Skip to content
Home
About
Ternyata selain memiliki manfaat dalam membantu pengobatan beberapa penyakit, air kelapa
pun memiliki nilai jual ekonomi sebagai komoditas bernilai tinggi. Sebagai produk industri,
air kelapa dapat dimanfaatkan menjadi semacam jelly yang kita kenal dengan sebutan nata de
coco, kecap, alkohol atau anggur berbahan dasar air kelapa, ragi, cuka, dan lain-lain.
Sayangnya, pemanfaatan air kelapa sebagai produk pangan kurang maksimal jika
dibandingkan dengan produksinya yang berlimpah ruah.
Karena kandungan air kelapa berupa mineral dan vitaminnya cukup tinggi, maka air kelapa
adalah produk yang cocok digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri penghasil produk-
produk pangan. Maka, fermentasi air kelapa adalah salah satu terobosan untuk mengambil
nilai manfaat lain dari air kelapa.
1. Nata de coco
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat nata de coco adalah air kelapa, gula pasir, pupuk
urea, asam cuka glacial dan bibit bakteri Acetobacter xylinum yang bisa Anda dapatkan di
laboratorium pertanian. Fermentasi air kelapa yang melibatkan bakteri Acetobacter xylinum
menghasilkan produk nata de coco. Bakteri ini dapat kita temukan pada sayuran dan buah-
buahan yang telah mengalami pembusukan dan pada tanaman bergula yang mengalami
proses fermentasi. Bakteri ini akan mengubah gula yang terkandung dalam media tumbuhnya
menjadi selulosa. Selulosa berbentuk benang-benang yang kemudian berlendir dan membuat
jalinan kokoh yang tebal. Barulah kemudian lapisan nata terbentuk.
Proses Pembuatan Nata De Coco
Nata de coco berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim kelapa. Awalnya nata de coco
dibuat di Filipina yang merupakan koloni bangsa Spanyol. Nata de coco sendiri adalah
sejenis jeli yang terbuat dari air kelapa. Di Indonesia, nata de coco dikonsumsi sebagai bahan
campuran beberapa resep minuman seperti es buah dan lainnya. Saat bulan Puasa tiba, nata
de coco menjadi primadona sebagai campuran minuman berbuka. Pembuatan nata de coco
menggunakan bahan baku air kelapa yang difermentasi dengan sejenis bakteri.
Bagaimana caranya mengubah air kelapa menjadi nata? Proses pembuatan nata de coco
dibantu oleh sejenis bakteri bernama Acetobacter xylinum. Nah, bakteri gula yang
terkandung dalam air kelapa akan difrementasi oleh Acetobacter xylinum menjadi semacam
gel atau jelly yang terapung di atas cairan. Gel yang bertekstur kenyal dan berwarna putih ini
disebut nata atau sel bakteri atau selulosa. Berikut ini langkah-langkah pembuatannya :
2. Saringlah air kelapa untuk memisahkan kotoran dan serat. Pastikan kandungan air kelapa
benar-benar bersih dari serat-serat kelapa.
3. Masukkan air kelapa ke dalam panci. Didihkan air kelapa tersebut. setelah mendidih,
tuangkan gula pasir.
4. Matikan api dan dinginkan. Taruhlah air kelapa tersebut ke dalam wadah untuk proses
fermentasi yang telah steril. Setelah dingin, tambahkan asam asetat (asam cuka).
5. Tahap selanjutnya adalah tahap inokulasi yaitu suatu proses pemindahan bibit atau biakan
bakteri dari medium lama ke medium baru. Pindahkan starter atau biakan bakteri Acetobacter
xylinum dari media biakan ke wadah fermentasi berisi air kelapa yang telah didihkan, diberi
gula dan asam cuka.
6. Tutuplah wadah fermentasi dan peram selama 7 sampai 14 hari. Pastikan media peram
tertutup dan tidak mengalami goncangan. Pastikan kesterilan wadah peram dan penutupnya.
7. Ketika masa panen nata tiba, nata harus dicuci, direbus atau direndam terlebih dahulu
untuk menghilangkan asam. Jika dilakukan dengan cara direndam, rendamlah dalam air
selama 3 hari dan pastikan untuk mengganti air rendaman setiap hari.
8. Setelah itu, nata dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Kemudian lakukan perebusan
nata kembali.
9. Tahap akhhir pembuatan nata de coco yaitu dengan merendam nata yang telah direbus ke
dalam larutan gula dengan presentase 40% selama 30 menit sampai 45 menit. Nata siap
disantap.
Nata de coco adalah sejenis jelly kenyal berwarna putih susu atau bening, yang berasal dari
proses fermentasi air kelapa. Produk nata de coco ini pada awalnya diproduksi di Filipina.
Secara etimologis, nata de coco berarti krim kelapa atau terapung. Proses fermentasi nata de
coco dibantu oleh sejenis bakteri bernama Acetobacter xylinum. Enzim yang dihasilkan
bakteri nata de coco mengubah gula yang terkandung dalam air kelapa menjadi lembaran-
lembaran serat selulosa. Lembaran-lembaran selulosa itu kemudian menjadi padat dan
berwarna putih bening yang dinamakan nata.
Acetobacter Xylinum
Meskipun termasuk dalam golongan bakteri, namun Acetobacter xylinum merupakan bakteri
yang menguntungkan manusia. Artinya dapat digunakan untuk membuat suatu produk yang
bermanfaat bagi manusia. Misalnya seperti bakteri asam laktat yang menghasilkan yoghurt,
asinan dan lainnya.
Bakteri nata de coco dapat hidup pada larutan dengan derajat keasaman atau kebasaan 3,5-7,5
pH. Namun Acetobacter xylinum akan lebih tumbuh dengan optimal pada derajat keasaman
4,3 pH. Idealnya bakteri Acetobacter xylinum hidup pada suhu 28 31 C. selain itu, bakteri
ini sangat membutuhkan pasokan oksigen.
Air kelapa yang digunakan dalam proses fermentasi harus memenuhi standar kualitas yang
telah ditetapkan untuk menghasilkan nata yang baik. Air kelapa harus berasal dari kelapa
yang telah matang, tidak terlalu muda atau tua. Sebelum dimasukkan biakan bakteri nata de
coco, ditambahkan karbohidrat, nitrogen dan asam cuka untuk menunjang kehidupan bakteri
ini. Senyawa hidrat arang yang digunakan adalah senyawa sederhana yang terdiri dari
sukrosa, fruktosa, maltosa dan manosa. Sukrosa merupakan senyawa yang paling baik bagi
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
Nitrogen yang ditambahkan ke dalam air kelapa berasal dari nitrogen organik seperti protein
dan ragi. Namun, dapat juga menggunakan nitrogen non organik seperti urea, amonium sulfat
[(NH4)-2SO4] dan ammonium fosfat (NH4)3PO4. Jika dibandingkan dengan nitrogen
organik, biaya penggunaan nitrogen non organik lebih murah dan kualitasnya pun cukup
baik. Bahkan amonium sulfat sangat baik dijadikan bahan tambahan pembuat nata de coco
karena harganya sangat ekonomis, mudah larut dalam larutan lain dan sangat selektif
terhadap pertumbuhan mikroba lain.
Asam cuka atau asam asetat yang ditambahkan dalam air kelapa berfungsi untuk mengurangi
atau meningkatkan derajat keasaman. Jenis asam cuka yang paling baik untuk menghasilkan
nata yang berkualitas adalah asam asetat glacial dengan konsentrasi keasaman sebesar 99,8%.
Asam asetat dengan konsentrasi keasaman yang lebih rendah dari asam asetat glacial dapat
pula digunakan dalam proses fermentasi ini, namun dibutuhkan dalam jumlah yang banyak
guna memenuhi derajat keasaman yang dibutuhkan bakteri nata de coco.
