Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TUGAS AKHIR

ANALISA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KABUPATEN MAROS


DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0

DISUSUN OLEH :

ANDRY SUDIRMAN
D 111 07 049

JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
ANALISA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KABUPATEN
MAROS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0
M. Selintung; [1]. M. P. Hatta; [2]. A. Sudirman.[3]

Abstrak
Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal yang wajar jika sektor air bersih mendapat
prioritas dalam penanganan dan pemenuhannya. PDAM sebagai perusahaan daerah pengelola air bersih seharusnya
mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada,
PDAM diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di Kabupaten Maros. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlu penambahan produksi air untuk memenuhi kebutuhan air bersih
pelanggan PDAM Maros saat ini, melakukan simulasi jaringan pipa distribusi air bersih di Kabupaten Maros dengan
menggunakan software EPANET 2.0, dan membandingkan hasil simulasi jaringan pipa distribusi air bersih dengan
menggunakan software EPANET 2.0 dengan hasil perencanaan sistem jaringan pipa distribusi kondisi eksisting saat ini.
Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan rata-rata harian sebesar 116,926 liter/detik masih dibawah produksi air IPA
Bantimurung dan Patontongan sebesar 130 liter/detik. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh nilai tekanan untuk jam
puncak pemakaian air yaitu pada pukul 06.00 WITA sebesar 68,3 m untuk tekanan tertinggi sedangkan tekanan
terendah sebesar 1,08 m. Selain itu dilakukan pula perbandingan nilai tekanan hasil simulasi dengan hasil pengukuran
lapangan di Perumahan Tumalia. Dari perbandingan tersebut diperoleh nilai tekanan hasil simulasi sebesar 6,06 m
sedangkan nilai tekanan pengukuran lapangan yang dilakukan oleh tim NRW PDAM Maros di perumahan ini sebesar
6,11 m. Adanya perbedaan nilai tekanan disebabkan oleh faktor umur pipa, kebocoran air, dan data penelitian yang
terbatas.

Kata Kunci : PDAM Maros, Jaringan Pipa, Kebutuhan Air, Tekanan, EPANET 2.0

PENDAHULUAN non perpipaan. Sistem perpipaan dikelolah


Air merupakan kebutuhan yang sangat oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
penting bagi kelangsungan hidup manusia. dan sistem non perpipaan dikelolah oleh
Tanpa air tidak akan ada kehidupan di muka masyarakat baik secara individu maupun
bumi. Bumi mengandung sejumlah besar air, kelompok. Untuk memenuhi kebutuhan air
lebih kurang 1,4 x 106 km3 yang terdiri atas bersih masyarakat Kabupaten Maros,
samudera, laut, sungai, danau, gunung es dan pemerintah telah membangun sistem air
sebagainya. Namun dari sekian banyak air bersih perpipaan sejak tahun 1987.
yang terkandung di bumi hanya 3 % yang Sejak berdiri sampai tahun 2011,
berupa air tawar yang terdapat dalam sungai, muncul beberapa masalah seperti kapasitas
danau dan air tanah. Kebutuhan air baku produksi yang masih sangat terbatas, tingkat
untuk berbagai keperluan terutama air bersih kebocoran air yang tinggi, pelanggan yang
untuk rumah tangga, tempat-tempat umum, belum mendapatkan air dan calon pelanggan
industri dan lain-lain akan terus meningkat yang belum terjangkau oleh jaringan
dari waktu ke waktu sejalan dengan lajunya perpipaan. Oleh karena itu jaringan pipa yang
pembangunan diberbagai sektor dan bidang ada di Kabupaten Maros yang berfungsi
serta jumlah penduduk yang terus bertambah. mendistribusikan air bersih untuk memenuhi
Di sisi lain jumlah penyedian dan prasarana kebutuhan masyarakat perlu untuk di evaluasi
air baku yang ada saat ini relatif terbatas kembali terhadap perencanaan semula
sehingga belum dapat memenuhi semua sehingga dapat ditemukan penyebab dan
kebutuhan tersebut terutama pada saat-saat solusi yang tepat dalam menyelesaikan
musim kemarau. Penanganan akan masalah tersebut. Diharapkan dari penelitian
pemenuhan kebutuhan air bersih dapat ini tercipta suatu fasilitas jaringan
dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan pendistribusian air yang mampu memberi
dengan sarana dan prasarana yang ada. pelayanan yang baik kepada masyarakat
Didaerah perkotaan, sistem penyediaan air Kabupaten Maros akan kebutuhan air bersih.
bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan
[1]. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
[2]. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
[3]. Mahasiswa Program S-1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
TINJAUAN PUSTAKA beberapa kegiatan seperti untuk
Analisis Kebutuhan Air kebutuhan nasional, komersial, industri
1. Macam Kebutuhan Air Baku dan fasilitas umum.
Menurut Terence (Ahmad Safii, 2012) - Kebocoran atau kehilangan air
kebutuhan air baku dalam suatu kota Besarnya kebutuhan air akibat kebocoran
diklasifikasikan antara lain : atau kehilangan air cukup signifikan.
- Kebutuhan domestik Kebocoran atau kehilangan air dapat
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan dibagi menjadi kebocoran air tercatat dan
air bersih untuk pemenuhan kebutuhan kebocoran air yang tidak tercatat.
sehari-hari atau rumah tangga seperti
untuk minum, memasak, kesehatan 2. Standar Kebutuhan Air
individu (mandi, cuci dan sebagainya), Adapun standar kebutuhan air antara lain:
menyiram tanaman, halaman dan - Standar kebutuhan air domestik
pengangkutan air buangan (buangan Besarnya kebutuhan air untuk keperluan
dapur dan toilet). domestik dapat dilihat pada tabel
- Kebutuhan non domestik dibawah ini. (Kamala dan Rao, 1988).
Kebutuhan non domestik adalah
kebutuhan air baku yang digunakan untuk

Tabel 1 Kriteria Perencanaan Air Bersih


JUMLAH PENDUDUK KEBUTUHAN AIR
No KATEGORI UKURAN KOTA
(Jiwa) (L/orang/hari)
1 I Kota Metropolitan > 1.000.000 190
2 II Kota Besar 500.000 s/d 1.000.000 170
3 III Kota Sedang 100.000 s/d 500.000 150
4 IV Kota Kecil 20.000 s/d 100.000 130
5 V Pedesaan < 20.000 30
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 1998

- Standar kebutuhan air non domestik keperluan rumah tangga. Standar


Standar kebutuhan air non domestik kebutuhan air bersih non domestik dapat
adalah kebutuhan air bersih diluar dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 Standar Kebutuhan Air non Domestik Kategori I, II, III dan IV
No Sektor Besaran Satuan
1 Sekolah 10 Liter/murid/hari
2 Rumah sakit 200 liter/tempat tidur/hari
3 Puskesmas 2000 liter/hari
4 Masjid 2000 liter/hari
5 Kantor 10 liter/pegawai/hari
6 Pasar 12000 liter/hektar/hari
7 Hotel 150 liter/tempat tidur/hari
8 Rumah makan 100 liter/tempat duduk/hari
9 Kompleks militer 60 liter/orang/hari
10 Kawasan industry 0,2-0,8 liter/detik/ha
11 Kawasan pariwisata 0,1-0,3 liter/detik/ha
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 1998
3. Fluktuasi Komsumsi air Grafik diatas menjelaskan hubungan
Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah berbanding terbalik antara tekanan dengan
air yang terpakai dari sistem yang ada debit yang dialirkan pompa. Semakin besar
bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air debit pompa yang dialirkan maka tekanan
dapat terbatas oleh karena terbatasnya air yang dihasilkan kecil , begitupun sebaliknya.
yang tersedia pada sistem yang ada, yang Misalnya ditinjau suatu sistem perpipaan yang
belum tentu sesuai dengan kebutuhan. pada satu sisi dipasang pompa dan sisi lain
Pemakaian air berbeda tiap jam, tiap hari dan dipasang valve / katup. Pada saat katup di
tiap bulan. putar kecil, tekanan pompa akan naik terus
sampai katup tertutup dan pompa tetap hidup,
4. Perhitungan Kebutuhan Air maka tekanan pompa akan berhenti pada
Dalam perhitungan, kebutuhan air tekanan H10. Sebaliknya, pada saat pompa
didasarkan pada kebutuhan air rata-rata. diputar lebih besar dari debit rencana maka
Kebutuan air rata-rata dapat dibedakane tekanan akan turun (H<H10).
menjadi dua yaitu kebutuhan air rata-rata
harian dan kebutuhan harian maksimum. Pengenalan EPANET 2.0
Kebutuhan air rata-rata harian (Qrh) adalah Epanet adalah program komputer yang
banyaknya air yang dibutuhkan selama satu menggambarkan simulasi hidrolis dan
hari. Berikut adalah rumusnya ; kecendrungan kualitas air yang mengalir
= . .. (1) dalam jaringan pipa. Jaringan itu sendiri
terdiri dari pipa, node (titik koneksi), pompa,
dimana : katub dan tangki atau reservoir. EPANET
P = jumlah penduduk (jiwa) dikembangkan oleh Water Supply and Water
q = kebutuhan air penduduk (ltr/dtk) Resources Divission USEPAS National Risk
Mangement Research Laboratory dan
Kebutuhan air harian maksimum (Qhm) pertama kali diperkenalkan padan tahun 1993
adalah banyaknya air yang dibutuhkan dan versi yang baru diterbitkan pada tahun
terbesar pada suatu hari. 1999. EPANET menjajaki aliran air di tiap
= . . (2) pipa, kondisi tekanan air di tiap titik dan
kondisi konsentrasi bahan kimia yang
dimana : mengalir di dalam pipa selama dalam periode
Fhm = faktor kebutuhan harian pengaliran.
maksimum (1,05-1,15)
Qrh = kebutuhan air rata-rata (ltr/dtk) Running Simulasi Jaringan Pipa
Berhasilnya menjalankan simulasi
Tekanan dan Debit Pompa ditandai dengan munculnya ikon pada
bagian run status pada Status Bar di dasar
ruang kerja EPANET. Jika proses run tidak
berhasil, maka akan muncul jendela report
yang mengindikasikan masalah yang terjadi.
Beberapa pesan masalah yang terjadi yang
muncul pada jendela Status Report antara
lain:
- Pompa tidak dapat menyalurkan aliran
atau head
EPANET akan mengeluarkan pesan
peringatan dan kesalahan ketika pompa
Gambar 1 Kurva Tekanan (H) dan Debit (Q)
Pompa
bekerja diluar kisaran kurva pompa. Jika
pompa membutuhkan tenaga melebihi
head yang ada, secara langsung EPANET
akan menutup pompa. Hal ini eksisting jaringan pipa, data jumlah
memberikan porsi pada jaringan sehingga pelanggan PDAM Maros, data pipa, dan data
terputusnya aliran dari berbagai sumber. pompa.
- Jaringan terputus
EPANET mengklasifikasikan jaringan Pengolahan Input Data Model
yang terputus jika ktidak ada jalan bagi Model EPANET 2.0 yang digunakan
air untuk disalurkan ke sambungan pipa memerlukan beberapa parameter input yang
yang membutuhkannya. Hal tersebut harus dimasukkan untuk melakukan simulasi.
dapat muncul jika tidak ada jalur terbuka Parameter-parameter tersebut adalah demand ,
diantara sambungan dengan kebutuhan elevasi, panjang pipa, diameter pipa, koefisien
air dan reservoar, tangki atau sambungan kekasaran pipa dan lain-lain. Input data yang
dengan kebutuhan airnya. digunakan untuk membuat model simulasi
- Tekanan negatif sistem distribusi air bersih di Kabupaten
Biasanya mengindikasikan bahwa Maros yaitu nilai koefisien kekasaran Hazen
terdapat masalah dengan jaringan yang Williams (C), perhitungan kebutuhan air, dan
dibuat atau dioperasikan. Tekanan negatif penentuan load loading.
dapat muncul ketika bagian dari jaringan
hanya dapat menerima sebagian air, Penggambaran Peta Jaringan Distribusi
mungkin karena jaringan tertutup . Peta jaringan distribusi digambar
ulang pada network map EPANET 2.0
METODOLOGI PENELITIAN dengan input yang sesuai dengan model
Adapun metodologi pengerjaan tugas eksisting dan data sekunder yang telah
akhir mengenai evaluasi jaringan air bersih di didapat. Input peta tahap awal meliputi
Kabupaetn Maros antara lain: ketinggian elevasi node, diameter pipa,
Pendefinisian Masalah dan Studi Literatur panjang pipa. Input selanjutnya adalah berupa
Tahapan pertama dalam menyelesaikan input water demand pada titik-titik komsumsi
tugas akhir ini adalah dengan melakukan yang telah ditentukan. Setelah itu, simulasi
pendefinisian masalah dan studi literatur. dilakukan untuk mengetahui apakah gambar
Pendefinisian masalah diperlukan untuk jaringan pada EPANET 2.0 dapat berjalan dan
menentukan tujuan akhir dari pengerjaan terhubung dengan baik.
tugas akhir ini sehingga dapat diketahui ruang
lingkup permasalahan yang perlu dibahas Simulasi Kondisi Desain
dalam tugas akhir ini. Studi literatur Hasil penggambaran dan input pada
dilakukan untuk memperoleh dasar teori yang EPANET 2.0 disimulasikan selama 24 jam
mencukupi selama pengerjaan tugas akhir ini. dengan memperhitungkan faktor jam puncak.
Faktor jam puncak merupakan faktor pengalih
Pengkajian Model Eksisting besarnya kebutuhan air untuk setiap jam
Pengkajian model eksisting diperlukan selama 24 jam.
untuk mengetahui kondisi jaringan distribusi
air bersih PDAM di Kabupaten Maros yang HASIL DAN PEMBAHASAN
akan dijadikan rujukan adalah model dalam Analisis Kebutuhan Air (Demand)
tugas akhir berjudul Evaluasi Pipa Jaringan 1. Kebutuhan Air Domestik
Distribusi Air bersih di Kabupaten Maros Data sensus penduduk mencatat bahwa
dengan Menggunakan Software EPANET untuk tahun 2011 jumlah penduduk
2.0. Kabupaten Maros sebanyak 320.958 jiwa
dengan jumlah pelanggan domestik sebanyak
Pengambilan Data 9355 Sambungan Rumah (SR). Berdasarkan
Adapun data yang diperlukan sebagai Tabel 1 mengenai kriteria perencanaan air
input dalam simulasi jaringan distribusi air bersih maka wilayah Maros termasuk kota
bersih di Kabupaten Maros berupa peta kategori III (kota sedang). Sebagai kota
kategori sedang maka ditetapkan kebutuhan 3. Rekapitulasi Kebutuhan Air Rata-
air untuk SR sebesar 150 ltr/org/hari, dengan Rata Harian (Qrh)
asumsi jumlah anggota keluarga per SR Dari hasil analisis perhitungan diatas kita
adalah 6 orang. Kebutuhan air non domestik bisa mendapatkan rekapitulasi kebutuhan air
terbesar terdapat di Kecamatan Turikale. rata-rata harian (Qrh) wilayah pelayanan
Berikut ini hasil perhitungan kebutuhan air berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada
non domestik : tabel berikut ini.

Tabel 3 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan Tabel 5 Rekapitulasi Kebutuhan Air Rata-Rata
Kecamatan Tahun 2011 Harian (Qrh) Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011
Jlh Keb. Air Domestik Domestik Non Domestik Total Qrh
No Kecamatan No Kecamatan
Pelanggan (ltr/dtk)
( ltr/detik) ( ltr/detik) ( ltr/detik)
1 Mandai 2850 29,688
1 Mandai 29,688 2,733 32,421
2 Maros Baru 387 4,031
2 Maros Baru 4,031 1,838 5,869
3 Marusu 467 4,865
3 Marusu 4,865 1,658 6,523
4 Turikale 4000 41,667
4 Turikale 41,667 3,748 45,414
5 Lau 1058 11,021
5 Lau 11,021 2,106 13,127
6 Bontoa 33 0,344
6 Bontoa 0,344 1,629 1,973
7 Bantimurung 400 4,167
7 Bantimurung 4,167 1,977 6,144
8 Simbang 90 0,938
Tanralili 8 Simbang 0,938 1,856 2,794
9 70 0,729
Jumlah 9 Tanralili 0,729 1,932 2,661
9355 97,448
Sumber : Hasil Perhitungan Jumlah 97,448 19,478 116,926
Sumber : Hasil Perhitungan
2. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
kebutuhan air baku yang digunakan untuk total kebutuhan air rata-rata harian (Qrh)
beberapa kegiatan seperti sekolah, rumah yang tersebar di sembilan kecamatan sebesar
sakit, puskesmas, masjid, dll. Berikut ini hasil 116,926 liter/detik masih berada dibawah
perhitungan kebutuhan air non domestik : total produksi air 2 IPA yang ada yaitu
sebesar 130 liter/detik.
Tabel 4 Kebutuhan Air Non Domestik
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Pola Pemakaian Air
Total Jumlah pemakaian air oleh masyarakat
No Kecamatan
Qrh ( ltr/detik) untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai
1 Mandai 2,733
yang sama. Aktivitas manusia yang berubah-
2 Maros Baru
ubah untuk setiap waktu menyebabkan
1,838
pemakaian air selama satu hari mengalami
3 Marusu 1,658 fluktuasi. Jam puncak merupakan jam dimana
4 Turikale 3,748 terjadi pemakain air terbanyak dalam 24 jam.
5 Lau 2,106 Untuk mendapatkan data pemakaian air
6 Bontoa dalam sehari perlu dilakukan pengamatan di
1,629
lokasi yaitu dengan mencatat jumlah
7 Bantimurung 1,977 pemakaian air dalam meter kubik setiap jam
8 Simbang 1,856 selama 24 jam . Pengamatan dilakukan
9 Tanralili 1,932 disalah satu perumahan yang ada di
Jumlah 19,478
Kabupaten Maros yang terpasang alat
Sumber : Hasil Perhitungan pengukur pemakaian air (Mastermeter) yaitu
Perumahan Tumalia. Berikut ini tabel yang
memperlihatkan jumlah pemakaian air positif yang mengindikasikan simulasi
pelanggan PDAM Kabupaten Maros di berjalan baik. Adapun nilai tekanan tertinggi
Perumahan Tumalia. untuk jam puncak pemakaian air sebesar 68,3
m pada node 140. Tekanan yang tinggi pada
Tabel 6 Jumlah Pemakaian Air Pelanggan PDAM node ini disebabkan letak node yang berada
Kabupaten Maros di Perumahan Tumalia pada elevasi yang tinggi yaitu + 14 m. Node
Pemakaian Air /
Jam Prosentase ini pula yang berjarak dekat dengan IPA Batu
Pukul
Pemakaian Air Bassi Bantimurung (elevasi + 17 m). Semua
(m3) node yang berjarak dekat dengan IPA
01.00 16,03 0,70 memiliki tekanan yang besar disebabkan
02.00 16,22 0,71 besarnya head pompa distribusi yang
03.00 16,22 0,71 terpasang sebesar 57 80 m. Sementara
04.00 16,30 0,71 tekanan terendah untuk jam puncak
05.00 16,28 0,71 pemakaian air sebesar 1,08 m pada node 15
06.00 28,34 1,24 dan 16. Tekanan yang rendah pada node ini
1,01
disebabkan node ini berjarak jauh dari IPA.
07.00 23,00
Selain itu kedua node ini juga berada pada
08.00 20,10 0,88
elevasi yang tinggi yaitu +15 m. Berikut ini
09.00 19,25 0,84 gambar grafik tekanan pada node 140 selama
10.00 20,09 0,88 simulasi berlansung (24 jam).
11.00 23,05 1,01
12.00 23,54 1,03
13.00 18,03 0,79
14.00 17,34 0,76
15.00 19,31 0,85
16.00 20,89 0,92
17.00 23,21 1,02
18.00 23,33 1,02
19.00 23,00 1,01
20.00 22,67 0,99 Gambar 2 Grafik tekanan pada node 140 hasil
21.00 22,20 0,97 simulasi EPANET 2.0
22.00 17,88 0,78
Adapun untuk kecepatan tertinggi untuk
23.00 17,22 0,76
simulasi jam puncak pemakaian air terdapat
24.00 17,12 0,75 pada pipa 99 dan 100 sebesar 1.3 m/dtk.
Sumber : Pencatatan Lapangan Kecepatan yang tinggi pada pipa ini
Dari hasil pengamatan pada alat disebabkan pipa ini dekat dan terhubung
Mastermeter di dapatkan pemakaian air langsung ke Reservoar Batang Ase.
terbanyak pada pukul 06.00 sebanyak 28, 34 Banyaknya air yang disuplai ke reservoir ini
m3 sedangkan pemakaian air paling sedikit menyebabkan aliran air pada pipa 99 dan 100
pada pukul 01.00 sebanyak 16,03 m3. menjadi lancar. Sementara kecepatan terendah
sebesar 0,03 pada pipa 6. Hal ini disebabkan
Hasil Simulasi Jaringan Pipa pipa terpasang pada topografi yang datar.
1. Hasil Simulasi Untuk Jam Puncak
Pemakaian Air 2. Hasil Simulasi Untuk Jam Terendah
Hasil simulasi untuk jam puncak Pemakaian Air
pemakaian air terjadi pada pukul 06.00 Simulasi untuk jam terendah pemakaian
dimana dalam simulasi EPANET 2.0 semua air (pukul 01.00) memperlihatkan bahwa
parameter hidrolis pada node dan link bernilai simulasi berjalan dengan baik dimana semua
parameter hidrolis pada node maupun link disebabkan pipa ini dekat dan terhubung
berjalan dengan baik. Tekanan tertinggi untuk langsung ke Reservoar Batang Ase.
jam terendah pemakaian air terdapat pada Banyaknya air yang disuplai ke reservoir ini
node 140 sebesar 71,81 m. Tekanan yang menyebabkan aliran air pada pipa 99 dan 100
tinggi pada node ini disebabkan letak node menjadi lancar. Sementara kecepatan terendah
yang berada pada elevasi yang tinggi yaitu + sebesar 0,02 pada pipa 144.
14 m. Node ini pula yang berjarak dekat
dengan IPA Batu Bassi Bantimurung (elevasi Perbandingan Hasil Simulasi dengan
+ 17 m). Semua node yang berjarak dekat Kondisi Eksisting
dengan IPA memiliki tekanan yang besar Adapun data yang akan dibandingkan
disebabkan besarnya head pompa distribusi adalah data tekanan, pemakaian air (demand),
yang terpasang sebesar 57 80 m. Sedangkan dan kecepatan untuk jam puncak pemakaian
tekanan terendah untuk jam terendah air (pukul 06.00). Dalam hal ini tidak semua
pemakaian air sebesar 0,81 m pada node 42. wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Maros
Letak node yang jauh dari IPA, elevasi yang yang terdiri dari 9 kecamatan yang akan kita
tinggi yaitu +17 m dan suplai air bersih pada bandingkan data terukur lapangannya dengan
jam ini hanya dari IPA Bantimurung saja, hasil simulasi EPANET 2.0 melainkan hanya
menyebabkan tekanan pada node ini kecil. dua kecamatan yaitu Kecamatan Turikale dan
Berikut ini gambar grafik tekanan pada node Kecamatan Mandai dengan jumlah penduduk
140 selama simulasi berlansung (24 jam). yang tinggi.
Data pemakaian air dan tekanan telah
ada sebelumnya berupa data sekunder yang
diperoleh dari tim Non Revenue Water (NRW)
PDAM Kabupaten Maros. Dari data
pemakaian air ini pula dapat dihitung nilai
kecepatan aliran air. Data lapangan di
Kecamatan Turikale diwakili data yang
diukur oleh tim NRW di perumahan Tumalia,
dan Perumahan Batara sedangkan di
Kecamatan Mandai di wakili data yang diukur
di Perumahan Papan Lestari dan Perumahan
Gambar 3 Grafik tekanan pada node 140 hasil
H. Banca. Berikut ini tabel perbandingan data
simulasi EPANET 2.0
lapangan dengan hasil simulasi EPANET 2.0
di Kecamatan Turikale dan Kecamatan
Adapun untuk kecepatan tertinggi untuk
Mandai :
simulasi jam terendah pemakaian air terdapat
pada pipa 99 dan 100 sebesar 1,6 m/dtk.
Kecepatan yang tinggi pada pipa ini
Tabel 7 Perbandingan Data Lapangan dengan Hasil Simulasi Epanet 2.0
Lapangan Simulasi
No Perumahan Tekanan Demand Kecepatan Tekanan Demand Kecepatan
(m) (l/dtk) (m/dtk) (m) (l/dtk) (m/dtk)
Kecamatan Turikale
1 Tumalia 6,11 6,74 0,86 6,06 7,85 1
Batara 5,098 2,23 0,28 2,29 2,46 0,34
Kecamatan Mandai
2 H. Banca 10,19 3,18 0,41 5,34 3,4 0,43
P. Lestari 6,12 2,62 0,33 6,44 2,85 0,36
Sumber : Pencatatan Lapangan dan Hasil Simulasi EPANET 2.0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Saran
terdapat perbedaan tekanan hasil pengukuran Adapun saran untuk penelitian
dengan hasil dari simulasi EPANET 2.0 ini selanjutnya antara lain:
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang
1. Terjadinya kebocoran pada jaringan pipa optimalisasi laju aliran pada pipa yang
distribusi yang mengakibatkan tekanan memiliki kecepatan aliran dibawah standar
air pada saat pengukuran tekanan menjadi kecepatan (0,3 s/d 2 m/dtk) sehingga
kecil. Pada perhitungan EPANET 2.0, distribusi aliran menjadi lebih baik.
faktor kebocoran dapat diabaikan 2. Perlunya penelitian mengenai kualitas air
sehingga nilai tekanan tidak berubah. distribusi dalam jaringan. EPANET 2.0
