Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIK KONTROL

SILINDER AKSI TUNGGAL

DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI


TUGAS PRAKTIKUM HIDROLIK KONTROL

OLEH :

1. ACHMAD TRIYANTO 1214010001


2. ANGGI WIJAYA 1214010003
3. BAGUS ALDI FEBRIAN 1214010004
4. DARMANSYAH 1214010006
5. DWIKI BAHTIAR 1214010007
6. ERICK LEONARDUS MARBUN 1214010041
7. IQBAL FADILLAH 1214010009

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan

1. Tujuan Kompetensi Umum


Mahasiswa/i memahami Rangkaian Penggerak Aktuator

2. Tujuan Kompetensi Khusus


Mahasiswa dapat menggambar rangkaian Silender Aksi Tunggal.
Mahasiswa dapat merangkai Sistem Hidrolik Silender Aksi Tunggal.
Mahasiswa dapat mengoperasikan Sistem Hidrolik Silender Aksi Tunggal.
Mahasiswa dapat menganalisis data-data hasil praktikum ini.
Mahasiswa dapat membuat laporan hasil praktikum hidrolik control.

3. Tujuan Praktikum
Mahasiswa/i dapat menghitung besarnya massa yang membebani
silinder aksi tunggal
BAB II
DASAR TEORI

A. Teori Dasar

Dimensi diameter dinding dalam silinder aksi ganda dapat diketahui


dengan jalan pengukuran, baik secara langsung maupun tidak langsung;
pengukuran secara langsung kurang memungkinkan untuk dilakukan sebab
silinder harus dibuka (piston dalam keadaan diam) dan dipasang kembali
dengan keterampilan dan alat yang berketilitian tinggi. Pada pengukuran tidak
langsung, menggunakan pendekatan teori aplikatif dan teori empiris , yakni
piston dalam keadaan bergerak,sehingga dari fenomena operasi yang muncul
sebagai data, dapat digunakan sebagai elemen teori aplikatif yakni tekanan,
debit, dan waktu tempuhnya; sedangkan pada teori empiris tidak perlu
memperhatikan tekanannya
1. Power Unit
Merupakan suatu modal atau komponen terpenting dari hidrolik
kontrol. Terdiri dari stabilizer, motor, PRV (Pressure Reducing Valve),
pompa dan tangki.

Gambar 2.1Rangkaian Power Pack


Proses konversi energi dalam power pack ;

E. Listrik E. Mekanik E. Fluidae E. Mekanik

Motor listrik Pompa Hidrolik Rangkaian Pengerak Akuator


VxIxt Torsi PxQxt
(Nm) (Nm) (Nm)

2. Safety Unit

Merupakan unit yang berfungsi memproteksi system hidrolik kontrol,


terdiri dari alat ukur berupa manometer (Pressure Relief Valve/PRV )
untuk membaca tekanan pada system hidrolik kontrol agar tekanan
pada system ini. Bisa diawasi sehingga tidak melebihi bata saman.

PU

Gambar 2.2 Safety Unit

Berdasar gambar unit pengaman sistem yang merupakan sub sistem


utama pada hidrolik kontrol, jika pada sistem penggerak (Power
Unit/Power Pack) yang menggunakan katup pembatas tekanan atau katup
pengaman terhadap tekanan (Pressure Reliefe of Valve), maka pada unit
pengaman sistem ini digunakan katup pereduksi tekanan (Pressure
Reducing of Valve).

Prinsip kerja unit ini mengikuti hukum Pascal yaitu Dalam suatu
bejana yang tertutup, jika diberi tekanan maka tekanan itu akan
diteruskan kesegala arah dengan sama besar. Oleh karena itu jika pada
Power Unit digunakan katup pembatas tekanan (simbol pegasnya tanpa
tanda panah) maka pada Savety Unit digunakan katup pereduksi tekanan
(pada simbol, pegasnya menggunakan tanda panah). Hal ini
mengindikasikan bahwa pada Power Unit tekanannya tidak dapat diatur,
tetapi keluaranya cukup dibatasi sehiungga fungsi PRV disini sebagai
penyetabil tekanan (stabilisator) sedangkan pada Unit pengaman, PRV
berfungsi sebagai pengatur tekanan (dynamisator)

3. Valve Unit
Merupakan system katup yang berfungsi untuk mengatur arah fluida
yang mengalir.Terdiri dari 2 bagian yaitu port (posisi) dan way (lubang).
Terdapat 2 sistem pembacaan port dan way yaitu system Amerika dan
Eropa, dimana system Amerika pembacaan port diikuti pembacaan way.
Sedangkan system Eropa berkebalikan dengan system Amerika,
pembacaan way terlebih dahulu lalu diikuti pembacaan port.
Katup yang digunakan untuk silinder aksi tunggal adalah katup 4/3
NC

Gambar 2.3 Contoh Valve Unit, terdiridari 3 port (posisi) dan 4


way (lubang). SistemAmerika (3/4); sistemEropa (4/3)

4. Actuator Unit
Actuator merupakan pewujud energy hidrolik.
Gambar 2.4 Aktuator pada Slinder aksi tunggal dengan batang berujung tunggal

Gambar 2.5 Aktuator pada silinder aksi tunggal dengan batang berujung ganda

A B
Gambar 2.6 Aktuator pada silinder aksi gandal dengan batang berujung tunggal

A B
Gambar 2.7 Aktuator pada silinder aksi gandal dengan batang berujung ganda

Inp Out

Gambar 2.8 Aktuator pada motor aksi tunggal

Gambar 2.9 Aktuator pada motor aksi ganda


5. Tank/Tangki
Tempat penyimpanan fluida untuk dialirkan melalui pompa, maupun
sebagai tempat penyimpanan fluida saat system hidrolik komtrol selesai
digunakan.
B. Silinder Aksi Tunggal

Dalam praktikum Rangkaian pengerak Aktuator Silinder Aksi Tunggal


bertujuan untuk menentukan massa yang membebani silinder aksi tunggal.
Berdasar teori sederhananya misal untuk menentukan besarnya massa yang
membebani silinder aksi tunggal.
Bobot mati yang membebani Silinder Aksi Tunggal dapat diketahui dengan
jalan pengukuran, baik secara langsung, maupun tidak langsung;
pengukuran secara langsung kurang memungkinkan untuk dilakukan, sebab
beban harus dibuka (piston dalam keadaan diam) dan dipasang kembali
dengan keterampilan dan menggunakan alat yang mampu menahan beban
berat. Pada pengukuran tidak langsung, menggunakan pendekatan teori
aplikatif dan teori empiris, yakni piston dalam keadaan bergerak, sehingga
dari fenomena operasi yang muncul sebagai data, dapat digunakan sebagai
elemen rumusan teori aplikatif yaitu tekanan, debit dan waktu tempuhnya;
sedangkan pada teori empiris yang perlu diperhatikan tekanannya saat
beban bergerak turun.
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM

A. Lokasi dan Waktu


Tanggal : 17 Mei 2016
Lokasi : Laboratorium Mesin, Politeknik Negeri Jakarta

B. Peralatan Praktikum

No Alat

1 Seperankat elemen Sistem Hidrolik control dengan pressure gauge dan


flow meter
2 Stop Watch

C. LangkahPraktikum

1. Membuat gambar Rangkaian system hidrolik kontrol (penggerak silinder


aksi tunggal)
2. Merangkai Penggerak Silinder Aksi Tunggal berdasarkan gambar
rangkaian yang telah dibuat.
3. Memastikan keamanan setiap sambungan, dari kemungkinan pemasangan
sambungan selang yang kurang tekan, kemungkinan pemakaian selang
yang terlalu pendek sehingga terlalu kaku, dan dengan memberikan
pengaruh gaya luar berupa gaya aksial dan gaya tangensial terhadap
sambungan selang.
4. Sambungkan rangkaian kelistrikan motor listrik sebagai penggerak pompa
hidrolik ke sumber tegangan bolak balik (AC) dan on kan motor listrik.
5. Atur tekanan kerja fluida dengan mengatur dynamizer sehingga terbaca
tekanan sebesar 10 [bar] pada Pressure Gauge 1.(*perhatikan gambar
rangkaian pada percobaan ini kita memakai 2 pressure gauge yang 1
terhubung dengan saluran dynamizer safety unit untuk mengatur tekanan
kerja sistem, dan pressure gauge 2 yang berhubungan dynamizer pada
asembly silinder untuk membaca tekanan fluida yang keluar dari slinder
ketika piston bergerak menurun).
6. Lalu lakukan pengecekan dengan menggerakan tuas katup 4/3 NC ke kiri
dan ke kanan dan lihat pergerakan SAC (Single Acting Cylinder).
7. Pada percobaan ini kita tidak perlu menandakan awal pergerakan langkah
piston, karena sudah terasa ketika menekan katup 4/3 NC ke kanan maka
piston akan bergerak turun sampai terasa getaran akibat hentakan beban
dan itu menandakan titik bawah atau awal langkah piston, yang perlu
diperhatikan adalah titik akhir langkah piston ketika bergerak naik. Yaitu
jangan sampai batang piton sepenuhnya masuk kedalam silinder karena
bisa merusak karet seal pada silinder akibat tekanan beban.
8. Lalu tekan katup 4/3 NC ke kiri maka silinder bergaerak naik , dan lepas
ketika piston berada di titik batas akhir langkahnya, kemudian ketika
proses tersebut berlangsung catat data hasil percobaan sebagai berikut :
tekanan pada pressure gauge 1, Waktu yang dibutuhkan pada stopwatch,
di lembar kerja.
9. Lalu tekan katup 4/3 NC ke kanan maka silinder bergaerak turun , dan
lepas ketika piston berada di titik batas awal langkahnya, kemudian ketika
proses tersebut berlangsung catat data hasil percobaan sebagai berikut :
tekanan pada pressure gauge 2, Debit pada flow meter dan Waktu yang
dibutuhkan pada stopwatch, di lembar kerja.
10. Lakukan secara berulang langkah 8 dan 9 sebanyak anggota kelompok
(atau secukupnya) dengan catatan menambah tekanan kerja dengan
kelipatan 2 [bar].
11. Setelah selesai rapikan kembali peralatan praktikum dan simpan sesuai
tempatnya.
Gambar 3.1. Rangkain Hidrolik Kontrol Silinder Aksi Tunggal
BAB IV
PENYAJIAN DATA PRAKTIKUM

A. Lembar data hasil praktikum rangkaian penggerak aktuator silinder


aksi Tunggal

P Naik Turun Debit Waktu


No Nama Praktikan Q
sett P P Nk Tr
(l/min)
1 Achmad Triyanto 10 7,5 5 5 5,99 3,74
2 Anggi Wijaya 12 8,75 5 5 4,23 4,10
3 Bagus Aldi Febrian 14 11 5,2 5 3,42 3,54
4 Darmansyah 16 12 5,2 4,2 3,27 3,94
5 Dwiki Bahtiar 18 13,8 5 4,5 2,53 3,95
6 Erik Leonardus Marbun 20 14 5 5 2,02 3,73
7 Iqbal Fadhillah 22 16 5 5 2 3,62

Catatan :
P sett = Tekanan yang ditentukan
Nk = waktu saat naik
Tr = waktu saat turun
g = 9,81 [m/s2]
S = 200 [mm]
d = 20 [mm]

Keterangan :

P = tekananan [bar]
Q = debit [L/menit]
t = waktu [s]
B. Analisa data hasil praktikum rangkaian penggerak aktuator silinder
aksi tunggal

Tujuan dari praktikum rangkaian pengerak aktuator silinder aksi tunggal


adalah menentukan besarnya massa yang membebabani silinder aksi
tunggal. Untuk menentukan massa yang membebani silinder didapatkan
dengan menggukan tiga pendekatan, yaitu :

Massa Teori Empiris


Massa Teori Aplikatif
Massa Fenomena Operasi

Massa Teori Empiris


m=
1 []
[kg] = [ ] . [3 ]
3 1000 []

m=

m=

Catatan :
1
k = 1000

= 7,895 [ ]
3
Dimensi ukuran :
p = 14 [cm]
l = 14 [cm]
h = 50 [cm]
Massa Teori Aplikatif

Untuk pergerakan maju


F=m.a
= .
. . = . . (1)
.

=
( + )
[][2 ]
[kg] =
2

105 [ 2 ] . [2 ]

[kg] =
2
2
5 [2 ] . [ ]
[kg] =10
2

.

=
( + )
Dengan k = 105

Dimana:

= . + . .

1
Ketika V0 = 0 => s = 2 . . 2
20
=
2
[]
[ 2] =
[ 2 ]
1 []
1 []
1000 []
[ 2] =
[ 2 ]

1 []
[ 2] =
1000 [ 2 ]

=

1
Dengan k = 1000


Dan = ( )

Untuk pergerakan mundur

F=m.a
= .
=
. = . (1)
.

=

[] . [2 ]
[] =
[ 2]


105 [ 2 ] . [2 ]
[] =

[ 2]

.
= 105


.

=

Dengan :
k = 105

= (2 2 )
4

Massa Fenomena Operasi


. .
=
.


[] . [ ] . []
[] =

[ 2 ]. []


5 1 [3 ] 1 []
10 [ 2 ] . [ ] . []
1000 [] 60 []
[] =
9,81 [ 2 ] . 0,2 []

= , . .
= . . .
Dengan k = 0,8494
Data hasil praktikum Hidrolik Kontrol Silinder Aksi Tunggal
P Naik Turun Debit Waktu
No Nama Praktikan Q
sett P P Nk Tr
(l/min)
1 Achmad Triyanto 10 7,5 5 5 5,99 3,74
2 Anggi Wijaya 12 8,75 5 5 4,23 4,10
3 Bagus Aldi Febrian 14 11 5,2 5 3,42 3,54
4 Darmansyah 16 12 5,2 4,2 3,27 3,94
5 Dwiki Bahtiar 18 13,8 5 4,5 2,53 3,95
6 Erik Leonardus Marbun 20 14 5 5 2,02 3,73
7 Iqbal Fadhillah 22 16 5 5 2 3,62

Catatan :
P sett = Tekanan yang ditentukan
Nk = waktu saat naik
Tr = waktu saat turun
g = 9,81 [m/s2]
S = 200 [mm]
d = 20 [mm]

Analisa 1
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]
Massa Teori Aplikatif
Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 5,992

= 0,0111 [2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
7,5 . 7,495 104
5
= 10

(0,0111 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5 . 7,495 104
= 105

9,81

= 38,201 [kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 2.5 . 5 . 3,74
= , []

Analisa 2
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]

Massa Teori Aplikatif


Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 4,232

= 0,0224 [2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
8,75 . 7,495 104
= 105

(0,0224 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5 . 7,495 104
5
= 10

9,81

= 38,201[kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 3,75 . 5 . 4,1
= , []
Analisa 3
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]

Massa Teori Aplikatif


Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 3,422

= 0,0342 [2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
11 . 7,495 104
5
= 10

(0,0342 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5,2 . 7,495 104
= 105

9,81

= 39,729 [kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 5,8 . 5 . 3,54
= , []

Analisa 4
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]
Massa Teori Aplikatif
Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 3,272

= 0,0374 [2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
12 . 7,495 104
= 105

(0,0374 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5,2 . 7,495 104
5
= 10

9,81

=39,729 [kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 6,8 . 4,2. 3,94
= , []

Analisa 5
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]

Massa Teori Aplikatif


Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 2,532

= 0,0625[2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
13,8 . 7,495 104
= 105

(0,0625 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5 . 7,495 104
5
= 10

9,81

= 38,201 [kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 8,8 . 4,5. 3,95
= , []
Analisa 6
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]

Massa Teori Aplikatif


Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 2,022

= 0,098[2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
14 . 7,495 104
5
= 10

(0,098 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5. 7,495 104
= 105

9,81

= 38,201[kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 9 . 5. 3,73
= , []

Analisa 7
Massa Teori Empiris
m=
1
m = 1000
1
m = 1000 7,895 (141450)

m = 77,371 [kg]
Massa Teori Aplikatif
Untuk pergerakan maju
2
=
2
1 2 (200)
=
1000 22

= 0,1[2 ]

2
= ( 2 )
4
= 0,0368 []
= 0,02 []

= (0,03682 0,022 )
4
= 7,495 104 [2 ]

.
=

( + )
16 . 7,495 104
= 105

(0,1 + 9,81)

= , []

Untuk pergerakan mundur


.
=


.
=


5. 7,495 104
= 105

9,81

= 38,201 [kg]

Massa Fenomena Operasi

= . . .
= 0,8495 . .
= 0,8495 . 11 . 5. 3,62
= , []

Massa Beban [kg]


No Nama Praktikan
m


1 Achmad Triyanto 77,371 57,236 38,201 39,714
2 Anggi Wijaya 77,371 66,699 38,201 65,305
3 Bagus Aldi Febrian 77,371 83,75 39,729 78,186
4 Darmansyah 77,371 91,34 39,729 95,591
5 Dwiki Bahtiar 77,371 104,767 38,201 135,879
6 Erik Leonardus Marbun 77,371 105,904 38,201 142,588
7 Iqbal Fadhillah 77,371 121,009 38,201 169,135
Massa rata-rata 77,371 90,101 38,638 103,771
Data hasil pengolahan data Hidrolik Kontrol Silinder Aksi Tunggal
BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan Hidrolik Kontrol Silinder Aksi Tunggal yang telah dilakukan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pada teori empiris, massa beban memiliki nilai sama karena pengukuran
dilakukan secara visual.
Pada teori aplikatif saat naik, semakin besar tekanan setting akan
menyebabkan nilai massa pada perhitungan semakin besar.
Pada teori aplikatif saat turun, meskipun tekanan setting dinaikkan hasil
perhitungan massa beban relatif sama.
Pada teori fenomena operasi terjadi hal yang sama dengan teori aplikatif
saat naik. Semakin besar tekanan setting akan menyebabkan nilai massa
beban pada perhitungan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai