Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Oleh

Beatrikx Aponno
1490122031

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2021
A. PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal kronis atau biasa dikenal GGK merupakan salah
satu penyakit yang menjadi masalah besar didunia. Cahyaningsih (2011)
mengemukakan bahwa gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang
menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak
mampu melakukan fungsinya dengan baik.
Badan kesehatan dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan penderita
gagal ginjal pada tahun 2013 telah mengalami peningkatan sebesar 50% dari
tahun sebelumnya, salah satunya di Negara Amerika Serikat, kejadian dan
prevalensi gagal ginjal meningkat di tahun 2014. Negara Indonesia merupakan
Negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi dengan melihat
hasil survei perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) bahwa diperkirakan
sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta penduduk Indonesia.
B. PENGERTIAN
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik
dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun
yang tidak reversible), sedangkan gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan
penyakit kritis, berkembang pesat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu,
dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi dari perkemihan menurut Nugrahaeni (2020)
menjelaskan bahwa Saluran kemih adalah sistem drainase tubuh untuk
mengeluarkan urine, yang terdiri dari limbah tubuh. Agar buang air kecil dapat
terjadi, semua bagian tubuh dalam saluran kemih harus bekerja bersama dalam
membentuk urine.
1. Ginjal adalah dua organ berbentuk kacang berukuran seukuran kepalan tangan.
Ginjal terletak disetiap tulang belakang. Setiap hari, ginjal menyaring sekitar
120 hingga 150 liter darah untuk menghasilkan sekitar 1 hingga 2 liter urine.
Ginjal bekerja sepanjang waktu.
Ureter adalah tabung tipis otot – satu di setiap sisi kandung kemih yang
membawa urine dari masing-masing ginjal ke kandung kemih.
2. Kandung kemih terletak di panggul di antara tulang panggul. Kandung kemih ini
organ berongga, berotot, berbentuk seperti balon yang mengembang saat berisi
dengan urine. Meskipun seseorang tidak mengontrol fungsi ginjal, seseorang
mengontrol ketika kandung kemih kosong. Pengosongan kandung kemih dikenal
sebagai buang air kecil. Kandung kemih ini seperti reservoir dan dapat
menampung 1,5 hingga 2 cangkir urine. Seberapa sering seseorang perlu buang
air kecil tergantung pada seberapa cepat ginjal menghasilkan urine yang mengisi
kandung kemih. Otot-otot dinding kandung kemih tetap relaks sementara
kandung kemih terisi oleh urine. Ketika kandung kemih terisi penuh, sinyal yang
dikirim ke otak memberi tahu seseorang untuk segera menemukan toilet. Selama
buang air kecil, kandung kemih bermuara melalui uretra, terletak dibagian
bawah kandung kemih.
Saluran kemih penting karena menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran
darah dan mengeluarkannya dari tubuh.
Ginjal yang berfungsi normal, yaitu:
1. Mencegah penumpukan limbah dan cairan ekstra dalam tubuh.
2. Menjaga kadar elektrolit seperti potassium dan fosfat
3. Menghasilkan hormon yang membantu mengatur tekanan darah
4. Membuat sel darah merah
5. Menjaga tulang tetap kuat.

Ureter, kandung kemih, dan uretra memindahkan urine dari ginjal dan
menyimpannya sampai melepaskannya dari tubuh.

D. ETIOLOGI

Penyebab dari penyakit gagal ginjal menurut Nanda (2015), antara lain:

1. Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik

Klasifikasi penyakit Penyakit


Penyakit infeksi tubulointerstitial Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
00Penyakit peradangan Glomerulonephritis
Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik
Poliarteritis nodosa
Gangguan kongenital dan Penyakit ginjal polikistik
heredital Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolic Diabetes mellitus
Goat
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas: batu,
neoplasma, fibrosis retroperitonel.
Traktus urinarius bagian bawah:
hipertrofi prostat, struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika
urinaria dan uretra.

