Anda di halaman 1dari 59

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perencanaan geometrik jalan raya merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi
dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan
sebagai akses ke rumah rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik tidak
termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan. Walaupun dimensi dari perkerasan
merupakan bagian dari perencanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan
seutuhnya. Jadi tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan
infrastuktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu llintas dan memaksimalkan rasio
tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang bentuk jalan dan ukuran jalan dikatakan
baik jika memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Dasar dari
perencanaan geometrik adalah topografi, geologis, tata guna lahan, sifat gerakan, dan
ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan
karakteristik arus lalu lintas.

1.2 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan tugas Geometrik Jalan ini adalah
metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori-teori dari buku dan bimbingan serta
arahan dari dosen pembimbing.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan tugas Geometrik Jalan ini adalah :

1. Merencanakan Alinyemen horizontal


2. Merencanakan Alinyemen Vertikal
3. Menghitung Galian dan Timbunan
4. Menggambar Alinyemen Horizontal dan Vertikal
5. Menggambar Potongan Melintang Jalan

I Made Gede Dwija Putra 1


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

BAB II
KLASIFIKASI MEDAN

Perencanaan geometrik jalan raya merupakan bagian dari perencanaan jalan


yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi
dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan
sebagai akses ke rumah rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik tidak
termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan. Walaupun dimensi dari perkerasan
merupakan bagian dari perencanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan
seutuhnya. Jadi tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan
infrastuktur yang aman.

2.1 Perhitungan Kelas Medan Jalan


Kelas Medan Jalan ditentukan berdasarkan kemiringan total dari beda elevasi
titik kiri dan kanan dari potongan jalan yang direncanakan. Dengan melihat posisi dari
titik tersebut maka dapat dicari elevasinya dari perbandingan segitiga dengan
membadingkan elevasinya dari garis kontur peta topografi, perbandingan segitiga yang
digunakan sebagai berikut:

y
x

b
a

x y y. a
= maka x=
a b b
Dimana:
a = Jarak titik dari garis kontur dengan elevasi terendah
b = Jarak garis kontur diantara titik
x = Elevasi titik
y = Perbedaan tinggi antara garis kontur
I Made Gede Dwija Putra 2
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

2.2 Contoh Perhitungan


Pada potongan A - A

Titik Kiri 30 m

5m
x

25 m 25 m

2,46 m
14,20 m

5x 2,46
X = 0,87 m
14,20

25 + 0,87 = 25,87 m

I Made Gede Dwija Putra 3


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Titik Kanan 60 m

5m
x

55 m 55 m
13,09 m
24,55 m

5x13,09
X = 2,66 m
24,55

55 + 2,66 = 57,66 m

2.3 Contoh Perhitungan


Pada potongan 25 - 25

I Made Gede Dwija Putra 4


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Titik Kiri
30 m

5m
x

25 m 25 m

5,85 m
20,63 m

5x5,85
X = 1,42 m
20,63

25 + 1,42 = 26,42 m

Titik Kanan 75 m

5m
x

70 m 70 m
5,29 m

16,81 m

5x5,29
X = 1,57 m
16,81

70 + 1,57 = 71,57 m

I Made Gede Dwija Putra 5


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Tabel 2.1 Perhitungan Klasifikasi Medan

Elevasi Jarak Beda


Kemiringan
Melintang Tinggi
Kiri Tengah Kanan (%)
Potongan (m) (m) Jenis Medan
H/V * 100
(m) (m) (m) V H
%
A-A' 25,87 42,25 57,67 100,00 31,80 31,80 Pegunungan
1-1' 15,18 31,66 48,01 100,00 32,83 32,83 Pegunungan
2-2' 11,33 25,85 42,90 100,00 31,57 31,57 Pegunungan
3-3' 10,00 20,37 37,10 100,00 27,10 27,10 Pegunungan
4-4' 15,00 17,97 21,45 100,00 6,45 6,45 Datar
5-5' 19,44 28,95 29,80 100,00 10,35 10,35 Perbukitan
6-6' 27,59 35,39 45,00 100,00 17,41 17,41 Perbukitan
7-7' 34,38 50,00 53,95 100,00 19,57 19,57 Perbukitan
8-8' 53,93 60,00 57,38 100,00 3,45 3,45 Datar
9-9' 76,22 70,00 60,48 100,00 15,74 15,74 Perbukitan
10-10' 83,04 76,21 64,62 100,00 18,42 18,42 Perbukitan
11-11' 78,15 72,12 54,74 100,00 23,42 23,42 Perbukitan
12-12' 67,43 60,54 50,00 100,00 17,43 17,43 Perbukitan
13-13' 25,00 35,00 40,00 100,00 15,00 15,00 Perbukitan
14-14' 69,14 41,76 34,82 100,00 34,32 34,32 Pegunungan
15-15' 76,57 53,30 28,02 100,00 48,55 48,55 Pegunungan
16-16' 77,38 57,55 26,53 100,00 50,85 50,85 Pegunungan
17-17' 67,30 55,00 37,97 100,00 29,33 29,33 Pegunungan
18-18' 58,29 51,46 34,35 100,00 23,94 23,94 Perbukitan
19-19' 53,61 32,24 23,31 100,00 30,30 30,30 Pegunungan
20-20' 53,38 30,57 21,64 100,00 31,74 31,74 Pegunungan
21-21' 41,64 27,71 20,35 100,00 21,29 21,29 Perbukitan
22-22' 22,06 20,43 34,36 100,00 12,30 12,30 Perbukitan
23-23' 10,00 25,00 40,04 100,00 30,04 30,04 Pegunungan
24-24' 18,06 31,68 51,10 100,00 33,04 33,04 Pegunungan
25-25' 26,42 44,47 71,57 100,00 45,16 45,16 Pegunungan
26-26' 35,63 54,15 79,12 100,00 43,48 43,48 Pegunungan
C-C' 50,00 61,73 83,75 100,00 33,75 33,75 Pegunungan
e = 738,65
Pegunungan
Rata-rata 26,38

I Made Gede Dwija Putra 6


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Diketahui:
e = 738,65 %

e =
738,65
= 26,38%
JumlahPotongan 28

Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Medan Jalan

Jenis Medan Kemiringan Melintang Rata Rata

Datar 0,00% 9,99%

Perbukitan 10,00% - 24,90%

Pegunungan 25,00%

Berdasarkan tabel klasifikasi menurut medan jalan dari Peraturan


Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 13/1970 diatas maka klasifikasi medan jalan
yang direncanakan adalah medan Pegunungan maka akan digunakan potongan
setiap 100 m panjang jalan.
Medan Pegunungan ini akan menjadi panduan dalam perencanaan karena
penggunaan data data perencanaan akan disesuaikan dengan medannya, dalam hal ini
yang digunakan adalah data data perencanaan untuk Kelas Jalan I untuk medan
Pegunungan dan pada peninjauan potongan jalan yang akan difungsikan sebagai sarana
untuk menghitung galian dan timbunan tanah akan digunakan potongan setiap 100m
dari titik A pada denah kontur sampai titik C.
Data Data perencanaan akan disesuaikan untuk perencanaan lengkung
horizontal dan lengkung vertikal dimana informasi tersebut didapatkan dari referensi
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya dan Geometrik Jalan oleh Silvia
Sukirman.

I Made Gede Dwija Putra 7


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

BAB III
ALINYEMEN HORIZONTAL

3.1 Perencanaan Alinyemen Horizontal


Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal yang
terdiri dari garis-garis yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung, ( dikutip dari
Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan oleh Silvia Sukirman ). Ada tiga Lengkung
Horizontal, yaitu :
1. Lengkung busur lingkaran (Circle-Circle : C-C)
Dipergunakan pada radius lengkung yang besar, dimana superelevasi yang
dibutuhkan 3%

2. Lengkung busur Lingkran dengan peralihan (Spiral-Circle-Spiral : S-C-S)


Dipergunakan pada radius lengkung yang lebih kecil, dimana
superelevasi yang dibutuhkan > 3%, memiliki lengkung peralihan sehingga
mengurangi kesan patah pada perubahan kemiringan melintang.

3. Lengkung Peralihan ( Spiral Spiral : S S )


Merupakan lengkung horizontal tanpa busur lingkaran. Radius untuk
jenis ini adalah radius yang menghasilkan kelandaian relatif < Kelandaian
relatif maksimum.

Dalam menemukan bentuk lengkung peralihan yang paling sesuai, secara


teoritis dapat dilakukan dengan peninjauan terhadap gerakan kendaraan di tikungan.
Lengkung peralihan yang paling sesuai dengan lintasan kendaraan yang sebenarnya
adalah spiral circle spiral. Lengkung peralihan diletakkan antara bagian lurus dan
bagian lingkaran (circle) yaitu sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur
lingkaran.
Tidak semua tikungan dapat menggunakan lengkung spiral-circle-spiral.
Semuanya tergantung pada jari-jari lingkaran (R) yang digunakan dan -nya. Untuk
memilih perencanaan suatu tipe tikungan control harus tetap dilakukan.
kontrol terhadap tipe tikungan yang akan direncanakan, disajikan secara ringkas
dalam gambar sebagai berikut :

I Made Gede Dwija Putra 8


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

START
INPUT

Vr . emax . en .


R min = (
+ )

e > 1,5 en YA
p > 150 TIPE S-C-S
mm
Lc > 25 m
Ls > Ls min

TIDAK

e > 1,5 en YA
p > 150 TIPE S-S
mm
Lc < 25 m

TIDAK

e < 1,5 en
R >>> TIPE C-C
p < 150

END

Gambar 3.1 Diagram Pengerjaan

I Made Gede Dwija Putra 9


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.2 Standar Perencanaan Konstruksi Jalan Raya


Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan
seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas jalan, dan tingkat
pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter parameter ini merupakan
penentu tingkat kenyamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan.

Standar Perencanaan Geometrik


Standar perencanaan geometrik, menurut aturan Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No. 13/1970 untuk jalan kelas I dengan medan
Pegunungan.
Lalu lintas harian rata-rata : > 25.000 smp/hari
Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam
Lebar perkerasan : 2 x (2 x 3,75) m
Lereng melintang perkerasan (en) : 2%
Jenis lapisan permukaan jalan : Aspal beton
Miring tikungan maksimum (emax) : 10%

Sesuai dengan gambar dibawah, jadi jarak dan sudut di setiap tikungan didapat sebagai
berikut :

1. Jarak :
d1 = 309,60 m
d2 = 251,88 m
d3 = 320,29 m
d5 = 292,22 m
d6 = 364,88 m
2. Sudut tikungan :
Sudut tikungan I (1) = 104o
Sudut tikungan II(2) = 65o
Sudut tikungan III(5) = 16o

I Made Gede Dwija Putra 10


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.3 Perencanaan Tikungan I

Gambar 3.2 Jarak dan Sudut Pada Tikungan I

3.3.1 Data-data tikungan :


1. Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam
2. Sudut tikungan I (1) : 104o
3. emax : 10%
4. Lereng melintang (en) : 2%
5. Lebar perkerasan : 2 x (2 x 3,75)
1
6. Landai relatif maksimum tepi perkerasan (1/m) :
115
3.3.2 Menghitung Rmin :
fmax = -0,00065 V + 0,192

= -0,00065 (50) + 0,192

= 0,160

V2
Rmin =
127e max f max
502
=
1270,1 0,160

= 75,712 m

I Made Gede Dwija Putra 11


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

1432 ,29
Dmaks =
R min

1432 ,29
=
75,712

= 18,92o

( Bedasarkan Tabel 4.7 pada buku Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik


Jalan halaman 113 Metode Bina Marga, Silvia Sukirman. Untuk V = 50
km/jam, Dmaks = 18,92 o maka dipilih Rc = 80, e = 0,099 dan Ls = 60 )

3.3.3 Kontrol harga Ls


1. Berdasarkan Landai Relatif ( BinaMarga)
(Silvia Sukirman/1999, hal 100)
1 (e e n )B

m Ls

Ls = m (e + en) B
= 115.(0,099 + 0,020) x 3,75
= 51,32 m < Ls (Tabel) = 60 m
2. Berdasarkan Modifikasi SHORTT(Sukirman/1999, hal 108)
V
Ls = 0,022 R 2,727 R
3
V .e c adalah perubahan
R C c
percepatan m/det3, yang
503 50 0,099 bernilai antara 1 3
= 0,022 2,727
80 3 3 m/det3, diambil 3 m/det3
= 6,96 m < Ls (Tabel) = 60 m
3. Bedasarkan lama perjalan Mengemudi selama 3 detik (Metode Bina Marga)
1000
Ls = 3. V. 3600
1000
= 3.50. 3600

= 41,67 m < Ls (Tabel) = 60 m


Keterangan : R = radius
Ls = panjang lengkung peralihan
e = superelevasi

I Made Gede Dwija Putra 12


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Setelah membandingkan antara hasil tabel dan perhitungan, maka nilai Ls


yang digunakan adalah nilai Ls yang terbesar, yaitu nilai Ls berdasarkan data
perhitungan sebelumnya maka didapatkan (di pakai yang Ls yang terbesar ): Ls
(Tabel) = 60 m. Panjang lengkung peralihan Ls diambil 60 m untuk
perencanaan, dimana hal ini merupakan jarak terpanjang dari pemenuhan
persyaratan kelandaian relatif serta panjang lengkung peralihan berdasarkan
persamaan landai relatif maksimum.

3.3.4 Nilai e
Untuk e > 1,5.en
Didapat 9,9% > 3% ini berarti lengkung C C tidak dapat dipergunakan,
kemungkinan lengkung yang digunakan hanya S C S dan S S.
Selanjutnya dilakukan dengan mengontrol harga Lc.

3.3.5 Menentukan dan


1. Besar Sudut Spiral (s)
90 . Ls 90 .60
s = =
.Rc 3,14 .80

= 21,477 21,5
2. Sudut Pusat Busur Lingkaran (c)
c = 1 2s
= 104 2 (21,5)
= 61
3.3.6 Panjang Busur Lingkaran (Lc)

Lc = . C R C
180

3,14
= . 61 . 80
180

= 85,21 m 86 m

Karena Lc > 20 m maka lengkung S C S dapat digunakan.

I Made Gede Dwija Putra 13


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.3.7 Perhitungan Titik Peralihan dari Lengkung Spiral ke Circle


Ls 2
Xs = Ls 1
2
40Rc
60 2
= 60 1
2
40 . 80
= 59,156 m 60 m
Ls 2 60 2
Ys =
6 Rc 6 80
= 7,5 m

3.3.8 Kontrol Terhadap Nilai p


Ls 2
p = Rc 1 cos S
6 Rc

60 2
= 80 1 cos 21,5
6 80

= 1,93 m

Karena p >1 m, Tipe Lengkung S C S dapat digunakan.

