Anda di halaman 1dari 31

Made Primantara 1708611034

I Nyoman Arya P. Megantara 1708611044


Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan
Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai;
2. Pelayanan farmasi klinik
Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan

1. Permenkes no 72 th 2016
2. HK.02.02 / MENKES / 137 / 2016
3. Permenker RI no 63 th 2014
Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan
Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan

1. Metode Konsumsi
2. Metode Morbiditas
Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan

1. Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi


2. Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi
3. Kombinasi ABC dan VEN
4. Revisi daftar perbekalan farmasi
Penerapan Sistem Pengadaan
FISHBONE ANALYSIS di Era JKN dalam Menjamin
Ketersediaan Dan
Keterjangkauan Obat di
Rumah Sakit
Formularium
Teknik Evaluasi Tupoksi
Nasional
dalam Apoteker di
Formularium
Perencanaan R.S
R.S

Tata cara Metode yg


UU tentang
membeli digunakan
pekerjaan
Sediaan dalam
kefarmasian
Farmasi di menentukan
di R.S
era JKN Perencanaan

1. E-Purchasing
SWOT ANALYSIS

Strength Dapat bekerja sama sebagai teamwork

Wawasan dan pegalaman terkait dengan


tugas yang diberikan masih sedikit
Weakness sehingga diperlukan sudi literatur yang
lebih banyak

Informasi terkait dapat diakses dengan


mudah lewat internet
Opportunity Mengikuti perkuliahan Farmasi Rumah
Sakit
Memiliki refrensi dari kakak kelas terkait
tugas yang diberikan

Tuntutan untuk memahami peraturan


Treat perundang undangan dan tupoksi apotejer
di rumah sakit
TIME TABLE
No Keterangan 1 2 3 4 5 6

1 Tentukan target (goal)

2 Definisi permasalahan

3 Mengkaji tupoksi apoteker di rumah sakit

4 Mengkaji tentang UU pekerjaan kefarmasian


di R.S
5 Mengkaji Formularium Nasional dan
Formularium R.S
6 Mendiskusikan metode yang digunakan dalam
menentukan pengadaan
7 Mendiskusikan teknik evaluasi yang
digunakan dalam menentukan pengadaan
8 Tata Cara Membeli Sediaan Farmasi di Era
JKN
9 Revisi Hasil
Target: Penerapan Sain Farmasi Pada Fungsi Dan Peran Apoteker
Dalam Pengadaan Sediaan Farmasi Di Rumah Sakit
Menjamin Ketersediaan Dan Keterjangkauan Obat Berkaitan
Dengan Sistem JKN
Problem :
1. Apa saja Tupoksi Apoteker di Rumah Sakit dan Undang-Undang yang
melatar belakanginya?
a. Bagaimana pengelolaan sediaan farmasi di Rumah Sakit
khususnya pada bagian pengadaan?
b. Apakah yang menjadi dasar dari pemilihan sediaan farmasi di
Rumah Sakit?
c. Apasajakah pedoman dari perencanaan kegiatan yang perlu
dipertimbangkan sehingga dapat menjamin ketersediaan dan
keterjangkauan obat di Rumah Sakit?
d. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadaan
sediaan farmasi di Rumah Sakit?
Lanjutan Problem

2. Metode perhitungan apa saja yang dapat digunakan menjamin pengadaan sediaan
farmasi di Rumah Sakit tersedia dan terjangkau?
3. Bagaimanakah Teknik Evaluasi Perencanaan untuk menjamin pengadaan sediaan
farmasi di Rumah Sakit tersedia dan terjangkau?
4. Bagaimana hubungan sistem JKN dengan sistem pengadaan sediaan farmasi di
Rumah Sakit?
5. Bagaimanakah Cara Memesan Sediaan Farmasi di Era JKN?
Pasal 2:
Tujuan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pasal 3 Ayat 1:
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan
2. Pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengkajian dan pelayanan Resep;


b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu.

Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan


formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan
kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah
Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi.
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan
i. administrasi.
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
ini berdasarkan:

a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;


b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah ditetapkan;
c. pola penyakit;
d. efektifitas dan keamanan;
e. pengobatan berbasis bukti;
f. mutu;
g. harga; dan
h. ketersediaan di pasaran.
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. anggaran yang tersedia;


b. penetapan prioritas;
c. sisa persediaan;
d. data pemakaian periode yang lalu;
e. waktu tunggu pemesanan; dan
f. rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain),
atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
1. Metode Ekonomi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data
riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi
dana
2. Metode Morbiditas/Epidemiologi
Dinamakan metode morbidotas karena dasar perhitungan adalah jumlah
kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan
(morbidity load) yang harus dilayani.
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu
tunggu (lead time).
1. Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
Prinsip utama adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke
dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran/rupiah
terbanyak
2. Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi
Menentukan prioritas kebutuhan suatu perbekalan farmasi. Yakni dengan
menetukan apakah suatu jenis perbekalan farmasi termasuk vital (harus
tersedia), esensial (perlu tersedia), atau non-esensial (tidak prioritas untuk
disediakan).
3. Kombinasi ABC dan VEN
Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas utama untuk dikurangi atau
dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat
kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NA
menjadi prioritas berikutnya. Hal yang sama juga dilakukan pada kategori EC,
EB, dan EA
4. Revisi daftar perbekalan farmasi
Memberikan kriterianya perbekalan farmasi atau nama dagang lalu dilakukan
seleksi apakah dapat dikeluarkan dari daftar.
Berdasarkan KEMENKES nomer 523 tahun 2015 tentang TENTANG
FORMULARIUM NASIONAL pada Diktum kedua dan ketiga memutuskan:

Formularium Nasional sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu


merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)

Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Formularium


Nasional, dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan
komite medik atau Direktur Utama Rumah Sakit setempat.
Berdasarkan pada PERMENKES nomor 137 tahun 2016 tentang PERUBAHAN
ATAS KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
HK.02.02/MENKES/523/2015 TENTANG FORMULARIUM NASIONAL
dalam lampiran Petunjuk Penggunaan Formularium Nasional Menyebutkan:

Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh Komite Nasional
Penyusunan Formularium Nasional didasarkan pada bukti ilmiah terkini,
berkhasiat, aman, dan harga terjangkau yang disediakan serta digunakan
sebagai acuan untuk penulisan resep dalam sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement merupakan pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan barang/jasa secara elektronik atau E-Procurement dapat dilakukan
dengan E-Tendering atau E-Purchasing dan diatur dalam PERMENKES
nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog
Elektronik (E-Catalog)
Prinsip pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012, yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
1. Tujuan
Prosedur ini dibuat untuk Menjamin Ketersediaan Dan Keterjangkauan Obat Dalam
Pengadaan Sediaan Farmasi Di Rumah Sakit dalam Sistem JKN
2. Penanggung Jawab
Kepala instalasi farmasi rumah sakit
3. Prosedur
1. Perencanaan
Melakukan kompilasi penggunaan obat setiap bulan
Melakukan anilisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang akan
diadakan
Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk
menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang diadakan memenuhin persyaratan mutu
Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan dan
prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta frekuensi pengadaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan
2. Pengadaan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan harus telah memiliki izin edar atau
nomor registrasi
Mencatat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sisa persediaannya sudah sampai
jumlah persediaan pada titik pesan
Dalam menetapkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan selalu
dengan pertimbangan penggunaan obat, harga dan ketersediaan anggaran atau dengan
menggunakan Analisa pareto-ABC atau Analisa ABC-VEN
Membuat surat pesanan minimal rangkap 2 (dua) kepada masing-masing distributor
dengan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan didasarkan pada data
perencanaan yang telah dibuat dan data monitoring/seleksi distributor
Surat pesanan harus ditanda tangan oleh kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
Untuk pesanan Narkotika menggunakan form khusus surat pesanan narkotika
3. Penerimaan
Memeriksa legalitas faktur dan surat jalan antara lain mecakup: Identitas pemesanan
dan identitas distributor
Mencocokkan faktur dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima,
mencakup: kesesuaian nama sediaan farmasi dan alat kesehatan, jumlah kebenaran
harga, keutuhan, kemasan kebenaran label, tanggal kadaluwarsa. Apabila sudah
sesuai disimpan
Memberi paraf stempel pada faktur penerimaan sediaan faramasi dan alat kesehatan
Menginformasikan kepada distributor apabila terjadi ketikasesuain agar dilakukan
perbaikan
Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi dan alat
kesehatan di dalam kartu stok

Anda mungkin juga menyukai