Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PRAKTEK GAWAT DARURAT

DAN

KRITIS

NAMA:VALERY W RALAHALU

NPM:12114201170122

FAKULTAS:KESEHATAN

PRODI:S-1 KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN

SOAL KASUS GANJIL

Tn A berumur 55 tahun datangke IGD dengan keluhan nyeri dada. Dia mengeluh 3 bulan
terakhir mengalami nyeri dada substernal bersifat inter mitten dan mejalar kelengan kiri. Nyeri
pertama kali terjadi ketika melakukan kegiatan dan menurun ketika istirahat. Dia mengeluh nafas
pendek, mual, muntah. Dia memeiliki riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia. Pada riwayat
keluarga di peroleh keterangan bahwa bapaknya meninggal karena infarkmiokard pad ausia 56
tahun. Dia menghabiskan 50 bungkus rokok/tahun.

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

B. RIWAYATKEPERAWATAN

1. Riwayat PenyakitSekarang
Tn A berumur 55 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada. Dia mengeluh 3 bulan
terakhir mengalami nyeri dada substernal bersifat intermitten dan mejalar ke lengan kiri.
Nyeri pertama kali terjadi ketika melakukan kegiatan dan menurun ketika istirahat. Dia
mengeluh nafas pendek, mual, muntah.
2. Riwayat PenyakitSebelumnya :
Tn. A mengeluh 3 bulan terakhir mengalami nyeri dada substernal bersifat intermitten dan
mejalar ke lengan kiri
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Dia memeiliki riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia. Pada riwayat keluarga di
peroleh keterangan bahwa bapaknya meninggal karena infark miokard pada usia 56 tahun.
II. ANALISA DATA

NamaPasien : Tn. A

Umur : 55 tahun

No Data Masalah Etiologi


1 Do : Resikopenurunanperfusijaringanjantung Perubahan
- Tn. A mengeluh preload
nafas pendek,
mual, muntah.
- Tn. A mengeluh 3
bulan terakhir
- Tn A. mengalami
nyeri dada
substernal bersifat
intermitten dan
mejalar ke lengan
kiri.
- Nyeri pertama
kali terjadi ketika
melakukan
kegiatan dan
menurun ketika
istirahat
Ds :
- Dia memeiliki
riwayat penyakit
hipertensi dan
dislipidemia.
- Pada riwayat
keluarga di
peroleh
keterangan bahwa
bapaknya
meninggal karena
infark miokard
pada usia 56
tahun.

III. DIAGNOSA

1. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan perubahan preload

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama : Tn. A
Umur : 55 tahun
Diagnosa :
1. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung perubahan preload
No Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Evaluasi adanya nyeri 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan dada (intensitas, lokasi, intensitas lokasi dan
selama 2 x 24 jam durasi) durasi nyeri yang
diharapkan resiko 2. Catat adanya distritmia
penurunan perfusi jantung dialami pasien
jaringan jantung 3. Catat adanya tanda dan 2. Untuk mengetahui
perubahan preload gejala penurunan cardiac adanya gejala distritmia
berkurang dengan output jantung
Kriteria hasil : 4. Monitor status 3. Untuk mengetahui
1. Efektif pompa kardiovaskuler adanya gejala
jantung 5. Monitor status penurunan cardiac
2. Status sirkulasi pernafasan yang output
3. Tanda tanda mendadak gagal jantung 4. Untuk mengetahui
          6. Monitor abdomen status kardiovaskuler
sebagai indicator 5. Untuk mengetahui
penurunan perfusi gejala gagal jantung
7. Monitor balance cairan melalui status
8. Monitor adanya pernafasan
perubahan tekanan darah 6. Untuk mengetahui
9. Monitor respon pasien adanya indikator
terhadap efek pengobatan penurunan partisi
antiaritmia 7. Agar cairan dalam
10. Atur priode latihan dan tubuh pasien tetap
istirahat untuk seimbang
menghindari kelelahan 8. Untuk mengetahui
       adanya perubahan
tekanan darah
9. Untuk mengetahui
responpasien terhadap
pengobatan antiaritmia
10. Agar pasien terhindar
dari faktor kelelahan

V. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. A
Umur : 55 Tahun
No Hari/Tanggal TindakanKeperawatan
1 09-10-2020 / 12.00 WIT 1. Mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
durasi)
2. Mencatat adanya distritmia jantung
3. Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output
4. Memonitor status kardiovaskuler
5. Memonitor status pernafasan yang mendadak gagal
jantung
6. Memonitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
7. Memonitor balance cairan
8. Memonitor adanya perubahan tekanan darah
9. Memonitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
10. Mengatur priode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
10-10-2020 / 12. 15 WIT 1. Mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
durasi)
2. Mencatat adanya distritmia jantung
3. Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output
4. Memonitor status kardiovaskuler
5. Memonitor status pernafasan yang mendadak gagal
jantung
6. Memonitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
7. Memonitor balance cairan
8. Memonitor adanya perubahan tekanan darah
9. Memonitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
10. Mengatur priode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan

VI. EVALUSI

Nama : Tn. A

Umur : 55 Tahun

No Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi


1 09-10-2020/ Resiko penurunan S:
11.00WIT perfusi jaringan jantung - Pasien mengatakan masih
b/d perubahan preload merasa nyeri, mual dan muntah
- Pasien mengatakan nyeri
menjalar ke lengan kiri
O:
- Pasien tampak kesakitan
menahan nyeri
- Pengkajian nyeri : pasien
mengalami nyeri bersifat
intermiten
A:
Masalah resiko penurunan perfusi
jaringan jantung belum teratasi

P:
Intervensi di lanjutkan

10-10-2020 / 12.00 S:
WIT - Pasien mengatakan masih
merasa nyeri, mual dan muntah
- Pasien mengatakan nyeri
menjalar ke lengan kiri
O:
- Pasien tampak kesakitan
menahan nyeri
- Pengkajian nyeri : pasien
mengalami nyeri bersifat
intermiten
A:
Masalah resiko penurunan perfusi
jaringan jantung belum teratasi

P:
Intervensi di lanjutkan
1. Nyeri dapat tersebar kelengan kiri karena nyeri yang diderita pasien merupakan nyeri yang
disebabkan oleh kardiovaskuler, selain itu dapat menyebar kelengan kiri karena saraf
eferanviseralakanterangsangselamaterjadi kerusakan pada jantung

karakteristik Angina Bukan Angina


Lokasi Rertroterna,difus Dibawah mamma kiri,setempat
Penyebaran Lengan kiri,rahang pungung Lengan kanan
Deskripsi nyerri Nyeri terus Tajam,seperti di sayat-sayat
menerus,tajam,tertekan,seperti
di pijit
Intensitas Ringan sampai Berat Menyiksa

Lamanya Bermenit-menit Beberapa detik,berjam-


jam,berhari-hari
Di cetuskan oleh Usaha fisik,emosi,makan,dingin Pernapasan,sikap
tubuh,gerakan
Li hilangkan oleh Istirahat,nitrogliserin Apa saja

2. Nyeri pada dada akan lebih terasa saat aktivitas dari pada beristirahat. Karena jika melakukan
banyak aktivitas maka memaksa jantung untuk bekerja maka tingkat peningkatan nyeri saat
beraktivitas lebih tinggi di bandingkan dengan saat beristirahat
3. Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebkan kerusakan pembuluh darah arteri
dengan perlahan-lahan arteri tersebut mengalami pengerasan serta dapat terjadi oklusikoroner.
Tekanan darah sistolik di duga mempunyai pengaruh lebih . Kejadian penyakit jantung pada
penderita hipertensi sering dan secara langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah
sistolik.
4. Ekokardiografi, biomarker jantung,
ASUHAN KEPERAWATAN

CRONIC KIDNEY DISEASE

KASUS SOAL GANJIL :

Seseoranglaki-lakiberusia 50 tahun di rawatdengan CKD.Hasilpengkajiannampakudemfacialis,


udemekstremitas, JVP 5+4 cmH20, nampakpucatdanlelah.Lab: ureum 75,30mg/dL.
Keluargamengatakanawalnyapasienhanyamengeluh kaki kanantidakdapatdigerakannamunsaat di
RS pasien di haruskanuntukcucidarah.Dan pasienriwayat HT dan DM sejak 10
tahunlalu.HasilTTV :TD =160/80 mmHg, N=112x/mnt, S=36:C, P=20x/mnt

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama :-
Umur : 50 tahun
JenisKelamin : Laki – laki

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. RiwayatPenyakitSekarang
Seseoranglaki-lakiberusia 50 tahun di rawatdengan
CKD.Hasilpengkajiannampakudemfacialis, udemekstremitas, JVP 5+4 cmH20,
nampakpucatdanlelah.Lab: ureum 75,30mg/dL.
Keluargamengatakanawalnyapasienhanyamengeluh kaki
kanantidakdapatdigerakannamunsaat di RS pasien di haruskanuntukcucidarah.

2. RiwayatPenyakitTerdahulu
Dan pasienriwayat HT dan DM sejak 10 tahunlalu.

3. RiwayatPenyakitKeluarga : -
C. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
 Kepala
Inspeksi : nampakudemfacialis
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi: -

 Ekstermitas
Inspeksi : nampakudemekstremitas
Palpasi : JVP 5+4 cmH20
Perkusi :-
Auskultasi: -

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No Pemeriksaan Hasil
1 Ureum 75,30mg/dL
II. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1 DO : Resikocedera Hiperglikemia
- Keluargamengatakanawalnyapasienhanyamengeluh
kaki kanantidakdapatdigerakan
DS :
- Nampak pucatdanlelah.
- Lab: ureum 75,30mg/dL
- Hasil TTV :
TD =160/80 mmHg,
N=112x/mnt,
S = 36C,
P=20x/mnt

III. DIAGNOSA
1. Resikocederaberhubungandenganhiperglikemia

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama : -
Umur : 50 tahun

NoTujuandanKriteriaHasil Intervensi Rasional


1 Setelahdilakukantindaka 1. Sediakanlingkungan yang 1. Pasiendapatterhindarda
nkeperawatanselama 2x amanuntukpasien rihal – hal yang
24 jam 2. Pindahkanbarang – barang tidakdiinginkan
diharapkanresikociderad yang dapatmembahayakan 2. Untuktidakmelukaipasi
apatmenurundengan 3. Berikanpenjelasanpadapasien en
dankeluargaataupengunjunga 3. Keluargadanpengunjun
Kriteriahasil : danyaperubahan status gdapatmemahamipeny
1. Klienterbebasdaricid kesehatandanpenyebabpenyak ebabpenyakit yang
it dialamipasiendanbagai
era manakondisipasien
2. Mampumemodifikas yang sekaran
igayahidupuntukmen
cegahcidera
3. Mengunakanfasilitas
kesehatan
4. Mampumengenalipe
rubahan status
kesehatan

V. IMPLEMENTASI

N Hari/ Implementasi
o tanggal
1 09-10-2020 1. Menyediakanlingkungan yang amanuntukpasien
/ 10.00 2. Memindahkanbarang – barang yang dapatmembahayakan
3. Memberikanpenjelasanpadapasiendankeluargaataupengunjungadanya
perubahan status kesehatandanpenyebabpenyakit

