Analisis Data Kependudukan Dan KB Hasil Susenas 2015 PDF
Analisis Data Kependudukan Dan KB Hasil Susenas 2015 PDF
1
Provinsi Kalimantan Barat berada diatas rata-rata nasional dengan penggunaan
alat kontrasepsi (alkon) modern sebanyak 65,42% (Indonesia = 58,99%). PUS di
provinsi ini yang menggunakan kontrasepsi tradisional sebanyak 0,34%, sehingga
PUS ber-KB secara keseluruhan di provinsi ini sebanyak 65,76% (Indonesia =
59,98%). Dengan demikian, PUS yang tidak ber-KB di Kalimantan Barat sebanyak
34,24%.
2
23,37%. Data Susenas 2015 ini memperlihatkan bahwa presentase PUS di Papua
yang menggunakan cara tradisional sangat tinggi, sebesar 7,32%. Dan PUS yang
tidak ber-KB sebanyak 76,36%. Dua provinsi lain yang menyusul Papua di posisi
capaian CPR terendah adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku, masing-
masing sebesar 42,08% (CPR modern = 40,28%) dan 43,21% (CPR modern =
41,86%).
Grafik 1. CPR Semua Cara dan Cara Modern di Indonesia, Susenas 2015
3
Grafik 3. Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern, Susenas 2012-2015
4
Pemakaian alkon di Provinsi Kalimantan Barat didominasi oleh suntikan
(64,68%), disusul pil (27,19%). Penggunaan MKJP di Kalimantan Barat adalah
sebesar 7,06% terdiri dari IUD (3,06%), susuk/implant (2,21%), MOW (1,49%), dan
MOP (0,3%). Pengguna kondom sebanyak 0,52%; kondom wanita 0,04%; pantang
berkala 0,31%; dan metode lainnya 0,21%.
Grafik 6. Unmet Need PUS Umur 15-49 Tahun Indonesia, Susenas 2010-2015
Angka kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) sebesar 18,33% dari
PUS yang ada. Permintaan masyarakat terhadap layanan KB sebesar 77,32%. Dari
kelompok yang harus terlayani kebutuhan ber-KBnya (total demand untuk ber-KB
yakni dari 77,32%) sebesar 76,29% merasa terpenuhi kebutuhan KB nya (satisfied
demand/merasa puas). Persentase tingkat kepuasan terbesar ada di provinsi
Kalimantan Selatan (86,75%) dari total demand sekitar 79,97% dari total PUS yang
ada. Sementara persentase kepuasan terendah ada di provinsi Papua (27,65%) dari
total demand sekitar 58,04% PUS.
5
Selatan (86,75%), Sumatera Selatan (84,01%), Kalimantan Tengah (83,37%),
Lampung (82,92%), Bengkulu (82,11%), dan Jambi (81,62%).
Angka kelahiran total (Total Fertility Rate, TFR) pada tahun 2015
menggambarkan adanya penurunan dari 2,379 pada tahun 2013 menjadi 2,289 di
tahun 2015. Pada tahun 2006, TFR Indonesia sebesar 2,138. Kemudian naik
menjadi 2,416 pada tahun 2007, dan relatif stagnan selama tahun 2007 hingga 2012.
6
Grafik 7. Tren TFR Indonesia Hasil Susenas 2006-2015
TFR Kalimantan Barat lebih tinggi dibanding TFR Indonesia, yakni 2,34. Artinya
setiap perempuan berusia 15-49 tahun di Kalimantan Barat pada tahun 2015
memiliki 2 anak. TFR tertinggi adalah di Provinsi NTT (3,33), dan terendah di DI
Yogyakarta (1,81).
Data mengenai Age Specific Fertility Rate (ASFR) atau kelahiran per kelompok
umur ibu menunjukkan bahwa kelahiran terbanyak di Kalimantan Barat adalah pada
ibu kelompok umur 25-29 tahun (132,6 kelahiran per 1000 ibu usia 20-24 tahun) dan
kelompok umur 20-24 tahun (110,2 kelahiran per 1000 ibu usia 20-24 tahun). Rata-
rata usia kawin pertama (UKP) di Kalimantan Barat adalah 20,25 tahun.
7
Kuadran 1 adalah kondisi dimana CPR dan TFR sama-sama tinggi, bisa disebut
sebagai kuadran dengan kondisi anomali (tidak normal). Provinsi yang termasuk
dalam kuadran ini adalah Banten, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka
Belitung, Gorontalo, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Kuadran I ditempati oleh Kabupaten Bengkayang dan Kayong Utara dengan CPR
dan TFR yang lebih tinggi dibanding CPR dan TFR Provinsi Kalimantan Barat.
Bahkan Bengkayang TFR-nya adalah yang tertinggi di Kalimantan Barat, disusul
oleh Singkawang dan Sambas. Terdapat 6 kabupaten/kota dengan TFR lebih
tinggi dari TFR Kalimantan Barat.
Kuadran 2 adalah kondisi dimana CPR rendah dan TFR tinggi. Provinsi yang
termasuk dalam kuadran ini adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku
Utara, Maluku dan Papua Barat.
Kuadran II diduduki oleh Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten
Mempawah, dan Kubu Raya dengan TFR yang lebih tinggi dari TFR provinsi,
namun CPR-nya lebih rendah dari CPR provinsi. Kuadran II ini merupakan
prioritas garapan Program KB. Sosialisasi dan pelayanan KB harus lebih
dioptimalkan untuk menaikkan angka pemakaian kontrasepsi di keempat
kabupaten tersebut, sehingga diharapkan TFR-nya akan mengalami penurunan.
Kuadran 3 adalah kondisi dimana CPR dan TFR rendah, bisa juga disebut
sebagai kuadran dengan kondisi anomali. Provinsi yang termasuk dalam kuadran
ini adalah Bali, DKI, DIY, Kalimantan Timur dan Papua. provinsi yang berada di
kuadran-3 dimana situasinya menunjukkan rendahnya CPR tetapi telah memiliki
TFR yang relatif rendah.
Ada lima kabupaten/kota dengan CPR yang lebih rendah ketimbang CPR
Kalimantan Barat, yakni: Sambas, Mempawah, Kubu Raya, Singkawang, dan
Pontianak. Kota dengan CPR terendah adalah Kota Pontianak (53,5). Rendahnya
CPR dan TFR di Pontianak, menempatkan kota ini di Kuadran III.
Kuadran 4 adalah kondisi dimana CPR tinggi dan TFR rendah. Provinsi yang
termasuk dalam kuadran ini adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Jambi.