Dosen Pengampu:
Eko Suwardi, Ph.D., M.Sc., Akt. dan Aldeliena Bunga Fadhila, M.Sc.
Oleh :
Zulfa Dewi Rosada
14/363194/EK/19824
Tingkat kepatuhan pajak pada setiap negara pasti akan berbeda. Terdapat
negara dengan tingkat kepatuhan pajak yang rendah, namun juga terdapat negara
dengan tingkat kepatuhan pajak yang tinggi. Di Indonesia , tingkat kepatuhan
wajib pajak terhadap pajak masih rendah (Mulyani 2017). Padahal negara
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memperoleh hasil pajak yang tinggi.
Hingga akhir Mei 2017, realisasi penerimaan pajak hanya sebesar Rp398 triliun.
Jumlah ini masih belum mencapai setengah dari target APBN 2017 (Investor
Daily 2017). Target tersebut masih belum terpenuhi karena kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak terhadap pajak masih rendah. Rendahnya tingkat kepatuhan
terhadap pajak di Indonesia ini membuat Direktorat Jenderal Pajak selalu
berupaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pajak. Pemerintah telah
melakukan beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pajak seperti
tax amnesty pada tahun 2016, reformasi peraturan perpajakan, perbaikan
pelayanan pajak, penggunaan sistem online , serta pendidikan tentang pajak.
Identifikasi Masalah
Selain program High School Tax Roadshow dan Tax Goes to Campus,
terdapat perogram lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
melalui pendidikan pajak. Salah satunya adalah program Pajak Bertutur yang
dirilis secara serentak pada 11 Agustus 2017 di seluruh wilayah Indonesia.
Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para guru dan anak
didik tentang keuangan negara, cara memenuhi kebutuhan anggaran melalui pajak
serta memberikan awareness tentang program edukasi kesadaran pajak dalam
pendidikan kepada seluruh pegawai Ditjen Pajak (DDTC News 2017). Dirjen
Pajak Ken Dwijugiasteadi menyampaikan bahwa program Pajak Bertutur tersebut
bertujuan untuk mewujudkan wajib pajak yang lebih taat dan patuh terhadap
peraturan perpajakan. Program ini ditujukan kepada seluruh peserta didik mulai
dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan program ini ,
akan ada petugas Ditjen Pajak yang mengajar seminggu sekali di sekolah-sekolah
dan petugas tersebut tidak perlu dibayar (Dwijugiasteadi 2017). Disamping itu,
materi kesadaran pajak akan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di
sekolah maupun perguruan tinggi. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan
Masyarakat, Hestu Yoga Saksama mengatakan bahwa untuk memasukkan materi
pajak pada kurikulum semua jenjang pendidikan masih dipelajari kembali. Pada
tahun 2017 program ini telah berjalan dengan mengajarkan materi pajak ke semua
jurusan mahasiswa.
Kesimpulan