Ls 3
k = Ls R C sin S
40 . Rc 2

603
= 60 80 sin 21,5
40 80 2

= 29,84 m 30 m

Es = (Rc + p) sec 1 Rc

= (80 + 1,93) sec 104 80

= 53 m

Ts = (Rc + p) tan 1 + k

= (80 + 1,93) tan 104 + 30

= 134,89 m 135 m

I Made Gede Dwija Putra 14


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Panjang Busur Tikungan I

L = Lc + 2Ls

= 86 + 2(60)

= 206 m

Keterangan :

s = besarnya sudut spiral

c = sudut pusat busur lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

Ts = titik peralihan bagian lurus ke bagian berbentuk spiral

SC = titik peralihan bagian spiral ke bagian lingkaran

Data data dari perhitungan lengkung S -C - S data sebagai berikut:

Vr 50 km/jam
1 104
Lc 86 m
Ls 60 m
Rc 80 m
s 21,5
c 61
Ts 135 m
Es 53 m
e 0,099
Xs 60 m
Ys 7,5 m
p 1,93 m
k 30 m
L 206 m

I Made Gede Dwija Putra 15


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Untuk tikungan pertama dengan kecepatan rencana 50 km/jam dipilih tipe


busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral-Circle-Spiral) karena
memiliki nilai Lc 20 yaitu 86 m serta memiliki nilai superelevasi 3,0%
dimana dalam perhitungan ini diperoleh nilai superelevasi untuk tikungan
pertama adalah 9,9%.

3.3.9 Stasioning untuk Tikungan I


Sta. PII = Sta.A + d1
= (0 + 000) + 310
= 0 + 310
Sta.TSI = Sta. PII - Ts
= 0 + 310 - 135
= 0 + 175
Sta. SCI = Sta.TSI + Ls
= 0 + 175 + 60
= 0 + 235
Sta. CSI = Sta. SCI + Lc
= 0 + 235 + 86
= 0 + 321
Sta. STI = Sta.CSI + Ls
= 0 + 321 + 60
= 0 + 381

Penomoran atau stationing dimulai dari 0 + 000, yang berarti 0 km dan


0 m dari awal pekerjaan. Sta 1 + 100 m berarti titik tersebut terletak pada jarak
1 km dan 100 m dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen
pada alinyemen horizontal maupun vertikal, maka penomoran dilakukan
dengan:

Setiap 100 m pada medan datar


Setiap 50 meter untuk medan perbukitan
Setiap 25 meter untuk medan pegunungan

I Made Gede Dwija Putra 16


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.3.10 Pelebaran perkerasan pada tikungan I


Untuk jalan kelas I, kendaraan rencana yang dipergunakan adalah truk
atau bus dengan ketentuan sebagai berikut : ( Berdasarkan DPGJR, Silvia
Sukriman)

1. Lebar kendaraan rencana (b) : 2,5 m


2. Jarak antar gandar (P) : 6,5 m
3. Tonjolan depan kendaraan (a) : 1,5 m
4. Jumlah lajur (n) : 2
5. Lebar perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 x 3,75
6. Jari-jari pada tengah lintasan (Rc) : 80 m
7. Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam

3.3.11 Menghitung Radius lengkung Lintasan Luar Roda (Rw)


Rw = (Rc + b)2 + (P + a)2

= (80 + 2,5)2 + (6,5 + 1,5)2


= 82,89 m 83 m

3.3.12 Menghitung Lebar Perkerasan (B)


B = Rw + b Rw 2 (P + a)2

= 83 + 2,5 832 (6,5 + 1,5)2


= 2,89 3 m

3.3.13 Off Tracking (U)


U = Bb
= 3 2,5
= 0,5 m

3.3.14 Tambahan Lebar Akibat Kerusakan Mengemudi di Tikungan (Z)


0,105 Vr
Z =
Rc
0,105 .50
=
80

= 0,59 0,6 m

I Made Gede Dwija Putra 17


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.3.15 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan I (b)


Bt = n(B+C)+Z C =Kebebasan samping
= 2 ( 3 + 1,25 ) + 0,6 C = Bn b
= 9,1 m = 7,5 2,5 = 1,250 m
b = Bt Bn
= 9,1 2.(3,75)
= 1,6 m
1,6
b = = 0,8 m
2

3.3.16 Kebebasan Samping Pada Tikungan


Data : 1. Jarak pandang henti (S) : 145 m
2. Jari-jari (Rc) : 80 m
Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L ()
360.S 360.145
() = 4.Rc = 4.3,14.80 = 51,9 52

Jarak dari penghalang kesumbu lajur sebelah dalam (m)


m = Rc ( 1 cos)
= 80 ( 1 cos 52o )
= 30,75 m

I Made Gede Dwija Putra 18


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Gambar 3.3 Perencanaan Alinyemen Horisontal Pada Tikungan I

I Made Gede Dwija Putra 19


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.4 Perencanaan Tikungan II

Gambar 3.4 Jarak dan Sudut Pada Tikungan II

3.4.1 Data-data tikungan :


7. Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam
8. Sudut tikungan I (2) : 65o
9. emax : 10%
10. Lereng melintang (en) : 2%
11. Lebar perkerasan : 2 x (2 x 3,75)
1
12. Landai relatif maksimum tepi perkerasan (1/m) :
115
3.4.2 Menghitung Rmin :
fmax = -0,00065 V + 0,192

= -0,00065 (50) + 0,192

= 0,160

V2
Rmin =
127e max f max
502
=
1270,1 0,160

= 75,712 m

I Made Gede Dwija Putra 20


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

1432 ,29
Dmaks =
R min

1432 ,29
=
75,712

= 18,92o

( Bedasarkan Tabel 4.7 pada buku Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik


Jalan halaman 113 Metode Bina Marga, Silvia Sukirman. Untuk V = 50
km/jam, Dmaks = 18,92 o maka dipilih Rc = 130, e = 0,083 dan Ls = 45 )

3.4.3 Kontrol harga Ls


1. Berdasarkan Landai Relatif ( BinaMarga)
(Silvia Sukirman/1999, hal 100)
1 (e e n )B

m Ls
Ls = m (e + en) B
= 115.(0,083 + 0,020) x 3,75
= 44,42 m < Ls (Tabel) = 45 m
2. Berdasarkan Modifikasi SHORTT(Sukirman/1999, hal 108)
V
Ls = 0,022 R 2,727 R
3
V .e c adalah perubahan
R C c
percepatan m/det3, yang
503 50 0,083 bernilai antara 1 3
= 0,022 2,727
130 3 3 m/det3, diambil 3 m/det3
= 3,28 m < Ls (Tabel) = 45 m
3. Bedasarkan lama perjalan Mengemudi selama 3 detik (Metode Bina Marga)
1000
Ls = 3. V. 3600
1000
= 3.50. 3600

= 41,67 m < Ls (Tabel) = 45 m


Keterangan : R = radius
Ls = panjang lengkung peralihan
e = superelevasi

I Made Gede Dwija Putra 21


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Setelah membandingkan antara hasil tabel dan perhitungan, maka nilai Ls


yang digunakan adalah nilai Ls yang terbesar, yaitu nilai Ls berdasarkan data
perhitungan sebelumnya maka didapatkan (di pakai yang Ls yang terbesar ): Ls
(Tabel) = 45 m. Panjang lengkung peralihan Ls diambil 45 m untuk
perencanaan, dimana hal ini merupakan jarak terpanjang dari pemenuhan
persyaratan kelandaian relatif serta panjang lengkung peralihan berdasarkan
persamaan landai relatif maksimum.

