervensi perilaku
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
Pel. Masy: Kemitraan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst

Kegiatan tidak langsung Pegawai Barang Belanja


dan jasa Modal
Kegiatan manajemen
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst

81
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
INTEGRASI SUMBER ANGGARAN

Kegiatan Sumber
Kegiatan langsung APBD DAK Dekon TP PLN BLN Dll
1 Pelayanan individu: temuan kasus
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
2 Pelayanan individu: pengobatan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
3 Pel. Masy: Intervensi lingkungan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
4 Pel. Masy: Intervensi perilaku
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
5 Pel. Masy: Kemitraan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst

82
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
Sumber
Kegiatan tidak langsung APBN Dekon APBD PLN BLN Dll
1 Kegiatan manajemen
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst
Tak terduga
2 Kegiatan pengembangan
Operasional
a.
b.
dst
Modal/Pengembangan
a.
b.
dst

83
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
BELANJA LANGSUNG
PROGRAM KESEHATAN BERDASARKAN PERMENDAGRI 13/2006
KODE REKENING PROGRAM DAN KEGIATAN Rp.
1 02 01 15 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
1 02 01 15 01 Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
1 02 01 15 02 Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
1 02 01 15 03 Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin
1 02 01 15 04 Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
1 02 01 15 05 Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
1 02 01 15 06 Monitoring evaluasi dan pelaporan
07 dst......

1 02 01 16 Program Upaya Kesehatan Masyarakat


1 02 01 16 01 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya
1 02 01 16 02 Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
1 02 01 16 03 Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan jaringannya
1 02 01 16 04 Penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah
1 02 01 16 05 Perbaikan gizi masyarakat
1 02 01 16 06 Revitalisasi sistem kesehatan
1 02 01 16 07 Pelayanan kefarmasian dan perbekalan kesehatan
1 02 01 16 08 Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik essensial
1 02 01 16 09 Peningkatan kesehatan masyarakat
1 02 01 16 10 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana
1 02 01 16 11 Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
1 02 01 16 12 Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
1 02 01 16 13 Penyelenggaraan penyehatan lingkungan
1 02 01 16 14 Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1 02 01 16 15 dst......

1 02 01 17 01 Program pengawasan obat dan makanan

1 02 01 18 01 Program Pengembangan obat asli Indonesia

1 02 01 19 01 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1 02 01 20 01 Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1 02 01 21 01 Program Pengembangan Lingkungan Sehat

1 02 01 22 01 Program Pencegahan dan Penanggukangan Penyakit Menular

1 02 01 23 01 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

1 02 01 24 01 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

1 02 01 25 01 Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/


Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.

1 02 01 28 01 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

1 02 01 29 01 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

1 02 01 30 01 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

1 02 01 31 01 Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan

1 02 01 32 Program peningkatan keselamatan Ibu melahirkan dan anak, meliputi kegiatan pokok :
1 02 01 32 01 Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1 02 01 32 02 Perawatan secara berkala bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu
1 02 01 32 03 Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu
TO TA L

84
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
URUSAN PEMERINTAH
ORGANISASI

DHS-1
PROGRAM
KEGIATAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG MENURUT PROGRAM DAN PER KEGIATAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

HARGA
KODE REKENING VOLUME SATUAN JUMLAH (Rp)
SATUAN
1 2 3 4 5 6 = (3 X 5)
5 2 BELANJA LANGSUNG

5 2 1 BELANJA PEGAWAI
5 2 1 01 01 HONORARIUM

85
MODUL PELATIHAN P2KT

Anda mungkin juga menyukai