Anda di halaman 1dari 14

BAB I

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. 1 Sejarah Singkat PT. Gudang Garam, Tbk.


Perjuangan PT Gudang Garam Tbk hingga mencapai sukses seperti sekarang ini dimulai
sejak tahun 1958. Pada tanggal 26 Juni 1958, Bapak Surya Wonowidjojo memulai usaha membuat
rokok kretek dengan merek dagang Gudang Garam dengan bercirikan industri rumah tangga
yang hanya menggunakan alat tradisional sederhana. Pada saat itu jumlah tenaga kerjanya hanya
sekitar 50 orang dan menempati lahan sewaan seluas 1000 m2 yang berlokasi di jalan Semampir
II/1 Kediri.
Gudang Garam memulai produksi perdananya, berupa Sigaret kretek Klobot (SKL) dan
Sigaret Kretek Tangan (SKT), dengan hasil produksi hanya sekitar 50 juta batang pada tahun 1958.
Pada mulanya pemasaran hasil produksi hanya meliputi sekitar daerah Kediri (Karesidenan
Kediri). Setelah menjalankan usaha selama 10 tahun Gudang Garam menjadi semakin terkenal
sehingga pendirinya mempertimbangkan untuk memperluas usaha. Pada tahun 1969, perusahaan
beralih status menjadi sebuah Firma guna mengikuti perkembangan dunia usaha. Gudang Garam
juga mendapat dukungan dari BNI 1946 untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang berawal
dari hanya jumlah jutaan rupiah hingga menjadi milyaran rupiah.
Kemudian pada tahun 1971, status perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan
mendapatkan fasilitas PMDN. Dengan status Perseroan Terbatas, PT. Perusahaan Rokok Tjap
Gudang Garam semakin berkembang, baik dari segi kualitas produksi, menejemen maupun
teknologi, sehingga pada tahun 1979 mulai memproduksi Sigaret Kretek Mesin (SKM). Produksi
sigaret kretek mesin ini tidak merubah sifat PT. Gudang Garam sebagai perusahaan yang menganut
sistem padat karya, bahkan semakin memperluas kesempatan kerja.
Pada tahun 1985, Bapak Surya Wonowidjojo wafat dengan meninggalkan kenangan indah
kepada seluruh karyawan. Saat itu justru persaingan di industri rokok semakin ketat, dengan
kondisi demikian perusahaan harus berjuang demi kelestarian perusahaan dan kesejahteraan
karyawan yang merupakan cita-cita beliau. Untuk memperkuat struktur permodalan dan posisi
keuangan perusahaan, maka pada tahun 1990 PT. Gudang Garam melakukan penawaran umum
untuk menjual sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa effek.
Pada tahun 1991, perusahaan mengembangkan usaha di bidang kertas industri melalui PT
Surya Pamenang, berkedudukan di Kediri. Prosentase pemilikan saham PT Gudang Garam Tbk.
pada PT Surya Pamenang saat ini adalah 100% kurang 1 (satu) saham. Salah satu tujuan
pengembangan bidang usaha ini adalah untuk menjamin kesinambungan akan pasok bahan
pengepakan bermutu tinggi, yang sebelumnya kebutuhan bahan pengepakan berkualitas tertentu
masih harus diimpor. PT Surya Pamenang akan ikut serta memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia
dan di luar negeri di samping juga untuk memenuhi kebutuhan kertas kemasan PT Gudang Garam
Tbk. sendiri.

1. 2 Produksi
Kantor pusat perseroan, administrasi, dan pabrik utamanya yang memproduksi sigaret kretek
linting (SKL) atau rokok klobot, dan empat bulan kemudian sigaret kretek tangan (SKT). Total
50 batang ini dipasarkan ke kota-kota terdekat,sebuah cabang produksi SKT dan SKL di gurah,
13km arah tenggara kota Kediri guna memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat
mengikuti perkembangannya dan kemajuan usahanya, perusahaan yang awalnya berdiri dengan
status industry Rumah Tangga (home industry) berubah status dari perusahaan perseorangan
menjadi firma.unit produk si di pindah dari gura ke Kediri,perusahaan mengembangkan jenis
produk sigaret kretek mesin (SKM). Perusahaan memproduksi jenis rokok baru,yaitu kretek mild
yang di tandai dengan berdirinya direktorat produksi gempol di pasuruan jawa timur. Perusahaan
juga mengembangkan unit kretek mesin di gempol pasuruaan jawa timur. di arah tenggara kota
kediri.
a. Sigaret Kretek Tangan : b. Sigaret Kretek Linting: Surya 12 Premium
Nusa Klobot Manis Surya Professional
Gudang Garam Merah c. Full Flawored d. Light & Mild
Gudang Garam Djaja Gudang Garam Surya Professional Mild
Sriwedari Lurik Internasional Surya Slims
Sriwedari Biru Lurik Surya 16 Surya Slims Menthol
Surya 12 Surya Slims Premium
1. 3 Definisi Persediaan Secara Umum
Persediaan menurut Kieso, Weygant dan Warfield (2007;402) adalah pos-pos aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan untuk di jual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan di
gunakan atau di konsumsi dalam membuat barang yang akan di jual. Sedangkan menurut
Syakur (2009;125) Persediaan adalah segala macam barang yang menjadi objek pokok aktivitas
perusahaan yang tersedia untuk di olah dalam proses produksi atau di jual.
Persediaan pada PT. Gudang Garam diklasifikasikan menjadi 6, yaitu barang
jadi/dagangan pada tahun 2015 bernilai sebesar Rp. 4.787.066.000.000, barang dalam pengolahan
senilai Rp. 686.974.000.000, dan persediaan bahan baku/pembantu Rp. 27.364.945.000.000, Pita
cukai, PPN dan pajak Rp. 2.439.092.000 suku cadang keperluan pabrik Rp. 1,496,060.000 dan
persediaan dalam perjalanan 481.791.000.000
BAB II
RINGKASAN PSAK NO. 14

3. 1 Identifikasi Aturan
Tujuan
Untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam
akuntansi peresediaan adalah penetuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan
akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan diakui. Pernyataan ini menyediakan
dalam menentukan biaya, pengakuan biaya, nilai realisasi neto dan rumus biaya.

Ruang Lingkup
1. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
a. Persediaan adalah aset:
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan biasa.
Dalam proses produksi untuk proses penjualan tersebut.
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
b. Nilai realisasi neto
Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi
estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat
penjualan.
c. Nilai wajar
Nilai wajar adalah jumlah suatu aset dipertukarkan, atau liabilitas diselesaikan, antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi yang wajar.
3. 2 Pengukuran
Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih
rendah.
1. Biaya Persediaan
Meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan dalam kondisi dan lokasi saat ini.
2. Biaya Pembelian
Meliputi harga bel, bea impor, pajak lainnya, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan
biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,
dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa sikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
3. Biaya Konversi
Meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya
tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan
variable. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif
konstan tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan. Overhead produksi
variable adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung mengikuti
perubahan volume produksi. Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi
didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Overhead produksi variable
dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi.
2. Biaya Lain
Hanya dimasukkan agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Contoh biaya-
biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya adalah:
a. Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak
normal
b. Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya
c. Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini
d. Biaya penjualan
3. Biaya Persediaan Pemberi Jasa
Pemberi jasa mengukur persediaannya tersebut pada biaya produksinya, yang meliputi
biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani
pemberian jasa. Biaya yang terkait dengan penjualan dan administrasi tidak termasuk
sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya.
4. Teknik Pengukuran Biaya
Metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya
mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkat tingkat normal penggunaan bahan dan
perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilitas kapasitas. Metode eceran seringkali
digunakan dalam industri eceran untuk mengukur persediaan yang variasinya demikian
banyak dan cepat berubah, serta memiliki marjin yang sehingga tidak praktis menggunakan
metode penetapan biaya lainnya.
5. Rumus Biaya
Biaya persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain dan barang
atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan
identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Biaya persediaan, kecuali yang
ditulis dalam paragraf sebelumnya, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya
masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas menggunakan
rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang
sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang
berbeda diperkenankan. Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama
dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-
rata tertimbang, biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari
unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi
selama suatu periode.
6. Nilai Realisasi Neto
Praktik penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto
konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan
jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaanya. Nilai persediaan biasanya
diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah untuk setiap unit dalam persediaan, namun
ada yang dalam kelompok unit yang serupa atau berkaitan. Estimasi nilai realisasi neto
mempertimbangkan fluktuasi haega atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa
yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang
ada pada akhir periode, dan juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang
dimiliki. Suatu penilaian baru dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap periode
berikutnya. Ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan nilai realisasi neto
karena perubahan keadaan ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik sehingga
jumlah tercatan yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari persediaan yang
dicatat sebesar nilai realisasi neto yang telah direvisi.

3. 3 Pengakuan
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat prsediaan tersebut diakui sebagai beban pada
periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan dibawah
biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan diakui sebagai beban
pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan
nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto. Diakui sebagai pengurangan
terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa
persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.

Pengungkapan
Laporan keuangan menyajikan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas
3. Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban dalam periode berjalan
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan
7. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
8. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas
Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang
diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang
bersangkutan. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebgai beban untuk
bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama dengan
perubahan jumlah neto persediaan pada periode tersebut

3. 4 Penyajian
Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan
dan tingkat perubahannya masing0masing berguna bagi para pemakai laporan keuangan.
Klasifikasi yang biasa digunakan adalah barang dagang, perlengkapan, produksi, bahan baku,
pekerjaan dalam penyelesaian dan barang jadi. Persediaan dalam perusahaan jasa biasanya
disebut pekerjaan dan penyelesaian.

Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi tersebut;


a. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau
b. Biaya operasi, yang dapat diterapkan pada pendapatan diakui sebagai beban selama periode
laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.
BAB III
INTERPRETASI KASUS DI PERUSAHAAN

3. 1 Menjelaskan Implementasi PSAK no. 14 pada PT. Gudang Garam Tbk.


No. Aspek PSAK 14 PT. Gudang Garam Tbk. Keterangan
1 Identifikasi
Definisi Persediaan adalah aset Persediaan Seluruh
Persediaan yang tersedia untuk - Aset tersedia untuk persediaan yang
dijual, dalam proses dijual: Barang jadi / terdapat pada PT.
produksi, bahan atau dagangan, persediaan Gudang Garam
perlengkapan untuk dalam perjalanan sudah sesuai
digunakan dalam - Dalam proses dengan definisi
proses produksi atau produksi untuk proses menurut PSAK
pemberian jasa penjualan tersebut: 14
barang dalam
pengolahan
- Dalam bentuk bahan
atau perlengkapan
untuk digunakan
dalam proses produksi
atau pemberian jasa:
bahan baku, Pita
cukai, PPN dan pajak,
suku cadang
keperluan pabrik
3 Pengukuran Persediaan harus Persediaan dinilai Metode yang
dan Penilaian diukur berdasarkan menurut harga yang lebih diginakan adalah
biaya atau nilai rendah antara biaya 1. biaya produksi
realisasi bersih, yang perolehan atau nilai rata-rata
lebih rendah (the bersih yang dapat sebenarnya,
ditambah biaya
lower of cost and net direalisasi (net realizable lainnya untuk
realizable value). value). menentukan biaya
Teknik pengukuran Perusahaan perolehan barang
biaya persediaan, menggunakan 4 metode jadi rokok, biaya
seperti metode biaya dalam mengukur perolehan barang
standar atau metode persediaan. jadi kertas karton
eceran (retail method), dan biaya
dapat digunakan bila perolehan barang
hasilnya mendekati dalam pengolahan
biaya historis. 2. metode rata-
rata untuk
mengukur biaya
perolehan bahan
baku/pembantu
3. metode FIFO
untuk mengukur
biaya perolehan
barang dagangan
4. metode
identifikasi
khusus untuk
mengukur biaya
perolehan pita
cukai, PPN, pajak
rokok
2 Pengakuan Jika persediaan dijual, Persediaan yang telah Biaya pokok
maka jumlah tercatat dijual dilaporkan dalam penjualan berasal
prsediaan tersebut laporan laba rugi dan dari biaya pokok
diakui sebagai beban penghasilan produksi yang
pada periode komprehensif lain meliputi bahan
diakuinya pendapatan konsolidasian sebagai baku, upah
atas penjualan akun biaya pokok langsung, dan
tersebut. penjualan biaya produksi
tidak langsung
ditambah dengan
persediaan awal
barang dalam
pengolahan, pita
cukai, PPN, pajak
rokok, persediaan
awal barang
dagangan jadi dan
pembelian
barangan dan
dikurangi oleh
persediaan akhir
barang dalam
pengolahan,
persediaan akhir
barang dagangan
dan barang jadi
untuk promosi
lain-lain
4 Penyajian Informasi tentang PT. Gudang garam Pengklasifikasian
jumlah tercatat yang mengklasifikasikan persediaan
disajikan dalam persediaannya menjadi disajikan dalam
berbagai klasifikasi barang jadi/dagangan, Catatan atas
persediaan dan tingkat barang dalam laporan keuangan
perubahannya pengolahan, bahan (CALK).
masing-masing. baku/pembantu, pita Sedangkan akun
Klasifikasi yang biasa cukai, PPN, pajak rokok, biaya pokok
digunakan adalah suku cadang dan penjualan
barang dagang, keperluan pabrik dan disajikan pada
perlengkapan, persediaan dalam laporan laba rugi
produksi, bahan baku, perjalanan. dan penghasilan
pekerjaan dalam Perusahaan komprehensif lain
penyelesaian dan mengungkapkan beban konsolidasian.
barang jadi. Laporan pada periode tertentu
keuangan harus dalam akun biaya pokok
mengungkapkan salah penjualan.
satu informasi berupa
Biaya persediaan atau
Biaya operasi.