Mengenali Manfaat Nata de Coco
Bagi Anda penggemar minuman segar, pasti sudah tidak asing lagi dengan nata de coco. Jelly
berwarna putih kenyal menyerupai agar-agar ini memang sering kita dapati sebagai bahan
campuran es buah, manisan, bubur kurma, es koktail buah dan lainnya. Terkadang produsen
nata de coco menambahkan ekstrak perasa tambahan seperti rasa jeruk, stroberi, vanila dan
lainnya. Produk hasil olahan air kelapa melalui proses fermentasi ini kaya akan serat. Air
kelapa yang menjadi bahan baku nata pun terkenal bernutrisi. Namun produsen nata de coco
sendiri masih sedikit. Padahal pangsa pasar untuk nata de coco sangat besar. Terutama karena
sumber daya air kelapa yang menjadi bahan baku sangat berlimpah. Apalagi, manfaat nata de
coco cukup baik bagi kesehatan.
Kandungan Gizi
Seperti yang kita ketahui, kandungan air kelapa terdiri atas karbohidrat, potassium, protein,
lemak, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin B kompleks, riboflavin serta nutrisi lainnya. Selama
proses mendidihkan air kelapa dan pengeraman, banyak nutrisi yang hilang. Karena itu nilai
gizi yang terkandung dalam nata de coco tidaklah cukup sebagai asupan nutrisi bagi tubuh.
Banyak produsen nata de coco yang pada kahirnya melakukan fortifikasi pangan yaitu
dengan menambahkan satu atau lebih zat gizi (nutrien) kepangan ke dalam suatu produk yang
akan dikonsumsi secara masal. Tentu saja tujuannya untuk meningkatkan kandungan nutrisi
di dalam produk tersebut. Karena nilai manfaat nata de coco bertambah, diharapkan
penerimaan konsumen akan lebih baik lagi.
Penambahan zat gizi biasanya berupa vitamin seperti vitamin C, vitamin B1, riboflavin dan
niasin. Serta ditambahkan juga mineral seperti fosfor dan kalsium. Terkadang ditambahkan
pula ekstrak perasa pisang, jeruk, stroberi dan lainnya agar konsumen mudah menerima
produk nata de coco ini.
Karena kaya akan serat, nata de coco baik untuk melancarkan pencernaan. Salah satunya
untuk melancarkan pembuangan feses tubuh dan mencegah sembelit (konstipasi). Selain itu,
akibat rendahnya kandungan gizi, nata de coco aman dikonsumsi mereka yang mengalami
obesitas dan sedang melakukan diet randah kalori guna menurunkan berat badan berlebih.
Tapi tentu saja tata cara pengkonsumsian nata de coco harus diperhatikan. Biasanya nata de
coco dicampur dengan sirup gula atau minuman manis lain yang mengandung kalori terlalu
tinggi, ini dapat menyebabkan obesitas. Sirup pencampur nata de coco yang terlalu manis
dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Apabila dikonsumsi berlebihan dapat
mengakibatkan diabetes. Perhatikan cara konsumsi nata de coco, agar kita dapat mengambil
nilai manfaat nata de coco dan tidak merugikan diri sendiri.
Siapa yang tidak mengenal segudang manfaat air kelapa. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai
bahan baku minuman segar, air kelapa pun dipercaya memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan beberapa keluhan penyakit misalnya alergi, demam berdarah, diare, panas
dalam, dan lain-lain. Beberapa produsen minuman isotonik pun mengeluarkan produk-produk
minuman isotonik berbahan baku air kelapa. Hal ini dikarenakan air kelapa banyak
mengandung mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh saat kehilangan cairan. Benarkah
demikian? Lantas, apakah air kelapa yang dikonsumsi terlampau banyak memiliki efek
samping yang tidak baik bagi tubuh kita? Apa sajakah efek samping air kelapa?
Efek Negatif Air Kelapa
1. Air kelapa yang mengandung mineral dan vitamin baik untuk dikonsumsi setelah kita
melakukan aktifitas yang melelahkan dan memeras keringat. Ternyata, minum air kelapa saja
tidak cukup. Ketika mengeluarkan keringat, tubuh kita akan mengalami kekurangan sodium.
Sedangkan kadar sodium dalam air kelapa tidaklah mencukupi untuk mengganti kekurangan
sodium di tubuh kita. Konsumsi air mineral tetap disarankan.
2. Air kelapa merupakan minuman yang rendah lemak. Namun jangan menjadikan air kelapa
sebagai obat penurun berat badan atau obat diet alami. Karena konsumsi air kelapa yang
berlebihan kemungkinan dapat menyebabkan diare. Bagi orang yang mengalami sembelit, air
kelapa memiliki manfaat yang besar karena membantu melancarkan pencernaan yang
terganggu.
3. Walaupun asam amino yang terkandung dalam air kelapa lebih tinggi daripada kandungan
asam amino dalam susu sapi, tidak berarti kita berhenti minum susu dan menggantinya
dengan air kelapa. Karena susu mengandung vitamin dan mineral yang lebih lengkap
daripada air kelapa. Jadi ketika Anda mengganti susu dengan air kelapa, Anda akan
mengalami kekurangan nutrisi dan dapat mengganggu kinerja organ tubuh.
4. Air kelapa memang memiliki kandungan sejumlah zat mineral yang berguna untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Namun mengkonsumsi air kelapa tidak menjamin kuatnya
sistem imun kita melawan serangan penyakit yang disebabkan bakteri dan virus. Padahal
sistem kekebalan tubuh manusia sangat kompleks dan membutuhkan nutrisi yang cukup
untuk membangun sistem imun yang kuat.
5. Jangan meminum air kelapa saat Anda berada dalam perjalanan ke suatu tempat. Salah satu
efek samping air kelapa adalah dapat menimbulkan kejang otot dan rasa lelah akibat kadar
kalsium dalam kandungan air kelapa.
6. Air kelapa memang bermanfaat bagi penderita penyakit batu ginjal, namun berbahaya bagi
orang yang fungsi ginjalnya telah mengalami penurunan. Maka harus dilakukan pemeriksaan
secara menyeluruh pada penderita batu ginjal tersebut. Karena kalium dan zat elektrolit
lainnya dalam air kelapa dapat menyebabkan hiperkalemi. Efek samping air kelapa pada
penderita fungsi ginjal yang turun adalah dapat membahayakan jantung.
Share this:
Twitter
Facebook
Related
Leave a Reply
Recent Posts
o pengantar struktur data Sequential Search & binery tree
o Sistem Dan Komponen Yang Digunakan Untuk Pengeluaran Kas Pada Bank
Tabungan Negara Cabang Depok
o KOMPONEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
o Elemen-elemen sistem informasi
o SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Archives
o May 2015
o January 2015
o November 2014
o October 2014
o June 2014
o May 2014
o February 2014
o November 2013
o June 2013
o May 2013
o January 2013
o December 2012
o November 2012
o October 2012
Categories
o Uncategorized
Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
vpaw
Main menu
Home
About INACO
Post navigation
Previous Next
Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari senyawa selulosa
(dietary fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan
jasad renik (mikroba), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Untuk menghasilkan nata
de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas
Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang kemudian di sebut
nata de coco.
Berbagai penelitian ilmiah mencoba menggantikan air buah kelapa dengan bahan lain seperti
whey tahu, sari buah nenas, sari buah pisang dll. Kegiatan ilmiah ini menghasilkan produk
yang akrab disebut nata de soya, nata de pina dll. INACO Nata de coco hanya menggunakan
media Santan Kelapa (Coconut milk) yang dikembangkan sendiri sehingga menghasilkan
Nata de coco yang putih alami dan berkualitas tinggi serta sehat.
