Anda di halaman 1dari 12

KLIPING

TENTANG
USAHA-USAHA MENJAGA PERSATUAN dan
KESATUAN BANGSA YANG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH dan MASYARAKAT

Disusun Oleh
NAMA : IVANDER BINTANG FEDORA
KELAS : VA
No. ABSEN : 29

SDN KEMIRIREJO 3 MAGELANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Di dalam makalah ini, saya beserta kelompok saya telah berusaha
menguraikan sebaik mungkin semua hal yang berkaitan dengan Peran
Pemerintah dalam Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan NKRI. Besar
harapan saya dan kelompok saya agar pembaca mampu memahami lebih
jauh tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Akan tetapi, saya beserta kelompok saya menyadari bahwa di dalam
makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan yang tentunya
mengakibatkan makalah ini masih dikatakan jauh dari sempurna. Maka dari
itu, diharapkan pembaca dapat memaklumi serta memberi kritik dan saran
yang membangun demi terwujudnya makalah yang lebih baik di masa yang
akan datang.

Magelang, 05 November 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang mencakup


lebih dari 17.500 pulau, baik yang berpenghuni dan memiliki nama, maupun
yang tidak berpenghuni dan belum memiliki nama. Indonesia memiliki garis
pantai terpanjang 81.000 KM, setelah Kanada. Dari keseluruhan pulau yang
dimilikinya, Indonesia memiliki 92 pulau terluar (TERDEPAN) yang tersebar
di 19 provinsi. Sebanyak 67 pulau di antaranya berbatasan langsung
dengan negara lain dan 12 pulau di antaranya rawan diklaim oleh negara
lain.[
Indonesia, dalam pandangan Nurcholish Madjid (1939-2005),
merupakan bangsa yang sukses. Bagaimana tidak? Indonesia adalah
bangsa yang mampu mempertautkan solidaritas kultural, merangkum tak
kurang dari 250 kelompok etnis dan bahasa, di sekitar 17.500 pulau. Dari
sekian banyak etnis dan bahasa, Indonesia mampu menghadirkan
suatulingua franca yang mampu mengatasi isolasi pergaulan antarsuku.
Sebelum negeri ini merdeka, para pendiri bangsa merumuskan cara
untuk mengikat suku bangsa dalam sebuah negara kebangsaan. Tepatnya
sebelum pidato 1 Juni 1945, mereka berkumpul dan menyepakati persatuan
sebagai landasan negara Indonesia merdeka. Bahkan, Muhammad Yamin
secara tersirat menyinggung "negara kebangsaan" yang mengandaikan
kedaulatan yang berfungsi memberi perlindungan dan pengawasan pada
putra negeri serta kesempatan luas berhubungan dengan negara lain.
Dalam nada lain, Sosrodiningrat menegaskan bahwa persatuan
berarti bebas dari rasa perselisihan antar golongan, pertikaian antar individu
dan suku. Saat yang sama, perhatian, penghargaan, dan penghormatan
terhadap corak dan bentuk kebiasaaan kelompok lain menjadi penting
untuk menopang persatuan ini.
Persatuan merupakan kata yang penting di dalam Indonesia yang
beragam dalam hal agama, suku, etnis dan bahasa. Pentingnya persatuan
sebagai landasan berbangsa dan bernegara Indonesia bukan hanya
bertumpu pada perangkat keras seperti kesatuan politik (pemerintahan),
kesatuan teritorial, dan iklusivitas warga, akan tetapi juga memerlukan
perangkat lunak berupa eksistensi kebudayaan nasional. Bahwa persatuan
memerlukan apa yang disebut Soekarno sebagai "identitas nasional",
"kepribadian nasional", dan "berkepribadian dalam kebudayaan".
Akar nasionalisme Indonesia sejak awal justru didasarkan pada
tekad yang menekankan cita-cita bersama di samping pengakuan sekaligus
penghargaan pada perbedaan sebagai pengikat kebangsaan. Di Indonesia,
kesadadaran semacam itu sangat jelas terlihat. Bhinneka Tunggal Ika
("berbeda-beda namun satu jua") adalah prinsip yang mencoba
menekankan cita-cita yang sama dan kemajemukan sebagai perekat
kebangsaan. Dalam prinsipnya, etika ini meneguhkan pentingnya komitmen
negara untuk memberi ruang bagi kemajemukan pada satu pihak dan pada
pihak lain pada tercapainya cita-cita akan kemakmuran dan keadilan
sebagai wujud dari tujuan nasionalisme Indonesia.
Prinsip Indonesia sebagai negara "bhineka tunggal ika"
mencerminkan bahwa meskipun Indonesia adalah multikultural, tetapi tetap
terintegrasi dalam keikaan dan kesatuan. Namun, realitas sosial-politik saat
ini, terutama setelah reformasi, menunjukkan situasi yang
mengkhawatirkan: konflik dan kekerasan berlangsung hanya karena
persoalan-persoalan yang sebetulnya tidak fundamental tapi kemudian
disulut dan menjadi isu besar yang melibatkan etnis dan agama
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang


akan dibahas dalam makalah ini yaitu Persoalan Wilayah Perbatasan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjabaran Masalah

2.1 Persoalan Wilayah Perbatasan


Wilayah perbatasan yang meliputi wilayah daratan dan perairan
merupakan manifestasi kedaulatan suatu negara. Letak strategis
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berada
diantara dua benua yaitu benua Australia dan benua Asia serta diapit
oleh dua samudera yaitu samudera Hindia dan Samudera Pasifik
merupakan kawasan potensial bagi jalur lalu-lintas antar negara.
Sebagai negara kepulauan Indoneia memiliki 17.505 pulau yang
tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan perbandingan luas
daratan dan perairan yaitu 1:3. Dengan jumlah pulau yang banyak
ternyata menimbulkan berbagai pemasalahan seperti kaburnya batas-
batas wilayah negara (sengketa pulau sipadan-ligitan, sengketa blok
Ambalat), penyelundupan barang dan jasa, pembalakan liar (Illegal
Logging), Perdagangan manusia (Traffic King), Terorisme, maraknya
kejahatan trans nasional (Transnational Crimes) serta eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam. Selain permasalahan diatas masih
terdapat kekurang sigapan Pemerintah RI dalam menjaga integritas
wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
indikasinya adalah terhadap +/- 17.505 pulau yang dipublikasikan
selama ini belum didukung oleh data secara resmi mengenai nama
dan posisi geografisnya. Terlebih, informasi tentang data pulau-pulau
hingga saat ini berbeda-beda antara satu lembaga dengan lembaga
lainnya. LIPI menyebutkan ada 6.127 nama pulau pada tahun 1972,
Pussurta (Pusat Survey dan Data) ABRI mencatat 5.707 nama pulau
pada tahun 1987, dan pada tahun 1992, Bakosurtanal menerbitkan
Gazetteer nama-nama Pulau dan Kepulauan Indonesia sebanyak
6.489 pulau yang bernama. Perbedaan data tersebut mencerminkan
bahwa Indonesia masih lemah dalam pengelolaan wilayah lautnya,
karena dari 17.508 pulau yang diklaim Indonesia hanya beberapa
persen saja yang sudah memiliki nama.
Maka tidak heran selama ini banyak terjadi klaim wilayah kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonsia (NKRI) oleh negara tetangga
yaitu Malaysia. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi kedua negara
yang sama-sama merupakan negara maritim yang mana wilayah
negaranya terdiri dari wilayah perairan dan kedekatan wilayah antara
kedua negara seringkali menyebabkan kaburnya batas-batas
kedaulatan diantara RI dan Malaysia. Sebagai contoh kaburnya batas
wilayah negara di daerah entikong kalimantan barat dengan wilayah
sabah dan serawak yang merupakan wilayah negara bagian
Malaysia, masalah perbatasan wilayah antara Indonesia dan Malaysia
di perairan sebelah Pulau Sebatik masih berlarut-larut

2.2 Penanganan/ Penyelesaian Masalah


Sebagai Negara yang cukup besar, Indonesia harus mampu
untuk mempertahankan keutuhan Persatuan dan Kesatuan Negeri
ini. Peran sinergis dari lembaga-lembaga negara (Deplu, Dephan,
POLRI) dan Kekuatan TNI yang didukung oleh Badan Koordinasi
Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakorkamla RI) dengan
departemen sejenis yang dimiliki oleh pemerintah negara-negara
tetangga merupakan pos yang sangat strategis sebagai upaya dalam
menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Oleh sebab itu strategi pengembangan
kawasan perbatasan yang berbasis koordinatif diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan diwilayah perbatasan yang pada
tujuannya dapat menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayah
kedaulatan NKRI dari segala ancaman, hambatan dan tantangan baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Melihat realita yang terjadi
terhadap kondisi wilayah perbatasan Indonesia yang semakin
terancam maka langkah kongkret aktualisasi pilar-pilar strategis
memperkuat kedaulatan wilayah NKRI adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan ketentuan pasal 25 A UUD 1945 yang berbunyi,
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. disini
berarti instrumen negara yang terdiri dari Deplu. TNI, Polri,
Departemen Pertahanan mempunyai kewenangan legislasi
seyogyanya sinergis dan responsif atas permasalahan yang
berkenaan dengan ancaman terhadap perbatasan dan kedaulatan
NKRI ke dalam Prolegnas (Program Legislasi Nasional). Upaya ini
dapat ditempuh dengan jalan mengkaji masalah perbatasan NKRI
dengan instansi atau departemen lain yang terkait agar segera
mengajukan RUU tentang wilayah perbatasan NKRI kepada DPR
untuk segera dibahas dan ditetapkan sebagai undang-undang
yang substansinya mampu mengakomodir segala kepentingan
nasional bangsa Indonesia yang berkaitan dengan perbatasan
wilayah NKRI yang meliputi wilayah daratan maupun perairan.
2. Mengubah paradigma pola strategi pengembangan kawasan
perbatasan yang hanya menekankan pada aspek keamanan
(Security Approach) menjadi pola pengembangan kawasan
perbatasan yang bersifat partisipatif untuk menciptakan keamanan
dan kesejahteraan bagi masyarakat yang berada didaerah
perbatasan baik dibidang politik, ekonomi, sosial/budaya,
pertahanan dan keamanan. Hal ini dimaksudkan bahwa,
Partisipasi dari para pihak (Pemerintah daerah, mayarakat, pelaku
usaha, LSM/NGO yang bergerak di bidang perlindungan Sumber
Daya Alam) diharapkan mampu menciptakan stabilitas nasional
yang mantap dan dinamis sebagai modal dasar terciptanya
pembangunan nasional dan wujud dari pelaksanaan tata
pemerintahan yang baik (good governance).
3. Membangun startegi pengembangan kawasan perbatasan yang
berbasis Multy stake holders participation. hal ini dimaksudkan
untuk menempatkan peran serta dari warga negara tidak hanya
sebagai obyek pembangunan akan tetapi juga sebagai subyek
atau aktor penggerak pembangunan nasional yang besifat
menyeluruh. Oleh sebab itu kerangka pembuatan kebijakan yang
bersifat bottom-up akan memberikan dampak yaitu terciptanya
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
4. Mengadakan kerjasama dengan Instansi/Departemen lain yang
terkait untuk melakukan Pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat di kawasan perbatasan sangat
diperlukan dalam rangka menanggulangi kemiskinan,
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat
dalam segala aspek jasmani, rohani, dan sosial. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat selain dilakukan melalui subsidi
pendidikan, (penanaman nilai-nilai wawasan nusantara,
pendidikan bela negara) dan penyuluhan, juga harus diikuti
dengan penyediaan infrastruktur dasar seperti penyediaan fasilitas
kesehatan, pemukiman layak huni, air bersih, dan listrik serta
tempat kegiatan usaha yang sesuai dengan sumber daya yang
tersedia di lingkungannya.
5. Mengadakan kerjasama dengan aparat penegak hukum,
Pemerintah Daerah, instansi/Departemen, LSM/NGO, dan
masyarakat untuk membentuk badan pengawas daerah
perbatasan serta mengoptimalkan pos-pos penjagaan dengan
fasilitas (sarana dan Prasarana) yang memadai. Disamping itu
peningkatan kualitas Sumber daya Manusia dan profesionalisme
juga diperlukan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah.
6. Urgensi peran Bakorkamla untuk berkoordinasi dengan
Departemen Luar Negeri untuk mendorong dan mewujudkan
pelaksanaan diplomasi yang lebih arif, objektif dan konstruktif
sebagai landasan penerapan good neighbouring policy yang perlu
dilakukan secara resiprokal dan komprehensif. Hal ini diperlukan
mengingat substansi perbatasan, isu-isu sengketa wilayah juga
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor perbedaan kondisi sosial-
budaya, ekonomi, serta kemampuan pengawasan terhadap
wilayah perbatasan yang dimiliki kedua negara. Oleh karenanya,
urgensi border dispute settlement dipandang penting mengingat
pengaruhnya yang kuat terhadap stabilitas kawasan.
Implementasi pilar-pilar strategis pengembangan kawasan
perbatasan yang bersifat partisipatif dan holistik yang dijalankan
oleh segenap in strumen negara yang bersinergi dengan
masyarakat diharapkan mampu meningkatkan peran serta dari
masyarakat, LSM, dan instrumen negara dalam menjaga dan
mempertahankan keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa masih terdapat


kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penjagaan terhadap
kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang meliputi wilayah daratan dan perairan. Badan Koordinasi
Keamanan Laut (Bakorkamla RI) sebagai bagian dari kekuatan militer
dan institusi negara yang lain seperti Deplu, Dephan, TNI dan Polri
mempunyai peran strategis untuk menjaga dan mempertahankan
wilayah perairan Republik Indonesia dari segala bentuk ancaman
baik yang sifatnya intern maupun ekstern.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Uraian di atas secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keutuhan NKRI tidak hanya bermakna wilayah melainkan
mencakup aspek sumber daya alam, sumber daya manusia dan
seluruh khasanah budaya bangsa. Seluruh aspek harus dijaga
dari gangguan pihak luar dan pihak dalam.
2. Perlu upaya sungguh-sungguh dan terencana untuk menjaga
keutuhan NKRI. Salah satunya dengan membangun budaya sadar
arsip oleh seluruh komponen bangsa.
3. Arsip adalah aset bangsa yang sangat penting dan tak tergantikan
karena di dalamnya terekam data seluruh aspek keutuhan NKRI.
Arsip akan menjadi bukti jika aspek-aspek tersebut dipersoalkan
pihak lain. Arsip juga akan menjadi pusat memori dan sumber
referensi bagi generasi mendatang untuk mengawal keutuhan
NKRI.

3.2 Saran
Untuk Pemerintah Segera menuntaskan Permasalahan yang terdapat
di wilayah perbatasan-perbatasan Negara tetangga.
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanberbagaimakalah.blogspot.com/2013/12/makalah-upaya-
menjalin-kesatuan-dan.html

http://singgihcongol.wordpress.com/artikel-2/persatuan-dan-kesatuan/

http://www.scribd.com/doc/37574458/1/A-Latar-Belakang-Masalah

http://aliflukmanulhakim.wordpress.com/2013/04/22/pancasila-sebagai-
perekat-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/

Anda mungkin juga menyukai