3. 2 Menginterpretasi PSAK No. 14 tentang Persediaan


1. Identifikasi
Pada laporan posisi keuangan PT. Gudang Garam Tbk. Per 31 Desember 2015 yang
dijelaskan pada CALK terdapat akun persediaan, serta akun biaya pokok penjualan yang
terdapat di laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian.
Persediaan diklasifikasikan menjadi barang jadi, barang dalam pengolahan, bahan
baku/pembantu, pita cukai, PPN, pajak rokok dan suku cadang keperluan pabrik.
Persediaan per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 37.355.928

Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian


tetrdapat pos biaya pokok penjualan yang berasal dari biaya pokok produksi yang
meliputi bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung ditambah dengan
persediaan awal barang dalam pengolahan, pita cukai, PPN, pajak rokok, persediaan awal
barang dagangan jadi dan pembelian barangan dan dikurangi oleh persediaan akhir
barang dalam pengolahan, persediaan akhir barang dagangan dan barang jadi untuk
promosi lain-lain

2. Pengukuran
Persediaan dinilai menurut harga yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi (net realizable value). Biaya perolehan barang jadi rokok dihitung
berdasarkan biaya produksi rata-rata sebenarnya, ditambah biaya pembungkusan dan pita cukai
(termasuk PPN dan pajak rokok) untuk rokok yang telah dibungkus dan diberi pita cukai. Biaya
perolehan barang jadi kertas karton dihitung berdasarkan biaya produksi rata-rata sebenarnya,
ditambah biaya pembungkusan. Biaya perolehan barang dagangan dihitung dengan metode FIFO.
Biaya perolehan barang dalam pengolahan dihitung berdasarkan biaya produksi rata-rata
sebenarnya sesuai dengan tingkat penyelesaiannya. Biaya perolehan bahan baku/pembantu, suku
cadang dan keperluan pabrik dihitung dengan metode rata-rata. Biaya perolehan pita cukai
(termasuk PPN dan pajak rokok) diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap harga
beli aktualnya.
Pada tahun 2015 terdapat kenaikan biaya, kenaikan biaya masih dapat dikelola dengan baik dimana
proporsi beban cukai dan bahan baku dalambiaya pokok penjualan tidak banyak berubah.
cukai,PPN dan pajak rokok untuk produk-produk utama meningkat dari Rp 3.399 menjadi Rp
3.660 per pak untuk sigaret kretek tangan kemasan 12 batang dan dari Rp 5.899 menjadi Rp 6.503
per pak untuk sigaret kretek mesin kemasan 12 batang di tahun 2015.
BAB IV
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai