Anda di halaman 1dari 200

DASAH{-MA.

$AR

ffiHrffiffihffi
Ensin Seytran

J
..

GADJAH M-^ D4 UN T'}'h]RSI?'Y PREI}S

:.
t r- ,_
) ) / (t',1
ERSIN SEYHAN 3sy
Itt
i ,l cl
!

DASAR-DASAR
HIDROLOGI

Pencrjemah:

Ir. Sentot Subagyo

Editor:

Prof. Dr. Ir. Soenardi Prawirohatmodjo


Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Gadjah Mada University Press


1990
PENGANTAR
Dr. Ir. Ersin Seyhan,
Instinrut voor Aardwetenschappen [.
Vrije Universiteit, Amsterdam
t, l, Buku ini dimaksudkan untuk menyediakan alat bagi bukan ahli hidrologi
untuk mempelajari proses-proses dasar yang terlibat dalam hidrologi. Buku
ini tidak merupakan buku ajar yang lengkap, tetapi didasarkan atas pemberian
reneffilJL;. pengetahuan pada bukan ahli hidrologi tentang topik-topik hidrologi yang
paling sering muncul. Tetapi pada beberapa hal, kenyataan-kenyataan
diterangkan dalam lebih banyak detil daripada yang diperlukan. Ini dilakukan
Nornor dengan tujuan untuk menjadikan buku ini tetap sebagai buku acuan.
t.
I i.,E Gt.<
Torg,gur , t> /. IPD
r"
1 /ttS1
4 April 1977 E. Seyhan

s: "f;
English :
Edition FUNDAMENTALS OF HYDHOLOGY
Bevised edition
By : Ereln SeYhan
Copyright @ 1b77 by Ersin Seyhan; published by Geogra1sch lnstituut der
Rijksuniversitoit ts Utrecht.

Edisilndonesia : DASAR'DASAR HIDROLOGI


@ 1990 by GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
iranslalion Copyright
P.O. Box 14 Bulaksumur, Yogyakarla.

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin brtulis dari penerbit,


i"Oigiin atai seturuhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, photoprint, t
microfilm dan sebag ainy a.
S'' r','
431.57.11.90
Dicetak pada:
GADJAH MADA UNIVEBSITY PRESS
9003041-C2E

tsBN 979-420-175-6

l
I
rh I)AI.'TAR ISI
halaman
,I
I. PENDAHULUAN I
ti l.l. Batasan 1

1.2. Sejarah singkat I

2. TANGGAPAN SISTEM 6
2.1. Konsep sistem 6
2.2. Tanggapan Daerah Aliran Sungai - Daur Hidrologi 't
tt 2.3. Persanraan neraca air ...
di ,f
12

-r. PRESIPITASI . .. l9
3.1. Pendahuluan . l9
\ 3.2. Tipe-tipe presipitasi t9
I
I 3.2.1. Klasifikasi genetik ... .. l9
I
3.2.2. Klasifikasi bentuk 21
!,
Keragaman- keragaman presipitasi 22
fu
il 3.4. Ukuran dan laju jatuhnya tetesan hujan . 25
3.5. Penguk uran presipitasr 34
3.5.1. Persyaratan penakar hujan . 34
3.5.2. Alat-alat pengukur presipitasi 42
3.6. Penyajian agihan-titik presipitasi . . . . 54
& l'' 3.7. Pemrosesan dala presipitasi: karakteristik ruang-waktu . . 55
3.7.1. Penentuan agihan kawasan 55
3.7 .2. Penambahan cacaran presipirasi 6t
3.7.3. Analisis jeluk-luas-lama hujan . 67
3.8. Pemrosesan data presipitasi: penerapan desain 68
3.8.1. Analisis jeluk-lama hujan-frekuensi . 68
vlll lx

3.8.2. Transformasi curah hujan titik dengan curah hujan 20t


6,4.4. Pengukuran irisan melintang saluran
kawasan 70 203
6.4.5. Pengukuran kecepatan alirarl '
3.9. Intersepsi ... 72
6.4.6. Penentuan dan pengukuran debit '
209
22t
4. INFILTRASI .. 6.5. Hubungan tinggi air - debit
74
6.6. Keragaman limPasan ....
221
4.1. Pendahuluan . 74 223
4.2. Lengas tanah . 6.7. Hubungan curah hujan dengan linlpasan .)1<
77
4.2.1. Konsep umum lengas tanah. 6.8. Konsep hidrograf
77
6.8.1. Proses limpasan dal.r komponen-komponen hidro-
4.2.2. Potensial air tanah . 80 22s
graf ..
4.2.3. Kurva tegangan 8l 229
6.8.2. Pemisahan aliran dasar '
4.2.4. Histeresis . 84 233
6.8.3. Hidrograf satuan
4.2.5. Penampang jeluk lengas tanah . 87 23s
6.9. Penaksiran limPasan... "
4.2.6. Gerakan naik lengas tanah-gerakan kapiler . . . ..
6.9.1. Limpasan rata-rata bulanan dan tahunatl " " " "
87 235
4.2.7. Pengukuran potensial air tanah 90 23',l
6.9.2. Penaksiran banjir .. "'
4.2.8. Pengukuran lengas tanah . 94 246
6.9.3. Metode bilangan kurva '
4.3. Kepentingan praktis infiltrasi 99 I
6.9.4. Peramalan aliran mininlunl ^LL+

4.4. Faktor-faktoryangmempengaruhi infiltrasi ...... 99


4.5. Keragaman waktu kapasitas infiltrasi t02 254
7. AIR BUMI
4.6. Penentuan laju-laju infiltrasi 103 254
7.1. Tempat datr asal mula air tanah '
4.6.1. Penentuan infiltrasi sebagai suatu fungsi dalam 256
7.1.1. Sifat-sifat batuan dan terjadinya air tanah
proses limpasan 103 259
7. I .2. TiPe-tiPe akiler
4.6.2. Penentuan infiltrasi sebagai suatu faktor dalam
7.1.3. Konstanta-konstanta getlhidrologika akifer " " "
pe- 260
ngisian kembali air tanah tt7 7.i,.i. penentuan pengisian kenrbali akifer ' 284
28s
5. EVAPOTRANSPIRASI ....
'7
.2. Cerakan air tanah
t23 7.2.1. Hukum-hukum yang mengatur aliran air tanah " ' 285
5.1. Pendahuluan . t23 '7.2.2. Arah aliran air tanah. 290
5.2. Fisika evaporasi t26 1.2,2.1 Caris-garis aliran air tanah-Gerakan pada
5.3. Terminologi evaporasi . . . 132 bidang zx .... 29o
5.4. Pengukuran evaporasi ... 133 '7
.2.2.2.Caris-garis alirarl air tallah-Cerakatr pada
5.5. Penaksiran evaporasi .... t45 bidang xy .... 292
5.6. Pengurangan evaporasi 181 1 .2.2.3.Alirari air tanah melalui suatu batas
293
1 .2.2.4.Pengukuran arah aliran air tanal.r
I
293
.\-/
6.AIMPASAN PERMUKAAN DAN HIDROLOGI
-.- 6.1. Batasan-batasan . .\. . SUNGAI .. t82 7.3. Aras-aras dan fluktuasi air tanah 295
.

6.2. Faktor-faktor yang memper\garuhi limpasan


182 i.?. Uubungan atltara air perrnukaan dan air tanah 298

6.3. Keragaman stokastik dalam'limpasan


187
fl}. produtsi(hasil) air tanah yang aman 301
188 ff.a. peneitian kembali secara buatart 302
6.4. Pengukuran limpasan ... .
6.4.1, Pemilihan lokasi penakar limpasan
188 i/. tnttuti air garam (laut) . 3()5
188 7.8. Penelitian-penelitian pernlukaan dan bawalr perntukaall

I
6.4.2. Periode pengamatan . .. lOs
195 air tanah
6.4.3. Alat-alat pengukur tinggi air . . . 195
--\\

308
8. HIDROLOGI F{UTAN .... 308
8.1. Sejarah singkat 309
8.2. Neraca air kawasan hutan ' 309
8.3. Kondisi-kondisi iklim dalam hutan ' ' ' ' 309
8.3.1. Suhu dan radiasr 3ll
8.3.2. Kelembaban 3l I
8.3.3. Angin 3ll
Presipitast
lntersepsi
312 1. PENDAHULUAN
313
EvapotransPlrasl " ' '
315
I nfiltrasi 315
Aliran Permukaan 316 1.1. BATASAN
Limpasan 317
8.9.1. Debit-debit maksimum ' 317 Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya,
8.9.2. Aliran-aliran yang rendalt peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisikanya, dan reaksi
II 319 dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-makh-
RUJUKAN.RUJUKAN luk hidup (International Glossary of Hidrology, 1974). Karena perkem-
;;;il- i : oRGANISASI DAN MATALAH-MATALAH 3sl bangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi ilmu dasar dari
pengelolaon sumberdaya-sumberdoya air (rumah tanggo oir) yang
LAMPIRAN B SATUAN-SATUAN UKURAN, KONSTAN-
merupakan pengembangdn, agihan dan penggunaan sumberdaya-
TA.KONSTANTA FISIKA DAN MATEMA-
355 sumberdaya air secara terencana. Banyak proyek di dunia (rekayasa air,
TIKA . irigasi, pengendalian banjir, drainase, tenaga air dan lain-lain) dilakukan
LAIVIPIRAN C KONSTANTA-KONSTANTATANAH ""' 363
dengan terlebih dahulu melaksanakan survei kondisi-kondisi hidrologi
LAMPIRAN D RUMUS.RUMUS STATISTIKA 365 yang cukup. Survei-survei tersebut meliputi prosedur-prosedur pengum-
HIDROLIKA . 368 pulan data di lapangan, sampai pemrosesan data dan karena itu
LAMPIRAN E TERMINOLOGI
menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Pada
LAMPIRAN F KOEFISIEN KEKASARAN MANNING "" 371
Tabel l-l disajikan beberapa hal yang berkaitan dengan hidrologi
dalam hubungannya dengan proyek-proyek yang berlainan.

r.2. SEIARAH SINGKAT

Manusia, dari semula, telah menyadari pentingnya air bagi dia dh.
bagi lingkungannya. Ahli filsafat terdahulu memandang air sebagai
salah satu dari 4 unsur dasar (api, bumi, udara dan air). Sampai abad
ke-16 teka-teki besar adalah mengenai asal muasal air. Konsep daur
hidrologi belum disadari. Karena itulah, kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan infiltrasi belum dapat dikaitkan satu sama lain. Namun,
pada abad ke-16, Leonardo da Vinci menuliskan gambaran yang palirrg
t
\ I
. .ri
Iabel l.l, Penlingnla paramrter-paranreter hidrologi dalam berbagai proyek (dikutip dari Volkcr, l96E)

PARAMETER HIDROT oct


PXESIPITASI EVAPORASI DEBII'DAN -*,rN LXStt
l
^t,aTR^sl TINCCI AIR '*
i

F.rosi tanah lerr-gas tanah Ka gr3511n5 itriilt rasi


'"111:
Pengendalian banjir Jeluk hujan, irrten- Frekuensi banjir Perenrbesan inllttctl
- I La.tu infiltrasi akru-
sitas & lama hujan ial maksimal, Menim-
bulkan aliran tinggi
I
air
_t-- Hidrograf tinggi air, Perembesan dari
lama hujan, air kanal atau saluran
yang dangkal/rendah

Listrik Tenaga air Presipitasi dan eva :rorasi pada DAS dan Minimum Perembesan melalui
dari kawasan atau daerah reservoir bendungan

Flekuensi hujan, L"Jr, -l,l""rt ,k* Rata


intensitas & lanra
ll.lrk'.t*t,,"-
I hun
"* al
I
hujan
t___
Valiasi tahurtatt ple: I Erapolasi tlarr Kehilangan karetta Tahun-tahun basah Kelrilarrgarr kalr'rra
sipitasi & rttusinr ta-- | rlansnirasi nrals. inliltrasi & kering, tinggi air perkolasr, jcluk
l)antan pada masukan tinggi nruka air

Pasokarr air
l_
Plesipitasi dan ei a lrorasi pada DAS & dati Tahun-tahun basah Produksi air lang
kawasarr atau daer th lesetroir & kering antall
f-
Reserroir ail tanalr Plesipitasi talrunan IEraptrlari talrunarr ,rtrr"ri **,-" Perembesan influen Cadarrgan
nrelebilri pasokarr I dari karlasart pastrkatt perrgisian kenrbali dan eflluen

d
f ?

-gi
i*B 1

iiiEFFBiiiEiiIEiiEIEig[g-**

,4
4

1.3. HUBUNGAN HIDROLOGI DENGAN PELBAGAI DISIPLIN Il. Biologi Lingkungan.


ILMU 12. Kimia.

l. Meteorologi : Dalam bidang perbatasan, hidrometeorologi, ahli


hidrologi dan meteorologi berkepentingan dalam mengkaji
proSeS-proSeSatmoster.DalamhaIini,klimatologi,juga
berkaitan erat dengan kedua ilmu tersebut. {0' T
2. Rekayasa : Salah satu ilmu dasar pengelolaan air adalah hidrologi
dan penerapan praktisnya adalah rekayasa air. Hidrometri t
I

(pengukuran kedalaman (jeluk) dan debit sungai) merupakan I


subyek yang berkaitan bagi hidrolog dan insinyur air. I
3. Rekayasa Pertanian : Dalam merancang, menyusun dan mengerja- I
kan sistem irigasi dan drainase, perlindungan lahan pertanian i

terhadap erosi, pengaturan mata rantai air yang kecil dan I


lr reklamasi lahan, hidrologi merupakan salah satu subyek yang {
:i
utama bagi insinyur pertanian.
l, 4. Ilmu Tanah : Problem-problem . keragaman infiltrasi dan lengas
tanah menjadi perhatian hidrolog dan ilmuwan tanah.
5. Kehutanan : Drainase tanah hutan, transpirasi, intersepsi dan lain-
,t lain, merupakan topik-topik yang berkaitan. ,,1 I
6. Geologi : Untuk penelitian-penelitian air tanah pengertian geologi
I
yang memadai adalah perlu. Hidrogeologi adalah pengkajian air
tanah oleh geolog. Geohidrologi adalah pengkajian air tanah I
oleh hidrolog.
{,1,
7. Geofisika : Dalam kaitannya dengan eksplorasi bawah tanah, geofi-
sika merupakan topik yang penting dalam hidrologi. f,

8. Rekayasa Penyehatan : Topik-topik seperti drainase hujan menjadi f;

perhatian insinyur penyehatan dan hidrolog.


9. Statistik : Tempat statistik dalam hidrologi adalah yang terpenting f,

dalam kaitannya dengan analisis statistik data hidrologi. I


10. Geografi Fisika : Di mana saja pada permukaan lahan di muka bumi
r1;i "L'
ini, air menjadi bagian bentang lahan dan tampak pada sungai,
danau, gletser, tanah (lengas tanah) dan dalam tanah (air tanah).
Air ini dalam bentuk yang ada mempengaruhi ekologi suatu
kawasan. Dalam periode yang lebih singkat, ia mempengaruhi
proses-proses dinamis seperti erosi, gerakan masal dan lain-lain.
Dalam periode yang panjang, ia membentuk permukaan bumi. I
Karena itu, bagi seorang ahli geografi, hidrologi merupakan
bagian yang terpadu dari lingkungan, di dalamnya dikaji proses- {
proses dalam waktu dan ruang.
I

.,\ f
7

jadi urutan waktu limposan, Q(0 yang dihasilkannya. Keragaman dalam


keluuran, limpasan dalam hal ini, tergantung pada saling-tindak di an-
tara subsistem-subsistem ini. Tentu saja, suatu sistem secoro kuantilatif
diberi batasan dengan komponen-komponen atau peubah-peubah.
Misalnya, tata-guna lahan pada suatu daerah aliran sungai dapat digam-
barkan dengan peubah-peubah seperti persentase lahan hutan' persen-
,il' b tase lahan rumput, persentase lahan yang diusahakan, dan lain-lain.
Kelompok semua peubah tersebut yang bertindak saling berhubungan
satu sama lain mengendalikan kerja subsistem tersebut dan akhirnya
i juga kenampakan akhir dari presipitasi (mosukan) sebagai limpasan
2. TANGGAPAN SISTEM 1
(keluoron) setelah melewati beberapa tahapan'
Tanggapon daeroh aliron sungal tidak hanya merupakan limpasan
saja, melainkan juga erosi dan pengongkutan bahan-bahan kimia. Tiga
2.1. KONSEP SISTEM tanggapan ini juga bersaling-tindak (Gambar 2-l) antara mereka sen-
diri di dalam mengendalikan perubahan-perubohon dqlam doerqh sliron
Suatu sr^slern diberi batasan sebagai kumpulan obyek dan sub- sungai. Dalam suatu snalisis sistem (yang mempelajari sifat kesaling-
sistem yang disatukan dengan beberapa bentuk interaksi (saling-tindak) hubungan antara subsistem-subsistem) di mana limpasan dilihat sebagai
yang beraturan. Sebaliknya, subsistem-subsistem ini terdiri atas suatu keluaran, erosi dan pengangkutan bahan-bahan kimia dapat
komponen-komponen dan/atau peuboh-peubah yang semuanya dihilangkan karena proses-prosesnya sangat lambat.
bersama-sama membentuk subsistem yang khusus tersebut, yang
1

berhubungan
.dengan subsistem lainnya. Bila kita memandang suatu {'f I Model-model digunakan sebagai penerapan teknik-teknik
penghitungan terhadap analisis sistem. Model tersebut dapat bersifat
sistem yong mengolir yang dapat diterapkan pada suatu daerah aliran
fisik, analog, matematik maupun statistik.
sungai, maka akan nampak bahwa struktur sistem dari sistem ini adalah
2.2. TANGGAPAN DAERAH ALIRAN SUNGAI_DAUR
Fil"-ul* STRUKTUR SISTEM KELUARAN
HIDROLOGI
dserah oliran sungoi yang merupakan lahan total dan permukaan air
Daur hidrologi diberi batasanl sebagai suksesi tahapan-tahapan
yang dibatasi oleh suatu batas-air topografi dan yang dengan salah satu
yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer:
cara memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatu
evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk
irisan melintang tertentu. Faktor-faktor berikut (Seyhan, 1976c dan membentuk awan, presipitasi, akumulasl di dalam tanah maupun dalam
1977b):
tubuh air, dan evaporasi-kembali.
l) Faktor-faktor iklim f ll,'t Batasan yang bersifat umum ini digambarkan skematis pada
2) Faktor-faktor tanah .
Gambar-gambar 2-2 dan2-3. Penulis ingin menekankan di sini bahwa
a. Topografi il
daur hidrologi mempunyai manfaat yang kecil bagi hidrolog yang
b. Tanah terlibat dengan pengkajian terinci, kuantitatif dari terjadinya air dan
c. Geologi I
t gerakannya. Namun, daur tersebut berguna untuk memberikan konsep
d. Geomorfologi dan I pengantar mengenai bagaimana air bersirkulasi secara umum dan
3) Tata-guna lahan I proses-proses yang terlibat dalam sirkulasi ini.
membentuk subsistem dan bertindak sebagai operator di dalam
mengubah urutan waktu terjadinya presipitasi secara alami, P(t), men-
l. Batasan internasional disajikan dalam Glossary of Hidrology, 1974.

\ t/
nrik&O- vsrvg-ot,C6i EP-qiit seYHN r ufl'A WO
-\
I

Awan

Presipitasi

N
Hubungan cur4h hujan Erosi dan
dan limpasan Sedimerrtasi

IntersePsi Uap air


Kuantitas Aliran Pelarutan Beban
Air Bahan Kmia Sedimen

1;

Aliran Bawah Limpasan


Permukaan Permukaan
frt
I Gambar2-2, Diagram disederhanakan dari daur hidrologi (Ward, 1967).
I

menunjukkan pengaruh jangka panjang Evaporasi


-
Gambar2-1, Saling-tindak dari tanggapan daerah aliran sungai jika presipitasi menjadi Transpirasi
limpasan permukaan (Dickinson, 1967).

Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan Permukaan
lain-lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, per-
mukaan air dan saluran-saluran sungai (presipitasi saluron). Air yang Mintakat
jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi Kapasitas
dan/atau mencapai permukaan tanah dengan meneles saja maupun (*i t' Aerasi

Kenaikan kapiler
Limpasan permukaan
sebagai aliran batong) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh I I Perkolasi vans
pada tanah (through fall : air tembus) khususnya pada kasus hujan I au,",
dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi & Air tanah Saluran
berevoporasi selama perjalanannya dari atmosfer (lihat Gambar 2-4) dan
' sungar
sebagian pada permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang mem- Peremhesan ke
t saluran
,
basahi permukaan tanah berinfiltrqsi ke dalam tanah dan bergerak l
I menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat jenuh di bawah muka air { Gambar 2-3. Model daerah aliran sungai rekayasa (Allen, 1975).
I'

\
i
l0 ll

,E
,,/

Air tanah
(Mintakat jenuh)

t
I

Ketenngan:
P :,plesipitasi
Eo = evaPornsi air Pemukaan bebas P = presipitasi S : cadangan/penyimpanan permukaan
Etanalr : evaporasi tanah P" = presipitasi saluran Sc : cadangan/penyimpangan saluran
E = evaporasi Pr, = air tembus S. : cadangan/penyimpangan salju
T = transpirasi Ps-= aliran batang Sm : cadangan lengas tanah
I = intersepsi Ps = presipitasi tanah So = cadangan air tanah
Qs = limpasan permukaan I = intersepsi Q-. = limpasan permukaan
Q6, : limpasan permukaan langsung T = transpirasi Qd, = limpasan permukaan langsung
Q., = aliran bawah permukaan Eo = eviPorasi air Permukaan bebas Qss : aliran,/bawah Permukaan
E : infiltrasi Ea = vaPotransPirasi aktual Qe : aliran air tanah
S. = cadangan lengas tanah (r \ Sd = cadangan/penyimpangan depresi Q : debit aliran
Sg = cadangan air tanah permukaan
Ss = cadangan salju Da : detensi permukaan Q5- = salju Yang melebur
S = cadangan permukaan F: infiltrasi Q" : kenaikan kapiler
Qg = aliran*ar tanah # FR = perkolasi (pengisian kembali air
Qsrn = salju Yang melebur tanah)

I
I
Gambar 2-4. Sketsa tiga-dimensi proses-proses hidrologika. Gambar 2-5. Sketsa dua-dimensi proses-proses hidrologi.
{

\
l2 l3

tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akifer ke saluran- merupakan persamaan yang menggambarkan prinsip bahwa selama
saluran sungai (lihat Gambar 2-4 dan 2-5). Beberapa air yang berin- selang wsktu tertentu, masukan air total pada suatu ruqng tettentLr ha-
filtrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah rus sama dengan keluaran total ditambah perubahan bersih dalam
$ sebagai oliran bawsh permukoon Air yang berinfiltrasi juga cadangan.
memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa
I
rl
l. Neraca sir sualu danqu otau reservoir:
dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi berlangsung dari ,li
Perolehan : Kehilangan
stomata daun, (*
Setelah' bagian presipitasi yang pertama yang membasahi per- f
+
Qi+Qe+P+5:Qo+Se+Eo
mukaan tanah dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk I

di mana: Q1 : masukan air (Gambar 2-7)


pada permukaan tanah yang disebut dengan detensi permukaan (lapis
a" debit air tanah
air). Selanjutnya, detensi permukaan (Gambar 2-5) menjadi lebih tebal P presipitasi
(lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer.Dengan bertam- perubahan dalam cadangan
AS
bahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang keluaran air
Qo
mengalir ini disebut limpasan permukoan. Selama perjalanannya menu- SQ perembesan
ju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada depresi
Eo evaporasi air Permukaan bebas
permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan per-
mukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungoi, 2. Neracq air suatu kolom tsnoh
Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke at- Qri + Qi + C + P +AS: Qro + Qo + F* + E
mosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya
berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi t di mana: Qr1: masukan air limpasan permukaan
sebagai presipitasi. Qi : masukan air di bawah permukaan tanah
Ini adalah daur hidrologi yang sangat rumit. Daur ini juga C = air kapiler
mengandung dour-daur kecil seperti presipitasi yang jatuh pada per- p : presipitasi
mukaan air dan kemudian berevaporasi tanpa terlibat dengan proses- AS = perubahan pada lengas tanah
proses lainnya. Pada Gambar 2-6 daur hidrologi yang umum dan daur Q.o : keluaran air limpasan permukaan
yang kecil juga disajikan. Qo = keluaran air di bawah permukaan tanah
Sebagaimana dapat dilihat dari penjelasan singkat tentang daur FR : perkolasi
hidrologi, tanggapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi E : evaporasi tanah
merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nam-
3. Neraca oir suotu akifer
pak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi
Batas-batas ruang untuk penerapan persamaan neraca air bergan-
melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini
meningkat dengan keragaman areal vegetasi, formasi-formasi geologi,
t'r /t
lr, tung pada maksud pengkajian. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
2-7 batas-batas akan menjadi, misalnya:
kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal dan
,
waktu dari faktor-faktor iklim. l' ABGH untuk insinyur banjir
ACFH untuk insinyur pertanian
,4

CDEF untuk insinyur air tanah


2.3. PERSAMAAN NERACA AIR ADEH untuk instnYur sumber daYa air
t
4. Daur ogrohidrologi
Penafsiran kuantitatif dari daur hidrologi juga dicapai dengan
Untuk permukaan-permukaan lahan pertanian di negeri Belanda,
suatu persamaan umum yang disebut persomoqn neraca air. Ini
.t
E !o
o 3
! hb
g{
F_
il
qo
I lf3
t'
ot)
:>
-d
1-
)(,
qd
!
/q
-.o
\6
e rt
JYqI
dz-3
o EE >a
-o
o- q
oo rrt
V(
6
o
rr) E
o
N t.c
I
o
o
d
!
(B
o
o
o
(C
!
q
F
.l ca
q!
L
a
v
.t a 2
lfq-&q-.-.-,
17
I
Uap air di atmosfer
td
u.l
o
a o d
o
adangan salju o o o
Detensi permukaan dan cadangan depresi
$ El E
i3
.c Limpasan permukaan I nfiltrasi d
o
J 6
o. c(l
adangan permukaan (danau, sungai, kanal, dan lain-lain Cada4gan lengas tanah oo
o 6,
r EA
Kenaikan
kapiler

ca
a
Aliran air tanah Cadangan air tanah E
E
Intrusi Perembesan a
s Debit mata air garam airtanah
Lautan dan Samudra
L. x -j*--fu--
!
t7
l6
(Sokolov' 1976) Dengan demikian, dari presipitasi sebesar 750 mm/tahun yang
Tabel 2-1. Agihan sumberdaya-sumberdava air dunia yang diperkirakan
jatuh, 500 mm,/tahun (Eu = E + T) hilang sebagai evapotranspirasi
LOKASI LUAS PER- VOLUME JELUKAIR 9oAIR TO-
dan 250 mm/tahun hilang melalui air tanah menuju ke laut. Lim-
PERMUKA- AIR (km3) (m) TAL (90)
pasan permukaan (Q) adalah hampir nol. Penampang yang disajikan
AN (km2)
pada Gambar 2-7 adalah sketsa yang tidak realistik, yang merupakan
Samudera
Air bawah Permukaan
36 l .300.000 1.338.000.000 3.700 96,5
(e penyederhanaan penampang lahan di negeri Belanda.
5. Daeroh sliran droinase
Dengan menganggap daerah aliran drainase yang tidak
(gravitasidankapiler) 134.800.0o0 23.400.000 174 1,7

Air bawah permukaan ta-


menerima atau kehilangan air ke daerah aliran di sekitarnya' kecuali
war terus menerus 134.800.000 10.530.000 78 o,76
Lengas tanah 82.000.000 I 6.500 0,2 0,001 dari pintu utamanya (outlet), maka:
Cletser dan PenuIuPan
salju permanen 16.227.500 24.064.t00 t.463 l,'74 P:Ea+Q+AS
l,56
Antarktika 13.980.000 21.600.000
2.340.000
1.546
1.298 0,17 di mana: P : presipitasi
Greenland
Kepulauan Arctic
1.802.400
22b.100 83.500 369 0,006 Ea: evapotranspirasi
II
lr Pegunungan 2U.m 40.600 181 0,003 a : debit
Es tanah dalam Per- AS = cadangan permukaan dan bawah permukaan
lt mafrost 21.000.000 300.000 l4 o,22
Air danau 2.058.700 176.400 85,7 0,013 6. Neroca qir dunis
'fawar 1.236.400 91.000 73,6 0,007 Agihan air bumi yang didasarkan atas perhitungan Soviet YanB
103,8 0,006
Asin 822.300 85.400
0,0008
JI baru (Sokolov, 1976) disajikan pad4-!4b-el 2-1. Jumlah total air di
tt.4'10 4,28
Air rawa 2.682.600
148.800.000 2.120 0,014 0,0002 bumi diperkirakan 1.386 juta km3.96,590 air ini terkandung di
Saluran sungai
Air biologis 5 10.000.000 l.120 0,002 0,0001 samudera. Volume total air tawar (permukaan dan bawah per-
mukaan) yang tertinggal bagi manusia adalah 35 juta km3 yang
t
5 10.000.000 l 2.900 0,025 0,001
Air atmosfer
Cadangan air keseluruhan 5 10.000.000 I .385.984.610 2.7 t8 100
merupakan 2,5t/o darijumlah total air di bumi. Sedangkan 1.740/o air
r48.000.000 35.029.2tO 235 2,53
Cadangan air lawar tawar ini disimpan beku sebagai es dan salju dalam bentuk kantong es
dan dengan demikian tidak secara langsung tersedia.
; Pada Gambar 2-7, pola umum neraca air dunia antara lahan
termasuk sekitar I jura km kubik air tawar.
dan lautan juga disajikan. Harus diingat bahwa agihan ini didasarkan
pada suatu perhitungan Budyko yang baru (1962) (Eagleson, 1970)
Molen (1g74) memberikan daur agrohidrologi tahunan rata-rata sebagai dan berbeda nyata dari penghitungan yang lama (Volker, 1968). Per-
(semuanya dalam mm/satuan tahun): samaan neraca air untuk permukaan lahan (seluas 136 x 106 km2
(l'lr'\ -
P :presipitasi:750 3090 luas permukaan bumi) akan menjadi:
E :evaporasi:150 PL=EL+Ql --)72:41 +31
I : infiltrasi : 75O- 150 : 600
FR:perkolasi:300 di mana: P, presipitasi pada luasan lahan (cmltahun)
C : kenaikan kapiler : 50 evapotranspirasi dari luasan lahan (cmltahun)
ASm : cadangan sebagai lengas tanah : I-Fn +C:350
EL
T transpirasi : 350 a' limpasan ke laut dan samudera (jeluk diagihkan di atas
luasan lahan seluas 136 x 106 km) dalam cmltahun.
I Qs : debit air tanah ke laut : FR - C : 25o

\
18

Persamaan neraca untuk samudera (yang memiliki luas permukaan


sebesar 374x 106 km?r7\o/o dari luasan permukaan bumi) akan menjadi:

Ps+Qs:Es-)ll2+13=125
di mana: Pt = presipitasi pada lautan dan sam,ldera (cmltahun)
Es = evaporasi dari lautan dan samudera (cmltahun) ,
Qs : limpasan yang berasal dari luasan lahan (ieluk
diagihkan di atas luasan samudera seluas 374 x
lff km2) - cmltahun. 3. PRESIPITASI
Pada semua contoh yang disajikan sejauh ini, unsur penting
adalah botos ruong. Namun, botas woktu juga penting. Misalnya an-
daikan bahwa kita berminat di dalam mengembangkan suatu neraca air 3.1. PENDAHULUAN
dari daerah aliran 'drainase tertentu baik untuk sejumlah tahun dan un-
tuk suatu selang waktu (periode) yang panjang (misalnya 20 hingga 40 Presipitasi, bagaimanapun terjadinya, biasanya dinyatakan
tahun), maka neraca ini akan menjadi: sebagai kedalaman (jeluk) cairan yang berakumulasi di atas permukaan
Untuk periode yang pendek (singkat): bumi bila seandainya tidak terdapat kehilangan. Semua air yang
bergerak di dalam bagian lahan dari daur hidrologi secara langsung
i:k i: k i:k maupun tidak langsung perasal dari presipitasi. Sebaliknya,
+AS I I sebagaimana dijelaskan dalam daur hidrologi, sumber dari hampir
i:l i:l i=t semua presipitasi adalah laut. Udara yang diserap oleh air membawa air
yang diuapkan dari samudera dan bergerak hingga air tersebut men-
A S merupakan perbedaan antara cadangan pada permulaan dan
dingin sampai di bawah titik embun dan mempresipitasikan uap air
pada akhir periode (k-tahun)
sebagai hujan maupun bentuk presipitasi lain. Pengkajian mekanisme
Untuk periode yang ponjang: gerakan ini dan distribusi (agihan) uap air di udara merupakan
wewenang para ahli meteorologi dan klirnatologi. Para ahli hidrologi
i:n i:n i:n hanya tertarik pada agihan dari jumlah (berapa banyak), waktu (kapan)
lrzn;)r, : (l/n)>(EJi + trznllar + (l/n)(aS) dan ruang (di mana) dari presipitasi.
i:l i:l i:l
Jika periode pengamatan (n) adalah panjang, maka kata cadangan
dapat dihilangkan karena jumlahnya yang kecil. 1l 3.2. TIPE-TIPE PRESIPITASI
"a
(l/n) (AS) : o Tipe presipitasi dapat ditentukan atas dasar dua sudut pandangan
dan yang berlainan. Suatu klasifikasi dapat dilakukan baik atas dasar genesis
P=Eu+Q (asal mulanya) maupun atas dasar bentuk presipitasi'
di mana: F : presipitasi rata-rata
E^ : eYapotranspirasi rata-rata
3.2.1. Klosifikosi genetik
a debit rata-rata.
Klasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar terjadi
presipitasi, terdapat tiga faktor utama yang penting: suatu tubuh udara
21
20

yang lembab, inti kondensasi (partikel debu, kristal garam, dan lain-lain) Barat Timur

dan suatu sarana untuk menaikkan udara yang lembab ini, sehingga "'"l ter9'rt'Js
kondensasi dapat berlangsung sebagai akibat udara yang mendinginkan.
Pengangkatan ke atas dapat berlangsung dengan cara-cara pendinginan
sinklonik, orografik maupun konvektif.
Pendinginan siklonik terjadi dalam dua bentuk. Pendinginan
siklonik non-frontal terjadi bila udara bergerak dari kawasan di sekitar- { I muka dingin muka panas

nya ke kawasan suatu tekanan rendah yang ada. Dalam pekerjaan itu, BAGIAN VERTIKAL C-D HUJAN DI ATAS
udara tersebut memindahkan udara bertekanan rendah ke atas, men- cP : udara kutub berasal dari benua
dingin dan menghasilkan presipitasi berintensitas sedang (5 hingga l5 cm mT : udara tropika berasal dari laut
dalam 24 sampai 12 jam) tetapi berlangsung cukup lama (24 hingga 72
jam). Pendinginan siklonik frontal terjadi bila massa udara yang panas
naik di atas suatu tepi frontal yang dingin. Laju presipitasi yang terjadi
adalah sedang dan sering kali berlangsung lama.
Pendinginan orografik terjadi oleh aliran udara samudera yang
lewat di atas tanah dan dibelokkan ke atas oleh gunung-gunung di pan-
tai. Sebagian besar presipitasi jatuh pada sisi lereng arah datangnya
angin. Jumlah presipitasi yang lebih sedikit, disebut bayangan huian,
terjadi pada sisi kemiringan lereng karena hilangnya sebagian besar pendinginan orografik
lengas oleh gunung-gunung yang tinggi.
Pendinginan konvektif terjadi apabila udara panas oleh
pemanasan permukaan, naik dan mendingin untuk membentuk awan Gambar 3-1. Klasifikasi genetik presipitasi
dan setelah itu presipitasi. Presipitasi konvektif merupakan presipitasi
yang berlangsung sangat singkat (jarang 'melebihi I jam) namun 3.2.2. Klasifikasi Bentuk
berintensitas sangat tinggi. Presipitasi total dapat berjumlah hingga 8
atau l0 cm. udara panas Suatu perbedaan yang sedelh4naletapi mendasar dapat diadakan
udara dingin antara presipitasi vertikol dan horizonral. Presipitasi vertikal jatuh di
A :r: rJjrrr.....r:::.,rr..iir.rrl.:.:r.r....rrr:,,.:.:rr:.:,.r,.....'.... {j,.rrl.,r B atas permukaan bumi dan diukur oleh penakar hujan. Presipitasi
horizontal dibetuk di atas permukaan bumi dan tidak diukur oleh
Penampang vertikal A-B dari hujan di bawah
penakar hujan.
cP (dingin (r)
segar) Presipitasi vertikal:
1
l. Hujan: Air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan
*\'1-\i dari uap air di atmosfer.
Pendinginan siklonik 2. Hujan gerimis: Hujan dengan tetesan yang sangat kecil.
(Eagleson, 1970) 3. Salju: Kristal-kristal kecil air yang membeku yang secara langsung di-
7'(panas) bentuk dari uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasi
o.rka kurang dari 0'C.
9er9"'3o9r{\
gar\s
22 23

4. Hujan batu es: Gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang dipre- Keragaman waktu presipitasi dapat dipandang baik dalam
sipitasikan selama hujan badai. hubungannya dengan (l) rezim-rezim presipitasi ,(tahunan, musiman
5. Sleet: Campuran hujan dan salju. Hujan ini disebut juga glaze (salju atau jangka pendek) maupun dalam hubungannya dengan (2) peluang
basah). statistik (harga-harga yang ekstrem, frekuensi presipitasi, dan lain-lain).
Presipitasi horizontal : Untuk banyak tujuan, para ahli hidrologi membutuhkan empat
l. Es : Salju yang sangat dipadatkan. unsur berikut ini untuk mencirikan presipitasi yang jatuh pada suatu
2. Kabut: Uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air ( , titik:
halus di dekat permukaan tanah (pedut). l. Intensitas Jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu
3. Embun beku: Bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah (mm/menit, cm/jam, dan lain-lain)
dan vegetasi. Disebut juga embun beku putih atau embun beku 2. Lama hujan Periode presipitasi jatuh (menit, jam, dan lain-lain)
saja. 3. Frekuensi Ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi
4. Embun: Air yang dikondensasikan sebagai air di atas permukaan tu- tertentu akan jatuh pada suatu saat tertentu
buh yang dingin (permukaan tanah dan vegetasi) terutama pada 4. Luas areal Luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat
tf malam hari. Embun ini menguap di pagi hari. dianggap sama.
5. Kondensasi pada es dan dalam tanah: Kondensasi juga menghasilkan
presipitasi dari udara basah hangat yang mengalir di atas lem- Meskipun ada suatu perbedaan istilah, di sepanjang buku ini,
I
baran es dan pada iklim sedang di dalam beberapa sentimeter istilah presipitasi dan curah hujan (atau hujan) digunakan dengan arti
bagian atas tanah. yang sama.

Tsbel3,l, Conloh-conloh yang menunjukkan agihan (dislribusi) presipilasi rala-rala


3.3. KERAGAMAN.KERAGAMAN PRESIPITASI a lahunsn di bumi. Lokasi-lokasi diberi peluniuk dengan nomor dalam (iambar
3.2 (Britannica Allss, 1970).
Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim menjadi
perhatian para ahli hidrologi dalam mengkaji presipitasi. Dalam menen- No. Negara Lokasi Kawasan lklim Presipitasi rata-
tukan jumlah rata-rata presipitasi pada beberapa bagian permukaan rala tahunan
(mm/tahun)
bumi, maka faktor-faktor berikut ini, di samping sirkulasi uap air,
adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi l. Brazil Manaus Tropika Berhujan I 966
(Eagleson, 1970): 2. India Madras Tropika Basah & Kering 1279
l. Garis lintang 3. Australia Clomcurry Tropika Semi-Arid 409
2. Ketinggian tempat 4. Republik Persatuan
3. Jarak dari sumber-sumber air Arab Aswan Arid Panas 0
Jepang Tokyo Subtropika Basah l 538
4. Posisi di dalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan Aljazair Subtropika Kering 409
5. Arah angin yang umum (menuju atau menjauhi) terhadap sumber- (7 '{ 6.
7. Amerika Serikat
Quahran
Chicago Lintang-Tengah Basah 812
sumber air 8. Negeri Belanda Amsterdam Kelautan Sedang 693
6. Hubungannya dengan deretan gunung .9. Turki Ankara Lintang-Tengah Semi-Arid 290
7. Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan 10. Amerika Serikat Las Vegas Lintang-Tengah Arid 85
ll. Uni Sovyet Yakutsk sslarqle
-
333
Dalam Gambar 3-2 ditunjukkan distribusi (agihan) presipitasi rara- 12. . Uni Sovyet Dikson Margin Artika 194

rata tahunan bumi (terrestrial). Contoh-contoh yang khusus disajikan


dalam Tabel 3.1.
\

#^'tl
25

3.4. UKURAN DAN LAJU JATUHNYA TETESAN HUJAN

Tetesan-tetesan hujan menyebabkan pecahnya bongkahan tanah


yang besar, menghancurkannya dan menyebabkan pengangkutan
partikel-partikel tanah dengan percikan dan pencucian (Seyhan, 1976d
dan Riezebos, 1975). Tiap-tiap tetesan membawa suatu dampak
terhadap tanah dan memindahkan sejumlah energi tertentu. Energi
dapat dihitung dengan:
KE : Vz mv2, di mana: KE : energi kinetik (erg)
m : massa hujan atau hujan total (gram)
v : kecepatan akhir tetesan hu j ern
(cmldetik)
Jumlah energi kinetik yang ditimbulkan oleh tipe-tipe presipitasi
yang berbeda disajikan di bawah ini (Lull, 1959).
i

Tipe Presipitasi Intensitas Diameter Kecepatan Tetesan/ Energi Ki-


| (inci/jam) Median Jatuh (kak. kaki-kaki/ netik (pon
t tr
d a
(mm) /detik) detik kaki/kaki-
Ii kaki,/jam)
-c
d
d Kabut I 0,005 0,01 0,01 6.264.O00 4.O43 x rO-!
cl Halimun i 0.002 0,t 0,7 2.510 4.037 x l0-)
& Huian gerrimis I 0,01 0,96 13,5 t4 0,148
(,
I lujan ringan 0,04 I,24 15,7 26 o,797
d llujan sedang 0.15 1,60 18,7 46 4,241
A Hujan lebat I 0,60 2,0s 22,0 46 23,47
I' o Hujan berlebihan I r.oO 2,40 24,0 76 74,48
o.
(l
I (dirnodifikasi dari Gray, 1973; halaman 13.8)

t' o
o
('
Laju jatuhnya suatu tetesan hujan melalui udara yang tenang
tergantung pada ukurannya (Seyhan, 1676d). Mula-mula, kecepatannya
.6
E
's naik, tetapi selanjutnya mencapai suatu kecepatan yang konstan, yang
d
'6 disebut kecepatan akhir atau kecepatan terminal. Leonard (1904) dan
._
.EB a Laws (1941) melakukan percobaan-percobaan yang lama untuk menen-
o' .o
-oo
iqtD
o tukan kecepatan jatuh tetesan hujan. Hal ini ditunjukkan dalam Gam-
td
@oooo!
trdq@O! n bar 3-3. Kecepatan tetesan hujan di alam mungkin terletak di sekitar
E I ,t r I 5
a^oooq
x=Ntor
aa
e angka-angka ini. Untuk tetesan hujan yang mempunyai diameter lebih
besar dari 5,5 mm, kecepatan akhir tidaklah meningkat, melainkan
ffiilmttt . aa
I
()
menurun dengan meningkatnya ukuran tetesan hujan. Hal ini
2',1
26
yang rata (Laws dan
dimanfaatkan dan mempunyai suatu permukaan
clisebabkan oleh perubahan bentuk dan pecahnya tetesan sebagai akibat
Parsons,1943).Pemajananterhadaphujanadalahsekitar4detik.
nreningkatnya tahanan udara (Meinzer, 1942). perlu) dan isinya diayak
Kemudian talam ini dikering-tanurkan (jika
Pengamatan-pengamatan agihan ukuran tetesan dalam curah hu- dilakukan dan
jan alami (Tabel 3.2) telah menunjukkan bahwa kisaran ukuran tetesan atau dipilah dengan tangan' Analisis agihan frekuensi
pada masing-masing ayakan
banyaknya butiran yun! aiku*pulkan
meningkat dengan meningkatnya intensitas curah hujan (Seyhan,
akan memberikan diameter median yang diinginkan'
1976d).
( , -3.Agihanukurantetesandapatditentukanpadaintensitas.intensitas
kertas pengisap tipe khusus
ti"t berlainan dengan menggunakan 1977)' Tetesan air
Diameter Volume Tetesan/m' per detik
v"rl aif."fiUrasikan untuk maksud ini (Imeson'
Tetesan
Median (mm)
Tetesan
(mm3) Hujan lebat I Hujan Yang Hujan ku- Akhir Hujan y"ri j",ut pada kertas ini akan menghasilkan becak-becak yang tidak
yang menghasilkan-
I sangat inten- rang intensif lebat t..t;uUungun linear dengan diameter tetesan air
t__
I sll nya.
beberapa
0,5 0,065 100 514 619 '7 Kecepatan jatuh tetesan hujan dapat ditentukan dengan
1,0 o,524 1300 423 524 233 metode. Di antaranYa adalah:
1,5 1,77 500 359 347 ll3 l. Menggunakan kurva dan tabel yang ada (Lenard' 1904; Laws' 1941;
2,0 4,19 200 138 295 46
Cunn, Kinzer dan Laws, 1949)' Beberapa contoh disajikan pada
2,s 8,18 0 156 205 7

l4,l 0 138 8l 0 halaman 29-31'


3,0
3,5 22,4 0 0 28 12 2. Menggunakan kamera berkecepatan tinggi'
untuk
4,0 33,5 0 0 20 39 3. Menggunakan rumus empiris' Rumus empiris tersebut
4,5 41 ,7 2N l0l 0 0 a t...fitun jatuh yang dikembangkan di laboratorium oleh Magono
(1g54) oan pranitt Ttgqz) sebagaimana ditunjukkan di bawah
5,0 65,4 0 0 0 ,< ini
(lihat Chow dan Harburgh, 1965):
Jumlah Total Tetesan 2300 1829 2t79 s02

Intensitas (rtrrtr1iat!) 43,2 74,2

Ada beberapa metode yang digunahan untuk menentukan ukuran


22,8 15.0
"r: I ;#rt"'
tetesan. Di antaranya adalah:
l. Jika intensitas curah hujan alami diketahui, maka grafik Laws dan
v: v, I -[*r, ffrl"'
Parsons (1943), sebagai ditunjukkan pada halaman berikut dapat
digunakan dalam menentukan diameter median tetesan hujan. di mana: v, kecepatan terminal (kaki/ detik)
Hubungan linear yang ditunjukkan dalam grafik diberi batasan 62,4\b/kaki3 : berat jenis air
dengan rumus:
f ta P

d diameter tetesan hujan berbentuk bola (kaki)


o,OO24lb detik2/kaki3 : berat jenis udara
D^= 2,23(i)0'182, dimana D. : Drn : { median (mm) Pa
cd koefisien tahanan (gaya yang mendesak tetesan hu-
i: intensitas curah hujan (inci/jam) jan oleh udara). Koefisien ini adalah 0,4 untuk
2. Pengukuran tetesan dengan metode pengukuran-tepung ber- setengah bola.
dasarkan atas tangkapan seketika suatu bagian curah hujan tertentu
dr diameter setengah bola tertransformasi (kaki) =
dalam suatu wadah kaleng yang dangkal (berdiameter sekitar 4 inci) 1,25 (d)
yang diisi dengan suatu lapisan tepung halus setebal I inci yang tidak
I
fJ
o.t @

og
a Cototan,'
l. Diame er - medran = D5o - dlameter telesan
oa huJan yarg membagi telesrele5 denSan diamerer
yang lebih besar dan lebih kecil ke dalam ke-
lnmpol keloirpqr dengan volume yang sama.
o! 2. D50 = 2,2llu'ror di mana I laju curah hujan,
inci per jam.
3. Simbol simbol data untuk conroh-conroh:
o Dinas Konservasi Tanah, wshingron, DC.
x Defanr, Eropa
A Lenard, Eropa

o. 05 06 .oa o.r o.2 0! o. olt ala


Intensitas curah hulail lllrai/lalll)

Hubungan ukuran reresan median (D5d dengan inlensitas curah hu.jan (Laws danParsons, 1943). Caris lerputus-pulus menunjukkan
kur !a \olume kumulalif aala-rala yang membalasi agihan letesan-te!esan hu.jan'

6
D

,
C

A
? a
o .lhrm
/.
/.
//
,//
/,
r' I tiiesan3.o mm 4 /// /t
L ti-llil
d rete:al2,1m1 /t/,
i/ -1 L
-trt 9
,) lll /1, )
tetesan 1.74 mm
,'A/
o
'// SI
'11 t
,r', Garis terputus-putus menunj ukkan ekstrapol
| (crc\an I,ll mm l /t
# // ,,rrr' p.Lr,lr nr.nunjullan clt
, {,
(
o
? L
,/

o I 2 I 4 5 6 1 t 9 l0 ll 12 l3 1.1 l5 16 17 18 l9 20 2l 0.5 1.0 2.0 1.5 -r.0


Ketinggiin jatuh (m)
Kctinggian jatuh (m)
kelinSEian jatuh dari 0,5 hingga 20'0 meler (l-aws'
Kecepatan.latuh tujuh ukuran tctL-srn oir setelah
Ke('epatan jatuh tujuh ukuran tclcsan rir \clclah )
ketinggian jatuh dari 0,5 hingga 3.0 mcter (Laws l9{l
r9]l )
0,0 m
8-0 m
II
.6,0 m -

o
E

x Hujan 1 April 1939 :l


I Hu.ian 22 Mei 1939 (,
O Hujan l3Juni 1939 o
Hujan 30Juni 1939

Diameter (mm) Diameter (mm)

Data tetesan hujan-kecepatan, bersama-sama dengan Kurva-kurva yang rata yang menunjukkan hubungan
kurva-kurva yang menunjukkan hasil-hasil dari antara diameter tetesan dan kecepatan setelah 12
Lenard dan Schmidt, dan hasil-hasil tersebut diper- ketinggian jatuh yang berlainan (Laws, l94l).
oleh dengan tetesan air setelah jatuh 20 meter (Laws,
l94l).

q D
I
i

Kecepatan akhir (m/detik)

o.l.
9E'
0a3
go
*,hi
Ezl
qOa
C-6
E
grh!, EA
1r d.<
5 nt
-:x
qt 0a
3E
3r
6:=
!+ o
*E
ra!rv!,
H E
(,
$g
rah'
es
3
15 o
A
=E
r^6
-r< tS
5rj 8 e
DrX o
c2
HF
at 2
x i
;' a
a
N
tt
t
Kecepatan jatuh (m,zdt) cl\O\uuas.aNJ--O
qouooooqc)q
lJ!5U3!X

A]

z
7- @
a
N
o
09
0"
p

s
i.)
C - s
lo
[.JNpUt\Jf.J
UUO\O\uP\O@5-
t- o ,( I.J
O\NPaO\5{Au -o o
p o
\o
;- N-N!53 !r
'tilj:f= \o a-
ID

ID

x
4o
X
AJ
\o x
{ U
p
o
D
\oo 'UaANPNT
I -5"5"5-.;-5(FF I I I
uuaFSO\! t-
s)
{

g.
E

Karakteristik-karrkleristik lelesrn-lelesrn hujan yang jaluh (pengamatan Leonard, Meinzer, 1942)

Banyaknya tetesan per m2 per detik

Hujan Hujan le- Periode Periode I Rata-


yang nampak bat seperti hujan ba- akhir hu- I rata
biasa hujan ba- jan yang
dengan dai yang
berapa hu- kurang
jan es lebat

0,5 129 100


1,0 100 l 300
1,5 l) 500
2,0 100 2N t,
(,
,{ 29 0
3,0 57 0
3,5 0 0
4,0 0 0
4,5 0 200
5,0 0 0

Gambar 3.3. Ukuran dan laju jatuhnya hujan


35
34

1 : jarak dari simulator hujan (kaki) l. Untuk memperkecil pengaruh turbulensi angin (Larson dan Peck,
v = kecepatan jatuh pada jarak x (kaki/detik) 1974), tinggi penakar (Gambar 3.4 A) harus dipertahankan seminimal
g : percepatan gravitasi : 32,17 kaki/detik2 mungkin. Untuk suatu luas lobang 4 dm2, angka-angka berikut
diukur:
Chow dan Harbaugh (1965) telah menunjukkan bahwa untuk
semua ketinggian antara 2,5 dan 3 meter (suatu ketinggian yang biasanya
dipasang di laboratorium), hanya ada sedikit perbedaan apakah bentuk o Tinggi Penakar (m) qo tangkapan

tetesan hujan tersebut bulat atau setengah bola. 0 1di atas tanah)

3.5. PENGUKURAN PRESIPITASI


(perkiraan di negeri Belanda)

3.5.1 . Persyoroton Penakar Hujan Sebaliknya, penakar hujan harus ditetapkan cukup tinggi, agar
Tujuan utama setiap metode pengukuran presipitasi adalah untuk tidak tertutup oleh salju. Penakar hujan setinggi tanah (Gambar 3.5)
mendapatkan contoh yang benar-benar mewakili curah hujan di seluruh
harus dilindungi dari gangguan hewan. Untuk perbandingan
kawasan tempat pengukuran dilakukan WMO (World Meteorological
pengukuran, semua penakar hujan dalam suatu jaringan haruslah
Office), 1970. Karena itu di dalam memasang suatu penakar presipitasi ditempatkan pada tinggi yang sama.
haruslah dijamin bahwa: 2. Bilamana mungkin, mulut penakar haruslah paralel dengan per-
1. Percikan tetesan hujan ke dalam dan ke luar penampung (Gambar mukaan tanah. Pada daerah yang berbukit, di mana penakar kerap
3.4) harus dicegah kali harus ditempatkan di atas bukit, ketelitian tangkapan penakar
2. Kehilangan air dari reservoir (Gambar 3.4) oleh penguapan haruslah yang baku dapat ditingkatkan dengan memiringkarnya tegak lurus
seminimal mungkin (Gambar 3.4 B) permukaan tanah (lihat Storey dan Hamilton, 1943)
3. Jika ada, salju haruslah melebur atau dengan menggunakan penakar hujon stereo (Storey dan
Hamilton, 1943 dan Sevruk, 1974). Namun, lokasi pada suatu kemi-
Trbel3.2. Hubungan intensilas.curah hujan dengan ukuran letesan (Chapman, 194E) ringan lereng umumnya harus dihindari.
3. Suatu lokasi yang terlindung dari kekuatan penuh angin harus dipilih.
Intensitas Curah Hujan
rata-rata (cmljam)
Akan tetapi, obyek di sekitarnya tidak boleh lebih dekat dengan
penakar yang melebihi suatu jarak yang sama dengan "n" kali (pada
Lahan terbuka Di bawah pohon umumnya n'_ 4; di Itali n : l0 dan di negeri Belanda n : 2) tinggi
pinus
penakar hujan. Suatu cara alternatif adalah dengan membangun
3,52 perisaiangin di sekitar penakar (Gambar 3.6). Angka-angka di bawah
3,37 ini (Wieringa, 1968) menggambarkan keuntungan penakar hujan
2,83 yang bertabir (semua angka adalah nisbi).
3,41
3,58
ll Penakar Hujan Hujan gerimis
t Tentunya, pemajanan penakar hujan adalah sangat penting untuk
pengukuran yang benar-benar mewakili. Beberapa persyaratan disajikan Bertabir perisai angin
t Tidak bertabir

I
di bawah ini:
36 37

Pemilihan suatu tipe penakar hujan tertentu dan lokasinya di suatu


Kecepatan angin (mph)
tempat bergantung pada beberapa faktor. Di antaranya disebutkan di
6810 t2
bawah ini (Volker, 1968):
l. Dapat dipercaya (ketelitian pengukuran)
2. Tipe data yang diperlukan (menit, harian, dan lain-lain)
3. Tipe presipitasi yang akan diukur (adanya salju, tebalnya salju)
(,
'3 4. Dapat diperbandingkan dengan penakar hujan lain yang ada
5. Biaya instalasi dan perawatannya
(, 0,4
J'
C,
6. Intensitas perawatan
o 7. Mudahnya perawatan (deteksi kebocoran)
A
(,
8. Mudahnya pengamatan
a
(t 9. Gangguan oleh hewan dan manusia.
-v
ao Sesudah suatu tipe penakar hujan dipilih, maka langkah selanjut-
s, \\
0,8 nya adalah memutuskan jumlah minimum penakar yang dibutuhkan un-
E
o A: penakar yang menangkap hujan (.perisai memberi- tuk suatu kawasan. Pengajuan ini tergantung pada maksud tujuan
kan sedikit atau tak ada perbedaan dalam defisiensi) penelitian, posisi geografis kawasan tersebut (aspek iklim mikro seperti
o B: tangkapan salju dengan penakar yang berperisai
o pengaruh orografi), dan urbanisasi kawasan tersebut (Gray, 1973).
B: tangkapan salju dengan penakar tak berperisai
(dimodifikasikan dari Larson dan Peck, 1974) Tidak ada gunanya untuk membangun suatu stasiun pengamat di
suatu kawasan di mana perkembangan masa depan tidak dapat
diharapkan. Sebaliknya, di suatu kawasan tanah-tanah yang subur
disarankan untuk menempatkan suatu penakar hujan untuk perkem-
bangan irigasi di masa datang. Pertambahan jumlah penakar hujan
dengan bertambahnya kepadatan penduduk ditunjukkan dalam Gambar
penampung
3.7. Ini diplotkan (pada skala log-log) oleh Langbein dengan meng-
gunakan data yang dia kumpulkan di berbagai bagian dunia. Kurva ini
menggambarkan kebutuhan jaringan yang minimum dan menginterpre-
tasikan kebutuhan yang ada dan tidak untuk masa datang.
Menurut spesifikasi, Kantor Meteorologi Dunia (WMO),
kerapatan minimum stasiun pengamat presipitasi digolongkan dalam
A: penakar hujan baku Yang
dipasang vertikal tiga tipe kawasan. Konsep jaringon utama ini ditunjukkan dalam Tabel
B: penakar hujan stereo (ruang) 3.3 dan didasarkan atas faktor-faktor tersebut di atas (posisi geografis,
C: penakar hujan baku Yang di-
miringkan tegas lurus Permu- urbanisasi, penduduk, dan lain-lain). Joringan sekunder dibangun baik
kaan tanah
secara permanen maupun sementara untuk maksud-maksud yang khusus
B seperti penelitian kawasan perkotaan, pekerjaan reklamasi masa datang,
dan lain-lain. Untuk suatu DAS di mana tidak ada penakar hujan, tidak
ong luapan
ada metode sederhana untuk menentukan jumlah penakar hujan yang
A
diperlukan. Satu kemungkinan adalah dengan meletakkan suatu ja-
I l9dl)
ringan pilot dan menunggu hingga hasil-hasilnya tersedia untuk analisis.
r Grmber 3.4. Pcnaker hujan yang batu den pcmasaugannyr (Wrrd, Jaringan minimum yang ditunjukkan dalam Tabel 3.3 dan 3.4 dapat di-
:

J
38 39

Penakar hujan dengan


perisai Nipher
Penampung Penakar hujan dengan
perisai Alter (atau
Tretyakov)

Gombar 3.6. Pelbagai tipe perisai angin (Wierenga, 1968)

Dimensi Dalam IVIM

Penakar hujan RECOVER (Regenmeter van


Colenbrander da\ Verstaadn)
q, c.l
{,E
E,X
Penakar hujan s!nras (Jnrh
jg

.
5 inci 9 lobang
(wrrd. t967) kisi sikal sikat kisi (li
ranph

l[:ilI|, N( penakar hujan dindinS


&E
,ffi'
^.Iilfll@fllllil ru -.,-l_iur_ru
'ai-tl
\ o-4mr/ batu

3m
Kerapatan penduduk (.yumlah pencluduk per kmu;

lllu,:'Illll
u:lll Grmbrr 3,7. Jumlah penakar hujan per populasi (Langbein, 1960)
Permukaan ranah

Gembrr 3,5. Penakar-penakar hujan searas tanah


Hidro

Tabe 3.3. Kerapatan minimum dari stasiun-stasiun presipitasi untuk suatu jaringan utama (WMO, 1970)

Tipe wilayah Kisaran norma-norma untuk jaringan Kisaran norma-norma sementara yang di-
minimum (luas dalam km'untuk perbolehkan dalam kondiEi-kondisi
1 stasiun) yang sulit (luas dalam km2/stasiun)

Wilayah datar pada mintakat-mintakat


sedang, mediteran dan tropika 600-900 900-3000
5
a
Wilayah bergunung pada mintakat-min-
takat sedang, mediteran dan tropika 100-250 250-1000 (pada kondisi-kondisi yang su-
lit dapat melebihi 2000)
Kepulauan-kepulauan pegunungan yang
kecil dengan presipitasi yang sangat tidak 25
beraturan, jaringan hidrografi sangat ra-
fit
Mintakat-mintakat arid dan kutub (ti-
dak termasuk gurun-gurun yang luas) t500-10000

Hidro

Tabel 3.4. Kerapatan nrinimum dari stasiun-stasiun presipitasi di Inggris (dalam Bieasdale)

Untuk iirringutt rli scltrruh ncgeri Untuk j aringan-jaringan pada basin-basin beresorvoir

Lutrs (krtr-) Brtrrvaknvr penu- Luas ( km-) Banl irknva pcnakar pada tipe pcnakar hujan
kur hujan
Harian Bulanan Jumlah

l6 l 2 I 2 3
5
260 6 4 2 4 6
I3{)0 tl )il 3 7 l0
l6(x) l5 .+l .+ ll l5
52(X) l0 8l 5 l5 20
7lJ(X ) 122 6 l9 25
162 ti 22 30
42 43

gunakan sebagai jaringan pilot. Metode lainnya adalah dengan meme- mempunyai luas lobang 4 dmz dan ditempatkan 40 cm di atas tanah.
nuhi kawasan dengan penakar hujan dan pada tahap selanjutnya memin- Penakar hujan baku yang baru digunakan oleh KNMI mempunyai lu-
dahkan penakar-penakar yang tidak diperlukan. Hal ini sangat berguna as lobang 2 dmz dan ditempatkan 40 cm di atas tanah.
dalam DAS-DAS percobaan. b. Penakor hujon penyimpan (atou penjumlah): Penakar ini merupakan
penakar hujan baku dengan kapasitas lebih besar dan digunakan un-
3.5.2. A lst-alat Pengukur Presipitasi tuk menyimpan presipitasi musiman di kawasan yang jauh. Semua
fi penakar hujan penyimpan yang dapat dipercaya diperlengkapi
Cara klasik dalam menggolongkan tipe alat-alat pengukur dengan kaca. Untuk menghindari evaporasi (penguapan), selaput
presipitasi didasarkan atas apakah alat-alat itu merupakan tipe pencatat minyak ditambahkan pada reservoir presipitasi. Pada kawasan yang
atau bukan. Penakar hujan pencatat secara otomatis mengumpulkan dingin, CaCl, ditambahkan untuk meleburkan salju. Pengukuran
datanya pada suatu grafik, pita pelubang, pita magnetik atau secara dilakukan pada selang waktu berkala baik dengan menimbang
elektronik mengirim data ke penerima (komputer, satelit, dan lain-lain). penakar (lebih disukai karena ketelitiannya) maupun dengan
Penakar hujan bukan pencatat harus dibaca secara berkala (sekali se- mengukur kedalaman (jeluk) air dalam reservoir.
hari, sekali seminggu, 15 hari, sebulan atau bahkan setahun sekali). c. Penaksr hujon searos tansh: Tipe-tipe penakar hujan searas tanah
Penakar ini tidak mencatat data dengan cara apa pun. yang berbeda-beda disajikan dalam Gambar 3.5. Tipe-tipe penakar
Klasifikasi penakar hujan yang modern, atau mungkin di masa ini, meskipun lebih mahal dibandingkan dengan penakar hujan yang
depan, didasarkan atas apakah penakar tersebut berada di tanah baku, mempunyai persentase tangkapan curah hujan yang tertinggi.
(pelataran operasional memerlukan penakar hujan yang dipasang di atas Suatu sikat diletakkan di sekelilingnya untuk menghindari percikan
tanah), udara (balon dan pesawat) ataukah dari ruang angkasa (satelit tetesan hujan. Kisi-kisi dipergunakan baik untuk menghindarkan per-
pengorbit bumi). Pelataran operasional udara dan ruang angkasa mem- t tumbuhan rumput maupun memperkecil percikan. Cara pemasangan
f bawa alat pengindera presipitasi di atas permukaan bumi. Karena ini, dari segi ketelitian jumlah curah hujan yang ditampung,
didasarkan atas pengumpulan data dari suatu jarak, semua tiga penakar merupakan tipe yang ideal. Tipe yang digunakan di negeri Belanda
hujan secara intensif sedang dikaji dengan penginderaan jauh (penerima mempunyai'luas lobang 4 dmz dan setiap hari dikosongkan.
informasi mengenai suatu obyek dengan pelataran di atas tanah, udara d. Penakar Hujan Acuqn lnternasional (International Reference preci-
dan ruang angkasa tanpa berhubungan langsung dengan obyek). Hampir pitation Gauge): Karena berbagai negara mempunyai standar sta-
semua alat penginderaan jauh merupakan penakar hujan tipe pencatat. siun pengamat hujan yang berlainzrn, maka WMO telah mengem-
Klasifikasi menurut Seyhan didasarkan atas suatu kombinasi dua bangkan suatu penakar acuan yang disebut IRPG. Penakar ini <ti-
pendekatan, yaitu: usulkan sebagai suatu penakar hujan baku yang dapat digunakan se-
l. Penakqr hujon bukan pencstot bagai pembanding bagi lain-lain penakar hujan yang digunakan di-
Penakar-penakar hujan bukan pencatat yang disebutkan di bawah ini berbagai negara. Penakar ini diambil dari tipe British Snowdon de-
semuanya diletakkan di tanah. ngan luas lobang 128 cm2 dan 1 meter di atas tanah dan ditempatkan
t a. Penakqr hujan boku (standar): Suatu tipe umum disajikan dalam
I di dalam perisai angin tipe Alter. Penggunaan penakar hujan ini di
& Gambar 3.4. Diameter lobang (juga tingginya) beragam di berbagai negeri Belanda, telah menunjukkan bahwa tangkapan curah hujan
negara (3,57 inci di Kanada, 5 inci di Inggris, 8 atau 12 inci di AS). adalah 6,47" lebih rendah dibandingkan dengan penakar hujan
Suatu luasan 2 hingga 5 dm2 (spesifikasi WMO) ternyata paling sesuai searas tanah (Volker, 1968).
{
untuk besarnyalo,pVne. Tinggi penakar hujan beragam sekitar 40 cm e. RADAR (Radio Detecting and Ranging): Alat ini memancarkan ge-
(atau lebih, tergantung pada kedalaman salju). Botol-botol penam- lombang elektromagnetik (gelombang pendek sepanjang 3-10 cm)
pung harus dikosongkan dan diukur secara berkala (harian, ming- dan menerima gelombang yang dipantulkan dengan suatu antena
guan maupun bulanan). Di negeri Belanda, penakar hujan yang baku dan memindahkan suatu citra pada suatu indikator posisi bidang

i (Plan-Position Indicator/PPl). Pada PPI suatu bagian yang cerah mc-


44 45

Sinar elektron bergerak dari pusat


Tipe Presipitasi Z dalam mm6/m3; ke luar dengan masing-masing
i dalam mm/jam pulsa yang dipancarkan dan ber-
putar Sinkron dengan antena.
Hujan mintakat sedang dari salju yang melebur
di atas Z=
Hujan laboratorium dari hujan es yang mele-bur z= gaung presipitasi
Kepingan salju hablur-tunggal z=
Kepingan salju hablur-agregat Z:
Keterangan: Untuk salju "i" adalah laju presipitasi dari suatu massa air yang melebur
yang ekivalen.

PLAN-POSITION INDICATOR (PPI )

Biaya operasi

Waktu
TWaktu IWaktulWaktu
Tipe alat Harga untuk pengamat- | pcmetitra- | pengolah-
(dalam I) instalasi anlrrrnlun r_
r (dalam jam
manometer) (dalam jam manometer setiap
tahun

Penakar hujan beku


(dibaca setiap hari) 8 0,2 t2 2 5

Penakar hujan penyimpan


(dibaca setiap bulan) 45 0.5 0.2 0.1

Penakar hujan searah tanah


(dengan grafik setiap hari) 23 8,0 l5 J 5

Penakar hujan otomatis


(dengan grafik setiap minggu) 208 2.0 10 3 52

Penakar hujan otomatis


(dengan pita magnetis) 100 0,r 12 5 l6 Gambar 3.t. Pengukuran presipitasi dengan RADAR (Eagleson, 1970)

Catatan: Waktu untuk perjalanan ke dan dari tempat penakar hujan tidak termasuk.

Tabel 3-5: Harga satuan penakar hujan dan biaya operasinya di Inggris, harga
pada tahun 1971 (Rodda, 1972).

I
47
46

a. Pemantousn hujan di tanah


nunjukkan hujan. Walaupun RADAR masih dalam tahap percoba-
an, banyak rumus telah dikembangkan (Gambar 3'8) yang meml"reri
l. Penakar hujan otomatik tipe penimbangan: Peralatan ini serupa
dengan penakar hujan tipe pelampung. Secara kontinu, berat
batasan hubungan pantulan suatu satuan volume hujan (Z) dengan
panci penampung ditambah hujan yang jatuh sejak pencatatan
intensitas curah hujan (i). Dengan rumus-rumus ini seseorang akan
mengamati bahwa hubungan Z dengan i beragam dengan faktor mulai, dicatat. Karena pencatat mengukur apa saja yang jatuh ke
kesetandingan (beragam dalam rumus da.; 2OO-2000) dan tidak dalam panci penampung, maka adalah sangat berguna di
kawasan-kawasan dengan salju dan hujan es yang sering terjadi.
dengan pangkat (sekitar 1,6 dalam rumus). Karena itu, suatu
Reservoirdi'mana presipitasi dikumpulkan, dikosongkan dengan
pengukuran hujan dengan RADAR yang baik terletak dalam
suatu sifon (serupa dengan penakar hujan tipe pelampr'rng) setelah
penskalaan hubungan Z-i, untuk masing-masing hujan yang berlain-
kedalaman curah hujan sebesar 5 mm atau l0 mm, tergantung
an dengan membandingkannya dengan penakar hujan pencatat. lni
pada lebar grafik (Gambar 3.9). Jumlah hujan yang terakumulasi
membutuhkan adanya penakar hujan pencatat di tempat itu. Akan
diplotkan pada suatu grafik yang diletakkan di sekitar drum yang
tetapi , berkali-kali, tidak ada penakar hujan tersebut di atas (Anderl
berputar. Karena itu, hasilnya adalah suatu kurva massa curah hu-
dan lain-lain , 1976). Penelitian yang dilakukan oleh Harold dan lain-
jan.
lain (1975) telah menunjukkan bahwa pendugaan presipitasi areal
2. Penakar hujan otomatik tipe pelampung: Alat ini (Gambar 3.10)
rata-rata yang berasal dari RADAR di atas DAS dengan luas antara
menampung presipitasi ke dalam penerima dan membawanya
2()-100 km2. berbeda rata-rata sebesar 13"/" dari pendugaan yang
kepada suatu ruangan pelampung di mana pelampung akan naik
didasarkan atas data yang berasal dari jaringan penakar hujan'
bila tinggi muka air juga naik. Gerakan vertikal pelampung ini
Untuk pengukuran yang teliti pada DAS yang sangat kecil (beberapa
dipindahkan melalui suatu tongkat pelampung dan pena ke suatu
km2 luasnya), RADAR harus berada di dalam sekitar 35 km jauhnya
grafik (Gambar 3.9) yang diletakkan di sekitar drum yang ber-
dari DAS yang diamati. putar. Air yang terakumulasi dalam ruangan pelampung disedot
Kita harus juga ingat bahwa ada juga metode penduga non-
ke luar secara manual atau otomatis. Kesulitan yang sangat serius
teknik untuk mengetahui jumlah presipitasi. Tong-tong, kolam dengan penakar ini adalah dalam bekerjanya pada kondisi-kondisi
beton, tangki air, kaleng minyak, dan lain-lain, yang ditempatkan di
membeku. Karena pembekuan, maka pelampung tidak akan ber-
suatu lapangan dapat juga bertindak sebagai penangkap cupah hujan'
fungsi. Karena itu, untuk keadaan demikian, suatu alat pemanas
Cara-cara tersebut kadangkala sangat bermanfaat. J,uea sudah
haruslah dipasang. Juga harus dijamin bahwa bekerjanya pipa
dikenal bahwa petani dapat memberikan informasi yang sangat
penyedot tidak akan mengakibatkan hilangnya air selama curah
berguna mengenai parameter hidrologi (air tanah, curah hujan, ban-
I

jir dan lain-lain). Pembahasan dengan mereka tentang agihan inten- hujan yang berintensitas tinggi.
I 3. Penakar hujan otomatis tipe ember-tumpah (tipping-bucket):
I sitas, waktu dan ruang curah hujan dapat berguna sekali'
I Dalam alat ini yang juga dikenal sebagai tilting bucket, air
I
2. Penakar Hujon Otomatik (pencatat) presipitasi mengalir dari penerima (Gambar 3.ll) ke dalam suatu
Semua penakar hujan otomatik akan mencatat data (dalam hal ini ember yang terdiri atas dua bagian berbentuk segitiga dan
jumlah hujan) secara kontinu (interval I menit, 5 menit, l0 menit, dineracakan dalam keseimbangan yang tidak stabil pada suatu
dan lain-lain) maupun secara berkala pada beberapa macam grafik, ujung-pisau. Dengan kata lain, pada posisi normal (kosong) ember
pita pelubang, pita magnit, film, sinyal-sinyal listrik, dan lain-lain' bertumpu pada salah satu dari kedua sisi. Bila bagian sebelah
Karena itu, batasan ini berbeda dengan batasan kebanyakan buku- kanan (Gambar 3.ll) terisi, bagian ini turun dan mengalirkan air
buku teks yang memberi batasan penakar hujan otomatik sebagai ke dalam reservoir. Penurunan ini meletakkan bagian sebelah kiri
penakar yang merekam secara kontinu saja. di bawah penerima. Pembalikan ember dikalibrasikan agar terjadi

1
48 49

setelah jumlah air presipitasi yang terakumulasi dalam suatu


waktu (jam) bagian adalah sebesar 0,2 mm (spesifikasi WMO minimum). Pen-
-
catatan adalah bertahap dan tidak kontinu (bukan suatu plot garis
seperti pada tipe-tipe timbangan dan pelampung). Kerugian pena-
kar hujan ini adalah: (l) selama pembalikan, air dapat hilang jika
curah hujan berihte.nsitas tinggi, (2) kehilangan evaporasi dari
{,, o bagian ruangan dapat cukup besar di kawasan-kawasan yang pa-
E
E nas, (3) berhubung pencatatan yang bertahap maka alat ini tidak
berguna untuk curah hujan yang sangat sedikit, (4) saat awal dan
a
akhir tidak dapdt diketahui secara tepat. Sebaliknya, tipe penakar
ini tahan lama, sederhana dan memungkinkan pencatatan ditam-
pung melalui pulsa listrik pada pita magnetik.
q
4. Pengindera jauh: Walaupun penakar tersebut merupakan tahap
0.
Waktu (jm) percobaan, penelitian sedang dilakukan _bagi penggunaan tipe
pengindera jauh yang berbeda di dalam pemantauan presipitasi
Gembrr3.9. Pencatatan (pada grafik jalur) dan interpretasi (presipitasi terakumulsi) (Seyhan, 1972). Sebagaimana dijelaskan dalam paragraf berikut,
data presipitasi yang tercatat (otomatik)
berbagai tipe kamera dan SLAR (Side Looking Airbone Radar)
t sedang dipergunakan dalam pengkajian-pengkajian presipitasi,
juga pada pelataran (platform) di atas tanah.
b. Pemontauon presipitosi dqri udarq (pengindero jauh)
l. Kamera: Kamera-kamera metrik, pemandangan, gelombang
banyak dan ultraviolet sedang digunakan di dalam mengkaji
presipitasi. Dengan perkecualian kamera metrik (Seyhan, 1972),
yang telah cukup berhasil, pengkajian dengan semua kamera lain-
ruang pG nya berada dalam tahapan percobaan. Kamera kebanyakan
Iampung
tongkat digunakan dalam mengkaji distribu-si kawasan hujan dan salju.
pelampung Keluaran kamera yang tercatat adalah pita magnetik atau film.
pelampunS 2. Penyaring gambar (Scanners)'. Percobaan-percobaan sedang dila-
reservoir
kukan dengan penyaring-penyaring gambar multi-spektral dan
IRLS (Infra-Red Line Scanners - Penyaring Gambar Garis Infra
Grmbrr 3.10. Penakar hujan otomatik Merah) untuk menentukan esensinya dalam pengkajian-pengka-
tipc PelampunS Grmb$ 3.11. Penakar presipitasi otomatik
t jian presipitasi. Keluaran yang tercatat adalah pita magnetik atau
tip ripping_buckct (cmber tumpah)
film.
3. Radar: Penggunaan pencaran radar (radar scatterometer) dan
SLAR sedang dikaji. Keluaran yang tercatat adalah pita magnetik
atau film.
4. Radiometer gelombang mikro dan spektrometer gelombang mikro
juga sedang dikaji. Keluaran yang tercatat adalah pita magnetik-

L
\
50 5l

Pemantauan presipitosi dori ruang angkasa (pengindera iouh) a. Mengingat aturan (WMO, 1970) kurang lebih I cm salju yang
Kamera, penyaring gambar multispektral, IRLS, penyaring gambar jatuh pertama kali setara dengan I mm air (nisbah I banding
gelombang mikro dan radiometer gelombang mikro juga sedang dika- l0). Di lnggris, nisbah ini dianggap I banding l2 (Ward, 1967).
ji pada pelataran ruang angkasa. Komunikasi satelit merupakan salah Anggapan tersebut tentu saja masuk akal jika kerapatan salju
satu cara yang paling bermanfaat di dalam pemrosesan data yang turun pertama kali tersebut adalah seragam.
presipitasi yang memadai dan cepat. Pada tahun 1967 percobaan b. Dengan memasukkan suatu tabung, yang disebut tabung solju
komunikasi hidrologi telah dilakukan (Seyhan, 1972) dengan men- ke dalam salju, sampel onggokan salju ini diambil dan beratnya
transmisikan data presipitasi yang ditampung oleh penakar hujan di maupun kandungan airnya ditentukan. Prosedur ini diulang
atas tanah ke fasilitas-fasilitas pemrosesan sentral melalui suatu pada beberapa lokasi dan kesetaraqn qir rato-rstq yang
satelit komunikasi. Hasilnya sangat memuaskan tetapi mahal. Pada mewu k i I i ditaksir. Pengamatan-pengamatan tersebut dilakukan
tahun 1971, Davis dan Serebreny membandingkan data presipitasi secara mingguan, bulanan maupun dua bulan sekali. Suatu
yang diukur pada stasiun pengamat di atas tanah dengan foto-foto tabung Amerika Utara yang populer mempunyai diameter da-
awan satelit. Catatan presipitasi harian dibandingkan dengan harga lam 1,485" (+ 3,77 cm). Jika penutup salju adalah dangkal,
presipitasi yang ditaksir dari foto-foto sekalisehari dari satelit maka digunakan tabung contoh dengan diameter yang lebih
pengorbit kutub (Seyhan, 1972). Analisis korelasi statistik menam- besar.
pakkan koefisien-koefisien yang sangat tinggi, yaitu 0,90 hingga 0,98. c. Untuk pembacaan yang cepat, dapat digunakan penakar hujan
3. Tipe-tipe penokar presipitasi lainnya yang baku diperlengkapi dengan sistem perisai angin dan
pemanas.
A. Hujon salju: Hujan salju merupakan jumlah salju basah yang
d. Penakar presipitasi otomatik tipe timbangan dapat digunakan
jatuh dalam suatu. periode terbatas. Hujan salju ini dikuan- l7 untuk periode-periode pencatatan yang lebih panjang.
tifikasi dalam dua cara: (l) kedalqman (jeluk) salju di atas Penggunaan RADAR juga sedang dalam pengkajian. Tetapi
tanah atau lebih baik, kesetoraan airnya (ieluk air yang setara hubungan Z-i (Gambar 3.11), menunjukkan keragaman lebih
dengan salju yang lebur) dan (2) perluasan kawasan penutup salju. banyak daripada curah hujan.
Untuk mencirikan kualitas saljl, kerapatan solju (volume air f. Metode radiometri juga sedang dikembangkan, namun belum
lebur yang dihasilkan oleh sampel salju dibagi dengan volume digunakan secara luas.
awal sampel salju) dan kuolitas sal7u (persentase berat kandungan o Metode isotop radioaktif (Chow, 1964) didasarkan atas
es dalam suatu sampel salju). Rata-rata, kerapatan salju adalah pelemahan sinar-sinar gamma dari suatu sumber (umumnya
sekitar 0,1, tetapi harga ini dapat serendah 0,004 (yang ditempatkan di tanah, di bawah penutup salju) bila melewati
didapatkan di Kanada) untuk salju basah dan setinggi 0,6 untuk onggokan salju. Cobalt-60 sering kali digunakan untuk energi
salju yang lama dan sangat mampat (Gray, 1973). Metode gamma yang tinggi dan setengah-umur yang tinggi. Pemasang-
pengamatan penutup salju yang paling sederhana adalah dengan an penakar-penakar tersebut sangat mahal dan memerlukan
i3
mencelupkan suatu penggaris a1ilt tongkat salju, pada sejumlah tindakan-tindakan pengamanan (Gray, 1973).
lokasi dan dengan mendapatkan jeluk rqto-rolo yong mewakili. h. Pada metode bantalan-saljn (disebut juga bantalon tekanon),
Ini dapat juga ditentukan dengan suatu wodah yang tetap dengan digunakan kasur udara diisi dengan larutan tahan beku dan
penampang melintang yang seragam (WMO, 1970). Pengamatan
dipasang dengan manometer. Berat salju ditunjukkan pada
tersebut dilakukan setiap hari, mingguan ataupun tiap bulan.
manometer dan dicatat. Metode ini mempunyai kelemahan
Pengamatan yang lebih sulit tetapi lebih banyak diperlukan yaitu bahwa onggokan salju yang berdekatan dapat juga
adalah pengukuran kesetaraan air dari salju (Meinzer,1942). menyokong salju dan karena itu mengakibatkan berat sallu
Metode-metode yang umumnya digunakan adalah: ditaksir terlalu rendah (efek jembatan).
t
52 53

Yang sangat berharga adalah pengetahuan mengenai luasnya


kawasan salju. Foto-foto udara digunakan secara ekstensif (Gray, Penampung silindris penakar
kawat (silinder penakar)
1973). Pengkajian-pengkajian akhir-akhir ini telah menunjukkan
bahwa seri-seri foto-foto satelit juga sangat bermanfaat.
Salju akan menjadi penting secara hidrologi hanya jika telah
melebur. Bila peleburan berjalan lambat, maka sebagian besar air
Penakar hujan baku
yang melebur akan berinfiltrasi. Namun, bila peleburan berjalan
cepat, limpasan permukaan lelehan salju akan mencapai dasar aliran
dengan cepat. Peleburan salju ini dapat dihitung baik dengan metode
nerocs panos (Volker, 1968) maupun dengan metode demiathari
(Ward, 1967). Pada metode yang pertama dibuat suatu neraca radiasi
(panas yang diserap dikurangi panas yang hilang) dari penutup salju.
Pada metode yang kedua, peleburan salju dianggap sebanding
dengan rata-rata harian suhu di atas OoC (WMO, 1970). Gambar 3.12. Penakar hujan baku dikombinasikan dengan penampung kabut
B. Es: Es dapat timbul pada danau dan sungai dalam berbagai bentuk:
es sungguh, srabi, sauh dan es timbul. Ketebalannya dapat diukur
secara konvensional dengan mengambil sampel. Akan tetapi, hal ini

?
sulit untuk lapisan-lapisan es yang tebal. Akhir-akhir ini, survei (pe- Pandangan
mairan) udara infra-merah telah menunjukkan hasil-hasil yang mem- atas

beri harapan. Biasanya, peningkatan di dalam kegelapan rona warna


pada foto-foto infra-merah menunjukkan peningkatan di dalam NZI
ketebalan es. Demikian juga, penelitian dengan menggunakan pulsa-
pulsa dengan frekuensi yang sangat tinggi memberikan hasil-hasil
yang baik sekali (Seyhan, 1972). Ketebalan es hingga 60 cm diukur.
C, Ksbut: Perkiraan dilakukan dengan memasang penampung-
L\II
r!
A

penampung kabut di atas penakar hujan yang baku (Gambar 3.12). p"na"ng"N. ,L corone prrrrgi
Penampung terdiri atas silinder penakar kawat di atas mana tetes- samping \ ,/
tetes ait terbentuk dan mengalir ke dalam penakar hujan. Dengan
membandingkan dengan penakar hujan di dekatnya perbedaan an-
,-l [-, reservoir

c
I F
tara kabut dan presipitasi hujan ditentukan. Meskipun sulit untuk
Trbel3.6. Suhu udera di dekat permukaan sebrgai indeks tipe presipitrsi (Eagleson'
Gambar 3.13. Penampung-penampung embun
1970)

Tipe Suhu di dekat permukaan(! 1,22 m di atas tanah) ('F)


Presipitasi.
29 30 31 32 33 14 35 36 37 38 39 40

Salju (90) 9999979314443229883


Hujan (90) 12112315151819010097
Campuran (90) 1 - | 4 t4 25 17 14 ll 2 -
54 55

3.7. PEMROSESAN DATA PRESIPITASI: KARAKTERISTIK


menentukan suatu angka yang sahih, berbagai percobaan (Ward,
RUANG-WAKTU
1967) menunjukkan bahwa pada lokasi-lokasi yang berkabut curah
hujan yang biasa diukur mungkin dilampaui dengan suatu faktor 2 3.7.1 . Penentuon agihan kswusan
atau 3.
D. Embun: Tipe presipitasi ini disebabkan oleh kondensasi uap air di Terdapat beberapa metode penentuan presipilasi rqto-rqto di atas
udara atau disebabkan oleh kondensasi uap air yang menguap dari suatu kawasan selama suatu periode tertentu (periode hujan tunggal,
tanah dan/atau bertranspirasi dari tanaman. Pengukuran embun o bulan, tahun, dan lain-lain).
khususnya di kawasan-kawasan arid, yang mungkin sama besarnya l. Rito-ratq aritmetik
dengan curah hujan, adalah sangat menarik. Pengukurannya sangat Ini merupakan metode yang paling sederhana (Gambar 3-14) dan
sulit (WMO, 1970) karena keberadaannya tergantung pada tipe per- diperoleh dengan menghitung rata-rataaritmetik (hitung) dari semua
mukaan. Lagi pula, pengukuran tersebut menunjukkan keragaman total penakar hujan di suatu kawasan. Metode ini adalah:
ruang karena perbedaan-perbedaan di dalam struktur tanah, vegetasi, a. Sesuai untuk kawasan-kawasan yang datar (rata)
dan lain-lain. b. Sesuai untuk DAS-DAS dengan jumlah penakar hujan yang besar
Beberapa metode pengukuran embun yang ada, adalah:
l
l
yang didistribusikan secara merata pada lokasi-lokasi yang
a. Pensmpung embun kini sedang digunakan di Israel dan Swedia
l
mewakili.
(lihat Gambar 3.13 A). Penampung ini terbuat dari corong baja 2. Poligon Thiessen
berlapis plastik dengan Iuasan penampang melintang berbentuk Dalam metode ini (Gambar 3-14), bisektor tegak lurus digambar
bujur sangkar. melalui garis-garis lurus yang menghubungkan penakar-penakar hu-
b. Pelat kayu yang khusus, pelat Leiokse (lihat Gambar 3.13 B) jan di dekatnya, dengan meninggalkan masing-masing penakar di
mula-mula dikeringkan dan berat keringnya ditentukan. Selanjut- tengah-tengah suatu poligon. Jumlah hasil kali luas poligon dan
presipitasi (dari penakar di poligon itu) dibagi dengan luas total untuk
nya, perbedaan antara berat basah dan berat kering ditentukan
sebagai jumlah embun yang terserap.
mendapatkan presipitasi rata-rata. Metode ini adalah:
c. Btok Duv-Devoni (lihat Gambar 3-13 C) adalah sepotong kayu a. Sesuai untuk kawasan-kawasan dengan jarak penakar-penakar
prepitasi yang tidak merata
yang tertutup dengan suatu cat yang khusus. Bentuk dan
kerapatan tetesan, yang terbentuk pada cat ini dibandingkan b. Memerlukan stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan
tersebut
dengan foto-foto yang baku dan dari harga-harga yang ter-
tabulasi, kedalaman (jeluk) air ditentukan. c. Penambahan atau pemindahan suatu stasiun pengamat akan
mengubah seluruh jaringan
d. Metode ini tidak memperhitungkan topografi.
3.6. PENYAJIAN AGIHAN-TITIK PRESIPITASI 3. Poligon dengan tinggi yong dikoreksi
Metode ini (Gambar 3-14) mempertimbangkan letak ketinggian, juga
Agihan presipitasi pada suatu titik tertentu diberi batasan dengan distribusi penakar hujdn. Garis-garis tegak lurus digambar, dari
intensitas, jeluk, lanra hujan dan frekuensinya (paragraf 3.3). Di antara garis-garis lurus yang menghubungkan penakar-penakar hujan yang
butir-butir di atas, intensitas, jeluk dan lama hujan dapat disajikan berdekatan dan titik tengah dipandang dari segi letak ketinggian
dan bukan jarak (Ward , 1967). Kemudian presipitasi rara-rara diten_
dalam bentuk-bentuk tabel (bentuk-bentuk yang baku dari kantor-
tukan seperti pada mctode poligon Thiessen.
kantor meteorologi), hietograf atau kurva-kurva massa (lihat contoh).
4. Metode isohiet
Kesemuanya tersebut memberi batasan agihan waktu presipitasi.
Metode ini (Gambar 3-14) memungkinkan penghitungan presipitasi
dengan bantuan isohiet (garis yang menghubungkan jeluk presipitasi
yang sama) yang digambarkan pada kawasan tersebut. presipitasi
Curah hujan Intensitas
Intensitas curah hujan
terakumulasi curah hujan
(mm/jam)
(mm) (mm/jam)
o i,YQf ONSOOONSO
- oiT"+T?
o

{
o
@
' cYS
:Exf,.k
a<:c
l; D i,d
ojjr

N
En9
Io' Lal
X=a O,
o od:
J.C C

o-rJoaq
I mm

a N5'
!J ts
n
f,,rll :. rn
O -.1 d- I
dA oo !
x
_qF z
=, E> -l
!- 3!

Intensitas Curah Hujan (mm/jam)


Waktu hujan
Sclang waktu Selang 0,5 jam Selang I jam Selang 2 jam
Waktu kumulatif (Ip)
Jam tn [mmXdibaca dari at (menit) (:P),*r-(>P)J (:D"*r-(IP)nl [P)n* r-(:P)"]
(menit) (grafik) (tn* r-tJ I 2
0,5

6:00 0 2,0 30 0 0
2,0 30 0 0
6:30 30
7:00 60 2,0 30 0 0
7:30 90 2,0 30
8:00 120 2,0 30 0
8:30 150 3,0 30 (3-2)/o.s :2 Q-2)/1=1
9:00 180 4,0 30 2,0 (4-2\t2:r -J
9:30 210 4,0 30 0 0
l0:00 240 4,0 30 0
10:30 270 4,5 30 1.0 1,0
1l:00 300 5,0 30 1,0 3.0
11:30 330 7,5 30 5,0 so
12:00 360 10,0 30 so
l2:30 390 11,0 30 z.t) )(l
13:00 420 12,0 30 1,0
l3:30 450 tz,0 -1U l, 0,r) l,t)
14:00 480 12,0 30 0
58 59

Peta Stasiun Foligon Thiessen rata-rata ditentukan dengan menjumlahkan hasil kali luas isohiet dan
presipitasi (jeluk isohiet itu), dan dibagi dengan luas total. Untuk
mudahnya, mintakat antarhiet diambil sebagai luas (misalnya luas
antara isohiet 7.5 dan 8 inci pada Gambar 3-14) dan dikalikan dengan
rata-rata isohiet yang berbatasan ('1,75 dalam hal ini). Suatu cara
penentuan jeluk rata-rata ini yang lebih baik (karena ketidakteratur-
t) an isohiet) adalah dengan mengambil juga panjang isohiet sebagai
pertimbangan (Ward, 1967).
Hal ini dilakukan sebagai berikut:

Fi-Pn* r(2a+b)
Poligon dengan tinggi 3(a+b)
Yang dikoreksi
di mana: Pr = jeluk rata-rata presipitasi di antara isohiet A dan B
rt jeluk isohiet yang lebih rendah (B)
-n
l- interval (selang) isohiet
d- panjang isohiet yang lebih tinggi (A)
b- panjang isohiet yang lebih rendah (B).
Metode ini:
a. Merupakan metode yang paling teliti, karena metode ini memper-
timbangkan sejumlah besar faktor-faktor, seperti relief, aspek,
dan lain-lain. Metode ini sangat baik untuk kawasan-kawasan
bergunung.
b. Memerlukan keterampilan. Peta isohiet dapat beragam dari satu
pengeplot dengan yang lainnya.
c. Membutuhkan stasiun-stasiun pengamat di dan dekat kawasan
tersebut.
d. Terutama bermanfaat untuk curah hujan yang singkat,
5. Persen metode normal
Dalam menggunakan metode ini, presipitasi dinyatakan sebagai
persentase presipitasi rata-rata tahunan atau presipitasi rata-rata
musiman, dan peta-peta isopersenlal digunakan untuk memper-
siapkan peta-peta isohiet. Hal tersebut merupakan metode yang pa-
ling baik untuk kawasan-kawasan dengan pengaruh fisiografi yang
tegas.
Metode RDS (inci)
Isohiet (inci) 6. Metode Kebaliksn Kuadrat Jarak (Terbalik)
Metode ini memasang sistem kisi pada kawasan dan menghitung
-
Gembsr 3'14. Metode-metode yang berlainan dengan menEntukan agihan areal presipitasi jumlah curah hujan pada tiap-tiap titik kisi dengan menjumlahkan
(Ward, 1967 dan Wei, 1973). hasil kali bobot penakar dan curah hujan yang terukur pada penakar-
J
r-'
60 6l
penakar hujan di dekatnya. Bobot penakar dihitung sebagai fraksi
n
kebalikan kuadrat jarak antara titik dan penakar hujan (Wei , 1973).
I 60 Metode ini berkaitan dengan metode isohiet. Metode diprogramkan
2 70 dan dapat bekerja dengan komputer.
3 80 I 7. Metode-metode lainnya
95 t
x Metode hipsometrik (WMO, 1970) dan metode regresi juga
n =
banyaknya stasiun {\,f l) dipergunakan dalam menentukan jeluk rata-rata presipitasi.
H = ketinggian stasiun (m)
P = presipitasi pada 12 Jan. l9M
A = luas di bawah ketinggian tertentu. 3.7 .2. Penambohon catatan presipitasi

Penggunaan dan interpretasi merupakan perhatian langsung bagi


para ahli hidrologi. Namun, kesulitan selanjutnya mungkin timbul
karena jangka pendeknya data yang tersedia (biasanya data 35-tahun
diterima sebagai suatu minimum yang baik), data yang hilang,
penyesuaian stasiun pengamat, dan lain-lain. Beberapa teknik penam-
bahan data presipitadi dijelaskan di bawah ini.
l. Penjabaran catatan periode pendek
Dianggap bahwa ada penakar hujan simpanan pada titik B dan
penakar hujan otomatik pada titik A. Setelah hujan, hanya
lr diperlukan jumlah total curah hujan (Pp yang diketahui pada stasiun
B dan distribusi intensitas yang diketahui pada stasiun A. Dengan
mengganggap bahwa ke dua stasiun tersebut mempunyai karakteristik
yang sama, suatu kurva massa (lihat paragraf 3-6) stasiun B (Gambar
3-15) dapat dijabarkan dengan membandingkan kurva massa stasiun
A. Sebagaimana dijelaskan pada paragraf 3-6, intensitas curah hujan
(hietograf) dapat diperoleh dari kurva massa stasiun B.
2. Kesenjangon pada pencstatan:
H.0aa'\ rm
a
Suatu kesenjangan pada pencatatan stasiun (A) dapat diisi jika
stasiun-stasiun (B, C dan D) yang berdekatan mempunyai pencatatan
yang lengkap.
a. Metode nisbah-normal: Presipitasi rata-rata tahunan (N) di sta-
r'
siun A, B, C dan D adalah 600, 700, 720 dan 750 mm. Untuk
tahun kalender 1942, presipitasi tahunan (P) di stasiun-stasiun B,
C dan D adalah 690, 710 dan 725 mm. Tentukan presipitasi
tahunan pada tahun 1942 di stasiun A.

"1 Po= 1til',.


4^ v=
P =
luas di bawah kurva presipitasi (P melawan n).
Luas ini merupakan volume presipitasi total
presipitasi areal rata-rata = V/L.
+'.. *o,I
-L+
62 63

600(710) 600(725) I yang diamati pada stasiun-stasiun pencatatan


(6eo) + +_ l-
= I [-,,9 720 7s0 J
588 mnr

i=
yang lengkap
jumlah tahun pada jangka pendek
Metode ini digunakan bila presipitasi rata-rata tahunan pada suatu n: jumlah tahun dalam jangka panjang.
stasiun berbeda lebih dari l09o dari presipitasi stasiun dengan d. Metode peta isohiet:
catatan yang hilang. McDonald (1957) menerapkan metode ini un- Harga yang hilang dapat diinterpretasikan dari suatu peta isohiet.
tuk menentukan total musiman yang hilang. Hasilnya menunjuk- e. Teknik korelasi:
kan kesalahan 25Vo dalam satu total musiman yang hilang. Metode-metode statistik dapat digunakan di dalam menaksir data
b. Metode rato-ratq aritmetik: Jika presipitasi rata-rata tahunan yang hilang dari stasiun-stasiun yang berdekatan (Hashino, 1973).
pada stasiun-stasiun yang berdekatan berada dalam l09o dari 3. Penyesuaian stosiun
presipitasi untuk stasiun dengan catatan yang hilang, suatu rata- Teknik kurva massa-rangkap (kurva somasi rangkap)
rata aritmetik presipitasi pada stasiun yang berdekatan dapat digunakan untuk menguji homogenitas dan konsistensi catatan-
diduga untuk stasiun dengan catatan yang hilang. catatan presipitasi dan menyesuaikannya terhadap perubahan-
perubahan (Schulz, 1973; Gray, 1973). Perubahan yang besar di
tA (PB+ PC+ PD)
P e,: dalam tangkapan presipitasi dapat disebabkan karena perubahan-
c. Pendugaan tapak: Harga presipitasi rata-rata jangka panjang di perubahan seperti pemindahan stasiun ke titik lainnya yang
stasiun tertentu (X) di mana hanya data i tahun (misalnya berdekatan, pergantian pengamat, penggunaan prosedur pengamatan
1950-1965) yang tersedia, dapat diduga dari tapak-tapak dengan yang baru, perubahan dalam pemajanan (karena pertumbuhan
data n tahun (misalnya 1930-1965) dengan n ) i (lihat Fields dan vegetasi, penanaman pohon-pohon atau pembangunan gedung), dan
Adams, 1975), yaitu: lain-lain. Ini dilakukan dengan membandingkan dengan stasiun-
stasiun yang berdekatan (setidak-tidaknya l0 yang dianjurkan).
(lx[rC"
(Pilo - (PN)i
Misalnya, perubahan kemiringan kurva menunjukkan perubahan di
dalam penakar. Karena itu, catatan-catatan stasiun E yang terdahulu
harus dikurangi dengan suatu faktor a/b, agar konsisten dengan
di mana: (Px)n : taksiran presipitasi rata-rata tahunan jangka
catatan-catatan yang terbaru. Jika kurva mengadakan perubahan ke
panjang pada stasiun pencatatan yans lidak
arah atas, faktor o/bharus dinaikkan.
lengkap.
(Pp, : presipitasi rata-rata tahunan jangka pendek Data limpasan, maupun data presipitasi sering kali diuji kon-
yang diamati pada stasiun pencatatan yang sistensinya dengan teknik kurva massa-rangkap.
tidak lengkap. Kurva massa-rangkap juga digirnakan untuk pendekatan
kesalahan-kesalahan aritmetik dan topografik (Schulz, 1973).
(PN)n = presipitasi rata-rata tahunan jangka panjang
Kesalahan tersebut tampak pada data dalam Gambar 3-168.
yang diamati pada stasiun pencatatan yang
lengkap. Untuk 3 stasiun, presipitasi akan: Dalam menggunakan teknik kurva massa-rangkap, dua butir
berikut harus juga dipertimbangkan, yaitu:
(PJn: Er)"+-(!l.,trl, a. Data yang tercatat pada stasiun dasar mungkin juga mengandung
3 ketidak-ajegan. Disarankan untuk menggunakan uji-t pada tiap
(P1)n, (P2)n, (P:)n : presipitasi rata-ratatahunanjangka panjang tiap segmen (dengan berbagai kelerengan atau posisi sebagaimana
yang diamati pada stasiun pencatatan l, 2 ditunjukkan pada Gambar 3-16) kurva massa ganda untuk mengu-
dan 3 yang lengkap. ji signifikansi ketidak-ajegan.
(Pili : presipitasi rata-rata tahunan jangka pendek b. Perubahan-perubahan sepanjang kurva massa-rangkap harus
___--.-]l

64 65

sangat tegas dan hanya dapat diterima jika perubahan tersebut


berlanjut selama periode lebih dari 5 tahun (Chang dan Lee, 1974).
Harus diingat bahwa ketidak-ajegan dalam data dapat menjadi
ketidak-ajegsn sederhana dengan titik simpangan (deviasi) tunggal
dalam kurva massa-rangkap atau beberapa ketidok-aiegan ganda. o kurva massa yang
Agar seluruh catatan konsisten dengan seri-seri parsial terbaru, maka tercatat untuk

teknik yang umum untuk menangani ketidak-ajegan ganda sedang


,r .:d stasiun A .r
'* kurva massa yang
dikembangkan oleh Chang dan Lee (1974). Metodenya, yang o
dijabarkan untuk stasiun
dinamakan onslisis mosso-rangkop obyektif merupakan suatu metode !
yang dikomputerisasikan secara lengkap untuk membandingkan o Waktu
kelerengan bertingkat dan analisis varians untuk menguji tingkat
Gambar 3-15. Penjabaran data presipitasi.
signifikansi patahan kelerengan.
4. Memperpanjang lamanya pencataton
Metode tahun-stasiun digunakan untuk memperpanjang
lamanya pencatatan pada suatu stasiun. Misalnya, jika 50 tahun pen-
catatan tersedia untuk 50 stasiun, dapatlah dianggap bahwa jumlah
tahun pencatatan pada semua stasiun (dalam hal ini 2500) adalah
setara dengan lama pencatatan pada suatu stasiun tunggal. Hal ini
dilakukan untuk mempunyai pencatatan untuk periode yang sangat
d X
lama. Dua kriteria yang penting, yaitu: (l) pencatatan stasiun harus te
E
IJ.]
bebas (hujan yang sama tidak harus meliput lebih dari satu stasiun)
=(!
dan (2) pencatatan harus diterima bahwa pada periode waktu yang
sangat lama (beribu-ribu tahun) stasiun akan mempunyai distribusi .& d
(!
frekuensi yang hampir sama (homogenitas iklim). d o
pr
a,
5. Trend o I^
Suatu trend merupakan suatu perubahan yang berangsur- Presipitasi kumulatif tahunan Ip pada stasiun dasar
rl angsur (naik atau turun) dari suatu kejadian dengan waktu. Karena (rata-rata penakar hujan sekitarnya)
adanya perubahan harian dan musiman pada iklim, maka seri waktu
presipitasi dapat menggambarkan komponen-komponen trend siklik Gambar 3-16. Analisis kurva massa-rangkap.

dan acak (Gambar 3-l7A). Untuk menghaluskan beberapa


keragaman acak dalam data presipitasi dan untuk menentukan trend
jangka panjang digunakan metode rota-rato yang bergerat. Untuk Pada Gambar 3-178., hal ini dilakukan dengan merata_ratakan
suatu seri waktu presipitasi P1 (i = 1,2,3,..., N), rara-rata ra-tahun Iima tahun yang pertama (urutan yang umum diterima) dan memplotkan
yang bergerak adalah: pada titik tengah kelompok itu. Titik selanjutnya diperoleh dengan
merata-ratakan tahun-tahun yang ke-dua hingga ke_enam dan
P, + Pr+ ..* P- P2+ P3+ ..* P,n+l P3+ P4+ .. + P^+2
memplotkan lagi rata-rata pada titik tengah kelompok ini. prosedur ini
m diulang hingga semua tahun dimasukkan.
66 67

Urutan, m, dapat berupa sembarang harga. Tetapi jika harga di-


ambil terlalu kecil, pengaruhnya kurang terasa dalam mengurangi kera-
gaman acak yang ada dalam data historis asalnya. Harga-harga m yang
besar, sebaliknya, menyembunyikan komponen-komponen.
Teknik rata-rata yang bergerak dapat juga dipergunakan pada
suhu, kecepatan angin, jam-jam penyinaran matahari, dan lain-lain.
{r Namun, adalah penting untuk memahami bahwa trend hanya dapat diuji
setelah pengamatan-pengamatan jangka panjang. Apa yang ditunjukkan
A
oleh kurva massa-rangkap juga merupakan suatu trend dan dinamakan
trend yong tampok.
garis arah (trend)

3.7 .3. Anqlisis jeluk- luas-lamo hujan


Waktu
Jika jumlah-jumlah hujan terbesar yang dapat jatuh di atas
kawasan tertentu dalam suatu waktu diketahui, maka banyak risiko
yang terlibat dalam konstruksi rekayasa dapat dikurangi. Presipitasi
EE
5H
E 5
EA " 4 terbessr yqng mungkin terjadi (PMP) diperkirakan oleh para ahli
sg:J
.-- 3 hidrometeorologi atas dasar kandungan air suatu atmosfer yang jenuh.
a5 2 2
Peta-peta ]ang rrrenunjukkan presipitasi t"erbesar yang mungkin terjadi
.4
o
1
1

pada berbagai bagian negeri dilakukan oleh Biro Cuaca Amerika


1922 21
Serikat.
Gambar3-1?. Penentuan garis arah dengan rata-rata yang bergerak. Analisis jeluk-luas-lama hujan dilakukan untuk menentukan
jumlah presipitasi terbesar untuk berbagai lama hujan pada berbagai
lokalitas (Chow, 1964). Dengan menyiapkan peta-peta isohiet untuk ber-
bagai lama hujan (6, 12 jam dan lain-lain) pada berbagai lokalitas, jeluk
curah hujan yang berkaitan dengan berbagai lama hujan dan luas areal.
ditaksir dengan planimeter dari peta-peta isohiet ini. Hasilnya diplotkan
\ (Gambar 3-18) dan kurva yang meliputi untuk berbagai lama hujan juga
\ digambar.
E
tr

.n
SK r50
It
Data presipitasi maksimum jeluk-luas-lama hujan yang tercatat
untuk AS disajikan pada Tabel 3.7. Data lama hujan jeluk curoh hujan-
o titik terbesar yang tercatat disajikan pada Tabel 3.8. Harga-harga yang
o disajikan pada tabel ini mendekati presipitasi terbesar yang mungkin ter-
o 42 jam
JI
o rS ?A jam
12 sam
jadi. Istilah terbesar yang mungkin menunjukkan batas fisik bagian atas
yang harganya tidak menentu. Data Tabel3.8, diplotkan pada skala log-
\ 12 ia^
'6 jam. log dengan R (jeluk dalam mm) terhadap D (lama hujan dalam jam)
ditanrtai dengan persamaan penduga:
lO loo looo IO,OOO lOO,OOo Area (km2)

Gambar3-lt. Kurva-kurva vang meliputi jeluk-luas-lama hujan (WMO' 1970)' R : .380 Do,5
r*.-.l!fr:fr*

rl
le r E
A'
IN
88ts5-*:- a-l
l- {
EEEEEEEHH ool \o 3ts
{ >tr
6E
HtJ.E(rOoH !,
-l
-----l r-,r \O 5l o\
"st-ro-o.\l F@
to E''
-I(^O-tHhJ A-
EiEia*EiEgTEgBgEaIa F=
E'O
srs':e=uE1EaIEBEE EJ
==
0Qt
?E
=E
D-.
s? (r(^-JO --r.J----l -- r
!r MY
":":uxt":El ID=
Li iJJ \O
- ID
o\
oo
='?
0e:
aEEE1?EtEai*a1;E*E E FI rB
"H
.5 *
":"f ": ; l!
!i
":"1 x -! -:
| Ets'
!, to=
p t'lo
Un{rLhOO of,
-*usp.*sl
_o,o,_"--l * Er.
EEASB*IEEEIEI?EEE 1 O\\OO\--J a=
E;
o.3
sqEEa.-eEigaf
' --Nt'JN)(r(,(.)('
aau-J5o,baO-t'r-J
ts
te6
-I. G -@'(, -'o -to'o' =6
Igaas i :, ; i'- :E
1-i B
m
E o=
eEgBgEgiqg**EEIg} i ":;*:-i"YSXS":"j[ -i
;EEaiaEgEagE*caiE

Tabel 3.8. Curah-curah hujan titik di dunia yang terbesar yang terarnati (WMO. 1970)

Lama hujan Jeluk (mm) Lokasi Ta nqqal

I menit 3l Unionville, Maryland. AS 4 Juli 1956


8
menit 12(t Fr-issen, Bavaria 2i \Iei 1920
15 menit 198 Plumb Point. Jamaica 12 N{ci 1956
20 menit 206 Curtea de Arges, Rumania 7 Juli I 889
42 menit 305 Holt. Missouri, AS 22 Juni 19.17
2 jam 10 menit 482 Rockport, Virginia Barat, AS I tl .l uli I 889
2 jam 45 menit 558 D'Hanis, Texas. AS 3l Mei 1935
4 jam 30 menit 780 Smethport, Pennsylvania. AS l8Juli 1942
15 jam 906 Taishih. Taiwan I I September 1963
.l
18 jam l 050 Taishih. Taiwan I September 1963
2l jam 1.157 Taishih. Taiwan l0- 11
September 1963
24 jam 1.2,+8 Taishih. Taiwan 10- 11 September 1963 o\
\o
2hari 2.080 Bowden Pen. Jamaica 22 - 23 Jantari 1960
3 hari 2.530 Bowden Pen. Jamaica 22 - 21 Janmri 1960
,1 hari 2.790 Silver Hill Plantation, Jamaica 22 - 25 Jantari 1960
5 hari 2.910 Silrcr Hill Plantation. Jamaica 5-9November1909
6 hari 3.080 Cherrapunji, India -5 - l0 November I 909

7 hari 3.330 Cherrapunji, India 24 - 30 .Iuni I 931


8 hari 3.430 Cherrapunji, India 2.1 Juni - I Juli l93l
I 5 hari 4.800 Cherrapunji, India 24 Juni - 8 Juli 1931
3l hari 9.300 Chcrrapunji, India Juli l86l
2 bulan 12.700 Chcrrapunji, India Juni -Juli ltil6
3 bulan 16.300 Cherrapunji, India Mei - Juli l8l6
4 bulan 1 8.700 Cherrapunji, India April - Juli l8l6
5 bulan 22.400 Chcrrapunji. India April - Agustus 1861
6 bulan 20.400 Chcrrapunji. India April - Septembcr l86l
I I bulan 23.000 Cherrapunji, India Januari - November lti6l
1 tahun 25.900 Cherrapunji, India Agustus 1860 - Juli l86l
2 tahun .+0.600 Cherrapunji.India 1860- t8t6
7t
'70

harga yang khusus' Hasilnya


atu jeluk yang sama atau melebihi
jeluk-lama huian-frekuensi (Cambar (

diplotkan dalam Utni'tt kurva 6


,l
3- l9). d

i tss- I o ma hui o n-f re kue ns i


3.8.2. A n o t is is i n te ns
'lr E

Kurva-kurvaintensitas-lamahujan-frekuensidapatdiplotkan x
intensitas rata'raLa (i = d/0 titik
demi titik (Cam- A =^
dengan menentukan
hujan-frekuensi' Kedua tipe kurva
bar 3-19) dari kurva-k"t'":tf't-fuma
dapat diplotkan pada skala logaritma
E:
rersebut (Gambar : is 0", 3-20)
oE
Lama hujan trtr
yang lebih halus
tut*-tut'udengan porsi-porsi (menit)
untuk mendapatkan juga disajikan dalam ben- 20 4t 60 80 100
Lama hujan (mentt.1
garis lurus. Uata letut<-tama hujan-frekuensi
untuk berbagai periode ulang
tuk peta. Peta-peta yang terpisah.dibuat rumus intensitas-lama hujan- Gambar 3-19. Kurva jeluk-lama hujan Gamtrar 3-20. Kurva intensitaslama hu-
(Gambar 3-12). Demik[n ;"gu' banyak dan frekuensi. jan dan frekuensi.
(Meinzer, 1942) dengan menggunakan
frekuensi empiris dikembangkan
hujan-frekuensi'
plot-plot logarithmik k"uu-"ftut'u intensitas-lama 0 rs2 520 3]?
Dn.rxp (rur)
200 QJA r?0 8I2 t000
r,
3.8.3. Tronsformosi Curqh
Hujan Titik dengan Curoh Hujan Kawusan l)
Telah dikemukakan (lihat paragraf
yang luas jetut .u'ut' nt:"rr rata-rati berbeda
nyata dari curah hujan
3'8'l) bahwa untuk kawasan
APo

E\o
E
/
I/T -r
tl .E
jeluk, lT.u h_ujanldan inter- r'o E' 0o - l'lsu -
tirik. untuk ,uutu .uruh hujan titik dengan bahwa pengurangan a-lsu
val ulang tertentu, Gambar 3-22 menunjukkanjeluk rata-rata untuk
I
ia0
harus dilakukan untuk mendapatkan
taksiran
untuk suatu hujan tertentu yang
-l 5(-ilsu
I

setiap luas kawasan yang diinginkan


ulang yang sama' Tipe-tipe kurva
mempunyai turnu h'iun ian i"-tervat yang tetap' Kurva se- Gambar 3.22. Kurva luas-jeluk
jlljngu: presipitasi Gambar 3-21. Curah hujan 30 menlt
ini, kurva trrus-j.r,rr.lipetottn auti oleh Biro cuaca AS lama 5 tahun (cm-suatu Amerika Serikat.
pada Gamb ar 3-22;;:;;;ffiu"Jitti'uungkan yang contoh fiktif).
dari jaringan yang kawasan dari 260 hingga 1040 km2
sungai Mississippi di AS (lturbe
dan 'Iabel3.9. Kehilangan ptersepsi terukur dari curah hqian (Eagleson' 19711)
sebagian terretak ai,.u.rrr.timur
"^"U0" kurvo luas-ieluk' Kurva-kurva
Mejia, l97a). Mereka iittenat sebagai Tipe vegetasi
kawasan (dengan curah hujan
tersebut .n.runjut tun untuft berbagai Uraian
antara rata-rata jeluk Pinus Ponderosa I Chaparral 1 Chaparral
yang dirata-.u,utuni dan lama hujan' nisbah | (selalu hijau) I (gugur daun)
rata-(atacurah hujan titik tahunan
kawasan tahunan maksimum dengan
sebagai suatu parameter
maksimum. periode utang hujan dipandang Curah hujan total (in) 3,19 (10090) 3,35 (10090) 3,14 (10090)
Throughfall (in) 2,16 ( E6t/o) 2,69 ( 89qo) 1,87 ( 6090)
yang tidak Penting' Aliran batang (in) 0,12 (
490) 0,28 (
9qo) l,l7 ( 379o)
Kehilangan intersepsi
(in) 0,32 ( 10Vo) 0,38 ( ll9o) 0,10 ( 390)

I
72 73

dapat diambil atas dasar pengukuran intersepsi yang ada. perbedaan ini
Contoh
beragam dengan komposisi spesies, umur tanaman, kerapatan tegakan,
Dari gambar 3-19, diperoleh hujan titik 30 menit selama l0 tahun musim dalam setahun dengan keragaman dalam intensitas presipitasi.
(misalnya untuk kawasan tertentu di AS) sebesar 30 mm. Untuk menen- Beberapa angka disajikan pada Tabel 3-9. Kehilangan intersepsi untuk
tukan jeluk rata-rata dari hujan l0 tahun 30 menit ini di atas kawasan salju yang jatuh dapat beragam antara 5 dan 45go per kerapatan vegetasi
250 km2, diperlukan kurva luas jeluk AS. Hal ini disajikan pada Gambar yang sesuai sebesar l0 hingga 10090.
3.22.Karenaitu, curah hujan l0 tahun 30 menit di atas kawasan 25Okmz I
mempunyai jeluk rata-rata:
6 = (0,61) (30) = 18,3 mm
Metodologi Roche yang secara teoretis baik namun merupakan
suatu sistem yang sangat rumit, menentukan faktor reduksi (juga bebas
dari periode ulang), yang diperlukan untuk menduga jeluk curah hujan
rata-rata di atas suatu kawasan dari suatu curah hujan titik tertentu,
pada berbagai tingkat peluang.
Iturbe dan Mejia (1974) mengembangkan metodologi lain yang
bersifat umum untuk transformasi cufah hujan titik menjadi hujan
kawasan. Faktor reduksinya tergantung pada koefisien antara curah hu-
jan titik pada dua titik yang dipilih secara acak di kawasan yang ber-
sangkutan. Jarak korelasi kurakteristik (yang memberi batasan jarak an-
tara dua titik acak ini) ditaksir dan faktor koreksi (atau faktor redulgsi)
dihitung dengan menggunakan fungsi-fungsi eksponensial dan Bessel.

3.9. INTERSEPSI

Penakar-penakar presipitasi biasanya ditempatkan pada tempat


terbuka dan dengan demikian tidak mengukur presipitasi yang sampai di
tanah di bawah suatu tajuk vegetasi. Bagian presipitasi yang tetap pada
permukaan vegetasi disebut intersepsi. Sebagian air yang diintersepsi ini
(Gray, 1973) menguap dan sebagian mencapai tanah secara langsung.
Bagian tersebut dikenar sebagai oir tembus (throughfoll).
Evaluasi lapangan bagian intersepsi yang dievaporasikan, dina-
:
makan kehilongan intersepsi, dilakukan dengan menentukan pcrbe
daah antara tangkapan presipitasi penakar di bawah dan di dekat
penutup vegetasi (Seyhan, 1977b). Namun, ini mengabaikan aliran
batong yaitu bagian presipitasi yang mencapai tanah dengan mengalir ke
bawah melalui batang. Hal ini juga mencakup perbedaan-perbedaan
lingkungan (Eagleson, 1970). Suatu kesimpulan umum yang baik tidak
75

berada pada atmosfer basah dan tidak terlalu panas. Ini adalah sama
bagi semua tanaman pada tanah tertentu (Eagleson, 1970). Semua lengas
tanah yang melebihi titik layu permanen disebut lengos runsh tersedia.
Air perkolasi yang sampai di bawah jangkauan akar tanaman
memasuki suatu mintakat peralihan di mana kapilaritas dan osmosis
tidak begitu penting. Pada mintakat ini air ditahan sebagai simpanan
tr berupa selaput pada partikel tanah individual dengan gaya permukaan
(ini disebut air pelikuler atau berperkolasi ke bawah karena gaya
4. INFILTRASI gravitasi (oir grovitosr). Pada mintakat kapiler (atau mintakat rumbai
kapiler), sebagian air berperkolasi ke bawah ke muka air tanah dan
sebagian dari air itu ditahan melawan gaya gravitasi dengan cara kerja
4.1. PENDAHULUAN kapiler.
Seperti ditunjukkan dengan penampang yang disajikan pada
Air cair yang diterimapada permukaan bumi akhirnya, jika per- Gambar 4-1, lengas tanah dapat berada dalam kondisi-kondisi yang
mukaannya tidak kedap air, dapat bergerak ke dalam tanah dengan gaya berbeda pada bagian-bagian DAS yang berbeda-beda. Karena itu, lengas
gerak gravitasi dan kopiler dalam suatu aliran yang disebut infiltasi. tqnahbiasa dianggap mencakup semua air pada mintqkot aerosi. Dengan
i
Konsep infiltrasi ini relatif baru, namun banyak kemajuan di dalam sedikit modifikasi (Ward, 1967), neraca sederhana air dalam tanah dapat
pengertian dan penentuannya telah dicapai pada tahun-tahun terakhir dituliskan sebagai berikut:
ini. Para ahli agronomi menyebut jeluk maksimum air yang dapat
dikembalikan ke permukaan baik oleh tanomon maupun oleh AS:f+c-d-E"+Aw
r
kapiloritos, sebaga.i tanah. Ini merupakan mintakat di mana pertama
di mana:
kali presipitasi masuk. Pada mintakat ini (disebtt mintskat tanuh atau :
mintakat air tanoh) air bergerak secara vertikall baik dengan cara
AS laju perubahan kandungan lengas tanah
evapotronspirasi (Bab 5) ke permukaan maupun dengan cara perkolosi
f : laju infiltrasi ke dalam mintakat air dalam tanah
c : laju kenaikan kapiler dari mintakat jenuh
yang menurun (pergerakan menurun lengas tanah dari mintakat air
ta.nah tak jenuh ke mintakat jenuh menuju muka air tanah). Karena
A
= laju drainase ke dalam mintakat penjenuhan
Ea : laju evapotranspirasi aktual
poreus (memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara atau,/dan
Aw : laju perubahan uap air yang berpindah melalui penam-
cairan) maka tanah mempunyai kapasitas untuk menyimpan air. Air ini
pang tanah terutama karena gradien suhu (Ward,
disebut lengas tanoh. Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan
1967).
I
dari tanah oleh cara-cara alami (dengan osmosis, gravitasi atau
kapilaritas) disebut ada dalam simpanan permonen. Kapasitas simpanan Kapositas lopangan suatu tanah adalah jumlah maksimum yang
permanen suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik dapat disimpan dalam tanah pada mintakat tak jenuh melawan gaya
layu permanel, vegetasinya. Titik layu ini (kandungan air anah terendah gravitasi. Di negeri Belanda kapasitas lapangan dipandang sebagai kan-
di mana tanaman dapat mengekstrak air dari ruang pori tanah terhadap dungan air yang setara dengan daya hisap pF : 2.
gaya gravitasi) ditentukan untuk suatu tanah bila bagian atas tanaman Laju infiltrasi sktuol (fu) adalah laju air berpenetarasi ke per_
mukaan tanah pada setiap waktu dengan gaya-Eaya kombinasi gravitasi,
l. Gerakan air dalam arah horizontal dalam mintakat tak-jenuh dibicarakan secara ter- viskositas dan kapilaritas. Laju maksimum presipitasi dapat diserap oleh
pisah dalam kuliah lain (Hidrologi Proses). tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrosi, f.. Untuk suatu
intensitas curah hujan, i,
77
76

jika i ( f. maka f". ( f.


jika i..) f" maka fr" ( f"
A = rnintakat lengas tanah mintakat
B = mintakat peralihan acrasi Pada paragraf 4.4 dan4.5, keragaman waktu dan ruang kapasitas
C : crintakar kapiler (nintakat
---:-t.^.:--- D = minralar kcjenullan. tak jcnuh)
infiltrasi dijelaskan secara lebih terperinci. lnfiltrasi hanya akan terjadi
;a^..+I t"i'Jr, ,)F .. ^ mintakrr air tanah setelah semua depresi permukaan yang kecil terpenuhi. Demikian juga,
q s:l - :-;;;;;;;--- ft perkolaii hanya akan terjadi bila mintakat tak-jenuh telah mencapai
.- .--
-9 I *l
l-'.
:oangravltasl _- IminlakalinrcrmcJi\'l
I kapasitas lapangannya. Sama halnya dengan terminologi infiltrasi,
E:fl
E:-+
-.---::--.:------
air lapiler
a
Tmrntalirl kapiler istilah laju perkolasi aktual dan kopasitos perkolasi digunakan.
jl---_j-:-=_:-_&mukaairtumi
I:tEE
I i"pir", kedap air
Kapasitas perkolasi adalah suatu parameter yang penting bila infiltrasi
buatan diperlukan (suatu teknik yang terkenal di negeri Belanda).
i9[ I

ffilrnisrrr kedan air


4.2. LENGAC TANAH

4.2.1. Konsep umum lengos tanah


Gambar 4-1. Klasifikasi air di bawah permukaan.
Jika gravitasi merupakan satu-satunya gaya yang menyebabkan
gerakan vertikal air dalam tanah, tanah akan mengalirkan air sama
sekali kering setelah hujan. Kenyataan bahwa tanah selalu mengandung
banyak lengas menunjukkan bahwa Eaya-gaya yang memegang lengas
dalam tanah harus dikenakan sampai pada tingkat tertentu (Ward,
1967). Fenomena retensi lengos tanoh sama sekali belum dimengerti.
Gaya-gaya utama yang menyebabkan terikatnya air dalam tanah adalah:
a. adsorpsi (molekul air ditarik dan beradhesl pada permukaan partikel
tanah secara kuat)
b. gaya osmotik (karena bahan kimiawi terlarut, seperti garam, maka
t gaya yang memegang air dalam tanah ditingkatkan dengan jumlah
yang sama dengan tekanan osmotik larutan tanah), dan
:.. . .' .'.Y .:. .. c. goys kopiler ( = tegangan muka : molekul permukaan air yang
\ '
. ,

-.:.;.-: :..=:::..: j l: ditarik terutama oleh molekul di dalam air (adhesi; juga kohesi ter-
jadi) dan selaput air dalam tanah dengan demikian dipegang di
Kapasitas perkolasi tinggi lapangan/in si/n oleh gaya tegangan muka). Gaya kapiler tergantung
Kapasitas perkolasi rendah pada ukuran rongga, dan gaya permukaan, pada jumlah dan sifat
I Kapasitas pcrkolasi rcndah
permukaan partikel-partikel tanah.
Ciri fisis tanah yang penting adalah porositas-nya, Porositas
didefinisikan sebagai nisbah volume rongga (Vr) dengan volume total
tanah (lihat I ampiran C),'yaitu,
Gambar 4-2. Kapasitas-kapasitas infiltrasi dan perkolasi.
78 79

ubahnya proporsi air dan udara dalam


,: ,*[{atauv: ,*[,-+] perubahan rongga.
ronggo-rongga atau dari

Kandungan air tanah didefinisikan dalam 3 cara:


di mana:
l. Kandungan air atas dasar berat basah ( = 6*;
v= porositas (juga disebut nisbah rongga) dalam 9o 0* = WT* Ws
vv = volume ruang rongga (cm3)
V: volume total contoh tanah tertentu (cm3) di mana:
prt : berat isi contoh tanah = kerapatan contoh tanah kering
0* : kandungan air atas dasar berat basah (go)
(gmlcm3) Wr= berat contoh tanah lembab (90) : (WT/W,)100 : l00go
W, = berat contoh kering oven (go)
---
pA
w, -trk W,eo = twr/WD
-
Vr+Vu V tOO

2. Kandungan airatas dasar berat kering tanur (: 0J:


Vs : volume Padatan (cm3) Kandungan ini merupakan persentase air yang terdapat pada
W. = berat padatan = berat contoh tanah kering tanur (gm) contoh tanah kering tanur.
rs : kerapatan butiran tanah = berat jenis bahan padat
(gm,/cm3) gd: w:_x roo=[rft]r_
ws
/5=
vs Contoh tanah yang lembab ditimbang (W1), dikeringkan pada
- suhu l03oC hingga tl0oC, didinginkan dan ditimbang lagi (W) un_
Untuk penentuan kerapoton isi, volume contoh harus diketahui. tuk menentukan berat air yang hilang (W., = W, - W). Ini
lni dapat diperoleh dengan metode inti di mana pengambil contoh tanah merupakan metode baku, tetapi memerlukan banyak waktu (a_fO
yang terbuat dari logam dilindris dengan volume yang diketahui ditekan
jam pengeringan) dan hanya volume kecil tanah (50 cm3; yang diam_
ke dalam tanah dan dengan hati-hati diambil untuk menjaga agar bil contohnya. Ini penting hanyajika dalam suatu daerah harus diam-
volume tanah sama dengan volume pengambil contoh silindris. Dengan bil contoh yang banyak. Untuk terminologi yang terinci lihat lam-
menggunakan metode lumpur massa tanah mulai-mula dilapisi dengan piran C.
bahan tanah air (seperti parafin). Kemudian, ditimbang baik dalam 3. Kandungan air atas dasar volume (0 : kandungan air volumetrik).
udara maupun sambil dicelupkan dalam cairan yang diketahui Ini merupakan volume air per volume tanah lembab.
kerapatannya. Metode penggalion menentukan volume contoh dengan vw
secara tidak langsung menentukan volume lubang tempat pengambilan e:
vs *V,
atau: i19
contoh tanah. Hal ini dicapai misalnya dengan menyisipkan balon ke 100 (p,r)
dalam lubang dan dengan mengisinya dengan air hingga lubang peng- di mana:
galian. Selanjutnya, volume air sama dengan volume tanah. Kerapatan vw volume air (cm3)
isi juga ditentukan dengan metode-metode radiosi. vs volume padatan (cm3)
Perubahan kondungan sir tqnah secara nyata mengubah sifat-sifat vv volume rongga (cm3)
tanah seperti keteguhan, kompresibilitas, plastisitas dan konduktivitas ws
hidrolik. Volume kebanyakan tanah juga berubah dengan berubahnya pd : Kerapatan isi tanah : berat tanah di-
kandungan air (Yong, 1975). Perubahan air tanah disebabkan oleh ber- Vr+Vu bagi dengan volume total(V : Vs + Vv)
tanah (gmlcm3)
80 8l

Pw = kerapatan air (gmlcm3). penggunaan logaritma potensial air tanah, pF, yang dinyatakan dalam
cm air. pF = 2 dan pF = 4,2 masing-masing secara berturut-turut sesuai
Kandungan air atas dasar volume, misalnya 3590, berarti 35 mm air dengan kandungan air tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan titik
dalam 100 mm kolom tanah, atau 35 cm air per meter jeluk tanah. kelayuan,
Jika misalnya tanah ini hanya 40 cm dalamnya, maka kandungan Banyak istilah telah dipergunakan untuk memberi batasan energi
tanah hanya (350 mm/m) (0,4 m) : 140 mm. yang mengikat air dalam tanah. Istilah tegangan air-tanoh dan isopan
tonah digunakan untuk memberikan batasan secara berturut-turut
4.2.2. Potensiol sir tanah bahwa air tanah berada dalam keseimbangan dengan tekanan yang
kurang dari atmosfir (Gambar 4-14) dan tanah memberikan tekanan
Energi yang mengikat air dalam tanah (dengan 3 tipe Baya yan9 terhadap air. Potensial lengas dan tegangan lengas secara kuantitatif
disebutkan pada paragraf 4.2.1.) pada setiap kandungan air dicirikan dihubungkan sebagai berikut:
sebagai potensial air lanah. Potensial air tanah (atau potensial lengas; Tegangan lengas (dalam cm air) = -(l/ g) potensial air (dalam erg/ gm)
terutama dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial
matriks) dan potensial gravitasi. Namun, terdapat potensiol komponen Keduanya juga dapat dinyatakan dalam satuan tekanan (bar) atau
lainnya (Yong, 1975) yang berperanan pada potensial total tanah. Poten- energi (joule/kg\. Penyesuaian pemakaian yang dibakukan akan
sial komponen dapat dituliskan sebagai berikut: menghindarkan pengertian yang membingungkan. Dalam hal ini akan
digunakan istilah potensial pada perlakuan-perlakuan teoretis air tanah,
Arp : A,,un, + Aqrc + Ar/n + Aryp + Aqra + ...... dan isapon dalam pemakaian praktis. Harga-harga isapan tanah adalah
di mana: positiJ dan harga-harga potensial adalah negatif, namun keduanya
Lat = potensial air tanah total (atau potensial lengas) secara numerik adalah sama. Berbagai satuan dipergunakan untuk
Ar1lm = potensial matrik (atau kapiler) mengukur potensial air tanah, Faktor-faktor konversinya adalah sebagai
A?e potensial gravitasi herikut:
AWn = potensial osmotik
Arpp potensial piezometrik
Tekanon Energi Tinggi kolom air
Aq.,a = potensial angin atau tekanan.
bar = 0,99 atm 106 erg/gm 1.022 cm
Potensial dinyatakan sebagai perbedaan-perbedaan (A) terhadap bar = 106 dyne/cm2 ld joule/kg t.022
titik sembarang yang ditetapkan sebagai berpotensial nol. Misalnya, per- atm=l,0l3xlO
dyne/cmz 1.035 cm
mukaan air bebas, mempunyai potensial nol (Gambar 4-14). Buck- milibar _ 1,022 cm
ingham (1907) mengusahakan penggunaan konsep energi, atau konsep
potensial air-tanah, dalam penelitian gerakan lengas tanah dan
menyarankan penggunaan istilah potensiol kopiler untuk menunjukkan 4.2.3. Kurva tegongan
daya tarik tanah akan air. Istilah kopiler ini menyesatkan karena seperti Kurva-kurva yang menjelaskan hubungan antara potensial air-
ditunjukkan di atas, hanyalah pengaruh gabungan semua potensial kom- tanah, pF, dan kandungan lengas tanah (atau kandungan+air tanah;
ponen yang menyebabkan retensi qir dalam tqnoh dan bukan hanya dikenal sebagai kurvo tegangan. pada Gambar-gambar 4-3 hingga 4-5
potensial kapiler sebagaimana dipikirkan oleh Buckingham. Oleh ditunjukkan kurva tegangan untuk tanah-tanah dengan ukuran pirtikel
karenanya, kita harus menyebut potensial air tanah total bila menyebut yang berbeda. Kurva-kurva ini menunjukkan kenyataan bahwa:
energi yang mengikat air di dalam tanah. Schofield (1935) mengusulkan l. Potensial air-tanah merurun dengan meningkatnya kandungan air

L
82 83

(makin banyak air tanah, makin berkurang energi yang diperlukan


untuk memegang air dalam tanah).
d7 3 ) Isapan meningkat jika ukuran pori yang mengikat air berkurang.
o ,i0
A]
3. Loju perubahon kemiringan maksimum, yang menunjukkan ukuran
5 60 rongga dominan yang mengikat air (pasir pada Gambar 4-3), terjadi
pada potensial yang lebih rendah bila ukuran partikel menurun. Lem-
Eso f) 'l pung berliat mempunyai suatu kurva yang dangkal pada bagian
(40 atasnya (di atas pF : 2,0), yang menggambarkan kenyataan bahwa
6i
o0
{ liat kehilangan air secara lebih berangsur-angsur dibandingkan pasir,
30 yang tentunya berarti bahwa lempung berliat mengikat lebih banyak
(! {
v air daripada 2 tanah lainnya di sepanjang kisaran grafik. Tanaman
o.0l 0.1 I l0 100 i tak dapat menghisap air dari tanah pada pF yang lebih besar daripada
Hisapan tanah (bar) - rP
sekitar 4,2. Ini berarti bahwa 2090 terakhir air pada tanah lempung
;
Gambar 4-4. Pengaruh perbaikan kem- t berliat tidak tersedia bagi tanaman. Kenyataan bahwa laju perubahan
bali retensi air suatu tanah kemiringan sangat nyata di antara pF 1,8 dan pF 3,0 mungkin
liat (Young, 1975).
mencerminkan kenyataan bahwa pada tanah yang bertekstur lebih
t0 20 30 40 50 kasar (pasir pada Gambar 4-3) banyak air yang diikat pada pori yang
Kandungan air tanah (go volume) - 0
cukup besar pada isapan yang sangat rendah, sedangkan sangat
sedikit pada pori-pori yang kecil. Pada tanah berliat yang bertekstur
Gambar 4-3. Kurva retensi-air
mewakili (Young, 1975).
yang I lebih halus, kisaran ukuran pori lebih besar dan terdapat pori-pori
kecil dengan proporsi yang lebih besar yang mengikat air dengan
o isapan yang sangat rendah (Ward, 1967).
o
d t00 ,1, Tanah liat utuh mempunyai lebih banyak rongga di dalamnya, diban-
-
660 o
dingkan bila tanah dibentuk kembali yang akan menyebabkan rongga
,o
Y- 50 E\ tersebut rusak. Dengan demikian tanah menahan lebih banyak air
({ d bila dibentuk kembali (Gambar 4-4).
(d40 d 5. Konsolidasi (Gambar 4-5) menyebabkan volume rongga yang besar
L50
(! akan menurun dan rongga yang kecil akan naik. Karena itu, tanah
-30
d
s (6
o0
yang dimampatkan akan menahan lebih banyak air pada isapan yang
420 tinggi, namun berkurang pada isapan yang rendah.
d
14
(d 6. Pada campuran liat-pasir, kandungan air pada potensial tertentu
lo t4
0
akan naik bila kandungan liat naik di atas proporsi minimum (2090
50 100
pada Gambar 4-6).
0 Kandungan liat (90)
0.00t 0.01 0, I I l0 Beberapa harga kandungan air tanah pada nilai-nilai pF yang
rrrsapan ranan loar) - rp
Gambar4-6. Kandungan air, rp (bar) berbeda disajikan pada Tabel 4.1. pF diberi batasan sebagai berikut
dan hubungan campur- (lihat juga Gambar 4-14):
Gambar4-5. Pengaruh pemadatan terhadap kurva
an liat-pasir (Young,
retensi-air (Young, 1975). Agregat
liat dipadatkan pada (1) 50 p.s.i. dan
tanah
pada 1975). pF: log(h),dimanah: tekanan isapan (tegangan lengas tanah)
(2) 100 p.s'i. Pasir berdebu pada kerapat-
dalam cm air.
an Yang rendah (3) dan tinggi (4)'
84 85

Jika bentuk kurva retensi, seperti pada Gambar 4-3, dikaji, adalah
mungkin untuk menjabarkan suatu hubungan matematis antara harga- I Pembahasan pengeringan
harga pF dan kandungan air tanah. Fonck, yang mengkaji kurva pF 6 lPz lPr
yang berbeda yang diperoleh pada tanah di negeri Belanda, 5
1 Pengeringan
4

t
(
memperkirakan persamaan empiris sebagai berikut:
l

pF=a+(B)lnt( o)r-tl l\,r 2

I
n I
0
I rt-0.3@;12-0.05@

di mana: I
Gambar 4-7. Histeresis liat berdebu Gambar4-t, Konsep histaresis
a,B dan y : konstanta yang ditentukan dari harga-harga pF I
(pengaruh botol-tinta).
tertentu
I : kandungan air tanah volumetrik Tabel4'1. conroh'contoh kandungrn air (go vorume) yang direnlukan pads tapisan.
lapisan tanah pada jeruk 0-50 s0-90
n : porositas. da)
dan cm (Leerinbeekgebied, negeri Beran-

4.2.4. Histeresis
0,4 2,0
Salah satu pembatasan utama penggunaan kurva rentensi adalah
yapg berkenaan dengan fenomena histeresis. Untuk suatu isapan terten-
Lahan yang --l--- 2,3 4.2

43,5 | 34,3 19,4 t5,'l 14,6 10,5 5,6 3,3


tu, kandungan air tanah beragam pada apakah itu dibasahi atau dike- Lahan rumput 40,8 | 33,0 25,6 13,0 2l,3 6,0 6,2 1.7
ringkan (Gambar-gambar 4-5 dan 4-7). Histeresis akan menjadi terbesar Lahan kaya 38.6 | 32,0 12,5 1 3,0 8,8 8,9 3,0 3,0
pada kasus tanah yang mengering. Histeresis disebabkan oleh kenyataan
bahwa banyak pori (dalam Haines, 1930) memptnyai leher yang agak -so lso-qo 0-50 50-90 0-s0 50-90 )-50 5G-90
sempit atau hubungan dengan porr-pori cli dekarnya. Bila tanah menge-
ring, pori-pori tersebut tidak dapat kosong sampai dicapai suatu isapan Kandungan air tanah (90 volume)
yang tinggi. Bila tanah sedang dibasahi, pori ini tidak akan terisi hingga o ro t5 o to 15
isapan menurun ke tingkat yang jauh lebih rendah yang dihubungkan
dengan diameternya yang terbesar, di titik mana pori akan terisi dengan
sangat cepat. Misalnya, untuk ruang pori yang ditunjukkan pada Gam-
bar 4-8, P2 harus lebih besar dari 30 cm untuk mengering, dan P, harus
lebih kecil dari 5 cm untuk pembasahan sempurna (Young, l9?5). (r ' 24

Histeresis dapat juga dikarenakan (seperti pada kebanyakan liat) !


pengeruton dan pengembangan yang terjadi sebagai akibat berubahnya q 36

kandungan air tanah (Ward, 1967), dan karena udara yang terperangkap
(Drainage Principles, 1974).

Gambar 4-9. Keragaman dalam kandungan airtanah


dengan jeluk selama infiltrasi (Ward.
l96l).
{
87
86
q
(!
o0
4.2.5. Penampong je.luk lengas tanah

Bila infiltrasi berloniut /erus (selama hujan yang lebat), per-


60
il o. kandungan mukaan yang langsung akan menjadi jenuh, dan akan terjadi penurunan
E air
kandungan air dengan jeluk tanah. Pada kondisi dengan infiltrasi yang
o terus berlanjut, perkolasi akan terjadi. Pada Gambar 4-9 ditunjukkan
l', 'l perubahan penampang jeluk lengas tanah selama berlanjutnya infiltrasi.
I Bertambah luasnya bagian yang gelap (diberi titik-titik)' menunjukkan
I meningkatnya kandungan air tanah di atas harga-harga kandungan air
mintakat I tanah awal pada jam 0. Garis terputus-putus menunjukkan kejenuhan
kapiler t
i yang sempurna. l59o adalah kandungan air tanah pada lapisan tanah
atas pada keadaan kejenuhan sempurna.
Pada Gambar 4-8, digambarkan keragaman penampang jeluk
lengas tanah setelah berhentinya infiltrasi. Pada waktu nol (td hujan
mulai dan berlanjut hingga t1. Selama selang waktu ini infiltrasi terjadi
' t6
dan kandungan air suatu lapisan tanah atas naik di atas kapasitas
lapangan. Karena air ini tak dapat disimpan terus, maka air akan
i bergerak menurun menuju muka air tanah. Dari waktu hujan berhenti
(t1), gerakan menurun air digambarkan pada waktu yang berbeda (t,
il hingga t9) Rada Gambar 4-10. Gerakan ini berlangsung beberapa jam.
Pada waktu tu, kandun8an air tanah pada semua jeluk adalah sama
dengan kapasitas lapangan dan muka air tanah (dengan mintakat
kapiler) telah meningkat ke aras yang lebih tinggi. Waktu ini (td tergan-
tung pada tipe tanah dan jeluk muka air tanah, dan dapat beragam an-
tara beberapa jam hingga beberapa hari. Selama selang waktu t6 hingga
t9, penampang air tanah kembali lagi ke bentuk asalnya' Perhatikan
Grmbar4-10. Penampang jeluk-air tanah setelah berhentinya infiltrasi. bahwa kandungan air tanah suatu mintakat jenuh (air tanah) adalah
sama dengan porositosnya (yaitu nisbah volume rongga dengan volume
I
kotor unsur tanah; n : 0,10-0,30 untuk pasir dan n = 0,03-0,05 un-
I
tuk liat), karena semua rongga terisi dengan air.
(,
q,
1

3
lr 4.2.6. Gerakon noik lengos tonah-gerakan kapiler
4
(t
d Penelitian-penelitian terdahulu mengenai gerakan naik tanah
E
sangat terbatas karena perhatian besar ditujukan pada pembasahan
tanah dari bowah melalui saluran-saluran kapiler. Lagi pula, tanah
C,
o0
0o
disederhanakan sebagai suatu ikatan tobung kopiler di mana tinggi
o
V
0+l+2+3+A -l o +l +z +l +4 kenaikan dihitung dengan persamaan yang terkenal (Young, 1975),
Tanah DeneKsturxasar Tanah bertekstur yaitu:
Grmbrr 611. Gerakan kapiler dihubungkan dengan pF dan muka air tanah 1Wind, 196l)'
,l
I

88 89

Bila kesetimbangan telah tercapai, maka air berhenti pada aras h


2T (cos a)
h: dan, T (cos a) 2tr : p;nr2hg, yang dapat dituliskan sebagai:
rpwB
,h= 2T (cos a)
rP wg

Persamaan ini didapatkan dengan menganggap Tr : W* Karena untuk sebagian besar tanah (Drainage Principles, 1974)
di mana: T, : gaYa yang mengangkat sudut kontak akan cenderung menuju nol (cos a : cos o : l), orang
w*: gaYa gravitasi yang menurun. dapat menyederhanakan rumus ini dengan menganggapp* = I danT :
72,75 dyne/cm untuk suhu 20oC, sehingga:
Gaya yang mengangkat merupakan komponen vertikal, T1, dari
gaya tegangan permukaan air, T, yang bekerja pada dinding bagian 2 (72,75) (t) : 0"J
1r h: r,
dalam tabung dengan panjang 2nr. Dengan menganggap a sudut kontak r (l) (e80) "tuu
antara air dan dinding tabung, maka:

#!qgh>:' Pembaca juga harus memahami bahwa semua penjelasan tabung


Tl : [T (cos a)] 2nr (dyne)
fl , :' I
Gaya tegangan permukaan, T, merupakan fungsi suhu air.
kapiler ini hanyalah suatu hipotesrs. Konsep ini (Ward, 1967 dan Young,
1975) sama sekali kurang lengkap, karena gerakan air berlangsung
melalui selaput air pada ruang yang berbentuk tidak beraturan dan ru-
Beberapa harga disajikan di bawah ini: ang antar-partikel yang berukuran beragam, dan bahwa kecepatan dan
I
ll rt
arah gerakan sangat ditentukan oleh konduktivitas kapiler (ketahanan
Suhu ('C) T (dyne/cm) tanah terhadap aliran air dan merupakan fungsi 0 dan rp), potensial air
iI
0 75,60 tanah dan gravitasi.
l0 74,22 I dyne : gaya yang diperlukan un- Pengaruh evapotranspirasi adalah untuk menciptakan suatu hisap-
l5 73,50 tuk memindahkan 1 gm r-n dan mendorong gerakan air menuju permukaan tanah atau mintakat
20 72,75 massa dengan percepatan perakaran. Laju mengeringnya permukaan tanah, kerapatan dan jeluk
25 71,97 I cmldt. sistem perakaran, dan jeluk muka air merupakan faktor-faktor yang
30 71,18 F:mXa mempengaruhi gerakan air ke atas karena pengaruh evapotranspirasi'
i
Hasil-hasil percobaan yang dilakukan oleh Wind (di negeri Belan-
Gaya gravitasi yang menurun adalah berat air, da) mengenai laju gerakan kapiler dan kenaikan maksimum disajikan
pada Gambar-gambar 4-l I dan 4-12. lni dapat dideduksikan dari Gam-
w* = mg : n*vg : p* [(rr) h] c (dyne) bar 4-11 bahwa untuk suatu harga pF tertentu, laju yang sangat kecil
pada aliran kapiler dapat terjadi pada suatu letak yang sangat tinggi di
di mana: ,,,, = keraPatanair=l gm/cm3 atas muka air. Laju maksimum aliran kapiler tergantung pada keting-
m- berat air (gm) gian di atas muka air tanah. Demikian juga, laju tertinggi gerakan
o:
D percepatan gravitasi = 980 cmldetik2 kapiler terjadi bila tekstur tanah berangsur-angsur menjadi lebih kasar
V_ volume kolom air (cm3) dengan jeluk tanah di bawah permukaan (Gambar 4-12). Pada Gambar
r: jari-jari kapiler (cm) 4-12 garis tebal menunjukkan tinggi maksimum di atas muka air yang
h: tinggi sampai di mana air akan naik pada suatu tabung dapat dicapai oleh aliran kapiler setinggi 2 mm/hari (Ward, 1967).
kapiler (cm).
rl
r-
90 9t

4.2.7. Pengukuran potensiol air tqnah


TIPE TANAH UKURAN BUTIRAN KENAIKAN KAPILER
L Pengukuran loborotorium (mm) (mm)

Kerikil halus 5,0 25


Pada dasarnya, pengukuran potensial dapat dilakukan dengan Pasir tanah kasar 2,0
-2,0 65
-1,0
metode di mana gaya yang terukur dikenakan pada air tanah dan hasil Pasir kasar l,0
-0,5
135

perubahan kandungan air tanah diukur. Pengukuran laboratorium Pasir medium 0,5
-0,2 246
dilakukan dengan mengenakan tekanan yang spesifik dan dengan { Pasir halus
Debu kasar
0,2
0,1
-0,1
428
1055
mengukur kandungan air setimbang yang dihasilkan (untuk suatu Debu
-0,05
0,05-0,02 2000
tekanan tertentu air berhenti keluar dari contoh tanah). Ini dapat
dilakukan baik dengan menggunakan tekanqn negotif maupun teksnan Harga-harga khas dari kenaikan kapiler (Schulz, 1973).
positif .
a

A. Metode Hqines: Contoh tanah diletakkan pada cawan keramik dan


tekanan negatif (maksimum -1 bar) dikenakan pada bagian bawah
contoh (Gambar 4-l3A). Air mengalir dari contoh melalui pori
keramik, ke dalam tabung pengukur dan perubahan kandungan air
pada tanah diamati secara langsung dengan mengukur perubahan
posisi meniskus pada tabung.
B. Membran tekanan: Karena tekanan positif dikenakan pada bagian
atas contoh tanah, air bergerak dari contoh, melalui membran
hingga kesetimbangan tercapai (Gambar 4-13B).
C. Metode tekanan uop: Tekanan uap air yang terkendali dimasukkan
pada ruangan yang mengandung contoh. Tanah mengisap air atau
kehilangan air sampai potensial air tanah sama dengan potensial
udara di sekitarnya (Young, 1975).

2. Pengukuran-pengukuran di tempot o
d
A. Tensiometer: Alat ini terdiri atas cawan poreus yang dipendam u6
dalam tanah dan dihubungkan dengan manometer (Gambar 4-14)
(!
atau pengukur hampa. Air bergerak dari cawan poreus ke dalam d
tanah di sekitarnya hingga hisapan pada cawan dan tanah di sekitar-
nya berada dalam kesetimbangan. d

B. Psikrometer thermocouple: Alat ini yang paling moderen dan


b0
oo

diharapkan menjadi alat yang terbaik bagi pengukuran potensial air o


I
tanah. Alat ini mengukur tekanan uap di dalam tanah (Young,
1975).
ffiti"t E t.*nune ffi
ldiddia
pas,,

-l
Gambai4-12. Kenaikan kapiler melalui penampang tanah yang berbeda (Wind, l96l).
I

sumber udara hampa

{
!l

il
II
II
il
tekanan udara

{i
contoh
- t/ membran selulosa
3- dasar Poreus
il
skala rl
il
air tanah (9) vs' kandungan air
Grmbar4-l3. Peralatan untuk pengukuran potensial
tanah (0) (Young' 1975)'

Gambar 4-14. Suatu tensiometer sederhana (Ward' 1967).

rl
Y
94 95

C. Pengukuran-pengukuran tidak langsung: sepanjang 140 m pada bagian atasnya dan2 gigi pemotong lengkung
a. Tahanan antara 2 elektroda yang dipasang pada suatu blok gips pada bagian bawah. Bor diputar dengan pegangannya dan ditekan ke
yong poreus yang dibenamkan di dalam tanah diukur. Jika tanah bawah ke dalam tanah. Tipe pengambil contoh tanah lainnya adalah
mengering, maka pori pada gips kehilangan air tanah di sekitar- tabung pengombil contoh tonah. Biasanya digunakan tabung bros
nya dan tahanan antara elektroda akan naik (Young, 1975). berdinding tipis dengan diamater 50 mm dan dengan panjang
b. Beberapa bahon yong poreus (sumbat keramik, kertas saring, dan 100-150 mm dipasang pada ujung pipa pegangan-T 90 cm. Contoh-
lain-lain) di mana hubungan antara rp dan o diketahui, ditem- contoh diambil dengan menekan pegangan ke bawah dan kemudian
patkan berhubungan dengan tanah dan secara berkala ditimbang didorong keluar dari laras oleh pengisap pusat (WMO, 1970). Dalam
untuk menentukan perubahan di dalam kandungan air tanah. cara ini contoh-contoh volumetrik dapat diperoleh untuk menghitung
kandungan air tanah berdasarkan volume (0).
4.2.8. Pengukuran lengos tanah Pengambil-pengambil contoh tanah yang lain (bor, pengisap
tangan, pengambil contoh sumbat, dan lain-lain) kini tersedia di pa-
Program pengamatan lengas tanah mungkin berbeda-beda saran. Bor-bor tangan, dengan pipa tambahan, telah dipergunakan
menurut tujuannya. Misalnya, untuk maksud-maksud pertanian di dalam mengambil contoh tanah hingga jeluk sedalam 17 meter
pengukuran lengas tanah yang diambil pada 4 titik per hektar dapat (wMo, 1970).
memberikan data yang memadai bagi pendugaan harga tertimbang rata- 2. Metode tensiometik
rata air tanah di seluruh kawasan pertanian. Metode statistik biasanya Pengukur kandungan air tanah tipe tensiometrik juga dipergunakan.
digunakan untuk menentukan banyaknya titik pengamatan yang Untuk menentukan kandungan air dengan tensiometer, hubungan an-
diperlukan (WMO, 1972). Frekuensl pengamatan juga tergantung pada tara tegangan air dan kandungan air haruslah dikerahui. lni dapat
maksud pengkajian. Untuk pengkajian neraca air, pertama-tama penen- diperoleh di laboratorium (paragraf 4.2.7.) atau dengan memban-
tuan bulanan kandungan air adalah memungkinkan untuk menduga dingkan harga-harga tegangan yang dibaca dengan hasil-hasil
keragaman kandungan air tanah bulanan dan musiman. Selanjutnya pengambilan contoh gravimetrik. Tensiometer dipengaruhi oleh
suatu program pengamatan yang rutin dapat dikembangkan. suhu, menunjukkan efek histeresis dan mempunyai kelambanan
Metode-metode pengukuran kandungan lengas tanah secara waktu (jam) di dalam menunjukkan perubahan-perubahan dalam
ringka/aijelaskan di bawah ini: tegangan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan di dalam
l. Melode gravimetrik lengas tanah. Alat ini mudah dipasang dan cepat dibaca. Kini, ten-
Metode ini melibatkan pengumpulan contoh tanah, mehim- siometer tidak sesuai lagi untuk pemasangan pada jeluk yang lebih
bangnya sebelum dan setelah pengeringan dan menghitung kandungan dalam dari 6 meter.
air semula. Metode ini satu-satunya metode pengukuran longsung 3. Mel ode lq hansn-lis t ri k
teliti. Namun, metode ini membutuhkan
lengas tanah dan yang paling
Blok gips yong poreus yang digunakan untuk pengukuran
waktu dan memerlukan contoh yang diambil dari lokasi (contoh potensial air tanah juga dipergunakan untuk penentuan kandungan
tanah terganggu). Pemindahan contoh ini harus dilakukan secepat air tanah. Perubahan di dalam tahanan (karena perubahan kan-
mungkin untuk mencegah kehilangan air. Pengukuran ini tak dapat dungan air) antara 2 elektroda yang dipasang pada blok yang poreus
diulang pada titik yang sama di mana contoh semula diambil. dibaca dengan meteran pada permukaan dan dikonversikan pada
Peralatan yang sederhana yang digunakan untuk mengambil contoh harga-harga kandungan air dengan menggunakan bagan-bagan
lengas tanah adalah bor tangan (Gambar 4-15). Salah satu tipe bor kalibrasi (WMO, 1970 dan Young, 1975). Bagan kalibrssi disiapkan
tangan yang paling berguna terdiri atas silinder dengan diameter 76 dengan korelasi dengan harga-harga kandungan air yang ditentukan
mm dan dengan panjang 230 mm, yang mempunyai pipa tqmbohqn dengan metode gravimetrik. Kesesuaian penggunaan blok ini terbatas
!
97
96

karena pengaruh histeresis dan kenyataan bahwa kalibrasi tergantung


pada kerapatan tanah dan suhunya. Untuk pengkajian-pengkajian
neraca air penggunaan metode tahanan-listrik tidak dianjurkan.
4. Metode pencorqn neutron
Metode neutron merupakan metode yang terbaik bagi
pengukuran kandungan air pada tanah utuh dan didasarkan atas
prinsip pengukuran perlambatan neutron memancar ke dalam tanah
tabung plastik
dari suatu sumber neutron yang cepat. Neutron cepat yang bergerak
permukaan ta keras di dalam tanah terutama diperlambat oleh atom-atom H yang kecil
yang sebagian besar terdapat di dalam molekul-molekul air
(meskipun beberapa pada molekul-molekul organik). Proporsi
F-t--, neutron yang kembali kepada penghitung berhubungan dengan kan-
cangkir poreus
Bor tangan tiPe 6212 Plsau dungan air tanah. Misalnya, sebagai sumber neutron, digunakan
Radium-Berylium (Gambar 4-15). Sumber dan penghitung (pencatat
detektor) dinnasukkan ke dalam tanah melalui suatu lubang yang
permukaan tanah diselubungi dengan tabung aluminium, dan pembacaan dapat diambil
pada berbagai jeluk tetapi jangan terlaludekat dengan permukaan.
tabung akses aluminium
Pengukur lengos neutrot't dikalibrasikan dengan pengambilan contoh
penguat
sensit ive volume secara gravimetrik. Pengukuran sedalam 60 meter telah dilakukan.
pelindung timah
Tabung Pengarnbil ) sumber
Penggunaan metode ini meningkat secara besar-besaran sejak 1955.
Contoh Tanah t'
\ penghitung Metode ini mempunyai ketelitian sebesar l-2V0. Penggunaan
metode ini dianjurkan bagi pengkajian neraca air (Colenbrander,
Penguji lengas Neutron 1970).
(Penguji jeluk Chicago Nuklir) 5 Metode sinsr Gqmma
I
Sinar-sinar gamma yang berasal dari suatu sumber (seperti
i cobait-60) yang diletakkan pada satu sisi suatu kolom tanah melewati
i
tanah dan diukur dengan penghitung pada sisi yang lain. Pelemahan
t (atau penyerapan) sinar-sinar gamma digunakan sebagai kriteria
O penentuan kandungan air volumetrik (0). Metode ini memungkinkan
,< pengukuran hingga jeluk 50 cm. Pengukuran pada jeluk yang lebih
d,o dalam akan membutuhkan isotop-isotop dengan radioaktivitas yang
o
e lebih besar dan ini menimbulkan masalah keselamatan. Keragaman
o
a metode yang mengukur penurunan berkas horizontal sinar gamma
.g^ memungkinkan penentuan lengas tanah hingga sedalam 1,5-2 meter
d)J
(wMo, 1970).
,c Kurva Penera Pelguii
d) 6. Melode penginderoan jauh
a
o Neutror! (Chicago P19) un-
cl.0 tuk Daerab Leerinbeek, Karena sifat-sifat termal air dan keseragamannya, air mudah
o2550 Nederland diketahui pada cilro infra-merah. Lagi pula, karena perubahan-per-
Lengas ranah (90 volume)

Grmbar 4-15. Pengukuran lengas tanah'


98 99
ubahan kandungan air tanah mengakibatkan perubahan suhu tanah
(pendinginan maupun penghangatan), ini juga dapat dideteksi pada 7. Lisimeter
citra infra-merah. Namun, penyesuaian harus dilakukan untuk 8. Metode kimio
Reaksi antara bahan dan air di dalam contoh tanah ditentukan
faktor-faktor seperti suhu udara dan radiasi matahari. Penelitian di
(Gray, 1973).
Lembaga Penginderaan Jauh Universitas Dakota Selatan, telah
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang jelas antara kerapatan
9. Metode ponos
Metode ini berdasarkan atas prinsip bahwa konduktivitas panas
film foto infra-merah panas dan kandungan air tanah yang gundul.
suatu massa tanah naik dengan kandungan air (Gray, 1973).
Korelasi yang tinggi diperoleh di mana 80-10090 tajuk tanaman
terlibat (Seyhan, 1972).
Werner dan kawan-kawan di Universitas Dakota Selatan telah
menyelidiki kemampuan lengas tanah dideteksi dengan penginderaan 4.3. KEPENTINGAN PRAKTIS INFILTRASI
jauh. Sesudah mengambil data air tanah yang terinci di lapangan,
mereka berupaya untuk memperoleh data yang sama dengan meng- l. Berkurangnya banjir
gunakan teknik penginderaan jauh. Foto udara yang digunakan 2. Berkurangnya erosi tanah
diambil pada ketinggian-ketinggian 305, 610 dan 1525 meter. Misi 3. Memberikan air bagi vegetasi dan tanaman
penerbangan diatur waktunya sesuai dengan selang waktu air tanah
4. Mengisi kembali reservoir air tanah
5. Menyediakan aliran pada sungai pada musim kemarau.
kritis (segera sebelum irigasi dan secepat mungkin setelah irigasi dan
secepat mungkin setelah irigasi dan hujan). Foto dianalisis dengan a)
interpretasi visual. b) analisis dan c) analisis statistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk porsi merah yang tampak dari spektrum, 4.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFILTRASI
film hitam dan putih (dengan filter merah) memberikan korelasi yang
terbaik sepanjang musim. Hampir semua korelasi adalah nyata pada l. Karakteristik-karakteristik hujan (hubungan i dan f" )
taraf 0,01. Karena vegetasi digunakan sebagai indikator air tanah,
2. Kondisikondisi permukaan tanah
maka adalah wajar bahwa gelombang merah memberikan hasil yang
a. Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan per-
mukaan tanah dan mengurangi infiltrasi
terbaik karena gelombang ini berada dalam daerah penyerapan
pigmen tanaman oleh klorofil. Film hitam putih yang berfilter hijau b. Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori pada per-
mukaan tanah dan mengurangi laju infiltrasi
memberikan hasil yang baik hanya selama waktu pertumbuhan
tanaman yang aktif. Daerah spektrum infra merah dekat hanya
c. Laju infiltrasi awal (fo) dapat ditingkatkan dengan menaikkan
jeluk detensi permukaan (Du)
memberikan sedikit infqrmasi.
Penelitian yang dihkukan oleh Achi dan kawan-kawan (197a) d. Kapasitas infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari
menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk membedakan mintakat e. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju in-
air tanah yang tinggi dan rendah pada suatu aliran sungai' filtrasi
Pengukuran lapangan lengas tanah dengan metode gravimetrik dan
f. Pembekuan permukaan tanah mengurangi kapasitas infiltrasi
pencaran neutron memberikan korelasi yang baik sekali dengan selama tahapan awal hujan berikutnya
harga-harga foto infro merah wqrnq yang terdeteksi.
g. Penggolongan tanah dapat meningkatkan (dengan terasering,
pembajakan kontur, dan lain-lain) atau menurunkan (pengolahan
Peramalan tingkat lengas dengan cara rador sedang diteliti'
permukaan vegetasi) kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau
Pada kasus tanah-tanah yang homogen hasil yang memuaskan telah
penurunan cadangan permukaan.
diperoleh (Seyhan, 1974).
3. Kondisi-kondisi penutup permukaan
a. Penutup vegetasi (karena terhambatnya aliran permukaan dan
100
l0l
berkurangnya pemadatan tetesan hujan) meningkatkan infiltrasi.
Kerapatan dan tipe vegetasi juga penting dalam mengendalikan in-
filtrasi (Gambar 4-16)
d
b. Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan
melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong
laju infiltrasi yang tinggi. d
tG
c. Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang d
o.
6
dilakukan seresah. I
d. Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) waktu
mengurangi kapasitas infiltrasi.
jagung (Ward' 1967)'
4. Transmisibilitas tanah Garnbar4-16. Laju infiltrasi pada tanaman rerumputan dan
a. Banyaknya pori yang besar (yang dilalui air hanya dengan gaya
gravitasi), yang menentukan sebagian dari stuktur tonah,
merupakan salah satu faktor yang penting yang mengatur laju
transmisi air yang menurun melalui tanah. Kemantapan struktural
(batas agihan ukuran pori dapat berubah dengan beragamnya kon-
disi air), faktor-foktor biotik (hewan, pembusukan akar, dan lain-
lain, menyebabkan terciptanya saluran-saluran dalam tanah), dan
sifot penampong tanah merupakan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pori yang besar (porisitas non-kapiler), dan tentu
Kandungan air
saja transmisibilitas tanah.
b. Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tonah. Hal ini ter-
jadi dalarn 3 cara, yaitu l) kandungan air yang meningkat mengisi Grnbar 4-1?. Hubungan antara infiltrasi dan kandungan air tanah (Ward' 1967).
ruang pori dan mengurangi kapasitas tenah untuk infiltrasi air
selanjutnya, 2) bila hujan membasahi prrmukaan suatu tanah
yang kering, Baya kapiler yang kuat diciptakan yang cenderung
izf
-c i<f
untuk menarik air ke\datam tanah dengan laju yang jauh lebih
tinggi dibandingkan lajrr yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja,
dan 3) meningkatnya air tanah menyebabkan pengembangan (6
d d

koloid dan mengurangi ruang pori (Gambar 4-17). E


5. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi E
'e 'e
a. Suhu air mempunyai beberapa pengaruh, tetapi penyebaran dan 6 J J
-]
sifatnya belum pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Waktu fiam) Waktu (jam) Waktu (jam)
pada bulan-bulan musim panas kapasitas infiltrasi lebih tinggi.
Namun ini tentu disebabkan oleh sejumlah faktor dan tentunya
bukan karena suhu saja (Ward, 1967). Gambar 4-16. Keragaman waktu kapasitas infiltrasi.
b. Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Liat halus pada partikel debu yang dibawa dengan air ketika in-
filtrasi ke bawah dapat menghambat ruang pori yang lebih kecit.
103
l02

dan laju 3. Holtan (1961):


Kandungan garam dapur air mempengaruhi viskositas air
pengembangan koloid.
1=fr6r,ra.
t1
f.- f" = kFcl'387

t
4.5. KERAGAMAN WAKTU KAPASITAS INFILTRASI t1
Untuk i ( f" suatu rumus dapat dikembangkan dengan cara yang sama
waktu'
Sebegitu jauh jelas kapasitas infiltrasi menurun dengan sebagaimana yang dilakukan untuk rumus Horton (Dam, 1971).
Ini merupakan ciri infiltrasi yang paling menyolok' Laju.kapa-
hal yang 4. PhiliP (1957):
sitas infiltrasi yang menurun ini disebabkan oleh berbagai
dijelaskan pada paragraf 4.4. Gambar 4-18 menunjukkan
besarnya f.-f" =I:zt)h
p"ngu."ngun fapasitai infiltrasi (f. ) dari harga maksimumnya'
fo :
tcapisitaimuls-mula hingga harga ikhirnya, fu, yang- merupakan harga Untuk maksud-maksud praktis harga-harga k, F. dan a haruslah
diketahui sebelum pemakaian rumus tersebut. Karakteristik infiltrasi
asimtotik dari f. Besarnya fo dapat sebesar 1,2 atau 10 cmljam
tergan-
tung pada tipe tanah dan koidisinya. Demikian
juga fu m-ungkin.sebesar bervariasi secara ruang pada suatu aliran sungai. Karena itu, harga
juga' konstanta yang tetap ini yang meliputi semua tipe kondisi tanah pada
0,5 atau I cmljam, tergantung pada tipe tanah dan kondisinya
in- kawasan tersebut adalah tidak praktis.
Pada Gambar 4-18, keragaman yang halus dari kurva kapasitas
yaitu: l) intensitas hujan (i) yang sama
filtrasi (f. ) disajikan untuk 3 hal,
atau lebii'besar daripada kapasitas infiltrasi, 2) intensitas hujan
bersel-
4.6. PENENTUAN LAJU-LAJU INFILTRASI
ing (i,, i, dan i)
yang lebih besar daripada kapasitas infiltrasi dan 3) in-
rumus
t.rritl'nujun iang kurang daripada kapasitas infiltrasi. Banyak 4.6.1. Penentuan infiltrosi sebagai suatu foktor dolsm proses limpasan
yung batasan keiagaman waktu infiltrasi ini dikembangkan.
..*t.ri A. Csra buaton
Beberapa dari rumus ini (lihat juga Seyhan, 1977b) adalah:
l. Kostiakov (1932) dan Lewis (1937) l. Infiltrometer
Infiltrometer merupakan suatu tabung baja silindris pendek,
F=atn berdiameter besar (atau suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari
\ suatu daerah dalam tanah. Infiltrometer cincin konsentrik yang
di mana: F = iiifiltrasi (mm) massa (kumulatif) merupakan tipe biasa, terdiri dari 2 cincin konsentrik yang ditekan ke
t = waktu (iam) dalam permukaan tanah (Gambar 4-19). Kedua cincin tersebut dige-
= konstanta. Harga-harga
ir,Il ini dinilai dari persamaan nangi (karena itu disebut infihrometer tipe genongon) secara terus-
garis lurus yang disesuaikan dengan plot F dengan menerus untuk mempertahankan tinggi yang konstan (jeluk air).
log t. Masing-masing penambahan air untuk mempertahankan tinggi yang
2. Horton (1939): konstan ini hanya diukur (waktu dan jumlah) pada cincin bagian
dalam. Cincin bagian luar digunakan untuk mengurangi pengaruh
f.- f" = (fo- fu)e-kt ilf. batas dari tanah sekitarnya yang lebih kering. Kalau tidak, air yang
k: konstanta. berinfiltrasi juga dapat menyebar secara lateral di bawah permukaan
tanah. Pada infiltrometer cincin tunggol pengaruh batas adalah lebih
yang
Rumus ini dapat dipergunakan untuk mengembangkan rumus penting untuk cincin-cincin dengan diameter yang lebih kecil. Dengan
lain (Dam, 1971) untuk keadaan i ( f.'
7
104 105

menggunakan infiltromeler tobung juga dapat mencegah aliran dan candangan detensi (f" f"ditentukan bila perbedaan
(i-q) tetap
lateral, sehingga gerakan air terhambat pada kolom tanah dalam konsran. Selarnna 1.
olalilimnarun ,"r.r.Uuan dan intensitas hujan
tabung. Namun, air dapat berinfiltrasi lebih cepat pada dinding
f, iil1il,:jt:";:,i;iii;
ililil;;,fi
fliitentukan,,L"*"i-i".,r,,
bagian dalam tabung dibandingkan pada tanah yang dibatasi di
dalam tabung. P = I (i)dt;e : I@dt;F
Infiltrometer hanya dapat memberikan angka bandingan yang = (p_e)_o"_"sr" = J(fc)dt J

berbeda (harga lebih tinggi) dari infiltrasi yang sebenarnya. Lagi ^F


Sd = nilai yang-drpelkirakoan
pula, masukan yang digunakan tidak menggambarkan agihan hujan D, = limpasan sisa massa
lmungkin 3 mm)
+ infiltrisi sisa massa
(waktu dan ruang) yang sebenarnya. Dengan menggunakan petak = Q3 + F, - I(9. + fJ.
lopangon terisolasi, kapasitas infiltrasi ditentukan oleh jumlah air Kita dapat menganggap- bahwa
yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi yang tetap. Diban- selama selang waktu sisa,
nisbah an-
dingkan dengan infiltrometer tipe cincin, petak bidang terisolasi ;
fi? l3,i :lfl,lx; l,li;1, lil, J3l i; ;;i; ;;,;i ij, ", u,,u," u,.p..ii ou a u
(kenyataannya infiltrometer yang besar) mempunyai pengaruh batas
yang kurang nyata, namun masih belum menggambarkan realitas. fa fr
Angka yang diperoleh sekali lagi merupakan angka-angka pemban- qa qr -
I, = q"f-!
'[ I
ding. o"J
2. Lisimeter
Untuk penentuan kapasitas infiltrasi, hanya lisimeter tipe tim- Maka, Du : f (9. + f.) = f f^
bongan-lihat paragraf 5.4.-dapat dipergunakan. Baik hujan [9r * e, (---:-71
qa
buatan (irigasi) dengan suatu jeluk yang konstan maupun hujan alami
digunakan. atau Da = (Iq.) (t + f" ,
1 Simulator curah hujan qa
Dengan menggunakan petak lapangan terisolasi, kondisi curah di mana: fe. = luas A.
hujan disimulasi dengan hujan buatan. Hujan buatan ini juga disebut Jika dipertukan
infiltrometer irigosi semprotan. Ukuran dan bentuk petak sangat yans lebih
tinggi, kita dapar
,.f:l.,i,r:
juga Sevhan, t'gti,, dengan
beragam. Infiltrometer tipe F yang sering dipergunakan, mempunyai frffy'Ht;"rt:'#t menggunakan
2 baris penyemprot yang rienyemprot air di atas petak berukuran 6 x p",i,tirur,-uni-i",;;;;:il,oli:iflffHq:,}:;,,!*:;H^i,ii:
12 kaki (sekitar 1,9 x 3,7 m). Ukuran tetesan dan ketinggian jatuh
dapat dikendalikan. Infiltrasi dideduksi dari analisis laju curah hujan ^ Turbutensi
Reynold,
aliran
ne ain,u;u."i.
dr;;';fi.; tgerti dengan bilangan
dan limpasan permukaan (lzzard, 1943). Analisis tersebut disajikan
pada Gambar 4-20.
Hujan simulasi yang dikenakan pada petak lapangan (perco- R.= VR
baan yang sama dapat juga dimanipulasikan di laboratorium) pada
intensitas i mmljam dihentikan pada waktu t1. Hidrograf limpasan '}
yang dihasilkan akan mempunyai svatlu cabang noik (selama hujan) di mana: V = kecepatan aliran rata_rata =
dan suatu cabang menurun (setelah berhentinya hujan). Jumlah (i-q) a : debit (m3lderik) e,/A (m/detik)
pada setiap waktu antara nol dan t, menunjukkan kehilangan dan A : luas basah dalam
sama dengan jumlah infiltrasi (F), cadangan depresi permukaan (Sa ) R : jari-jari hidrolik =m2llihat
A/p (m)
Lampiran E)

L
r06
107

-20cm-
l' ' CINCIN
.INFILTROMETER '\.'. \"
KONSENTRIK E

E
E

'a
J

l. -l \ \ lt
P

tNirtlrnouerER cINCIN TUNGGAL s

J-
cm '
2ocu
-{
E l,I
2-5 0 : kemiringan petak
E tr = saat berhenrinya huian
( iam)
le -- slat berhentinya limpasan
( iam)
r -- rnrensitas hujan (mm/jam)
E
E
q : iaju limpasan (mmliam)
q= jeluk limpasan
tera_
kumulasi (mm)
P = jeluk hujan lerakumulasi
(mm)
a !P -
ql
= kehilangan total
Da = detensi permukaan
dalam
bentuk lapisan air (mm)
INFILTROMETER. PETAK LAPANGAN
Sd = cadangan depresi permuka-
E an (mm)
E
F = jeluk infiltrasi rerakumulasi
'e (mm)
J
waktu (t)l t
= tapasitas infiltrasi (mm,/-
'. I

I I t \ rr = periode sisa
oam)

INFILTROMETER TABUNG
Gambar4-20. penentuan kapasitas inf,trasi dengan menggunakan
Grmber 4-19. Berbagai tipe infiltrometer' simulator curah hujan.
109
F 108

P_ perimeter basah dalam meter (lihat Lampiran E)


di mana: C = koefisien kekasaran permukaan Chezy (lihat Lam-
'-!- : viskositas piran F)
f- kinematik lmzzdetik)

ll=
P

viskositas mutlak (atau dinamik) (kglm/detik)


ro r"c[_l'z]r]
Pw kerapatan air.
7

{l I : panjang kekasaran ekivalen permukaan tanah =


suHU ('c)
diameter butiran
0 0,179 x 105 d= ketebalan lapisan aliran laminer
4,44 0,155 x 105
l 5,56
0,113 x 105 =
So kemiringan Permukaan.
20 0,100 x 105
26,67 0,086 x l0'5 Untuk debirdebit sungai dan limpasan permukaan, permukaan tanah
48,89 0,057 x l0-5 secara hidrolik merupakan suatl batos yang kasar.Ini berarti hahwa
100 0.029 x l0-5 dalam persamaan koefisien Chezy, C, istilah d adalah tidak nyata.
. Maka:
t2 D^
SUHU ('C) p (sentipoise) I (kg,zm,zdetik) r* (kglm3)
C= 18 logl---41
0 1,79 1,79 x 103 999,868 k
5 t,5'7 1,57 x 103 99/9,992

l0 t,31 l,3l x 103 999,',12',1


yang memberikan persamaan:
l5 I ,14 1,14 x l0-3 999,126
1,00 x l0-3 998,230 t2Do]
9 = Q, = (D)3r2 (SJ% (18) [ log
20 t,00
,< ),89 0,89 x l0-3 pada 3,98"C
:
P* 1000'000 k

turbulen' B. Caro-cara alami


Jika bilangan Reynold lebih besar dari 800, aliran dianggap
laminer dan di antara keduanya' yaitu Metode-metode ini didasarkan atas pembandingan laju pasokan
Di bawah 400, aliran adalah
adalah
mintakat transisi (peralihan), aliran laminer maupun turbulen hujan dan limpasan permukaan (hidrografl.
mungkin. l. Hidrograf aliran sungai kecil
Persamaan Chezy disajikan sebagai berikut: Pada suatu kasus daerah aliran sungai yang kecil (hingga
ukuran sekitar 0,04 km2) penentuan kehilangan infiltrasi jauh lebih
i = C(hSp'z,atauq = ih* rumit dibandingkan dengan penentuan yang dilakukan oleh simularor
hujan. Namun, pendekatannya adalah serupa dengan pendekatan
Selanjutnya: simulator hujan dan menggunakan kurva kumulatif (P, Q, P
dan F) untuk menghindarkan agihan yang tidak seragam seperti - Q
q = (DJC(DaSJ% agihan hietograf hujan. Prosedurnya ditunjukkan pada Gambar
4-21. Perkiraan kehilongon total dimungkinkan dengan anggapan
bahwa intensitas kehilangan selama hujan tidak beragam dengan
ll0 ul
waktu (konstan). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4-21oleh tan a Hidrograf DAS almi yang keil
yang ditunjukkan sebagai indeks-O. Kurva F harus dideduksikan
dengan memperkirakan kehilangan-kehilangan lainnya (D", 56, in-
tersepsi dan evapotranspirasi). -
E
; E

2. Pendugaan infiltrasi pada daerah aliran sungai yang lebih besar E Hidrograf DAS alami yang besar
- Pada daerah aliran sungai yang besar terdapat ciri-ciri yang
J
'e E

khusus (seperti agihan hujan yang tidak seragam, keragaman ruang


yang besar dalam tipe tanah dan tipe tajuk, dan lain-lain) yang mem-
pengaruhi infiltrasi. Ciri-ciri ini menyebabkan agihan ruang dan wak- E
E
tu infiltrasi yang tidak seragam. Karena itu, penentuan kapasitas in-
filtrasi dengan bantuan hidrogrof limpasan hanya dianjurkan untuk
daerah aliran sungai yang kecil dan tidak untuk daerah aliran sungai
yang besar. Dalam praktek indeks-indeks infiltrasi digunakan sebagai a

metode jalan-pintas dalam menentukan infiltrasi dari daerah aliran


sungai yang besar. Jika tersedia kurva-kurva kapasitas-fsuatu daerah Grmbrr 4-21. penentuan kehilangan infiltrasi dengan
analisis hidrograf.
aliran sungai yang kecil atau petak pada daerah aliran sungai besar
yang sama, kurva-kurva tersebut dapat digunakan dalam
memperkirakan laju infiltrasi pada daerah aliran sungai yang besar. ntukan: aSihan (i,t)
Tanpa memandang metode yang dipergunakan, harga-harga indeks agihan (f.,t)
harga S,
(ataupun kurva kapasitas-f) untuk kawasan tertentu harus ditentukan agihan (f,,t)
untuk suatu kisaran kondisi yang cukup besar (kisaran tanah, musim, Perak: (i,r), (fc,0 dan (fr,O
E
agihan hujan, dan lain-lain) misalnya dengan bantuan infiltrometer. E Petak; fa
,e a. Titik perak A
Selanjutnya, untuk suatu banjir tertentu, harga indeks yang jelas J b. Cambaran AB// A'B'
harus dipergunakan (Volker, 1968). c. Petak BC dengan pemulihan 390
d,. Petak cD // c,D,
Metode kapasitas-f e. Kurangkan So dan F,

Pada metode ini, laju infiltrasi aktual (fu. ) ditentukan dengan


membandingkan intensitas hujan dengdtt harga kapasitas infiltrasi
(f. ). Infiltrasi aktual yang diperkirakan ditambah cadangan depresi
permukaan (56 ) dan infiltrasi sisanya (F,
- untuk menggantikan
cadangan detensi) dikurangkan dari hujan yang ditentukandan hujan
efektif (atau curah hujan netto/Pner yang sama dengan curah hujan
minus semua yang hilang) ditentukan. Cadangan depresi hanya
dikurangkan dari (Gambar 4-22) bagian hujan yang pertama karena
pada bagian hujan ini depresi diisi. Bila i > fc, fac = fc dan bila i ( f.,
fu" ( f.. Pemulihan 390 (harga yang diasumsikan) disebabkan karena
jumlah hujan yang kecil yang masuk pada periode ke-5 dan ke-6
(periode yang kering meningkatkan kapasitas infiltrasi).' Jumlah
Grmbar 4-22. Metode kapasitas-f untuk penghitungan kehilangan infiltrasi.
r
tt2 ll3
kehilangan yang ditentukan (Gambar 4-22) terutama karena in-
filtrasi. Namun, pada beberapa kasus suatu porsi infiltrasi yang nyata
+ cadangan detensi + cadangan depresi) melimpas secara
(infiltrasi
sesuai dengan hujan efektif (yang tak lain hanyalah limpasan per-
mukaan langsung) dalam bentuk aliron hujon bowah permukaan.
E
b. Metode indeks
i. Metode indeks-O: metode ini merupakan laju konstan (mm,/jam,
E
E 'e dan lain-lain) di atas mana volume curah hujan (Gambar 4-23) sama
dengan volume limpasan yang diamati (: hujan netto atau efektifl.
..1

J
Metode ini menggambarkan semua kehilangan permukaan
(intersepsi, cadangan depresi permukaan, cadangan detensi dan
Waktu 0am) evapotranspirasi) dan infiltrasi. Metode ini menganggap limpasan
terlalu besar pada permulaan dan terlalu kecil pada akhir hujan.
Tidak ada perhatian yang diberikan bagi kehilangan awal dan bagi
infiltrasi selama periode tidak hujan atau selama periode sisa (Gam-
bar 4-24). Dalam kenyataannya, anggapan laju kehilangan yang
Gambar 4-23. Metode-metode indeks-O dan g.,. konstan adalah tidak benar.

o: P-Q _ L
te
.t"
di mana: P - hujan total (mm)
Q= limpasan permukaan total langsung
Kehilangan = (0
te- ltl+ dtz P-Q: kehilangan : L (mm)
t-
te lamanya hujaq (jam).
ii. Metode-fou; Metode ini lebih teliti daripada metode dan indeks-{
E
karena perhatian yang juga diberikan pada simpanan permulaan
E
E
(Sd), periode-periode tanpa hujan dan infiltrasi sisa (Gambar 4-23).
Metode ini didefinisikan sebagai rata-rata laju infiltrasi selama
J periode'adanya pasokan air yang berkesinambungan untuk in-
Metode indeks-O rl filtrasi. Dalam Gambar 4-23, hietograf yang disajikan mengacu
pada suatu periode hujan tertentu. Tetapi, suatu badai dapat
mengandung banyak periode hujaq semacam itu. Dalam metode-
f", analisis diselesaikan secara terpisah untuk masing-masing
periode hujan (disarankan I jam) dengan menganggap bahwa
Gambar 4-24. Contoh-contoh metode kapasitas-f dan metode indeks-O curah hujan sebelum atau sesudah periode ini sama sekali hilong.
Analisis disajikan untuk salah satu periode hujan semacam itu
pada Gambar 4-23. Pada umumnya ini sama dengan metode kapa-
tt4 I l5

sitas-f, tetapi kurang teliti. Abstraksi permuloan (simpanan in- rena kandungan air tanah awal mempengaruhi kapasitas infiltrasi
tersepsi + simpanan depresi) meliputi lebih kurang 20t/o dari (Gambar 4-16), maka digunakan dua macam pendekatan. Ini
perbedaan potensial maksimum antara volume total P dan Q. diterangkan di bawah ini.
iii. Metode indeks-lv. Indeks ini mengacu pada laju infiltrasi selama a- Indeks hujan pendahulu (IHP)
periode (t. ) jika intensitas curah hujan (i) melebihi laju kapasitas Metode IHP (yang digunakan secara luas di AS) berfungsi
infiltrasi. Indeks ini sama dengan, sebagai indeks terhadap kondisi air dalam tanah (Linsley, 1964,
Chow, 1964; Wilson, 1969). Pada dasarnya metode ini merupakan
W = O- laju kehilangan penjumlahan jumlah hujan yang terjadi sebelum hujan yang diteliti
yang ditimbang menurut waktu terjadinya. IHP untuk hari ini (hari
w:P-a-Da-Sd-I dimanal: intersepsi nol) diberikan oleh Bruce (1966) sebagai berikut:
te
Pu. : kP1 + kzP, +
Jika tanah jenuh dengan air, kapasitas infiltrasi akan mencapai la-
ju di mana P, merupakan hujan (mm) kemarin, P, adalah hujan 2 hari
minimum yang konstan dan final (fa ). Ini berarti bahwa
sebelumnya, P, adalah hujan "t" hari sebelumnya dan "k" adalah
kenaikan dalam simpanan permukaan (D" + Sa + I) akan
konstanta resesi (dengan harga sekitar 0,92, tetapi beragam antara
mendekati nol. Maka, menurut definisi, indeks-W menjadi indeks-
0,85 dan 0,98). Harga IHP dihitung setiap hari sedemikian sehingga
W-in dan hampir sama dengan O. Indeks-W-1n, digunakan dalam
harga IHP hari ini (P, ) dapat dihubungkan dengan harga IHP
kajian-kajian yang memperhatikan jumlah banjir (luapan) kemarin (Pu,) dengan:
maksimum.
iv. Metode persentase limposan: Pada metode ini curah hujan Puo: (Par+Pl)
efektif (atau limpasan langsung) diberi batasan sebagai suatu
persentase dari hujan total. Pada beberapa hal, persentase ini yaitu IHP untuk hari ini (atau hari tertentu) sama dengan "k" kali
dipertahankan konstan, dan pada beberapa hal lainnya, persentase IHP untuk kemarin (atau hari sebelum hari tertentu) ditambah "k"
tersebut beragam dengan waktu. Harga persentase adalah lebih kali hujan kemarin (atau hari sebelum hari tertentu).
besar untuk curah hujan yang berintensitas tinggi dibandingkan Di AS terdapat bagan-bagan khusus yang dipersiapkan (Biro
untuk curah-curah hujan yang berintensitas rendah. Hal ini Cuaca AS, Linsley dan Kohler, dan lain-lain) untuk menghubungkan
disebabkan karena liputan kawasan yang lebih luas dari air yang IHP terhadap limpasan permukaan langsung (atau limpasan hujan).
berinfiltrasi dan juga disebabkan karena kehilanga&lehilangan Bagan tersebut ditunjukkan pada Gambar 4-25.Ini disebut sebagai
yang lebih besar pada depresi-depresi (cekungan) yang lebih besar hubungan koaxial. Karena hujan diketahui, kehilangan dapat diten-
(Diklic, 1973). tukan dengan mengurangi limpasan hujan dari hujan. Metode ini
sangat berguna untuk peramalan limpasan. Namun, banyak peker-
3. Penaksiran berdasarkan keadaan kandungan-air tanah jaan diperlukan untuk membuat bagan seperti pada Gambar 4-25.
Metode-metode tersebut di muka pada dasarnya didasarkan b. Perkiraan defisit lengas tanah
atas rekaman-rekaman curah hujan dan limpasan untuk suatu Dalam metode ini (yang digunakan di Inggris), pengukuran
kawasan tertentu. Metode-metode itu menunjukkan harga-harga evopotronspirosi dan presipitosi digunakan dalam menentukan defisit
rato-roto kapasitas infiltrasi yang diperoleh untuk seluruh kawctson, lengas tanah (Wilson, 1969). Perkiraan defisit lengas tanah
dan bukan dengan sampling (pencuplikan) kawasan-kawasan sangat digunakan untuk meramalkan proporsi limpasan (dan kehilangan)
kecil seperti yang dilakukan dengan infiltrometer (Wilson, 1969). Ka- yang timbul dari suatu hujan tertentu.
tt7
4.6.2. Penentuan infiltrasi sebogoi faktor dalam pengisiqn kemboli oir
tanah

Sebegitu jauh semua metode yang disebutkan menentukan in-


filtrasi sebagai kehilongan air dari permukaan tanah. Namun adalah
mungkin untuk menentukan infiltrasi sebagai mosukan bagi air tanah.
a Air yang berperkolasi dan ditambahkan pada air tanah ini disebutpengr':
9
sian kembali air tanah (Gambar 4-25). Pengisian kembali ini tergantung
d
o pada beberapa faktor (Volker, 1968) seperti:
o
o l. Kapasitas infiltrasi
d
'7 2. Karakteristik presipitasi stokastik
3. Faktor iklim: Agihan presipitasi pada suatu tahun mengatur pengi-
I
o sian kembali air tanah. Pada kowasan arid misalnya pengisian kem-
bali akan terjadi dari aliran efemeral, tetapi sebagian besar diserap
sebelum mencapai muka air tanah. Pada kowason semi arid, pengi-
sian kembali adalah tidak beraturan dan terjadi pada periode hujan
lebat. Hujan ringan dan sedang tidak memberikan kontribusi
terhadap pengisian kembali. Pada kawqssn basqh pengisian kembali
berada pada periode musim dingin. Pada bulan-bulan musim panas
semua presipitasi menjadi air tanah atau berevaporasi. Pada kswasan
dingin peleburan air beku dapat memberikan pengisian kembali yang
tiba-tiba terhadap air tanah
4. Topografi: Pada lereng yang curam terdapat sedikit waktu untuk
berinfiltrasi dan bagian utama air diberikan pada limpasan per-
mukaan. Pada kawasan yang bergelombang (bukit pasir, bukit
glasial, dan lain-lain) drainase internal (Gambar 4-27) memberikan
pengisian kembali air tanah.
5. Geologi: Lapisan bawah tanah misalnya, menyebabkan tidak semua
Gambar4-25. Hubungan Indeks Presipitasi Pendahulu dengan limpasan bEdaFuntuk air yang berinfiltrasi memberikan sumbangan pada pengisian kembali
sungai Monacacy di Jug Bridge, A.S. (Wilson, 1969).
ait tanah (Gambar 4-27). Batas air tanah dapat berbeda dari batas
aliran drainase (Gambar 4-27).
Di bawah ini disajikan metode yang paling umum dalam menen-
tukan pengisian kembali air tanah.
Cqtatqn: Terdapat 2 metode lagi yang dapat digunakan di dalam
menentukan kehilangan, yaitu: a) analisis aliran dasar dan
b) metode bilangan kurva yang dikembangkan oleh Dinas
Pengawetari Tanah AS. Kedua metode tersebut dibahas
pada Bab 6 sehubungan dengan debit-debit sungai.

t
I
ll9
l. Metode neraca air
ffi*it puri, Seperti ditunjukkan pada Gambar 4-26, persamaan neraca air
permukaan dapat dipergunakan terhadap 2 batas yang berbeda. Jika persamaan
tanah
Drainase internal dikembangkan untuk kawasan di dalam batas ABEF:

muka air
E tanah P +R, = R2 * E" + F* + AS, : untuk periode-periode pendek
atau
1,, P + Rr : Rz + E" + F* : untuk periode-periode yang
I
lebih panjang.
D

LaPisan tak kedaP Karena jumlah evapotranspirasi aktual (E) kerapkali tidak
E" = erapot.anspirasi aktual diketahui, adalah lebih baik mempertimbangkan persamaan neraca
P= presipitasi
suatu kawasan dalam batas BCDE.
Rr = inflow (limpasan permukaan)
R2 ='outflow (r-
F = infiltrasi r
FR + Ui = Uo * AS, : untuk periode-periode pendek
FR = !rcngisian kembali air tanah
Si =
Ut =
perubahan kadar air tanah Fp + U; : Uo : untuk periode-periode yang lebih panjang.
inflow air tanah
Uo = outflow air tanah
Aliran air tanah Ui dan Uo dapat ditentukan dengan menggunakan
AS2 = perubahan cadangan air tanah
Gambsr 4-27. Faktor-faktor yang kontur jeluk air tanah dan jumlah kH (transmisibilitas). Seperti
mempengaruhi pe_ ditunjukkan pada Gambar 4-28,
ngisian kembali air
Grmbrr 4-26. Konsep pengisian kembali tanah.
air tanah U : I(kH)Ldan
Ui : Ii (kH) Li; Uo : Io (kH) Lo

dimana: I, : gradienmuka air tanah pada batas masukan akifer


yang bersangkutan
Io : gradien muka air tanah pada batas keluaran akifer
yang bersangkutan
Li =
panjang permukaan akifer pada batas masukan
Lo= panjang permukaan akifer pada batas keluaran
t
a
kFts transmisibilitas (lihat Bab 7).
1
Penjelasan yang terinci mengenai aliran air tanah disajikan pada Bab
7.
{
2. Kurva deplesi
Daerah yang diarsir pada kurva deplesi pada Gambar 4-29
Pengisian kentbali air
ranah menunjukkan jumlah pengisian kembali air tanah selama periode hu-
jan. Akibatnya, taksiran F* dimungkinkan tanpa mengetahui
Glmbrr G2t. Isohipsen. Gambar 4-29. Kurva deplesi dan pengisian kem- keragaman permukaan air tanah.
bali air tanah.
r20 l2t
3. Gerakan air tanqh
a. Pengisian kembali dapat ditentukan dengan menggunakan perbedaan
antara permukaan air tanah antara 2 bagian (Gambar 430) bila
transmisibilitas diketahui:
.n= fL2
f; 2 (kH)

b. Jika air tanah keluar dalam bentuk mata air (Gambar 4-30), debit
tahunan mata air adalah sama dengan pengisian kembali tahunan air
tanah.
c. Jika, pada kasus-kasus yang khusus, semua air tanah masuk ke dalam
suatu tempat pada permukaan (kolam, tanah rawa, danau kecil, dan
lain-lain), pengisian kembali dapat dihitung dengan membandingkan
dengan kawasan dari sumber air tanah. Pada Gambar 4-30, ini ditun-
jukkan dengan pertama-tama menghitung (dengan persamaan
neraca) rembesan (yang merupakan pengisian kembali air tanah)
pada tanah rawa dan selanjutnya menentukan E" dan kH jalur lahan
yang merupakan sumber air bagi tanah rawa. Kita harus menyadari
bahwa ini merupakan metode perkiraan (semua air tanah bergerak ke
tanah rawa, gerakan adalah 2 dimensi dan h = fL 2/8 kH dapat
Untuk tanah rawa: dipergunakan) dan hanya merupakan suatu kasus yang bersifat
S+P +I=8"+O khusus.
f = S/A; A = luas tanah rawa 4" Penggunaan pelacak
Untuk jalur tanah: Konsentrasi isotop H dan O (misalnya molekul HjOts dan
E" = P-s-I HjOt0; dalam air hujan dibandingkan dengan konsentrasi pada air
S.= F=Fp tanah untuk menentukan jumlah air hujan yang diberikan pada air

',
kH akifer dilalah: tanah. Tipe metode pelacak ini masih di bawah penelitian.
:
F11.-[.' 1 kH (flr)/8 h
5. Lisimeter
Lisimeter (lihat Bab 5) merupakan metode yang paling berguna
di dalam pengkajian kawasan yang kecil.
Grmber {-30. Gerakan air tanah dan infiltrasi.
5. Keragoman muka oir tonah-lengos tonah
Keragaman periodik kandungan lengas tanah dan muka air
tanah dapat digunakan sebagai dasar dalam menciptakan dugaan
(atau rumus) pengisian kembali air tanah.
7. Metode kandungan gorom
Jika kandungan klorida (Cl) air hujan diketahui, peningkatan
kandungan garam air tanah dapat disebabkan oleh hujan dan pengi-
T

122

siankembaliairtanahdapatditentukan.Pendekataninidapat
digunakan pada kawasan pantai (udara menerima garam dari
laut)
merupakan satu-satunya sumber
t.Lpi ..nianggap bahwa hujan
gu.u* jiLa sumler lainnya (seperti dalam tanah) tidak diketahui'
Metode ini hanya memberikan hasil perkiraan saja'

5. EVAPOTRANSPIRASI

5.1. PENDAHULUAN

Tidak semua presipitasi yang mgncapai permukaan secara


langsung berinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan
tanah. Sebagian darinya, secara langsung atau setelah penyimpanan per-
mukaan (atau bawah permukaan), hilang dalam bentuk evoporosi, yaitu
proses di mana air menjadi uap, lronspirasi, yaitu proses di mana air
menjadi uap melalui metabolisme tanaman, inkorporosi, yaitu pemin-
dahan air menjadi struktur fisik vegetasi pada proses pertumbuhan dan
sublimqsi, yaitu proses di mana air secara langsung berubah dari kea-
daan padat menjadi uap (Eagleson, 1970). Perkiraan evaporasi dan
transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-pengkajian
hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi ataupun
evqpolranspirosi dari air ataupun permukaan lahan yang besar adalah
tidak mungkin pada saat ini (Wartena, 1974). Akan tetapi, beberapa
metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan
hasil-hasil yang dapat diterima. Jika kerogoman wqklu evaporasi per-
mukoon oir bebos berbanding langsung dengan radiasi bersih, kita dapat
mengharapkan nilai-nilai maksimum pada tengah hari. Namun, ini
hanya benar untuk tubuh-tubuh air yang kecil. Tubuh-tubuh air yang
besar, menyimpan sejumlah panas yang nyata melalui kedalamannya
dan ini akan tersedia untuk evaporasi kemudian. Dengan demikian,
evaporasi dapat berlangsung sepanjang malam. Evapotranspirasi poten-
sial, Ep : evapotranspirasi yang akan berlangsung'hanya bila pasokan
air tidak terbatas bagi stomata tanaman dan permukaan tanah) lebih
dekat pada,fase dengan radiasi matahari karena hanya sedikit panas di-
!
t24 t25

simpan oleh tanaman dan stomata menutup selama malam hari.


Variabilitas waktu evapotranspirasi mengikuti pola yang sama seperti
evaporasi permukaan air bebas (Eo) pada kawasan-kawasan yang tidak 6
BO

kekurangan air. Pada daerah yang lebih kering ia mungkin berbeda


!
cukup besar. Pada daerah-daerah yang kering, evopotronspirqsi uktual
(8" ), yaitu jumlah evapotranspirasi aktual, erat hubungannya dengan E
60
curah hujan. Keragaruan ruang (spatial variation) lebih penting diban- d
dingkan dengan keragaman waktu dalam hal evapotranspirasi potensial. -l
d Agihan waktu total rata-
Untuk evapotranspirasi aktual, perbedaan antara signifikansi (!
40
rata bulanan evapotranspi-
keragaman waktu dan ruang hanyalah kecil sekali. Walaupun o. rasi (dihitung dengan meto_
pengetahuan tentang keragaman ruang evaporasi yang berskala kecil d de neraca air).
sangat terbatas, hal tersebut tidak banyak beragam seperti presipitasi. o. 20.
Karena itu, diperlukan suatu jaringan evaporasi yang kurang padat. Un- rd

r!
tuk perkiraan evaporasi pendahuluan, Linsley (1958), menyarankan satu
stasiun per 5200 km2.
Walaupun diketahui bahwa sejumlah faktor mempengaruhi laju
evapotranspirasi, adalah sulit sekali untuk menilai kepentingan relatif
masing-masing faktor. Faktor-faktor utama yang berpengaruh adalah
(Ward, 1967):
l. Faktor-faktor meteorologi
a. Radiasi matahari
b. Suhu udara dan permukaan
c. Kelembaban
d. Angin
e. Tekanan barometer.
) Faktor- faktor geografi
a. Kualitas air (warna, salinitas, dan lain-lain)
b. Jeluk tubuh air
c. Ukuran dan bentuk permukaan air.
3. Faktor-faktor lainnya
a. Kandungan lengas tanah o
b. Karakteristik kapiler tanah
c. Jeluk muka air tanah
d. Warna tanah Gambar 5-2.
e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi Agihan ruang evapotranspi-
f. Ketersediaan air (hujan, irigasi, dan lain-lain). rasi rata-rata potensial
tahunan di Eropa (Ward,
t967).
/: T
126 127

5.2. FISIKA EVAPORASI 3. Titikembun = Td: suhu di mana es menjadi sama dengan e. Dengan
kata Iain, suhu sesuai dengan kondensasi pada e'
Bila seseorang memandang permukaan air yang sama sekali bebas 4. Suhu bola basah : T*i Suhu sampai di mana udara asli dapat diem-
dan menambahkan pada tubuh air ini suatu masukan bersih energi bunkan dengan menguapkan air ke dalamnya.
ponos, energi kinetik molekul air akan naik. Pada suatu waktu tertentu, Pengukuran-pengukuran kelembaban dilakukan pada tempat yang
energi kinetik ini akan begitu tinggi sehingga beberapa molekul air akan sama seperti suhu udara (sekitar 2 meter di atas tanah). Alat yang disebut
mampu keluar melalui ontormuko cairan-gas, Jumlah panas yang frf ps i k ro m e t er biasa dipergunakan untuk rnengukur k
elembaban atmosfer.
diserap oleh suatu satuan massa air ketika berubah dari keadaan cair ke Alat tersebut terdiri atas 2 termometer (Gambar 5-6) dan salah satunya
uop pada suatu suhu konstan disebut panas penguapon laten (: L). lni disebut suhu bola bqsuh berhubung reservoirnya (bola) ditutup dengan
sedikit beragam dengan suhu (L : 597,3
- 0,566 (T); di mana T pada
"C dan L dalam kalori), tetapi untuk maksud-maksud praktis L = 600
kain kasa (kain katun halus yang tipis) yang dijenuhkan dengan air. Ter-
mometer lainnya memiliki bola yang kering. Termometer diventilasikan
kalori diambil untuk menguapkan I gram air. Jika molekul-melekul (untuk mendapatkan suhu bola basah yang benar) dan dilindungi
keluar, energi kinetiknya menurun, dan karenanya tidak dapat masuk terhadap radiasi (untuk menghindari penguapan). perbedaan anrara
kembali ke dalam cairan dan mulai mengakumulasi di udara di atas an- kedua pembacaan adalah depresi boro basah dan digunakan untuk
tarmuka cairan-gas. Pada suatu campuran gas, masing-masing gas menghitung titik embun, kelembaban nisbi dan tekanan uap. Untuk
memberikan suatu tekanan, bebas dari gas-gas lainnya, yang disebut psikrometer Assmant!:
teksnon parsiol. Tekanan parsial yang diberikan oleh uop air disebut
tekqnqn uop aktuol (: e). *-e = I(T-T*)
Dengan demikian. penguapan yang terus-menerus akan
menyebabkan peningkatan tekanan uap yang terus-menerus pula di
_e
dan h:_ *-I(T-T*)
udara tepat di atas permukaan air, hingga akhirnya kondensasi dimulai' eS e,
Bila laju penguapan adalah sama dengan laju kondensasi (terjadi bila
udara mengandung jumlah uap air maksimum pada temperatur terten- di mana, T* : suhu bola basah yang dibaca dari termometer bola
tu), udara ada saat itu adalahTenuh.Kini molekul air melewati antarmu- basah
ka pada kedua arah pada laju yang sama. Tekanan yang diberikan T : suhu udara yang dibaca dari termometer kering
oleh uap pada tingkat kejenuhan ini disebut tekanon uap jenuh (= er). ew : tekanan uap kejenuhan pada T* (Gambar 5-5)
Tekanan uap aktual beragam antara O dan er. Pada Tabel 5.2 disa- e : tekanan uap aktual pada T
jikan keragaman tekanan uap jenuh (diukur dalam bar atau mm Hg; I
f : konstanta psikrometer, 0,485 mm Hgl"C (kemiringan
bar : 106 dyne/cm2, I millibar : 103 dyne,/cm2, I mm Hg : 1,36 garis (3), dan tan 0, dalam Gambar 5-5.
millibar) dengan suhu. Tabel ini diplotkan pada Cambar 5-5. Dengau
menggunakan gambar ini karakteristik-karakteristik berikut dapat
. Higrometer Regnaulr digunakan untuk mengukur suhu titik em-
a'
didefinisikan: I bun. Dengan mengukut T dan T6 kerembaban nisbi dihitung sebagai
:l
il berikut:
e x
1. Kelembaban nisbi - h -
es
100: Nisbah persentase jumlah air
.l
h: ed x loo
aktual pada suatu ruang tertentu dengan jumlah air pada ruang yang es

sama bila ruang ini dijenuhkan.


2. Defisit Kejenuhan : es = s (l h). 'l di mana: ed : tekanan uap aktual udara dan menurut ketentuan pada
- - To (Gambar 5-5)

es = tekanan uap kejenuhan pada T.

{
r29
128
fabel 5.2. Tekanan uap kejenuhan (e. dalam mm-Hg) pada suhu udara ToC.
(Dam' 1971)
Tsbel 5.1. Keragaman ruang evrpolrrnspirasi 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 o.7 0.8 0.9
Rata-rata tahunan (mm/tahun)
-10 2.t5
-9 2.32 2.30 ,)o ))1 2.26 2.24 111 1 1l 2.t9 2.t7
-8 2.51 2.49 2.47 2.45 2.43 2.41 2.40 2.38 2.36 2.34
2.71 2.69 2.67 2.65 2.6t 2.6t 2.59 2.5^7 2.55 2.53
Arid (kering) -6 2.93 2.91 2.89 2.86 2.84 2.82 2.80 2.77 2.75 2.73
Negeri Belanda -5 3.16 3.14 3. I r 3.09 3.06 3.04 3.01 2.99 2-97 2_95
Tropika -4 3.41 3.39 3.3'7 3.34 3.32 3.29 3.27 3.24 3.22 3.18
-3 3.61 3.64 3.62 3.59 3.57 3.54 3.s2 3.49 3.46 3.44
) 3.97 3.94 3.91 3.88 3.85 3.82 3.79 3.76 3.73 3.70
-l 4.26 4.2! 4.20 4.t't 4.t4 4.1t 4.08 4.05 4.03 4.00
-0 4.58 4.55 4.52 4.49 4.46 4.43 4.40 4.36 4.33 4.29
0 4.58 4.62 4.65 4.69 4.71 4.75 4.78 4.82 4.86 4.89
I 4.92 4.96 5.00 5.03 5.07 5. I I 5.14 5.18 s.2t s.25
Kelembaban
suhu udara
) s.29 5.33 5.37 5.40 5 .44 5.48 5.53 5 .57 5.60 5.64
-- suhu udara J 5.68 5.72 5.76 5.80 5.84 5.89 5.93 s .97 6.01 6.06
4 6.10 6.14 6.18 6.23 6.27 6.31 6.36 6.40 6.45 6.49
radiasi
5 6.54 6.58 6.54 6.68 6.72 6.77 6.82 6.86 6.91 6.96
matahari
6 7.01 '7.06 7.11 7.t6 7.20 7.25 7.31 7.36 7.4t 7.46
1 7.51 7.56 7.61 7.67 7 .72 7.77 7.82 7.88 7.93 7.98
24 8 8.04 8.10 8.15 8.21 8.26 8.32 L37 8.43 8.48 8.54
9 8.61 8.67 8.'13 8.78 8.84 8.90 8.96 9.02 9.08 9.14
AD = Kelembaban nisbi rendah l0 9.20 9.26 9.33 9.39 9.46 9.52 9.58 9.65 9.7 t 9.77
BD = kelembaban nisbi sedang ll 9.84 9.90 9.97 10.03 10.10 10.r7 10.24 10.38 10.45
10.31
a
ufrran !p = rkelembaban nisbi tinggi t2 t0.52 10.58 10.66 10.72 10.79 10.86 10.93 11.08 ll.l5
I I .00
o.q6 Jeluk danau (jeluk llts-;
l:-=(n,i l3 t1.23 11.30 I1.38 l1.45 I 1.53 I 1.60 I1.68 n.76 11.83 l t.9l
.:do,o
._ .o
'' rmaks. 1300
kaki)
El.H-U--g
I-tr
-v
4
B
a
l4 I l 98 12.06 t2.14 12.22 12.26 t2.t8 12.46 12.54 12.62 12.10
12.95 13.03 l3. l l 13.20 13.28 13.37 13.45 t3.54
(!: Al b-5-2\<!
=
_E l5 12.78 12.86
OI
d,
reservoir (je-
luk maks.
i Is- -ts-B- E>g E
E
l6
11
13.63 t3 .71 13.80 13.90 13.99 14.08 14.26 14.35 14.35 t4.44
14.53 14.62 14.11 14.80 14.90 14.99 15.09 t5.17 15.27 15.38
30 kk) ukuran Permukaan evaporasl l8 15.46 15.56 15.66 15.76 15.86 16.96 16.06 16.16 16.26 16.36
l9 16.46 16.57 16.68 16.79 16.90 17.00 17.10 17.21 t'7.32 17.43
20 17.53 t't..64 11;75 17.86 t7 .97 18.08 t 8.20 l 8.31 r8.43 I 8.54
Kedalaman Muka Air aa 2t 18.65 18.77 18.88 19.00 19.l I 19.23 l 9.3 5 19 .46 19.58 19.70
TiPe Tanah
f )1 19.82 19.94 20.06 20.19 20.31 20.43 20.s8 20.69 20.80 20.93
_-- evaporasl pancl 2t 21.05 21.r9 21.12 21.45 21.58 21.7t 21.84 21.97 22.10 22.23
-!) evaporasi tanah pasir kasar 24 22.27 22.50 22.63 22.76 22.9t 23.O5 23.t9 23.3r 23.45 23.60 24
6=
lti .v, I pasir halus 25 23.75 23.90 24.03 24.20 24.35 24.49 24.64 24.79 24.94 75.08 25
oci emoung. berat 26 25.31 25.45 25.60 25.74 2s.89 26.03 26.18 26.32 26.46 26.60 26
i16 2',7 26.74 26.90 27:05 27 .21 z'.r.31 27.5t 2'7.69' 27.85 28.N 28.16 2'7
pembacaan atmometer terakumulasi
28 28.32 28.49 28.66 28.83 29.00 29.17 29.34 29.51 29.68 29.8s 28
29 30.03 30.20 30.38 30.56 t0.'74 30.92 31.10 3r.28 31.4]6 3t.64 29
30 3l .82 32.00 3?.r9 32.38 32.51 J2.'.t6 12.95 31.14 33.33 33.s2 30

(iambar5-3. Pengaruh beberapa faktor terhadap evaporasi (semua contoh nisbi)'


T
l3l
Alat tersebut didasarkan atas injeksi udara (Gambar 5-6) ke dalam
selaput tiPis Yang dijenuhi
alkohol di mana termometer diletakkan. Alkohol menguap dan
dengan uaP air Pada suhu
menyerap panas dari selaput perak dan gelas. Akibatnya, termometer
menunjukkan suhu yang sama dengan kondensasi pada tekanan uap ke-
jenuhan (e. ).
Osmometer merupakan higrometer yang diventilasikan. Rodar op-
tik loser dan hidrometer penyerap radiasi infra merah dipergunakan
llt'A,; "t""" 1 (Seyhan, 1972) untuk pengukuran-pengukuran kelembaban pada
tempat-tempat yang tinggi (4 km).
Grmbrr5-4'Konsepselaputtipisevaporasidarisuatupermukaanair(Eagleson'1970)' Bila mempertimbangkan tentang evaporasi, sangatlah berguna un-
tuk membayangkan proses yang digambarkan pada Gambar 5-4. Tentu
saja, ada perbedaan-perbedaan suhu di antara udara dan permukaan air.
Tetapi pada penghitungan evaporasi, pendekatan-pendekatan baik
6 dengan menganggap perbedaan-perbedaan ini dapat diabaikan maupun
menerima perbedaan ini sebagai kesatuan kuantitatif, keduanya digu-
E
d nakan. Bila suhu permukaan air dan suhu udara dianggap sama (yang
qL
o
dalam kenyataan jarang sekali), evaporasi dapat dihitung dengan meng-
o
J
gunakan persamaan-persamaan empiris berdasarkan pada hukum
o Dqhon yang mengemukakan bahwa evaporasi air permukaan bebas (EJ
xo a sebanding dengan defisit kejenuhan (e,
q
d Di sini, - e) dan keceparan angin (u).
d
T* temperalul Eo = [c (e,
(0
xo -'e)] [f (u)]
F Suhu T ('C) Persamaan empiris yang umumnya berlaku berdasarkan atas hukum
Dalton adalah
Eo = 0,35 (e, - e) (0,5 + 0,54 u2)
Grmbrr 5-5. Kurva tekanan uap kejenuhan (Wilson' 1969)'
di mana: Eo = evaporasi air permukaan bebas (mm/hari)
r= tekanan uap kejenuhan pada suhu udara (mm Hg)
e: tekanan uap aktual dalam udara (mm Hg)
/ u2= kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas per-
Psikrometer Higrometer t ot** mukaan (m/detik)
ff -,,Xilll*
Suatu persamaan empiris yang dikembangkan oleh Meyer (1912)

u $j**
sebagai:
: e) (l ur)
[, h_","kasabasah
di mana: Eo :
Eo 0,36 (e,
- -
penguapan permukaan terbuka (inci/hari)
0,1

laplsan Perak

Grmbrr 5'6. Bagan alat-alat pengukur kelembaban'


I
132 133
(inci
pada suhu permukaan air 4. Penggunaan konsumtif, yaitu jumlah air yang digunakan
e( : tekanan uap kejenuhan
vegetasi yang ditanam atau alami dalam transpirasi ataupun dalam
oleh
sama dengan suhu udara membentuk jaringan tanaman, bersama-sama dengan air yang
Srilu o"'-ukaan air dianggap (inci-Hg)
= ;;;;;;;; ur'iuuip"au *hu udara dievaporasikan dari tanah yang berdekatan, salju ataupun dari
" : kaki di atas per-
u^. unrin pada ketinggian}S presipitasi yang diintersepsi (Chow, 1964).
-t) kecepuruntanah (m/jam). 5. Kerja air, yaitu jumlah air irigasi yang dipergunakan pada suatu
mukaan
daerah tertentu untuk maksud mendewasakan tanamannya (Chow,
berbeda (yang biasanYa
terjadi)'
Bila suhu-suhu udara dan air ''l 1964).
bentuk: 6. Kebutuhan irigasi, yaitu jumlah air (presipitasi eksklusif), meliputi
maka digunakan suatu rumus
evaporasi permukaan dan buangan-buangan lainnya yang tidak dapat
Eo : [c (eu - e)] [f (u)] dihindarkan secara ekonomis, yang dibutuhkan untuk menglasilkan
tanaman (Chow, 1964).
batas udara (selaput tipis
e6 adalah tekanan uap penjenuhan lapisan 7. Kebutuhan air, yaitu jumlah air, teimasuk evaporasi permukaan dan
pada Gambar 5-4), yulg'tl*pttutu"y"' T5' adalah
tidak sama dengan
sebenornya tidak buangan-buangan lainnya yang secara ekonomis tidak dapat dihin-
temperatur-t..p.ru,u.-"ua"iuu'urr air dan adalah
mungkinuntuk diukur (menurut Penman.suhu
itu tidak diltl*:,1:l:: darkan, diperlukan oleh tanaman tertentu, pada periode tertentu, un-
rumus-rumus emp'r's sala tuk pertumbuhan normalnya pada kondisi lapangan (Chow, 1964).
,iAui aupu, diketahui). Karena itu, hanyalah suatu rumus
Belanda
yang dikembangkan. Unt,'t danau Ij ssel di negeri
dikembangkan sebagai berikut: 5.4. PENGUKURAN EVAPORASI
Eo : 0,345 (er- c) (l + 0,25 uu) .i .
- Meskipun secara teoretis pengukuran evaporasi tidak merupakan
i

di mana: Eo= evaporasi air permukaan bebas (mm/hari) kesulitan-kesulitan besar, dalam praktek ini tidak benar dikarenakan
L= i.["."i uup ienjenuhan pada suhu T, dari permukaan ketelitian yang tinggi sulit untuk dipertahankan. Dalam teknik-teknik
yang lebih halus seperti metode-metod,e keseimbangan panas atau
danau (mm-Hg)
tekanan uap aktual pada suhu udara
(mm-Hg) transfer mossa, peralatan mahal yang peka, memerlukan perawatan
e= di atas per- yang teratur harus digunakan untuk memenuhi ketelitian pengamatan
u6= kecepatan angin pada ketinggian 6 meter
yang diperkukan (Tabel 5.3).
mukaan tanah (m/detik).
Evapotranspirasi potensial dapat didekati hingga cukup teliti
dengan teknik panci sederhana dengan bantuan faktor-faktor klnversi
Kitatidakbolehlupa,bahwaSemuarumustersebuthanyaberAifat
pada kawasan-kawas/n itu dan dengan sejumlah rumus-rumus empiris dan semi-empiris. Namun,
regional saja dan hanya dapaat dipergunakan
i evapotranspirasi aktual lebih sulit dan lebih mahal untuk diuji.
atau yang serupa. al
l. Atmometer
Atmometer adalah alat-alat kecil dan mengukur kapasitas
5.3. TERMINOLOGI EVAPORASI penangkapan udara untuk air (kemampuan udara untuk menge_
ringkan). Pembacaan yang diberikan oleh atmomoter disebut
1. Evaporasi. evaporasi laten (yang dinyatakan dalam cm3 air per hari) dan diberi
2. TransPirasi.
3. EvapotransPirasi.
I
134 135

(Hounam' 1972) batasan sebagai evaporasi maksimum yang mungkin yang dapat
Tabel 5.3. Kisaran biaya peralatan evaporlsi
diperoleh dari permukaan yang basah, datar, horizontal, hitam yang
Kisaran biaYa (dollar AS) dipajankan pada kondisi-kondisi meteorologi energi matahari dan
Peralatan evaPorasi .,

<10 angkasa, angin, suhu dan tekanan uap. Pembacaan bukanlah


Atmometer
20-30
J
merupokan angka sktuol dan digunakan sebagai pembanding.
Panci dan Tangki t
> 1000 Sebelum alat ini dapat digunakan secaca praktis, suatu konstanta
Lisimeter (tipe drainase)
5000
d't korelasi harus dikembangkan antara Eo dan evaporasi laten.
Lisimeter (tipe timbangan)
> 5000 :i
Misalnya, Eo = 0,56 Eptqhs digunakan untuk Gedaref di Sudan.
PeraL 1n neraca Panas I

Perara(an Pengalihan massa


(untuk evaporasi danau) it: a. Atmometer Piche: Atmometer yang dibuat oleh Piche (1872) adalah
Salah satu dari unit-unit di atas tabung gelas (panjangnya 29 cm dan diameternya I cm) yang ditutup
yang digunakan dalam hubungannYa i! rapat pada ujungnya. Tabung tersebut diisi dengan air suling dan pi.
20000
dengan suatu fasilitas pemrosesan data t
ringan kertas saring putih dijepit menutupi ujung yang terbuka.
?
Selanjutnya, alat tersebut digantungkan ke bawah dan evaporasi
Keterangon:Biayayangdioantumkanmerupakanperkiraandanberlakupadasaatharga-
harga tahun 1971.
f berlangsung dari piringan kertas basah (Ward, 1967). Garis-garis
skala pada tabung (Gambar 5-7) menunjukkan evaporasi. Karena ter-
.l dapat persediaan air yang melimpah maka jumlah yang teru\ur dapat
,l dianggap sebagai evaporasi potensial. Ini adalah alat dengan
ii
konstruksi, pemeliharaan dan pembacaan yang mudah, tetapi peka
qi
ll r terhadap kecepatan angin dan biasanya diletakkan dalam suatu tabir
dI (lihat Klausing dalam Eckardt, 1965; Berlade dalam Simposium
rl
:il Evaporasi, 1959).
{i b. Atmometer Livingstone: Alat yang diuraikan oleh Livingstone
4,,
Piche Livingstone Reservoir
$l (1915), terdiri atas bola porselin putih poreus (diameter sekitar 5 cm)
Black Bellani
yang diisi penuh air melalui suatu hubungan pada reservoir
persediaan air. Alat ini juga dipergunakan dalam pengukuran radiasi
bola porselin dengan memasang suatu bulatan putih atau hitam. Seperti halnya at-
putih porsclin
pOreUs mometer Piche, alat ini juga peka terhadap angin, dan kondisi kimia
pori-pori bola porselin (Gambar 5-7) dapat berubah dengan waktu.
c. Atmometer cawan Block Bellani: Alat ini terdiri atas permukaan
SePitan
, porselin poreus rata (berdiameter 19 cm) yang diletakkan secara
penghubung
horizontal diudara. Air yang dialirkan dari suatu reservoir memper-
tahankan cawan tersebut tetap basah.
Grmbar 5-7. Atmometer.
2. Panci (pan)
Evaporasi permukaan air bebos secara rangsung diukur dengan
mencatat pengurangan tinggi di muka air dalam panci. Metode ini
sangat sederhana dan paling sering digunakan.
T

PP
E

to o
FEA[[EFEEE+?EIi
p)
u
6 st

A)
ID
A)
o Eafgti[HBa{;1gI
c, E
o o. ec;EEa**EgEE*gg
!,
@ c,
0)
o t,
9) !t
E$;iig*=r*asreE H
o
DO

g,
tg +gE** r d=-; ! s :
'
*E iiE 'EE
E;=EE s] [i XEE E E

EIEgEiliEigg[E
- *.*l_ LD --- _{

Tabel 5.4. Panci-panci evaporasi yang dikenal di dunia.

Negara Nama Tipe Luas permu- Jeluk Koefisien


kaan atau panci (ta-
diameter hunan

Uni Sovvet Panci GGI - Di atas tanah 300 cmz 60 cm


(bagian bawah berben-
tuk kerucut)
Amerika Scrikat Class A Di atas tanah .1 kaki l0 inci 0,694,74
Amerika Serikat Panci Colorado Ditanam 3 kaki2 18 inci 0,83
Amerika Serikat Panci Biro Industri Ditanam 6 kaki 2 kaki 0,91-1,04
Tanaman (BPI)
Inggris Panci Standar Kantor Ditanam 6 kaki 3 kaki 0,93-l ,07
Mcteorologi lnggris
Amcrika Scrikat Panci Young Ditanam (dcngan 2 kaki 3 kaki Hampir merata
ditutup kawrt
0.25 inci)
Amerika Serikat Panci Survei Diapungkan 3 kaki2 18 inci
Geologi
Amerika Serikat Biro Cuaca (sedang di- Di atas tanah (panci 14 inci 2.5 inci
kembangkan untuk gclas serat dcngan lu- (3 kaki di
penggunaan secara In- bang karvat 0.75 inci) atas tanah)
ternasional
T
139
138

bebe- Selanjutnya koefisien panci adalah:


kotoran, kesulitan memasang dan memelihara merupakan
rapa kerugian tipe panci ini. Muka air dipertahankan
2-3 inci di Eo es,-
pada tipe di atas p= : atauEo: pEpanci
bawah bingkai (panci MO) dan diukur seperti
yang ditanam Epanci --
tanah dengan mekanisme apung lainnya' Panci ","
hasil yang
cukup dalam (berdiameter sekitar 7 kaki) memberikan
Iebih baik daripada vang kecil (Ward, 1967)'
- rata-rata yang beragam sepanjang tahun, untuk panci
Koefisien panci
Kelas A (lihat Tabel 5.4) adalah 0,70, untuk BPI 0,94, untuk panci
C. Panci upunS: Tipe ini yang mengapung pada permukaan danau' hasil Colorado 0,85 dan untuk panci Young 0,94 (lihat pula Schulz, 1973).
kehilangan popularitasnya (meskipun dianggap memberikan
pengamatannya' 3. Tangki
korelatif t.ibuik dengan danau) karena kesulitan
Terdapat Adalah sulit untuk mengukur evaporasi dari permukaan yang
biayanya tinggi dan percikan oleh pengaruh gelombang'
beberapa perbedaan antara evaporasi panci apung dan evapor.asi tidak terus-menerus basah, seperti tanah dan daerah-daerah
danau karena kapasitas penyimpanan panas danau
adalah berbe- bervegetasi. Metode paling praktis pada pengukuran ini adalah
da, karena panci tidak berombak (karena gerakan udara di atas dengan cara lisimeter. Tongki merupakan bentuk lisimeter yang
danau lebih turbulen) dan pertukaran panas antara air panci dan primitif. Tangki tertutup pada semua sisi (juga dasar bawah) dan diisi
udara air panci dan udara yang berbeda daripada pertukaran dengan tanah, jika mungkin utuh. Suatu kondisi kelembaban yang
panas antara danau dan udara' konstan dipertahankan dengan menambah setiap saat jumlah air
- yang terukur, dari atas atau bawah dengan muka air yang tetap.
S.Uugui*una telah dimengerti sampai sekarang, evaporasi pan-
ci lebih besar daripada evaporasi air permukaan bebas
(EJ. Karena itu, Dalam kombinasi dengan pengukur hujan evapotranspirasi aktual
perlusekalimenggunakankoefisienkorelasiataukoefisienpanciun- diukur. Tangki-tangki terutama digunakan untuk penentuan
ini lc evaporasi tanoh. Tetapi data yang didapatkan dari pengukuran
iuk memperoleh angka evaporasi yang benar' Koefisien-koefisien I
panci-panci yang berlainan' Akan tangki sangat terbatas karena tidsk mewokjll kondisi-kondisi alami.
disajikan pada Tabel 5-4 untuk
nampakbahwainimerupakanfaktor-faktorkoreksitahunandan Alat tersebut juga dapat merupakan tipe timbangan untuk
tidak dianjurkan untuk konversi bulanan' menentukan perubahan-perubahan berat karena evaporasi. Di Uni
Dengan menggunakan hukum Dalton dan menganggap bahwa Sovyet dan di negara lainnya digunakan tangki dengan luas 20 m2
suhu air pirmukaan (T) danau sama dengan suhu udara
(T) suatu (wMo, 1970).
persamaan umum dapal dikembangkan sebagai berikut:
4. Evapotranspirometer
Pada dasarnya evapotronspirometer terdiri atas 2 atau 3 tongki
Epun.i =
[" - ,][,rl
,.,, kedap air yang sempit dan biasanya digunakan untuk mengukur
evapotronspirasi potensial dengan mengisolasikan suatu blok tanah
Eo : ,".. - .,][,,r] yang lembab dan mengukur neroco airnya. Tangki diisi dengan tanah
[. yang menopang penutup vegetasi yang tak terputus (biasanya rum-
di mana: e" : tekanan uap kejenuhan udara pada suhu air per- put), dan dihubungkan dengan pipa pada reservoir penampung air
mukaan Pahci' yang ditempatkan pada tangki sentral. Tiga tangki tanah menjamin
er. : tekanan uap kejenuhan udara pada suhu air per-
dernjat keterpercayaan yang lebih besar (Ward, 1967). Air memasuki
' mukaan danau" tangki tanah (Gambar 5-9) hanya dari atas baik secara alami
e = tekanan uap aktual pada suhu udara' maupun secara buatan. Air yang terperkolosi dikumpulkan pada
f(u): luntti kecePatan angin' reservoir dan biasanya diukur setiap hari. Kandungan air dalam
tangki dipertahankan di atas kapasitos lopangar sehingga
I

t 1l
i,
*l
;
140

air
evapotranspirasi potensial dapat terjadi dari permukaan tanah-
(WMO, 1970).
ll vegetasi
Untuk evapotranspirometer: a) permukaan tanah dalam tangki
tanah T angki kedaP
tanah harus mewakili kawasan sekitarnya, b) petak cukup rata, terbuka,
pipa air
a:!;::a
reserv oi r
pipa kerikil berumput harus dipilih sebagai suatu tapak yang cocok, c) vegetasi
Tangki I
r.4 ts- Tangki 2 pada tangki tanah harus berukuran tinggi yang sama seperti vegetasi
Tangki pusat I* di sekitarnya, d) untuk menghindarkan pengaruh udara kering yang
panas di sekitarnya (setelah periode kering yang panjang), suatu
Gambar 5-9. Evapotranspirometer. kawasan penyangga sekitar tangki tanah harus diairi atau suatu
pembetulan harus diberikan pada pengukuran Eo yang berlebihan
(Ward, 1967).
5. Lisimeter
pantal
Kalau pada evapotranspirometer, tujuannya adalah untuk
dinding kedap air
muka air tanah mengetahui kehilangan air potensial, pada kasus lisimeter tujuannya
adalah untuk mengukur evopotronspirasi sktuql. Karena itu lisimeter
CASTRICUM
harus menggambarkan kawasan sekitarnya (penutup vegetasi, kon-
pengapung disi permukaan, struktur tanah, porositas, stratifikasi, infiltrasi,
dinding kedaP sampai 2 m permeabilitas dan karakteristik kapiler). Ukuran tangki lisimeter jelas
air
pasir pantai
merupakan faktor yang penting. Makin besar tangki, makin kecil
pasir kasar pengaruh tepi tangki dan lebih mungkin bahwa perakaran vegetasi
kerikil akan sama dengan perakaran pada kawasan di sekitarnya. Tetapi un-
lantai berlubang
tuk lisimeter tipe timbangan ukurannya akan sangat terbatas (WMO,
LEIDUIN, Amsterdam drainase Pembuangan
1970).
Gambar 5-10. Contoh-contoh lisimeter yang dipasang di negeri Belanda.
Evapotranspirasi aktual ditentukan dengan persomoon nerqcq.
Tetapi perubahon dalam cadangan (As) hanya dapat diperoleh untuk
-l5'81"
r--_----l ia- polder lisimeter tipe yang clopat ditimbang dan tidak diketahui untuk
---+i
i P le i lisimeter tipe yang tidak dapat ditimbang. Karena itu, lisimeter non-
r I l" o timbangan hanya digunakan jika diperlukan total evapotranspirasi
aktual periode- panj ang.
besi tuang
Beberapa lisimeter mempunyai muka air yang dipertahankan
silinder
kasa l1 secara buatan pada jeluk yang konstan dan yang lain mempunyai
DAS
keluaran air (out flow) bebas. Ada lisimeter-lisimeter yang diisi
penyanSga
dengan tanah terganggu dan lisimeter diisi tanah yang utuh. Alat-alat
tersebut digunakan untuk meneliti pengaruh jeluk air tanah, tipe
tanah dan vegetasi terhadap evapotranspirasi aktual, untuk menen-
penampung tukan vegetasi yang paling cocok untuk penjagaan air tanah
maksimum (penambahan air tanah), untuk mengukur kondensasi dan
Gambar 5-11. Penakar drainase
embun (hanya tipe timbangan) dan untuk menguji keragaman dalam
Gambar 5-12. Parameter-parameter neraca air.

f
;
142 143

komposisi kimia air selama perkolasi. Lisimeter hanya dapat digunakan digunakan di Inggris dengan mengukur kuantitas air yang berperkolasi
pada kawasan yang datar dan harus mempunyai jeluk sekurang- melalui lapisan tanah atas (topsoil) (yang dipajankan pada kondisi
kurangnya 1,5-2,0 meter dan luas permukaan tidak boleh kurang dari I meteorologi yang ada). Evaporasi tanah adalah sama dengan presipitasi
m2 (Volker, 1966). Di negeri Belanda (Maasland, Wageningen, minus perkolasi (Gambar 5-ll). Bagian tengah tanah utuh yang ditem-
Castricum, Rottegatspolder di Groningen, Amsterdam) Iisimeter dapat patkan pada suatu silinder besi tuang dan ditopang oleh jaringan kawat
pada dasar berbentuk corong. Melalui jaringan kawat dan corong air
digunakan selama 80 tahun lebih (Ward, 1967). Lisimeter pada kawasan
Waldai (jeluk 2 meter dengan luas permukaan 5 m2; tipe non-timbangan) dibawa pada suatu pengumpul. Di Rothamsted, Inggris, penakar
di Uni Sovyet, di Coshacton, Ohio (jeluk 2 m dengan luas permukaan 5 perkolasi sedalam 20 inci, 40 inci dan 60 inci digunakan untuk menduga
di AS, di Castricum (ieluk 2,5 m dengan luas per-
jumlah evaporasi tahunan dan musiman rata-rata. Alat yang serupa,
m2
- tipe timbangan)ruang
mukaan 625 m2 pengukuran terpisah dengan reservoir) di evaporimeter Popoff digunakan di Jerman dan Uni Sovyet (Ward,
-
negeri Belanda dan di Rottegatspolder (lisimeter petak-lapangan dengan 1967). Alat ini terdiri atas silinder (sedalam 25 cm dengan luas penam-
luas permuk aan 625 m2 dan diairi dengan pipa drainase) di negeri Belan- pang melintang 500.m2; diisi dengan tanah dan diletakkan pada corong
da merupakan alat yang dikenal di seluruh dunia (Volker, 1968). berisi tanah yang serupa dengan Gambar 5-ll. Skema kerja adalah
Persamaan neraca air suatu lisimeter disajikan sebagai berikut: serupa dengan penakar drainase. Problema utama di dalam mengukur
Pl lE"*Dr evaporasi tanah normal adalah untuk menjamin bahwa kondisi tanah
*
-lfilJ*
r
P+I:D+Eu+AS pada penakar adalah benar-benar mewakili kondisi utuh alami.

7. Pengukuran tronspirasi
D2-&-._._ji
di mana: P presipitasi : diukur dengan penakar hujan di seki- Fitometer: Alat ini merupakan bejana logam besar yang diisi dengan
tarnya. tanah yang ditumbuhi tanaman. Permukaan tanah ditutup rapat un-
I masukan air buatan, jika dipergunakan : diukur tuk mencegah evaporasi sehingga satu-satunya kehilangan air adalah
dengan meteran air. oleh transpirasi. Kehilangan berat merupakan petunjuk transpirasi
D drainase : diukur dengan meteran air (jika drainase per- (Meinzer, 1942; Franco dan Magalhaes dalam Eckardt, 1965).
mukaan ada, maka ini diukur secara terpisah) = Dl * Metode ini juga disebut metode timbangan tanomqn pot.
D2. Kesulitan pada metode ini adalah:
Eo: evapotranspirasi aktual : tidak diketahui dalarn persa- + sistem perakaran terbatas pada tabung yang nisbi kecil.
maan. + penutupan pot mempengaruhi laju transpirasi setelah waktu
AS: perubahan dalam cadangan karena perubahan kan- tertentu karena earasi yang berkurang.
dungan air tanah, permukaan air tanah dan intersepsi: + suhu pada medium perakaran, bila pot dipajankan kepada radiasi
diukur dengan menimbang lisimeter jika diperlukan matahari secara langsung, meningkat hingga tingkat yang mem-
penghitungan periode Pendek. bahayakan di atas 30"C.
+ kondisi air di dalam pot harus mendapat perhatian yang seksama.
Meskipun lisimeter memberikan data yang sangat teliti, alat ini b. Protometer:Alat ini merupakan bejana yang diisi dengan air di mana
tidak praktis karena tak dapat dibawa. tanaman berakar. Setelah penutupan yang baik, kehilangan bobot
diukur sebagai petunjuk transpirasi (Meinzer, 1942).
6. Penakar drainase dan evapitteter
c. Metode timbangan cepat: Dalam metode ini, daun dipotong dan
digantungkan pada tangan neraca yang peka, yang dipasang di
Jika tangki digunakan untuk mengukur evaporasi dari tanah yang
lembab, penakar drainqse (atau penakar perkolasi) digunakan untuk
mengukut evaporasi tansh normal (Ward, 1967). Teknik ini pertama kali

t
T
144 145

sekitarnya sehingga daun tanaman tetap dapat berada dalam formasi teoretis ini sedang diuji untuk kesimpulan-kesimpulan praktis
Iingkungan yang sama seperti sebelum diambil dari tanaman. (Culler dan kawan-kawan, 1976).
Kehilangan bobot diukur selama beberapa menit setelah pemotongan
dan dianggap mewakili laju transpirasi sebelum pemotongan' 5.5. PENAKSIRAN EVAPORASI
d. Metode gosometri: Metode ini terdiri atas pemasukan suatu daun A. Metode Neraca
cabang maupun tanaman seluruhnya dalam ruangan dari bahan yang
transparan (seperti gelas pleksi)' melewatkan udara dengan kelem- l. Metode neraco air
baban yang diketahui melalui ruangan tersebut pada suatu laju yang Jika semua parameter hidrologi neracaan (masukan dan keluaran)
diketahui dan mengukur kenaikan kandungari air udara setelah diketahui pada suatu kawasan (daerah aliran sungai, polder, petak, dan
melewati ruangan tersebut. lain-lain), kehilangan evapotranspirasi aktual dapat ditaksir dengan
e. Studi aliran sungai: Dengan memindahkan penutup sayuran dari menggunakan metode neraca air (juga disebut neraca air atau metode
daerah aliran sungai, ditentukan transpirasinya' persamaan cadangan).

Jumlah transpirasi tergantung pada banyak faktor dan karena itu


Metode ini seperti memandang kawasan seluruhnya sebagai
lisimeter. Persamaan neraca akan menghasilkan (Gambar 5-12):
jumlah yang ditaksir sangat tidak dLpot dipercoyo. Inilah sebabnya
mengapa banyak upaya diberikan di dalam menaksir evapotranspirasi
P+I+Gi=Ea+0+Go+AS
dan bukan menentukan transpirasi secara terpisah' Sebutan nisboh
transpirosi digunakan untuk menentukan nisbah bobot air yang mana: P
di = presipitasi: diukur dengan penakar presipitasi,/hujan.
ditranspirasikan terhadap bobot bahan kering yang dihasilkan oleh I-
l- masukan air permukaan: diukur dengan kolom,
tanaman (termasuk akar). Nisbah ini sangat beragam dan tidak bernilai
saluran air, dll.
praktis, sekurang-kurangnya bagi para ahli hidrologi (Ward, 1967 dan
Chow, 1964).
Gi masukan air tanah: diukur dengan metode
geohidrologik atau dengan metode radioaktif.
Eu: evapotranspirasi aktual: tidak diketahui.
8. Metode penginderaon iauh
o: keluaran air permukaan: diukur dengan sekat, salur4n
alr.
Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh
Go : keluaran air diukur dengan metode geohidrolo-
masih belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap
gl.
penentuan evapotranspirasi terletak pada pengukuran jumlah dan
AS : perubahan dalam cadangan: ditentukan sebagaijumlah
lamanyo gerakan air dari tanah ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan
yang luas, alat yang paling tepat bagi penelitian evaporasi adalah 3 bagian, yaitu: cadangan permukaan, air tanah dan
lengas tanah.
radiometer infro-merah dan pencatot citra daritdara. Tujuannya adalah
untuk menentukan sejauh mana pengindera dipengaruhi oleh fenomena Jika pengamatan dilakukan pada suatu waktu yang cukup panjang
kelembaban pada permukaan bumi. Pengukuran stokastik yang diulang (misalnya l0 tahun atau lebih) maka A S dapat diabaikan.
sangat diperlukan untuk lokasi yang berlainan (kombinasi tanah dan
vegetasi yang berbeda) dan vntyt{,aat yang berbeda (siang dan malam' 2. Metode pemindahon mosso
harian, musiman, dan lain-laii). Accelerometer (yang dipasang pada
pesawat) mungkin berguna di dalam menentukan pengaruh global tur- Pemindahan massa (iuga disebut difusi atau pemindahan turbulen)
bulensi udara terhadap laju evapotranspirasi (Seyhan, 1972)- Semua in- didasarkan atas pendekatan aerodinamika yang mengukur faktor yang

I
146 147

mempengaruhi perpindahan aktual uap air dari suatu permukaan Prandtl, Sverdrup, Rosby dan Montgomery dan diselidiki dalam praktek
dengan proses difusi dan pengangkutan turbulen. Teori ini masih belum oleh Thornthwaite, lilolzman, Deacan, Swimbank dan Eagleson. Dari
lengkap, tetapi pendekatan empiris memberikan hasil yang baik' penyelidikan ini nampak bahwa: (a) zo adalah perubah stokastik, (b)
Penerapan metode ini ditangguhkan karena perlunya pengukuran pada metode dapat digunakan jika kecepatan dan gradien tekanan uap me-
selang waktu yang sangat pendek (kurang dari 0,3 detik). nunjukkan hubungan linear dengan ketinggian (Gambar 5-13) dan (c)
Metode perpindahan massa didasarkan atas anggapan (Eagleson, metode dapat dipergunakan pada semua tipe evaporasi, pada setiap tipe
1970) bahwa aliran yang tetap (tidak berubah dengan waktu) seragam permukaan dan pada semua iklim.
(kondisi pada semua irisan melintang adalah identik ) dan aliran tur- Ryan dan kawan-kawan (1974) menentukan suatu persamaan em-
bulen udara melintasi suatu permukaan sebaran yang tidak terbatas' piris evaporasi air permukaan bebas yang didasarkan atas kombinasi 2
mencapai suatu kondisi di mana keadaan cairan di udara hanya beragam tipe mekanisme pengangkutan. Mekanisme pengangkutan konveksi pak-
secara vertikal. Hal ini benar sekurang-kurangnya di dekat permukaan sasn adalah karena difusi turbulen yang diciptakan secara mekanik oleh
tanah. Perpindahan vertikal uap pada aliran udara paralel horizontalini kekuatan sorong pada batas air. Mekanisme pengangkutan konveksi
pada permukaan datar yang seragam secara tidak terbatas (panjang bebos menganggap kondisi bila permukaan air jauh lebih hangat
kekasaran zJ akan sebanding dengan hasil kali gradien kecepatan dan daripada udara di atasnya dan bila tidak ada angin yang berhembus.
gradien tekanan uap. Hal ini diberikan oleh Volker (1968) sebagai: Pada kasus seperti itu, uap air diangkut dari permukaan air dengan gaya

E:#t***"'] [^***'l apung. Persamaannya berdasarkan atas penjumlahan dari 2 mekanisme


pengangkutan, yaitu:

Eo = (e,-.{tr,ro l0-7) (Tvs


- Tuu )% +(10,9 x lg-e)(uz)rrto,'f
di mana: E: evaporasi (mm/jam). "
t: suhu udara ("C). di mana: Eo : evaporasi air permukaan bebas (lb massa,/kaki2ldetik)
il: kecepatan angin rata-rata (m/detik). , : tekanan uap kejenuhan pada suhu permukaan air
E: tekanan uap aktual rata-rata (mm-Hg). (Newton/m2)
z: ketinggian di atas zo (cm). e: tekanan uap aktual pada suhu udara yang diukur pada
zo : panjang kekasaran (cm). ketinggian 2 meter (Newton/m2)
Tu" : suhu air permukaan sebenarnya ('F)
Kecepatan angin dan kelembaban nisbi diukur pada ketinggian
yang berbeda (z) dengan menggunakan pengindera yang ditempatkan Ts
pada suatu tiang (Gambar 5-13). Karena laju evaporasi (mm/jam) diten- T,, :
tukan atas dasar kelembabanyang sangot kecil dan perbedaan kecepatan , 0,378 (e)
angin pada suatu kisaran ketinggion yong sempit di datam lapisan tur- Pa
bulen (minimum pada 2 ketinggian), frekuensi dan ketelitian
pengamatan alat harus songst tinggi. Suatu alat yang disebut evopotron
Ts = suhu permukaan air (.F)
(kombinasi pengindera pada suatu tiang dan satuan-satuan pencatat di Pa : tekanan udara (Newton,zm2;
tanah) dengan pengindera mengukur dengan konstanta waktu 0,3 detik Tru: suhu udara sebenarnya pada ketinggian 2 m (.F)
nampaknya cukup. K.N.M.I. te-hFmembuat suatu evapotron di de Bilt. Ta
Sistem lainnya yang menggunakan onemometer-termometer sonik Tru =
dan higrometer infra-meroh nampaknya dapat dipercaya (Eagleson, ,^%0,379 (e)
1970). Teori perpindahan massa pertama kali dikembangkan oleh

Tu: suhu udara pada ketinggian 2 meter ("F)


u2= kecepatan angin pada ketinggian 2 metei
t (cmldetik)
148
t l
) 149
I

xo : perolehan angin dalam cm. Ini merupakan jarak yang melin- I


Kg zo (0,62) (e. e)
tasi tubuh air paralel dengan arah angin.
_ _Kgzo(T,-TJdanB: _ -
i
u2*Tu u2

Persamaan ini menganggap suatu asumsi dan hanya menam-


bahkan persamaan-persamaan konveksi paksaan dan konveksi bebas. II di mana: K : konstanta von Karman : 0,40
Namun, linearitas ini tidak ada. Weisman (1975) dan Brutsaert, yang ti zo panjang kekasaran (cm) : tinggi efektif permukaan
kritik ini, menggunakan pendekatan meksniko fluida dan percepatan gravitasi : 980,665 cm/detik2
memberikan ti,l Ts temperatur permukaan air ("F)
mendapatkan persamaan evaporasi yang memberikan saling-tindak
(interaksi) non-linear dari pengangkutan konveksi paksaan dan bebas. Tu: temperatur udara pada ketinggian 2 meter ("F)
Persamaannya adalah: es tekanan uap aktual pada suhu udara yang diukur pada
ketinggian 2 meter (Newtons/m2)
,,
(e.
e: tekanan uap aktual pada suhu udara yang diukur pada
Eo = (1,54 x 16-q1u*Xa) e)
[;l - ketinggian 2 meter (Newtons,/m2)
Pu: tekanan udara (Newtons/m2).
di mana: Eo : evaporasi air permukaan bebas (lb massa,/kaki2/detik) Pembandingan 2 model tersebut menunjukkan bahwa keduanya
u+ : kecepatan friksi angin pada permukaan air (cmldetik) adalah absah bagi penghitungan evaporasi. Model Ryan dan kawan-
a,n : konstanta yang dipilih dari tabel di bawah ini
kawan memberikan hasil-hasil yang cukup teliti dan asumsi linearitas
adalah tidak penting.
harga (-A) Kecepatan friksi (geseran), u +, dan panjang kekasaran, zo, dengan
mudah dapat diperoleh dari penampang angin, karena K/u* (K adalah
H arga (-B) : 0,4) merupakan kemiringan garis dan zo
0,1 0,05 0,01 0,001 0 konstanta von Karman
adalah titik potong dengan sumbu-z bila u : 0 (lihat Gambar 5-13). Per-
harga konstanta o tanyaan timbul, bagaimana mendapatkan hubungan garis lurus antara
kecepatan angin dan ketinggian. Hal ini dilakukan dengan mendugia
0,01 0,121 0,llz 0,112 harga-harga zo yang cocok dan memplotkan kecepatan angin, u,
0,003 0,1 50 0,140 0,120 0,135 0,166 terhadap log (z - z) sampai diperoleh harga spesifik zo yang
0,001 0,112 0,152 0,167 memberikan kecocokan linear yang paling baik. Analisis tersebut mem-
0 0,120 0,167 0.210 butuhkan pengukuran penampang angin hingga sekitar 200 cm. Panjang
kekasaran yang khas untuk berbagai permukaan disajikan pada hlm. 150.
harga kostanta n
Bersamaan dengan metode pemindahan massa, Thornthwaite dan
0,01 0,036 0,042 0,045 Holzman (lihat Blakwell dan Tyldesley dalam Eckardt, 1965) mengem-
0,003 0,025 0,034 0,046 0,081 0,089 bangkan pada tahun 1942 persamaan berikut:
0,001 0,042 0,082 0,093
p"K2 (uz ur) (qt qz)
0 0,045 0,093 0,1 l2 Eo: - -
A, B : parameter stabilitas
1,"=7,
di mana: Eo : laju evaporasi (cmldetik)

f
I
150 t5l
Pa = kerapatan udara : 1,29 x lQ-3 grnlgrn3 3. Metode neroco energi
K_ konstanta von Karman : 0,40
U= kecepatan angin pada ketinggian normal (cmldetik). Disa- Metode neraca- energi (disebut juga metode budget
energi)
rankan serendah mungkin seperti zt : 25 cm dan z2 = 50 didasarkan atas pendekatan bahwa untuk evaporasi dibutuhkan
se-
- cm jumlah energi terrentu sekitar 590 karori/ gram).
Metode ini diawari oleh
e = kelembaban spesifik pada ketinggian normal (tidak ber- Schmidt (Jerman) pada tahun r9l5 dan terah dimodifikasikan
oreh ahri
dimensi) yang lain, terutama oleh Anderson di AS.
Dari sudut hidrologi, hubungon energi_pengawetan yang
e ditulis
q " 0,662 Pa untuk suatu tubuh (air, tanah, permukaan tanan, aan tain-lain) yang
memiliki panas internal yang dapat dioboikan karena p.or.r_pror.,
kimia dan biologi, dan transformasi energi kinetik
e = 0,662 : hubungan berat molekul uap air dan udara -en;aai punur, dun
ditulis unruk suatu selang waktu A t (lihat Gambar 5_l4i:
e = tekanan uap aktual (mb)
Pa = tekanan atmosfer (mb) pada ketinggian normal. Tekanan ini Rc+ RL + A, + trS :LEp"* RrL + R, + rR. + Ao + Rw +
H
merupakan berat total per satuan luas semua atmosfer yang
terletak vertikal di atas permukaan yang memperhatikan komponen rodiqsi rnotahori gerombang
pendek
zo = panjang kekasaran (cm). dan radiasi atmosfer gerombang panjong. Dalam persamaan
ini ist,ah-
istilah yang berbeda dikenal sebagai:

TIPE STRUKTUR TINGCI STRUKTUR zo (cm)


R. : radiasi global yang masuk : jumlah radiasi gelombang
(cm) pendek yang menembus atmosfer dan menca-pai
tanah
(kal/cm2/senit). Radiasi ini merupakan jumlirr
radiasi
Hutan fir 555 283 udara gelombang pendek yang masuk langsung, atau yang
Kebun jeruk 335 r98 disebut radiasi sinar matahari "
tangsung (e dalam
Kota besar (Tokyo) 165 kal/cm2/menit) gelombanS pendek yunl rnurui.
berhcttn_
Jagung
Gandum
220 84,5
- 74,2 buran (atau yong bour) + (q dalam kalori/cmz/menit).
Rerumputan
60
60-70
23,3
15,4
- 22,0
8,0
Alfalfa 15,2 2,',12
- 2,45 R.=Q+q
Rerumputan 5- 6 -
0,75
Rerumputan 4 0,14 Q diukur dengan pirheliometer, q dengan pironometer
Rerumputan 2-3 0,32 dengan suatt cincin boyangan, dan R. dengan piranometer
Rerumputan 0,50 a (Fleming, 1975).
'fanaman yang panjang L 0,1 (L)
Gurun rata 0,03
Dasar danau yang ke- + /J. Flux = kerapatan
r -,-_,-. enersi.
_..,. p.kalori,/cnr2,/meniI
ring 0,003 waktu
Dasar lumpur yang ha- = 2. Kerapatan energi : kalori/cmz
lus 3. llangley= lly: lkalori/cm2
-0,001
(disadur dari Seller, 1965, halaman 150)
152
153

RL= radiasi atmosfer gelombang panjang yang masuk


(kalori/ cm2/menit)

l/_ lr
1

Ai = masukan energi teradveksi dari sekitarnya (limpasan per-


mukaan, air tanah, dan lain-lain). Untuk danau (Gambar
Ai dan Ao dihitung dari pengukuran volume dan
5-14)
lnz
lnl2+z
o) 1n ( z+zo ) suhu pada air yang mengalir masuk dan keluar
truo"ir*o" (kal/ cmz/ menit).
LEPe
energi yang digunakan dalam evaporasi (kal/cm2/menit)
Gambar 5-13, Konsep transfer massa.
Pe= kerapatan air yang terevaporasi
l= panas penguapan laten dalam kal/ gr (= 957 ,3 0,566 (T))
f= suhu rata-rata permukaan tubuh ("C)
-
[= evaporasi (mm/menit)
R.L radiasi atmosfer gelombang panjang yang terefleksi
(kal/cm2/menit)
RB= radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh tubuh
gelombang pendek
bersangkutan (kal/cm2lmenit)
aR. = radiasi matahari gelombang pendek yang terefleksi
(kal/cm2lmenit)
f= koefisien refleksi = albedo (lihat Tabel 5.6)
Ao: pengeluaran energi teradveksi (kallcm2/ menit
C>awan AA = laju bersih energi yang diadveksikan ke dalam tubuh oleh
jumlah proses-proses seperti perembesan, curah hujan,
n, (gelombanB panjang)
masukan ke permukaan, pengembunan, keluaran, sim-
\/" permukaan tanah panan tanggul, dll. (kal/cm2/ menit)
H_ panas yang dapat dirasakan yang dikonduksikan dan
diadveksikan dari tubuh ke atmosfir dalam kal/cm2/ menit.
Aliran panas yang dapat dirasakan antara dua ketinggian
z, dan z, dapat ditaksir sebagai (Van Bavel dan Fritschen
dalam Eckardt, 1965):

- Tr)
Perrnukaan'r
_ 60 ('puXC")K2 (u, u,XT,
lanah - kaVcmz/menit
" ,"I?l'
Pa kerapatan udara : 1,29 x lQ-3 grarn,/gm3
DANAU ca panas spesifik udara pada tekanan yang konstan
TUBUH TANAH (kauem/"C)
K konstanta von Karman = 0,40
Gambar 5-14. Pengawetan energi. u2, ul kecepatan angin (cmldetik) pada aras-aras I dan 2

t,
1
154 z)
I Y!6nl$r6.^Orf, -------:
,,raatc,43r4o,4
T2, Tl : suhu udara ('C) pada aras-aras I dan 2 F
-,F.rt4!6c$--

zz, zt : elevasi di atas permukaan (cm)


a
AS = simpanan panas : laju pertambahan (atau penurunan) ul =axh].5@--.
-hlNr-.-1-
r,!53=:_
1=
c
cadangan energi di dalam tubuh dalam kal/cm2/menit.
Bolsenga (1975) mempergunakan untuk penelitiannya
data cadangan panas yang ditentukan dari pelocok bati-
t
o 3361-)-OJOTN
z -19rrlN--
E-a533\A
termogrof elektronik.
Persamaan dasar cadangan energi untuk suatu tubuh air
F cr?9oNrrcor
adalah sebagai berikut (Gray, 1973): u !lS:Q6-th$
-9:N6r@6@$t

AS : elC,rVr (Tr Td p2C*Y Tu)


- - z(Tz - o.
tr.l
93s.O.G-3--3
Pl = kerapatan air pada permulaan periode
tf) =^+FggASS=-
P2 : kerapatan air pada akhir periode i
a
cw - panas spesifik air (kallgram) f
O EEisBSgspo-
Tl = suhu tubuh air pada permulaan periode
T2 = suhu tubuh air pada akhir periode
Tb = suhu dasar : oC $3S+:ElB:[:oO
A6@6Or6ri
vl : volume tubuh air pada permulaan periode o\
v2 = volume tubuh air pada akhir periode
rO--r6-M--^
R* = nrgi yang diadveksikan keluar tubuh dengan nlassa air 5Er8X3*5;--
yang dievaporasikan

n= C*pe (T,
- TJ HSgFiHErs--
Ts = suhu permukaan yang dievaporasikan ("C). d,
o. -@!:r:dr633a)
--av-r--+
h6e6rh.:J
Dalam persamaan neraca energi ini, istilah panas yang dapat
dirasakan (H) dihilangkan dengan menggunakan nisboh Bowen J
6

(Eagleson, 1970); Bolsenga, 1975).


d,
n:SEsEg$=s
u
B= H :y1T'-Tu,
a
LE es- tr.,l =-In3i33+3
N6rO=o@o
{ b.

di mana: B nisbah Bowen _/


2 oC9?9-dO6r-a
I konstanta psikrometer = 6-AAS mm-Hg/"C=0,66 -!1.1-t|:to\d@o
-Q@601a1
mb/"C
PC, u
h
f- G

0,662 (L) J

t
1
156 157

Tabel 5.6. Koefisien refleksi (albedo) bumi. Radiasi Angot, R4, merupakan jumlah energi (lihat Tabel 5.5)
yang akan mencapai bumi pada suatu tempql tertentu (lintang) dan
ALBEDO (r) wqktu (musim dan saat hari) jika tidak terdapat owon danatmosfer. Sisa
RA yang tidak menjadi R" akan diperlemah (Derecki, 1976) oleh refleksi
Air terbuka 0,06; 0,05
- 0,15
menyebar dan absorpsi oleh molekul-molekul gas, air, uap, awan dan
Batuan 0,12 0,15
Pasir 0,10
- 0,20
partikel debu tersuspensi di udara. Penentuan R" sebagai suatu fungsi
Tanah yang kering
-
0,14 dari Ro dan nisbah keberawanan (n/D) dijelaskan pada paragraf berikut
Tanah yang basah 0,08 yang berkaitan dengan rumus Penman.
Hutan (daun yang hijau)
- 0,09
0,05
0,10
- 0,20 Terdapat banyak rumus empiris yang tersedia untuk menentukan
Rerumputan
Rerumputan yang kering 0,15
- 0,33 komponen radiasi gelombang panjang. Radiqsi atmoskr gelombang
Salju basah
- 0,25
0,90
ponjang yang masuk, R1, seperti dikembangkan oleh Anderson dan
Salju yang kotor 0, l0 Baker (lihat Bolsenga, 1975 dan Derecki, 1976) adalah:
Salju yang melebur 0,40 0,60
0,40
- 0,50
Es
-
Vegetasi 0,20 Rl= ort-lzze * et,t6)(e'(- eh) -"1
[*J'
Ts : suhu Permukaan (oC)
Ta = suhu udara ('C) di mana: Rr_ : radiasi atmosfer gelombang panjang yang masuk
, : tekanan uap jenuh pada T, (mb) (kal/cm2/hari)
e = tekanan uap aktual pada T" (mb) konstanta Stefan-Boltzmann : 117,74 x l0-9
L - panas laten penguapan (kallgram) (kal/ cmz/hari/'Ka)
P = tekanan atmosfer (mb) Ta suhu udara permukaan ("K)
c, : panas spesifik udara pada tekanan konstan. , tekanan uap jenuh pada Tu (mb)
e tekanan uap aktual pada Tu (mb)
A jangka penyesuaian stasiun (kal/ cm2/hari)
Dengan mensubstitusikan nisbah Bowen ke dalam persamaan
Rc radiasi global yang masuk (kal/cm2/harr)
neraca energi dan dengan memecahkan persamaan neraca untuk
R". radiasi global langit cerah yang masuk (kal/ cm2/hari)
evaporasi adalah:
n pangkat nisbah untuk derajat keberawanan. Pangkat
LE- Rc(l
-r) + Rr- RrL-RB + AA + AS ini ditentukan dari data lapangan yang besarnya +
e. [L (l + B) Cw (Ts - TJ] 2,0.

Suatu taksiran evaporasi dengan menggunakan persamaan ini Jangka penyesuaian stasiun dalam persamaan ini merupakan suatu
menyebabkan kesalahan (ralat) yang lebih residual (Gray, 1973; fungsi hubungan jangka panjang antara suhu udara pada permukaan
Bolsenga, 1975) dibandingkan dengan pen{rmaan energi yang lengkap di dan pada suatu aras atas (50-200 mbar di atas permukaan). Untuk aras
mana masing-masing istilah radiasi ditentukan secara terpisah. Beberapa atas dari 150 mbar di atas permukaan, Anderson dan Baker (lihat
komentar mengenai penghitungan peristilahan ini disajikan di bawah ini. Derecki, 1976) mendapatkan:
R. merupakan bagian dari radiasi gelombong pendek ekstrote-
restrical, atau juga disebut radiasi Angot, yang mencapai permukaan A=5(Tua-Tut)
di mana: 4: jangka penyesuaian stasiun (kal/cm2/hari)

t
lt
I

1
159
158

Tu" = perbedaan antara suhu aras atas aktual dan suhu udara = kal/cmz/hari/"Ka
permukaan (oC) ditentukan dari hubungan-hubungan T: suhu permukaan ("K).
jangka panjang
Trt : perbedaan yang sama untuk suhu yang khas. Perbedaan Bila data yang memadai tidak tersedia, maka radiasi gelombong
panjong bersih adalah sebagai berikut:
ini adalah -9,3oC untuk permukaan 150 mbar
Tu= suhu atas atas ('C).
Rb = Rs-Rr. + &l
Bolsenga (lihat Derecki, 1976) menentukan persamaan yang
dapat ditentukan dengan rumus empiris. Satu rumus seperti itu diperoleh
sederhana berikut untuk radiasi matahari langit cerah (baur dan
langsung), R... oleh Penman (1948) sebagai:

R"" = RA (a + 0,5 s)
Rb = oTx(0,56 + 0,@2{s)(0,1 + 0,9:)
di mana: Rb= radiasi gelombang panjang bersih (kal/ cm2/hari)
di mana: = radiasi global langit cerah yang baru masuk
R""
o- konstanta stefan-Boltzman : 117,74 x lo-e
(kal/cmz/hari)
kal/ cmz/hari/oK4
Re: radiasi Angot (kal/cm2/hari) Tu=
a = koefisien transmissi total (yang mencakup absorpsi air suhu udara rata-rata (oK)
dan penyebaran molekuler)
n nisbah keawanan (n/D : 0, ditutup awan sempurna;
s : deplesi total penyebaran atmosfer dan refleksi baur. D n/D : l, Iangit cerah tak berawan)
n- jumlah jam sinar matahari aktual per hari (diukur
Radiasi atmosfer gelombang panjang yang terefleksi, R.r, diten- dengan pencatat sinat matahari Cambell-Stokes)
tukan sebesar 3s/o (reflektivitas suatu permukaan air untuk radiasi D- jumlah jam sinar matahari maksimum yang mungkin
gelombang panjang atmosfer) dari radiasi gelombang panjang atmosfer (matahari terbit atau matahari terbenam).
total yang masuk (lihat Derecki, 1976). Radiasi ini adalah:
Satu persamaan empiris lainnya diberikan oleh Anderson (1954)
: (lihat Gray, 1973) sebagai berikut:
RrL 0,03 (Ri)

Radiasi gelombang panjang yang terpantulkan, Rs, mrupakan Rb : l,l4l tT6- Tl(a + be)l 1O-z

suatu fungsi hukum Stefan-Boltzmann untuk radiasi tubuh yang hitam (o


Ta) dan emisivitas permukaan tubuh:
di mana: Rb = radiasi gelombang panjang bersih (kal/cm2/hari)
To : suhu permukaan air ("K)
T2 suhu air pada ketinggian 2 meter ("K)
RB=toTo a 0,740 +
0,025 (C)exp.-0'0584 (h)
b 0,0049 0,0054 (C)exp.-0,0601tt;
di mana: R, : radiasi gelombang panj4nC'terpantulkan (kal(cm2l -
hari) -/ C tutupan awan (persepuluhan)
h ketinggian awan (ribuan kaki)
= emisivitas. Untuk air emisivitas ini beragam antara
0,900 dan 0,985 (Gray, 1973). Pada umumnya, harga
e2 tekanan uap aktual pada ketinggian 2 m pada T2 (mb).
0,97 digunakan untuk tujuan praktis
a= konstanta.Stefan-Boltzmann : 117,74 x l0-9

!t"
T
160 l6l
de Vries (1966) menghitung radiasi gelombang panjang bersih un- baban operasionalisasi metode ini terhambat. Penelitian-penelitian
tuk air danau sebagai berikut: masih sedang dilakukan (Goltz, 1970).

Rs = e oPT$ + oe"Tf (a + b,r.)[r-cr ? ,'J* "t+10 B. Rumus Penman

Penerapan metode neraca energi untuk menaksir evaporasi dari


dimana: Ru : radiasi gelombang panjang bersih (kal/cm2/hari) permukaan-permukaan air bebas telah dilakukan oleh banyak peneliti
* = emisivitas Permukaan air : 0,97 seperti Bowen (1926), McEwan (1930),Richardson (1931), Cummings
a = emisivitas udara = 0,97 (1936) dan Penman (1948). Mungkin rumus yang paling sering
Tw : suhu Permulaan air ('K) digunakan dalam kategori ini adalah yang diajukan oleh Penman.
o = konstanta Stefan-Boltzmann ll7 ,7 4 x l0-9
Pendekatan Penman merupakan suatu kombinasi metode-metode
kal/ cm2/hari/'K4 transfer massa dan neraca energi. Teorinya didasarkan atas 2 kondisi
:
Ta suhu udara rata-rata pada ketinggian 2 m ('K) yang penting, yaitu:
a: konstanta=0,6 l. Kondisi neroco energi: Harus terdapat penyediaan energi untuk
b = konstanta : 0,05 mb-72 memberikan panas laten penguapan. Pada persamaan neraca energi
c : konstanta=0,66 A A dianggap nol dengan mempertimbangkan selang-selang waktu
d : konstanta:1,75 neraca yang lebih lama daripada l0 hingga 30 hari. A S juga
e : tekanan uap aktual pada Tu (mb) diperlemah karena mempunyai harga-harga yang kecil.
m = derajat keawanan. 2. Kondisi kekuoton tenggelom: Harus ada suatu mekanisme untuk
memindahkan uap, sekali dihasilkan. Penman menganggap bahwa
Keterlibatan utama metode neraca energi (Eagleson, 1970; Sellars' pengangkutan uap dan pengangkutan panas oleh difusi pusaran pada
1965) adalah perlunya pengukuran dilakukan pada selang waktu yang dasarnya dikendalikan oleh mekanisme yang sama, misalnya tur-
pendek. Hal ini dikarenakan kesulitan penentuan A S. Untuk air yang bulensi atmosfer, turbulensi yang ditentukan oleh defisit penjenuhan
dangkal, misalnya, penentuan A S memerlukan selang-selang wakktu (e,
yang lebih singkat daripada untuk air yang dalam. Metode tersebut - e), yang lainnya oleh perbedaan suhu antara udara dan udara
pada lapisan batas (Ti- T).
memerlukan keahlian, namun dapat dipergunakan kepada semua tipe Rumus Penman disajikan sebagai (untuk keterangan terinci lihat
evaporasi, pada beberapa tipe permukaan dan pada semua kondisi iklim. Evaporation Symposium, 1959; Rijtema, 1965; Gray, 1973):
Metode tersebut masih berada pada tahapan pengembangan' namun
telah memberikan hasil-hasil yang baik sekali untuk selang waktu (A 0 7 ,.[+] + ,rlz
hari atau lebih di Lake Hefner, AS (Bruce,1966; Easterbrook' 1969). Fo
a+v
4. Metode korelasi Eddy a
di mana: Eo = evaporasi air permukaan bebas (mm/hari). Harga
Dalam metode ini, evaporasi diberi balasan sebagai suatu fungsi negatif yang ditaksir akan menunjukkan kondensasi
fluktuasi gerakon udora veriikal dari harg{rata-ratanya dan fluktuasi L panas laten penguapan (kallgram)
kelembabon spesifik (nisbah massa uap air dengan massa udara basah) L 597,3 0,566 (TJ
dari harga rata-ratanya (Bruce, 1966). Perhatikan bahwa pada metode Ta
-
suhu udara rata-rata ('C). Suhu ini dianggap sama
pengalihan massa, gerakan horizontal angin harus dipertimbangkan. seperti 5uhu Permukaan air.
Berhubung kebutuhan pengindera angin yang sangat teliti dan kelem-

[,
!
162 163

n
A = kemiringan kurva tekanan uap penjenuhan pada T" (lihat : nisbah keawanan (n/D = 0, ditutup awan sempurna; n/D
Gambar 5-5 dan Tabel5.7) D : 1, langit cerah tak berawan)
r = konstanta psikrometer : 0,485 mm - Hg/"C = 0,66 i
n : banyaknya jam sinar matahari aktual per hari (diukur
mb,/oC. dengan pencatat sinar matahari Cambell-Stokes)
D = banyaknya jam sinar matahari maksimum yang mungkin
Tinggal dua istilah yang harus dijelaskan, yaitu R dan Er' R (matahari terbit hingga matahari terbenam) (lihat Drainage
merupakan radiasi bersih dan sama dengan (untuk keterangan yang
.l Principles, 1974).
terinCi [hat Wesseling dalam Evaporation Symposium, 1959; Molen,
1975): Harga-harga a dan b dalam persamaan ini, berturut-turut kemi
ringan dan titik potong, ditentukan dengan penggunaan analisis regresi
R = (R. + RJ-(rR. * R.L + RB) linear pada data setempat. Persamaan regresi mempunyai bentuk:

di mana: Rc+ RL : radiasi-radiasi gelombang pendek dan panjang Y = I + b(x)


yang masuk (kal/ cm2/ hari\ :
dimana: Y Rc/RAdanx: n/D
rR. : radiasi gelombang pendek yang terefleksi
(kal/cmz/hari) a dapat didekati sebagai suatu fungsi dari lintang tempat yang
R.L = radiasi gelombang panjang terefleksi kurang dari 60o seperti: a = 0,29 (cos ol).
(kal/cm2/hari) di mana: or = lintang suatu lokasi.
RB = radiasi gelombang panjang teremisi (kal/cm2/ Di bawah ini disajikan beberapa hasil empiris yang ditabulasi yang
hari) diperoleh dari acuan-acuan yang berlainan.
r - koefisien refleksi (albedo). r diambil sebesar 0,06, Radiasi gelombang panjang bersih, Rg, dapat ditentukan dengan
suatu rata-rata untuk air terbuka. menggunakan persamaan empiris yang disajikan di bawah ini:

Persamaan ini juga dapat dituliskan sebagai berikut:


Rb = orf (x- y'fqp. *t
R : Rc(l
- r)
- R6 #,]
di mana: Rr : -Rl * RrL + RB : radiasi gelombang panjang ber- di mana: Rb = radiasi bersih gelombang panjang atmosferik
sih (kallcm2lhari) (kal/cm2/hari)
Rdl-r) = bagian Rc yang dipertahankan pada permukaan' o : konstantaStefan-Boltzmann = 117,74 x l0-9 kal/cm2
kal/ cm2/hari/"Ka
Radiasi gelombang pendek matahari yang masuk, R., ditentukan ,tt
Ta = suhu udara rata-rata ("K). Suhu ini dianggap sama
sebagai berikut: dengan suhu permukaan
xrYt zrw = konstanta empiris (lihat Tabel di bawah)
R.:Rn["*o,fr,l / L_ tekanan uap aktual pada T" (mm-Hg)
D= nisbah keawanan (n/D : 0, ditutup awan yang sem-
D purna; n/D : l, langit cerah tak berawan)
di mana: RA = radiasi Angot dalam kal/cm2/hari (lihat Tabel 5'5) n: banyaknya jam sinar matahari aktual per hari. Jumlah
a,b = konstanta emPiris jam ini diukur dengan pencatat sinar matahari
Cambell-Stokes

t,
F

"3 : 33 a
"=
-: ": "; ": "; ": 3 ": ": ": ": ": ": "; ": ;

.-B"B;;"= -a ! S"A"A
E"s"G"E"E"E";"E'E"3";

"3 a
":":":": E";":5"3";": i 5':": i:;; s

": i"a ts"8 u"8 e"s B B s \ u


EI
zl
U"; E E E-s"r EI
!l
Es I
-l tl
":"Y"5"* E;-:"I E"v": i 5"i":"Y"!::"H": 5l
,l
,e
o
"[ "i "t "; "; "; "H "; "E ": "i "; "[ ";
E ! ts U ; E i
"3 "3
.t
-: "5 "3 ": "H E ; E
"g "3 "3 "3 ; E'3.5 "3 ": i
.i "r
"s'[ "; "[ "E "; i .i i "A'; i'E i A'$'; ";';
a !fl

LOKASI CEOCRAFIK a 0b Rujukan

Virginia, Amcrika Serikat (38'LU) o)) 0.54 Kimball (1914)


Canberra, Australia (35' LS) 0,2s 0,54 Prescott (1940)
Negeri Belanda (-52,4" LU) 0,20 0,48 KNMI
Saskatchewan bagian selatan, Kanada Maret, Agust. 0.25 0,50 McKay (1962)
54,4" LU) Sept., Okt.0,34 0,52
Rothamsted, Inggris(51' LU) 0,18 0.55 Penman (1948
Abu-Ghraib, Irak (32,# LU) Setahun 0,20 0,47 Al-Nakshabandi dan Kijnc
Musim Dingin 0,30 010 (t974
Musim Panas 0,22 0,46
Iklim-iklim sedang 0,20 0,53 Koopmans (1969)
Iklim-iklim tropika 0,28 0,48 Koopmans (1969)
Sault Sainte Marie, Michigan, AS (46,3'LU) 0,28 n5) Bolsenga (1975)
Toronto, Kanada (43,1" LU) o\
0,24 0,50 Bolsenga ( 975) 1

Yugoslavia (44,4" LU) Musim Panas 0,21 - 0,30 0,42-0,47 Baars (1973)
Musim Dingin 0.14 - 0,18 n s1
Anak sungai yang kering, Australia 0,30 0,50 ICI (Australia)
Gunung Stromlu, Australia o75 0,54 Rimmler dan Allen ( i950)
Cape Town, Afrika Selatan (33,5" LU) 0?q 0,50 Drummon dan Kirsten (1951)
Windhoek, Afrika Barat Daya (22,0'LS) 0.26 0,52 Drummon dan Kirsten (1951)
Preroria, Afrika Selatan (25,4' LS) 0.25 0,50 Drummon dan Kirsten (1951)
Kabete, Kenya (l,l'LS) 0.26 0,57 Glover dan McCulloch (1958)
Jakarta, Indonesia (6,2' LS) 0?q 059 Black dkk. ( 1954)
\'lediteran Timur 0.32 0,17 Stanhill (1961 )
Saudi Arabia 0,36 0,47
Salt Lake City. AS (40,4'LU) 0,20 0,47 Black dkk. ( 195.1)
Gembloux. Belgia (50,4" LU) 0,15 0,54 Black dkk. (1954)
Kew, Inggris 0.07 os? Glover dan McCulloch (1958)
I
166

D: jumlah jam sinar matahari yang mungkin maksimum kaan (m/detik)


imatahari terbit hingga matahari terbenam)' Pa = kerapatan udara = 1,29 x lQ-3 g1am,/sm3
= hubungan berat molekul uap air dan udara (: 0,622)
K_ konstanta von Karman = 0,40
Rujukan Lokasi x v z P- tekanan atmosfer (mm-Hg)
0,90 .J
uz= kecepatam angin rata-rata pada ketinggian z cm di atas
0,56 0,092 0,10
Penman Rothamsted, Inggris permukaan (m/detik)
0,4'l 0,o77 0,20 0,80
KNMI Belanda L_ ketinggian pengamatan (cm)
0.56 0.092 0,10 0,90
Kanada
Maleer zo= panjang kekasaran (cm).
uap pada persamaan umum
Catatan: Harga-harga ini digunakan bila harga-harga tekanan
adalah dalam mm-Hg. Untuk menanggulangi tenaga penghitung yang terlibat dalam
memecahkan rumus Penman, banyak tipe nomogram dikembangkan.
E, dalam persamaan Penman menerangkan evaporasi
pada kasus Nomogram Rijkoort (KNMI, negeri Belanda) adalah yang paling
berikut: berguna dalam penilaian rumus Penman secara cepat. Lagi pula, seperti
hipotesis bila suhu udara dan air sama, yaitu sebagai
telah dilakukan oleh Chidley dan Pike (1970), penyelesaian komputer
Er: f (u) (e, e) tentunya akan mempercepat penghitungan.
- Rumus Penman didasarkan atas anggapan bahwa suhu udara dan
permukaan air rata-rata adalah sama. Dalam praktek, didapatkan
di mana: f(u) : fungsi angin
!s tekanan uap jenuh Pada suhu udara bahwa rumus tersebut merupakan metode yang paling praktis dalam
menggunakan Eo pada setiap iklim.
!- tekanan uap aktual pada suhu udara'
Evapotranspirosi potensiol dapat dihitung dengan menggunakan
angin' Eo Penman dan koefisien c, Ep - cEo. Penentuan koefisien ini sangat
Terdapat beberapa rumus empiris yang menerangkan fungsi
Beberapa.u.ut tersebut disebutkan di bawah ini' sulit. Beberapa harga koefisiendisajikan di bawah ini.
a. Penman (1948) untuk Rothamsted, Inggris:
f(u) = 0,35 (0,35 + 0,54 u)'
RUJUKAN
b. Rijtema (1965) untuk Wageningen, Netherland:
f(u) = (0,182) u2 Hemisfer bagian Selatan 0,6 Mei.Jun., Jul., Ags.
llz 0,7 Mar., Apr., Sep., Okt. Fleming (1975)
a r(u) = 86,4 ;a 1go3g 0,t Nov., Des., Jan., Feb.
Rothamsted, Inggris 0,8 Mei, Jun., Jul., Agt.

1,"';7' 0,7 Mar., Apr., Sep., Okt.


0,6 Nov., Des., Jan., Feb.
Penman (1958)

0,75 rata-rata tahunan


c. Thorhthwaite - Holzm ann (1942):1 Menuju Ekuator 0,75 harga rata-rata Penman (1958)
uz Colorado, AS 0,6 Jan., Feb., Nov., Des.
f(u)=86,4xlgoeaeK 0,7 Mar., Apr., Okt. Schulz (1973)
P
[," ;T 0,8 Mei, September
0,9 Jun., Jul., Agustus
0,65 rata-rata tahunan Kramer (1957)
0,65 Makkink (19s9)
di mana: u2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permu-

I
T
168 169

dak dapat dipergunakan pada iklim-iklim yang kering (arid). Ini akan
berarti bahwa, untuk daerah-daerah semacam itu konstanta dari fungsi
E. harus ditentukan dengan analisis regresi linear, yaitu sebagai berikut:
lcum 0,65 wind (195s)
Ep = 1,4 E(, + 0,7 MelSeP' E, =
Ep = 1,27 Fo + 0,51 Okt-APril Rijtema (1965)
0,35 (e,
- e) (0,5 + 0,54 u)
Ep : 1,52 En + o,o2 umum
atau yang umumnya sebagai:
Ez
=?* b(u2) atau: y= a+ b(x)
RUJUKAN
.- s
Basah se- Rumput
telah hu- pendek di mana:
janliriga-
y= E'
si ;x:u2
s-e
Basah, sedang
musim dingin: 0,9 0,8 1,0 Molen (1971)
1,0 1,0 C. Rumus-rumus empiris
musim panas: 1,0
Tropis 1.0 1,0 t,2
Arid atau semi-arid l. Rumus berdqsorkan atos hukum Dalton
(daerah luas) Rumus ini, sebagaimana dijelaskan pada paragraf 5-2, dikem-
musim dingin: 0,8 1,0 bangkan untuk menentukan evoporasi air permukoqn bebas, Eo.
musim panas: 1,0 t.2
2. Rumus Thornthwaite
Arid atau semi-arid
Rumus Thornthwaite (1948) memberikan evqpotrqnspirasi potensial
ahkecil,(lha)
musim panas: 1,5 t,2 1,5 untuk vegetasi yang pendek dan padat dengan pasokan air yang
cukup. Rumus ini dikembangkan di AS untuk lintang-lintarrg Utara
dari 29" LU hingga 43o LU, dengan menggunakan hasil-hasil percG.
AngkayangmenarikdariTabeliniadalahbahwakalauPenman baan yang diambil dari lisimeter (luas permukaan 4 m2) dengan suatu
(1956) dengan anggapannya mengartikan bahwa evapotranspirasi dari permukoan qir tanoh yong konston pada jeluk 0,5 m di bawah per-
p.nrirp reiumputan hijau yang pendek tidak dapat melebihi Eo, peneli- mukaan tanah. Karena itu, penerapan rumus ini ke kawasan lainnya
tian baru-baru ini menunjukkan (Al-Nakhabandi dan Kijne' 1974)
adalah tidak mungkin.
bahwa evapotranspirasi tanaman dapat melebihi Eo. Rumus tersebut disajikan
Metode alternatif dalam menghitung evapotranspirasi potensial I
adalah menggunakan albedo t4naman (harga-harganya yang berkisar an- Ep= 1,62[to
l,l"
tara 0,15 hingga 0,27 telah dihporkan) dalam penghitungan (1 r), \
fungsi angin yang
-
dan bukan albedo air. Namun, ini membutuhkan suatu
baru dalam persamaan E, karena fungsi angin yang sama tidak dapat Ep: ,"e[#31
dipergunakan untuk kedul permukaan tersebut. Al-Nakhabandi dan Ki-
j"i tf SZ+l melaporkan bahwa untuk iklim-iklim basah, fungsi E, YanB
sama dapat dipergunakan untuk tanaman-tanaman pendek, namun ti- a:(675 x l0-)1s-Q7t x l0-7)J2+(179 x t0-4)J +0,492

L
T- T
170
t7t
n= 12 t2
J: Jn: : (Tnl5; t'st+
l1 =

Suatu bentuk yang lebih disederhanakan (diberikan oleh hidrolog


Perancis, Serra), untuk a dan J sebagai berikut:
n=12 n:12
n=l n=l
3=(1,6x t0-)J+0,5
di mana: E, = ev?potranspirasi potensial dalam suatu bulan yang
dibakukan selama 30 hari 12 jam sinar matahari
(cmlbulan) !
T= suhu rata-rata bulan khusus yang sedang dipelajari
("c)
J = indeks-panas setahun
jn = indks-Panas bulanan
Tn = suhu bulanan rata-rata bulan ke-n
n = indeks urutan (n : l, 2, .,.,12)
a - parameter yang bergantung pada iklirn kawasan
Ep = evapotranspirasi potensial aktual pada bulan khusus t0 _40 50
cm[Era(ur (-C)
yang sedang dipelajari (cmlbulan) I
"
N= jumlah hari pada bulan khusus yang bersangkutan (28,
29, 30 atau 3l)
p: jumlah rata-rata jam siang hari matahari terbit dan
Gambar 5-15. Nomogram untuk penghitungan evapotranspirasi potensial menurut rurnus
matahari terbenam pada bulan yang bersangkutan. Thornthwaite (Dam. l97l).

Nomogram yang berbeda-beda (suatu contoh disajikan pada Gam-


bar 5-15) tersedia untuk penghitungan evapotranspirasi potensial l

Thornthwaite yang,fidar sulit. untuk suhu-suhu di atas 50oc, fl


digunakan harga suhu 50oC.
Keberatan utama mengenai rumus Thornthwaite adalah kenyataan
bahwa rumus tersebut didasarkan atas suhu yang tidak selalu sesuai
dengan radiasi matahari yang masuk secara tepat. Suhu ketinggalan
(karena inersis ponos lahan dan air) di belakang intensitas radiasi
matahari. Tetapi, transpirasi secara langsung berkaitan dengan radiasi
matahari. Rumus tersebut tidak dianggap sebagai cara untuk menghi-
E-*.

P
9.3.,rf I a a.t,
50-c)=---$a)
& S, -, (,5 E).
* [r]IH]=
i2.e5it5'n*I' F
H ;./ i - P P
$ iE a E BEEE i}F
*gB-r' (, 6lr FU rl t rT,
i(oa -; !u c i.
= ililil il r
H B f =E = s E r r c ESse.QE*FEs_.x
:EeEtEEF G PH E r gE.E
p-lii=xiio:'
EEE:qHiE qi! F: - tzl
=1, =
ig: }-i 3[ iee rtg
'-.crB!1
3fs'81'strH =b iaqg}$:rfEii};E$-$E
5tr!)n ;i
_
HS-
5gE ?
Iit=gqgs q (D=!:rr
E'
!D
Hg -ia -ro cju.N: a
=
i=gsEEsi
rc3.713..
EHiZ
F,
k'E 5
tE.EEg1*EEiElEEEgiS
u*J^'
d'\O D il . ^ * = 5-+ '
E
+uJ
C2. tr a)
taFs6":g'E 5qr=F
g^!Jd-.lltr,-. oq5 iS
=
3.oa E f' IEEIEgIEi1EEFE[EI
EgrEE;qs Jx
oa=
r-j.,r g
+H
i.+HF;AU-
EelsIE
F;ltreEn+ 6',*
!rP
o
h
$H$a'r
'
,? Slfio rr H g =5
ir tr
ed 1
$Ba*=SE$ d= ;;
=iEE;;r;g [
E.FEE gi[}gE;**
d

Tabel5.E. Koefisien-koefisien penggunaan konsumlif


dalarn rumu! Blaney dan Criddlr ([,agleson. 1970i
lihat juga Schultz. 197-])
Lama musim rumbuh
Koefisien penggunaan konsumlil
atau periode
Kb Musiman Xo lllaksinrunr tsulau
(musim-l 'F-l) (bulanr "Fr)
Allalfa penode bebas suhu beku
Buncis 0,85 {J,95
3 bulan - t.25
Jagung 0,65 0,75 0,85
4 bulan -
Kapas 0,'7 5 0,80 t,20
7 bulan
Kebun buah jeruk o,'70 0,75
7 bulan - l,t0
Kebun buah gugur 0.60 0,65 {
(,
daun
- 0,7,5
periode bebas suhu beku
Rerumputan 0,65 0,70 (i,95
periode bebas suhu beku -
Kentang 0,75 0,85 t.00
3 bulan -
Padi 0,'10 0,85 1.00
3 sampai 4 bulan
Butiran kecil I,00 I,t0-- t.-10
3 bulan
Sorghum 0,75 0,8s t,00
5 bulan
Gula hir 0,70 0,8J- I , t0
5% bulan
0,70 0,85 1.00
-
Tabel5.9, Harga-lrarga P (persentase bulanan pada jam-jam siang lrari dalam setalrun) pada runrus Blaney dan Criddlt
(l,aglesorr,1970)

Lintang dalam derajat Urara Katulistiwa

Januari 7,5 8 7,49 7,40 7,30 7,20 7,10 6,99 6,81 6,16 6,62 6,49 6,33 6,t1 5,98
Februari 7,t'7 1,12 1 ,07 7,03 6,91 6.91 6,86 6,79 6,73 6.65 6,58 6,50 6,42 6,32
lVlaret 8,40 8,40 8,39 8,38 8,37 8,36 8,35 8,34 8,33 8,3 I 8,30 8,29 8,21 8,25
April 8,60 8,64 8,68 8,72 8,75 8,80 8,85 8,90 8,95 9,00 9,05 9,12 9,18 9,2s
Mei 9,30 9,38 9,46 9,53 9,63 9,72 9,81 9,92 r0,14 10,l4 10,26 10,39 10,5 3 10,69 -I
5
Juni 9,20 9,30 9,38 9,49 9,60 9,70 9,83 9,95 l 0,21 10,2r r0,38 10,54 10,7 r 10,93
Juli 9,41 9,49 9,58 9,67 9,77 9,88 9,99 10,10 10,35 10,3 5 t0,49 10,64 10,80 10,99
Agustus / 9,05 9, l0 9, l6 9,22 9,28 9,33 9,40 9,47 9,62 9,62 9,70 9,79 9,89 10,00
Septembel 8,31 8,3 I 8,32 8,34 8,34 8,36 8,36 8,38 8,40 8,40 8,41 8,42 8,44 8,44
Okt_ober 8,09 8,06 8,02 7,99 ,93 7 7,90 7,85 7,80 '1,70 7,'70 1,63 7,58 1,51 7,43
November 7,36 7,27 7,t9 7,| 7,O2 6,92 6,82 6,62 6,62 6,49 6,36 6,22 6,01
Desember 7,16 7,35 7,27 7,14 7,05 6,92 6,79 6,66 6,38 6,38 6,22 6,04 5,86 5,65
100

rn 3 o
A' E:l
!:t9
EJ A F\J A)
F) il L IJ \ L<^rF{O
!l
=(a i5 c s
*FN4
s) F_d; $ tr t:X
6 5iY Fi rnl P -
r =
E tl
+ *--) lD
\<clc o-5 5 tslsP
- tt tr $ ,= c's'o
t0 H zt'c = 5 rY.r i a:
lTt De5= ln i'D)ra)ai+r
X -lu
rn ._jl+
+ -j 5 'ot $
,r' \o E
o '" -t P = a'=
^-P
il ll ll ll fn Fr*-ll2 ililil il F + ,ui:*9 0.
Jt1 JL{
=-de-
atar ItsLAJ - .(a 5 t+-L
=aDFo!, =.
Lr6
q Bts il 2 P E 2 =.0e o =rJ(Y E
g g + = J J !0 =l ExEz.
a r.r5 r.g l0^-a - il -
advvi./u t.J troa 9.J "'= x Ei
;< AH\
x 5 E o- Q E.-= 9 - X - FJ Etr^ (, 3lv HocrDe5
{aif^\=
ato= HO-A) ul
E=9P8ts
4 / /\ ;.r,4
;
L rl i1iEH5 Al
6 FcS P
,r!.L vN^!;
JN' +
g=H-sEx C i, O-E. --
P^iv q S
N a -. !0. '' =9J:
!........:r FD$ f.J 6-!
\- t a\
(j
g ;[EB fiT [!=ttz FO ? tD
-l .Pl^'<- =!i
s d [E !.' rq) XJ^S
F ErSE oX-J 5 +
A);i E' E Pd( =
F *EET'3 T- oJ :J F
+aUi !X
F -o ? u., --
A IU J
x $'84.5- Jl .r \
15 (r- !D -
W i *o -^\
^Yn.i A)
od
6-.r-J^
=. *l 3t.-
H;YF
3 5 -= 5 =
-t7l.
=')=!)
TD
I ='o- 5 -r-\
E eSE; H :ro=
-^]aor t
cJ
^- r
^y(J6
A^i c -
5 I l- : )s' po =^
^l .- d
t
6-
f 9=tE55
H
o- Y.X:. ArmcO-
U:
!D sijo 69P A'
=ji d\
=
)a==-
g stsB :=
N) E0FE H
JH-r-s ft
r. oa c_
--v
v
r
176 177

cara. Cara yang satu ialah: K = 25 cm/G)h nunon. Rumus tersebut disajikan sebagai:
100 M = hasil bahan kering akhir (kglha)
l0 G = lamanya musim tumbuh (hari) Ea : P
- r(P)2
c= konstanta tanaman (Jagung dan bit : 0,67; kentang
: 0,83; p-adi-padian, lena, wortel : 1,00; kacang, I
semanggi = l,l7i rerumputan, mostar : 1,33) 0,8 + 0,14 (T)
L (T) : kapasitas evaporasi udara : (l/16) (T + 2) (RJ%
T: suhu udara rata-rata periode waktu l0 hari ('C) di mana: Eu : evapotranspirasi aktual rata-rata tahunan
Rc : radiasi matahari gelombang pendek yang masuk _: (m/tahun)
(kal/cm2/hari). p presipitasi rata-rata tahunan (m/tahun)
5. Rumus Langbein I : koefisien suhu
Langbein (AS, 1949) seperti halnya Turc, menentukan presipitasi T: suhu rata-rat4 tahunan (.C).
tahanan rala-rata (P), evapotranspirasi aktual rata-rata tahunan (EJ
dan suhu tahunan rola-rotq tertimbong pada 20 daerah aliran sungai Untuk T = l0"c F s 0,75 m,/tahun, Ea : 0,4g4 m/tahun
dan
di AS dan mengembangkan persamaan yang sama dengan Turc, (: 494 mm per tahun) untuk negeri Belanda (lihat Tabel 5.1) dan
namun dengan fungsi suhu yang berbeda. Rumus Langbein disajikan cukup baik.
sebagai: 8. Rumusan Khosla
Khosla mengembangkan suatu rumus dengan menggunakan data
P
E,: yang dia dapatkan di India dan AS. Rumus memberikan hasil-hasil
yang sangat mendekati rumus Taro, Langbein, Courtagne dan Wundt
untuk suhu-suhu yang tinggi. Rumus Khosla disajikan sebagai:
[0,,*#J" Eu= P-Q-xT
di mana T adalah suhu tahunan rata-rata tertimbang. Penggunaan
rata-rata tertimbang ternyata lebih baik daripada penggunaan roto- di mana: E" = evapotranspirasi aktual rata-rata tahunan (inci/tahun)
roto orilmatrlr sebagaimana dilakukan oleh Turc. Fungsi suhu Lang- P = presipitasi rata-rata tahunan (inci/tahun)
bein lebih realistik, karena fungsi ini melipat suatu kisaran nilai-nilai o : debit rata-rata tahunan, yang meliputi aliran air tanah
suhu rendah dan tinggi yang lebih luas. Untuk T l0"C dan F= 250 (inci/tanun)
= x : konstanta = 0,43 hingga 0,57
mm/tahun, Eu adalah 490 mm/tahun untuk negeri Belanda (lihat
Tabel 5.1) dan cukup baik. T = suhu rata-rata tahunan (.F).
6. Dsto Wundt 9. Rumus Christionsen
Wundt (Jerman, 1937) tidak mengembangkan rumus, namun menya- christiansen (1968) mengembangkan suatu persamaan yang tidak
jikan taksirannya, yang ditentukan pada 220 DAS di seluruh dunia, mempunyai dasar analitik (Schulz, 1973), namun yang paling praktis.
pada suatu tabel yang mendefinisikan evapotranspirasi oktuql Lagi pula, persamaan tersebut mempunyai horga-harga roto_rota op_
tahunsn roto-rato sebagai fungsi dari presipitasi rata-rata tahunan (F) sional untuk parameter-parameter persamaan tersebut yang tidak ada
dan suhu rata-rata tahunan (T). data yang tersedia. Persamaannya disajikan sebagai:
7. Rumus Coutagne
Hidrolog Perancis, Coutagne (1950) juga mengembangkan suatu Ep = 0,47 3 (Rr(Cd(Cd(cd(cd(cd(cr*a)
rumus yang memberi batasan evapotronspirasi aktuol roto-rqla tq-
I

L
178 179

di mana: EP = evapotranspirasi potensial (mm/hari)


RA = radiasi Angot (mm air) BULAN
CT = koefisien suhu Januari 1,08
Februari 1,00
= 0,3e3 + o,ssszt+J + o,t722t+J Maret 0,93
April 0,89
Tc = suhu udara rata-rata harian dengan harga rata-rata Mei
Juni
0,88
opsional pada2O"C. 0,87
: Juli 0,89
CH koefisien kelembaban Agustus 0,91
September 0,99
t,zs -0r48[54J + o,r2[5]2 -o,oI8[*y Oktober l,o7
November 1,13
Desember 1,16
Hn : kelembaban nisbi rata-rata yang diukur pada siang
hari dengan harga opsional pada 40o/o
10. Metode-metode penaksiron loinnyo
c, : t,2s - o,znf!! I - o,olt
H- :
l?*f
kelembaban nisbi rata-rata yang diukur pada jam
a. Terdapat banyak rumus evoporasi lokal lainnya yang dikem-
bangkan (Chow, 1964; Bruce, 1966). Beberapa metode ini sangat
11.00 dan jam 17.00. Harga opsional adalah 57 ,40/o baik untuk penerapan lokal
Cw : fungsi angin b. Metode-metode statistik (analisis korelasi, regresi dan multivariat

= 0,708 + 0,327 6t-:J - 0,036


[=i* J'
dapat digunakan di dalam mengembangkan rumus_rumus untuk
kawasan yang tidak mempunyai penakar
c. Teknik-teknik statistik dapat digunakan di dalam meng.m-
W : kecepatan angin harian (kmlhari) dengan harga bangkan suatu penaksiran evapotranspirasi aktual sebagai suatu
rata-rata opsional 95,56 km/hari fungsi fluktuasi pada permukaan air tanah yang selanjutnya
Cs : koefisien sinar matahari dianggap sebagai parameter yang terbaik yang ada untuk kun_
dungan air tanah (Bleeman, 1966; Leerinbeekgebied report, 1970)
= 0,542 + 0,64[ J 0,4ee2[ + o,ttttt;f
J
d. Meskipun hal tersebut jarang dilakukan, pingiaj ian
]- 12 laborotorium mengenai evapotranspirasi juga dilakukan. Satu
S : n/D : nisbah keawanan dengan harga rata-rata op- percobaan dilakukan oleh Laboratorium Aeronotika cornell di
sional 8090 AS (Easterbrook, 1969) dengan menggunakan suatu tongki
a
t I evaporasi panjang + 12,5 meter yang dibangun secara khusus.
Ce : koefisien elevasi : 0,97 + 0,03 [- Tangki ini (Gambar 5-16) digunakan unruk mengkaji (l)
l- Looo- -!
hubungan antara karakteristik gelombang, karakteristik aliran
E: elevasi stasiun dalam kaki di atas permukaan laut. udara dan laju evaporasi, dan (2) proses-proses mikrofisika yang
Harga tata-rata opsionalnya adalah 1.000 kaki mengatur laju pengangkutan massa melintasi permukaan air.
Cu = koefisien vegetasi bulanan yang diukur secara em-
piris dengan menggunakan tabel berikut (untuk
negara bagian Indiana, AS, 40' LU).

t
180 l8l
5.6. PENGURANGAN EVAPORASI

Pengurangan evaporasi dengan mengendalikan laju penguapan air


adalah penting dari segi ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan ber-
bagai cara:
l. Mengurangi permukaan air yang terbuka (reservoir, danau, saluran,
siA sungai, dan lain-lain) hingga minimum
2. Menutup dengan bahan yang mengapung yang memiliki koefisien
fiB
scksi daporr$ refleksi yang tinggi
_=-.1n1=> lckukqpr 3. Menggunakan suatu penutup plastik yang mengapung

latcks kaYuh Penggerak


4. Menyediakan suatu atap di atas kawasan
segel
5. Menghilangkan vegetasi yang tak perlu (khususnya dalam air) yang
menyebabkan transpirasi yang tinggi
6. Menggunakan lapisan permukaan. Setil alkohol (atau disebut
heksadekonal) memberikan hasil yang memuaskan (Roberts, 1957);
(Easterbrook' 1969)'
Grmbar 5-16. Diagram skematik tangki evaporasi Chow, 1964). Ini merupakan penyelesaian yang paling ekonomis dan
paling praktis (Gambar 5-17)
7. Menyimpan air pada reservoir air tanah. Ini juga disukai dengan
maksud-maksud untuk pemurnian (dengan infiltrasi)
8. Memperlakukan tanah dengan bahan-bahan kimia (seperti setil
alkohol) untuk mengurangi transpirasi. Teknik ini masih dalam
o penelitian (Eagleson, 1970).
t

!n
o
o
ql
rI]

Waktu (bulan)
panci (Roberts' 1957)'
Grmbrr 5-17. Evaporasi kumulatif dari

i
i,
I

I
1

183

kaan tanah menuju saluran sungai. Kata-kata sinonim adalah lim-


poson di qtqs lohan (beberapa ahli membedakan limpasan permukaan
dengan limpasan di atas lahan).
4. Limposan bawoh permukaan (limpasan hujan bawah permukaan,
aliran bawah permukaan): Limpasan ini merupakan sebagian dari
limpasan permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang
berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral melalui
horizon-horizon tanah bagian atas menuju sungai (Chow, 1964).
Kata-kata sinonim adalah: aliron hujon bawah permukaan, oliran
bawsh permukaan, sliran untara dan perembesan.
6. LIMPASAN PERMUKAAN DAN 5. Limpasan permukoan langsung: Bagian limpasan permukaan
HIDROLOGI SUNGAI memasuki sungai secara langsung setelah curah hujan maupun
lelehan salju. Limpasan ini sama dengan: kehilangan presipitasi (:
intersepsi + infiltrasi + evapotranspirasi + cadangan permukaan).
Kata-kata sinonim adalah: limpasan longsung dan limposan hujan.
6.T. BATASAN.BATASAN Limpasan permukaan langsung adalah sama dengan hujon efekttf
Jika intensitas curah hujan ma:uplurr. laiu lelehan
solju melebihi laiu iika hanya hujan yang terlibat dalam membentuk limpasan per-
berakumulasi sebagai cadongon per- mukaan. Kelebihan presipitosi (atau kelebihan curah hujan) adalah
infiUiiii, maka kelebihan air mulai (merupatran sama dengan kontribusi presipitasi terhadap limpasan permukaan.
*u*orn. Bila kapasitas cadangan permukaan dilampaui muka)' limpas-a-n per- Pada Gambar 6-1, tipe-tipe limpasan dan alirannya disajikan.
ilG;i depresi permukaan dan gaya tegangan Presipitasi, dalam setiap bentuk, jatuh di atas vegetasi, batuan gun-
mukaan mulai sebagai suatu aliran lapisan yang tipis' Pada akhirnya'
dul, tanah, permukaan, permukaan air dan saluran sungai (selanjut-
lapisanaliranairiniberkumpulkedalamsaluransungaiyangdiskrit.
yang
pada saluran-saluran nya disebut presipitasi saluran). Air yang jatuh di atas vegetasi
Dalam artian yang umum, air yang mengalir
dan aliran-aliran merupakan kelebih- diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai pgr-
kecil ini, parit-parit, trngui-t'ngai
cadangan permukaan dan air mukaan tanah) selama suatu waktu maupun secara langsung jatuh di
an curah trujan ternaaap"e'apoiat'spirasi'
atas tanah (khususnya pada kasus dengan hujan-hujan berintensitas
bawah tanah.
Dalam kepustakaan kata-kata yang berlainan seperti limpasan' tinggi dan lama). Bagian hujan yang pertama membasahi permukaan
sesuatu yang
aliran sungai, debit sungai digunakan untuk mengartikan tanah dan vegetasi. Selanjutnya, Iapisan tipis air dibentuk di atas per-
sama (Chow , 1964 dan Ward, 1967)' Untuk mengatasi
sebagian mukaan tanah yang disebut dengan detensi permukoon. Jika lapisan
air ini menjadi lebih besar (atau lebih dalam), maka aliran air mulai
kesulitan tersebut terminologi berikut digunakan di
sini'
berbentuk lsminer. Namun, jika kecepatan aliran meningkat maka
l. Limpasan' Bagian presipitasi (juga kontribusi-kontribusi permukaan ( turbulensi juga meningkat. Aliran ini disebut limpason permukaan.
danbawahpermukaan)yangterdiriatasSergkangravitasiairdan
nampak pada saluran permukaan dari bentuk
permanen maupun f Air yang mengalir ini akhirnya mencapai saluran sungai dan menam-
b3hlan debit sungai. Selama perjalanan limpasan permukaan (e, )
terputus-Putus (Gambar 7-29)'
maupun air disimpan di atas permukaan tanah sebagai cadangan depresi. Air
Kaia-kata yang sinonim adalah: aliron sungai' debit sungai
produksi yang berinfiltrasi yang hilang dari presipitasi (Gambar 6-l) dapat
^Aliran tongkaPon. pengaliran
2. murni: Limpasan yang tidak dipengaruhi oleh kontri
buatan, simpanan, maupun tindakan manusia lainnya pada atau di ; Qawah permukaan (Qr, ) dan/atau debit air tanah (ey'
atas saluran maupun pada daerah aliran sungai (chow, 1964).

3. Limposan permukoan: Bagian limpasan


yang melintas di atas permu-

I
1

184 185

I'l d
a
: O3
6
G

o a
I a
! o
o
ol
!,

l0 20 30 40 50 60 ,0
Curah hujan tahunan (inci)

Gambar6-2. Korelasi pengaruh ketinggian tempat dan presipitasi orografis

Hujan pada lereng


yang curam: limPasan cepat

Limpasan permukaan (Qr)

permukaan langsung ( mpasan bawah permuka- Hujan pada kawasan Yang


datar: limpasan lambat
a
t

Gambgr6-3. Agihan kawasan curah hujan. Dua hujan pada kawasan dan
jumlah yang sama menyebabkan hidrograf limpasan yang
berlainan (Ward' 1967).

Grmbrr Gl. Tipe-tipe limpasan.

I
T

187
186

Sebagaimana terlihat dari penjelasan singkat daur limpasan ini,


rangkaian air yang memberikan kontribusi kepada debit sungai dapat
dirangkum sebagai berikut:
l. Presipitasi (atau saluran) langsung
2. Limpasan permukaan
3. Limpasan bawah permukaan
4. Debit air tanah
5. Lelehan salju.
Satuan debit adalah volume per waktu (m3ldetik, liter/hari,
m3ltahun, dan lain-lain).
Gember6-4. Agihan kawasan curah hujan bila kemiringan lahan pada daerah
sungai diagihkan secara seragam'

o 6.2. FAKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIMPASAN

l. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume total limpasan

MM)EV
A. Faktor-faktor iklim:
l. Banyaknya presipitasi
2. Banyaknya evapotranspirasi.
B. Faktor-faktor DAS
lt l. Ukuran daerah aliran sungai
2. Tinggi tempat rata-rata daerah aliran sungai (pengaruh orografis,
Grmblr 6-5. Arah gerakan hujan dan limpasan
limpasa yang dihasilkan. Dua
D hgia*r denSan
Gambar 6-2).

"K"&r"le
jumlah yang sama menYebabkan hi ograf limpasan yang
bkan hidrograf Yanl berlainan.

O
(r\
II. Faktor-faktor yong mempengoruhi ogihan woktu limpasan
A. Fa k t or-fo k t o r me t e o ro I o g is:.
Y l. Presipitasi: a) tipe, b) intensitas, c) lama presipitasi, d) agihan
kawasan (Gambar 6-3 dan Gambar 6-4), e) agihan waktu, f) drah

-.)+ gerakan hujan (Gambar 6-5), g) frekuensi terjadinya, h) presipitasi


yang mendahuluinya.
j 2. Faktor-faktor meteorologis (radiasi matahari, suhu, kelembaban,
I kecepatan angin, tekanan atmosfer, dan lain-lain), yang
{ mempengaruhi evapotranspirasi.
I{ B. Faktor-faktor daerah oliron sungai

"^M ".g l. Topografi: a) bentuk daerah aliran sungai (Gambar 6-6), b) kemi-
t

LA
*
it
l! ringan daerah aliran sungai (Gambar 6-7), c) gatra daerah aliran
sungai.
; 2. Geologi (permeabilitas dan kapasitas akifer, Gambar 6-8)
i 3. Tipe tanah
: Gernbar 66. Bentuk hidrograf daerah aliransungai dan limpasan (curah hujan dianglap 4. Vegetabi:
diagihkan secara seragam pada kawasan drainase total).

L
188 189

a) Penutupan vegetasi di atas permukaan lahan (Gambar 6-9)


b).Pertumbuhan tanaman pada saluran (Cambar 6-10; Iihat Petryk,
t97s).
5. Jaringan drainase (urutan./tatanan sungai dan kerapatan drainase). 6
C. Faktor-faktor manusiawt o0
d)
1. Struktur hidrolik o
2. Teknik-teknik pertanian v
3. Urbanisasi.
Pada Tabel 6-l disajikan pengaruh umum beberapa peubah aliran
sungai dan iklim terhadap limpasan.

6.3. KERAGAMAN STOKASTIK DALAM LIMPASAN

Keragaman-keragaman stokastik dalam limpasan diamati sebagai


keragaman waktu dan ruang karena faktor-faktor yang dijelaskan pada
paragraf 6-2. Pada kebanyakan negara, peta-peta seperti pada Gambar Gambar6-7. Relief DAS dan hidrograf limpasan (curah hujan diduga diagihkan secara
6-ll dipersiapkan untuk menunjukkan keragoman geografi limpasan. seragam di atas kawasan drainase total).
,t Peta semacam itu semata-mata tergantung pada data yang tersedia'
Keragaman waktu yang penting dalam limpasan diamati sebagai ti
kerogoman musimqn, Keragaman pada debit-debit sungai ini, meskipun
dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama merupakan fungsi dari iklim
I
kawasan tersebut (neraca presipitasi dan evaporasi). Pola aliran sungai
t:
yang diamati setahun sekali dikenal sebagai rezim utngai' Beberapa con-
tqh ditunjukkan pada Cambar 6-12. Misalnya, sungaisungai ekuatorial
lt cenderung untuk mempunyai rezim yang cukup teratur dan sungai-
sungai tropis menunjukkan perbedaan yang nyata antara musim
il kemarau dan musim penghujan. Keragaman waktu jangka pendek
dalam limpasan dijelaskan pada paragraf 6.4 dan 6.5.

6.4. PENGUKURAN LIMPASAN

6.4.1. Pemilihan Lokasi Penokqr Limposan

batas DAS
Dengan bantuan bekerjanya stssiun-stqsiun pengamot arus sungai
pengukuran tinggi air dan debit (kecepatan dan jeluk) dapat tercapai. + Iimpasan permukaan
Tinggi air diberi batasan sebagai tinggi permukaan air sungai nisbi
terhadap suatu datum. Debit merupakan volume air yang mengalir me- Gambar 6-t. Pengaruh lapisan yang sangat permeabel terhadap limpasan permukaan.
'l'ahel 6.1 Keragaman-keragaman dalam banjir,
aliran minimum dan produksi air (semua dinvatakan
190 dalam dehit-denit khusus) sebagai fungsi peubah.peubah daerah aliran sungai dan ilim
(dikutip dari Dam, I973).

Dcbit khusus (Dchit/luas) dari

Variabe I Baniir Aliran minimunr Dcbit total pcr


tahun (produksi

Dacrah BESAR KURANG (jcluk LEBIH (lcbih ba- TAK ADA BEDA
Aliran prcsipitasi ra- nyak presipitasi
Sungai ta-rata ku- * lcbih banyak
(DAS) rang dan wak- waktu pcrjalanan
tu lcbih
KECII- LEBIH KURANG

Bcntuk ME- KURANG (wak- I-EBIH (hanya un- TAK ADA BET]A
DAS MANJ. tu pcrjalanan tuk DAS hcsar
JANG lcbih wak-tu pcrjalanan
mcmpunyai cfck
E
BUI,Al' I,EBIH KURANG
(A) Tidak berhutan' (B) Berhutan (ward' 1967)'
Gambar6-9. Hidrograf debit 2 kawasan: (cm)
c:
Permukaan air .h .f
LERENC F,R.IAI I-EBIIJ (karcna KURANG (karcna l-EBIH (karcna ku
=

-

DAS kurang wilktu kurang infiltra- rang infiltrasi.


pcrjalanan clan si clan kurang kurang cvapo-
-E kurang infil- pcngisian air transirasi
I
.; trasi tanah
a I,ANI)AI KI]RANG LEBIH KURANG

VEGE. TERTU" KURANG (lchih Vcgctasi di satu pi- KURANG (lcbih.


TASI TUP hanyak inlil- hak mcnycbabkan le- hanvak o'apo-
trasi dan lcbih bih banyak infiltra- transpirasi
banyak rvaktu si tetapr di lainpi-
pcrj alanan hak mcnaikkaneva-
porasi vang juga
tergantung pada
aras sir tanah.
I Adanva pcngisian
air tanah juga pen-

I GUN- I,F]BIH
tinq

DUL LEBIH

l lrtirgr.l- DITA. KURANG (lcbrh LEBIH (lcbih ban- KURANG (lcbih


nlr lirhlrrt NANlI lranrak inlil- nvuk air tiitcrima banvak infil-
yang dipengaruhi (A) dan-tidak dipengaruhi (B) oleh gulma trirsi tlan pcr'- clari air tanah trasi
Gambar 6-l0.Permukaan air
) )

1970)' jalanan lcbih


air (Leerinbeekgebied' Colenbrander'
panj ang

:
KOTA LEBIH KURANG LEBIH

L
T
192 193

Tabel 6.1. Lanjutan lalui suatu irisan melintang dalam satuan waktu. Dalam hubungan ini,
sebutan hidrometri digunakan untuk memberi batasan ilmu pengukuran
Debit khusus (Detritiluas) drrri
air (Horst, l97l). Stasiun hidrometri berkaitan dengan stasiun di mana
Variabel Banjir Aliran minimun Debit total pcr
pengukuran air dilakukan. Terdapat 4 tolok ukur didirikannya stasiun
tahun (produksi)
hidrometri, yakni:
ADA KURANG (lebih LEBIH (lebih ba- KURANG (lebih l. Mudah dicapoi (aksesibilitas)
Persentase banyaj sim- nyak simpanan banyak evapo- 2. Ketelition' lokasi terpilih tergantung pada tipe dan macam peralatan
kolan dan panan per- permukaan rasi
3. Kemantopar.'hubungan tinggi air-debit harus sedikit berubah dengan
danau mukaan waktu
TAKADA LEBIH KURANG LEBIH
4. Kesinombungun: peralatan hidrometrik tidak boleh terganggu dengan
TINGGI LEBIH (lama KURANG (debil Tergantung aras waktu.
(n
perjalanan ku- Air tanah le- air tanah
o
Kerapatan Pada umumnya pengukuran-pengukuran tinggi air dan debit harus
drainase rang dan reak- beih cepat) (evaporasi)
o
si air tanah
ditetapkan pada lokasi berikut:
'o
6t
qt cepat l. Pengukuran tinggi oir
RENDAH KURANG I-EBIH .a. Di dekat masukan air anak sungai maupun di dekat titik-titik di
mana sungai bercabang atau bergabung. Akan tetapi, stasiun harus
TINGGI LEBIH (karena KURANG (debit
Permeabi komponen air air tanah le- Tergantung aras berjauhan dari pertemual, sungai, sedemikian rupa untuk menghin-
litas tanah) bih cepat) air tanah dari pengoruh oir yang membalik dari anak-anak sungai
RENDAH KURANG (evaporasi) b. Di dekat masukan air sungai ke dalam laut atau danau
Besamya TINGGI LEBIH LEBIH c. Pada sisi-sisi bagian hulu dan hilir dari struktur hidrolik (bendungan,
presipitasi RENDAH KURANG KURANG sumbatan, dan lain-lain)
tahunan d. Pada batas-batas negara
Besarnya TINGGI LEBIH LEBIH (karena e. Pada kota-kota utama
presipitasi evaporasi ku- . f. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai seperti jembatan
tiap hu- rang g. Dalam suatu jangkauan langsung di mana debit dapat diukur secara
jan RENDAH KURANG KURANG tepat
E
x Agihan TERPUSAT LEBIH KURANG LEBIH h. Pada lokasi di mana dasar saluran adalah mantap.
o presipitasi 2. Pengukuran debit (otau kecepatan)
3
c fahunan TERSEBAR KURANG LEBIH KURANG a. Kecepatan air pada semua tempat adalah sejojor dengan yang lain-
d
'Arah ge- HULU LEBIH TAKADA TAK ADA nya dan tegok lurus pada bagian melintang sungai (Gambar 6-19)
rakan hu- HILIR KURANG BEDA BEDA b. Kurva-kurva agihan kecepatan dalam bagian, adalah teratur pada
jan bidang-bidang vertikal dan horizontal (Gambar 6-19)
Evaporasi TINGGI Tak ada KURANG KURANG c. Kecepatan lebih besar dari 10-15 cm,/detik
RENDAH pengaruh LEBIH LEBIH d. Dasar saluran adalah mantap
e. Jeluk aliran lebih besa4 dari 30 cm
f. Tidak terdapat limpasan tepi sungai pada periode banjir
C. Tidak terdapat tumbuhan air.
Pada Tabel 6.2, disajikan kerapatan minimum jaringan hidrome-
lri. Jaringan utama di negeri Belanda (van der Made, 1972) terdiri atas

i
L
195
194

136 penokar pencatot dan77 penokor tongkat. Agihan di seluruh negeri


ditunjukkan pada Tabel 6-3.
Tentunya salah satu faktor yang paling penting di balik
pemasangan dan pengoperasian stasiun hidrometri adalah biaya. Tiap
tipe alat pada tiap lokasi dipilih menurut kemungkinan-kemungkinan
keuangan. Adalah sulit sekali untuk memberikan perkiraan biaya
pengukuran arus sungai yang pasti. Secara kasar, biaya penempatan
suatu penakar pencatat dapat berkisar antara 10.000 dan 30.000 dollar
AS (van der Made, 1972). Didasarkan atas harga-hatga 1971, biaya
operasional tahunan rata-rata mendekati 2.000 dollar AS.

6.4.2. Periode pengamatan

Frekuensi pengamatan bergantung pada besarnya ketelitian yang


o Er--Tl so-soo - dinginkan. Ketelitian peralatan dibatasi hingga sekitar registrasi jeluk
f 'looo
sedalam 2 !nm. Terdapat beberapa peralatan dengan ketelitian yang
S! roo-t,roo - f].so -
lebih tinggi, tetapi juga dengan biaya yang lebih tinggi. Untuk
rata-rata di seluruh dunia (angka perkiraan ber'
Gambsr6-11. Agihan limpasan tahunan memperoleh ketelitian yang diinginkan, suatu frekuensi pengamatan
periode yang panjang dan interpolasi' Ward' 1967)'
dasarkan at"s Jata tertentu harus diambil. Untuk suatu arus aliran dengan keragaman
harian dalam debit yang cukup besar, maka pengamatan sekali sehari
tentu tidak cukup. Umumnya, makin besar suatu daerah tangkapan dan
makin lebih permeabel permukaan, makin kurang penting pengamatan
secara terus-menerus.

6.4.3. Alat-alat Pengukur Tinggi Air


l. Pengukur tinggi air tidak merekom
A. Untuk pengomatan berkqla
Thames
l. Mistar dugo: lni hanyalah lempeng berskala, dipasang di dasar, atau
di tepi sungai atau pada suatu bangunan (penyangga jembatan, dan
lain-lain).
a. Mistar duga vertikol: untuk sungai-sungai yang kecil
b. Mistar duga bertingkal: suatu rangkaian mistar duga yang diletakkan
pada sungai-sungai yang lebih besar di mana terjadi gerakan horizon-
tal tepi air dengan meningkatnya tinggi air (Gambar Gl4)
c. Mbtar duga miring fiuga disebut mistar condong atau landai): meru-
J pakan suatu alternatif untuk mistar duga bertingkat.
Grrnbsr6.12. Contoh-contoh rezim sungai'
Skala vertikal menunjukkan nisbah debit 2. Mistar duga menggontung
dengan nilai tahunan rata-ratanya' a. Mistar bobot-kawa, (juga disebut mistar kontak permukaan): kawat

.:

[,
!., i'> F !.,!.ri tr g
ot xx\t
=gEQ- E' R
E'E
-'- s. ts'
r-t o'tC A E isE griilrE $ iiiEiit[EFsEEEEEiF
6.
6
i'oH.E-
.
ii1, = =. d
e, -'* g 5 g +s tE
:, g, 0.(t
':$$ iri$gEF ii7+}EEE 1i *g$E Ei ic
6 p dF
Iarb= : FE H : E E
E S
C. c ,l-
=E EEU'IEEl5iigglEE[1
sx iE [E 1EEs$
.x E [EgEFi
$*H* 6'H H
^S g
ST E9 F
- oH'I
gssH r reE r$i ErEEFf, i+Eggf$EE+lEii
E:E X-E t
- G< !' ^VPid
i
;=l $.H 5
tso-5
f rr ? o.aiilg
f,', B H'I
Ei**E;EEEgfF'EEiEHi
= 9ts 3 6a
o- E }frc p (!
B i gg sEEH-s5
g s rE E:a P E E E EEEffiE EEEEIE B EEEI
E9to-u 7= 3 E = * [;F:g EEFi*9 E
e. iD 6- i' z gZqI
E'Bs=
iD - i'A g,H::*g E:sErT
E ssi I.Hg}TF
E E gE
fi27=gt E *gEg B EsrEg* E.E+:1r E 3Eir
-*--,.'-.*a s,- -* {flI

Tabel 6.2. Kerapatan minimum jaringan-jaringan hidrometri (WMO, 1970)

Tipe Wilayah Kisaran norma-norma Kisaran norma-norma semen-


untuk jaringan mi- tara yang diperbolehkan da-
nimum (luas dalam km2 lam kondisi yang sulit (luas
untuk 1 stasiun) dalam km2 untuk 1 stasiun)

I. Wilayah datar pada mintakat-min-


takat sedang, mediteran, dan tropi- 1.000 - 2.500 3.000 - 10.000
ka

\o
II. Wilayah bergunung pada mintakat- {
mintakat sedang, mediteran dan 3CC - 1.000 1.000 - 5.000
tropika (untuk kondisi-kondisi yang
sangat sulit dapat diperba-
Kepulauan-kepulauan berpegu- nyak sampai 10.000)
nungan yang kecil dengan presipi-
tasi yang sangat tidak beraturan,
jaringan aliran sangat rapat

III. Mintakat-mintakat arid dan kutub 5.000 - 20.000


(tidak termasuk gurun yang luas)
7

Tabel 6.3. Distribusi (agihan) penakar-penakar sungai di Negeri Belanda (Made,1972)

Wilayah Penakar otomatis Mistar dua batang

Pantai 3t J
Kawasan delta (bagian sebelah Utara) 47 15
Kawasan delta (bagian sebelah Selatan) 21, 10
Sungai-sungai 21 49
Danau-danau 22

Total 136 77

w n.*P!at@*, -"afl

E
3
ID

o o\
s

tc !1
!r!
tts -@
t! E'
6
p
5 i-s
o o5
qoe
o
o
C ='o
o
sE'
oq
FA'
GI
o AF
o d!,
o ro_ \o
'!, \o
60
8'
o s8
:E
t
0q Oo
A'

=x
{Y

e
o
AI

o
0q
!o
E
D)
-!L
il
200 201

dan menyebabkan lebih banyak gangguan. Dibandingkan dengan tipe


.! :
6
pelampung, alat tersebut lebih rnudah dipasang, namun lebih mahal
a4
d u dan membutuhkan personil yang lebih terampil. Tetapi, dalam
-a
d: beberapa hal (misalnya pada pantai-pantai) keadaan setempat tidak
=
x!-d
d
memungkinkan untuk mendirikan suatu rumah pelindung dan sumur
E E ; (P tenang begitu mendekati air sehingga kisaran keragaman tinggi muka
E
' tr o;
o0
air seluruhnya dapat diliput dengan suatu pencatat tipe pelampung.
\
oo
Maka, dipilihlah suatu penakar pneumatik.
d B. Sistem pencotst penakar indera iauh (pengindera iauh)
Berkas cahaya warna biru dan hijau (dalam kawasan spektrum yang
(B

o
o tampak) darifilm berwarna normal dan lapisan pembentuk biru pada
film infra-merah memltktikan bahwa sistem ini sangat berharga
cd
a
bagi analisis jeluk air.
I Penggunaan skenner multispektrum telah menunjukkan suatu keteli-
\o tian sebesar 8090 di dalam menentukan jeluk air hingga 8-5 meter
!
E tr 6 (Seyhan, 1972). Dengan menggunakan foto uduro konvensional
c dimungkinkan untuk mengukur tinggi muka air dengan analisis
A gelombang (danau dan gelombang laut). Hal ini dapat diperoleh
o
od dengan menggunakan foto tunggal (nisbah panjang gelombang rata-
o
rata gelombang air yang dalam (LJ dan gelombang air yang dangkal
o
(L) berkorelasi dengan nisbah jeluk muka air yang dangkal (d) dan
6ii C,
panjang gelombang air yang dalam, (Lo ) atau dengan menggunakan
6,
oo
.(! dua foto udara yang diambil pada interval waktu yang pendek (A t)
!!
(!
jl (kecepatan gelombang yang terhitung digunakan untuk menentukan
*ll E jeluk tinggi yang dangkal). Tentunya, kita akan mengerti bahwa
00
60 metode ini tidak dapat digunakan pada sungai yang mengalir.

0ilt ulll il00il011 ia 6.4.4. Pengukurqn lrisan-melinlong Solurqn


o0
a
q
o
Karena volume debit pada suatu irisan tertentu merupakan hasil
a.
kali kecepatan rata-rata aliran dan luas irisan melintang saluran, Q = v
o
o. x A, keduanya harus ditentukan secara terpisah. Pengukuran jeluk dan
F
h
lebar (Gambar 6-18) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-
G hal berikut:
,D
6 l. Jeluk air ditentukan pada beberapa vertikal (5 vertikal seperti yang
C
ditunjukkan pada Gambar 6-18). Jarak antara 2 vertikal (b1, b2, .....,
b) tidak boleh lebih besar dari I /20 lebar total (B) , dan debit antara 2
vertikal (luasan yang diarsir pada Gambar 6-18) tidak boleh melebihi

[,
t
t 203
202

l09o dari debit total. Di negeri Belanda jarak 5 cm dipergunakan un-


tuk sungai-sungai yang besar.
2. Jika dasar saluran sangat seragam, maka l0 vertikal sudah memadai.
3. Jeluk (d1, d2, ...., dJ dapat dibaca,
DAS Haringvliet
a. dengan cepat dari suatu tongkat berskala
,l
b. dengan menggantungkan suatu bobot pada suatu kawat. Untuk
kecepatan aliran yang tinggi, sudut antara kawat dan vertikal tidak
boleh melebihi 30". Berdasarkan atas sudut pengamatan (0) dan jarak
dari permukaan air ke titik suspensi kawat, jeluk (d) yang benar dan
jeluk (mirinc) (d') yang diamati dihubungkan sebagai berikut:
Iarak dari pintu ak HadngYliet (km)

d = [ d' - x(sec 0- l)] (l - k)

I Pencatat tinggi air otomatis di mana k merupakanfaktor koreksi dan diberi batasan sebagaimana
I Pencatat tinggi air tipe pelampung dengan sistem teletransmisi disajikan pada Tabel 6-4. Suatu busur derajat digunakan untuk
t Mistar duga mengukur sudut 0.
a
i Penakar puncak
c. dengan menggaung gema.
6 4. Lebar saluran dan jarak antara tiap-tiap vertikal ditentukan dari
Pencatat tinggi air tipe pelampung dengan
I sistem teletransmisi dan dengan titik pengukuran debit
kuwot bermanik yang direntangkan melintang sungai atau dari tanda-
tanda pada suatu jembatan atau suatu kawat yang digantungkan.
Negeri Belanda
Gambar 6-17. Pencatat tinggi air sepanjang cabang utama sungai Rhein di 6,4.5. Pengukuran Kecepatan Aliran
(Made, 1972).

Pendugaan debit sungai yang teliti bergantung pada penentuan


k--B = lebartotal kecepaton aliran rata-rato yang tepat pada suatu irisan melintang terten-
tu. Kecepatan tidak sama pada setiap titik (Gambar 6-19) dari irisan
melintang karena geseran antara air dan dasar sungai serta tepi sungai.
Idealnyo, kecepatan rala-rala ditetapkan dari kisi pengamatan yang ber-
jarak rapat. Tetapi, baik waktu maupun biaya tidak memungkinkan
pengamatan yang demikian terinci, yang barangkali tidak lebih teliti
Tabel 64. Frktor koreksi - k daripada sejumlah pengukuran tertentu. Pada paragraf berikut
diberikan metode-metode pengukuran kecepatan aliran yang paling se-
ring digunakan:
4 0,0006 l8 0,0164
6 0,0016 20 0,0204 A. Pengukur arus: Alat ini merupakan pengukur yang berputar yang
E
l0
0,0032
0,0050
22
24
0,0248
0,0296
dipasang dalam air pada jeluk yang diinginkan, dengan
l2 0,00'72 26 0,0350 menghubungkan pengukur pada suatu tongkat (untuk air yang
Gambar6-18. Irigasi melintang l4 0,0098 28 0,0408
dangkal) atau dengan menggantungkan pada suatu kawat' jembatan
l6 0,0128 30 0,04.72
saluran sungai. maupun kapal. Terdapat dua tipe pengukur arus (Gambar 6-20),
yaitu:
;
204
205

a. Pengukur srus .tipe mongkok: Tipe ini hanyalah suatu anemometer


air. Tipe ini berputar pada sumbu vertikal. Tipe ini banyak
dipergunakan di Amerika Serikat dan Inggris.
b. Pengukur arus tipe boling-baling: Tipe ini (disebut juga pengukur
arus sekrup) merupakan suatu bilah tipe sekrup yang berputar pada
),3,rl
suatu sumbu horizontal. Perputaran pengukur (juga untuk tipe $

mangkok) secara manual maupun otomatis dicatat pada penghitung. t,


Untuk air yang turbulen, tipe baling-baling lebih disukai berhubung
tipe mangkok bereaksi dengan aliran air terlepas dari arah alirannya.
Tetapi, pada umumnya kedua tipe tersebut cukup dapat dipercaya. ;[^l T,) T.\ A.,e.rers
'r.=ffi[lnl],Jil:,,,:d]:,
Karena pengukuran dengan pengukur digantungkan pada suatu kabel
dan terjadi suatu deviasi sudut terhadap vertikal (0), suatu koreksi I "r[ "r[
diperlukan (Horst, l97l). cabang pohon)
D = aliran cepat, dasar sungai
Banyaknya titik pada suatu vertikal (lihat paragraf 6.3.4.) di mana turbulen
kecepatan diukur, tergantung pada ketelitian yang diinginkan' E = aliran lambar, dasar sungai
Kecepatan rsto-roto poda suotu vertikal (: vr) dapat ditentukan rata,/halus
F = dasar kasar (batuan).
dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode yang disajikan
di bawah ini: Gambar 6-19. Agihan kecepatan aliran dengan jeluk.
l. Metode satu-titik: Metode ini digunokon untuk jeluk air yong kecil lr sumbu
(< 80 cm) dan untuk pengukuran yang cepat. Metode ini
memberikan hasil-hasil yang baik bagi agihan kecepatan yang nor- tl O I
kotak kontak
mal (parabolik, Gambar 6-19). I

{l mangkok
vu = v0,6 di mana v0,6 : kecepatan pada jeluk 0,6 dari verti-
kal
Juga dipergunakan: v, : 0,96 v6,5 rf;,
vv = 0,88 v6,2 (digunakan oleh USGS untuk
banjir yang tinggi) Tipe baling-baling
2. Metode dus-titik: Metode ini memberikan hasil-hasil yang baik bagi
agihan kecepatan yang normal. Metode ini digunakan untuk jeluk- kotak kontak baling-baling
jeluk yang lebih besar dari 60 cm.

vu : Yz [v6,g + vg,r]
--csumbu

ekor baling-baling
3. Metode tigo-titik: Metode ini digunakan untuk agihan kecepatan
yang tidak normal (non-parabolik). Metode ini memberikan hasil-
hasil yang baik untuk aliran-aliran dengan pertumbuhan tanaman air Gambar 6-20. Tipe-tipe pengukur kecepatan arus (Horst' 1971)'
maupun yang tertutup dengan es.
I
206 207

: * +'o,ssl (baik untuk penutup hanya merupakan perkiraan saja (10-2590 kurang teliti diban-
Y, Ytlvo)s u0,5 tanaman
maupun PenutuP es) dingkan dengan metode pengukur arus).
C. Tabung Pitot (juga disebut pitomerer): Tabung ini dalam benruknya
vr= %lvo,z*v0,6+v6,gI yang paling sederhana (Gambar 6-22) merupakan peralatan untuk
mengubah energi kinetik arus (aliran air) menjadi energi tekanan.
vu : % lvO,z * 2vO,U+ vO,e)
Kenaikan yang dihasilkan berkaitan dengan kecepatan air seperti
ditunjukkan pada Gambar 6-22. Metode ini sering kali digunakan
4. Metode lima-titik: Metode ini digunakan untuk agihan kecepatan pada pipa-pipa, saluran-saluran percobaan dan laboratorium, dan
yang tidak normal di mana agihan kecepatan vertikal adalah sangat
kurang sesuai untuk arus alami. Metode ini dapat digunakan pada
tidak beraturan.
sungai-sungai yang kecil, juga pada kasus-kasus liat berat dan sam-
pah. Metode ini dapat digunakan untuk kecepatan-kecepatan antara
Yv: l/l}[v, + 3 vo,2 * 2vo,u * 3 vo,t + v6J 0,5 hingga 2,5 m/detik, dan persentase ralat adalah minimum, yaitu
sebesar 3-1090.
di mana: vs : kecepatan pada permukaan air D. Bandul pengukur (juga disebut tubuh tahanan): Suatu tubuh tahanan
vb : kecepatan Pada dasar air'
digantungkan pada suatu kabel, defleksi diukur dan kecepatan aliran
5. Metode Terpodu: Pengukur arus digerakkan dengan suatu kecepatan dibaca dari grafik-grafik kalibrasi. Kisaran penggunaan adalah di an-
yang konstan (tetap) melalui vertikal dan diperoleh suatu integrasi
tara 0,05 dan 3,5 m/detik. Ini merupakan alat yang sederhana dan
Iangsung dari agihan kecepatan. Pengukur arus tipe baling-baling karena bagian yang mahal dari alat tersebut tetap di atas air (tidak
harus dipergunakan. Metode ini tidak dianjurkan untuk jeluk-jeluk demikian pada pengukur arus), maka alat ini lebih aman. Tetapi, alat
yang kurang dari I meter. Metode ini membutuhkan peralatan yang
ini membutuhkan personil yang terampil dan penggantian tubuh-
mahal, membutuhkan banyak waktu untuk jeluk-jeluk yang besar
tubuh tahanan pada kecepatan yang berbeda-beda. Bandul pengukur
(gerakan vertikal adalah sekitar 2 cm/detik di negeri Belanda) dan
yang khusus dibuat di Laboratorium Hidrolika Delft dan disebut
agihan kecepatan tidak diketahui (debit secara langsung ditentukan).
Ploneto.
Sebaliknya, debit dihitung secara cepat dan pekerjaan kantor
E. Metode gelembung udaro: Metode ini (dikembangkan di Jerman)
berkurang cukup banyak.
didasarkan atas pengukuran jarak horizontal (Gambar 6-22) yang
6. Metode semi-integrosl: Sepanjang vertikal dilakukan pengukuran
ditempuh oleh gelembung udara dari dasar ke permukaan suatu
pada setiap 20 cm.
aliran (Horst, l97l).
B. Pelampung.' Pengukuran global kecepatan aliran dilakukan dengan
mengukur woktu pelampung melewati jarak yang terukur. Pelam-
F. Pengukur aliran ultrasonik: Pengukur aliran menggunakan dua
transduser ultrasonik (A dan B) yang direndam di dalam kanal yang
pung digunakan bila pengukuran dengan pengukur arus tidak dapat
terbuka (Schuster, 1975). Pulsa-pulsa energi ultrasonik dari transmit-
dilakukan (karena sampah, ketidakmungkinan melintasi sungai, bila t
pengukuran membahayakan karena banjir yang sangat tinggi ter merambat melalui air dan mencapai si penerima pada sisi yang
a
lain. Bila ditransmisikan pada arah hilir (dari A ke B), keceparan aia
maupun pada kecepatan yang sangat rendah). Pada Gambat 6-21
beberapa tipe pelampung ditunjukkan dengan harga-harga k (koefi-
(vJ meningkatkan kecepatan pulsa ultrasonik, mengurangi waktu
transmisi. Bila ditransmisikan ke arah hulu (dari B ke A), pulsa
sien pelampung).
tersebut ditentang oleh gerakan air dan waktu transmisi naik. perbe-
Kecepatan rqlq-rots uliron tersebut disajikan dengan rumus:
daan frekuensi terukur di antara ke dua tingkat tersebut, adalah
sebanding dengan kecepatan air.
v : k (vp"ta.pung)
Pelampung merupakan metode yang murah dan sederhana' namun

{
208 209

di mana: kecepatan aliran (kaki per detik)


L_ panjang jalur air (kaki)
kecepatan suara dalam air (kaki/detik)
Pelampung permukaan Pelampuig batang dan ranlai Pelampung Buoyant
p: sudut lancip jalur suara dengan garis tengah kanal
--=-TQ-r- f- perbedaan frekuensi (cmldetik)
fo= frekuensi pada air yang tenang (cmldetik)
_> ----- [ N-i' b- lebar kanal (kaki).
:-::-----
.. . , ..., . . j
+
Beberapa kesimpulan penting dari pengkajian yang telah
k- 0,8J (kondjsi normat)
k- 0,60 (untuk jeluk < 0,5)
r : 0,85-l .00
dilakukan sampai sekarang mengenai teknik pengukuran kecepatan
k = 0.910*0,95 (unruk jetuk > 3-4)
aliran ini adalah:
Gamber G2l. pelbagai tipe pelampung
(Horsr, I97l). l. Metode ini baik bagi penaksiran debit
2. Persentase kesalahan untuk 0,08 < Q < 0,31 m3ldetik adalah
sebesar 3,490
l<-'--q
-=- 3. Pengukuran titik tunggal (pada 0,6 h) tidak mencukupi untuk penen-
'
,
jalan BelembunS tuan kecepatan rata-rata. Untuk agihan kecepatan simetrik,
,t rdara pengukuran dua-titik adalah lebih baik. Tetapi, teknik integrasi
Tabung Pitot Sederhana
adalah yang terbaik.
Bandul penaukur -#,1-...-..==
tabir
Metode gelembung
6.4.6. Penentuan dan Pengukuran Debit

Gambar 6-22, Pelbagai alat pengukur kecepatan aliran.


A. Metode kecepoton-luas.' Metode ini didasarkan atas data kecepatan
yang diperoleh pada titik-titik yang berbeda pada beberapa vertikal
pada suatu penampang melintang aliran. Debit dapat diperoleh
dalam 2 cara:
a. Secors aritmqtik bila kecepatan pada satu atau dua titik pada vertikal
tersebut diketahui.
b. Securs grafisbila kecepatan pada lebih banyak titik diketahui.
_ Lcz (an []) (L f)
l. Metode sritmatik
2 bf,2 a. Metode pensmpong roto-rqta
b
Qn : *,rJ [dn-l + dn]
" [Vun*,
a: 9r + iz+ ....+ qn * "
:
di mana: en debit antara vertikal-vertikal n dan n
- I (m3ldetik)

t
r
210 2tt

bn = jarak antara vertikal n dan n-l (meter)


k...putun rata-rata pada vertikal ke (n-lXm/detik)
Metode penamPang tengah-tengah
: Metode penamPang rala-raaa
'rn- ,
kecepatan rata-rata pada vertikal ke-n (m/detik)
dn-r : jeluk vertikal ke (n-l)(meter)
a = debit total pada penampang melintang (m3ldetik)'
b. Metode penompang tengah-tengaft; lebih sering digunakan'

d +'
on :l(u"")(bn + bn* 1);Q
: qr + Qz + "' 1 9n

2. Metode grofik
a. Metode inlegrasi ieluk-kecepotan" Kecepatan yang terukur pada tiap-
agihan
tiap vertikaidiplotkan (Gambar 6-23) dan luas di dalam kurva
kecepatan ditentukan sebagai:
Qn : (vr") dn
Mctode Harlacher
(Q). Dalam metode
Ada dua metode di dalam menghitung debit total
Hsrlocher, harga qn yang dihitung di atas diplotkan (Gambar 6-23)
dihitung dengan planimeter'
dan luas yung U..uau di bawah kurva
yaitu: Metode Treviranus

Q: flnd,
paling berguna bila penampang jeluk
Pada metode Treviranus, yang jeluk
iu, f.""p"tan ditentulrun ,."uru terpisah, baik penampang di an-
maupun penampang kecepatan rata-rata diplotkan' Luas-hras
(vn : qnld) diten-
tara setiap dua vertikal dari kecepatan rata-rata
pcnampang jeluk

tukan sebagai qn. Debit total adalah:


i-n Mctodc kcccFt&r-kontur

u : dJ
,I,lqn luas-kecepatan massa
b. Metode kecepatan-konlur: Suatu penampang
kecepatan yang sama'
diplotkan dengan menggunakan kontur-kontur
adalah sama dengan debit
Luas di bawah kurva luas-kecepatan massa
total (Gambar 6-23), Yaitu: kontur kecepatan yang sama

o = Jv(dA)
yang tersedia dan
Metode rrri terbaik, namun tergantung pada data Grnbrr G23. Pengliitungan debit dcngan metodc kecepatan-luas'

t
E

212 213

kali luas.
membutuhkan banyak tenaga.
C. Metode pelacak (juga disebut metode pengenceran): Metode ini
B. Merode perohu y:ong bergerok: Pada tahun 1969 Smoot dan Novak
didasarkan atas penentuan derajat pengenceran oleh air yang
mendemonstrasikan pendekatan baru yang revolusioner yang mem-
mengalir terhadap suatu larutan pelacak yang ditambahkan. pelacak
berikan ketelitian yang besar dan yang menghemat waktu berjam-
jam hingga bermenit-menit (Harp, 1974). Metode ini sebenarnya dapat merupakan pelacak bahan kimia (NaCL, bahan pewarna
rhodamin, dan lain-lain) maupun suatu pelacak radioaktiflWUO,
merupakan su41u varian dari metode kecepatan-luas dan dikem-
1970). Metode ini dianjurkan pada tempat-tempat di mana metode
bangkan untuk digunakan pada sungai-sungai yang besar dan aliran
konvensional tidak dapat digunakan berhubung jeruk yang dangkar,
air di mana perahu dapat beroperasi. Kecepatan aliran hanya diten-
kecepatan sangat tinggi atau turbulensi yang berlebihan.
tukan pada satu-titik dari setiap vertikal. Tetapi, banyaknya vertikal
yang diambil adalah besar. Terdapat dua metode pengukuran yang dipergunakan untuk aliran_
aliran alami, yaitu:
Harp (1974) menyajikan metode perahu bergerak yang diperluas
yang dapat mengukur arus-arus berukuran sedang. Dengan
l. Metode injeksi dengan raju konstan: pada suatu titik tertentu pada
suatu aliran ditambahkan suatu pelacak dengan konsentrasi (c)
menganggap bahwa kecepatan rata-rata kurang lebih sebesar 8590 yang telah diketahui dengan laju (q) yang konstan
dari kecepatan permukaan, dia menganggap bahwa pengukuran ke dalam ail,
dengan konsentrasi mula-mula (dengan pelacak yang sama)
aliran akan dilakukan pada suatu penampang melintang sungai C^. pada
suatu titik di hilir konsentrasi diukur pada waktu yang
... di mana terdapat jalan kabel atau jembatan. ueriaiJan aan
'.'.. Sebagaimana ditunjukkan pada bagan di harga yang tetap (tidak berubah dengan wattu; ailentutran
sehingga diperoleh debit sebagai berikut:
iC*),
..: samping ini, anggap bahwa pengukur kece-
6C . ' patan aliran bergerak melintasi arus dari A ke
: B pada kecepatan Q:qt
v
m .'. mengukur secora kontinu
yar.rg tetap (uJ dan
kecepatan air per-
-'.' mukaan yang nisbi terhadap pengukur terse-
' but (v*J, ketika alat ini melintasijarak s. Se-
=3
C*- Co

Teori metode injeksi yang Lontinu ini


mensyaratkan bahwa debit
Ianjutnya, kecepatan air permukaan (v*) dapat ditentukan dalam 2 arus tetap konstan selama pengukuran.
Kesarahan ristematit yarrg
cara yang mungkin, yaitu: disebabkan oreh berubatrnya aiuit
pada permuraan limpasan hujan
lGilman, 1975) adalah terbesar
l. Mengukur v,",, dan karena v,, diketahui, maka hitung sudut d, angin dan dapat ,'.t"-p"ri ooro
dari debit untuk hidrograf vunl
u- -.ning't ut ,.;;.;-;;j;.
Pengukuran adalah teliti.bila dilakukan pada
cos d= dun tentukan v* dengan menggunakan rumus cabang yung -.iuru.,
pada hidrograf. Titik hirir harus
V*m cukup jauh untuk menjamin suatu
pencampuran lengkap dari pelacak ying
v* melintasi arus. jur"f,lni
sind: akan menjadi:
v*.
L = o,r3 16y 191-Gt-t-P1 1f 1
2. Mengukur (dengan menggunakan suatu alat pengindera arah) sudut d
saja. Karena v,n diketahui, maka hitung v** dengan cos d = u-lvr".
dan tentukan v* dengan menggunakan sin d : vr/v*-.
di mana: 1 = jarak antara titik injeksi dan titik pengukuran (m)
Dengan menentukan penampang melintang arus secara terpisah,
C = koefisien kekasaran Chezy
maka debit dapat ditentukan dari kecepatan yang dihasilkan hasil kali
r 214
T

215

B= lebar permukaan aliran rata-rata (meter) terkenal disajikandi bawah ini. Kedua persamaan mengandaikan
g: percepatan gravitasi (meter/detik) suatu penampang melintang yang seragam, kekasaran dasar sungai
6= jeluk aliran rata-rata (meter). yang tidak berubah dan menggunakan aliron tetap yong seragam.
2. Metode injeksi tiba-tiba (juga disebut metode integrasi): Pada suatu l. Persamaan Chexy:
titik tertentu pada aliran dimasukkan suatu pelacak dengan konsen-
trasi (C,) yang diketahui dan volume (V,) secara seketika itu juga. Q= AC(-sdarv = Cy'RS
Pada suatu titik hilir, konsentrasi diukur (C*) pada waktu yang
berlainan (Horst, l97l), sehingga didapatkan debit sebagai berikut: di mana: a: debit (m3ldetik)
kecepatan aliran rata-rata (m/detik)
c.t v-
O=
\ cxt
' A: luas penampang melintang basah (m)
J(C" - CJdt C= koefisien kekasaran Chezy : 18log[2 R/(k +
(2/7)6)l
D. Sekat-sekat dan saluran-saluran (Weirs and flumer): Bila R: radius hidrolik : A/P (m)
pengukuran aliran tidak mungkin dengan menggunakan pengukur jeluk air (: h) untuk sungai yang besar
arus, debit pada aliran yong kecil ditentukan dengan bantuan P= Keliling basah (m)
bangunan fisik, seperti sekat-sekat, saluran-saluran, venturimeter, k: panjang kekasaran dasar sungai yang setara
lubang-lubang, pintu-pintu, dan lain-lain. Untuk aliran alami, (diameter butiran)
pengukuran aliran umumnya dibatasi pada sekat-sekat dan saluran-
saluran yang merupakan bangunan hidrolik yang bertujuan mencip-
6- ketebalan lapisan aliran laminer (m)
S_ kemiringan garis energi (untuk aliran yang seragam
takan pengendalian buutsn atas aliran (sungai). Bangunan tersebut adalah sama dengan kemiringan dasar kanal).
harus didirikan secoro tepst menurut spesifikasi.
l. Sekatsekqt: Terdapat dua tipe sekat yang umum Konstanta Chezy, C, bukanlah merupakan konstanta dan terdapat
a, Sekot dengan bogian atas tajom: Bentuk-bentuk bukaan yang paling
harga-harga perkiraan tertabulasi yang dapat diperoleh pada banyak
umum digunakan adalah sekat persegi panjong segi-tiga (juga buku-buku teks.
disebut sekat kepala-V atau sekat Thompson), trapezoidal (juga
2. Persamaan Manning
disebut sekat Cipoletti), sekot mojemuk, dan lain-lain. Pada Gambar
6-24 ditunjukkan beberapa sekat dengan rumus-rumusnya yang l/n danv = l/1,p.2/35/,
sesuai.
Q= AR2/3 S/,

b. Sekat dengan bogion otos lebar: Pada tipe sekat ini, bagian atas di mana: n = koefisien kekasaran Manning.
dibuat lebih besar. t
Kedua persamaan tersebut terbatas, berhubung suatu arus jarang sekali
2. Saluran: Suatu saluran adalah suatu bangunan khusus yang mencip- I seragam dan koefisien-koefisien kekasaran (C dan n) sangat tidak man-
takan suatu penurunan pada permukaan (tinggi muka) air pada a
tap. Meskipun demikian, persamaan tersebut merupakan rumus-rumus
bagian yang menyempit (penampang tenggorokan) dan suatu lompat-
utama rekayasa hidrolika.
an hidrolik. Ada beberapa tipe yang dibuat misalnya saluran por-
shal, saluran berbentuk-V, saluran-H dan saluron dengan jeluk kritis
6.5. HUBUNGAN TINGGI AIR.DEBIT
(Gambar 6-25).
Debit yang ditaksir dengan berbagai metode, sebagai suatu fungsi
E, Persamaan teoretis: Pada kanal yang terbuka aliran air juga diten-
dari jeluk air, hanya mengenai pengukuran yang dilakukan pada saat
tukan dengan persamaan-persamaan empiris. Dua persamaan yang
itu. Untuk waktu pengamatan yang lain jeluk dan besarnya debit mung-
216 217

Sekat berkePala lebar


v2=28
_- r_ _ J_Y2e- _
,l In, --F-
---
Sekat Cipoletti ll l, ln'
1,,

e = 3,oe G) y's (H1trz = 3,09 G) y'g * !5"'


1n,

a>3h;B)3h;c)2h
k= koefisien debii
Sekat-persegi panjang Saluran
THOMSON WEIR
lr
l!
I
I
I k#
o 'f <tl {zs 1t11n1312 c =fu{ze {t"o 3r){t)s/2 .rza"tir
<ul
^;16rr1Y
Q = 3,33(BXh)3/2 dengan kecepatan o*9oo+e=2,5(h)5/2
pendekatan yang diabaikan

Sekat majemuk
.__._. ---- L...---_---J
'*--.
lr
I
I------: \//-
\,/ I
I
I
GambarG24. Tipe-tipe sekat berkepala tajam (untuk keterangan terinci lihat
$
1 Gambar 6-25. Sekat berkepala lebar dan saluran air.
A

Water Management Manual, l97l; Gray, 1973). ,}

3
$
t

L
lF&"'

iggFEiF
--.*,.@*.,4Ii "- 'fl

Tabel 6.5. Kesesuaian struktur-struktur hidrolik untuk pengukuran debit (Colenbrader, 1970)

KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK ALIRAN
STRUKTUR HIDROLIK
Kapasitasdebit < 1 m3/detik Kapasitasdebit > I m3/detik

Kemiringan > 0,3-O,5% Kemiringan < 0,3-{,5% Kemiringan Kemiringan


o 0,3-0,5% < 0,3-{,5%
oanyaK seor Krt DanyaK seolKlt DanyaK sedikit banyaK seol Klt
sampah sampah sampah sampah sampah sampah sampah sampah

Sckat dengarr birgiun


atas tajarn
o I
i
Sckat-V dcnuan lrlr-
gian atas lchar
o o o o
Sal ulln- H I o o o
Saluran [)alshirll A A A A
Saluran rang kc-
dalamannr a/jcluk- I I o o
nya kritik

(D Sesuai I Kurang sesuai A Kururg Sesuai jika aliran bervariasi banyak


Tabel 6.6. Perbandingan pada alat-alal pengukur aliran (Horsl, l97l)

TIPE ALIRAN

KECIL SEDANC tsESAR


AIat pengukur
Aliran Derajad Derajat Derajar
Turbulensi Turbulensi furbu iensi

Tinggi edang Kecil Tinggi Sedang Kecil Tinggi Sedang Kce


N)
Pengukur arus a N)
o o o o a o
Pelampung a o a o
a o o
Bandul pengukur o a o O
o
o o a o a a

o o o o a o
Kurang Sesuai O Sesuai a Dapat Digunakan Pada Kondisi-kondisi Tertent
-

3P

siBffi[ig
-r:-
1: r:E i r
s.sBgE$ig.-5H:e:r;

g$iiig$EirEEi
,--''E***iggiEiEiiiiiigBiii
FqsBtil
ggEfilFgFsr+g$]
r
222 223

6.7. HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN LIMPASAN

Dalam mengkaji hubungan curah hujan dengan limpasan, penting


d sekali mempertimbangkan pembagian tahun yang baru. Tahun-air lebih
oc
qt
tr baik dari pada tohun kelender, karena pembagian didasarkan atas awal
a
(6 x6d dan akhir tahun pada suatu waktu ketika aliran sungai berada pada
tr keadaaan yang terendah (Gambar 6-28). Ini lebih baik karena pasokan
(, E
(, dari tahun sebelumnya adalah serendah mungkin dan cadangan di antara
o E
!tr co awal dan akhir tahun-air adalah minimum. Di negeri Belanda tahun-air
o
dt d
berada di antara I Oktober dan 30 September.
J(
!t Sekarang jelaslah bagi para pembaca bahwa hubungan antara
,
tr
(l
A
E curah hujan dan limpasan tidaklah langsung. Di antara keduanya,
F
6
I
al
evaporasi, intersepsi, cadangan depresi, cadangan salju dan infiltrasi
GI
bekerja sebagaimana diatur oleh karakteristik-karakteristik dari ukuran,
kemiringan, bentuk, ketinggian, tata guna lahan, geologi daerah aliran
!aa d
a
sungai, dan lain-lain. Sehubungan dengan kenyataan ini, suatu plotting
o
cl
a
langsung dari curah hujan dengan limpasan untuk hujan angin in-
o
El dividual biasanya tidak menghasilkan korelasi yang memuaskan.
a
l, Sekalipun demikian, adalah mungkin untuk membuat suatu hubungan
a
empiris untuk suatu daerah aliran sungai tertentu yang didasarkan atas
Ot
6t
g jumlah-jumlah dalam tahun-air. Pada iklim-iklim sedang dan rropis,
iklim basah, umumnya diperoleh suatu hubungan garis lurus (Gambar
aaE
6-29). Rumus empiris dari tipe tersebut, Q = c (P
(,a - L), memberikan
hubungan itu. Sebaran titik tahunan di sekitar garis lurus disebabkan
t .o
!o oleh keragaman tahunan, yaitu: a) evapotranspirasi, b) tinggi muka air
tr
d tanah pada tahun sebelumnya, c) agihan presipitasi tahunan dan
!
musiman, dan lain-lain. Pada kawasan arid, karena agihan presipitasi
c,
(l d yang sangat tak teratur dari tahun ke tahun, maka suatu penyajian grafis
x t
(q) rre ,rou l'Eu.I yang serupa dengan Gambar 6-29 adalah tidak mungkin.
d
ol) Hubungan curah hujan dengan limpasan atas dasar bulan adalah
oo c a
qu) rlq.p ssseu IoA
!
d n jauh lebih rumit dibandingkan atas dasar tahunan. Hal ini disebabkan
(o
t,
D karena kondisi sribelumnya memainkan peranan yang lebih penting
!,
t
o' dalam mengatur limpasan. Kerapkali hubungan tersebut tidak jelas.
.y
.t 6t
J' Hubungan curah hujan dan limpasan dapat lebih diperbaiki bila faktor-
v ,c faktor lainnya seperti selang tahun (minggu dalam setahun), lamanya
(q) rra Blnu 6turl I
aa (I9.p/ru) r'q.o F
cl
hujan angin, jeluk hujan dan indeks presipitasi sebelumnyo
\c F diperhitungkan. Metode analisis polifaktor ini dijelaskan pada paragraf
GI
0l
E 4.6.1 dan Gambar 4-25.
C lla
E
al
I
t
224 'r)<

6.E. KONSEP HIDROGRAF

6.8.1. Proses Limpason don Komponen-komponen Hidrogrof

i
Hidrogrof adalah suatu grafik yang menunjukkan keragaman lim-
pasan (dapat juga tinggi muka air, kecepatan, beban sedimen, dan lain-
.i lain) dengan waktu. Hidrograf periode pendek terdiri atas cabang naik,
puncak (maksimum) dan cabang turun. Bentuk umum hidrograf ini
.*aL; I
dikendalikan oleh faktor-faktor meteorologis (jumlah dan intensitas
curah hujan, dan lain-lain), agihan (agihan areal dan waktu curah hujan)
dan tanah. Karena itu, hidrograf merupakan salah satu tonggopan aliran
sungai terhadap masukan curah hujan.
Anggaplah proses limpasan sebagai hasil dari curah hujan yang
J4
o
diagihkan secara seragam (dalam waktu dan luas) pada suatu tangkapan,
E sebagaimana disajikan pada Gambar 6-30. Proses ini dapat dilakukan
o
q
'a dalam 5 (lima) tahapan, yaitu:
!o
o Tahapan I: Periode tok hujan
o
t l. Air tanah memberikan air terhadap sungai sebagai slirqn dosar dan
(B
i karena itu muka air tanah menurun, yang menyebabkan menge-
\,
d
o
1'
II ringnya mintakat tak jenuh.
I
I
t { 2. Evapotranspirasi menambah meningkatnya defisiensi lengas tanah
I o
co tI (kapasitas lapangan minus kandungan air aktual).
I
I o. I
i
3. Hidrograf hanya merupakan suatu kurvo deplesi dan limpasan sungai
E
o adalah 10090 dari air tanah.
I
A Tahapan II: Periode hujon awal
I
6
a
l. Sebagian curah hujan ditahan oleh intersepsi
uqo E 2. Sebagian dari hujan ditahan sebagai cadongan depresi
d(
c! xo 3. Hampir tidak terdapat limpasan permukaan. Air hanya digunakan
G
illl it untuk membatasi tanah
a
i/, 4. Hidrograf berubah dari kurva deplesi ke cabang naik.
!a Tahapan lll: Kesimpulan hujan
E
(,a I l. Cadangan depresi berada pada kapasitas maksimum
(uBflur.u) u?tnq qElntr ({Irap/u) uBsBdurl 2. Infiltrasi mulai
3. Limpason permukaan mulai (Q) dan menyebabkan peningkatan
yang terus-menerus pada tinggi muka air sungai.
4. Defisiensi lengas tanah menurun. Diduga bahwa perkolasi belum
berlangsung. Oleh karena itu, muka air tanah tetap pacia tinggi muka
air yang sama karena tidak terdapat pengisian kembali.
226
I 227

Tahapan lY: Berhentinyo hujon


1. Air yang masih tersisa di atas tanah mengalir sebagai limpasan per-
mukaan ke sungai
2. Infiltrasi berlanjut
3. Limpasan sungai disebabkan oleh air dalam kanal, cadongan kanal $
(R), dan menurun dengan waktu *
4. Pada titlk Z, cadangan kanal adalah nol dan limpasan sungai a
t'i
disebabkan oleh air yang dipasok oleh air tanah. Hal ini juga
merupakan akhir dari limpasan permukaan.
Tahapan Y: Periode tak hujan yang baru
l. Lengas tanah berada pada kapasitas lapangan
q, o0
2. Akifer diisi kembali (lihat Gambar 6-31). Karena itu, air tanah mulai (, d
't,
menambah limpasan sungai (, s,
o q,
3. Kurva deplesi yang baru berlanjut. d, ,
(6 (t
A
Kita sekarang akan mengetahui bahwa debit yang diukur di suatu (d
oo
(6
sungai terdiri atas dua komponen, yaitu: q, 6,

Q : limpasan permukaan + limpasan air tanah (aliran dasar)


GI I
oo &
6d o (!
Pada Gambar 6-31, misalnya: q
i 15 o
i d
Qr = aliran dasar t
rC
o, d
E
q,
Qz = aliran dasar + limpasan permukaan I n)
I
Q: :
J .o
C,
aliran dasar (termasuk pengisian kembali air tanah) + lim- qt tr
rl
pasan permukaan.
t d
Bila kita membandingkan curah hujan dengan hidrograf, maka '3
t
Volume hujan yang dipresipitasikan : i (A) td G,
a
a
di mana: i - intensitas curah hujan d
d
,l
o
A= luas daerah aliran sungai rC
d
o. (!
+_
td- lama curah hujan. o E
o.
rl.l
cn o
i A to = kehilangan + limpasan permukaan + pengisian kembali
d
o o.
\o
air tanah q J o
-c,
d:
4 q,
!
Kehilangan = defisiensi lengas tanah + intersepsi + cadangan ro
6tr ql
I
depresi + evapotranspirasi lv .: o.
<E
I o
Curah hujan efektif = limpasan permukaan v
Pada umumnya adalah sebagai berikut: \o
6'
!
iAto : kehilangan + Jerdt + Jesdt ol
228 ))a

Untuk hidrograf-hidrogrof jangka ponjang (misalnya I tahun) IV. i>fc : Limpasanpermukaan


prinsip-prinsip proses limpasan yang dibahas di atas tetap sama. F ) d.l.t. : Pengisian kembali air tanah.
Tiga tipe utama hidrograf jangka panjang dibedakan sebagai berikut
(Ward, 1967): 6.8.2. Pemisqhsn Alirsn Dosar
l. Hidrogrof bergigi: Baik karena curah hujan yang berintensitas tinggi
maupun kapasitas infiltrasi yang rendah, laju curah hujan yang Belum ada metode yang dikembangkan untuk memisahkan ariran
berlebihan (menjadi limpasan permukaan) sering kali dijumpai dasar secukupnya dari rimpasan permukaan. Semua teknik pada dasar-
menyebabkan fluktuasi kecil, karena limpasan permukaan, pada nya merupakan alat-alat analitik untuk memperoleh suatu pembagian
suatu keragaman limpasan di seluruh musim (Gambar 6-32). Kon- yang mendekati. Tidak ada cara pada saat ini untuk
menentukan mana
tribusi air tanah selalu dapat ditentukan dengan menghubungkan di antara metode-metode yang berbeda itu paling dapat diterapkan
titik-titik yang rendah pada hidrograf dengan kurva yang holus. (lihat juga Gray, 1973).
2. Hidrograf hqlus: Baik karena curah hujan yang berintensitas rendah
maupun kapasitas infiltrasi yang tinggi, air tanah yang mengisi sungai A. Dori cototqn beberopo tahun
menjadi dominan. Hidrograf yang dihasilkan adalah halus dan l. Metode kurvo depresi utama (lihat paragraf 7-4) digunakan untuk
menunjukkan maksimum setelah musim hujan, yang secara menentukan aliran dasar selama musim kemqrsu.
berangsur-angsur menurun hingga akhir periode musim kemarau. 2. Untuk hidrograf bergigi (paragraf 6.g.1.), aliran dasar dapat diten-
3. Tipe hidrograf yang ke tiga adalah apa yang sering ditunjukkan oleh tukan dengan menggabungkan titik-tirik hidrograf yang rendah
sungai-sungai yang bessr- Selama musim penghujan debit terutama (Gambar 6-32).
disebabkan oleh limpasan permukaan. Pada bulan-bulan sisanya, 3. Untuk hidrograf yang kompleks yang disebabkan oleh dua atau rebih
hidrograf mengambil bentuk kurva deplesi air tanah yang sederhana. kejadian curah hujan yang berjarak lebih dekar, di samping
Adalah jelas bahwa sebagian besar pertambahan hidrograf yang pemisahan aliran dasar, pemisahan pengaruh kejadian_kejadian
besar disebabkan oleh limpasan permukaan. Kenaikan ini tergantung curah hujan menjadi perlu (Gray, 1973). prosedur rersebur dijeiaskan
pada hubungan antara intensitas curah hujan (i) dan kapasitas infiltrasi dengan menggunakan gambar berikut ini:
(f). Horton (1933) menguraikan .4 tipe peningkatan limpasan yong
disebobkon oleh curah hujon. Tipe-tipe ini disajikan pada Gambar 6-33 G
Fg
lnl
di bawah ini: ,+--}l
I. i< fc
F< d.l.t. di mana: i = intensitas curah hujan
I
P= jeluk curah hujan ta
I
f,. : kapasitas infiltrasi
d.l.t = defisiensi lengas tanah.
a. Tidak terdapat limpasan permukaan (i < fc )
b. semua arr yang diinfiltrasikan tetap pada mintakat tak jenuh (p
( defisiensi lengas tanah).
II. i( f. Tidak terdapat limpasan permukaan
F > d.l.t. Pengisian kembali air tanah dengan jumlah yang a, G:mbarkan garis-garis vertikal EE' dan FF' melalui titik-titik pun-
sama dengan P (defisiensi lengas tanah). cak.
III. i(fo -
Limpasan permukaan
b. Dengan menggunakan hubungan tersebut, n :
[0,2 (lihat paragraf
berikutnya), tentukan n dan gambarkan garis_garis
F > d.l.t. Tidak terdapat pengisian kembali air tanah. vertikal GG dan
HH'. Dapatkan titik Z.
230

E
(B

aB hujan efektif
o

satuan hidrograf
(luas di bawah adalah
I cm)

Gembrr 634. Pelbagai metode pemisahan aliran dasar.

Gambar 6_36, parameter satuan hidrograf.

D
'neto
c. Tentukan titik-titik A dan B dengan pengamatan visual, dan dengan
ineto
It2 memperpanjang kurva-kurva deplesi, dapatkah titik-titik C dan D.
o" o' d. Gambarkan garis CD.
i_l
l' e. Jika titik D turun sebelum puncak yang ke dua, maka gambarlah DJ
'neto - Ata
dengan menggunakan kurva deplesi utama. Sesudah itu, gambarlah
garis lurus di antara titik-titik J dan Z.
d= (ir.tJta
f. Jika titik D turun setelah puncak yang kedua (yang biasanya demi-
Qu= Qrzd kian), maka gambarlah garis lurus di antara titik Z dan suatu titik
A= luas daerah aliran sungai langsung ke bawah puncak ke 2 pada garis BD yang diperpanjang.
td lama hujan efektif
d= jeluk satuan hidrograf
B. Dori cotolon-cototan hidrogro,f tunggol
satuan hidrograf
(l cm dan lama hujan td) l. Tarik suatu 8a,,rs lurus di antara permulaan limpasan permukaan
, (titik K pada Gambar 6-34A) dan titik lengkungan yang terbesar,
yang menggambarkan akhir limpasan permukaan (titik Z padaGam-
bar 6-30 dan 6-34), pada cabang yang menurun. Titik Z dengan
Gambar 6-35. Penjabaran satuan hidrograf. mudah dapat ditentukan dari plot semi-logaritmik dari log Q
terhadap waktu.
t
232 233

2. Kurva deplesi sebelum curah hujan diekstrapololikan hingga waktu


titik
debit maksimum (titik P pada Gambar 6-348). Dari titik (P) ini, suatu
garis lurus ditarik hingga titikZ (Gambar 6-348) yang menggambarkan
akhir limpasan permukaan. Pada kedua metode ini dan metode sebelum- lR
nya, bila lokasi titik Z belum bisa ditentukan, maka posisinya dapat di-
tentukan dengan hubungan empiris (Linsley, 1968):
)--
t ll

n : d0'2
ti
-{,
di mana: n = jumlah hari setelah maksimum di mana limpasan pada
dasarnya berakhir Untuk kasus-kasus tersebut, suatu garis vertikal ditarik melewati titik
A: luas daerah aliran sungai (mil persegi). infleksi (titik belok) pada cabang turun dari hidrograf dan titik R
ditentukan. Segmen MR digambar untuk menghubungkan segmen
Beberapa harga n dengan menggunakan rumus ini dapat diten- KM dan ZR yang diperpanjang.
tukan dan disajikan di bawah ini: Dianjurkan untuk menentukan kontribusi air tanah yang terlalu
banyak daripada yang terlalu kecil dan memilih panjang dasar yang lebih
pendek daripada yang lebih besar. Untuk hidrograf yang rumit prosedur
pemisahan aliran dasar yang lebih banyak dijelaskan dalam kepustakaan
LUAS DAERAH ALIRAN SUNGAI (km2) n (hari)
(Linsley, 1958).
250 Bila banjir melewati suatu bagian kanal yang sangat kedap, maka
r.250 sebagian air diserap oleh tepi-tepi kanal yang permeabel (Gambar 6-34D)
5.000 dalam bentuk codangon tepi. Dengan demikian, terdapat keluaran air
12.500 dari sungai ke tepi-tepi sungai. Hal ini tampak pada hidrograf yang
25.000 dihasilkan (Gambar 6-34E) sebagai debit negatif yang berarti keluaran
dari sungai.

Harga-harga ini harus dikurangi untuk kawasan bergunung dan 6.8.3. Hidrograf Sotuan
ditambahkan (kadang-kadang sebesar 5090) untuk kawasan yang
datar (Dam, 1966). n lebih baik ditaksir dengan melihat beberapa Setelah memperoleh hidrogrof limposan permukaan dengan
hidrograf untuk daerah aliran sungai tersebut. metode-metode yang dibahas pada paragraf 6.8.2., kita akan tertarik
3. Kurva deplesi yang terjadi setelah hujan angin diperluas kembali di pada korelasi hidrograf ini dengan curah hujan efektif yang
bawah hidrograf (garis ZM pada Gambar 6-34C). Untuk menger- menyebabkannya. Metode untuk mengerjakan ini merupakan
jakan ini, kurva deplesi utama (lihat paragraf 7.4) harus digunakan. pendekatan semiempiris yang disebut analisis hidrograf satuan. Prinsip
Bila kurva deplesi yang diamati ditumpang-tindihi dengan kurva hidrograf satuan (atau unitgropft), semula dikembangkan oleh Sherman
deplesi utama yang ditaksir, titik permulaan dari dua kurva tersebut (1932) dan diberi batasan sebagai hidrograf limpasan hujan angin (lim-
akan menggambarkan titik Z. Garis KM, cabang naik dari kurva air pasan permukaan) pada titik tertentu yang akan dihasilkan dari kejadian
tanah, ditentukan secara bebas (Gray, 1973). Kerapkali, segmen curah hujan efektif mutlak yang terjadi di dalam satu satuan waktu (l
KM dan ZM tidak bertemu pada vertikal yang melalui puncak jam, 6 jam, dan lain-lain) dan terbesar secara seragam di atas daerah
hidrograf seperti ditunjukkan di bawah ini.
I

L
il
234 235

aliran sungai yang berkontribusi dengan satu satuan jeluk (l cm, I inci A: luas daerah aliran sungai (mil kuadrat)
atau 5 cm). Hidrograf satuan yang diperoleh tidak hanya menyatakan 1: panjang dasar hidrograf satuan (hari).
korokteristik-korakteristik dqerqh oliran sungai saja (luas, bentuk,
kemiringan, pola drainase, dan lain-lain), namun juga karakteristjk hu- Persamaan-persamaan ini mengacu pada hidrograf satuan yang
7an. Bentuk hidrograf sotuqn yong benar untuk DAS tertentu dapat dihasilkan oleh curah hujan efektif selama tp/5,5. Untuk hujan angin
diperkirakan dengan suatu rata-rata dari sejumlah hidrograf satuan dengan lama hujan lainnya, katakan td, tenggang waktu yang
(hidrograf satuan utama) yang diperoleh untuk DAS yang sama atau disesuaikan, ti, dapat ditentukan sebagai:
dengan hidrograf satuan tunggal dari suatu hujan badai yang hebat,
yang terpusatkan dan diagihkan dengan baik (Banes, 1952; Cray, 1973). ti : ., (L.u Ldo'3 + [ ta - lP 1 o,zs
Sesudah hidrograf satuan ditentukan untuk suatu lokasi tertenru,
adalah mungkin untuk menaksir limpasan permukaan dari suatu curah
hujan dengan pelbagai lama hujan dan intensitas. Ini diketahui dengan Harga ini selanjutnya harus digunakan untuk menentukan Qo dan
a) jeluk satuan yang diambil dan b) lama curah hujan efektif yang diten- T yang disajikan di atas.
tukan. Pada Gambar 6-35 diberikan suatu contoh yang disederhanakan Kita tidak boleh melupakan bahwa persamaan-persamaan ini dan
mengenai penjabaran hidrograf satuan. Konsep hidrograf satuan sintetik persamaan hidrograf satuan sintetik yang serupa (Gray, 1973) dibuat
diciptakan karena keperluan untuk mensintesasikan hidrograf dari DAS secara empiris dengan data yang diperoleh pada tempat-tempat lokal.
terukur dan menggunakannya untuk DAS yang tak terukur. Snijder Karena itu, persamaan tersebut terbatas pada kawasan geografis yang
(1938) membentuk kembali teori hidrograf satuan sintetik yang telah ada serupa dengan kawasan di mana persamaan tersebut diperoleh.
(mula-mula disarankan oleh McCarthy pada tahun 1938) dan membuat- Pengembangan teori hidrograf satuan adalah konsep hidrograf sa-
nya terkenal. Dia mengembangkan (Gambar 6-36): tuan seketiko yang merupakan hidrograf satuan dari limpasan per-
mukaan yang disebabkan oleh hujan dengan lomq nol dan jeluk satuan
to = cr(L."Lpo,3 1,8(c,(2,2 (l cm, I inci, 5 cm, dan lain-lain). Keuntungan hidrograf satuan seketika
(HSS) adalah kenyataan bahwa hidrograf tersebut merupakan suatu
Qp = cq,11'ro 0,56<co(0,69 karakteristik sifat-sifat permukaan (luas, bentuk, kemiringan, dan lain-
lain) daerah aliran sungai, tetapi hidrograf itu bebas (tidak tergantung)
T:3+3(t/24) pada hujan.

di mana: tp : tenggang waktu (Gambar 6-36) : wakru (dalam jam)


dari tengah-tengah massa curah hujan efektif ke pun- 6.9. PENAKSIRAN LIMPASAN
cak hidrograf limpasan.
L." : jarak dalam mil dari titik pelepasan (outlet) ke suatu 6.9.1 . Limpossn Rsta-ralo Bulqnqn dun Tqhunqn
titik pada sungai yang terdekat dengan pusat
gravitasi DAS. Secara teoretis tidakterdapat data yang cukup untuk memberikan
L6: panjang kanal utama dari pelepasan batas DAS rata-rata debit yang secara statistik 10090 nyata. Secara praktis, pada
dalam mil. banyak tempat data sangat sedikit untuk menentukan harga rata-rata
c'cq : koefisien yang dikembangkan secara lokal untuk yang nyata. Rata-rata dari kebanyakan sungai dapat ditaksir cukup
Dataran Tinggi Appalachian. baik dari catatan selama 15 tahun (Volker, 1968). Hal ini dapat
Qp: debit maksimum (Gambar 3-36) dari hidrograf sa- dilakukan dengan roto-rats oritmetik:
tuan
t{y t
236

l=n
:enI
i=
a

ir atau dengan metode grafis yang ditunjukkan pada Gambar 6-37 . Tetapi,
o
dapat terjadi bahwa data yang ada di tangan terlalu sedikit atau tidak
lengkap untuk menentukan limpasan untuk waktu maupun tempat
tertentu. Untuk kasus-kasus tersebut, metode tok longsung digunakan
untuk menentukan limpasan. Beberapa contoh disajikan di bawah ini.
l. Hubungan curah hujan-limpasan (lihat Gambar 6-29) untuk
kawasan tertentu tersedia. Untuk tahun tertentu dengan hanya
catatan presipitasi yang tersedia, limpasan dapat ditentukan dari kur-
va ini secara langsung atau jika perlu dengan ekstrapolasi (meman-
jangkan garis tersebut lebih lanjut).
2. Hubungan curah hujan-limpasan (Gambar 6-38) tersedia pada2 sta-
siun sepanjang sungai. Hubungan untuk suatu titik di antara 2 stasiun
{
I ini dapat ditentukan dengan menarik garis pertengahan. Pengecekan
I
Grmber6-37. Penentuan grafik debit tahunan (atau debit bulanan rata-rata).
ri garis tersebut dimungkinkan dengan membaca harga-harga limpasan
dari hidrograf pertengahan yang diplotkan di antara hidrograf-
hidrograf dari kedua stasiun tersebut dan dengan membandingkan-
nya dengan presipitasi.
3. Dari dua DAS yang serupa (karakteristik-karakteristik ukuran,
bawah permukaan dan permukaan) kita mempunyai catatan curah
hujan jangka panjang dan limpasan (P4, Qa) dan yang lain mer4-
punyai catatan curah hujan jangka pendek (misalnya 4 tahun).
Catatan-catatan DAS yang kedua dapat diperluas dengan bantuan
dua kurva (Gambar 6-39).
4. Sebagai sumber terakhir (harus dihindarkan bila mungkin) rumu!-
rumus Turc, Langbein, Wund, Coutagne, Khosla (paragraf 5.5) atau
rumus lokal lainnya dapat digunakan untuk kasus-kasus bila tidok
oda dqta limpasan yang tersedia, namun data presipitasi ada.

6.9.2. Penaksiran Banjir


Gambar 6-3t. penentuan limpasan pada
titik yang tidak diamati. Besarnya dan frekuensi banjir (hidrograf banjir) pada suatu
kawasan dikendalikan oleh fa ktor-fokt o r penye bab (intensitas presipita-

si, lama hujan, frekuensi terjadinya hujan angin dan luas daerah aliran
t
238 239

sungai) dan fqktor-foktor lingkungan (faktor-faktor yang mempenga- Tebel 6.7. Hsrgs-hrrgs koefisien limpesrn prda rumus rssionrl (Chow' 1!164; Grry, 1973)
ruhi laju infiltrasi dan waktu konsentrasi, lihat paragraf 4.4). Ti- Tipe kawasan daerah aliran sungai Koefisien limpasan
dak ada satu metode puni yang,dapat memberikan taksiran banjir yang
tepat (debit-debit tertinggi dalam suatu tahun air) kecuali jika metode Halamon rumput
tanah berpasir, datar (290) 0,05-0,10
tersebut mempertimbangkan pengaruh semua faktor yang disebut di tanah berpasir, ruta-ruta (2-1 o/o) 0,10*0,15
atas. Metode yang paling umum ditunjukkan di bawah ini. tanah berpasir, curam (790) 0,l5-0,20
l. Pendekstan infiltrasi: Pada metode ini debit banjir hanyalah sama tanah berat, datar (290) 0,l3-0,l7
tanah berat, r*a-ral.a (2*7 o/o) 0,l8-0,22
dengan perbedaan antara jumloh (bqnyaknyq) curah huian dqn in- tanah berat, curam (790) 0,25-0,35
filtrosi. Berbagai metode penentuan laju infiltrasi dijelaskan pada Bisnis
paragraf 4.6. kawasan kota 0,70-0,95
kawasan pinggiran 0,50-0,70
2. Metode rasionol: Rumus rasional Mulvaney (1850) merupakan suatu Kowosan pemukiman
rumus banjir yang mewakili yang telah menjadi populer karena kawasan keluarga-tunggal 0,30-0,50
kesederhanaannya. Metode ini memberi batasan limpasan per- multi satuan, terpisah 0,40-0,60
multi satuan, berdempetan 0,60-0,75
mukaan maksimum sebagai: pinggiran kota o,25-0,q
0,50-0,70
Q, : (0,277) Cfl
kawasan tempat tinggal berupa rumah susun
Perindustrian
kawasan yang ringan 0,50-0,80
di mana: Q, = limpasan permukaan maksimum (m3ldetik) kawasan yang berat 0,60-0,90
t\_ Taman- tamon dan kuburan 0,l0-0,25
U_ koefisien limpasan empiris (Tabel 6.7) lim- Lapangon bermain 0,20-0,35
pasan,/curah hujan Kawasan halaman rel kereta aPi 0,20-0,/m
i: intensitas curah hujan maksimum rata-rata mm/- Kowoson yang belum diPerbaiki 0,10-0,30
jam) lolan-jolan
beraspal 0,70-0,95
0 = laiq infiltrasi (mm/jam) : Ci = i 0 0,80-0,95
4 : luas DAS (kmz - rumus ini dapat -dipergunakan pada
beton
batu bata 0,70*0,85
kawasan-kawasan dengan luas maksimum 0,g km2. lalan roya dan trotoir 0,75-0,85
Atap 0,75-0,95

Rumus tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa laju maksi-


mum limpasan permukaan dari suatu DAS kecil terjadi bila DAS
seluruhnya memberikan kontribusi. Hal ini hanya dapat terjadi bila
lama presipitasi sama dengan woktu konsentrasi (periode waktu yang TOPOGRAFI
Lahan datar, kemiringan rata-rata I hingga 3 kaki per mil 0,30
diperlukan oleh partikel-partikel air untuk berpindah dari titik DAS j Lahan berombak, kemiringan rata-rata 15 hingga 20 kaki per mil 0,20
yang paling jauh ke titik pelepasannya). Untuk DAS kecil (yang tidak I Lahan berbukit, kemiringan rata-rata 150 hingga 250 kaki per mil 0,10
melebihi 26 km| waktu konsentrasi dapat ditaksir dengan meng_ TANAH
gunakan rumus California Division of Highways, yaitu: Liat kedap air yang rapat
Kombinasi-kombinasi medium dari liat dan lempung
f = r[ 0,97 L3r 0,395 Lempung berpasir Yang terbuka

H PENUTUP TANAMAN
Lahan-lahan yang diusahakan
--l Lahan kayu
di mana: tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang kanal utama dari sumber ke pelepasan DAS Untuk suatu daerah aliran sungai tertentu (Bernard, 1935): C = ftopografi * ftunuh *
f*nuru, ,"n"-"n
(km)

I
-1

240 241

H : total penurunan dari sumber ke pelepasan (m). 4. Metode stotistik: Untuk melakukan peramalan seperti frekuensi
kemungkinan terjadinya limpasan maksimum tertentu, pola historis
- Rumus-rumus empiris lainnya (Gray, 1973; Schulz, 1973) adalah:
kejadian-kejadian limpasan harus dikaji. Hal ini dilakukan dengan
ini adalah untuk menggam-
-.tod. statistik. Tujuan dasar metode yang
r. : (0,0078, (Kirpich, 1940)
barkan suatu kurva dari data contoh tersedia. Data contoh
H; (Mockus, t9s7)
dapat beruPa:
a. Seri tahunon: satu debit maksimum dipilih dari setiap tahun'jelas
b. Seri parsial: semua debit maksimum yang terpisah dan
di mana: t" : waktu konsentrasi (meni0 dipilih. a

T-
Lb- panjang maksimum berpindahnya air dari suatu titik c. Seri lengkoP: semua data debit diambil tanpa memandang besar-
pada batas DAS ke titik pelepasannya (kaki) nya.
q-
uo- H/Lb: sloPe (-) Aliran-aliran maksimum ini diatur dalam urutan besaran yang
H_ perbedaan tinggi di antara titik pada batas DAS dan menurun dan periode utang (iuga disebut interval ulangan) untuk
titik pelepasannya (kaki) masing-masinj banjir ditentukan. Periode kembali merupakan selang
tp: tenggang waktu (jam) = waktu dari pusat massa waktu rata-rata (sejumlah tahun) suatu kejadian akan disamai atau
curah hujan berlebihan (efektif) ke maksimum dilampaui. Di antara banyak rumus yang berlainan (lihat seyhan,
hidrograf limpasan lg77b), rumus yang paling sering dipergunakan (menurut Gumbel)
tr : waktu dari maksimum (iam) = waktu dari awal lim- adalah:
pasan hingga puncak/maksimum limpasan. ml
T=n* I danP =
Koefisien limpasan, C, mencakup semua kehilangan dan m n+ I T
beragam dari hujan yang satu ke hujan yang lain. Karena itu, suatu
harga yang konstan untuk suatu DAS tidak boleh dipergunakan dimana: 1 : periode ulang (tahun)
(Volker, 1968). Di bawah ini disajikan batasan C yang tetap konstan m= urutan kejadian
untuk berbagai frekuensi pada suatu DAS tertentu, yaitu: 1: jumlah tahun catatan total
p : peluang bahwa kejadian tertentu akan disamai atau
C_ laju limpasan maksimum untuk suatu frekuensi tertentu dilampaui : Peluang terjadinYa.
intensitas curah hujan rata-rata untuk frekuensi yang sama
Jika aliran-aliran maksimum diplotkan dengan T atau P, suatu
Dengan frekuensi dimaksudkan misalnya, limpasan yang ter- kurva Jrekuensi dapatlah dikembangkan. Pengeplotan dapat
jadi sekali dalam l0 tahun. dilakukan pada suatu kertas semu-logaritmik (Q dengan log T) atau
pada suatu kertas peluong-log (lihat Gambar 6-43). Suatu contoh
3. Rumus-rumus empiris: Di samping rumus rasionol yang ditunjukkan pada Gambar 6-40. Plot garis lurus diperoleh bila
dipergunakan untuk DAS yang kecil, terdapat banyak rumus empiris
diplotkan pada kertas peluang ekstremal logaritmik Gumbel (lihat
lainnya yang diperoleh pada berbagai bagian dunia. Sebagian besar
Cambar 6-42).
rumus ini hanya mempertim,bangkan sejumlah peubah-peubah yang
Karena berulang kali kurva frekuensi banjir diplotkan dengan
relevan yang terbatas dalam mengendalikan limpasan. Biasanya,
tangan bebas, maka tidak ada prosedur baku yang diikuti dalam
debit maksimum dipilih sebagai peubah tak bebas (Seyhan, 1975).
menyesuaikan kurva frekuensi, dan hasilnya disangsikan. Dua kurva
Daftar rumus yang disajikan dengan baik diberikan oleh Volker frekuensi yang diplotkan dengan tangan, khususnya jika debit mak-
(1968) dan Gray (1973).
r
242 243

simum tertinggi adalah tidak tetap, dapat berbeda, tergantung pada


bobot yang diberikan pada debit maksimum terbesar tersebut. Hal ini
sangat penting jika kita diminta untuk menentukan banjir rata-rata
tahunan, Q2,33. Untuk memecahkan persoalan yang meragukan ini, dua
prosedur yang sederhana dapat diikuti di dalam menentukan banjir rata-
rata tahunan.
Prosedur yang pertama adalah memperingkatkan data, dengan
menaksir periode-periode ulang yang sesuai (T) dan selanjutnya
menghitung h. rga-harga agihan Gumbel, G (T), dengan:

(r) :
G
- [o,rt + {o,iiei)rn f rn --L f]
Sesudah itu, persamaan regresi linear dikembangkan antara debit
maksimum (sebagai peubah tak bebas) dan G (T).
G:a+btG(T)l
Gembar6-39. Penjabaran hubungan curah hujan_limpasan jangka panjang dengan
Dalam menggunakan analisis regresi ini, debit puncak tertinggi mengkorelasikan dengan DAS lainnya.
dan nilai G(T)-nya yang sesuai, dihilangkan. Sebagai kesimpulan,
karena G (2,33) : 0, banjir tahunan rata-rata yang ditaksir adalah harga
tetap (titik potong) "a" dalarn persamaan ini.
Prosedur ke dua yang tidak membutuhkan penaksiran persamaan
regresi adalah dengan mendekati banjir tahunan rata-rata dengan rumus
berikut dengan puncak banjir tertinggi sekali lagi dikeluarkan.

Qz,:=o-['.q#]
di mana: QZ,r : banjir tahunan rata-rata
Q,, = rata-rata debit puncak dengan mengeluarkan yang
tertinggi
i:
Q,,, Qi
n- I : I T trahunr
i- 2m
'o '.,i--fi L@Li---f

n= jumlah kejadian total


Qi: seri puncak-puncak banjir diperingkatkan dalam urutan
menurun Grmbar 6-40. Kurva-kurva frekuensi aliran puncak.
i- 1,2, ....,., n,
r
245
24
Kepentingan utama analisis frekuensi adalah untuk mencocokkan fn : rata-rata ekstrem yang berkurang (dibaca dari tabel yang
fungsi agihan peluang yang diketahui dengan agihan-agihan kejadian- disajikan di bawah ini)
kejadian yang diamati seperti dalam Gambar 6-40. Kita harus menyadari on : simpangan baku dari ekstrem-ekstrem yang berkurang
bahwa setiap parameter hidrologi dapat dikenakan suatu analisis (dibaca dari Tabel yang disajikan di bawah ini)
peluang semacam itu. Tetapi dalam paragraf ini hanya puncak-puncak
I : parameter skala
banjir yang diperhatikan. 1 : jumlah (banyaknya) contoh.
Terdapat banyak fungsi agihan peluang (lihat Seyhan,1977b) yang
digunakan dalam hidrologi. Di antaranya, dua agihan yang paling lazim yn
n yn on n on
yang merupakan agihan log Pearson Tipe III dan agihan harga ekstrem
Gumbel Tipe I (Riggs, 1968; Coulson, 1966; Bobee, 1975).
Agihan log Pearson Tipe III dapat dihitung dari rumus (Seyhan, l0 0,4952 0,9497 60 0,5521 ,175
1977b): l5 0,5128 1,0210 70 0,5548 , 185

e:em+Ks 20 0,5236 1,0630 80 0,5569 ,194


25 0,5309 1,0910 90 0,5586 ,201
di mana: Q : debit maksimum logaritmik yang sesuai dengan
periode ulang T tahun 30 0,5362 l,ll20 100 0,5600 ,2M
Qm : rata-rata logaritmik debit maksimum 35 0,5403 1,1280 200 0,5672 ,236
K: karakteristik dari agihan Pearson Tipe III 40 0,5436 l,l4l0 500 0,5724 ,259
s : simpangan baku dari logaritma debit maksimum.
45 0,5463 1,1520 1000 0,5745 ,269

Harga-harga K tertabulasi dibaca (Seyhan, 1977b) sebagai suatu 50 0,5485 1,1610


fungsi T dan koefisien kecondongan (g), dan harga-harga Q dihitung
dengan rumus yang disajikan di atas. Selanjutnya, Q diplotkan pada ker-
Untuk suatu data tertentu, rata-rata (Qp dan simpangan baku (s)
tas peluang log-normal (lihat Gambar 6-43) dengan T. Suatu garis lurus
dihitung. Harga-harga ],, dan on dibaca dari Tabel untuk n. Dari harga-
hanya diperoleh jika Q- = 0 yang akan terjadi hanya bila agihan
harga ini, A, dan l/a dihitung dengan menggunakan dua rumus yang
tersebut adalah normal.
telah diberikan. Persamaan agihan harga ekstrem Gumbel Tipe [, selan-
Kalau agihan log Pearson Tipe III memerlukan tiga parameter jutnya adalah:
(rata-rata, simpangan baku dan koefisien kecondongan), agihan harga
ekstrem Gumbel Tipe I merupakan suatu agihan dua parameter yang
mempunyai suatu koefisien kecondongan yang konstan 19 : 1,139). Q=F +2,303(loeT)f lf
Dua parameter tersebut adalah:
t,
rls
'l!";
P:Q,-t - Suatu persoalan penting pada semua analisis frekuensi seperti
aq0n
tersebut di atas adalah kekurangan data. Jika catatan debit-debit
p: maksimum pada suatu tempat hanyalah merupakan suatu contoh
di mana: mode
(sample) yang kecil, parameter agihan frekuensi teoretis terhitung, rata-
Q-: rata-rata contoh
rata, simpangan baku dan koefisien kecondongan, akan mengalami
1
S= simpangan baku contoh

t
F

246 247

sompling error dan besarnya tidak menggambarkan harga-harga P: curah hujan angin total (inci)
populasi. Tetapi ada teknik-teknik menyesuaikan parameter contoh p: perbedaan potensial maksimum di antara P dan Q6. pada
angka pendek untuk mencerminkan karakteristik catatan- catatan debit
j waktu hujan angin mulai (inci)
maksimum yang lebih lama. Metod+metode tersebut dapat dirangkum NK = nomor kurva yang mengacu pada suatru tonoh hidrologik
kompleks penutup tanah (suatu nomor yang diberikan
sebagai: -pada kuantitas tipe tanah sehubungan dengan kapasitas
l. Penyesuaian harga rata-rata
a. Prosedur Matalas-Jacobs infiltrasi, tata guna lahan dan kondisi cuaca sebelumnya).
b. Prosedur Corps of Engineers.
2. Penyesuaian simpangan baku Untuk mudahnya penghitungan, grafik yang ditunjukkan pada
a. Prosedur Matalas-Jacobs Gambar 6-41 dipersiapkan di mana Q, secara langsung dapat dibaca un-
b. Prosedur Corps of Engineers. tuk suatu presipitasi tertentu (P) dan bilangan kurva (NK) tertentu.
3. Penyesuaian koefisien kecondongan Metode ini tidak mempertimbangkan relief kawasan dan lama hujan.
a. Prosedur Rantz-Crippen. Tetapi, metode tersebut dapat dipergunakan untuk semua kawasan di
Prosedur ini memperhatikan harga-harga logaritmik parameter Amerika Serikat.
statistik; rata-rata, simpangan baku dan koefisien kecondongan.
Penyesuaian rata-rata dan simpangan baku diperoleh dengan 6.9.4. Peramalan Aliran Minimum
mengkorelasikan logaritma-logaritma debit maksimum untuk stasiun
jangka pendek dengan catatan-catatan stasiun jangka panjang di dekat- Karena debit-debit minimum dialirkan ke sungai, terutama dari air
nya. Tidak ada prosedur yang baku untuk menyesuaikan harga koefisien tanah, debit tersebut berubah secara lebih lambat dan dibandingkan
kecondongan jangka pendek. Suatu teknik khusus untuk menaksir harga dengan banjir, yang menunjukkan variasi yang besar, maka dengan
jangka panjang dikembangkan oleh Rantz dan Crippen (1975). Mereka mudah debit tersebut dapat diramalkan. Peramalan dapat dicapai
telah mengembangkan persamaan-persamaan regional yang dengan dua cara:
menghubungkan logaritma koefisien kecondongan dengan harga-harga l. Pendekatan statistik: Ini dapat dilakukan, misalnya, dengan
logaritmik presipitasi DAS rata-rata tahunan dan debit maksimum rata- memplotkan kurvo lqma aliran (huian) (paragraf 6.5) atau dengan
rata tahunan per kilometer persegi. mengembangkan persamaan empiris yang berdasarkan atas onalisis
regresi dari curah hujan dan limpasan.
6.9.3. Metode bilangon kurva 2. Pendekatan hidrologik' Aliran minimum dapat ditaksir dengan
analisis kurvo-kurvo deplesi (paragraf 7.4).
Metode bilangon kurva dikembangkan oleh Dinas Pengawetan 3. Analisis frekuensi: Analisis frekuensi yang dilakukan untuk debit-
Tanah Departemen Pertanian Amerika Serikat (Chow, 1964 dan Design debit maksimum dapat juga dilakukan untuk debit minimum. Ada
of Small Dams-Appendix A, 1965) dan didasarkan atas penaksiran lim- dua prosedur untuk analisis ini, yaitu:
poson permukaun dari sejumlah curah hujan dan data tanah dan a. Agihan grafik-metode tangan bebas (agihan frekuensi empiris)
penutup tonoh tertentu. Rumus empiris dikembangkan sebagai: b. Agihan frekuensi teoretik
i. Agihan harga-harga terkecil Gumbel yang terbatas
n _ (P-0,2S)2 ;s:t'o*l-,0
Vds -
ii. Agihan Pearson Tipe III.
P-0,8S NK
Agihan grafik-metode tangan bebas mempertimbangkan pemer-
di mana: Q6, = limpasan permukaan langsung (atau limpasan hujan ingkatan data dan penghitungan periode ulang (T = (n * l)/m)
angin-paragraf 6. 1)-inchi. sebagaimana ditunjukkan pada Tabel6.8. Pada agihan frekuensi empiris
i
F. ool
O. EE
(D.)
='q)
EfP
g6E
5S) il Ei3+EHE-Fgg i
;p E E: s Limpasan hujm (inci)
[:" ,, sr6
5r 5
.:-!J x M
3 EE S;;fi $ f Ib i
-F'A:
ts3# 3 o
JA i n* aIE*-r$ i1
F'J E8!' x
Slix 9-
F'i I
8: a- o-Q
6|r3
oq? Fr EA) a. Fgdlli3FBgii a.
<5 oa
tt o.-9
E
P-- o-6 il
E. E q) o
or-5
-P
oog I H:o
37r EE aOa E.
o-a o. *gcEEiFIg*I
q I
6g
.0Q =a
N
ut
A:X 1E r iH E 3; i * s; F
rg: I E: g
ga ;: eE i P; gE
Sts t\) e sH i E {"H qE e
5
E. -l a)
o
*6- g
g)
15 F'
Btr
.-. FU a.
F:
=*$E; ig$*EF
= q9; E 6 o BE
EV
E5 =.
.l g
qT a)
6
=oa g gg:EF B*
gI?E;EF ril
EE.
50, 9
oa ;f \o E EE$Eg $E

Tabel 6.8. Interval ulang (T) dan peluang-peluang (P) untuk N :15 hingga N :19

M N =15 N:16 N =17 N:18 N:19


T P T P T P T P T P

I 16,0 0,062 I .0 0,059 18,0 0,056 t! ,0 0,0s3 20,0 0,050


2 8,0 0.1 25 .5 0,1 18 9,0 0,111 5 0,1 05 10,0 0,100
3 5.3 0,188 .7 0,176 6.0 0,1 67 0,1 58 6,1 0,150
4 4,0i) 0.250 .25 n )15 4,50 0,222 ,75 0,211 50 0,200
-5 3.20 0,312 .40 0 7qJ 3,60 0,218 ,80 o 261 4,00 0,250
6 2,67 0.37-s .83 0.353 3,00 o 111 ,17 0,316 0,300
7 ) )r) 0.,13u ..13 o Jr:) 2,57 0.389 ,71 0,368 2.86 0,350
u 20n 0.500 .12 0.17 t ))5 0,441 ,38 0,421 )5n 0,400 sN)
\o
9 I,78 0.-562. .u9 rl 5)q 2,00 0,-500 ,lt 0,474 1 1) 0,450
l0 1.60 0.625 .70 5.88 1.80 0,556 q0 0.526 2,00 0,s00
ll l.'15 0.688 .55 0.647 I.61 0,61 I .73 0.579 1,82 0.550
12 I 11 0.75n J) 0.706 1,50 0.661 .58 0,632 1,67 0,600
13 1.23 0.812 .31 0,765 1,38 o 1)) .46 0.68,1 I.54 0,650
l.+ l.l+3 0.875 .21 0.82.+ 1.29 0.778 .36 0.737 1,43 0,70t)
l-s 1 .0(r7 0.938 . l -r-1 0.E82 1.20 0.833 .27 0.789 r,33 0,750
t6 .062 0.9.1I I .125 0.889 . 188 0.8.12 1.25 0.800
17 1.059 0.914 ,l 18 o Rqs 1.t76 0,850
l8 ,056 0,947 1,111 0,900
l9 1.052 0.950
T

250 25t

Tabel 6.9. Parsmeler-parameter skala (Chin, 1967; hshmsn 6) sebagai berikut: P (x) = I - e-Y.
Koefisien Parameter Faktor-faktor Koefisien Parameter Faktor-faktor e. Dengan menggunakan persamaan berikut, tentukan untuk
Kecon- Skah Frekuensi Kecon- Skala Frekuensi masing harga log y dan x teoretis, yaitu:
dongan dongan
:
c l/a Aa Ba l/a Ao Bo
f.
log (x
- e) ([] - ) + l/q (loey)
Plotkan pada kertas peluang log-normal (Gambar 6-43) atau pada
1,054 0,66 0,162 t,u9
I,081 0,67 0,157 1,623 kertas peluong ekstrem logaritmik Gumbel (Gambar 6-42) harga x
0,007 0,28 0,355 3,573 I,107 0,68 o,152 l,598 terhitung dengan periode ulangnya (T) atau peluang (P) atau variat
0,350 3,468 I,134 0,69 0,14'l 1,573
0,038 0,29 yang berkuranC (y).
0,069 0,30 0,346 3,370 I,160 0,70 0,t42 I,549

0,099 0,31 0,341 3,277 1,t87 0,71 0,136 1,526 Tabel 6.10. Variat yang berkurang (log y) untuk berbagai periode ulang dan peluang
0,t29 0,32 0,336 3,190 I,214 0,12 0,131 I,503
0, r58 0,33 0,33 I 3,108 1,2q 0,73 0,126 I,480
3,030 I,267 0,74 o,t2t l,458 Interval ulang Peluang
0,188 0,34 0,327
0,217 0,35 0,322 3,955 1,294 o,75 0,1 l6 I,436 T : l/P (x) P (x)

0,245 0,36 0,317 2,885 1,32t 0,'16 0,lll I,415


l,0l 0,990 0,663
0,274 0,37 0,312 2,818 1,348 0,77 0, 106 l,394
1,05 0,952 0,482
0,302 0,38 0,30? 2,754 t,375 0,78 0, l0t t,374
I ,10 0,909 0,380
0,33 r 0,39 0,302 2,692 l,402 0,79 0,096 I,354
0,82 I,334 1,20 0,833 0,253
0,359 0,40 0,297 2,634 1,430 0,80
1,30 0,769 0,166
0,386 0,41 0,292 2,578 |,457 0,81 0,087 1,3 14 l,40 0,'714 0,098
0,414 0,42 0,281 2,524 I,484 0,82 0,082 t,295 o I,50 0,66'.7 0,041
0,442 0,43 0,282 2,412 t,5t2 0,83 0,017 t,276
I,58 0,633 0,000
0,469 0,44 o,271 2,422 l,5rt0 0,84 0,w2 1,258
|,240
2,00 0,500 -0, I 59
0,496 0,45 0,271 2,374 1,567 0.85 0,067
3,00 0,333 -0,393
0,523 0,46 0,266 2,328 l,595 0,86 0,063 I,222 4,00 0,250 -0,541
0,55 I 0,47 0,261 2,284 t,623 0,87 0,058 t,2u 5,00 0,200 -0,652
0,517 0,48 0,256 2,Ul 1,651 0,88 0,053 I,187
10,0 0,100 -0,979
0,604 0,49 0,251 2,199 l,680 0,89 0,049 i,rzo 0,M7
15,0 -l,155
0,63 l 0,50 o,246 2,159 I,?08 0,90 0,044 I,154
20,o 0,050 -1,292
0,658 0,51 o,uo 2,t20 1,731 0,91 0,040 l,t37 25,0 0,040 -t,3.87
I, l2l
,,
0,684 0,52 0,235 2,082 t,765 0,92 0,035 30,0 0,033 -1.,469_
0,71I 0,53 0,230 2,U5 |,794 0,93 0,03r I,105 40,0 0,02s -1,469
|,823 0,94 0,026 I,089 f
0,738 0,54 0,225 2,009 s0,0 0,020 -t,699
0,79 0,55 0,219 I,975 r,852 0,95 0,022 1,074 ll
qi 7 5,0 0,013 -l ,886
0,790 0,56 0,214 I,941 1,881 0,96 0,017 l,059 100 0,010 -2,000
0,817 0,57 0,209 I,909 l,9l I 0,9? 0,013 t,u4
0,843 0,58 0,2u 1,817 I,940 0,98 0,009 t,029
0,870 0,59 0,199 l,846 |,970 0,99 0,004 1,014
0,896 0,60 0,193 r,815 2,W I,00 0,0 1,000

0,922 0,61 0,188 I,786 2,309 l,t -0,040 0,86?


0,949 0,62 0,183 1,757 2,ffi t,2 -0,071 o,752
0,975 0,63 0,178 |,729 2,996 1,3 -0,109 0,652
1,002 0,64 0,t72 1,702 3,382 1,4 -0, I 36 0,563
I,028 0,65 0,167 1,67 5 3.802 1,5 -0,160 0,486
"t

Gambar 6-43. Kertas peluang log-normal'


{
2s5

l. Batuan menjadi poreus karena pelarutan

7. AIR TANAH 2. Batuan menjadi poreus karena retakan

batu-batu porous
7.1. TEMPAT DAN ASAL MULA AIR TANAH
3. Endapan sedimen.

Lebih dari 98 persen dari semua air (diduga sedikit lebih daripada 7 Grmbrr 7.1. Contoh-contoh bukaan batuan (Wiest, 1965).
x 106 km3) di atas bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-
pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen sisanya adalah apa Trbel7.1. I(lcrnn-Lkmn porosites yrng mewrhili untuk brhrn-behrn endrpen (Todd,
1959)
yang kita lihat di danau, sungai dan reservoir. Separuh dari 2 persen ini
disimpan di reservoir buatan. Sembitan puluh delapan persen dari air di Porositas (90)
bawah permukaan (96 di luar 100 persen air total) disebut air tanah dan t
digambarkan scbagai air yang terdapat pada bahan yang jenuh di bawah Liat I 45-55
muka air taruh. Dua persen sisanya adalah lengos tanoh pada mintakat Debu | 40-50
Pasir campuran medium hingga kasar | 35-.10
tidak jenuh di atas muka air tanah (Gelhar , 1972). Jumlah air tanah yang Pasir yang seragarn | 30-40
bcsar mcmainkan peranan penting dalant sirkulasi air olcmi. Bila kita Pasir campuran halus hingga medium | 30-35
mqgansgtp bahwa presipitasi diagihkan secara sangat tidak merata, ma- Kerikil I 30-40
ke banyak sungai akan mengering tanpa suatu oliran dasar. Peranan air
{ pasir
Kerikil dan I 20-35
tanah digambarkan dengan bagan-bagan aliran pada Bab 2. Waktu rata-
(paras)
Batu pasir | 10-20
rata yang diperkirakan untuk suatu tetes hujan untuk berjalan dari hu-
Serpihan I l-10
Batuan kapur I l-10
jan ke laut adalah sedikit lebih dari 400 tahun (Celhar, 1972). Batuan granit l-5
I
Jumlah air tpnah yang besar yang disimpan di bawah permukaan
bumi dapat digambarkan oleh penaksiran Shimer (1968) yang menggam-
barkan bahwa jika semua air tanah di Amerika Utara dibawa ke per-
rmrkaan ia akan menutupi lahan sampai kedalaman 2,5 m lebih, yang
setara dengan beberapa kali presipitasi tahunan. Air ini tentunya harus
berasal dari suatu tempat. Secara praktls semua air bawah permukaan
berasal dari presipitasi. Akan tetapi, jumlah air tanah yang nisbi kecil,
berasal dari sumber-sumber lain. Asol-muasol oir tanah juga
dipergunakan sebagai konsep dalam menggolongkan air tanah ke dalam
256 257

4 tipe yang jelas (Told, 1959 dan Dam, 1966), yaitu: Desar. Retakan mungkin terdapat dalam batuan kristalin maupun batu-
l. Air meteorik: Air ini berasal dari atmosfir dan mencapai mintakat ke- an padat dan mungkin mempunyai ukuran kapiler maupun super kapiler.
jenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan: Air yang disimpan dalam retakan disebut air celah dan air retakan. Lu-
a. Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan tanah bang-lubang yarrg besar merupakan ciri formasi batu kapur dan kadang-
b. Secara tidak langsung oleh perembesan influen (di mana kemi- kala batuan gunung api. Kalau aliran air melalui retakan adalah sebagian
ringan muka air tanah menyusup di bawah aras air permukaan- besar laminer dan sebagian turbulen, aliran air melalui lubang-lubang
kebalikan dari efluen) dari danau, sungai, saluran buatan dan yang besar adalah turbulen.
lautan Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klastik dan bahan
c. Secara langsung dengan cara kondensasi uap air (dapat butiran lainnya. Pori berukuran kapiler dan membawa air yang disebut
diabaikan). air pori. Aliran melalui pori adalah laminer. Kapasitas penyim-
2. Air juveni* Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada min- panan/cadangan air suatu bahan ditunjukkan dengan porositas yang
takat kejenuhan dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini merupakan nisbah volume rongga (Vu) dengan volume total batuan (V),
dibagi lagi menurut sumber spesifiknya ke dalam: v
a, air magmatik n: J x 10090
b. air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor). v
3. Air diremojakan (rejuvenated): air yang untuk sementara waktu telah
dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab- di mana: n - persen porositas (90)
sebab lain, kembali ke daur lagi dengan proses-proses metamorfisme, Vv = volume rongga (cm3)
pemadatan atau proses-proses yang serupa (Dam, 1966). V = volume total batuan (gas, cair dan padat (cm1.
4. Air konat: Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau
gunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat ter- Porositas (lihat Tabel 7-l) tergantung pada bentuk dan susunon
mineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air partikel individu, agihan ukuran pori, derajat sementoro dan
laut. pemadatan. Pada mintakat kejenuhan, air tanah mengisi semua lubang.
Karena itu, pada mintakat ini, kita dapat menganggap lengas tanah sama
7.1.1. Sifat-sdat Batuon dan Terjodinya Air Tanah dengan porositas. Jika kita tertarik pada pemindahan air tanah dari min-
takat kejenuhan, kita tidok dapat memindahkan semuanya karena gaya-
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus-air) gaya molekuler dan tegangan permukaan akan memegang sebagian air di
yang dikenal sebagai akifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi tempatnya. Air ini ditahan melawan gaya berat. Retensi spesdik suatu
ii batuan atau tanah diberi batasan sebagai nisbah persentase volume air
pengikat air. dasar-dasar'yang tembus air) yang merupakan formasi nr
tr yang akan tertahan melawan gaya berat setelah kejenuhan terhadap
pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar fil

untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Air tanah il volumenya yaitu:
juga ditemukan pada akiklud (atau dasar semi permeabel) yang mengan-
.l
V
dung air tetapi tidak mampu memindahkan jumlah air yang nyata S.: J x 100
(seperti liat). Akifer ditemukan pada sejumlah lokasi. Deposit glasial 1i
v
pasir dan kerikil, kipas aluvial dataran bajir dan deposit delta pasir se-
muanya merupakan sumber-sumber air yang sangat baik. Pada suatu di mana: Sr = retensi spesifik (90)
akifer, air tanah menempati lubang batuan (Gambar 7-l) yang dikenal il =
Vr". volume air yang tahan (cm3)
sebagai pori (atau celah-suatu klasifikasi celah yang baik disajikan V: volume total batuan (gas, cair dan padat, cm).
oleh Ward, 1967 halaman 241-243) patahan maupun lubang yang il
U
2s8 259

Sebaliknya, air yang dapat dipindahkan dari mintakat kejenuhan


dinyatakan sebagai hasil spesdik (atau porositas efekti0. Hasil spesifik
50 tersebut diberi batasan sebagai nisbah persentase volume air yang setelah
45
dijenuhkan, dapat dikuras secara bebas oleh goyo berqt terhadap
40
volumenya sendiri. Ini adalah:
35
30

52s S':-*ox loo


V
b20
a t5
lo Retensi spesifik di mana: Sv : hasil sPesifik (90)
5 V*d : volume air Yang dikuras (cm3)
0
V : volume total batuan (gas, cair dan padat, cm3).
D
l09o maksimum
a
o ukuran butiran Tampak bahwa porositas (n) sama dengan:
(mm)

n:Sr+S,
Gambar?.2. Keragaman-keragaman porositas, hasil spesifik dan retensi spesifik di DAS
Pantai Selatan, Kalifornia (ukuran butiran berkaitan dengan harga Harga-harga spesifik tergantung pada ukuron butiron, bentuk dan
kumulatif, yang dimutai dengan bahan kasar dari l09o sampel total) (Todd'
agihsn pori dan pemadatan. Meinzer (1942) memberi garis besar
1959).
beberapa metode untuk menentukan hasil spesifik (penjenuhan contoh
Tabel 7.2. Hasil-hasil spesifik yang ditaksir pada deposit di Lembah Sacramenlo, Califor- Iaboratorium, penjenuhan contoh lapangan, uji pompa, dan lain-lain).
nia, Ameriks Serikat (Todd, 1959) Semua metode ini mempunyai keterbatasan. Pada Cambar 7-2 dan
Tabel 7.2 disajikan beberapa harga hasil spesifik, yang didasarkan atas
Deposit Hasil spesifik (90) pengukuran laboratorium. Pada TabelT .2 pengaruh pemadatan nampak
Mintakat jeluk Semua minta- pada menurunnya harga-harga hasil spesifik dengan kedalaman sungai
kat dan deposit aluvial.
20-50 50- l 00 100-200 20-200
kaki kaki kaki
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi agihan lubang bqluqn
kaki
dapat diringkas sebagai berikut (Ward, 1967):
Dataran banjir sungai 1. Tipe batuan
dan deposit kanal l,7 10,5 8,0 9,3 2. Keragaman vertikal litologi (dasar-dasar pembentukan)
Dataran aluvial ren- 3. Keretakan batuan
dah & deposit kipas aluvial 8,0 7,5 6,9 7,3
Deposit aluvial ter-
4. Pelapukan.
potong 6,2 6,0 6,2 6,2
Deposit Basin (DAS) 5,0 4,5 6,0 5,4 7 .1.2. Tipe-tipe Akifer

Seluruh lembah '1,9 7,2 6,9 7,1


Ada 3 tipe akifer utama yang dibahas di bawah ini.
l. Akifer tidqk tertekan.'Akifer ini (disebut juga bebas, freatik atal
non-ortesis) batas-batas atasnya adalah mukq a ir ta na h. Kelengkungan
r
260 261

dan kedalaman muka air tanah beragam tergantung pada kondisi-


kondisi permukaan, luas pengisian kembali, debit, pemompaan dari
sumur, permeabilitas, dan lain-lain (lihat Gambar-gambar 7-3 dan
7 -4). sumw muka
'rair sumur
sumur artesis;
2. Akifer terteksn: Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer 4.6
n
mengalir
/
o- 41'9li:EL
teksnan di mana air tanah tertutup antara 2 strata yang relatif kedap {qu, aliran influenT
-pJ,gtk.T
mata at
/
air. Airnya ada di bawah tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh sumur muka

permukoon piezometrik. Jika suatu sumur dimasukkan dalam akifer l\ er Eneh /un
rumbsi-rumbe
mclayang it ahran eflucn
kapiler
ini, aras air akan menaik sampai aras piezometrik dan akan memben-
tuk suatu sumur yang mengalir seperti ditunjukkan pada Gambar 7-3.
Kawasan yang memasok air ke akifer tertekan disebut daerah pengi-
strata pembats
sion kemboli. Perhatikan bahwa permukaan piezometrik merupakan
svatv permukaan imajiner serupa dengan aras tekanan hidrostatik air
pada akifer. Gambar 7-3. Akifer air tanah (Eagleson, l9?0).
3. Akifer melayang: Akifer ini merupakan kasus khusus dari akifer tak
terbatas (Gambar 7-5) yang terjadi di mana tubuh air tanah
dipisahkan dari tubuh utama air tanah oleh stratum yang relatif
kedap air dengan luas yang kecil. Lensa-lensa liat pada deposit
sedimen mempunyai tubuh air yang dangkal yang melapisinya. ,i
4. Akifer semi-tertekqn.' Akifer ini merupakan kasus khusus akifer ber- a
tekanan yang dibatasi oleh lapisan-lapisan semi-permeabel.

7 .1.3 - Konstantq-konstanta Ceohidrolika Akifer.

l. Koefisien simpanan
raya

Koefisien simponan diberi batasan sebagai volume air yang dilepas-


kan (atau diambil) oleh akifer ke dalam simpanan per satuan luas per-
mukaan akifer dan per satuan perubahan tinggi air. Untuk kolom
vertikal I x I m yang memanjang melalui suatu akifer tertekan
(Gambar 7-7) koefisien simpanan S sama dengan volume air (dalam
m) yang dilepaskan dari akifer bila permukaan piezometrik turun I
meter (tl ke t2 ). Pada sebagian besar akifer tertekan, koefisien
simpanan berkisar 0,00005 < S < 0,005. Koefisien tersebut dapat
ditentukan dari uji-uji pompo sumur dan duri embutan (fluktuasi) air
muka air tanah tak tcrSanggu
tonoh. Untuk suatu akifer tertekan suatu rumus dikembangkan -- - -
-.-.- muka ah tmah tcrganggu
--- -- arah aliran air tanah
sebagai:
FSil lapim pcmbetc

S=psH( n +f I
Ew Es Gembrr 7-4. Bagan muka air tanah dan gerakan di Kawasan Gooi, negeri Belanda
(Co-
laris, 1974).
t
263
262

di mana: P: kerapatan air (kglm3)


g= percepatan gravitasi (nrldetik2)
11: ketebalan akifer (m)
muka air;;;i---{ermuka-
n: porositas (_) melayang --\an lanah

E; modulus beban kompresi air


Newton/m2
2000 x 106
M=*E;
axrrer
melavane
,4ufuDr
t /
strata kdap alr
Es= modulus elastisitas skeleton butiran
: 300 x 106 Newton/m2 untuk bahan tak terkonsoli- akifer bebas
muka air Enah

dasi. ERCp+E<EtWr
strala kedap air

Koefisien simpanan untuk akifer bebas berhubungan dengan


hosil spesdiknyo. Kemudian ini ditunjukkan dengan simbol trr. Untuk Grmbsr 7'6. PrinsiP hukum DarcY'
Gsmbar 7-5. Akifer atas.
sedimen dengan porositas antara 0,3 dan 0,4, p adalah antara 0,1 dan
0125.
Untuk okifer tertekon, Soliman (dalam Decisions with Inade-
quate Hydrologic Data, 1973) mengembangkan persamaan doya sim- 'f -,permulaan
piezomelrik

pan berikut, atau koefisien simpanan: permukaan tanah

i
(r2-rr)(A0T i
j
(A x) (A h) n akifer.,
,rertekan

di mana: 12 = gradien tinggi air piezometrik pada jarak x2 lapisan kedap air

I, : gradien tinggi air piezometrik pada jarak x, Gambsr 7-7. Konsep koefisien simPanan'
Ax: x2_xr(m)
At : selang waktu (hari) Tabel 7,3. Harga-harga perkiraan koefisien permeabilitas untuk bahan-bahan granuler
Ah : perubahan muka air tanah pada selang waktu At (m) (Dam, 1966)
t = transmisibilitas (m2/hari). O Partikel Koefisien permca-
Tipe tanah
efektif (1r) bilitas (m/hari)
Pemakaian rumus ini memerlukan:
a. Pencatat muka air di dalam sumur pengamatan (untuk Ah dan At) Debu 2-20 l0-2
b. Harus tersedia penghitung air tanah piezometrik Pasir sangat halus l0-r
c. Uji-uji pompa harus dilakukan dan transmisibilitas harus diten-
tukan secara terpisah sebelum memasang pencatat aras dalam Pasir halus
Pasir kasat
l 20-200
I
lo-r- lo-2
sumur.
) Permeobilitas
Permeabilitas merupakan suatu ukuran kemudahon qlirqn melalui
Kerikil dan pasir l 2m'-2000 103

104

suatu media poreus. Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan Kerikil >2W
105
dengan koefisien permeabilitas (Tabel 7-3 dan Tabel 7-4). Banyak
peneliti telah mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan
beberapa rumus. Rumus Fair dan Hatch (1933) dapat dipandang
sebagai sumbangan yang khas.
264 265

dp d2: diameter Partikel Pasir.

rT,*> P

d_
,'J-
i
i
Mengikuti hukum-hukum Poiseuille dan Darcy, Marshall
(1957) mendapatkan rumus permeabilitas berdasarkan atas kurva pF'
Rumusnya seperti disajikan di bawah ini, hanya dapat dipergunakan
pada tanah-tanah dengan struktur butiran tunggal, seperti pasir:
- di mana: r - permeabilitas spesifik (atau intrinsik) (lihat paragraf
7.2.t) l=m
m= faktor pemadatan + 5 y= (270)
(2i- r)
0- faktor bentuk pasir (6 untuk butiran berbentuk bola i: I h?
dan 7 ,7 untuk butiran bersudut)
Il= porositas (-) di mana: k: konduktivitas hidrolik : permeabilitas (cmldetik)
P: persentase pasir yang ditahan antara dua ayakan n= porositas (90)
yang berdekatan (90) m: banyaknya selang dalam sumbu-sumbu 0
dm: rata-rata geometrik ukuran dua ayakan yang hi tinggi kenaikan kapiler pada selang ke-i (cm)
berdekatan (m). i: 1,2, .,. m
2i= I = faktor berat.
Rumus lain batasan koefisien permeabilitas pasir adalah (dalam
Kuzeny):
Kanoungan air
volumetrik (0)
kpasi, : c e (0,7 + o,o3 D flYl^ rl
(l 1)2
-
di mana: kpasi, = koefisien permeabilitas pasir (m/hari)
C konstanta lokalitas. C = 3200 sebagaimana dihi-
tung oleh Hooghoudt, dan C = 3420 sebagaima-
na dihitung oleh Fahmi
e faktor bentuk pasir (bentuk bola atau sudut)
T suhu ("C)
tegangan lengas tanah
n porositas (-) (cm air = h)
U : indeks ukuran butiran : permukaan spesifik. In- I

deks ini merupakan nisbah luas permukaan total ,i Rumus-rumus permeabilitas empiris yang lain disajikan dalam
partikel tanah dengan luas permukaan suatu
, acuan, Drainage Principles, 1974. Semua rumus empiris memerlukan
modifikasi bila dipergunakan pada kawasan tertentu.
kuantitas yang sama (menurut berat) dari
partikel-partikel berbentuk bola dari bahan yang a. Pengukuran permeobilitqs lqboratorium
sama dengan diameter I cm (Drainage Prin- Beberapa tipe permeometer telah dikembangkan bagi penentuan
ciples, 1974) permeabilitas laboratorium. Karena contoh-contoh adalah terganggu
(porositas, orientasi dan stratifikasi butiran berubah) pengukuran
U: 0,4343 . I I
(Rumus Zuncker) Iaboratorium hanya sedikit berhubungan dengan permeabilitas
I
tog (dy'd1) dr d2
266
t 267

lapangan (Todd, 1959).


c. Ketebalan akifer adalah konstan dan sama dengan H.
Permeameter dengan bagian atas konstan membiarkan air
d. Aliran air tanah adalah horizontal.
memasuki medium poreus (Gambar 7_g) dari bawah dan ditampung
e. Aliran air tanah pada lapisan yang semi-tembus air adalah ver-
sebagai limpasan permukaan setelah naik melalui bahan. pada
tikal.
permeameter dengan tinggi yang menurun, air dibiarkan
mengalir
dan aras air pada tabung pada saat-saat yang berlainan dicatat.
f. Sumur pompa menembus seluruh jelu.k akifer yang jenuh.
Karau g. Koefisien simpanan adalah merupakan invarian waktu
permeameter-permeameter dengan bagian atas konstan
dan yang h. Akifer adalah isotropik (permeabilitas tanah pada titik tertentu
menurun digunakan untuk contoh-contoh terkonsolidasi dan
tak mempunyai nilai yang sama untuk beberapa arah aliran).
terkonsolidasi, permeameter non-deDir digunakan untuk contoh-
contoh tak terkonsolidasi dengan bagian atas yang sangat rendah (h).
i. Untuk aliran yang tidak tetap, radius sumur adalah nol.
j. Air tanah tidak dapat dimampatkan (kerapatan air tetap sama).
Suatu tabung-U (luas a) yang diisi dengan contoh dihubungkan pada
k. Permeabilitas merupakan invarian waktu (tak tergantung waktu).
kedua ujungnya dengan reservoir pemasok dan peneriia (dengan
luas A). Peralatan seruruhnya diletakkan pada kamar
l. Pelepasan air dari cadangan/simpanan terjadi secara seketika
dengan suhu sesudah merendahnya kurva menurun (drawdown).
yang konstan. Permeabilitas ditentukan dengan
mencatat perubahan- m. Mintakat kapiler tidaklah penting.
perubahan atas air pada waktu yang berbeda.
Kini perhatikan okifer tak tertekon dengan aliron tetap. lni
b. Pengukuran permeabilitas lapongai
akan berarti bahwa penampang air tanah tetap sama setiap waktu.
Uii pompa merupakan cara pendugaan permeabilitas
akifer yang pa_ Selanjutnya dengan menggunakan bagan yang disajikan di bawah ini,
ling dipercaya (Gambar 7-9). Uji tersebut dipergunakan
pada air rumus Dupuit-Thiem dapat dituliskan sebagai berikut:
tanah yang dalam dan melibatkan pemompaan aiidari lubang pem_
boran pada laju yang konstan atau yang meningkat Qo 2,3 log t1
secara be.a*ngsur_
angsur dan pengamatan aras-aras air secara simultan pada
sr
-
S.r =
berbagai 2nkH rl
jarak dari sumur pompa (Todd, r959).
Dari bentuk dan sifat aras air
yang menurun di sekitar sumur, dan pemulihan kembali aras air
setelah pemompaan berhenti, permeabilitas
akifer dapat ditentukan
dengan menggunakan hukum Darcy. Keuntungan_keuntungan
utama
metode ini adalah bahwa sampel yang digunakan
adalah besor dan
tetap tuk tergonggu. Selain penggunaan waktu dan
biaya yang lebih
tinggi kerugian utama tetap seperti asumsi yang dibuai "uti.un F{
urirt lr
air tanah.
Dengan menggunakan sumur pengamatan tunggal, kita
dapat di mana: Sz : drswdown keadaan tetap pada jarak 11 (m)
meneliti 2 macam hubungan: sl : drswdown keadaan tetap pada jarak 12 (m)
a. Keadaan tunak (tetap)
b. Keadaan tidak tunak (tidak tetap). Qo : debit sumur yang seragam (konstan) (m3lhari)
kH : transmisibilitas akifer (m2lhari).
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa untuk kedua
kasus
tersebut, penyelesaian persamaan_persamaan air tanah,
dengan Rumus yang sama dapat dipergunakan pada suatu okifer
menggunakan data uji pompa, dibatasi oleh osumsi-osumsi
berikut tertekon dengan suatu aliran tetap. Ini ditunjukkan pada Gambar
(Dam, 1969; Drainage principles, 1974):
7-9A. Walaupun rumus yang disajikan di atas gambar ini nampaknya
a. Akifer adalah homogen dan horizontal.
berbeda, pengamatan yang seksama akan menunjukkan bahwa ke-
b. Akifer sangatlah besar.
duanya adalah sama.
268 269

Tabel 7.4. Porositas dan permeabilitas batuan

Tipe Batuan Porositas (90) Koefisien Permeabi.


litas (m/hari)

Kerikil 25-35 100-1000 Sumur sama sekali menembus Sumur menembus akifer
Pasir 30-40 5-40 akifer tcrtekan tak tertekan
Konglomerat l0:25
25-50
5- l5 .=[ffi],'u'',, ..=*[H,.]
= 0,t
Loess
Batuan pasir (paras) 5-20 5-20
Batuan pasir dengan lipatan hingga 40 >50
,i dan fraktur (patahan) n alr lanah asll I

Batuan kapur dengan permea-


' bilitas primer 20-35 25
Batuan kapur dengan permea-
' bilitas sekunder ):s :>25 -i----
I

P.rmcamd.r dcrym d.ry3n trw ye8 mmurun ,


- kedap air

,'t h = un8gr A = &sm r*froi


h" = riryi pedr ro
h * tr@B&t Gambar 7-9. Penggunaan uji pompa untuk menaksir koefisien permeabilitas (Todd'
{ I 959).
J

rn,
".14!-l.,n

metode piezometrik

metoderabung
-F il
Gambar 7-E. Permeameter.
IL =F
E.E II ,l@."'"X"^n
.__'_-1,
Permukaan tanah

! w@( - ll d===5
ltr *, .kif"a setetrgah tertekan
kedaD alr \-

i
a
metode lubang bor atr rs$c$mRr
kedap air
kedaP air

r!J 1\
dB
Hd
FE
Ed
bd
E_E ---w*,@r/iifi?,h
kedap air. (ffilw{qt@E@ffi
kedafr alr'

Gambar 7-10. Metode-metode piezo-


metrik, tabung dan lubang bor. Gambar 7-ll. Tahanan hidraulik
T
270 27t

Bila aliran pada akifer tok tertekon adalah tidok tetap, yang dimana: sr = drawdown dalam meter pada jarak radial r pada
berarti bahwa aras air tanah pada titik tertentu berubah pada waktu t,
waktunya, dua pendekatan dapat digunakan: s2 : drawdown dalam meter pada jarak radial r pada
a. Rumus Theis-Jocob-Edelman disajikan sebagai: waktu t,
Qo : debit sumur yang seragam (konstan) (m3lmenit)
s: -"
a^
W(u) kH = transmisibilitas akifer (m2lmenit)
4nkH tpt2 : waktu sesudah pemompaan dimulai (menit).

di mana: s : drawdown pada jarak tertentu r dalam meter (lihat


bagan di atas)
= debit sumur yang seragam (konstan) (m3lhari)
Qo
kH: transmisibilitas akifer (m2/hari)
W (u): fungsi sumur (lihat halaman berikut)

w(u) : ,uia a,
tl I

u- r2P
4 kHt
w !!
r-+-
lr
I

1og t
1 : jarak dari sumur (m) Jika s diplotkan terhadap log t sebagaimana ditunjukkan pada
: Y*::t halaman sebelumnya, pada kertas semi-log, to yang merupakan
I
I
' ;::1?f "y lTi;J,T :?:Xr,,"Hu,io.1l waktu ketika s sama dengan nol, dapat ditentukan. Selanjutnya,
koefisien cadangan atau porositas efektif dihitung dengan rumus:
dimensi)
t : waktu sejak awal pemompaan (hari). (2,25) (kH) (rJ
Rumus yang sama dipergunakan untuk akifer tertekan, tetapi f2
selanjutnya p diberi batasan sebagai:
di mana: k : m./menit; to : menit
U=- 12s H:m r:m.
4 kHt
di mana: S = koefisien cadangan,/simpanan untuk akifer tertekan Pada tempat drawdown, orang juga dapat menggunakan dato
(-) pemulihan air tanah dalam menentukan k atau kH. Untuk aliran
b' Pendekatan kedua sebenarnya merupakan versi dari rumus
Theis-
tidak tetap pada akifer bebas rumus berikut tersedia:
Jacob-Edelman dan menganggap titik tunggol pengukuran t
di dekat Qo
2,3 log
(misalnya sampai 5 meter) sumur pompa. Untuk
tersebut dicrcfinisikan dengan rumus:
akifer bebas metode 4n kH -t'

sr : Qo 2,3 log ll di mana: s : drawdown sisa. Drawdown ini merupakan perbeda-


s2
- 4n kH t2
an antara aras air tanah mula-mula sebelum pemom-
T
272
1 I
paan dan aras air tanah aktual pada waktu t' sejak l

pemompaan dihentikan
t: waktu sejak pemompaan dimulai (hari)
t' waktu sejak pemompaan berakhir. Jika t. adalah waktu
setelah pompa dihentikan, maka: t' : t te.
-

log t/t')
Suatu penyelesaian grafis dicapai dengan memplotkan s berlawanan dengan log (t/t').
Persamaan-persamaan aliran air tanah untuk keadaan tunak E

dan tidak tunak pada akder semi-tertekai dapat diperoleh pada


banyak kepustakaan (Dam, 1969; Drainage Principles, 1974; Glover, ,l a
a

1973; Steady Flow of Ground Water, 1964). Persamaan Hontush dan


Jacob untuk akifer semi-tertekan tidak tetap, dan persamaan de Glee
dan Dupuit-Thiem, paling lazim digunakan. d

Dalam hal air tanah yang dangkal, 3 metode lainnya


dipergunakan, yaitu: a) metode piezometrik, b) metode tobung dan c)
metode pemboran. Pada metode-metode ini air dikurangi (atau I
ditambah) dengan pompa tangan kecil, dan pengukuran dilakukan
atas kecepatan pulihnya atau turunnya aras air pada posisi asalnya.
Pada Gambar 7-10 bagian yang diarsir menunjukkan ukuran luas
sampel yang koefisien permeabilitasnya ditentukan.
Air dapat memasuki lubang bor di seluruh panjangnya dan
menghasilkan koefisien permeabilitas horizontal (K) dan paling
berharga pada tanah-tanah yang relatif sama. Piezometer mem-
biarkan air masuk hanya dari kisaran jeluk yang terbatas pada dasar-
nya. Karena itulah, metode ini sering kali dipergunakan pada bahan
berstratifikasi, di mana koefisien permeabilitas dori berbogai lapisan
mungkin sangat beragam.
Metode tobung, yang membiarkan air hanya memasuki dari bawah, P
digunakan untuk menduga terutama koefisien permeabilitas vertikal ___________-> (n)M

i
274 275

(Kr).Metode-metode ini adalah sederhana, ekonomis dan Metode infiltometer menggunakan infiltrometer cincin pada
memungkinkon penggunoqn contoh-contoh tqnoh utuh. kedalaman yang berturutan pada suatu lubang tanah untuk meneliti
Prinsip metode piezometrik adalah bahwa lubang dibor dan pipa perbedaan-perbedaan konduktivitas hidrolik dari berbagai lapisan.
dimasukkan ke dalam lubang dengan meninggalkan suatu rongga yang Ernst (1950) melakukan penelitian-penelitian dengan meng-
tak terlindung pada dasarnya. Air dikeluarkan dari pipa dan data gunakan metode pemboron dan mendapatkan rumus empirik. Unruk
pemulihan dicatat. Konduktivitas hidrolik dapat dihitung dengan meng- okiftr lopisan tunggsl dia mendapatkan air yang dipulihkan
gunakan rumus Luthin dan Kirkham: (penyelesaian untuk tanah berlapis dua disajikan pada acuan Drainage
,2 Principles, 1974):
h,
k: 'P ln "l (4000) (r) (A h)
C(tn
- tl) hn k-
dimana: k: konduktivitas hidrolik (fr)(ao tI *zo1 tz-
E
l
(cmldetik) rH
rp : radius-dalam pipa (cm)
C : faktor geometri sebagai di mana: k : permeabilitas (meter/ hari)
fungsi dari S, H, r dan L f= radius bor (cm)
pada gambar di samping hl= kedalaman muka air tanah pada lubang di bawah aras
(lihat Drainage Principles,. acuan pada waktu pembacaan pertama (cm)
1974, halaman 281) t1 waktu pembacaan pertama
hn = jeluk aras air (cm) pada hn: kedalaman muka air tanah pada lubang di bawah aras
pipa di bawah aras air acuan pada waktu tn
setimbang pada waktu tn. At = tn-tl
tabung konsentrik
A! : hn- hr
Metode tabung diperoleh h = L-(Yr)(h)
dengan menggunakan me- i
H = kedalaman bor di bawah muka air tanah (cm)
tode injiltrometer. Prinsip D = kedalaman bor di bawah aras acuan (cm)
metode tabung rangkap S = kedalaman dasar kedap air di bawah dasar lubang (cm).
adalah menempatkan 2 ta-
bung konsentrik pada suatu
kedalaman (di mana penen-
tuan permeabilitas diperlu-
kan), menjenuhkan tanah di sekitar dan di bawah tabung, dan selanjut-
nya dengan mengisi tabung dengan air, mengukur laju turunnya aras air.
Pada satu sistem, turunnya aras air pada tabung bagian luar dan bagian
dalam dicatat. Pada sistem lainnya, aras air pada tabung bagian luar di-
jaga konstan dan laju turunnya pada tabung bagian dalam dicatat (lihat
Drainage Principles, 1974, untuk detailnya).
\
277
276

Ernst juga telah mengembangkan suatu nomograf (lihat pelacak lebih diarahkan untuk pengukuran arah daripada
pengukuran kecepatan gerakan air tanah.
Drainage Principles, 1974) untuk pendugaan yang cepat dari
rumusnya. Bila menggunakan rumus ini, butir-butir berikut harus 3. Ketahanun hidrolik
diperhatikan: Ketahansn hidrolik didefinisikan sebagai ketahanan suatu lapisan
a. Kesalahan duga adalah sekitar 10-200/0. semi tembus-air terhadap aliran vertikal air yang melewatinya. Untuk
b. Bor harus mempunyai diameter antara 3-7 cm. lapisan yang homogen ketahanan hidrolik sama dengan nisbah
c. Kedalaman lubang pemboran dari permukaan tanah harus berada ketebalannya terhadap permeabilitasnya. Jadi:
antara 20-200 cm. H
L-
d. S harus lebih besar dari 0,5 (H). - k
e. Ambil sekitar 5 bacaan pada selang 5-30 detik, taksir k dan ambil
rata-ratanya.
Pendekatan lain untuk menentukan permeabilitas akifer adalah di mana: c: ketahanan hidrolik (hari).
H= ketebalan lapisan semitembus (m).
dengan menggunakan pelocak. Pada metode ini, sejenis pelacak
(Todd, 1959) seperti bahan pewarna, garam, bahan radioaktif dan k: koefisien permeabilitas lapisan semi-tembus (m/hari)'
lain-lain, ditambahkan pada air tanah melalui sumur pada lokasi
Namun dalam kenyataannya, ketahanan hidrolik tergantung
bagian atas dan waktu yang diperlukan untuk nampak kembali pada
pada adanya tempat-tempat lemah di mana air tanah berkonsentrasi
sumur bagian bawah diamati. Bersama-sama dengan gradien hidrolik
yang diketahui, permeabilitas ditentukan dengan menggunakan per- (Gambar 7-ll) dan tidak dapat didefinisikan dengan rumus yang
samaan Darcy. sederhana. Oleh karena itu, uji-uji laboratorium tidak doput
memberikan angka-angka yang realistis. Terdapat 3 tipe metode

i:
.dL pengamatan lapangan. Sama halnya dengan penentuan koefisien
permeabilitas, uii-uji pemompoon pada akifer semi-tertekan
digunakan untuk menentukan ketahanan hidrolik (Huisman, 1960)'
Pada metode nerocq air, persamaan neraca akifer bagian atas (Gam-
bar 7-12) dikembangkan sebagai:

P+Dt:E+Do+AS+v
, n (v) (dL)
A--
dh di mana: P = presipitasi (mm/hari).
Do : drainase yang keluar dari kawasan (mm/hari).
di mana: n = porositas (karena aliran hanya meialui pori). Di : drainase yang masuk ke kawasan (mm/hari).
vt = kecepatan rata-rata pelacak. ai E= evoPotranspirasi (mm/hari - dari lisimeter, panci,
dL = panjang akifer (jarak antara 2 sumur). rumus-rumus, dan lain-lain).
dh : perbedaan bagian atas (perbedaan antara aras air ke AS: perubahan cadangan/penyimpanan (mm/hari).
dua sumur). v = perelrlbesan (hilang atau tambah - mm/hari).

Meskipun metode ini sederhana, pelrggunaan pelacak terbatas Dari persamaan ini perembesan dapat ditentukan. Secara ter-
pada jarak sampai beberapa meter, dan hasil yang diperoleh hanyalah pisah beberapa piezometer ditempatkan pada kawasan tersebut dan
perkiraan. Karena itu, pada tahun-tahun belakangan ini, penggunaan perbedaan rala-rata (h) antara tinggi piezometrik air tanah semi-
*
.

279
278

semi-tertekan dan air tanah akifer bagian atas (bagian atasnya sama
dengan kedalaman air tanah, karena merupakan akifer bebas)
diamati. Ketahanan hidrolik ditaksir sebagai:

h
piczomeier

Ketahanan hidrolik dapat juga ditentukan dari polo tinggi-


tinggi piezometrik. Sebagaimana ditunjukkan pada Cambar 7-12,
beberapa piezometer yang diletakkan pada suatu baris akan menun- atifcr bagian ato riif
jukkan penampang permukaan piezometrik. Ketahanan hidrolik
dapat dihitung bila transmisivitas (kH) dari akifer semi-tertekan f 1 U-1"U t I'l 'l
diketahui. Untuk penerapan praktis rumus berikut digunakan: w i1-,-i
laoissn kcdal ait

F(ax)
(kH{a+l
Gember 7-12. Penentuan ketahanan hidrolik di lapangan.

di mana: c= ketahanan hidrolik (m/hari).


[ : perbedaan tinggi rata-rata antara permukaan
piezometrik dan muka air tanah di dalam
jangkauan A x (m).
41 : jangkauan tertentu (m).
kH = transmisivitas (m2/hari).
k= koefisien permeabilitas dari akifer semi-
tertekan (m/hari).
H: ketebalan akifer semi-tertekan (m) = ketebal-
an jenuh aliran. semi ter;;tan i
-..

q
lapisan kcdap air
i
adp : perbedaan antara gradiert
I
dx dx a
{l
dp: gradien perbedaan tinggi p :

dx j
i
Harga-harga c sangat beragam. Misalnya, lapisan tipis gambut t
(0,3 m) dapat menunjukkan c = 20.000 hari, sedang lapisan liat Grmbar 7-13. Contoh-contoh penentuan transmisibilitas dari gradien hidrolik bila aliran
I
dengan suatu ketebalan beberapa meter dapat mempunyai nilai keta- I air-ranah diketahui (Dam, 1968).

ti

il
w
280 281

hanan sebesar 100 hingga 200 hari. Pada polder-polder di negeri

[1.{rlr
Belanda diketahui nilai-nilai ketahanannya berkisar antara 25 hingga kontur air tanah
d
20.000 hari. o

4. Ketebalan okifer D
o
Ketebolon akifer, H, ditentukan dari data pemboran. Meskipun
ketebalan ini tidak pernah konstan, dalam menganggap bahwa suatu ui-rr- waktu (l) Waktu (t)

akifer mempunyai ketebalan yang seragam, diambil suatu nilai


ketebalan rata-rata. Ketebalan ini dapat mencapai ukuran puluhan -L akifer bebas
batas atr batas air

meter. I

, t \
5. Transmisibilitss ,_r;-
^t)-
t ttTr
I

Trunsmisibiliras fi uga disebut transmisivitas atau koefisien transmi- ffi -


kedaD air
sibilitas) suatu akifer didefinisikan dengan kH, yang merupakan
hasil kali koefisien permeabilitas (k) dan ketebalan akifer (H). GambrrT-15. Contoh penentuan trans- Gambar 7-14. Contoh penentuan trans-
Transmisibilitas menggambarkan kemompuan akifer untuk memba- misibilitas dari kurva misibilitas dari gradien hi-
wa air secara kuantitatif. Metode-metode penentuantransmisibilitas deplesi (Dam, 1968). drolik bila Pengisian kem-
bali air tanah diketahui
yang terpenting dibahas di bawah ini. (Dam' 1968).
a. Penggunaan gradien hidrolik: Transmisibilitas dapat ditentukan
menurut ketersediaan debit oir tanah maupun pengision kembali air -
tanah. Tiga contoh ditunjukkan pada Gambar 7-13 untuk kasus I ?9
mengenai data debit air tunah yong diketaftr, (Q). Untuk kasus A !e
suatu rumus dapat dituliskan sebagai:

kH: Q
IL
hilang pengisiankembali
di mana: Q= perembesan ke dalam polder ditentukan dengan per-
samaan neroco. GambarT-16. Contoh penentuan trans- GambrrT-17. Penentuan pengisian kem-
1: gradien hidrolik : kemiringan garis piezometrik misibilitas dari kurva
Penurunan (drawdown)'
bali akifer dari permukaan
air tanah (Dam, 1968).
pada titik infleksi.
1= panjang perembesan (jarak dalam arah tegak lurus
gambar yang ditunjukkan).

Jika Q kecil (katakan l0 mm) ketelitian kH juga kecil dan jika


Q besar (katakan l0O mm), maka ketelitian juga jauh lebih tinggi.
Pada kasus B dari Gambar 7-13, transmisibilitas akifer antara
titik-titik E dan F ditentukan. Untuk menghindari pengaruh-
pengaruh debit sungai maka gradien hidrolik harus ditentukan sedikit to tt t2 waktu (t)
menjauhi sungai. Ketelitian metode ini lebih tinggi bila perbedaan an-
GambarT-lE. Penentuan pengisian kembali akifer dari kurva deplesi (Dam, 1966)
lr il
282
283

tara debit Qs dan Qp adalah lebih besar, yang berarti makin besar air
Z_ peningkatan muka air tanah (m).
tanah yang mengalir ke sungai. Suatu rumus dapat dituliskan sebagai
berikut:
A: luas akifer (: bL bila hal tersebut merupakan kawas-
an persegi-m).

1g = Qe-Qr
[6, Tu gradien-gradien bagian hilir dan hulu muka air tanah
yang dirata-ratakan pada periode T (ditentukan dari
2tL kontur-kontur air tanah).
di mana: I : Kemiringan rata-rata muka air tanah pada kawasan
1: panjang akifer.
antara stasiun-stasiun E dan F.
Kesulitan pada persamaan ini adalah tidak diketahuinya nilai koefi-
sien cadangan,/simpanan. Hal ini dapat dihindari jika digunakan pe-
Pada kasus C dari Gambar 7-13, air dipompa dari suatu dasar
riode pengamatan yang lebih lama. Ini akan berarti bahwa z : 0 dan
sungai yang lama di mana terdapat suatu kanal. Rumus dapat
persamaan akan menjadi:
dituliskan untuk Qo yang tetap, yaitu:
FRTA
QO KH
KH:
IL IJ LT

di mana: Qo jumlah air yang diekstrak dari semua sumur yang b. Penggunoon kurva-kurvo deplesi: Dari bentuk kurva deplesi (lihat
digunakan untuk pemompaan. Gambar 4-29) penentuan transmisibilitas adalah mungkin. Jika kurva
I: gradien hidrolik (ridak terlalu dekat dengan kanal deplesi (Gambar 7-15) diplotkan pada suatu skala logaritmik, kemi-
atau sumur). ringan garis (q/2,3) akan memberi batasan koefisien reservoir ( : l/ o
L: panjang kanal dalam arah tegak lurus pada gambar koefisien akifer) yang merupakan suatu fungsi geometri,
yang ditunjukkan. transmisibilitas dan koefisien cadangan,/simpanan (S) akifer. Kurva
deplesi yang curam (nilai-nilai yang lebih tinggi) akan berarti kH yang
Gambar 7-14 menunjukkan satu contoh penentuan lebih besar. Jika ditentukan dari kurva deplesi, maka transmisibilitas
transmisibilitas dari gradien hidrolik bila pengision kemboli air tonah akifer yang disajikan pada Gambar 7-15 dapat ditentukan sebagai:
diketahui. Pengisian kembali air tanah dapat ditentukan. dari
pengkajian-pengkajian lisimeter. Dengan menganggap periode T di \v : 'L2
i S fi2
mana muka air tanah naik dengan suatu jumlah z, maka persamaan .,

di mana: 5 = porositas efektif (Sv :


b
dapat dituliskan sebagai: * spesifik untuk akifer
bebas).
n, _ (FnT - Sz) A J

- rJ LT
(rd Penggunoan drawdown muka oir tanah: Dengan menurunkan (atau
meningkatkan) aras air (secara tiba-tiba atau berangsur-angsur dalam
di mana: kH : transmisibilitas (m2,/tahun). waktu singkat) pada suatu aliran (Gambar 7-16), penentuan
FR : pengisian kembali air tanah (m/tahun). transmisibilitas adalah mungkin dari drswdown muka oir tonah. Ada
T : waktu selama persamaan neraca dikembang- fungsi-fungsi diferensial khusus (Todd, 1959; Huisman, 1960 dan
kan (tahun). Dam, 1968) yang dikembangkan untuk perubahan aras-aras air tanah
I
S : koefisien cadangan/simpanan. ini. Pada akhirnya nilai yang dihitung adalah merupakan nisbah
I kHlS akifer. Teknik yang sama juga dipergunakan pada data draw-
I
tt

I
'1

284 28s

down yang diperoleh dari uii-uji pemompoqn. 7.2. GERAKAN AIR TANAH

7.1.4. Penentuan Pengision Kembali Akifer 7.2.1. Hukum-hukum Yang Mengotur Alirsn Air Tanah

Karena pengisian kembali akifer masuk dalam air tanah, maka Sebagai hasil dari cara bahan-bahan diendapkan semula, sistem-
pengisian kembali akifer dan pengisian kembali air tanah mempunyai ar- sistem akifer hampir tidak pernah seragam dalam ciri-ciri hidroliknya.
ti yang sama. Pada paragraf 4.6.2, metode-metode penentuan pengisian Bahkan bila struktur geologi sistem akifer diketahui, detil gerakan air di
kembali air tanah (F*) akan dijelaskan. Di sini, hanya judul-judulnya dalamnya sulit untuk diketahui. Banyak detil gerakan air tanah masih
yang diulang dan beberapa contoh disajikan. jauh dari jelas.
l. Metode neraca air. Tetapi, proses umum gerakan air tanah, sangatlah sederhanS,
2. Keragaman dalam aras air tanah: Jika keragaman maksimum (r) suatu gerakan yang didorong oleh gaya berat, ditahan oleh gesekan
pada aras air tanah (Gambar 7-17) ditentukan dan diplotkan terhadap cairan pada medium yang poreus. Bila kita bawa prinsip yang sederhana
kedalaman presipitasi tahunan yang sesuai (P), maka kedalaman itu pada perlakuan matematis dari aliran air tanah, asumsi-asumsi dan
presipitasi tahunan (PJ yans tidak menghasilkan pengisian kembali generalisasi tertentu harus dilakukan. Beberapa dari asumsi-asumsi itu
(r=0) dapat ditentukan dengan ekstrapolasi (garis terputus-putus (Dam, 1966) adalah:
pada Gambar 7-17). Kedalaman presipitasi tahunan ini (PJ menjadi l. Akifer haruslah homogen dan isotropik (permeabilitas dalam arah x,
hilang (evapotranspirasi dan mungkin beberapa limpasan per- y danz adalah sama).
mukaan). Pengisian kembali akifer dalam setahun sama dengan 2. Lapisan-lapisan semi-tembus mempunyai ketahanan hidrolik yang
perbedaan antara presipitasi tahunan dan kehilangan ini, P - Po' seragam.
3. Gerakan air tanah: Pada Gambar 7-13B, jika kH diketahui, pengisian 3. Koefisien permeabilitas merupakan invarian waktu (tak tergantung
kembali akifer (A Q) adalah: A Q : Qn Qr : (kH) 2 IL.
- pada Gambar 7-18, pengi-
waktu).
4. Kurva deplesi: Sebagaimana ditunjukkan 4. Transmisibilitas suatu akifer bebas adalah konstan.
sian kembali akifer selama periode deplesi adalah sama dengan V : 5. Koefisien cadangan/simpanan adalah konstan.
Q/a, dengan a ditentukan sebagai kemiringan deplesi. Untuk periode 6. Pelepasan air dari cadangan adalah seketika.
deplesi total, ini sama dengan luas di bawah kurva deplesi antara 7. Mintakat kapiler dapat diabaikan.
waktu to dan t1. Pengisian kembali akifer selama periode basah, yang Dengan menggunakan kriteria ini' aliran air tanah untuk keadaan
berakhir dari waktu t, hingga t2 pada Gambar 7-16, adalah sama tunakl) (nilai-nilai konstan dengan waktu pada titik yang berbeda pada
dengan meningkatnya cadangan/kesimpanan air tanah (A S) selama akifer-stasioner) tak tertekan (kerapatan air tetap konstan) diperlakukan
i
periode basah ditambah debit total ke sungai pada periode yang secara matematik. Persamaan-persamaan dasar yang menjelaskan
I
sama. Sehingga:
j perlakuan ini didasarkan atas 2 hukum, yaitu: (a) Hukum Darcy dan (b)
hukum Kontinuitas. Prinsip-prinsip hukum Darcy ditunjukkan pada
V: + luas yang diarsir antara waktu tr dan t, o
(Sz
- 51) Gambar 7-6. Kemudahan percobaan ini dapat dilakukan pada air yang
mengalir dengan laju Q (mlldetik) melalui media poreus dalam silinder
atau u : 9?Ia, + A, dimanaa : Qo- Qt
luas A irisan melintang. Pemasukan yang terus menerus ke dalam reser-
a So ;- 51
voir yang kiri menjaga aras air pada reservoir konstan. Dari persamaan
Bernoulli orang dapat mengembangkan:
{ Penggunaan pelacak (Vogel dan Dijken, 1974).
6. Lisimeter.
l) Aliran tidak tunak (tidak stasioner) dan aliran air tanah tertekan dibebaskan dari
1 Metode kadar garam. perlakuan lebih lanjut.
FI

286
287

21 + P!-+ j? P, v4
+AH
pat menulis bentuk diferensial persamaan Darcy
sebagai berikut:
Pg 29 Pg 2S
q= g-t
. . Karena kecepatan air pada media poreus biasanya rendah, keting_ -k dS
gian kecepatan(v2/29) kedua
reservoir dapat diabaikan tanpa kesarahan
yang berarti. Selanjutnya: di mana: q- debit spesifik (m/detik).
7,PlP '=22 -l-+AH
[= koefisien permeabilitas (m,zdetik).
7l* I g!= gradien hidrolik.
Pg PC dS

atau Kita harus menyadari bahwa debit spesifik bukanlah keceparan


aliran air karena, A merupakan ruas irisan melintang total sedang air
AH = {r-{z mengalir hanya melalui pori-pori pada luas A ini. Karena itu, kecepamn
air (V) dapat ditentukan sebagai:
di mana; z, = posisi bagian atas (cm) : tinggi
tempat.
Pl = rekanan (gmlcm). V=-:1
p= kerapatan air (gmlcmr) n
g= percepatan gaya berat (9g0 cm/d.etik\.
di mana: V = kecepatan air (m/detik).
p8 = berat jenis (gmlcrp3).
e = debit spesifik (m/detik).
P n : porositas (-).
- =
PF
tekanan bagian atas (cm) = tingginya tekanan.
AH= bagian aras yang hilang (cm) = ketinggian hilangnya
Permeabilitas suatu medium poreus berkaitan dengan kemudahan
energi. suatu cairan untuk melewatinya. Karena itu, keefisien permeabilitas
+ = bagian atus piezometrik tidak hanya tergantung pada medium tetapi juga tergantung pada
= bagian atas air tanah atau cairan. Konsep permeabilitas yang lebih rasional selanjutnya akan
bagian atas tunggal (cm; : ketinggian energi cairan. merupakan pernyataan yang berdasarkan atas:
Insiyur hidrolika berkebangsaan perancis,
percobaannya.(pada
Darcy, mendapatkan v _ xE _xp9
lg56) bahwa e berbanding langsung dengan
a|.:gu:
H dan A, dan berbanding t"iuutit J"ig"n vtl
aS. Karena itu, dengan
memperkenalkan koefisien permeabiritos
(iuga disebut konduktivitas J di mana: k : koefisien permeabiliras (m,/detik).
hidrolik) sebagai konstanta yang sebanding
dia mengembangkan: O. t = permeabilitas spesifik (atau intrinsik) (m2). Ini disebut
juga konstanta tanah. Konstanta ini mencirikan sifat_
e - k(+r-:9A sifat aliran medium (ukuran pori dan lain-lain) dan tidak
AS tergantung dari sifat-sifat cairan.
di mana: Q : :v viskositas kinematik cairan 1mz74stik).
debit (m:/detik).
T = kerapatan dalam kg/m3,
Dln8an memperhatiUsn : n = viskositas dinamik arau mutlak dalam kglm/detik (lihat
memperkenalkan suatu tanda negatrr e/A,
O debit spesi.fik
dan dengan
rlntui menunjukkan bahwa aliran paragraf 4.6.1).
berada dalam arah bagian utur
vu'"g .*"urun, orang dengan mudah da-

t,
288

Konsep permeabilitas ini dapat merupakan hal yang sangat p.enting


Keb@oran dari akifer smi-tcrtekan di bawah
untuk aliran cairan lainnya seperti minyak. Akan tetapi, untuk tujuan tungeot A danau ke dalam laut yang dipisahkan dengan
kita, koefisien permeabilitas akan digunakan sebagai konstanta yang tanggul yang kedap air:

mendefinisikan sifat-sifat ranah (Wiest, 1965). Q=91 +(92-P,)e*/r


Pada persamaan umum Darcy, dS merupakan panjang dalam arah HLK
(q,- q,
l-
aliran. Serangkaian persamaan umum yang mengatur aliran pada semua -
arah dapat dituliskan: baSian atas di mana saja (jarak x) pada
akifer semi-tertekan.
lrkHc = faktor kebocoran.
resistensi/ketahanan hidrolik.
Untuk kondisi isotropik Untuk kondisi anisotropik panjang akife. (pada arah-y).
kebocoran ke dalam laut.

q* = -{L .de
q*:-k*f
-[ dx
Aliran pada akifer yatrg b@or (semr-
permukaan tanah
tertekan):
dS :-l---
Qu=-1
'6y Qv = -kv -g.t -ts]{v-.'merrik
permukaan Piezo
akifer 9o- I = (1/kH)qoe-"/r
dx semLtertekan
I qr = (kH)/rXpr-p)
9z:-k d+ d{ qp bagim ffi pircmtrik
9. = -k, semi-terlekan.
aldfq
dz dx I bagim aB akif6 bebas (ieluk
muka air tanah).

Keterbatasan umum hukum Darcy adalah:


l. Berlaku untuk aliran lominer pada media poreus. Ini berarti bahwa .l I tanggul
Dua polder yang dipisahkan dengan tanggul
kedap air ysng ditempatkan pada akifer scmi-
ini berlaku untuk bilongon Reynolds hingga 10. Bilangan Reynolds I
tertckan:

(Re = qd,/u; di mana q adalah debit spesifik (m/detik) yang didefini- I = ea b< x< @
+(ej-e)e'(x-b)/r
sikan oleh persamaan Darcy, d (meter) adalah diameter butiran yang F e=et+ koz-pl)e1-x'b)/r -6<x<-6
khas dan u adalah viskositas kinematik 1mzldetik) berlaku sebagai o2= py-(ey-q)l^/(2b + A)l
kriteria untuk membedakan antara aliran laminer dan turbulen. +
q3 = Qa + (Pr 2r))
,,
Untuk maksud-maksud rekayasa, hukum ini mempunyai ketelitian -,P) [l/(2b
LkH (p, cO
a"= -
dengan kesalahan l_20/0. 2b+A
Hukum kedua, yaitu hukum kontinuitas, yang digunakan =
LkH (fr - p4 )

bersama-sama dengan hukum Darcy dalam memecahkan permasalahan air t"n*3' untukC=0;tidak
i Grmbrr 7-19. Beberapa contoh pemecahan problema
I
air tanah dapat dituliskan untuk keadaan tunak (invarian waktu) dan tak ada lapisan semitembus

dapat ditekan (kerapatan air yang konstan) sebagai: )


e
11*1!* 6ez:o Gambsr 7-19. Beberapa contoh pemecahan problema air tanah.

dx 6y 6z

yang hanya mendefinisikan kenyataan bahwa air yang meninggalkan


suatu tubuh harus berasal dari suatu tempat. Untuk akifer semi-tertekan
T'

290 29t

persamaan ini menjadi sama dengan kebocoran (v) dari akifer. Sehingga,
dq, dq, dq,
+-
+ - +,
dr dy 6z czH t'+
b.ndurga,

di marra: Cr : ketahanan hidrolik lapisan semi-tembus yang mem-


batasi di bagian atas : dllkl.
Cz : ketahanan hidrolik lapisan semi-tembus yang mem-
batasi di bagian bawah = d2/k2.
H: ketebalan akifer. Gambar 7-20. Gerakan air tanah pada bidang_zx.

Dengan menggunakan 2 persamaan ini, dalam batas-batas asumsi


vang diketahui yang disajikan pada awal paragraf ini banyak perma-
relaharr aliran air tanah dapat dipecohkan secqro mqtemotik. Keterangan
Lcrinci bagaimana hal ini dilakukan adalah di luar lingkup materi. Tetapi
pada Gambar 7-19, disajikan 3 problema contoh, di mana persamaan
dipcroleh berdasarkan atas persamaan-persamaan Darcy dan konti-
nuitas (Verruijt, 1968). Gambsr 7-21. Pendugaan aliran tanah dari kontur air tanah.
'
20" zto zeo il"
i.2.2. Arqh Alirsn Air Tanoh laul mediteran

7.2.2.L Garis-garis Aliran Air Tanah Gerakan pada bidang zx


- tO
28o
-l
Jalur aliran tanah digunakan untuk memberikan gambaran kuan- 1oo;

titatif aliran air tanah (tetap dan tidak tertekan) pada b(4ng-zx. Dr14 ro9
perangkat garis membentuk jaringan ortogonal dari ,bujursangkar r5l

kerill) (Gambar 7.20). Perangkat garis pertama, goris potensial


keLeputan ( = O : juga disebut potensial air tanah) menentukan hasil kali
kocfisien permeabilitas (k) dan bagian atas ({) dalam medium seragam
dan isotropik (nilai k konstan). Ini adalah:

O: k+
Perangkat garis ke dua,fungsi oliranQp : juga disebut garis aliran), _ )_.yaluraliran
rnempunyai dimensi yang sama (misalnya m2/hari) sebagai garis poten- kontur air tanah (meter)
di atas permukaan laut.
l) Suatu elemen kurvalinear adalah bujursangkar jika sisinya berpotongan secara or- Grmbsr 1-22. laringan aliran akifer Sahara (Hammad, 1969).
togonal dan jika pusat-pusat segmen garis yang bergabung dari sisi-sisi yang
berlawanan panjangnya sama.
-I
T
292 293

sial dan menentukan debit total antara 2 titik. Jika bujur sangkar diam- (m3ls).
bil pada interval-interval yang sama (ds dan dn pada Gambar 7-20), kita n= jarak antara 2 garis aliran yang berdekatan (m).
dapat menuliskan hubungan (Wiest, 1965): H: ketebalan akifer (m).
Qxy debit spesifik (dari Darcy) pada bidang xy antara 2 garis
As: An aliran yang berdekatan (m/s).
AO Arl,
k- koefisien permeabilitas (m/s).
I: gradien hidrolik rata-rata (pada arah Q*r) sePanjang pan-
SN jangnya n.

di mana: q : kecepatan gerakan air. Pada Gambar 7-21 , kita dapat mengamati bahwa,

Debit total antara dua aliran pada jarak A n dan untuk ketebalan q : nrHlot: n2H29z
tanah L (dalam arah tegak lurus pada arah gambar-y) ditentukan
sebagai: 7.2.2.3. Aliran Air Tanah Melalui Suatu Batas
AQ: q(An)L: L(Ary) Bila aliran air tanah lewat dari suatu kawasan permeabilitas k, ke
k2, akan dihasilkan perubahan arah aliran. Perubahan arah yang men-
Dengan menggunakan geometri jaringan aliran, aliran total pada aiaat ini (Gambar 7-23) dinyatakan secara matematik sebagai:
bagian yang telah ditentukan dapat dihitung secara langsung.
j' - tano
7.2.2.2. Garis Aliran Air Tanah Gerakan pada bidang xy k2 an e2
-
Pada kasus akder bebas gerakan air tanah secara umum akan Misalnya, jika lapisan atas adalah liat dan lapisan bawah adalah
berada pada arah gradien muka air. Dengan kata lain, air tanah akan pasir, maka nisbah k/k2 mungkin sekitar 0,001. Hal ini akan
bergerak dari daerah muka air yang tinggi ke yang lebih rendah (di atas mengakibatkan 0 I yang sangat kecil dan 0 2YanE besar, yang berarti bahwa
permukaan laut rata-rata). Gerakan ini disajikan pada Gambar 7-22 aliran adalah hampir horizontal pada lapisan bawah pasir dan hampir
dengan garis-garis aliran yang digambarkan tegak lurus pada kontur air vertikal pada lapisan atas liat. Anggapan ini digunakan dalam
tanah. Suatu peta yang sama dapat disajikan untuk tinggi air memecahkan problema air tanah seperti pada Gambar 7-19.
piezometrik (sebagai pengganti kontur air tanah) akifer tertekon. Jumlah
aliran air tanah antara dua garis aliran yang berdekatan (Gambar 7-21) I 7.2.2.4. Pengukuran Arah Aliran Air Tanah
dapat diperkirakan sebagai: ,{
' Metode-metode yang paling sering digunakan disajikan di bawah
Q: n(H)e*v ini.
gxy : kI(hukumDarcy) l. Metode kartografi: Metode ini melibatkan konstruksi kontur-kontur
dan
air tanah (atau permukaan piezometrik) dari pengamatan
permukaan-permukaan air pada jaringan sumur-sumur alami atau
Q : nHkI lubang-lubang pengeboran.
di mana: Q = debit melalui akifer 2. Pelacak: Ada 3 cara mempergunakan pelacak, yaitu:
bebas (atau tertekan) dengan
a. Memasukkan pelacak buatan (pewarna garam, hidrogen, kobalt)
ketebalan H antara 2 garis aliran yang berdekatan
H

294 295

ke dalam lubang bor dan tempat konsenlrosi puncoknya pacia arr


garis aliran
tanah pada jaringan sumur-sumur pengamatan di hilir.
b. Pemasangan bahan-bahan pelacak yang terjadi secara aiarrri.
Misalnya, konsentrasi tritium yang terdapat pada air hujatr, di-
bandingkan dengan yang terdapat pada air tanah.
c. Pemasukan dan pengamatan pada lubang bor tunggal. Isorop
radioaktif dimasukkan ke dalam sumur dan dibawa oleh air tanah
dari sumur ke dalam tanah. Penghitung geiger dimasukkan ke
dalam sumur yang sama dan diputar 360' untuk menentukan aiah
Gambar 7-23. Refraksi garis-garis aliran. yang memberikan skala pembacaan yang maksimum. Arah ini
merupakan arah aliran air tanah yang utama.
,t
.n 3. Pengukur aliran: Pada keadaan tertentu dengan melibatkan
LJ
'6: 2.5
kecepatan air tanah yang relatif tinggi (seperti pada batu kapur
(,6
Td bercelah) pengukuran langsung arah aliran air tanah dimungkirrkan
=r^- dengan menggunakan pengukur qrus atau pengukur arus terri,al"
C,O Pengukur arus diputar secara perlahan hingga pembacaan maksirrrur,
co
t! 5 '., aras air pada sumur penga-
E!d matan yang dangkal
diperoleh pada arah yang sama dengan sumbu utama aliran air tanah.
E,
o6
I !3.r Pengukur orus termslmengukur jumlah air yang dipanaskan arrtiira 2
= tempat pengamatan. Ini berbanding terbalik dengan kecepatan aliran
3.1 air tanah (Ward, 1967).
4. Model-model oir tanah (Sevenhuysen, 1970).

Gambsr 7-24. Fluktuasi harian muka air tanah karena evapotranspirasi (Ward, 1967).
7.3. ARAS-ARAS DAN FLUKTUASI AIR TANAH

BiLa pengision kembuli air tanah (dengan infiltrasi, peretribesan


*55 4.0
dari cadangan permukaan, perembesan dari akifer atau akiklud yang
.l
berdekatan dan pengisian kembali secara buatan) tidak sama dengan
3,5 debit dari akifer (melalui perembesan efluen ke tubuh air permukaan,
a
o45
(E r.o 6 kebocoran ke akifer lainnya, sumber air dan abstraksi buatan),
{40
la cadangan air tanah akan berubah dan menyebabkan fluktuasi per,.
2,5 Gtr mukaan tanah.
.{
'3
35
(!
z.o E
;30 r's
6 Pengisian kembali Debit : A S
(d 3 -
'E,
a2\
Akan tetapi terdapat foktor-fqktor luor yang menyebabkan
keragaman pada permukaan air tanah. Karena itu, sangat penting untuk
membedakan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permukaan air
tanah dari pengaruh terhadap perubahan-perubahan simpanan. Lagi
GambsrT-25. Fluktuasi musiman atas air tanah karena agihan hujan (ward, 1967).
U
296 297

pula pembedaan harus dilakukan antara faktor-faktor yang


mempengaruhi akifer bebas tetapi yang tidak berpengaruh terhadap
akifer tertekan. Klasifikasi umum faktor-faktor luar yang menyebabkan
perubahan-perubahan permukaan air tanah dan piezometrik disajikan di
bawah ini.
A. Fluktuasi permukaan air tanah (akifer bebas)
l. Fluktuasi hqrion karena evapotronspriasi untuk akifer bebas
12l8 H 6 1216r 6 12l8i 5 l?
den$an muka air tanah dekot permukaan tanah (Gambar 7-24).
waktu

GembarT-26. Fluktuasi muka air tanah karena pengaruh pasang (Ward, 1967).
2. Fluktuasi musiman:
a. agihan curah hujan (Gambar 7-25).
b. fluktuasi reguler jangka pendek karena misalnya pengaruh
pasang.

{EE c. fluktuasi aliran sungai (lihat paragraf 7-4).


^=v 3. Pengisian kembali buatan atau abstraksi, pengendalian (saluran
air, parit dan lain-lain) dan pekerjaan bangunan (jalan dan lain-
lain) menyebabkan perubahan-perubahan pada permukaan air
6;9 tanah (lihat Gambar 7-4).
i*3 4. Fluktuasi sekuler (ketidakteraturan jangka panjang) sebagai
tahun
akibat keragaman presipitasi sekuler (Gambar 7-27).

Gembar 7-27. Fluktuasi sekuler muka air tanah karena hujan (presipitasi) sekuler (Todd, B. Fluktuasi permukaan piezometrik (akifer tertekan)
1959). l. Kerogamon musimsn pada permukaan piezometrik (pada kondisi
alami) tidak dapat diketahui. Tetapi pada kawasan abstraksi
buatan, ini nampak sekali. Sebaliknya, pada kawasan tertentu,
setelah abstraksi air tanah, akifer diteksn d,an volume cadongan
!
berkurang. Dengan demikian, air tanah dipindahkan, akifer
58 ditekan sehingga tidak terdapat perubahan permukaan
piezometrik yang dicatat.
2. Karena ciri-ciri akifer tertekan yang elastis, pengaruh tekanan
borometrik (Gambar 7-28) adalah langsung terhadap permukaan
piezometrik.
3. Di mana akifer tertekan meluas di bawah laut, bertambah berat-
,u, nya air dihubungkan dengan masuknya air pasong dapat menim-
"
2sogg bulkan beban terhadap akifer tertekan di bawahnya dan dengan
24A xG
demikian menyebabkan kenaikan permukaan piezometrik.
24a r-: 4. Pasang bumi yang dihasilkan oleh dayatarik bulan dan matahari
l7 zo
#hari
25 APRIL 3O I 5 to
bulan yang mengenai permukaan bumi menyebabkan permukaan
MARET
piezometrik berubah.
GambarT-2t. Fluktuasi atas piezometrik dengan tekanan barometer (Ward, 1967).
F
298 299

5. Gaya-goya luor loinnya (gerakan kereta api, gempa bumi, ledakan


nuklir dan lain-lain) dapat mengakibatkan fluktuasi yang realistis
pada permukaan piezometrik, tetapi tidak nyata secara hidrologik.

Efemeral
-
7.4. HUBUNGAN ANTARA AIR PERMUKAAN DAN AIR TANAH

Jika suatu solursn olirqn berhubungan langsung dengan air tanah


pada suatu akifer bebqs, aliran tersebut dapat menerima atau ,o
o
memberikan air kepada air tanah, tergantung pada permukaan air nisbi. o
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7-29, terdapat 3 tipe sungai
yang diklasifikasikan menurut permukoon air nisbi. waktu
l. Aliran efemeral yang hanya mengalir setelah terjadinya hujan badai Intermitten (Terputus)
yang menghasilkan limpasan permukaan yang memadai. permukaan
l
air tanah selslu berqda di bqwah dasar sungai. f
2. Aliran intermitten (terputus) yang mengalir selama musim penghujan
E
saja. Selanjutnya debit ini terdiri atas pemberian limpasan permu- t
I .o
kaan dan air tanah pada dasar sungai. Permukaan air tanah berada a
a
di atas dasar sungai hanya selama musim-musim hujan. pada musim-
musim kemarau, permukaan tersebut berada di bawah dasar sungai.
I
ll
3. Alirun perenial (sungai permanen) mengalir sepanjang tahun dengan Perenial (Terus-menerus)
debit-debit yang lebih tinggi selama musim-musim penghujan. Debit
sungai terdiri atas pemberian limpasan permukaan dan air tanah pada
dasar sungai. Permukaan air tanah selalu berada di atas dasar sungai.
Klasifikasi yang berlainan dimungkinkan menurut pemberian air
tanah kepada dasar sungai. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 7-30. .o
o
Sungoi efluen menerima air dari air tanah dan sungai .inftuen a
mengeluarkan air kepada air tanah. waktu
Bagian aliran sungai yang berasal dari air tanah disebut oliran
dasar, Karena itu, untuk hidrograf tertentu komponen limpason per- Gambar 7-29. Tipe-tipe aliran.
mukaan langsung dan komponen pemosukan oir tonah harus dipisahkan
(Gambar 7-31). Pada bab 6, diterangkan mengenai metode-metode yang
berlainan yang sekarang digunakan. Kita harus memahami bahwa
teknik-teknik ini digunakan untuk memisahkan aliran dasar dari lim-
pasan permukaan langsung untuk hidrograf banjir pada musim-musim
penghujon. Pada periode sedikit hujan atau tiada hujan, digunakan kzr-
va deplesi. Selama periode hujan kurang, debit sungai-sungai yang tidak
diisi oleh cairan salju, menurun karena menurunnya masukan dari air
tanah. Hidrograf selama periode-periode ini disebut kurva deplesi

t,
300 301

(Gambar 7-32). Kurva deplesi menunjukkan keragaman aliran dasar


dengan waktu selama periode kering. Jika akifer besar dan sangat
permeabel, maka air tanah dapat mengisi sungai untuk waktu lama,
mungkin sepanjang musim kering. Tetapi jika akifer kecil dan
permeabilitasnya rendah, maka air tanah yang mengisi sungai akan
-

\r
\\ kun berkurang relatif cepat atau berhenti sama sekali, yang mengakibatkan
kurva,
dugean
*,,1";. / kurva deplesi yang tajam. Debit (Q) sungai total selama musim kering
(kurva deplesi) didefinisikan dengan persamaan empiris:

Grmbrr 7-31. Aliren rluar.


Q= Qoe-at

Harga o, kemiringan kurva deplesi, ciapat ditentukan dari kemi-


ringan garis lurus yang disesuaikan pada seri-seri kurva deplesi berturut-
turut yang dipindahkan pada aroh horizontal. Garis lurus ini disebut
kurvo deplesi utama (kurva deplesi majemuk).
(2,3) log (Qr/Q)
q=
tz- tt

E
Jumlah air tanah (V) yang disimpan di atas permukaan dasar
o ao kurva dcplcsi utama sungai (daeroh yang diarsir pada Gambar 7-32), pada waktu t dinyata-
I -e
kan dengan:

Gsmbar 7-30. Aliran-aliran efluen dan influen Grmbrr 7-32. Kurva deplesi dan
deplesi utama.
v:-9

7.5. PRODUKSI (HASIL) AIR TANAH YANG AMAN

Produksi totol air tanah pada suatu DAS merupakan jumlah air
yang dapat dipompa dari akifer dalam DAS, dalam suatu periode terten-
tu, tanpa memberikan hasil yang tidak dinginkan. Untuk mempertahan-
kan sumber daya air tanah secara tak terbatas, pemompaan harus
dibatasi pada produksi air yang aman.
Adalah tidak benar untuk menganggap hasil yang aman sebagai
jumlah pengisian kembali air tanoh dan bahwa jumlah ini dapat dipom-
pa secara aman. Hasil yang aman sama dengan sebagian dari pengisian
kembali akifer. Sisanya hilang dengan cara-cara lain. Terdapat 4 faktor
yang perlu dipertimbangkan untuk menganalisis hasil yang aman (Todd,
14t''

302

1959). Jika salah satu dari faktor-faktor ini memberikan hasil-hasil yang
tidak diinginkan, maka terdapat kelebihan hasil yang aman. Faktor-
faktor ini adalah:
l. Hasil yang aman harus selalu kurang daripada pasokan air pada
kawasan dalam periode yang ditentukan.
!N p
p

X^'I
ei
2. Biaya memompa air tanah harus sesuai dengan cara-craranya.
3. Kualitas air harus dapat diterima (terlalu banyak memompa dapat
menyebabkan intrusi air laut). -* n
l= !
-k
4. Tidak boleh ada masalah-mdsalah hukum yang timbul karena D=
65
o= o
r
pemompaan (hak-hak air). ?o 6
oo Eg
5. Perlindungan lingkuBgan.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan hasil yang aman 3ii
--3 D a
d

(V). Metode-metode yang sering digunakan disajikan di bawah ini: (


l. Metode Hill: Perubahan tahunan permukaan air tanah (atau per-
\ o
p c0
6

mukaan piezometrik) diplotkan terhadap keluaran tahunan (Todd,


1966). Jika pasokan air bagi daerah tersebut konstan, titik-titik dapat
{
diatur pada garis lurus. Pada Gambar 7-33, rata-rata waktu diplotkan !

untuk meratakan keragaman tahunan dalam pasokan (untuk o


memperoleh plot garis lurus). Metode Hill menganggap pengisian
{o
kembali air tanah cukup konstan.
toL
l.-3 r'E a

2. Metode Harding: Harga-harga tahunan dari perbedaan antara !gl -


l-- =o
Er {
masukan total dan keluaran total diplotkan terhadap perubahan
tEl
ilrH
99
d
o
tahunan muka air tanah. Karena harus ada hubungan langsung an_
tara air permukaan dan air bawah permukaan (untuk menghitung
sN: d
6.
6
a
neraca air), metode ini terbatas pada akifer bebas. Metode Harding ca
6

menganggap keluaran tersebut cukup konstan. =l


Fl
EI
4
3. Jika kedalaman air tanah pada awal dan akhir periode T (sekurang-
kurangnya beberapa tahun) adalah sama, rencona tohunan rora-rota 6e
pada periode tersebut merupakan hasil yang aman (Gambar 7-33).
-,
ad
4. Metode Simpson: Metode ini dapat dipergunakan pada akifer pantai O!
Po
-P6
yang meluas ke dalam laut. Hasil yang aman dihitung dari gradien <F DN=

muka air tanah (atau permukaan piezometrik) berdasarkan atas 3


<F 3 tEp
hukum Darcy (Todd, 1959). *E;
s&:
g
-

7.6. PENGISIAN KEMBALI SECARA BUATAN

Untuk meningkatkan pasokan air tanah secara alami, akifer


kadang-kadang diisi kembali secara buatan dengan menyebarkan air i.
i
1

;
I
I
w -
304 305

di atas permukaan tanah atau dengan mengisi kembali melalui lubang,


corong atau sumur, dan lain-lain. Banyak teknik-teknik yang lain di-
E jelaskan dalam pustaka (Todd, 1959). Beberapa contoh ditunjukkan
q
pada Gambar 7-34.
EE
5i
:e

EeE-
!e d
=
-. 7.7. INTRUSI AIR GARAM (LAUT)
3"

[!

Keluaran air tahunan rata-rata r (ml)


Pemasukan air total tahunan minus Dengan meningkatnya kebutuhan akan persedi4an tanah, pada
penSeluaran air total 1m3)
kawasan-kawasan berpantai timbul persoalan air laut yang memasuki
I dan perpenetrasi pada kawasan pedalaman. Fenomena ini disebut intrusi
air lsut. Agihan salinitas yang mengenai lenso air towar yang terisolosi
AE yang diisi kembali oleh infiltrasi, dan yang mengapung pada air garam
dijelaskan dengan prinsip dari Bodon-Ghyben-Herzberg (Gambar 7 -35).
Ini adalah:
Waktu (tahun)

H:t Pf ] hatauH: (A)h


Gambar 7-33. Penentuan hasil air tanah yang aman.
Ps-Pr
lnfiltrasi saluran Infiltrasi terowongan di mana: H : ketebalan kantong air tawa\
pf kerapatan air tawar : 1,000 grrr/cml.
PS kerapatan air asin, sekitar 1,025 gm/cm1.
oasokan air
h: perbedaan tinggi antara permukaan laut dan permuka-
h- sm an air tanah (atau piezometrik) (m).
l+-zr-N A- p1/$r-
-+l er).

Untuk mencegah intrusi air laut ke daratan, beberapa metode


seperti pengisian kembali secara buatan, konstruksi penghalang bawah
sumur penglsi kembali
permukaan dan lain-lain, digunakan dalam praktek (Todd, 1959).

ffi 7.8. PENELITIAN-PENELITIAN PERMUKAAN DAN BAWAH


PERMUKAAN AIR TANAH
Gambar ?-34, Beberapa metode pengisian kembali air tanah secara buatan'
Dengan menggunakan teknik-teknik permukaan dan bawah per-
mukaan sudah berkali-kali dimungkinkan untuk memperkirakan:
l. di mana air tanah terjadi.
2. kedalaman antarmuka pembentukan (kerikil, pasir dan lain-lain).
3. ciri-ciri fisik air tanah (suhu, kerapatan, dan lain-lain).
r""
306 307

Teknik-teknik tersebut tidak menentukan permeabilitas, ketinggian


piezometrik atau pengisian kembali air tanah. Suatu rangkuman metode- Kantong air tawar Pada Pola aliran Pada
akifer bebas kantong air tawar
metode yang paling umum disajikan di bawah ini (Todd, 1959).
I. Penyelidikan permukaan air tanah
P
I ll'
A. Penyelidikan geologi: Penggunaan data geologi dan penyelidikan
lapangan akan melengkapi ciri-ciri umum air tanah.
B. Penyelidikan geofisika: Metode-metode geofisika menentukan
ciri-ciri fisika (kerapatan, magnetisme, konduktivitas listrik, dan
lain-lain) dari kerak bumi.
l. Metode tahanan listrik: Metode ini merupakan metode yang
paling penting yang digunakan oleh hidrolog dan didasarkan
atas jumlah arus yang melewati suatu formasi.
FR
2. Metode refraksi seismik:Melibatkan penciptaan getaran kecil H2 = (L2-x2)
pada permukaan bumi dan mengukur waktu yang diperlukan a(l + a)k
untuk gelombang getaran untuk menempuh jarak yang
diketahui.
3. Metode grovitasi: Mengukur perbedaan-perbedaan kerapat-
an
4. Metode mognetik: Kontras-kontras magnetik berkaitan Penetrasi air garam ke
Kantong air tawar Pada dalam akifer tertekan
dengan air tanah.
dasar kedaP Yang dangkal
C. Metode penginderoan jouh: Dengan menggunakan foto udara
konvensional (berdasarkan atas pola vegetasi dan lokasi)
penyebaran air tanah ditentukan. Foto berwarna dan antena
radar infra-merah (Seyhan, 1972) berguna dalam menempatkan I

titik-tit* debit air tanah. INPUT (Induced Pulse Transient Air- I


l
borne Electromagnetic System/Sistem Magnit Listrik Udara 1. I
yang Diinduksi Pulsa sementara) telah berguna dalam eksplorasi asin
alr tawar
I
air tanah. t*-t--t,
II. Penyelidikan bawah permukaan air tanah A (l + A) kH2"
L-zz
A. Sistem pengeboran 2 LFR
B. Pengukur tahanan: Di dalam sumur yang tidak berdinding, !"
(Ho + hJ2-(Ho-t,1':
elektroda dimasukkan dan rahanan listrik media di sekitarnya k sr=1'*,r=5uo
diukur. kA 29o
C. Pengukur potensial: Potensial-potensial listrik (millivolt)
pembentukan diukur.
Gambar ?'35. Konsep intrusi air asin
(air laut)'
D. Pengukur suhu: Suhu air tanah digunakan untuk meneliti
geologi kawasan dan asal mula air tanah.
r w
309

5. Penghilangan hutan meningkatkan kisaran antara aliran sungai yang


tinggi dan yang rendah dan akibatnya meningkatkan aliran yang
maksimum.

E.2. NERACA AIR KAWASAN HUTAN

Komponen-komponen dasar dari persamaan keseimbangan air di


kawasan hutan adalah sama dengan persamaan keseimbangan air pada
8. HIDROLOGI HUTAN umumnya. Hal ini digambarkan sebagai berikut:

E.I. SEJARAH SINGKAT


P-(Q + I + T + E + QJ: As

di mana: P: presipitasi (mm).


- Dalam sejarah, minat para ilmuwan terhadap pentingnya wilayah
hutan dalam daur hidrologi sudah sangat lama. padaauaa
a:
I:
aliran sungai/debit yang keluar (mm)
intersepsi (mm)
raja-raja Perancis menyadari [ert.ngat an,
p.r"n"n wilayah hutan terhadap aliran
sungai' Diawali pada abad ke-17, di Itali telah
T: transpirasi (mm)
hutan terhadap menurunnya limpasan permukaan
disadari t.nt"rrg-plg".ut E: evaporasi (mm)

bahaya-bahaya banjir dan erosi. retapi pada


aan aengai iemrtian Q,: infiltrasi,zperembesan yang dalam (mm)
tahun rs6 p"n.ritiun- As perubahan penyimpanan lengas tanah (mm).
penelitian ilmiah yang nyata telah dimulai
dengan p.n.titiunlp"*ti,iun
DAS seperti DAS Emmenthal (Swiss), DAS WagonWf,".iCu'p
Mountains, Corolado) pada tahun l9ll, DAS Tennessee in*f,v Untuk menggambarkan besarnya masing-masing komponen
Vaitei paaa tersebut, dapat dilihat angka-angka berikut (semua dalam inci).
tahun 1933, DAS Coweeta (Karolina Utara) pada
tahun 1934, DAS Dari angka-angka keseimbangan air itu, jelas bahwa akibat peng-
Jonkershogk (Stedlenbosch, Afrika Selatan) pada
tahun 1935 dan DAS gundulan hutan adalah:
Sambret di Kenya. l. Menaikkan aliran air.
ini, dalam banyak negara bermacam-macam penelitian
Saat
2. Menurunkan intersepsi.
dilakukan ataupun sedang dilakqkan untuk terah
menghubungkan perlakuan- 3. Menurunkan transpirasi dan
perlakuan hutan terhadap perilaiu
hidrologi. riut-t ut ,-r. ,.p."i ai 4. Menaikkan penguapan (evaporasi).
bawah ini sudah diterima.
I' Penggunaan vegetasi penutup hutan akan
meningkatkan produksi air
(water yield). t; E.3. KONDISI-KONDISI IKLIM DALAM HUTAN
) Tumbuhnya vegetasi penutup hutan
akan menurunkan produksi air.
3. Di- beberapa tempat akar-akar
tanaman mengambil air tanah, 8.3.1. Suhu dan
sedangkan penghilangan vegetasi penutup
"nu,debit uri."n ."**
,i"nu.un[un
transpirasi dan akibatnya akan meningkitkan Karena adanya tajuk pohon-pohon, persentase terbesar radiasi
4. Evaporasi dari tanah yang gundul
,u.gJ.
dan serasah akan meningkat matahari dipantulkan kembali. Pada kondisi yang ekstrem, hanya lVo
setelah penghilangan vegetasi penutup
hutan. radiasi matahari yang mampu masuk ke dalam hutan. Akibatnya, suhu
di dalam hutan tetap lebih rendah. Pengamatan yang dilakukan di AS te-
-

Q,
DAS Emmenthal tertutup hutan sempurna
(S.wiss) 9,1 11,8 0
67qo tertutup rerumputan
7,7 5,3 0
Wagon Wheel Gap berhutan
(Colorado, AS) 3,0 5,0 7,0 0
penggundulan hutan
0,5 4,0 9,0 0
DAS Hutan Coweeta sebelum penebangan hutan
7,1 19,6 15,5 0 u)
l7 (Carolina Utara) setelah penebangan hutan
0.5 ?, 23,3 0

ET

hutan hujan tropis 26,8 40,9


savanna pohon I 3,3 46,1
savanna rerumputan 11,4 42,9
savanna kering 4,6 35,9

.*..-:r-ffi'***Cx*-- a
-. -
-{

-*-;g[g*iigs'EsIqiiil:*[+l[[gl[
iFiE$'ErEIFiIii$i
iEigE$5E*FB5EliBili[EEBE}giE

grggiirgigigggiiitEgglgiEl
sF$E= =tE
f3 g:: ss
e$ f -ass E: i
E
;;B'_ ti
$san =[i
iBE i[ BIH $gf
if [? =[* E
E
312
313
babkankondensasi pada daun-daun dan batang. Hal
ini telah dilihat di 4. Jumlah salju yang diintersepsi pada hutan-hutan konifer beragam an-
pantai timur Jepang di mana terdapat air
halimun (fos iiteo tebin tara 13 hingga2Tv/o.
banyak dalam hutan dibandingkan dengan lapangan
tenggara Australia presipitasi tercatat r2go lebih
t.iuit". Di pantai Angka-angka khas intersepsi oleh tanaman-tanaman pertanian dan
tinggi daripaaa ai tem_ vegetasi-vegetasi hutan diambil dari acuan-acuan yang berlainan dan
pat terbuka. Ini disebabkan karena
kondensasi hariiin. Efik penetesan
halimun ini juga nyata di pantai barat tengah disajikan pada Tabel8.l dan Tabel8.2.
Amerika Utara.
Tetapi semua kasus intersepsi harimun ini umumnya
jalur-jalur pantai. terbatas pada Tabel E.1. Intersepsi berbagai tipe vegetasi

Hutan tentu mentranspirasikan sejumlah besar Aliran batang


uap ke udara. Tipe vegetasi Curah hujan Intersepsi
Namun, kita juga harus ingat bahwa udara yang (mm atau 9o) (mm atau qo) (o/o)
dimasuki uap air
biasanya dibawa oreh angin yang mungkin
jauhnya
ueueripa ,"irr--tiio,n.,",
dalam beberapa jim. Alfalfa 274,6 mm 35,8 mm
Jagung 180,8 mm 15,6 mm
Kedele 158,8 mm 14,6 mm
Oats 172,0 mm 6,9 mm
E.5. INTERSEPSI
Pinus putih 10090 260/o 4o/o
Pinus merah 10090 29olo 3olo

Dalam publikasi lainnya, penulis (Seyhan, lg77b) menyajikan


analisis matematis intersepsi secara terinci.
Di sini, hanya akan iiu"t u, Trbel t.2. Xehilengen intemepsi per kedrhmrn (eluk) currh huJen.
kepentingannya dalam daur hidrologi dan
hubungannya dengan
vegetasi.
ai Presipitasi 0-l l-3 3-6 6- l0 t0-20 lo-40 t0-70 >70
Kepentingan intersepsi beragam dengan sifat (mm) -Sa
vegetasi, karakteristik presipitasi (bentuk,
dan kerapatan E8
intensitas a"n hrnanya; s".ta ntersepsl 83 j6l 5l 35 26 l8 l2 ll
energi yang tersedia untuk evaporasi air yang (mm) V
diintersepsi selama dan
setelah hujan. Presipitasi 0-- I t-2 2-3 3-5 5- l0 l0-15 l5-2( <20
Tentu sulit untuk meramalkan besarnya komponen (mm)
E^
kehilangan in-
tersepsi secara teriti dalam persamaan neraca 63 30 u 6o\
air tanpa pengukuran yang lntersepsi 82 55 47 33 26 =E
banyak' Namun, beberapa pengertian umum (mm)
aapat oiueiikan sebagai
berikut:-r-!..vvrrAgll'l
l' Persentase intersepsi adalah lebih besar
untuk hujan-hujan dengan
jumlah presipitasi yang kecil, yang E.6. EVAPOTRANSPIRASI
berkisar aari roirqo t ingg" ,.titu.
2590 sebagai rata-rata kebanyakan pohon (lihat gi;.'-'
2' Aliran batang merupakan p"ir.ntur. presipitasi Tabel Faktor-faktor lingkungan yang mengendalikan evapotranspirasi
v"rg r.i"iirtec, dari
total. Ini beragam sebagai rata_rata antaral t irgg"iqr-J", adalah:
untuk hujan-hujan kecil. Namun, persentase ini "O"f"n
O l. Radiasi
mungkin naikhingga 2. Pasokan air
di atas 3590 (lihat Tabel3.9).
3' Kehilangan intersepsi mungkin besar pada 3. Karakteristik tanah (lengas tanah)
kawasan-kawasan dengan 4. Defisit penjenuhan di udara
evaporasi yang tinggi dan biasanya rendah pada
kawasan_f,u*"ru, ai 5. Gerakan udarahorizontal dan vertikal.
mana kehilangan tersebut dikompensasikan
oreh halimun. Penutup vegetasi mengurangi jumlah penetrasi radiasi matdhari
dan dengan demikian memperendah suhu-suhu udara dan tanah.
-1

314 315

Seresah memberikan lapisan penyekat dari humus. lni menyebabkan


Transpirasihutandibandingkarldcrtgantranspirasitanamanperta-
evaporasi dari tanah di hutan sekitar l0 hingga 8090 daripada evaporasi
nian dan rerumputan (menurut Lllgler) dapat ditunjukkan sebagai
yang diukur pada daerah-daerah yang terbuka.
l009o / 43Vo /220/o .

Akan tetapi, dari daerah-daerah yang bervegetasi, mekanisnte


kehilangan air yang paling penting bukanlah melalui evaporasi tanah,
tetapi melalui transpirasi. Sebagian besar faktor-faktor hngkungan yang E.7. IN}'ILTRASI
disebutkan di atas memainkan peranan penting dalam transpirasi. ,,
Walaupun transpirasi pada permukaan daun berlangsung sehubungan DalamBablV,karakteristik.karakteristikpermukaandarrbawah
dengan energi radiasi yang masuk, foktor-faktor tanaman seperti permukaanDASyangmengendalikarrinfiltrasitelahdibahaSsecara
disebutkan di bawah ini memainkan peranan yang penting, terutama bila
terinci. Di sini hanya peranan hutan yang dibahas'
pasokan air terbatas.
Hutanmerupakarrrilltanganterhadapgerakarrmenurunair.Pada
umumnya, tanah-tarlah hutan cenderung memiliki laju infiltrasi
yarrg
l. Albedo permukaan tqnqman
jatuh dari daun' ran-
Vegetasi yang lebih gelap menyerap lebih banyak radiasi matahari tinggi karena timbunan seresah (dari tetesan yang
perforasi)
bergelombang pendek, R., dan karena itu mencapai suhu yang lebih ting dan cabang) pada lantai hutan, penetrasi akar (pengaruh
tinggi. ke dalam sistem tanah, aktivitas organisme tanah yang lebih tinggi
(seperti cacing tanah) dan lebih jarang terjadinya suhu beku (frost)'
2. Perkembongan okar
Meskipun evaporasi dari permukaan tanah jarang sekali menarik
kembali air pada kedalaman yang lebih besar daripada 30 cm, akar-
akar tanaman ternyata bertindak demikian dari kedalaman l0 m atau 8.8. AI,IRAN PERMUKAAN
lebih. Tanaman dengan akar yang menguras permukaan air al
(tqnsman-tqnaman Ticlak semua limpasan dari kawasan-kawasan yang dihutankan
freat$itik) dapat mentranspirasikan air pada laju
evapotranspirasi potensial, meskipun permukaan tanah mungkin ke- memiliki karakteristik-karakteristik aliran permukaan' Pada tanah-
permukaan,
ring. tanah tertentu, aliran bawah permukaan dan bukan aliran
dapatmemberibatasbentukhidrograflimpasan(lihatSeyhan,l9TTb
3. Slruktur tegqkan
untuk keterangan yang lebih terinci). Penelitian-penelitian Molshanov
Karakteristik tegakan hutan seperti tinggi tegakan, diameter rqro- (1963) di Karolina Utara telah menunjukkan gambaran berikut:
rata, kerapatqn tegokqn secara langsung berkorelasi dengan laju
transpirasi. Limpasan permukaan Linlpasan bawah permukaan
Tipc vegetasi
4. Struktur fisiologi tonoman (tr/o) (o,b)

Pada sebagian besar tanaman, stomqtq(mulut daun) membuka selama 90-95


Hutan 5- l0
siang hari dan menutup pada waktu malam. Akan tetapi, beberapa 60-80 l 5-95
spesies Eucalyptus mempunyai stomata yang menurup pada tengah fr Ianah gundul
Rumput 80 20
hari.
Kita harus menyadari bahwa sejumlah besar air diambil oleh
Padaumumnya,kitadapatmenyimpulkanbahwalimpasanbawah
vegetasi dari tanah melalui transpirasi. Pada umumnya hutan mem- permukaan adalah lebih tinggi di bawah hutan dibandingkan pada tipe-
butuhkan sekitar 700 liter air untuk menghasilkan setengah kilo bahan iipe penutup tanah lainnya pada tanah-tanah yang sebanding' dan lim-
kering. Hubungan ini ditunjukkan sebagai nisbqh transpirosi. pasan bawah permukaan merupakan bagian terbesar limpasan secara
Iangsung.
*1
\

317
316

E.9. LIMPASAN 8.9.1. Debit-debit Maksimum


pada bab
Pengamatan-pengamatan hidrolog hutan selama bertahun-tahun Berdasarkan atas pembahasan-pembahasan sebelumnya
menyebabkan pengurangan
telah menunjukkan bahwa limpasan permukaan pada DAS yang ini, kini jelas bahwa penghutanan kembali
berhutan adalah jarang sekali. Pada umumnya, dapar dikemukakan Iimpasan permukaan dan aliran sungai yang lebih seragam sepanjang
tahun. Debit maksimum kawasan-kawasan yang berhutan hampir
selalu
bahwa berhubung dengan meningkatnya penahanon permukaan (surface
detention) (seperti intersepsi pada vegetasi) dan meningkatnya laju in-
lr kurang daripada kawasan-kawasan yang tidak berhutan' Namun' men-
jaai teuitr sulit untuk mendeteksi pengaruh hutan terhadap aliran-aliran
filtrosi (disebabkan karena kapasitas penyerap seresah yang tinggi), presipitasi
aliran maksimum yang diharapkan dari kawasan yang berhutan lebih sungai pada DAS yang luas. lni disebabkan karena distribusi
kompleksitas geologi dan faktor-
rendah. Hidrograf pencatat akan menunjukkan dasar yang diperluas, vani tiiat merata di atas DAS dan
keduanya dalam cabang yang naik dan cabang yang turun. faktor penutuP tanah.
Berhubung gerakan antaraliran melalui lumut dan tanah-tanah
organik di hutan adalah lambat, maka ketinggalon woktu (time lag) jauh 8.9.2. Atiran-sliron Yctng Rendoh
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah yang terbuka.
Penelitian juga telah menunjukkan bahwa bila penampang tanah Penelitian-penelitian di Jepang, Afrika Selatan dan AS' terutama
telah jenuh, tipe penutup tanah hanya sedikit berpengaruh terhadap padaDASyangkecil,telahmenunjukkanbahwapadakondisi-kondisi
penutup
jumlah limpasan permukaan. iklim sedang (di mana air jarang sekali terbatas), penghilangan
kenaikan dalam aliran-aliran yang rendah
Juga mungkin bahwa pada DAS tertentu yang berhqlan karak- hutan telah mengakibatkan
panas. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada
teristik aliran permukaan akan mendominasi karakteristik aliran bawah pada akhir musim
permukaan. tr akhir musim panas (musim kering) pengisian kembali aliran sungai
Hidrograf-hidrograf aliran hujan yang tidak biasa dengan berasaldariairtanah.Karenalebihbanyakvegetasiakanberartivolume
air
kenaikan dan penurunan yang sangat curam, meskipun kondisi-kondisi akar yang lebih besar pada volume tanah tertentu, maka lebih banyak
yang di&strak oleh vegetasi, yang semestinya masuk dalam aliran
air tanah yang mendahului sangat rendah, dilaporkan dalam kepustaka-
an. sungai.
Di AS, Tennessee Valley Authority (TVA) dengan penelitian-pene_
litiannya pada tahun 1962 telah menunjukkanbahwa penghutonon kem-
bqli akan membawa perubahan-perubahan umum DAS berikut:
l. Volume limpasan permukaan berkurang.
2. Limpasan permukaan, dari hujan dengan kedalaman presipitasi
25-50 mm, berkurang 30-70V0 selama 5 tahun pertama setelah
penghutanan kembali, dan dengan 52-89V0 pada akhir periode
(l
penelitian selama l9 tahun.
3. Debit maksimum rata-rata pada musim panas berkurang glgo. Debit
maksimum rata-rata pada musim dingin berkurang 72g0.
4. waktu konsentrasi meningkat 50go selama periode 5 tahun pertama
dan 40090 selama periode l9 tahun.
-1
I

RUJUKAN.RUJUKAN

Abrahams, A.D.1972. Drainage Densities and Sediment Yields


tern Australia. Australian Geographical Studies, Volume I
t9-41.
Achi, M.I. dan D.D. HUFF 1974. Application of Remote Sensing to the
Location of Hydrologically Active (source) Area' Proceeding of
IX. Symposium of Remote Sensing of Environment, Institute of
Science and Technology, University of Michigan. Ann Arbor:
Michigan.
Al-Nakshabandi, G.A. dan J.W . Kijne 1974. Potential Evapotranspira-
tion in Central Iraq Using the Penman Method with Modified
Wind Function. Journal of Hydrology,23, hal.319-328.
Amerman, C.R. 1976. Waterflow in Soils: A Generalized Steady-state,
Two-dimensional Porous Media Flow Model. Agricultural
Research Service, USDA, ARS-NC-30.
Amorocho, J. dan G.T. Orlub 1961. Nonlinear Analysis of Hydrologic
System. Water Resources Center. Contribution 40. Berkeley:
University of California.
Amorocho, J. 1963. Measures of the Linearity of Hydrologic systems.
Journal of Geophysical Research 68, hal. 2237-2249.
Anderl, B., W. Attamannspacher dan G.A. Schultz 1976. Accuracy of
Reservoir Inflow Forecasts Based on Radar Rainfall
t Measurements. Water Resources Research, Volume 12, No. 2,hal,
_l
o'. 2t7-223.
Anderson, E.A. dan N.H. Crawford 1964. The Synthesis of Continous
Snowmelt Runoff I{ydrographs oq a Digital Computer. Stanford
University, Department of Civil Engineering, Technical Report 36.
Anderson, M.G. 1973. Measure of Three-Dimensional Drainage Basin
320 321

Form. Water Resources Research, Volume 9, No. 2,hal.37g_3g3.


Anderson' T.w. 1966. Introduction to Multivariate Statistical tion in hydrology. Water Resour. Res., Vol. ll (5): 661-689'
Bolsenga, s.J. 1975. Estimating Energy B dget components to Deter-
Analysis. New York: John Wiley & Sons.
mine, Lake Huron evaporation. Water Resour' Res' ll (5): 661-
Appleby, F.v. 1954. Runoff Dynamics - a t{eat conduction Analogue
of 666.
Storage Flow in channel Networks. International Association Boon, D.A. 1968. Hydrology and Vegetational Influences. ITC
of
scientific Hydrology, publication No. 3g, proceedins of Gen. Ass. Publication.
Rome, Volume III, 338-34g. Bouwer, H. 1966. Rapid Field Measurement of Air Entry Value and Hy-
Asch, Th.W.J. dan H. van Steijn 1973. Computerized Morphometric draulic Conductivity of Soil as Influenced Sifnificant Parameters
Analysis of Drainage Basins from Maps. publication Serie in Flow S stem Analysis. Water Resour. Res. 2 (4):729-738.
3,
Utrecht: State University of Utrecht. . 1967. Field Measurement of Saturated Hydraulic Con-
Aukema, K. 1969. Hydrograph parameters and Surface Runoff ductivity in Initially Unsaturated Soil. Proc. IAHS-UNESCO
Related
to Basin Characteristics. Delft: University of Technology. Symposium on Artificial Recharge and Management of Aquifers.
Barnes, B.S. 1952. Unitgraph procedures. Denver: US Depaitment Haifa. hal.243-251.
of
Interior, Bureau of Reclemation. . 1969. Salt balance, Irrigation Effiency, and Drainage
Bartlett, M.s. 1947. The Use of Transformations. Biometrics, Design. Journ of Irrigation and Drainage Division, ASCE, 95 IRI:
vorume
3, No. l, hal. 39-52. 243-251.
Bartlett, M.s. lg4g. Internal and External Factor Analysis. British 1969b. Infiltration of Water into Non-Uniform Soil. J.
Journal of psychology, Statistical Section l. hal. 73. Irrig. and Drain. Div., ASCE, 95 IR4: 153-170.
Bartlett, M.s. 1950. Tests of Significance in factor Brouwer, G.K. dan H. Ryckborst, 1975. The Evaporation and Sedimen-
Analysis. British
J. Psychology, Statistical Section 3. hal. 7j_g5. tation in Man-made Arade Lake. Southern Portugal. Hydrol. Sci.
Bauer' S'w. dan D.c' Midgley. rg74- A Simple procedure Bull. XX (4): 555-574.
of Synthesi-
zing Direct Run-off Hydrographs. Report No.
l-74, university of Brown, D.A. 1971. Stream Channels and Flow relation. Water Resour.
the Witwaterstrand, Dept. of Civil Eng. Res. 7 (2): 304-310.
Benson, M.A. 1960. Aerial Flood_frequency Analysis in
a Humid Bruce, J.P. dan R.H. Clark. 1966. Introduction to Hydrometeorology.
f,egion. Bull. Intl. Assoc. Scientific Hydrol. l9; 5_15. Oxford: Pergamon Press.
. l962.Iactors Influencing the Occurence of Buckley, S.E. dan M.C. Leverett. 1942. Mechanism of Fluid Displace-
Floods in a
Humid Region of Diverse Terrain. US Ceot. Su.r. ment in Sands. Trans. of the AIME 146: 107-116.
Water Suppty i
Paper 1580-8. ll Buil, J.A. 1968. Unit hydrograph for Non-uniform Rainfall Distribu-
Bidwell, v.J. 1971. yl

_Regression analysis of Nonlinear catchment


EI
tion. Proc. Amer. Soc. of Civil Eng.: 5762-94.
Systems. Water Resour. Res. 7(5): lllg_1126. ilti Bultot, F., G.L. Dupriez dan A. Bodeux. 1972. lnterception de la Pluie
Bigwood, B'L' dan M.p. Thom"r. i9i;:;i'lood il
Formula for connecti- il par la Vegetation Forestiere: Estimation de I'interception Jour-
cut. Washington: US Geol. Surv. Cir. 365.
Bloemen, G'W' 1966. The calcuration
dl ' naliere a l'aide d'un Model Mathematique. J. Hydrol. 17:
of Evapotranspiration from 193-223.
groundwater Depth Observation. Tech,
nuU. +0, Wug"iirg"", f._ Burt, C. 1947. Factor Analysis and Analysis of Variance. British J. of
ternational Inst. for Land and Water ---------
Bloomsburg, G.L. 1960. A_Hyarogrupt
Manag. Rar. Phychol., Statistical Sec. I : 3.
Washington: Agric. Carlston, C.W. 1963. Drainage Density and Stream Flow. US Geol. Sur.
Res. Serv., SWCRD ner. n.po.i :Zsl "quation.
vey Profs. Pap. 422-C :8.
BMDP
- Biomedical Computer p.og.ammes. 1975. Berkeley: Univer_
sity of California press.
. 1966. The effect of Climate on Drainage Density and
Drainage Density Stream Flow. Intl. Assoc. of Scient. Hydrol.
Bobee, B. 1975. The log pearson Type III
distriburion
ll
and its Applica_
il

il
{
322
323

Bull. I l: 62-69. dan P. Haggett. 1965. Trend Surface Mapping in Geo-


dan W.F. Langbein. 1960. Rapid Approximation of graphical Research. Trans. of the Inst. British Geographers 37:
Drainage Density: Line-Intersection Method. US Geol. Surv. 47-67.
Water Resour. Div. Bull. I l.
1967. Models in Geography, London, Me-
Carson, M.A. 1971. Mechanics of Erosion. London: pion Lim.
thuen.
dan M.J. Kirkby. 1972. Hillslope Form and process. ed.. 1969. Water, Earth and Man. London: Metheun.
London: Cambridge University press.
Chang, M. dan R. Lee. 1974. Objective Double-Mass Analysis. Water
_ .don,
dan B.A. Kennedy. 1971. Physical Geography. Lon-
prentice-Hall.
Resour. Res. l0 (6): tt23-1126. , ed. 1969. Introduction to Geographycal Hydrology.
Chapman, G. 1948. Size of Raindrops and Their Striking Force at the Lindon, Methuen.
Soil Surface in a Red Pine Plantations. Trans. of the Amer. Chojnicki, Z. dan T. Czyz. 1976. Some Problems in the Application
Geophys. Union 29 (5): 664-670. of Factor Analysis in Geography. Geographycal Analysis:
Chapman, T.G. dan F.X. Dunin. 1975. Prediction in Catchment[5rdro- 417-427.
logy. Symposium on Hydrology, 25-27 November 1975, Aust. Chow, V.T. 1952. Design Charts for Finding the Rainfall Intensity Fre-
Acad. of Science. quency. Water and Sewage Works 99: 86-88.
Chery, D.L. 1965. Construction, Instrumentation and Preliminary Ver- 1953. Frequency Analysis of Hidrologic Data with
ification of a Physical Hydrologic Model. Washington, USDA, Special Application to Rainfall Intensities. Illinois: University of
ARS Soil and Water Conservation Research Division. Illinois, Engineering Experiment Station Bulletin 414.
Chidley, T.R.E. dan J.G. Pike, 1970. A Generalized Computer pro- i
1954. The Log-probability Law and Its Engineering
i
gram for the Solution of the penman Equation for Applications. Proceedings of the ASCE, Volume 80, No. 536.
Evapotranspiration. J. of Hydrol. l0: 75-89. 1959. Open Channel Hydraulics, New York, McGraw-
Childs, E.C. 1967. Soil Moisture Theory. Advances in Hydroscience 4: rl Hill.
73-116. 1962. Hydrologic Determination of Waterway Areas
. 1969a. An Introduction to the Physical Basic of Soil ,l for the Design of Drainage Structures in Small Drainage Basins. Il-
Water Phenomena, New York, John Wiley and Sons. linois: University of Illinois, Engineering Experiment Station
1969b. The Vertical Movement of Water in a Stratified t Bulletin 462.
Poreus Material: l. Infiltration. Water Resources Research 5 (2): . ed, 1964. Handbook of Applied Hydrology. New
446-459. York, McGraw-Hill.
Chin, W.Q. 1967. Formulas and Tables for Computing and plotting dan T.E. Harbaugh, 1965. Rair{drop Production for
Drought Frequency Curves. Technical Report 9, Inland Waters Laboratory Watershed Experimentation. J. bf Geophys. Res. 70
Branch, Department of Energy, Mines and Resources, Ottawa. (24):6lll-6119.
Chorley, R.J., D.E.G. Malm dan H.A. pogorzelski. 1957. ANew Stan- Ir
dan S.J. Kareliotis, 1970. Analysis of Stochastic Hydro-
dard for Estimating Drainage Basin Shape. Amer. J. of Sci. 255: logic Systems. Water Resour. Res. 6 (6): 1569-1582.
I 38- l4l . Christinsen, J.E. 196E. Pan Evaporation and Evapotranspiration from
dan L.S.D. Morley. 1959. A Simplified Approximation Climatic Data. J. of lrrig. and Drain., ASCE, Ix-2: ?A3-265.
for the Hypsometric Integral. J. of Geol. 67: 566-5j1. Chborn, B.J. dan W.L. Moore, 1970. Numerical Simulation of Water-
dan M.A. Morgan. 1962. Comparison of Morphome- shed Hydrology. Tech. Report HYD 14-7001, University of
tric Features, Unaka Mountains, Tennessee and North Carolina Texas, Department of Civil Engineering, Austin.
and Dartmoor, England. Geol. Soc. of Amer., Bull. 73: 11.*14. Clark, C.O. 1945. Storage and the Unit Hydrograph. Trans. of the
AscE llCI 1416-1446.

I
324
!r
325

clark, D. 1975. understanding conanical correration Anarysis. Culler, R.C., R.L, Hanson dan J.E. Jones. Relation of the Consump
CATMOG 3, Norwich: Geo Abstracts Limited. tive Use Coefficient to the Description of Vegetation. Water
coffman, D.M. dan A.K. Turner.1971. compoter Determination of the Resour. Res. l2 (l): a0-46.
Geometry and Topology of Stream Networks. water Resour. Res. Dabiri, H.E., D.W. Green dan J.D. Winslow. 1970. Digital Computer
7 (2):4t9-423. Simulation of an Aquifer: a Case Study. Summer Computerr
i
. 1972. New Topological Relationship as an Indicator of i
Sigrulation Conference. Amer. Comput. Mach., Denver, Col-
Drainage Network Evolution. Water Resour. Res. g (6): qi;
orado, June 10-12.
1497-150s. I

I Dam, J.C. van. 1960. Geohydrology Lecture Notes. Delft, Technologi-


Colenbrander, H.J. 1970. Waarneming en Bewerking van Grondwa- i

cal University.
terstanden Bodemvochtgegevens. Hidrologisch Onderzoek in het dan P. Santema. 1966. Groundwater: the Use and Inter-
Leerinkbeekgebied, Tweede Interimrapport, Provinciale pretation of Hydrologic Data. Water Resources Series 34: United
Waterstaat van Gelderland, Anhem: 148-176. Nations. pp. ll9-128.
dan T. Blok. 1970. Afvoermetingen in Kleine Dam, J.C. van. 1971. Waterhuishouding, Hydrologische Grondslagen.
Stroomgebieden. Hydrologishe Onderzoek in het Leerinkbeegebi- Deel 1A, Delft Technological University.
ed. Twee de Interimrapport, Provinciale Waterstaat van Gelder- 1973. Waterhuishouding, Hydrologische Grondslagen.
land, Arnhem hal. 109-120. Deel lB, Delft Technological University.
Collier, E.P. dan G.A. Nix. 1967. Flood Frequency Analysis for the New Dalrymple, T. 1860. Flood Frequency Analysis. Washington. US Geolo-
Brunswick-Gaspe Region. Tech. Report 9. Inland Waters Branch, gical Survey Paper 1543-A.
Department of Energy, Mines and Resources, Ottawa. Dangler, 8.W., S.A. El-Swaify, L.R. Ahuja dan A.P. Barnett. 1976.
Collins, L.1975. An Introduction to Markov Chain Analysis. CATMOC Erodibility of Selected Hawaii Soils by Rainfall Simulation. USDA
l, Norwich: Geo Abstracts Limited. Agricultural Research Service, ARS W-35.
Compilation of the Records of Surface Waters of the United States. US Daultrey, S. 1976. Principal Components Analysis. CATMOG 8, Nor-
Geological Survey, Water Supply Papers Nr. l72l-1738. wich: Geo Abstracts Limited.
Cotton, C.A. 1964. The Control of Drainage Density. NZJ. Geol. Geo- Davis, J.C. 1973. Statistics and Data Analysis in Ceology. London,
phys. 7: 348-352. John-Wiley and Sons.
Coulson, A. dan P.N. Gross. 1957. Measurement of the Physical Char- Dawdy, D.R. dan J.M. Bergmann. 1969. Effect of Rainfall Variability
acteristics of Drainage Basins, Ottawa: Inland Waters Branch, on Streamflow Simulation. Water Resour. Res. 5: 958-966.
Tech. Bull. 5. Decay, M.F. 1971. Probability Distribution of Number of Network in
Crawford, N.H. dan R.K. Kinsley.1962. The Synthesis of Continuous Topologically Random Network Patterns. Water Resour. Res. 7
Streamflow Hydrographs on a Digital Computer. Tech. Report 12. (6): 1652-1657.
Stanford: Stanford University, Department of Civil Engineering. dan W.C. Krumbein. 1976. Three Growth Models for
1966. Digital Simulation in Hy- Stream Channel Networks. J. Geol. 8a (2): 153-163.
drology. Stanford: Stanford University, Department of Civil Decisions with Inadequate Hydrologic Data. 1973. Proceedings of the
Engineering Tech. Report 39. 2nd International Symposium in Hydrology, September 1972. Fort
Craxton, F.E. dan D.J. Crawden. 1958. Applied General Statistics. Lon- Collins, Fort Collins: Water Resources Publication.
don: Prentice-Hall. De Coursey, D.C. 1966. A Runoff Hydrograph Equation. Washington:
Crouse, R.P., E.S. Corbert dan D.W. Seegrist. 1966. Methods of Meas- USDA, Agricultural Research Service Report 4l-116.
uring and Analysing Rainfall Interception by Grass. Bull. IASH 2: Delleur, J.W., P.C. Tao dan M.L. Kavvas. 1976. An Evaluation of the
I l0-120. Practicality and Complexity of Some Rainfall and Runoff Time
T
326 327

Series Models. Water Resour. Res. 12 (5): 953-970. Edson, C.C. 1951. Parameters for Relation Unit Hydrograph to Water-
Derecki, J.A. 1976. Lake Erie Terrestrial Radiation. Water Resour. shed Characteristics. Trans. Amer. Geophys. Union 32:591-596.
Res. l2 (5): 979-984. Eiselstein, L.M. 1967. A Principal Components Analysis of Surfaces
Design of Small Dams. 1965. Denver: US Department of Interior, Bu- Runoff Data from a New Zealand Alpine Watershed. Proceedings
reau of Reclamation. of the International Hydrology Symposium. hal. 479-489.
Development of the Total Watershed. 1966. Conference Papers held in Emmett, W.W. 1970. The Hydraulics of Overland Flow on Hillslopes.
Billings, Montana, October 1865. American Society of Civil was hington: US Geological Survey, Professional Paper 662-A.
Engineers. Evans, I.S. 1972. General Geomorphometry, Derivatives of Altitude and
Diaz, G., J.I. Sevell dan C.H. Shelton. 1968. An Application of Prin- Descriptive Statistics. Dalsm R.J. Chorley, ed. Spatial Analysis in
cipal Component Analysis and Factors Analysis in the Study of Geomorphology, London: Methuen. hal. 17-90.
Water Yield. Water Resour. Res. 4: 299-306. Evaporation Symposium and Report on the Lysimeters in the Nether-
Dickinson, w.T., M.E. Holland dan G.L. Smith. 1967. An Experimen- lands. 1959. Proceedings and Information No. 4, The Hague:
tal Rainfall-Runoff Facility. Colorado state University, Hydrology TNO.
Papers 25. Ezekiel, M. dan K.A. Fox. 1959. Methods of Correlation and Regression
Diklic, S. 1974. Hydrology. Lecture Notes, Delft: International Hy- Analysis. New York, John-Willey and Sons.
draulics Courses. Fields, F.K. dan D.B. Adams. 1975. Estimates of Temperatures and
Discharge Measurements at Gaging Stations. 1969. Washington: US Ge- Precipitation for Northeastern Utah. J. of Res. 3 (2): l3l-136.
ological Survey, Techniques of Water-Resources Investigations, Fisher, R.A. 1936. The Use of Multiple Measurements in Taxonomic
Chapter A8. Problems. Annals of Eugenics 7: 179-188.
Diskin, M.H. 1970. Definition and the Use of the Linear Regression Fleming, G. 1972. Sediment Erosion-Transport-Deposition Simulation,
Model. Water Resour. Res. 6 (6): 1668-1713. State of Art. Proceedings of the USDA, Sediment Yield
Doge, J.C.I. 1959. A General Theory of Unit Hydrograph. J. of Geo- Workshop, Oxford.
phys. Res. 64; I :241. . 1975. Computer Simulation Techniques in Hydrology.
Dornkamp, J.C. dan C.A.M. King. 1971. Numerical Analysis in Geo. New York, Elsevier Publisher.
morphology. London: Edward Arnold. Fleming, J.H. 1967. The Assessment of Surface Runoff from Rainfall
Drainage Principles and Application. 1974. Publication 16, Vol. [II, Data for an Arid Region of West Pakistan. Bull. of the IASH. hal.
Wageningen: International Institute for Land Reciamation and 369-382.
Improvement. Fok, Yu-Si. 1971. Law of Stream Relief in Horton's Stream Morpholo-
Dronkers, J.J. 1969. Tidal Computations for Rivers, Coastal Areas, and gical System. Water Resour. Res. 7 (l):201-203.
Seas. J. of Hydraulics Division: Proceedings of the ASCE, HY l:
Ford, P.M. 1959. Multiple Correlation in Forecasting Seasonal Runoff.
29-77. Dehvor, US Department of Interior, Bureau of Reclamation
. 1964. Tidal Computations for Rivers and Coastal Monograph 2.
Areas. Amsterdam: North-Holland. Foster, H.A. 1924. Theoretical Frequency Curves and Their Application
Easterbrook, C.C. 1969. A Study of the Effects of Waves on Evaporati- to Engineering Problems. Trans. ASCE 87.
on from Free Water Surfaces, Wave Tank Experiments and Corre- Fournier, F. 1960. Climat et Erosion. Paris: Prosses Universitaires
lation with Lake Hefner Evaporation Studies. Research Report de France.
No. 18, US Department of Interior, Bureau of Reclamation. Franco, C.M. dan A.C. Magalhaes. 1965. Techniques for the Measure-
Eagleson, P.S. 1970. Dynamic Hydrology. New York, McGraw-Hill. ment of Transpiration of Individual Plants. Dalom F.E. Eckardt,
Eckardt, F.E. 1965. Methodology of Plant Eco-'Physiology. ed. Methodology of'Plant Eco-Physiology. hal. 2ll-224.
I
t
328 329

Freeze, R.A. 197 l. Three Dimensional Transient, Saturated-Unsaturated . dan D.E. Walling. 1973. Drainage Basin, Form and
Flow in a Groundwater Basin. Water Resour. Res. 7 (2): 347-366. Process. London, Arnold.
. 1972a. Role of Subsurface Flow in Generating Surface . eds. 1974. Fluvial Processes in
Runoff-I, Base Flow Contributions to Channel Flow. Water Instrumented Watersheds. London, Arnold.
Resour. Res. 8 (3):609-623. . dan V. Gardiner. 1975. Drainage Density and Climate.
1972b. Role of Subsurface Flow in Generating Surface Annals of Geomorph., N.F. 19 (3): 287-298.
a
Runoff-2, Upstream Source Areas. Water Resour. Res. 8 (5): 4 Guenther, W.C. 1964. Analysis of Variance. New Jersey: Prentice-Hall.
1272-1283. Guide to Hydrometeorological Practices. 1970. WMO No. 168. Geneva.
Gardner, W.R. 1962. Approximate Solutions of a Non-steady-state Gumbel, E.J. 1954. Statistical Theory of Draughts: Proceedings of
Drainage Problem. Soil Sci. Soc. of Amer. Proc.22: 129-132. ASCE Volume 80, Separate 439.
Gelhar, L.W. 1972. The Aqueous Underground. Technology Review, . 1958. Statistics of Extremes. New York: Columbia
MIT, Volume 74 (5): 45-53. University Press,
Genderen, J.L. van. 1970. Morpho-dynamics of the Crati River Basin, Gunaratnam, D.J. dan F.E. Perkins. 1970. Numerical Solution of Un'
Calabria, Italy. Delft: ITC Publication. steady Flows in Open Channels. Hydrodynamics Laboratory
Gilcrest, B.R. 1950. Flood Routing. Dolam. H. Rouse, ed. Engineering Report No. 127, MIT, Department of Civil Engineering.
Hydraulics, New York, John-Wiley and Sons. Gunn, R. dan G.D. Kinzer . 1949. The Terminal Velocity of Fall for Wa-
Gilman, K. 1975. Application of a Residence Time Model to Dilution ter Droplets. J. of Meteor. 6:243-248.
Gauging, with Particular Reference to the Problem of Changing Hack, J.T. dan J.C. Coodlett. 1960. Geomorphology and Forest Ecolo-
Discharge. Hydrological Science, Bull. XX (4): 523-537. n
gy of a Mountain Region in the Central-Appalachians. US
Gladwell, J.S. 1970. Runoff Generation in Western Washington as a a Geological Survey Professional Paper 347.
Function of Precipitation and Watershed Characteristics. Idaho: Haan, C.T. dan H.P. Johnson. 1966. Rapid Determination of Hypso-
University of Idaho. metric Curves. Bull. Geological Soc. of Amer. 77: 123-126.
Glover, R.E. 1973. Ground-Water Movement. Engineering Nomograph Hall, W.A., W.S. Butcher dan A. Esogbue. 1968. Optimization of the
No. 3l US Department of Interior, Bureau of Reclamation. Operation of a Multiple-Purpose Reservoir by Dynamic Program-
Goddard, J. dan A. Kirkby. 1976. An Introduction to Factor Analysis. ming Water Resour. Res. 4 (3): 471-477.
CATMOG 7, Norwich: Geo Abstracts Limited. Hammad, H.Y. 1969. Future of Ground Water in African Sahara Desert
Golding, B.L. dan D.E. Low. 1960. Physical Characteristics of Drainage J. of Irrig. and Drain. Div., ASCE, Volume 4: 563-580, IR.
Basins. Proc. of the ASCE 86. Harley, B.M., F.E. Perkins dan P.S. Eagleson. 1970. A Modular Distri-
Golfz, S.M. dan kawan-kawan. 1970. Evaporation Measurements by an buted Model of Catchment Dynamics. Hydrodynamics Laboratory
Eddy Correlation Method. Water Resour. Res. 6 (2): 440-446. Report No. 133, MIT, Department of Civil Engineering.
Grace, R.A. dan P.S. Eagleson. 1966. The Modelling of Overland FIow. Harbough, J.W. dan D.P. Merriam. 1968. Computer Application in
Water Resour. Res. 2: 86-92. Stratigraphic Analysis. New York: John Wiley & Sons.
Gray, D.M. 1961. Interrelationship of Watershed Characteristics. J. of Harman, H.H. 1968. Modern Factors Analysis. Chicago: The University
Geophys. Res. 66: 1215-1223. of Chicago Press.
Green, W.H. dan C.A. Ampt. l9ll. Flow of Air and Water Through Harp, J.F. 1974. An Innovative Automatic Stream Gauging Method. J.
Soils. J. of Agric. Sci. 4: l-24. of Hydrol. 2l:27-31.
Gregory, K.J. dan E.H. Brown. 1966. Data Processing anf the Study of Harrold, T.W., C.A. Nicholas dan C.G. Collier. 1975. The Measure-
Landforms. Annals of Geomorph- l0:237-263. ment of Heavy Rainfall over Small Catchments Using Radar.
Hydrol. Sci. Bull. XX (l): 68-76.
f-- r ----"""-"' t

330 331

Harr. M.E. 1962. Groundwater and Seepage. New York: McGraw-Hill Properties of Braided Streams. Water Resour. Res. 6 (6):
Hazen, A. 1914. Storage to be Provided in Impounding Reservoirs for t674-1668.
Municipal Water Supply. Trans. ASCE, Volume 77, paper 130g. of Stream Junction. Water Re-
1971. Optimal Angles
hal. 1539. sour. Res. 7 (4):863-873.
Henderson, F.M. 1966. Open Channel Flow. New york: MacMillan Hoyt, W.C. dan H.C. Troxell. 1934. Forests and Stream Flow. Trans.
Publ. of the ASCE 99: l-l l.
Hershfield, D.M. 1961. Rainfall Frequency Atlas of the US. Washington Huisman. L. 1960. Ground-Water Recovery: Technical Aspects. Lecture
US Department of Commerce, Tech. Report 40. Notes. Delft: International Courses in Hydraulic and Sanitary
Hertzler, R.A. 1967. Engineering Aspects of the Influence of Forests Enginering.
on Mountain Streams. Civil Engineering 9: 487-489. Householder, A.S., G.E. Forsythe dan H'H. Germond. 1951. Monte
Hillel, D. dan W.R. Gardner. 1970. Transient Infiltration into Crust- Carlo Method. US Natl. Bureau of Standards, Applied Mathema-
topped Profile. Soil Sci. 109 (2): 69-76. tics Service, Volume 12.
. 1971. Soil and Water. New York: Acdemic Press. Hursh, C.R. 1936. Discussion on Report of the Committee on Absorp-
Hjelmfelt, A.T. dan J.J. Cassidy. 1975. Hydrology for Engineers and tion and Transpiration' Trans. of the Amer. Geophys. Un" lTth
Planners. Iowa: Iowa State University Press. Annual Meeting. hal. 296.
Hoel, P.G. 1965. Introduction to Mathematical Statistics. New York: Huson, J.J. 1970. Land Utilization in Crati Valley. Delft: ITC Publ'
John Wiley & Sons. Hyami, s. 1951. on the Propagation of Flood waves: Disaster Preven-
Holtan, H.N. dan G.J. Stiltner. 1975. USDAHL-74: Revised Model of tion Research Institute, Bulletin l, Kyata, Japan.
Watershed Hydrology. Washington: US Department of Agricul- l Hydraulics of overland Flow on Hill Slopes. 1970. washington: US Ge-
I
ture, Tech. Bull. No. 1518. ol. Survey, Professional Paper 662-4'
Horst, L. 1971. Hydrometry. Delft: International Courses in Hydrau- Hydrocomp. 1969. Operations Mannual. Palo Alto: Hydrocomp.
lics and Sanitary Engineering. Hydr.ologisch Onderzoek in het Leeringkbeekc.ebM. 1970. Arnhem:
Horner, W.W. dan F.L. Flynt. 1936. Relation Between Rainfall and Pro,vinciale Waterstaat van Gelderland, Twede Interimrapport.
Runoff from Small Urban Areas. Trans. ASCE. hal. 140. Hydrology Seminar Notes (of the author). 1969. Delft: International
Horton, R.E. 1919. Rainfall Interception. Monthly Weather Review 47: Hydraulic Courses.
603-623. Imbrie, J. 1963. Factor and Vector Analysis Programs for Analyzing
1932. Drainage Basin Characteristics. Trans. Amer. Geological Data. Washington: Office of Naval Research,
Geophys Un. 13: 350-361. Geography Branch. Techn. Report 6.
1945. Erosional Development of Streams and their International Glossary of Hydrology. 1974. UNESCO-WMO.
Drainage Basins. of the Bull. Geol. Soc. of Amer. 56: 275-37O. Instituto Geografico Militare. 1958. Topographical Maps of South Italy
Hotelling, H. 1933. Analysis of a Complex of Statistical Variables into I : 100.000 and I :200.000 and I :20.000 scales.
Principal Components. J. Ed. Psychol. 24. Ipsen, D.C. 1960. Units, Dimensions and Dimensionless Numbers. New
Houk, l.E. 1921. Rainfall and Runoff in the Miami Valley. Miami: Con- York: McGraw-Hill.
servency District Tech. Report 8. Ishihara, Y. 1964. Hydraulic Mechanism of Runoff. Dulam R. Sil-
Hounam, C.E. 1972. Charateristics of Evaporation in Network Design. verster, ed. Hydraulic and Fluid Mechanics. Oxford: Pergamon
Casebook on Hydrological Network Design practices, WMO Press.
Publication No. 324, Geneva. hal. I.2.1-l hingga l.Z.l-5. Iturbe, I.C. dan J.M. Mejia. 1974. On the Tran formation of Point
Howard, A.D. dan kawan-kawan. 1970. Topological and Geometrical Rainfall to Area Rainfall. Water Resour. Res. l0 (4):729-735.
?

'332 333

lzzard, C.F. dan M.T. Augustine. 1943. Pleliminary Report on Analysis King, C.A.M. 1966. A Morphometric Examples of Factor Analysis.
of Runoff from Simulated Rainfall on a Palved Plot. Trans. of Dqlqm H.O. Slaymaker, ed. Morphometric Analysis of Maps.
Amer Geophys. Un. 24: 500-511. British Geomorphological Research Group, Occasional Paper No.
4.
James, L.D. 1965. Using a Digital Computer to Estimate the Effects of
Urban Development on Flood Peaks. Water Resour. Res. l: King, R.B. 1975. Geomorphic and Soil Correlation Analysis of Land
223-233. Systems in Northern and Luapula Provinces of Zambia. Instiiute
James, L.D. 1972. Hydrologic Modelling, Parameter Estimation and
of British Geographers Trans. 64:. 67-76.
Kendal, M.G. 1957. A Course in Multivariate Analysis. Net York:
Watershed Characteristics. J. Hydrol. l7: 283-307 .
Hafner Publishing.
Jamieson, D.G. dan C.R. Amerman. 1969. Quick-return Subsurface
Kinnison, H.B. dan B.R. Colby 1945. Flood Formulas Based on Draina-
Flow. J. Hydrol. 8:122.
ge Basin Characteristics. Transactions of the Characteristics. Tran-
Jarvis, R.S. dan A. Werritty. 1975. Some Comments on Testing Random
ll sactions of the American Society of Civil Engineers I10, hal.
Topological Stream Network Models. Water Resour. Res. (2):
309-318. 849-984.
1973. New Measure of the Topological Structure of Kirwald, E. 1969. Wasserhaushalt und Einzugsgebiet. Essen: Dr. W.
Dendritic Drainage Networks. Water Resour. Res. 8 (5): Classen.
1265-1271. Kleinsmiede, W.F.J. 1960. Geology of the Valle de Aran, Central
Pyreenes. Leidse Geologische Mededelingen 25. hal. 129-247.
Jennings, A.H. 1952. Maximum 24-hour Precipitation in the US. Was-
hington: US Department of Commerce. Tech. Paper 16. Knapp, R.M., D.W. Green, E.C. Pooge dan C. Stanford 1975, Deve
lopment and Field Testing of a Basin Hydrology Simulator. Water
Jensen, M.E. dan R.J. Hanks. 1967. Nonsteady-state Drainage from Po-
rous Media. J. of lrrig. Drain. Div., ASCE 93 IR 3: 202-231.
I
a
Resources Research. Volume ll
(6): 879-888.
Jetler, K. 1944. Evaluation of Runoff-Distribution Values from Basin 1
Knisel, W.G. 1970. A Factor Analysis of Reservoir Losses. Water
Data and Study of Related Drainage-Area Charateristics. Trans. Resources Research 6, hal. 491-498.
Amer. Geophys. Un. 25: 990-1004. Knox, C.E. dan T.J. Nordenson 1955. Average Annual Runoff and Pre
Johnson, M.L. 1970. Runoff from Eight Watersheds in North-eastern cipitation in the New England-New York Area. Washington: US
Vermont. Baltimore: The John Hopkins University. Geological Survey, Hydrological Inventory Atlas HA-7.
Kagan R.L. 1972. Precipitation-Statistical Principles. Casebook on Kouzel, A.G. 1972. The Design of Network for the Determination of
Hydrological Network Design Practice No. 324. Ceneva: WMO. Soil Moisture. Casebook on Hydrological Network Design Prac-
hal. I- I .1.2-l hingga l-32-9. tice, No. 324, Geneva: WMO, hal. I-4.1-l hingga I-4.1-7.
Kalinin, G.P. 1971. Global Hydrology. Terjemahan dari bahasa Rusia. Krumbein, W.C. dan F.A. Graybill 1965. An Introduction to Statistical
US Department of Commerce, National Technical lnformation Models in Geology. New York: McGraw-Hill.
Service Springfield.
Laden, N.R., T.L. Reilly dan J.S. Minnotte 1965, Synthetic Unit
Kaiser, H.F. 1958. The Varimax Criterion for Analytic Rotation in Fac- a Hydrographs, Distribution Graphs and Flood Routing in the Up-
tor Matrix. Psychometrika 23: 187-200. per Ohio River Basin. Transactions of the American Geophysical
Keefer, T.N. 1976. Comparison of Linear Systems and Finite-difference Union lI, hal. 649-659.
Flow-routing Techniques. Water Resour. Res. l2 (5): 997-1006. Land Use Map of Italy (Carto della Utilizzazione del Soulo D,Italia)
Kherounromne, I., W.E. Sharp dan L.R. Gardner. 1976. Variation of 1965, l:200,000 scale. Maps nr. 16, 17 ,19 and 20. Miiano: Touring
Link Magnitude with Maps Scale. Water Resour. Res. 12 (5): Club Italiano.
919-923. Langbein, W.B. 1940. Channel Storage and Unit Hydrograph Studies.
Kimball, H.H. 1914. Monthly Weather Review 42: 474. Transactions of the American Geophysical Union II. hal.
.Fr
f

334 335

620-627. Shallow Water Equation. J. of the Eng. Mech. Div. ASCE 93,
Langbein, W.B. 1947, Topographic Characteristics of Drainage Basins. EM2:39-71.
US Geological Survey, Water Supply paper 968-C. Ligon, J.T., H.P. Johnson dan D. Kirkham. 1962. Unsteady-state
Langbein, W.B. dan S.A. Schumm 1958. yield of Sediment in Relation Drainage of Fluid from a Vertical Column of Porous Material. J.
to Mean Annual Precipitation. Transactions of American of Geophys. Res. 67: 5199-5204.
Geophysical Union, 39, hal. 1076-1084. ., A.G. Law dan D.H. Higgins. 1969. Evaluation and
Lanyon, M. dan J. Jackson 1974. Flow Simulation System. Journal of Application of a Digital Hydrologic Simulation Model. Report 12,
the Hydraulics Division, HY8, hal. 1089-1105. Water Resour. Res. Inst., Clemson University, Clemson.
Larson, L.W. dan E.L. Peck. 1974. Accuracy of precipitation Linsley, R.K. 1943. Application of Synthetic Unitgraph in the West-
Measurement for Hydrologic Modelling. Water Resources tern States. Trans. of the Amer. Geophys. Un. 2: 580.
' Research, l0 (4): 857-863. . dan J.B. Franzini. 1964. Water Resouces Engineering.
Laurenson, E.M. 1962. Hydrograph Synthesis by Runoff Routing. Wa- New York: McGraw-Hill.
ter Res. Lab. Report No. 66. The University of New South Wales. Linsley, R.K., M.A. Kohler dan J.L.H. Paulhus. 1958. Hydrology for
. 1964. A Catchment Storage Model for Runoff Rou- Engineers. New York: McGraw-Hill.
ting. J. of Hydrol. 2: l4t-163. Liou, E.Y. 1970. OpserProgram for Computerized Selection of Water-
. 1974. Modelling of Stochastic-Deterministic Hydrolo- shed Parameter Values for the Stanford Watershed Model. Report
gic Systems. Water Resour. Res. l0 (5): 955-961. 34. Water Resour. Res. Inst., University of Kentucky, Lexington.
Lawley, D.N. 1949. Problems in Factors Analysis. proc. of the Lloyd, E.H. 1967. Stochastic Reservoir Theory. Advances in Hydro
Roy. Soc. of Edinburg LXII : l. Science 4: 281-339.
Laws, J.O. 1941. Measurement of Fall Velocity of Water Drops and Lull, H.W. 1959. Soil Compaction on Forest and Range lands. USDA
Rain Drops. Trans. Amer. Geophys. tJn.2:709-721 . Forest Service Miscalleneous Publications No. 768.
Lee' R. 1963. Evaluation of Solar Beam Radiation as a climatic parame- Made, J.W. van der.1972. Streamflow and Water Levels. Casebook on
ter of Mountain Watersheds. Colorado: Colorado State Universi- Hydrological Network Design Practice No. 324. Ceneva: WMO:
ty. Higrology Paper 2. I-5.1-l hingga I-5.1-8.
Lee, M.T. dan J.W. Delleur. 1976. A Variable Source Area Model of Magette, W.L., V.O. Shanholtz dan J.C. Carr. 1976. Estimating Selec-
Rainfall-Runoff Process Based on the Watershed Stream Network. ted Parameters for the Kentucky Watershed from Watershed Cha-
Water Resour. Res. 12 (5): 1029-1036. rarteristics. Water Resour. Res. 12 (3): 472-476.
Leerinkbeek Study. 1970. The Hague: Rijkswaterstaat. Mamisoa, J.P. 1952. Development of an Agricultural Watershed by Si-
Leepold, L.B., M.G. Wolman dan J.P. Miller. 1964. Fuvial processes in militude. M.Sc. thesis. Ames: Iowa State University.
Geomorphology. San Francisco: W.H. Freeman and Co. Manson, V. dan J. Imbrie. 1964. Fortran Program for Factor and Vector
dan kawan-kawan. 1964. Fluvial Processes in Analysis of Geological Data Using an IBM 7090 or 7094/1401
Geomorphology. Computer System. Kansas: Geological Survey 13.
Liakopoulos, A.C. 1962. Theoretical Aspects of the Flow Water Mark, D.M. 1974. Line Intersection Method for Estimating Drainage
Through Anisotropic Unsaturated Soils. J. Hydraulics Div. ASCE: Density. Ceological 2: 235-237.
62-70. Matalas, N.C. 1963. Probability Distribution of Low Flows. Geol. Surv
Liggett, J.A. dan D.A. Woolhiser. 1967. Difference Solutions of the Profes. Papers 43+A. Washington: US Government Printing Of-
fice.
dan B. Jacobs. 1954. A Correlation Procedure for

i
t"
I,
[^
336 337

Augmenting Hydrologic Data. US Geol. Surv. Profes. Pap.434-E. Meyerink, A.M.J. 1966. Quantitative Geomorphology in Hydrologic
Washington: US Government Printing Office. Studies. Enschede: ITC Publication.
. dan B.J. Reiher. 1967. Some Comments on the Use of . 1970. Photo-Interpretation in Hydrology: A Geomorp-
Factor Analysis. Water Resour. Res. 3: 213-223. phologic Approach. Enschede: ITC Publication.
Mather, R.M, 1972. Areal Classification in Geomorphology. Dolam Miller, v.c. 1953. A Quantitative Geomorphic Study of Drainage Basin
R.J. Chorley. ed. Spatial Analysis in Geomorphology. London: Characteristics in the Clinch Mountain Area, Virginia and Ten-
Methuen. pp.305-322. a
nessee. New York: Colombia University, Department of Geology
Mather, P.M. 1976. Computational Methods of Multivariate Analysis Tech. Report 3.
in Physical Geography. London: John Woley & Sons. Molen, W.H. van der. 1971. Lecture Notes Agrohydrology (in Dutch).
Mathur, V.K. 1976. A Factor Analysis of Socio-Economic Determinants Wageningen: lniversity of Agriculture'
of Property of Crimes in Cities. The Annals of Regional Science X Monteith, J.L. 1965. Evaporation and Environment. Symp. Soc. Exp.
(2): tt6-127. Biol. l9: 205-234.
Marsden, J.R., D.E. Pingry dan A. Whinston. 1975. The Large-large Morel-Seytoux, H.J. dan J. Khanji. 1974. Prediction of Imbibition in
Regional Plant Hypothesis: Discriminant Analysis. Water Resour. a Horizontal Column. Proc. Soil Sci' Soc. Amer: 613-617.
Res. ll (8): l0l3-1017. Morgan, R.P.C. 1973. The Influence of Scale in Climatic Geomorpholo-
Maximum Station Precipitation for 7,2,3,4,6, 12 dan 24 Hours. l95l gy a Case Study of Drainage Density in West Malaysia. Geografis-
hingga 1959. Washington. US Department of Commerce Tech. ka Annuler 55A (2): 107-l15.
Report l5 (23 volume). Morissawa, M.E. 1957. Accuracy of Determination of Stream Lengths
Maxwell, J.C. 1960. Quantitative Geomorphology of the San Dimas Ex- from Topographic Maps. Amer. Geophys. Un.: 86-88.
perimental Forest, California. Washington: Office of Naval Res. . 1958. Measurement of Drainage-Basin Outline Form.
Geography Tech. Report 19. Water Resour. Res. 66: 587-591.
McCoy, R.M. 1971. Rapid Measurement of Drainage Density. Bull. Ge- 1968. Streams: Their Dynamics and Morphology. New
ol. Soc. Amer. 82:757-162. York: McGraw-Hill Book Co.
McDonald, J.E. 1957 . A Note on the Precision of Estimation of Missing Mulholland, H. dan C.R. Jones. 1968. Fundamentals of Statistics. Lon-
Precipitation Data. Trans. Amer. Geophys. Un. 38 (5): 657-661. don: Butterworths.
Mckay, C.A dan W. Stichling. 1961. Evaporation Computations for Mulvaney, J.J. 1850-1851. On the Use of Self Registering Rain and
Praire Reservoirs. Proc. Hydrol. Symposium 2, Ottawa. Flood Gauges in Making Observations of the Relation of the Rain-
Mein, G.R. dan C.L. Larson. 1973. Modelling Inliltration During a Ste- fall and Flood Discharges in a Given Catchment. Proc. Inst. Civil
ady Rain. Water Resour. Res. 9 (2): 384-394. Eng., Ireland4:18.
Muskat, M. 1946. The Flow of Homogeneous Fluids Through Porous
Nonlincar Model for Flood Estimation. J. Hydr., ASCE 100: Media. Ann Arbor: J.E. Edwards'
1507-1518. Mustenon, S.E. 1967. Effects of Climatologic and Basin Characteristics
Meinzer, O.E. 1942. Hydrology. New York: Dower. on Annual Runoff. Water Resour. Res. 3: 123-130.
Melton, M.A. 1957. An Analysis of the Relations Among Elements of
-'R,G.,E.M,LaurensondanT'A.McMohan'1974.Simple Muther, P.M. dan J.C. Doornkamp. 1970. Multivariate Analysis in Ge-
Climate, Surface Properties and Geomorphology. New York: Col- ography. Trans- Inst. British Geogr. 51.
ombia University, Department of Geology. Tech. Report ll. Nash J.E. 1957. The Form of the Instantaneous Unit Hydrograph.
Meyer, H.A. 1956. Symposium on Monte Carlo Methods. New York: Intl. Assoc. of Sci. Hydrol. III: l14:121.
John Wiley & Sons. . 1960. A Unit Hydrograph Study with Particular Ref-
_\

' 338 339

erence to British Catchments. Proc. of the Insts. of the Civil Eng. Pillsbury, A.F., R.E. Pelishek, J.F. Osborn dan T.E. Szuskiewics. 1962.
l7:249-282. Effects of Vegetation Manipulation on the Disposition of Precipi-
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAH). 1959.
tation on Chaparral-Covered Watershed. J. of Geophys' Res. 67:
Rainfall Intensity-Frequency Regime. Tech. Report 29. 695-702.
Nes, T.J. van de dan M.H. Hendriks. 1971. Analysis of Linear Distribu-
Pinder, G.F. dan J.F. Jones. 1969. Water Resour. Res.5: 438-445.
ted Model of Surface Runoff. Wageningen: Laboratorium voor
Ploey, J. de, J. Savat dan J. Moeyersons. 1976. The Differential Impact
Hydraulica en Afvoerhydrologie.
of Some Soils Loss Factors on Flow, Runoff Creep and Rain-
Newson, M.D. 1975. Flooding and Flood Hazard in the United King- wash. Earth Surface Processes I (2): 151-161.
dom. London: Oxford University Press.
Prescott, J.A. 1940. Trans. of the Roy. Soc. S. Aust. 64 : I14.
Nortier, I.W. dan H. van der Velde. 1961. Hydraulica. Culemborg: Priestley, C.H.B. dan R.J. Taylor. 1972. An Assessment of Surface
Stam.
Heat Flux and Evaporation Using Large Scale Parameters.
Obukhov, A.M. 1971. Turbulence in an Atmosphere with a Non-Uni- 8l-92'
Monthly Weather Review 100:
form Temperature. Boundary-Layer Meteorology 2: 8-29.
Proceedings of Symposium on Statistical Hydrology' 1974. Washington:
Osborn, H.B. dan L. Lane. 1969. Precipitation-Runoff Relations for US Department of Agriculture, Agric. Research Service.
Very Small Semi-Arid Rangeland Watersheds. Water Resour. Res. -
Potter, W.D. 1953. Rainfall and Topographic Factors that Affect Run-
' 5: 419-425. off, Trans. of the Amer. Geophys. Un. 34: 67-73.
Pannekoek, A.J., ed. 1973. Algemene Geologie. Groningen: H.D. Rantz, S.E. dan J.R. Crippen. 1975. Adjustment of Logarithmic Flood
Tjeenk. Frequency Statistics for Gauged California Streams to Minimize
i
Parikh, S.C. 1966. Linear Dynamic Decomposition Programming of the Time Sampling Error. J. of Res., US Geol. Surv. 3 (l):
Optimal Long-Range Operation of a Multipurpose Reservoir Sys- I l3-l2L
tem. Proc. of the 4th Intl. Conf. on Operat. Res.: 763-777. Recent Trends in Hydrograph Synthesis. 1966. The Hague: TNO. Proc.
Patton, P.C. dan V.R. Baker. 1976. Morphometry and Floods in Small and Inform. 13.
Drainage Basins Subjected to Diverse Hydrogeomorphic Controls. Riggs, H.C. 1968a. Frequency Curves. Washington: US Geol' Surv.
Water Resour. Res. 12 (5):941-952. Book 4, Chapter A2.
Pearce, A.J. 1976. Magnitude and Frequency of Erosion by Hortonian . 1968b. Some Statistical Tools in Hydrology. Washing-
Overland Flow. J. of Geol. 8a (l): 65-74. ton: US Geol. Surv., Book 4, Chapter Al.
j Penman, H.L. 1948. Natural Evaporation from Open Water, Bare Soii R.ijckborst, H. 1967. Hydrology of the Upper Garonne Basin (Valle de
and Grass. Proc. of Roy. Soc. London 193: 120-145. Aran, Spain). Leidse Geologische Mededelingen 40.
Pethick, J.S. 1974. A Note on the Drainage Density-Basin Area Rela- Rijtema, P.E. 1965. An Analysis of Actual Evapotranspiration. Ph.D
tionship. Area: 217 Thesis. Wageningen: University of Agriculture.
-222.
Petryk, S. dan kawan-kawan. 1975. Analysis 6f Flow Through Vegetati- . 1959. Evapotranspiration in Relation to Suction and
I
on. J. Hydr. of Hydr. Div. HY7:871-884 Capillary Conductivity. Miscellaneous Reprints 3. Wageningen.
i
i
Philip, J.R. 1954. An Infiltration with Physical Significance. Institude of Land and Water Management Research.
Soil Sci. 77: 153-157. Riley, J.P. 1966. Application of an Electronic Analogue Computer to
. 1957 . Numerical Solution of Equations of the Diffusion the Solution of Hydrologic and River Basin Planning Problems.
,

I
Type with Diffusivity Concentration Dependent. Aust. J. of Phys. Report PRWG 32, l. Logan, Utah Watert Resources Laboratory.
l0:29:42. D.G. Chadwick dan K.O. Enggleston. 1969. Snowmelt
. 1957b. The Theory of Infiltrationi 1,2,4. Soil Sci. Simulation. Tech. f,.eport. Logan: State University of Utah' Col-
83 dan 84: 345-357 : 435-448 dan 257 lege of Engineering.
-264.

L
340 341

Rottegatspolder Evaporation Research. 1966. The Hague: Rijkswaters- Chicago.


staat. Sellin, R.H.J. 1969. Flow in Channels. London. MacMillan Publ. Co.
Roberts,W.J. 1957. Evaporation Suppression from Water Surfaces. Sen, Z. 1976. Wet and Dry Periods of Annual Flow Series. J. of
Trans. of Amer. Geophvs. Un. 38 (5):740-7M. Hydr. Div., ASCE HY l0: 1503-1514.
Rodda, J.C. 1972. Precipitation. Casebook on Hydrological Network Seyhan, E. 1968. Climate and Irrigation of Calabria, South Italy.
Design Practice No. 324. Genewa: WMO. hal. l_1.2_2 hingga Delft. ITC Integrated Surveys Development Report.
I-1.z-ts. f, Seyhan, E. 1969. Quantitative Application of the Hydrologic Charac-
Ronca, L.B. dan R.R. Green. 1970. Statistical Geomorphology of the teristics of a First-order Drainage Basin to its Morphology for
Lunar Surface. Bull. of the Smer. Geol. Soc. 8l: 337-352. Relief Classification. Delft. Technological University: Partial
Rouse, H. 1950. Engineering Hydraulics. New york. John Wiley & Report for M.Sc. Thesis.
Sons. 1970. Operation of Runoff from Basin Physiography.
Rubin, J. 1967. Numerical Method for Analyzing Hysteresis-affected, Delfr. ITC M.Sc. Thesis.
Post Infiltration Redistribution of Soil Moisrure. Soil. Sci. Soc. 1972. Potensial Use of Remote Sensing Techniques in
Amer. Proc. 3l: 13-20. Hydrology. Delft. NIWARS Publication 3.
Russell, J.R. 1975. The Significance of Stream Link Length Frequencies 1974. Measurement of Spectral Signatures for Water
in the Magaliesberg, Transvaal. South Afr. Grograph. J. 5g (l): Monitoring. Delft. NIWARS Publication 24.
Quality
25-35. . 1975a. Fundamentals of Hydrology. Utrecht. Geogra-
Rutter, A.J. 1967. AN Analysis of Evaporation from a Stand of Scot fische Instituut, Rijksuniversiteit Utrecht.
Pine. Dalam W.E. Sopper, ed. Forest Hydrology. Oxford. . 1975b. A Statistical Analysis of Morphometrical V4ri-
Pergamon Press. hal. 403_417.
ables and Their Correlation with the Mean Annual Flood. Utrecht,
Ryan, P.J., D.R.F. Harleman dan K.D. Stolzenbach. 19j4. Surface Geografisch Instituut, Rijjksuniversiteit Utrecht.
Heat Loss from Cooling Ponds. Water Resour. Res. l0 (5): . 1976. Application of Stream Ordering to the Ardeche
Scheideggar, A.E. 1967a. Random patterns of Drainage Basin. Bull. Int.
River Basin, Southgrn France. Utrecht. Geografisch Instituut.
of the Assoc. of Sci. Hydrol. il: 415_425.
Rijksuniversiteit Utrecht.
. 1967b. On the Topology of the River Nets. Water Re- . 1976b. Quantitative Relief Classification in the Arde-
sour. Res. 3: 103-106.
che River Basin, Southern France. Utrecht: Institute of Geography,
. 1968. Horton's Law of Stream Numbers. Water Reso_
State University of Utrecht. Serie B No. 62.
ur. Res. 4: 655-658.
1976c. Calculation of Runoff from Basin Physiogra-
schulz, E.F. 1973. Problems in Applied Hydrology. Forst colins: water
phy (CRBP). Geographical Studies 2. Utrecht. Institute of
Resour. Publ.
Geography, State University of Utrecht.
Schumm, s.A. 1956. Evolution of Drainage Systems and Slopes in Blad-
lands in Perth Amboy, New Jersey. Bull. of the Geophys. Soc. of
. 1976d. Prediction of Sediment Yield and Sources.
Utrecht. Institute of Geography, State University of Utrecht.
Amer. 67: 597-646.
.1977a. Watershed as anHydrologic Unit. Publication
1963. A Tentative Classification of Alluvial River Serie B No. 63 Utrecht. State University of Utrecht, Institute of
Channels, Washington: US Geol. Surv., Circ. 477.
Geography.
Schuster, J.C. 1975. Measuring Water Velocity by Ultrasonic Flow-
1977b. Mathematical Simulation of Watershed Hydro-
meter. J. of Hydr. Div., Hyl2: 1503_1517.
logic Processes. Utrecht. State University of Utrecht, Institute of
Sellers, w.D. 1965. physical climatology. chicago. University of
Geography.

i,- \,,
""1

342 343

Sevenhuysen, R.J. 1970. Blotting Papei Simulating Ground- .1972. Quantitative Characterization of Channel Net-
water FIow. J. Hydrol. l0:276-281. work Structure. Water Resour. Res. 8 (6): 1497-1496.
Sevruk, B, 1974. The Use of Stereo, Horizontal, and Ground Level Ori- Smith, K.G. 1950. Standards of Grading Texture of Erosional Topogra-
fice Gages to Determine a Rainfall-Elevation Relationship. Water phy. Amer. J. of Sci. 248:665-668.
Resour. Res. l0 (6): 1138-ll4l. Smittr, R.L. aun A.M. Lumb. 1966. Derivation of Basin Hydro-
Shanholtz, V.O. dan J.C. Carr. 1975. Evaluation of a Model for Simu- graphs. Contribution 19, Manhattan. Kansas Water Resources
lating Continous Streamflow' from Small Watersheds. S. Coop. ,! Research Institute. Kansas University.
Ser. Bull. 200. Snyder, W.M. 1962. Some Possibilities for Multivariate Analysis in Hy-
Sharp. A.L. 1960. Application of the Multiple Regression Approach in drologic Studies. J. of Geophys. Res. 67:721-729.
Evaluating Parameters Affecting Water Yields of River Basins. J. . 1965. Hidrograph Analysis by the Methods of Least
of Geophys. Res. 65: 1273-1286 Squares. Proc. of theAmer. Soc. of CivilEng' 793J-793'25'
Sharp. W.E. 1970. Stream Orders as a Measure of Sample Source . 1938. Synthetic Unit Graphs' Trans' of Amer' Geo-
Uncertainty. Water Resour. Res. 6 (3):919-926. phys. Un. 19, Bagian 2:447-454.
. 1971. An Analysis of the Laws of Stream Order for Fi- Sokolov, A.A. 1976. The World Water Balance. Soviet Geography:
bonacci Drainage Patterns. Water Resour. Res. 7 (6): 1548-1557. 505-515.
Solomon, S. 1966. Statistical Association Between Hydrologic Variables
I

Sherman, L.K. 1932. Streamflow from Rainfall by the Unit-Graph Me- ' Proc. of Hydrol. SymP.5:55-125.
thod. Engineering News-Record, April issue.
. 1932. Engineering News-Record. Speight, J.G. 1968. Parametric Description of Landform. Dslqm G.A.
Sherman. B. dan V.J. Singh. 1976. A. Distributed Converging Over- Stewart, ed. Land Evaluation. Papers of CSIRO Symposium in
land Flow Model, Paris I , 2 and 3. Water Resour. Res. 12 (5): I r Cooperation with UNESCO. hal. 239-250.
889-908. Spiegel, M.R. 1961. Theory and Problems of Statistics. Schaum's Out-
Shih, G.8., R.H. Hakins dan M.D. Chambers. 1972. Computer Model- Iine Series. New York. McGraw-Hill Book Co.
ling of a Ciniferous Forest Watershed. Age of Changing Priorities Soil Survey Staff. 1951. Soil Survey Mannual. US Department of Agri-
for Land and Water. Amer. Soc. of Civil Eng. culture Handbook 18.
Shimer, J.A. 1968. This Changing Earth: An Introduction to Geology. sribnyi, M.F. 1961. Geomorphological characteristics of chatchment
New York. Harper and Row. Basins (Drainage Areas) in Problems of River Runoff control.
Shreve, R.L. 1966. Statistical Law of Stream Numbers. J. of Geol. 74 USSR Academy of Science (Terjemahan). "
(2):0178-3786. Stall, J.B. dan Yu Si Fok. 1967. Discharge Related to Stream System
1967. Infinite Topologically Random Channel Net- Morphology. Bull. of the Int. Assoc. of Sci. Hydrol. ll[:224-235.
works. J. of Geol. 75 (2): 178-186. Statistical Methods in Hydrology. 1965-. Montreal: Canadian Depart-
. 1969. Stream Lengths and Basin Areas in Topologi- I ment of Energy, Mines and Resources. Proc. of Hydrol. Symp. 5'
cally Random Channel Networks. J. of Geol. 77 (4):397-414. I Steady Flow of Ground water Toward wells. 1964. Proc. and Inform.
Shulits, S. 1968. Quantitative Formulation of Stream and Watershed No. 10. The Hague: TNO.
Morphology. Bull. of the Intl. Assoc. of Sci. Hydrol. III: 201- Stephenson, G.R. dan R.A. Freeze. 1974. Mathematical Simulation of
207. Subsurface Flow Contributions to Snowmelt Runoff, Reynolds
Sitter, L.U. dan H.J. Zwart. 1961. Excursion to the Central Pyrenees. Creek Watersheds. Idaho. Water Resour. Res. l0 (2):284-294'
Leidse Geologische Modedelingen 26: l-49. Steyn, D.C. 1976. Computation of Azimuths, Slope Angles and Surface
Smart, J.S. 1970. Use of Topologic Information in processing Data for Normals over a Given Topography. S. Afr. Geograph. J. 58 (2):
Channel Networks. Water Resour. Res. 8 (6):932-936. 130-133.
344 345

Storey, H.C. dan E.L. Hamilton. 1943. A Comparative Study of Rain- ces Series No. 34, United Nations.
gages, Trans. of the Amer. Geophys. Un., Meteorology. hal. Thornbury, W.D. 1954. Principles of Geomorphology. New York. John
133-142. Wiley & Sons.
Stoker, J.J. . Water Waves. New york. Intescience.
1957
Thornwaite, C.W. 1931. Climates of North America According to a New
Strahler, A.N.
1952. Hypsometric (Area-Altitude) Analysis of Erosio- Classification. Geographical Review 2l: 633-655.
nal Topography. Bull. geol. Soc. Amer. 63: lll j-1142. Todd, D.K. 1969. Cround Water Hydrology. New York. John Wiley &
. 1956. Quantitative Slope Analysis. Bull. Geol. Soc. ,r Sons.
571-596. Toebes, G.H. 1975. Systems Engineering. Lecture Notes. Delft
1957. Quantitative Analysis of Watershed Geomorpho- Technological U niversity.
logy. Trans. Amer. Geophys. Un. 38: 913-920. Turner, A.K. dan R.D. Miles. 1969. Terrain Analysis by Computer.
Strelkoff, T. 1970. Numerical Solutions of Saint-venant Equations. Purdue. Purdue University. Engineering Reprints CE.259.
J. Hydra. Div., ASCE 95 HYI: 223-251. United Nations. 1966. The Use and Interpretation of Hydrologic
Strahler, A.N. 1958. Dimensional Analysis Apptied to Fluvially Eroded Data. New York. United Nations Office of Technical Cooperation.
Landforms. Bull. Amer. geol. Soc. 69:2j9-299. Water Resources Series 34.
Sutcliffe, J.V. dan T.G. Carpenter. 1967. The Assessment of Runoff US Army of Engineers. 1956. Snow Hydrology. Oregon. North Pacific
from a Mountaineous and Semi-Arid Area in Western lran. Bull Division.
Intl. Assoc. Sci. Hydrol. III: 383. 1960. Runoff from Snow Melt. Engineering and
Swartzendruber, D. dan D. Hillel. 1975. Infiltration and Runoff for Design Manuals EM I I 10-2-1406.
Small Field Plots Under Constant Intensity Rainfall. Water . 1962. Adjustment of Frequency Statistics. Sa-
Resour. Res. I I (3): 445-451.
cramento. US Army Corps of Engineers.
swift, L.w. dan kawan-kawan. 1975. Simulation of Evapotranspiration US Geological Survey. 1953. Topographical Maps of New England
and Drainage from Mature and Clear-Cut Deciduous Forest and Area. l:24.000scale.
Young Pine Plantation. Warer Resour. Res. I I (5): 667_673. 1960. Water Supply Papers. Nrs. 798 dan 1543-A.
Tamaki, S. 1966. Some Problems in the Use of Linier programming in Washington.
Operation Planning. Proc. 4th Intl. Conf. on Operational Res. pp. 1962. Water Supply Paper. Nr. 1580-A. Washing-
36-43. ton.
Taylor, A.B., dan H.E. Schwarz. 1952. Unit Hydrograph Lag and peak Nr.
1939-1965. Water Supply Papers. 1-A,
Flow Related to Basin Characteristics. Trans. Amer. Geophys. Un.
North Atlantic Basin Slopes. Washington.
33:235-246.
Vernon, P.E. 1950. An Application of Factorial Analysis to the Study
Tennenssee vattey Authority (TvA). 1964. Branshaw creek Elk River: A
of Test Items. British J. Psychol., Statistic. Sect. III: l-15.
Plot Study in Area-Stream Factor correlation. Knowville: office
Visser, W.C. 1963. Soil Mousture Content and Evapotranspiration.
of Tributary Area Development. Research paper 4.
Tech. Bull. 31. Wageningen. Institute for Land and Water Mana-
. 1966. Design of a Hydrologic Con- gement Research.
dition Survey Using Factor Analysis. Bull. Intl. Assoc. Sci.
Hydrol. XI: l3l-176. Volker, A. 1968. Hydrology Lecture Notes' Delft. International Cour-
ses for Hydraulics and Sanitary Engineering.
The Use and Interpretation of Hydrologic Data. 1966. water Resour-
Vogel, J.C., L. Thilo dan M. van Dijken. 1974. Determination of Gro-
undwater Recharge with Tritium. J. Hydrol. 23: l3l-140.
Vries, D.A. de. 1966. Dalam W.R. van Wyk, ed. Physics of the Plant
346 347

Environment. pp. l-382. Amsterdam: North Holland. Calculating Vertical Drainage and Infiltration for Soils. J. Hydrol.
vries, J.J. de. 1974. Groundwater Flow Systems and Stream Nets in the 10: l-19.
Netherlands. Amsterdam. Rodopi. Wierenga, J. 1968. Meteorological Instruments of Hydrological Use.
wallis, J.R. 1968. Factor Analysis in Hydrology: An Agnostic view. Lecture Notes. Delft. International Courses for Hydraulics and
Water Resour. Res. 4: 521-527. Sanitary Engineering.
walsh, F. 1972. Application of stream Numbers to the Merrimack River . 1968b. Vertical Transport of Water Vapour. Lecture
Basin. Water Resour. Res. 8 (l): l4l-144. ,t
Notes. Delft. International Courses for Hydraulics and Sanitary
walton, w.c. 1965. Ground-water Recharge and Runoff in Illinois. Engineering.
Urbana. Illinois State water Survey, Department of Registration Wiggert, D.C. dan E.B. Wylie. 1976. Numerical Predictions of Two-
and Education. Report of Investigation 48.
Dimensional Transient Ground Water Flow by the Method of
Ward, R.C. t967. Principles of Hydrology. London. McGraw-Hill.
Characteristics. Water Resour. Res. l2 (5):971-977.
wartena, L. 1974. Basic Difficulties in predicting Evaporation. J. Wijk, W.R. van. 1963. Physics of Plant Environment. Amsterdam.
Hydrol. 23: 159-177. North Holland.
US Department of Interior. 1971. Water Measurement Manual.
William, J.R. dan R.W. Hann, 1972. HYMO: a Problem-Oriented
watson, K.K. 1959. A Note on the Field Use of a Theoritically Derived Computer Language for Hydrologic Building Models. Water
Infiltration Equarion. J. Geophys. Res. 64: l6ll_1615. Resour. Res. 8 (l): 79-86.
. 1966. An Instaneous Profile Method for Determining 1973. HYMO: Problem-Oriented Computer
the Hydraulics conductivity of Unsaturated porous Materials. Language for Hydrologic Modelling. Agric. Res. Service. USDA
Water Resour. Res. 2 (4):709-715. ARS-S-9.
1967. Numerical and Experimental Study of Column Wilson, E.M. 1969. Engineering Hydrology. London. MacMillan.
Drainage J. Hydrau. Div., ASCE 93 Hy2 l-15. Wind, G.P. 1961. Capillary Rise and Some Applications of the Theory
watt, w.E. dan R.J. Kennedy. 1969. A peak Discharge Relation for In- of Moisture Movement in Unsaturated Soils. Tech. Bull. 22.
termediate Drainage Basins. water Resour. Res. 5: 1406-140g. Wageningen. Institute for Land and Water Management Research.
Weg, R.F. van der. 1967. Climatology. Lecture Notes. Enshede. ITC. Wisler, C.O. dan E.F. Brater. 1949. Hydrology. New York. John Wi-
1968. Drainage Patterns. Lecture Notes. .Ens- ley & Sons.
chede ITC. Wong, S.T. 1963. A Multivariate Statistical Model for Predicting Mean
wei, T'c. dan J.L. McGuiness. r973. Reciprocar Distance Squared Me- Annual Flood in New England. Annals Assoc. Amer. Geograph.
thod. ARS-NC-8. Agricultural Research Service. US Department 53: 298-311.
weisman, R. 1975. comparison of warm water Evaporation Equati- Wood, W.F. dan J.B. Snell. 1959. Predictive Methods in Topograpic
ons. J. Hydrau. Div., Hyl0: 1303-1313. Analysis I: Relief, Slope and Dissection on Inch-to-the mile Maps
weyman' D.R. 1975. Runoff process and Streamflow Modelling. Lon- in the United States. Tech. Report EP-112. Quartermaster Res.
don. Oxford University press. - | and Eng. Command. US Army.
whisler, F.D. dan K.K. watson. 1968. one-Dimensional Gravity Dra- Wooding, R.A. 1965. A Hydraulic Model for the Catchment-Stream
inage of Uniform Column of porous Materials. J. Hydrol. 6: Problem J. Hydrol. 3: 254-267: 268-282 dan 2l-37.
277-296. Yair, A. dan H. Lavee. 1976. Runoff Generation on Arid Talus Slopes.
1972. Analysis of Infiltration into Dalom Geography in Israel. Jerusalem. The Israel National Com-
Draining Porous Media. J. Irrig. Drain. Div., ASCE. mittee. pp. 353-363.
dan H. Bouwer. 1970. Comparison of Methods for
348

Yang, C.T. 1971. Potential Energy and Stream Morphology. Water Re-
sour. Res. 7 (2):3ll-322.
Yevjevich, V. 1968. Misconseptions in Hydrology and their Consequen-
ces. Water Resour. Res. 4: 225-232.
. 1974. Determinism and Stochasticity in Hydrology. J.
Hydrol. 22:225-238.
Youngs, E.G. 1960. The Drainage of Liquids from Porous Materials. J.
Ceophys. Res. 65: 4025-4030.
Yuan, P.T. 1933. Logarithmic Frequency Distribution. Annals of Ma-
thematical Statistics.
Zaslavsky, D. 1970. Some Aspects of Watershed HydroloCy. US Depart-
ment of Agriculture, Agricultural Research Service Publication 4l-157 .

LAMPIRAN-LAMPIRAN
351

LAMPIRAN A: ORGANISASI DAN MAJALAH.MAJALAH

A. Organisosi yang berkaitun dengon Penelitian don Proktek Hidrologi

ARS Agricultural Research Service


US Department of Agriculture
rl Southern Region, P.O. Box 53326
New Orleans, Louisiana 70153, USA.
ASAE American Society of Agricultural Engineers
P.O. Box 229
Saint Joseph, Michigan, USA.
ASCE American Society of Civil Engineers.
ECE Economic Commission for Europe
Geneva, Switzerland.
FAO Food and Agricultural Organization of United Nations
Via delle Terme di Carracala
Rome, Italy.
IAH International Association of Hidrogeologists.
IAEA International Atomic Energy Agency
Vienna, Austria.
IASH International Association of Scientific Hydrology.
IAHR International Association of Hydraulic Research.
ICID International Commission on Irrigation and Drainage.
ICLD International Commission for Large Dams.
ICW Instituut voor Cultuurtechniek en Waterhuishouding
(Institute for Land and Water Management Research)
P.O. Box 35
Wageningen, the Netherlands.
IGGU International Geodetical and Geophysical Union.
IHD International Hydrological Decade, UNESCO
Paris, France.
,t IWB Inland Waters Branch
Department of Energy, Mines and Resources
588 Booth St.,
Ottawa, Ontario, Canada.
IWSA International Water Supply Association.
SCS Soil Conservation Service
United States Department of Agriculture.
--!

352 353

Stichting van Toegepast Natuurwetenschappelijk Onder- Colorado State University Hydrology Papers
zoek, Commissie voor Hydrologisch Onderzoek Reports of the Committee for Hydrological Research, TNO
(Committee for Hydrological Research) Technical Bulletins of the ICW
The Hague, the Netherlands. Technical RePorts of the SCS
TVA Tennessee Valley Authority Research Series of the UNESCO

UCPWR
Knoxville, Tennessee, USA.
The Universities Council on Water Resources
rl Water Resources of the ECAFE
Report, Manuals and Bulletins of the USDI
National Academy of Sciences Papers, Books, Chapters, etc. of the USGS
2l0l Constitution Avenue, N.W. Technical Notes, Papers, etc. of the WMO
Washington, D.C. 20418, USA. Transactions of the American Geophysical Union
UMIST University of Michigan Institute of Science and Proceedings of the American Society of Civil Engineers
Technology Journal of Hydrology
Ann Arbor, Michigan, USA. Bulletins and Proceedings of the IASH
United Nations Office of Technical Cooperation La Houille Blance (dalam bahasa Perancis)
Economic Commission for Asia and the Far East Deutsche Gewasserkundliche Mitteilungen (dalam bahasa Jerman)
(ECAFE) Sales Section Die Wasserwirtschaft (dalam bahasa Jerman)
Geneva, Switzerland. Remote Sensing of Environment
UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Journal of Hydraulios Division .

Organization Transactions of the Institute of British Geographers


Paris, France. ,l MIT Technology Review
USDI United States Department of Interior Journal of G:ophysical Research
Bureau of Reclamation Journal of Meteorology
Engineering and Research Center Agronomy Journal
Attention: Code 922 Proceedings of Soil Science Society of America
P.O. Box 25007, Denver Federal Center Journal of Agricultural Research
Denver, Colorado 80225, USA. Transactions of the American Society of Agricultural Engineers
Unites States Geological Survey Bulletin of the Geological Society of America
US Government Printinq Office Journal of Geology
Superintendent of Documents Earth Surface Processes
Washington, D.C. 20402, USA. Catena
wMo World Meteorological Organization Soil Science
P.O. Box No. 5 ril Annals of the Association of American Geographers
cH
- l2ll
Geneva 20, Switzerland.
Geographical Analysis
Annals of Geomorphology
The South African Geographical Journal
B. Mojalah-majolah Yong Berisi Topik-topik Hidrologi The Science Reports of Tohoku University (Geography)
Area
Water Resources Research Geographie Physique et de Geologie Dynamique (dalam bahasa
Technical Bulletins. of the IWB Perancis)
Australian Geographical Studies
r
354 355

Bulletin of the Geological Survey of Canada LAMPIRAN B: SATUAN.SATUAN UKURAN' KONSTANTA.


Bulletin of Quantitative Data for Geographers KONSTANTA FISIKA DAN MATEMATIKA
Bulletin of the International Institute of Land Reclamation and
Improvement A. Abjod Yununi dan Pongkat Bilongan
Bulletin of the International Society of Soil Science
Technical Bulletin of the British Geographical Group. fr AlphaAaNuNv
BetaBlxi=E
Gamma f 'l Omioron O o

DeltaAdPi fln
EpsilonEeRhoPg
Zeta Z e, Sigma 2 e
EtaHnThuTr
ThetaO0UPsilonYv
IctalrPhi O{
KappaKxchiXa
LambdaAlPsiWtP
MuMgOmegaQar

). Awalan Simbol
Pangkat Awalan Simbol .",, Pangkat

l0 deca da l0'r deci d


102 hecto h l0-2 centi c
103 kilo k l0-3 milli m
104 l0 kilo l0-4 100 micro
105 100 kilo l0-5 l0 micro
106 mega ; l0-6 micro
107 l0 mega l0-7 100 nano
* 108 100 mega l0-8 l0 nano
I! l0e giga G l0-9 nano n
l0l0 l0 giga l0-r0 100 pico
fr 101I 100 giga l0-l r l0 pico
I't
t'
lot2 tera
l0 tera
; I 0-12 pico p
l0l3
1014 100 tera
I
IA

I
5 I
356 357

B. Konstqntq-konstonto Fisiku don Malemalikq


Panjang
l. n : 3,14159265 dengan Hasil

2. e : 2.71828183
l0r rnillirnetcr (rnnr)
mikron fu)
3. log,rn = 0,43429448 (ln3n) mikron (s) 104 angslra)n) (A)
4. Radius rata-rata bumi : 3956 mil : 6366,39 km a
A l0l n] n1

5. Jarak rata-rata bumi ke matahari : 93,1 x 106 mil : millimikron (mt) l0 r


v
x r l0s inci (irt)
149,83 106 km
:
IA 3,917
0,
2,998 x l0l0 cmldetik
I .nl
6. Kecepatancahaya(c) 39,37 inci
meter (m)
2,998 x 105 km/derik 2,540005 senlimctcr (nr)
inci
7. Konstanta gravitasi (E) : 32,11 kaki/detik2 kaki (ft) 30,48 cm
: 980,665 cmldetik2 cm 0,3937 inci
8. Tekanan atmosfer normal pada O' (32"F) dan pada gravitasi m 3,28083 3 kaki

baku : 760 mm air raksa : 29,92 inchi air raksa (Hg) mil(ml) 5280 kak i
kilomctcr (knt)
9. Berat jenis air pada20'C : 0,9982 g/milliliter : 10,0 mil 1,609344
km 328 I kaki
pound/galon km o,6214 mil
: 62,32 pound,/kaki3 mil laut 6080,2 I kaki
10. Berat jenis air raksa pada l5'C : 13,56 g/cm3 yard 0,91 44 ,II
I -t,:
ll. Panas penguapan laten pada 0' : 597,3 kalori,/gram yard
mil l0r
3
inci
12. Panas sublimasi laten pada 0oC : 677,0 kalori /gram. mil 25,4 x l0 r mrn
fathom 1,828804 l.n

rod (tongkat) s,0292 m


rantai (chain) 20, I 168 m
link 20,1 168 cm
C.Fungsi Trigonometri 9,4637 x 1012 km
tahun cahaya
parsec 3,0826 x 1022 km
Sin Oo -0 Cos O":l Tan 0o:0 inci 51 11 kaki acre/mi12
Sin 30" -
l,/^ Cos 30" : t/z tf3 Tan 30': %tf3 kedalaman I inci pada
Sin 45" : %\[2 Cos 45" : Yz tf2 Tan 45o : I I mil kuadrat 53,33 kaki acre

Sin 60' : Y, \[3 Cos 60o : ,/, \[2 Tan 60" : 3


Sin 90o _t
-l Cos 90' : 0 Tan 90o : n
Sin 180' :0 Cos 180' : -l Tan 180" : 0 ll Luas
Sina: y/r Cos a : x,/r 1un o : y/x ll
'4 Dikalikan dengan

l
'I
Inci2 6,4516 cm2
kaki2 929,03 cm2
yard2 0,836127 m2
acre 43,560 kaki2
acre 0,40469 hektar (ha)
acre 4046,9 m2
hektar 10000 m2
mi12 640 acre
rnit2 2,58999 km2
EI -a

158 359

Lanjutan
Ylllrrnr,'i:i mil/jam 0,441M mc1.er r-e1:li
l)ii,rlrlrrir ri.,'lt1:.it ir Hasil 0,620948 miir'i;ii'r
km/jam
mil lauYjam (knot) 51,48 crn,'de iik
!irill 16,.1,!; i 6: l
rit,i
cttt
inci/jam u5,l kakirrdr:tiir rei
j
:,,()1618(,il litcr ( lr) mii3 lr.'sn.:t
ilrr'r {) Iir,l1\() gallon AS (gl)
inci/jam l,008 kakir/rl*tir;ei
itifl n,r){(}-i7til kakil 3g1g i:_"fiv -l;rg1
r lrl r.il] x i0! kak ir 0,03719 inci/hari
csm
Lrrl,il 0"{r281 I{'8 ml
'l csm 13,57 inciltahun
l,il gallort
' ';i:{{) kakVdetik 0,6818 rnii/ian
lli ' /i i:I-{;li inhil
iri, i I i{)r},{).i7 cm]
-r- .1) incil
i,2 gallon AS
().7645 5 5 ml Debit (Aliran)
Dikalikan dengan Hasil
tl6.t{)o kakir
i .l)iil kaki acre kaki3 per detik (cfs) 0,0283 17 ml per clctik (ff.'iliil
it (t1f ! r) inci kedalam- cfs l,983 kaki acrer }rari
ar) pada mi12 cfs 124,0 kaki ae rei tatr'.rn
(inci nri12) cfs 448,8 gallol A5r'ntenir
lil.. I r.. i.' :-16.1() kakil I 3 cfs 646,3 x103 gallon itS.,'ir;tr i

! ::1, r,.r, tl,.l)58.: l0{' gallon AS kaki acre per hari 0,5042 kaki3,'cletik r..fr)
f,.[,;:1,g t21i.I m-l kaki3,/menit (cfm) o,47t9 liter/dr:t ilr
Ltl,,,,;i: i)" 5i)4: dsf gallon AS per menit 0,06309 literi detik
i ,ri r ,i r, lll kakir/derik dalam I
'"
janr (cfs-jam)
ij
ir l,r. ';'1t+l gallon AS
L;ii :ll r i. i).iil 8?5 inchi per kedalam-
Massa dan Gaya
an pacla I mil2
r:rtil 1,ll x i0') Dikalikan dengan Hasil
kaki3
Ir,) :'liti(lt ,i ) ),) st-17 cml
Gram l0-3 kg
Pilrl r.;1irI;! n:) {J,4'73t66 liter
qurri lr A,! (),946,131 liter slug (lb detik2kakir) 14,6 x
103 granr
gali,.r,: slug 32,r7 massa pouncl
Alr 17)a511 Iiter
pound (lb) 0,453392!7 kg
a pound 4,4482 newton
pound 4,482 x lt5 dyne
Krr:cpatan kg 2,205 pound
ilengan Hasil dyne 2,?AB x lU6 pound
l')il "li! '!lr ons (oz) 28,1495 gram
ilrrir,'r |:1iI 30,48 cm per detik butir (grains) u,19E9t m8
[;i),., rtr ,]. rrlr 0,3{,48 meter per detik ons 0,0625 pound
r,..r,'t,'1it ilk I,2808 kaki,zdetik nen'ton 0,10197 kg
rr il ,;,,, 1.609344 km/jam
.T"T
I
361
360

Air membeku pada: OoC : 32"F = 2'73,16'K = 491'69'R


Air mendidih pada: 100'C : 212'F = 373,16"K = 671'69'R
Berat Jenis
0"K meruPakan suhu nol mutlak
Dikalikan dengan Hasil

gram/cm3 1000 g/liter


pound/inci3 27,680 gramlcm3 Kerja dan Energi
pound/gallon AS 0,1 1983 gram/ cm3 Dikalikan dengan Hasil
pound/kaki3 0,016018 gramlcm3
Satuan panas Inggris (Btu) 778'26 pound-kaki
Btu 1054'8 joule mutlak
Tekanan Btu 1,0548 x l0ro erg
Dikalikan dengan Hasil Btu ?.,93 x lO'7 kilowatt jam
Btu 251,98 gram kalori
mm air raksa (mm-Hg) 1333,22 dyne/cm2 Btu 6,5843 x 102r elektron volt (ev)
mm-Hg o,001315 atmosfer joule mutlak (newtonmeter) l0i
mm-Hg 1,33 millibar (mb) joule mutlak (dyne-cm) 0,737 56 pound-kaki
inci-air raksa (in-Hg) 0,492 pound/inci2 (psi) gram kalori 3,969 x l0 3
Btu
inci-Hg 33,9 millibar erg 9,4805 x l0-rl Btu
kilogram-meter (kg-m) 9,80665 joule mutlak
millibar 1000 dyne/cm2
millibar 1,45 x l0-2 pound/inci2 (psi) tenaga kuda-jam 2,6845 x 106 joule rr,utlak
atmosfer-liter 101,328 joule mutlak
atmosfer 1013,25 millibar
pound kaki I,35582 joule
atmosfer 760 mm-Hg
Btu/pound 2,326 joule/gram
atmosfer t4,7 pound/inci2 (psi)
pound/inci2 (psi) 68947 dyne/cmz
kaki air 0,8843 inci-Hg Daya dan Fluk Energi
Dikalikan dengan Hasil

Btu/menit 17,58 watt


Sudut Sudut Btu/menit 0,023575 tenaga kuda
Dikalikan dengan Hasil Btu/jam 0,293071 watt
Btu/menit 12,966 pound kaki/detik
derajat (") 60 menit(') pound kaki/detik r,35582 watt
derajat 0,017453 radian (rad) watt 0,001341 tenaga kuda
radian 57,2958 derajat watt 1,01971 x 104 gram-cm/detik
radian 3437,75 menit watt 107 ergldetik
grade 0,9 derajat ergldetik 5,689 x l0-e Btu/menit
grade 54 menit
erg/ detik 4,426 x 10-6 pound kaki/menil
menit 60 detik (") 1,433 x 10-6 kalori/menit
ergldetik
tenaga kuda 7 45,7 watt
tenaga kuda 550 pound kaki/detik
tenaga kuda 10,688 kg kalori/menit
Suhu
.F=(9/5)"C+32 'F : deraiat Fahrenheit Kerapatan Energi
"c : (s/9) (.F - 32) "6 : derajat 6s1g1u5
oK='K+273,16 "6 : derajat 6s1yin :
1 langley (ly) = 1 kalori per cm kuadrat (kalori/cm2) 3,69 Btu'zkaki2
'R='F+459,69 .p : derajat Rankine

.,/
a
363
362

LAMPIRAN C: KONSTANTA-KONSI'AN'I'A'rAN'tli
Viskositas Dinamik
i'l r;:l .l dengan Hasil A. Botusan
W* : berat air tanah
rir:ti !. 2,09 x l0'3 pound detik,/kaki2 Ws : berat padatan (berat contoh kering <-rvenJ

:.:ri';e t0-2 poise


W: berat total contoh tanah tertentrr
V* : volume gas
vw : volume air
vs : volume Padatan
Vv : volume ruang kosong
V : volume total contoh tanah iOrli:llLu

W:Ww+ Wr;

V:Vr+V,

atauV:Vg+Vw+V"

la

I tl'
B. Hubungan Berat dengon Volume 365
Kepen- Senarai Satuan Persamaan
dekan (ce. s.) LAMPPIRAN D: RUMUS.RUMUS STRATISTIXA
I Satuan gram/cm
l. Kisaran (R):
I Berat satuan tanah gram/cm w
Y= v
R= (xJmatsimum
- (xJ.iri.um
W**W,
r:vR+V*+% 2. Rata-rata hitung (*) :
G(l +
. i-N
rf
co,u 100)
t- l+e
yd Berat jenis tanah kering gram/cm yd :
N/-r-l i : l, 2, 3, ..., N
Ws/V
Berat satuan tanah kering
pd Berat satuan massa tanah 3. Ratu-rota hitung tertimbong (i*):
Berat isi tanah Id=C,/(l+e)
Berat jenis
i=N
yJenuh Berat satuan tanah jenuh
(semua rongga terisi oleh,air)
gram/cm
Isat
ww+ww
= l,ll.
I*,*,
t:l
Berat satuan dalam
keadaan jenuh
C+c Xo, = ; wi = faktor timbangan dari harga ke-i
,sal - I + e i:N peubah x,
7s
G
fa
Berat satuan konstituen padat
Berat jenis konstituen padat
gram/cm r. : w./v, I*'
i:1
Berat jenis konstituen padat
t r, 4. Simpangan rala-rota (so): Rata-rata dari simpangan ukuran contoh
ss S,= 7:lrrly* tertentu dari rata-rata contohnya
Berat jenis bahan tanah I* = berat satuan air
Berat jenis tanah : I Eram/cm3 i:N
: 6!,J psund/kaki3
Persentase volume rongga v= loo[l
'o= f)l*,-1,
j=
olo
-'olyd I
Rongga kosong
n
Porositas Vr*V* 5. Ragom (s): i= N
Persentase rongga v = 100 t--------l
vg+ vw+ vs-
.
)r*r
i= I
- s2

,= l00t\
V N- I
, = roo tf*j lo (s): Simpangan yang merupakan harga positif dari
6. Simpongon baku
e Nisbah rongga
= V,/V,
e akar kuadrat ragam
e: n/(100-n)
@ Kandungan lengas alami olo <o = 100 (W*/WJ 7. Koefisien rogom (c"): Adalah koefisien yang mengukur kepentingan

0d
Kandungan lengas
Kandungan lengas
Kandungan lengas
tanah
tanah
tanah atas
c" = i l:*Tl,lil:":1?:i:il,:",::"J,ffligaimana
dasar kering tanur
8. Kovarion (s,r):
, i: N
S. Derajat kejenuhan olo s, = 100(v*/V")
,-, : frI ,*,- x) (yi- !)
i: I
--------f
Harga tersebut merupakan angka tunggal yang menunjukkan hu- 367
bungan antara dua peubah
yang
t2. Agihan frekuensi teoretik: Adalah suatu agihan frekuensi
9. Koefisien korelosi (r): dilunakan untuk mencocokkan dengan suatu agihan frekuensi yang
n (>XiYi) (:Xi) (>Yi) diimati (agihan frekuensi empirik). Beberapa agihan frekuensi
r= - teoretik (Riggs, 1968) adalah:
(tn( :?) - 1>x)21 tn (>?) - (zY S\1n a. Agihan normal
l=n b. Agihan lognormal
dimana: :: = 1,2, ...,n c. Agihan (Gumbel) harga ekstrem tipe I
>dani
l:l d. Agihan (Weibull) harga ekstrem tipe III
e. Agihan Pearson tiPe III.
Di antara sekelompok peubah "k" yang dihubungkan dengan per-
samaan regresi: Y : bo + blxl + b2xz + ........ + bkxk

Koefisien korelasi yang menetapkan asosiasi Y dengan peubah-pe-


ubah Xu adalah:
o:Yi + bl:Y(Xl)i + b2:Y(Xri + ... + b*:Y(Xp)i-
:__
l:n >Y?- l/n(IY)2
irq'
di mana: I :
i:1
n : banyaknya pengamatan ar
k = banyaknya peubah-peubah bebas

10. Koefisien determinasi (12): Adalah koefisien yang merupakan


kuadrat koefisien korelasi

ll .Kurvofrekuensi: Adalah kurva yang merupakan agihan/distribusi


kumulatif frekuensi suatu peubah terhadap besar-
annya
kerapatan

0t

besaran
0.9 0.5 0. I
peluang melampaui

Agihan normal dan bentuk kumulatifnya


| 14,

368
369

LAMPIRAN E: TERMINOLOGI HIDROLIKA


6.Aliranyongberogamsecoroberangsur-angsur..Suatualirandimana
pe.rUa-tta, leluk berlangsung secara berangsur-angsur dalam arah
l. Pengaruh orus balik: Meningkatnya permukaan air (pool) untuk
aliran. Garis energi, permukaan air dan dasar saluran kesemuanya
suatu jarak yang jauh ke arah hulu dari pool karena adanya ba-
dapat mempunyai kemiringan yang berlainan'
ngunan hidrolika seperti bendungan.
L Limpaton hidrolik: Peningkatan secara tiba-tiba elevasi tinggi per-
2. Kurvo urus bulik: Penampang permukaan air (dalam aliran yang yang
tidak seragam) karena pengaruh arus balik (backwater).
mukaan air dalam arah aliran karena aliran superkritis
berubah menjadi aliran subkritis.
3. Kedolamon (jeluk) kritis: Jeluk air dalam suatu saluran apabila energi g. Radius hidrolik: Adalah jeluk hidrolik rata-rata dari air yang
spesifik adalah minimum.
dihitung sebagai nisbah luas yang basah dengan perimeter basah dari
suatu irisan melintang suatu saluran.
h"= (qz/g)% = v!/E 9- Aliran laminer: Aliran di mana viskositas memainkan peranan yang
nyata dalam perilaku aliran. Partikel-partikel air bergerak dalam
di mana: h. : jeluk kritis jalur-jalur yang jelas rata atau mulus, dan lapisan-lapisan cairan
9: debit per satuan lebar (m3ldetik/m) yang sangat tipis nampaknya meluncur di atas lapisan-lapisan yang
g: percepatan gravitasi
berdekatan.
vc : kecepatan kritis. 10. Aliron tok meroto: Aliran tanpa kondisi-kondisi keseragaman'
4. Kecepatan kritis: Kecepatan di bawah mana semua turbulensi dija-
ll . Aliron saliran terbuka:
1. Aliran tetap
dikan kabut oleh viskositas air. Aliran kritis berlangsung apabila A. Aliran seragam
bilangan Froude adalah sama dengan kesatuan. , f, B. Aliran tak seragam (aliran beragam)
5. Bilangan Froude: Adalah suatu nisbah yang tak berdimensi yang a. Aliran tetap yang beragam secara berangsur-angsur
menggambarkan pengaruh gravitasi terhadap keadaan aliran. pada b. Aliran tetap yang beragam secara cepat'
saluran-saluran yang terbuka: 2. Aliran tak tetap
A. Aliran merata tidak tetaP
F = v/(eD)h B. Aliran tidak tetap
di mana: v : kecepatan rata-rata aliran (m/detik) a. Aliran tidak tetap beragam secara berangsur-angsur'
g = jari-jari hidrolik : A,/B (m) b. Aliran tidak tetap yang beragam secara cepat'
A = luas basah (m) 12. Aliran yang berogqm secora cepat: Aliran dengan jeluk yang
berubah dengan tiba-tiba pada suatu jarak yang pendek. Contohnya
B : lebar permukaan air (m).
adalah lompatan hidrolik.
Untuk F = l, aliran adalah kritis; F < l, aliran adalah subkritis, dan 13. Aliron tetop: Aliran di mana kecepatan, jeluk dan debit pada,
untuk F ) l, aliran adalah superkritis. tr misalnya, suatu irisan melintang tertentu tidak berubah harganya
" dengan waktu.
14. Aliran subkritis: Aliran yang mengalir (kecepatan aliran rendah).
15. Atiron superkritis: Aliran yang cepat (kecepatan aliran tinggi).
I 16. Energi total aliran: Jumlah elevasi dengan acuan pada suatu garis
I datum (z), tinggi piezometrik (h) dan tinggi kecepatan(v2/29).

I
&

fi
T
l',T- -=-f
370 371

LAMPIRAN F: KOEFISIEN KEKASARAN MANNING


v2/29
BAGIAN I

Menurut prosedur yang dikembangkan oleh Cowan (dalam Chow,

garis
1959; halaman 106
sebagai berikut:
- 109), koefisien kekasaran Manning n diperkirakan
1 datum

17. Aliran turbulen: Aliran di mana gaya-gaya inersia adalah penting.


n=(no+nl+n2+n3+ny'm,
Partikel-partikel air bergerak pada jalur-jalur yang tidak beraturan. Harga-harga yang tepat untuk tiap-tiap koefisien ini dapat dipilih
18. Alirqn yang seragon: Aliran di mana kecepatan-kecepatan pada dari Tabel berikut ini dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang
titik-titik yang bersesuaian pada irisan-irisan melintang yang identik telah ditunjukkan di bawah ini. Metode ini tidak mempertimbangkan
sepanjang suatu saluran adalah sama. Garis energi, permukaan air
beban sedimen yang diangkut oleh air yang mengalir dan harus
dan dasar saluran kesemuanya paralel satu sama lain. Rumus-rumus
diterapkan pada kanal-kanal (saluran) yang kecil dan sedang (jari-jari
Chezy dan Manning dikembangkan untuk kondisi-kondisi aliran
hidrolik kurang dari 4,5 meter) tanpa lapisan.
yang seragam.

Dalam memilih harga nl, derajat ketidakteraturan dianggap }a/us untuk permukaan-
permukaan yang sebanding dengan yang terbaik yang dapat dicapai dengan bahan-bahan
rl o yang bersangkutani minor untuk saluran-saluran yang dikeruk dengan baik. lereng-lereng
sisi saluran atau saluran drainase yang tergerus atau tererosi sedikit; sedang untuk saluran-
saluran yang dikeruk, lereng-lereng sisi saluran atau saluran drainase yang tergerus atau
tererosi secara sedang; dan dianggap paroh lunt:uk tanggul-tanggul sungai alami yang
tergerus, sisi-sisi saluran atau saluran drainase yang tererosi dan tergerus dengan parah,
dan permukaan-permukaan saluran yang tak berbentuk, bergerigi dan tak teratur yang
tefgali pada batuan.
Dalam mcmilih harga n2, sifat keragaman dalam ukuran dan bentuk penampang
melintang dianggap berongsur-angsar apabila perubahan ukuran dan bentuk terjadi
berangsur-angsv; kadang-kadont bergsntidn apabila bagian-bagian yang besar dan kecil
kadang-kadang bergantian atau apsbila perubahan-perubahan bentuk menyebabkan
pcrgeseran aliran utama yang kadang-kadang dari sisi ke sisi; dan keropkali bergantian
apabila bagian-bagian yang besar dan kecil kerap kali bergantian atau apabila perubahan-
pcrubahan bcntuk menycbabkan pcrgeseran aliran utama yang sering kali dari sisi ke sisi.
lr. Pemilihan harge q didasarkan pada adanya dan sifarsifat penghalang seperti en-
dapan sampah, tunggak, akar-akar yang telanjang, batu-batu besar, dan kayu-kayu yang
jatuh dan tersangkut. Kita harus ingat bahwa keadaan-keadaan yang dibahas dalam
langkah-langkah yang lain tidak boleh dievaluasi ulang atau dihitung dua kali dalam
pcmilihan ini. Dalam menilai pcngaruh nisbi dari penghalang-penghalang, perhatikan hal-
hal berikut: besarnya dalam menduduki atau mengurangi luas air rata-rata, sifat-sifat
penghalang (bcnda-bcnda runcing atau tumpul menyebabkan lebih banyak pcrgolakan air
daripada benda-benda yang melengkung dan halus) dan kedudukan dan jarak antara
penghalang dalam arah transversal atau longtudinal dalam jangkauan yang dipertim-
Qangkan.
t13
372

Dalam memilih harga nn, diperhatikan derajat pengaruh vegetasi. Harga-harga


(l) Rendoh untuk kondisi-kondisi yang sebanding dengan hal-hal berikut: (a) pertum- Kontiisi- Kondisi kanal (saluran)
buhan yang rapat dari rumput-rumput turf yang lentur atau gulma, dengan contoh-contoh 0,020
rumput Bermuda dan rumput biru, di mana jeluk rata-rata aliran 2 sampai 3 kali tinggi Bahitn 1'ang telliblrt Bumi
0.025
dari: (b) pohon-po[on willow dan cottonwood umur 8 l0 tahun pada musim dorman Pirtahiln Da
-
(winter), tumbuh bersama dengan beberapa gulma dan semak-semak, tidak ada vegetasi
n0 0,024
0.028
berdaun, di mana radius hidrolik lebih besar dari 2 kaki willow semak musim semi umur kasar
-Kcrikil
lebih kurang I tahun tumbuh bersama beberapa gulma berdaun penuh sepanjang lereng, 0,000
tidak ada vegetasi yang nyata sepanjang dasar saluran, di mana radius hidrolik lebih besar Delujat kctidak Halus
0.005
dari 2 kaki. teral tlratl 0,0 t0
Tclang nl
(2') Medium (sedang) untuk kondisi-kondisi yang sebanding dengan hal-hal berikut: 0.020
(a) rumput-rumput turf di mana jeluk rata-rata aliran adlah 1 sampai 2 kali tinggi vegetasi, P-arah
(b) rumput berbatang, gulma, atau semai pohon dengan penutupan sedang di manajeluk 0,000
rata-rata aliran adalah 2 sampai 3 kali tinggi vegetasi, dan (c) tumbuhan semak, kerapatan Kcltgitntlttr trts- Berangsur-angsut
0.005
-Tfdfigkala bergantian iz
sedang, sama dengan Willow umur I
- 2 tahun, musim dorman (dingin), sepanjang lereng
samping suatu saluran dengan tanpa vegetasi yang nyata sepanjang dasar saluran, di mana
ln nreltntltng ka-
-TEii-nlTErgantian 0.01M,015
nal (saluran)
radius hidrolik lebih besar dari 2 kaki. 0.000
(3) IingSi untuk kondisi-kondisi yang sebanding dengan hal-hal berikut: (a) rumput- ['cngitr-uh nisbi Diabaikan
0.01(H.0(5
rumput turf di mana rata-rata jeluk aliran kurang lebih sama dengan tinggi vegetasi, (b) penghalang 0.02H),03t)
nj
ranting-ranting anakan pohon lentur, seperti willow, cottonwood, atau salt cedar di mana 0J10-0.060
rata-rata jeluk rata-rata aliran adalah 3 sampai 4 kali tinggi vegetasi. Besat
(4) Sangot lrnggi untuk kondisi-kondisi yang sebanding dengan hal-hal berikut: (a)
0.005{.010
mmput-rumput turf di mana jeluk rata-rata aliran kurang dari setengah tinggi vegetasi, (b) Rcndah
willow semak musim tumbuh umur lebih kurang I tahun, tumbuh bersama dengan gulma Medium (scdang)
berdaun penuh sepanjang lereng samping atau tumbuhan rapat dari cattails sepanjang
Vcgc t ast
-T-*sc,---- n{
0.05(H),lw
dasar saluran dengan sembarang harga radius hidrolik sampai l0 atau 15 kaki, dan (c) Sangal tlnggr
pohon-pohon musim tumbuh, tumbuh bersama dengan gulma dan semak-semak semua
I.000
berdaun penuh, dengan sembarang harga radius hidrolik sampai l0 atau 15 kaki. i)ulirlirl Prnle- Minrrr (kee il)
m5
Dalam memilih nilai mr, derajat pemeanderan tergantung pada nisbah antara pan- ]
rrrrtler:rtt CutiuP bcsar
1,200
jang meander dan panjang lurus saluran. Pemeanderan dianggap minor (kecil) untuk nis- I Besltr
bah 1.0 sampai 1.2, cukup untuk nisbah 1.2 sampai 1.5, dan besar untuk nisbah 1.5 dan
lebih besar.

Cqtatan: l. v: (l/n)R2/$n RumusManning


2. C : (l/n)Rt/6
3. di mana: v : kecepatan rata-rata (m/detik)
n : koefisien kekasaran Manning
C : koefisien kekasaran Chezy
P : jari-jari hidrolik (meter)
S = kemiringan garis energi.

llr,
lt
,lf -I
374 375

BAGIAN 2 Lanjutan:

Tabel-tabel berikut (Chow, 1959, hal. ll0-ll3) memberikan daf- Tipe saluran dan PemeriannYa
Normal
tar koefisien kekasaran Manning n untuk pelbagai saluran buatan dan 0,015 0,017 0,020
7. Tak difinish, bentuk kaYu kasar
sungai alami. Untuk tiap tipe saluran diberikan n minimum, normal dan
e. Kayu
maksimum. Harga-harga normal yang diberikan untuk saluran-saluran 1. Batang 0,010 0,012 0,014
buatan hanya disarankan untuk saluran-saluran dengan pemeliharaan 0,015 0,017 0,020
2. BerlaPis, diawetkan
yang baik. Angka-angka yang tebal umumnya dianjurkan untuk harga f. Liat
0,01 I 0,013 0,017
desain, l. Ubin drainase biasa
0,01I 0,014 0,017
2. Saluran pembuang divitrifikasi
3. Saluran Pembuang divitrifi-
kasi, dengan lobang Pemerik-
Tipe saluran dan pemeriannya 0,013 0,015 0,017
sa, lobang masuk dst.
4. Subdrain divitrifikasi dengan
0,016 0,018
A. Aliran tertutup sebagian mengalir penuh 0,009 sambungan terbuka 0,014
A.l Logam g. Pekerjaan bata
0,01I 0,013 0,015
a. Kuningan, halus l. Diglasir
b. Baja 0,012 0,015 0,017
2. Dilapis plester semen
l. Batangan dan dilas 0,010 0,012 0,014 h. Saluran Pembuang dilaPis
2. Dikeling (dipaku) dan spiral 0,013 0,016 0,017 dengan hancuran tulang, dengan
c. Besi tuang o,012 0,013 0,016
lengkungan dan sambungan
l. 0,016 0,019 0,020
Dilapis 0,010 0,013 0,014 )t i. Saluran Pembuang, dasar halus
2. Tak dilapis j. 0,018 0,025 0,030
0,01I 0,014 0,016 Tembok, disemen
d. Besi tempa
l. Hitam 0,012 0,014 0,016 B. Saluran DilaPis atau Dirakit
2. Digalvani 0,013 0,0t6 0,017 B.l. Logam
e. Logam gelombang a. Permukaan baja halus
l. Subdrain 0,01l 0,012 0,014
0,017 0,019 0,021 l. Tak dicat
2. Stormdrain 0,012 0,013 0,017
0,021 0,0u 0,030 2. Dicat
A.2. Bukan logam 0,021 0,025 0,030
b. Bergelombang
a. Lusit 0,008 0,009 0,010 B.2. Bukan logam
b. Gelas 0,009 0,010 0,013 a. Semen
c. Semen l. Permukaan halus 0,010 0,01I 0,013
2. Diplester 0,01I 0,013 0,01 5
0,010 0,01I 0,013
2. Plesteran 0,01I 0,013 0,015 b. Kayu
d. Beton l. Diketam, tak diawetkan 0,010 0,012 0,014
a) 0,015
l. Gorong-gorong, 2. Diketam, dikreosot 0,011 0,01 2

lurus, bebas sampah 3. Tak diketam 0,01 I 0,01 3 0,01 5


0,010 0,01I 0,013
2. Gorong-gorong, dengan leng- 4. Papan dengan jalur-jalur 0,012 0,01 5 0,01 8

kungan, sambungan dan kotoran 5. Dilapis dengan kertas atap 0,010 0,014 0,01 7
0,012 0,014
3. Difinish 0,0t2 0,014
c. Beton
4, Saluran pembuang, dengan l.Dihaluskan dengan "cetok" 0,01I 0,01 3 0,01 5

lobang pemeriksaan, lobang 2. Finish yang mengambang 0,013 0,01 5 0,016


masuk, lurus, dst. 0,013 0,015
3. Finish dengan kerikil
0,017
5. Tak difinish, bentuk baja di bawah 0,015 0,017 0,020
0,012 0.013 0,014
5. Tak difinish, bentuk kayu halus o,ot2 0,014 0,016
T 3',77
376

[-anl utan
Lanjutan:

Tipe saluran dan PemeriannYa Maksimum


Tipe saluran dan pemeriannya Minimum I Normal

4. Tidak difinish 0,014 0,017 0,020 5. Dasar berbatu dan tanggul ber-
gulma 0,025 0,035 0,040
5. Cunit, seksi bagus 0,016 0,0t9 0,023
6. Dasar batu bundar dan sisi bersih 0,030 0,040 0,050
6. Gunit, seksi bergelombang 0,018 0,022 o.025
7. Pada batuan yang digali baik 0,017 0,020 c. Digali atau dikeruk
1. Tanpa tumbuhan 0,025 0,028 0,033
8. Pada batuan yang digali tak 0,050 0,060
2. Sedikit semak Pada tanggul 0,035
baik 0,022 o,027
d. Dasar beton difinish mengambang d. Potongan batu
l. Halus dan seragam 0,o25 0,035 0,040
dengan sis!sisi: 0,040 0,050
2. Bergerigi dan tak teratur 0,035
l. Batu halus dalam plester 0,015 0,017 0,020
e. Saluran tak dipelihara,
2. Batu acak dalam plester 0,0t7 0,020 o,o24
gulma dan semak tak diPotong
3. Tembok semen, plester 0,016 0,020 0,024
4. Tembok semen 0,020 0,025 0,030 l. Gulma lebat, setinggi jeluk aliran 0,050 0,080 0,120
2. Dasar bersih, semak di sisi 0,040 0,050 0,080
5. Tembok kering 0,020 0,030 0,035
3. San.ra dengan tinggi maksimum
e. Dasar kerikil dengan sisi-sisi dari 0.045 0,070
aliran
l. Beton cetak 0,017 0,020 0,025
2. Batu acak dalam plester 0,020 0,023 0,026
3. Tembok kering 0,023 0,033 0,036 D. Sungai-sungai Alami
D. l. Sungai-sungai kecil (lebar bagian
i. Bata
atas pada banjir ( 100 kaki)
l. Diglasir 0,01I 0,013 0,015
2. Dalam plester semen o,012 0,015 0,018
) a. Sungai di dataran
g. Tembok l. Bersih, lurus, tingkat Penuh,
tak ada celah atau kolam 0,025 0,030 0,033
l. Tembok semen 0,017 0,025 0,030
2. Tembok kering 0,023 0,032 0,035 2. Samadengan atas, tetaPi banYak
batu dan gulma 0,030 0,035 0,040
h. Ubin lapis 0,013 0,015 0,017
i. Aspal 3. Bersih, berkeluk, beberaPa ko-
lam dan beting 0,033 0,040 0,045
L Halus 0,013 0,013
2. Kasar 0,016 0,016 4. Sama dengan atas, tetapi dengan
beberapa gulma dan batu-batu 0,015 0,045 0,050
j. Lapisan tumbuhan 0,030
5. Sarna dengan atas, tingkat lebih
rendah, Iebih banyak lereng tidak
C. Penggalian atau Pengerukan
efektif dan bagian-bagian 0,040 0,048 0,055
a. Tanah, murni dan seragam
l. Bersih, baru saja selesai 0,0r6 0,018 0,020 6. Sama dengan 4, tetapi lebih
banyak batu 0,045 0,050 0,060
2. Bersih, sesudah pelapukan 0,018 0,022 0,025
3. Kerikil, bagian Yang seragam' 7. Sungai lembam, kolam-kolam
dalam 0,050 0,070 0,080
bersih 0,022 0,02s 0,030
4. Dengan rumput pendek, sedikit 8. Sungai sangat bergulma, kolam
gulma 0,022 0,02'7 0,033
lam, atau jalur banjir dengan hu-
tan lebat dan tumbuhan bawah 0,075 0,1 50
b. Tanah, berkeluk-keluk dan lembam
2. Rumput, sedikit gulma 0,025 0,030 0,033 b. Sungai-sungai pegunungan, tanpa
buhan dalam saluran, tanggul biasa-
3. Gulma lebat, atau tumbuhan
nya terjal, pohon-pohon dan semak-
air dalam saluran dalam 0,030 0,035 0,M0
semak sepanjang tanggul tenggelam
4. Dasar tanah dan sisi tembok 0,028 0,030 0,035
pada air tinggi
379
378

Lanjutan: Lanjutan:

Tipe saluran dan pemeriannya Maksimum Tipe saluran dan PemeriannYa

a. Bagian Yang biasa dengan tanPa


l. Dasar kerikil, batu bundar, dan
0,040 0,050 batu-batu besar atau semak
batu-batu besar 0,030
b. Bagian yang tak teratur dan kasar
2. Dasar batu-batu bundar dengan
batu-batu besar 0,040 0.050 0,070
D.2. Dataran banjir
a. Padang rumput, tanpa semak
l. Rumput pendek 0,025 0,030 0,03s
2. Rumput ringgi 0,030 0,035 0,050
b. Tanah pertanian
l. Tak ditanami 0,020 0,030 0,040
2. Tanaman dewasa berbaris 0,025 0,035 0,045
3. Tanaman ladang dewasa 0,030 0,040 0,050
c. Semak
l. Semak tersebar, gulma lebat 0,035 0,050 0,070
!

i
2. Semak dan pohon jarang pada
lr musim dingin 0,035 0,050 0,060
3. Semak dan pohon jarang pada
musim panas 0,040 0,060 0,080
4. Semak sedang sampai tebat, di
musim dingin 0,045 0,070 0,1 10 f ,tl
5. Semak sedang sampai lebat, di
musim panas 0,070 0,100 0,160
d. Pohon-pohon
l. Willow lebat, musim panas, lurus 0,1 l0 0,200
2. Lahan yang dibuka dengan tunggak-
tunggak pohon, tak ada trubusan 0,030 0,040 0,050
3. Sama dengan atas, tetapi dengan
pertumbuhan trubusan yang lebat 0,0s0 0,060 0,080
4. Hutan lebat, sedikit pohon kecil,
sedikit tumbuhan bawah, tingkat
banjir di bawah cabang 0,080 0,100
5. Sama dengan atas, tetapi dengan
tingkat banjir mencapai cabang-
cabang 0,100 0,120 0,r60 .,1'
D.3. Sungai-sungai utama (lebar atas pa-
da tingkat bajir ) 100 kaki).
Harga n kurang dari sungai-sungai
kecil dan sifat-sifat yang sama, ka-
renr tanggul-tanggul memberikan
ketahanan y.ng kurang efektif

i
I

t
a
BAGIAN 3

Foto-foto berikut (Chow 1959, hal. 116-123) menunjukkan


kanal-kanal (saluran-saluran) dengan harga-harga koefisien kekasaran
Manning n.

{tt

l. n = 0,012. Kanal yang dilapisi dengan lempengan beton yang mempunyai sambungan
semen murni yang halus dan permukaan yang sangat halus, diulas dengan ctok dan
dengan semen yang dicuci di atas dasar beton.
2. n = 0,014. Kanal beton yang Cituang di balikpelalaran yang kasar dan halus.
3. n = 0,016. Saluran kecil dilapisi beton, lurus, dan seragam, dasar sedikit cekung, sis!
sisi dan dasar tertutup dengan suatu deposit yang kasar, yang meningkatkan harga n'
r

t,

{, l''
4. n = 0,018. Pelapisan beton-lempar tanpa perlakuan yang halus. Permukaan tertutup
I
l dengan algae (ganggang) halus dan dasar dengan bukit pasir yang hanyut.
I
n = 0,018. Kanal bumi yang digali pada suatu lempung berliat, dengan deposit pasir
yang bersih di bagian tengah dan lumpur berdebu yang berlapis di dekat sisi-sisinya. ?. n =0,020. Kanal irigasi, lurus, pada pasir halus yang dipadatkan.
6. n = 0,020. Pelapisan beton dilakukan pada suaru patahan lava-batuan yang kasar, 8. n =0,022. Pelapisan plester semen yang diberikan secara langsung pada permukaan
digosok bersih, sangat kasar, dan dilubangi dalam. kanal tanah. Dengan gulma pada tempat-tempat yang patah dan pasir lepas pada
dasarnya.
9. n = 0,024. Kanal yang digali pada lempung liat berdebu. bagian dasarnya licin dan
keras.
\

(13)

'i

rI
l)
10. n -- 0,024, Saluran dilapisipada sisi-sisr dan dasar dengan reruntuhan tak bercelah
yang diletakkan kering. Bagian dasar sangat tidak terarur, dengan batu lepas yang
terpencar.
n = 0,026. Kanal yang digali pada lereng, dengan tepi sungai bagian aras kebanyakan
akar-akar willow dan tepi-tepi bagian bawah dengan dinding beton yang terbuat
dengan baik. Bagian bawah rertutup dengan kerikil kasar. pasir pada
t2 n = 0,028. Kanal dengan bagian bawah berbaruan bundar, di mana rerdapat debu 13. n = 0,029. Kanal tanah yang digali pada tanah debu aluvial, dengan deposit
bagian bawah dan tumbuhnya rerumputan.
yang tidak memadai dalam air atau terlalu tinggi kecepatan airnya yang mencegah
pembentukan bagian dasar yang halus dan miring. 14. n = 0,030. Kanal dengan bagian bawah batu bundar yang besar'
15. n = 0,035. Kanal alami, agak tidak teratur lereng sisinya; dasarnya cukup rata, bersih
yang
dan teratur; pada liat berdebu kelabu yang ringan hingga lempung debu coklat
ringan; keraganran dalam irisan melintang sangatlah kecil'

\:i
W \

f,

(2r)

ri 19. n = 0,050. Kanal keruk dengan lereng-lereng sisi dan bagian bawah tidak teratur, pada
Iiat lilin yang berwarna gelap, dengan pertumbuhan gulma dan rerumputan. Sedikit
keragaman dalam bentuk potongan melintang untuk keragaman dalam ukuran.
20. n = 0,060. Saluran pada liat berdebu yang berat; lereng-lereng sisi dan bagian bawah
16. n : 0,040. Kanal baruan yang digali dengan bahan peledak.
17. n = 0,o40. Saluran pada liat dan lempung berdebu; rereng sisi dasar, dan potongan tidaklah teratur; potongan keseluruhan secara praktis terisi dengan pertumbuhan
pepohonan yang berukuran besar, terutama willow, dan cottonwood. Potongan melin-
melintang tidak teratur; rerumputan pada Ierengnya.
tang sangat seragam.
18. n = 0,045. Kanal keruk, lereng-rereng sisi dan dasar tidak teratur; pada liar hiram,
berlilin pada bagian atas hingga kuning pada bagian bawah, sisi-sisi tertutup dengan 21. n = 0,080. Kanal keruk pada liat licin hitam dan lempung liat berdebu kelabu, lereng-
semai dan semak, keragaman-keragaman daram potongan merintang sedikit dan Iereng yang luas dan bagian bawah tidak leratur, tertutup dengan pertumbuhan willow
berangsur-angsur. semak yang rapat, beberapa di bagian bawah; sisanya pada lereng-lereng yang tertutup
dengan gulma dan suatu pertumbuhan terpencar willow dan poplar, tidak ada daun-
daunan; beberapa lumpur pada bagian bawah.
ff;' f

Ir

tll

rli

ri h
22. n= 0,1 10. sama seperti (21), tetapi dengan banyak daun-daun dan tertutup sekitar 40
kaki dengan tumbuhan mirip gulma.
23. n : 0,125. Saluran luapan kanal alami pada pasir sedang harus hingga liat halus, tidak
ada lereng sisi; cukup rata dan bagian bawah teratur dengan bagian bawah kadang-
kadang datar mengelupas; keragaman dalam kedalaman; secara praktis hutan masih
primer, tumbuhan bawah sangat sedikit kecuali kadang-kadang ada tempat-tempat
dengan semak dan pohon-pohon kecil yang kadang-kadang rapat, beberapa kayu
gelondongan dan pohon-pohon yang jatuh mati.
n = 0,150. Sungai alami pada ranah liar berpasir. Aliran sangat berliku-liku, lereng-
lereng tidak teratur dan bagian bawah tidak rata, Ba,yak akar, pepoh.nan dan semak,
kayu gelondongan yang besar dan hanyutan lainnya pada bagian bawah; pohon_pohon
terus-menerus memasuki kanal karena runtuhnya tanggul-tanggul.

.:tSl. \

Anda mungkin juga menyukai