Anda di halaman 1dari 35

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tri Acetyl Glycerol (triacetin) adalah salah satu produk turunan gliserol yang
dapat dijadikan aditif dalam biofuel untuk mengurangi biaya pengadaan zat aditif,
menaikkan kualitas biofuel, dan menaikkan nilai ekonomi gliserol yang nilai jualnya
masih rendah. Selain itu, triasetin merupakan bahan baku yang terbarukan dan ramah
lingkungan (Sari dkk, 2015).
Bahan baku pembuatan triacetin adalah gliserol yang merupakan produk samping
dari produksi biodiesel. Gliserol merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau dan
merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis. Gliserol dapat diolah secara
esterifikasi menghasilkan produk-produk seperti gliserol triheptanoat, gliserol
monostearat, lesitin, tri tetra butil gliserol, mono oleat gliserida, gliserol tri benzoat,
gliserol ester maleat resin, dan tri acetil gliserol (triacetin) (Pagliaro dan Rosi, 2008).
Proses pembuatan triacetin dapat menggunakan reaksi asetilasi antara gliserol dan
asam asetat atau asetat anhidrat, reaksi transesterifikasi antara trigliserida dan metil asetat,
dan reaksi interesterifikasi antara trigliserida dan metal asetat dengan menggunakan katalis
potassium hidroksid, metoksid, dan polyethylene (Wepoh, 2015).
Kegunaan triacetin sangat banyak baik untuk keperluan bahan makanan maupun non
makanan. Untuk bahan makanan, triacetin dapat digunakan sebagai bahan aroma dan
memberi rasa seperti pada permen (gula-gula), susu, minuman ringan dan sebagai
plasticizer untuk permen karet. Sedangkan untuk bahan non makanan triacetin dapat
digunakan untuk pelarut pada parfum, tinta cetak, pelarut pada aroma, plasticizer untuk
resin selulosa, polimer dan ko-polimer, bahkan dapat digunakan sebagai bahan aditif
bahan bakar untuk mengurangi knocking pada mesin mobil (Satriadi, 2015). Selain
itu, triacetin dapat dipergunakan sebagai bioaditif untuk menaikkan angka oktan pada
bahan bakar minyak. Triasetin dapat menggantikan octane booster seperti tetraethyl lead
(TEL), methyl tertiary butyl ether (MTBE) dan ethyl tertiary butyl ether (ETBE) yang
ketiganya memiliki beberapa kelemahan karena melepaskan timbal (Pb) ke udara yang
dapat mengganggu kesehatan dan polusi udara (Mufrodi dkk, 2010). Triacetin juga dapat
menjadi alternatif bahan tambahan pangan (zat aditif). Zat aditif yang ditambahkan pada
makanan dapat berguna untuk memperbaiki penampilan, tekstur, rasa, dan daya simpan
makanan (Krisdiyanto, 2014).
1.2 Peluang Pasar
Berdasarkan data impor triacetin di Asia, kebutuhan akan triacetin semakin
meningkat karena banyaknya industri yang menggunakannya. Saat ini Indonesia masih
belum memiliki pabrik triacetin, sementara peluang pasar semakin besar. Sementara itu,
permintaan dunia pada tahun 2016 untuk triacetin sekitar 110000 ton per tahun dan 35%
permintaan berasal dari China. Kapasitas produksi triacetin di China sekitar 55000 ton per
tahun, 38500 ton yang ditujukan untuk dalam negeri dan 16500 ton diekspor. Harga
triacetin berkisar antara RM 4273-5560 per ton (setara dengan 1097-1428 USD / ton).
Selain itu, permintaan untuk triacetin baru-baru ini tumbuh sebesar 5% -10% setiap tahun
(kong dkk, 2016).

Gambar 1.1 Distribusi triacetin di pasar dunia (kong dkk, 2016)


1.3 Prospek Pendirian Pabrik
Kekhawatiran terhadap pemanasan global dan keamanan energi telah menyebabkan
kemajuan besar terhadap perkembangan sumber energi alternatif. Biodiesel merupakan
salah satu bahan bakar alternatif yang paling cepat berkembang di dunia. Pada tahun 2013,
produksi biodiesel dunia mencapai 7 miliar gallon, naik 17 persen dari 2012. Dengan
demikian, semakin banyak industri yang memproduksi biodiesel. Sehingga gliserol yang
sebagai produk samping dari biodiesel akan meningkat seiring perkembangan industri
biodiesel.

Tabel 1.1 Peningkatan produksi gliserol dari produk samping biodiesel (Prasetyo dkk,
2012)

Produksi
2007 2008 2009 2010 2015 2025
(kiloliter)/tahun
Biodiesel 262,5 415 567,5 720 1500 4700
Gliserol 26,25 41,5 56,75 72 150 470
Pada proses pembuatan biodiesel akan dihasilkan produk samping berupa gliserol
10 % dari hasil biodiesel yang diperoleh. Dari presentase hasil tersebut dapat diprediksi
bahwa tahun 2025, Indonesia akan memproduksi gliserol sebagai hasil samping sebanyak
0.47 juta kL/tahun. Gliserol sebanyak itu, tentunya menimbulkan masalah jika tidak
dimanfaatkan dan dibuang begitu saja ke lingkungan. Oleh karena itu perlu dikaji alternatif
pemanfaatannya. Adanya beberapa alternatif pemanfaatan gliserol menjadi bahan yang
memiliki nilai tambah dalam bidang industri. Salah satunya adalah mengolah gliserol
tersebut menjadi triacetin yang dapat digunakan dalam berbagai industri seperti industri
makanan, industri kosmetik, industri farmasi, bahan bakar, dan lain-lain (Prasetyo dkk,
2012).
BAB II TEKNOLOGI PROSES

2.1 Triasetin
Triacetin, juga dikenal sebagai Glyceryl Triacetate atau triglyceride 1,2,3-
triacetoxypropane, merupakan senyawa kimia yang tidak berwarna dan bersifat viscousity
dengan rumus kimia C9H14O6. Triacerin berfungsi sebagai plasticizer dan pelarut dalam
campuran kosmetik. Ini biasanya juga digunakan sebagai perasa dan pemberi aroma.
Triacetin secara umum digunakan sebagai emulsifier dalam produk susu dan pengikat
dalam produksi makanan dan diakui secara umum oleh Food and Drug Administration
(FDA).

2.2 Aplikasi Penggunaan Triasetin


1. Triacetin dalam produksi pangan
Triacetin secara luas digunakan sebagai humektan, emlusifier, pengikat dalam prod
uksi pangan.
a) Sebagai plasticizer: di karet untuk plasticize.
b) Sebagai agen ragi: dalam makanan yang dipanggang untuk mendorong ferm
entasi.
c) Sebagai Pengemulsi: di produk susu untuk mendorong pengemulsian
d) Sebagai humektan dalam makanan aditif.
2. Triacetin dalam filter Rokok
Triacetin secara luas digunakan untuk memproduksi filter Rokok.Sebagai pengikat
pada plasticizer untuk Rokok filter dar serat selulosa asetat.
3. Triacetin dalam industri produksi:
a) Digunakan sebagai pengikat inti pasir dibidang pengecoran logam.
b) Digunakan sebagai pelarut dalam tinta cetak.
c) Digunakan sebagai sebuah plasticizer yang
sangat efektif untuk plastik berbasis selulosa.
d) Digunakan sebagai pelarut dalam pelapisan dinding bangunan
4. Triasetin dalam minuman
Triacetin ini banyak digunakan sebagai Pengemulsi, penambah rasa dalam minuma
n.Sebagai Pengemulsi,penguat rasa: dalam minuman industri untuk meningkatkan r
asa dan meningkatkan pengemulsian.
5. Triacetin di Farmasi
Triacetin banyak digunakan sebagai agen antijamur, plasticizer di farmasi.
a) Sebagai agen antijamur: dalam obat untuk menghambat jamur.
b) Sebagai plasticizer: di dalam kapsul shell untuk plastify.
6. Triacetin dalam kosmetik
Triacetin ini banyak digunakan sebagai humektan, plasticizer dalam kosmetik.
a) Sebagai humektan, plasticizer: dalam kosmetik untuk menjaga kelembaban.
b) Sebagai plasticizer: di pengkilat kuku
7. Triacetin di industri lain
Triacetin ini banyak digunakan sebagai pengikat dalam berbagai industri lainnya
2.3 Proses Pembuatan Triasetin
Pembuatan triasetin dari gliserol terdiri dari beberapa cara, yaitu :
1. Pembuatan Triasetin dari gliserol menggunakan reaksi asetilasi / esterifikasi
2. Pembuatan Triasetin dari gliserol menggunakan reaksi Transestrifikasi
3. Pembuatan Triasetin dari gliserol menggunakan reaksi Interesterifikasi

2.3.1 Pembuatan Triasetin dari gliserol menggunakan reaksi asetilasi / Esterifikasi


Reaksi asetilasi gliserol merupakan reaksi yang paling umum digunakan untuk
memproduksi triasetin (Wepoh,2015). Reaksi asetilasi merupakan reaksi kimia yang
melibatkan proses introduksi gugus asetil ke senyawa kimia lain. Triasetin dapat dihasilkan
dari reaksi asetilasi gliserol dengan asam asetat atau asam asetat anhidrat. Dimana pada
reaksi asetilasi gliserol ini akan dihasilkan 3 senyawa yaitu monoasetin, diasetin, dan
triasetin. Monoasetin dan diasetin merupakan senyawa intermediet
(Wepoh,2015).Mekanisme dari reaksi asetilasi gliserol dan asam asetat adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Mekanisme Reaksi Asetilasi Gliserol dan asam asetat
Mekanisme dari reaksi asetilasi gliserol dan asam asetat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Mekanisme Reaksi Asetilasi Gliserol dan asam asetat anhidrat

Pada dasarnya Pembuatan Triacetin, dengan menggunakan reaksi asetilasi dapat


dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu :
1. Proses Pembuatan Triacetin dengan menggunakan Metode Konvensional
Pada Pembuatan Triacetin dengan menggunakan Metode Konvensional Glyserol di
reaksikan dengan asam asetat pada reaktor pertama dan selanjutnya direaksikan dengan
asam asetat anhidrat pada reaktor kedua secara simultan. Dimana reaktor pertma beroperasi
dalam keadaan vakum. Pembuatan Triasetin dengan menggunakan metode ini memiliki
kekurangan, karena menghaslkan konversi dan selektivitas yang rendah.
Gambar 2.3 Pembuatan Triacetin Dengan Menggunakan Metode Konvensional

2. Proses Pembuatan Triacetin Dengan Menggunakan metode Multistage Reaktor


Pada Pembuatan Triacetin dengan menggunakan Multistage Reaktor, Glyserol di
reaksikan dengan asam asetat pada reaktor pertama dan selanjutnya direaksikan
deangan asam asetat anhidrat pada reaktor yang telah disusun secara cascaded. Dimana
reaktor pertma beroperasi dalam keadaan vakum. Pembuatan Triasetin dengan
menggunakan metode ini apat memperbaiki kekurangan dari metode konvensional,
karena dapat menghaslkan konversi dan selektivitas yang lebih tinggi.

Gambar 2.3 Pembuatan Triacetin Dengan Menggunakan Multistage Reaktor


2.3.2 Pembuatan Triasetin dari gliserol menggunakan reaksi Transestrifikasi
Triasetin dapat diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara gliserol dan metil
asetat atau etil asetat.(Wepoh, 2015).Namun proses ini memiliki beberpa kekurangan,
diantaranya proses ini memberikan selektivitas yang rendah terhadap produk yang
diinginkan yaitu triasetin. Selain itu, proses ini juga memerlukan rasio molar antara etil
asetat/metil asetat dan gliserol yang tinggi, yaitu 50:1 (Shafiei,2017).
Mekanisme reaksi untuk reaksi transesterifikasi dari trigliserida dan etil asetat
adalah sebagai berikut:

Gambar. Reaksi Transesterifikasi glyserol dengan etil asetat

Berdasarkan mekanisme reaksi diatas, Reaksi Transesterifikasi terdiri dari tiga


tahap yang bersifat reversible. Menurut prinsip Le Chatelier, salah satu cara untuk
menggeser arah reaksi reversible kearah produk adalah dengan menggunakan rasio molar
reaktan yang berlebih. Sehingga hal ini akan meyebabkan selektivitas DA dan TA menjadi
rendah (Morales et al.,2011). Metil asetat dapat membentuk azeotrop dengan reaksi
samping berupa methanol pada suhu 53.8oC. Sementara azeotrop dari etil asetat dengan
produksi samping berupa etanol terbentuk pada suhu 70 oC (Morales et al, 2011).

Mekanisme reaksi untuk reaksi transesterifikasi dari trigliserida dan metil asetat
adalah sebagai berikut:
Gambar. Reaksi Transesterifikasi Trigliserida dengan Metil Asetat
Pembuatan triasetin dengan menggunakan reaksi Transesterifikasi Pada mumnya
dilakukan dengan menggunakan Reactive destilation Process. Dimana, pada reactive
destilation Process ini, Reaksi Transesterifikasi Terjadi Pada Reactive destilation kolom.

Gambar. Flowchart Transesterifikasi gliserol dan etil asetat dengan menggunakan


Reactive destilation Process
Gambar. Flowchart Transesterifikasi gliserol dengan menggunakan Reactive destilation
Process

2.2.3 Pembuatan Triasetin dari gliserol menggunakan reaksi Interesterifikasi


Triasetin dapat dibuat melalui reaksi interesterifikasi dari trigliserida dengan alkil
asetat seperti metil asetat dan etil asetat, Penelitian menenai reaksi ini telah dilakukan oleh
Casas, Ramos dan Perez. Metil asetat dan trigliserida digunakan untuk memproduksi
triasetin dan biodiesel. Mereka melakukan reaksi kimia dari minyak bunga matahari dan
metil asetat dengan menggunakan katalis yang berbeda seperti potassium hidroksida,
metoksida, dan poli etilen. Reaksi kimia ini dikenal sebagai reaksi interesterifikasi. Namun
reaksi ini hanya dipelajari dengan menggunakan vegetable oil. Reaksi interesterifikasi
kebanyak dipelajari dengan menggunakan enzim (Du et al., 2004) (Ognjanovic,
Bezbradica and Knezevic-Jugovic, 2009) atau dibawah kondisi kritis (Casas, Ramos
and Prez, 2011).
Mekanisme reaksi untuk reaksi transesterifikasi dari trigliserida dan metil asetat
adalah sebagai berikut:
Gambar. Reaksi Interesterifikasi Trigliserida dengan Metli asetat
BAB III DASAR PERANCANGAN

3.1 Spesifikasi bahan baku dan produk yang dihasilkan

3.1.1 Sifat Fisika dan Kimia Gliserol

Tabel 3.1 Sifat Fisika Gliserol

Name Glycerol
Formula CH2OH-CHOH-CH2OH
Formula Weight 92,09
Form and color col.liq.
Specific gravity 1,26050/4
Melting Point C 17,9
Boiling Point C 290
Solubility in 100 parts
*Cold Water
*Hot Water
*Other Reagent i.
Critical point 850 k
Heat Capacity, Cp 221,9
(J/molK)(25C)
Viscosity (Pas) (120C) 1,069
(Perry 7ed.1984)

1. Jika direaksikan dengan Sodium Acetate akan menghasilkan Triacetine dan Acetic
Anlydrid
2. Jika direaksikan dengan K2Cr2O dengan bantuan H2SO4 akan teroksidasi sempurna
menghasilkan CO2 dan H2O
3. Jika direaksikan dengan HNO3 dengan bantuan H2SO4 akan menghasilkan
Nitrogliserin dan air
3.1.2 Material Safety Data Sheet Gliserol
1. Identifikasi hazard
Gliserol berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata (iritasi), dan
menelan. Substansi dapat menjadi racun bagi ginjal. paparan substansi dapat membuat
kerusakan terhadap organ-organ.
2. Pertolongan pertama
Jika berkontak dengan mata, periksa dan buang kontak lensa. segera siram mata
dengan air yang banyak selama minimal 15 menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan
pertolongan medis jika terjadi iritasi. Jika terkena kulit, Cuci dengan sabun dan air.
hubungi medis jika iritasi berkelanjutan. Air dingin dapat digunakan. Jika terhirup,
dapatkan udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernafasan buatan. Jika sulit bernapas,
berikan oksigen. Dan dapatkan pertolongan medis segera.
3. Data api dan ledakan
gliserin bertentangan kuat dengan Kromium trioksida, potasium Klorat atau kalium
permanganat dan dapat meledak jika bereaksi dengan senyawa ini. Peledak glyceryl nitrat
terbentuk dari campuran gliserin dan nitrat serta asam sulfat. Asam perklorat, oksida +
gliserin membentuk Ester perklorat pekat yang membentuk peledak. Gliserin dan klorin
dapat meledak jika dipanaskan.
4. Penanganan dan penyimpanan
Pencegahan: Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber-sumber pengapian. jauhkan
semua peralatan yang mengandung bahan bahan berbahaya. Jangan menelan. Memakai
pakaian pelindung yang sesuai. Jika tertelan, mencari pertolongan medis segera.
Penyimpanan : Jaga agar wadah tertutup rapat. Jaga agar wadah di daerah berventilasi baik
dan Higroskopis
3.1.3 Sifat Fisika dan Kimia Asam Asetat
Tabel 3.2 Sifat Fisika Asam Asetat

Name Acetic Acid


Formula C6H5CH2CO2H
Formula Weight 136,14
Form and color If.
Specific gravity 1,08180/4
Melting Point C 76-7
Boiling Point C 265,5
Solubility in 100 parts
*Water 1,6620
*Alcohol v.s.
*Ether v.s.
Heat Capacity, Cp
(298,15 K) 123,1
Density 1,05 g/cm3
Viscosity 1,155 Cp
(Perry 7ed.1984)

Dengan alkohol terjadi reaksi esterifikasi.

2 CH3OH + CH3COOH CH3COOCH3 + H2O


1. Konversi ke ester
CH3COO + CH2OH CH3COOCH3 + H2O
2. Konversi ke klorida-klorida asam
3 CH3COOH + PCl3 3 CH3COCl + H3PO3
3. Pembentukan garam asetat
Mg (s) + 2 CH3COOH (aq) (CH3COO)2 Mg (aq) + H2
4. Pembentukan ester
CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOC2H3
5. Subtitusi dan alkil
CH3COOH ClCH2OH Cl2CHCOOH Cl3CCOOH
(Fessenden & Fessenden.1992

3.1.4 Sifat Fisika dan Kimia Asetat Anhidrat

Tabel 3.3 Sifat Fisika Asetat Anhidrat


Name Acetic Anhydride
Formula CH3-COOOCOOCH3
Boiling Point at 1 atm 139,5 oC
Critical Pressure 40,8 kg/cm2
Critical Temperature 332,8 0C
Melting Temperature -83,55
Solubility in water Hydrolisis
Heat Capacity, Cp (298K) 99,5
(J/mol K)
Density (25C) 0,85 Cp
(PDHG, 2011)

3.1.5 Sifat Fisika dan Kimia Triacetin


Tabel 3.4 Sifat Fisika Triacetin
Name Triacetin Reference
Formula C9H14O6 Pepe, Wenninger, and McEwen 2002
Formula Weight 218.21 NAS 1996
Melting point 780C Lewis 1993a : Budavari 1989
Boiling point 2580C Lewis 1993a : Grant 1972
Flash point 1450C Fessenden & Fessenden.1992
Specific gravity 1.160 Lewis 1993b
Stability Combustible Lewis 1993b
Density 1,1562 Fessenden & Fessenden.1992
g/cm3
Cp, liquid (J/mol0K) (298K) 389 Nilson and Wadso, 1986

1. Larut dalam air, dapat tercampur dengan alkohol, eter, dan kloroform (NAS 1996;
Lewis 1993 a)
2. Larut dalam aseton, etanol, benzena, dan khloroform (Unichema Chemie B.V.
1994)
3. Larut dalam alkohol, eter, aseton, benzena, dan khloroform (Lide 1993)
4. Sedikit larut dalam air, alkohol sangat mudah larut,eter, dan pelarut organik lainnya
3.1.6 Material Safety Data Sheet Triacetin

1. Identifikasi hazard
Triacetin Berbahaya jika terkena kontak mata (iritasi), dan tertelan. Sedikit
berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), inhalasi.
2. Tindakan pertolongan pertama
Jika terkena/Kontak mata, periksa dan buka kontak lensa. Segera basuh mata
dengan air mengalir selama 15 menit, menjaga agar kelopak mata tetap terbuka. Air
dingin dapat digunakan. Jangan gunakan salep mata. Mencari pertolongan medis.
Setelah berkontak dengan kulit, cuci segera dengan air yang banyak. cuci kulit
dengan sabun non-abrasif. berhati-hati untuk membersihkan lipatan, celah-celah,
lipatan dan pangkal paha. Air dingin dapat digunakan. Jika terjadi iritasi, dapatkan
pertolongan medis. Cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunaka kembali.
Memungkinkan korban untuk beristirahat di area berventilasi baik. Mencari
pertolongan medis segera.
Jika terkonsumsi, periksa bibir dan mulut untuk memastikan a jaringan yang rusak,
indikasi yang mungkin bahwa bahan beracun dikonsumsi;. longgarkan pakaian
ketat seperti kerah, dasi, sabuk atau ikat pinggang. Jika korban tidak bernapas,
dapatkan pertolongan medis segera.
3. Data api dan ledakan
Dapat terbakar pada suhu tinggi.
Suhu pengapian : 433C (811.4F)
Jika api masih kecil, gunaakan dry chemical powder. Jika terjadi kebakaran besar:
Menggunakan semprotan air, kabut atau busa.
3.1.7 Sifat Fisika dan Kimia Monoacetin
Tabel 3.5 Sifat Fisika Monoacetin

Name Monoacetin
Formula C5H10O4
Boiling Point at 1
atm 153 C
Vapor Density 4,6
Vapor pressure
(25C) 0,4 kPa
Molecular weight 134,13 gr/mol
Melting Point - 78 C
Specific Gravity 1,21
Flash Point 110C

3.1.8 Sifat Fisika dan Kimia Diacetin


Tabel 3.6 Sifat Fisika Diacetin

Name Diacetin
Formula C7H12O5
Boiling Point at 1
atm 259 C
Flash point 110.0 C
Density 1.184 g/ml
Specific Gravity 1,17
Vapor Denscity 6,1
Molecular Weight 176,17 gr/mol
Vapor pressure
(25OC) 0 kPa
3.2 Rencana Kapasitas
Pabrik yang akan kami buat adalah pabrik Triacetin dari gliserol, dimana pabrik ini
akan berproduksi dengan kapasitas 22.000 Ton/tahun. Pemilihan kapasitas ini dikarenakan
menurut data yang diperoleh dari Cina Market Analysys Report tahun 2016 bahwa
kebutuhan Triacetin dunia mendekati 110.000 ton/tahun. Sehingga diharapkan
pembangunan pabrik ini dapat memenuhi 20% dari kebutuhan dunia.
3.3 Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik akan sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan
suatu industri. Berdasarkan pengamatan, Rokan Hilir, Riau merupakan lokasi yang sesuai
untuk mendirikan pabrik Triacetin.
3.4 Faktor Utama dalam Pemilihan Lokasi Pabrik
1. Sumber Bahan Baku
Rokan Hilir, Riau merupakan daerah yang dekat dengan sumber bahan baku yang
diperoleh dari pabrik Ecogreen yang berlokasi di Batam dan PT. Wilmar Dumai yang
berlokasi tidak jauh dari lokasi pendirian pabrik yang akan direncanakan.
2. Letak Pasar
Triacetin merupakan produk yang secara luas dapat digunakan antara lain :
1. Industri makanan
2. Industri farmasi
3. Industri kosmetik
4. Bahan bakar aditif
5. Pelarut pada parfume
6. Tinta cetak
7. Plastisizer untuk resin selulosa
8. Polimer dan ko-polimer

Provinsi Riau sangat strategis, yaitu dekat dengan selat Malaka, yang merupakan
pintu gerbang perdagangan. Asia Tenggara khususnya, dekat dengan negara Malaisya dan
Singapura yang merupakan negara tetangga terdekat yang mempunyai banyak industri dan
mempunyai industri. Dilihat dari letaknya yang berdekatan dengan lokasi industri yang
lain, sangat menguntungkan bila didirikan pabrik didaerah Riau, akan lebih memudahkan
untuk pemasaran produk, baik ekspor maupun impor.
3. Fasilitas Transportasi
a. Transportasi Darat
Riau merupakan wilayah berdataran rendah. Sehingga, untuk transportasi darat
sudah cukup memadai sehingga distribusi produk melalui darat dapat dilakukan terutama
untuk pemasaran produk Gliserol ke daerah-daerah yang dapat dijangkau dengan jalur
darat.
b. Transportasi Laut
Riau memiliki pelabuhan laut utama, yaitu pelabuhan bengkalis yang letakya di
ujung utara Propinsi Riau, di Selat Malaka. Adanya pelabuhan ini memudahkan untuk
distribusi produk gliserol.
4. Tenaga Kerja
Karena letak Riau yang begitu strategis sebagai kawasan industri Sumatera makan
Riau merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi tenaga kerja.
5. Utilitas
Fasilitas utilitas meliputi penyediaan air, bahan bakar dan listrik. Kebutuhan listrik
dapat dipenuhi dengan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Untuk sarana
penyediaan air dapat diperoleh dari air sungai. Di Propinsi Riau banyak terdapat sungai,
seperti Sungai Rokan, Sungai Tapung, Sungai Mandau, Sungai Batang Inderagiri, Sungai
Siak, Sungai Kampar dan masih banyak lagi. Untuk penyediaan air di Pabrik Gliserol ini,
dipilih dari sungai Rokan (baik Sungai Rokan Kanan maupun Sungai Rokan Kiri), karena
lokasi pendirian Pabrik Gliserol berada di daerah Rokan Hilir yang dekatdengan lokasi
pemasok CPO dan lebih dekat dengan palabuhan. Sedangkan bahan bakar industri berupa
minyak bumi, dapat dipasok dari Dumai, yang terdapat tambang minyak bumi.

Gambar berikut memperlihatkan peta lokasi kawasan pabrik Triasetin yang akan
didirikan:
LOKASI PABRIK

Gambar 3.1 Peta lokasi Pabrik Triacetin

3.5 Potensi dan Penanggulangan Bahaya Bagi Kesehatan Pekerja


Pada perancangan pabrik triacetin, keselamatan kerja merupakan bagian dari
kelangsungan produksi pabrik dan aspek ini harus diperhatikan. Pencegahan kecelakaan
kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajemen yang wajib memelihara
kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik. Di pihak lain, para kepala
urusan wajib senantiasa mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan. Umumnya kejadian
kecelakaan kerja disebabkan kesalahan manusia (human error), dimana penyebab
kecelakaan bermula pada kegiatan tidak selamat manusia itu sendiri.
Beberapa penanggulangan bahaya bagi pekerja antara lain:
a. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang diberikan.
b. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada
atasan.
c. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhi
secermat mungkin.
d. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan perbuatan
yang dapat menimbulkan bahaya.
e. Peralatan dan per lengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dipakai (digunakan)
bila perlu.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada pabrik, ada beberapa hal penting yang
dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan diantaranya:
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu keharusan bagi para pekerja yang
mempunyai resiko yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja. APD secara definisi dapat diartikan alat bantu perlindungan diri untuk mengurangi
dan mencegah resiko dan bahaya yang ditimbulkan saat melakukan pekerjaan. alat-alat
pelindung diri adalah :
Alat Pelindung Kepala (Helmet)
Alat Pelindung Mata (Eye Guard)
Alat Pelindung Telinga (Ear Plud Dan Ear Muff)
Alat Pelindung Pernapasan (Respirator)
Alat Pelindung Tangan ( Sarung Tangan )
Alat Pelindung Kaki ( Safety Shoes )
Pakaian Pelindung
Tali Dan Sabuk Pengaman
3.6 Aspek Perlindungan Lingkungan
Limbah merupakan hasil sampingan dari proses produksi suatu perusahaan.
Jenis limbah yang dihasilkan dari proses terdiri dari limbah padat, limbah cair dan gas.
Ketiga jenis limbah ini diolah dengan cara yang berbeda sebelum dibuang ke lingkungan.
Salah satu segi pengelolaan lingkungan adalah pengendalian pencemaran air yang salah
satunya adalah efek dari suatu kegiatan industri. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No.
4 tahun 1982 yang memuat tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan
hidup, sedangkan untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran air dijelaskan dalam pasal
15 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990. Penjabaran lebih lanjut tentang baku mutu air
limbah bagi industri oleokimia dasar diatur Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 yang berisi sebagai berikut:
Tabel.3.7 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Belum
Memiliki Baku Mutu Air Limbah yang Ditetapkan
Golongan
Parameter Satuan
I II
O
Temperatur C 38 40
Zat Pada Terlarut (TDS) Mg/L 2000 4000
Zat Padat Suspense (TSS) Mg/L 200 400
pH - 6,0-9,0 6.0-9,0
Besi Terlarut (Fe) Mg/L 5 10
Mangan Terlarut (Mn) Mg/L 2 5
Barium (Ba) Mg/L 2 3
Tembaga (Cu) Mg/L 2 3
Seng (Zn) Mg/L 5 10
Krom Heksavalen (Cr6+) Mg/L 0,1 0,5
Krom Total (Cr) Mg/L 0,5 1
Cadmium (Cd) Mg/L 0,05 0,1
Air Raksa (Hg) Mg/L 0,002 0,005
Timbal (Pb) Mg/L 0,1 1
Stanum (Sn) Mg/L 2 3
Arsen (As) Mg/L 0,1 0,5
Selenium (Se) Mg/L 0,05 0,5
Nikel (Ni) Mg/L 0,2 0,5
Kobalt (Co) Mg/L 0,4 0,6
Sianida (Cn) Mg/L 0,05 0,5
Sulfide (H2s) Mg/L 0,5 1
Fluoride (F) Mg/L 2 3
Klorin Bebas (Cl2) Mg/L 1 2
Ammonia-Nitrogen (NH3-N) Mg/L 5 10
Nitrat (No3-N) Mg/L 20 30
Nitrit (No2-N) Mg/L 1 3
Total Nitrogen Mg/L 30 60
BOD Mg/L 50 150
COD Mg/L 100 300
Senyawa Aktif Biru Metilen Mg/L 5 10
Fenol Mg/L 0,5 1
Minyak dan Lemak Mg/L 10 20
Total Bakteri Koliform MPN/100mL 10000

Dengan adanya Undang-Undang Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri


yang telah ditetapkan, maka industri diwajibkan mempunyai Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) atau dapat bekerjasama dengan perusahaan jasa di dalam menanggulangi
limbah industrinya.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen,
dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di
alam. Bila dilihat dari tingkat perlakuan pengolahan air limbah maka sistem pengolahan
limbah cair dikalisifikasikan menjadi ; Primary Treatment System, Secondary Treatment
System, Tertiary Treatment System:
1. Proses primer, Proses primer merupakan perlakuan pendahuluan yang meliputi :
a). Penyaringan kasar,
b). Penghilangan warna,
c). Ekualisasi,
d). Penyaringan halus, dan
e). Pendinginan.
2. Proses sekunder, Proses biologi dan sedimentasi.
3. Proses tersier, merupakan tahap lanjutan setelah proses biologi dan sedimentasi.
BAB IV SELEKSI PROSES
4.1 Gross Profit Margin

Proses Gross Profit Margin


Reaksi Asetilasi Giserol dengan asam Rp. 5426084,047
asetat
Reaksi Asetilasi Giserol dengan asam Rp. -1338784,657
asetat
Reaksi Asetilasi Giserol dengan asam Rp. 9204051,907
asetat dan asam asetat anhidrat
Reaksi transesterifikasi Giserol dengan Rp. 1167200,403
etil asetat
Reaksi transesterifikasi Giserol dengan Rp. 7072098,712
etil asetat

Dari Perhitungan Gross Profit Margin (GPM) pada Masing-masing Proses, dapat kita
simpulkan bahwa Proses Yang paling menguntungkan adalah Proses Pembuatan Triasetin
dengan menggunakan Reaksi Asetilasi Giserol dengan asam asetat dan asam asetat
anhidrat. Karena Menghasilkan Gross Profit Margin (GPM) yang terbesar yaitu sebesar
Rp. 9204051,907
4.2 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan triasetin yaitu gliserol, asam asetat,
dan asetat anhidrat. Bahan baku gliserol dipasok dari PT. Wilmar Group yang terletak di
Dumai dengan kapasitas 130.000 ton/tahun (Aprobi,2014). Sedangkan untuk asam asetat
dipasok dari PT Indo Acidatama Chemichal Industry (IACI) di Sragen, Jawa Tengah
dengan kapasitas produksi 36.600 ton/ tahun (IACI, 2014) dan di impor. Dikarenakan
keterbatasan asam asetat di Indonesia maka diperlukan pemasokan dari luar negeri.
Tabel 4.1 Data impor asam asetat di Indonesia
No. Tahun Jumlah (kg/tahun)
1 2001 118.814.427
2 2002 107.276.121
3 2003 77.628.874
4 2004 82.056.230
5 2005 88.704.991
6 2006 91.053.819
7 2009 82.199.583
8 2014 112.000.000
Jumlah impor asam asetat diperkirakan meningkat menjadi 122.000 ton pada tahun
2021 (Kemenperin, 2015).
Tabel 4.2 Kapasitas Pabrik Asam Asetat yang sudah berdiri
No Lokasi pabrik Kapasitas, ton/tahun
1. Nanjing, China 600.000
2. Chongqing, China 200.000
3. Singapura 500.000
(Chemical Technology, 2009)
Untuk bahan baku asetat anhidrad dipasok dari luar negeri. Karena sampai saat ini
Indonesia belum memiliki pabrik yang memproduksi asetat anhidrid sehingga masih harus
diimpor dari negara-negara luar, seperti Australia, Amerika, Italia, Jerman, dan Brazil.
Tabel 4.3 impor asetat anhidrid di Indonesia
Tahun Kebutuhan (ton/tahun)
2007 4.905,81
2008 6.478,65
2009 7.573,15
2010 9.222,92
2011 13.605
2012 14.400,1
2013 164.001,4
2016 22.357
(Biro Pusat Statistik, 2012)

4.3 Tipikal Kondisi Proses, Konversi dan Selektifitas ( Reaksi Kimia)


Dalam pemilihan reaksi pada perancangan pabrik, perlu diperhatikan beberapa hal
berikut ini:
Tabel 4.4 Perbandingan proses reaksi dalam pembuatan triasetin
Jenis reaksi Kondisi proses Konversi Selektifitas Sumber
P ,T (%) (%)
Reaksi asetilasi 3.27 psi, 110 oC 94.3 26 Cahyono dkk,
gliserol dengan asam 2016
asetat
Reaksi asetilasi 60 oC 53 47 Silva dkk,
gliserol dengan asam 2010
asetat anhidrat
Reaksi asetilasi 105 oC 100 100 Liao
gliserol dengan asam dkk,2009
asetat dan asam asetat
anhidrat
Reaksi 70 oC 100 75 Shafiei dkk,
transesterifikasi 2017
gliserol dengan etil
asetat
Reaksi 30, 40, 50 oC - - Casas dkk,
interesterifikasi 2011
trigliserida dengan
etanol
Reaksi asetilasi 118 oC 100 76 Kotbagi dkk,
gliserol dengan variasi 2015
asam

Berdasarkan tabel diatas Reaksi yang dipilih adalah adalah Reaksi asetilasi gliserol
dengan asam asetat dan asam asetat anhidrat. Pada Reaksi asetilasi gliserol dengan asam
asetat anhidrat tidak cocok untuk produksi triacetin dalam skala besar. Itu disebabkan
Karena proses reaksi sulit dilakukan. Pada Reaksi asetilasi gliserol dengan asam asetat,
reaksi tersebut dilakukan secara kontinius dan menghasilkan sejumlah air. Reaksi juga ini
membutuhkan waktu reaksi yang lama, konsumsi energy yang besar, dan kapasitas reaktor
yang sedikit. Pada Reaksi transesterifikasi gliserol dengan etil asetat dan Reaksi asetilasi
gliserol dengan variasi asam memiliki konversi dan selektifitas yang tinggi. Tetapi katalis
yang digunakan tidak tersedia secara komersial dan relatiif mahal. Pada reaksi
interesterifikasi bahan baku yang digunakan merupakan trigliserida. Sedangkan pada
Reaksi asetilasi gliserol dengan asam asetat dan asam asetat anhidrat katalis yang
digunakan tersedia secara komersial. Selain itu reaksi ini dilakukan secara kontiniu dangan
menggunakan asam asetat dimana dalam proses tersebut akan menghasilkan air selama
reaksi berlangsung. Sehingga dibutuhkan asam asetat anhidrat untuk mengikat air yang
terbentuk pada reaksi tersebut.

4.4 Sistem Utilitas


Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan unit
penunjang bagi unit-unit lainnya atau sarana penunjang proses untuk menjalankan suatu
pabrik dengan baik dari tahap awal sampai produk akhir. Pada umumnya, utilitas dalam
pabrik proses meliputi air, steam dan listrik. Penyediaan utilitas dapat dilakukan secara
langsung dimana utilitas diproduksi di dalam pabrik tersebut atau secara tidak langsung
yang diperoleh dengan membeli ke perusahaan-perusahaan yang menjualnya.
4.4.1 Unit Penyediaan Air
1. Air untuk penyediaan umum dan sanitasi
2. Air pendingin
3. Air umpan boiler
4. Air pemadam kebakaran (hydrant)
5. Air keperluan proses
4.4.2 Unit Penyediaan Steam
Sistem penyediaan steam terdiri dari deaerator dan boiler. Proses dearasi terjadi di
dalam deaerator yang berfungsi untuk menghasilkan air bebas mineral (demin water) dari
komponen udara melalui spray, sparger yang berkontak secara counter current dengan
steam. Demin water yang sudah bebas dari komponen udara ditampung di dalam drum dari
deaerator.
4.4.3 Unit penyedia Refrigerant
Refrigerant yang digunakan adalah ammonia sebagai pendingin pada Reaktor.
Ammonia yang telah digunakan diolah dalam sistem refrigerasi ammonia pada unit
utilitas.. Ammonia bersirkulasi menggunakan konsep liquifaction. Liquifaction adalah
perubahan zat dari wujud gas ke bentuk cairan. Karena perubahan wujud zat sebanding
dengan perbedaan jumlah energi dari molekul yang membentuk zat tersebut, maka energi
panas harus diserap atau dilepas oleh zat tersebut sehingga dapat merubah keadaan wujud
zat tersebut. Dengan demikian, perubahan zat dari padat ke cair atau dari cair ke gas
memerlukan penambahan panas. Jika gas mengalami kompresi, panas akan terlepas dan
berubah fasa menjadi cair, sehingga pendinginan ekstrem tidak mutlak diperlukan untuk
pencairan gas.
4.4.4 Unit Pembangkit Tenaga Listrik
Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh generator yang digerakkan oleh turbin uap,
dimana digunakan steam yang dihasilkan dari boiler. Hal ini bertujuan agar tidak
diperlukan aliran listrik dari PLN. Selain itu, hal ini membuat keefisienan energi pabrik
menjadi lebih baik. Generator yang digunakan adalah generator bolak balik atas dasar
pertimbangan sebagai berikut :
Tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar.
Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan transformator.
4.4.5 Unit Penyediaan Bahan Bakar
Unit pengadaan bahan bakar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pada
generator dan boiler. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar cair yaitu solar yang
diperoleh dari PERTAMINA. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan bahan bakar cair
adalah sebagai berikut:
Mudah didapat
Tersedia secara kontinyu
Mudah dalam penyimpanannya
4.4.6 Unit Penyediaan Udara Tekan
Unit penyediaan udara tekan digunakan untuk menjalankan instrumentasi dan udara
plant di peralatan proses, seperti untuk menggerakkan control valve serta untuk
pembersihan peralatan pabrik. Udara instrumen mempunyai sumber yang sama dengan
udara pabrik yaitu bersumber dari udara di lingkungan pabrik, hanya saja udara tersebut
harus dinaikkan tekanannya dengan menggunakan compressor. Untuk memenuhi
kebutuhan digunakan compressor dan didistribusikan melalui pipa-pipa.
4.5 Produk samping dan pengolahan limbah
Jenis reaksi Produk Pengolahan Limbah
Samping/Limbah
Reaksi asetilasi gliserol Air Pengolahan limbah cair
dengan asam asetat
Reaksi asetilasi gliserol Asam Asetat Pengolahan limbah cair
dengan asam asetat anhidrat
Reaksi asetilasi gliserol Air Pengolahan limbah cair
dengan asam asetat dan asam
asetat anhidrat
Reaksi transesterifikasi Etanol Pengolahan limbah cair
gliserol dengan etil asetat
Reaksi interesterifikasi Etanol Pengolahan limbah cair
trigliserida dengan etil asetat
Reaksi asetilasi gliserol Air Pengolahan limbah cair
dengan variasi asam

4.6 Deskripsi Proses Yang Dipilih


Berdasarkan pertimbangan parameter dalam seleksi proses, proses yang dipilih
merupakan proses asetilasi gliserol yang dilakukan secara kontinius dengan mereaksikan
gliserol dengan asam asetat dan asam asetat anhidrat. Deskripsi prosesnya adalah:
Gambar : Flow Chart Pembuatan Triasetin dengan menggunakan Reaktor Multistage

Triasetin diproduksi dari rangkaian multi stage reaksi dengan menggunakan


gliserol, asam asetat dan asam asetat anhidrat sebagai bahan baku. Gliserol dimasukkan
kebagian atas reaktor bubble column dan uap asam asetat dimasukkan dari bawah kolom
dan reaksi berlangsung pada suhu 150 dan tekanan 0,2 bar. Perbandingan asam asetat
dan gliserol yang digunakan sebesar 3 : 1. Sedangkan jumlah asam asetat anhidrat yang
ditambahkan sebesar 0.1 dari gliserol yang terkonversi. katalis yang digunakan pada proses
ini adalah katalis Amberlyst 36 dengan jumlah 0.01 0.5 % dari gliserol yang digunakan.
Pada reaktor bubble column, gliserol diesterifikasi dengan asam asetat Dengan konversi
sebesar 90 %. Pada tahap ini akan dihasilkan monoasetin, air, dan asam asetat. kemudian
pada bagian atas bubble column akan dikeluarkan campuran air asam asetat, kemudian
campuran ini akan dipisahkan dengan menggunakan kolom azeotrop yang memilik
kandungan setelah kondensasi kecil dari 3% berat asam asetat. Sedangkan pada bagian
bawah bubble column akan dikeluarkan monoasetin, glyserol, asam asetat, dan sedikit air.
Kemudian bottom produk ini akan dimasukkan ke dalam 5 buah reaktor yang disusun
secara multistage, yang beroperasi pada tekanan atmosfer dan suhu 250 dan disertai
penambahan asam asam asetat anhidrat. Pada Reaktor 5 didesain dalam bentuk tubular,
tujuannya adalah untuk membuat triasetin sepenuhnya terbentuk sebelum masuk kedalam
kolom destilasi. Kolom destilasi bertujuan untuk memisahkan triasetin impurities seperti
asam asetat, asam asetat anhidrat, dll. sehingga dihasilkan triasetin dengan kemurnian yang
tinggi. Setelah dari kolom destilasi triasetin akan dimasukkan kedalam kolom deodorizer
yang bertujuan untuk menghilangkan bau pada triacetin.

Reaksi yang terjadi adalah :

C3H5 (OH)3 + CH3COOH C5H10O4 + H2O

C5H10O4 + CH3COOH C7H2O5 + H2O

C7H12O5 + CH3COOH C9 H14 O6 + H2O

C3H5 (OH)3 + C4H603 C5H1004 + NCH3COOH

C5H10O4 + C4H6O3 C7H12O5 + CH3COOH

C7H12O5 + C4H6O3 C9H14O6 + CH3COOH

C4H6O3 + H2O 2CH3COOH

4.7 Pemisahan dan pemurnian produk


Pada Proses Pembuatan Triasetin dengan Menggunakan Reaksi Asetilasi dan Reaktor
Multistage ini, maka akan dihasilkan Produk Triasetin yang mao becampur dengan
impurities seperti air, asam asetat, asam asetat anhidrat dll. Oleh sebab itu, maka produk
Triasetin perlu dilakukan Proses Pemurnian yaitu dengan cara Menggunakan Unit
Destilasi. Selain itu, Setelah Triasetin Memasuki unit destilasi, maka triasetin akan
dimasukkan ke dalam deodorizer unit yang tujuannya adalah untuk menghilangkan bau
pada triasetin, sehingga triasetin yang diperoleh memiliki kemurnian yang tinggi dan bebas
dari bau.
BAB V KESIMPULAN
1. Kapasitas pada perancangan pabrik triacetin adalah 22000 ton/tahun.
2. Lokasi pendirian pabrik Triacetin direncanakan akan didirikan di Desa Ujung
Tanjung, Kabupaten Rokan Hilir, Riau
3. Proses yang digunakan untuk pembuatan Triacetin adalah proses asetilasi gliserol
dengan asam asetat dan asam asetat anhidrat
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, R.B dkk, 2016, Acetylation of glycerol for Triacetin production using Zr-Natural
Zeolite Catalyst. ARPN journal of engineering and applied sciences, 11, 1819-
6608

Casas A, dkk, 2011, Kinetics of chemical interesterification of sunflower oil with methyl
Acetat for biodiesel and triacetin Production. Chemical engineering Journal, 171,
1324-1332

Fessenden, R.J., Fessenden, J. S., 1992, Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ketiga, Erlangga :
Jakarta
Knothe G, Krahl J, Gerpen J. V., 2015, The Biodisel Hand Book Edition 2, Urbana IL :
AOCS press
Kong S.P dkk, 2016, Catalytic Role of Solid Acid Catalysts in Glycerol Acetylation for the
Production of Bio-1 additive, RSC Advances Accepted Manuscript

Kotbagi, T.V dkk, 2015, In Situ Formed Silicomolybdic Heteropolyanions: Efficienct Solid
Catalyst for Acetylation of Glycerol, Enviromental Analytical Chemistry, 2, 2380-
2391

Krisdiyanto D, 2014, Peramalan Hasil Reaksi Asetilasi Gliserol Menjadi Triacetin


Mengunakan Katalis Silika Sulfat Dari Sekam Padi Dengan Analisa Persamaan
Regresi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 3, 133 145

Liao X, dkk, 2009, Poducing triacetylglycerol with glycerol by two steps: esterification
and acetylation, Fuel Processing Technology, 90,988-993

Mufrodi Z., Rochmadi., Sutjan., Budiman, A. (2013).Synthesis Acetylation of Glycerol


Using Batch Reactor and Continuous Reactive Distillation Column. Engineering
Jurnal, 18(2),1-12.
Mufrodi, Z., Rochmadi, R., Sutijan, S. and Budiman, A. (2013). Continuous Processof
Reactive Distillation to Produce Bio-additive Triacetin From Glycerol.Modern
Applied Science, 7(10).
Mufrodi, Z., Rochmadi, Sutijan., & Budiman, A., 2010, Effects of Temperature and
Catalyst upon Triacetin Production from Glycerol (by-Product Biodiesel
Production) as Octane Booster. Proceedings of International Conference on
Advances in Renewable Energy Technologies, Putrajaya, Malaysia.

Nanda, M., Yuan, Z., Qin, W., Ghaziaskar, H., Poirier, M. and Xu, C.
(2014).Thermodynamic and kinetic studies of a catalytic process to convert
glycerolinto solketal as an oxygenated fuel additive. Fuel, 117, pp.470-477.
Ognjanovic, N., Bezbradica, D. and Knezevic-Jugovic, Z. (2009). Enzymaticconversion of
sunflower oil to biodiesel in a solvent-free system: Processoptimization and the
immobilized system stability. Bioresource Technology,100(21), pp.5146-5154.
Perry, R.H., Green D.W., Maloney J.O., 1985, Perrys Chemichal Enginering Handbook
sixth Edition. Mgraw-Hill Book Company : New York.
Prasetyo A.E dkk, 2012, Potensi Gliserol Dalam Pembuatan Turunan Gliserol Melalui
Proses Esterifikasi, Jurnal Ilmu Lingkungan , 10: 1829-8907

Saka, S. and Isayama, Y. (2009). A new process for catalyst-free production of biodiesel
using supercritical methyl acetate. Fuel, 88(7), pp.1307-1313.
Satriadi H, 2015, Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol Dan Asam Asetat Menjadi Triacetin
Menggunakan Katalis Asam Sulfat, 36: 75-80

Serra S.J., Tarciso, R. C., Costa S. K, Rebecca S, Andrade, Miguel I. (2016).Synthesis of


triacetin by protic ionic liquids as catalysts. World Wide Journal of
Multidisciplinary Research and Development2(2), 17.
Shafeie A dkk, 2017, Glycerol transesterification with ethyl acetate to synthesize acetins
using ethyl acetate as reactant and entrainer, Biofuel Research Journal, 13,565-
570

Silva L.N dkk, 2010, Catalytic Acetylation of glycerol with acetic anhydride, Catalysis
Communications, 11,1036-1039

Sutijan, Rochmadi,&Arief B,. (2012). Chemical Kinetics for Synthesis of Triacetin from
BiodieselByproduct. International engineering journal. 4(2),1-7.
Wepoh. (2015). Synthesis Of Triacetin From Glycerol, 37(September), 116.
LAMPIRAN A. PERHITUNGAN GROSS PROFIT MARGIN

1. Pembuatan triacetn mengguakan reaksi asetilasi gliserol dengan asam asetat


Reaksi yang terjadi

C3H5 (OH)3 + CH3COOH C5H10O4 + H2O


C5H10O4 + CH3COOH C7H2O5 + H2O
C7H12O5 + CH3COOH C9 H14 O6 + H2O

C3H5 (OH)3 + 3CH3COOH C9H14O6 + 3H2O


dan C4H6O3 + H2O 2CH3COOH

Reaktan Produk
Perhitungan asam
Glyserol Asam Asetat Triasetin asetat air
Koefisien reaksi 2 3 3 1 3
Berat molekul (kg/kmol) 92,09 136,14 218,21 136,14 18
massa (kg) 184,18 408,42 654,63 136,14 54
Massa/massa Triasetin 0,28134977 0,623894414 1 0,2079648 0,0824893
Harga (Rp) 2470000 5850000 28270000 35000000 0

Biaya pembelian asam asetat anhidrat = 2200000000 x 0.01 = Rp. 22000000,-


GPM = (harga x massa/massa triacetin)produk (hargax masaa/masaa triacetin) reaktan
= (28270000 x 1 + 35000000 x 0,2079648 + 0 x 0,0824893+2000000) - (2470000x
0,28134977+ 5850000x 0,623894414)
=9204051,907 /ton n triacetin

2. Pembuatan triacetn menggunakan reaksi asetilasi gliserol dengan asetat


anhidrat
Reaksi yang terjadi

C3H5 (OH)3 + C4H603 C5H1004 + NCH3COOH


C5H10O4 + C4H6O3 C7H12O5 + CH3COOH
C7H12O5 + C4H6O3 C9H14O6 + CH3COOH

C3H5 (OH)3 + 3C4H6O3 C9H14O6 + 3CH3COOH


Reaktan Produk
Perhitungan Asam Asetat
Glyserol Anhidrat Triasetin Asam Asetat
Koefisien reaksi 1 3 1 3
Berat molekul (g/mol) 92,09 139,5 218,21 136,14
massa (g) 92,09 418,5 218,21 408,42
Massa/massa Triasetin 0,14067489 0,639292425 0,333333333 0,62389441
Harga (Rp) 2470000 22000000 28270000 5850000

Biaya pembelian asam asetat anhidrat = 2200000000 x 0.01 = Rp. 22000000,-


GPM = (harga x massa/massa triacetin)produk (harga x masaa/masaa triacetin) reaktan
= (28270000 x 0,333333333 + 5850000 x 0,62389441+2000000) - (2470000x
0,14067489+ 22000000x 0,639292425)
= -1338784,7/ton n triacetin

3. Pembuatan triacetin menggunakan reaksi tranesterifikasi gliserol dengan etil


asetat
Reaksi yang terjadi

C3H5 (OH)3 + C4H8O2 C5H1004 + C2H6O


C5H10O4 + C8H8O2 C7H12O5 + C2H6O
C7H12O5 + C4H6O2 C9 H14 O6 + C2H6O

C3H5 (OH)3 + 3C4H8O2 C9H14O6 + 3C2H6O

Reaktan Produk
Perhitungan
Glyserol etil asetat Triasetin etanol
Koefisien reaksi 1 3 1 3
Berat molekul (g/mol) 92,09 139,5 218,21 18
massa (g) 92,09 418,5 218,21 54
Massa/massa Triasetin 0,14067489 0,639292425 0,333333333 0,08248935
Harga (Rp) 2470000 13000000 28270000 4875000

Biaya pembelian asam asetat anhidrat = 2200000000 x 0.01 = Rp. 22000000,-


GPM = (harga x massa/massa triacetin)produk (harga x masaa/masaa triacetin) reaktan

= (28270000x 0,333333333 + 4875000 x 0,08248935


+2000000) - (2470000 x 0,14067489+ 13000000x 0,639292425)
= 1167200,4/ton n triacetin
4. Pembuatan triacetin menggunakan reaksi transesterifikasi dengan metil asetat
Reaksi yang terjadi

C3H5 (OH)3 + C2H6O2 C5H1004 + CH4O


C5H10O4 + C2H6O2 C7 H12 O5 + C2H6O
C7H12O5 + C3H6O2 C9 H14 O6 + CH8O

C3H5 (OH)3 + 3C3H6O2 C9H14O6 + 3CH4O

Reaktan Produk
Perhitungan
Glyserol metil asetat Triasetin metanol
Koefisien reaksi 1 3 1 3
Berat molekul (g/mol) 92,09 74,079 218,21 32,04
massa (g) 92,09 222,237 218,21 96,12
Massa/massa Triasetin 0,14067489 0,3394849 0,333333333 0,14683103
Harga (Rp) 2470000 10660000 28270000 11000000

Biaya pembelian asam asetat anhidrat = 2200000000 x 0.01 = Rp. 22000000,-


GPM = (harga x massa/massa triacetin)produk (hargax masaa/masaa triacetin) reaktan
= (28270000 x 0,333333333 + 11000000 x 0,14683103+2000000) - (2470000x
0,14067489+ 10660000x 0,3394849)
=7072098,71 /ton n triacetin

Anda mungkin juga menyukai