PENDAHULUAN
1
Di Provinnsi Sulawesi Utara sendiri kenaikannya mencapai 32% dari
tahun 2009 lalu akibat banyaknya jumlah wisatawan baik dalam maupun luar
negeri yang datang berwisata, wisatawan-wasatawan tersebut banyak
mengidap penyakit penyakit Cronic Kidney Disease (CKD) itu yang menjadi
salah satu faktor banyaknya penderita gagal ginjal akut di Kota Pariwisata itu.
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan,
meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat
masalah kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan
bahkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian CKD?
2. Bagaimana laporan pendahuluan CKD?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD?
4. Bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada pasien CKD?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien
gagal ginjal kronik.
1.3.2 Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian CKD
2. Untuk mengetahui laporan pendahuluan CKD
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD
4. Untuk mengetahui aplikasi asuhan keperawatan pada pasien CKD
1.4 Manfaat
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami
pengertian dan asuhan keperawatan dari gagal ginjal kronik. Dan dapat
mencegah terjadinya penyakit tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga
kita sebagai perawat mampu bertindak sesuai dengan asuhan keperawatan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal . Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
gagal ginjal kronik dan akut . Gagal kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat ( biasanya berlangsung beberapa tahun ) ,
sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu .
2.2 Etiologi
Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
Klasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tuberkulosis Pielonefritis kronik / refluks nefropati
Penyakit vaskuler hipertensi Glomerulonefrotis
Gangguan jaringan ikat Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
herediter ginjal
Penyakit metabolik Diabetes millitus, goat,
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik, nefropati
timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas, batu
neoplasma, nefrosis retroperitoneal,
traktus urinarius bagian bawah :
hipertrofi prostat, struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika urinaria
3
dan uretra.
4
b. Ekstraureter ( kompresi ) : fibrosis retroperitoneal, neoplasma
kandung kemih, prostat atau serviks ligasi bedah yang tidak
disengaja atau cedera.
4. Kandung kemih neurogenik
C. Gagal ginjal akut intrinsik
1. Nekrosis tubular akut
a. Paskaiskemik, syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta (
semua penyebab azotemia prarenal berat )
b. Nefrotoksis
2. Nefrotosis eksogen
a. Antibody : aminoglikosida, amfoterisisn B
b. Media kontras teriodinasi (terutama pada penderita diabetes)
c. Logam berat : sisplatinbiklorida merkuri arsen
d. Siklosporin : takrolimus
e. Pelarut : karbon tetraklorida , etilene glikol , methanol.
3. Nefrotoksis endogen
a. Pigmen intratubular : hemoglobin , mioglobin
b. Protein intratubular : myeloma multiple
c. Kristal intratubular : asam urat
4. Penyakit vascular atau glomerulus ginjal primer
a. Glomerulonefritis progresif cepat atau pascatreptokokus akut.
b. Hipertensi maligna
c. Serangan akut pada gagal ginjal, kronis yang terkait pembatasan
garam atau air.
5. Nefritis tubulointerstisial akut
a. Alergi : beta laktam (penisilim, sefalosporin, sulfonamide)
b. Infeksi (misal, pielonefritis akut)
5
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus,
ibfeksi saluran traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi ,
hiperurikemia, lupus eritomatosus sistemik
b. Sindrom uremia, yang terdiri dari : lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload) neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit(sodium, kalium, khlorida)
2. Gagal ginjal akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium :
oliguria, dieresis dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan
dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat
saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400ml/24 jam
a. Stadium oliguria
Oliguria timbul 24 48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia.
b. Stadium deuresis
1. Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari
2. Berlangsung 2-3 minggu
3. Pengeluaran urin harian jarang melebihi4 liter , asalkan pasien tidak
mengalami hidrasi yang berlebih
4. Tingginya kadar urea darah
5. Kemungkinan menderita kekurangan kalium , natrium , dan air
6. Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus
c. Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai atau tahun ,
dan selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi
sedikit membaik .
2.4. Patofisiologi
6
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi
lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat
ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit
atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
7
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
2.5. Pathways
2.6. Komplikasi
1. Penolakan cairan oleh tubuh, cairan tidak dapat keluar dari tubuh.
Kondisi ini menyebabkan pembengkakan lengan, kaki, tekanan darah
tinggi, atau penumpukan cairan di paru-paru (pulmonary edema).
2. Peningkatan kadar kalium di dalam darah, yang dapat menimbulkan
kerusakan fungsi jantung dan dapat berakibat fatal.
3. Penyakit kardiovaskuler.
8
4. Kerapuhan tulang dan meningkatnya risiko patah tulang.
5. Anemia.
6. Berkurangnya gairah seksual atau impotensi.
7. Kerusakan sistem syaraf.
8. Menurunnya respon sistem kekebalan tubuh.
9. Peradangan pada lapisan yang melingkupi jantung (pericarditis).
10. Komplikasi kehamilan.
11. Kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki
2.9. Pengkajian
9
1. Anamnesa
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Riwayat Psikososial
g. Lingkungan dan tempat tinggal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
b. Sistem Pernafasan
c. Sistem Hematologi
d. System Neuromuskular
e. Sistem Kardiovaskuler
f. Sistem Endokrin
g. Sistem Perkemihan
h. Sistem Muskuloskeletal
10
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kelebihan volume cairan
teratasi dengan kriteria: Terbebas dari edema, efusi, anaskar
b. Intervensi :
1. Kaji adanya oedema
Rasional : Oedema menunjukan adanya kelebihan volume
cairan
2. Ukur denyut jantung dan awasi TD
Rasional : Perawatan invasif diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskuler khususnya pada pasien dengan fungsi jantung
buruk
3. Monitor pemasukan cairan.
Rasional : Untuk menentukan fungsi ginjal
4. Ukur balance caira
Rasional : Untuk menentukan output dan input
5. Kolaborasi pemberian obat diuritika dengan dokte
Rasional : Untuk mempercepat pengeluaran urine
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 14 jam pasien
diharapkan mempertahankan/meningkatkan berat badan dan
selera untuk makan. Dengan kriteria hasil : tidak ada penurunan
berat badan
b. Intervensi :
1. kaji/catat pemasukan diet.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet.
2. Tawarkan perawatan mulut / sering cuci mulut.
Rasional : memberi kesegaran pada mulut dan miningkatkan
selera makan.
3. Ajurkan / berikan makan sedikit tapi sering.
11
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual.\
4. Kolborasi dengan ahli gizi untuk diit rendah protein dan rendah
garam
Rasional : diit untuk pasien gagal ginjal
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 14 jam
pasien mampu activity toleran
Dengan Kreteri hasil :Mampu melakukan aktivitas sehari - hari (
ADLs) secara mandiri
b. Intervensi
1. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sember
energi.
Rasional : Nutrisi yang cukup memberikan sumber energi.
2. Beri bantuan dalam aktifitas dan ambulasi.
Rasional : Memberikan keamanan pada pasien
3. Ajarkan teknik mengontrol pernafasan saat aktifitas
Rasional : Menghemat energi dalam tubuh.
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterap
Rasional : Memulihkan kembali otot yang mengalami kekakuan
4. Gangguan pertukaran gas
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi:
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
b. Intervensi :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : memperlancar ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada jika perl
Rasional : fisioterapi dada dapat melancarkan pernapasan
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Rasional : mengetahui adanya kelainan
12
4. Berikan bronkodilator ;
Rasional : melancarkan pernapasan
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 pengkajian
1) Identitasklien
a. Nama a. SdrA
b. Umur b. 23tahun
c. Agama c. Islam
d. Pendidikan d. SMA
e. Pekerjaan e. Wiraswasta
f. Status perkawinan f. Belum Menikah
g. Dxmedis g. CKD stage V
h. Tanggal MRS h. 20 juni 2016
i. Tanggal pengkajian i. 20 juni 2016
j. Sumber informasi j. Klien dan keluarga
2) RiwayatPenyakit
a. Alasan MRS a. Klienmengatakan sering pusing setiap
tensinya tinggi, perutnya membesar
karena tidak dapat kencing, klien
mengeluhkan perutnya terasa keras dan
sebah, badan lemas
b. Keluhansaat pengkajian b. Klienmengatakan perutnya membesar
karena tidak dapat kencing, klien
mengeluhkan perutnya terasa keras dan
sebah, badan lemas
c. Riwayatpenyakitsekarang c. Klien memiliki riwayat CKD sejak 3 tahun
yang lalu dan menjalani HD rutin 2X
seminggu di HD RS dr.Soepraoen. Pada
hari senin tanggal 20 juni 2016 klien
14
datang untuk HD rutin, tetapi karena ada
keluhan terdapat cairan pada perutnya
maka klien disarankan untuk dirawat inap
di Ruang Kenanga untuk pengambilan
cairan pada keesokan harinya (selasa,
21 Juni 2016)
d. Riwayatpenyakitdahulu d. Klienmengatakansudah 3 tahun
menderita penyakit CKD, dan pada bulan
mei 2016 klien pernah di rawat di ruang
ICU RS dr.Soepraoen karena sakit DBD
dan klien tidak sadar selama 10 hari.
Klien memiliki riwayat mengkonsumsi
minuman berenergi (exstrajoss,
kratingdeng, hemaviton, dll)(3
sachet/hari) dan jarang minum air putih
e. Riwayatpenyakitkeluarga e. Di dalamkeluargaklienada yang
menderitapenyakitmenurunhipertensi
yaitu dari nenek dantidakada yang
menderitapenyakitmenularseperti TBC
maupun hepatitis.
3) Perubahanpolakesehatan
a. Makan Dirumah: Klien mengatakan makan 3X sehari dengan
komposisi nasi, lauk dan sayur, 1 porsihabis
Di RS: Klienmengatakan makan 3X sehari dengan
porsi yang sudah di sediakan dari rumah sakit yaitu
diet ginjal (rendah protein tinggi kalori)1 porsihabis
b. Minum Dirumah: Klienmengatakanminum air putih 4 6 gelas
perhari1500cc/hari
Di RS: Klienmengatakan minum 3 gelas air
15
putih/hari750cc/hari
4) Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan fisik:
a. Kesadaran a. CM
b. GCS b. 4/5/6
c. Suhu c. 36,5C
d. Nadi d. 88x/menit
e. TD e. 170/100 mmHg
f. RR f. 23x/menit
g. BB/TB g. 56/165
Pemeriksaan Kepala dan
Leher:
16
a. Kepala : a. warna rambut hitam, tidak terdapat lesi,
distribusi rambut merata, moonface (+)
b. Mata : b. tampak simetris ka/ki, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, pupil isokor ka/ki
c. Hidung : c. septumnasi di tengah, tidak terdapat sekret,
tidak terdapat polip hidung, tidak ada
benjolan, pernafasan cuping hidung (-),
d. Mulutdantenggorokan menggunakan O23 Lpm
: d. bibir tampak kering, tidak ada karies gigi,
e. Telinga : tidak terdapat pembesaran tonsil
e. bentuk simetris ka/ki, tidak terdapat nyeri
f. Leher : pada daun telinga, membran tympani utuh,
telinga utuh
f. bentuk leher utuh, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
tidak terdapat pembesaran vena jugularis
PemeriksaanIntegumen
(kulitdan kuku) :
a. Kulit : a. Warna kulit sawo matang turgor < 1 detik tidak
terdapat lesi, kering bersisik, kusam, kekuningan
b. Kuku : b. Kuku bersih, tidak terdapat clubing finger,
CRT < 1 detik
SistemPernafasan :
- Inspeksi : Bentuk dada simetris ka/ki, pergerakan dada
simetris ka/ki
dispnea(-), RR 23X/mnt, penggunaan otot bantu
pernafasan (-)
- Auskultasi :
17
Suara paru vesikuler
Rh
- -
- -
- Palpasi : + +
18
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit
19
tetangga, klien mengatakan tidak ada masalah
dnegan tetangga. Setiap ada acara rutin
dikampung klien selalu mengikuti seperti acara
tahlilan ataupun acara lainnya
V
Biografi Cardio megali disertai dengan congesti paru
TORAKS
Terapi CaCo3 3x500 mg PO
Asam folat 3x1 mg PO
Nadic 3x2 tab PO
Flumocyl 3x1 sachet PO
Cordipron 3x1 PO
20
ANALISA DATA
UMUR : 23 thn :
21
- Cardiomegali
- Congesti paru
- Rh CKD
Penurunan GFR
Odeme
22
mg/dl) menurun Sekresi eritropopoitin
- Faal ginjal (ureum turun
116 mg/dl) meningkat
- (kreatinin 7,95 mg/dl)
Produksi HB turun
meningkat
Oksihemoglobin turun
Kelelahan otot
Intoleransi aktivitas
23
DIAGNOSA KEPERAWATAN
UMUR : 23 thn
24
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
UMUR : 23 thn
25
sama klien dan
keluarga dalam
pembatasan cairan
4. Untuk mempercepat
pengeluaran urine
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Beri bantuan dalam 1. Ambulasi
berhubungan tindakan keperawatan aktivatas dan ambulasi meningkatkan
dengan keletihan, selama 3x24 jam px 2. Monitor intake nutrisi keamanan px
retensi produksi mampu beraktivitas memastikan 2. Nutrisi yang cukup
sampah normal dengan kreteria kecukupan energy memberikan cukup
hasil: 3. Ajarkan teknik energy
1. Mampu melakukan mengontrol pernafasan 3. Hemat energy dalam
aktivitas sehari-hari saat beraktivitas tubuh
secara mandiri 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Memulihkan kembali
fisioterapi otot yang mengalami
kekakuan
26