10-10-2020 1. Menyediakanlingkungan yang amanuntukpasien


/ 10.15 2. Memindahkanbarang – barang yang dapatmembahayakan
3. Memberikanpenjelasanpadapasiendankeluargaataupengunjungadanya
perubahan status kesehatandanpenyebabpenyakit
VI. EVALUASI
Nama :
Umur : 50 tahun
N Hari/ Diagnosa Evaluasi
o Tanggal
1 09-10- Resikocederaberhubungandenganhiperg S : -
2020/11.00 likemia O:
- Pasientampaklemasdanpucat
- Pasientidakbisabergeraklebihl
eluasa
A:
Masalahrsikocederabelumteratasi

P:
Intervensidilanjutkan
10-10- S:-
2020/ 11.00 O:
- Pasientampaklemasdanpucat
- Pasientidakbisabergeraklebihl
eluasa
A:
Masalahrsikocederabelumteratasi

P:
Intervensidilanjutkan
NEEDLE COMPRESSION
KETERAMPILAN KLINIK
DESKRIPSI MODUL
PENGERTIAN Selang dada biasanya disebut dengan
selang thorakostomi atau kateter
thorak atau needle decompression
TUJUAN Untukmeningkatkan ekpansi paru dan
atau mengeluarkan cairan yang
terdapat didalamnya. Selain itu, dapat
juga membantu mengatasi
permasalahan seperti peningkatan
tekanan udara maupun cairan yang
terdapat pada rongga pleura.
METODE Indikasi pemasangan needle
decompression yang sering terjadi
menurut Durai,
adalah:
1. Tension pneumothorax
2. Pneumothorax (open dan
closed)
3. Hemothorax
4. Hemopneumothorax
5. Efusi pleura
6. Luka tusuk pada dada
7. Empyema
CEK LIST NEEDLE COMPRESSION
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan
(jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan),
tetapi kurang tepat dan/atau pembimping/pengamat perlu
membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar , tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S langkah tidak sesuai dengan keadaan

KEGIATAN Penilaian
1 2 3
PERSIAPAN
 Alat dan bahan
 Povidone iodine atau chlorhexidine
solutions
 Jarum ukuran 12 – 16
 Spuite ukuran 5 atau 10 cc
 Baju dan sarung tangan steril
 Masker dan kaca mata
 USG dengan low frekuensi
 Gel USG steril

 Persiapan pasien
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga
terkait prosedur yang akan dilakukan.
 Anjurkan pasien untuk tiduran dengan
posisi supinasi dengan elevasi kepala
30o. Posisi ini dapat mempermudah
aliran udara naik keatas pada bagian
anterior dada. Selain itu, posisi ini juga
membantu tenaga kesehatan lain dalam
membantu tindakan tersebut.
 Selanjutnya, bersihkan kulit dan cukur
rambut pada area yang akan dilakukan
penusukan jarum dengan menggunakan
povidone iodine atau chlorhexidine
solutions.
 Selain itu, lakukan periapan masker
oksigen, oximetri, cardiac monitor,
setup selang dada, infuse, dan
timemergensi lain.

 Tindakan

 Dekompresi dilakukan dengan


kateter vena besar ukuran 12, 14, atau 16
pada sela kosta ke-2 pada garis mid-
clavicula.
 Gunakan tangannondominanan untuk
memastikanlokasi penusukan jarum,
sedangkantangan dominan memegang
jarum
 cateter. Masukkan jarum
denganmenyusuri kosta ke-3.
Tujuannyaadalah untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada neurovakular
yang terletak dibawah kosta ke-2.
 Selanjuntya, Tarik jarum pemandu pada
jarum kateter dan dengarkan adanya
suara aliran udara dengan maupun tanpa
adanya darah.
 Setelah tekanan rongga pleura kurang
lebih sama dengan udara luar, akan
terlihat perbaikan klinisnya pasienyang
sangat dramatis. Penderita akan merasa
berkurang sesaknya, syoknya teratasi
dan frekuensi pernapasannya membaik.
 Meskipun prosedur ini bukan
tatalaksana definitif untuk tension
pneumothorax, dekompresi
jarummampu menghentikan
progresivitas dan sedikit
mengembalikan fungsikardiopulmoner.
 Untuk tujuan mengeluarkan udara
dengan cepat danmengembangkan paru,
dilanjutkan terapi definitif dengan
tindakanpemasangan waterseal
drainage (WSD) setelah sampai rumah
sakit.

 OCCLUSIVE DRESSING

Tindakan:

1. Lakukan teknik steril saat


melakukan olesan pada selang
dada.
2. Buat balutan dan rekatkan dengan
tape pada 3 sisinya sehingga udara
dapatmengalir keluar saat proses
ekspirasi dan pada saat inspirasi
udara tidak dapatmasuk kedalam
rongga paru akubat adanya
tekanan negative intrathorakal.
3. Rekatkan balutan dengan
menggunakan tape yang kedap
udara.
4. Jika melakukan pengantian
dressing perhatikan lokasi
penusukan selang, isi drainage,
warna dan aroma dari discharge
TOTAL
Ambon, 12 Oktober 2020

TOTUR
(.................................)

BLS ( BASIC LIFE SUPPORT )


KETERAMPILAN KLINIK
DESKRIPSI MODUL
PENGERTIAN Basic Life Support adalah dasar untuk
menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti
jantung. Basic Life Support (BLS) sebagai
bantuan pertama pada penderita henti
jantung sangat diperlukan sebelum pasien
mendapat pelayanan kesehatan secara
paripurna
TUJUAN 1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah keadaan menjadi lebih
buruk
3. Mempercepat kesembuhan
METODE Bantuan hidup dasar adalah memberikan
bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan
ventilasi pada pasien henti jantung atau
henti nafas melalui RJP/ CPR. Menurut
AHA Guidelines tahun 2015, tindakan
BHD ini dapat disingkat teknik ABC pada
prosedur CPR (Cardio Pulmonary
Resuscitation) yaitu:
1. A (Airway): Menjaga jalan nafas
tetap terbuka
2. B (Breathing): Ventilasi paru dan
oksigenasi yang adekuat
3. C (Circulation): Mengadakan
sirkulasi buatan dengan kompresi
jantung paru.
CEK LIST NEEDLE COMPRESSION
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan
(jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan),
tetapi kurang tepat dan/atau pembimping/pengamat perlu
membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar , tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu
bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan)
T/S langkah tidak sesuai dengan keadaan

KEGIATAN Penilaian
1 2 3
FASE KERJA

A. AIRWAY
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat
panjang : Airway baik, Breathing baik
Bila penderita tidak sadar bisa menjadi
lebih sulit.
Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan
cara :Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas
Merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat
dibandingkan gangguan breathing dan
circulation.lagipula perbaikan breathing
tidak mungkin dilakukan bila tidak ada
Airway yang baik.

a. Obstruksi total

Pada obstruksi total mungkin penderita


ditemukan masih saar atau dalam keadaan
tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut,
biasanya disebabkan tertelannya benda
asing yang lalu menyangkut dan
menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi
total timbul perlahan (insidious) maka akan
berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
– Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam
keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis)
mungkin ditemukan, dan mungkin ada
kesan masih bernafas (walaupun tidak ada
udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam
keadaan ini harus dilakukan perasat
Heimlich (abdominal thrust). Kontra-
indikasi Heimlich manouvre atau
kehamilan tua dan bayi.

b. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya
penderita masih dapat bernafas
sehingga timbul beraneka ragam suara,
tergantung penyebabnya (semuanya
saat menarik nafas, inspirasi)
 Cairan (darah, sekret, aspirasi
lambung dsb), bunti kumur-kumur.
 Lidah yang jatuh kebelakang-
mengorok
 Penyempitan di larink atau trakhea-
stridor

Pengelolaan Jalan nafas


a. Penghisapan (suction) – bila ada cairan
b. Menjaga jalan nafas secara manual
Bila penderita tidak sadar maka lidah
dapat dihindarkan jatuh kebelakang
dengan memakai :

