Anda di halaman 1dari 62

Kementerian Kesehatan RI

Pedoman Delegation of Authority


DAfTARISI

l. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan 3

1.3 Landasan Hukum 3

2. PELAKSANAAN DELEGATION OF AUTHORITY


2.1 Urgensi Delegation of Authority 5

2.2 Ruang Lingkup Delegation of Authority 6

2.3 lndikator Keberhasilan Delegation of Authority 8

2.4 Sasaran Delegation of Authority 8

2.5 Tingkatan dalam Delegation of Authority II

2.6 Proses Kegiatan dalam Delegation of Authority 11

3. KERANGKA KERJA DELEGATION OF AUTHORITY


3.1 Jenis Delegation of Authority 13

3.2 Prinsip Dasar dalam melakukan Delegation of Authority 13

3.3 Teknik dalam Delegation of Authority 14

3.4 Hal yang perlu dilakukan dalam Delegation of Authority 15

3.5 Usulan Pendelegasian Baru 16

3.6 Koreksi Dan Perubahan Terhadap Delegasi 17

3.7 Hambatan - Hambatan dalam Delegation of Authority 17

3.8 Pendelegasian Wewenang Sementara 20

3.9 Format dalam Delegation of Authority 21

4. PENGGUNAAN MA TRIKS DALAM DELEGATION OF AUTHORIT


4.1 Definisi Matriks Otoritas 22

4.2 Kendala Implementasi 22

4.3 Arahan Kbusus 22

4.4 Manfaat dari Matriks Otoritas 23

4.5 Perubahan pada Matriks Otoritas 24

4.6 Penyirnpangan pada Prosedur Matriks Otoritas 25


4.7 Jenis Matriks Otoritas 25

5. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I. CONTOH FORMAT DELEGATJONOF AUTHORITY

1.1 : Contoh Format Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur


1.2 : Contoh Format Ketatalaksanaan Keuangan
1.3 : Contoh Format Kelembagaan dan Perundang-undangan
1.4 : Contoh Format Pelayanan Publik
1.5 : Contoh Format Permasalahan Umum Organisasi

LAMPIRAN II. MATRIKS DELEGATlONOF AUTHORITY


11.1 : Matriks Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur
11.2 : Matriks Ketatalaksanaan Keuangan Akuntansi
II.3 : Matriks Ketatalaksanaan Keuangan Penganggaran
It4 : Matriks Ketatalaksanaan Keuangan Pembendaharaan
It5 : Matriks Kelembagaan dan Perundang-Undangan
IJ.6 : Matriks Pelayanan Publik
11.7 : Matriks Permasalahan Umum Organisasi
11.8 : Matriks Otoritas Penandatangan
11.9 : Matriks Penandatangan Bank Dan Transfer Elektronik
ILl 0 : Keterangan Simbol dan Arti dalam Matriks Otoritas
1. PENDAHULUAN

J.J Latar 8eJakang

Refonnasi Birokrasi merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang 2005-2014, RPJM 2010-2014 dan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 ten tang Keuangan Negara. Secara lengkap RP JP menyatakan :

"Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui refonnasi birokrasi untuk

meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata

pemerintahan yang baik, di pusat maupun daerah, agar mampu mendukung

keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya".

Selanjutnya arah tersebut dijabarkan ke dalam setiap Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM 12005-2009, RPJM 112010-2014, RPJM 1112015-2019

dan RPJM IV 2020-2024) dan Rencana Kerja Pemerintah yang bersifat tahunan .

Refonnasi birokrasi tersebut harus menyentuh ketiga aspek atau komponen utama

yaitu kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (manajemen) dan sumber daya

manusia.

Kementerian Kesehatan yang mend apat mandat di bidang kesehatan, juga

melakukan refonnasi birokrasi dengan mengacu kepada RPJPN , RPJP-K,

RPJMN , RKP dan Pedoman Umum Reformasi Birokrasi yang diterbitkan

Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refonnasi Birokrasi

(Kemeneg PAN dan RB).

Secara umum, sasaran refonnasi birokrasi adalah mengubah pola pikir (mind set)

dan budaya kerja (culture set) serta sistem manajemen pemerintahan. Upaya

refonnasi birokrasi meliputi berbagai kegiatan penataan I penyempumaan


kelembagaan, ketatalaksanaan (termasuk program dan anggaran) dan SDM nya,

an tara lain: a) penyusunan peta strategi (strategy map) yang berisi arahan atau

kegiatan strategi s yang bersifat program percepatan (quick wins), penilaian

kinerja (Iembaga, unit kerja , dan individunya); b) analisa beban kerja; c) standard

operating procedures (SOP), e-govt; d) manajemen SDM ( analisis dan job

description tiap pekerjaan atau jabatan, evaillasi dan pembobotan pekerjaan,

jenjang pekerjaan atall job gradin g), penyusunan tunjangan kinerja, dan diklat

pegawai serta penataan pola karir; e) penataan sarana dan prasarana kerja ; f)

pengawasan keuangan dan pengawasan kerja; g) penataan kegiatan dan

penganggarannya.

Salah satu sasaran dari dari manajemen peru bah an yang dilakukan adalah

terlaksananya pedoman De/egation of authority atau Pendelegasian wewenan g.

De/egation ofauthority adalah Pemberian kewenangan penuh dari seorang pejabat

kepada pejabat setingkat dibawahn ya untuk bertindak sesuai fungsi, kekuasaan

dan tugas, atall untuk bertindak atas nama atau mewaki li dalam aktifitas

pencapaian tujuan organisasi. Prinsip dalam Pendelegasian kewenangan bukan

hanya sekedar memindahkan kewenangan yang dijalankan secara langsllng oleh

pejabat terkait, melainkan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi

dalam pengelolaan manajemen tata kelola ya ng baik demi kepentingan publik .

Mengingat urgensi dari de/egation ofauthority maka perlu disusun suatu pedoman

yang memberikan batasan atall koridor yang mampu memberik an arah dalam

proses pendelegasian kewenangan terutama di tingkatan eselon I dan II lingkup

Kementerian Kesehatan Rl.

2
1.2. Tujuan

Tujuan Umum : Terlaksananya prinsip-prinsip pendelegasian wewenang yang

memenuhi asas tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka mewujlldkan

reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan Rl.

Tujuan Khusus :

memberikan acuan bagi para pengambil keputusan di lingkungan

Kementerian Kesehatan RI dalam melaksanakan pendelegasian

wewenang sesuai dengan tujuan reformasi birokrasi.

Memberikan pedoman bagi Kelembagaan Kementerian Kesehatan RI

dalam pembinaan organisasi sesuai dengan prinsip pendelegasian

wewenang dalam tata kelola pemerintahan yang baik

1.3. Landasan Hukum

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara

(Lembaran Negara Repllblik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara;

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 20 I 0 tentang Kedudukan, Tugas, dan

Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi

Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 67 Tahun 20 I 0 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden

Nomor 24 Tahun 20 I 0 ten tang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian

Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian

Negara;

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 ten tang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010-2025;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 20 I 0 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1 144/Menkes/PerNHl/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

4
BAB2.

PELAKSANAAN DELEGATION OF AUTHORITY

Pelaksanaan Kegiatan Delegation of authority di Kementerian Kesehatan

dilakukan berdasarkan usulan reformasi birokrasi tentang tugas pokok dan fungsi

struktur organisasi Kementerian Kesehatan yang mengacu pada good governance.

Pelaksanaan Delegation of authority pada kegiatan/aktifitas Kementerian

Kesehatan dimulai melalui tingkat tertinggi yaitu Menteri Kesehtan, diikuti

Seluetaris lenderal Kementerian Kesehatan dengan melibatkan seluruh unit kerja

eselon I dan II, baik Pimpinan maupun para jabatan fungsional terkait.

2.1. Urgensi Delegation ofAuthority

Delegation of authority atau Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang

vital dalam organisasi. Pengambil keputusan di tingka~ yang lebih tinggi perlu

melakukan pendelegasian wewenang agar lembaga bisa menjalankan operasi

manajerial secara lebih efektif dan efisien. Selain itu, pendelegasian wewenang

adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya struktur suatu organisasi.

Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya

organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia sendiri. Bila atasan menghadapi

banyak pekerjaan yang tak dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia perlu

melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar pimpinan dapat

mengembangkao bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi, terutama di saat

terjadi perubahan susunan manajemen. Pendelegasjan (pelimpahan wewenang)

5
merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai pimpinan,

pejabat berwenang melakukan Delegation 0/ authority dengan mengalokasikan

wewenang melalui efisiensi kekuasaan kepada orang-orang dengan kemampuan

yang sesuai dan/atau pengalaman pekerJaannya agar lebih produktif dalam

melakukan fungsi-fllngsi manajemen lainnya .

Ada beberapa alasan mengapa Delegation ofauthority diperlllkan.

\) Pendelegasian memungkinkan pimpinan mencapai hasil yang lebih baik

dibanding bila semua kegiatan ditangani sendiri.

2) Dengan pendelegasian, organisasi berjalan lebih efisien.

3) Pendelegasian memungkinkan pimpinan dapat memusatkan perhatian

terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.

4) Memungkinkan proses transformasi bawahan untuk tumbllh dan

berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan Learning

Organization untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

5) Pimpinan seharusnya lebih cermat dalam mendelegasikan tugas dan

wewenangnya, mengingat kegiatan kebijakan dalam layanan kesehatan

berhubungan dengan kepentingan masyarakat banyak. Oleh karena itll

sebelum mendelegasikan tugas/wewenang hendaknya dipahami benar

tingkat kemampuan dari pejabat yang akan diberikan delegasi.

2.2. Ruang Lingkup Delegation ojAllthority

Lingkup pengaturan dalam Delegation of authority adalah mencakup semua

proses pengambil keputusan oleh perangkat atau komponen yang ada di dalam

6
Kementerian Kesehatan, mulai dari kelembagaan (struktur organisasi),

manajemen, sumber daya manusia (SDM), anggaran, sarana dan prasarana hingga

permasalahan umum organisasi dapat dikelola dan berjalan secara baik sesuai

dengan spirit reformasi birokrasi. Dengan mengacu pada suatu pedoman

Delegation 0/ authority diharapkan terjadi peningkatan kinerja (beller

peljormance) yang berkelanjutan melalui sharing dan transformasi

kepemimpinan, baik kinerja lembaga, unit kerja maupun kinerja pegawai (SDM)

didalam lingkup Kementerian Kesehatan.

Pedoman Delegation 0/ authority digunakan untuk menentukan tingkat di mana

otoritas pengambilan keputusan dalam setiap penyelenggaraan kegiatan

Kementerian Kesehatan untuk memberikan implementasi prosedur yang jelas,

terarah, dan efisien untuk kembaJi mendelegasikan otoritas, memfasilitasi kontrol

manajemen atas delegasi kewenangan , meyakinkan bahwa otoritas didelegasikan

ke tingkat praktis terendah dan menyediakan sumber tunggal otoritatif organisasi

otoritas untuk digunakan oJeh seluruh pejabat Kementerian Kesehatan.

Pedoman ini dimaksudkan untuk berfungsi sebagai sum her otoritatif dalam

pendelegasian wewenang di lingkup Kementerian Kesehatan, tidak adanya

otoritas tidak menghalangi peJaksanaan otoritas tersebut karena pejabat struktural

atau jabatan fungsional memiliki dasar hukum pelimpahan wewenang dari

pimpinan sesuai pedoman Delegation 0/ authority. Oleh karena itu, Kementerian

Kesehatan menyusun dasar hukum atau administratif De/egation 0/ authority yang


tepat untuk membangun adanya delegasi spesifik lainnya dalam bentuk matriks

Delegation 0/ authority. Bagian matriks dan Indeks terlampir yang menjelaskan

7
masing-masing proses delegasi resmi dari otoritas jabatan yang terdaftar.

2.3. Indikator Keberhasilan Delegation ofAuthority

indikator keberhasilan De/egation ofauthority diukur atas hal berikut :

I) Struktur organisasi dan sistem manajemen Kementerian Kesehatan

diarahkan pad a struktur yang mampu mendukung Kebijakan

Pendelegasian Wewenang;

2) SDM memiliki profesionalisme kerja yang semakin baik untuk mematuhi

kriteria dalam Menentukan secara tepat Delegasi Wewenang;

3) Tata Cara De/egation of authority Kementerian Kesehatan berorientasi

pada peningkatan kinerja dan efektifitas organisasi.

4) Kementerian Kesehatan memiliki proses mendelegasikan wewenang yang

cepat dan tepat dalam menindaklanjuti permintaan publik dalam

pencapaian tujuan organisasi.

2.4. Sasaran Delegation ofAuthority

Sasaran delegation of authority dapat dijabarkan ke dalam 4 bidang sasaran yang

saling terkait, yaitu penataan SDM aparatur, ketatalaksanaan keuangan

(Akuntansi, penganggaran, dan pembendaharaan), kelembagaan dan Perundang

undangan, dan Permasalahan Umum organisasi sebagai berikut :

I) Penataan Sumber Daya Manusia aparatur

Terlaksananya dan diterapkannya kebijakan matriks Delegation of

authority Penataan Sumber Daya Manusia aparatur Kementerian

8
Kesehatan, sejak tahap rekruitmen pegawai hingga mutasi, rotasi dan

pensiun. Setiap tahap tersebut dilaksanakan dengan matriks Delegation of

authority, dengan tujuan agar pengelolaan SDM menjadi jelas, dan

akuntabel dan benar-benar dapat menigkatkan kinerja dan profesionalisme

pegawai.

Namun demikian , kondisi tersebut tidak selalu dapat dipertahankan atau

memberikan kinerja terbaik , jika pengelolaan SDM tersebut tidak dikelola

dengan baik dengan sistem matriks Delegation ofauthority yang akuntabel

dan berorientasi pada peningkatan kinerja.

2) Ketatalaksanaan keuangan (Akuntansi, penganggaran , dan

pembendaharaan)

Terlaksananya sistem matriks Delegation of authority yang berorientasi

pada peningkatan kerja lembaga, unit kerja dan SDM. Untuk itu disusun

sistem manajemen Kementerian Kesehatan yang antara lain dalam produk

I) Aktifitas transaksi Akuntansi,yang relevan; 2) pelimpahan wewenang

dalam aktifitas transaksi penganggaran; 3) aktifitas transaksi

pembendaharaan di Kementerian Kesehatan dilakukan De/egation of

authority sesuai aturan , sehingga mudah melakukan peJimpahan

wewenang dan pencabutan wewenang dalam rangka peningkatan kinerj a

keuangan.

3) Kelembagaan dan Perundang-undangan

Terlaksananya Delegation of authority yang dapat digunakan untuk

melimpahkan wewenag penugasan, dan menjadi salah satu bahan dalam

9
melakukan penataan unit-unit kerj a, termasuk penataan substansi dan

uraian tupoksi. Pedoman De/egation of authority pad a setiap struktur

organisasi Kementerian Kesehatan yang mampu mendukung peningkatan

kinerja Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan matriks Delegation of authority, uraian tupoksi akan di atur

untuk menghindar tumpang tindih ataupun grey area. Hal ini untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi disesuaikan dengan

perubahan indikator kinerja utama (IKU) Kementerian Kesehatan.

4) Pelayanan Publik

Terlaksananya Delegation of authority untuk melimpahkan wewenang

penugasan dalam penetapan standar pelayanan kepada ma syara kat, dan

menJ3di acuan Jangkah-Iangkah penetapan standarisasi. Dengan pedoman

De/egation o/authority, penetapan standar akan menjadi efisien , cepat dan

tepat..

Berdasarkan matriks De/egation of authority dalam pelayanan publik,

standar pelayanan dan standar mutu pelayanan akan ditetapkan secara

hirarkies secara s trukural guna meningkatkan kepercayaan masyarakat

untuk menggllnakan fasilitas dan layanan kesehatan di dal a m negeri ..

5) Permasalahan Umllm organi sasi

Secara spesifik, De/egation ofauthority berkaitan dengan pola pikir, sikap,

periJakll, tindakan dan lIcapan penyelenggara nega ra dapat menghasilkan

tanggllng jawab profes ional yang berorientasi pad a peningkatan kinerja

organisasi.

10
2.5. Tingkatan Dalam Delegation ofauthority

Ada beberapa tin gka tan dalam pelaksanaan Delegation o/aulhority :

I . Tingkat Pertama Menteri Kesehatan

2. Tingkat kedua Pejabat yang menempati posisi satu tingkat di bawah

tingkat satu pertama tidak peduli berapa yang ditunjllk,

misalnya Sekjen, Dirjen , Irjen, Ka Badan (eselon 1)

3. Tingkat ketiga Pejabat yang menempati posisi satu tingkat di bawah

Tingkat kedua yang memimpin sebuah satker, misalnya kepala Biro,

kepala Pusat, Direktur, dan Internal Auditor.

