Makalah P3k Pantai Tenggelam
Makalah P3k Pantai Tenggelam
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , kami telah dapat
menyelesaikan makalah dengan judul PERTOLONGAN PERTAMA PASIEN TENGGELAM
DI PANTAI . Tujuan kami membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah P3K Pantai
Keberhasilan kami dalam menyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak . Kami ucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu terselesaikannye
makalah ini .
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
kami senantiasa mengharapkan petunjuk , saran serta kritik yang sifatnya membangun dari semua
fihak guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
4. Bab II Pembahasan
a. Drawning ( Tenggelam)
b. Kgawatdaruratan Pada Korban Tenggelam
5. Bab III Penutup
a. Simpulan
b. Saran
6. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang
harus dilakukan segera mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola nafas
yang adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang
selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi kegagalan resusitasi dan
jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan kematian dalam 24 jam setelah
kejadian.
Dalam hal ini, maka pertolongan pertama dengan pasien tenggelam harus dilakukan secara
cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru yang
lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus dilakukan secara benar
dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk, mempertahankan hidup serta untuk
peningkatan pemulihan.
B. Rumusan Masalah
4. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dan segera menangani cedera akibat tenggelam
di pantai?
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan fisik lanjutan pada pasien lanjutan
4. Untuk mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan dan segera menangani cedera akibat
tenggelam
di pantai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Drawning ( Tenggelam )
1. Definisi
2. Patofisiologi
Hipoksia merupakan hal utama yang terjadi setelah seorang individu tenggelam. Keadaan
terhambatnya jalan napas akibat tenggelam menyebabkan adanya gasping dan kemungkinan
aspirasi, dan diikuti dengan henti napas (apnea) volunter dan laringospasme. Hipoksemia dan
asidosis yang persisten dapat menyebabkan korban berisiko terhadap henti jantung dan kerusakan
sistem saraf pusat. Laringospasme menyebabkan keadaan paru yang kering, namun karena asfiksi
membuat relaksasi otot polos, air dapat masuk ke dalam paru dan menyebabkan edema paru.
Aspirasi air yang masuk ke paru dapat menyebabkan vagotonia, vasokonstriksi paru, dan
hipertensi. Air segar dapat menembus membran alveolus dan mengganggu stabilitas alveolus
dengan menghambat kerja surfaktan. Selain itu, air segar dan hipoksemi dapat menyebabkan lisis
eritrosit dan hiperkalemia. Sedangkan, air garam dapat menghilangkan surfaktan, dan
menghasilkan cairan eksudat yang kaya protein di alveolus, interstitial paru, dan membran basal
alveolar sehingga paru menjadi keras dan sulit mengembang. Air garam juga dapat menyebabkan
penurunan volume darah dan peningkatan konsentrasi elektrolit serum.2
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinik
a. Koma
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e. Asidosis
f. Timbulnya hiperkapnia
a. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24
tahun
d. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
a. Ensefalopati Hipoksik
b. Tenggelam sekunder
c. Pneumonia aspirasi
e. Disritmia ventricular
f. Gagal Ginjal
g. Nekrosis pancreas
h. Infeksi
7. Klasifikasi Tenggelam
1) Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban
tenggelam
2) Atypical Drawning
a) Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan
b) Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu
< 20C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan
vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner
dan sirkulasi serebaral.
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya
coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
d) Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
1) Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air
masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan
mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui
oleh udara yang sangat sedikit.
2) Hampir Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 90% pada korban hamper
tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi
lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada
paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab
kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat
hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema
serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan
kesadaran terjadi 2 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi
4 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 10 menit
anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam.
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak
menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria.
Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia
berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan
banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi
dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan
perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya.
Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan
aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia.
Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.
2. Penanganan Korban
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan
tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal
dalam air atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan
nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
e Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan menambah
sakit korban.
Tenggelam menjadi salah satu penyebab kematian yang terbilang cukup sering. Pada
hakikatnya kematian yang menimpa korban tenggelam terjadi akibat adanya sumbatan jalan
pernafasan serta kekurangan oksigen (hipoksia). Korban tenggelam harus segera di bawa ke
permukaan untuk mendapatkan Resusitasi jantung Paru (RJP). RJP yang dilakukan di air memang
merupakan tindakan yang berrisiko tinggi bagi kedua belah pihak, korban dan penolong. Akan
tetapi jika penolong telah terlatih dan mumpuni, langkah ini masih mungkin jadi pilihan
penyelamatan.
Begitu penderita sampai ke darat, Resusitasi jantung Paru dapat cepat dilaksanakan dengan
frekuensi lima siklus sebelum penolong meminta bantuan. Tindakan menyapu mulut dengan jari
tak perlu dilaksanakan karena untuk kasus tenggelam, si korban mengalami kekurangan oksigen
dan air tidak lagi dianggap sebagai benda asing yang memicu penyumbatan.Tenggelam dapat
terjadi di mana-mana, baik itu di laut atau danau,
bahkan di lingkungan sekitar seperti kolam renang. Kasus tenggelam sering kali menimpa anak-
anak karena banyak orang tua yang terkadang membiarkan anak berenang tanpa pengawasan.
Agar dapat terhindar dari tenggelam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : anak
yang sedang berenang harus terus dipantau, menghindari konsumsi minuman keras sebelum
berenang ataupun di dekat kolam renang, akses atau pintu masuk menuju kolam renang harus terus
di pantau, peralatan penyelamat mulai dari pelampung hingga ban penyelamat harus selalu terletak
di dekat area renang, Jika memiliki kolam renang di rumah, jangan ragu untuk meletakkan telepon
di dekat kolam renang. Hal ini bertujuan agar para orang tua tetap dapat menerima telepon tanpa
meninggalkan pengawasan pada anak yang sedang berenang. Menghindari posisi meja dan kursi
yang berada dekat dengan kolam renang agar anak tidak memanjatnya. Tenggelam juga dapat
terjadi pada orang dewasa, jadi pemantauan memang terus diperlukan. Ikut sertakan salah satu
anggota keluarga dalam pelatihan RJP agardapat membantu memberi pertolongan pertama pada
siapa saja, terutama keluarga sendiri.
Pertolongan Pertama pada anak yang tenggelam bisa terjadi dimana saja, baik di sungai, laut
ataupun di kolam renang. Bila pernapasan kemasukan air, maka bisa menyebabkan kesulitan
bernapas (berhenti bernapas).
Tenggelam adalah penyebab utama kematian terkait cedera di kalangan anak-anak usia 1 sampai
4 dan penyebab utama kedua kematian pada anak-anak 14 dan di bawah. Anak-anak muda
khususnya beresiko karena mereka penasaran, cepat, dan tertarik pada air tetapi belum dapat
memahami betapa berbahayanya. Kabar baiknya adalah bahwa beberapa tindakan pencegahan
dapat mencegah sebagian besar tenggelam.
Jika anak Anda adalah korban tenggelam pertolongan pertama yang dapat diberikan, yaitu
Pertolongan :
1. Jika anak sulit bernafas atau tidak bernafas, letakkan di tempat yang Pencet lubang
hidungnya dan bernafaslah dengan meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati
dan tetap kuat agar dada anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak
bernafas.
2. Jika anak bernafas tetapi tidak sadar, gulingkan badannya agar lidah anak tidak menutup
jalan
3. Jika orang yang tidak bisa berenang melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera
melemparkan tali, alat pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang
menyelamatkan anak.
4. Jika anak sulit bernafas atau tidak bernafas, letakkan mendatar. Pencet lubang hidungnya
dan bernafaslah dengan meniup ke dalam mulutnya. Tiuplah dengan hati-hati dan tetap
kuat agar dada anak berdetak. Hitung hingga tiga dan tiup lagi hingga anak bernafas.
5. Jika anak bernafas tetapi tidak sadar, gulingkan badannya agar lidah anak tidak menutup
jalan
6. Jika orang yang tidak bisa berenang melihat anak tenggelam, orang tersebut harus segera
melemparkan tali, alat pelampung, atau dahan pohon dan berteriak keras agar orang datang
menyelamatkan anak.
Proses Pernapasan Buatan :
1. Baringkan anak dengan kepala ditarik perlahan ke belakang, agar jalan napas terbuka.
2. Longgarkan seluruh pakaian yang
3. Buka mulut anak dengan menekan rahangnya perlahan dengan satu tangan, jaga tangan
jangan sampai menekan leher. Kemudian pencet
4. Tempelkan mulut anda ke mulut anak sama seluruh mulut menutup bibir anak.
5. Hembuskan napas kuat-kuat ke dalam mulutnya, sampai terlihat gerakan naik turun pada
dada. Kalau ini terjadi, Anda telah melakukannya dengan benar.
Cara terhindar dari ancaman tenggelam :
2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah, yaitu:
A. Simpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah pernapasan dan
kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong kehidupan jantung dasar dengan
menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi
B. Saran