3.4.4 Nilai e
Untuk e > 1,5.en
Didapat 8,3% > 3% ini berarti lengkung C C tidak dapat dipergunakan,
kemungkinan lengkung yang digunakan hanya S C S dan S S.
Selanjutnya dilakukan dengan mengontrol harga Lc.

3.4.5 Menentukan dan


1. Besar Sudut Spiral (s)
90 . Ls 90 .45
s = =
.Rc 3,14 .130

= 9,91 10
2. Sudut Pusat Busur Lingkaran (c)
c = 1 2s
= 65 2 (10)
= 45

3.4.6 Panjang Busur Lingkaran (Lc)



Lc = . C R C
180

3,14
= . 45 . 130
180

= 102,14 m 103 m
Karena Lc > 20 m maka lengkung S C S dapat digunakan.

I Made Gede Dwija Putra 22


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.4.7 Perhitungan Titik Peralihan dari Lengkung Spiral ke Circle


Ls 2
Xs = Ls 1
2
40Rc
45 2
= 45 1
2
40 . 130
= 44,87 m 45 m
Ls 2 452
Ys =
6 Rc 6 130
= 2,60 m 3 m

3.4.8 Kontrol Terhadap Nilai p


Ls 2
p = Rc 1 cos S
6 Rc

452
= 130 1 cos 10
6 130

= 0,6 m

Ls 3
k = Ls R C sin S
40 . Rc 2

453
= 45 130 sin 10
40 130 2

= 22,29 m 23 m

Es = (Rc + p) sec 1 Rc

= (130 + 0,6) sec 65 130

= 24,85 m 25 m

Ts = (Rc + p) tan 1 + k

= (130 + 0,6) tan 65 + 23

= 106 m

I Made Gede Dwija Putra 23


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Panjang Busur Tikungan II

L = Lc + 2Ls

= 103 + 2(45)

= 193 m

Keterangan :

s = besarnya sudut spiral

c = sudut pusat busur lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

Ts = titik peralihan bagian lurus ke bagian berbentuk spiral

SC = titik peralihan bagian spiral ke bagian lingkaran

Data data dari perhitungan lengkung S -C - S data sebagai berikut:

Vr 50 km/jam
2 65
Lc 103 m
Ls 45 m
Rc 130 m
s 10
c 45
Ts 106 m
Es 25 m
e 0,083
Xs 45 m
Ys 3m
p 0,6 m
k 23 m
L 193 m

I Made Gede Dwija Putra 24


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Untuk tikungan pertama dengan kecepatan rencana 50 km/jam dipilih tipe


busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral-Circle-Spiral) karena
memiliki nilai Lc 20 yaitu 103 m serta memiliki nilai superelevasi 3,0%
dimana dalam perhitungan ini diperoleh nilai superelevasi untuk tikungan kedua
adalah 8,3%.

3.4.9 Stasioning untuk Tikungan II


Sta. PIII = Sta.B + d2
= (0 + 000) + 251,88
= 0 + 252
Sta.TSII = Sta. PIII - Ts
= 0 + 252 - 106
= 0 + 146
Sta. SCII = Sta.TSII + Ls
= 0 + 146 + 45
= 0 + 191
Sta. CSII = Sta. SCII + Lc
= 0 + 191 + 103
= 0 + 294
Sta. STII = Sta.CSII + Ls
= 0 + 294 + 45
= 0 + 339

Penomoran atau stationing dimulai dari 0 + 000, yang berarti 0 km dan


0 m dari awal pekerjaan. Sta 1 + 100 m berarti titik tersebut terletak pada jarak
1 km dan 100 m dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen
pada alinyemen horizontal maupun vertikal, maka penomoran dilakukan
dengan:

Setiap 100 m pada medan datar


Setiap 50 meter untuk medan perbukitan
Setiap 25 meter untuk medan pegunungan

I Made Gede Dwija Putra 25


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.4.10 Pelebaran perkerasan pada tikungan II


Untuk jalan kelas I, kendaraan rencana yang dipergunakan adalah truk
atau bus dengan ketentuan sebagai berikut : ( Berdasarkan DPGJR, Silvia
Sukriman)

1. Lebar kendaraan rencana (b) : 2,5 m


2. Jarak antar gandar (P) : 6,5 m
3. Tonjolan depan kendaraan (a) : 1,5 m
4. Jumlah lajur (n) : 2
5. Lebar perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 x 3,75
6. Jari-jari pada tengah lintasan (Rc) : 130 m
7. Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam

3.4.11 Menghitung Radius lengkung Lintasan Luar Roda (Rw)


Rw = (Rc + b)2 + (P + a)2

= (130 + 2,5)2 + (6,5 + 1,5)2


= 132,74 m 133 m

3.4.12 Menghitung Lebar Perkerasan (B)


B = Rw + b Rw 2 (P + a)2

= 133 + 2,5 1332 (6,5 + 1,5)2


= 2,74 3 m
3.4.13 Off Tracking (U)
U = Bb
= 3 2,5
= 0,5 m

3.4.14 Tambahan Lebar Akibat Kerusakan Mengemudi di Tikungan (Z)


0,105 Vr
Z =
Rc
0,105 .50
=
130

= 0,46 0,5 m

I Made Gede Dwija Putra 26


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.4.15 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan I (b)


Bt = n(B+C)+Z C =Kebebasan samping
= 2 ( 3 + 1,25 ) + 0,5 C = Bn b
= 9m = 7,5 2,5 = 1,250 m
b = Bt Bn
= 9 2.(3,75)
= 1,5 m
1,5
b = = 0,75 m
2

3.4.16 Kebebasan Samping Pada Tikungan


Data : 1. Jarak pandang henti (S) : 147,5 m
2. Jari-jari (Rc) : 130 m
Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L ()
360.S 360.147,5
() = 4.Rc = 4.3,14.130 = 32,5

Jarak dari penghalang kesumbu lajur sebelah dalam (m)


m = Rc ( 1 cos)
= 130 ( 1 cos 32,5o )
= 20,36 m

I Made Gede Dwija Putra 27


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Gambar 3.5 Perencanaan Alinyemen Horisontal Pada Tikungan II

I Made Gede Dwija Putra 28


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.5 Perencanaan Tikungan III

Gambar 3.6 Jarak dan Sudut Pada Tikungan III

3.5.1 Data-data tikungan :


13. Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam
14. Sudut tikungan I (2) : 16o
15. emax : 10%
16. Lereng melintang (en) : 2%
17. Lebar perkerasan : 2 x (2 x 3,75)
1
18. Landai relatif maksimum tepi perkerasan (1/m) :
115
3.5.2 Menghitung Rmin :
fmax = -0,00065 V + 0,192

= -0,00065 (50) + 0,192

= 0,160

V2
Rmin =
127e max f max
502
=
1270,1 0,160

= 75,712 m

I Made Gede Dwija Putra 29


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

1432 ,29
Dmaks =
R min

1432 ,29
=
75,712

= 18,92o

( Bedasarkan Tabel 4.7 pada buku Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik


Jalan halaman 113 Metode Bina Marga, Silvia Sukirman. Untuk V = 50
km/jam, Dmaks = 18,92 o maka dipilih Rc = 477, e = 0,030 dan Ls = 45 )