4. Tingkat keempat Jabatan fungsional yang memiliki kemampuan teknis

kompetensi untuk menunjang wewenang pejabat di Tingkat ketiga.

Jika seorang pimpinan lebih tinggi menganggap seorang pejabat

dibawahnya tidak tepat memperoleh delegasi yang tercantum, maka

pimpinan lebih tinggi berwenang secara administratif lIntuk menllnjllkkan

bahwa pejabat/pegawai bersangkutan tidak layak menerim a delegasi.

2.6. Proses Kegiatan dalam Delegation ofAuthority

Proses kegiatan Delegation ofauthority terbagi dalam :

I) Pimpinan yaitu Menteri Kesehatan RI menetapkan dan memberikan

tugas dan tujuannya kepada pejabat Eselon 1 yang diberi pelimpahan;

2) Pejabat Eselon I melimpahkan wewenang yang diperlukan kepada

Eselon 2 untuk mencapai tujuan ;

3) Pejabat eselon 2 yang menerima delegasi baik eksplisit maupun

JJ
implisit memiliki kewajiban dan tanggungjawab.

4) Pejabat Jabatan FungsioJlal menerima pertanggungjawaban

(akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.

12
BAB3.

KERANGKA KERJA DELEGATION OF AUTHORITY

3.1 Jenis Delegation ofauthority

Otoritas Deskripsi Otoritas

Persetujuan Kewenangan pelaksanaan ketentuan khusus


dalam kegiatan bisnis tertentu dengan ketentuan
bahwa keputusan ini sejalan dengan kebijakan
akuntansi yang diterapkan, aturan atau peraturan
otoritas

Rekomendasi Kewenangan yang berlaku untuk latihan kekuatan


rekomendasi dalam hal bisnis yang
spesifik. Namun, rekomendasi tersebut akan ditinjau
(dan perubahan, jika diperlukan) oleh Sekjen dan
setingkat eselon I sebelum mereka didukung atau
disetujui.

Review / Verifikasi Mengacu pada Otoritas yang menetapkan tingkat


tinjauan yang dibutuhkan / verifikasi, berdasa rkan
risiko pertimbangan, untuk menyatakan bahwa
transaksi tersebut akurat & asli.

Berlaku untuk otoritas yang memulai sebuah proses


lnisiasi / Persiapan / kegiatan dan menyiapkan dokumen yang relevan.

3.2 Prinsip Dasar dalam melakukan Delegation ofauthority

I) Membuat perencanaan ke depan untuk mencegah terj adi nya masal ah.

2) Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis

3) Mensepakati stan dar kerj a

4) Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan delegator

(pejabat yang mendapatkan delegasi wewenang)

13
5) Memandu dan mengembangkan delegator dengan memberikan tllgas

dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.

6) Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan aktifitas delegator dengan

mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan

umpan balik prestasi yang dicapai.

7) Monitor delegator lebih sering dan mendengarkan keluhan

keluhannya.

8) Bantu delegator untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan

ide ide baru yang bermanfaat.

9) Memberikan 'reward' atas hasil yang dicapai.

10) Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

J.J Teknik dalam Delegation ofauthority

1) Pimpinan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang

dapat didelegasikan dari mulai kepada pejabat berwenang eselon I sampai

eselon 2 alau kepala saluan kerja , sampai jabatan fungsional terkait.

2) DeLegasikan maksud kewenangan unluk perselujuan, rekomendasi alau

pelaksanaan.

3) Merangking prioritas lugas-lugas dengan waklu yang diperlukan unluk

melaksanakannya dan sebaiknya salu kewajiban didelegasikan pad a salu

waktu.

14
3.4 Hal yang perlu dilakukan dalam Delegation ofauthority

I) Hindari mendelegasikan kekuasaan (power) dan tetap mengedepankan

nilai-nilai moral dalam pelaksanaannya.

2) Kontrol dilakukan khusus pada pekerjaan yang sangat teknis atau

tugas-tugas yang melibatkan kepercayaan.

3) Hal ini merupakan hal kompleks dalam man ajemen organisasi,

sehing ga memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang khusus.

4) Pejabat yang akan men angani hal tersebut seharusnya memiliki

kemampuan dasar keilmuwan manajemen dan perilaku.

5) Dampak mendelegasikan tugas dan tanggung jawab dapat

menyebabkan pej abat dan staf dibawah berasumsi bahwa pimpinan

tidak mampu untuk menangani tanggung jawab kepemimpinannya

dalam manajemen organisasi .

6) Keengganan pimpinan melakukan delegasi karena takut wewenang itu

akan disalahgun akan oleh bawahannya, atau bawahannya tidak akan

mampu melakukan sebaik yang dilakukannya.

7) Pilihlah secara cermat dan bijak bawahan yang pantas menerima

delegas i. Jangan pilih sembarang orang. Konsekuensi positif

pendelegasian wewenang adalah upa ya untuk mengembangkan pejabat

dan staf dibawahnya . lni termasuk menuntut pejabat d an staf dibawah

untuk benar-benar bertanggung jawab atas wewenang yang

diberikannya.

8) Sebagai aturan umum seorang pejabatlpegawai yang melaksanakan

15
delegasi wewenang seharusnya mencegah terjadinya dua hal yang

membahayakan orgaoisasi yaitu Perlama, wewenang terkait

kepeotingan diri sendiri misalnya lembur, tunjangan dan promosi

jabatan . Kedua, pejabat/ pegawai yang dideJegasikan adalah

pejabatJpegawai yang tidak bertanggungjawab.

3.5. UsuJan PendeJegasian Baru

Bagian dari Kementerian yang memerlukan delegasi baru harus melakukan

tahapan langkah-Iangkah dibawah ini :

l. Siapkan pengajuan yang menguraikan Jalar belakang, alasan unluk

pendelegas ian baru, masalah delegasi yang diusulkan serta surat

rekomendasi delegasi dan mendapal persetujuan pimpinan/pejabal yang

relevan.

2. Mengajukan proposal berkaitan lata kelola orgaoisasi dan manajemen

risiko.

3. Tata keJola organisasi dan manajemen risiko akan mempersiapkan

[nslrumen Delegasi , memperoleh persetuj uan formal dan

menyebarluaskan delegasi baru Kemenlerian Kesehalan melalui Manual

Delegasi.

4. Dalam situasi tertentu seperti kagawatan dan bencana, delegasi dapat

diproses tanpa keterlibatao biro terkail hukum dao organisasi.

16
3.6 Koreksi Dan Perubahan Terhadap DeJegasi

Bagian yang membutuhkan perubahan untuk delegasi, yaitu . penghapusan,

penambahan atau perubahan judul, harus mengajukan proposal ke Sekjen

setelah mendapat persetujuan dari tata kelola dan manjemen resiko

biro/eselon 2 yang terkait, Biro/Eselon 2 yang terkait kemudian akan

mempersiapkan Instrumen Delegasi baru dan mengajukan kepada Sekjen

untuk disetujui Menteri Kesehatan untuk diumumkan sebagai amandemen

terhadap Delegasi yang lama.

3.7 Hambatan - Hambatan dalam Delegation o/authority

Hambatan hambatan pad a delegasie (Pimpinan yang memberi delegasi)

I) Kemampuan delegator yang diragukan oleh dirinya sendiri

2) Meyakini bahwa seseorang "mengetahui semua rincian" (over

estimate)

3) Merasa dapat melakukannya sendiri dengan lebih baik.

4) Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegas ikan

5) Rasa tidak aman

6) Takut tidak disukai atau dinilai tidak mampu .

7) Penolakan untuk mengakui ke salahan

8) Kurangnya kepercayaan pada bawahan

9) Kesempurnaan (perJeksionisme), menyebabkan kontrol yang

berlebihan

10) Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban

17
kerja

II) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan

tanggung jawab.

12) Keengganan untuk mengembangkan bawahan

13) Kegagalan untllk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efekti f.

Hambatan hambatan pada Delegator (Pejabat/staf yang diberi delegasi)

I) Kurangnya pengalaman

2) Kurangnya kompetensi

3) Menghindari tanggung jawab dan tantangan.

4) Sangat tergantung dengan pimpinan (dependensy)

5) Kekacauan dalam mengorganisasikan pekerjaan [disorganization]

6) Kelebihan be ban kerja (over load)

7) Terlalu memperhatikan hal hal tidak relevan atall kurang bermanfaat

Hambatan hambatan dalam situasi

I) KebUakan tertllju pada satu orang

2) Tidak ada toleransi kesalahan

3) Kekritisan keplltusan

4) Urgensi, tidak ada waktu untllk menjeJaskan [krisis manajemen]

5) Kebingungan pad a tanggungjawab dan kewenangan.

6) Kekurangan tenaga yang kompeten .

18
Di saat pimpinan mendelegasikan wewenang, maka pimpinan memberikan

otoritas pada orang lain, namun sebenarnya pimpinan tidak kehilangan

otoritas orisinilnya. lni yan g sering dikhawatirkan oleh banyak pimpinan.

Takut bila mela kukan delegasi , akan kehilangan wewenang , padahal tidak ,

karen a tan ggu ng jawab tetap berada pada sang pimpinan . Pedoman

Delegation ofauthority dilakukan untuk mengeJoJa aktivitas dan sumber daya

yang dimiliki organisasi untuk satu sa ma lain sa ling bersinergi mencapai

tujuan yang telah ditetapkan .

Pera n Delegation of authority ini sangat penting bagi orga nisasi, karena

bersifat mengatur semua aktivitas dan sumber daya yang ada. Sekalipun suatu

organisasi sudah memiliki organisasi dan SDM yang ba ik dan sesuai dengan

tantanga n yan g dihadapi , namlln jika tidak dikelola dengan sistem Delegation

ofauthority yang tepat, maka organisasi dan SDM te rsebut tidak akan terjadi

penyelewenga n penggunaan wewenang yang diberikan.

J9
3.8 Pendelegasian Wewenang Bersifat Sementara

Berikut ini adalah ketentuan yang berlaku dalam kasus delegasi sementara

Ketentuan Deskripsi Otoritas

Ti dak ada pimpinanJpegawai dapal mengaj ukan pengganlian


Nominasi
sendiri atau bertindak menggantikan secara permanen

Kewenangan Seorang pimpinanJpegawai dapat


didelegas ikan kepada pejaballain sec ara tertulis untuk
waktu lertentu.

Dalam kaslls tidak adanya pimpinan sa tker / pejabat dari


kantor, se mentara wewenangnya harus didelegasikan ke
Sementaral yang lebih bawah alas perselujuan posisi pejabal yang
Tidak Ada lebih tinggi.

Tidak ada pimpinanJpegawai yang dapat mendelegasikan


kewenangan lebih dari kew enangan yang dimilikinya.

Tidak adanya pegawai yang dapal melakukan


kewenangan tanpa menerima delegasi otorilas untuk
m elakukannya.

Keputusan Delegalor berdasarkan wewenang semen lara yang


dimilikinya dapat mengambil Kepulusan, kecuali terbukli
bahwa pimpinanJpegawai delegator dalam melaksanakan
wewenang, bertindak melaw an kepentingan Kementerian
Kesehatan RI.

20
3.9 Format dalam Delegation of authority

Pembuatan Format Delegasi harus mencantumkan hal-hal di bawah ini :

I . Ketentuan: Ketentuan delegasi adalah sinopsis bahwa maksud delegasi

adalah memberdayakan yang bersangkutan untuk melakukan wewenang

yang diberikan. KetennIan mencakup kondisi dan keterbatasan yang harus

dipatuhi oJeh delegator dalam melaksanakan wewenang.

2. Pwsedur: Bagian ini mencakup, rincian dasar hukum dari pendelegasian

dan referensi kebijakan serta prosedur yang secara khusus berlaku. Bagian

ini juga dapat mencakup kondisi tertenlu danJalau batasan-batasa yang

berJaku dalam pelaksanaan delegasi.

3. Oelegasi Ulama : Delegasi yang di ulamakan, lercantum menurut prioritas

pembagiannya secara hirarkis.

4. Waktu efeklif : BerJakunya pendelegasian yang menunjukkan langgal,

bulan dan lahun.

5. Seliap delegasi diidentifikasi dengan nomor yang berbeda sendiri dengan

kode dan nomor aktifilas (sesuai matriks oloritas) yang menunjukkan jenis

delegasi, yailu:

a) .A I : Penalaan Sumber Oaya Manusia Aparatur

b) A2: Kelatalaksanaan Keuangan

c) A3: Kelembagaan dan Perundang-undangan

d) A4: Pelayanan Publik

e) A5: Permasalahan Umum Organisasi

(Contoh format pada lampiran J)

21
BAB4.

PENGGUNAAN MATRJKS DALAM DELEGATION OF AUTHORITY

4.1 Definisi Matriks Otoritas

Matriks Otoritas adalah penjabaran wewenang yang dilimpahkan kepada

Kementerian Kesehatan RI dan bawahannya, seperti Sekjen , Dirjen dan

Inpekstorat lenderal dalam pelaksanaan sehari-hari kegiatan Kementerian

Kesehatan RI , TUJuan dari pendeJegasian wewenang adalah melimpahkan

kewewenangan kepada yang berhak untuk bisa melaksanakan penyelesaian

pencapaian tujuan kewenangan yang diberikan secara efektif.

4.2 Kendala Implementasi

Matriks Otoritasharus selalu didukung dengan dokumentasi formal dan tepat

yang harus disimpan daJam file arsip satuan kerja. PejabatiPegawai berwenang

didelegasikan berdasarkan pada struktllr organi sasi yang disetujui Menteri

Kesehatan Rl. , karena kewenangan dalam menyediakan biaya dan menyetlljui

transaksi diberikan kepada kekuasaan otoritas yang menyetujui kebijakan

organisasi.

4.3 Arahan Khusus

I) Setiap kali ada perubahan manajemen atau struktur manajemen, Oloritas

harus ditinjall ulang dan diperbaharui sesllai aturan

2) Setelah mendapat persetuJ uan dari Menteri, Manajemen dapat

22
mengeluarkan arahan khusus yang diperlukan untuk membatasi atau

meningkatkan hal-hal yang mempengaruhi keuangan dan non keuangan

berdasarkan otoritas yang menyetujui.

3) Perubahan-perubahan harus diedarkan melalui memorandum atau cara lain

yang sesuai dan segera dimasukkan dalam Matriks Otoritas

4) Semua satuankerja harus menjaga dokumentasi penandatanganan otoritas

yang benar pada file arsip.

5) Peran satuan kerja juga diperlukan untuk memastikan pelaksanaan dan

kepatuhan terhadap otoritas keuangan dan non-keuangan sebelum

transaksi diproses.

4.4 Manfaat dari Matriks Otoritas

Manfaat dari adanya matriks otoritas adalah;

J) Menentukan berbagai tingkatan yang mendapatkan otoritas dari Menteri

Kesehatan , Setjen dan setingkat eselon I lain serra manajemen satuan kerja

setingkat eseJoo 2 sampai dengan jabatan fungsional sebagai jabatan yang

bertanggungjawab uotuk melaksanakan wewenang yang dilimpahkan.

2) Menentukan kekuatao otoritas yang diberikan kepada pejabat yang

bersangkutan.

3) Memberikan referensi untuk menentukan siapa yang memiliki wewenang

untuk melakukan akti fitas tertentu.

23
4.5 Perubahan pada Matriks Otoritas

4.5.1 Memperbarui & Merevisi Kebijakan Matriks Otoritas

Kepemilikan Pendelegasian Wewenan g terletak pada Menteri Kese hata n RI.

Sekjen bertanggung j awa b atas peJaksanaa n Matriks Pendelegas ian Wewenang

dan memastikan bahwa :

I) Matriks pendelegasian wewenang diperbarui untuk mencerminkan

persetujuan terbaru.

2) Usulan tingkat pendelegasian wew ena ng adaJah :

- Den ga n batas-batas tertentu

- ReaJistis , mengedepankan fungsi dan tangg ung jawab ya ng dilimpatJ<.an

oJeh pejabat ber.venang yang menyetujui ..

3) Tingkat persetujuan deJegas i adalah :

- Ketetapan terhadap semua personi J yang bersangkutan

- Diperbarui secara tepat waktu .

4.5.2 Prosedur Memperbarui & Merevisi prosedur Matriks Otoritas

Berikut ini adalah prosedur yang haru s diikuti setiap kali memperbarui

atau merevisi matrik s otoritas :

No. Jabatan Deskripsi Prosedur

Siapkan Permintaan Penlbahan termasuk dasar


Pimpinan Satker
l. pembenaran untuk diJakukannya suatu update / revi si
- EseJon 2
Perubahan
Menyetujui Permintaan Permintaan Perubahan jika
2. Ese Jon J tidak terkait dengan kewenangannya . Jika h a l itu terkait
dengan wewenangnya, meminta persetujuan Menteri.
3. Menteri MeneJaah Penlbahan

24
Persetujuan atas Pennintaan Perubahan .
Kirim Persetujuan Perubahan untuk ditindak lanjuti
Sekjen
Penerapan dan mengintegrasikan update / revisi
4. Eselon 1
Delegasi pada Matriks Otoritas

4.6 Penyimpangan pada Prosedur Matriks Otoritas

Penyimpangan terhadap persyaratan yang ada pad a Matriks Otoritas tidak

diizinkan tanpa persetujuan tertulis yang disahkan secara resmi dan disetujui oleh

Menteri Kesehatan.

4.7. Jenis Matriks Otoritas

Matriks otoritas terdiri dari:

Matriks Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur

Matriks Ketatalaksanaan Keuangan Akuntansi

Matriks Keuangan Penganggaran

Matriks Ketatalaksanaan Keuangan Pembendaharaan

Matriks Kelembagaan dan Perundang-undangan

Matriks Pelayanan Publik

Matriks Pennasalahan Umum Organisasi

Matriks Otoritas Penandatangan

Matriks Penandatangan Bank Dan Transfer Elektronik

(FormatMatriks sebagaimana terlampir da/am Lampiran 11.1 sid I1.JO)

25
BAB 5. PENUTUP

Melakukan refonnasi birokrasi dalam Delegation of Authority merupakan suatu

proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi publik dan sikap serta tingkah

laku aparatur Negara untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan

pembangunan nasional. Hal ini bertujuan untuk melakukan perubahan pola pikir

(mind set), budaya kerja (culture set) dan perilaku (behavior) di lingkungan

Kementerian Kesehatan Rl. Proses perubahanJpembaruan ini dilakukan secara

bertahap dan berkeJanjutan, oleh karena itu bila dilihat dari tujuannya reformasi

ini memang membutuhkan kerja keras serta komitmen yang kuat dari seluruh

pemangku kepentingan di Kementerian Kesehatan ini .

Agenda prioritas untuk program refonnasi birokrasi di Kementerian Kesehatan di

fokuskan pad a tiga program, yaitu peningkatan kualitas peJayanan publik,

penguatan akuntabilitas kinerja dan manajemen perubahan. Penyusunan pedoman

Delegation of Authority merupakan bagian vital yang tidak terlepas dari upaya

mewujudkan ketiga hal tersebut. Kementerian Kesehatan berkepenlingan untuk

mewujudkan hal tersebut sebagai bentuk nyata peJaksanaan prinsip-prinsip

pelayanan prima lala kelola pemerintahan yang baik dalam melaksanakan

tupoksinya.

26
DAFTAR PUST AKA

Joyce Paul, Strategy In The Public Sector: A Guide to Effective Change


Management, Manchester: John Wiley & Sons, 2000

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,


Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8112010 Tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi, Jakarta:, 20 II.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Pedoman


Pelahanaan Program Manajem en Pen/bahan. Jakarta:, 20 II.

Kementerian Kesehatan RI, Dokumen Usulan dan Road Map Re{ormasi Birokrasi
Kementerian Kesehatan 2011-2014. Jakarta:, 2010.

Rondinelli Dennis A. , dan Cheema G. Shabbir, Reinventing Government for the


Twenty-First Century: An Introduction dalam Reinventing Government for
the Twenty-First Century: State Capacity In A Globalizing Society di edit
oleh Dennis A. Rondinelli, dan G. Shabbir Cheema, Bloomfield: Kumarian
Press, lnc, 2003

Starling Grover, Managing The Public Sector, Boston: Thomson Wadsworth,


2008

Tierney J Michael, "Delegation of authority In lnternational Relation: The


Promise And Limits Agency Theory", Discussion Paper Prepared For
Duke Conference 3-4 Maret 2006

Tom Christensen, Per Laegreid, Paul G. Roness, dan Kjell Arne Rovik,
Organization Theory and The Public Sector: Ins /n/ment, Culture, and Myth,
New York: Routledge, 2007

27
Lampiran
LAMPIRAN I. CONTOH FORMAT DELEGATION OF AUTHORITY
1./ Contoh Format Penataan Sumber Dava Manusia Aparatur

Hal : Rekrutmen Seleksi CPNS Tahun 2013 Jakarta, 4 Mei 2013


Kode : A I Nomor 14
DELEGATION OF AUTHORITY
Nomor: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP :xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
PangkatJGol : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Menteri Kesehatan RI

Mendelegasikan wewenang Seleksi rekrutmen CPNS Kementerian Kesehatan Tahun 2013


kepada nama tersebut di bawah ini :

Nama : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP :xxxxxxxxxxxxxxxxxx
PangkatJGol :xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Kepala Biro Kepegawaian
Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan RI

Wewenang penuh pad a pelaksanaan kegiatan terse but mulai berlaku terhitung tanggal 2S Januari
2013 sampai dengan 26 Februari 2013. Tanggungjawab pengelolaan seleksi rekrutmen tetap ada
pad a Menteri Kesehatan, maka saudara harus melaporkan melalui Sekretaris Jenderal untuk
memperoleh arahan dan evaluasi.
Langkah apapun yang dilakukan dalam kegiataan rekrutmen seleksi CPNS 2013 harus sesuai
dengan kebijakan Menteri Kesehatan yang mengacu pad a ketentuan Kementerian PAN dan RB.
Penekanan prioritas pelaksanaan rekrutmen seleksi CPNS kali ini adalah :
l. Lakukan pendaftaran online
2. Utamakan persyaratan kompetensi
3. Cegah dan hindari KKN

Demikian Delegation of authority ini dibuat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan
wewenang yang diberikan dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Jakarta,4 Mei 2013


Menteri Kesehatan RI

Tid

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP.xxxxxxxxxxxxxxxxxx
1.2. ConlOh Format Ketatalaksanaan Keuangan
Hal : Revisi Anggaran tahun 2013 Jakarta, 4 Mei 2013
Kode : A 2 Nomor 13

DELEGATION OF AUTHORITY
Nomor: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NfP :xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
PangkatJGol : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Menteri Kesehatan RI

Mendelegasikan wewenang Revisi Anggaran tahun 2013 kepada nama tersebut di bawah ini :

Nama : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
NfP : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
PangkatJGol : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
Sekretariat Jenderal , Kementerian Kesehatan RI

Wewenang penuh pada pelaksanaan kegiatan tersebut mulai berIaku terhitung tanggal 5 Mei
2013 sampai dengan 15 Mei 2013 . Tanggung jawab Revisi Anggarao tahun 2013 tetap ada pada
Menteri Kesehatan, maka saudara harus melaporkan melalui Sekretaris Jenderal untuk
memperoleh arahan dan evaluasi.

Laogkah apapun yang dilakukan dalam Revisi Anggaran tahun 2013 harus sesuai dengan
kebijakan Menteri Kesehatan yang mengacu pada ketentuan yang dibuat Bappenas. Penekanan
prioritas Revisi Anggaran tahun 2013 adalah:
J. Peogadaan fasilitas pengadaan layanan kesehatan daerah tertinggal
2. Tindak lanjut kegiatan reformasi birokrasi
3. Jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat miskin

Demikian Delegation of authority ini dibuat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan
wewenang yang diberikan dengan bail< dan penuh tanggungjawab.

Jakarta, J April 2013


Menteri Kesehatan Rl

T ld

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
N [P. xxxxxxxxxxxxxxxxxx
1.3. Contoh Format Kelembagaan dan Perundang-undangan

Hal : Perumusan Strllktur Organisasi Tata Kerja Jakarta, 4 Mei 2013


Kode : A 3 Nomor I

DELEGATION OF AUTHORITY
Nomor: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
NT? : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Menteri Kesehatan RI

Mendelegasikan wewenang Perumusan Struktur Organisasi Tata Kerja Kementerian Kesehatan


Tahun 2013 kepada nama tersebut di bawah ini :

Nama :XXXXXXXXXXXXXXXXXX
NiP : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pangkat/GoJ :xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan RJ

Wewenang penub pada pelaksanaan kegiatan tersebut mulai berlaku terhitung sejak tanggal 25
Mei 2013 sampai dengan 26 Juni 2013. Tanggung jawab Perllmusan Struktur Organisasi dan
Tata Kerja tetap ada pad a Menteri Kesehatan , maka saudara haws melaporkan melailli Sekretaris
lenderal untuk memperoleh arahan dan evaluasi.
Langkah apapun yang dilakukan dalam Perumusan Struktur Organisasi dan Tata Kerja harus
sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan yang mengacu pada ketentuan Kementerian PAN
dan RB . Penekanan prioritas Perumusan Struktur Organisasi dan Tata Kerja kali ini adalah:
I. Efisiensi dan efektifitas organisasi
2. Utamakan desentralisasi hirarkis
3. Bentuk struktur yang proporsional dan ramping

Demikian Delegation of authority ini dibllat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan
wewenang yang diberikan dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Jakarta , 4 Mei 2013


Menteri Kesehatan RI

ltd

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP.xxxxxxxxxx xxxxxxxx
1.4 Contoh Format Pelavanan Publik

Hal : Penetapan standar layanan rumah sakit swasta lakarta, 14 April 20 13


Kode : A 4 Nomor 1

DELEGATION OF AUTHORITY
Nomor: xxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP : xxxxxxxxxxxxx xxxxxx
PangkatiGol : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
labatan : Menteri Kesehatan RI

Mendelegasikan wewenang Penetapan standar layanan rumah sakit swasta kepada nama tersebut
di bawah ini :

Nama : xxx xxxxxxxxxxxxxxx


NIP : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pangka tiG ol :xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Direktur lenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

Wewenang penuh pada pelaksanaan kegiatan tersebut mulai berlaku terhitung sejak tanggal 1
Mei 2013 sampai dengan 30 luni 2013. Tanggung jawab Penetapan stan dar layanan rumah
sakit swasta tetap ada pada Menteri Kesehatan, maka saudara harus melapor secara berkala untuk
memperoleh arahan dan evaluasi.
Langkah apapun yang dilakukan dalam Penetapan standar layanan rumah sakit swasta harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang nomor 44 tahun 2009 ten tang Rumah Sakit, dengan
prioritas kebijakan :
I. Akses layanan masyarakat
2. Sertifikasi Kompetensi SDM
3. Hospital Governance dan Good Clinical Governance

Demikian Delegation of authority ini dibuat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan
wewenang yang diberikan dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Jakarta, 14 April 2013


Menteri Kesehatan RI

tltl
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx
NrP. xxxxxxxxxxxxx xxxxx
/.5. Conloh Format Permasalahan Umum Organisasi

Hal : Jumpa Pers Penanganan Wabah Flu Burung Jakarta, 7 Juni 2013
Kode : A 5 Nomor I.
DELEGATION OF AUTHORITY
Nomor: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yang bertanda tangan di bawah jni:

Nama : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol : xxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Menteri Kesehatan RI

Mendelegasikan wewenang pelaksanaan Jumpa Pers Penanganan Wabah Flu Burung kepada
nama tersebut di bawah ini :

Nama : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIP : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pangkat/Gol : xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Jabatan : Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan RI

Wewenang penuh pad a pelaksanaan kegiatan tersebut mulai berlaku terhitung sejak tanggal 8
Juni 2013 sampai dengan 15 Juni 2013. Tanggung jawab Jumpa Pers Penanganan Wabah Flu
Burung tetap ada pad a Menteri Kesehatan, maka saudara harus melaporkan segera untuk
mendapatkan arahan dan evaluasi.
Langkah dan pernyataan apapun dalam Jumpa Pers Penanganan Wabah Flu Burung harus sesuai
dengan kebijakan Menteri Kesehatan. Penekanan prioritas Jumpa Pers Penanganan Wabah Flu
Burung nanti adalah :
I. Langkah strategis yang sudah djlakukan Kementerjan Kesehatan
2. Keberhasilan-keberhasilan yang sudah dicapai
3. Rencana-rencana yang akan dilakukan

Demikian Delegation of authority ini dibuat agar yang bersangkutan dapat melaksanakan
wewenang yang diberikan dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Jakarta, 7 Juni 2013


Menteri Kesehatan RI

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NJP.xxxxxxxxxxxxxxxxxx
LAMPlRAN II. MATRIKS DELEGATION OF A UTHORlTY

11. 1 Penataan Sumber Daya Maousia Aparatur (A 1)

No Aktifitas .IF Eselon 2 Eselon 1 Menkes Keterangan


Fungsio Fungsio Kepala Karopeg Dirjenn Sekjen
naJ nal mirekt rjenfKa
terkait Kepega ur Badan
waian
1 Pengembangan & Perubahan Kebijakan
SDM
Mengajukan ..J
Memulai ,

2
Menelaah
Menyerujui
Mendefinisikan Uraian Pekerjaan eselon I
" " "
Memulai ..J ..J
Menelaab v
Menyerujui -,j
3 Mendefinisikan Uraian Pekerjaan eselon 2
Memulai v
Menelaah ..J
Menyerujui
4 Mendefinisikan Uraian Pekerjaan JFU
Memulai v
..J
"
5
Menelaah
Menyetujui
Penenruan indikator kinerja jabatan eselon I
" v
Memulai v v
Menelaab v
Menyerujui v
No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Keteran!!an
Fungsio Fungsio Kepala Karopeg DirjenII Sekjen
nal nal !Direkt rjenfKa
terkait Kepega ur Badan
waian
6 Penenruan indikaror kinerja jabatan eselon 2
Memulai V
Menelaah V
Menyerujui V V
7 Penenruan indikator kinerjajabatan JFU
Mengajukan V
Memulai V
Menelaab V
Menyerujui V
8 Penenruan profil kompetensi SDM Eselon I
Memulai V V
Menelaah V
---
Menyerujui -.J
9 Penentuan prolil :kompetensi SDM Eselon 2
Memulai V
Menelaah V I
Menyeruiui V V
10 Penentuan profil kompetensi SDM JFU
Mengaiukan V
Memulai V
Menelaah ,
Menyerujui
"- V
11 Pereneanaan suksesi dan karier
Mengajukan V
Memulai V V
Menelaah v V
Menyerujui -.J
12 Penenruan Seleksi, Mutasi , Rotasi, Promosi
No Ak'tifitas JF Esclon 2 Eselon I Menkes Krteran"an
Fungsio Fungsio Kepala Karopeg Oirjenfl Sekjen
n31 nal mirekt rjen/Ka
terkait Kepega ur Badon
waian
Eselon I
Mem ulai
Menelaab
Menvcruiui
" -J
.J
..J
13 Penenruan Seleksi, Mutasi, Rotasi , Promosi
Eselon 2
Memulal v I

14
Menelaah
Meoyeruiui
Penenruan Seleksi, Mutasi, RotaSI, Promosi
" ..J ..J

JFU
~enJl.aiukan ~
Memulai ..J
Menelaah I -I v
MenYe!uiu; ,I ..J
IS Eyaluasi kineria Eselon I
Memulai
" V

16
Menelaah
MellYelUiU!
Eyaluasi kineria Eseloo 2
" v

Memulai -.J
Menelaah
" y
17
MenyelUjui
Evaluasi kineri a JFU "
Mengajukan --I
Memulal T
Menelaah -J
Menyetu iui ..J
No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Keterangan
Fungsio Fungsio Kepala Karopeg Dirjen/ l Sekjen
nal nal lDirekt rjenlKa
terkait Kepega ur Badan
waian
18 Kenaikan Gaji Tahunan Eselon I
Memulai -V -V
Menelaah -V
Menyetujui Y
19 Kenaikan Gaji Tahunan Eselon 2
Memulai -V
Menelaah -V
Menyetuju; -V -V
20 Kenaikan Gaji Tahunan JFU
Mengajukan -V
Memulai Y
Menelaah ,I
Mel1}'etujui v
21 Penentuan paket Remunerasi Eselon I
Memulai v v
Menelaah -V
Menyetujui Y
22 Penentuan paket Remunerasi Ese lon 2
Memulai -V
Menelaah -V
Menyetujui -V -V
23 Penentuan paket Remunerasi Ese lon JFU
Mengajukan ...J.
Memulai -V
Menelaah -V
Menyetujui \
24 Penentuan Cuti EseloD I
Memulai Y v
No Aktifitas .IF Eselon 2 Eselon I Menkes Keterangan
Fungsio Fungsio Kepala Karopeg Dirjenfl Sekjen
nal nal fDirekt rjenfKa
terkait Kepega ur Badan
waian
Menelaah ..J
MenyeruJui ..J
2S Peoentuan CUli Eselon 2
Memula; v
Menelaah v
Menyerujui v v
26 Penentuan Cuti JFU
Mengajukan ..J
Memula; oJ
Menelaah v v
Menyerujui ..J v
27 Tindakan d;siplin Eselon I
Memulai 'i \
Menelaah ..J
Menyetujui oJ
28 T;ndakan d;s;plin Eselon 2
Memula; v
Meoelaah v
Menyeruju; v v
29 Tindakan d;s;pl;n JFU
Memula; -.J
Menelaah oJ
Menvetului oJ
30 Pengangkatan danpemberhentian Eselon I
Memulai \1 v
Menelaah -.J
Menyetuju i \' I
31 Pengangkatan dan pemberhent;an Ese lon 2 I
11.2 Ketatalaksanaan Keuangan Akuntansi (A 2)

No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon 1 Menkes Keterangan


Fungsiona Fungsio Kapusffi Karokeu Dirjenll Sekjen
I terkait nal irektur rjenIKa
Keuanga badan
n
1 Memperbarui Kebijakan Keuangan dan
Manua I Prosedur
Mengajukan v
Memulai v v
Menelaah v -V
Menyetujui v
2 Merevisi Kebijakan Akuntansi (Termasuk perselUjuan Menteri
tarif penyusutan) diperlukan jika terjadi
perubahan dalam
Kebijakan
Mengajukan ..J
Memulai v v
Menelaah v v
3
Menyetuiui
Otorisasi untuk Belanja Jika ada dalam
-"-
AnR.garan
Mengajukan v
Memulai v
Menelaah v
Menyetujui ..J v
4 Otorisasi untuk Belanja Belanja sebesar kurang
Jika tidak dalam Anggaran dari Rp 500.000
(Termasuk PPN) harus
disetujui oleh Kepala
Biro Keuangan
-
No Aktifitas JF Menkes Keterangan
Fungsiona
I terksit
Fungsio
nal
I Eselon 2
KapusfD Karokeu
irektur
Eselon 1
Dirjenfl
rjenfKa
Sekjen

Keuanga badan
n
Mengajukan ,I
Memula i -.J Pengeluaran lebih dari
Rp 500.000 hingga Rp
1. 000.000 harus
disetujui oleh Kepala
Biro Keuangan
pembelian terse but
harus
disampaikan kepada
[nspektur Jenderal

Mene laah Y Y Pengeluaran ridak


dianggarkan untuk dan
tidak lebih dari Rp
1.000.000 .000 harus
disetujui oleh
SekjenfEselon 1.

v
Menyetujui
" " Pengeluuran tidak
dianggarkan untuk dan
lebih dari Rp 1.000.000
.000Sekjen harus
mendapatkan
persetujuan Menteri
untuk pengeluaran di
luar anggaran
(persetujuan lersebul
mungkin dalam bentuk
persetuiuan mengerahuil
No Aktifillls JF Eselon 2 Eselon 1 Menkes Keterangan
Fungsiona Fungsio KapuslD Karokeu Dirjenll Sekjen
I terkait nal irektur rjenIKa
Keuanga badan
n

5 Penghapusan dan pencoretan dari Asel


Telap
Mengajukan -J
Memulai v v
Menelaah v v
MenyelUjui --I
6 Pembelian Properti
Mengajukan
Memulai
" --I
Menelaah -J v
MenyelUjui ..J v
7 Pembayaran dengan Cek Menurul Daftar
Penandatangan (lihal
sub bab 5.8 Oloritas
Penandatangan)
Memulai
Menelaah " --I --I
MenyelUjui v v v
8 Pengisian Kas Kecil
Mengajukan -J --I
Memulai --I
Menelaah -J
Menyetujui ..J
l\Jo Aktifitas JF Eselon 2 Eselon 1 Menkes Keterangan
Fungsiona Fungsio Kapusffi Karokeu Dirjcnll Sekjen
I terkait nal irektur rjenlKa
Keuanga bad an
n
9 Pcl unasan Kewaji ban Pajak Tergantu ng pada jumlah
dan sesuai dengan
Daftar Penandatangan
(hhat sub bab 5.8
Otoritas
Penandatangan)

Memulai Y
Menelaah -V -V
Menyetujui -J V Y
10 Pengolahan PavrolllPenggajian Menurut Penandatangan
Daftar
Memulai 'I.

Mene laah -V ..J


MenYduj ui Y ~ v
11 Persiapan dan Persetujuan Laporan -I
Keuangan
Mengajukan "1
Memulai ,I
Menelaah ..;
Menyetujui ,
12 Dana taktis aktivitas dan biaya Pimpinan Persetujuan kegiatan
Menteri
oleh Menteri termasuk
Pendelegasian
~ ---
akan membutuhkan
No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Keterangan
Fungsiona Fungsio KapusfD Karokeu Dirjen/I Sekjen
I terkait nal irektur rjenlKa
Keuanga badan
n
persetujuan Menreri.
Tertama pembayaran
kegiatan dengan
transaksi keuangan
otoriras terbatas.

Memulai --J
Menelaah -V -V
Menyetujui -V -V -V
II.3 Ketatalaksanaan Keuangan Penganggaran (A 2)

No Aktifitas JF Eselon 2 Esdon 1 Menkes Keterangan


Fungsio Fungsio KapuslD Karoren Dirjen/J Sekjen
nal nal irektur gar rjen/Ka
leek. il Program hada n
13 Men:;visl Ke bljakan Pcnganggaran dan
Memutakhirkan Pen gan ~ga ran
Mengaj ukan ..J
Memul. ; ..J
Mcnelaah v ..J
Mempelajari -V Y
Menyetuj ui v
14 Membuat Masler Budgel dan Rencana
Bisnis
Memula; \

Mendaah \ 'i
Menyemj ui \ ..J
15 PersclUJuan Realokasi Realokas i j umlah yang
Dalam Anggaran dianggarkan dari salU
biaya operasional ke biaya
operasional yang lain tidak
memerlukan persetujuan
Memeri letapi Menleri
harus diberilahu len lang
realokasi lersebu!.
Realokasi jumlah yang I
dianggarkan dari biaya
I
operasional untuk biaya
modal dan sebaliknya
memerlukan perselujuan I

oleh Menleri sebelum


No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Keterangan
Fungsio Fungsio KapuslD Karoren Dirjenfl Sekjen
nal nal irektur gar rjenfl(a
terkait Program badan
realokasi akan dibuat.

Mengajukan -.J
Memulai -.J
Menelaah -.J -.J
MenyetuJui -.J -.J ,
16 Penyesuaian anggaran untuk layanan
kesehatan
Mengajukan -.J
Memulai V -.J
Menelaab -.J -.J -.J
Menyetujui ..j
n.4 Ketatalaksanaan Keuangan Pembendaharaan (A 2)

No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Ketcran!!.an


Fungsio Fungsio Kapus/D Karokeu Dirjen/l Sekjen
nal nal irektur rjen/Ka
terkait Bendaha badan
ra
17 Merev;,i dan Memutakhirkan Kebijakan
pembendaharaan dan Ma nual Prosedur
Mengajukan ,I
Memulai ,I -oJ

Menelaah ..J ,I

MenyetuJul y

18 Membuka I Menutup Rekening Bank Sekjen hams memaslikan


bahwa semua account
perbankan yang bam
dibuka pada lembaga
perbankan telah disetujui
oleh Menteri
Mengajukan v
j\!cmtJlai
Menelaah
oJ
" v
Menyetujui " ..J
19 Mengorgamslr PenandatangaIlan
Kewenangan, Fasilitas,
Jaminan dan Ganti Rugi
Memulai v
Menelaah 'oj v
Menyetujui o.J o.J
11.5 Kelembagaan dan Perundang-undangan (A 3)
No Aklifilas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Ke!erangan
Fungsio Fungsiona Kapus! Karohu Dirjenll Sekjen
nal I Analisa Direkl kor rjenlKa
lerkai! Kebijakan ur badan
I Merevisi Struktur Organisasi
Mengajukan ..J
Memulai v
Menelaah v
Menyetujui
" v
2 Menghentikan suatu kebijaka n
Mengajukan
Memulai
Menelaah
" Y
Y Y
Menye luj Ul Y
3 Memulai proses lindakan hukum
Memulai v
Menelaah \(

Menyetujui v Y
Mengetahui v
4 Memperbaharui , membatalkan,atau
menganulir kontrak lebih dari 1 milyar
Mengajukan ..J ..J
Memulai v v
Menelaah V v
Menyetujui \

5 Memperbaharui, membalalkan,atau
menganulir kontrak kurang dari I milyar
Mengajukan Y ..J
Memulai ..J ..J
Menelaah
MenyeruJ ui " " ..J
6 Membuat kesepakatan dengan pihak luar I
Mengajukan
Memulal
Menelaah
" ..J

" " ,I ..J


Menyetujui ~
11.6 Pelayanan Publik (A 4)
No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Keterangan
Fungsio Fungsio Kapusm Eselon 2 DirjenIJ Sekjen
nal nal irektur terkait rjenlKa
terkait Adminis di badan
tratur Sekjen
Kesehat
an
I Penetapan standar layanan rumah sakit
Mengajukan ,j
Memulai
" Eselon 2 terkait di Sekjen
adalah Biro Hukum dan
Organisasi
Menelaah ,j ,j

Menyetujui ,j

2 Penetapan standar layanan Duskesmas


Mengajukan
Memulai " " " Eselon 2 lerkai! di Sekjen
adalah Biro Hukum dan
Organisasi
,j
Menelaah
Menyetujui " ,j

3 Penetapan standar perizinan rumah sakil


Mengajukan ,j
Memulai ,j ,j Eselon 2 terkai! di Sekjen
adalah Biro Hukum dan
Organisasi
Menelaah ,j ,j

Menyetujui ,j

4 Penetapan standar perizinan kefarmasian dan


alat kesehatan - -
No Aktifitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Keterangan
Fungsio
nal
Fungsio
nal
KapusfD
irektur
I Eselon 2
terkait
Dirjen/I
rj en/Ka
Sekjen

terkait Adminis di badan


tratur Sekjen
Kesehat
an
r..'lenRllj ukan v
Memul.i v ,J b clon 2 terka it di Sekjen
adalah Biro Hukum dan
Or~ani sa, i
Menelaah 'i 'i
Menyeruj ui v
5 Penetapan standar kedaruratan wabah dan
beneana
Men gaiukan v I
Me mula; , Y Eselon 2 te rkait di Sekjen
adalah Pusat Kris i,

6
Mene laa h
Menyetujui
Penetapan stan dar jamman pembiayaan
" >!

keseh.tan
Mengajukan v
Memula; ..J ..J Eselon 2 terkall di SekJen
adalah Pusat P2J K
Menelaah v
Menye ruj uJ \
I
7 Dana dekonsentrasi untuk dinas
kesehatan daerah
Men"aj ukan v
Memulai Y Y Eselon 2 lerkait di Sekjen
adalah Biro Pereneanaan I
No Aktilitas JF Eselon 2 Eselon 1 Menkes Keterangan
Fungsio Fungsio Kapus/D Eselon 2 Dirjenil Sekjen
nal nal irektur terkait rjenlKa
terkait Adminis di badan
tratur Sekjen
Kesehat
an
dan anggaran
Me nelaah v v
Menyetujui v
8 Hibah khusus untuk o rganisasi kesehatan
masyarakat
Mengajukan
Memulai " " " Eselon 2 lerkai! di Sekj en
adalah Biro Perencanaan
dan anggaran
v
Menelaah
Menyetujui " v
9 Audit uotuk badan layanan kesehata n
Mengajukan v
Memulai v v Eselon 2 terkait di Sekjen
adalah Biro Hukum dan
Organisasi
Menelaah
" "
10
Menyetujui
Inspeksi layanan kesehatan "
Mengajukan
" "
Memulai
" Eselon 2 !erkail di Sekjen
adalah Biro Hukum dan
Organisasi
Menelaah
" "
Menyetujui
"
II,7 Permasalahan Umum Organisasi (A 5)
No Akllfitas JF Eselon 2 Eselon I Menkes Kelerangan

Fungsio Fungsio KapusfD Eselon 2 Dirjenll Sekjen


nal nal ireklur lerkail rjenlKa
lerkail Adminis di badan
Iralur Sekjen
Kesehal
an
I Komunikasi Eksternal
Mengajukan ,I

Memulai -,J 'I Eselon 2 terkai! di


Sekjen adalah Kepala
Pusa! Komunikasi
Publik
Menelaah
Menyet1Jjui " ~
-,J Ulasan Sekjen untuk
menyetujui semua
komunikasi ekstemal.
Namun untuk isu-isu
sensitif seperti yang
ditenrukan oleh Eselon
I/Sekjen, komunikasi
tersebut harus
diselUjui oleh Menteri
2 Layanan Profesional ' Kurang dari Rp I. 000
000 000 pada Pemanfaatan I Aplikasi
Mengajukan ..J
Memulai -,J ~ Eselon 2 terkait di
Sekjen adalah Biro
Keuangan
Menelaah ,I -.J
MenyelUjui v
No Aktifitas JF Eseloo 2 Eselon I Meokes Keteraogao

Fuogsio Fungsio KapuslD Eselon 2 Dirjen/l Sekjeo


nal nal irektur terkait rjen/Ka
terkait Admiois di badao
tratur Sekjeo
Kesebat
ao
3 Layanan Profesional - Lebih dari Rp I. 000 Menyetujui Jasa lebih
000000 (tergantung pad a proses dari Rp I. 000
tender) pada Pemanfaatan I Aplikasi 000000 akan
dikenakan proses
tender seperti yang
dijelaskan dalam
Dokumen Kebijakan
Keuaogan dan
Pengadaan
Mengajukan v
MemuJai v v Eselon 2 terkait di
Sekjen adalah Biro
Keuangan
v
4
Menelaah
Menyetuiui
Layanan Profesional - Karyawan dan
" " Layanan lebih dari Rp
Layanan Organisasi Penelitian Luar I. 000 000 000 akan
dikenakan proses
tender
Mengajukan
MemuJai " v v Eselon 2 terkail di
Sekjen adalah Biro
Keuangan
Menelaab v v
Menyetujui v
11.8 Otoritas Penandatangan

No Aktifitas JF Eselon Eselon Menkes Keterangan


2 1

I Penandatanganan Terkait -V -V Menkes


Hukum / Kesepakatan / Jaminan sehingga dapat didelegasikan
atas nama Kementerian Kesehatan Eselon I menandatangani atas
nama Kementerian Kesehatan

2 Penandatanganan Kontrak / Perjanjia -V -V Menkes


n atas nama Kementerian Kesehatan sehingga dapat didelegasikan
Eselon I menandatangani atas
nama Kementerian Kesehatan

3 Penandatanganan Hibah atas nama -V -V Menkes


Kementerian Kesehatan - sehingga dapat didelegasikan
Eselon Imenandatangani atas
nama Kementerian Kesehatan
'------- - -
11.9 Penandatangan Bank Dan Transfer Elektronik

Tingkat Lebih dari I I Milyar ke Keterangan


Penandatangan Milyar bawah
Otoritas

Menteri A Transaksi Kementerian Kesehatan mengacu pada tanda tangan


Menteri, Sekjen atau pejabat eselon I lain dan kepala Biro
Keuangan at au Sekretaris DirjenlIrjeniBadan

Pejabat Eselon I B B

Kepala Biro Keuangan atau C


Sekretaris DirjenlIrjenIBadan

Keterangan :
A : Penandatangan Utama
B : Penandatangan Utama berhalangan didelegasikan pada Eselon I
C : Eselon I berhalangan didelegasikan pad a Kepala Biro Keuangan atau Sekretaris DirjenlIrjenIBadan
11,10 Keterangan Simbol dan Arti dalam Matriks Otoritas

Simbol Keterangan

./ Pejabat yang dipilih untuk melaksanakan wewenang

Menkes Menteri Kesehatan Rl


Sekjen Sekretaris lenderal
Eselon I Pejabat Eselon I pimpinan satuan kerja Setingkat
Sekjen seperti Dirjen, Irjen, Kepala Badan
Karopeg Kepala Biro Kepegawaian
Karoren Kepala Biro Kepegawaian
Karoum Kepala Biro Kepegawaian
Karohukor Kepala Biro Kepegawaian
Karokeu Kepala Biro Kepegawaian
Eselon 2 Pejabat Eselon 2 pimpinan unit kerja setingkat
Kepala Biro seperti Direktur, Kepala Pusat,
Inspektur
IF labatan Fungsional
Lain-lain Dengan keterangan

Anda mungkin juga menyukai