Anda di halaman 1dari 8

BAB III

ANALISIS POSKOLONIAL PADA CERPEN KANAL KARYA RATNA


INDASWARI IBRAHIM

3.1 Hegemoni Budaya

Pada cerpen Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim, hegemoni budaya


tampak adanya cuplikan situasi dan relasi sosial budaya dari pasca Indonesia
memproklamasikan Indonesia, dan dapat diketahui dalam cerpen ini tidak adanya
resistensi. Hegemoni budaya yang terdapat cerpen ini yaitu mengenai beasiswa
yang diberikan bangsa Belanda, sampai saat ini beasiswa dari luar negeri telah
merebah masuk ke Indonesia, dan dari sebagian orang Indonesia pasti tidak akan
melewatkan kesempatan itu. Karena dengan berkuliah di luar negeri suatu
pengalaman yang luar biasa. Namun perlu disadari apa tujuan bangsa Barat untuk
memberikan beasiswa pada Indonesia. Seperti halnya yang ada pada cerpen
Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim, negara Belanda memberikan beasiswa
pada sosok tokoh Nunung yang berasal dari Indonesia semata-mata tidak gratis,
namun negara Belanda pun ingin mengambil keuntungan dari sosok tokoh
Nunung yaitu adanya tujuan tertentu. Sebagai satu dari sekian mahasiswa
Indonesia yang mendapatkan dana studi di negara Belanda, dapat dinarasikan dari
perbuatan Nunung salah satunya mewakili program politik etis Belanda pada
masa di era poskolonial. Negara Belanda sendiri dapat menaruh keuntungan
dengan melakukan kekuasaan serta pengaruh di Indonesia yang melalui tokoh
Nunung. Terdapat pada kutipan:

Akhirnya Nunung menamatkan studinya dengan predikat terbaik di kelas.


Kepulangannya pun semakin dekat. Seperti ditelan bumi Bryan makin jarang
mengunjungi Nunung. Namun, senyum Bryan mengejarnya dan berada di
mana-mana!. (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa pada akhirnya Nunung
menyelesaikan studinya dengan predikat terbaik. Dan waktu ia berada di Belanda
semakin dekat, dan Bryan pun semakin menghilang dari Nunung, namun senyum
Bryan selalu teringat dipikiran Nunung.

26
27

Nunung sebagai tokoh yang terdidik, namun disini lebih didominasi oleh
budaya luar negeri yang menonjol dibanding dengan budaya Indonesia yang di
paparkan secara langsung oleh tokoh Nunung. Nunung seharusnya dapat
melepaskan hubungan negatif pada manusia dan budaya Indonesia di mata
Belanda itu sendiri. Namun dibalik itu Nunung justru memberikan gagasan
mengenai sikap manusia Indonesia yang mengalir dan cenderung berharap adanya
seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat membawa keadilan dan
kesejahteraan bagi Indonesia (ratu adil). Dari tanggapan di atas memberikan
pernyataan pada Bryan bahwa orang-orang Belanda sudah terdidik dengan jadwal
waktu yang tepat, Nunung berkata kepada Bryan. Terdapat pada kutipan :

Kau tahu, tidak banyak bangsaku melakukan hal itu. Hidup kami mengalir
bersama mimpi-mimpi dan harapan. Karena itu apa pun jeleknya situasi
negeri, kami masih berharap ada ratu adil yang akan menolong setiap orang di
negeriku, kata Nunung. (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Nunung melihat orang
Indonesia tidak terbiasa dengan jadwal, tetapi cenderung mengalir bersama mimpi
dan harapan. Dapat disimpulkan kebiasaan Indonesia dari semenjak zaman
penjajahan masih terasa hingga sekarang. Di mulai permasalahan didalam negeri
Indonesia pun dibicarakan dalam cerpen Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim,
mulai dari yang begitu serius, yaitu masalah politik ekonomi, hukum, korupsi,
apakah dengan menjadikan negera Indonesia menjadi negara yang tidak berdaya
(mengalir seperti air) dan hanya bertumpu dengan datangnya penyelamat (ratu
adil), negara Indonesia sendiri bisa sebanding dengan negara maju seperti
Belanda, yang dari sejak dulu bisa mendanai orang-orang Indonesia untuk belajar
disana. Pemikiran Nunung terhadap sikap manusia Indonesia dan dari penggunaan
kata Kami jelas tidak mewakili sikap manusia Indonesia yang begitu plural.

Kemudian menguatkan kekuasaan tinggi Belanda (Barat) dalam hal etos


kerja. Terdapat pada kutipan:

Papamu kalau kerja ngotot kayak landa. (Ratna:2009)


28

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan dari Ucapan ini termasuk


didalamnya mengandung arti bahwa kerja keras (ngotot) adalah warisan dan
budaya Belanda. Namun bangsa Indonesia pun memiliki tradisi kerja keras
dengan irama serta prinsip-prinsipnya. Yang perlu digaris bawahi yaitu kerja
ngotot seperti orang Belanda bisa beresiko menyita waktu dan menjebak manusia
dalam jebakan materialisme, sehingga keluarga bisa mengalami ketidak
harmonisan. Lalu ternyata dibagian lain cerita, Nunung menceritakan kemandirian
perempuan Indonesia yang berada di pedesaan pada Bryan. Terdapat pada
kutipan:

Nunung tertawa. Kalau di negeriku, kau bisa melihat kemandirian kami


sampai di desa-desa. Bahkan, beberapa perempuan di desa secara kejiwaan
lebih mandiri, karena mereka ikut menopang ekonomi keluarga, dan tetap
menganggap suaminya sebagai kepala keluarga. (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan di sini menceritakan kerja keras
orang Indonesia dan menyinggung persoalan gender. Dan jika dibandingkan
dengan wanita Indonesia, wanita Belanda lebih mandiri sehingga kehilangan
watak keperempuanannya. Dan ternyata kerja keras orang Indonesia juga luar
biasa karena wanita juga sering memenuhi ekonomi keluarga. Dari kerja keras
seorang wanita Indonesia dapat digambarkan bahwa pada zaman penajajahan
dahulu pun wanita Indonesia sering diperkerjakan oleh penjajah dan berkerja
keras untuk menghidupi keluarganya hingga saat ini dampaknya masih terasa.

Pada akhir cerita, cerpen Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim ini lebih
menceritakan Nunung yang merasa Bryan berada duduk disampingnya saat
pesawat membawa Nunung pulang ke Indonesia. Terdapat pada kutipan:

Nunung melihat ke arah lain, waktu di pesawat yang akan membawanya ke


tanah air, dia merasa Bryan duduk di sebelahnya dan mengatakan, Semoga
di kehidupan yang akan datang, kau adalah Ningsih Wulandari! (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan yaitu ketika Nunung sedang
melihat ke arah lain dia merasakan Bryan berada disampingnya saat berada di
peasawat yang membawa Nunung pulang ke Indonesia. Nunung berkata sendiri
semoga di kehidupan yang akan datang, Dia berharap menjadi Ningsih Wulandari.
29

Deskripsi Nunung di atas dapat dinyatakan bahwa citra lelaki seperti Bryan dan
permainan wacananya merasuki pada pikiran Nunung.

3.2 Oposisi Biner


Oposisi biner yang terdapat pada cerpen Kanal karya Ratna Indraswari
Ibrahim ini dilihat adanya dua biner yang berbeda yakni Penjajah dan Dijajah.
Maksdunya pada cerpen ini terdapat dua biner yang berbeda yaitu Negara Belanda
yang membiayai orang Indonesia menjadi negara penjajah sedangkan orang
Indonesia yang mendapatkan beasiswa di negara Belanda menjadi yang dijajah,
karena adanya tujuan dan maksud tertentu dari negara Belanda sendiri untuk
memberikan beasiswa pada negara Indonesia. Kemudian negara Belanda masih
bisa menjadikan posisinya penjajah dan negeri kuat dibanding dengan Indonesia
yang masih tergolong negara dijajah yang masih berkembang. Pemerintah
Belanda membiayai orang-orang Indonesia, seperti dalam tokoh Nunung yang
melanjutkan studinya di Belanda karena mendapatkan beasiswa S2. Tokoh
Nunung dalam cerpen Kanal karya Ratna Indaswari Ibrahim ini merupakan
sekumpulan kecil orang Indonesia, seperti pada tokoh-tokoh penting pada masa
perjuangan kemerdekaan, yang dapat merasakan bangku lembaga pendidikan di
negera Belanda. Studi yang dilakukan di negeri penjajah atau Barat, dan
bagaimanapun masih menjadi cerita besar dan impian dari negara dijajah atau
berkembang termasuk Indonesia sendiri. Tujuan Nunung untuk berkuliah di
Belanda yakni, karena dirinya ingin melanjutkan pendidikan dan memanfaatkan
kesempatan yang diberikan oleh negara Belanda untuk membiayai Nunung kuliah
S2. Semua itu didapat karena Nunung wanita yang cerdas dan pintar. Hal ini
terdapat pada kutipan :

Menelusuri jalan-jalan di Universitas Amsterdam, Nunung merasa sangat


tidak nyaman (dia baru tiga bulan di sini untuk mengambil S2 atas biaya dari
negeri ini). (Ratna: 2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa keadaan di kota
Amsterdam dimana tokoh Nunung melanjutkan studi S2 nya bertempat pada kota
yang memiliki Universitas ternama sehingga banyak mahasiswa untuk studi
30

disana karena kekaguman dan ketertarikan. Kota Amsterdam menjadi bagian


dibangun sebagai kota metropolis sehingga membuat Nunung terasing dan
sangat merasa tidak nyaman. Seiring perkembangan zaman yang sering terjadi
dalam

Kolonialisme secara resmi memang telah berkahir ketika negara telah


memproklamasikan kemerdekaanya, namun bukan berarti praktik kolonialisme
berakhir sampai disana. Susunan wacana yang dilakukan Barat terhadap negara
Timur dengan segala bentuk budayanya, termasuk pada yang dilakukan oleh
tokoh Bryan, seorang mahasiswa Belanda, yang membangun prasangka mengenai
manusia dan budaya Indonesia melalui pengetahuannya yang memutar balikan
fakta, aturan dan sesuai dengan asumsinya sendiri. Terdapat pada kutipan :

Kalau begitu aku yang tahu tentang kamu. Penduduk negerimu 227 juta dan
sebagian besar muslim. Begitu plural bangsamu, dari yang bisa belajar di sini
sampai mereka yang tetap bertahan hidup di pedalaman Kalimantan atau
Papua. Sedangkan di sini hampir seragam kehidupannya. Negerimu
merupakan sebuah antropologi sejarah manusia yang sangat tua. Almarhum
opaku pernah ke sana, tapi percayalah, dia tidak pernah menembak siapa pun.
Karena dia bukan militer tetapi seorang pegawai di pabrik gula. Aku pernah
menemukan foto perempuan Jawa yang cantik di lemari buku opa. Aneh, dia
mirip kamu! (Ratna: 2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa Bryan mengetahui segala
mengenai negara Indonesia, sebab almarhum opa nya pernah ke Indonesia. dan
Bryan pun menemukan sebuah foto perempuan Jawa cantik yang ditemukan di
lemari buku opa nya dan bilang perempuan itu mirip Nunung. Dari sudut
pandang dan dari kepentingan orang Belanda, adalah dari suatu bentuk
komunikasi baik secara lisan maupun tulisan (post)kolonial yang tak bisa
dilepaskan dari interaksi kekuasaan, keunggulan dan tingkatan.

Kemudian tokoh Bryan terlihat berupaya untuk membangun citra manusia


Indonesia pada masa lampau dan masa kini dengan berkata kepada Nunung.
Terdapat pada kutipan:
31

Nunung sibuk menutupi rambutnya dengan penutup kepala jaketnya, agar


bisa mengurangi hawa dingin. Tiba-tiba Bryan berkata, Rambut orang Asia
itu bagus ya.
Nunung menatap wajah Bryan. Negeri ini mungkin penuh basa-basi. Dia tak
mau jauh berpikir. Melihat ke arah lain, beberapa mahasiswa berseliweran
dengan tas ransel di pundak. Bryan mengulangi ucapannya, Rambut orang
Asia memang bagus. Aku kepingin melukis rambutmu, Nyonya. (Ratna:
2009)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan yaitu ketika Nunung sedang


sibuk mengurusi rambunya Bryan datang dan langsung memujinya dan pada
kutipan berikutnya disertai keinginan Bryan untuk melukis rambut Nunung.
pernyataan tersebut termasuk berpotensi melahirkan kekuasaan Bryan atas diri
Nunung sendiri penerus bekas jajahan, lalu Bryan menyanjung Nunung untuk
mendapatkan untung. Penilaian fisik yang dikonstruksi Bryan juga menegaskan
tingkatan ras manusia yang terlibat pada pertentangan kelompok mengenai warna
rambut, mata dan kulit, orang Belanda berambut pirang, namun rambut orang
Indonesia hitam dan bagi Bryan indah terlihatnya. Lalu berusaha untuk
medialogkan gambaran orang Barat dan Timur, kemudian diceritakan
perlawanan atas kontruksi penilaian orang Indonesia yang dikontruksikan oleh
Bryan. Terdapat pada kutipan:

Mereka tertawa bersama dan Nunung bilang, Aku melihat laki-laki di


negerimu tidak punya banyak pancaran kelelakian, seperti laki-laki di
negeriku. Tapi, aku kira perempuan di negerimu sangat mandiri, mereka jadi
kehilangan watak keperempuanannya. (Ratna: 2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa Nunung berkata laki-laki
Belanda tidak ada pancaran kelakiannya namun beda dengan perempuannya yang
tergolong mandiri hingga hilang watak keperempuanannya. Dalam cerpen
Kanal karya Ratna Indraswari Ibrahim ini berusaha untuk membandingkan
perbedaan kontruksi gender kedua negara dan mengkontruksi gambaran manusia
Belanda dimata orang Indonesia. jadi terlihat adil apa yang dilakukan Nunung
dalam membalas Bryan.

Kecenderungan untuk meminta-minta sangat menonjol pada tokoh Bryan


yang memaksa meminta Nunung untuk dilukis olehnya sambil bercerita mengenai
32

budaya Indonesia. Dibandingkan Nunung begitu santai dan akhirnya menerima


tawaran Bryan lalu bercerita mengenai Indonesia seolah-olah menjatuhkan
bangsanya sendiri.

Bryan yang dianggap Nunung masih dianggap sebagai orang asing karena
baru kenal di kampus, dan tidak lama kemudian lalu berusaha akrab dengan
Nunung dengan mengatakan bahwa Bryan tahu banyak tentang negara Indonesia,
terutama terkait dengan masyarakat Indonesia itu sendiri yang beragam namun
dipenuhi kesenjangan sosial. Terdapat pada kutipan:

Kalau begitu aku yang tahu tentang kamu. Penduduk negerimu 227 juta dan
sebagian besar muslim. Begitu plural bangsamu, dari yang bisa belajar di sini
sampai mereka yang tetap bertahan hidup di pedalaman Kalimantan atau
Papua. Sedangkan di sini hampir seragam kehidupannya. (Ratna:2009)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa keterlibatan keadaan
yang muncul yakni pencitraan Bryan atas Indonesia dan Belanda. Dalam konteks
ini dapat dilihat bahwa Indonesia berada dalam posisi inferior (bermutu rendah)
dan Belanda dalam posisi superior (bermutu tinggi). Ketidakseimbangan orang
Indonesia, dari mereka yang mendapatkan kesempatan pendidikan dengan mereka
yang tidak mengenali siapa dirinya lagi di pedalaman adalah pembangun cerita
Indonesia yang dilakukan Bryan. Sebuah cerita yang seringkali dijadikan alasan
oleh beberapa negara Barat untuk melaksanakan setiap agenda memeradabkan
negara-negara dunia ketiga. Didalam bagian ini jika diperhatikan apakah
kebijakan dari Belanda untuk memberikan beasiswa kepada Nunung dapat berarti
seratus persen negatif dan selalu berada dalam kerangka oposisi biner antara
(bekas) penjajah dan terjajah? Hubungan penjajah dan yang dijajah tidak
selamanya dalam oposisi.

Indonesia dan Belanda sama-sama dapat meraih nilai keberuntungan.


Ternyata tokoh Nunung dapat pulang ke tanah air dengan ilmu yang lebih luas
berasal dari negeri Belanda untuk kemudian kelak akan terjun bekerja keras
membangun Indonesia. Dan negera Belanda sendiri mengambil keuntungan
33

dengan melakukan hubungan Kekuasaan serta pengaruh di Indonesia yang


melalui tokoh Nunung.

Anda mungkin juga menyukai