Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara
menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-
elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan
ekstra sel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini
dikontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui
oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20
sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang
masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler
sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum
pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung
koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Chronic Kidney Disease (CKD), merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan
kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011
sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic
Kidney Disease (CKD).
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi.
Menurut data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari
2011 di perkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang
membutuhkan cangkok ginjal.

1
Di Provinnsi Sulawesi Utara sendiri kenaikannya mencapai 32% dari
tahun 2009 lalu akibat banyaknya jumlah wisatawan baik dalam maupun luar
negeri yang datang berwisata, wisatawan-wasatawan tersebut banyak
mengidap penyakit penyakit Cronic Kidney Disease (CKD) itu yang menjadi
salah satu faktor banyaknya penderita gagal ginjal akut di Kota Pariwisata itu.
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan,
meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat
masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan
bahkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian CKD?
2. Bagaimana laporan pendahuluan CKD?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD?
4. Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada pasien CKD?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien
gagal ginjal kronik.
1.3.2 Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian CKD
2. Untuk mengetahui laporan pendahuluan CKD
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD
4. Untuk mengetahui aplikasi asuhan keperawatan pada pasien CKD

1.4 Manfaat
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami
pengertian dan asuhan keperawatan dari gagal ginjal kronik. Dan dapat
mencegah terjadinya penyakit tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga
kita sebagai perawat mampu bertindak sesuai dengan asuhan keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal . Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
gagal ginjal kronik dan akut . Gagal kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat ( biasanya berlangsung beberapa tahun ) ,
sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu .

2.2 Etiologi
Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
Klasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tuberkulosis Pielonefritis kronik / refluks nefropati
Penyakit vaskuler hipertensi Glomerulonefrotis
Gangguan jaringan ikat Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
herediter ginjal
Penyakit metabolik Diabetes millitus, goat,
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati
timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas, batu
neoplasma, nefrosis retroperitoneal,
traktus urinarius bagian bawah :
hipertrofi prostat, struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika urinaria

3
dan uretra.

Penyebab lazim gagal ginjal akut


A. Azotemia prarenal ( penurunan perfusi ginjal )
1. Depiesi volume cairan ekstrasel ( ECF ) absolute
a. Perdarahan : operasi besar, trauma, trauma pascapartum
b. Diuresis berlebihan
c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berarti muntah, diare.
d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga : luka bakar, peritonitis,
pankreatitis
2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif
a. Penurunan curah jantung : infark miokardium, distritmia, gagal
jantung.
b. Vasodilatasi perifer : Sepsis anafilaksis, obat anestesi,
antihipertensi nitrat
c. Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik , gagal hati ( sirosis )
3. Perubahan hemodinamika ginjal primer
a. Penghambat prostaglandin, aspirin dan obat NSAID lain
b. Vasodilatasi arteriol eferen : penghambat enzim pengkonversi
angiotensin, misalnya kaptopril
c. Obat vasokonstriksi : obat alfa adrenergik ( misal : norepinefrin)
angiotensin II
d. Sindrom hepatorenal
4. Obstruksi vascular ginjal bilateral
a. Stenosis ginjal , emboli , thrombosis
b. Thrombosis vena renalis bilateral
B. Azotemi Pascarenal ( Obstruksi saluran kemih )
1. Obstruksi uretra : katup uretra striktir uretra
2. Obstruksi cairan keluar kandng kemih : hipertrofi prostat karsinoma
3. Obstruksi bilateral ( unilateral jika saat ginjal berfungsi )
a. Intraureter : Batu, bekuan darah

4
b. Ekstraureter ( kompresi ) : fibrosis retroperitoneal, neoplasma
kandung kemih, prostat atau serviks ligasi bedah yang tidak
disengaja atau cedera.
4. Kandung kemih neurogenik
C. Gagal ginjal akut intrinsik
1. Nekrosis tubular akut
a. Paskaiskemik, syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta (
semua penyebab azotemia prarenal berat )
b. Nefrotoksis
2. Nefrotosis eksogen
a. Antibody : aminoglikosida, amfoterisisn B
b. Media kontras teriodinasi (terutama pada penderita diabetes)
c. Logam berat : sisplatinbiklorida merkuri arsen
d. Siklosporin : takrolimus
e. Pelarut : karbon tetraklorida , etilene glikol , methanol.
3. Nefrotoksis endogen
a. Pigmen intratubular : hemoglobin , mioglobin
b. Protein intratubular : myeloma multiple
c. Kristal intratubular : asam urat
4. Penyakit vascular atau glomerulus ginjal primer
a. Glomerulonefritis progresif cepat atau pascatreptokokus akut.
b. Hipertensi maligna
c. Serangan akut pada gagal ginjal, kronis yang terkait pembatasan
garam atau air.
5. Nefritis tubulointerstisial akut
a. Alergi : beta laktam (penisilim, sefalosporin, sulfonamide)
b. Infeksi (misal, pielonefritis akut)

2.3. Manifestasi klinis


1. Gagal ginjal kronik

5
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus,
ibfeksi saluran traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi ,
hiperurikemia, lupus eritomatosus sistemik
b. Sindrom uremia, yang terdiri dari : lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload) neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit(sodium, kalium, khlorida)
2. Gagal ginjal akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium :
oliguria, dieresis dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan
dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat
saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400ml/24 jam
a. Stadium oliguria
Oliguria timbul 24 48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia.
b. Stadium deuresis
1. Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari
2. Berlangsung 2-3 minggu
3. Pengeluaran urin harian jarang melebihi4 liter , asalkan pasien tidak
mengalami hidrasi yang berlebih
4. Tingginya kadar urea darah
5. Kemungkinan menderita kekurangan kalium , natrium , dan air
6. Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus
c. Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai atau tahun ,
dan selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi
sedikit membaik .

2.4. Patofisiologi

6
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat
ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit
atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

7
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

2.5. Pathways

2.6. Komplikasi
1. Penolakan cairan oleh tubuh, cairan tidak dapat keluar dari tubuh.
Kondisi ini menyebabkan pembengkakan lengan, kaki, tekanan darah
tinggi, atau penumpukan cairan di paru-paru (pulmonary edema).
2. Peningkatan kadar kalium di dalam darah, yang dapat menimbulkan
kerusakan fungsi jantung dan dapat berakibat fatal.
3. Penyakit kardiovaskuler.

8
4. Kerapuhan tulang dan meningkatnya risiko patah tulang.
5. Anemia.
6. Berkurangnya gairah seksual atau impotensi.
7. Kerusakan sistem syaraf.
8. Menurunnya respon sistem kekebalan tubuh.
9. Peradangan pada lapisan yang melingkupi jantung (pericarditis).
10. Komplikasi kehamilan.
11. Kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki

2.7. Pemeriksaan Penunjang


untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem
dan membantu menetapkan etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk
mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit

2.8. Penatalaksanaan Medik


1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal.

2.9. Pengkajian

9
1. Anamnesa
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Riwayat Psikososial
g. Lingkungan dan tempat tinggal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
b. Sistem Pernafasan
c. Sistem Hematologi
d. System Neuromuskular
e. Sistem Kardiovaskuler
f. Sistem Endokrin
g. Sistem Perkemihan
h. Sistem Muskuloskeletal

2.10. Diagnosa Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
4. Gangguan pertukaran gas
5. Kerusakan integritas kulit.

2.11. Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine , diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium

10
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kelebihan volume cairan
teratasi dengan kriteria: Terbebas dari edema, efusi, anaskar
b. Intervensi :
1. Kaji adanya oedema
Rasional : Oedema menunjukan adanya kelebihan volume
cairan
2. Ukur denyut jantung dan awasi TD
Rasional : Perawatan invasif diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskuler khususnya pada pasien dengan fungsi jantung
buruk
3. Monitor pemasukan cairan.
Rasional : Untuk menentukan fungsi ginjal
4. Ukur balance caira
Rasional : Untuk menentukan output dan input
5. Kolaborasi pemberian obat diuritika dengan dokte
Rasional : Untuk mempercepat pengeluaran urine
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 14 jam pasien
diharapkan mempertahankan/meningkatkan berat badan dan
selera untuk makan. Dengan kriteria hasil : tidak ada penurunan
berat badan
b. Intervensi :
1. kaji/catat pemasukan diet.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet.
2. Tawarkan perawatan mulut / sering cuci mulut.
Rasional : memberi kesegaran pada mulut dan miningkatkan
selera makan.
3. Ajurkan / berikan makan sedikit tapi sering.

