Dokumen - Tips - Modul Struktur Betonpdf PDF
Dokumen - Tips - Modul Struktur Betonpdf PDF
com
STRUKTUR BETON
www.ilmutekniksipil.com
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
II. ANALISA BALOK ............................................................................................................ 5
II. 1. Analisa balok tulangan tunggal .................................................................................. 8
II. 2. Desain balok tulangan tunggal ................................................................................... 9
II. 3. Analisa balok tulangan ganda................................................................................... 10
II. 4. Desain balok tulangan ganda.................................................................................... 16
III. PENULANGAN GESER ............................................................................................. 23
IV. PENULANGAN TORSI .............................................................................................. 36
V. STRUKTUR KOLOM ..................................................................................................... 42
VI. ANALISA PEMBEBANAN PADA PORTAL............................................................ 59
VII. GEDUNG TAHAN GEMPA ....................................................................................... 61
VIII. DETAIL PENULANGAN ........................................................................................... 69
www.ilmutekniksipil.com
I. PENDAHULUAN
Bahan lain :
1. Aluminium
2. Plastik
www.ilmutekniksipil.com
Beton bertulang berbeda dengan material-material yang lain, karena terdiri dari 2 bahan yang
berlainan :
1. Baja : Tarik dan tekan
2. Beton : Tekan saja
2. geser
Perhitungan balok beton bertulang dalam menahan momen yang didasarkan pada strength
design method atau yang dulu dikenal sebagai ultimate strength method maka kapasitas
struktur beton dihitung pada waktu beton bertulang itu hancur. Urutan kehancuran struktur
beton bisa dari:
1. Baja tulangan dulu yang putus : underreinforced (tension failure)
2. Beton dulu yang hancur : overreinforced (compression failure)
3. Kehancuran terjadi bersamaan : balanced
0,85 f c'
b u = 0,003
a= 1c C
c
a
d
garis netral d - a
As fs fs
s T
0.85 = =
0.85
Sehingga momen tahanan:
= ( 12 ) atau = 0.85 ( 12 )
Compression Failure:
Jika tulangan belum leleh dan beton mencapai kekuatan maksimum dengan regangan 0.003
maka:
=
0.85 =
Dengan mensubtitusikan = maka akan menghasilkan persamaan berikut:
+ =0
Dengan = dan = .
maka nilai ku dapat dicari:
= +
2 2
Balanced Failure:
Jika tulangan mencapai leleh dan beton mencapai kekuatan maksimum dengan regangan
0.003 (menurut peraturan Indonesia) maka = maka dari segitiga regangan dapat kita
tulis:
=
0.003
dengan = garis netral untuk keruntuhan seimbang (balanced failure)
0.003
=
0.003 +
atau
0.003
=
0.003 +
dengan = adalah tinggi blok tegangan ekivalen
dari kesetimbangan = maka:
0.85 = =
0.85 0.003
=
0.003 +
Bila bernilai 2.105 maka:
0.85 600
=
600 +
MR = Mn
Bila keadaan overreinforced maka kapasitas momen balok dihitung dengan:
As
bd
Es u
m
0,851 f c'
2
m m
k u m
2 2
c ku d
a 1c
www.ilmutekniksipil.com
a
M n 0,85 f c' ab d
2
MR atauMU = Mn dengan = 0.8
0 ,85 f c'
1 1 2 k
fy 0 ,85 f c'
c. hitung luas tulangan
As bd
d. hitung jumlah tulangan
As
n
Atul
jumlah ini dibulatkan ke atas
kemudian dicheck syarat under reinforced sebesar 0.75b
f y
Rn = fy(1- )
1,7 f c'
d. Tentukan tinggi efektif balok
Mu
d= 3
rRn
Regangan dan tegangan yang terjadi ketika tercapai kondisi ultimit (balok mencapai
kegagalan struktur) dengan menganggap terjadi kompatibilitas regangan yang terjadi antara
beton dan baja tulangan.
0,85 f c'
b u = 0,003
d fs fs
As s Cs
a= 1c Cc
c
a
d
garis netral
As fs fs
s T
Masing-masing resultan gaya dalam yang terjadi pada keadaan ultimit adalah sebagai berikut:
a. gaya tekan pada beton
C c 0 ,85 f c' ab
b. gaya tekan pada tulangan tekan
C s As' f s'
c. gaya tarik pada tulangan tarik
T As f s
pada desain balok maupun kolom maka tegangan baja diidealisasikan dengan diagram bilinier
untuk mempermudah perhitungan sebagai berikut:
fs fs
fy fy
y s y s
Dengan adanya idealisasi di atas maka bila regangan baja (baik tulangan tarik maupun tekan)
sudah mencapai leleh yaitu s y maka tegangan baja menjadi fs = fy, sehingga resultan
gaya pada tulangan harus diubah menjadi:
a. gaya tekan pada tulangan tekan bila telah leleh
C s As' f y
Dengan adanya kondisi leleh dan tidak leleh dari tulangan tekan maupun tulangan tarik maka
ada 4 kemungkinan terjadinya kondisi ultimit pada balok dengan tulangan ganda yaitu:
1. tulangan tarik dan tekan sudah leleh
2. tulangan tarik leleh sedangkan tulangan tekan belum
3. tulangan tarik dan tulangan tekan belum leleh
4. tulangan tarik belum leleh sedangkan tulangan tekan sudah leleh
Keadaan di atas yang paling sering terjadi adalah keadaan 1 dan 2 sedangkan keadaan 3
jarang terjadi dan keadaan 4 hampir tidak pernah terjadi.
Untuk berbagai kondisi dari equilibrium gaya statis maka dapat disusun (lihat gambar) :
Cc + Cs = T
Untuk perhitungan analisa balok tulangan ganda harus melalui kondisi 1 dulu, baru setelah
dicek kelelehan ternyata terjadi kondisi yang lain maka harus beralih ke kondisi yang lain itu.
Cara pengecekan kelelehan dilakukan sebagai berikut:
a. untuk regangan tulangan tekan
c d' a 1 d '
's 0 ,003 0 ,003
c a
b. untuk regangan tulangan tarik
d c d a
s 0,003 0,003 1
c a
tegangan pada tulangan dihitung dengan:
a. untuk tegangan tulangan tekan
f s' 's E s bila 's y belum leleh
www.ilmutekniksipil.com
Cara perhitungan kapasitas momen/lentur balok dari berbagai kondisi adalah sebagai berikut:
KONDISI 1
Tulangan tarik dan tulangan tekan sudah leleh, sehingga equlibrium gaya statis menjadi:
0 ,85 f c' ab As' f y As f y
a
A s As' f y
'
0 ,85 f b
c
KONDISI 2
Tulangan tarik sudah leleh sedangkan tulangan tekan belum leleh, sehingga equlibrium gaya
statis menjadi:
0 ,85 f c' ab As' f s' As f y
a 1 d'
0,85 f c' ab As' 0,003 E s As f y
a
karena Es = 2.105 MPa maka
www.ilmutekniksipil.com
a 1 d'
0,85 f c' ab As' 600 As f y
a
kedua suku dikalikan dengan a maka
0 ,85 f c' a 2 b As' 600a 1 d' As f y a
maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan memakai rumus plusnya saja:
B B 2 4 AC
a
2A
dengan :
A = 0,85 f c' b
B = As' 600 As f y
KONDISI 3
Tulangan tarik belum leleh dan tulangan tekan juga belum leleh, sehingga equlibrium gaya
statis menjadi:
0 ,85 f c' ab As' f s' As f s
sehingga tinggi blok tekan dihitung dengan:
0 ,85 f c' ab As' f s' As f s
a 1 d' d a
0,85 f c' ab As' 0,003 E s As 0,003 1 Es
a a
karena Es = 2.105 MPa maka
a 1 d' d a
0,85 f c' ab As' 600 As 600 1
a a
www.ilmutekniksipil.com
maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan memakai rumus plusnya saja:
B B 2 4 AC
a
2A
dengan :
A = 0,85 f c' b
C =
6001 As' d' As d
Bila asumsi kondisi 3 benar maka bisa dilanjutkan dengan perhitungan berikut ini:
M n 0 ,85 f c' abd 1 2 a As' f s' d d '
Bila asumsi salah maka harus dilakukan asumsi ulang untuk kondisi 4 yang merupakan
kondisi terakhir (untuk masuk ke kondisi 4 hal ini jarang terjadi)
KONDISI 4
Tulangan tarik belum leleh sedangkan tulangan tekan sudah leleh, sehingga equlibrium gaya
statis menjadi:
0 ,85 f c' ab As' f y As f s
1 d a
0,85 f c' ab As' f y As 0,003 Es
a
karena Es = 2.105 MPa maka
1 d a
0,85 f c' ab As' f y As 600
a
kedua suku dikalikan dengan a maka
0 ,85 f c' a 2 b As' f y a As 6001 d a
0 ,85 f c' ba 2 As' f y As 600 a As 6001 d 0
maka nilai a dapat dihitung dengan rumus ABC dengan memakai rumus plusnya saja:
B B 2 4 AC
a
2A
dengan :
A = 0,85 f c' b
B = As' f y As 600
C =
6001 As' d' As d
Bila asumsi kondisi 4 benar maka bisa dilanjutkan dengan perhitungan berikut ini:
M n 0 ,85 f c' abd 1 2 a As' f y d d '
Bila asumsi salah maka kemungkinan besar ada kesalahan perhitungan pada kondisi-kondisi
yang ditinjau.
Bila sudah didapat momen kapasitas sesuai dengan kondisi yang ada maka dapat dihitung
momen tahanan/momen resistan:
M R M n
As max
a max
0 ,85 f c' b
Bila Mmax > Mu maka balok bisa didesain sebagai balok tulangan tunggal seperti yang sudah
diterangkan di atas.
www.ilmutekniksipil.com
Bila Mmax < Mu maka desain balok harus menggunakan perhitungan desain balok tulangan
ganda.
Untuk desain tulangan ganda maka ada batasan untuk tulangan yaitu:
Tulangan maksimum:
0 ,85 f c' 1 600 f'
max 0 ,75 ' s
fy 600 f y f y
bila tulangan tekan sudah leleh maka f s' harus diganti dengan fy
tulangan minimum:
1,4
min
fy
Ada banyak sekali metode untuk perhitungan desain balok tulangan ganda, berikut ini
beberapa cara yang dapat dipakai:
CARA 1:
Selisih tulangan tarik dan tekan disamakan dengan 0,5 b dari balok tulangan tunggal.
Prosedur yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. hitung selisih rasio tulangan tarik dan tekan dengan menyamakan 0,5 b
0 ,85 f c' 1 600
' 0 ,5
fy 600 f y
As As' ' bd
2. hitung tinggi blok tekan beton dengan menganggap tulangan tekan sudah leleh
As As'
a
0,85 f c' b
3. hitung luas tulangan tekan
M u 0,8 As As' f y d a
2
A f d d'
'
s y
c d'
's 0,003
c
f s 's E s
CARA 2:
Minimum compression steel adalah cara perhitungan yang menghasilkan tulangan tekan
minimum yang disyaratkan.
1. menyamakan syarat maksimum tulangan tarik dengan rasio tulangan tarik
0 ,85 f c' 1 600
0 ,75 '
fy 600 f y
I
Pada rumus di atas tulangan tekan dianggap leleh
2. kalikan dengan bd
As = Ibd + 0,75 As'
3. subsitusikan ke formula berikut:
a
A s As' f y
Ibd 0,75 A '
s
As' f y
' '
0 ,85 f b c 0 ,85 f b
c
M u 0,8 As As' f y d a 2
A f d d'
'
s y
Semua variabel di atas sudah diketahui kecuali As' sehingga As' bisa dihitung.
CARA 3:
Pada peraturan disebutkan bahwa jumlah tulangan tekan paling tidak setengah dari jumlah
tulangan tarik. Prosedur yang dipakai sehingga tulangan tekan sedemikian hingga menjadi
setengah dari jumlah tulangan tarik adalah dengan formula yang dihitung dengan
www.ilmutekniksipil.com
menggunakan rumus ABC untuk menghitung rasio tulangan dengan parameter sebagai
berikut:
B B 2 4 AC
2A
dengan :
2
bd 2 f y
A =
4.0 ,85 f c'
B = bdf y d' 2d
Mu
C =
0,4
Rumus di atas dengan asumsi semua tulangan dalam keadaan leleh, sehingga harus dicek
daktilitas balok.
www.ilmutekniksipil.com
hf
As
bw
www.ilmutekniksipil.com
Plat adalah struktur datar dengan perbandingan tebal jauh lebih kecil dibandingkan
dengan bentangnya.
Pada dasarnya teori plat adalah sulit dan tidak mudah untuk menghitungnya. Sehingga
perhitungan plat biasanya menggunakan program SAP. Sedangkan untuk plat persegi panjang
dengan beban merata dantidak ada beban titik dan garis (plat sederhana) dapat dihitung
dengan tabel yang tersedia.
www.ilmutekniksipil.com
L
(a) Balok dengan beban merata
lentur ditahan dengan tulangan lentur atau tulangan longitudinal atau memanjang karena
letak retak yang terletak vertikal ke atas. Sedangkan retak akibat geser ditahan oleh
tulangan geser.
Retak
lentur
Retak geser
Gbr. Retak pada Balok
b. Perencanaan penulangan geser menurut SNI
Tulangan untuk menahan gaya geser biasa dinamakan tulangan geser atau tulangan
sengkang atau tulangan stirrup. Tulangan geser diperlukan untuk menahan gaya tarik
arah tegak lurus dari retak yang diakibatkan oleh gaya geser. Ada berbagai macam cara
untuk pemasangan tulangan geser yaitu :
1. Tulangan geser vertikal
2. Tulangan geser miring/diagonal
3. Tulangan geser spiral
4. Tulangan lentur yang dibengkokkan
Retak geser terletak secara diagonal pada badan balok sehingga perletakan tulangan
geser yang paling efektif adalah tulangan geser miring/diagonal tegak lurus arah retak,
sehingga tulangan hanya menahan gaya tarik saja dari gaya retak tersebut, tetapi tentunya
dengan cara ini akan memakan biaya yang besar dan pemasangan yang lebih sulit.
www.ilmutekniksipil.com
Tulangan lentur
Tulangan geser
s
s = jarak antar tulangan
Demikian juga dengan tulangan geser spiral meskipun efektif dalam menahan gaya
geser tapi sulit pemasangan pemasangannya dan sekaligus lebih mahal. Dalam hal ini
yang paling disukai dan paling banyak dipakai dalam perencanaan struktur adalah
tulangan geser vertikal.
Pada perencanan tulangan geser dengan desain ultimit bahan maka gaya geser yang
terjadi akan ditahan oleh dua bahan/material yaitu beton dan baja dengan cara dihitung
dulu kekuatan atau kapasitas beton dalam menahan gaya geser yang terjadi kemudian
sisanya akan dilimpahkan ke baja.
c. Prosedur perhitungan tulangan geser
1. Menghitung gaya geser terfaktor Vu pada sepanjang bentang. Besar Vu adalah sebagai
berikut (bila tidak ada beban gempa):
Vu = 1,2 VD + 1,6 VL
dengan:
VD = gaya geser akibat beban mati
VL = gaya geser akibat beban hidup
www.ilmutekniksipil.com
Dan dari tumpuan ke jarak d dari diagram geser di atas dapat diabaikan karena sejauh
d dari tumpuan gaya geser yang terjadi tidak efektif mengakibatkan kerusakan pada
struktur (khususnya balok).
2. Menghitung kekuatan beton menahan geser Vc. Harga Vc berrdasar jenis struktur,
yaitu sebagai berikut:
a. Untuk kombinasi gaya geser dan lentur (contoh: balok)
1 V d
Vc = f c' 120 w u bwd
7 Mu
dengan:
Vc = kemampuan beton menahan geser (N)
f c' = kuat tekan beton (MPa)
1 Vd
Vc = f c' 120 w u bwd
7 Mm
dengan:
Mm = Mu Nu(4h d)
Atau dengan persamaan:
Nu f'
Vc = 1 c b d
14 A 6 w
g
dengan:
Nu = beban aksial terfaktor (N)
Ag = luas bruto penampang (mm2)
Kedua persamaan di atas tidak perlu lebih besar dari:
1
Vc = f c' bwd
6
Jadi dipilih yang terkecil antara persamaan di atas.
c. Untuk kombinasi geser dan aksial tarik (contoh: kolom tarik)
1 N '
f c bwd
Vc = 1 0,3 u
6 Ag
Dalam perencanaan/desain ultimit maka kekuatan beton dalam menahan gaya
geser ini harus dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan untuk gaya geser sebesar
0,6.
3. Mengecek syarat penampang struktur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bila Vu<0,5 Vc tidak memerlukan sengkang
b. Bila 0,5 Vc<Vu< Vc gunakan tulangan minimum
4. Menghitung sisa gaya geser dari gaya geser kapasitas beton yang harus ditahan oleh
tulangan geser Vs. Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.4.9
Vu Vn
Vn = Vc+Vs
www.ilmutekniksipil.com
Vu Vc+Vs
maka Vs = (Vu /) Vc
5. Menghitung tulangan geser yang diperlukan
Tentukan luas tulangan geser Av dengan luas tulangan yang biasa dipakai di
lapangan mis: 10, 6, D10 atau D16.
Ket : = untuk tulangan polos
D = untuk tulangan deformed
Menghitung jarak/spasi tulangan geser s
Av f y d
s=
Vs
dengan:
fy = tegangan leleh baja tulangan geser (MPa)
c. (Vu Vc)<0,67bwd f c,
200 0,6.83,85<0,67.250.450 20
149,69<337,087 bisa dilanjutkan ke perhitungan Vs
Memakai D10 dengan luas :1/4D2 = 1/4102=78,5 mm2 karena yang dipakai untuk
menahan gaya geser sebanyak dua kaki maka luas total Av: 2 x 78,5 = 157 mm2
Vs = Vu/ - Vc = 200/0,6 83,85 = 249,48 kN
Menghitung jarak/spasi tulangan:
Av f y d
s =
Vs
157.240.450
= = 113,3 mm
249,48.10 3
Menghitung jarak maksimum yang diperbolehkan:
s maks adalah nilai terkecil dari 0,5d = 0,5.450 = 225 mmdan 600 mm dipilih
225 mm
dipakai jarak tulangan 100 mm D10 100
Contoh 2.
Suatu bentang balok dengan perletakan sederhana panjang 8 m. Dibebani dengan beban
hidup terbagi rata sebesar 5 kN/m dan beban mati terbagi merata 30 kN/m. Dimensi balok
b = 250 mm dan d = 450 mm. Kekuatan bahan fy = 240 MPa dan fc = 20 MPa. Tentukan
tulangan geser yang diperlukan!
Penyelesaikan
Menghitung beban ultimit
wu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2.30+1,6.5 = 44 kN/m
menghitung gaya geser ultimit
Vu = wu L
= .44.8 = 176 kN
www.ilmutekniksipil.com
gambar diagram gaya geser Vu , karena diagram ini simetris maka analisa hanya
wu = 44 kN/m
450
800
d = 450 mm 0
Vu = 176 kN
250
Vu = 164,2 kN
Vu = 50,31 kN
Vu = 25,16 kN
x1 = 2843,4
x2 = 3421,6
c. (Vu Vc)<0,67bwd f c,
154,3 0,6.83,85<0,67.250.450 20
103,99<337087.24 bisa dilanjutkan ke perhitungan Vs
Perhitungan Vs untuk segmen 1:
Vs = (Vu /) Vc
= (154,3/0,6) 83,85 = 173,3 kN = 173,3.103 N
Menghitung tulangan yang diperlukan segmen 1:
Dicoba memakai 10 dengan luas :1/4D2 = 1/4102=78,5 mm2 karena yang dipakai
untuk menahan gaya geser sebanyak dua kaki maka luas total Av: 2 x 78,5 = 157 mm2
Menghitung jarak/spasi tulangan:
Av f y d
s =
Vs
157.240.450
= = 97,8 mm
173,3.10 3
dipakai jarak tulangan 75 mm 10 75
Perhitungan segmen 2:
Dengan perbandingan geometri maka dicari:
x2 = (174 - 25,16)/174 x 4000 = 3421,6 mm
x1 = (174 - 50,31)/174 x 4000 = 2843,4 mm
Daerah antara x1 dan x2 dipasang tulangan minimum:
3 Av f y
smin =
bw
3.157.240
= = 452,16 mm
250
dipakai jarak tulangan 200 mm 10 200
Sedangkan daerah > x2 secara teoritis tidak memerlukan tulangan geser, tapi biasanya
dipasang tulangan minimum juga, sehingga masuk segmen 2.
Vu
Nuc
h d
Tulangan
pokok As
Tulangan pokok
Ah
Tulangan h d
pembentuk
www.ilmutekniksipil.com
dengan:
Avf = luas tulangan geser friksi (mm2)
= koefisien friksi bahan
- untuk kolom monolit = 1,4
- untuk kolom nonmonolit = 1
4. Menentukan luas tulangan lentur Af dan An :
Mu V a N uc h d
Af = = u
f y 0 ,85 d f y 0,85 d
N uc
An =
f
y
www.ilmutekniksipil.com
dengan = 0,65
Bila tidak ada ketentuan tentang besar Nuc maka digunakan Nuc minimum yaitu :
Nuc minimum = 0,2 Vu
5. Menentukan tulangan pokok As:
As = 2/3Avf + An atau
As = Af + An atau
f c'
As minimum = 0,04 bd
fy
333,3.10 3
= = 595,2 mm2
400.1,4
www.ilmutekniksipil.com
40.10 3
= = 153,8 mm2
0,65.400
5. Menentukan tulangan pokok As:
As = 2/3Avf + An
= 2/3. 595,2 + 153,8 = 550,6 mm2 atau
As = Af + An
= 384,6 + 153,8 = 538.4 mm2 atau
f c'
As min = 0,04 bd
fy
V. PENULANGAN TORSI
a. Torsi pada balok
Gaya torsi lebih sering terjadi pada balok daripada komponen struktur yang lain.
Gaya torsi ialah gaya puntir yang bekerja pada sumbu memanjang balok. Gaya torsi bisa
terjadi pada balok induk yang menerima beban dari balok anak atau bisa juga terjadi pada
balok melengkung yang mempunyai eksentrisitas terhadap tumpuannya. Gaya torsi yang
terjadi bisa berupa torsi keseimbangan yang merupakan torsi dari struktur statis tertentu
dan berupa torsi keserasian yang merupakan torsi dari struktur statis tak tentu.
jepit
dengan:
bw d
Ct = 2
x y
Apabila terdapat gaya tarik aksial maka nilai Tc dikalikan dengan :
1 0,3 N u
Ag
dengan nilai Nu negatif
At T
s
s t x1 y1 f y
dengan:
Vs = Vn Vc
www.ilmutekniksipil.com
1
f ' b d
6 c w
V
c 2
T
1 2,5 C u
t V
u
nilai Vn > Vu/
Menghitung tulangan sengkang untuk geser dan torsi.
Avt 2 At Av
s s s
dengan spasi tidak melebihi:
s maks = (x1+y1)
dan tidak lebih kecil dari:
3 Avt f y
s min =
bw
Properti balok dengan fc = 35 MPa dan fy = 400 MPa. Tentukan tulangan torsi yang
diperlukan!
Penyelesaian
1. Torsi berupa torsi keseimbangan. Tn = Tu/ = 40/0,6 = 66,7 kNm
2. Torsi dianggap seragam sepanjang bentang, sehingga Tu = 40 kNm.
Syarat penampang:
1
35 350 2 .600
=
15 = 28467179,6Nmm = 28,5 kNm
2
0,4.50.10 3
1
6
0,0026.40.10
4. Tu < Tc = 0,6.28,5 = 17,1 kNm tulangan torsi harus dihitung
Untuk torsi keseimbangan
Ts = Tn Tc
= 66,7 28,5 = 38,2 kNm
5. Syarat penampang:
Tn > Tu/
66,7 > 40/0,6 = 66,7 OK
Ts > 4Tc
38,2 < 4.28,5 = 114 penampang OK
www.ilmutekniksipil.com
1 y
t = 2 1 = 1,3 < 1,5
3 x1
At Ts
s t x1 y 1 f y
38,2.10 6
= = 0,56 mm2/mm jarak/kaki
1,3.258.508.400
7. Menghitung spasi tulangan geser s :
Luas tulangan Av = ..122.2 = 226 mm2
1
f c' bw d
V 6
c 2
T
1 2,5 C t u
Vu
1
35 350.550
= 6 = 76228,6 N = 76,2 kN
2
40.10 6
1 2,5.0,0026
50.10 3
Vs = Vn Vc
= 50/0,6 76,2 = 7,1 kN
Av V
s
s f yd
7 ,1.10 3
= = 0,032 mm2/mm jarak/dua kaki
400.550
Menghitung sengkang untuk geser dan torsi:
Avt 2 At Av
s s s
= 2. 0,56 + 0,032 = 1,152 mm2/ mm jarak/ dua kaki
www.ilmutekniksipil.com
maka
s = 226/1,152 = 196,2 mm
spasi maksimum:
s maks = (x1+y1)
= (258+508) = 191,5 mm
spasi minimum:
3 Avt f y
s min =
bw
3.226.400
= = 774,8 mm dipakai tulangan D12 150
350
2 ,8.350.150 40.10 6 258 508
= 2.0 ,56.150
400 50.10
3
6
40.10 150
3.0 ,0026
= 759,6 mm2
digunakan Al = 857,9 mm2 dengan tulangan 6D14 = 924 mm2 disebar di bawah
balok 2 buah, atas 2 buah dan samping kanan kiri 2 buah.
www.ilmutekniksipil.com
Tulangan tekan pada kolom beton yang dibebani eksentris pada tingkat beban ultimit
umumnya akan mencapai tegangan leleh, kecuali jika beban tersebut kecil, atau
menggunakan baja mutu tinggi atau dimensi kolomnya relatif kecil. Sehingga umumnya
diasumsikan bahwa baja tulangan tekan sudah leleh, kemudian baru regangan diperiksa
apakah memenuhi ketentuan ini.
Desain maupun analisa pada kolom ditempuh dengan cara membuat suatu diagram
interaksi antara momen pada ordinat dan gaya aksial pada aksis. Diagram interaksi
menggambarkan interaksi antara momen dan aksial dalam berbagai variasi sehingga
membentuk suatu grafik. Ada tiga titik utama pada diagram interaksi yaitu
www.ilmutekniksipil.com
a. gaya aksial saja : harga momen nol dan harga aksial maksimum
b. keadaan seimbang : kehancuran pada beton dan baja terjadi secara
bersamaan
c. lentur murni : harga aksial nol
Pada perencanaan, setelah mendapatkan momen dan gaya aksial pada kolom dari
mekanika struktur maka kita mencoba-coba dimensi kolom dan tulangan kemudian dari
dimensi kolom tersebut dibuat diagram interaksinya. Dan kita plotkan momen dan gaya
aksial dari hitungan mekanika struktur tersebut. Bila berada di luar diagram maka kolom
tidak mampu dan harus dicari dimensi lain, dan bila berada di dalam kolom dekat dengan
diagram maka kolom mampu, tapi bila masuk namun terlalu jauh dari diagram maka
kolom terlalu besar/boros. Titik pada diagram interaksi dapat ditambah satu lagi yaitu
pembebanan tarik bila terjadi aksial tarik pada kolom.
Prosedur pembuatan diagram interaksi:
Sebelum membuat diagram interaksi maka harus diketahui faktor reduksi kekuatan
kolom, yaitu :
a. untuk P dan M direduksi dengan :
- untuk tulangan geser sengkang (ties) = 0,65
- untuk tulangan geser spiral (spiral) = 0,7
b. untuk tekan murni Po harus direduksi dengan
- untuk tulangan geser sengkang (ties) = 0,8
- untuk tulangan geser spiral (spiral) = 0,85
c. dan untuk P kurang dari 0,10 fc Ag atau Pb (diambil nilai terkecil) maka =
0,8
www.ilmutekniksipil.com
Pada pembuatan diagram interaksi maka momen dianggap terjadi dari beban aksial
yang bekerja dengan eksentrisitas. Sehingga bisa ditulis sebagai berikut:
Mu = Pu.e
Pembuatan diagram dapat dengan mengabaikan luasan beton yang ditempati tulangan
tekan bila tidak mendekati 8 %.
Satu per satu titik pada diagram interaksi dapat dihitung sebagai berikut:
a. tekan murni
dengan mengabaikan luasan tulangan tekan maka pada keadaan tidak ada momen
maka nilai Po akan maksimum dan di penampang hanya terjadi tegangan tekan maka
tulangan di kedua sisi pada keadaan tekan semua sehingga :
Po = 0,85 fcbh + Ast fy
Po = [0,85 fc bh + Ast fy]
Po = [0,85 fc bh + Ast fy]
bila luasan tulangan tekan tidak diabaikan maka:
Po = 0,85 fc(Ag Ast) + Ast fy
Po = [0,85 fc(Ag Ast) + Ast fy]
Po = [0,85 fc (Ag Ast) + Ast fy]
b. keruntuhan imbang
www.ilmutekniksipil.com
tulangan tarik telah leleh, fs = fy asumsikan bahwa tulangan tekan juga leleh maka
tinggi diagram tekan beton:
0,003 E s
ab = 1d
0,003 E s f y
s = 0,003
c d'
c
y = f y / Es
bila s > y maka tulangan tekan sudah leleh. Jika tulangan tekan tidak leleh s <
y maka fy pada tulangan tekan untuk mencari Pb, ddan Mb diganti dengan :
fs = s Es
c. lentur murni
www.ilmutekniksipil.com
Dalam keadaan ini mungkin baja tulangan tekan belum meleleh fs < fy maka fs
ditentukan oleh:
a 1 d'
fs = 0,003.2.105
a
a 1 d'
fs = 600
a
bila mengabaikan tulangan tekan maka nilai Pu :
Pu = 0,85 fcab + Asfs Asfy
nilai Pu nol karena dalam keadaan lentur murni maka
a 1 d'
0 = 0,85 fcab + As 600 As fy
a
bila tulangan tekan tidak diabaikan maka nilai Pu :
Pu = 0,85 fcab + As (fs 0,85 fc) Asfy
nilai Pu nol karena dalam keadaan lentur murni maka
a 1 d'
0 = 0,85 fcab + As (600 0,85 fc) As fy
a
Setelah nilai-nilai yang diketahui dimasukkan maka formula di atas akan menjadi
suatu persamaan kwadrat dengan bilangan tidak diketahui a , dan dengan rumus ABC
maka a dapat dicari, sehingga dapat dihitung nilai fs. Setelah itu dapat dicari Mo
dengan mengabaikan tulangan tekan:
Mo = 0,85fcab(d d a) + Asfs(d d d) + As fy d
Setelah itu dapat dicari Mo tanpa mengabaikan tulangan tekan:
Mo = 0,85fcab(d d a) + As ( fs 0,85 fc) (d d d) + As fy d
d. pembebanan tarik
dalam hal ini Mu = 0 dan dengan mengabaikan kekutan tarik dari beton maka:
Pt = As total fy
titik-titik yang berada di antara titik-titik utama di atas dapat dicari dengan
menganalisa regangan yaitu dengan memvariasi nilai c maka:
d c
s = 0,003
c
bila s > y = fy/Es maka s = y
c d'
s = 0,003
c
bila s > y = fy/Es maka s = y
gaya pada tulangan tarik dan tekan dan
fs = s Es
fs = s Es
besar gaya aksial bila luasan tulangan tekan diabaikan:
Pu = 0,85 fc1 cb + Asfs Asfs
dan besar momen bila luasan tulangan tekan diabaikan:
Mu = Pu (d d 1 c )+ Asfs (d d) + As fs d
besar gaya aksial bila luasan tulangan tekan tidak diabaikan:
Pu = 0,85 fc1 cb + As (fs 0,85 fc) Asfs
dan besar momen bila luasan tulangan tekan tidak diabaikan:
Mu = Pu (d d 1 c )+ As (fs 0,85 fc) (d d) + As fs d
CONTOH SOAL:
Sebuah penampang kolom segiempat yang berukuran:
- dimensi = 300 x 400 mm
- As dan As = 804 mm2.
- d = 60 mm
- fy = 390 MPa
- fc = 16,6 MPa
- E = 2.105 Mpa
www.ilmutekniksipil.com
Abaikan luasan tulangan tekan yang menempati beton maka diagram interaksinya pada
keadaan:
(a) Tekan murni
Dengan mengabaikan luas beton yang ditempati oleh baja tulangan, diperoleh:
Pu = 0,85 X 16,6 x 300 x 400+ 1608 x 390 = 2320 kN.
Po =0,65 x 2320 = 1508 kN
Po = 0,65 x 0,8 x 2320 = 1260,4 kN
Ini diplot sebagai titik A.
(b) Keruntuhan imbang
0,003 2.10 5
ab = 0,85 340 = 175 mm
0,003 2.10 5 390
cb = ab/0,85 = 206 mm
aksial pada baja tulangan saling meniadakan.
Pb = 0,85 x 16,6 x 175 x 300 = 740,775 kN.
Pb = 0,65 x 740,775 = 481,5 kN
Letak sentriod berada di tengah-tengah penampang karena kedua luas baja tulangan
sama, d" = 140 mm.
Eksentrisitas gaya, eb = d d" ab = 112 mm
Sehingga,
Mb = 0,85x16,6x175x300x 112+804 x 390(340 - 60 - 140) +804x390x140
= 170,76 kNm.
Mb = 0,65 x 170,76 = 110,99 kNm
www.ilmutekniksipil.com
Titik balik :
- Pb = 481,5 kN
- 0,1fcAg = 0,1 x 16,6 x (400 x 300) = 199,2 kN lebih kecil
tegangan pada baja tulangan tekan, diperoleh:
206 60
s = 0,003 = 0,00212
206
y = 390 / 2.105 = 0,00195
Karena s > y baja tulangan tekan sudah meleleh sesuai asumsi.
Ini diplot sebagai titik B.
(c) Lentur murni
a 0 ,85 60
0 = 0,85 x 16,6 x 300 a + 804 x 600 804 x 390
a
a2 + 40a - 5812 = 0; jadi a = 59 mm.
maka,
59 51
fs = 600 = 81 MPa
59
Dengan mensubstitusi fs ini, diperolehi:
Mo = [0,85 x 16,6 x 59 x 300 x (200 - 0,5 x 59)]
+ [804 x 81 x 140] + [804 x 390 x 140]
= 95,597 kNm.
Mo = 0,8 x 95,597 = 76,478 kNm
Ini diplot sebagai titik C.
(d) Pembebanan tarik
Jika beban yang bekerja adalah beban tarik langsung, kekuatan kolom tersebut dengan
Pt = - Astfy = 1608 x 390 = - 627,12 kN.
Pt = 0,8 x 627,12 = 407,628 kN
Ini diplot sebagai titik D.
(e) untuk titik-titik lain
- keruntuhan tarik
www.ilmutekniksipil.com
Keruntuhan ini akan terjadi bila Pu < Pb, atau a < ab. Jika a = 0,85 ab = 149 mm
maka c = 149/1 = 175, tegangan-tegangan pada baja tulangan dapat diperiksa :
340 175
s = 0,003 = 0,00282 > y= 0,00195
175
dan
175 60
s= 0,003 = 0,00197 > y= 0,00195
175
Pu = 0.85 x 16,6 x 20 x 300 x 149 N = 630,717 kN
Pu = 0,65 x 630,717 = 409,966 kN
dan
Mu = 630,717(200 - 0,5 x 149) +2 x 804 x390 x 140 = 166,951 kNm.
Mu = 0,65 x 166,951 = 108,518 kNm
Ini diplot sebagai titik E.
- keruntuhan tekan
Keruntuhan tekan terjadi bila Pu > Pb atau a > ab. Jika a = 1,15ab = 201 mm, maka
c = 201/1 = 236, tegangan-tegangan pada baja tulangan dapat diperiksa :
340 236
s = 0,003 = 0,001315 < y= 0,00195
236
tulangan tarik belum leleh maka:
fs = 0, 001315 x 2.105 = 263 MPa
dan
236 60
s = 0,003 = 0,00223 > y= 0,00195
236
dan gaya aksial:
Pu = 0,85 x 16,6 x 201 x 300+804x390-804 x 263 N = 952,941 kN.
Pu = 0,65 x 952,941 = 619,412 kN
dan
Mu = (0,85 X 16,6 x 201 x 300(200 - 0,5 X 201)]
+ [804 X 390(280 - 140)] +[804 X 263 X 140]
= 158,159 kNm
Mu = 0,65 x 158,159 = 102,803 kNm
Ini diplot sebagai titik F.
www.ilmutekniksipil.com
Dalam pembuatan diagram interaksi secara manual maka dibuat suatu tabel untuk
mempermudah perhitungan.
Secara skematis bentuk tabel adalah sebagai berikut:
c Nilai c
si c d i
turun/naik
si = 0,003 secara
c
bertahap
sn
Csi Csi = Asi fsi
dengan
Csn fsi = siEs bila si<y
fsi = fy bila si>y
Csi
www.ilmutekniksipil.com
DESAIN LANGSUNG
Selain menggunakan diagram interaksi, perencanaan kolom juga dapat dilakukan
dengan menghitung langsung nilai salah satu titik ulitimit pada suatu titik tertentu
disesuaikan dengan beban luar yang ada. Cara ini lebih praktis karena bisa langsung
mengetahui apakah kolom mampu menahan beban atau tidak. Meskipun begitu cara ini
hanya dapat dilakukan untuk kolom dengan dengan tulangan dua sisi.
dengan:
lu = panjang unsuported/tanpa penopang dari kolom
M1b = momen rencana terkecil untuk struktur dengan penopang atau penahan
( braced )
M2b = momen rencana untuk struktur dengan penopang atau penahan (
braced ) angka 2 menunjukkan momen diambil yang terbesar dari
kedua ujung kolom.
r = radius girasi penampang = I A ; dan untuk penampang persegi
Pu dan Pc adalah jumlah beban rencana aksial dan jumlah beban tekuk Euler
untuk satu lantai.
Cm adalah faktor koreksi yang ditentukan oleh:
M
Cm = 0,6 + 0,4 1 b 0,4
M 2b
sedang untuk kolom dengan beban transversal Cm diambil sebesar 1.
dengan Pu adalah beban rencana aksial terfaktor, Pc adalah beban tekuk Euler
ditentukan dengan rumus:
EI
Pc =
kl 2
u
Untuk kolom dengan tulangan sedikit ( 3%) dapat dihitung secara konservatif
:
Ec I g
EI =
2,51 d
dengan:
Es = 2.105
Ig = momen inersia bruto dengan mengabaikan As
Ise = momen inersia baja terhadap sumbu pusat penampang
www.ilmutekniksipil.com
PENDAHULUAN
mendapatkan gaya-gaya dalam. Ketelitian analisa pembebanan pada portal akan sangat
diperlukan untuk memperoleh hasil yang baik. Beban yang biasa dihitung untuk gedung
adalah beban mati, beban hidup dan beban gempa, meskipun ada beban-beban lain yaitu
beban angin, tekanan tanah, rangkak, susut, differential settlement dan perubahan suhu
biasanya tidak dihitung, dan dihitung ketika menganalisa bagian-bagian struktur tertentu
misalnya: dinding basement, tie beam, pile cap dan sebagainya. Agar supaya struktur
memenuhi syarat kekuatan dan laik pakai maka dipakai faktor beban dengan kombinasi
a. U = 1,2D + 1,6L
b. U = 1,05(D + LR E)
c. U = 0,9(D E)
Tanda menunjukkan arah gempa yang bolak-balik, sehingga total ada 5 kombinasi
beban.
ANALISA BEBAN
VIII. FONDASI
Jenis fondasi beton yaitu:
- fondasi telapak
- fondasi tiang (pile/borepile)
- abutment
sedangkan elemen pelengkap fondasi yang melengkapi fondasi antara lain:
- pile cap
- tie beam
IX. TANGGA
- tangga plat
- tangga balok
PENDAHULUAN
Desain gedung tahan gempa diatur SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14. Gedung dapat
bertahan dari beban gempa yang bekerja bolak-balik bila dapat beriperilaku daktail yaitu
terjadi lendutan plastis/pada keadaan leleh tapi tidak langsung runtuh dan terjadi selang
yang cukup sampai terjadi runtuh. Dengan keadaan ini terjadi peredaman beban gempa.
Hal ini berlawanan pada gedung berperilaku elastis karena beban gempa akan direspon
seluruhnya menjadi lendutan dan gaya dalam yang besar. Kemampuan suatu gedung
untuk berperilaku daktail disebut tingkat daktilitas (). Dan dapat didefinisikan sebagai
rasio simpangan maksimum dengan simpangan pada waktu leleh(plastis) awal, dan dalam
perencanaa dibagi menjadi:
a. Tingkat daktilitas 1:
Struktur berperilaku elastis = 1 dengan faktor K = 4/ = 4, dan merupakan
tingkat daktilitas terendah sehingga tidak memerlukan penulangan khusus.
b. Tingkat daktilitas 2:
Struktur berperilaku inelastis = 2 dengan faktor K = 4/ = 2, dan disebut
tingkat daktilitas terbatas sehingga memerlukan detail khusus.
c. Tingkat daktilitas 3:
Struktur berperilaku inelastis = 4 dengan faktor K = 4/ = 1 dan mampu
menjamin terjadinya peredaman beban gempa dan bila beban gempa terlalu
besar maka akan hanya terjadi leleh (sendi plastis) pada balok tanpa terjadi
runtuh, dan disebut tingkat daktilitas maksimum sehingga memerlukan detail
khusus yang lebih ketat. Dalam hal ini berlaku prinsip kolom kuat balok lemah
(strong column weak beam) yaitu kerusakan (berupa sendi plastis) hanya terjadi
pada ujung balok bukan pada kolom sehingga gedung tetap berdiri. Prinsip
desain ini disebut Desain Kapasitas (Capacity Design)
Berdasarkan besar gempa rencana maka dapat dibedakan pada berbagai tingkat
daktilitas:
a. Tingkat daktilitas 1 : gempa rencana besar dengan faktor jenis struktur K = 4
yang merupakan faktor pengali gempa
b. Tingkat daktilitas 2 : gempa rencana sedang dengan faktor jenis struktur K = 2
PERENCANAAN DAKTILITAS 1
Untuk desain balok maupun kolom menggunakan faktor beban rencana:
U1 = 1,2 DL + 1,6 LL
U2 = 1,05( DL + LL + EL)
U3 = 0,9 DL + EL
PERENCANAAN DAKTILITAS 2
PERENCANAAN MOMEN DAN AKSIAL KOLOM
Momen rencana menggunakan rumus :
Mu,k = 1,05 (MD,k + ML,k + d KME,k)
Gaya aksial rencana menggunakan rumus:
Nu,k = 1,05 (ND,k + NL,k + d KNE,k)
4,0
Vu,k = 1,05 (VD,k + VL,k VE,k)
K
PERENCANAAN GESER BALOK
Geser rencana menggunakan rumus :
4,0
Vu,k = 1,05 (VD,k + VL,k VE,k)
K
dimana:
Mu,k,a = momen rencana komponen pada ujung atas pada bidang muka
balok
Mu,k,b = momen rencana komponen pada ujung bawah pada bidang muka
balok
hn = tinggi bersih kolom
M kap M 'kap
Vu,b = 0,7 + 1,05 Vg
ln
4,0
Vu,b = 1,05 (VD,b + VL,b VE,b)
K
dimana:
Mkap = momen nominal balok di bidang muka kolom
Mkap = momen nominal balok di bidang muka kolom di ujung yang lain
ln = bentang bersih balok
Dan gaya geser ini digunakan untuk menghitung banyaknya tulangan geser yang
diperlukan di ujung balok, dan untuk di tengah bentang hanya menggunakan beban
terfaktor saja.
DESAIN JOIN (TITIK PERTEMUAN RANGKA)
Pada waktu gempa, di dalam titik pertemuan akan terjadi gaya-gaya geser yang perlu
ditahan oleh tulangan. Tulangan ini terdiri dari tulangan horisontal dan vertikal. Sebelum
perhitungan ditentukan dulu lebar efektif beton yang dapat menahan geser (bj) yaitu
sebagai berikut:
a. Bila lebar kolom > lebar balok maka bj diambil yang terkecil dari:
- lebar kolom
- lebar balok + tinggi penampang kolom
b. Bila lebar kolom < lebar balok maka bj diambil yang terkecil dari:
- lebar balok
Dengan:
Vsh = Vjh Vch
Vjh = Cki Tka Vkol
M kap ,ki
Cki = 0,7
Z ki
M kap ,ka
Tka = 0,7
Z ka
l l
0 ,7 ki M kap ,ki ka M kap ,ka
Vkol = l ki ' l ka '
1 h h
2 k ,a k ,b
Vch = harus diambil sama dengan nol kecuali dengan keadaan sebagai berikut
a. tegangan rata-rata minimal pada penampang bruto kolom beton di atas join termasuk
tegangan prategang apabila ada melebihi nilai 0,1 fc,maka:
2 N u,k
Vch = 0,1 f c' b j hc
3 A
g
c. seluruh balok pada join dirancang sehingga penampang kritis dari sendi plastis
terletak pada jarak yang lebih kecil dari tinggi penampang balok diukur dari muka
kolom, maka:
A 's N u ,k
Vch =0,5 Vjh 1
As 0 ,4A f '
g c
Dengan:
Vsv = Vjv Vcv
hc
Vjv = Vjh
bj
Vsh N
Vcv = Asc 0,6 u,k
Vsc Ag f c'