2. Penyebab lazim gagal ginjal akut

AZOTEMIA PRARENAL (PENURUNAN PERFUSI GINJAL)


1. Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute
a. Perdarahan: operasi besar, trauma (penyebab tersering),
trauma pascapartum.
b. Diuresis berlebihan
c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat: muntah,
diare.
d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga: luka bakar (penyebab
tersering), peritonitis, pankreatitis.
2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif
a. Penurunan curah jantung: infark miokardium, disritmia, gagal
jantung kongestif, tamponade jantung, emboli paru.
b. Vasodilatasi perifer: sepsis (paling tersering), anafilaksis, obat
anastesi, antihipertensi, nitrat
c. Hipoalbuminemia: sindrom nefrotik, gagal hati (sirosis)
3. Perubahan hemodinamik ginjal primer
a. Penghambat sintesis prostaglandin, aspirin dan obat NSAID
lain
b. Vasodilatasi arteriol eferen: penghambat enzim pengkonversi
angiotensin, misalnya kaptopril
c. Obat vasokonstriksi: obat alfa-adrenergik (missal
neropinefrin), angiotensin II
d. Sindrioma hepatorenal
4. Obstruksi vascular ginjal bilateral
a. Stenosis arteri ginjal, emboli, thrombosis.
b. Thrombosis vena renalis bilateral.
AZOTEMIA PASCARENAL (OBSTRUKSI SALURAN KEMIH)
1. Obstruksi uretra: katup uretra, struktur uretra.
2. Obstruksi aliran keluar kandung kemih: hipertrofi prostat (paling
tersering), karsinoma (paling tersering).
3. Obstruksi ureter bilateral (unilateral jika saat ginjal berfungsi)
a. Intraureter: batu, bekuan darah.
b. Ekstrauretra (kompresi): fibrosis retroperitoneal, neoplasma
kandung kemih, prostat atau serviks ligase bedah yang tidak
disengaja atau cidera.
4. Kandung kemih neurogenic.
GAGAL GINJAL AKUT INTRINSIC
1. Nekrososis tubular akut
a. Paskaiskemik, syok, sepsis, bedah jantung-terbuka, bedah
aorta (semua penyebab azotemia prarenal berat)
b. Nefrotoksis
1) Nefrotoksis eksogen
a. Antibody: aminoglikosida, amfoterisisn B
b. Media kontras teriodinasi (terutama pada penderita
diabetes)
c. Logam berat: sisplatinbiklorida merkuri, arsen.
d. Siklosporin: takrolimus
e. Pelarut: karbon tetraklorida, etilene glikol, methanol
2) Nefrotoksis endogen
a. Pigmen intratubular: haemoglobin, myoglobin,
b. Protein intratubular: myeloma multiple
c. Kristal intratubular: asam urat.
2. Penyakit vascular atau glomerulus ginjal primer
a. Glomerulonefritisprogresif cepat atau pascSTREPTOKOKUS
AKUT
b. Hipertensi maligna
c. Serangan akut pada gagal ginjal kronis yang terkait-
pembatasan garam atau air.
3. Nefritis tubulointerstisial akut
a. Alergi: beta-laktam (penisilin, sefalosporin, sulphonamide)
b. Infeksi misalnya pielonefritis akut.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari penyakit gagal ginjal menurut Nanda (2015)
dikelompok menjadi 2 yakni gagal ginjal kronis dan gagal ginjal akut, sebagai
berikut:
1. Gagal ginjal kronik
Menurut perjalanan klinisnya:
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremic (lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-
10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan
terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
2. Gagal ginjal akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium:
oliguria, dieresis, dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan
dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat saja
terjadi saat keluaran urine lebih dari 400 ml/24 jam.
a. Stadium oliguria
Oliguria timbul dalam waktu 24-48 jam sesudah trauma dan disertai
azotemia.
b. Stadium diuresis
 Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400 ml/hari.
 Berlangsung 2-3 minggu.
 Pengeluaran urin harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien
tidak mengalami hidrasi yang berlebih.
 Tingginya kadar urea darah
 Kemungkinan menderita kekurangan kalium, natrium, dan air.
 Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat
terus.
c. Stadium penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama
itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit
membaik.
F. PATOFISOLOGI

