Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOLOGI LAUT

KAJIAN EKONOMI PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU


KARANG
(Studi Kasus di Kawasan Taman Wisata Alam Laut Gili Indah Kabupaten
Lombok Barat,Propinsi Nusa Tenggara Barat)

DI SUSUN OLEH :

WIWIK FITRIANI ( G1A011035 )

YUYUK GOMALAPORI ( G1A011036 )

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber daya terumbu karang dan kehidupan biota laut yang berkaitan
dengannya adalah salah satu kekayaan alam indonesia yang sangat penting baik mutu
maupun jumlahnya sangat mengesankan.Indonesia adalah tempat bagi sekitar 1/8 dari
terumbu karang dunia.Terumbu karang menjadi mata pencaharian utama bagi ratusan
hingga ribuan nelayan indonesia yang subsisten da sebagai salah satu sumber pengaman
pangan pada waktu paceklik,penahan terhadap erosi gelombang laut,karena itu
melindungi kawasan pemukiman pantai,lahapenyelam dan n,pertanian dan
wisata.Terumbu karang menjadi sumber devisa yang diperoleh dari para wisata bahari
lainnya (Caesar,1997).
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu kawasan fungsi lindung di
daerah pantai disamping garis sempadan pantai,ekosistem magrove,ekosistem lamun
dan kawasan spesies yang dilindungi lainnya yang mengacu kepada UU no.5 tahun
1990 (Sugandhy,1992).Sebagai kawasan fungsi lindung ekosistem terumbu karang
mengemban tugas sebagai perlindungan terhadap proses-proses ekologis dan sistem
penyangga kehidupan,sebagai pengawetan keanekaragaman sumber plasma nutfah dan
berfungsi dalam memajukan usaha peneitian,pendidikan,dan pariwisata.
Dalam strategi dunia mengenai konservasi
(IUCN/UNEP/WWF,1980).Ekosistem terumbu karang diidentifikasikan sebagai salah
satu komponen utama yang sangat penting sebagai penunjang berbagai macam
kehidupan yang dibutuhkan dalam produksi makanan,kesehatan dan berbagai aspek
dari kehidupan manusia dan juga dalam pembangunan yang berkelanjutan
(Suharsono.1998).Manfaat yang terkandung didalam ekosistem terumbu karang sangat
besar dan beragam,baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung
Namun ekosistem terumbu karang mengalami tekanan yang sangat tinggi akibat
dari kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang tidak bersahabat dengan lingkungan yang
kesemuanya mencerminkan rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
pengguna akan kemampuan daya dukung suatu ekosistem dalam mengantisipasi
pemanfaatan.sebagai akibat ketidaktahuan dan ketidaksadaran dalam pemanfaatannya,
Kerusakan terumbu karang yang telah terjadi di beberapa kawasan pantai
diindonesia menjadi keprihatinan banyak pihak akan keberlanjutan fungsi ekosistem
tersebut.Kerusakan karang terjadi karena faktor-faktor alam,akan tetapi faktor-faktor
antrofogenik mempunyai andil yang besar.Menurut Garces (1992) sumber sumber
kerusakan karang dapat dikelompokkan sebagai aktivitas ekonomi yang terdiri dari
kegiatan perikanan,pembangunan di daratan di samping wilayah pesisir dan rekreasi
serta pariwisata.
Pulau lombok sebagai salah satu dari pulau terbesar di propinsi Nusa tenggara
Barat (NTB) memiliki sebaran terumbu karang cukup luas pada kedalaman 3,50
meter.Dibeberapa kawasan dipesisir barat pulau lombok penyebab kerusakan terumbu
karang yang dominan adalah:A.penambangan karang (coral mining),b.penggunaan
bahan peledak (Bom),c.bahan beracun dan tehnik-tehnik lainnya yang dapat merusak
dalam penangkapan ikan dikawasan terumbu karang. Permasalahan kerusakan
ekosistem terumbu karang tersebut diduga lebih disebabkan oleh a)kurangnya
kesadaran penduduk lokal dalam menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang.b)
kebijakan pemerintah yang belum menunjukkan perhatian optimal dalam
memprtahankan sistem alami dan kualitas lingkungan kawasan pesisir,c)Lemahnya
penegak hukum terhadap perlindungan sumberdaya alam di kawasan pesisir khususnya
ekosistem terumbu karang dan d)ketidakberdayaan penduduk lokal menghadapi
tantangan ekonomi yang sangat berat (Maryunani,1999).

1.2. Tujuan Makalah


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Mengetahui tingkat pemanfaatan ekosistem terumbu karang.
Mengetahui nilai ekonomi total dari manfaat ekosistem terumbu karang.
Mengkaji alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang yang optimal dan
berkelanjutan.

1.3. Manfaat
Dapat memberi informasi mengenai terumbu karang, baik fungsi dan manfaatnya
bagi masyarakat.
Dapat mengetahui penyebab kerusakan terumbu karang yang selama ini telah
terjadi.
Dapat meningkatkan kesadaran serta ikut terlibat dalam menjaga kelestarian
terumbu karang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Terumbu Karang


Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan
laut. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu
membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon.
Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di
kolom perairan laut. Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di
dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu
berjuta tahun. Tergantung dari jenis dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya
hanya tumbuh beberapa milimeter saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saja
saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam. Terumbu Karang menjadi
rumah bagi ribuan spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam kondisi tidak baik
atau bahkan hancur, bisa dibayangkan berapa banyak makhluk hidup yang terancam
punah. Terumbu karang lebih banyak mengandung hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan
seperti ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang,
sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan waktunya
di terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis
ikan karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan
memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan tempat
persembunyian yang baik bagi ikan. Terumbu karang adalah tempat hidup banyak jenis
ikan yang warnanya indah.
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe
terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun
terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk
karang.
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang
membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di
atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan
tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan
fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu
karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan
fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air
dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.

2.2. Struktur Karang


Sama halnya dengan hutan mangrove, terumbu karang merupakan suatu ekosistem
khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Pada dasarnya terumbu dibentuk dari
endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang
pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup
bersimbiosis dengan Zoxantellae dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta
organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Bengen, 1999). Koloni karang
terumbu dengan polip-polip yang bertunas menjadi polip baru secara aseksual. Koloni
baru dibentuk melalui menetapnya suatu larva planula plantonik, yang merupakan hasil
reproduksi (Nyabakken, 1992). Meskipun karang adalah binatang (phylum Coelenterate),
terumbu karang bukanlah komunitas heterotrofik melainkan suatu ekosistem lengkap
dengan struktur trofik yang mencakup biomasa tumbuh-tumbuhan hijau yang banyak
(Odum, 1998).

2.3. Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya


Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang
batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi
pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan
kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap
perubahan lingkungan.
2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang.
Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di
sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef,
terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya
dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu
karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.

2.4. Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya


Terumbu karang umumnya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
a. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai
dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai
yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken
(Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

b. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)


Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52
km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter.
Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai
puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar
atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan
Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai
(Sulawesi Tengah).

c. Terumbu karang cincin (atolls)


Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau
vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

d. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)


Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat
island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam
kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan
berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh:
Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem


Terumbu Karang
1. Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan laut yang
isoterm pada suhu 20 C, dan tidak ada terumbu karang yang berkembang di bawah suhu
18 C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata
tahunan 23-25 C, dan dapat menoleransi suhu sampai dengan 36-40 C.
2. Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30
tetapi di bawah 35 Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang
mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas.
Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang
di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
3. Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh
zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat
hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di
kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang
menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di
permukaan.
4. Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi
cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
5. Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak
struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu
karang lebih berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat
memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya
pengendapan pada koloni atau polip karang.
6. Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan
bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif
apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang
sehingga berakibat pada kematian karang.
7. Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan faktor
pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.

3.2. Pemanfaatan Ekosistem Terumbu Karang


Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 50.000 km2, dan mempunyai
keanekaragaman jenis dan produktivitas primer yang tinggi. Namun dibalik potensi tersebut,
aktivitas manusia dalam rangka pemanfaatan potensi sumberdaya alam di daerah pantai, baik
secara langsung maupun tidak langsung sering merusak terumbu karang. Menurut Supriharyono
(2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang :

1. Perikanan terumbu karang


Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang. Bahkan
keanekaragaman karang dapat mencerminkan keanekaragaman jenis ikan. Semakin
beranekaragaman jenis karang akan semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di
ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada
pengelolaan ekosistem terumbu karang.

2. Aktivitas pariwisata bahari


Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-daerah wisata bahari, maka di
indonesia telah di bentuk suatu kerjasama pengembangan kepariwisataan (Tourism
Development Corporation). Adapun tugas badan ini diantaranya adalah : a). menjaga daya
tarik masyarakat terhadap pengembangan pariwisata; b). Membantu pengusaha menepati
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dan c). Pengadaan dana pinjaman untuk
pembangunan infrastruktur.

3. Aktivitas pembangunan daratan


Aktivitas pembangunan di daratan sangat menentukan baik buruknya kesehatan terumbu
karang. Aktivitas pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik di daerah pantai akan
menimbulkan dampak terhadap ekosistem terumbu karang. Beberapa aktivitas seperti
pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan, intensifikasi pertanian, bersama-sama
dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang jelek pada umumnya akan
meningkatkan kekeruhan dan sedimentasi di daerah terumbu karang.

4. Aktivitas pembangunan di laut


Aktivitas pembangunan di laut seperti pembangunan dermaga, pelabuhan, pengeboran
minyak dan aktivitas lainnya seperti penambangan karang, pengambilan pasir, dan
pengambilan karang dan kerang secara terus-menerus untuk cinderamata baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat membahayakan kehidupan terumbu karang. Konstruksi pier dan
pengerukan alur pelayaran menaikkan kekeruhan, sedangkan eksploitasi dan produksi minyak
lepas pantai, dan tumpahan minyak tanker akan membahayakan kehidupan karang.

3.3. Pengelolaan Terumbu Karang


Sebagai suatu ekosistem yang sangat produktif, terumbu karang kaya akan
keanekaragaman jenis (biodiversity) dan merupakan panorama di dasar laut yang sangat
indah, sehingga tidak hanya sebagai sumber makanan dan pelindung pulau terhadap
gempuran ombak, tetapi juga sebagai sumber devisa negara dan tempat rekreasi yang menarik
( Soekarno, 1995).
Perkembangan penduduk yang cepat dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir termasuk terumbu karang mengalami
degradasi seperti (Dahuri, et.al., 1996) : a) kegiatan penambangan terumbu karang dapat
menyebabkan peningkatan erosi pantai dan berbagai kerusakan pantai lainnya, b) terjadi
secara alami misalnya oleh badai dan pemangsaan predator, c) siltasi dan sedimentasi yang
diakibatkan oleh pengerukan, penimbunan dan kegiatan pembangunan kontruksi, d)
penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh perubahan salinitas suhu dan pencemaran, e)
pemasukan air tawar dengan volume yang sangat besar sebagai hasil pemindahan aliran
sungai dan pembuangan limbah cair dan banjir, f) penangkapan ikan yang bersifat merusak
seperti penggunaan bahan peledak, racun dan alat tangkap non selektif, seperti trawl dan
muroami, g) akibat penancapan jangkar dari kapal-kapal wisata atau terinjak-injak oleh
wisatawan yang berkunjung ke daerah terumbu karang, termasuk kegiatan selam yang tidak
bertanggung jawab, h) eksploitasi berlebihan terhadap salah satu jenis karang yang digunakan
sebagai hiasan dan batu permata sebagai cinderamata.

3.4. Pariwisata dan Konservasi


Pariwisata dan konservasi merupakan kegiatan yang saling menunjang, sehingga dari segi
ruang dan waktu dapat dipadukan. Pariwisata bahari memerlukan keaslian dan keindahan flora
dan fauna yang sebagian berasal dari kawasan konservasi, sebaliknya kawasan konservasi
terlindungi apabila masuk dalam kawasan pariwisata.
Menurut Halim (1998), pengelolaan kawasan konservasi laut diperlukan zona tertentu untuk
menunjang mata pencaharian masyarakat pesisir, maupun kegiatan lainnya sesuai dengan azas
kelestarian. Selanjutnya pengelolaan tersebut disadari tiga aspek konservasi : (1) perlindungan
ekosistem penyangga kehidupan (2) pengawetan plasma nutfah, dan (3) pelestarian pemanfaatan.
Kawasan konservasi laut yang sedang dikembangkan di Indonesia seperti yang tertuang pada
Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang kawasan Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam adalah (Ditjen PHPA Departemen Kehutanan, 1994) :
a. Kawasan Suaka Alam Laut, yaitu kawasan yang terdapat di perairan laut dengan ciri khas
tertentu, mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan, satwa, dan ekosistem, juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan.
Berdasarkan fungsi suaka alam laut dibedakan menjadi : 1) Cagar alam laut, ialah kawasan
suaka laut karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistem
tertentu perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami; 2) Suaka
margasatwa laut, adalah area laut sebagai tempat pengkajian untuk tujuan pengelolaan yang
memastikan pengawasan habitat bagi spesies yang khas/spesifik.
b. Kawasan Pelestarian Alam Laut, yaitu kawasan di perairan laut dengan ciri khas tertentu,
mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan, satwa dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya.
Kawasan pelestarian alam laut dibedakan : 1) Taman Wisata Alam Laut, yaitu sebagai
daerah yang meliputi sistem alam yang utuh, dikelola untuk perlindungan jangka panjang
dan menjaga keanekaragaman hayati laut, yang pada saat bersamaan memberikan produk
jasa dan produk alam yang dibutuhkan manusia. Dengan kata lain kawasan pelestarian alam
laut terutama dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi alam alut. Tujuan
pengelolaan taman wisata alam laut adalah melindungi dan menjaga keanekaragaman hayati
laut jangka panjang, mempromosikan pelaksanaan pengelolaan untuk tujuan perlindungan
lestari melindungi sumberdaya alam dan penggunaan lainnya yang dapat mempengaruhi
keanekaragaman hayatinya ; 2) Taman Nasional Laut, adalah kawasan pelestarian alam laut
yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan
rekreasi.

3.5. Nilai Ekosistem Terumbu Karang


Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem pesisir mempunyai nilai guna yang sangat
signifikan, baik ditinjau dari aspek ekologi maupun ekonomi. Terumbu karang menyumbang
hasil perikanan laut kurang lebih 10-15% dari total produksi. Fringing reef juga merupakan
pelindung pantai yang sangat penting dari terpaan gelombang, sehingga stabilitas pantai bisa
tetap terjaga (Garces,1992).
Ekosistem terumbu karang bersama-sama dengan ekosistem mangrove, dan ekosistem lamun
merupakan komponen lingkungan pesisir yang mempunyai keterkaitan fungsi ekologis dan
fungsi fisik sebagai suatu habitat. Migrasi fauna pada berbagai fase hidupnya berlangsung dalam
satu ekosistem ke ekosistem lainnya untuk mencari makanan dan tempat perlindungan.
Ekosistem terumbu karang juga berperan dalam proses transport nutrien baik organik maupun
anorganik diantara dua ekosistem pesisir tersebut (Clark, 1992). Fungsi fisik ekosistem terumbu
karang lainnya menurut Baker dan Kaeoniam (1986) adalah sebagai filter air untuk menjaga
kualitas air kawasan pantai. Selain sebagai peredam gelombang, perlindungan alamiah terhadap
daratan yang berhadapan dengannya, meminimalkan abrasi, serta penghasil pasir putih bagi
kawasan pantai yang berhadapan.
Pemanfaatan ekosistem terumbu karang dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu a)
pemanfaatan ekstraktif meliputi kegunaan konsumtif, seperti penangkapan biola laut yang
dijadikan konsumsi pangan maupun kegunaan omamental, seperti penangkapan ikan hias, karang
dan sebagainya, dan b) pemanfaatan non ekstraktif meliputi pendayagunaan ekosistem terumbu
untuk tujuan pariwisata, penelitian, pendidikan, dan sebagainya (Baker dan Koeoniam, 1986).

3.6. Penghuni Terumbu Karang


1. Tumbuh- tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka
ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen primer,
seperti yang telah diterangkan, mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk
menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah
salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai
perangkap sedimen.
2. Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan
yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan tidak
kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang
disebut bioerosi, dari batuan kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada
batuan tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam
terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan udang karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan lain di terumbu
karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting; udang pembersih
dengan beberapa ikan; atau udang kecil bwarna dengan anemone.
Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan
penyumbang penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan
penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar
bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.
Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang
dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon, teritip,
keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan alga dan
detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa
yang rakus.
3. Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
a) ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti
Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
b) kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan
terumbu karang di suatu perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
c) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui
seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae,
Apogonidae (Adrim, 1993).
4. Reptilia
Reptilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut dan
penyu. Dua klompok ini terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama
untuk telurnya.

3.7. Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang


Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai
rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat mengakibatkan
pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak
dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat
berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya
mengalir ke wilayah terumbu karang.
c. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian,
perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
d. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya
kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik
nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan perginya
zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu
karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir
menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun
yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
f. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.
g. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan bangunan.
Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah
terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
h. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang.
Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang sangat
merusak koloni karang.
i. Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya
dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni
karang, untuk kemudian mencerna dan membungkus polip-polip karang dipermukaan koloni
tersebut.

3.8. UPAYA-UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN TERUMBU KARANG


A. Perlunya Kesadaran Manusia
Dalam upaya menyelamatkan terumbu karang, yang paling utama adalah perlunya
kesadaran dari manusia untuk menjaga dan melestarikan terumbu karang. Untuk itu,
diperlukan pemberian informasi, pengetahuan, dan wawasan mengenai terumbu
karang. Fungsi dari terumbu karang, manfaatnya, kondisi dari terumbu karang saat
ini, dan apa yang akan terjadi jika kerusakan terumbu karang ini terus berlanjut.
Dengan adanya pendidikan mengenai terumbu karang, maka akan ada rasa memiliki
sehingga manusia bisa peduli dan melindungi terumbu karang. Beberapa hal berikut yang
dapat dilakukan secara individu untuk mengurangi kerusakan terumbu karang :
Prinsip 3R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang adalah
ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit saja
dapat memicu pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan karang yang besar dapat
diikuti oleh kematian massal terumbu karang. Jadi apapun yang dapat kita lakukan
untuk mengurangi dampak global warming, akan sangat membantu terumbu karang.
Buang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah ke sungai yang
kemudian akan bermuara ke laut. Hewan laut besar sering terkait pada sampah-sampah
sehingga mengganggu gerakannya. Misalnya sampah plastik yang transparan
diperkirakan kadang dimakan oleh penyu karena tampak seperti ubur-ubur. Sampah
plastik ini akan mengganggu pencernaanya.
Bergabung dengan organisasi pecinta lingkungan. Saling berbagi ilmu, pendapat,
dan berdiskusi. Membangun trend hidup ramah lingkungan.
Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dalam kegiatan
lingkungan.
Bagi penyelam pemula atau yang sedang belajar sebaiknya melakukan penyelaman
di perairan yang tidak ber-terumbu karang.
B. Peranan Pemerintahan
Keikutsertaan pemerintah dalam melestarikan terumbu karang sangat penting.
Pemerintah sebagai pengatur dan pengawas masyarakat. Pemerintah dapat menetapkan
kebijakan dan peraturan-peraturan untuk menyelamatkan terumbu karang. Membuat
rencana-rencana perbaikan lingkungan yang sudah rusak dan mencegah kerusakan
terumbu karang. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga
atau organisasi-organisasi lingkungan untuk menjaga kelestarian terumbu karang.
Misalnya melakukan kampanye-kampanye lingkungan hidup bekerjasama dengan
media-media atau organisasi seperti National Geographic Indonesia, WWF Indonesia,
Yayasan Reef Check Indonesia, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan
Yayasan TERANGI (Terumbu Karang Indonesia) dan lainnya untuk mengawasi
kelangsungan hidup terumbu karang. Baik mengawasi eksploitasi karena ulah
manusia, pertumbuhan terumbu karang yang sedang direstorasi, dan pengawasan
daerah terumbu karang yang terancam di Indonesia. Upaya restorasi adalah tindakan
untuk membawa ekosistem yang telah terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin
dengan kondisi aslinya sedangkan tujuan utama restorasi terumbu karang adalah untuk
peningkatan kualitas terumbu yang terdegradasi dalam hal struktur dan fungsi ekosistem.
Mencakup restorasi fisik dan restorasi biologi. Restorasi fisik lebih mengutamakan
perbaikan terumbu dengan fokus pendekatan teknik, dan restorasi biologis yang terfokus
untuk mengembalikan biota berikut proses ekologis ke keadaan semula. Pemerintah
harus benar-benar merealisasikan upaya-upaya untuk menyelamatkan terumbu
karang. Pemerintah perlu bersikap tegas mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi
dan berusaha dengan sebaik-baiknya melindungi terumbu karang yang juga merupakan
aset negara.

C. Upaya Perlindungan Lingkungan Secara Global


Perubahan perubahan lingkungan yang terjadi akan berdampak pada perubahan
lingkungan secara global. Antara satu negara dengan negara lain memiliki tanggung
jawab yang sama terhadap kerusakan lingkungan. Banyak deklarasi-deklarasi yang
disepakati oleh banyak negara dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Begitu pula
dengan menyelamatkan terumbu karang. Telah banyak kesepakatan-kesepakatan yang
telah disetujui oleh banyak negara untuk bekerja sama dalam menjaga lingkungan.
Yang paling terakhir dilakukannya World Ocean Conference (WOC) atau disebut
juga Manado Ocean Declare pada tanggal 11-15 Mei 2009 di Manado. Deklarasi ini
disepakati oleh 61 negara, termasuk negara-negara Coral Triangle Initiative
Summit yang merupakan kawasan yang kaya akan terumbu karang. Dalam deklarasi ini
disepakati komitmen bersama mengenai penyelamatan lingkungan laut dari ancaman
global warming dan komitmen program penyelamatan lingkungan laut secara
berkelanjutan di tiap negara. Kampanye lingkungan hidup seperti ini sangat baik
bagi upaya penyelamatan lingkungan. Apalagi dilakukan secara global yang
menjaring banyak pihak sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
cepat dan lebih baik lagi.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka terhadap perubahan
perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitar nya, dengan sifat nya menjadikan
organisme ini sangat rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh manusia maupun
secara alami.
Ekosistem terumbu karang di laut sangat penting. Karena terumbu karang merupakan
tempat hidup dan tempat mencari makan dari berbagai jenis ikan yang ada di laut. Terumbu
karang juga menjaga kelestarian dari luat, bila terumbu karang rusak maka ekosistemnya
akan rusak. Pemulihan terumbu karang yang rusak sangatlah lama memerlukan waktu ratusan
taun untuk menumbuhkan terumbu karang agar dapat menjadi tempat yang baik untuk hidup
ikan.
Kelakukan buruk yang dilakukan manusia mengancam ekosistem terumbu karang.
Banyak yang dilakukan oleh manusia yang merusak terumbu karang, mereka tidak sadar
bahwa apabila terumbu karang rusak maka laut sebagi sumber mata pencarian mereka juga
akan ikut rusak. beberapa faktor yang menyebabkan rusak nya terumbu karanga adalah,
sedimentasi, penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan sianida,pengumpulan dan
pengerukan,pemanasan global, pencemaran perairan laut dan tata kelola tempat eisata bahari
yang tida lestari.
Beberapa upaya yang dilakukan dalam usaha pemulihan terumbu karang diantaranya
adalah Zonasi, rehabilitasi, peningkatan ikan karang dan mengurangi alga hidup yang bebas.
DAFTAR PUSTAKA

Baker LP. Kaeoniam. 1986. Manual of Coastal Development Planning and Management for
Thailand. The Unesco MAP and COMAR Programmes. Jakarta.
Bengen DG. 1999. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.
Cesar H. 1997. Nilai Ekonomi Terumbu Karang Indonesia. Agriculture Operations Division
Cd III, East Asia and Pasific Region. Environment Departement, The World Bank.
Clark JR. 1992. Integrated Management of Coastal Zone. FAO Rome.
Dahuri R et.al., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1994. Pedoman Penetapan
Kriterian Baku Kawasan Konservasi Laut. Ditjen PHPA. Jakarta.
Garces LR. 1992. Coral Reef Management in Thailand Naga. The ICLARM Quarterly.
July, 1992.
Halim. 1998. Penentuan Lokasi Wisata Bahari Dengan Sistem Informasi Geografis di Gili
Indah, Kabupaten Lombok Barat NTB, (Skripsi). Bogor. Insitut Pertanian Bogor.
Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Maryunani. 1999. Model Pemberdayaan Penduduk Lokal dalam Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang Secara Berkelanjutan (Studi Kasus Kawasan Pesisir Barat Pulau
Lombok Propinsi Dati I NTB, (Disertasi). Bogor. Insitut Pertanian Bogor, Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Sugandhy A. 1992. Pendekatan Pembangunan dan Penataan Ruang Wilayah
Pesisir.Makalah Pada Konprensi Nasional Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan
lautan Indonesia.Kerjasama PKSPL IPB,Bappenas,CRC-URI,USAID,dan Ditjen
Bangda.
Suharsono,1998.Permasalahan dan Pengelolaan Terumbu Karang di indonesia.Makalah
Pada Lokakarya Jurnalistik Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang
(COREMAP).Jakarta dan Pulau Putri.
Supriharyono.2000.Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang.Djambatan:Jakarta.
Sukarno.1995.Tehnik Rehabilitasi Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang.Pelatihan
Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu (Integrated Costal
Zone Planning and Management) Angkatan 1.Kerjasama Sama Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian IPB dengan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional:Bogor.

Anda mungkin juga menyukai