LP Tumor Parotis
LP Tumor Parotis
3.1 Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru
suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga
neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.8
3.2 Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh
keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan
paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.Sebagian besar tumor pada kelenjar
liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis
dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic
adenomas).8,9,10,11
Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam diagnostic pembengkakan
yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat dicapai
diagnosis kerja sementara. Dan pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan tambahan dengan pencitraan. 16
Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada gangguan tulang, tau
mungkin penting juga untuk diagnostic diferensial (batu kelenjar ludah; kelenjar limfe yang
mengalami kalsifikasi). Foto toraks diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis
hematogen. Dengan ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh
gambaran mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi,
letaknya di dalam atau di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorf dapat dibedakan dari tumor
kelenjar ludah yang lain dengan MRI. Metode ini tidak dapat membedakan antara tumor
benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan rontgen kontras glandula parotidea dan glandula
submandibularis (sialografi) diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik)
atau kalsifikasi dan dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial.1
.1 Latar Belakang
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar
liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 %
adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo
tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga
sebagai faktor etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang
terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas
parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang
dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu
setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau
obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri
dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan
dengan derajat tertinggi.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul
pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang
sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001). Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di
bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
(Zwaveling, 2006)
Mengingat banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu adanya
perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif melalui proses asuhan
keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat teratasi dan komplikasi yang mungkin
terjadi dapat dihindari secara dini.
Peran perawat pada kasus tumor parotis meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada klien yang mengalami tumor parotis, sebagai pendidik memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti
asuhan keperawatan kepada klien tumor parotis melalui metode ilmiah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Lokasi tumor
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan
telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk, 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam
selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada
tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan
memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore
dan Agur, 1995).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar
mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis bermuara melalui satu
sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat
dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-
masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan
otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk
membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur,
1995).
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar
palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi
menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat
dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior.
Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini
bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus
dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio
posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan
kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995).
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang
mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut, melihat, membaui,
dan memikirkan makanan.
Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim
pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja secara fisis dan secara
kimiawi.
2.1.3 Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan
penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi,
dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien
dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna yang
menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang
tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari
virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker tertentu telah
terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat
mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan
kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara antigenis dari sel
sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua
puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua
periode ketika system imun sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)
2.1.4 Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau
nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut.
Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami
dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari tumor
benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan
mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat
tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul
sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma
plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat
menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan
tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat
menyebabkan ganguan pendengaran.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
2.1.7 Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor tumor
epithelial
1. Adenoma
1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)
2) Monomorph adenomas
(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)
(2) Oxifil adenoma (onkositoma)
(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)
2. Tumor muko epidermoid
3. Tumor sel asinus
4. Karsinoma
1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)
2) Adenokarsinoma
3) Karsinoma planoselulare
4) Undifferentiated carcinoma
5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan
sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah
pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol adalah
pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan
kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam
dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting
untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.(Schwartz
,2000)
3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari
lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan
CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi (pengangkatan)
Glandula submandibularis dan glandula sublingualis
tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah dengan sebagian daerah sekitarnya.
tumor ganas : Disseksi kelenjer leher en-bloc dan eksisi luas kedua kelenjer ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan
keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer
saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat
membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang
ukuran tumor dan penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau
Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi
limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak.
(Schwartz, 2000)
9) Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung
10) Pencernaan/Abdomen
Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
11) Genitalia
Kebersihan dan keluhan lain nya
12) Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
13) Aktifitas sehari-hari
Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak, bab,
personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis tidak terjadi keluhan
pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum dilakukan operasi.
14) Data social ekonomi
Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga
15) Data psikologis
Kesadaran emosional pasien
16) Data spiritual
Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan
kesehatan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan pada
lambung sekunder akibat dari terapi radiasi.
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang terapi radiasi, takut terhadap aspek-
aspek tindakan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan (insisi bedah)
4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi
(Doenges, 1999)
gejala kanker yang dialami klien pada umumnya adalah sebagai berikut
emam kronis,Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan
suara (pada kanker leher).Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/
kandung kemih, Penurunan nafsu makan dan berat badan, Keluarnya cairan atau
darah tidak normal.
4) riwayat penyakit dahulu
untuk mengetahui apakah klien pernah menderita kanker sebelumnya atau
pernah melakukan program terapi / pengobatan kanker
5) riwayat penyakit keluarga
untuk mengetahui apakah dalam keluarganyaada yang menderita kanker seperti
yang dialami klien saat ini. Karena bila ada keluarga ada yang menderita kanker,
resiko tinggi untuk keturunannya.
6) pemeriksaan fisik
a) sistem integument
Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
Perhatikan pigmentasi kulit
Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b) system gastrointerstinal
Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi
Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
Kaji diare & konstipasi
Kaji anoreksia
Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c) system hematopoetik
1. Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : <>
3. Kaji Anemia
Warna kulit, capilarry refill
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif
terutama bleomisin
Kaji tanda CHF
Lakukan pemeriksaan EKG
e) Sistem Neuromuskular
Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
Perhatikan adanya parestesia
Evaluasi refleks
Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
Kaji gangguan pendengaran
Diskusikan ADL
f) Sistem Genitourinari
Kaji frekwensi BAK
Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
Kaji : hematuria, oliguria, anuria
Monitor BUN, kreatinin
7) Diagnosa keperawatan
a) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi),
efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit
tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,
nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasive
e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia
f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan