Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN PAJAK DI INDONESIA DAN AUSTRALIA DALAM

MENINGKATKAN KEPATUHAN PAJAK

Tugas Individu Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan

Dosen Pengampu:

Eko Suwardi, Ph.D., M.Sc., Akt. dan Aldeliena Bunga Fadhila, M.Sc.

Words Count : 2875

Oleh :
Zulfa Dewi Rosada
14/363194/EK/19824

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
Pendahuluan

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang telah dijadikan


sebagai penopang kehidupan di Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa sebagian
besar penerimaan APBN di Indonesia berasal dari pajak. Menurut UU Nomor 28
tahun 2007 pasal 1 , pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa warga negara yang telah memenuhi
syarat tertentu harus membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ketentuan tersebut berupa UUD 1945 , undang-undang , serta peraturan
pemerintah. Disamping itu, pengertian pajak yang telah dituliskan diatas juga
mengaskan bahwa pajak merupakan pungutan yang bersifat memaksa sehingga
apabila pajak tidak dibayarkan maka akan dikenai sanksi sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Oleh karena itu , seharusnya setiap warga negara yang telah
memenuhi syarat tertentu ( yang disebut sebagai wajib pajak ) patuh terhadap
peraturan pajak.

Tingkat kepatuhan pajak pada setiap negara pasti akan berbeda. Terdapat
negara dengan tingkat kepatuhan pajak yang rendah, namun juga terdapat negara
dengan tingkat kepatuhan pajak yang tinggi. Di Indonesia , tingkat kepatuhan
wajib pajak terhadap pajak masih rendah (Mulyani 2017). Padahal negara
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memperoleh hasil pajak yang tinggi.
Hingga akhir Mei 2017, realisasi penerimaan pajak hanya sebesar Rp398 triliun.
Jumlah ini masih belum mencapai setengah dari target APBN 2017 (Investor
Daily 2017). Target tersebut masih belum terpenuhi karena kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak terhadap pajak masih rendah. Rendahnya tingkat kepatuhan
terhadap pajak di Indonesia ini membuat Direktorat Jenderal Pajak selalu
berupaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pajak. Pemerintah telah
melakukan beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pajak seperti
tax amnesty pada tahun 2016, reformasi peraturan perpajakan, perbaikan
pelayanan pajak, penggunaan sistem online , serta pendidikan tentang pajak.

Pelaksanaan pendidikan pajak di Indonesia bertujuan untuk


memperkenalkan pajak kepada masyarakat luas. Disamping itu, tujuan adanya
pendidikan pajak adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap pajak. Secara psikologis, ketika seseorang memahami sesuatu , hal ini
akan merubah cara pandangnya dibandingkan saat belum memahami hal tersebut
(Elfers, Weigel, dan Hessing 1987). Menurut penelitian Eriksen dan Fallan (1996)
membuktikan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap peraturan
perpajakan, maka sikap positif terhadap pajak semakin tinggi. Berdasarkan social
learning theory , seseorang dapat belajar melalui proses mediasi ( Bandura 1997).
Terdapat empat proses mediasi , yaitu :

1. Perhatian (attention) : seberapa jauh seseorang belajar tentang sesuatu

2. Retensi (retention) : proses mengingat sesuatu

3. Reproduksi (reproduction) : kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan


apa yang didapatkan

4. Motivasi (motivation) : keinginan untuk berperilaku sesuai dengan


pengetahuan yang didapatkan.

Berdasarkan teori diatas, pendidikan sangat diperlukan untuk memberikan


pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu hal. Melalui pendidikan
pajak diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman
tentang pajak sehingga kepatuhan terhadap pajak pun meningkat. Pengenalan
pajak tidak terbatas pada masyarakat yang telah memasuki usia kerja terutama
bagi mereka yang dinyatakan sebagai wajib pajak, namun juga perlu dilaksanakan
dikalangan pelajar ataupun mahasiswa. Hal ini didukung oleh pernyataan Kasi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan KPP Pratama Blitar , Bambang Hariadi, bahwa
pengenalan pajak sejak dini penting bagi generasi muda karena saat inilah secara
nyata mereka dapat merasakan manfaat pajak bagi pembangunan Indonesia seperti
biaya pendidikan, pemberian buku literasi, pembangunan fasilitas pendidikan ,
dan lain sebagainya. Disamping itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti dan Supramono terhadap calon wajib pajak, membuktikan bahwa
pengetahuan pajak memiliki hubungan yang signifikan terhadap niat untuk patuh
terhadap pajak. Oleh karena itu , pendidikan pajak sejak dini perlu dilakukan ,
terutama untuk pelajar dan mahasiswa, supaya saat mereka telah menyelesaikan
sekolahnya dan memiliki penghasilan, mereka dapat memberikan kontribusi
sebagai wajib pajak yang taat (Bambang 2017). Untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman pajak, pendidikan pajak tidak hanya dilaksanakan di negara
dengan tingkat kepatuhan pajak yang rendah , namun juga dilaksanakan di negara
dengan tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, seperti Australia. Upaya ini terus
dilakukan dibeberapa negara agar setiap generasi muda yang ada di negara
tersebut mampu memahami pengertian pajak, arti penting dan manfaat pajak, tata
cara dan ketentuan perpajakan, sanksi pelanggaran pajak, serta pengetahuan lain
yang berkaitan dengan pajak. Disamping itu, melalui pendidikan pajak sejak dini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pajak sehingga
kepatuhan terhadap pajak pun meningkat terutama dikalangan generasi muda.

Pendidikan pajak sejak dini dapat dilakukan secara formal maupun


informal. Sasaran dari pendidikan pajak sejak dini adalah pelajar dan mahasiswa.
Pendidikan formal dapat dilakukan dengan memasukkan materi pajak pada mata
pelajaran atau mata kuliah tertentu dan melakukan sosialisasi di sekolah atau
kampus. Pendidikan informal dapat dilakukan dengan sosialisasi pada acara-acara
tertentu, games tentang pajak, kompetisi yang berkaitan dengan pajak seperti
lomba poster, cerpen , video, dan lain sebagainya yang dapat menarik perhatian
generasi muda untuk belajar. Di Indonesia , pengenalan pajak sejak dini telah
dilakukan baik secara offline maupun online. Secara offline, Direktorat Jenderal
Pajak telah melakukan Tax Goes to Campus dan High School Tax Roadshow
untuk memperkenalkan pajak kepada pelajar dan mahasiswa. Direktorat Jenderal
Pajak juga telah melakukan program Pajak Bertutur untuk memberikan
pengetahuan tentang pajak. Disamping itu, untuk meningkatkan pendidikan
terhadap pajak di Indonesia , pemerintah akan menambahkan pajak sebagai
kurikulum di sekolah. Kemudian bagi masyarakat , terutama generasi muda yang
ingin belajar dimana saja dan kapan saja tentang pajak , pemerintah telah
menyediakan berbagai informasi tentang pajak secara online. Direktorat jenderal
pajak telah menampilkan berbagai informasi tentang pajak pada website dan
media sosial. Di Australia, pendidikan pajak untuk usia dini juga dilakukan secara
offline dan online. Secara offline , pendidikan pajak sejak dini disampaikan oleh
guru ataupun orang tua, sedangkan secara online pemerintah Australia
mengadakan berbagai kompetisi dan menyedikaan informasi pajak di website
resmi Australian Taxation Office (ATO). Program pendidikan pajak yang ada di
Australia biasa disebut Tax, Super+You.

Berdasarkan paparan diatas, penulis akan menjelaskan pendidikan pajak


sejak dini bagi mereka yang belum tergolong sebagai wajib pajak, yaitu pelajar
dan mahasiswa di Indonesia dan Australia. Disamping itu, penulis akan
menjelaskan apakah dengan adanya pendidikan pajak dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pajak sehingga kepatuhan pajak dapat meningkat.
Selain itu, penulis akan menjelaskan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
tingkat kepatuhan pajak, seperti sistem perpajakan, pelayanan pajak, dan persepsi
masyarakat terhadap pajak. Sebagai penutup, penulis akan memberikan
kesimpulan serta saran untuk meningkatkan kepatuhan pajak di Indonesia.

Identifikasi Masalah

Bagaimana pendidikan pajak di Indonesia dan Australia ?

Apakah pendidikan pajak dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap


pajak ?

Apakah terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan masyarakat


terhadap pajak ?
Pembahasan

Pendidikan Pajak di Indonesia

Pendidikan pajak di Indonesia telah dilakukan dengan berbagai cara.


Sebagai contoh pemerintah telah melakukan sosialisasi tentang pajak melalui
High School Tax Roadshow dan Tax Goes to Campus.Tema dalam setiap acara ini
akan berbeda-beda, disesuaikan dengan lingkungan para pelajar dan mahasiswa.
Disamping itu, dalam setiap acaranya terdapat berbagai kegiatan yang menarik
sehingga penyampaian materi pajak dapat dilakukan dengan cara yang lebih
menyenangkan dan bisa membuat para peserta lebih paham dengan materi yang
disampaikan saat itu.

Sebagai contoh, High School Tax Roadshow telah dilakukan di Sekolah


Menengah Atas Negeri 1 Praya. Acara bertemakan Anak Gaul Ngerti Pajak ini
mendapat respon dan antusias yang baik dari para pelajar sehingga mereka dapat
memperhatikan dengan baik materi yang disampaikan. Selain penyampaian materi
pajak secara umum, salah satu tenaga penyuluh KPP Prata Praya, Tri Agus
Hermawan, juga menyampaikan tentang Whistleblowing System di Direktorat
Jenderal Pajak sebagai langkah nyata dalam rangka reformasi birokrasi. Selain
penyampaian materi, terdapat pertunjukkan yel-yel bertema pajak dari masing
masing kelas. Pertunjukan yel-yel tersebut membuat acara High School Tax
Roadshow saat itu semakin meriah dan menyenangkan sehingga pelajar SMAN 1
Praya semakin tertarik dengan acara ini. Program High School Tax Roadshow ini
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pelajar terhadap pajak sejak dini
sehingga dimasa yang akan datang penghindaran pajak dapat dikurangi dan
kepatuhan mereka terhadap pajak dapat ditingkatkan (Ditjen Pajak 2012)
Gambar 1 Acara High School Tax Roadshow di SMAN 1 Praya (Ditjen Pajak
2012)

Program pendidikan pajak juga dilakukan di beberapa universitas di


Indonesia , yang disebut Tax Goes to Campus. Acara ini bertujuan agar
mahasiswa sebagai pihak yang akan memasuki dunia kerja diharapkan dapat
menyadari akan pentingnya pajak dan lebih paham terhadap ketentuan perpajakan
sehingga kepatuhan pajak dikalangan generasi muda dapat meningkat. Dalam
pelaksanaan acara Tax Goes to Campus dibeberapa universitas di Indonesia,
selalu mendapat respon yang positif, baik dari pihak universitas maupun para
mahasiswa. Salah satu buktinya adalah antusiasme para mahasiswa saat sesi tanya
jawab. Sebagai contoh, Tax Goes to Campus telah dilaksanakan di Universitas
Garut. Kepala KPP Pratama Garut menyampaikan bahwa harapannya dihari yang
akan datang akan lahir generasi taat pajak. Mahasiswa yang telah mendapatkan
pengetahuan lebih tentang pajak diharapkan dapat mentransfer pengetahuan
tersebut kepada orang tua , keluarga ataupun pihak lain. Acara dengan tema
Muda, aktif, dan Peduli Pajak ini mengajak mahasiswa untuk mengenal jenis-
jenis pajak, peranan pajak dalam pembangunan, hak dan kewajiban wajib pajak,
NPWP, SPT, serta melaporkan SPT. Dalam acara ini tidak hanya berupa
penyampaian materi dan sesi tanya jawab, namun juga diselingi berbagai games ,
ice breaking , dan kuis , sehingga acara ini bisa lebih menyenangkan dan seru
(Ditjen Pajak 2014). Sebagai contoh lain, acara Tax Goes to Campus juga telah
dilaksanakan di Universitas Gunadarma. Kegiatan dalam acara ini berupa
sosialisasi dan pelatihan perpajakan mengenai cara melaporkan pajak tahunan
untuk wajib pajak orang pribadi dengan efiling (Tax Center Universitas
Gunadarma 2016)

Gambar 2 Acara Tax Goes to Campus di Universitas Garut (Ditjen 2014)

Selain program High School Tax Roadshow dan Tax Goes to Campus,
terdapat perogram lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
melalui pendidikan pajak. Salah satunya adalah program Pajak Bertutur yang
dirilis secara serentak pada 11 Agustus 2017 di seluruh wilayah Indonesia.
Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para guru dan anak
didik tentang keuangan negara, cara memenuhi kebutuhan anggaran melalui pajak
serta memberikan awareness tentang program edukasi kesadaran pajak dalam
pendidikan kepada seluruh pegawai Ditjen Pajak (DDTC News 2017). Dirjen
Pajak Ken Dwijugiasteadi menyampaikan bahwa program Pajak Bertutur tersebut
bertujuan untuk mewujudkan wajib pajak yang lebih taat dan patuh terhadap
peraturan perpajakan. Program ini ditujukan kepada seluruh peserta didik mulai
dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan program ini ,
akan ada petugas Ditjen Pajak yang mengajar seminggu sekali di sekolah-sekolah
dan petugas tersebut tidak perlu dibayar (Dwijugiasteadi 2017). Disamping itu,
materi kesadaran pajak akan dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di
sekolah maupun perguruan tinggi. Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan
Masyarakat, Hestu Yoga Saksama mengatakan bahwa untuk memasukkan materi
pajak pada kurikulum semua jenjang pendidikan masih dipelajari kembali. Pada
tahun 2017 program ini telah berjalan dengan mengajarkan materi pajak ke semua
jurusan mahasiswa.

Berdasarkan paparan diatas, pemerintah di Indonesia selalu berupaya


untuk melakukan berbagai cara agar kesadaran masyarakat terhadap pajak dapat
meningkat sehingga kepatuhan pajak juga dapat meningkat , termasuk dalam
melaksanakan program pendidikan pajak. Hal ini tidak hanya dilakukan di
Indonesia saja, namun juga dilakukan di negara lain seperti Australia. Dalam
mengenalkan pajak di Australia, pemerintah Australia melalui Australian
Taxation Office mengadakan program Tax, Super+You.

Pendidikan Pajak di Australia

Tax, Super+You merupakan sebuah program yang diadakan oleh Australian


Taxation Office untuk mendorong kesadaran generasi muda di Australia terhadap
pajak dan dana pensiun. Disamping itu, program ini digunakan untuk mendukung
pengembangan literasi konsumen dan finansial. Tax, Super+You menawarkan
materi yang dapat diakses secara offline ataupun online sehingga dapat
menyesuaikan kebutuhan generasi muda yang ada di Australia dalam mempelajari
materi perpajakan. Untuk meningkatkan pemahaman tentang pajak, setiap materi
dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pajak sehingga pelajar didorong
untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Materi yang terdapat dalam
website Australian Taxation Organisation ini tidak terbatas untuk pelajar usia 7-10
tahun saja, namun materi ini juga dapat digunakan oleh guru, orang tua , atau
masyarakat umum untuk memberikan pemahaman tentang pajak di Australia
kepada murid atau anak-anak mereka.
Gambar 3 Tampilan Website Austalian Taxation Office dalam Program Tax,
Super+You (ATO)

Gambar 4 Materi Tentang Pajak di Australia yang Dilengkapi Pertanyaan Seputar


Pajak untuk Usia 7-10 Tahun
Selain menyediakan informasi terkait pajak, dalam program Tax,
Super+You juga terdapat kompetisi yang ditujukan untuk pelajar usia 7-10 tahun.
Dalam kompetisi ini peserta diminta untuk membuat tulisan , seni, atau film
tentang dorongan untuk teman mereka agar mau memahami nilai-nilai pajak dan
dana pensiun dalam masyarakat. Adanya kompetisi bertujuan agar para pelajar
pada usia 7-10 tahun bisa lebih memahami tentang pajak dan dana pensiun yang
ada di Australia. Pemerintah akan memberikan insentif kepada peserta yang
karyanya terpilih sehingga hal ini dapat meningkatkan minat mereka untuk
berkompetisi. Untuk meningkatkan pengetahuan pajak pada masyarakat,
Australian Taxation Office juga mengadakan berbagai sosialisasi. Pada website
Australian Taxation Office disediakan kolom permintaan kunjungan ke sekolah.
Pihak yang meminta adanya kunjungan diminta untuk mengisi formulir. Dalam
penyampaian materi, pihak yang bersangkutan dapat memilih diantara tiga
pilihan, yaitu kunjungan sekolah , webinar, atau video conference. Pihak sekolah
atau organisasi dapat memilih lebih dari satu cara untuk sosialisasi pajak. Setelah
formulir telah diisi dan dikirimkan, sekolah / organisasi diminta untuk menunggu
respon dari pihak Australian Taxation Office.

Berdasarkan uraian diatas tentang pendidikan pajak di Australia ,


membuktikan bahwa selain pemerintah Indonesia , pemerintah negara lain seperti
Australia juga menganggap bahwa pendidikan pajak sejak usia dini memang
penting. Hal ini dibuktikan bahwa pemerintah Indonesia dan Australia selalu
berupaya untuk meningkatkan pemahaman pajak kepada masyarakat dengan
berbagai cara yang dikemas sedemikian rupa sehingga para pelajar bisa lebih
tertarik untuk mempelajari pajak. Harapannya, setelah generasi muda memahami
materi perpajakan , kesadaran mereka terhadap pajak dapat meningkat sehingga
dapat tercipta generasi taat pajak.

Pendidikan Pajak dalam Meningkatkan Kepatuhan Pajak

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan


kepatuhan pajak adalah memberikan pemahaman tentang pajak melalui
pendidikan. Adanya pendidikan pajak ini mendorong masyarakat untuk lebih tau
tentang pengertian pajak, tata cara dan ketentuan pajak, peran pajak dalam
pembangunan negara , sanksi terhadap pelanggaran peraturan perpajakan , dan
pengetahuan lainnya terkait pajak. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti dan Supramono bahwa ketika seseorang memiliki
pengetahuan pajak yang baik, maka kepatuhannya terhadap pajak akan meningkat.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa tingkat kesadaran membayar pajak dan
pengetahuan tentang peraturan pajak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap
kemauan membayar pajak (Sulastiningsih dan Prasanti 2014). Disamping itu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan Andreas dan Savitri (2015) bahwa untuk
meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, mereka perlu
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peraturan perpajakan melalui
sosialisasi perpajakan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan pajak, baik untuk wajib pajak maupun calon
wajib pajak, sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman terhadap pajak.
Adanya pemahaman terhadap pajak diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pajak sehingga kepatuhan pajak dapat meningkat. Namun
pendidikan pajak bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat kepatuhan pajak, terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
kepatuhan pajak. Faktor faktor tersebut dapat berupa pelayanan pajak, persepsi
masyarakat terhadap pajak, sanksi perpajakan, serta sistem pajak.

Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Pajak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kundalini (2015), terdapat


pengaruh positif dan signifikan pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
untuk membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelayanan
pajak , maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Penelitian lain menunjukkan
bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak. Hal ini dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi penerapan sanksi terhadap pelanggaran pajak,
maka akan semakin tinggi pula kepatuhan terhadap pajak. Selain itu, sistem
pemungutan pajak juga menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan
dalam upaya peningkatan kepatuhan pajak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Anbiya bahwa negara Indonesia dan Australia memiliki kesamaan dalam
sistem pemungutan pajak, yaitu sistem self assessment. Namun terdapat perbedaan
dalam penerapannya. Hal ini dapat dilihat dari pembayaran pajak yang diterapkan
di Indonesia dan Australia. Pemotongan pajak bagi pekerja pada kedua negara ini
memiliki kesamaan yaitu dipotong setiap bulan oleh pihak pemberi pajak dan
pada akhir tahun harus disesuaikan dalam laporan akhir tahun pajak. Namun
proses pelaporan pajak di Indonesia dilakukan dengan melaporkan SPT pada akhir
tahun pajak, sedangkan di Australia laporan pajak dibuat oleh petugas pajak dan
diberikan kepada wajib pajak atas dasar pembuatan permintaan pengembalian
sehingga wajib pajak lebih mudah dalam menyesuaikan sisa pajak yang harus
dibayarkan atau dikembalikan. Kemudahan wajib pajak dalam melakukan
pembayaran pajak sangat mempengaruhi kemauan wajib pajak untuk membayar
pajak. Disamping itu, kepercayaan masyarakat terhadap pajak juga sangat
mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak. Di Indonesia, tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pajak masih rendah sedangkan tingkat kepercayaan
masyarakat Australia terhadap pajak di negaranya cukup tinggi. Penggunaan uang
pajak dilakukan secara hati-hati sehingga kepercayaan masyarakat Australia dapat
dikatakan lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia (Anbiya). Berdasarkan
penjelasan diatas, terdapat beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam
upaya meningkatkan kepatuhan pajak di Indonesia selain faktor pendidikan pajak.

Kesimpulan

Pemerintah di Indonesia telah melakukan berbagai cara untuk


dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap pajak. Salah satu cara yang
telah dilakukan adalah meningkatkan pemahaman pajak melalui pendidikan pajak
sejak dini. Namun, pemerintah juga harus memperhatikan faktor lain dalam upaya
meningkatkan kepatuhan pajak karena terdapat faktor-faktor tersebut juga
mempengaruhi kemauan masyarakat untuk membayar pajak. Oleh karena itu,
Direktorat Jenderal Pajak harus meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak
agar upaya peningkatan kepatuhan pajak dapat dilaksanakan melalui berbagai
sudut pandang mulai dari pendidikan pajak , sistem perpajakan , pelayanan pajak,
hingga faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kepatuhan pajak.
Disamping itu, upaya peningkatan kepatuhan pajak seharusnya tidak hanya
berasal dari pemerintah saja. Namun pihak non-pemerintah seperti guru, orang
tua, teman sebaya, pihak terpelajar, serta masyarakat sekitar dapat turut membantu
dalam memberikan pemahaman tentang pajak kepada pihak-pihak yang belum
mengetahui perpajakan, terutama bagi anak-anak usia dini. Peningkatan
kepatuhan pajak di Indonesia harus dilaksanakan secara sinergi dengan berbagai
pihak agar pelaksanaan upaya peningkatan kepatuhan pajak dapat berjalan efektif
dan menyeluruh sehingga tercipta masyarakat Indonesia yang taat pajak.
Daftar Pustaka

Akurat Ekonomi, 2017. Sri Mulyani Masukkan Kesadaran Bayar Pajak ke


Kurikulum Pendidikan. 11 Agustus. Diakses pada 8 Oktober.
http://ekonomi.akurat.co/id-57110-read-sri-mulyani-masukkan-kesadaran-
bayar-pajak-ke-kurikulum-pendidikan .
Anbiya, Fadina. Evaluasi Tingkat Kepatuhan Pajak di Indonesia dan Australia
Ditinjau dari Sistem Pemungutan Pajak, Timbal Balik Pemerintah, dan
Upaya Peningkatan Kepatuhan Pajak Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya, no.2. Diakses pada 28 September 2017.
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1121/0
Andreas dan Enni Savitri. 2015. The Effect of Tax Socialization, Tax
Knowledge, Expediency of Tax ID Number and Service Quality on
Taxpayers Compliance With Taxpayers Awareness as Mediating
Variable. Procedia Social and Behavioral Science 211: 163-169.
Diakses pada 27 September 2017.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815053641
Australian Taxation Office, 2017. Tax, Super+You. Diakses pada 28 September
2017. https://www.taxsuperandyou.gov.au/ .
Bandura. 1977. Social Learning Theory. Dikutip dalam Saul McLeod, Bandura-
Social Learning Theory. Diakses pada 7 Oktober 2017.
https://www.simplypsychology.org/bandura.html .
Damayanti, Theresia Woro dan Supramono. Apa Kata Mereka? Pengetahuan ,
Sikap, Niat Patuh Calon Pelaku Pajak. Diakses pada 28 September 2017.
http://ris.uksw.edu/download/jurnal/kode/J00761
DDTC News, 2017. Program Pajak Bertutur Dirilis Secara Serentak. 11
Agustus. Diakses pada 8 Oktober.
http://news.ddtc.co.id/artikel/10708/pendidikan-pajak-program-pajak-
bertutur-dirilis-secara-serentak/ .
DDTC News, 2017. Soal Pajak Bertutur, Begini Tanggapan Dirjen Pajak. 14
Agustus. Diakses pada 8 Oktober.
http://news.ddtc.co.id/artikel/10724/pendidikan-pajak-soal-pajak-bertutur-
begini-tanggapan-dirjen-pajak/
Direktorat Jenderal Pajak, 2012. High School Tax Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Praya Anak Gaul Ngerti Pajak. 6 Desember. Diakses pada 4
Oktober 2017. http://pajak.go.id/content/news/high-school-tax-roadshow-
kantor-pelayanan-pajak-pratama-praya-anak-gaul-ngerti-pajak
Direktorat Jenderal Pajak, 2014. KPP Pratama Garut Selenggarakan Tax Goes to
Campus Universitas Garut. 20 November. Diakses 7 Oktober 2017.
http://pajak.go.id/content/news/kpp-pratama-garut-selenggarakan-tax-
goes-campus-di-universitas-garut .
Elffers, H, R.H. Weigel, dan D.J.Hessing. 1987. The Consequences of Different
Strategies for Measuring Tax Evasion Behavior. Journal of Economic
Psychology: 311-337. Dikutip dalam Theresia Woro Damayanti dan
Supramono, Apa Kata Mereka ? Pengetahuan, Sikap, Niat Patuh Calon
Pelaku Pajak.
Eriksen, Knut dan Lars Fallan. 1996. Tax Knowledge and Attitudes Towards
Taxation: A Report on Quasi-Experiment. Journal of Economic
Psychology. No.17 (Juni): 387-402. Diakses pada 7 Oktober 2017.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0167487096000153
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. 2016.Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
https://academics.feb.ugm.ac.id/fck_files/File/PEDOMAN-PENULISAN-
Versi-cetak-17.pdf
Gilligan, George dan Grant Richardson. 2005. Perception of Tax Fairness and
Tax Compliance in Australia and Hong Kong a Preliminary Study.
Journal of Financial Crime, vol. 12: 331-343. Diakses pada 26 September
2017. https://doi.org/10.1108/13590790510624783
Investor Daily, 2017. Penerimaan Pajak 2017. 13 Juni. Diakses pada 7 Oktober
2017. http://id.beritasatu.com/tajuk/penerimaan-pajak-2017/161467
Kundalini, Pertiwi. 2016. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pelayanan
Pegawai Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Kabupaten Temanggung Tahun 2015. Skripsi Gelar
Sarjana. Universitas Negeri Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id/33437/1/SKRIPSI%20PERTIWI%20KUNDALINI
%20-%2014812147011.pdf
Liputan 6, 2017. Sri Mulyani: Kepatuhan Bayar Pajak Rendah, Pengaruhi
APBN. 31 Januari. Diakses pada 7 Oktober 2017.
http://bisnis.liputan6.com/read/2842086/sri-mulyani-kepatuhan-bayar-
pajak-rendah-pengaruhi-apbn .
Rohmawati, Alifa Nur dan Ni Ketut Rasmini. Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan,
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Diakses pada 27 September 2017.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=15440&val=986
Sulastiningsih dan Uriyanik Senko Prasanti. 2014. Pengaruh Kesadaran dan
Pengetahuan Terhadap Kemauan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk
Membayar PPH (Studi Kasus di Kabupaten Bantul). Jurnal Riset
Manajemen, no.2 (Juli): 116-124. Diakses pada 26 September 2017.
jurnal.stieww.ac.id/index.php/jrm/article/download/18/17
Tax Center Gunadarma University, 2016. Tax Goes to Campus. 20 Desember.
Diakses pada 7 Oktober 2017.
http://taxcenter.gunadarma.ac.id/2016/12/20/tax-goes-to-campus/ .
Times Indonesia, 2017. Kenalkan Pajak Seja Dini Lewat Talk Show Muda
Ngerti Pajak. 18 April. Diakses pada 7 Oktober 2017.
https://m.timesindonesia.co.id/read/146442/20170418/192518/kenalkan-
pajak-sejak-dini-lewat-talk-show-muda-ngerti-pajak/# .

Anda mungkin juga menyukai