Zat toksik Vaskular Infeksi Obstruksi saluran


kemih
Reaksi antigen Arterio Tertimbun
antibodi skerosis ginjal
Retensi Batu besar
urin dan kasar
Suplay darah
ginjal turun

Menekan syaraf Iritasi/cidera


GFR turun perifer jaringan

GGK Nyeri pinggang Hematuria

Anemia

Sekresi protein Retensi Na Sekresi


terganggu eritropoitis
turun
Total CES
Sindrom uremia naik
Produksi Hb
turun
Tek kapiler
Gangguan Urokrom Perpospatemia naik
keseimbangan tertimbun dikulit Suplai
asam basa Volume nutrisi
Pruritis dalam
Perubahan interstisial naik
darah turun
Prod asam warna kulit
Kerusakan
lambung naik integritas kulit Edema (kelebihan
volume cairan) Gangguan
nutrisi

Pre load naik


Neusea, Iritasi Oksihemo
vomitus lambung globin
Beban jantung turun
naik
Resiko Resiko
Anemia Payah jantung Intoleransi
infeksi perdarahan kiri
Hipertrovi Suplai O2
aktivitas
Gastritis ventrikel kiri kasar turun

Hematemesei Ketidakefek
Bandungan
melena COP turun tifan
Mual, atrium kiri
muntah naik perfusi
jaringan
Keletihan

Ketidaksei
mbangan Suplai O2 Suplai O2 Tekanan
nutrisi Aliran darah jaringan keotak vena
kurang ginjal turun turun turun pulmonaris
dari
kebutuhan
tubuh Kapiler paru
RAA turun Metabolisme Syncope
naik
anaerob (kehilangan
kesadaran)
Referensi Asam laktat Edema paru
Na dan H2O naik
Gangguan
pertukaran
Kelebihan Fatigue gas
volume cairan nyeri sendi

Nyeri
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari penyakit gagal jantung menurut Nanda
(2015), sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah seperti haemoglobin, hematokrit, limfosit, monosit, trmbosit,
LED
2. Pemeriksaan kimia darah seperti GDS, ureum, creatinine.
H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari penyakit gagal ginjal menurut Nanda (2015),


sebagai berikut:

1. Non Farmakologi seperti diet tinggi kalori dan rendah protein,


optimalkan dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam, kontrol
hipertensi, kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
2. Tindakan keperawatan seperti melakukan dialisis (cuci darah),
melakukan transplantasi ginjal, deteksi dini dan terapi infeksi,
memberikan edukasi tentang penyakit gagal ginjal (termasuk tanda dan
gejala, faktor penyebab dan hal-hal yang perlu di hindari), menganjurkan
tirah baring.
3. Farmakologi seperti pemberian obat-obatan: antihipertensi, suplemen
besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemide (membantu
bekemih).
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan
subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul, menurut McFarland dan
McFarlane, mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan
(Bararah & Juhar, 2013).

Pengkajian:

A. Biodata
1) Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, No
Medrec, Diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab, hubungan dengan klien, alamat
B. Riwayat Kesehatan Klien

1) Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan
penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus
kelolaan.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan
penyakit sekarang
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita saat
ini. Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini atau
perilaku yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh stress)
5) Genogram;
Dibuat dalam 3 generasi
Pola Aktifitas Sehari-hari
(Dapat menggunakan pola fungsi kesehatan dari sumber lain/Gordon)
Jenis aktifitas klien ditulis sebelum dan sesudah klien sakit
1. Pola Makan dan Minum
1. Makan: Jenis makanan, Frekuensi, Jumlah Makanan, Bentuk Makanan,
Makanan Pantangan, Gangguan/Keluhan
2. Minum: Jenis minuman, Frekuensi, Jumlah Minuman, Gangguan/keluhan
2. Pola Eliminasi
1. BAB: Frekuensi, Jumlah, Konsistensi dan Warna, Bau,
Gangguan/Keluhan.
2. BAK: Frekuensi, Jumlah, Warna, Bau, Gangguan/Keluhan.
3. Pola istirahat/tidur
1. Siang : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
2. Malam : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
4. Personal Hygiene
1. Mandi: Cuci rambut, Gosok gigi, Ganti Pakaian, Gunting Kuku, Gangguan
/ Masalah
5. Pola Aktifitas/latihan fisik
1. Mobilisasi /Jenis aktifitas
2. Waktu/lama/frekuensi
3. Gangguan/masalah
6. Kebiasaan Lain
1. Merokok
2. Alkohol
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat Kesadaran:
- Kualitatif : Compos Mentis/ apatis/ Somnolent/ Sopor/
Soporocomatus/ Coma
- Kuantitatif : GCS (EMV)

b) Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
2) Data fisik Head To Toe
a) Sistem pernafasan
Inspeksi: melihat apakah ada gangguan pernapasan, apakah ada
pernapasan cuping hidung, ada penumpukan sekret atau
tidak
Palpasi: lakukan pemeriksaan taktil premitus
Auskultasi: kaji apakah ada suara napas tambahan atau tidak
Perkusi: dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi yang
diperkusi berisi jaringan paru dengan suara sonor, berisi
cairan dengan suara redup, berisi padat atau darah dengan
suara pekak, atau berisi udara dengan suara hipersonor
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: kaji apakah terdapat sianosis atau tidak
Palpasi: biasannya denyut nadi meningkat akral hangat CRT < 2detik
Perkusi: pada pemeriksaan normal pemeriksaan perkusi yang
didapatkan pada thorax adalah redup.
c) Sistem persarafan
Inspeksi: apakah 12 saraf nervus cranial berfungsi dengan baik atau
adanya perubahan
d) Sistem perkemihan
Inspeksi: apakah klien mengeluh nyeri saat berkemih, apakah adanya
perubahan pada warna dan bau BAK, apakah ada tanda-tanda infeksi
(kalor, rubor, dolor, tumor, function laesa), terdapat massa padat
dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih)
Palpasi: Apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah kandung kemih
teraba penuh atau tidak, apakah teraba benjolan pada kelamin klien
atau tidak, apakah teraba massa ginjal yang membesar atau tidak
Perkusi: dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin
terdapat suara redup dikandung kemih karena terdapat residual
(urin).
e) Sistem pencernaan
Inspeksi: mukosa mulut bagian dalam lembab/kering, lidah bersih
atau tidak, gigi klien utuh atau tidak, terdapat karies gigi atau tidak,
apakah terjadi pembesaran tonsil atau tidak, bentuk abdomen
kembung/datar
Auskultasi: mendengarkan peristaltik usus normal atau tidak
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat pembesaran
permukaan halus.
Perkusi: kesembilan regio abdomen jika perkusi terdengar tympani
berarti perkusi dilakukan diatas organ yang berisi udara, jika
terdengar pekak berarti perkusi mengenai organ padat
f) Sistem integument
Inspeksi: turgor kulit kering atau lembab, apakah ada luka atau tidak,
apakah ada tahi lalat atau tidak, apakah adanya bulu pada kulit,
warna kulit, apakah ada kelainan di kulit
Palpasi: apakah ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
g) Sistem musculoskeletal
Inspeksi: ekstremitas kanan dan kiri simetris atau tidak, ada tidaknya
kelainan pada bentuk tulang dan sendi, apakah ada fraktur atau tidak,
kekuatan tonus otot ekstremitas atas dan bawah normal atau tidak,
mampu menggerakan persendian atau tidak
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan, ada edema atau tidak
h) Sistem Reproduksi
Inspeksi: pemeriksaan penis, uretra, dan skrotum ditemukan adanya
kelainan atau tidak, kebersihannya, apakah ada
lesi/infeksi/edema, terdapat pembesaran testis atau tidak
i) Sistem imun
Apakah ada riwayat alergi (udara dingin, ac, debu, zat kimia) atau
tidak
j) Sistem endokrin
Inspeksi: apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, apakah ada
kelainan atau tidak
k) Sistem Pengindraan
Inspeksi: apakah pada fungsi perasa makanan baik atau tidak, apakah
ada gangguan penglihatan atau tidak, apakah dapa mencium bau atau
tidak
Data psiklogis
Apakah pasien merasa minder atau tidak, apakah nyaman dengan
kondisinya atau tidak, apakah klien percaya diri atau tidak, apakah klien
tau mengenai penyakit yang dideritanya dan apakah klien punya cara
tersendiri dalam mengatasi penyakitnya, bagaimana cara klien dalam
mengelola stressnya.
Data social
Apakah klien menolak atau menerima interaksi dengan orang lain
atau tidak, apakah klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau
tidak, apakah klien berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan di
lingkungan masyarakat sekitar klien.
Data spiritual
Keyakinan dari klien apa, apakah klien taat beribadah atau tidak,
ritual apa yang dilakukan oleh klien (berdoa bersama dirumah atau pergi
ke tempat ibadah)
Data penunjung
1. Laboratorium darah meliputi Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht),
Leukosit, Trombosit, LED.
2. Pemeriksaan kimia darah meliputi GDS, Ureum, Creatinin.
Therapi
1. Pemberian obat meliputi Cairan Intravenal VFD NaCL, Captopril,
Injeksi Furosemid, Asam folat, Glimepiride.
2. Terapi diet meliputi pembatasan cairan, pembatasan protein, diet
rendah garam.
2. ANALISA DATA
Analisis data bertujuan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan pasien sehingga membantu perawat dalam
menentukan diagnosa keperawatan. Dalam analisis data perawat juga berpikir
kritis untuk memeriksa setiap informasi dari data-data yang telah d terkumpul.
Rumusan diagnosa keperawatan mengandung 3 komponen utama
menurut Bararah &Jauhar (2013), yaitu:
1. Masalah merupakan keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat
diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya tidak terjadi. Tujuannya yaitu menjelaskan status
kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat
mungkin.
2. Etiologi yaitu keadaan yang menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan.
Penyebabnya meliputi perilaku, lingkungan, interaksi, antara perilaku dan
lingkungan.
3. Tanda dan gejala adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi
yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Jadi rumusan
diagnosa keperawatan adalah PE/PES.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif
untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga,
rekam medic, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Diagnosa
keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat professional yang
mengambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan yang
dirasakan klien dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalaman
mampu menolong klien (Bararah &Jauhar, 2013).
1. Kelebihan volume cairan (Hipervolemi) b.d penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Defisit nutrisi)
b.d pembatasan diet.
3. Kerusakan (Gangguan) integritas kulit b.d gangguan status metabolic
sekunder: cairan diperut.
4. RENCANA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi
meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Bararah &Jauhar, 2013).
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan. Harapannya
adalah bahwa perilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan
keluarga dalam cara yang dapat di prediksi, yang berhubungan dengan
masalah yang diidentifikasikan dan tujuan yang telah dipilih (Bararah
&Jauhar, 2013).

N Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Kelebihan volume TUPEN 1. Periksa 1. Dapat
cairan Setelah dilakukan tanda dan mengetahui
(Hipervolemi) b.d tindakan gejala tanda dan
penurunan keperawatan 1x 24 hipervolemi gejala
haluaran urine, jam dengan kriteria a. adanya
diet berlebih dan hasil: hipervolemi
retensi cairan 1. Cairan dalam a.
serta natrium. seimbang 2.Monitor

2. Intake dan intake dan 2. Dapat


output output mengetahui
seimbang cairan. asupan
3. Tidak ada masuk dan
pembengkak keluar dari
an pada tubuh.
tubuh klien 3.Batasi
TUPAN: asupan 3. Agar tidak
Setelah dilakukan cairan dan kelebihan
tindakan garam. cairan.
keperawatan 3x 24
jam dengan tujuan 4. 4. Agar

masalah Pemberian dapat

keperawatan teratasi obat diuretik mengeluarka


dengan kriteria hasil: n cairan dari

1. Turgor kulit dalam tubuh

tidak kering
2. Asupan
cairan
seimbang
3. Tidak adanya
edema pada
tubuh
2. Ketidakseimbang TUPEN: 1. Monitor 1. Untuk
an nutrisi kurang Setelah dilakukan asupan mengetahui
dari kebutuhan tindakan makanan. seberapa
tubuh (Defisit keperawatan 1x 24 banyak
nutrisi) b.d jam dengan tujuan makanan
pembatasan diet. masalah yang masuk
keperawatan teratasi kedalam
2. Monitor
dengan kriteria hasil: tubuh.
berat badan.
1. Berat badan 2. Dapat
dalam batas mengetahui
normal kenaikan
2. Peningkatan atau
3. Sajikan
napsu makan penurunan
makanan
3. Klien dapat berat badan.
secara
menerapkan 3. Agar
menarik dan
program diet suhu yang keinginan
sesuai sesuai. untuk makan
dengan 4. Ajarkan tetap ada.
penyakitnya. diet yang di
TUPAN: programkan. 4. Agar
Setelah dilakukan dapat
tindakan membatasi
keperawatan 3x 24 5. makanan
jam dengan tujuan Bekerjasam demi proses
masalah a dengan kesembuhan.

keperawatan teratasi ahli gizi 5. Agar


dengan kriteria hasil: dalam nutrisi yang
1. Peningkatan menentukan masuk tetap
nafsu makan jumlah seimbang
2. Verbalisasi kalori dan walaupun

keinginan jenis ada beberapa


untuk nutrient menu
meningkatka yang makanan
n nutrisi dibutuhkan. yang tidak
3. Frekuensi diperlukan
makan untuk di
bertambah konsumsi.
3. Kerusakan TUPEN: 1. Monitor 1. Untuk
(Gangguan) Setelah dilakukan karakteristik mengetahui
integritas kulit b.d tindakan luka. bentuk,
gangguan status keperawatan 1x 24 2. Monitor ukuran dan
metabolic jam dengan tujuan tanda-tanda bau dari
sekunder: cairan masalah infeksi. luka.
diperut. keperawatan teratasi 2. Agar tidak
dengan kriteria hasil: 3. Bersihkan menimbulka
1. Tidak adanya dengan n masalah
tanda- tanda cairan yang baru.
infeksi NaCL. 3. Agar luka
2. Klien dapat 4. Ajarkan tetap bersih.
melakukan prosedur
perawatan perawatan 4. Agar
luka secara luka. mampu
mandiri merawat
3. Mempercepa luka tanpa
t bantuan
penyembuha tenaga
n luka kesehatan.
TUPAN:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x 24
jam dengan tujuan
masalah
keperawatan teratasi
dengan kriteria hasil:
1. Tidak
kerusakan
jaringan
2. Tidak adanya
kemerahan
3. Tidak
merusak
lapisan kulit
DAFTAR PUSTAKA

Bararah Taqiyyah & Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan: Panduan


Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jld.1, Pustakaraya; Jakarta, Indonesia.

Cahyaningsih, D. (2011). Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta:


Cendekia Press.

Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC 2015. Edisi Revisi Jld.
2, hlm 13-18. Mediaction; Yogyakarta.

Nugrahaeni Ardhina. 2020. Pengantar Anatomi fisiologi manusia. Yogyakarta.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2016. Definisi dan Indikator


Diagnostik. Ed. 1. PPNI

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2018. Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Ed.1. PPNI
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019. Definis dan Karakteristik Hasil
Keperawatan. Ed. 1. PPNI.

USRDS: The United States Renal Data System: Overall hospitalization and
mortality. Am J Kidney Dis 2009; 1(Suppl 1):S1

Anda mungkin juga menyukai