B. BREATHING DAN PEMBERIAN


OKSIGEN
Bila Airway sudah baik, belum tentu
pernafasan akan baik sehingga perlu selalu
dilakukan pemeriksaan apakah ada
pernafasan penderita sudah adekuat atau
belum.
1. Pemeriksaan Fisik penderita.
a. Pernafasan Normal, kecepatan
bernafas manusia adalah :
Dewasa : 12-20 kali/menit (20)
Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)
Pada orang dewasa abnormal bila
pernfasan >30 atau <10 kali/menit

b. Sesak Nafas (dyspnoe)


Bila penderita sadar, dapat berbicara
tetapi tidak dapat berbicara kalimat
panjang : Airway baik, Breathing
terganggu, penderita terlihat sesak.
Sesak nafas dapat terlihat atau
mungkin juga tidak. Bila terlihat
maka akan ditemukan :

 Penderita mengeluh sesak


 Bernafas cepat (tachypnoe)
 Pemakaian otot pernafasan
tambahan

C. CIRCULATION

1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada
orang dewasa adalah 60-80/menit.
b. Penentuan denyut nadi
pada orang dewasa dan anak-anak
denyut nadi diraba pada a.radialis
(lengan bawah, dibelakang ibu jari)
atau a.karotis, yakni sisi samping
dari jakun.

2. Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok
yang sangat berat. Penderita mungkin
masih akan berusaha menarik nafas
satu atau dua kali. Setelah itu akan
berhenti nafas. Pada perabaan nadi
tidak ditemukan
a. karotis yang berdenyut.Bila
ditemukan henti jantung maka harus
dilakukan masase jantung luar yang
merupakan bagian dari resusitasi
jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya
menghasilkan 25-30% dari curah
jantung (cardiac output) sehingga
oksigen tambahan mutlak
diperlukan.
TOTAL
Daftar Pustaka

1. Masud. I. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskular.


Jakarta: EGC. 1989;

2. Garas & Frayusi. Pengaruh pemberian


terapi wewangian bunga lavender (Lavandulaangustifolia)
Secara oles terhadap skala
nyeri pada klien infark miokardium di
cvcu rsup dr.m.djamil padang tahun 2011.
Padang: UNAND. 2010;

3. Rumah Sakit Umum Daerah ’45 Kabupaten


Kuningan. Rekap Laporan Tahunan
Penyakit. Kuningan.2014;

4. Huma, S., et al. Modifiable and Non-modifiable


predisposing Risk Factors of Myocardial
Infarction -A Review.Journal. Pakistan:
Department of Pharmacy, Lahore College
for Women University, Lahore. 2012;

5. Soeharto. I. Pencegan dan penyembuhan


penyakit jantung koroner. Jakarta: PT
Gramedia pustaka utama. 2001;

6. Abduelkarem, A. at al. Evaluation of Risk


Factor in acute Myocardial Infarction patients
admitted to the Coronary Care
Unit. Tripoli Med Cent. 2012;

7. Budiman. Penelitian Kesehatan. Bandung:


Aditama Refika. 2011;

8. Corwin. E. J. Buku saku patofisiologi


(Handbook of pathophysiology). Terjemahan
Braham Pendit. Jakarta: EGC. 2000;

9. Zafari, M.,A. Myocardial Infarction. Available


from: http://emedicine.medscape.
com/article/759321-overview[Accessed 1
April, 2015]. 2015;

10. Anand., et al. Risk factors for myocardial


infarction in women and men: insights
from the INTERHEART study. European
Heart Journal. 2008;

11. Anwar, T.B. Dislipidemia Sebagai Faktor


Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan:
Universitas Sumatra Utara. 2004;

12. Fortun, P. et al. Jurnal Diabetalogia Vol 47:


395-379. Australia: Fremantle Hospital.
2004;

Anda mungkin juga menyukai