Proses terbentuknya nata: sel-sel Acetobacter Xylinum mengambil glukosa dari larutan gula,
kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel,
kemudian keluar bersama-sama enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa
diluar sel. Prekursor dari polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa. Pembentukan prekursor
ini distimulir oleh adanya katalisator seperti Ca2+, Mg2+. Prekursor ini kemudian mengalami
polimerisasi dan berikatan dengan aseptor membentuk selulosa.
Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum.
Dalam kehidupan jasad renik, bakteri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu
bakteri yang membahayakan, bakteri yang merugikan dan bekteri yang menguntungkan.
Adapun yang termasuk dalam kelompok bakteri yang membahayakan antara lain adalah
bakteri yang menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi, sedangkan ternasuk dalam
kelompok bakteri yang merugikan adalah bakteri pembusuk makanan. Sementara yang
termasuk dalam kelompok bakteri yang menguntungkan adalah jenis bakteri yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia hingga menghasilkan produk yang berguna. Acetobacter xylinum
merupakan salah satu contoh bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti halnya
bakteri asam laktat pembentuk yoghurt, asinan dan lainnya.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa
yang sudah diperkaya dengan Karbon dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh
pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi
apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya
dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon
dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan
akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Oleh sebab itu, definisi
nata sebagai yang terapung di atas cairan setelah proses fermentasi selesai, tidak berlaku lagi.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak
optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri
antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada umumnya senyawa
karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco,
diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari
beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling
ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata.
Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih (gula rafinasi). S
ukrosa coklat akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik.
Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata
dapat berasal dari nitrogen organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun
Nitrogen anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium slfat. Namun,
sumber nitrogen anorganik sangat murah seperti ammonium sulfat & urea. Namun tentunya
bukan merupakan bahan makanan alami.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman
air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat dengan
konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang
diinginkan yaitu pH 4,5 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-
asam organic dan anorganik lain bias digunakan.
Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata
juga memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata
de coco disebut starter nata. Bibit nata de coco merupakan suspensi sel A. xylinum. Untuk
dapat membuat bibit nata de coco seseorang perlu mengetahui sifat-sifat dari bakteri ini.
Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang
2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias
membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan
Gram menunjukkan Gram negative.
Bakteri ini tidaa membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda,
individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan
menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium
cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah
diambil dengan jarum oase.
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak
membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan
H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk
mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut
membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant mempengaruhi sifat
fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature,
dan ketersediaan oksigen.
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan
beradaptasi terlebih dahulu. Pad a fase terjadi aktivitas metabolismedan pembesaran sel,
meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam
sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan
rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari.
Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya untuk
menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan
kecepatan suatu strain Acetobacter Xylinum dalam membentuk nata.
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolic yang
bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fsae in
pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak disbanding
jumlah sel mati.
Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matriks
nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam
media sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase
kematian. Pada fase kematian sel dengan cepat mengalami kematian. Bakteri hasil dari fase
ini tidak baik untuk strain nata.
Advertisements
Share this:
Facebook2
Twitter
Google
LinkedIn
Email
Print
Related
wa dah nyoba
Reply
2. hendra on March 28, 2010 at 9:47 am said:
Reply
Bagus.
Reply
Ass
saya tari ingin menanyakan, penggunaan NPK sering ditambahkan pada pembuatan
nata de cocoitu fungsinya apa ya??
makasih
Reply
Reply
Leave a Reply
Blog at WordPress.com.
HOME
RESEP
TEMPAT MAKAN
KABAR KULINER
INFOGRAFIS
ANAK
SEHAT
GALERI
VIDEO
INDEKS
Ulasan Khusus
Most Popular
Konsultasi Kuliner
Resep Odilia
FOLLOW detikFood
Foto: iStock
0 0 0
Jakarta - Proses fermentasi tempe melibatkan kapang Rhyzopus. Jamur ini membuat rasa tempe
gurih dan mudah dicerna tubuh.
Tempe adalah produk fermentasi Indonesia yang kini mendunia. Produk berbahan kedelai ini disukai,
terutama oleh kaum vegetarian, karena menjadi alternatif daging yang tinggi protein dan vitamin
B12.
Kapang Rhyzopus berperan penting sebagai ragi tempe dalam proses fermentasi. Beberapa jenis
Rhyzopus yang bisa digunakan adalah Rhyzopus Oligosporus, Rhyzopus Oryzae, Rhyzopus Stolonifer
dan Rhyzopus Arrhizus.
Untuk membuat tempe, biji kedelai yang sudah dicuci bersih perlu direndam selama 12-18 jam
dengan air dingin. Proses hidrasi ini bertujuan agar kedelai menyerap air sebanyak mungkin.
Setelah itu kulit biji kedelai dilepaskan. Kemudian kukus atau rebus biji kedelai tersebut hingga
empuk.
Dalam tampah bersih, biji kedelai dituangkan sambil diangin-anginkan dengan kipas. Kemudian
aduk-aduk biji kedelai hingga terasa hangat.
Proses berikutnya adalah mencampurkan ragi tempe dengan kedelai. Komposisinya kira-kira 1,5
gram ragi tempe untuk 2 kilo gram kedelai.
Setelah itu siapkan pembungkus seperti daun pisang, daun jati, atau plastik. Masukkan kedelai tadi
ke pembungkusnya.
Proses fermentasi berlangsung pada suhu kamar dimana kedelai yang sudah dibungkus tersebut
didiamkan selama 1-2 hari. Hingga seluruh permukaan kedelai tertutupi jamur.
Selain memberi rasa dan aroma yang khas, proses fermentasi juga menjadikan tempe lebih mudah
dicerna oleh tubuh.
Ahli gizi Jansen Ongko menuturkan kapang Rhyzopus yang tumbuh pada kedelai akan menghidrolisis
senyawa sederhana sehingga mudah dicerna oleh tubuh manusia.
Ia juga menambahkan fermentasi dapat meningkatkan penyerapan gizi dari kedelai, termasuk
phytonutrien isoflavon seperti genistein dan daidzein serta konsentrasi peptida bioaktif (terbentuk
selama pemecahan protein kedelai).
Tak hanya itu, vitamin B12 pada tempe juga terbentuk saat proses fermentasi. Vitamin B12
bermanfaat dalam meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan menghasilkan lebih banyak energi
dalam tubuh.
(adr/odi)
Berita Terkait
Empuk Gurih Mendoan Khas Banyumas Enak Dicocol Sambal Kecap Rawit
Tempe Gembus yang Empuk Menthul-menthul Kayak Kasur
Siang Ini Enaknya Ngemil Bakwan Hingga Tempe Goreng
Gurih dan Renyah, Tempe Goreng Tepung Dicocol Sambal Matah
Sate Kere dan Sate Gluten yang Enak Tanpa Protein Hewani
Yuk, Bikin Tempe Penyet yang Sedap Buat Menyantap Nasi!
Gorengan Renyah, Camilan Gurih yang Bikin Ketagihan!
Cegah Kebosanan, Ini 4 Inspirasi Bekal yang Bisa Jadi Ide
Baca Juga
detikTravel
HaiBunda
Lakukan Ini Yuk, Bun, untuk Bantu si Kecil Jadi Anak Cerdas
detikNews
Hari Pahlawan, Warung di Yogya Ini Jual Semua Menu Serba Rp 2.000
detikNews
detikHot
detikNews
detikFinance
Redaksi: redaksi[at]detikfood.com
Informasi pemasangan iklan
Hubungi: sales[at]detik.com
Newsfeed
Berita Terpopuler
20detik
Info Kuliner
Info Kuliner
Info Sehat
20detik
Berita Boga
Info Sehat
Video
Foodspot
MOST POPULAR
SELENGKAPNYA
Copyright @ 2017 detikcom, All right reserved Redaksi Pedoman Media Siber Karir Kotak Pos
Info Iklan Privacy Policy Disclaimer
Blog Unesa
Home
makalah tape ketan
Jun 08,2017
Jun 08
BAB. I
PENDAHULUAN1.11.1 Latar Belakang Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk
menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi dua,
yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern.Bioteknologi konvensional
biasanyab menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dll. Sedangkan bioteknologi
modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi yang dapat membantu kita dalam proses
pengkloningan, kultur jaringan.
Pengolahan pangan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan pangan yang cukup tua.
Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia sangat kaya akan produk-
produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satu contohnya tape.
1.2. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian tape ketan?2. Bagaimana proses fermentasi pada tape
ketan?3. Bagaimana cara pembuatan tape ketan?4. Apakah manfaat dari tape ketan?5. factor-faktor
apa sajakah yang mempengaruhi proses pembuatan tape ketan?
Alat
- Panci
- Nampan
- Kain
- Bakul saringan
- Centong nasi
- Mangkok kecil
- Sendok
Bahan
- Beras ketan putih 4L
- Beras ketan merah 2L
- Ragi 4 buah
- Daun pisang
3.2. Cara Membuat1. Merendam beras ketan merah dan beras ketan putih selama 12 jam.
2. Mencuci beras ketan tersebut sampai bersih.
4. Setelah dikukus, mengangkat dan mencuci beras ketan sambil diaduk-aduk. Lalu tiriskan.
5. Setelah dicuci, mengukus kembali beras ketan hingga 15 menit.
10. Memasukkan ketan yang sudah diberi ragi kedalam wadah yang sudah dilapisi daun pisang.
1. Konsentrasi Garam Konsentrasi garam yang dianjurkan adalah 5-15% (20-600S). Garam berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan jenis-jenis mikroorganisme pembusuk yang tidak diinginkan
selama proses fermentasi berlangsung. Prinsip kerja garam dalam proses fermentasi adalah untuk
mengatur Aw (ketersediaan air untuk kebutuhan mikroorganisme). Mikroorganisme yang diinginkan
untuk tumbuh adalah jenis-jenis bakteri penghasil asam. Selain mengatur Aw, garam juga berfungsi
untuk menarik keluar cairan sel jaringan yang mengandung sakarida-sakarida, dimana sakarida
tersebut merupakan nutrien untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kadar garam selama fermentasi
akan berubah karena cairan dalam sel-sel jaringan tertarik keluar sel, karena itu secara periodik
harus diadakan penyesuaian kadar garam. 2. Suhu Suhu selama proses fermentasi sangat
menentukan jenis mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 300C
untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bila suhu kurang dari 300C pertumbuhan mikroorganisme
penghasil asam akan lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan produk. 3. Oksigen Ketersediaaan
oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme
yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya membutuhkan oksigen
selama proses fermentasi berlangsung, sedangkan untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak
membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung. Oleh karena itulah, proses fermentasi
pada ketan yang tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan ketan yang terbuka.
BAB VPENUTUP
Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, ternyata kami dapat menyimpulkan bahwa fermentasi
yang terjadi pada tape ketan terjadi selama 2-3 hari. Selain itu juga, dalam proses pembuatan tape
ini ada hal-hal yang harus diperhatikan supaya proses fermentasi tersebut berlangsung secara
sempurna. Selama proses fermentasi tidak memerlukan oksigen. Oleh karena itulah, proses
fermentasi pada ketan yang tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan ketan yang terbuka.
Lamanya proses fermentasi juga mempengaruhi kadar alcohol yang dihasilkan.
Archives
1. 2017
1.
2. Juni 2017
Latest Post
perangkat komputer
makalah tape ketan
cara merakit komputer
Pakaian,Tarian,Rumah Adat,Senjata tradisional, dan Sukunya
membuat tape ketan
Visitor Count
Your IP:114.6.59.213
From:Jakarta,Indonesia
Browser:Default Browser
System:Others
ID
8379
US
2663
RU
153
EU
104
SG
75
MY
55
NL
16
GB
15
FR
14
JP
13
Newest:
LB
You:
ID
Today:
14
Month:
1487
Total:
13222
Supercounters.com
SIR OSSIRIS HOME SITE Allahumma tawwi umurana fi taatika wa taati rasulika wajalna
min ibadikas salihina
Tidak jelas benar dari mana kata bir berasal. Namun proses pembuatannya sendiri
sudah ditemukan sejak lama. Sebuah prasasti yang ditemukan di delta subur antara
sungai Eufrat dan sungai Trigis di kawasan Mesopotamia (sekarang kawasan irak)
dan diperkirakan berasal dari masa sekitar 6.000 SM, sudah memuat gambaran
tentang proses pembuatan bir. Sebuah relief yang terdapat di makam kuno di Mesir
dari masa sekitar 2.400 SM juga menggambarkan proses pembuatan bir dengan
bahan barley (barli), yaitu semacam rumput yang bijinya bisa diolah menjadi bir.
Sejarah selanjutnya menapak pada tahun 2.000 SM ketika Raja Hammurabi dari
Babylonia merilis resep tentang cara pembuatan dan penyajian bir. Di Mesir sendiri,
sang Firaun (pharaoh) juga terkenal sebagai ahli pembuat minuman hasil fermentasi
ini (Anonim1, 2007).
Menurut Ensiklopedi Britanica, seorang sejarawan asal Romawi bernama Pliny dan
Tacticus mencatat bahwa bangsa dari suku Saxon, Celt, Nordic dan Germanic
sudah menkonsumsi sejenis bir tak berwarna (disebut ale). Istilah ini juga
berkembang diantara istilah-istilah lain di kalangan bangsa Anglo-Saxon seperti
istilah Malt, Mash, dan Wort (Anonim1, 2007).
Pada abad 15, pembuatan bir di Jerman menggunakan teknik fermetasi yang
berbeda. Prosesnya dilakukan dengan proses fermentasi dasar, bukan fermentasi di
atas bahan bakunya. Bir yang dihasilkan disebut dengan lager (dari bahasa Jerman:
Lagern = menyimpan) karena bir pada masa itu dibuat pada musim dingin dan
membutuhkan es untuk menyimpannya pada musim panas (Anonim1, 2007).
Proses pembuatan bir kemudian berkembang dengan adanya kontrol yang baik
menggunakan termometer dan sakarimeter yang bis amengukur kadar gula. Dengan
paduan teknologi pembuatan es dan sistem pedinginan, pembuatan bir bisa
dilakukan pada musim panas. Tapi cita rasa bir masih juga tak bisa ditentukan,
sebab sangat dipengaruhi proses berubahnya gula menjadi alkohol oleh sel ragi.
Lalu muncullah Louis Pasteur yang berargumen bahwa walaupun semua jenis sel
ragi bisa dimanfaatkan untuk fermentasi, namun tidak semua sel ini cocok bagi
proses pembuatan bir. Sel-sel yang tertentu saja yang akan menghasilkan cita rasa
bir yang tinggi. Proses Pasteurisasi yang ditemukannya juga mampu membuat bir
menjadi lebih tahan lama, setelah memanaskan bir hingga 70 derajat celcius agar
mikroorganisme tidak aktif. Berbagai teknologi yang kemudian ditemukan juga
membuat bir yang dihasilkan menjadi seperti yang kita kenal saat ini (Anonim1,
2007).
Bir adalah minuman beralkohol yang dibuat secara spesifik yaitu menggunakan
campuran malt dan hop serta bahan tambahan lainnya. Produk ini mengandung
alkohol sekitar 3,8% dengan kisaran antara 3-7%. Menurut jenisnya dikenal dua
macam bir yaitu yang berpenampakan jernih dinamakan Pisener yang mempunyai
karbohidrat hanya sedikit yang dapat digunakan untuk bahan baku fermentasi.
Bir secara harafiah berarti segala minuman berolkohol yang diproduksi melalui
proses fermentasi bahan berpati seperti biji malt, cereal dan diberi aroma flavor
hops, tetapi tanpa proses melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Proses
pembuatan Bir disebut Brewing. Karena bahan yang digunakan untuk membuat Bir
berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, maka karakteristik Bir seperti
rasa dan warna sangat berbeda baik jenis maupun klasifikasinya.
Bir juga salah satu minuman tertua yng dibuat manusia, yaitu dibuat sekita tahun
5000 SM yang tercatat di sejarah Mesir kuno dan Mesopotamia. Karakteristik Bir
telah berubah secara drastis sepanjang ribuan tahun.
Industri pembuatan Bir merupakan industri global yang sangat besar, dan sekarang
ini kebanyakan dikuasai oleh konglomerat yang dibentuk dari gabungan pengusaha-
pengusaha yang lebih kecil.
Walau pun secara umum Bir merupakan minuman beralkohol, namun ada beberapa
variasi dari dunia barat yang dalam pengolahannya membuang hampir seluruh
kadar alkoholnya, sehingga menjadikan apa yang disebut dengan Bir tanpa alkohol.
Light Beer adalah Bir dengan kadar alkohol 2-4%. Dibuat dari bahan dasar cereal
dan tepung Barley.
Ale adalah Bir dengan kadar alkohol yang lebih tinggi dari jenis light. Menggunakan
lebih banyak hops dan warnanya lebih gelap. Bahan dasarnya adalah cereal dan
aromatic malt.
Lager adalah jenis bir yang diumurkan lebih lama.
Stout adalah Bir dengan kadar alkohol yang cukup tinggi, yakni berkisar antara 14%
lebih. Warnanya yang gelap membuat Bir ini disebut dengan Bir hitam. Bahan
dasarnya adalah aromatic malt dengan banyak hops dan diberi warna dengan
caramel (gula yang digosongkan)
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bir adalah malt, yaitu biji barley atau
semacam gandum yang dikecambahkan dan dikeringkan.
Apabila hendak digunakan maka harus dihilangkan bagian tunasnya. Biji barley
banyak dihasilkan dari negara-negara Eropa seperti Perancis dan Belgia ataupun
dari Australia.
Malt merupakan bahan baku yang banyak mengandung pati, protein, vitamin dan
mineral. Bahan lainnya adalah hop atau Humulus hupulus yaitu sejenis tanaman
perdu yang memiliki aroma dan rasa yang khas. Bagian tanaman yang digunakan
untuk pembuatan bir adalah bagian bunga, getah dari sari tanaman tersebut, yang
dikeringkan. Bahan ini akan menambah aroma dan rasa dari cairan yang dihasilkan.
Minyak esensial pada hop yang digunakan untuk mempengaruhi rasa dan aroma bir
adalah mircen, linalol, geraniol, humulen, dan lain sebagainya. Tanaman ini banyak
mengandung tanin (pirogaol dan katekol) yang pada proses penemuan bir akan
berikatan dengan protein dan harus dihilangkan karena mempengaruhi kejernihan
bir. Selain itu, juga terdapat kandungan -resin yang akan memberikan rasa pahit.
Adanya rasa pahit inilah yang merupakan rasa pahit yang khas yang diinnginkan
terdapat pada minuman bir. Rasa pahit ini akan timbul terutama bila hop sudah
dipanaskan hingga cairannya mendidih.
Bahan yang penting dan akan menemukan mutu akhir adalah air yang digunakan.
Air pada pembuatan bir harus bersifat netral dengan nilai pH 6,5-7,0 kandungan
kalsium sebaiknya kurang dari 100 ppm. Begitu pula dengan kandungan magnesium
karbonat. Kandungan kalsium sulfat, natrium klorida dan besi masing-masing kurang
dari 250, 200, dan 1 ppm.
Mikroba yang ditambahkan sebagai starter pada fermentasi pembuatan bir adalah S.
cerevisiae dari jenis khamir permukaan dan khamir terendam, selain itu juga
digunakan S. carlsbergensis dari jenis khamir terendam.
Pengolahan bir diawali dengan proses malting yaitu untuk memperoleh malt yang
banyak mengandung enzim pemecah pati dan protein yaitu -amilase, -amilase
dan protease. Barley yang dikecambahkan akan menghasilkan komponen flavor dan
warna yang khas.
Selanjutnya dilakukan proses mashing yaitu proses pelarutan dari malt dan malt
adjuncts sehingga dapat digunakan sebagai media fermentasi seefisien mungkin.
Prinsip dari proses adalah memanaskan malt dan malt adjuncts secara terpisah
kemudian dilakukan pencampuran sehingga suhunya sekitar 57-77oC.
Filtrat (wort) yang dihasilkan harus dimasak dan dicampur denga hop dan bila perlu
ditambahkan juga gula sebagai tambahan substrat. Wort tersebut dimasak pada
suhu 100oC selama 1,5 hingga 2,5 jam. Setelah itu disaring melewati sisa-sisa hop
sehingga protein dan padatan hop tertahan. Endapan yang terpisah dari substrat
dicuci kembali dan penyaringan dilakukan untuk menahan padatan demikian
seterusnya sehingga filtrat yang terbentuk cukup banyak. Perbandingan bahan baku
dan proses selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19.
Pada persiapan bahan dilakukan pemasakan wort, hal ini bertujuan agar terjadi
reduksi mikroba. Mikroba patogen dan pembusuk diharapkan sudah dapat
dimusnahkan dengan adanya pemanasan yang cukup lama. Dengan pemanasan
yang cukup lama itu juga akan menyebabkan terjadinya pemekatan bahan,
pemucatan, inaktivasi enzim, ekstraksi zat-zat yang dapat larut, koagulasi protein
dan terbentuk karamel yang akan mempengaruhi mutu akhir produk.
Pada akhir fermentasi akan terjadi penggumpalan dari sel-sel khamir dan akn turun
kedasar wadah fermentasi. Proses ini dilanjutkan dengan proses penuaan atau
aging. Aging berlangsung pada suhu 0-3oC selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Selama aging akan terjadi koagulasi komponen-komponen yang
akan dipisahkan pada akhir proses. Komponen tersebut antara lain adalah protein,
sel khamir dan resin. Pada saat ini bir akan menjadi jernih dan berbentuk aroma
yang khas, karena terbentuknya ester.
Iklan
Beri peringkat:
10 Votes
Terkait
This entry was posted on 1 Oktober 2011. It was filed under PANGAN FERMENTASI .
11 responses
1.
didit
kereeeenn!!!!
Balas
tunsaguji
ternyata beir itu jenis minuman yg menurunkan daya akal sehat, pantes kalau
Allah melarang/mengharamkan, dan akan menyiksa para pelakunya. karena
akalnya sehatnya hilang separo tak sadar lag dia, siapa di depannya, sampai
ibunya pun di bacok pake samurai. kasus yg lainnya, memperkosa, merampok,
ribut dg tetangga dll.. yg parah oplosan cepat menuju akserat
Balas
2.
Kevin
Balas
3.
http://kungfuwhores.thumblogger.com/
Pretty nice post. I just stumbled upon your weblog and wanted to say that I have truly
enjoyed surfing around your blog posts.
After all I will be subscribing to your rss feed and I hope you write again soon!
Balas
4.
Bronson
sirossiris
Balas
tunsaguji
maksudnya mau bisnis yah. bisnis yg lain aja pak yg halal-halal, agar dunia ini
panjang umurtidak cepat kiamat (pada mati gara2 oplosan).
Balas
036999
5.
Amran Sihombing
Balas
6.
satona
PT. SATONA
Kami Distributor bidang chemical ( Bahan Kimia ) yang berada di Jl. Jemur Andayani
50 A99-100. Sejak tahun 1974 sudah bekerja sama dengan PT . Petrokimia Gresik dll,
perusahaan kami menyediakan beberapa bahan chemical / kimia diantaranya.
Balas
7.
ismail abu
Balas
Tinggalkan Balasan
Blog Stats
3,546,421 hits
Cari
KATEGORI TULISAN
Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan
tulisan-tulisan baru melalui email.
Tulisan Terakhir
Blogroll
Mohon maaf jika artikel yang di sajikan berasal dari banyak sumber, sumber yang masih utuh saya
tampilkan sumber aslinya, tapi seringkali saya lupa, mohon di maafkan. saya coba perbaiki terus
kualitas dan kuantitas blog ini.
BE SMILE LAH
SIR OSSIRIS HOME SITE Allahumma tawwi umurana fi taatika wa taati rasulika wajalna
min ibadikas salihina
PEMBUATAN WINE
PEMBUATAN WINE
Wine merupakan minuman beralkohol yang biasanya terbuat dari jus anggur yang
difermentasi. Keseimbangan sifat alami yang terkandung pada buah anggur, menyebabkan
buah tersebut dapat difermentasi tanpa penambahan gula, asam, enzyme, ataupun nutrisi lain.
Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah anggur menggunakan khamir dari type
tertentu. Yeast tersebut akan mengkonsumsi kandungan gula yang ada pada buah anggur dan
mengubahnya menjadi alcohol. Perbedaan varietas anggur dan strain khamir yang
digunakan, tergantung pada type dari wine yang akan diproduksi (Johnson, 1989).
Teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali dikembangkan oleh orang Mesir
pada tahun 2500 sebelum Masehi. Dari mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur
masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai ke Spanyol, Jerman, Prancis,
dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus teknologi pengolahan dan budidaya
anggur mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk
Indonesia, dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan anggur mempunyai beberapa
sebutan, seperti grape di Amerika dan Eropa, putao di China, dan Anggur di Indonesia
(Wahyu, 2004).
Selain menggunakan buah anggur, minuman wine juga dapat dibuat dari buah-buahan lain
yang banyak mengandung gula, seperti apel, berry, lengkeng, ataupun nenas. Penamaan
minuman anggur atau wine yang dibuat dari selain buah anggur biasanya menyertakan nama
buah yang digunakan, seperti wine apel, ataupun wine berry dan secara umum disebut dengan
Fruity wine. Sedangkan jika wine terbuat dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti
beras dan gandum, maka wine tersebut lebih dikenal dengan istilah minuman Sake (barley
wine atau rice wine). Minuman wine yang dibuat dari bahan baku jahe dikenal dengan
sebutan Brandy (Allen, 2008).
Minuman anggur atau wine dapat dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu Red Wine, White
Wine, Rose Wine, Sparkling Wine, Sweet Wine, dan Fortified Wine.
Red Wine
Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa jenis anggur
merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah merlot, cabernet
sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.
White Wine
White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape). Beberapa jenis anggur
hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah chardonnay, sauvignon
blanc, semillon, riesling, dan chenin blanc.
Rose Wine
Rose Wine adalah wine yang berwarna merah muda atau merah jambu yang dibuat dari
anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan dengan
proses pembuatan Red Wine. Di daerah Champagne, kata Rose Wine mengacu pada campuran
antara White Wine dan Red Wine.
Sparkling Wine
Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon dioksida di
dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne dari Prancis. Hanya
Sparkling Wine yang dibuat dari anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di
desa Champagne yang boleh disebut dan diberi label Champagne.
Sweet Wine
Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi (residual
sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
Fortified Wine
Fortified Wine adalah wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan
wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari
penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Fruity Wine (anggur buah) adalah minuman beralkohol hasil fermentasi sari buah dengan
atau tanpa Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan. Sari buah yang biasa digunakan oleh
winemaker dalam pembuatan wine adalah buah anggur, karena memiliki kandungan glukosa
yang tinggi yaitu 75 150 mg/ml. Berdasarkan jenis anggur yang digunakan wine dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu red wine dan white wine. Perbedaan keduanya dapat
terletak pada bahan baku, red wine menggunakan anggur anggur merah sedangkan white
wine menggunakan anggur hijau atau anggur merah yang dikupas kulitnya (Effendi, 2004).
Selain itu lama dan suhu fermentasi dari kedua jenis ini berbeda, red wine membutuhkan
waktu fermentasi selama 3 5 hari pada 24 270C sedangkan white wine membutuhkan
waktu selama 7 14 hari pada 10 210C.
Pada dasarnya hampir semua buah dapat dibuat menjadi wine terutama yang mengandung
gula (15 18%). Bila kandungan gula pada buah kurang atau tidak mencukupi, maka sering
ditambahkan gula pada saat proses fermentasi wine. Syarat medium yang baik untuk
pembuatan wine atau anggur, yaitu :
Varietas anggur yang digunakan dalam pembuatan wine (anggur), yaitu Vitis Vinifera dan
Vitis labrusca. Berikut ini ciri-ciri dari kedua jenis anggur, yaitu :
1. Vitis Vinifera
2. Vitis Labrusca
Syarat mutu Fruity Wine (anggur buah) menuru Depertemen Pertanian (2004) dalam Effendi
(2004) adalah :
1 Keadaan : Normal/khasNormal/khas
Bau
Rasa
Pemanis buatan
6 Cemaran logam : mg/Kgmg/Kg Maks 0,2Maks 2,0
Maks 50
Maks 50
Jenis mikroba
Mikroorganisme yang sering berperan dalam fermentasi anggur buah adalah dari golongan
khamir dari genus Saccharomyces, Candida, Hansenula pichia. Dari genus Saccharomyces
yang dapat digunakan dalam pembuatan anggur buah antara lain Saccharomyces cerevisiae,
Saccharomyces ovifformes, dan Saccharomyces fermentati (Frazier and Westhoff, 1978).
Khamir yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur adalah
Sacharomyces cerevisiae dari varietas ellipsoideus. Saccharomyces cerevisiae varietas
ellipsoideus biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur karena khamir jenis ini
mempunyai sifat yang dapat mengadakan fermentasi pada suhu yang agak tinggi yaitu 30 oC.
Selain itu dapat menghasilkan alkohol cukup tinggi yaitu 18 20 % (v/v). Khamir jenis ini
juga mampu memfermentasi beberapa macam gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, manosa, maltosa dan maltotriosa (Fardiaz, 1989). Fermentasi etanol oleh
Saccharomyces cerevisiae dapat dilakukan pada pH 4 5 dengan temperatur 27 35 0C,
proses ini dapat berlangsung 35 60 jam. Taksonomi Saccharomyces cerevisiae adalah
sebagai berikut (Anonymousa, 2009) :
Divisi : Eumycophyta
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Sacharomycetales
Famili : Sacharomycetaceae
Genus : Sacharomyces
Sel yang termasuk jenis Sacharomyces cerevisiae berbentuk bulat, oval, atau
memanjang. Dalam industry alcohol atau pembuatan anggur digunakan khamir permukaan
yang disebut top yeast, yaitu khamir yang bersifat fermentative kuat dan tumbuh dengan
cepat pada suhu 200C. Khamir permukaan tumbuh secara menggerombol dan melepaskan
karbon dioksida dengan cepat mengakibatkan sel terapung pada permukaan. Contohnya
adalah Sacharomyces cerevisiae var.ellipsoideus merupakan galur yang dapat
memproduksi alkohol dalam jumlah tinggi, sehingga digunakan dalam industry pembuatan
alcohol atau anggur (Fardiaz, 1989).
Fermentasi Wine
Menurut Anonymous (2008) fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-
sama dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan
menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan
menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan
alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol
atau alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan.
Pada pembuatan wine tedapat tahapan-tahapan proses, yaitu :
Proses pertamakali yang dilakukan adalah menghancurkan anggur. Untuk wine putih kulit
dari anggur dihilangkan, sedangkan wine merah dihancurkan beserta kulitnya. Setelah itu
dilakukan pendinginan pada suhu 5 100C dalam waktu 24 48 jam dengan bantuan enzim
pectinase untuk menghancurkan material anggur.
Pada fermentasi wine atau anggur juga dilakukan penambahan SO2 kedalam jus/cairan buah
anggur dengan tujuan untuk mencegah browning selama penghancuran buah dan
menghambat aktivitas khamir lain yang tidak diinginkan.
2. Fermentasi Alkohol
Secara tradisional fermantasi dari anggur dilakukan di dalam tangki kayu yang besar atau
tangki beton, tetapi kebanyakan wine modern sekarang menggunakan tangki stainless steel
yang canggih dengan fasilitas pengontrol suhu, alat pembersih dan lainnya. Anggur putih
secara umum difermentasi pada suhu 10 210C pada 7-14 hari atau lebih, sedangkan Anggur
merah difermentasi antara 3 5 hari dengan suhu antara 24 270C. Pada fermentasi ini yeast
yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae yang diinokulasi dalam jus dengan populasi
106-107 cells/ml.
Menurut Hotmaka and Ebner (1995) alcohol merupakan cairan yang mempunyai sifat fisik
sebagai berikut :
1. Berbentuk cair
2. Tidak berwarna
3. Volatile (mudah menguap)
4. Dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan
5. Mendidih pada suhu 790C
6. Membeku pada suhu -1170C
7. Mempunyai berat molekul 46 g/mo/
1) Pemecahan rantai carbon melalui jalur EMP (Embden Mayorhof Parnas) menghasilkan
karbon teroksidasi yaitu asam Piruvat.
Selama fermentasi alcohol berlangsung, diperlukan sedikit O2 yaitu sekitar 0,05 0,10 mmhg
tekanan O2 yang diperlukan oleh sel khamir untuk biosintesa lemak-lemak tidak jenuh dan
lipid. Jumlah O2 yang lebih tinggi dapat merangsang pertumbuhan sel khamir, sehingga
produktivitas etanol menjadi lebih rendah (Daulay dan Rahman, 1992).
3. Fermentasi Malolactic
Fermentasi ini terjadi alami 2 sampai 3 minggu setelah fermentasi alkohol selesai, dan
berakhir 2 sampai 4 minggu. Reaksi ini mengubah dekarboksilasi L-malic acid menjadi L-lactic acid
dengan menurunkan kadar keasaman wine dan menaikkan pH antara 0,3 sampai 0,5. Penurunan
kadar keasaman dengan fermentasi ini membuat wine lebih lembut, rasa yang matang dan rasa yang
lebih menarik. Tidak semua jenis wine memerlukan proses fermentasi malolactic.
Kebanyakan wine putih tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama setelah fermentasi
alkohol atau fermentasi malolactic selesai. Pada wine merah yang sudah tua antara 1 sampai
2 tahun disimpan dalam tangki kayu (biasanya kayu oak). Selama ini, reaksi kimia ini
memberikan kontribusi pada perkembangan rasa antara wine dan ekstrak komponen dari
tangki kayu. Poin yang penting untuk mengontrol selama penyimpanan dan penuaan adalah
pengeluaran oksigen dan penambahan dari sulfur dioksida ke level bebas antara 20 sampai 25
g/ml. Sebelum pengemasan, wine mungkin disimpan di tempat yang bersuhu dingin antara
5-100C untuk mengendapkan kotoran.
Selama fermentasi, dihasilkan cairan yang disebut must. Guna mencegah tumbuhnya bakteri pada
must maka dilakukan pengadukan. Senyawa-senyawa volatil juga dihasilkan dengan berbagai
konsentrasi pada fermentasi anggur. Senyawa-senyawa ini mempunyai peran penting dalam sifat-
sifat flavor dan sensoris. Aroma wine adalah hasil dari kombinasi kompleks banyak komponen
terutama senyawa-senyawa volatil yang menjadi penciri wine. Pada wine mangga setidaknya ada 18
senyawa volatil dengan berbagai konsentrasi. Ada 8 senyawa yang potensial sebagai aroma yaitu:
asetaldehida, dietil suksinat, atil asetat, etil butirat, isoamil alkohol, l-heksanol, etil dekanoat dan
asam kaproat.
c. Derajat keasaman(pH)
Derajat keasaman optimum untuk pertumbuhan khamir yang digunakan pada
fermentasi etanol adalah 4,5 5,5 (Prescott and Dunn, 2002). Sedangkan menurut Daulay
dan Rahman (1992), pada umumnya sel khamir dapat tumbuh dan memproduksi etanol
secara efisien pada pH 3,5 6,0.
d. Suhu
Khamir mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap suhu untuk pembentukan
selnya, optimum untuk khamir adalah 25 30 oC serta khamir dapat tumbuh secara efesien
pada suhu 28 35 oC. Peningkatan suhu sampai 40 oC dapat mempertinggi kecepatan awal
produksi etanol, tetapi produktivitas fermentasi secara keseluruhan menurun karena
meningkatnya pengaruh penghambatan oleh etanol terhadap pertumbuhan sel khamir (Daulay
dan Rahman, 1992).
e. Oksigen
Selama fermentasi alkohol berlangsung, diperlukan sedikit oksigen yaitu sekitar
0,05-0,10 mmHg tekanan oksigen, yang diperlukan sel khamir untuk biosintesa lemak tak
jenuh dan lipid. Jumlah oksigen yang lebih tinggi dapat merangsang pertumbuhan sel khamir,
sehingga produktivitasnya alkohol menjadi lebih rendah. Menurut Daulay dan Rahman
(1992), persediaan oksigen yang besar penting untuk kecepatan perkembangbiakan sel
khamir dan permulaan fermentasi, namun produksi alkohol terbaik pada kondisi an aerob.
Kerusakan Wine
Menurut Handoyo (2007), Kerusakan wine secara organoleptik dapat dideteksi dari warna,
rasa, dan bau. Penyebab kerusakan tersebut dikarenakan cara pembuatan yang kurang baik,
penyimpanan, dan penyajian yang keliru. Wine yang disimpan pada temperatur tinggi dapat
menyebabkan wine terasa seperti dimasak atau dipanaskan, dimana karakter freshnessnya sudah
hilang dan aromanya terasa seperti buah-buahan yang telah dimasak. Sedangkan kerusakan karena
penyajian dapat menyebabkan oksidasi wine menjadi asam cuka (tersedia oksigenyang
cukup). Oksidasi juga bisa disebakan karena sumbat botol (cork) yang dipakai mempunyai kualitas
yang kurang bagus, sehingga memungkinkan udara masuk kedalam botol.
Beberapa karakter aroma lain yang dapat dijadikan indikator kerusakan wine adalah :
Bau belerang
Bau apek
Kerussakan wine secara mikrobiologi dapat disebabkan oleh Bakteri Asam Laktat (BAL) dari
jenis Leuconostoc, pediococcus, dan Lactobacillus. Bakteri jenis ini dapat memetabolisme gula,
asam, dan unsur lain yang ada dianggur menghasilkan beberapa senyawa yang menyebabkan
pembusukan. Setelah fermentasi alkohol selesai, maka secara alami akan terjadi proses MLF
(Malolactic Fermentasi) yang dilakukan oleh BAL. Reaksi ini mengubah dekarboksilasi L-malic acid
menjadi L-lactic acid dengan menurunkan kadar keasaman wine dan menaikkan pH antara 0,3
sampai 0,5. Setelah proses MLF selesai, maka kehidupan dari BAL tergantung pada komposisi wine
dan bagaimana wine ditangani. Jika wine memiliki pH tinggi (> 3,5) dan SO2 tidak memadai, maka
bakteri BAL dapat tumbuh dan merusak wine atau penyebab kebusukan (Murli, 2007).
Fruity Wine (anggur buah) adalah minuman beralkohol hasil fermentasi sari buah
dengan atau tanpa Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan. Sari buah yang biasa
digunakan oleh winemaker dalam pembuatan wine adalah buah anggur, karena memiliki
kandungan glukosa yang tinggi yaitu 75 150 mg/ml. Berdasarkan jenis anggur yang
digunakan wine dapat dibedakan atas dua macam, yaitu red wine dan white wine. Perbedaan
keduanya dapat terletak pada bahan baku, red wine menggunakan anggur anggur merah
sedangkan white wine menggunakan anggur hijau atau anggur merah yang dikupas kulitnya
(Effendi, 2004). Selain itu lama dan suhu fermentasi dari kedua jenis ini berbeda, red wine
membutuhkan waktu fermentasi selama 3 5 hari pada 24 270C sedangkan white wine
membutuhkan waktu selama 7 14 hari pada 10 210C.
Pada dasarnya hampir semua buah dapat dibuat menjadi wine terutama yang mengandung
gula (15 18%). Bila kandungan gula pada buah kurang atau tidak mencukupi, maka sering
ditambahkan gula pada saat proses fermentasi wine. Syarat medium yang baik untuk pembuatan wine
atau anggur, yaitu :
2. Mempunyai keasaman yang tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang
tidak diinginkan.
Varietas anggur yang digunakan dalam pembuatan wine (anggur), yaitu Vitis Vinifera dan
Vitis labrusca. Berikut ini ciri-ciri dari kedua jenis anggur, yaitu :
1. Vitis Vinifera
Kulit tipis, rasa manis, dan segar
Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dar permukaan laut beriklim
kering
Termasuk jenis ini adalah dari Eropa (Pinot Noir, Chardonnay, Cabernet Sauvignon,
Gamay and Merlot) dan dari Indonesia (Gros Colman, Probolinggo biru dan putih,
Situbondo Kuning, Alphonso lavalle, dan Golden Camphion).
2. Vitis Labrusca
Kulit tebal, rasa asam, dan kurang segar
Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl
Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon, dan Isabella
Syarat mutu Fruity Wine (anggur buah) menuru Depertemen Pertanian (2004) dalam Effendi
(2004) adalah :
1 Keadaan : Normal/khas
Bau Normal/khas
Rasa
2 Etil Alkohol % v/v 5 15
Terhadap alcohol
absolut
Negative
Maks 50
Maks 50
Menurut Anonymous (2008) fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur
bersama-sama dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan
menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan
menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan
alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol
atau alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan.
Pada pembuatan wine tedapat tahapan-tahapan proses, yaitu :
Pada fermentasi wine atau anggur juga dilakukan penambahan SO2 kedalam
jus/cairan buah anggur dengan tujuan untuk mencegah browning selama penghancuran buah
dan menghambat aktivitas khamir lain yang tidak diinginkan.
2. Fermentasi Alkohol
Secara tradisional fermantasi dari anggur dilakukan di dalam tangki kayu yang besar
atau tangki beton, tetapi kebanyakan wine modern sekarang menggunakan tangki stainless
steel yang canggih dengan fasilitas pengontrol suhu, alat pembersih dan lainnya. Anggur
putih secara umum difermentasi pada suhu 10 210C pada 7-14 hari atau lebih, sedangkan
Anggur merah difermentasi antara 3 5 hari dengan suhu antara 24 270C. Pada fermentasi
ini yeast yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae yang diinokulasi dalam jus dengan
populasi 106-107 cells/ml.
Menurut Hotmaka and Ebner (1995) alcohol merupakan cairan yang mempunyai sifat fisik
sebagai berikut :
a. Berbentuk cair
b. Tidak berwarna
1) Pemecahan rantai carbon melalui jalur EMP (Embden Mayorhof Parnas) menghasilkan karbon
teroksidasi yaitu asam viruvat. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Pada fermentasi alcohol bahan-bahan yang mengandung Monosakarida (glukosa) langsung dapat
difermentasi, akan tetapi Disakarida, Pati maupun Karbohidrat Komplek harus dihidrolisis terlebih
dahulu menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana
3. Fermentasi Malolactic
Fermentasi ini terjadi alami 2 sampai 3 minggu setelah fermentasi alkohol selesai, dan
berakhir 2 sampai 4 minggu. Reaksi ini mengubah dekarboksilasi L-malic acid menjadi L-
lactic acid dengan menurunkan kadar keasaman wine dan menaikkan pH antara 0,3 sampai
0,5. Penurunan kadar keasaman dengan fermentasi ini membuat wine lebih lembut, rasa yang
matang dan rasa yang lebih menarik. Tidak semua jenis wine memerlukan proses fermentasi
malolactic.
Beri peringkat:
12 Votes
Terkait
This entry was posted on 14 Juni 2010. It was filed under PANGAN PENGOLAHAN .
18 responses
1.
gali
Balas
3.
sonia
Balas
4.
nur djoyomiarjo
Balas
5.
puhan
Balas
6.
wido wantomo
Balas
Himawan
Kamir Saccharomyces cerevisiae, bisa agan dapat dario ragi roti.jadi
fermentasinya pake ragi roti ganitu pengalamanku
Balas
7.
Zainal Muttaqien
Balas
8.
mila
Balas
ito
Balas
9.
bunda nadiim
Saya penggemar wine, sy tinggal di kota kecil dan kampung sekali (palabuhan ratu).
Saya ada toko langganan yg jual white wine belakangan di jual merek yg berbeda dari
biasa. Dan rasanya apek ( seperti bau kecoak). Tapi efeknya sama setelah sy minum
wine yg sblmnya. Bahaya nggak ya klo terus dapat wine yg apek tadi?
Balas
10.
kiozpulsa.com
Balas
11.
ragi roti bermerek (fermipan. red) itu menurut sy paling cucok klo digunakan utk
fermentasi wine krna jenis saccharomyces cerevisiae nya utk jenis fermentasi sereal.
udh brpa kali nyoba berhasil terus. bagus infonya
Balas
o
dafxie88
Om minta komposisi y dong kalo pake buahvita racikan y gimn dong bls y
bisa via email om dafxie88@gmail.com
Makasih ya om
Balas
12.
anonim
udah di buuat
ALKOHOLNYA KETINGGIAN.
Balas
13.
Sangat bagus pemaparannya dan Bagaimana cara membuat wine dari buah naga yang
enak dan khas?
Balas
14.
aris
wah kayaknya gampang2 susahpengen nyoba juga sich,tp ntar takut keracunan
waktu pas nyobain,kan pembuatnya amatir, tapi ada yg bilang kalo pake ragi ntar
aromanya kayak tape ??betulkah ?? trus kalo pake anggur hitam bisa ga ya ??
Balas
15.
okey
info mikroba fermentor yang lebih banyak
Balas
Tinggalkan Balasan
Blog Stats
3,546,421 hits
Cari
KATEGORI TULISAN
Tulisan Teratas
Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan
tulisan-tulisan baru melalui email.
Tulisan Terakhir
Mohon maaf jika artikel yang di sajikan berasal dari banyak sumber, sumber yang masih utuh saya
tampilkan sumber aslinya, tapi seringkali saya lupa, mohon di maafkan. saya coba perbaiki terus
kualitas dan kuantitas blog ini.
BE SMILE LAH
Blog di WordPress.com.