Anda di halaman 1dari 12

KEGIATAN BELAJAR 3

KONVENSI HAKHAK ANAK


A. LATAR BELAKANG LAHIRNYA KONVENSI HAKHAK ANAK
Latar belakang lahirnya konvensi hak anak adalah merupakan suatu upaya
kemanusiaan untuk mewujudkan perlindungan dan jaminan nyata atas hak-hak
anak di seluruh dunia. Kronologisnya gagasan hak anak bermula sejak
berakhirnya perang Dunia ke1 sebagai reaksi atas penderitaan yang timbul akibat
dari bencana peperangan terutama yang dialami oleh kaum perempuan dan anak-
anak.Liga Bangsa-Bangsa saat itu tergerak karena besarnya jumlah anak yatim
piatu akibat perang. Awal bergeraknya ide hak anak bermula dari gerakan para
aktivis perempuan yang melakukan protes dan meminta perhatian atas nasib anak-
anak yang menjadi korban perang. Salah seorang aktivis tersebut bernama
Eglantyne Jebb (pendiri Save the childrent), kemudian mengembangkan sepuluh
butir pernyataan hak anak atau rancangan deklarasi hak anak (Declaration of the
right of the child) yang pada tahun 1923 diadopsi oleh save the children Fund
Internasional Union. Pada tahun 1924 untuk pertama kalinya Deklarasi Hak Anak
diadopsi secara Internasional oleh liga Bangsa-Bangsa,yang dikenal dengan
Deklarasi Jenewa. Pada tahun 1948 setelah berakhirnya perang Dunia ke II, pada
pada tanggal 10 Desember Majlis PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia. Peristiwa ini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hak Asasi
Manusia se- Dunia. Hal ini menandai perkembanga penting dalam sejarah HAM.
Pada tahun 1959 Majlis Umum PBB kembali mengeluarkan pernyataan mengenai
hak anak yang merupakan deklarasi internasional kedua bagi hak anak. tahun
1979 saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional, pemerintah Polandia
mengajukan usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakan standar
internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara yuridis,
pada tahun1989, rancangan konvensi hak anak diselesaikan dan naskah akhir
tersebut disahkan oleh Majlis Umum PBB. pada tanggal 20 November konvensi
ini dirativikasi oleh setiap bangsa kecuali Somalia dan Amerika Serikat.
B. DESKRIPSI NASKAH KONVENSI HAK-HAK ANAK
Semua pihak yang menyatakan diri terlibat dengan anak, hendaklah membekali
dengan memahami hak-hak anak, gambaran tentang hak anak dapat di peroleh
melalui berbagai naskah,yang komprehensif deklarasinya dapat dijumpai dalam
rumusan naskah Konvensi Hak Anak perserikatan Bangsa-Bangsa(KHA PBB).
Rumusan yang tertuang dalam konvensi ini terdiri dari 54 pasal. konvensi ini
hingga sekarang dikenal sebaga satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi
Manusia yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi
sosial dan budaya.

Untuk memahami rumusan konvevsi ini dapat melalui dua tinjauan pertama
berdasarkan strukturnya dan kedua berdasrakan isinya.berdasarkan strukturnya
konvensi ini di bagi menjadi 4 bagian yakni;
1. preambule (mukadimah) yang berisi konteks konvensi hak anak bagian
satu (pasal 1-4) yang mengatur hak bagi semua anak
2. bagian dua (pasal 42-45) yang mengatur masalah pemantauan dan
pelaksanaan Konvensi Hak Anak
3. bagian tiga (pasal46-54) yang mengatur masalah pemberlakuan konvensi
Sedangkan menurut isinya, ada empat katagori konvensi hak anak yakni;
1. berdasarkan Induk Hak Asasi Manusia, dikatakan bahwa konvensi hak
anak mengandung hak-hak sipil politik dan hak-hak ekonomi, sosial
budaya.
2. Ditinjau dari sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi Hak Anak
yaitu negara bertanggungjawab memenuhi hak anak yakni orang dewasa
pada umumnya.
3. Hak atas kelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang
(development), hak atas perlindungan (protection) dan hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (partisipation)
4. Menurut cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak PBB
yang mengelompokan Konvensi Hak Anak menjadi delapan katagori.
Beberapa hal utama dan penting terkait dengan rumusan isi konvensi hak-hak
anak ini diantaranya yaitu:

1. Definisi anak
Pasal 1 Konvensi Hak Anak scara umum mendefinisikan anak sebagai orang yang
belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga mengakui
kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia
kedewasaan di dalam perundang undangan dari tiap-tiap negara peserta.

2. Prinsip-prinsip umum
Ada empat prinsip umum yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak yakni
sebagai berikut
a. Prinsip non-diskriminasi.
b. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child).
c. Prinsip atas hak hidup, kelengsungan dan perkembangan (the right to life
survival and development).
d. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak(respect for thr view of the
child).

3. Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Pengganti

Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya


pemenuhan hak anak. Oleh karena itu, maka lingkungan keluarga memperoleh
perhatian khusus dalam Konvensi Hak Anak.bagi anak-anak yang hidup dan
berkembang di luar keluarga alami, di berikan ketentuan-ketentuan khusus untuk
memberikan kepada mereka keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat
bahwa anak-anak tergantug pada orang dewasa. Inlah yang disebut dengan
pengasuh pengganti.

4. Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar

Kesehatan dan kesejahteraan dasar bersisi berbagai ketentuan yang pada


prinsipnya memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan
yang layak agar mereka berkembang. baik fisik, mental spiritual, moral maupun
sosial dengan baik, termasuk layanan kesehatan dan jaminan sosial

5. Pendidikna Waktu Luang dan kegiatan Budaya

Kelompok ini memberikan hak anak untuk berkembang. pendidikan disini


termasuk juga latihan dan bimbimgan kejujuran. perlu juga diperhatikan bahwa
kegiatan waktu luang dan budaya dianggap penting pengaruhnya bagi
perkembangan anak.

6. Langkah-langkah Perlindungan khusus

Langkah perlindungan khusus ini diperlukan karena anak merupakan individu


yang belum matang baik secara fisik, mental, maupun sosial, dan kondidsinya
rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, penerlantaran dan lain-lainnya. Ancaman
terhadap anak pada saat ini baik ancaman fisik, mental maupun sosial ternyata
lebih serius dibandingkan pada waktu-waktu yang lalu. Secara umum anak
dilindungi dari:

a. Keadaan darurat atau keadan yang membahayakan.


b. Kesewenanga-wenangan hukum.
c. Eksploitasi termasuk tindakan kekerasan(abouse) dan penelantaran.
d. Diskriminasi.

Komite Hak Anak PBB, dalam pedoman laporan untuk Negara peserta
mengatagorikan anak-anak yang membutuhkan upaya perlindugan khusus tersebut
yakni sebagai berikut:

a. Anak yang berada situasi darurat, yakni pengungsi anak dan anak yang
berada dalam situasi konflik bersenjata.
b. Anak yang mengalami masalah dalam hukum.
c. Anak yang mengalami situasi eksploitasi
d. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat
7. Pihak-pihak Terkait dengan Konvensi Hak Anak

Kekhususan konvensi-konvensi dibidang Hak Asasi Manusia sebagai suatu


bentuk perjanjian Internasional ialah bahwa negara yang melakukan retivikasi
konvensi berjanji untuk saling berjanji untuk terikat pada kewajiban guna
memberikan hak kepada manusia yang berada dalam wilayah hukum negara
bersangkutan, dalam konteks tersebut, pihak pihak yang terkait dengan konvensi
Hak Anak pada dasarnya meliputi;

a. Anak sebagai pemegang hak dan


b. Negara sebagai pihak yang berkewajiban memenuhi hak anak.

8. Langkah-langkah Implementasi Umum

Langakah-langkah implementasi umum antara lain meliputi hal-hal berikut:

a. Niat untuk menarik reservasi.


b. Upaya menyesuaikan legistasi nasional terhadap prinsip dan ketentuan
Konvensi Hak Anak.
c. Upaya perumusan strategi nasional bagi anak yang secara komprehensip
mengacu pada kerangka Konvensi Hak Anak berikut penetapan tujuan-
tujuanya.
d. Penerjamahan Konvensi Hak Anak kedalam bahasa nasional dan bahasa
daerah serta penyebarluasan konvensi.
e. Penyebarluasan laporan yang disiapkan oleh pemerintah berikut
kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan olah Komite Hak Anak
terhadap laporan pemerintah
f. Dan lain-lain.

9. Pelanggaran Hak Anak

Yang dimaksud Pelanggaran di dalam konteks Konvensi Hak Anak berarti dua
macam diantaranya yaitu:
a. Jika negra melakukan tindakan baik tindakan legislatif, administratif atau
tindakan yang seharusnya tidak dilakukan, misalnya melakukan
penyiksaan atau menginterpretasi hak anak untuk memperoleh informasi,
ini suatu bentuk pelanggaran yang nyata.
b. Non compliance, yaitu Negara tidak melakukan tindakan, baik tindakan
legislative, administrative atau tindakan lain yang diisyaratkan oleh
Konvensi Hak Anak bagi pemenuhan Hak anak, khususnya yang
berhubungan dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.secar umum yang
dimaksud dengan pelanggaran dalam Konvensi Hak Anak diukur dari
compliance atau pemenuhan Negara terhadap kewajiban-kewajibannya.

C. IMPLIKASI KHA DALAM BIDANG PENDIDIKAN, KHUSUSNYA


TERHADAP PAUD

Implikasi Konvensi Hak Anak dalam bidang penddikan , khususnya terhadap


Pendidikan anak usia dini yaitu:

1. Himbauan Dunia dalam penegakan Hak-hak anak.


Sejak dilahirkan KHA di PBB, langsung diikuti dengan berbagai upaya yang
dapat segera diwujudkan yaitu dengan membuat himbauan kepada seluruh Negara
anggota, terutama yang telah dan dan hendak meretivikasi KHA di negaranya.
intinya adalah menggiring agar tindakan Negara-negara di dunia dapat selaras
dengan substansi yang diharapkan oleh KHA.

2. Konvensi Bagi Indonesia dalam penegakan Hak-hak Anak


Konvensi dan kewajiban Indonesia yang secara tegas ikut merativikasi KHA
memang cukup luas, beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh Negara, antara
lain sebagai berikut:
a. Mengakui hak anak yang dirumuskan dalam konvensi.
b. Melakukan langkah-langa langkah lagislatif (menyempurnakan peraturan/
perundangan agar sesuai dengan prinsip dan ketentuan konvensi atau
membuat perturan perundangan baru yang harus selaras dengan kinvensi).
c. Melakukan langkah-langkah administrative (untuk erealisasian hak anak).
d. Melkukan langkah-langakah budgetair (untuk mengimplementasikan hak
anak terutama hak-hak ekonomi, sosial dan budaya).
e. Melakukan langkah-langkah pendidikan (untuk merombak praktek-praktek
sosial yang tidak sejalan dengan prinsip dan ketentuan konvensi dan
mencpitakan lingkungan yang kondusif bagi penentuah hak anak)
f. Melakukan kerja sama internasional, bilateral maupun multilatelar
g. Melibatkan dan bekerja sama dengan badan-badan PBB, organisasi-
organisasi non-pemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional
h. Tidak melakukan tindakan-tindakan berkaitan dengan hak-hak yang
bersifat negatif (menahan atau memenjarakan anak secara sewenang-
wenang dan menyalahi prosedur hukum, menimbulkan ketakutan,
melakukan penyiksaan, penghukuman yang keji, tidak manusiawi dan
yang merendahkan martabat, dan tidak mengintersepsi kehidupan pribadi
anak

3. Implikasi KHA dalam pendidikan Anak Usia Dini


a. Kondisi pemenuhan hak-hak anak di Indonesia
Sudah cukup lama Indonesia meratifikasi KHA. Resminya sejak
dikeluarkannya kepurusan presiden No.36/1990 tanggal 25 Agustus 1990
yang berisi bahwa Indonesia secara formal meratifikasikan hasil-hasil
konvensi hak anak. namun komitmen nampaknya belum membawa
dampak positif terhadap keseluruhan penenganan hak asasi anak
Indonesia.berdasarkan data resmi Komisi Nasional Perlindungan Anak
sepanjang tahun 2007, sebanyak 40,3 juta anak telah dilanggar haknya
yaitu dalam kebutuhan dasarnya anak belum terpenuhi. pelangaran
tertinggi adalah hak anak menempuh pendidikan sebanyak 33,9 juta anak,
hak jaminan kesahatan sebanyak 3,2 juta anak, dan eksplotasi anak
sebanyak 3,16 juta anak. Bahkan menurut ketua Komite Nasional
Perlindungan Anak, Seto Mulyadi (2007), sekitar 80-90 persen anak-anak
Indonesia masih belum mendapatkan hak-haknya. Itu berarti fakta di
lapangan 15 persen lebih tinggi dari 40,3 juta, penyebabnya adalah karena
banyak data yang tidak tercatat dikarenakan keterbatasan aksen pencatatan
dan ketidaktahuan masyarakat untuk melaporkan kasus pelanggaran.
b. Implikasi terhadap layanan pendidikan anak usia dini
1) Pergeseran fokus pembangunan pendidikan di Indonesia
Perubahan pandangan dalam di dunia pendidikan dan berbagai
perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Iptek)
membawa dampak pada berbagai aspek pendidikan, termasuk pada
kebijakan pendidikan. Jika pada awal-awal kemerdekaan, fokus
perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar,
menengah , dan tinggi, maka secara berangsur-angsur perhatian
pemerintah juga tertuju pada pendidikan anak usia dini. Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di tujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melelui pengasuhan, pembimbingan, da pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut(undang-undang
nomor 20/2003 tentang system pendidian nasonal). Pemahaman
yang dimilki orang tua barangkali terbatas pada kebutuhan agar
anaknya sebelum masuk SD harus masuk TK terlebih dahulu dan
mengharuskan anaknya sebelum masuk SD, anak harus pandai
membaca, menulis dan berhitung, padahal pendidkan TK tidak
mengaharuskan pencapaian kemampuan membaca dan menulis dan
berhitung. Melihat kondasi tersebut, maka perlu dilakukan upaya-
upaya pengendalian dan pelurusan, sebab jika diabaikan yang akan
terjadi justru bukanlah pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang
anak, melainkan pelenggaran terhadap hak-hak anak usia dini.
2) Implikasi pada PAUD; Tujuan dan Strategi
a. Tujuan penyelenggaraan PAUD Bredasarkan KHA
Pendidikna anak usia dini memilki fungsi utama
mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi
perkembangan kognitif, bahasa, fisik, (motorik kasar dan halus)
sosial dan emosional. tujuan pendidikan anak usia dini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(1) Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang
memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia dan potensinya.
(2) Mengidentifikasikan penyimpangan yang mugkin terjadi
sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan
intervensi dini.
(3) Menyediakan pengalaman yang beraneka ragam dan
mengasyikan bagi anak usia, yang memungkinkan mereka
mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga
siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah
dasar.
b. Strategi Penyelenggaraan PAUD Berdasarkan KHA
Untuk membangun dan mengembangkan PAUD, berbagai
kebijakan tekah dilakukan olah pemerintah , mulai dari system
perundang-undangan, sampai dengan hal-hal yang bersifat
teknis oprasional dan kebijakan pemerintah berkanaan dengan
tugas guru dan ekspekstasinya kinerja guru PAUD. Pada pasal
28 di tetapkan pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur formal, nonformal dan informal. pendidikan anak
usia dini dalam pendidikan formal berbentuk Taman Penitipan
Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan
pendidikan anak dalam jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga, atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
MODOL 2

IMPLIKASI KONVENSI HAK ANAK TERHADAP PAUD JALUR


INFORMAL

Perwujudan atas setiap isi yang terkandung dalam naskah KHA sangtlah penting
untuk segara direalisasikan. Salah satu sasaran yang harus perlu dijangkau adalah
sasaran penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan pada jalur informal.
Pendidikan usia dini jalur informal sacara umum adalah yang diselenggarakan
oleh keluarga-keluarga yang ada di Indonesia. Dengan penerapan anak usia dini
jalur informal berlandaskan pada rumusan-rumusan yang tertuang dalam KHA,
maka diharapkan setiap anak yang dibina dalam pendidikan keluarga dapat
tumbuh dan berkembanag secara optimal.

Kegiata belajar 1

BATASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JALUR INFORMAL

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN INFORMAL

Salah satu pengertian utama tentang pendidikan informal terutama dalam UU No


20 tahun 2003 tentang sidknas pada pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan
informal adalah pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan lingkungan.

Terdapat dua makna dari pengertian di atas pertama yaitu adanya pengakuan akan
pentingnya pendidkan di keluarga dan lingkungan bagi anak, kedua yaitu
menyiratkan adanya tuntutan tertentu atas penyelengaraan pendidikan keluarga
dan lingkungan yang mengikuti standar atas ketentuan yang sepatutnya.

1. Pengakuan Akan Pentingnya Pendidkan DI Keluarga dan Lingkungan

Pendidikan informal perlu diakui keberadaannya secara penuh, karena pendidikan


kelurga dan lingkungan merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak,
mengandung pengertian bahawa sejak seorang anak dilahirkan, bahkan sejak
dalam kandungan orang tua mengawali pemberian stimulus atau rangsangan-
rangsangan bagi kebutuhan tumbuh kembang anak, termasuk rangsangan
berbagai aspek kecerdasan anak.

2. Tuntutan Akan Standar Penyelenggaraan Pendidikan di Keluarga dan


Lingkungan.

Penyelenggaraan pendidikan di keluarga dan lingkungan tidak boleh sembarangan


atau asal-asalan; melainkan harus memenuhi standar yang layak dan berdampak
positif bagi anak. karena harus disadari bahwa anak adalah praktisi dan investasi
masa depan, dan kaitannya dengan pendidikan di lingkungan, maka sikap dan
prilaku oarng tua dapat menentukan gagal atau berhasilnya anak, kedua alasan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Anak adalah praktisi dan investasi masa depan

Makna dari anak merupakan praktisi masa depan yaitu anaklah yang mengisi baik
buruknya hari esok. Keberhasilan membina anak sejak dini merupakan
kesuksesan bagi masa depan anak. sebaliknya kegagalan dalam memberikan
pembinaan, pengasuhan, dan peralakuan akan menjadi bencana bagi kehidupan
anak di kehidupan kelak. orang tua hendaknyamemahami perkembanagn anak
secara meneyeluruh berkaitan dengan menyiapkan generasi, serta pengembangan
program perlakuan yang efektif disebut juga kemampuan memproyeksi masa
depan yang berupa peluang tantangan-tantangan maupun feomena-fenomena yang
akan berkembang kemmapuan ini sanhat berguna dalam mebuat program asuhan
dan bimbingan terhadap anak, sehingga menjadi lebih berarti dan tepat sasaran.

b. Sikap dan perilaku orang tua dapat menentukan gagal atau berhasilnya
anak.

Dr maria Montessori melalui serangkaian penelitiannya yang dilakukan terhadap


anak dan proses pendidikannya yang dikenal dengan casa dei bambini (children
house) di Roma, menyimpulkan bahwa anak sejak lahir hingga 6 tahun adalah
tahun formatif yaitu usia terpenting dalam pembentukan kepribadian individu.
Oleh karena itu orang tua harus memahami perkembangan dan cara belajar anak,
sesungguhnya anak lebih senang belajar, mencari sesuatu yang baru dan
menantang untuk dikerjakan dari pada dihibur dan dimanja semata. Semakin
optimal dan luas orang tua mengembangkan otak anak akan makin menantangnya
untuk belajar dan mencari pengalaman baru. Dengan demikian sikap dan perilaku
orang tua akan sangat menentukan perubahan pada prilaku dan sikap anak.

Anda mungkin juga menyukai