11
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual.\
4. Kolborasi dengan ahli gizi untuk diit rendah protein dan rendah
garam
Rasional : diit untuk pasien gagal ginjal
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 14 jam
pasien mampu activity toleran
Dengan Kreteri hasil :Mampu melakukan aktivitas sehari - hari (
ADLs) secara mandiri
b. Intervensi
1. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sember
energi.
Rasional : Nutrisi yang cukup memberikan sumber energi.
2. Beri bantuan dalam aktifitas dan ambulasi.
Rasional : Memberikan keamanan pada pasien
3. Ajarkan teknik mengontrol pernafasan saat aktifitas
Rasional : Menghemat energi dalam tubuh.
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterap
Rasional : Memulihkan kembali otot yang mengalami kekakuan
4. Gangguan pertukaran gas
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi:
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
b. Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : memperlancar ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada jika perl
Rasional : fisioterapi dada dapat melancarkan pernapasan
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Rasional : mengetahui adanya kelainan

12
4. Berikan bronkodilator ;
Rasional : melancarkan pernapasan

5. Kerusakan integritas kulit.


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi
b. Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : agar tidak panas
2. Hindari kerutan pada tempat tidu
Rasional : Kerutan dapat menyebabkan lecet
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab
Rasional : kebersihan menghindari infeksi
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekal
Rasional : menghindari dicubitus
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Rasional : kemerahan tanda ada infeksi
6. Kolaborasi pemberian obat topikal
Rasional : untuk membunuh bakteri

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 pengkajian

1) Identitasklien
a. Nama a. SdrA
b. Umur b. 23tahun
c. Agama c. Islam
d. Pendidikan d. SMA
e. Pekerjaan e. Wiraswasta
f. Status perkawinan f. Belum Menikah
g. Dxmedis g. CKD stage V
h. Tanggal MRS h. 20 juni 2016
i. Tanggal pengkajian i. 20 juni 2016
j. Sumber informasi j. Klien dan keluarga
2) RiwayatPenyakit
a. Alasan MRS a. Klienmengatakan sering pusing setiap
tensinya tinggi, perutnya membesar
karena tidak dapat kencing, klien
mengeluhkan perutnya terasa keras dan
sebah, badan lemas
b. Keluhansaat pengkajian b. Klienmengatakan perutnya membesar
karena tidak dapat kencing, klien
mengeluhkan perutnya terasa keras dan
sebah, badan lemas
c. Riwayatpenyakitsekarang c. Klien memiliki riwayat CKD sejak 3 tahun
yang lalu dan menjalani HD rutin 2X
seminggu di HD RS dr.Soepraoen. Pada
hari senin tanggal 20 juni 2016 klien

14
datang untuk HD rutin, tetapi karena ada
keluhan terdapat cairan pada perutnya
maka klien disarankan untuk dirawat inap
di Ruang Kenanga untuk pengambilan
cairan pada keesokan harinya (selasa,
21 Juni 2016)
d. Riwayatpenyakitdahulu d. Klienmengatakansudah 3 tahun
menderita penyakit CKD, dan pada bulan
mei 2016 klien pernah di rawat di ruang
ICU RS dr.Soepraoen karena sakit DBD
dan klien tidak sadar selama 10 hari.
Klien memiliki riwayat mengkonsumsi
minuman berenergi (exstrajoss,
kratingdeng, hemaviton, dll)(3
sachet/hari) dan jarang minum air putih
e. Riwayatpenyakitkeluarga e. Di dalamkeluargaklienada yang
menderitapenyakitmenurunhipertensi
yaitu dari nenek dantidakada yang
menderitapenyakitmenularseperti TBC
maupun hepatitis.

3) Perubahanpolakesehatan
a. Makan Dirumah: Klien mengatakan makan 3X sehari dengan
komposisi nasi, lauk dan sayur, 1 porsihabis
Di RS: Klienmengatakan makan 3X sehari dengan
porsi yang sudah di sediakan dari rumah sakit yaitu
diet ginjal (rendah protein tinggi kalori)1 porsihabis
b. Minum Dirumah: Klienmengatakanminum air putih 4 6 gelas
perhari1500cc/hari
Di RS: Klienmengatakan minum 3 gelas air

15
putih/hari750cc/hari

(Pembatasan cairan 500cc)


Produksi urin 24 jam + 500 cc = 0cc + 500 cc= 500 cc

c. Eliminasi Di rumah: Klienmengatakan tidak dapat BAK sudah 3


bulan yang lalu
Di RS : Klienmengatakan tidak dapat BAK sudah 3
bulan yang lalu

Produksi urine 24 jam 0 cc (anuria)


d. Polaistirahattidur Klienmengatakandirumahjarangtidursiang.
Tidurmalampukul 22.00 danbangunpagipukul 04.00.
tidur6-7 jam/ hari
Di RS klienmengatakanseringterbangun. Tidurpukul
24.00 danbangunpukul 04.00. siangtidakbisatidur.
Tidur5-6 jam/ hari

4) Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan fisik:
a. Kesadaran a. CM
b. GCS b. 4/5/6
c. Suhu c. 36,5C
d. Nadi d. 88x/menit
e. TD e. 170/100 mmHg
f. RR f. 23x/menit
g. BB/TB g. 56/165
Pemeriksaan Kepala dan
Leher:

16
a. Kepala : a. warna rambut hitam, tidak terdapat lesi,
distribusi rambut merata, moonface (+)
b. Mata : b. tampak simetris ka/ki, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, pupil isokor ka/ki
c. Hidung : c. septumnasi di tengah, tidak terdapat sekret,
tidak terdapat polip hidung, tidak ada
benjolan, pernafasan cuping hidung (-),
d. Mulutdantenggorokan menggunakan O23 Lpm
: d. bibir tampak kering, tidak ada karies gigi,
e. Telinga : tidak terdapat pembesaran tonsil
e. bentuk simetris ka/ki, tidak terdapat nyeri
f. Leher : pada daun telinga, membran tympani utuh,
telinga utuh
f. bentuk leher utuh, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
tidak terdapat pembesaran vena jugularis
PemeriksaanIntegumen
(kulitdan kuku) :
a. Kulit : a. Warna kulit sawo matang turgor < 1 detik tidak
terdapat lesi, kering bersisik, kusam, kekuningan
b. Kuku : b. Kuku bersih, tidak terdapat clubing finger,
CRT < 1 detik
SistemPernafasan :
- Inspeksi : Bentuk dada simetris ka/ki, pergerakan dada
simetris ka/ki
dispnea(-), RR 23X/mnt, penggunaan otot bantu
pernafasan (-)

- Auskultasi :

17
Suara paru vesikuler
Rh
- -
- -
- Palpasi : + +

- Perkusi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak terdapat


nyeri tekan, focal fremitus simetris
Terdengar sonor di seluruh lapang paru
SistemKardiovaskuler :
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics v mid clavicula line


sinistra
- Perkusi :
Terdengar pekak pada batas atas ics II line
sternalis dexstra sinistra batas bawah ics V
mid clavicula sinistra
- Auskultasi :
S1 dan s2 terdengar tunggal lup- dup s1
terdengar pada ics lV dan V mid clavicula line
sinistra dan s2 terdengar di ics II line sternalis
dexstra dan sinistra tidak terdapat suara
tambahan

Payudaradanketiak : Tidakterdapatbenjolan abnormal,


tidakterdapatnyeritekan
Sistem Pencernaan :
- Inspeksi : Distended, asites (+)

18
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit

- Perkusi : Terdengar suara tympani

- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen batas bawah


kanan
dengan skala nyeri 1-2
Pemeriksaangenetalia : Tidakterkaji

PemeriksaanMuskulo Kekuatan otot


(Ekstremitas) : 5 5
5 5
ROM atas ka/ki: : tidak terdapat hambatan dalam
pergerakan
ROM bawah ka/ki: tidak terdapat hambatan
dalam pergerakan
SistemNeurologi / Kesadaran: Compos Mentis
Persyarafan : GCS: 4/5/6
Reflek patela +/+
Data PsikoSosial Spiritual Psiko :klienmengatakancemasmemikirkan
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh
Harapan klien hanya ingin cepat sembuh dan
bisa kembali bekerja dan kumpul sama keluarga
seperti biasanya. Klien juga sering bertanya
kepada peneliti apakah penyakitnya bisa di
sembuhkan

Sosial : Klien mengatakan hubungan dengan


keluarga baik, orang yang paling dekat dengan
klien adalah ibu klien. Hubungan klien dengan

19
tetangga, klien mengatakan tidak ada masalah
dnegan tetangga. Setiap ada acara rutin
dikampung klien selalu mengikuti seperti acara
tahlilan ataupun acara lainnya

Spiritual : Klien mengatakan dirumah sholat 5


waktu, dan selama dirumah sakit klien hanya
berdoa untuk kesembuhannya

5) Hasil pemeriksaan diagnostik


Laboratorium Tanggal20 Juni 2016
Hematologi
Hb 9,7( 12-17 mg/dl) (menurun)
Faalginjal
Ureum 116 (15-45 mg/dl) (meningkat)
Kreatinin 7,95(0,7-1,4 mg/dl) (meningkat)
14023x 56
= = 11,45 mL/mnt CKD st
72 X 7,95

V
Biografi Cardio megali disertai dengan congesti paru
TORAKS
Terapi CaCo3 3x500 mg PO
Asam folat 3x1 mg PO
Nadic 3x2 tab PO
Flumocyl 3x1 sachet PO
Cordipron 3x1 PO

20
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Sdr. a

UMUR : 23 thn :

NO Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 DS: Sering mengkonsumsi Kelebihan
pasien mengatakan minuman berenergi, volume cairan
nyeri pada bagian perut, jarang minum
terasa sebah dan keras
Do:
- perut pasien tampak Nefrotoksik
membesar Hipoperfusi (penurunan
- Ansietas (+) aliran darah ke ginjal)
- Distended
- Ttv: N: 88 x/menit Memperberat kerja ginjal
S: 36,5 C
Td: 170/100 Jaringan parut merusak
mmHg sisa korteks
Rr:23 x/menit
- Hematologi (Hb = 9,7
mg/dl) menurun Glomeruli dan tubulus
- Faal ginjal (ureum menjadi jaringan parut
116 mg/dl) meningkat
- (kreatinin 7,95 mg/dl)
meningkat Kerusakan glomerolus
- GFR= parah

21
- Cardiomegali
- Congesti paru
- Rh CKD

Penurunan GFR

Retensi cairan dan


natrium

Odeme

Kelebihan volume cairan

2 ds: Vaskular(hipertensi) intoleransi


px mengatakan badan aktivitas
terasa lemas
do: Arterio sklerosis
- pasien tampak lemas
- pasien tampak
berbaring ditempat
tidur Suplai darah ginjal turun
- Ttv: td: 170/100
mmHg
N: 88x/menit GFR turun
S:36,5 c
RR: 23X/menit
- Cardiomegali CKD
- kongesti paru
- Hematologi (Hb = 9,7

22
mg/dl) menurun Sekresi eritropopoitin
- Faal ginjal (ureum turun
116 mg/dl) meningkat
- (kreatinin 7,95 mg/dl)
Produksi HB turun
meningkat

Oksihemoglobin turun

Suplai o2 jaringan turun

Kelelahan otot

Intoleransi aktivitas

23
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Sdr. a

UMUR : 23 thn

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD

1 Kelebihan cairan berhubungan dengan fungsi


ginjal

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


2 keletihan, retensi produksi sampah

24
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Sdr. a

UMUR : 23 thn

No TANGGAL DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL TTD


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Kelebihan cairan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya odem 1. Odem menunjukkan
berhubungan tindakan 3x24 jam di adanya kelebihan
dengan penurunan harapkan kelebihan 2. Ukur denyut jantung volume cairan
fungsi ginjal volume cairan teratasi. awasi tekanan darah 2. Perawatan invasive
Dengan criteria hasil: 3. Jelaskan pada klien diperlukan untuk
1. Terbebas dari dan keluarga mengkaji volume
edema, efusi, 4. Kolaborasi pemberian intravascular
anarsaka obat diuritika denan khususnya pada
Asites (-) dokter pasien
Rh -/- 3. Pemahaman
peningkatan kerja

25
sama klien dan
keluarga dalam
pembatasan cairan
4. Untuk mempercepat
pengeluaran urine
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Beri bantuan dalam 1. Ambulasi
berhubungan tindakan keperawatan aktivatas dan ambulasi meningkatkan
dengan keletihan, selama 3x24 jam px 2. Monitor intake nutrisi keamanan px
retensi produksi mampu beraktivitas memastikan 2. Nutrisi yang cukup
sampah normal dengan kreteria kecukupan energy memberikan cukup
hasil: 3. Ajarkan teknik energy
1. Mampu melakukan mengontrol pernafasan 3. Hemat energy dalam
aktivitas sehari-hari saat beraktivitas tubuh
secara mandiri 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Memulihkan kembali
fisioterapi otot yang mengalami
kekakuan

26

Anda mungkin juga menyukai