Sedangkan pada kenyataan di lapangan menyediakan fasilitas untuk pemodelan
menunjukkan bahwa kebocoran dapat kualitas air.
menyebabkan pengurangan nilai tekanan
3. Untuk jangka panjang dapat dilakukan
pada wilayah distribusi.
2. Faktor umur pipa berpengaruh pada perbaikan atau pergantian aksesoris atau
koefisien Hazen-William. Semakin tua dimensi pipa.
pipa menyebabkan kekasaran pipa
bertmbah sehingga kecepatan aliran UCAPAN TERIMAKASIH
dalam pipa berkurang. Sedangkan dalam Puji syukur penyusun panjatkan kepada
perhitungan EPANET 2.0, koefisien Allah SWT. Atas segala nikmat yang telah
Hazen-William dianggap tetap sesuai diberikan.Terima kasih kepada ayah dan ibu
dengan jenis pipa yang digunakan atas kasih sayangnya selama ini. Terima kasih
sehingga aliran dalam pipa dianggap kepada Ibu Prof. DR. Ir. Mary Selintung,
tidak berubah. MSc. dan Bapak DR. Eng. Mukhsan Putra
3. Terbatasnya data yang didapatkan Hatta, ST, MT. selaku pembimbing.
berkaitan dengan dengan jaringan Terimakasih kepada teman-teman yang telah
distribusi air PDAM dilokasi penelitian. membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Ahmad Safii, 2012, Evaluasi Jaringan Sistem
Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik Penyediaan Air Bersih di PDAM Kota
beberapa kesimpulan sebagai berikut: Lubuk Pakam, Universitas Sumatera
1. Besarnya kebutuhan air rata-rata harian (Qrh) Utara, Medan.
pelanggan PDAM Kabupaten Maros yang Dian Vita Agustina, 2007, Analisa Kinerja
tersebar di sembilan kecamatan yaitu Sistem Distribusi Air Bersih PDAM
116,926 liter/detik masih dibawah total Kecamatan Banyumanik Perumnas
produksi air 2 IPA PDAM Kabupaten Maros Banyumanik, Univeristas Dipenogoro,
yaitu IPA Batu Bassi Bantimurung dan IPA Semarang.
Lekopancing Patontongan sebesar 130
Kadoatie, Robert J., Hidrolika Terapan Aliran
liter/detik..
pada Saluran Terbuka dan Pipa, Edisi
2. Dari hasil simulasi EPANET diperoleh
Revisi.
bahwa untuk jam puncak pemakaian air,
pressure tertinggi yaitu 68,30 m sedangkan Kamala dan Rao, 1988, Perencanaan Sistem
pressure terendah yaitu 1,08 m. Kecepatan Distribusi Air Minum Perumnas
tertinggi yaitu 1,30 m/dtk sedangkan Driyorejo Kabupaten Gresik, Institut
kecepatan terendah yaitu 0,03 m/dtk. Adapun Teknologi Sepuluh November,
untuk jam terendah pemakaian air, pressure Surabaya.
tertinggi yaitu 71,81 m sedangkan pressure Raswari, 1987, Perencanaan dan
terendah yaitu 0,81 m. Kecepatan tertinggi Penggambaran Sistem Perpipaan,
yaitu 1,6 m/dtk sedangkan kecepatan Universitas Indonesia , Jakarta.
terendah yaitu 0,02 m/dtk.
Rossman, Lewis A., 2000, Epanet 2 Users Triadmodjo, Bambang, 1993, Hidraulika II,
Manual Versi Bahasa Indonesia, Beta Offset, Yogyakarta.
Ekamitri Engineering. Triadmodjo, Bambang, 2006, Hidrologi
Triadmodjo, Bambang, 1993, Hidraulika I, Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai