Anda di halaman 1dari 19

1

UJI NONPARAMETRIK MANN WHITNEY

MAKALAH
diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air
(PSDA)

Disusun oleh :
TEP-A
Kelompok 6
1. Elfry Purba (141710201034)
2. Farid Lukman Hakim (151710201052)
3. Yunus Kindi Prakoso (151710201081)
4. Rahmania Dwi Hidayati (151710201101)
5. Sony Abdul Karim (151710201104)

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat
digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan
metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.
Istilah lain yang sering digunakan untuk statistik nonparametrik adalah statistik
bebas distribusi (distribution-free statistics) dan uji bebas asumsi (assumption-free
test). Statistik nonparametrik banyak digunakan pada penelitian-penelitian sosial.
Data yang diperoleh dalam penelitian sosial pada umumnya berbentuk kategori
atau berbentuk ranking.
Salah satu tujuan analisis statistik adalah membuat kesimpulan tentang
satu atau beberapa karakteristik tertentu dari satu atau beberapa populasi, baik
dengan cara penaksiran ataupun pengujian hipotesis mengenai karakteristik
tersebut. Salah satu analisis statistik tersebut adalah pengujian kesamaan dua rata-
rata dari dua populasi yang saling bebas, yang sering disebut sebagai masalah dua
sampel saling bebas. Dalam pengujian untuk masalah dua sampel saling bebas
tersebut, masing-masing sampel harus diambil secara acak dari populasinya dan
setiap pengamatan harus saling bebas satu sama lain. Untuk statistik
nonparametrik, pengujian rata-rata untuk sampel yang tidak berhubungan,
dilakukan dengan pegujian Mann-Whitney.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari uji Mann Whitney ?
2. Bagaimana tujuan dari pengujian Mann Whitney ?
3. Bagaimana asumsi dan persyaratan uji Mann Whitney ?
4. Bagaimana rumus-rumus dalam pengujian Mann Whitney ?
5. Bagaimana prosedur langkah dalam uji Mann Whitney ?
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari uji Mann Withney;
2. Untuk mengetahui tujuan dari pengujian Mann Withney;
3. Untuk mengetahui asumsi dan persyaratan uji Mann Whitney.
4. Untuk mengetahui rumus-rumus dalam pengujian Mann Whitney.
5. Untuk mengetahui prosedur langakah dalam pengujian Mann Withney.

1.4 Manfaat
1. Untuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai penyelesaian
permasalahan data menggunakan uji nonparametrik Mann Whitney.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Mann-Whitney


Uji Man-Whitney merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan dari dua himpunan data yang berasal dari sampel yang
independen. Uji Man-Whitney adalah uji non-parametrik yang menjadi alternatif
dari uji t (uji parametrik). Uji Mann-Whitney tidak memerlukan asumsi populasi-
populasi terdistribusi normal, namun hanya mengasumsikan bawhwa populasi-
populasi tersebut mempunyai bentuk yang sama. Kelebihan uji ini dibandingkan
uji t, adalah uji ini dapat digunakan pada ordinal atau data peringkat. Uji ini sering
disebut juga sebagai uji U, karena statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis nolnya disebut U (Harinaldi, 2005: 233-234).
Menurut Siegel (1986:145), jika tercapai setidak-tidaknya pengukuran
ordinal (data berdasarkan peringkat), pengujian Mann Whitney dapat dipakai
untuk menguji apakah dua kelompok independen telah ditarik dari populasi yang
sama. Uji Mann-Whitney dikembangkan oleh Henry Mann dan Donald Ransom.
Uji Mann-Whitney merupakan bagian dari statistik non parametrik yang bertujuan
untuk membantu peneliti di dalam membedakan hasil kinerja kelompok yang
terdapat dalam sampel ke dalam 2 kelompok dengan 2 kriteria yang berbeda. Uji
ini digunakan untuk menguji beda dengan menggunakan rata-rata variabel dan
jumlah data sampel penelitian yang sangat sedikit (kurang 30) atau tidak
berdistribusi normal. Uji Mann Whitney digunakan untuk menguji satu variabel
data kategori dan satu variabel data interval (Sujarweni, 2015).

2.2 Tujuan Penggunaan Uji Mann-Whitney


Uji peringkat bertanda Mann-Whitney (uji-U) digunakan pada analisis
komparataif untuk menguji dua sampel independent (bebas) dengan data berjenis
oridinal. Uji ini digunakan untuk menguji rata-rata dari dua sampel yang
berukuran tidak sama. Menurut Supangat (2010:375), metode uji Mann Whitney
ini diguanakan untuk menguji dua perbedaan median dari dua sampel yang
4

diambil secara random yang mana populasi-populasi dapat terdistribusi normal


atau tidak terdistribusi normal.

2.3 Asumsi dan Persyaratan Uji Mann Whitney


Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini, antara lain :
a. Data merupakan sampel acak hasil pengamatan X1,X2, ..., Xn1, dari populasi 1
sampel acak hasil pengamatan Y1,Y2, Yn1, dari populasi 2.
b. Skala pengukuran yang dipakai ordinal.
c. Kedua sampel tidak saling mempengaruhi.
d. Variabel yang diamati adalah variabel acak kontinu.
e. Fungsi-fungsi distribusi kedua populasi hanya berbeda dalam hal lokasi, yakni
apabila keduanya sungguh berbeda (Siregar, 2015:289).

Menurut Ghozali et al (2002), syarat menggunakan Uji Mann Whitney (Uji


U) untuk uji hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Asumsi uji t tidak realistis untuk data yang ada.
b. Uji normalitas data menunjukkan tidak normal, kurang dari 0,005.
c. Peneliti ingin menghindarkan membuat asumsi sehingga kesimpulan yang
diharapkan akan lebih dapat digeneralisasi.
d. Skor tidak berbentuk numerik sehingga gagal memenuhi asumsi Uji T.

Sedangkan untuk persyaratan mengenai data yang akan diuji dengan metode
Mann Whitney menurut Supranto (2010) yaitu :
a. Data berskala ordinal, interval atau rasio.
b. Terdiri dari 2 kelompok yang independent atau saling bebas.
c. Banyaknya jumlah data tidak harus sama.
d. Data tidak harus berdistribusi normal. sehingga tidak perlu uji normalitas.

2.4 Rumus-rumus dalam Uji Mann Whitney


Menurut Harinaldi (2005:234), perhitungan rumus pada sampel kecil
dengan nilai U<20 menggunakan rumus sebagai berikut.
1(1+1)
U1 = n1n2 + R1 (2.1)
2

dan
5

2(2+1)
U2 = n1n2 + R2 (2.2)
2

Dimana:
U1 = Jumlah peringkat sampel ke-1
U2 = Jumlah peringkat sampel ke-2
n1 = sampel ke-1
n2 = sampel ke-2
R1 = jumlah peringkat sampel ke-1 sampel dengan ukuran n1
R2 = jumlah peringkat sampel ke-2 sampel dengan ukuran n2
Dari kedua nilai tersebut, diambil nilai terkecil yang digunakan untuk
membandingkan dengan tabel Mann Whitney di bawah ini yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1 Nilai U pada Uji Mann Whitney


6

Pada sampel besar dengan nilai U > 20 maka tetap harus mencari nilai U
menggunakan rumus yang sama seperti pada kasus sampel kecil. Namun, untuk
sampel kasus yang nilai sampelnya besar ini menggunakan tabel Z sehingga perlu
mencari nilai z dari nilai U yang telah diperoleh. Rumus yang digunakan untuk
mencari nilai z sebagai berikut.
()
Zhitung = (2.3)
()

Dimana untuk mencari nilai Zhitung terlebih dahulu menghitung nilai-nilai


berikut:
a. Nilai U.
Nilai Uhitung yang dipilih ialah nilai Uhitung yang terkecil di antara U1 dan U2
menggunakan persamaan 2.1 dan 2.2.
b. Nilai E(U):
1.2
E(U) = (2.4)
2

c. Nilai Var(U).
1.2(1+2+1)
Var(U) = (2.5)
12

Menentukan nilai U perhitungan dengan ketentuan sebagai berikut:


Uji ujung kanan : Uhitung = U1
Uji ujung kiri : Uhitung = U2
Uji dua ujung : Uhitung = nilai U yang lebih kecil
7

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Prosedur Uji Mann Whitney


Adapun diagram alir dalam prosedur uji Mann Whitney dapat dilihat pada
Gambar 3.1

Mulai

Dua data dengan


perbedaan
median

Menyatakan hipotesis nol dan alternatif

Memilih tingkat kepentingan,

Menentukan data yang relevan dengan


menentukan dari sampel-sampel independen
dan memberi peringkat dari data tersebut tanpa
tergantung dari asal sampelnya

Menentukan nilai kritis Ucr dan


menyatakan aturan keputusan dengan
melihat tabel U

Menghitung Uhitung dengan rumus :


U1 = n1n2 + n1(n1+1)/2 R1

T Y
Uhitung Ucr ?

Menerima hipotesis nol Menolak hipotesis nol

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir prosedur Uji Mann Whitney


8

Menurut Harinaldi (2005:234), secara umum prosedur atau tahapan


langkah-langkah dalam melakukan uji Mann Whitney yaitu sebagai berikut :
1. Pernyataan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Uji dua ujung :
H0 : kedua pengamatan sama (tidak ada perbedaan)
H1 : kedua pengamatan berbeda
Uji satu ujung :
H0 : kedua pengamatan sama (tidak ada perbedaan)
H1 : pengamatan 1 > (atau<) pengamatan 2
2. Pemilihan tingkat kepentingan (Level of Significance),
Pemilihan tingkat kepentingan () biasanya menggunakan nilai = 0, 01 atau
= 0,05
3. Pembuatan peringkat data tanpa membedakan kategori sampel.
Penetapan peringkat dimulai dari data terkecil sebagai peringkat pertama.
4. Penentuan distribusi pengujian yang digunakan.
Dalam uji Mann Whitney, digunakan suatu distribusi baru yang disebut
distribusi U. Nilai Ucr diberikan dalam Tabel dengan mengetahui n1, n2 dan
5. Pernyataan aturan keputusan.
Tolak H0 dan terima H1 jika nilai Uhitung nilai Ucr. Jika tidak demikian, maka
keputusannya yakni terima H0
6. Perhitungan data keputusan.
Perhitungan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah total peringkat untuk setiap kategori data (R1 dan R2)
b. Menghitung nilai U dengan rumus :
n1(n1 + 1)
U1 = n1, n2 + R1
2
dan
n2(n2 + 1)
U2 = n1, n2 + R2
2
Pada sampel besar dengan nilai U>20 maka tetap harus mencari nilai U
menggunakan rumus yang sama seperti pada kasus sampel kecil. Namun,
9

untuk sampel kasus yang nilai sampelnya besar ini menggunakan tabel Z
sehingga perlu mencari nilai z dari nilai U yang telah diperoleh. Rumus
yang digunakan untuk mencari nilai z sebagai berikut :
n1. n2
U n2
=
n1. n2 (n1 + n2 + 1)
12

c. Menentukan nilai U perhitungan dengan ketentuan sebagai berikut :


Uji ujung kanan : Uhitung = U1
Uji ujung kiri : Uhitung = U2
Uji dua ujung : Uhitung = nilai U yang lebih kecil
7. Pengambilan keputusan secara statistik.
Pengambilan keputusan secara statistik dapat dilakukan ketika telah
mengetahui hasil perhitungan nilai Uhitung dan Ucr. Uhitung nilai Ucr maka
keputusan yang diambil yaitu menerima H1, begitu sebaliknya.
10

BAB 4. STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus untuk Sampel dengan Jumlah Data Sedikit (n1,n2 20)
Kasus yang dianalisis pada sub bab ini yaitu pengukuran debit air 14
saluran irigasi di Kabupaten Jember yang terdiri dari 6 saluran yang sering
dilakukan perawatan dan 8 saluran yang jarang dilakukan perawatan (seperti
pembersihan genangan lumpur dan semak disepanjang aliran dan lainnya).
Kinerja yang diukur adalah besar debit air pada saluran irigasi yang sering
dilakukan perawatan. Masalah yang diteliti adalah seberapa besar debit air di
saluran yang sering dilakukan perawatan dan saluran yang jarang dilakukan
perawatan.

Tabel 4.1 Debit air saluran (jarang dilakukan perawatan)


No Debit Air
(m3/detik)
1 20
2 18
3 17
4 14
5 21
6 15
7 22
8 16

Tabel 4.2 Debit air saluran irigasi (sering dilakukan perawatan)


No Debit Air
(m3/detik)
1 23
2 20
3 24
4 19
5 25
6 22

Kasus di atas terdiri atas dua sampel yang bebas satu dengan yang lain,
yaitu saluran irigasi yang jarang dilakukan perawatan dan saluran irigasi yang
sering dilakukan perawatan. Di sini data hanya sedikit dan dianggap tidak
11

diketahui distribusi datanya (berdistribusi bebas). Maka digunakan uji


nonparametrik dengan dua sampel yang independen. Masing-masing debit saluran
irigasi tersebut diberi peringkat dari yang terkecil sampai yang terbesar. Berikut
merupakan langkah-langkah penyelesaian dari kasus tersebut.
1. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan debit air dari saluran irigasi yang dilakukan
perawatan dan tidak dilakukan perawatan.
H1 : Terdapat perbedaan debit air dari saluran irigasi yang dilakukan perawatan
dan tidak dilakukan perawatan.
2. Kriteria pengambilan keputusan
Terima H0 & Tolak H1 : Bila U perhitungan U tabel ()
Tolak H0 & Terima H1 : Bila U perhitungan U tabel ()
3. Kedua data (n1 dan n2) digabungan untuk disusun berdasarkan ranking.
4. Perhitungan U dan membandingkan dengan U tabel.

Tabel 4.3 Pemberian peringkat saluran irigasi yang jarang dilakukan perawatan
Debit Air
No Ranking
(m3/detik)
1 20 7.5
2 18 5
3 17 4
4 14 1
5 21 9
6 15 2
7 22 10.5
8 16 3
n1 = 8 R1 = 42
12

Tabel 4.4 Pemberian peringkat saluran irigasi yang sering dilakukan perawatan
Debit Air
No Ranking
(m3/detik)
1 23 12
2 20 7.5
3 24 13
4 19 6
5 25 14
6 22 10.5
n2 = 6 R2 = 63

U1 = n1n2 + [n1 (n1 + 1)/2] R1


= (8)(6) + [8 (8+1)/2] 42
= 48 + 36 42
= 42
U2 = n1n2 + [n2 (n2 + 1)/2] R2
= (8)(6) + [6 (6+1)/2] 63
= 48 + 21 63
=6
Nilai U2 lebih kecil dari U1, sehingga digunakan untuk dibandingkan
dengan nilai U tabel. Dari tabel Mann-Whitney, nilai n1 = 8, n2 = 6, = 0.05
adalah 10. Statistik hitung U2 = 6 lebih kecil daripada U tabel = 10 maka H0
ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan debit
air antara saluran irigasi yang sering dilakukan perawatan dan yang jarang
dilakukan perawatan dengan = 0.05 .

3.2 Studi Kasus untuk Sampel dengan Jumlah Data Banyak (n1,n2 20)
Kasus yang dianalisis pada sub bab ini yaitu pengukuran debit air 35
saluran irigasi di Kabupaten Jember yang terdiri dari 14 saluran yang sering
dilakukan perawatan dan 21 saluran yang jarang dilakukan perawatan (seperti
pembersihan genangan lumpur dan semak disepanjang aliran dan lainnya).
Kinerja yang diukur adalah besar debit air pada saluran irigasi yang sering
dilakukan perawatan. Masalah yang diteliti adalah seberapa besar debit air di
13

saluran yang sering dilakukan perawatan dan saluran yang jarang dilakukan
perawatan. Perbedaan analisis pada kasus ini yaitu digunakan rumus dan tabel Z
karena jumlah data yang lebih dari 20.

Tabel 4.5 Debit air saluran irigasi yang sering dan jarang dilakukan perawatan di
Kab. Jember
Debit air
No (m3/detik)
Jarang Sering
1 20.1 23
2 22 24.2
3 21.6 25.1
4 21.9 20
5 19.7 24
6 18.9 24.1
7 20 25
8 20.7 25.2
9 17.2 23.2
10 18.3 21.1
11 18.8 20.2
12 16.4 22
13 17.5 21.9
14 15 20.1
15 16.1
16 19
17 19.5
18 17
19 17.3
20 18.7
21 14.7

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan debit air
pada saluran irigasi yang sering dilakukan perawatan dan yang tidak di Kab.
Jember. Berikut merupakan langkah-langkah penyelesaian kasus tersebut.
14

1. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan debit air dari saluran irigasi yang dilakukan
perawatan dan tidak dilakukan perawatan.
H1 : Terdapat perbedaan debit air dari saluran irigasi yang dilakukan perawatan
dan tidak dilakukan perawatan

2. Kriteria pengambilan keputusan


Bila nilai Z perhitungan ada di wilayah kritis grafik Z maka H0 ditolak.
Bila -1.96 Z < 0 maka H1 ditolak.
Bila 1,96 Z > 0 maka H0 diterima.

Berikut merupakan rumus Z.

3. Kedua data (n1 dan n2) diatas digabungan untuk disusun berdasarkan ranking.
4. Perhitungan nilai U dan disubstitusikan ke dalam rumus Z dengan nilai
(tingkat signifkansi) = 1 % atau 0,01.
15

Tabel 4.6 Pemberian peringkat saluran irigasi yang sering dan yang jarang
dilakukan perawatan
Jarang Sering

No Debit air Debit air


Ranking Ranking
(m3/detik) (m3/detik)

1 20.1 18.5 23 25
2 22 24.5 24.2 29
3 21.1 21.5 25.1 31
4 21.9 23.5 20 16.5
5 19.7 15 24 27
6 18.9 12 24.1 28
7 20 16.5 25 30
8 20.7 20 25.2 32
9 17.2 6 23.2 26
10 18.3 9 21.1 21.5
11 18.8 11 20.2 19
12 16.4 4 22 24.5
13 17.5 8 21.9 23.5
14 15 2 20.1 18.5
15 16.1 3 n2 = 14 R2 = 351.5
16 19 13
17 19.5 14
18 17 5
19 17.3 7
20 18.7 10
21 14.7 1
n1 = 21 R1 = 244.5

U1 = n1n2 + [n1 (n1 + 1)/2] R1


= (21)(14) + [21 (21+1)/2] 244.5
= 294 + 231 244.5
= 280.5
U2 = n1n2 + [n2 (n2 + 1)/2] R2
= (21)(14) + [14 (14+1)/2] 351.5
= 294 + 105 351.5
= 47.5
16

Dari perhitungan nilai U1 dan U2 di atas, nilai yang terbesar tersebut


dimasukkan dalam rumus Z. Berikut merupakan perhitungan nilai Z.

21.14
280.5 2
Z=
21.14.(21+14+1)
12

133.5
Z=
29.698
Z = 4.495

Nilai Z pada tabel dengan nilai (tingkat signifkansi) = 5 % dan dilakukan


uji grafik 2 ekor/arah yaitu sebesar 1.96. Statistik hitung menunjukkan bahwa
nilai Z perhitungan ada di daerah/wilayah kritis dimana H0 ditolak, sehingga
disimpulkan bahwa ada perbedaan debit air yang nyata antara saluran irigasi yang
sering dilakukan perawatan dan yang jarang dilakukan perawatan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari bahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Uji statistik Mann Whitney merupakan uji yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari dua himpunan data yang
berasal dari sampel yang independen dan juga untuk mengetahui
perbedaan median diantara dua sampel tersebut.
2. Tujuan dari uji Mann Whitney yakni menentukan ada atau tidak adanya
perbedaan data dari dua sampel dan mengetahui perbedaan median
diantara dua sampel. Sedangkan fungsi dari uji Mann Whitney yakni
sebagai alternatif penggunaan uji-t bilamana persyaratan-persyaratan
parametriknya tidk terpenuhi, dan bila datanya berskala ordinal.
3. Persyaratan dalam uji Mann Whitney yakni data berskala ordinal, interval
atau rasio; terdiri dari 2 kelompok yang independent atau saling bebas;
banyaknya jumlah data tidak harus sama dan data tidak harus berdistribusi
normal. sehingga tidak perlu uji normalitas.
4. Hipotesis yang dilakukan dalam uji Mann Whitney yaitu berdasarkan
hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Rumus dalam menghitung uji Mann Whitney yakni
n1(n1 + 1)
U1 = n1, n2 + R1
2
n2(n2 + 1)
U2 = n1, n2 + R2
2
5. Prosedur dalam uji Mann Whitney yakni pembuatan hipotesis, penentuan
aturan keputusan, perhitungan dan pengambilan keputusan secara statistik.
DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam, dan Castellan. 2009. Statistik Non Parametrik. Semarang:


Universitas Diponegoro.
Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains.
Jakarta:Erlangga.
Siegel, S. 1986. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Gramedia.
Sujarweni. 2015. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Supangat, A. 2010. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan
Nonparametrik. Jakarta:Kencana.
Supranto, J. 2010. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai