Anda di halaman 1dari 8

Penanganan Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi

Posted by Adi Pratama on 22.29 in bedah mulut

Penanganan Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi - Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu
tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita
temukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada
dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.

Salah satu komplikasi ekstraksi gigi yang dapat terjadi adalah perdarahan pasca ekstraksi. Dalam
mengatasi perdarahan pasca ekstraksi ini, tindakan yang paling utama adalah pencegahan, tetapi
bila tetap terjadi kita harus mampu mengatasinya.

Mengingat komplikasi perdarahan pasca ekstraksi gigi dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun
faktor sistemik, maka pencegahan merupakan hal yang penting. Hal ini terutama apabila
perdarahan terjadi karena faktor sistemik seperti kelainan darah (blood dyscrasia), hipertensi,
gangguan pembekuan darah, dan apabila pasien mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi
pembekuan darah, dan lain-lain.

Bila perdarahan pasca ekstraksi terjadi karena faktor lokal, sebagai seorang dokter gigi kita harus
mampu mengatasinya dengan baik. Prinsip-prinsip penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi
karena faktor-faktor lokal adalah dengan melakukan penekanan atau penjahitan yang baik, dan
apabila diperlukan dengan pemberian obat-obatan hemostatic agent baik lokal maupun sistemik.

Pendahuluan
Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah Mulut dan merupakan
tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter gigi. Walaupun merupakan tindakan yang
biasa dilakukan, tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat terjadi
setiap saat.

Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi adalah perdarahan.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi karena
faktor lokal maupun karena faktor sistemik. Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan
penatalaksanaannya.

Penanganan Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :

trauma yang berlebihan pada jaringan lunak


mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan menghisap-hisap
kumur-kumur yang berlebihan
memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
Faktor lokal
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer
yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan
karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah.
Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade
dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya
membentuk deposisi fibrin.

Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi kadang adanya
perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.
Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan

1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.

2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga
terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung
vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting
juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat
antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan
perdarahan.

3. Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B
(penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrands disease terjadi
kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan

4. Diabetes Mellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan luka akan
berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga
terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.

5. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga
menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulan


Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT dan APTT
memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist untuk mengatur
penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik

1. Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap


Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi perdarahan
yang meliputi :

bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan


mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan hemostasis
(pembekuan darah)
pernah dirawat di RS karena perdarahan
spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab kecil
riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas, dihubungkan
dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin
Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter,misalnya von
Willebrands syndrome dan hemofilia

Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah ada riwayat
prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui bagaimana
penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi
perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan
bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai
dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan adanya penyakit
hemoragik.

Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit dapat
kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura
pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva, petechiae .

Penanganan Perdarahan Pasca Pencabutan Gigi


Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan panik. Berikan
penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar
oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan
adalah melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan
supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan,
perdarahan dapat diatasi.

Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan tampon yang
telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau
pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah
berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl /
spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.

Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi yang
mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik matras
horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan
umumnya adalah silk 3.0, vicryl 3.0, dan catgut 3.0.

perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan klem dengan
hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang atau dengan
kauterisasi.

Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan segera
hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat secara intravena atau
intra muskuler.

Kesimpulan
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi, sebelum melakukan
tindakan tersebut sebaiknya kita lakukan anamnesis serta pemeriksaan klinis yang cermat pada
pasien. Lakukan tindakan ekstraksi gigi dengan hati-hati serta hindari penggunaan alat yang
berlebihan. Komplikasi paling sering adalah perdarahan pasca ekstraksi.

Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap tenang dan mampu berpikir
jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan. Lihat kondisi pasien, cek tanda vital, dan bila
semua dalam keadaan normal, segera periksa daerah yang mengalami perdarahan. Bersihkan soket
secara cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.

Read more: http://adifkgugm.blogspot.com/2011/08/penanganan-perdarahan-pasca-


pencabutan.html#ixzz3GiWehiz6
Under Creative Commons License: Attribution

LEUKEMIA
Posted by drg. Asnul Arfani Labels: Oral Medicine

Defenisi dan epidemiologi


Leukemia adalah suatu kejadian dimana produksi sel darah putih yag berlebihan dan merupakan gangguan
pembentukan sel darah putih yang terjadi di sumsum tulang. Sel-sel tersebut tidak berkembang secara normal dan
sebagian besar merupakan sel yang masih muda atau belum matang yang tidak jelas fungsinya.

Pada pasien leukemia, terjadi pembentukan sel darah putih yang abnormal dan tidak berfungsi seperti sel darah putih
yang normal. Sel leukemia yang tedapat dalam sumsum tulang akan terus membelah dan semakin mendesak sel
normal, sehingga produksi sel darah normal akan mengalami penurunan. Sebagian besar leukemia dijumpai pada umur
50-60 tahun, tetapi pada anak-anak yang terbanyak terjadi ketika umur 2-4 tahun.

Tipe-tipe leukemia

Leukemia yang digolongkan menurut cepatnya penyakit ini berkembang dan memburuk yaitu:

Leukemia akut : Sel darah sangat tidak normal, tidak berfungsi seperti sel normal, dan jumlahnya meningkat secara
cepat. Kondisi pasien dengan leukemia jenis ini memburuk dengan cepat.

Leukemia kronik : Pada awalnya sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan orang dengan leukemia jenis ini
mungkin tidak menunjukkan gejala. Perlahan-lahan leukemia kronik memburuk dan mulai menunjukkan gejala ketika
sel leukemia bertambah banyak dan produksi sel normal berkurang.

Leukemia yang digolongkan menurut jenis sel darah putih yang terkena yaitu:

Leukemia Myeloid Kronis (Chronis Myeloid Leukemia, atau CML)

Pada jenis ini merupakan leukemia yang sering terjadi pada orang dewasa (pada kelompok umur yang lebih muda).
Gejala yang diperlihatkan biasanya disebabkan anemia atau pembesaran limpa yang mencolok, dengan nyeri serta
distensi abdomen. Dan juga perdarahan dapat terjadi karena trombositopenia.

Leukemia Limfositik Kronis (Chronic Lymphocytic Leukemia, atau CLL)

Pada jenis ini merupakan leukemia yang terjadi pada usia lebih dari 55 tahun, dan jarang sekali terjadi pada anak-anak.
Pada jenis ini ditandai dengan penimbunan secara progresif dari limfosit ganas di dalam sistem limfatik dan retikular
dengan kenaikan limfosit di dalam darah dan sumsum tulang.

Leukemia Myeloid Akut (Acute Myeloid Leukemia, atau AML)

Pada jenis ini sel darah sangat tidak normal, tidak dapat berfungsi seperti sel darah normal, dan juga jumlahnya
meningkat dengan cepat. Sel yang dominan adalah sel myeloid. Kondisi pasien dengan leukemia jenis ini memburuk
dengan cepat dan dapat mengenai anak maupun orang dewasa.

Leukemia Limfoblastik Akut (Acute Lymphoblastic Leukemia, atau ALL)


Pada jenis ini terutama mengenai anak-anak, namun dapat juga mengenai orang dewasa. Leukemia jenis ini merupakan
jenis leukemia terbanyak pada anak (sekitar 75-80% leukemia pada anak).

Leukemia jenis lainnya

Hairy Cell Leukemia, merupakan suatu jenis leukemia kronik yang jarang ditemukan.

Gambar 1. Histopatologi Acute myeloid Leukemia

Penyebab dan faktor resiko Leukemia

Penyebab leukemia masih belum dapat diketahui secara pasti hingga kini. Namun menurut hasil penelitian, orang
dengan faktor resiko tertentu lebih meningkatkan resiko timbulnya penyakit leukemia. Faktor resiko tersebut adalah :

Radiasi dosis tinggi

Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom di jepang pada masa perang dunia, menyebabkan peningkatan
insiden penyakit ini.

Pajanan terhadap zat kimia tertentu

zat kimia tersebut seperti Benzene, formaldehida, dll.

Sindrom Down

Sindrom down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan oleh kelainan kromosom dapat meningkatkan
resiko kanker.

