Anda di halaman 1dari 88

Ini Tips Memilih Kemasan

Makanan yang Aman


Sabtu, 07 November 2015 – 02:00 WIB

Ilustrasi Nasi Bungkus/ Portalkesehatan.com

JAKARTA- Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan efek samping


penggunaan kertas non kemasan menjadi salah satu penyebab maraknya peredaran
kemasan pangan berbahaya. Di samping itu, ada sebagian masyarakat yang lebih
mempertimbangkan harga murah daripada kesehatan.

"Sebenarnya tahu kalau kertas coklat kurang baik digunakan untuk membungkus makanan
tapi tidak terpikir kalau dampaknya seburuk itu," ujar Vina, 23, salah satu karyawati gerai
baju di Jakarta, Jumat (6/11).

Muhammad Adjidarmo, pengamat industri kertas, mengungkapkan, masyarakat harus


selektif memilih kemasan pangan yang aman. Yaitu jenis kemasan pangan primer
berbahan kertas lainnya adalah karton virgin fiber dan karton food grade.

"Secara kasat mata, tidak terlihat perbedaan yang mencolok karena keduanya terbuat dari
bahan dasar virgin fiber (serat alami) yang membuat tampilannya berwarna putih," tuturnya.

Namun, perbedaan akan terlihat di saat penggunaan, dimana karton virgin fiber akan
tembus minyak, sedangkan karton food grade tidak akan tembus minyak.
"Kemasan pangan berkategori food grade aman dan layak digunakan karena 100 persen
terbuat dari serat alami sehingga berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, serta bebas
dari kandungan bakteri dan senyawa berbahaya seperti benzene dan styrene (bahan baku
styrofoam) Dari segi lingkungan juga bersifat eco-friendly lantaran terbuat dari serat alami
yang mudah terurai," jelas Adjidarmo.

Oleh karena itu, masyarakat dapat lebih waspada ketika membeli produk makanan yang
masih menggunakan kertas daur ulang dan beralih menggunakan kemasan pangan
berbahan food grade yang dapat menjamin kualitas makana. Ini agar tidak rusak serta
menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari bahaya pencemaran hasil produksi kemasan
pangan berbahan dasar kertas bekas. (esy/jpnn)
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
1
PENDAHULUAN
Pelumas merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pelumasan yang
menjamin kinerja dan e siensi mesin. Oleh
karena itu, pelumas yang baik dan aman sangat
diperlukan. Pelumas yang banyak beredar di
pasaran secara komersial adalah jenis pelumas
dengan bahan dasar minyak mineral dan
KARAKTERISTIK PELUMAS FOOD GRADE GREASE BERBAHAN DASAR
MINYAK SAWIT DENGAN TAMBAHAN ANTIOKSIDAN
The Effect Of Antioxidants Addition On The Characteristics Of Palm Oil Base
Food Grade Grease
Tri Yanto*, Rifda Naufalin, Erminawati
Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto 53123
*Penulis Korespondensi: email triyantosuwarjo@yahoo.co.id
ABSTRAK
Minyak sawit memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan dasar pelumas food grade
grease tetapi minyak sawit memiliki kestabilan oksidasi yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan minyak mineral. Antioksidan dapat menunda terjadinya oksidasi pada food grade grease.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis antioksidan (TBHQ, BHT,
kombinasi TBHQ dan BHT) dan konsentrasi antioksidan (0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, dan 0.5%)
terhadap
karakteristik food grade grease. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental
dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dua ulangan. Faktor yang dicoba adalah jenis antioksidan
dan konsentrasi antioksidan. Variabel sikokimia yang diamati adalah kerusakan oksidasi, titik
leleh, pH, dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis antioksidan berpengaruh
terhadap titik leleh food grade grease sedangkan konsentrasi antioksidan berpengaruh terhadap
titik leleh dan tekstur food grade grease. Hasil terbaik berdasarkan zero one adalah food grade
grease
dengan penambahan antioksidan jenis TBHQ dan BHT dengan konsentrasi 0.3%. Food grade
grease
tersebut memiliki karakteristik dengan nilai ketahanan terhadap oksidasi 1a (tidak mengalami
korosi), titik leleh 125 °C, pH 7 serta tekstur 5.8 mm/detik (kategori nilai tekstur = NLGI 2).
Kata kunci: food grade grease, minyak sawit, tert-butyl hydroquinone, butylated hydroxytoluene
ABSTRACT
Palm oil has been reported in many studies to be potential as main ingredient for food grade
grease
base oil, but it has lower oxidative stability as compared to mineral oil. The addition of
antioxidants can
delay the oxidation reaction on food grade grease. This research aimed to study the effect of
different type
of antioxidant (TBHQ, BHT, combination of TBHQ and BHT) and different concentration of
antioxidant
(0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5%) on food grade grease characteristics. Several physychochemical
variables
such asoxidative defect test, melting point, pH and texture were observed. The results showed
that differ-
ent antioxidant caused the differences on melting points; and different antioxidant concentrations
caused
the differences on melting points and textures. According to zero-one analysis, the best
performance was
obtained from food grade grease formulated with combination of tert-butyl hydroquinoneand
butylated
hydroxytolueneantioxidant at 0.3% concentration. This food grade grease had speci c
characteristics as
follow: 1a level of oxidative resistance; 125 °C of melting point; 7 of pH and 5.8 mm/s (NLGI 2)
of texture.
Keywords: food grade grease, palm oil, tert-butyl hydroquinone, butylated hydroxytoluene
minyak sintetik yang cukup berbahaya bagi
produk pangan apabila kontak dengan produk
pangan. Food grade grease (FGG) merupakan
pelumas dengan bahan dasar minyak
nabati yang dalam penggunaannya aman
bagi kesehatan sekaligus tidak mencemari
lingkungan sehingga sangat bermanfaat bagi
industri farmasi, pakan ternak, kosmetika dan
industri pangan khususnya.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
2
Minyak nabati memiliki beberapa
kelebihan sebagai bahan dasar pelumas,
antara lain daya lumas yang lebih baik
daripada minyak mineral dan daya lekat
yang lebih baik pada bidang-bidang logam
yang basah atau lembap (La Puppung, 1986).
Oleh karena itu, penggunaan minyak sawit
sebagai bahan dasar pelumas, khususnya
pelumas FGG diharapkan dapat dijadikan
suatu alternatif bagi industri pangan dalam
menghasilkan produk-produk yang aman
bagi konsumen.
Penggunaan minyak sawit sebagai
bahan dasar pelumas juga memiliki
beberapa kelemahan, yaitu minyak sawit
mudah teroksidasi dibandingkan dengan
minyak mineral. Hal ini disebabkan
minyak sawit mengandung asam lemak tak
jenuh yang dapat menjadi target oksidasi.
Pelumas yang mengalami oksidasi akan
membentuk asam dan lumpur oksidasi.
Asam akan menimbulkan korosi bila aditif
antikorosi dalam pelumas sudah habis daya
perlindungannya (Pertamina, 1999). Untuk
mencegah terjadinya oksidasi pada pelumas
dapat ditambahkan aditif antioksidan.
Antioksidan yang umum digunakan ter-
masuk senyawa fenolik seperti butylated
hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene
(BHT), propil galat (PG), dan tert-butyl
hydroquinone (TBHQ) (Madhavi et al., 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jenis antioksidan
terhadap karakteristik food grade grease,
mengetahui pengaruh konsentrasi anti-
oksidan terhadap karakteristik food grade
grease.
BAHAN DAN METODE
Bahan yang digunakan dalam
pembuatan food grade grease adalah minyak
sawit re ned bleached and deodorized palm oil
(RBDPO) yang diperoleh dari Purbalingga,
minyak jarak dan asam sulfat dari Brataco
Purwokerto, litium (LiOH) Pertamina
Jakarta, Mono-Tert-Butil-Hydroquinon (TBHQ,
GrindoxTM Danisco Ingredients) yang di-
peroleh dari Toko Harum Sari Jakarta dan
BHT yang diperoleh dari Brataco Yogyakarta.
Penelitian dilakukan dengan menggu-
nakan metode eksperimental. Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Faktor yang diamati
adalah jenis anti oksidan dan konsentrasi
antioksidan. Jenis antioksidan yang
digunakan adalah tert-butyl hydroquinone
(TBHQ, A1), butylated hydroxytoluene (BHT,
A2), dan kombinasi TBHQ dan BHT dengan
perbandingan 1:1. Konsentrasi antioksidan
(persentase terhadap base oil) adalah
berturut-turut C0-5 yaitu 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4,
dan 0.5%. Kombinasi perlakuan seluruhnya
terdiri atas 3 x 6 = 18. Ulangan dilakukan
sebanyak dua kali sehingga diperoleh 36
unit percobaan. Metode formulasi food grade
grease mengacu pada metode penelitian
sebelumnya (Tri Yanto et al., 2006). Sebagai
pembanding parameter mutu, digunakan
satu produk grease merk cobra yang sudah
diperdagangkan secara komersial.
Parameter-parameter yang diuji
tersebut adalah kerusakan oksidasi yang
dilakukan dengan metoda korosi lempeng
tembaga (ASTM D 4048, 1984), pengujian
titik leleh yang dilakukan dengan metoda
uji dropipng point (ASTM D 2265, 1984), pH
(pH meter), dan pengujian tekstur dengan
menggunakan cone penetration (ASTM D 217,
1984).
Data yang diperoleh dianalisis dengan
uji sidik ragam (uji F) dan bila menunjukkan
pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan
DMRT dan regresi pada taraf 5%. Metode
analisis untuk memilih perlakuan terbaik
yang digunakan adalah zero-one. Metode
ini merupakan salah satu metode analisis
multikriteria. Metode zero-one pada dasarnya
metode untuk memilih yang alternatif terbaik
dan paling optimum dari beberapa alternatif
atas beberepa kriteria dalam mengambil
keputusan (Sutojo, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji kerusakan oksidasi
Berdasarkan hasil analisis ragam
diketahui bahwa tidak ada pengaruh nyata
antara jenis antioksidan yang digunakan
terhadap uji kerusakan oksidasi pada
food grade grease. Namun demikian, hasil
pengamatan seperti disajikan pada Tabel
1 menunjukkan bahwa semua food grade
grease yang dihasilkan memiliki daya tahan
kerusakan oksidasi yang baik.
Uji kerusakan oksidasi menunjukkan
bahwa semua food grade grease yang
dihasilkan memiliki ketahanan korosi
golongan 1a. Golongan 1a menandakan
bahwa lempeng tembaga belum mengalami
korosi. Uji kerusakan oksidasi menunjukkan
bahwa antioksidan TBHQ, BHT maupun
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
3
kombinasi antara TBHQ dan BHT cocok
digunakan sebagai aditif antioksidan
food grade grease walaupun tidak punya
pengaruh untuk meningkatkan/mengurangi
ketahanan oksidasi, mengingat saat ini
antioksidan TBHQ dan BHT umumnya
baru diaplikasikan sebagai antioksidan
pada industri pangan seperti pada minyak
nabati, minyak hewani, produk roti,
sereal, dan keripik kentang (Reische et al.,
2002), sedangkan penggunaannya sebagai
antioksidan pelumas kemungkinan belum
banyak diaplikasikan. Antioksidan yang
umum digunakan sebagai aditif pelumas
grease yaitu fenilalfa naftilamina, zink dibutil
ditiokarbonat dan dilauril selenida (Wartawan,
1998).
Hasil analisis ragam juga menunjuk-
kan bahwa tidak ada perbedaan nyata
akibat penambahan antioksidan terhadap
uji kerusakan oksidasi dari food grade
grease. Penambahan antioksidan pada food
grade grease memiliki efek penghambatan
yang sama dengan tanpa penambahan
antioksidan. Hal ini diduga karena antikorosi
yang ditambahkan pada saat pembuatan
food grade grease berupa zink sulfat (ZnSO4)
dan minyak jarak tersulfatasi sebesar 2%,
masih dapat mempertahankankan food
grade grease dari kerusakan oksidatif. Pada
penelitian sebelumnya, formulasi food grade
grease dengan antikorosi kombinasi minyak
jarak tersulfatasi dengan zink sulfat pada
konsentrasi 4% memiliki karakteristik terbaik
yaitu daya tahan korosi termasuk golongan
1a (Tri Yanto et al., 2006; Tri Yanto et al., 2009).
Menurut Pertamina (1999), aditif antioksidan
akan melindungi grease terhadap kerusakan
oksidatif jika antikorosi dalam grease sudah
habis daya perlindungannya.
Korosi disebabkan adanya udara atau
sebagai hasil dari reaksi oksidasi. Oksidasi
biasanya dimulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida. Tingkat
selanjutnya yaitu terurainya asam-asam lemak
disertai dengan konversi hidroperoksida
menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas (Rancidity) terbentuk oleh aldehida
bukan oleh peroksida. Jadi, kenaikan peroxyda
value hanya menyebabkan terjadinya oksidasi.
Tabel 1. Tingkat korosivitas pelumas dasar food grade grease akibat pengaruh aditif antioksidan.
Bahan Dasar Grease Jenis Antioksidan Konsentrasi
Antioksidan (%)
Uji Kerusakan
Oksidasi
Minyak Sawit RBDPO TBHQ 0.0 1a
0.1 1a
0.2 1a
0.3 1a
0.4 1a
0.5 1a
Minyak Sawit RBDPO BHT 0.0 1a
0.1 1a
0.2 1a
0.3 1a
0.4 1a
0.5 1a
Minyak Sawit RBDPO TBHQ + BHT 0.0 1a
0.1 1a
0.2 1a
0.3 1a
0.4 1a
0.5 1a
Grease Komersial ”Cobra” 1a
Keterangan:
1a = light orange (orange cerah)
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
4
Pencegahan korosi logam dapat dilakukan
dengan penambahan inhibitor korosi. Inhibitor
korosi yang dipakai yaitu penambahan
antioksidan dan sulfat (ZnSO4) serta minyak
jarak tersulfatasi sebesar 2% (Liston TV, 1992;
Belitz dan Grosch, 1999; Hendrawati, 2001; Tri
Yanto, 2002; Tri Yanto, 2009).
Titik leleh
Tujuan utama pemberian antioksidan
sebagai aditif food grade grease pada penelitian
ini adalah untuk mempertahankan food
grade grease dari reaksi oksidasi yang dapat
mempengaruhi kinerja mesin, namun
berdasarkan hasil analisis ragam dapat
diketahui bahwa ada pengaruh nyata akibat
perbedaan jenis antioksidan terhadap titik
leleh food grade grease. Menurut Calista (2006),
perbedaan titik leleh pada food grade grease
disebabkan perbedaan bahan dasar minyak
dan pengental yang digunakan dalam
pembuatan pelumas dasar food grade grease.
Gambar 1 menunjukkan besarnya titik leleh
dari setiap food grade grease yang ditambah
antioksidan. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa food grade grease dengan penambahan
antioksidan BHT memiliki titik leleh
dengan selisih suhu sebesar 5-6 °C apabila
dibandingkan dengan food grade grease dengan
penambahan antioksidan TBHQ maupun
kombinasi antara TBHQ dan BHT (1:1).
Penambahan antioksidan tidak
bertujuan mempengaruhi titik leleh food
grade grease, namun berdasarkan hasil
analisis ragam pada tingkat kepercayaan
95% menunjukkan bahwa penambahan
konsentrasi antioksidan berpengaruh
nyata terhadap titik leleh food grade grease.
Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2 yang
memperlihatkan bahwa besarnya konsentrasi
antioksidan menyebabkan titik leleh yang
uktuatif disebabkan pada saat terjadi
polimerisasi dengan aerasi (pengadukan)
yang seharusnya asam-asam lemak yang
ada dalam minyak saling berikatan silang
membentuk molekul-molekul yang lebih
besar dan komplek berantai C panjang
terhambat oleh aktivitas antioksidan
sehingga titik leleh food grade grease turun.
Besarnya titik leleh hasil penelitian berkisar
110-122 °C.
Kombinasi perlakuan antara jenis
antioksidan dan konsentrasi antioksidan
memberikan pengaruh nyata terhadap
peningkatan titik leleh food grade grease.
Fenomena tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3, food grade grease dengan
penambahan antioksidan BHT sebesar 0.1%
Gambar 1. Titik leleh food grade grease dengan aditif beberapa jenis antioksidan
Gambar 2. Pengaruh antara jenis antioksidan dengan konsentrasi antioksidan terhadap titik
leleh food grade grease
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
5
(A2C1) memiliki titik leleh yang paling rendah
yaitu sebesar 100 °C. Hal ini diduga karena
sifat sik dari BHT yang mempunyai titik
leleh yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan TBHQ dimana titik leleh untuk TBHQ
berkisar antara 126-128 °C, sedangkan titik
leleh untuk BHT hanya sebesar 70 °C (Reische
et al., 2002).
Food grade grease dengan penambahan
antioksidan berupa kombinasi antara BHT
dan TBHQ sebesar 0.3% menghasilkan food
grade grease dengan titik leleh tertinggi
yaitu sebesar 125 °C. Hal ini diduga
karena TBHQ dan BHT memberikan efek
sinergis apabila dimanfaatkan bersamaan
sehingga dapat meningkatkan titik leleh
food grade grease. TBHQ maupun BHT
memiliki gugus hidroksil yang melekat
pada rantai aromatik. Menurut Setiyarto
(2005), gugus hidroksil yang melekat pada
rantai aromatik menyebabkan semakin
kuat interaksi yang terjadi sehingga
memerlukan energi yang semakin besar
untuk memisahkannya.
pH
Dari hasil pengamatan yang
dibuktikan dengan analisis ragam dapat
diketahui bahwa tidak ada pengaruh
nyata antara jenis antioksidan terhadap
nilai pH food grade grease. Selain itu, dari
analisis ragam juga diketahui bahwa tidak
ada pengaruh nyata akibat penambahan
antioksidan terhadap nilai pH food grade
grease. Hasil pengamatan memperlihatkan
bahwa semua kombinasi perlakuan
menghasilkan food grade grease dengan pH
netral (pH = 7). Berdasarkan hasil penelitian
nilai pH dari TBHQ, BHT maupun
kombinasi antara TBHQ dengan BHT adalah
netral (pH = 7) sehingga penambahan ketiga
jenis antioksidan tersebut dalam berbagai
konsentrasi tidak berpengaruh terhadap pH
dari food grade grease.
Nilai pH yang diharapkan pada food
grade grease adalah nilai pH yang netral.
Menurut Nachtman dan Kalpakjian (1985),
food grade grease dengan pH rendah (asam)
berpotensi untuk meningkatkan terjadinya
korosi. Lebih lanjut Sudibyo (2004)
menjelaskan bahwa sejumlah kecil asam
dalam pelumas memegang peranan penting
untuk menghimpun kontaminan dari luar
ataupun hasil oksidasi dan menjadikan
aktif. Sifat asam pada umumnya korosif
pada logam. Sebaliknya, jika food grade grease
dengan pH tinggi, dapat menyebabkan
dermatitis atau infeksi kulit apabila food grade
grease kontak langsung dengan kulit. Oleh
karena itu, keasaman yang tinggi maupun
sifat alkali yang tinggi tidak diharapkan
terjadi sebagaimana terjadinya oksidasi pada
food grade grease.
Tekstur
Tekstur tidak menunjukkan kualitas
grease. Dalam penggunaannya, tekstur grease
disesuaikan dengan kondisi kerja mesin.
Menurut Pertamina (1999) konsistensi atau
kekerasan yang berbasiskan sabun (soap
based grease) bergantung pada parameter
yang berkaitan dengan bahan pengental
yaitu jumlah sabun, panjang rantai asam
lemak, derajat perpanjangan, jumlah asam
lemak jenuh, adanya gugus polar pada
rantai asam lemak, inklusi dari perubahan
struktur khusus dan ukuran partikel,
tetapi berdasarkan hasil analisis ragam
pada penelitian ini menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi antioksidan
memberikan efek nyata terhadap tekstur food
grade grease.
100
103
109
111
112
112
113
113
113
114
115
116
117
119
120
122
124
125
0
20
40
60
80
100
120
140
A2C1
A2C2
A1C4
A3C1
A1C5
A3C0
A1C0
A2C0
A3C5
A3C4
A2C5
A2C4
A2C3
A3C2
A1C1
A1C2
A1C3
A3C3
Kombinasi perlakuan
Titik leleh (
oC)
Gambar 3. Kombinasi perlakuan jenis antioksidan (A) dan Konsentrasi antioksidan (C) terhadap
titik leleh food grade grease (standar deviasi = 6.51)
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
6
Pada Gambar 4, diketahui bahwa
bertambahnya konsentrasi antioksidan memi-
liki kecenderungan untuk meningkat-kan
tekstur food grade grease, namun penambahan
yang melebihi 0.4% cenderung menurunkan
tekstur. Food grade grease dengan penambahan
konsentrasi antioksidan sebesar 0.4% meng-
hasilkan food grade grease yang lunak dengan
nilai tekstur sebesar 6.06 mm/detik (NLGI
1). Berdasarkan analisis regresi didapatkan
persamaan Y = -11 X2 + 7.4954 X + 4.6651
yang menggambarkan hubungan antara
konsentrasi antioksidan yang diberikan
terhadap tekstur food grade grease yang
terbentuk.
Tekstur yang terbentuk dikarenakan
adanya reaksi penyabunan antara
trigliserida dari asam lemak dengan basa
yang menyebabkan ikatan ester putus dan
dihasilkan gliserol dan sabun. Pembuatan
food grade grease terjadi reaksi penyabunan
dengan adanya bahan pengental litium
(LiOH). Proses penyabunan, asam lemak
pada minyak sawit dihidrolisis oleh basa yang
terkandung dalam bahan litium, H+ ditarik
dari gugus karboksilat dan terbentuklah
anion karboksilat. Anion karbokilat bereaksi
dengan Li+ membentuk sabun litium (Belitz
dan Grosch, 1999; Tri Yanto et al., 2007; Tri
Yanto dan Septiana, 2012).
Food grade grease minyak sawit memiliki
tekstur yang lebih lembek (NLGI 1-2)
dibandingkan grease komersial (NLGI 3). Pada
umumnya grease yang digunakan memiliki
tekstur standar NLGI 1 – 3. Adanya bahan
pengental litium menentukan tekstur grease.
Penambahan litium pada food grade grease
minyak sawit membuat grease tersebut
memiliki sifat lembut, berbentuk seperti
mentega, dan umumnya kedap air dengan
baik. Tekstur yang lebih lembut (NLGI 1 - 2)
memudahkan konsumen dalam pemakaian,
khususnya untuk penggunaan pada bagian
alat/mesin dengan lubang yang sempit (Tri
Yanto et al., 2005; Tri Yanto, 2010),
Kekerasan food grade grease bergantung
pada karakteristik pengental antara lain
jumlah sabun dan ukuran partikelnya
(Lubrizol, 2002). Tekstur yang dihasilkan
perlakuan terbaik lebih lunak daripada grease
komersial. Hal tersebut disebabkan jumlah
bahan pengental yang digunakan masih
sedikit yaitu 3% dari total base oil.
Food grade grease pada penelitian
ini terdiri atas tiga komponen dasar yaitu
minyak sawit RBDPO sebagai bahan
dasar, litium sebagai pengental serta
aditif berupa antikorosi dan antioksidan.
Uji kerusakan oksidasi dilakukan untuk
mengetahui kestabilan food grade grease yang
telah ditambahkan antioksidan terhadap
kerusakan oksidasi yang terjadi. Selain
untuk mengetahui pengaruh antioksidan
terhadap kestabilan oksidasi pada food
grade grease, penambahan antioksidan
ternyata juga berpengaruh nyata terhadap
titik leleh dan tekstur dari food grade grease.
Hal tersebut telah dibuktikan melalui hasil
analisis ragam dengan tingkat kepercayaan
sebesar 95%.
Hasil terbaik berdasarkan uji zero-one
adalah food grade grease dengan penambahan
antioksidan jenis kombinasi TBHQ dan
BHT dengan konsentrasi sebesar 0.3%.
Perbandingan hasil uji antara formulasi
terbaik food grade grease berbahan dasar
minyak sawit RBDPO terhadap grease cobra
dapat dilihat pada Tabel 2.
Karakteristik pelumas food grade grease
yang dihasilkan pada dasarnya ditentukan
oleh tiga hal yaitu mutu bahan dasar pelumas
(base lube), proses pengolahan bahan dasar
pelumas dan bahan pengental serta bahan
aditif yang ditambahkan (Pertamina, 1999;
Gambar 4. Pengaruh konsentrasi antioksidan terhadap tekstur pelumas dasar food grade grease
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
7
Tri Yanto, 2011). Food grade grease perlakuan
terbaik memiliki daya tahan terhadap
kerusakan oksidasi, sepadan dengan ”Cobra”
dan termasuk golongan 1a (orange terang
mirip lempeng tembaga murni). Hal tersebut
dikarenakan antioksidan yang ditambahkan
dalam food grade grease dapat menghambat
oksidasi dengan cara melepaskan hidrogen
dari gugus hidroksil dan membentuk
senyawa lipid yang lebih stabil dan radikal
antioksidan (Reische et al., 2002).
Grease dengan titik leleh yang rendah
dapat menyebabkan grease kehilangan daya
dukung serta fungsi perapatnya sehingga
akan menyebabkan kebocoran dan berakibat
pada gagalnya pelumasan. Oleh karena itu,
dibawah kondisi operasi mesin, dibutuhkan
grease dengan titik leleh yang tinggi sehingga
dapat mempertahankan bentuknya (semi
padat) dan tetap tinggal pada tempatnya.
Berdasarkan data yang terdapat pada
Tabel 2, dapat dilihat bahwa food grade
grease perlakuan terbaik pada penelitian
ini memiliki titik leleh sebesar 125 °C. Titik
leleh tersebut jauh lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan grease komersial
”Cobra” yang hanya berkisar 98 °C. Hal
ini menunjukkan bahwa food grade grease
perlakuan terbaik akan tetap melumasi serta
melindungi permukaan mesin dari gesekan
akibat dua permukaan yang saling kontak
sampai suhu operasi mesin mencapai 125 °C,
sedangkan grease komersial ”Cobra” akan
menetes pada suhu operasi mesin 98 °C yang
akhirnya mengarah kepada gagalnya sistem
pelumasan.
Nilai pH food grade grease perlakuan
terbaik menunjukkan pH netral (pH = 7)
sepadan dengan nilai pH dari grease komersial
”Cobra”. Nilai pH yang diharapkan pada
food grade grease adalah pH yang netral.
SIMPULAN
Jenis antioksidan berpengaruh ter-
hadap titik leleh food grade grease, tetapi tidak
berpengaruh pada uji kerusakan oksidasi,
pH dan tekstur food grade grease. Semua food
grade grease yang dihasilkan memiliki daya
tahan yang baik terhadap kerusakan oksidasi
(golongan 1a). Penambahan antioksidan
campuran TBHQ dan BHT konsentrasi
0.3% menghasilkan food grade grease dengan
titik leleh tertinggi (125 °C), sedangkan
penambahan antioksidan BHT konsentrasi
0.1% menghasilkan food grade grease dengan
titik leleh terendah (110 °C).
Konsentrasi antioksidan tidak mem-
berikan pengaruh terhadap uji kerusakan
oksidasi. Semua food grade grease yang
dihasilkan memiliki daya tahan yang baik
terhadap kerusakan oksidasi (golongan
1a). Perbedaan konsentrasi semua jenis
antioksidan memberikan efek uktuatif
terhadap titik leleh food grade grease yang
berkisar antara 110-122 °C. Semakin tinggi
konsentrasi semua jenis antioksidan
menyebabkan tekstur food grade grease
semakin lunak. Food grade grease dengan
konsentrasi antioksidan sebesar 0.4%
menghasilkan tekstur paling lunak yaitu
sebesar 6.07 mm/detik (NLGI 1), sedangkan
food grade grease tanpa penambahan
antioksidan menghasilkan tekstur paling
keras yaitu sebesar 4.69 mm/detik (NLGI 3).
Penambahan antioksidan jenis
kombinasi TBHQ dengan BHT (1:1) sebesar
0.3% menghasilkan karakteristik food
grade grease terbaik. Kombinasi tersebut
menghasilkan food grade grease dengan
ketahanan terhadap kerusakan oksidasi yang
baik (golongan 1a), titik leleh 125 °C, pH 7
dan tekstur 5.8 mm/detik (NLGI 2).
DAFTAR PUSTAKA
American Society For Testing and Materials
(ASTM). 1984. ASTM and Other Spesi-
cations and Classi cations For Petro-
leum Products and Lubricants. ASTM,
Philadelphia
Belitz HD and Grosch W. 1999. Food Chemistry.
Springer, Berlin
Calista S. 2006. Formulasi Food Grade Grease
Berbahan Dasar Minyak Sawit Fraksi
Stearin Dengan Variasi Penambahan
Minyak Jarak, Bahan Pengental, dan
Antikorosi. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Tabel 2. Karakteristik antara formulasi food
grade grease terbaik dengan grease cobra
Karakteristik Perlakuan
Terbaik ”Cobra”
Kerusakan
oksidasi
1a (orange
cerah)
1a
(orange
cerah)
Titik leleh
(ºC) 125 98
pH 7 7
Nilai Tekstur NLGI 2 NLGI 3
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]
8
Unsoed. Purwokerto. (Tidak dipubli-
kasikan)
Hendrawati TY. 2001. Kajian Pengaruh An-
tioksidan Golongan Aminik Terhadap
Ketahanan Oksidasi Minyak Sawit Pada
Berbagai Tingkat Kemurnian. Tesis Mag-
ister. Program Pascasarjana IPB, Bogor
La Puppung P. 1986. Minyak Jarak Memiliki
Potensi Sebagai Bahan Dasar Minyak
Lumas. Lembaran Publikasi Lemigas.
20(4): 55-64
Liston TV. 1992. Engine Lubricant Additives
What They Are and How They Function.
Lubrication Engineering. 48(5): 389-397
Lubrizol. 2002. Greases Ready Reference. The Lu-
brizol Corporation, Ohio
Madhavi DL, Singhal RS, and Kulkarni PR.
1995. Technological Aspects of Food
Antioxidants. P. 159-265. In: Madhavi
DL, Deshpande SS, Salunkhe DK (Eds),
Food Antioxidants. Marcel Dekker, Inc.,
New York
Nachtman ES. and Kalpakjian S. 1985. Lubricants
and Lubrication in Metalworking Opera-
tions. Marcel Dekker, Inc. New Jersey
Pertamina. 1999. Pelumas dan Pelumasan. Dinas Pe-
nyuluhan dan Pengendalian Mutu Direk-
torat PPDN Pertamina, Jakarta
Reische DW, Lillard DA, and Eitenmiller
RR. 2002. Antioxidants. P. 489-516. In:
AkohCC, Min DB (Eds), Food Lipids.
Marcel Dekker Inc., New York
Setiyarto. 2005. Formulasi Dasar Pelumas
Grease Menggunakan Bahan Dasar
Minyak Kelapa dengan Variasi Tingkat
Kemurnian Minyak, Jenis Bahan Pen-
gental dan Jenis Antioksidan. Skripsi.
Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto
(Tidak dipublikasikan)
Sudibyo. 2004. Stress Corrosion Cracking
Stainless Steel AISI 304 dengan Vari-
asi Tegangan dan Media Korosi. Skripsi.
Fakultas Teknik, Undip (Tidak dipub-
likasikan)
Sutojo S. 1993. Studi Kelayakan Proyek: Teori dan
Praktek. Pustaka Binaan Pressindo, Ja-
karta
Tri Yanto. 2002. Kajian Kelayakan Minyak Ja-
rak (Ricinus communis L.) Sebagai Ba-
han Dasar Pelumas Ditinjau dari Aspek
Daya Tahan Kerusakan Oksidatif. Lem-
baga Penelitian Unsoed, Purwokerto.
(Tidak dipublikasikan)
Tri Yanto. 2009. Formulasi Pelumas Grease
Berbahan Dasar Minyak Goreng Be-
kas Industri Gorengan, Makalah Semi-
nar Nasional Pencapaian Ketahanan
Pangan: Hambatan dan Upaya Mewu-
judkannya. Purwokerto, 13 Agustus
2009. Pusat Penelitian Pangan, Gizi dan
Kesehatan Lembaga Penelitian Unsoed,
Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)
Tri Yanto. 2010. Formulasi Rolling Oil dengan Bahan
Dasar Jarak. Penerbit Malak, Malang
Tri Yanto. 2011. Produksi Pelumas Grease
Berbahan Baku Minyak Jelantah untuk
Skala Industri Kecil Pedesaan : Studi
Pengadukan Secara Manual. Prosiding.
LPPM UNSOED. Purwokerto
Tri Yanto dan A.T. Septiana. 2012 Peman-
faatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) sebagai Bahan Dasar Pelu-
mas Grease. Jurnal Teknologi Pertanian.
Vol 13(1): 34-42
Tri Yanto, Erminawati, dan Kristiani A. 2005.
Pemanfaatan Minyak Nabati dan Batu-
an Fosfat Alam dalam Pembuatan Pe-
lumas Dasar Grease. Di dalam : Peran
Ilmu Kimia dalam Pengembangan Sum-
ber Daya Alam yang Berwawasan Ling-
kungan. Prosiding Seminar Nasional Kimia
II. Yogyakarta, 31 Januari 2005. Jurusan
Ilmu Kimia, FMIPA, UII, Yogyakarta
Tri Yanto, Erminawati, dan Masrukhi. 2006.
Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas
Sebagai Bahan Dasar Pelumas Grease
Berkualitas, FakultasPertanian, Unsoed,
Purwokerto (Tidak dipublikasikan)
Tri Yanto, Erminawati, dan Naufalin R. 2007.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease
dengan Bahan Dasar Minyak Sawit. Lem-
baga Penelitian. Unsoed, Purwokerto
(Tidak dipublikasikan)
Tri Yanto, Naufalin R, dan Erminawati. 2009.
Pengaruh Penambahan Antikorosi ter-
hadap Karakteristik Pelumas Food Grade
Grease dengan Bahan Dasar Minyak Sa-
wit. Makalah Seminar Tahunan MAKSI.
Bogor, 25 November 2009. MAKSI, Bogor
Wartawan AL. 1998. Pelumas Otomotif dan In-
dustri. Balai Pustaka, Jakarta

Karakteristik Pelumas Food Grade Grease... (PDF Download Available). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/257273394_Karakteristik_Pelumas_Food_Grade_Grea
se_Berbahan_Dasar_Minyak_Sawit_Dengan_Tambahan_Antioksidan [accessed May 07 2018].
Food Grade Packaging Aman

Kali ini kami ingin membahas mengenai Food Grade Packaging. Kemasan makanan atau minuman
dengan fontatau desain logo yang eye catching memang cara ampuh untuk mendongkrak nilai jual,
tapi apakah cukup hanya menarik? Tentu tidak. Sebagai pengusaha kuliner, Anda juga memiliki
tanggung jawab untuk tidak membahayakan konsumen, yaitu dengan memastikan bahwa kemasan
yang digunakan sebagai wadah makanan maupun minuman, memenuhi persyaratan food grade.
Apa sih Food Grade Packaging itu? Sebenarnya secara luas, food grading itu sendiri mencakup
proses perijinan, pemilihan, hingga proses pengolahan bahan baku makanan dan atau minuman.
Termasuk juga cara penyajian dan pengemasannya. Terdapat beberapa jenis material yang biasa
digunakan sebagai kemasan food grade.

Source: etsy.com
Kertas

Hasil uji lab ISEGA menyatakan bahwa tiga jenis kertas berikut dinyatakan aman saat bersentuhan
langsung dengan makanan, tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan, tidak
mengubah rasa, serta tidak mentransfer unsur tertentu ke dalam makanan.
 Regular Sizing, yang umum digunakan
 Hard Sizing, digunakan untukmenyimpan makanan dalam kondisi dingin atau beku dengan tingkat
kelembaban tinggi, sekaligus dapat dipanaskan dalam microwave.
 Grease Resistance, kertas yang dapat menahan minyak
Bentuk kemasan berbahan kertas food grade Packaging yang umum ditemui antara lain lunch
box, paper plate, paper bag, atau paper cup. Berbeda dengan kertas koran bekas yang sering
dipakai untuk membungkus gorengan, atau kertas coklat untuk pembungkus nasi, dua jenis kertas
itu non food grade. Malahan beresiko merusak kesehatan karena suhu panas gorengan dapat
melunturkan tinta koran dan ikut masuk ke saluran pencernaan bersama gorengan yang dimakan.

Source: ohmy-creative.com
Plastik

Secara garis besar terdapat dua macam plastik, pertama resin termoplastik yang dapat diubah
bentuknya jika dipanaskan. Dan kedua, resin termoset yang hanya dapat dibentuk satu kali saja.
Nah ukuran aman pada plastik sebagai dasar dari Food Grade Packaging didasarkan pada besaran
migrasi bahan-bahan kimia yang membentuk plastik itu sendiri ke dalam makanan. Agar lebih
mempermudah, pada tahun 1998 The Society of Plastic Industry, Amerika mengeluarkan kode-kode
khusus untuk mengidentifikasi kemasan mana saja yang sudah food grade.
Berikut adalah daftar kode identifikasi kemasan Food Grade:
Source: wwf-indonesia
Jadi sebagai pengusaha yang bertangggung jawab, ada baiknya pastikan bahwa café Anda
memenuhi persyaratan food grade sehingga konsumen pun merasa aman 🙂
Makalah Peraturan Pemerintah tentang
Label dan Kemasan Pangan
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
LABEL DAN KEMASAN PANGAN
Makalah

Disusun oleh:

Amirah Yasminum S. (203136540110612)

Bertha Araminta Wahyudi (203131041956581)

Bryan Laurencius (203139682342042)

Felicia Agnes Octavia (203134462825230)

Marissa (203136468298829)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS ILMU HAYATI
UNIVERSITAS SURYA
2016

BAB I.
PENDAHULUAN
Label merupakan sarana dalam kegiatan perdagangan pangan yang memiliki arti penting bagi
konsumen. Informasi yang terdapat dalam label meliputi barang yang diperdagangkan akan
menjadi salah satu pertimbangan dalam memutuskan untuk membeli atau mengonsumsi pangan
tersebut. Tanpa adanya informasi yang benar, jelas, dan lengkap, akan timbul kesempatan bagi
produsen untuk melakukan kecurangan (Shofie, 2000).

Hak atas informasi tersebut merupakan salah satu hak yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada pasal yang
keempat. Penyampaian informasi yang benar mengenai suatu produk/ barang yang
diperdagangkan merupakan hal penting agar konsumen tidak salah gambaran mengenai produk
tersebut (Toar, 1998). Selain itu, pada undang undang tersebut dalam pasalnya yang ketujuh
terdapat pula kewajiban pelaku usaha untuk memberi informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996, pangan sebagai komoditas dagang


memerlukan dukungan sistem perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab sehingga tersedia
pangan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selain itu, dalam upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat, pangan yang tersedia harus aman, bermutu, bergizi dan beragam. Oleh
sebab itu, diperlukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan oleh pemerintah pada label
dan kemasan pangan sehingga pangan yang diperdagangkan tidak merugikan ataupun
membahayakan masyarakat sebagai konsumen.

Maka, dibentuklah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 tentang label
dan iklan untuk menjalankan undang-undang tersebut. Namun pada kenyataannya, masih
terdapat masalah mengenai produk pangan yang beredar di masyarakat yang tidak memenuhi
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut, sehingga meresahkan masyarakat.
Pada 1 Agustus 2013, BPOM menemukan 706 jenis produk pangan tanpa izin edar (130.374
kemasan) dan 429 jenis produk pangan yang tidak memenuhi ketentuan label (11.068
kemasan) (Amri, 2013). Perdagangan pangan yang tidak jujur ini dapat merugikan masyarakat
bahkan mengancam kesehatan dan jiwa masyarakat.

Peraturan pemerintah dibentuk tidak hanya semata-mata melindungi konsumen. Namun, secara
tidak langsung juga memberi jaminan dan kepastian hukum kepada produsen. Dalam kaitannya
antara peraturan pemerintah tersebut dengan kasus mengenai label dan kemasan pangan yang
terdapat di Indonesia. Maka, makalah ini memfokuskan pembahasannya kepada peraturan
pemerintah yang mengatur label dan kemasan pangan di Indonesia, analisis beberapa kasus yang
melanggar peraturan yang ada serta upaya penyelesaiannya sehingga diharapkan tidak ada lagi
pelanggaran yang dapat merugikan dan meresahkan masyarakat.

1. Mendeskripsikan peraturan mengenai label dan kemasan pangan yang berlaku di Indonesia.
2. Menganalisis kasus mengenai label dan kemasan pangan yang terjadi di Indonesia.
1. Hal apa yang dibahas dalam peraturan pemerintah tentang label pangan?
2. Bagaimana contoh kasus mengenai label pangan di Indonesia?
3. Hal apa yang dibahas dalam peraturan pemerintah tentang kemasan pangan?
4. Bagaimana contoh kasus mengenai kemasan pangan di Indonesia?
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
Secara umum, peraturan mengenai label dan kemasan diatur dalam Undang-Undang nomor 7
tahun 1996. Kemasan pangan diatur pada bagian keempat di bab kedua, sedangkan label pangan
diatur pada bab keempat dari undang-undang tersebut. Namun berdasarkan, Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam bab ketiga pasal lima ayat kedua, presiden
menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya.
Maka, terdapat label pangan diatur pula oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 69
tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, sedangkan kemasan pangan diatur oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi
Pangan. Namun, berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, bahan kemasan pangan akan diatur
lebih spesifik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011.
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 terdapat beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan mengenai label produk pangan. Pada pasal satu, disebutkan
bahwa label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada pasal dua, disebutkan bahwa
setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah
Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan
pangan. Label tersebut diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya,
tidak mudah luntur atau rusak, serta terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk
dilihat dan dibaca. Kemudian, informasi dasar yang perlu dicantumkan pada label mengenai
produk pangan yang bersangkutan adalah:

 – nama produk;
 – daftar bahan yang digunakan;
 – berat bersih atau isi bersih;
 – nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia;
 – tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa.
Pengawasan kemasan pangan di Indonesia diatur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia. Pengawasan kemasan pangan diatur dalam peraturan
nomor HK.03.1.23.07.11.6664 pada tahun 2011. Peraturan ini merupakan peraturan yang dibuat
untuk menyempurnakan peraturan sebelumnya yang dikeluarkan oleh BPOM
nomor HK.00.05.55.6497tahun 2007 mengenai bahan kemasan pangan. Hal ini dikarenakan
peraturan tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
Peraturan ini dibuat untuk melindungi masyarakat dari penggunaan kemasan pagan yang tidak
memenuhi persyaratan kemasan pangan.
Dalam peraturan pengawasan kemasan pangan, disebutkan bahwa kemasan pangan adalah bahan
yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung
dengan pangan maupun tidak. Kemasan pangan bahan alami adalah kemasan pangan yang
diperoleh dari tumbuhan atau hewani tanpa mengalami proses dan tidak mengalami perbuahan
sifat dan karakteristik dasarnya. Plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh
dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi atau proses serupa lainnya dari monomer atau
oligomer atau dengan perubahan kimiawi makromolekul alami atau fermentasi mikroba.

BAB III.
PEMBAHASAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 69 tahun 1999 terdiri dari delapan bab. Pada
bab pertama terdapat 1 pasal yang membahas tentang ketentuan umum berkaitan dengan makna
dari beberapa istilah yang akan dibahas dalam peraturan pemerintah ini. Pada bab dua terdapat
42 pasal yang dibagi menjadi 15 bagian. Bab kedua ini membahas tentang label pangan. Pada
bagian pertama terdapat 10 pasal yang mewajibkan setiap produk pangan di wilayah Indonesia
memiliki label dengan keadaan baik dan mudah dibaca, mengatur tata cara pelabelan serta
informasi yang perlu dicantumkan, larangan dalam pelabelan, dan tata cara pencantuman
informasi halal. Bagian kedua terdiri dari lima pasal yang mengatur tata cara pelabelan untuk
bagian utama label. Bagian ketiga hingga ketiga belas berisi tata cara pencantuman beberapa hal
dalam label yaitu tulisan pada label, nama produk pangan, bahan yang digunakan, berat bersih,
nama dan alamat, tanggal kadaluwarsa, nomor pendaftaran pangan, kode produksi, kandungan
gizi, keterangan iradiasi pangan serta rekayasa genetika, dan keterangan pangan sintetis. Pada
bagian keempat belas merupakan cara pelabelan untuk pangan olahan. Pada bagian kelima belas
merupakan cara pencantuman keterangan mengenai bahan tambahan pangan.

Pada bab ketiga, peraturan pemerintah ini mengatur mengenai iklan pangan yang dibagi menjadi
lima bagian. Pada bab keempat terdapat peraturan tentang pihak berwenang yang mengawasi
pelaksanaan peraturan ini. Pada bab kelima terdapat sanksi bagi setiap orang yang melanggar.
Bab keenam mengatur tentang peraturan yang bertentangan dengan peraturan ini. Pada bab
ketujuh terdapat peraturan mengenai objek dari peraturan ini. Terakhir ditutup oleh bab delapan
yang menyatakan peraturan ini berlaku satu tahun setelah peraturan diundangkan dan
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Peraturan tersebut diterapkan untuk kepentingan konsumen. Namun, masih terdapat pelanggaran
yang dilakukan oleh pihak produsen terkait label pangan. Berdasarkan berita yang dilansir
dari antaranews.com (Lampiran A), pada tahun 2006 produk minuman isotonik Mizone yang
diproduksi oleh PT Tirta Investama mengalami permasalahan dalam hal label. Permasalahan
tersebut berawal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh salah satu Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), yaitu Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet). Kombet
melakukan penelitian mengenai penggunaan bahan pengawet dalam minuman kemasan.
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2006 terhadap 15 buah minuman
kemasan. Minuman tersebut diuji pada tiga laboratorium, yaitu Sucofindo Jakarta, M-Brio
Bogor, dan Bio-Formaka Bogor. Berdasarkan hasil penelitian, Kombet menggolongkan sampel
dalam empat kategori. Kategori pertama adalah produk yang tidak mengandung natrium benzoat
dan kalium sorbat. Kategori kedua adalah produk yang mengandung pengawet natrium benzoat
dan mencantumkannya pada label kemasan. Kategori ketiga adalah produk yang mengandung
dua pengawet, yaitu natrium benzoat dan kalium sorbat. Produk yang termasuk dalam kategori
ketiga adalah Mizone, Boy-Zone, dan Zegar Isotonik. Kategori keempat adalah produk yang
mengandung pengawet dan tidak mencantumkannya pada label kemasan. Produk yang termasuk
dalam kategori keempat adalah Kopi Kap, Jolly Cool Drink, Zporto, Jungle Juice, Zestea, dan
Mogu-mogu (Media Konsumen, 2006). Kombet menemukan beberapa produk minuman
kemasan melakukan pembohongan publik dengan tidak mencantumkan sebagian atau seluruh
jenis bahan pengawet pada label kemasan. Laporan Kombet tersebut ditindaklanjuti oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Intelijen, 2013).
Pelanggaran yang dilakukan oleh PT Tirta Investama adalah tidak mencantumkan seluruh bahan
yang digunakan dalam membuat Mizone. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan pasal 22 ayat (1), untuk pangan yang
mengandung bahan tambahan pangan, pada label wajib dicantumkan golongan bahan tambahan
pangan. Salah satu bahan tambahan pangan adalah bahan pengawet. Produk Mizone tidak
mencantumkan seluruh bahan pengawet yang digunakan sehingga melanggar PP RI No. 69 tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 22 ayat (1). Selain itu, produk Mizone telah
melakukan kebohongan publik karena label kemasan berfungsi untuk memberikan informasi
bagi konsumen. Pelanggaran tersebut menyebabkan PT Tirta Investama memperoleh sanksi dari
BPOM. Sanksi tersebut berupa penarikan produk dari pasaran. BPOM memberikan waktu
kepada PT Tirta Investama selama dua minggu sejak tanggal 28 November 2006 untuk menarik
dan mengganti produk dengan label yang telah disetujui BPOM. Pada label yang baru
dicantumkan dua bahan pengawet yang digunakan di minuman Mizone. Kasus tersebut
memberikan kerugian secara finansial bagi pihak PT Tirta Investama karena perlu mengeluarkan
biaya lebih untuk menarik produk dari pasaran. Selain itu, penjualan Mizone menurun drastis
akibat pernyataan Kombet mengenai bahan pengawet. Hasil riset Kombet menyatakan 70%
minuman isotonik mengandung bahan pengawet, antara lain kalium sorbat dan natrium benzoat.
Menurut Kombet, konsumsi bahan pengawet tersebut secara terus-menerus dapat membahayakan
kesehatan konsumen. Namun, pernyataan tersebut dianggap menyesatkan dan meresahkan oleh
Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim), Willy Sidharta. Pernyataan tersebut
merugikan pihak produsen dan berdampak secara langsung terhadap kinerja industri (Suara
Merdeka, 2006).

Pemerintah, khususnya BPOM, perlu mempertegas peraturan mengenai label pangan dan
melakukan pengawasan terhadap produk yang telah beredar di pasaran. Hal tersebut perlu
dilakukan karena konsumen memiliki hak untuk memperoleh informasi yang benar mengenai
produk yang dikonsumsi.

Peraturan pengawasan kemasan pangan nomor HK.03.1.23.07.11.6664 pada tahun 2011


mencakup tujuh bab. Bab pertama membahas mengenai ketentuan umum yang berisi satu pasal
mengenai pengertian istilah-istilah yang mencakup pangan dan kemasan pangan. Bab kedua
terdiri atas tiga pasal yang berisi mengenai ruang lingkup peraturan ini, yang meliputi peraturan
mengenai bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan olahan, bahan yang diizinkan
digunakan sebagai kemasan pangan olahan dan bahan yang harus dilakukan penilaian dahulu
keamanannya sebelum dapat digunakan sebagai kemasan pangan olahan. Semua kemasan
pangan yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia kecuali kemasan pangan bahan alami
harus memenuhi ketentuan dalam peraturan ini.
Selanjutnya, bab tiga dalam peraturan ini membahas mengenai bahan yang dilarang digunakan
sebagai kemasan pangan. Bab empat berisi peraturan mengenai bahan yang diizinkan digunakan
sebagai kemasan pangan. Bab lima membahas mengenai bahan yang harus dilakukan penilaian
dahulu keamanannya sebelum dapat digunakan sebagai kemasan pangan. Bahan kontak pangan
meliputi kemasan pangan aktif, kemasan pangan keramik, karet, ada, kertas karton, plastik, kayu,
kain, lilin dan beberapa lainnya. Bahan kontak pangan yang diizinkan untuk digunakan sebagai
kemasan pangan diizinkan dengan persyaratan batas migrasi. Batas migrasi adalah jumlah
maksimum zat yang diizinkan berpindah ke dalam pangan. Batas migrasi bahan kemasan pangan
ditetapkan berdasarkan tipe pangan dan kondisi penggunaan.

Beberapa zat kontak pangan yang dilarang sebagai kemasan pangan plastik adalah zat pewarna,
penstabil, pemlastil, pengisi, perekat, curing agent, antioksidan dan pensanitasi. Beberapa zat
warna yang dilarang adalah alkanet, antimon, barut kromat, eosin, floksin, kadmium kuning,
kadmium merah, kadmium merah marun, kobalt ungu muda, kriosidin, kriosin, krom kuning,
magentam, rodamin, seng kromat, tembaga kromat, dan lainnya. Zat penstabil yang dilarang oleh
BPOM adalah kadmium stearat, golongan timbal seperti timbal borat, timbal linoleat, timbal
oleat dan lainnya. Zat pemlastis yang dilarang adalah buntil-metil karboksibutil-ftalat, dimetil-
sikloheksil ftalat dan isomer-isomernya, meril-metilkarboksietil ftalat, sedangkan zat pengisi
yang dilarang adalah asbes. Kemasan pangan dari bahan plastik daur ulang hanya dapat
digunakan sebagai kemasan pangan setelah memenuhi proses daur ulang dan dikelola dengan
sistem jaminan kualitas yang menjamin patik dari proses daur ulang memenuhi ketentuan dalam
peraturan ini.
Pelanggaran mengenai kemasan pangan yang tercantum dalam peraturan ini akan dikenakan
sanksi administratif yang dijelaskan dalam bab enam. Beberapa sanksi yang akan diberikan
berupa peringatan tertulis, larangan mengedarkan untuk sementara waktu, perintah penarikan
pangan dari peredaran dan atau perintah pemusnahan pangan, pembekuan atau pembatalan surat
persetujuan pendaftaran pangan. Sedangkan, bab tujuh berisi ketentuan penutup yang
menjelaskan mengenai berlakunya peraturan tersebut.

Peraturan tersebut diterapkan untuk menjamin keamanan konsumen. Akan tetapi, masih terdapat
penyimpangan dalam penggunaan kemasan pangan. Berdasarkan berita yang dilansir dari CNN
Indonesia (Lampiran B), plastik kresek hitam sempat banyak digunakan sebagai pembungkus
makanan. Plastik kresek hitam ataupun warna lainnya merupakan hasil daur ulang plastik dan
diberi pewarna yang penggunaannya bukan untuk pembungkus makanan. Penggunaan plastik
kresek hitam maupun kresek berwarna lainnya sebagai pembungkus makanan ini tidak sesuai
dengan peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang pengawasan kemasan pangan pasal 10 ayat 1,
yaitu ‘kemasan pangan dari bahan plastik daur ulang hanya dapat digunakan setelah memenuhi
proses daur ulang dan dikelola dengan sistem jaminan kualitas yang menjamin plastik dari proses
daur ulang memenuhi ketentuan dan peraturan ini’. Ketidaksesuaian terhadap ayat 1 disebabkan
oleh proses daur ulang sampah plastik menjadi plastik kresek berwarna dapat menggunakan
plastik yang riwayat penggunaan sebelumnya terkontaminasi logam berat ataupun terkena
kotoran, serta menggunakan beberapa bahan kimia yang berbahaya. Pada lampiran zat kontak
pangan yang dilarang dalam peraturan kepala BPOM tersebut, terdapat daftar zat kontak yang
dilarang digunakan pada kemasan pangan, termasuk untuk plastik daur ulang yang akan
dijadikan kemasan atau pembungkus makanan. Plastik kresek mengandung zat kontak seperti
senyawa kromium (Cr) sebagai pewarna serta zat penstabil seperti timbal (Pb) dan kadmium
(Cd) (Hadi, 2002). Berdasarkan peraturan kepada BPOM, penggunaan pewarna krom, seperti
krom kuning dan krom vermilion , serta pewarna kadmium kuning, merah, dan merah marun
termasuk dalam golongan zat pewarna yang dilarang. Selain itu, penstabil kadmium stearat,
timbal borat, timbal linoleat, timbal naftanat, timbal oleat, timbal perborat, timbal resinat, dan
timbal stearat termasuk dalam golongan zat penstabil yang dilarang.
Peringatan untuk tidak penggunaan plastik kresek sebagai kemasan pangan atau pembungkus
makanan telah diumumkan oleh BPOM pada Peringatan Publik tentang Kantong Plastik
‘Kresek’ nomor KH.00.02.1.55.2890 tahun 2009. Dalam peringatan publik ini disebutkan bahwa
kantong plastik kresek berwarna, terutama hitam kebanyakan merupakan produk daur ulang yang
sering digunakan untuk mewadahi makanan. Selain itu, dalam proses daur ulang menjadi plastik
kresek berwarna, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas wadah
pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat, dan lain-lain.
Pihak BPOM juga mengingatkan masyarakat untuk tidak menggunakan kantong plastik kresek
daur ulang untuk mewadahi langsung makanan siap santap.
Kandungan zat kimia pada plastik kresek, seperti timbal, kadmium, dan kromium dapat
membahayakan kesehatan manusia. Timbal (Pb) bersifat beracun baik dalam bentuk logam
maupun garamnya. Keracunan kronis akibat timbal dapat mempengaruhi sistem saraf dan ginjal
yang menyebabkan anemia, mempengaruhi fertilitas, menghambat pertumbuhan janin serta
memberikan efek kumulatif yang dapat muncul di kemudian hari (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, n.d.). Kadmium (Cd) juga berbahaya jika terakumulasi dalam tubuh manusia.
Kadmium berpengaruh secara jangka panjang pada tubuh manusia dan dapat terakumulasi
khususnya pada hati dan ginjal. Konsentrasi rendah kadmium dapat mengakibatkan gangguan
paru-paru, emfisema, dan renal tubular disease kronis. Keracunan kronis kadmium dapat
menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasiduria, serta
gangguan kardiovaskuler dan hipertensi (Rachman, 2015). Keracunan kronis yang diakibatkan
oleh kromium (Cr) dapat menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah
dan pendarahan, luka pada lambung, kerusakan ginjal dan hati, bahkan dapat menyebabkan
kematian (Rini, et al., 2014).
Pemerintah sebenarnya telah berupaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
bahaya penggunaan plastik kresek berwarna kepada masyarakat melalui peringatan publik yang
diumumkan oleh BPOM. Peringatan tersebut menyadarkan masyarakat untuk tidak
menggunakan plastik berwarna terutama hitam sebagai kemasan pangan. Sebaiknya, pemerintah
memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara lebih intensif melalui iklan layanan
masyarakat atau penyuluhan secara langsung ke pedagang-pedagang agar plastik kresek
berwarna tidak digunakan lagi sebagai kemasan pangan, serta memberikan penyuluhan untuk
mendorong masyarakat menggunakan plastik food grade sebagai kemasan pangan.

BAB IV. KESIMPULAN


Regulasi label pangan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Salah satu pelanggaran terhadap peraturan
label pangan adalah tidak mencantumkan seluruh bahan tambahan pangan yang digunakan pada
produk. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh salah satu minuman isotonik, yaitu Mizone. Produk
Mizone hanya mencantumkan salah satu bahan pengawet dari dua bahan pengawet yang
digunakan pada label kemasan. Hal tersebut melanggar PP RI No. 69 tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan pasal 22 ayat (1). Sanksi yang diberikan oleh BPOM kepada PT Tirta
Investama adalah penarikan produk di pasaran dan penggantian dengan label baru yang telah
disetujui BPOM.

Regulasi dan pengawasan kemasan pangan di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011
tentang pengawasan kemasan pangan, yang merupakan penyempurnaan dari peraturan
sebelumnya, yaitu Peraturan Kepala BPOM nomor HK.00.05.55.6497 tahun 2007 mengenai
bahan kemasan pangan. Salah satu contoh kasus mengenai peraturan kemasan pangan adalah
plastik kresek berwarna yang merupakan hasil daur ulang pernah digunakan sebagai kemasan
atau pembungkus pangan. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011
tentang pengawasan kemasan pangan pasal 10 ayat 1, karena proses daur ulang plastik tersebut
dapat menggunakan zat berbahaya yang mengandung timbal, kromium, dan kadmium yang
termasuk daftar zat dilarang dalam peraturan tersebut serta dapat didaur ulang dari sampah
plastik yang terkontaminasi logam berat. Zat-zat tersebut dapat membahayakan kesehatan
konsumen bila mengontaminasi makanan yang dibungkus.

REFERENSI
Amri, A. B., 2013. BPOM: 171.887 Kemasan Pangan Melanggar
Ketentuan, Jakarta: Kontan.co.id.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, t.thn. Keracunan Timbal. [Online]
Available at: www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/Timbal.pdf
[Diakses 29 April 2016].
Bambang, 2006. Antaranews. [Online]
Available at: http://www.antaranews.com/berita/48102/mizone-ditarik-karena-masalah-label
[Diakses 2016 April 22].
Hadi, S. N., 2002. Ancaman Polimer Sintetik Bagi Kesehatan Manusia, Bogor: Departemen
Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Intelijen, 2013. Akademi Angkatan Udara. [Online]
Available
at: http://lms.aau.ac.id/library/ebook/MJ_65_09_H/files/res/downloads/download_0021.pdf[Diak
ses 27 April 2016].
Media Konsumen, 2006. Media Konsumen (Media Komunikasi & Informasi Konsumen
Indonesia). [Online]
Available at: http://arsip.mediakonsumen.com/Artikel288.html#popup
[Diakses 27 April 2016].
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

Rachman, T., 2015. Pencemaran Logam Berat : Arsen dan Kadmium. [Online]
Available
at: https://www.academia.edu/16990174/PENCEMARAN_LOGAM_BERAT_ARSEN_DAN_K
ADMIUM
[Diakses 29 April 2016].
Rini, A., Daud, A. & Ibrahim, E., 2014. Analisis Risiko Kromium (Cr) dalam Ikan Kembung dan
Kerang Darah pada Masyarakat Wilayah Pesisir Kota MAKASSAR, Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Shofie, Y., 2000. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya. Bandung: Citra
Aditya bakti.
Suara Merdeka, 2006. Suara Merdeka. [Online]
Available at: http://www.suaramerdeka.com/harian/0612/08/ked01.htm
[Diakses 2016 April 30].
Toar, A. M., 1998. Tanggung Jawab Produk Sejarah dan Perkembangan. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Lampiran
1. Mizone Ditarik Karena Masalah Label
Jakarta (ANTARA News) – Produsen Mizone, PT Tirta Investama, menyatakan
penarikan produk minuman isotonik dilakukan karena hanya permasalahan label saja yang tidak
mencantumkan salah satu bahan pengawet dari dua yang dikandung oleh Mizone. “Penarikan
Mizone bukan terkait masalah kandungan bahan pengawet yang berbahaya seperti yang sudah
diberitakan beberapa terakhir ini, namun hanya masalah pencantuman kandungan zat di label
saja,” kata Direktur Pemasaran PT Tirta Investama, Didi Nugrahadi, kepada wartawan di Jakarta,
Rabu. Didi mengungkapkan ada dua jenis bahan pengawet yang terkandung di dalam Mizone
yakni kalium sorbat dan natrium benzoat. Namun, kata Didi, di label yang lama hanya satu bahan
pengawet yang tertera yakni kalium sorbat saja. Didi mengungkapkan pihak BPOM memberikan
waktu selama dua minggu terhitung sejak 28 November agar Mizone dapat ditarik dan diganti
dengan label yang baru. “Berdasarkan persetujuan yang telah diberikan oleh BPOM terhadap
label baru Mizone, kami tengah memproduksi label kemasan yang baru untuk memastikan
konsumen mendapat informasi yang selengkap-lengkapnya. Produk Mizone dengan label baru
tersebut akan tersedia di pasaran dalam waktu dekat,” kata Didi. Didi mengatakan, pihaknya
akan berusaha keras memenuhi tenggat waktu yang diberikan oleh BPOM. Namun, kata Didi,
penarikan itu tidak akan mudah karena terdapat sekitar satu juta retail, 30 depot dan 50
distributor Mizone di seluruh Indonesia. “Penarikan seluruh produk Mizone di Indonesia akan
memakan waktu lama. Jadi tidak tertutup kemungkinan kalau setelah 12 Desember, masih ada
Mizone yang menggunakan label lama. Tetapi konsumen tetap bisa mengonsumsinya karena
Mizone tetap aman,” kata Didi tanpa mau menjelaskan berapa produk Mizone yang sudah ditarik
hingga Rabu (6/12). Lebih lanjut Didi mengatakan, pihak PT Tirta Investama menyatakan
informasi tentang bahaya bahan pengawet yang terkandung di dalam Mizone tidak benar sama
sekali. Didi mengungkapkan informasi itu sudah menyesatkan, dan bertolak belakang dengan
persetujuan dari BPOM dan badan-badan otoritas internasional dalam keamanan pangan lainnya
yang mengategorikan kalsium sorbat dan natrium benzoat aman digunakan dalam produk
makanan dan minuman. “Persetujuan itu telah melalui pengujian ekstensif yang membuktikan
bahwa kedua bahan pengawet tersebut aman untuk kesehatan yang diatur dalam Permenkes
Nomor 722/Menkes/IX/88,” kata Didi. Didi mengatakan, dalam Permenkes Nomor
722/Menkes/IX/88 itu, diatur tentang kadar aman bagi tubuh untuk mengasup kalium sorbat
yakni 1.000 mg per liter dan natrium benzoat 600 mg per liter. “Kandungan kalium sorbat dan
natrium benzoat di Mizone masing-masing hanya 100 mg per liter. Jadi masih jauh dari batas
aman yang ditentukan oleh BPOM,” kata Didi.

1. Bahaya Plastik Hitam dan Kertas Bekas untuk Bungkus Makanan


Jakarta, CNN Indonesia – Tidak hanya kebersihan, kualitas, dan komposisi yang harus
Anda perhatikan ketika membeli makanan. Wadah yang digunakan sebagai tempat membawa
makanan juga patut menjadi perhatian.

Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Mustofa mengatakan terkadang makanannya sudah aman, tapi wadah yang digunakan
untuk makan atau membawa makanan itu sendiri ternyata juga mengandung bahan yang
berbahaya.

Mustofa mencontohkan penggunaan kantong plastik berwarna hitam merupakan salah satu
contoh wadah yang mengandung bahan berbahaya.

“Kresek hitam jangan digunakan untuk mewadahi makanan. Kita tidak tahu plastik itu dari mana
karena merupakan daur ulang,” kata Mustofa saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis
(17/9).

Ia mengatakan, sumber pembuatan plastik hitam yang berasal dari plastik daur ulang tidak jelas.
Katanya, bisa saja plastik tersebut dari sisa plastik pembuangan dari rumah sakit yang
mengandung banyak virus dan bakteri.

Namun, ia mengatakan saat ini penggunaan plastik hitam sudah berkurang. Pedagang maupun
masyarakat sudah banyak beralih menggunakan plastik bening.
Tidak hanya penggunaan plastik hitam yang dilarang. Penggunaan kertas bekas sebagai wadah
makanan juga ternyata tidak baik untuk kesehatan. Biasanya, kertas bekas sering menjadi wadah
gorengan.

Kepada Bidang SD dan PLB Dinas Pendidikan DKI Jakarta Kanti Herawati mengatakan
penggunaan kertas bekas untuk gorengan berbahaya. Tinta yang masih terdapat dalam kertas
akan mengeliarkan senyawa berbahaya jika terkena panas.

“Kalau beli gorengan baiknya bawa piring sendiri, jadi tidak dikemas dalam kertas,” kata Kanti.
Pengusaha kuliner di Indonesia saat ini sangat berkembang. Bisa dilihat sangat banyaknya jenis kuliner baru yang beredar
dipasaran. Dengan ini bisa kita katakan bahwa persaingan pun akan semakin ketat. Lalu bagaimana caranya meningkatkan daya
jual? Bagaimana jika dengan menggunakan kemasan makanan unik dalam memacu daya jual makanan anda.

Martabak Manis
Kemasan makanan yang unik dapat menjadi salah satu yang memiliki peran dalam meningkatkan penjualan, karena salah satu
fungsi kemasan makanan adalah sebagai sarana komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label design yang terdapat
pada packaging makanan. Oleh karena dari itu box makananyang dibuat dengan menarik akan memberikan pesan dan kesan
yang berbeda kepada calon konsumen yang membuat calon konsumen tertarik dengan produk kita.
Tapi sayangnya, saat ini masih banyak pengusaha kuliner yang menutup mata dengan fungsi lain dari kemasan makanan.
Karena akan banyak keuntungan yang akan didapatkan jika menggunakan packaging makanan yang di desain semenarik
mungkin. Pada saat ini hal yang paling pertama kali di perhatikan konsumen untuk adalah melihat dulu kemasan, kemudian rasa
dari makanan tersebut dan bentuknya karena kemasan yang tampak secara nyata. Hal itu jelas harus menjadi perhatian
khususnya bagi para pengusaha kemasan makanan untuk menampilkan desain-desain yang menarik dan menjual berbagai
macam jenis kuliner saat ini.
Banyak kemasan makanan yang tidak standar, seperti tidak memenuhi aspek estetika atau keindahan, ergonomis atau mudah
dipegang, dan faktor keamanan produk. Kemasan makanan masih banyak dibuat apa adanya, tidak ringkas, dan tidak sedikit
yang menggunakan kemasan yang berbahaya atau tidak aman untuk mengemas makanan, ini semua dikarenakan kurangnya
edukasi dan pengetahuan seputar kemasan makanan yang baik.

Kemasan Makanan 5 Sekat


Tidak sedikit pengusaha kuliner yang enggan untuk membenahi kemasan disebabkan masalah biaya dan mereka tidak tahu harus
mencari ke mana untuk membuat kemasan makanan yang lebih bagus dan aman untuk
mengemas makanan mereka. Greenpack adalah salah satu perusahaan kemasan makanan berbahan food grade paper yang
mampu memberikan pelayanan seputar packaging makanan untuk pengusaha kuliner, kami juga akan membantu memberikan
informasi tentang box makanan yang baik untuk mengemas makanan-makanan terbaik anda.
Starategi Pemasaran Melalui Kemasan
Kemasan makanan merupakan media pemasaran dalam menginformasikan produk. Pada kemasan terdapat beberapa informasi
yang sangat mendukung bagi orang yang pertama kali melihatnya seperti rasa, berat, waktu kadaluarsa dan informasi lainnya.
Sebelum kita menggunakan kemasan sebagai media dan strategi pemasaran, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ciri-
ciri desain kemasan produk yang bisa menjual yaitu :
 Dapat menciptakan daya tarik bagi konsumen

Tidak perlu membuat desain kemasan makanan produk yang mahal, yang pasti kemasan anda dapat menimbulkan rangsangan
bagi konsumen untuk membuat pertimbangan membeli produk anda.
 Cepat dikenali oleh konsumen.

Artinya desain kemasan makanan yang dibuat harus langsung dapat ditangkap maksudnya oleh konsumen tanpa harus berpikir
terlalu lama. Misalnya jika produk tersebut adalah martabak, maka martabak tersebut harus tampak menonjol pada
desain kemasan makanan. Sehingga begitu konsumen lihat produk tersebut, mereka langsung mengenali bahwa produk tersebut
adalah martabak, bukan donat.
Memang kemasan makanan kini disadari oleh pelaku usaha bukan lagi hanya memiliki fungsi melindungi dan membungkus
produk. Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk berfikir keras meningkatkan
fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk maupun
desainnya. Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik pada suatu produk karena alasan
warna, bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli karena impulse buying, gara-gara menariknya desain, atau
bentuk kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu
produk. Melalui kemasan makanan tersebut kesan (image) produk juga dapat dibentuk misalnya image sebagai produk yang
kokoh, awet, mewah atau tahan lama. Sehingga konsumen akan memilih produk tersebut karena sesuai dengan syarat yang akan
dibeli misalnya produk yang tahan lama, tidak mudah rusak dan terjaga kualitasnya.

Greenpack Kemasan Makanan yang memiliki daya tahan hingga 7 susunan


Konsumen seringkali membeli suatu produk tidak untuk segera dikonsumsi tetapi untuk persediaan, sehingga ia membutuhkan
produk yang terlindungi secara baik isinya, dari kerusakan, berkurangnya isi dan pengaruh cuaca. Dari sisi
distribusi, kemasan makanan juga memegang peranan penting karena dengan kemasan makanan akan mudah disusun,
dihitung, ditangani dan disalurkan secara lebih baik dan cepat. Kemudahan dalam distribusi
menjadikan kemasan makanan didesain tertentu dan dengan ukuran yang mudah untuk dipindahkan dari suatu tempat ke tempat
lainnya.

Kemasan Makanan Martabak


Posted on April 17, 2018 in Articles, Business by admin Leave a comment

Tags:Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade packaging,food
packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan kekinian,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box
Martabak adalah merupakan sajian yang biasa ditemukan di Arab Saudi terutama di wilayah Hijaz, Yaman, Malaysia,
Singapura, Brunei dan negara kita sendiri yaitu Indonesia. Nama asli martabak ini adalah Hok Lo Pan nama tersebut diciptakan
oleh orang-orang Hakka (Khek) Bangka yang berarti kue-nya orang Hok Lo. Di Indonesia ada dua varian jenis martabak yaitu
martabak asin atau biasa dikenal dengan martabak telur yang terbuat dari campuran telur dan daging biasanya ditambah dengan
daun bawang yang dicincang halus. Sedangkan martabak manis yang biasanya dikenal dengan “kue terang bulan”. Martabak
manis ini memiliki banyak sekali varian topping untuk menghiasi bagian atasnya. Ada varian kacang, keju, cokelat, strawberry,
red velvet¸ greentea, pisang, blueberry, dan beragam macam lainnya. Martabak manis ini mempunyai nama khas disetiap kota
yang ada di Indonesia selain tadi disebut kue terang bulan menurut warga kota Bandung, lain halnya sebutan di kota Pontianak
martabak manis ini biasa dikenal dengan “Apam Pinang”, kalau dibagian timur hampir sama dengan kota Bandung hanya ada
kata yang dihilangkan kalau dibagian timur mereka sebut dengan “Kue Bulan”.

Banyak pengusaha yang tertarik untuk terjun di bisnis kuliner martabak ini. Kenapa? Karena menurut kalangan anak muda saat
ini martabak adalah salah satu makanan yang hits dan kekinian banget. Selain rasanya yang enak dan gurih untuk martabak
telurnya sedangkan untuk martabak manis memiliki banyak varian yang membuat lidah selalu ingin bergoyang saat memakannya
membuat ketagihan. Para pengusaha kuliner martabak ini juga memanfaatkan kemasan makananmartabaknya untuk menarik
calon pelanggannya untuk semakin banyak membelinya. Para pengusaha ini mendesain semenarik mungkin agar packaging
makananmartabak ini dapat dengan mudah dibawa pulang orang para pelanggan dan tidak merusak tekstur dari martabak itu
sendiri.
Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu
produk kemasan makanan terbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan
makanan sesuai dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan
makanan greenpack, Kemasan makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box
makanan food grade, kemasan makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar
negeri sehingga sangat aman, memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp.
Kemasan makanan eklusif dengan beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti
panas dan kemasan makanan anti minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan
makananyang dapat dimasukan kedalam lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang
dapat didaur ulang, kemasan makanan yang ramah lingkungan.

Kemasan Makanan Kekinian


Posted on April 10, 2018 in Uncategorized by admin Leave a comment
Tags:Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade packaging,food
packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan kekinian,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box

Pada saat ini banyak sekali para pengusaha muda yang beramai-ramai terjun ke wisata kuliner yang “katanya” lebih cepat untuk
meraup pundi-pundi keuntungan. Dan yang pasti harus ada hal unik yang harus bisa menjadi iconic atau ciri khas dari setiap
usaha kuliner yang dijalankan. Kalau kata generasi milenial sih “kekinian atau ter-uptodate”. Salah satu caranya adalah
membuat kemasan makanan atau packaging makanan dengan desain yang elegan, simple dan iconic sehingga dapat menarik
lebih banyak pelanggan untuk membeli makanan yang kita jual.
Setelah kita membuat kemasan makanan, kita dapat memanfaatkan media sosial yang saat ini sangat mempengaruhi sebagai
media promosi yang mendunia. Kita bisa memposting foto-foto makanan dengan packaging makanan yang kekinian. Dan
membagikan kesemua media sosial yang kita punya.

Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu
produk kemasan makananterbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan makanan
sesuai dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan makanan greenpack, Kemasan
makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box makanan food grade, kemasan
makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar negeri sehingga sangat aman,
memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp. Kemasan makanan eklusif dengan
beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti panas dan kemasan makanan anti
minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan makanan yang dapat dimasukan kedalam
lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang dapat didaur ulang, kemasan
makanan yang ramah lingkungan.

Peduli Lingkungan
Posted on March 27, 2018 in Articles by admin Leave a comment

Tags:Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade packaging,food
packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan kekinian,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. Namun bagaimanakah pemenuhan kewajiban tersebut dapat dilaksanakan secara benar. Jika setiap
orang hanya bisa menumpuk sampah yang kemudian dikumpulkan ditempat pembuangan akhir, tanpa berfikir bagaimana
memproses tumpukan sampah itu. Meski sudah banyak gerakan masyarakat dalam hal pengelolan sampah, namun jumlahnya
belum sepadan jika dibandingkan dengan produksi sampah yang cenderung terus meningkat.

Di tempat penampungan sampah, sampah-sampah ini disortasi. Sortasi sampah merupakan bagian yang cukup rumit. Banyak
makan waktu dan tenaga, karena itu sebaiknya warga memisahkan sampah organik dan non organik sejak dari rumah-rumah,
seperti misalnya kemasan makanan dari styrofoam dipisahkan menjadi barang non-orgnaik, dan sisa-sisa makanan dimasukan
ke dalam sampah kategori organik. Hal ini perlu penyadaran yang terus menerus, mungkin perlu waktu lama tetapi harus dimulai
sejak dari sekarang. Mungkin sebagai perangsang bisa dengan memberikan reward bagi warga yang mau memisahkan
sampahnya. Rewardnya tidak perlu mahal-mahal, misalnya warga yang mau memisahkan sampahnya diberi hadiah tanaman hias
atau tanaman-tanaman yang lain.
Sebenarnya apabila dikelola dengan benar, sampah bukan lagi masalah. Sebaliknya sampah dapat digali nilai ekonomisnya, dapat
menampung tenaga kerja tidak terdidik, dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan masyarakat lainnya, sambil mengelola
lingkungan secara lebih baik. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah mensosialisasikan pengelolaan sampah yang benar kepada
masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Kegiatan sosialisasi tersebut bisa diberikan dalam acara PKK, rembug desa atau
semacamnya.

Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu
produk kemasan makanan terbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan
makanan sesuai dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan makanangreenpack, Kemasan
makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box makanan food grade, kemasan
makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar negeri sehingga sangat aman,
memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp. Kemasan makanan eklusif dengan
beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti panas dan kemasan makanan anti
minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan makanan yang dapat dimasukan kedalam
lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang dapat didaur ulang, kemasan
makanan yang ramah lingkungan.

Usaha Makanan Dengan Greenpack


Posted on March 20, 2018 in Uncategorized by admin Leave a comment

Tags:2018,Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade
packaging,food packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box,tangerang
Sekarang ini hampir semua rumah warga yang berada di samping jalan telah berubah menjadi bisnis makanan. Mulai dari Bakso,
Mie Ayam, Nasi Goreng, Kwetiau, dll) dijual menggunakan gerobak ataupun menggunakan etalase di depan rumahnya. Cukup
banyak juga yang membuka usaha makanan seperti ini, mereka melihat hal tersebut adalah peluang untuk mencari nafkah
ataupun sebagai tabungan masa depan.

Apakah Anda salah satu yang sedang menjalaninya? Pernahkah Anda berpikir untuk menaikkan hasil penjualan Anda 2x lipat?
Jika belum Anda dapat mencobanya dengan strategi menggunakan kemasan makanan yang menarik sebagai packaging
makanan Anda. Jika Anda adalah pebisnis makan yang menjual makanan kering, Anda dapat menggunakan dus makanan dari
bahan ivory untuk kemasan makanan Anda. Ivory adalah salah satu kertas yang berjenis food grade. Artinya, makanan Anda
akan aman apabila menyentuh kertas tersebut.
Ingat, kemasan makanan yang tepat akan meningkatkan nilai jual sebuah produk. Oleh karena itu, pilihlah kemasan
makanan yang tepat untuk produk anda.

Take Away Box? Greenpack-in aja!


Posted on March 5, 2018 in Articles by admin Leave a comment

Tags:2018,Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade
packaging,food packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box,tangerang

Take away box merupakan box makanan yang sering digunakan untuk membungkus makanan di sebuah rumah makan cepat
saji saat pelanggan ingin memakannya di tempat lain. Selain itu, kemasan makanan juga dapat berguna jika sebuah rumah
makan memiliki layanan katering & delivery order. Makanan dapat dimasukan ke dalam packaging makanan, kemudian
diantarkan ke pemesan.
Jika anda kesulitan untuk mendapatkan kemasan makanan, anda dapat coba menggunakan take away box Greenpack. Tersedia
beragam pilihan yang bisa sesuaikan dengan kebutuhan rumah makan cepat saji milik anda. Untuk memudahkan serta
pencerahan, box Greenpack ini sering digunakan untuk makanan seperti aneka mie, nasi goreng, ayam goreng, bebek panggang,
martabak, dim sum, chicken katsu, okonomiyaki (pizza jepang), dan masih banyak lagi.
Adapun berbagai macam tipe milik Greenpack adalah sebagai berikut :
 1C-1111 (Panjang : 10,5cm – Lebar : 10,5cm – Tinggi : 5cm)
 1C-1609 (Panjang : 16cm – Lebar : 9cm – Tinggi : 4,8cm)
 1C-1810 (Panjang : 18cm – Lebar : 10,5cm – Tinggi : 4,8cm)
 1C-1814 (Panjang : 18cm – Lebar : 14cm – Tinggi : 4,8cm)
 1C-2415 (Panjang : 24cm – Lebar : 15cm – Tinggi : 5,5cm)
 5C-2314 (Panjang : 23cm – Lebar : 14cm – Tinggi : 5,5cm)
 1T-1609 (Panjang : 18cm – Lebar : 9cm – Tinggi : 4cm)
 1T-1811 (Panjang : 18cm – Lebar : 11cm – Tinggi : 4cm)

Keunggulan dari take away box ini sangat banyak sekali. Seperti anti air dan minyak, tahan panas, dapat dimasukkan ke
dalam microwave / lemari pendingin, dan masih banyak lagi. Selain itu jika anda memesan take away box Greenpack, anda
diperbolehkan membranding kemasan makanan tersebut dengan brand dari rumah makan cepat saji milik anda. Brand milik
anda akan dicetak pada bagian kemasan makanan, sehingga akan menambah brand awareness kepada para pelanggan anda
beserta orang di sekitarnya.
Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu
produk kemasan makanan terbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan makanan
sesuai dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan makanangreenpack, Kemasan
makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box makanan food grade, kemasan
makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar negeri sehingga sangat aman,
memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp. Kemasan makanan eklusif dengan
beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti panas dan kemasan makanan anti
minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan makanan yang dapat dimasukan kedalam
lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang dapat didaur ulang, kemasan
makanan yang ramah lingkungan.

Pentingnya Branding Untuk Pengusaha Kuliner


Posted on February 21, 2018 in Uncategorized by admin Leave a comment

Tags:2018,Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade
packaging,food packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box,tangerang

Punya usaha rumah makan baru dan ingin usahamu lebih cepat dikenal? Sebaiknya anda menggunakan branding! Branding
adalah kegiatan pemasaran untuk memperkenalkan brand atau merek anda kepada orang banyak. Tujuan akhir yang dicapai
adalah masyarakat di sekitar ataupun di luar lokasi usaha anda mengenali merek usaha anda. Dengan demikian popularitas rumah
makan anda akan meningkat dan biasanya juga berefek pada meningkatnnya omzet anda.

Lalu branding seperti apakah yang cocok digunakan untuk usaha rumah makan?

Simak beberapa strategi branding untuk rumah makan di bawah ini :


1. Membuat spanduk Promosi

 Spanduk promosi sangat berguna sekali untuk menarik perhatian orang dari jarak yang sangat jauh. Semakin besar sebuah
spanduk promosi, semakin jauh pula orang yang dapat melihat spanduk anda. Hal ini berarti orang banyak yang melintasi
spanduk tersebut akan mengetahui tentang rumah makan anda. Oleh sebab itu, sebaiknya berikan kalimat yang tepat pada
spanduk guna menarik perhatian orang yang melihat untuk datang berkunjung ke rumah makan anda.

2. Membuat Brosur

 Jika anda membuat spanduk promosi untuk tujuan menarik perhatian orang banyak dan membuatnya mengunjungi tempat
anda, maka kurang lebih brosur memiliki fungsi yang hampir serupa namun dibedakan dengan jumlah informasi yang lebih
mendetail.Dengan brosur anda bisa menjelaskan berbagai hal lebih tentang rumah makan anda bahkan memasukan menu-
menu andalan anda agar orang lebih yakin terhadap rumah makan anda.

3. Mencetak logo di atas Dus Makanan


 Sering kali rumah makan menerima pesanan take away (layanan bawa pulang) hal ini jika dimanfaatkan dengan benar akan
menjadikan keuntungan besar yang sangat bermanfaat untuk rumah makan anda. Bagaimana caranya?

 Caranya adalah dengan mencetak kemasan take away anda dengan brand rumah makan anda. Dengan demikian saat orang
memesan take away maka orang tersebut secara tidak langsung akan mempromosikan brand anda tanpa sadar. Orang
tersebut akan membawa kemasan take away anda ke manapun dia pergi dan dilihat oleh siapapun yang berada di dekatnya.
Sangat bagus bukan?
Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu
produk kemasan makanan terbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan makanan
sesuai dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan makanangreenpack, Kemasan
makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box makanan food grade, kemasan
makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar negeri sehingga sangat aman,
memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp. Kemasan makanan eklusif dengan
beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti panas dan kemasan makanan anti
minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan makanan yang dapat dimasukan kedalam
lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang dapat didaur ulang, kemasan
makanan yang ramah lingkungan.

Belajar Desain Kemasan Makanan


Posted on February 12, 2018 in Articles by admin Leave a comment

Tags:2018,Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade
packaging,food packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box,tangerang
Fungsi dan Kegunaan utama dari sebuah kemasan makanan adalah untuk melindungi produk makananan Anda. Selain
melindungi box makanan juga dapat menjadi merek Anda. Buatlah desain yang semenarik mungkin, sebab packaging
makanan harus dapat menjual dirinya sendiri. Artinya Anda harus punya identitas merek yang kuat, yang mampu
mengkomunikasikan tentang produk Anda ke konsumen dengan jelas, relevan dan singkat.
Beberapa tips di bawah ini mungkin akan membantu Anda dalam membuat desain dus makanan:
1. Kenali identitas produk Anda

 Anda harus mempunyai pemahaman yang sangat dalam tentang produk Anda. Hal ini akan sangat berguna dalam
mendesain kemasan makanan produk Anda. Tanyakan pada diri Anda, produk mana yang sering dibeli oleh konsumen
Anda pertama kali. Apa produk Anda? Apa bedanya produk Anda dengan yang ada di pasaran? Siapakah target pasar
Anda? dan Apa filosopi perusahaan Anda? Pertanyaan di atas perlu Anda pikirkan. Jika Anda dapat menggabungkan
semua jawaban yang ada pada sebuah desain dan kemudian Anda menjadikan desain itu sebagai desain dari box makanan
Anda, maka Anda berpeluang besar untuk memenangkan persaingan pasar.

2. Buat itu simple

 Konsumen bukanlah pembaca setia Anda, mereka tidak terlalu suka membaca box makanan yang terlalu banyak
tulisannya. Yang mereka suka adalah memakan produk Anda, bukan membaca. Jadi buatlah itu sesimple dan semenarik
mungkin. Letakkan hanya tulisan yang sangat diperlukan saja.

3. Pendapat Desain

 Jika Anda sudah selesai membuat, tidak ada salahnya menanyakan kembali pendapat hasil desain Anda kepada orang-
orang yang ada di sekitar Anda. Jika menurut pendapat Anda dan pendapat mereka desain Anda cukup bagus dan menarik,
Anda dapat memakai desain tersebut.

Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu
produk kemasan makanan terbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan makanan
sesuai dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan makanangreenpack, Kemasan
makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box makanan food grade, kemasan
makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar negeri sehingga sangat aman,
memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp. Kemasan makanan eklusif dengan
beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti panas dan kemasan makanan anti
minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan makanan yang dapat dimasukan kedalam
lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang dapat didaur ulang, kemasan
makanan yang ramah lingkungan.

Daur Ulang Kertas


Posted on February 7, 2018 in Uncategorized by admin Leave a comment

Tags:2018,Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade
packaging,food packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box,tangerang

Kertas merupakan bahan yang kita gunakan sering kali di manapun kita berada. Keberadaanya mudah sekali kita temukan di
mana-mana. Akibat kertas yang dapat kita temukan sehari-hari ini, maka bisa dikatakan banyak pula kebutuhan yang
menggunakannya. Salah satu contoh termudah yang bisa kita temukan misalnya adalah packaging makanan.

Packaging makanan akhir-akhir ini mulai dibahas akibat banyak para pengusaha yang tidak mementingkan keselamatan para
penggunanya. Ada beberapa pengusaha yang lebih memilih mendapatkan profit yang lebih dibanding dengan memotong
sebagian profitnya untuk menggunakan packaging makanan yang lebih baik lagi.
Penggunaan kertas sangat dianjurkan sekali untuk keselamatan berbagai hal. Selain bermanfaat karena kertas ramah lingkungan,
kertas juga dapat Anda manfaatkan agar dapat didaur ulang untuk menjadi bentuk yang lain. Misalnya saja menjadi kanvas
lukisan, kertas undangan, paper bag, dll.

Banyak sekali manfaatnya jika Anda menggunakan kertas. Ditambah lagi keuntungan utama jika Anda menggunakan kertas
adalah Anda dapat menjadikan kertas tersebut sebagai media cetak untuk tujuan promosi. So, Jika Anda ingin menggunakan take
away box, gunakanlah take away box yang terbuat dari kertas. Sebagai contohnya adalah kemasan Greenpack.
Bagi anda para pengusaha kuliner, pemilik restoran dan jenis usaha makanan lainnya, kami perkenalkan salah satu produk food
grade packaging terbaik, kemasan makanan murah, kemasan makanan yang aman, dapat di desain kemasan makanan sesuai
dengan keinginan dan kemasan makanan yang ramah lingkungan yaitu Kemasan makanangreenpack, Kemasan
makanan greenpack merupakan produk cetak kemasan makanan, packaging makanan, box makanan food grade, kemasan
makanan kuah, packaging makanan anti bocor dengan kualitas terbaik dan bahan import dari luar negeri sehingga sangat aman,
memenuhi standard Indonesia. Kemasan makanan food grade yang dibuat dari virgin pulp. Kemasan makanan eklusif dengan
beragam keunggulan diantaranya menggunakan food grade paper, kemasan makanan anti panas dan kemasan makanan anti
minyak, kemasan makanan yang dapat digunakan didalam microwave, kemasan makanan yang dapat dimasukan kedalam
lemari es, kemasan makanan yang mudah dalam penggunaan, kemasan makanan yang dapat didaur ulang, kemasan
makanan yang ramah lingkungan.

Transformation of Styrofoam Usage to Food Grade Packaging


Posted on January 30, 2018 in Articles by admin Leave a comment
Tags:2018,Box Makanan,bungkus makanan,bungkus makanan anti bocor,bungkus makanan kuah,Dus Makanan,food grade
packaging,food packaging,jakarta,kemasan,Kemasan Makanan,kemasan makanan murah,lunch box murah,lunch box take
away,makanan,packaging,Packaging Makanan,packaging makanan food grade,paper lunch box,rice box,take away box,tangerang

In the current era of globalization, food packaging with Styrofoam ingredients has begun to be avoided by some in developed and
developing countries because the material is considered to be able to transfer or transfer harmful substances / toxic to the food we
will eat.

Besides, the use of styrofoam can also adversely affect our health if used in a long period of time. This is because the Styrofoam
food packaging material is made of styrene granules, which are processed using benzene. Benzene is included into substances
that can cause many diseases.

Some world institutions such as the World Health Organization’s International Agency of Research on Cancer and the EPA
(Enviromental Protection Agency) categorize Styrofoam as a carcinogenic substance (a substance that can cause cancer). This
should be a serious concern for entrepreneurs in the field of food or for the government and also for consumers. Well now is the
time we glance at the use of food-grade food package that does not contain chemicals and metals that are harmful to health.

Where food grade packaging is a term to describe a class of materials that are suitable for producing food supplies. A material is
considered food grade if it will not transfer or transfer toxic / toxic substances to the food we will eat. And this is proven through
laboratory testing at a trusted institution. Some other advantages of food packaging made from food grade:
• More hygienic
• Safe for consumption
• Looks exclusive
• Can be inserted into the microwave (max 60 seconds)
• Oil resistant
• Waterproof and non-leaking
• Thick and white bones

For those of you culinary entrepreneurs, restaurant owners and other types of food business, we introduce one of the best food
packaging products, cheap food packaging, safe food packaging, can be design food packaging in accordance with the wishes
and packaging of environmentally friendly food Packaging greenpack , Packaging of greenpack food is a food packaging printing
product, food packaging, food grade food box, food packaging, leafy food packaging with best quality and imported material
from abroad so it is very safe, meets Indonesia standard. Food grade packaging made from virgin pulp. Exclusive food
packaging with a variety of advantages including using food grade paper, anti-heat food packaging and anti-oil food grade
packaging, food grade packaging that can be used in microwave, food grade packaging that can be entered into the refrigerator,
easy-to-use food packaging, food packaging that can be recycled, environmentally friendly food packaging
Pangan merupakan kebutuhan yang fundamental, karena setiap orang membutuhkannya. Namun di
jaman yang semakin maju ini, produk pangan yang diinginkan tidak lagi sekadar mengenyangkan, namun
juga harus yang aman, menyehatkan, dan halal. Dalam hal keamanan pangan, salah satu faktor
penentunya adalah bahan kemasan yang digunakan.

Masalah keamanan keamanan kemasan pangan di Indonesia berhembus seiring dengan meningkatnya
kebutuhan konsumen akan pangan yang aman dan menyehatkan. Di Indonesia banyak produk pangan
yang dibungkus dengan menggunakan koran, kantong plastik hitam, dan kertas daur ulang yang tidak
mendapatkan perlakuan khusus untuk menjaga keamanan pangan. Hal itu mengemuka dalam seminar
Keamanan Kemasan Pangan Indonesia yang diselenggarakan oleh APP Sinar Mas di Jakarta pada 12
Nopember lalu.

Perkembangan positif industri pangan akan berdampak positif pula bagi industri pengemasan. Bussiness
Development Director, Indonesia Packaging Federation Ariana Susanti mengatakan, kemasan tidak
hanya berfungsi untuk melindungi makanan atau minuman yang ada di dalamnya, tetapi juga menjadi
daya tarik produk. “Packaging is a silent salesman,” ujar Ariana. Hal ini menegaskan pentingnya kemasan
untuk meningkatkan nilai produk di mata konsumen. Kemasan tentunya harus disesuaikan dengan jenis
produk.

Penggunaan bahan baku kemasan non food grade akan mengurangi kualitas makanan. Pengajar Ilmu
Pangan IPB Slamet Budiyanto mengatakan, mayoritas kemasan makanan di Indonesia masih
menggunakan kemasan non food grade seperti kertas koran, kertas duplex, dan kantong plastik hitam.
Ketiga bahan kemasan ini berasal dari daur ulang plastik dan kertas. Bahan baku kertas daur ulang tidak
dapat dilacak keberadaannya. Kertas daur ulang berpotensi mengandung logam berat, bahan kimia
organik, dan kemungkinan berasal dari proses de-inking yang tidak sempurna serta tidak mendapat
perlakuan khusus untuk mengemas makanan. Hesti
Kertas Food Grade Mendukung Keamanan
Produk Pangan

Salah satunya adalah yang dilakukan oleh PT Cakrawala Mega Indah (CMI) yang memproduksi kertas
khusus untuk produk pangan, dengan brand Foopak. Perusahaan dalam grup Sinar Mas ini memproduksi
kertas food grade sekaligus untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
plastik. ”Kami ingin membantu masalah tersebut dengan memproduksi kemasan makanan yang ramah
lingkungan, dan aman untuk kesehatan,“ jelas Head of product Entrepreneur Department PT Cakrawala
Mega Indah Anil Kumar Sharma dalam kesempatan bincang-bincang dengan FOODREVIEW
INDONESIA. Sejak dua tahun lalu, tambahnya, FooPak yang memiliki empat kategori produk tersebut
diproduksi secara bertahap, agar kesiapannya di pasar dapat dirancang dengan matang.

Product Manager-Fine paper Department PT CMI Yulina Waty menambahkan, bahwa empat kategori
Foopak tersebut adalah moisture proof paper, heat sealable paper, paper cup, dan grease proof paper.
Keempat kemasan ini mempunyai fungsi dan kelebihannya masing-masing.

Moisture proof paper secara khusus dirancang untuk aplikasi kemasan beku, yang juga dapat
dipanaskan dalam oven pada 1030C selama 10 menit. Kelebihan kemasan ini adalah food grade, dapat
diaplikasikan pada kemasan pangan yang disimpan pada refrigerator dengan rentang suhu yang lebih
luas. Kemasan ini cocok untuk produk kemasan seperti sandwich, atau ice cake boxes. Adapun Heat
sealable paper,merupakan kertas yang khusus dirancang tanpa lapisan PE, dan tentu saja food grade.
Kemasan ini cocok diaplikasikan pada paper plates, atau sandwich packaging. Heat sealable paper ini
belum mempunyai segmen pasar di Indonesia. Kertas ini lebih banyak beredar di pasar Eropa, Yulina
menambahkan, heat sealable paper mampu menyimpan makanan dalam waktu 3 hari dalam kondisi
tetap fresh.

Kategori kemasan berikutnya adalah paper cup, yang merupakan kertas dasar yang dirancang untuk
aplikasi gelas kertas, yang umum digunakan pada paper cups, noodle cup, coffee cup dan paper plates.
Kertas food grade yang khusus dirancang untuk produk pangan yang berminyak atau berlemak yakni
grease proof paper yang cocok sebagai wadah makan siang, bungkus burger, wadah french fries atau
wadah untuk chips.
Kontrol ketat proses produksi

Kertas food grade diproduksi secara khusus agar memenuhi persyaratan FDA (AS) maupun ISEGA

Pentingnya keamanan pangan serta produksi pangan yang bersifat lebih ramah lingkungan telah
mendorong banyak industri untuk menyediakan suatu produk yang mendukung ke arah itu.

Kertas Food Grade Mendukung Keamanan Produk Pangan

(Uni Eropa). Product Entrepreneur Manager Corporate Marketing PT CMI, Ramdes Pera menjelaskan,
semua kertas yang diproduksi terbuat dari kayu yang dijadikan pulp. Pulp tersebut diolah di mesin kertas,
sehingga terbentuklah lembaran kertas. “Semua produk kertas ini spesial, oleh karena itu dibutuhkan
perlakuan khusus dan kontrol yang sangat ketat, misalnya bahan yang dipakai menggunakan warna
asalnya, seperti putih keruh atau warna pulp, pemakaian bahan tambahan pun harus diperhatikan,
karena harus memenuhi syarat sebagai produk food grade,” kata Ramdes sembari menegaskan proses
produksi yang detail tersebut untuk memastikan tidak adanya proses migrasi ke dalam produk pangan
yang dikemas. FRI-14

Kemasan Makanan adalah bahan pelapis untuk melindungi isi produk. Kemasan makanan
memiliki berbagai jenis bahan, seperti plastik dan kertas. Kemasan ini berperan menjaga kualitas
produk. Makanan adalah satu hal yang sensitiv untuk kesehatan tubuh. Dengan kemasan Anda
dapat meminimalisir terhalangnya bakteri yang masuk

Dewasa kini, banyak yang menyalahgunakan jenis bahan untuk mengemas makanan. Menurut
mereka semua jenis kemasan sama dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis produk apa pun.
Nyatanya, itu sangat berbahaya lho untuk kesehatan. Dapat kita ambil contoh, bahan kemasan
yang sering digunakan adalah plastik.

Plastik memiliki berbagai jenis bahan. Bahan-bahan plastik mulai dari yang ramah untuk
makanan sampai yang dapat membahayakan makanan dan harus dihindari. Bahaya tersebut
disebabkan oleh zat kimia yang terkandung dalam plastik. Misalnya pada makanan panas,
makanan panas yang dikemas dalam plastik akan berbahaya karena plastik tersebut dapat
memuai.

Kemasan makanan memiliki jenis bahan tersendiri yang aman digunakan. Produsen biasanya
mengetahui kemasan makanan yang memiliki standar pengemasan food grade. Food
grade sendiri adalah standardisasi dari jenis kemasan yang diperbolehkan untuk penggunaan
makanan. Dengan menggunakan standar tersebut makanan panas aman dikonsumsi.
Eits, tidak hanya makanan panas kok. Bahan makanan atau makanan mentah dan makanan
matang lainnya juga dapat menggunakan jenis plastik food gradeini. Selain itu, buah-buahan
juga dapat dikemas dengan plastik food grade.Standardisasi tersebut dapat menjaga kualitas
makanan baik dari segi kandungan, manfaat, dan terlindungnya tekstur makanan agar tidak
rusak.

Produsen yang memilih kemasan makananfood gradesendiri harus melalui proses Quality
Control yang ketat. Proses produksi yang teratur dan higienis pun juga menjadi pertimbangan.
Biasanya produk yang terkemas food gradeini memiliki simbol tersendiri, seperti gelas garpu,
gelombang radiasi, simbol serpihan salju, dan dua piring dengan air di atasnya.
Jika kemasan tersebut tidak memiliki simbol-simbol di atas, perhatikan merek dagang yang
dipatenkan. Selain itu, bagi produsen makanan yang ingin membeli kemasan di toko kemasan
bisa meminta informasi terkait sertifikat food grade.Sertifikat tersebut juga dapat menjadi acuan
Anda agar lebih percaya bahwa kemasan sudah memenuhi standardisasi.

Selain dilihat dari standar di atas, Anda juga bisa melakukan beberapa langkah untuk
memastikan plastik tersebut aman digunakan. Berikut langkah-langkah yang bisa Anda lakukan:

 Cium aroma plastik, jika begitu menyengat tinggalkan. Aroma yang terlalu menyengat dapat
dipastikan plastik tersebut memiliki banyak kandungan zat kimia yang berbahaya.
 Perhatikan permukaan plastik. Plastik yang bagus memiliki permukaan yang halus, licin, dan
transparan. Hindari plastik yang memiliki warna buram.
 Lakukan pemeriksaan dengan merendam plastik ke air panas. Plastik yang bagus biasanya tahan
dengan air yang mendidih sekalipun.

Meskipun langkah-langkah tersebut bisa Anda gunakan, memilih kemasan dengan bahan food
gradetetap menjadi hal utama yang baik. Tidak hanya makanan, ternyata kemasan juga berlaku
pada produk lainnya, seperti peralatan masak, onderdil, dan lain-lain. Bahan kemasan produk
tentu harus dibedakan dengan kemasan makanan. Kemasan produk menggunakan non food
grade.Jangan sampai Anda salah menggunakan kemasan yah. Karena jika kemasan food
gradedigunakan untuk onderdil tentu kurang tahan. Sebaliknya jika kemasan produk onderdil
untuk makanan akan membahayakan untuk bahan-bahan makanan.

Agar hasil lebih maksimal untuk merekatkan kemasan, gunakanlah mesin kemasan. Hindari
penggunaan lilin untuk mengemas makanan. Menggunakan lilin akan membuat plastik menjadi
sedikit hitam mengerut. Hal tersebut dapat membuat konsumen tidak tertarik untuk membeli.
Plastik sebagai wadah makanan dan minuman memang sudah biasa digunakan. Namun sebaiknya
kita tidak sembarang memilih plastik sebagai wadah makanan. Jika tidak berhati-hati, materi yang
digunakan plastik akan berdampak buruk bagi kesehatan.

Plastik terdiri atas berbagai bahan kimia (monomer). Dalam kondisi tertentu, kontak antara plastik
dan makanan bisa menyebabkan migrasi (perpindahan) bahan-bahan kimia dari wadah ke
makanan.

Migrasi terjadi akibat pengaruh suhu panas makanan, penyimpanan, atau proses pengolahannya.
Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi kemungkinan terjadi migrasi. Lamanya waktu
penyimpanan makanan juga berpengaruh terhadap perpindahan materi berbahan kimia ini.

Semakin lama kontak antara makanan dengan kemasan plastik, semakin tinggi jumlah bahan kimia
yang bermigrasi ke makanan. Jika hal ini terjadi terus-menerus akan mengganggu kesehatan dan
bisa meningkatkan risiko kanker.
Dr Yadi Haryadi, pakar pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, berbagi kiat mengenali
plastik yang aman untuk wadah makanan dan minuman:

Wadah plastik untuk makanan harus memenuhi salah satu kriteria: simbol gelas dan garpu, tulisan
"Food Grade", atau tulisan "Approved by FDA", sehingga dinyatakan aman untuk digunakan sebagai
alat makan.

Jangan tergiur wadah yang berharga murah, tetapi memberikan resiko buruk bagi kesehatan. Lebih
baik memilih merek dagang yang sudah dipatenkan. Dan, beli dari penjual atau dealer resmi untuk
menghindari produk palsu.

Kriteria wadah plastik untuk makanan:


- Ada tanda food grade, yaitu logo gelas dan garpu, artinya plastik tersebut layak dipakai untuk
memproduksi perlengkapan makan.
- Ada tanda food safe, yaitu logo contreng, artinya makanan atau minuman tersebut aman tidak
terkontaminasi bahan-bahan kimiawi.
- Ada merek dagang yang dipatenkan, yaitu ada logo M (trade mark) atau R (registered). Artinya
produk tersebut sudah terdaftar dan terjamin keasliannya.

Kita sering melihat tanda "segitiga" pada kemasan makanan atau minuman. Di dalam segitiga
tersebut tercantum angka 1 - 7. Nah, setiap angka ada artinya, yakni:

1. PETE/PET.

PETE atau PET (polyethylene terephthalate). Botol jenis PETE/PET ini disarankan hanya untuk
sekali pakai. Bila terlalu sering dipakai, dan digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas,
akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat
karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker dalam jangka panjang.

Bahan PETE ini berbahaya bagi pekerja yang berhubungan dengan pengolahan maupun botol daur
ulang botol PETE. Pembuatan PETE menggunakan senyawa antimoni trioksida. Senyawa ini bisa
masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan dengan menghirup udara.

Seringnya menghirup senyawa ini bisa mengakibatkan iritasi kulit dan saluran pernapasan. Bagi
wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran. Bila melahirkan, anak
kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

2. HDPE.
HDPE (high density polyethylene). Botol plastik jenis HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat,
keras, buram dan lebih tahan pada suhu tinggi. Merupakan salah satu bahan plastik yang aman
untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan&minuman; yang dikemasnya. Sama seperti PETE, HDPE juga
disarankan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksidanya
meningkat seiring waktu.

3. V

Kode V,atau lebih dikenal PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.
Bahan ini ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol.

Reaksi yang terjadi antara PVC dan makanan yang dikemas dengan plastik ini berbahaya untuk
ginjal, hati dan berat badan. PVC mengandung DEHA (diethylhydroxylamine) yang berbahaya bagi
tubuh, biasanya bahan ini bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC
ini. DEHA ini bisa lumer pada suhu -15°C.

4. LDPE

LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic, dibuat dari minyak bumi),
biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol yang lembek.
Sifat mekanis jenis bahan LDPE ini adalah kuat, tembus pandang, fleksibel dan permukaan agak
berlemak, pada suhu 60 derajat sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap
air tergolong baik, bisa didaur ulang serta baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibelitas
tapi kuat.

Bahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara
kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP

Bahan jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat
makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol
minum untuk bayi.

Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan
berbagai makanan dan minuman. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang
rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.

6. PS

Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam
makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa
didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon
estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem
syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Bahan ini biasa dipakai sebagai bahan tempat
makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain

7. O
Bahan untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 macam, yaitu:
1. SAN,styrene acrylonitrile.
2. ABS,acrylonitrile butadiene styrene.
3. PC,polycarbonate.
4. Nylon.

Dapat dtemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang
mobil, alat rumah tangga, komputer, alat elektronik dan plastik kemasan.

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan,
dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer,
pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya
digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. PC (Polycarbonate) dapat ditemukan pada botol
susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan
dan minuman, termasuk kaleng susu formula.

SAN dan ABS dapat digunakan untuk tempat makanan. PC Dapat mengeluarkan bahan utamanya
yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan
tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman

Ada lagi tanda lain yang kadang juga tercetak pada kemasan.

Gambar pertama yaitu sendok dan garpu, berarti wadah tersebut aman bagi makanan. Gambar
kedua bergambar gelombang radiasi, artinya bahwa wadah tersebut dapat digunakan di microwave.

Gambar ketiga mirip dengan serpihan salju, berarti bahwa wadah tersebut dapat dimasukkan ke
freezer. Sedangkan gambar piring dan garis seperti hujan, artinya wadah tersebut dapat diletakkan
di mesin pencuci piring.

Setelah mengetahui lambang-lambang tersebut, ada baiknya kita mulai lebih memperhatikan
wadah-wadah yang kita miliki agar kita tidak salah menggunakannya, karena penggunaan yang
salah bukan saja merusak lingkungan, namun juga dapat merusak kesehatan kita
KOMPAS.com - Sifat sampah plastik yang sulit terurai menjadi persoalan karena merusak
lingkungan. Sekelompok mahasiswa International Institute for Life Science (i3L) pun turut mencoba
mencari jalan keluar, dengan mengembangkan bahan kemasan serupa plastik yang bahkan aman
dikonsumsi manusia. Adalah Monica, Firnita, Christina, Adisty, Olivia, Felicia Yosephine, Gianfranco
dan Kevin, kelompok mahasiswa yang berkolaborasi menghasilkan Plasmilk, bahan serupa plastik
menggunakan bahan dasar produk turunan susu. Ide dan proses pembuatan plasmik merupakan
bagian dari tugas akhir semester satu perkuliahan mereka di i3L. "Karena melihat banyak sungai
tercemar sampah plastik, kami kepikiran membuat (bahan serupa) plastik yang mudah terurai. Di
detik-detik terakhir, ide itu berkembang menjadi (bahan serupa) plastik yang bisa dimakan,” papar
Felicia (18 tahun), tentang ide kreatif di balik pengembangan Plasmik, saat dihubungi Kompas.com,
Minggu (22/1/2017). Plasmilk bisa aman dikonsumsi manusia, ungkap Felicia, karena berasal dari
polimer kasein—protein yang terkandung dalam susu sapi. Tak rumit Lalu, bagaimana cara
pembuatan plasmik? Langkah pertama yang mereka lakukan, tutur Felicia, adalah memanaskan 30
mililiter (ml) susu sapi. Pemanasan yang dilakukan tak sampai mencapai titik didih. Sesudahnya,
ditambahkan asam sitrat dengan takaran tertentu. Asam Sitrat adalah asam organik lemah yang ada
di daun dan buah tanaman dari genus citrus alias jeruk-jerukan. Dalam percobaannya, Felicia dan
kelompoknya menggunakan cairan lemon. “Satu lemon kami peras dan dapat cairannya sebanyak
60 ml. Lalu, kami tambahkan air agar keasamannya berkurang dari 0,3 mol—satuan atom—menjadi
0,1 mol per liter,” papar Felicia. Percampuran susu dan asam sitrat akan menghasilkan gumpalan
adonan. Dari sinilah bahan dasar Plasmik berasal. Hasil percampuran susu sapi dengan
lemon(Felicia / i3L) “Karena kami tidak punya alat cetak dan Plasmilk ini masih prototipe, kami
belum sampai tahap memproduksi (kemasan atau kantong pengganti) plastik,“ ucap Felicia.
Bagaimana dengan kualitasnya? Hasil penelitian Departemen Pertanian AS (USDA) menunjukkan,
kualitas kantong plastik berbahan dasar susu 500 kali lebih baik daripada plastik konvensional.
“(Bahan serupa) plastik jenis ini bisa mencegah oksigen dari luar masuk ke dalam. Jadi bisa
melindungi makanan yang ada di dalamnya dari udara luar” kata Felicia. Penelitian USDA menjadi
salah satu referensi tugas akhir tersebut karena di Negara Paman Sam juga sudah muncul
beberapa upaya serupa, mendapatkan alternatif bahan ramah lingkungan pengganti plastik.
Rencana bisnis Setelah mendapatkan Plasmik, kedelapan mahasiswa tersebut berencana pula
membuat rencana bisnis untuk pemasarannya. Motivasi untuk mewujudkan rencana itu makin kuat
karena salah satu poin kurikulum i3L adalah mendidik mahasiswanya memiliki kemampuan
wirausaha. “Mahasiswa di sini itu lulus tidak buat skripsi, tetapi membuat bisnis untuk memasarkan
produk temuannya,“ papar salah satu dosen Fakultas Bioentrepreneurship i3L, Sekar Wulan
Prasetyaningtyas, Senin (10/1/2017). Proyek pembuatan prototipe pada semester satu laiknya
Plasmik ini, lanjut Sekar, akan terus dikembangkan pada semester tiga kuliah para mahasiswa.
Prototipe tersebut, sebut dia, akan mulai dipamerkan juga di tempat ramai seperti mal. Saat
berbincang dengan Kompas.com, Felicia malah sudah punya ancang-ancang harga jual Plasmik,
yaitu Rp 14.000 per kilogram (kg). “Wajar harganya mahal karena ini bahan dasarnya susu dan
lemon. Dari harga itu kami bisa mendapatkan untung Rp 500 per kg dan akan dapat profit lebih lagi
bila kami membeli bahan dalam jumlah besar,“ kata Felicia. Dari kiri ke kanan, Christina, Monica,
Adisty, Olivia, FIrnita, Felicia dan Kevin (Felicia / i3L) Ke depan, ungkap Felicia, timnya berencana
mengembangkan juga versi Plasmik yang relatif lebih murah harganya. Biaya produksi bisa ditekan
antara lain dari penggantian bahan baku. Susu sapi cair, misalnya, bisa diganti kalsium kasein dari
ekstrak protein susu sapi berbentuk bubuk. Lemon sebagai sumber asam nitrat pun bisa diganti
dengan citrus pectin yang didapat dari dinding sel buah marga jeruk-jerukan. “(Harga versi ini) kira-
kira bisa lebih murah 50 persen dibandingkan bila menggunakan bahan asli susu dan lemon,
dengan hasil yang tetap dapat dimakan, tidak berbahaya, dan dapat terurai," papar Felicia. Darurat
sampah plastik Terobosan seperti yang dilakukan kedelapan mahasiswa i3L di atas bisa jadi
merupakan salah satu solusi untuk ancaman sampah plastik bagi lingkungan hidup. Terlebih lagi,
Indonesia juga dinilai sudah punya masalah serius terkait sampah plastik. Hasil riset Jenna R
Jambeck dan kawan-kawan pada 2015, misalnya, mendapati Indonesia merupakan negara
penyumbang sampah plastik ke laut yang terbanyak kedua di dunia, setelah China. Rata-rata, 0,48
ton sampai 1,29 ton sampah plastik masuk ke perairan Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Siti Nurbaya bahkan pernah pula menyatakan, penggunaan kantong plastik di Indonesia
mencapai 9,5 miliar kantong per tahun. "(Padahal) plastik sangat berbahaya karena tidak bisa
terurai ketika berada di alam dan diperkirakan baru bisa terurai dalam waktu 400 tahun," papar
Nurbaya seperti dimuat Kompas.com, Minggu (31/7/2016). Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Siti Nurbaya saat ditemui usai rapat koordinasi khusus tingkat menteri terkait Karhutla di
kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (19/1/2017).(Kristian Erdianto) Saat ini memang
sudah ada produk plastik yang diklaim ramah lingkungan alias berlogo biodegradable. Namun,
laporan PBB mendapati bahan itu tak seramah lingkungan seperti yang diharapkan. Dipublikasikan
untuk konvensi Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEA) di Nairobi, Kenya, pada Senin (23/05/2016),
laporan itu menengarai produk plastik biodegradable gagal terurai cepat di laut. Merujuk laporan
tersebut, plastik berlogo biodegradable butuh suhu minimal 50 derajat Celcius, terpapar langsung
radiasi ultraviolet sinar matahari, dan ada udara, untuk dapat cepat terurai. Prasyarat itu jauh
panggang dari api dengan kondisi bawah laut yang cenderung gelap, dingin, dan minim oksigen.
Beragam kalangan pun belakangan makin lantang menyuarakan penggunaan kantong atau tas
berulang kali pakai untuk belanja, sebagai upaya menekan penggunaan kantong plastik yang
dianggap murah dan praktis. Terobosan semacam pembuatan Plasmik ini, apalagi dimulai dari
kampus, bisa jadi merupakan ikhtiar solutif bagi persoalan sampah plastik yang sejatinya
merupakan ancaman bagi seluruh penghuni

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Khayalan, Kemasan Plastik Bakal Bisa
Dimakan", https://sains.kompas.com/read/2017/01/26/18110091/bukan.khayalan.kemasan.plastik.ba
kal.bisa.dimakan.
Penulis : Mikhael Gewati
Produk Kemasan Ramah Lingkungan yang Bisa
Dimakan
Empat Mahasiswa UPGRIS Sulap Kulit Pisang Kepok Jadi Edible Film
10 Juni 2017

793

Share
INOVATIF: Aufa Salsabila, Winda Tona Revilia, dan Rukayah menunjukkan hasil
penelitiannya. (JOKO SUSANTO/JAWA POS RADAR SEMARANG)

Kulit pisang kepok biasanya langsung dibuang sebagai sampah. Namun di


tangan tim Srikandi-Arjuna Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), kulit pisang
kepok disulap menjadi lembaran edible film atau kemasan yang dibuat dari
bahan yang dapat dimakan bersama produknya. Seperti apa?

JOKO SUSANTO

EMPAT mahasiswa kreatif itu adalah Aufa Salsabila, Winda Tona Revilia dan
Muhammad Hasan Anwar, ketiganya dari program studi Pendidikan Biologi,
serta Rukayah dari program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Mereka berhasil menyulap kulit pisang kepok menjadi lembaran edible film (bio
plastik) atau kemasan yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan.
Ketua Tim Srikandi-Arjuna, Aufa Salsabila, menjelaskan, ide memanfaatkan
kulit pisang kepok lantaran pihaknya kerap melihat kulit pisang dibuang begitu
saja. ”Kalau di desa masih dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Tapi, di kota
dibuang begitu saja,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Saat itulah muncul ide memanfaatkan kulit pisang menjadi produk yang
bermanfaat. Mereka memilih kulit pisang kepok karena dari beberapa
penelitian, kulit pisang kepok mengandung senyawa Pektin.

”Senyawa Pektin merupakan salah satu komponen dari hidrokoloid, sehingga


dapat digunakan untuk membuat kemasan pangan yang biodegradable atau
limbah yang dapat hancur atau terurai,” jelas mahasiswi yang akrab disapa
Salsabila ini kepada Jawa Pos Radar Semarang, Jumat (9/6).

Di sisi lain, pihaknya melihat banyak limbah kemasan plastik yang tidak bisa
terurai oleh tanah, dan tidak ramah lingkungan. Sehingga saat itulah muncul
ide memanfaatkan kulit pisang kepok menjadi edible film atau kemasan yang
bisa dimakan dan ramah lingkungan. ”Kami tidak sulit menemukan kulit pisang
kepok, karena di setiap pedagang pisang goreng atau kue molen pasti
menyisakan limbah kulit pisang,” katanya yang dalam penelitian ini dibimbing
langsung Dosen Biologi UPGRIS, Maria Ulfa.

Anggota tim Srikandi-Arjuna, Winda Tona Refiliya, menambahkan, timnya mulai


melakukan penelitian sejak pertengahan Maret hingga Mei lalu di Laboratorium
Biologi UPGRIS. Mahasiswi semester VIII tersebut mengatakan, dalam
pembuatan edible film, terlebih dahulu dilakukan pengukuran ketebalan dan
permeabilitas uap air.

Dikatakan Winda, penelitian tersebut dimulai dengan mengekstrak dan


memurnikan senyawa Pektin dari kulit pisang kepok. Untuk membuat edible
film, lanjut dia, ada penambahan Sorbitol dengan tujuan untuk memberikan
sifat plastik dan elastis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
Sorbitol mampu meningkatkan ketebalan dan nilai permeabilitas uap air yang
rendah.

”Dari tahap pembuatan sampai selesai, waktunya bisa satu hari. Prosesnya
awalnya kulit pisang dicuci, baru dilakukan pemurnian Pektin, kemudian
dipotong-potong kecil dan diblender. Setelah itu dimasak, ditambah bahan-
bahan khusus, yang terakhir pembuatan edible film dengan cara dimasukkan
dalam cetakan, dan selanjutnya di-oven selama 6 jam,” ujarnya.

Winda mengaku, sebelumnya belum pernah melakukan penelitian terkait kulit


pisang kepok. Namun timnya sudah mempelajari dari literatur-literatur yang
ada. ”Dan setelah lolos dari program Ristek Diktik dan mendapat bantuan dana
Rp 9 juta, kami mulai membuat pra eksperimen hingga eksperimen,” katanya.

Anggota tim Srikandi-Arjuna yang lain, Muhammad Hasan Anwar mengatakan,


selain kulit pisang kepok, sebenarnya kulit pisang Ambon dan pisang Raja dari
literatur yang sudah dipelajarinya memang bisa dijadikan sebagai bahan dasar.
Namun karena kulit pisang kepok lebih mudah ditemukan, maka dipilihnya
bahan tersebut.

Melalui penelitian tersebut, pihaknya merasa bangga sehingga bisa mengetahui


kalau kulit pisang kepok bisa dibuat edible film. Untuk itu, pihaknya berharap
masyarakat bisa membuat limbah kulit pisang tersebut seperti timnya, sehingga
berdaya guna tanpa dibuang sia-sia.

”Dana awal dari Dikti sudah turun 80 persen, sisanya akan diturunkan untuk
monitoring dan evaluasi. Hasil edible film juga sudah kami coba pada makanan
jenang (dodol, Red), dan setelah dimakan memang terbukti tidak berbahaya.
Berbeda dengan penutup kemasan plastik,” ujar mahasiswa yang akrab disapa
Hasan ini.
Setelah mendapatkan dana Dikti, mahasiswa semester IV itu mengaku, timnya
sudah berkali-kali membuat penelitian dengan bahan kulit pisang tersebut.
Akan tetapi, yang sudah dicetak diakuinya baru sekitar 9 kali.

Sedangkan untuk pemasaran, ia menyatakan memang belum pernah dilakukan.


Sejauh ini masih tahap penawaran ke beberapa industri rumahan (home
industry).

Ia berharap, ke depan bisa membuat konsep edible film dengan cara cukup
dicelupkan dan disemprot, bukan hanya dalam bentuk lembaran seperti yang
dibuatnya saat ini. ”Sekarang masih condong manual, makanya terbatas,
karena kami masih cetak pakai piring plastik. Kami memang masih fokus
pembuatan dahulu, pemasaran belum terpikirkan,” katanya.

Pihaknya berharap bisa bekerja sama dengan pelaku industri makanan.


Apalagi edible filmhasil penelitiannya bisa digunakan untuk kemasan buah,
sayur, jenang, permen, sosis, serta makanan lainnya.

Hasan mengaku, hasil penelitiannya sudah tahap pengusulan hak paten


produk edible film berbahan dasar pektin kulit pisang kepok ke Kementerian
Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkum dan HAM) RI. Selain itu,
penelitianya juga tahap melakukan uji organoleptic atau uji indera atau uji
sensori. (*/aro/ce1)

Edible film adalah bahan pengemas organik yang dapat dimakan sekaligus dengan bahan pangan yang
dikemasnya, biasa terbuat dari senyawa polisakarida dan turunan lemak. ahan yang digunakan antara
lain polisakarida yang berasal dari rumput laut (agarose, karaginan, dan alginat), polisakarida pati,
amilosa film, gelatin, gum arabik, dan turunan monogliserida. Contoh pengemasan edible film adalah
pada sosis, permen, kapsul minyak ikan, sari buah dan lain-lain.
Ooho , Air Minum dalam Kemasan

Buat kamu yang sulit untuk memenuhi kebutuhan air minum kamu, jangan khawatir.
Ooho merupakan air minum dalam kemasan yang mempermudah kamu untuk
memenuhi kebutuhan air minum harian kamu. Ooho merupakan air minum dalam
kemasan namun dengan wadah yang dapat langsung dikonsumsi. Selain dapat
dikonsumsi, wadahnya pun sederhana, murah, tidak mudah pecah, higienis, serta
mudah terdegradasi. Jika kita tidak suka memakan wadahnya, tidak perlu khawatir
karena wadah Ooho tidak akan mencemari lingkungan.

Wadah Ooho mudah terdegrasi dan aman untuk dikonsumsi karena terbuat dari
ekstrak rumput laut. Ooho terbuat dari bola air yang sebelumnya telah dibekukan
lalu diselimuti dengan suatu membran yang terbuat dari sodium alginat dari alga
coklat dan kalsium klorida. Wadah Ooho akan mulai membusuk dan terdegradasi 4-6
minggu setelah waktu diproduksi.

Ada lebih dari 4.000 botol plastik yang dibersihkan dari Sungai Thames, London,
Inggris dalam periode satu bulan namun kurang dari seperempatnya yang didaur
ulang. Terinspirasi dari hal itu, akhirnya Rodrigo Garcia Gonzalez, Guillaume Couche,
and Pierre Paslier dari Skipping Rocks Lab di London mengembangkan air minum
dalam kemasan yang wadahnya dapat dimakan. Setelah tiga tahun pengembangan,
akhirnya pada tahun 2013 Ooho resmi diluncurkan. Ooho dapat menjadi salah satu
solusi dari masalah penumpukan botol plastik air minum dalam kemasan. Selain itu,
Ooho juga dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang bisanya digunakan
untuk memproduksi plastik.
Pada tahun 2015, Ohoo mendapatkan penghargaan senilai 22,500 dollar di Eropa
dan akan diproduksi massal untuk even-even olahraga pada tahun 2018.
Kedepannya, para atlet dapat meminum air dengan cepat tanpa khawatir membuang
wadah air minumnya sembarangan. Saat ini, perusahaan masih terus
mengembangkan Ooho agar lebih tahan lama dan tidak mudah pecah. Kini, Skipping
Rocks mengaku telah memproduksi hingga 2.000 bola air dengan harga satuan $1.
Story ini adalah kiriman dari user kumparan, isi story ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis/kreator/user. Ingin membuat story kamu sendiri? Klik di sini sekarang!

500Post
Baca Lainnya

Kabarbisnis.com

Senin 07 Mei 2018 - 12:47


Rupiah diprediksi masih akan melemah dalam pekan ini

00

kumparanNEWS

Senin 07 Mei 2018 - 12:45

KPK Panggil 7 Eks Anggota DPRD Sumut Terkait Suap Gatot

00

Andriana

Senin 07 Mei 2018 - 12:44

Kaum Buruh Deklarasi Pilih Isran-Hadi Di Pilkada Kaltim 2018

00

MALE.co.id

Senin 07 Mei 2018 - 12:46


Mana Lebih Jahat, Gula atau Garam?

00

kumparanBOLA

Senin 07 Mei 2018 - 12:45

Bagi Zidane, Sepak Bola Lebih Penting Ketimbang Kontroversi Wasit

00

kumparanNEWS

Senin 07 Mei 2018 - 12:40

PNS yang Masuk Lebaran Bisa Cuti Lain Waktu Tanpa Kurangi Cuti Tahunan

00

kumparanNEWS

Senin 07 Mei 2018 - 12:38


Hanura Kubu OSO Tetap Gelar Rakernas Meski Diancam Somasi Kubu Sudding

00

kumparanBISNIS

Senin 07 Mei 2018 - 12:38

Libur Lebaran 11 Hari, Kemacetan di Tol Saat Arus Mudik Menurun

00

Bandung Kiwari

Senin 07 Mei 2018 - 12:43

Angkot dan Taksi Se-Bandung Raya Mogok Beroperasi Selama Tiga Hari

00

kumparanMOM

Senin 07 Mei 2018 - 12:35


5 Makanan Kaya Vitamin untuk Bayi Usia 6 Bulan

00

WHO TO FOLLOW

Absal Bachtiar

Follow

Seleb Sensation

Follow

Potongan Nostalgia

Follow

Peristiwa Indonesia
Follow

Bandung Kiwari

Follow

beritajatimcom

Follow

Tony Rosyid

Follow

Warta Wanita

Follow
Kanal Bali

Follow

Sukabumi Update

Follow

EDITOR'S PICK

Chairil Anhar Siregar

Saatnya Arab Saudi Belajar dari Indonesia

Mulai dari urusan hiburan, penghormatan terhadap perempuan, hingga toleransi antarumat.
TOP COMMENT
Nugrahadi Yuwono
berkomentar distory dari

Hendra Oktavianus

Senin 07 Mei 2018 - 11:19

Invest in renewable energy & education 🙏🏻... Selengkapnya

Hendra Oktavianus

Minggu 06 Mei 2018 - 21:33


Thanos dan Solusi Over-populasi Dunia

Advertise with Us

Ada Apa dengan PKS?


Isu perpecahan internal menerpa PKS jelang Pilpres 2019.

Tentang kumparan | Bantuan |

Lihat semua

kumparan © 2018





Nyalakan notifikasi untuk mendapatkan update berita terkini dari kumparan.

YATIDAK
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kemasan (packaging) Kotler dan Amstrong (2012)
mendefinisikan “packaging involves designing and producing the container or wrapper for a
product”yang artinya adalah proses kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi, fungsi
utama dari kemasan sendiri yaitu untuk melindungi produk agar produk tetap terjaga kualitasnya.
Menurut Titik Wijayanti (2012), Kemasan mempunyai tujuan dan fungsi dalam pembuatan produk,
yaitu: a. Memperindah produk dengan kemasan yang sesuai kategori produk. b. Memberikan keamanan
produk agar tidak rusak saat dipajang ditoko. c. Memberikan keamanan produk pada saat
pendistribusian produk. d. Memberikan informasi pada konsumen tentang produk itu sendiri dalam
bentuk pelabelan. e. Merupakan hasil desain produk yang menunjukan produk tersebut. Menurut Kotler
dan Keller (2012), Kemasan yang baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan.
Beberapa faktor yang memiliki kontribusi penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran : 7 a. Swalayan,
kemasan yang efektif melaksanakan tugas dalam penjualan: menarik perhatian, menggambarkan fitur
produk, menciptakan keyakinan konsumen, dan membuat kesan menyenangkan. b. Kekayaan
Konsumen, peningkatan kekayaan konsumen membuat mereka bersedia membayar lebih besar untuk
kenyamanan, penampilan, keandalan, dan gengsi kemasan yang lebih baik. c. Perusahaan dan Citra
Merek, kemasan mempunyai peran terhadap pengakuan segera atas perusahaan atau merek. d. Peluang
Inovasi, kemasan yang inovatif dapat membawa manfaat besar bagi konsumen dan laba bagi para
produsen. Menurut Nillson & Ostrom (2005) dalam Cahyorini & Rusfian (2011), variabel desain kemasan
terdiri dari 3 dimensi, yaitu: desain grafis, struktur desain, dan informasi produk. a. Desain Grafis Desain
grafis adalah dekorasi visual pada permukaan kemasan (Nilsson & Ostrom, 2005 ) dalam Cahyorini &
Rusfian (2013), dan terdiri dari empat sub dimensi, yaitu: nama merek, warna, tipografi, dan gambar. 1)
Nama Merek Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda,
simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikannya dari barang atau jasa dari satu penjual/kelompok penjual dan
mendeferensiasikan dari para pesaing (Kotler & Keller, 2012). 8 2) Warna Literatur pemasaran
mengungkapkan bahwa warna kemasan memiliki kemampuan untuk membangkitkan perasaan, perilaku
emosi pada konsumen yang berbeda (Mustikiwa & Marumbwa, 2013). Warna memiliki potensi untuk
menciptakan kesan yang mendalam dan tahan lama serta citra produk atau merek. Dalam kemasan
produk, pemasar menggunakan warna untuk menarik perhatian konsumen yang dapat menciptakan
perasaan positif atau negatif tentang produk/brand tertentu. Asadhollahi & Givee (2007) dalam
Mustikiwa & Marumbwa, (2013) berpendapat bahwa warna kemasan mengkomunikasikan,
menggambarkan, dan menampilkan fitur-fitur yang menyolok mata serta atribut intangibel dari sebuah
merek. Hal ini dengan demikian berarti bahwa warna membawa pesan khusus mengenai merek yang
pada akhirnya menciptakan proposisi penjualan yang unik (unique selling proposistion). 3) Tipografi
Typography" (Tipografi) merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan
penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat
menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Tipografi dapat
juga dikatakan “visual language” (http://helliumworks.blogspot.com/2010/12/tipografi-arti-dan-
fungsinya.html) 9 4) Gambar Gambar (image) menurut Klimchuck & Krasovec (2007) dalam Cahyorini &
Rusfian, (2013) termasuk foto, ilustrasi, simbol/icon, dan karakter. Secara khusus gambar berfungsi pula
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan/menghiasi fakta yang mungkin cepat
akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. b. Struktur Desain Struktur desain berkaitan dengan
fitur-fitur fisik kemasan, dan terdiri dari 3 sub-dimensi: bentuk, ukuran, dan material. 1) Bentuk Bentuk
mempengaruhi proteksi dan fungsi keamanan dalam menyentuh, menuangkan, dan menyimpan (Smith,
1993) dalam (Cahyorini &Rusfian, 2013). Sedangkan menurut Nilsson & Ostrom (2005) dalam Cahyorini
& Rusfian (2013) menyatakan bahwa bentuk yang lebih sederhana lebih menarik dari pada yang
biasanya, dan persegi panjang lebih banyak disukai dari pada kotak. 2) Ukuran Ukuran adalah
measurement yaitu cara menilai jumlah objek, waktu, atau situasi sesuai dengan aturan tertentu.
(http://www.mediabpr.com/kamusbisnis-bank/ukuran.aspx) 10 3) Material Sejarah penggunaan bahan
kemasan sudah berlangsung dengan sangat lama. Bahan kemasan pada mulanya menggunakan daun,
kulit hewan, produk pecah belah, dan tas. Bahan kemasan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap
kualitas produk (Smith, 1993). Sedangkan menurut Shimp (2000) menyatakan bahwa bahan kemasan
dapat membangkitkan emosi dan perasaan tertentu, biasanya tanpa orang tersebut menyadarinya. c.
Informasi Produk Salah satu fungsi kemasan adalah untuk mengkomunikasikan produk melalui Informasi
yang tertera. Informasi produk dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan pembelian
dengan lebih hati-hati. (Silayoi & Speece, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan
bahwa kemasan memiliki peranan cukup penting bagi suatu produk. Selain befungsing sebagai
pelindung produk, kemasan juga secara tidak langsung menggambarkan jati diri produk itu sendiri.
Dimensi-dimensi dari kemasan memiliki peran masing-masing untuk menghasilkan kemasan yang baik
dan menarik, karena semakin menarik kemasan tersebut semakin menarik perhatian para konsumen. 11
2.2. Pengertian Impulsive Buying Menurut Rook & Fisher (1995) dalam Cahyorini & Rusfian (2011),
Impulsive Buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba dan
otomatis. Dari definisi ini terlihat bahwa impulsive buying merupakan sesuatu yang alamiah dan
merupakan reaksi cepat. Impulsive buying terjadi pada saat konsumen masuk ke toko ritel dan ternyata
membeli produk ritel itu tanpa merencanakan sebelumnya. Menurut Mowen & Minor (2001:65-66),
definisi Pembelian impulsif adalah tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki masalah
sebelumnya atau maksud/niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Seperti yang dikatakan
oleh Mowen, pembelian impulsif merupakan keputusan yang di ambil secara mendadak/saat itu juga.
Pembelian impulsif terjadi karena adanya dorongan perasaan yang kuat dimana keadaan afektif
langsung menuju pada perilaku membeli, tanpa harus membentuk suatu kepercayaan dan berfikir keras
untuk membeli suatu benda. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2007:511), impulsive buying
merupakan keputusan yang emosional atau menurut desakan hati. Emosi dapat menjadi sangat kuat
dan kadangkala berlaku sebagai dasar dari motif pembelian yang dominan. Emosi berkaitan dengan
pemecahan masalah pembelian yang terbatas atau spontan. Mereka melakukan pembelian tanpa
berfikir panjang untuk apa kegunaan barang yang mereka beli, yang penting mereka/pelanggan
terpuaskan. Pembelian 12 impulsif didorong oleh kekuatan afektif diluar kendali individu (Tendai &
Crispen, 2009). Dalam kegiatan impulsive buying terbagi beberapa bentuk menurut Stern (1962): a.
Pertama, reminder impulsive buying yakni terjadi pada saat konsumen di toko, melihat produk dan
kemudian membuatnya mengingat sesuatu akan produk tersebut. Bisa jadi karena mengingat iklannya
atau rekomendasi orang lain. b. Kedua, pure impulsive buying terjadi ketika konsumen benar-benar
tidak merencanakan apapun untuk membeli. c. Ketiga, suggested impulsive buying dimana konsumen
diperkenalkan produk tersebut melalui promosi toko tersebut. d. Keempat, planned impulsive buying, di
mana konsumen sebenarnya mempunyai rencana namun keputusan membelinya tergantung pada
harga dan merek di toko tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa impulsive
buying itu adalah suatu kegiatan yang didasarkan pada emosi seseorang yang timbul karena rasa
ketertarikan pada produk tertentu. Ini dilakukan secara cepat tanpa berfikir panjang terlebih dahulu.
Emosi ini terlibat karena adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara cepat. Variabel-
variabel impulsive buying yang diukur dalam penelitian ini menggunakan delapan dimensi yang di adopsi
dari jurnal Cahyorini & Rusfian (2011). 13 1. Dorongan spontan untuk membeli Impulsive buying terjadi
setelah orang lain merasa tidak pernah menyangka, spontan dan dalam sebagian besar kasus
dikarenakan respon terhadap iklan atau konfrontasi visual. 2. Kekuasaan dan Kompulsif Ini
menggambarkan kekuatan yang mendasari urgensi untuk membeli dan motivasi konsumen untuk
bertindak berkaitan dengan produk, sementara mengabaikan aspek lainnya. 3. Ketertarikan Urgensi
untuk membeli yang dialami oleh konsumen dapat menjadi sumber bagi kesenangan pribadi dan terjadi
dalam beragam derajat masing-masing konsumen. Rook (1987) berpendapat bahwa kebahagiaan dan
ketertarikan menyebabkan konsumen merasakan bahwa mereka telah jatuh cinta dengan produk
tersebut. 4. Sinkronitas Sinkronitas mengilustrasikan kesan seperti keajaiban yang terjadi pada saat
konsumen merasakan kesesuaian yang cepat, mereka berada di tempat yang tepat dan pada saat yang
tepat ketika mereka berjumpa dengan produk tersebut dan berpikir bahwa kesempatan tersebut jarang
terulang dua kali. 14 5. Animasi produk Dimensi ini menunjukkan bahwa masing-masing produk memiliki
tampilannya sendiri dan konsumen seringkali tertarik pada tampilan produk yang misterius,
menyebabkan mereka terhipnotis untuk membelinya. 6. Elemen hedonis Impulsive buying memiliki
elemen-elemen hedonis yang menginduksi emosi positif dan negatif, seperti rasa kepuasan atau
bersalah. Seperti yang dinyatakan oleh Rook (1987) bahwa impulsive buying dapat menyebabkan
konsumen merasa “baik”, “puas”, “mengagumkan”, dan emosi-emosi lain yang serupa. 7. Konflik
Pembelian yang tidak direncana dapat menyebabkan konflik emosi dalam diri konsumen. Mereka
mengalami dua emosi yang berlawanan, rasa senang dan rasa bersalah, ketika impulsive buying dan
pembelian spontan melanggar aturan personalnya sendiri. 8. Mengabaikan Konsekuensi Mengabaikan
konsekuensi berbicara mengenai situasi dimana adanya urgensi yang kuat untuk membeli, khususnya
dalam impulsive buying dapat menyebabkan konsumen untuk mengabaikan konsekuensi yang timbul.
15 2.3. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kemasan produk terhadap
impulsive buying telah banyak dilakukan. Berikut ini ialah tabel ringkasan penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan desain kemasan, dan impulsive buying: Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Mengenai Kemasan dan Impulse Buying Pengarang dan Judul Variabel Metode Alat analisis Kesimpulan
1. Astri Cahyorini & Effy Zalfiana Rusfian (2011) : The Effect of Packaging Design on Impulsive Buing 16 1.
Desain Kemasan 2. Pembelian impulsif ( impulsive buying) 1. Purposive sampling 1. Regresi linier
berganda 1. Desain kemasan mempengaruhi adanya pembelian spontan pada produk cokelat Monggo
40gr. 2. dari ketiga dimensi desain kemasan dimensi Desain Grafis yang memiliki pengaruh paling
signifikan dibanding dimensi yang lain. 2. Gaafar Mohamed Abdalkrim ; Ra’id Suleman Al-Hrezat (2013):
The Role of Packaging in Consumer’s Preception Of Product Quality at the Point of Purchase 1.
Perlindungan produk dan konsumen 2. Promosi produk dan fasilitas 3. Penyimpanan penggunaan dan
kemudahan produk 4. Fasilitas daur ulang dan mengurangi kerusakan lingkungan 5. Presepsi konsumen
yordania terhadap kualitas produk di tempat pembelian. 1. Confinience sampling 1.Regresi linier
berganda 1. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh statistik yang signifikan "Peran kemasan dalam
melindungi produk dan konsumen "pada persepsi konsumen Yordania. 2. Studi menunjukkan bahwa
melindungi produk dan konsumen adalah kunci dan peran penting atau fungsi dari kemasan 3.
Meningkatkan perhatian kita untuk fokus pada paket keselamatan khususnya untuk obat-obatan,
pembersih rumah tangga, dan produk-produk lainnya yang berpotensi membahayakan, khususnya
untuk anak-anak Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Mengenai Kemasan dan Impulse Buying
Pengarang dan Judul Variabel Metode Alat Analisis Kesimpulan 3. Sabeehullah Shah; Adnan Ahmad &
Nawaz Ahmad. (2013) 17 : Role Of Packaging In Consumer Buying Behavior 1. warna kemasan 2.
material kemasan 3. jenis huruf 4. desain bungkusan 5. informasi cetak yang tertera pada kemasan 6.
latar belakang kemasan 7. inovasi kemasan 8.Perilaku pembelian konsumen 1. Random sampling 1.
Regresi linier berganda 1. Material kemasan adalah elemen penting yang sangat mempengaruhi perilaku
konsumen untuk membeli. 2. Kemasan menerangkan informasi tentang produk seperti dimana ia telah
dibuat, kapan ia membuat, apa isinya, dan bagaimana cara menggunakan dll 4. Mariri Tendai ; Chipunza
Crispen (2009) : In Store Shopping Enviroment And Impulsive Buying 1. Shop crowding 2. Suasana toko
3. musik background 4. Ventilasi 5. Kupon 6. Tampilan toko 7. Iklan toko 8. Perilaku pelayan toko 9.
Harga 1. Kuisioner 2. Wawancara singkat 1. Uji beda/Uji z-score 1. kupon dan voucer, tampilan toko,
iklan dan promosi, perilaku staff toko, dan juga harga adalah faktor yang singnifikan menentukan
pembeli spontan diantara sembilan faktor yang diteliti. 2. faktor seperti harga, kupon, perilaku
staff,iklan,dan tampilan lebih mungkin untuk mempengaruhi pembelian impulsif dibandingkan dengan
efek keterlibatan atmosfer seperti latar belakang Musik, suasana, ventilasi, dan shop crowding Table 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Mengenai Kemasan dan Impulse Buying Pengarang dan Judul Variabel
Metode Alat 18 analisis Kesimpulan 5. Chip Tonkin ; Andrew D.Outs ; Andrew T. Duchowski (2011) : Eye
Tracking Whitin the Packagin Desig Workflow : Interaction with Physical and Virtual Shelves 1. Perilaku
visual konsumen 2. lingkungan fisik 3. lingkungan maya 1.Penelitian survey dengan skala likert 1. Analisis
ANOVA 1. Hasil menunjukkan bahwa Lingkungan fisik memiliki kinerja pencarian secara signifikan lebih
Cepat Dari pada lingkungan maya. 6. Ulrich R. Orth ; Prof. Dr. Habil (2006) : Packaging design as resource
for the construction of brand identity 1. Elemen desain kemasan 2. Respon konsumen 3. Niat membeli
1.Penelitian eksperimen 1. Regresi linier berganda 1. Menunjukkan bahwa ciri khas merek dan
penampilan anggur yang teridentifikasi dalam penelitian untuk persentase besar dijelaskan varian
desain kemasan. Sebaliknya, pembaca dapat mencatat bahwa atribut produk seperti harga, varietas
atau asal produk, yang merupakan sumber pokok anggur masa lalu pemasaran penelitian, tidak
dimasukkan 2. Hasil menunjukkan bahwa persentase yang signifikan dari varians dalam kepribadian
merek berakar dalam desain perbedaan. 3. Desain kemasan anggur adalah alat premium untuk
membangun identitas merek. 7. Musyaradzi Mustikiwa ; Jhon Marumbwa (2013) : The Impact of
Aesthetics Package Design Elements on Consumer Purchase Decisions: A Case of Locally Produced Dairy
Products in Southern Zimbabwe. 1. Warna kemasan 2. Bahan kemasan 3. Informasi kemasan 4. Tipografi
kemasan 1.Penelitian Deskriptif 1. Regresi linier berganda 2. analisis korelasi 1. Tidak semua elemen
desain kemasan memicu perilaku pembelian konsumen. 2. Elemen-elemen yang mempengaruhi harus
dengan benar setiap unsur hanrus dicampur bersama –sama untuk memastikan bahwa mereka saling
sensitif dan menarik konsumen sehingga muncul niat beli pada suatu produk. Table 2.1 Ringkasan
Penelitian Terdahulu Mengenai Kemasan dan Impulse Buying Judul dan Pengarang Variabel Metode Alat
19 analisis Kesimpulan 8. Febi Valentya ; Ni Wayan Ayu Lestari ; Timothy Gotama ; Suresh Kuman (2014)
: Packaging as an Attractive Language to Stimulate Consumer Preference on Perfume:ASurvey on Young
Adult Respondents in the Area of Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) Indonesia 1.
Desain kemasan 2. Warna dan inovasi kemasan 3. Informasi tertentu pada kemasan 4. Bahan kemasan
5. Preferensi konsumen 1. judmental sample dan snoball sample. 1. Analisis regresi berganda 1. variabel
desain, warna dan inovasi, informasi ditetapkan, dan material yang digunakan mempengaruhi mengapa
kemasan dapat menarik preferensi konsumen 2. dalam membeli parfum, keputusan konsumen pada
preferensi 41.5 % mempengaruhi oleh kemasan sementara 58,5 % lain adalah dipengaruhi oleh faktor
lain (seperti wangi asli, brand, dll). . 9. Pinya Silayoi ; Mark Speece (2005) : The Importance of Packaging
Atrrtibutes : a Conjoint Analysis Aprroach 1. Orientasi kenyamanan 2. Image seeking 3. Information
seeking 1. conjoint 1. Analisis MANOVA 1. Hasil conjoint menunjukkan bahwa persepsi tentang teknologi
kemasan (menggambarkan kenyamanan) memainkan peran yang paling penting dalam keseluruhan
kemungkinan konsumen untuk membeli. 2. konsumen sebagian besar berorientasi pada estetika visual,
sedangkan segmen kecil berfokus pada detail produk pada label. 10. Alka Sharma ; Ankita Nanda (2012):
Impulse buying at airport terminals: A case of Indian consumers 1. Dorongan untuk membeli spontan 2.
Browsing 3. kecenderungan membeli spontan 1.Kuisioner terstruktur 1. Regresi linier berganda 1. Hasil
studi menunjukkan bahwa walaupun spontan membeli kecenderungan memiliki asosiasi dorongan
negatif, namun orang yang memiliki kecenderungan spontan membeli tinggi kemungkinan untuk
menjelajahi lebih. menyarankan bahwa aktivitas jelajah di lingkungan bandara mungkin tidak
semestinya membawa spontan pembelian. 2. orang lebih impulsif tentu akan membuat pembelian di
bandara meningkat. Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Mengenai Kemasan dan Impulse Buying
Judul dan Pengarang Variabel Metode Alat analisis Kesimpulan 11. Sonali Benerjee ; Sunetra Saha (2012)
: Impulse Buying Behavior In Retail StoresTriggering The Sense 20 1. Frekuensi Belanja 2. Gender
Pelanggan 1. Random sampling 1. Analisis Faktor 2. Analisis penilaian 3. Analisis Frekuensi 1. Gender
tidak mempengaruhi frekuensi belanja dan perilaku pembelian impuls dari konsumen. 2. Dorongan yang
paling efektif yang memicu pembelian impuls pada konsumen ditemukan harga dan diskon 3. Lebih
banyak waktu pelanggan menghabiskan menyentuh barang dagangan, lebih besar kemungkinan mereka
melakukan pembelian. 4. "Penglihatan" adalah yang paling penting dalam mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen. 21 Dari Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh
Cahyorini dan Rusfian (2011) memiliki variabel yang sama, yaitu variabel desain kemasan dan impulsive
buying. Variabel desain kemasan yang memiliki 3 elemen di dalamnya yaitu desain grafis, struktur
desain, dan informasi produk. Dari Tabel 2.1 mayoritas penelitian terdahulu mengunakan kuisioner
sebagai metode penelitian, namun penelitian Tonkin et.al (2011) menggabungkan kuisioner dan survei.
Hal berbeda dilakukan oleh Ulrich dan Habil (2006) yang melakukan penelitian eksperimen. Secara
keseluruhan, penelitian terdahulu menggunakan analisis regresi, namun ada juga yang menggunakan
analisis korelasi, analisis ANOVA, analisis MANOVA, analisis faktor, analisis penilaian, dan analisis
frekuensi dalam penelitian. Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa kemasan suatu produk memiliki
pengaruh dan peranan cukup penting dalam perilaku pembelian konsumen. Hal tersebut dapat dilihat
pada penelitian Cahyorini dan Rusfian (2011), Ulrich dan Habil (2006), Silayoi dan Speece (2005), Shah
et.al (2013), dan Tonkin et.al (2011). Dari penelitian yang telah dilakukan juga dapat disimpulkan bahwa
impulsive buying merupakan perilaku pembelian yang didorong keinginan secara tiba-tiba/spontan, hal
tersebut didukung oleh penelitian Sharma dan Nanda (2012), Benerjee dan Saha (2012), Tendai dan
Crispen (2009). 22 2.4. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan teori-teori yang digunakan sebagai
landasan dalam penelitian mengenai pengaruh desain kemasan terhadap pembelian impulsif yang
dilakukan konsumen maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis penelitian yang berkaitan dengan
variabel-variabel yang diteliti, yaitu desain grafis, struktur desain, informasi produk sebagai berikut:
2.4.1. Pengaruh Desain grafis pada impulsive buying Desain melibatkan sejumlah pertimbangan penting,
yang berkisar dari spesifikasi komponen-komponen produk dan perhatian fungsional, hingga pada aspek
estetika dari produk (Ulrich & Malkewitz, 2006). Desain kemasan meruapakan bahasa yang nampak
untuk mengkomunikasikan pemikiran dan informasi melalui penglihatan manusia. Desain yang baik
harus memberikan nilai tambah bagi sebuah produk (Valentyaet al., 2014). Dengan demikian hipotesis
yang diajukan adalah: H1 : Desain grafis mempengaruhi impulsive buying 2.4.2. Pengaruh Struktur
desain pada impulsive buying Sedangkan struktur desain berkaitan dengan fitur-fitur fisik kemasan, dan
terdiri dari 3 sub-dimensi: bentuk, ukuran, dan material yang dapat mempengaruhi impulsive buying
(Cahyorini & Rusfian, 2011). Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah: H2 : Struktur desain
mempengaruhi impulsive buying 23 2.4.3. Pengaruh Informasi produk pada impulsive buying Shah,
Ahmad & Ahmad (2013) mengatakan bahwa informasi produk adalah semua informasi yang berkaitan
dengan kualitas produk, deskripsi yang dapat membantu mengidentifikasi brand dan mempengaruhi
perilaku konsumen, termasuk impulsive buying. Sedangkan Mustikiwa & Marumba (2013)
mengistilahkan informasi produk pada kemasan dengan “package instructtion”, yaitu informasi yang
berkaitan dengan cara penggunaan produk, tanggal kadaluarsa, komposisi, volume, berat, dan cara
membuang. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah: H3 : Informasi produk mempengaruhi
impulsive buying 2.5. Kerangka Penelitian Penelitian ini ialah penelitian replikasi dari penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Astri Cahyorini dan Effy Zalfiana Rusfian (2011), model dalam
penelitian ini sebagai berikut (Gambar 2.1): Desain Kemasan (X) H1 H2 H3 Gambar 2.1 Model Penelitian
Strukrur Desain (X2) Informasi Produk (X3) Impulsive Buying (Y) Desain Grafis (X1)
40 PERAN INOVASI TEKNOLOGI KEMASAN DALAM MENURUNKAN KEHILANGAN HASIL PRODUK
PERTANIAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta
– 12540 Email: waryat21@yahoo.com ABSTRAK Produk hasil pertanian khususnya sayuran dan buah-
buahan mudah mengalami kerusakan (perishable). Kerusakan dapat terjadi karena faktor pun
mikrobiologis. Kerusakan hasil pertanian terjadi mulai dari produsen/ petani, pedagang pengumpul,
pedagang besar sampai pedagang pengecer. Kehilangan hasil pasca panen produk sayuran mencapai 25-
40%. Salah satu teknologi pasca panen yang dapat digunakan untuk mempertahankan mutu adalah
kemasan. Pengemas dapat memperlambat proses respirasi sehingga dapat memperpanjang umur
simpan sayuran dan buah. Pengemasan dapat dilakukan dengan kardus/ karton, keranjang, warring atau
plastik, sedangkan teknlogi kemasan yang atmosfer packaging (MAP), pengemasan aktif (active
packaging) dan smart packaging. Penggunaan kemasan plastik mempunyai susut bobot dan kerusakan
sayuran kubis lebih kecil yaitu 0,20% dan 7,30% bila dibandingkan tanpa kemasan yaitu 5,18% dan 15%.
Kesegaran brokoli dapat betahan sampai 7 hari setelah dikemas dengan plastik polyethilen. Kata kunci:
kehilangan hasil, teknologi pascapanen, kemasan, respirasi, MAP ABSTRACT Agricultural products,
especially vegetables and fruits are easily damaged (perishable). Damage may occur due to
physiological, physical, chemical, parasitic or microbiological factors. Damage to crops occur from
producers/farmers, collectors, wholesalers to retailers. Lost postharvest vegetable products reach 25-
40%. One post-harvest technologies that can be used to maintain the quality is the packaging. The
packaging can slow respiration process so that it can extend the shelf life of vegetables and fruit.
Packaging can be done with cardboard/cardboard, baskets, warring or plastic, while packaging
atmosphere packaging (MAP), the active packaging (active packaging) and smart packaging. The use of
plastics packaging has weight loss and damage to vegetable sprouts smaller at 0.20% and 7.30% when
compared with no packaging, namely 5.18% and 15%.Broccolifreshnesscan lastup to 7daysafter being
packed in plastic polyethilen. Keywords: perishable, post-harvest technology, packaging, respiration,
MAP 41 PENDAHULUAN Produk hasil pertanian khususnya sayuran dan buahbuahan mudah mengalami
kerusakan (perishable). Kerusakan dapat terjadi parasitik maupun mikrobiologis. Kerusakan hasil
pertanian terjadi mulai dari produsen/petani, pedagang pengumpul, pedagang besar sampai pedagang
pengecer. Beberapa penyebab kerusakan hasil pertanian adalah: budidaya yang tidak sesuai GMP, pra
panen (panen, dan pasca panen (penyimpanan, pengangkutan). Selain itu, waktu tata niaga produk
pertanian dari produsen ke konsumen yang cukup panjang dan lama. Akibat dari kerusakan tersebut
tentu akan menimbulkan dampak kerugian ekonomi (Sugiyono, 2001). Di tahap pascapanen, buah
maupun sayur masih tetap termasuk jaringan yang hidup yang tetap aktif melakukan reaksi
metabolisme. Buah yang berlanjut termasuk respirasi, seperti antara lain proses pelunakan jaringan,
penurunan kadar asam-asam organik, perubahan warna, kehilangan senyawa-senyawa mudah menguap
yang berperan dalam pembentukan tidak terkontrol dengan baik akan mempercepat proses penurunan
mutu yang akan berakhir dengan penuaan jaringan hingga kebusukan (Aked, 2000). Penghambatan
respirasi dapat dilakukan jika faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut diketahui, yang
terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap respirasi adalah
suhu, ketersediaan oksigen, karbondioksida, uap air, zat pengatur tumbuh dan kerusakan buah.
Sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah kandungan air, Tingkat kehilangan pada produk
hortikultura, dalam hal kualitas dan kuantitas antara panen sampai ke konsumen berkisar 20-50% di
negara berkembang dan 5-25% di negara maju (Kader, 2002). Di Indonesia kehilangan pasca panen
produk sayuran 25-40% (Muchtadi, 1995). Kader (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa produsen dan
pedagang untuk mengurangi kehilangan hasil harus 1) mengetahui faktor biologi dan lingkungan yang
mengakibatkan penurunan mutu dan 2) menggunakan teknik pasca panen yang dapat menjaga mutu.
Untuk menjaga agar produk hortikultura dalam kondisi segar dan matang dalam waktu lebih lama, maka
perlu satu penanganan dari produk hortikultura ini. Salah satu teknologi pasca panen yang dapat
digunakan 42 untuk mempertahankan mutu adalah kemasan. Pengemas dapat memperlambat proses
respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan sayuran dan buah (Rachman, 2007). Dengan
pengemas yang baik maka masa segarnya (freshlife) dapat diperpanjang, sekaligus juga dapat
memberikan tampilan yang menarik untuk pemasarannya. Menurut BPPHP (2002), tujuan pengemasan
menghambat penurunan bobot, meningkatkan citra produk, menghindari atau mengurangi kerusakan
pada waktu pengangkutan. Pengemasan dapat dilakukan dengan kardus/karton, keranjang, warring atau
plastik, sedangkan teknlogi kemasan yang banyak digunakan adalah pengemasan aktif (active packaging)
dan smart packaging. INOVASI BAHAN KEMASAN Pengemasan bahan pangan mempunyai tujuan utama
untuk mengawetkan dan mempertahankan mutu serta kesegarannya, menarik selera pandang
konsumen, memberi kemudahan dalam penyimpanan dan distribusi serta dapat menekan peluang
kontaminasi dari udara dan tanah baik oleh mikroba pembusuk maupun mikroba yang membahayakan
kesehatan konsumen. Penggunaan bahan dan teknologi kemasan dapat menghambat penurunan mutu
produk yang dikemas. Salah satu bahan pengemas yang umum digunakan oleh masyarakat adalah
plastik. Penggunaan plastik untuk kemasan cukup baik karena sifatnya yang menguntungkan seperti
luwes, mudah dibentuk, mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk, dan tidak koroptif seperti
logam (Syarief et al., 1989).Menurut Husna (2008) kesegaran brokoli dapat betahan sampai 7 hari
setelah dikemas dengan plastik polyethilen dan disimpan pada suhu rendah (0-5oC). Kombinasi
perlakuan wrapping dan chitosan mampu memberikan pengaruh lebih baik dalam menghambat
perubahan warna kulit dan cupat buah serta persentase susut bobot manggis selama penyimpanan
(Anggraeni, 2008). Kemasan-kemasan untuk konsumen terdiri atas jenis-jenis berikut: (a) kantung
terbuat dari kertas, nampan dari kertas, karton, plastik, atau busa plastik, (c) kardus karton lipat,
kadang-kadang dengan jendela plastik tembus cahaya atau sekatsekat untuk pemisahan masingmasing
buah, dan (d) keranjang segi empat atau bulat kecil, cawan atau mangkuk kertas, plastik, bilahan kayu
tipis, atau 43 (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Jenis kemasan a) jarring; b) keranjang; c) kardus; d) plastik
lembaran-lembaran karton tebal yang dilapisi atau di beri lilin. Nampannampan plastik yang di bentuk
dengan vakum dapat di buat dari polistiren atau polipropilen (Pantastico, 1993). Kemasan yang banyak
digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Berbagai macam bahan pengemas dapat digunakan untuk
mengemas masa broccoli, misalnya papan kayu, bambo yang dianyam menjadi keranjang, karton, plastik
biasa atau plastik PE, dan sebagainya. Penyimpanan dengan menggunakan kantong plastik juga dapat
menghambat proses pematangan masa bunga broccoli. Kantong plastik yang digunakan dapat berupa
kantong plastic biasa dengan ketebalan 0,02 mm atau kantong plastik Poly Ethylene (PE) dengan
ketebalan 0,03 mm ( Cahyono, 2001). Menurut Waryat dkk (2015), penggunaan kemasan plastik
mempunyai susut bobot dan kerusakan sayuran kubis lebih kecil yaitu 0,20% dan 7,30% bila
dibandingkan tanpa kemasan yaitu 5,18% dan 15%. Kombinasi Pengemasan wrapping 50 ppm
mendapatkan persentase laju susut berat kubis terendah (Kencana dkk, 2012). Menurut Pantastico
(1993) penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan banyak variasi dan serbaguna untuk
melindungi, mengawetkan, memproses, menyimpan, mengukur, menyampaikan dan memamerkan
hasil-hasil. Jenis-jenis bahan kemasan yang berupa plastik lentur antara lain a) polietilen ini paling
banyak digunakan untuk pembuatan kantung-kantung bagi konsumen. Bahan ini kuat, kedap air, tahan
terhadap zat-zat kimia, dan murah. Plastik polyethylene banyak digunakan dalam industri pengemasan,
yang terbuat dari polimer hidrokarbon dengan ikatan lurus (CH2 -CH2 ) (Hanion, 1994 dalam Tawali,
2004). Keuntungan plastik polyethylene adalah memberikan perlindungan yang baik untuk bahan
pengemas, 44 penahan air, rapat dalam bentuk pengemasan. b) selofan (selulosa yang direfrigasi).
Bahan ini tidak dapat dilekatkan dengan pemanasan, tidak dapat ditembus gas-gas kering, tetapi dapat
ditembus oleh gas-gas lembab, proporsional dengan daya larut gas itu larut dalam air. Oleh karena
selofan tidak kedap air, selofan yang digunakan pada hasil pertanian biasanya dilapisi oleh nitroselulosa
agar plastik itu kedap air; c) hidroklorida karet (plio yang mempunyai sifat kedap air berupa wadah pro-
komoditi serupa yang lebih berat. Bahan ini tidak tembus udara, air, dan cairan-cairan; d. polivinil klorida
(PVC). Bahan ini merupakan sekarang ini untuk membungkus barang-barang yang segar, biasanya
digunakan sebagai bahan pelapis dan mudah mengkerut. Beberapa jenis PVC (misalnya asetat selulosa)
relatif mudah di tembus O2 dan uap air. Film ini memberikan kenampakan sebagai kemasan yang rapat,
dan dapat menyusut oleh pemanasan bila terkena sinar matahari. Penelitian kemasan cabe yang telah
dipublikasikan lebih banyak menggunakan kemasan plastik dengan kapasitas 250-500 gram. Jenis bahan
plastik yang ditelitia dalah polyethylene (PE) (Taksinamanee et al. 2006; Tanoet al. 2008; Rao et al.
2011), low density polyethylene (LDPE) (Monolopoulouet al. 2010), Polivinylclorida (PVC) (Zauliaet al,
2006) dan bahan plastik polypropylene (PP) (Rahman et al, 2012). Jenisplastik polyethylene (PE) lebih
baik menjaga kualitas spesies Capsicum annuum L dibandingkan jenis plastik polyethylene (PE) dan
Polivinylclorida (PVC). INOVASI TEKNOLOGI KEMASAN Teknologi pengemasan bahan pangan yang
modern mencakup ( / MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan smart packaging. Teknologi
kemesan tersebut bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan
sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan Nurminah, 2006). (MAP) adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di
dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan lajur espirasi menurun, mengurangi pertumbuhan
mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa 45 simpan. Menurut Al-Atidan
Joseph (2002) bahwa m packaging (MAP) adalah alat yang efektif digunakan dalam industri segar untuk
memperpanjang umur simpan dengan mengubah gas dalam kemasan untuk menghasilkan komposisi
yang berbeda dari udara (Al-Ati dan Joseph 2002). Proses respirasi dapat dihambat dengan cara
mengurangi gas O2 dan/atau meningkatkan CO2 dapat mengurangi respirasi, selain proses
respirasipengaturan gas O2 dan CO2 dapat menurunkan produksi etilen, menunda reaksi enzimatik
meringankan produk dari kerugian kualitas dan pertumbuhan mikroorganisme (Day, 1994). Konsentrasi
gas keseimbangan dikembangkan dalam kemasan dapat memperpanjang umur simpan jagung
(McDonald et al, 1990;. Omary et al, mempengaruhi kualitas produk. Bagi atmosfer antara 2 dan 5% O2
dan dan untuk jagung3-8% CO2 (Moleyar dan Narasimham, 1994;. Rinaldi et al, 2010). Menurut Gorny
(2001) konsentrasi oksigen optimum untuk penyimpanan kubis antara 57,5%. Kaji dkk. (1993)
melaporkan konsentrasi optimal untuk kubis sebagai 5 - 10% dari O2 dan 5 - 15% dari CO2 . Tingkat
optimal dari O2 dan CO2 dipengaruhi oleh kultivar dan lama penyimpanan (Saltveit, 1997). Kondisi ini,
mengurangi laju respirasi, mempertahankan gula dan mengurangi browning pada permukaan. Prinsip
pengawetan dengan adalah pengaturan jumlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruang
penyimpanan yang tertutup rapat sehingga kadar gas oksigen dikurangi dan gas karbondioksida
dinaikkan. Dengan keadaan ini maka proses pernapasan sayuran dan buah-buahan menjadi terhambat.
Pengaturan gas dilakukan dengan cara menyedot udara di dalam ruangan dan menggantikannya dengan
campuran gas oksigen dan karbondioksida dengan perbandingan tertentu. Untuk menyeimbangkan
tekanan gas di dalam ruangan dimasukkan gas nitrogen (Muchtadi, 2008). Penyimpanan dalam ruangan
merupakan suatu cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (02 ), karbondioksida (C02
), dan nitrogen (N2 ) dalam ruang penyimpanan sehingga dapat memperlambat proses pernafasan,
penguapan dan aktivitas biologis 46 lainnya. Proses-proses tersebut dapat diperlambat dengan
menurunkan konsentrasi oksigen hingga di bawah 8% dan meningkatkan kandungan karbondioksida di
atas 2%. Dalam kondisi udara bebas, kandungan oksigen adalah 20,99%, karbondioksida 0,03% dan
nitrogen 78,03%. Rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida dalam ruang penyimpanan akan
memperlambat respirasi, pematangan (rippening) dan pelayuan, menurunkan laju produksi etilena dan
memperlambat pembusukan (BooksgoogJe, 2009). banyak digunakan di industri pangan. peran bahan
pengemas tersebut memiliki peran tertentu, seperti: secara aktif menurunkan kadar oksigen, kadar
etilen, merubah RH dalam kemasan, menjaga kesegaran produk makanan dalam kemasan. Dimana
kemasan pintar, secara aktif tipe kemasan ini dapat dipakai sebagai petunjuk atau indicator bagi
konsumen, akan tingkat kesegaran atau umur simpan dari suatu produk yang dikemas dengan kemasan
pintar. Beberapa contoh sederhana, tipe kemasan aktif dan pintar, label kemasan asam, label kemasan
basa, label kemasan petunjuk suhu, label kemasan kesegaran buah. Contoh kemasan aktif antara lain
plastik sachet berisi absorbent oksigen + uap air, plastik + emiter alkohol dan lainlain. Pengemasan aktif
merupakan kemasan yang mempunyai : bahan penyerap 02 (oxygen scavangers), bahan penyerap atau
penambah (generator) C02 , ethanol emilers, penyerap etilena, penyerap air, bahan antimikroba,
heating/cooling, bahan penyerap (absorber) dan yang dapat pelindung cahaya (photochromic). Menurut
Ismariny (2010) kemasan aktif juga dilengkapi dengan indikatorindikator yaitu : time-temperature
indicator yang dipasang di permukaan kemasan, indikator 02 , indikator C02 , indikator kerusakan atau
mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkandari reaksi-reaksi kimia, enzimatis
danJatau kerusakan mikroba pada bahan pangan. Jenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau
smart indicator karena dapat berinteraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat
pemanas pada microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat
digunakan dalam metode pengemasan aktif. Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan
aktif saat ini adalah : mempertahankan integritas 47 dan mencegah secara aktif kerusakan produk
(memperpanjang umur simpan), meningkatkan atribut produk (misalnya penampilan, rasa, f1avor,
aroma dan lain-lain), memberikan respon secara aktif terhadap perubahan produk atau lingkungan
kemasan, mengkomunikasikan informasi produk, riwayat produk (product history) atau kondisi untuk
penggunanya serta memudahkan dalam membuka. PENUTUP Pengemas dapat memperlambat proses
respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan sayuran dan buah. Pengemasan menghambat
penurunan bobot, meningkatkan citra produk, menghindari atau mengurangi kerusakan pada waktu
pengangkutan. Pengemasan dapat dilakukan dengan kardus/karton, keranjang, warring atau plastik,
sedangkan teknlogi kemasan yang banyak digunakan adalah pengemasan aktif (active packaging) dan
smart packaging. DAFTAR PUSTAKA Aked, J. 2000. Fruits and Vegetables in Stability and shelf-life of
food., in Kilcast. K and Subramaniam, P (Eds.):The Stability and Shelflife of Food, CRC Press. Al-Ati T, and
Joseph, H.H. (2002), Application of packaging and cut fruits and vegetables. In: Lamikanra, O (editor),
Fresh-cut Fruits and Vegetables: Science, Technology and Market. Boca Raton, FL: CRC Press, pp. 305–
338. Anggraeni, W. 2008. Penggunan Bahan Pelapis dan Plastik Kemasan Untuk Meningkatkan Daya
Simpan Buah Manggis. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fak. Pertanian. IPB. Bogor. Cahyono, B.
2001. Kubis Bunga Dan Broccoli Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Kanisus. Yogyakarta.
atmosphere packaging and active packaging of fruits and vegetables”. In: Ahvenainen, R., Mattila
Sandholm, T., Ohlsson, T. (eds), Minimal processing of foods (VTT Symposium series 142), Majvik, 14-14,
April 1994. Gorny, R.J. (2001), “A summary of CA and MA recommendations for selected fresh-cut fruits
and vegetables”. In: Optimal controlled atmospheres for horticultural perishables. Postharvest
Horticulture Series 48 No 22A, Davis, USA, pp.104- 152. Husna I. 2008. Pengaruh Suhu Penyimpanan dan
Pengemasan Terhadap Kesegaran Brokoli. Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Malang. Ismariny.
2010. Produk Pengemas Aktif Untuk Produk Pangan Segar Tahan Lama. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Jakarta. Kaji, H., Ueno, M., and Osajima, Y., (1993), “Storage of shredded
cabbage under a dynamically controlled atmosphere of high oxygen and high carbon dioxide”,
Bioscience, Biotechnology and Biochemistry, Vol. 57, pp. 1049– 1052. Kencana, P.K.D., Utama, M. S., ,
Yasa, I.G.P. 2012. Pengaruh Pencucian Kubis Menggunakan Larutan Klorin dan Pengemasana Individu
Menggunakan Wrapping-Plastik Film Terhadap Kehilangan Berat dan Kualitas Selama Penyimpanan.
McDonald, R.E., Risse, L.A., and Barmore, C.R. (1990), “Bagging chopped lettuce in Horticultural Science,
Vol. 25, pp. 671–673. Moleyar, V. and Narasimham, P. packaging of vegetables. Monolopoulou, H., L.
Gregory, X. armosphere packaging of freshcut bell peppers: effect on quality indices. Journal of Food
Research: Vol 1 No.3. Canadian Center of Science and Education. Canada Omary, M.B., Testin, R.F.,
Barefoot, S.F., and Rushing, J.W. (1993), “Packaging effects on growth of Listeria innocua in shredded
cabbage”. Journal of Food Science, Vol. 58 No. 3, pp. 623- 626. Pantastisco, ER.B. 1993. Fisiologi Pasca
Panen (Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Rahman MM, MD Miaruddin, MD Golam FC, MD HH Khan dan MA
Matin. 2012. Effect of different packaging systems and chlorination on the quality and shelf life of green
chili. Journal Agril. Res. 37(4): 729-736. Desember 2012. ISSN 0258- 7122. Bangladesh. Rao TVR, Neeta B,
Gol, Khilana KS. 2011. Effect of Postharvest Treatments and Storage temperature on the Quality and
Shelf Life of Sweet Pepper (Capsicum annum L). Scient Horticulturae132 : 18-26. Rinaldi, M.M.,
Sarantopoulos, C.I.G.L., Benedetti, B.C., and Moretti, G.L. (2010), “Storage of minimally processed
cabbage in different packaging systems”, ActaHorticulturae, Vol. 877, pp. 597-602. Saltveit, M.E, (2001),
“A summary of CA requirements and recommendations for vegetables”, In: Optimal controlled
atmospheres for 49 horticultural perishables. Postharvest horticulture series, No 22A, pp. 71-94.
Taksinamanee A, V Srilaong, A Uthairatanakijdan S Kanlayanarat. 2006. Effect of Hydro-cooling Combine
with Packing Method on Enzymatic Antioxidant Activity and Some Physical Changes in Red Hot Chilli cv.
‘Superhot’. Acta Hort. 712. ISHS : 873-878. Tano, K., R.K. Nevry, M. Koussemon and M.K. Oule. 2008. The
Effects of Different Storage Temperatures on the Quality of Fresh Bell Pepper (Capsicum annum L.).
Agricultural Journal 3(2): 157-162. Tawali, A.B. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu
Buah-buahan Impor Yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Jurnal Jurusan Teknologi Pertanian Fap
ertahut UNHAS. Winarno, F.G 1993. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. Zaulia,O., M. Razali,
H. Aminuddin, D. Che Omar, K.H. Ng and M. Habsah. 2006. Effect of different packagings and storage
temperatures on the quality of fresh-cut red chilli.J. Trop. Agric. and Fd. Sc. 34(1)(2006): 67-76.
40 PERAN INOVASI TEKNOLOGI KEMASAN DALAM MENURUNKAN KEHILANGAN HASIL PRODUK
PERTANIAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta
– 12540 Email: waryat21@yahoo.com ABSTRAK Produk hasil pertanian khususnya sayuran dan buah-
buahan mudah mengalami kerusakan (perishable). Kerusakan dapat terjadi karena faktor pun
mikrobiologis. Kerusakan hasil pertanian terjadi mulai dari produsen/ petani, pedagang pengumpul,
pedagang besar sampai pedagang pengecer. Kehilangan hasil pasca panen produk sayuran mencapai 25-
40%. Salah satu teknologi pasca panen yang dapat digunakan untuk mempertahankan mutu adalah
kemasan. Pengemas dapat memperlambat proses respirasi sehingga dapat memperpanjang umur
simpan sayuran dan buah. Pengemasan dapat dilakukan dengan kardus/ karton, keranjang, warring atau
plastik, sedangkan teknlogi kemasan yang atmosfer packaging (MAP), pengemasan aktif (active
packaging) dan smart packaging. Penggunaan kemasan plastik mempunyai susut bobot dan kerusakan
sayuran kubis lebih kecil yaitu 0,20% dan 7,30% bila dibandingkan tanpa kemasan yaitu 5,18% dan 15%.
Kesegaran brokoli dapat betahan sampai 7 hari setelah dikemas dengan plastik polyethilen. Kata kunci:
kehilangan hasil, teknologi pascapanen, kemasan, respirasi, MAP ABSTRACT Agricultural products,
especially vegetables and fruits are easily damaged (perishable). Damage may occur due to
physiological, physical, chemical, parasitic or microbiological factors. Damage to crops occur from
producers/farmers, collectors, wholesalers to retailers. Lost postharvest vegetable products reach 25-
40%. One post-harvest technologies that can be used to maintain the quality is the packaging. The
packaging can slow respiration process so that it can extend the shelf life of vegetables and fruit.
Packaging can be done with cardboard/cardboard, baskets, warring or plastic, while packaging
atmosphere packaging (MAP), the active packaging (active packaging) and smart packaging. The use of
plastics packaging has weight loss and damage to vegetable sprouts smaller at 0.20% and 7.30% when
compared with no packaging, namely 5.18% and 15%.Broccolifreshnesscan lastup to 7daysafter being
packed in plastic polyethilen. Keywords: perishable, post-harvest technology, packaging, respiration,
MAP 41 PENDAHULUAN Produk hasil pertanian khususnya sayuran dan buahbuahan mudah mengalami
kerusakan (perishable). Kerusakan dapat terjadi parasitik maupun mikrobiologis. Kerusakan hasil
pertanian terjadi mulai dari produsen/petani, pedagang pengumpul, pedagang besar sampai pedagang
pengecer. Beberapa penyebab kerusakan hasil pertanian adalah: budidaya yang tidak sesuai GMP, pra
panen (panen, dan pasca panen (penyimpanan, pengangkutan). Selain itu, waktu tata niaga produk
pertanian dari produsen ke konsumen yang cukup panjang dan lama. Akibat dari kerusakan tersebut
tentu akan menimbulkan dampak kerugian ekonomi (Sugiyono, 2001). Di tahap pascapanen, buah
maupun sayur masih tetap termasuk jaringan yang hidup yang tetap aktif melakukan reaksi
metabolisme. Buah yang berlanjut termasuk respirasi, seperti antara lain proses pelunakan jaringan,
penurunan kadar asam-asam organik, perubahan warna, kehilangan senyawa-senyawa mudah menguap
yang berperan dalam pembentukan tidak terkontrol dengan baik akan mempercepat proses penurunan
mutu yang akan berakhir dengan penuaan jaringan hingga kebusukan (Aked, 2000). Penghambatan
respirasi dapat dilakukan jika faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses tersebut diketahui, yang
terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap respirasi adalah
suhu, ketersediaan oksigen, karbondioksida, uap air, zat pengatur tumbuh dan kerusakan buah.
Sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah kandungan air, Tingkat kehilangan pada produk
hortikultura, dalam hal kualitas dan kuantitas antara panen sampai ke konsumen berkisar 20-50% di
negara berkembang dan 5-25% di negara maju (Kader, 2002). Di Indonesia kehilangan pasca panen
produk sayuran 25-40% (Muchtadi, 1995). Kader (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa produsen dan
pedagang untuk mengurangi kehilangan hasil harus 1) mengetahui faktor biologi dan lingkungan yang
mengakibatkan penurunan mutu dan 2) menggunakan teknik pasca panen yang dapat menjaga mutu.
Untuk menjaga agar produk hortikultura dalam kondisi segar dan matang dalam waktu lebih lama, maka
perlu satu penanganan dari produk hortikultura ini. Salah satu teknologi pasca panen yang dapat
digunakan 42 untuk mempertahankan mutu adalah kemasan. Pengemas dapat memperlambat proses
respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan sayuran dan buah (Rachman, 2007). Dengan
pengemas yang baik maka masa segarnya (freshlife) dapat diperpanjang, sekaligus juga dapat
memberikan tampilan yang menarik untuk pemasarannya. Menurut BPPHP (2002), tujuan pengemasan
menghambat penurunan bobot, meningkatkan citra produk, menghindari atau mengurangi kerusakan
pada waktu pengangkutan. Pengemasan dapat dilakukan dengan kardus/karton, keranjang, warring atau
plastik, sedangkan teknlogi kemasan yang banyak digunakan adalah pengemasan aktif (active packaging)
dan smart packaging. INOVASI BAHAN KEMASAN Pengemasan bahan pangan mempunyai tujuan utama
untuk mengawetkan dan mempertahankan mutu serta kesegarannya, menarik selera pandang
konsumen, memberi kemudahan dalam penyimpanan dan distribusi serta dapat menekan peluang
kontaminasi dari udara dan tanah baik oleh mikroba pembusuk maupun mikroba yang membahayakan
kesehatan konsumen. Penggunaan bahan dan teknologi kemasan dapat menghambat penurunan mutu
produk yang dikemas. Salah satu bahan pengemas yang umum digunakan oleh masyarakat adalah
plastik. Penggunaan plastik untuk kemasan cukup baik karena sifatnya yang menguntungkan seperti
luwes, mudah dibentuk, mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk, dan tidak koroptif seperti
logam (Syarief et al., 1989).Menurut Husna (2008) kesegaran brokoli dapat betahan sampai 7 hari
setelah dikemas dengan plastik polyethilen dan disimpan pada suhu rendah (0-5oC). Kombinasi
perlakuan wrapping dan chitosan mampu memberikan pengaruh lebih baik dalam menghambat
perubahan warna kulit dan cupat buah serta persentase susut bobot manggis selama penyimpanan
(Anggraeni, 2008). Kemasan-kemasan untuk konsumen terdiri atas jenis-jenis berikut: (a) kantung
terbuat dari kertas, nampan dari kertas, karton, plastik, atau busa plastik, (c) kardus karton lipat,
kadang-kadang dengan jendela plastik tembus cahaya atau sekatsekat untuk pemisahan masingmasing
buah, dan (d) keranjang segi empat atau bulat kecil, cawan atau mangkuk kertas, plastik, bilahan kayu
tipis, atau 43 (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Jenis kemasan a) jarring; b) keranjang; c) kardus; d) plastik
lembaran-lembaran karton tebal yang dilapisi atau di beri lilin. Nampannampan plastik yang di bentuk
dengan vakum dapat di buat dari polistiren atau polipropilen (Pantastico, 1993). Kemasan yang banyak
digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Berbagai macam bahan pengemas dapat digunakan untuk
mengemas masa broccoli, misalnya papan kayu, bambo yang dianyam menjadi keranjang, karton, plastik
biasa atau plastik PE, dan sebagainya. Penyimpanan dengan menggunakan kantong plastik juga dapat
menghambat proses pematangan masa bunga broccoli. Kantong plastik yang digunakan dapat berupa
kantong plastic biasa dengan ketebalan 0,02 mm atau kantong plastik Poly Ethylene (PE) dengan
ketebalan 0,03 mm ( Cahyono, 2001). Menurut Waryat dkk (2015), penggunaan kemasan plastik
mempunyai susut bobot dan kerusakan sayuran kubis lebih kecil yaitu 0,20% dan 7,30% bila
dibandingkan tanpa kemasan yaitu 5,18% dan 15%. Kombinasi Pengemasan wrapping 50 ppm
mendapatkan persentase laju susut berat kubis terendah (Kencana dkk, 2012). Menurut Pantastico
(1993) penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan banyak variasi dan serbaguna untuk
melindungi, mengawetkan, memproses, menyimpan, mengukur, menyampaikan dan memamerkan
hasil-hasil. Jenis-jenis bahan kemasan yang berupa plastik lentur antara lain a) polietilen ini paling
banyak digunakan untuk pembuatan kantung-kantung bagi konsumen. Bahan ini kuat, kedap air, tahan
terhadap zat-zat kimia, dan murah. Plastik polyethylene banyak digunakan dalam industri pengemasan,
yang terbuat dari polimer hidrokarbon dengan ikatan lurus (CH2 -CH2 ) (Hanion, 1994 dalam Tawali,
2004). Keuntungan plastik polyethylene adalah memberikan perlindungan yang baik untuk bahan
pengemas, 44 penahan air, rapat dalam bentuk pengemasan. b) selofan (selulosa yang direfrigasi).
Bahan ini tidak dapat dilekatkan dengan pemanasan, tidak dapat ditembus gas-gas kering, tetapi dapat
ditembus oleh gas-gas lembab, proporsional dengan daya larut gas itu larut dalam air. Oleh karena
selofan tidak kedap air, selofan yang digunakan pada hasil pertanian biasanya dilapisi oleh nitroselulosa
agar plastik itu kedap air; c) hidroklorida karet (plio yang mempunyai sifat kedap air berupa wadah pro-
komoditi serupa yang lebih berat. Bahan ini tidak tembus udara, air, dan cairan-cairan; d. polivinil klorida
(PVC). Bahan ini merupakan sekarang ini untuk membungkus barang-barang yang segar, biasanya
digunakan sebagai bahan pelapis dan mudah mengkerut. Beberapa jenis PVC (misalnya asetat selulosa)
relatif mudah di tembus O2 dan uap air. Film ini memberikan kenampakan sebagai kemasan yang rapat,
dan dapat menyusut oleh pemanasan bila terkena sinar matahari. Penelitian kemasan cabe yang telah
dipublikasikan lebih banyak menggunakan kemasan plastik dengan kapasitas 250-500 gram. Jenis bahan
plastik yang ditelitia dalah polyethylene (PE) (Taksinamanee et al. 2006; Tanoet al. 2008; Rao et al.
2011), low density polyethylene (LDPE) (Monolopoulouet al. 2010), Polivinylclorida (PVC) (Zauliaet al,
2006) dan bahan plastik polypropylene (PP) (Rahman et al, 2012). Jenisplastik polyethylene (PE) lebih
baik menjaga kualitas spesies Capsicum annuum L dibandingkan jenis plastik polyethylene (PE) dan
Polivinylclorida (PVC). INOVASI TEKNOLOGI KEMASAN Teknologi pengemasan bahan pangan yang
modern mencakup ( / MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan smart packaging. Teknologi
kemesan tersebut bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan
sebagaimana bahan alaminya (Julianti dan Nurminah, 2006). (MAP) adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di
dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan lajur espirasi menurun, mengurangi pertumbuhan
mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang masa 45 simpan. Menurut Al-Atidan
Joseph (2002) bahwa m packaging (MAP) adalah alat yang efektif digunakan dalam industri segar untuk
memperpanjang umur simpan dengan mengubah gas dalam kemasan untuk menghasilkan komposisi
yang berbeda dari udara (Al-Ati dan Joseph 2002). Proses respirasi dapat dihambat dengan cara
mengurangi gas O2 dan/atau meningkatkan CO2 dapat mengurangi respirasi, selain proses
respirasipengaturan gas O2 dan CO2 dapat menurunkan produksi etilen, menunda reaksi enzimatik
meringankan produk dari kerugian kualitas dan pertumbuhan mikroorganisme (Day, 1994). Konsentrasi
gas keseimbangan dikembangkan dalam kemasan dapat memperpanjang umur simpan jagung
(McDonald et al, 1990;. Omary et al, mempengaruhi kualitas produk. Bagi atmosfer antara 2 dan 5% O2
dan dan untuk jagung3-8% CO2 (Moleyar dan Narasimham, 1994;. Rinaldi et al, 2010). Menurut Gorny
(2001) konsentrasi oksigen optimum untuk penyimpanan kubis antara 57,5%. Kaji dkk. (1993)
melaporkan konsentrasi optimal untuk kubis sebagai 5 - 10% dari O2 dan 5 - 15% dari CO2 . Tingkat
optimal dari O2 dan CO2 dipengaruhi oleh kultivar dan lama penyimpanan (Saltveit, 1997). Kondisi ini,
mengurangi laju respirasi, mempertahankan gula dan mengurangi browning pada permukaan. Prinsip
pengawetan dengan adalah pengaturan jumlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruang
penyimpanan yang tertutup rapat sehingga kadar gas oksigen dikurangi dan gas karbondioksida
dinaikkan. Dengan keadaan ini maka proses pernapasan sayuran dan buah-buahan menjadi terhambat.
Pengaturan gas dilakukan dengan cara menyedot udara di dalam ruangan dan menggantikannya dengan
campuran gas oksigen dan karbondioksida dengan perbandingan tertentu. Untuk menyeimbangkan
tekanan gas di dalam ruangan dimasukkan gas nitrogen (Muchtadi, 2008). Penyimpanan dalam ruangan
merupakan suatu cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (02 ), karbondioksida (C02
), dan nitrogen (N2 ) dalam ruang penyimpanan sehingga dapat memperlambat proses pernafasan,
penguapan dan aktivitas biologis 46 lainnya. Proses-proses tersebut dapat diperlambat dengan
menurunkan konsentrasi oksigen hingga di bawah 8% dan meningkatkan kandungan karbondioksida di
atas 2%. Dalam kondisi udara bebas, kandungan oksigen adalah 20,99%, karbondioksida 0,03% dan
nitrogen 78,03%. Rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida dalam ruang penyimpanan akan
memperlambat respirasi, pematangan (rippening) dan pelayuan, menurunkan laju produksi etilena dan
memperlambat pembusukan (BooksgoogJe, 2009). banyak digunakan di industri pangan. peran bahan
pengemas tersebut memiliki peran tertentu, seperti: secara aktif menurunkan kadar oksigen, kadar
etilen, merubah RH dalam kemasan, menjaga kesegaran produk makanan dalam kemasan. Dimana
kemasan pintar, secara aktif tipe kemasan ini dapat dipakai sebagai petunjuk atau indicator bagi
konsumen, akan tingkat kesegaran atau umur simpan dari suatu produk yang dikemas dengan kemasan
pintar. Beberapa contoh sederhana, tipe kemasan aktif dan pintar, label kemasan asam, label kemasan
basa, label kemasan petunjuk suhu, label kemasan kesegaran buah. Contoh kemasan aktif antara lain
plastik sachet berisi absorbent oksigen + uap air, plastik + emiter alkohol dan lainlain. Pengemasan aktif
merupakan kemasan yang mempunyai : bahan penyerap 02 (oxygen scavangers), bahan penyerap atau
penambah (generator) C02 , ethanol emilers, penyerap etilena, penyerap air, bahan antimikroba,
heating/cooling, bahan penyerap (absorber) dan yang dapat pelindung cahaya (photochromic). Menurut
Ismariny (2010) kemasan aktif juga dilengkapi dengan indikatorindikator yaitu : time-temperature
indicator yang dipasang di permukaan kemasan, indikator 02 , indikator C02 , indikator kerusakan atau
mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkandari reaksi-reaksi kimia, enzimatis
danJatau kerusakan mikroba pada bahan pangan. Jenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau
smart indicator karena dapat berinteraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat
pemanas pada microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat
digunakan dalam metode pengemasan aktif. Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan
aktif saat ini adalah : mempertahankan integritas 47 dan mencegah secara aktif kerusakan produk
(memperpanjang umur simpan), meningkatkan atribut produk (misalnya penampilan, rasa, f1avor,
aroma dan lain-lain), memberikan respon secara aktif terhadap perubahan produk atau lingkungan
kemasan, mengkomunikasikan informasi produk, riwayat produk (product history) atau kondisi untuk
penggunanya serta memudahkan dalam membuka. PENUTUP Pengemas dapat memperlambat proses
respirasi sehingga dapat memperpanjang umur simpan sayuran dan buah. Pengemasan menghambat
penurunan bobot, meningkatkan citra produk, menghindari atau mengurangi kerusakan pada waktu
pengangkutan. Pengemasan dapat dilakukan dengan kardus/karton, keranjang, warring atau plastik,
sedangkan teknlogi kemasan yang banyak digunakan adalah pengemasan aktif (active packaging) dan
smart packaging. DAFTAR PUSTAKA Aked, J. 2000. Fruits and Vegetables in Stability and shelf-life of
food., in Kilcast. K and Subramaniam, P (Eds.):The Stability and Shelflife of Food, CRC Press. Al-Ati T, and
Joseph, H.H. (2002), Application of packaging and cut fruits and vegetables. In: Lamikanra, O (editor),
Fresh-cut Fruits and Vegetables: Science, Technology and Market. Boca Raton, FL: CRC Press, pp. 305–
338. Anggraeni, W. 2008. Penggunan Bahan Pelapis dan Plastik Kemasan Untuk Meningkatkan Daya
Simpan Buah Manggis. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fak. Pertanian. IPB. Bogor. Cahyono, B.
2001. Kubis Bunga Dan Broccoli Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Kanisus. Yogyakarta.
atmosphere packaging and active packaging of fruits and vegetables”. In: Ahvenainen, R., Mattila
Sandholm, T., Ohlsson, T. (eds), Minimal processing of foods (VTT Symposium series 142), Majvik, 14-14,
April 1994. Gorny, R.J. (2001), “A summary of CA and MA recommendations for selected fresh-cut fruits
and vegetables”. In: Optimal controlled atmospheres for horticultural perishables. Postharvest
Horticulture Series 48 No 22A, Davis, USA, pp.104- 152. Husna I. 2008. Pengaruh Suhu Penyimpanan dan
Pengemasan Terhadap Kesegaran Brokoli. Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Malang. Ismariny.
2010. Produk Pengemas Aktif Untuk Produk Pangan Segar Tahan Lama. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT). Jakarta. Kaji, H., Ueno, M., and Osajima, Y., (1993), “Storage of shredded
cabbage under a dynamically controlled atmosphere of high oxygen and high carbon dioxide”,
Bioscience, Biotechnology and Biochemistry, Vol. 57, pp. 1049– 1052. Kencana, P.K.D., Utama, M. S., ,
Yasa, I.G.P. 2012. Pengaruh Pencucian Kubis Menggunakan Larutan Klorin dan Pengemasana Individu
Menggunakan Wrapping-Plastik Film Terhadap Kehilangan Berat dan Kualitas Selama Penyimpanan.
McDonald, R.E., Risse, L.A., and Barmore, C.R. (1990), “Bagging chopped lettuce in Horticultural Science,
Vol. 25, pp. 671–673. Moleyar, V. and Narasimham, P. packaging of vegetables. Monolopoulou, H., L.
Gregory, X. armosphere packaging of freshcut bell peppers: effect on quality indices. Journal of Food
Research: Vol 1 No.3. Canadian Center of Science and Education. Canada Omary, M.B., Testin, R.F.,
Barefoot, S.F., and Rushing, J.W. (1993), “Packaging effects on growth of Listeria innocua in shredded
cabbage”. Journal of Food Science, Vol. 58 No. 3, pp. 623- 626. Pantastisco, ER.B. 1993. Fisiologi Pasca
Panen (Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. Rahman MM, MD Miaruddin, MD Golam FC, MD HH Khan dan MA
Matin. 2012. Effect of different packaging systems and chlorination on the quality and shelf life of green
chili. Journal Agril. Res. 37(4): 729-736. Desember 2012. ISSN 0258- 7122. Bangladesh. Rao TVR, Neeta B,
Gol, Khilana KS. 2011. Effect of Postharvest Treatments and Storage temperature on the Quality and
Shelf Life of Sweet Pepper (Capsicum annum L). Scient Horticulturae132 : 18-26. Rinaldi, M.M.,
Sarantopoulos, C.I.G.L., Benedetti, B.C., and Moretti, G.L. (2010), “Storage of minimally processed
cabbage in different packaging systems”, ActaHorticulturae, Vol. 877, pp. 597-602. Saltveit, M.E, (2001),
“A summary of CA requirements and recommendations for vegetables”, In: Optimal controlled
atmospheres for 49 horticultural perishables. Postharvest horticulture series, No 22A, pp. 71-94.
Taksinamanee A, V Srilaong, A Uthairatanakijdan S Kanlayanarat. 2006. Effect of Hydro-cooling Combine
with Packing Method on Enzymatic Antioxidant Activity and Some Physical Changes in Red Hot Chilli cv.
‘Superhot’. Acta Hort. 712. ISHS : 873-878. Tano, K., R.K. Nevry, M. Koussemon and M.K. Oule. 2008. The
Effects of Different Storage Temperatures on the Quality of Fresh Bell Pepper (Capsicum annum L.).
Agricultural Journal 3(2): 157-162. Tawali, A.B. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu
Buah-buahan Impor Yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Jurnal Jurusan Teknologi Pertanian Fap
ertahut UNHAS. Winarno, F.G 1993. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. Zaulia,O., M. Razali,
H. Aminuddin, D. Che Omar, K.H. Ng and M. Habsah. 2006. Effect of different packagings and storage
temperatures on the quality of fresh-cut red chilli.J. Trop. Agric. and Fd. Sc. 34(1)(2006): 67-76.

Anda mungkin juga menyukai