3.5.3 Kontrol harga Ls


1. Berdasarkan Landai Relatif ( BinaMarga)
(Silvia Sukirman/1999, hal 100)
1 (e e n )B

m Ls
Ls = m (e + en) B
= 115.(0,030 + 0,020) x 3,75
= 21,56 m < Ls (Tabel) = 45 m
2. Berdasarkan Modifikasi SHORTT(Sukirman/1999, hal 108)
V
Ls = 0,022 R 2,727 R
3
V .e c adalah perubahan
R C c
percepatan m/det3, yang
503 50 0,030 bernilai antara 1 3
= 0,022 2,727
477 3 3 m/det3, diambil 3 m/det3
= 0,56 m < Ls (Tabel) = 45 m
3. Bedasarkan lama perjalan Mengemudi selama 3 detik (Metode Bina Marga)
1000
Ls = 3. V. 3600
1000
= 3.50. 3600

= 41,67 m < Ls (Tabel) = 45 m


Keterangan : R = radius
Ls = panjang lengkung peralihan
e = superelevasi

I Made Gede Dwija Putra 30


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Setelah membandingkan antara hasil tabel dan perhitungan, maka nilai Ls


yang digunakan adalah nilai Ls yang terbesar, yaitu nilai Ls berdasarkan data
perhitungan sebelumnya maka didapatkan (di pakai yang Ls yang terbesar ): Ls
(Tabel) = 45 m. Panjang lengkung peralihan Ls diambil 45 m untuk
perencanaan, dimana hal ini merupakan jarak terpanjang dari pemenuhan
persyaratan kelandaian relatif serta panjang lengkung peralihan berdasarkan
persamaan landai relatif maksimum.

3.5.4 Nilai e
Untuk e > 1,5.en
Didapat 3% = 3% ini berarti lengkung C C tidak dapat dipergunakan,
kemungkinan lengkung yang digunakan hanya S C S dan S S.
Selanjutnya dilakukan dengan mengontrol harga Lc.

3.5.5 Menentukan dan


1. Besar Sudut Spiral (s)
90 . Ls 90 .45
s = =
.Rc 3,14 .477

= 2,7 3
2. Sudut Pusat Busur Lingkaran (c)
c = 1 2s
= 16 2 (3)
= 10

3.5.6 Panjang Busur Lingkaran (Lc)



Lc = . C R C
180

3,14
= .10 . 477
180

= 83,29 m 84 m
Karena Lc > 20 m maka lengkung S C S dapat digunakan.

I Made Gede Dwija Putra 31


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.5.7 Perhitungan Titik Peralihan dari Lengkung Spiral ke Circle


Ls 2
Xs = Ls 1
2
40Rc
45 2
= 45 1
2
40 . 477
= 44,99 m 45 m
Ls 2 45 2
Ys =
6 Rc 6 477
= 0,71 m

3.5.8 Kontrol Terhadap Nilai p


Ls 2
p = Rc 1 cos S
6 Rc

452
= 477 1 cos 3
6 477

= 0,05 m

Ls 3
k = Ls R C sin S
40 . Rc 2

453
= 45 477 sin 3
40 477 2

= 20 m

Es = (Rc + p) sec 1 Rc

= (477 + 0,05) sec 16 477

= 4,74 m 5 m

Ts = (Rc + p) tan 1 + k

= (477 + 0,05) tan 16 + 20

= 87 m

I Made Gede Dwija Putra 32


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Panjang Busur Tikungan III

L = Lc + 2Ls

= 84 + 2(45)

= 174 m

Keterangan :

s = besarnya sudut spiral

c = sudut pusat busur lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

Ts = titik peralihan bagian lurus ke bagian berbentuk spiral

SC = titik peralihan bagian spiral ke bagian lingkaran

Data data dari perhitungan lengkung S -C - S data sebagai berikut:

Vr 50 km/jam
3 16
Lc 84 m
Ls 45 m
Rc 477 m
s 3
c 10
Ts 87 m
Es 5m
e 0,030
Xs 45 m
Ys 0,71 m
p 0,05 m
k 20 m
L 174 m

I Made Gede Dwija Putra 33


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Untuk tikungan pertama dengan kecepatan rencana 50 km/jam dipilih tipe


busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral-Circle-Spiral) karena
memiliki nilai Lc 20 yaitu 84 m serta memiliki nilai superelevasi = 3,0%
dimana dalam perhitungan ini diperoleh nilai superelevasi untuk tikungan
kelima adalah 3,0%.

3.5.9 Stasioning untuk Tikungan II


Sta. PIIII = Sta.E + d2
= (0 + 000) + 292,22
= 0 + 293
Sta.TSIII = Sta. PIIII - Ts
= 0 + 293 - 87
= 0 + 206
Sta. SCIII = Sta.TSIII + Ls
= 0 + 206 + 45
= 0 + 251
Sta. CSIII = Sta. SCIII + Lc
= 0 + 251 + 84
= 0 + 335
Sta. STIII = Sta.CSIII + Ls
= 0 + 335 + 45
= 0 + 380

Penomoran atau stationing dimulai dari 0 + 000, yang berarti 0 km dan


0 m dari awal pekerjaan. Sta 1 + 100 m berarti titik tersebut terletak pada jarak
1 km dan 100 m dari awal pekerjaan. Jika tidak terjadi perubahan arah tangen
pada alinyemen horizontal maupun vertikal, maka penomoran dilakukan
dengan:

Setiap 100 m pada medan datar


Setiap 50 meter untuk medan perbukitan
Setiap 25 meter untuk medan pegunungan

I Made Gede Dwija Putra 34


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.5.10 Pelebaran perkerasan pada tikungan III


Untuk jalan kelas I, kendaraan rencana yang dipergunakan adalah truk
atau bus dengan ketentuan sebagai berikut : ( Berdasarkan DPGJR, Silvia
Sukriman)

8. Lebar kendaraan rencana (b) : 2,5 m


9. Jarak antar gandar (P) : 6,5 m
10. Tonjolan depan kendaraan (a) : 1,5 m
11. Jumlah lajur (n) : 2
12. Lebar perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 x 3,75
13. Jari-jari pada tengah lintasan (Rc) : 477 m
14. Kecepatan rencana (Vr) : 50 km/jam

3.5.11 Menghitung Radius lengkung Lintasan Luar Roda (Rw)


Rw = (Rc + b)2 + (P + a)2

= (477 + 2,5)2 + (6,5 + 1,5)2


= 479,57 m 480 m

3.5.12 Menghitung Lebar Perkerasan (B)


B = Rw + b Rw 2 (P + a)2

= 480 + 2,5 4802 (6,5 + 1,5)2


= 2,56 3 m

3.5.13 Off Tracking (U)


U = Bb
= 3 2,5
= 0,5 m

3.5.14 Tambahan Lebar Akibat Kerusakan Mengemudi di Tikungan (Z)


0,105 Vr
Z =
Rc
0,105 .50
=
477

= 0,24 0,3 m

I Made Gede Dwija Putra 35


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

3.5.15 Tambahan Lebar Perkerasan di Tikungan III(b)


Bt = n(B+C)+Z C =Kebebasan samping
= 2 ( 3 + 1,25 ) + 0,3 C = Bn b
= 8,8 m = 7,5 2,5 = 1,250 m
b = Bt Bn
= 8,8 2.(3,75)
= 1,3 m
1,3
b = = 0,65 m
2

3.5.16 Kebebasan Samping Pada Tikungan


Data : 1. Jarak pandang henti (S) : 133,26 m
2. Jari-jari (Rc) : 477 m
Setengah sudut pusat lengkung sepanjang L ()
360.S 360.133,26
() = 4.Rc = = 8,00
4.3,14.477

Jarak dari penghalang kesumbu lajur sebelah dalam (m)


m = Rc ( 1 cos)
= 477 ( 1 cos 8,00 o )
= 4,64 m

I Made Gede Dwija Putra 36


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Gambar 3.7 Perencanaan Alinyemen Horisontal Pada Tikungan III

I Made Gede Dwija Putra 37


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

BAB IV
ALINYEMEN VERTIKAL

4.1 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui
tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering kali disebut
juga sebagai penampang memanjang jalan.

Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya pembangunan


yang tersedia. Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan mengurangi
pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak
mempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai dengan persyaratan yang
diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya. Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit
di atas muka tanah asli sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya,
terutama di daerah yang datar. Di daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan
banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan timbunan, sehingga secara
keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat dipertanggung jawabkan.

Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh :

a. Kondisi tanah dasar

b. Keadaan medan

c. Fungsi jalan

d. Muka air banjir

e. Muka air tanah

f. Kelandaian yang masih memungkinkan

Alinyemen vertikal disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri dari
garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki atau
menurun, biasa disebut berlandai. Landai jalan dinyatakan dengan persen.

Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan,maka
landai jalan diberi tanda positif uintuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatif

I Made Gede Dwija Putra 38


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

untuk penurunan dari kiri. Pendakian dan penurunan memberi efek yang berarti
terhadap gerak kendaraan.

4.2 Lengkung PPV 1 (Cekung)


Data :

Sta. A : 0 + 000

Elevasi A : 42,25 m

Sta. PPV 1 : 0 + 300

Elevasi PPV 1 : 25 m

Sta. PPV 2 : 0 + 640

Elevasi PPV 2 : 31 m

Jarak pandang henti (S) : 165 m

Jarak pandang menyiap : 670 m

Antara Sta. A dengan Sta. PPV 1:

Elev PPV 1 Elev A


g1 = x 100%
Sta PPV1 Sta A

25 25
= x 100%
300 000

=0%

Antara Sta. PPV 1 dengan Sta. PPV 2:

Elev PPV 2 Elev PPV 1


g2 = x 100%
Sta PPV 2 Sta PPV 1

31 25
= x 100%
340 300

= 1,8%

A = |g1 g2|

= |0 1,8|

I Made Gede Dwija Putra 39


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

= 1,8%

g2 = 1,8%
g1 = 0%
PPV 1

4.3 Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung :

4.3.1 Lv berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan

Jangkauan penyinaran lampu kendaraan pada lengkung vertikal


cekung merupakan batas jarak pandangan yang dapat dilihat oleh
pengemudi pada malam hari. (Sukirman)

Letak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan atas 2 keadaan


yaitu :

(1) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < L

(2) Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan > L

S<L

AS 2 1,8.(165) 2
Lv =
120 3,5.S 120 3,5.165

= 70,6 m (tidak memenuhi syarat)

S>L

120 3,5.S
Lv = 2S
A

120 3,5.165
= 2.165 = -57,5 m (memenuhi syarat)
1,8

4.3.2 Lv berdasarkan jarak pandang bebas di bawah bangunan

Jarak pandangan bebas pengemudi pada jalan raya yang melintasi


bangunan-bangunan lain seperti jalan lain, jembatan penyeberangan,

I Made Gede Dwija Putra 40


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

viaduct, aquaduct, seringkali terhalangi oleh bagian bawah bangunan


tersebut. Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan
berdasarkan jarak pandangan henti minimum dengan mengambil tinggi
mata pengemudi truk yaitu 1,80 m dan tinggi objek 0,50 m (tinggi lampu
belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m, disarankan
mengambil lebih besar untuk perencanaan yaitu 5,5 m, untuk memberi
kemungkinan adanya lapisan tambahan dikemudian hari. ( Dasar- Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan Silvia Sukirman hal 173).

S<L

AS 2 1,8.(165) 2
Lv = = 14 m (tidak memenuhi syarat)
3480 3480

S>L
3480 3480
Lv = 2 S = 2.165 = -1603 m (memenuhi syarat)
A 1,8

4.3.3 Lv berdasarkan bentuk visual


Adanya gaya sentrifugal dan gravitasi pada lengkung vertikal
cekung menimbulkan rasa tidak nyaman kepada pengemudi. Panjang
lengkung vertikal cekung minimum yang dapat memenuhi syarat
kenyamanan adalah :

AV 2
Lv
380

dimana : V= kecepatan rencana, km/jam

A = perbedaan aljabar landai.

L = panjang lengkung vertikal cekung.

AV 2 1,8.(100) 2
Lv = = 47 m
380 380

4.3.4 Lv berdasarkan persyaratan drainase

Persyaratan panjang lengkung vertikal cekung sehubungan dengan


drainase (sukirman):

I Made Gede Dwija Putra 41


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Lv = 50 . A

= 50 . 1,8

= 90 m

4.3.5 Lv berdasarkan kenyamanan pengemudi

Lv = V.t

1000
100. x3
3600

= 83 m

Dari perhitungan, nilai L terbesar yang dapat digunakan adalah


berdasarkan jarak pandang henti minimum yaitu sebesar 165 m.

4.4 Perhitungan Ev

Pergeseran vertikal dari titik PPV 1 ke bagian lengkung

A.Lv 1,8 x165


Ev = = 0,4 m
800 800

4.4.1 Perhitungan Stationing dan Elevasi Lengkung PPV 1

Data :

Sta. PPV 1 : 0 + 300

Elevasi PPV 1 : 25 m

Lv1 : 165 m

Ev1 : 0,40 m

g1 :0%
g2 : 1,8 %

Lv1
1. Sta. PLV1 = Sta. PPV1
2

I Made Gede Dwija Putra 42


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

165
= (0 300)
2
= 0 + 218
Lv1
Elevasi PLV1 = Elevasi PPV1 g1.
2
165
25 0%
2
= 25 m

2. Sta. PPV1 = 0 + 300

Elevasi PPV1 = Elevasi PPV1 + Ev1

= 25 + 0,40

= 25,40 m = 25 m

Lv1
3. Sta. PTV1 = Sta. PPV1
2
165
= (0 + 300)
2
= 0 + 383
Lv1
Elevasi PTV1 = Elevasi PPV1 g 2 .
2
165
= 25 1,8%
2
= 27 m

I Made Gede Dwija Putra 43


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Gambar 4.1 Lengkung PPV1 (Cekung)

4.5 Lengkung PPV 2 (Cembung)


Data :

Sta. PPV 1 : 0 + 300

Elevasi PPV 1 : 25 m

Sta. PPV 2 : 0 + 640

Elevasi PPV 2 : 31 m

Sta. PPV 3 : 0 + 940

Elevasi PPV 3 : 29 m

Jarak pandang henti (S) : 165 m

Jarak pandang menyiap : 670 m

I Made Gede Dwija Putra 44


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Antara Sta. PPV 1 dengan Sta. PPV 2:

Elev PPV 2 Elev PPV 1


g2 = x 100%
Sta PPV2 Sta PPV 1

31 25
= x 100% = 1,8 %
640 300

Antara Sta. PPV 2 dengan Sta. PPV 3:

Elev PPV 3 Elev PPV 2


g3 = x 100%
Sta PPV 3 Sta PPV 2

29 31
= x 100% = 0,7 %
940 640

A = |g2 g3|

= |1,8 ( 0,7)| = 2,5 %

PPV 2
g2 = 1,8% g3 = 0,7%

4.5.1 Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung :

Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak


pandangan dapat dibedakan atas 2 keadaan yaitu :

(1) Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L).


(2) Jarak pandangan berada diluar dan di dalam daerah lengkung (S>L).
Selain itu panjang lengkung vertikal cembung juga ditentukan
berdasarkan kebutuhan akan drainase dan kenyamanan perjalanan
(sukirman)

4.5.2 Perhitungan lengkung vertikal cembung dengan S < L

Berdasarkan Jarak Pandang Henti (Bina Marga)

Tinggi mata pengemudi (h1) : 1,00 m

Tinggi objek (h2) : 1,00 m

Konstanta C : 800

I Made Gede Dwija Putra 45


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

A.S 2 A.S 2 A.S 2


L =
100 2h 1 2h 2 2
C 800

2,5 .165 2
=
800

= 85,078 m = 85 m (tidak memenuhi syarat)

Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (Bina Marga)


A.S 2 2.5.(670) 2
L = 1169,01 m = 1169 m (memenuhi syarat)
960 960

4.5.3 Perhitungan lengkung vertikal cembung dengan S > L

Berdasarkan Jarak Pandang Henti (Bina Marga)

Tinggi mata pengemudi (h1) : 1,00 m

Tinggi objek (h2) : 1,00 m

Konstanta C : 800

L = 2S
200 h1 h 2 2

2S
399
A A
399
= 2(165) = 170 m (memenuhi syarat)
2,5
Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (Bina Marga)
960 960
L = 2S 2.670 956 m (tidak memenuhi syarat)
A 2.5

4.5.4 Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuhan


drainase

Lengkung vertikal cembung yang panjang dan relatif datar dapat


menyebabkan kesulitan dalam masalah drainase jika di sepanjang jalan
dipasang kereb.Air di samping jalan tidak mengalir lancer. Untuk
menghindari hal tersebut di atas panjang lengkung vertikal biasanya
dibatasi tidak melebihi 50 A. (sukirman)

L = 50 . A

I Made Gede Dwija Putra 46


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

= 50 .2,5= 125 m

4.5.5 Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan


kenyamanan perjalanan

Panjang lengkung vertikal cembung juga harus baik dilihat


secara visual.Jika perbedaan aljabar landai kecil, maka panjang lengkung
vertikal yang dibutuhkan pendek, sehingga alinyemen vertikal tampak
melengkung.
Oleh karena itu diisyaratkan panjang lengkung yang diambil
untuk perencanaan tidak kurang dari 3 detik perjalanan (sukirman)

L = V .t

1000
= 100 x 3
3600

= 2,14 m

Karena Lv yang berdasarkan pandangan menyiap terlalu besar


maka dalam perhitungan ini diabaikan. Jadi, nilai Lv untuk PPV2 = 170
m.

4.5.6 Perhitungan Ev

Pergeseran vertikal dari titik PPV2 ke bagian lengkung

A Lv
Ev =
800

2,5.170
= = 0,5 m
800

4.6 Perhitungan Stationing dan Elevasi Lengkung PPV2

Data :

Sta. PPV2 : 0 + 640

Elevasi PPV2 : 31 m

Lv2 : 170 m

I Made Gede Dwija Putra 47


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Ev2 : 0,50 m

g2 : 1,8%

g3 : 0,7%

Lv 2
1. Sta. PLV2 = Sta. PPV2
2

170
= (0 640)
2

= 0 + 555

Lv 2
Elevasi PLV2 = Elevasi PPV2 g 2 .
2

170
31 1,8% = 29 m
2

2. Sta. PPV2 = 0 + 640

Elevasi PPV2 = Elevasi PPV2 Ev2

= 31 0,5

= 30,5 m

Lv 2
3. Sta. PTV2 = Sta. PPV2
2

170
= (0 640)
2

= 0 + 725

Lv 2
Elevasi PTV2 = Elevasi PPV 2 g 3 .
2

170
= 31 0,7%
2

= 30,5 m

I Made Gede Dwija Putra 48


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Gambar 4.2 Lengkung PPV2 (Cembung)

4.6.1 Lengkung PPV3 (Cekung)

Data :

Sta. PPV 2 : 0 + 640

Elevasi PPV 2 : 31 m

Sta. PPV 3 : 0 + 940

Elevasi PPV 3 : 29 m

Sta. PPV 4 : 1+ 240

Elevasi PPV 4 : 40 m

Jarak pandang henti (S) : 165 m

Jarak pandang menyiap : 670 m

Antara Sta. PPV 2 dengan Sta. PPV 3:

I Made Gede Dwija Putra 49


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Elev PPV 3 Elev PPV 2


g3 = x 100%
Sta PPV3 Sta PPV 2

29 31
= x 100% = -0,67 %
940 640

Antara Sta. PPV 3 dengan Sta. PPV 4:

Elev PPV 4 Elev PPV 3


g4 = x 100%
Sta PPV 4 Sta PPV 3

40 29
= x 100% = 1,57 %
240 940

A = |g3 g4|

= |-0,67 ( 1,57)| = 0,9%

g2 = -0,67% g3 = 0,9%
PPV 3

4.6.2 Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung :

Pada lengkung vertical cembung, pembatasan berdasarkan jarak


pandangan dapat dibedakan atas 2 keadaan yaitu :

(3) Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L).

(4) Jarak pandangan berada diluar dan di dalamdaerah lengkung (S>L).

Selain itu panjang lengkung vertical cembung juga ditentukan


berdasarkan kebutuhan akan drainase dan kenyamanan perjalanan
(sukirman)

I Made Gede Dwija Putra 50


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

4.6.3 Perhitungan lengkung vertikal cekung dengan S < L

Berdasarkan Jarak Pandang Henti (BinaMarga)

Tinggi mata pengemudi (h1) : 1,80 m

Tinggi objek (h2) : 0,50 m

Konstanta C : 800

A.S 2 A.S 2 A.S 2


L =
100 2h 1 2h 2 2
C 800

0,9 .165 2
=
800

= 30,628 m = 31 m (tidak memenuhi syarat)

Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (Bina Marga)

A.S 2 0.9.(670) 2
L = 420,843 m = 421 m (memenuhi syarat)
960 960

4.6.4 Perhitungan lengkung vertikal cekung dengan S > L

BerdasarkanJarak Pandang Henti (BinaMarga)

Tinggi mata pengemudi (h1) : 1,80 m

Tinggi objek (h2) : 0,50 m

Konstanta C : 800

L = 2S
200 h1 h 2
2

2S
C
2S
800
A A A

800
= 2(165) = - 558,88 m = -559 m (memenuhi syarat)
0,9

Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (Bina Marga)


960 960
L = 2S 2.670 273 m (tidak memenuhi syarat)
A 0.9

I Made Gede Dwija Putra 51


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

4.6.5 Panjang lengkung vertical cekung berdasarkan kebutuhan drainase

Lengkung vertikal cekung yang panjang dan relative datar dapat


menyebabkan kesulitan dalam masalah drainase jika di sepanjang jalan
dipasang kereb.Air di samping jalan tidak mengalir lancer.Untuk menghin
dari hal tersebut di atas panjang lengkung vertical biasanya dibatasi tidak
melebihi 50 A.(sukirman)

L = 50 . A

= 50 .0,9= 45 m

4.6.6 Panjangl lengkung vertical cekung berdasarkan kenyamanan perjalanan

Panjang lengkung vertical cekung juga harus baik dilihat secara


visual.Jika perbedaan aljabar landai kecil, maka panjang lengkung vertikal
yang dibutuhkan pendek, sehingga alinyemen vertical tampak melengkung.
Oleh karena itu diisyaratkan panjang lengkung yang diambil untuk
perencanaan tidak kurang dari 3 detik perjalanan (sukirman)

L = V .t

1000
= 100 . 3
3600

= 2,14m

Karena Lv yang berdasarkan pandangan menyiap terlalu besar maka


dalam perhitungan ini diabaikan. Jadi, nilai Lv untuk PPV3 = 421 m.

4.7 Perhitungan Ev

Pergeseran vertikal dari titik PPV3 ke bagian lengkung

A Lv 0,9 . 421
Ev3 = =
800 800

= 0,474 m

4.7.1 Perhitungan Stationing dan Elevasi Lengkung PPV3

Data :

I Made Gede Dwija Putra 52


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Sta. PPV3 : 0+ 940

Elevasi PPV3 : 29 m

Lv3 : 421 m

Ev3 : 0,474 m

g3 : -0,67%

g4 : 1,57%

Lv 3
4. Sta. PLV3 = Sta. PPV3
2

421
= (0 940)
2

= 0 + 730

Lv3
Elevasi PLV3 = Elevasi PPV3 g3.
2

421
29 0,67% = 30,410 m
2

5. Sta. PPV3 = 0 + 940

Elevasi PPV3 = Elevasi PPV3 Ev3

= 50 0,474

= 49,528 m = 49 m

Lv 3
6. Sta. PTV3 = Sta. PPV3
2

421
= (0 940)
2

= 1 + 150

Lv 3
Elevasi PTV3 = Elevasi PPV 3 g 4 .
2

421
= 29 1,57%
2

I Made Gede Dwija Putra 53


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

= 25,69 m = 26 m

Gambar 4.3 Lengkung PPV3 (Cekung)

4.7.2 Lengkung PPV 4 (Cembung)

Data :

Sta. PPV 3 : 0 + 940

Elevasi PPV 3 : 29 m

Sta. PPV 4 : 1 + 240

Elevasi PPV 4 : 40 m

Sta. PPV D : 1 + 406

Elevasi PPV D : 40 m

Jarak pandang henti (S) : 165 m

Jarak pandang menyiap : 670 m

Antara Sta. PPV 1 dengan Sta. PPV 2:

I Made Gede Dwija Putra 54


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Elev PPV 4 Elev PPV 3


g4 = x 100%
Sta PPV2 Sta PPV 3
40 29
= x 100%
1240 940
= 3,7 %

Antara Sta. PPV 4 dengan Sta. PPV D:

Elev PPV 4 Elev PPV D


g5 = x 100%
Sta PPV 4 Sta PPV D

40 40
= x 100%
1240 1406

= 0%

A = |g4 g5|

= |3,7 0|

= 3,7 %

PPV 4
g2 = 3,7% g3 = 0%

4.8 Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung :

Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak pandangan


dapat dibedakan atas 2 keadaan yaitu :

(5) Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L).

(6) Jarak pandangan berada diluar dan di dalam daerah lengkung (S>L).

Selain itu panjang lengkung vertikal cembung juga ditentukan berdasarkan


kebutuhan akan drainase dan kenyamanan perjalanan (sukirman)

4.8.1 Perhitungan lengkung vertikal cembung dengan S < L

Berdasarkan Jarak Pandang Henti (Bina Marga)

Tinggi mata pengemudi (h1) : 1,00 m

I Made Gede Dwija Putra 55


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Tinggi objek (h2) : 0,50 m

Konstanta C : 800

A.S 2 A.S 2 A.S 2


L =
100 2h 1 2h 2
2
C 800

3,7 x 1652
=
800

= 125,916 m = 126 m (tidak memenuhi syarat)

Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (Bina Marga)

A.S 2 3,7 x(670) 2


L = 2076,163 m = 2076 m (memenuhi syarat)
800 800

4.8.2 Perhitungan lengkung vertikal cembung dengan S > L

Berdasarkan Jarak Pandang Henti (Bina Marga)

Tinggi mata pengemudi (h1) : 1,00 m

Tinggi objek (h2) : 0,50 m

Konstanta C : 800

L = 2S
200 h1 h 2
2

2S
C
2S
800
A A A

800
= 2(165) = 114 m (memenuhi syarat)
3,7

Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (Bina Marga)


800 800
L = 2S 2 x670 1124 m (tidak memenuhi syarat)
A 3,7

4.8.3 Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kebutuhan drainase

Lengkung vertikal cembung yang panjang dan relatif datar dapat


menyebabkan kesulitan dalam masalah drainase jika di sepanjang jalan

I Made Gede Dwija Putra 56


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

dipasang kereb.Air di samping jalan tidak mengalir lancer. Untuk


menghindari hal tersebut di atas panjang lengkung vertikal biasanya dibatasi
tidak melebihi 50 A. (sukirman)

L = 50 x A

= 50 x 3,7= 14 m

4.8.4 Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan kenyamanan


perjalanan

Panjang lengkung vertikal cembung juga harus baik dilihat


secara visual.Jika perbedaan aljabar landai kecil, maka panjang lengkung
vertikal yang dibutuhkan pendek, sehingga alinyemen vertikal tampak
melengkung.
Oleh karena itu diisyaratkan panjang lengkung yang diambil untuk
perencanaan tidak kurang dari 3 detik perjalanan (sukirman)

L = V .t
1000
= 100 . 3
3600
= 2,14 m
Karena Lv yang berdasarkan pandangan menyiap terlalu besar maka
dalam perhitungan ini diabaikan. Jadi, nilai Lv untuk PPV4 = 114m.

4.8.5 Perhitungan Ev

Pergeseran vertikal dari titik PPV2 ke bagian lengkung

A Lv
Ev4 =
800

3,7 x 114
= = 0,53 m
800

4.8.6 Perhitungan Stationing dan Elevasi Lengkung PPV4

Data :

Sta. PPV4 : 1 + 240

I Made Gede Dwija Putra 57


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Elevasi PPV4 : 40 m

Lv4 : 114 m

Ev4 : 0,53 m

g4 : 3,7%

g5 : 0%

Lv 4
7. Sta. PLV4 = Sta. PPV4
2

114
= (1 240)
2

= 1 + 183

Lv 4
Elevasi PLV4 = Elevasi PPV4 g 2 .
2

114
40 3,7% x = 38 m
2

8. Sta. PPV4 = 1 + 240

Elevasi PPV4 = Elevasi PPV4 Ev4

= 40 0,53

= 39 m

Lv 4
9. Sta. PTV4 = Sta. PPV4
2

114
= (1 240)
2

= 1 + 297

Lv 2
Elevasi PTV4 = Elevasi PPV 2 g 3 .
2

114
= 40 0% x
2

= 40 m

I Made Gede Dwija Putra 58


Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana Perancangan Geometrik Jalan

Gambar 4.4 Lengkung PPV4 (Cembung)

I Made Gede Dwija Putra 59

Anda mungkin juga menyukai