Human T-Cell Leukemia Virus (HTLV-1)

Virus tersebut menyebabkan leukemia T-cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan
leukemia adalah retrovirus dan virus leukemia feline.
Sindroma Mielodisplastik

Sindroma mielodisplastik adalah suatu kelainan pembentukan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel
(Hiposelularitas) pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefenisikan sebagai pre-leukemia. Orang dengan kelainan ini
beresiko tinggi untuk berkembang menjadi leukemia.

Merokok

Merokok memiliki resiko juga terhadap terjadinya penyakit ini.

Gejala umum dari Leukemia

Gejala umum yang terdapat pada penderita leukemia adalah Demam atau berkeringat malam, sering mengalami infeksi,
merasa lemah atau capek, pucat, sakit kepala, mudah berdarah atau memar (misal muda memar bila terbentur ringan),
nyeri pada tulang atau sendi, pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut akibat pembesaran limpa, pembesaran
kelenjar getah bening terutama di leher dan ketiak, penurunan berat badan.

Gejala pada stadium leukemia kronik

Pada stadium ini sel leukemia dapat berfungsi hampir seperti sel normal. Mungkin tidak ada gejala yang dirasakan
selama beberapa waktu. Diagnosis pada tahap ini dapat ditentukan saat pemeriksaan medical check up rutin. Jika
muncul gejala umumnya ringan dan perlahan-lahan semakin memberat. Leukemia kronis tidak menampilkan gejala
yang spesifik (khas) tetapi gejala yang dapat juga menjadi gejala penyakit lain seperti demam tidak tinggi, letih, keringat
dingin, perut sering merasa tidak enak, dan adakalanya terdapat juga pembesaran limpa. Kadangkala juga terjadi
kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun. Biasanya gejala-gejala ringan itu berlangsung selama 3-6 bulan.
Terkadang leukemia kronis ini dapat dibilang memiliki perkembangan yang menyesatkan, hanya menunjukkan sedikit
tanda klinis dan gejala hingga penyakit cukup lanjut. Manifestasi oral pada leukemia stadium ini ditemukan mukosa
mulut yang pucat, perdarahan yang berkepanjangan setelah pencabutan gigi dan petekia pada mukosa, tampak ulserasi
superfisial pada mukosa oral.

Gejala pada stadium akut

Pada stadium ini gejala akan timbul dan memberat secara cepat dan lebih parah. Gejala leukemia akut lainnya yaitu
muntah, penurunan konsentrasi, kehilangan kendali otot, dan kejang. Sel leukemia juga dapat berkumpul di buah zakar
dan menyebabkan pembengkakan. Sering leukemia akut menyebabkan demam tinggi yang berkaitan dengan infeksi.
Ada yang diikuti dengan perdarahan dan pada yang lebih parah, sel darah putih yang belum matang itu berkelompok
membendung pembuluh darah yang menyebabkan sesak nafas dan stroke. Pada penderita stadium ini memiliki tanda-
tanda oral yang mengarahkan pada diagnosis adalah sebanyak tanda-tanda ekstraoral. Tanda-tanda oral yang paling
sering adalah limfadenopati pada daerah servikal dan submandibularis, ulserasi, pembesaran gingiva, perdarahn gigi
secara spontan, petekia, dan ekimosis. Ulserasi yang terjadi lebih luas daripada ulserasi yang terjadi pada stadium
kronis. Pembesaran gingiva pada leukemia akut dapat demikian nyata sehingga gigi hampir seluruhnya tertutup.
Pembesaran gingiva karena leukemia ditandai dengan penampilan yang mengkilap, bersifat edema dan "Boggy".
Gambar 2. Pembesaran Gingiva pada Acute Myeloid Leukemia

Diagnosis

Penyakit leukemia ini merupakan penyakit sistemik yang ditangani oleh dokter umum spesialistik, tetapi tidak menutup
kemungkinan bagi dokter gigi yang menemukan lebih dini dari penderita. Karena manifestasi oral pada penyakit ini
cukup mencolok, sehingga pada dokter gigi dapat dengan mudah dan awal mencurigai penyakit ini pada pasien.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan darah. Jika hitung sel darah menunjukkan adanya tanda-tanda
leukemia, pemeriksaan dilanjutkan dengan memeriksa sumsum tulang dengan biopsi. Pemeriksaan sumsum tulang ini
sangat berguna karena dapat diperiksa langsung pada tempat sel darah putih itu dibuat. Jika perlu akan dilakukan
pemeriksaan analisis sitogenetik untuk mengetahui apakah ada mutasi pada sel-sel tersebut yang menandai adanya
leukemia. Dari pemeriksaan darah, ditemukan kadar sel darah putih yang meningkat atau berkurang dan adanya sel
leukemia. Saat ini terdapat 2 jenis pengambilan sampel dari sumsum tulang, yaitu aspirasi sumsum tulang dan biopsi
sumsum tulang.

Terapi

Pengobatan leukemia tergantung kepada jenis leukemianya, dari hanya diobati secara simtomatik (mengurangi gejala-
gejalanya) dan juga sampai ke penggantian sumsum tulang yang meskipun agresif sering dapat menyembuhkan
beberapa jenis leukemia. Selain itu ada juga yang menggunakan obat yang diarahkan ke sel yang tumbuh secara tidak
normal tersebut.

Leukemia akut diterapi dengan menggunakan obat khemoterapi dan penggantian sumsum tulang. Untuk CLL,
adakalanya cukup dengan melakukan pengamatan selama beberapa waktu karena leukemia ini berkembang sangat
lambat. Tetapi ketika pertumbuhannya menjadi buruk, CLL diobati dengan obat khemotrapi. Untuk pasien muda,
transplantasi sumsum tulang juga dilakukan untuk menyembuhkan CML.

Pilihan terapi untuk leukemia adalah :

Kemoterapi

Kebanyakan pasien leukemia akan diberikan kemoterapi. Tujuannya adalah untuk memusnahkan sel leukemia. Regimen
kemoterapi yang digunakan tergantung dari jenis leukemianya.

Terapi biologi
Tujuan terapi ini adalah untuk meningkatkan ketahanan tubuh tehadap kanker. Terapi biologi diberikan melalui injeksi.
Untuk beberapa pasien dengan leukemia limfositik kronik, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi
monoklonal yang akan berikatan dengan sel leukemia sehingga memungkinkan sel kekebalan tubuh membunuh sel
leukemia tersebut. Untuk beberapa pasien dengan leukemia mieloid kronik, terapi biologi yang dapat digunakan adalah
interferon

Terapi Radiasi

Terapi radiasi (radioterapi) menggunakan sinar X dosis tinggi untuk membunuh sel leukemia. Umumnya mesin
radioterapi diarahkan ke limpa, otak, atau bagian tubuh lainnya di mana sel leukemia berkumpul.

Transplantasi sel stem

Transplantasi sel stem memungkinkan untuk dilakukan terapi dengan dosis obat, radiasi, atau keduanya yang tinggi.
Terdapat beberapa macam transplantasi sel stem, yaitu transplantasi sumsum tulang, transplantasi sel stem perifer, dan
transplantasi darah umbilikal.

Manajemen Dental pada penderita Leukemia

Manajemen yang diberikan merupakan Causatif dan Suportif, dikarenakan untuk menghilangkan secara permanen
manifestasi oral yaitu dengan memperbaiki keadaan umum terlebih dahulu. Pencabutan atau ekstraksi gigi tidak
dianjurkan atau dihindari karena ditakutkan terjadi resiko infeksi berat, perdarahan, dan anemia. Bila terpaksa
dilakukan ekstraksi, dpat dibantu dengan transfusi darah dan pemberian antibiotik. Berikut ini merupakan beberapa hal
yang dapat dilakukan dokter gigi terhadap penderita leukemia :

DHE (Dental Health Education)

Yaitu memberitahukan kepada pasien untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulutnya agar tidak menjadi fokal
infeksi yang berhubungan dengan penyakit yang diderita. Seperti pemilihan sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar,
waktu dan frekuensi menyikat gigi yang tepat, serta penggunaan sikat lidah.

Pemberian obat kumur

Penggunaan obat kumur dengan kandungan chlorhexidine 0,2%, dapat mengendalikan infeksi pada pembengkakan
gingiva

Terapi antibiotik spesifik

Terapi ini diperlukan untuk ulserasi yang terjadi pada mukosa.

Anda mungkin juga menyukai