26
27
Nunung sebagai tokoh yang terdidik, namun disini lebih didominasi oleh
budaya luar negeri yang menonjol dibanding dengan budaya Indonesia yang di
paparkan secara langsung oleh tokoh Nunung. Nunung seharusnya dapat
melepaskan hubungan negatif pada manusia dan budaya Indonesia di mata
Belanda itu sendiri. Namun dibalik itu Nunung justru memberikan gagasan
mengenai sikap manusia Indonesia yang mengalir dan cenderung berharap adanya
seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat membawa keadilan dan
kesejahteraan bagi Indonesia (ratu adil). Dari tanggapan di atas memberikan
pernyataan pada Bryan bahwa orang-orang Belanda sudah terdidik dengan jadwal
waktu yang tepat, Nunung berkata kepada Bryan. Terdapat pada kutipan :
Kau tahu, tidak banyak bangsaku melakukan hal itu. Hidup kami mengalir
bersama mimpi-mimpi dan harapan. Karena itu apa pun jeleknya situasi
negeri, kami masih berharap ada ratu adil yang akan menolong setiap orang di
negeriku, kata Nunung. (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Nunung melihat orang
Indonesia tidak terbiasa dengan jadwal, tetapi cenderung mengalir bersama mimpi
dan harapan. Dapat disimpulkan kebiasaan Indonesia dari semenjak zaman
penjajahan masih terasa hingga sekarang. Di mulai permasalahan didalam negeri
Indonesia pun dibicarakan dalam cerpen Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim,
mulai dari yang begitu serius, yaitu masalah politik ekonomi, hukum, korupsi,
apakah dengan menjadikan negera Indonesia menjadi negara yang tidak berdaya
(mengalir seperti air) dan hanya bertumpu dengan datangnya penyelamat (ratu
adil), negara Indonesia sendiri bisa sebanding dengan negara maju seperti
Belanda, yang dari sejak dulu bisa mendanai orang-orang Indonesia untuk belajar
disana. Pemikiran Nunung terhadap sikap manusia Indonesia dan dari penggunaan
kata Kami jelas tidak mewakili sikap manusia Indonesia yang begitu plural.
Pada akhir cerita, cerpen Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim ini lebih
menceritakan Nunung yang merasa Bryan berada duduk disampingnya saat
pesawat membawa Nunung pulang ke Indonesia. Terdapat pada kutipan:
Deskripsi Nunung di atas dapat dinyatakan bahwa citra lelaki seperti Bryan dan
permainan wacananya merasuki pada pikiran Nunung.
Kalau begitu aku yang tahu tentang kamu. Penduduk negerimu 227 juta dan
sebagian besar muslim. Begitu plural bangsamu, dari yang bisa belajar di sini
sampai mereka yang tetap bertahan hidup di pedalaman Kalimantan atau
Papua. Sedangkan di sini hampir seragam kehidupannya. Negerimu
merupakan sebuah antropologi sejarah manusia yang sangat tua. Almarhum
opaku pernah ke sana, tapi percayalah, dia tidak pernah menembak siapa pun.
Karena dia bukan militer tetapi seorang pegawai di pabrik gula. Aku pernah
menemukan foto perempuan Jawa yang cantik di lemari buku opa. Aneh, dia
mirip kamu! (Ratna: 2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa Bryan mengetahui segala
mengenai negara Indonesia, sebab almarhum opa nya pernah ke Indonesia. dan
Bryan pun menemukan sebuah foto perempuan Jawa cantik yang ditemukan di
lemari buku opa nya dan bilang perempuan itu mirip Nunung. Dari sudut
pandang dan dari kepentingan orang Belanda, adalah dari suatu bentuk
komunikasi baik secara lisan maupun tulisan (post)kolonial yang tak bisa
dilepaskan dari interaksi kekuasaan, keunggulan dan tingkatan.
Bryan yang dianggap Nunung masih dianggap sebagai orang asing karena
baru kenal di kampus, dan tidak lama kemudian lalu berusaha akrab dengan
Nunung dengan mengatakan bahwa Bryan tahu banyak tentang negara Indonesia,
terutama terkait dengan masyarakat Indonesia itu sendiri yang beragam namun
dipenuhi kesenjangan sosial. Terdapat pada kutipan:
Kalau begitu aku yang tahu tentang kamu. Penduduk negerimu 227 juta dan
sebagian besar muslim. Begitu plural bangsamu, dari yang bisa belajar di sini
sampai mereka yang tetap bertahan hidup di pedalaman Kalimantan atau
Papua. Sedangkan di sini hampir seragam kehidupannya. (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa keterlibatan keadaan
yang muncul yakni pencitraan Bryan atas Indonesia dan Belanda. Dalam konteks
ini dapat dilihat bahwa Indonesia berada dalam posisi inferior (bermutu rendah)
dan Belanda dalam posisi superior (bermutu tinggi). Ketidakseimbangan orang
Indonesia, dari mereka yang mendapatkan kesempatan pendidikan dengan mereka
yang tidak mengenali siapa dirinya lagi di pedalaman adalah pembangun cerita
Indonesia yang dilakukan Bryan. Sebuah cerita yang seringkali dijadikan alasan
oleh beberapa negara Barat untuk melaksanakan setiap agenda memeradabkan
negara-negara dunia ketiga. Didalam bagian ini jika diperhatikan apakah
kebijakan dari Belanda untuk memberikan beasiswa kepada Nunung dapat berarti
seratus persen negatif dan selalu berada dalam kerangka oposisi biner antara
(bekas) penjajah dan terjajah? Hubungan penjajah dan yang dijajah tidak
selamanya dalam oposisi.