Anda di halaman 1dari 6

NAMA KELOMPOK :

1. FERDINANDUS ALBERTUS (16412043)


2. MELA KRISTIN (16412058)
3. STEFANUS IMMANUEL (13411657)
4. SUYONO (16412070)
5. VERRY TRIYONO (16412072)
6. WIRANTO (16412075)
KOMPAS.com Jari jemari Hee Ah Lee (24) tampak lincah bergerak di atas tuts-tuts piano. Alunan
sempurna "Joyful" karya Beethoven terdengar indah, begitu indah. Menyejukkan jiwa. Alunan
sempurna yang hadir dari kepiawaian jari jemari memainkan tuts. Alunan sempurna yang hadir dari
jari jemari yang tak sempurna. Malam itu, Kamis (6/8), Hee tampil di hadapan Ibu Negara, Ani
Yudhoyono, dan puluhan anak berkebutuhan khusus seperti dirinya. Ia tampak anggun dengan
balutan gaun berwarna biru yang bercorak batik.

Hee Ah Lee, seorang pianis asal Korea, memang mencengangkan dunia. Terlahir sebagai penderita
ectrodoctyly atau dikenal dengan lobster claw syndrome (sindrom capit lobster), kedua tangan Hee
Ah hanya memiliki dua jari yang bentuknya menyerupai capit dan huruf "V". Kedua kaki Hee Ah juga
tak sempurna, hanya sebatas lutut.

Kelainan pada tangan dan kaki ini langka. Tidak terdapat celah di tempat metakarpal jari seharusnya
berada. Kondisi yang alaminya juga tergolong langka karena hanya ada satu kasus dari setiap 10.000
kelahiran. Bahkan, ada yang menyebutkan 1:18.000 kelahiran. Akan tetapi, ketidaksempurnaan itu
tak pernah menghalangi Hee Ah menjadi sesuatu.

Dalam sebuah kesempatan wawancara khusus dengan Kompas.com, Jumat (7/8), Hee Ah bercerita
tentang Tuhan, ibu, dirinya, piano, dan mimpinya.

Nama yang sarat makna

Hee Ah lahir pada 9 Juli 1985 dari seorang ibu bernama Woo Kap Sun dan ayahnya yang sudah
meninggal adalah seorang bekas tentara. Nama Hee Ah Lee, yang ditabalkan orangtuanya, sarat
makna. Hee berarti suka cita atau kegembiraan. Ah adalah tunas pohon yang terus mekar, dan Lee
merupakan nama keluarga. Pantas saja jika Hee Ah selalu menebar bahagia.

"Saya suka berbagi kebahagiaan, bertemu banyak orang, bermain dan bercanda. Itu semua
membuat hidup saya bermakna," kata Hee Ah, saat berbincang di Hotel Sari Pan Pacific, tempatnya
bermalam selama di Jakarta.

Kemudian, ia mengisahkan bahwa perkenalannya dengan piano sejak ia berusia 6 tahun. Awalnya,
berlatih piano merupakan bagian dari terapi untuk memberikan tenaga pada jarinya.

"Tapi akhirnya, saya tidak menyangka bisa bermain piano di sini, juga di berbagai negara," ujar Hee
Ah.

Puluhan negara sudah didatanginya, dan kali ini merupakan kali ketiga ia tampil di depan publik
Indonesia. Hee lantas bercerita, ia sangat menggemari karya Chopin. Bahkan, sebuah karya Chopin,
"Fantasie Impromptu", ia pelajari selama 5 tahun.

"Untuk fasih memainkannya, saya berlatih 10 jam sehari dalam 5 tahun. Andai saya terlahir lebih
dulu, saya pasti akan bahagia jika bertemu Chopin," kisah Hee Ah.

Bagi Hee Ah, piano sudah seperti "pacar". Kata dia, pianolah yang menjembatani pertemuannya
dengan banyak orang di berbagai negara. Piano juga membuatnya bersyukur atas anugerah Tuhan
pada dirinya. Selain piano, siapa lagi yang paling memberi arti dalam hidup Hee Ah?
"Aku terlahir hanya dengan empat jari tangan. Dan, kaki sebatas lutut. Namun, aku mahir
memainkan piano, dari karya Mozart sampai Chopin. Karena aku punya seorang ibu yang luar biasa.
Yang membuatku mampu melampaui keterbatasanku". (Hee Ah Lee, dalam 'The Four Fingered
Pianist')

KOMPAS.com Perjalanan Hee Ah Lee dan pianonya tak semulus yang dikira. Dalam buku biografi
yang ditulis Kurnia Effendi, Hee Ah dan ibunya, Woo Kap Sun, melalui masa-masa sulit saat Hee Ah
mogok bermain piano di usia 13 tahun. Selama setahun, ia tenggelam dari berbagai konser. Hingga
akhirnya, saat banyak orang mempertanyakan keberadaannya, Hee Ah seakan mendapatkan energi
untuk kembali tampil, melantunkan repertoar indah, lewat jari jemarinya.

Maka, selain Tuhan yang selalu membimbing, Hee Ah menganggap sosok ibu merupakan sosok yang
paling berjasa. "Saya dan ibu sudah seperti jarum dan benang," kata Hee Ah, saat berbincang dengan
Kompas.com, akhir pekan lalu.

Ibu baginya tak sekadar sosok yang melahirkannya ke dunia. Kepada wanita berusia 52 tahun itu,
Hee Ah sudah seperti kakak-adik, dan bahkan seperti sahabat. "Ibu saya, kadang jadi mami, kadang
seperti kakak-adik," cerita Hee Ah dengan mata berbinar ketika bertutur tentang ibunya.

Sang ibulah yang begitu sabar membimbing dan menjaga semangat serta ketekunannya hingga Hee
Ah menjadi "sesuatu" di tengah kekurangannya. Tak ada gurat tak percaya diri dari Hee Ah. Ia pun
berprinsip, hidup harus berbagi kebahagiaan.

"Saya ingin membantu orang-orang di seluruh negara. Kalau bisa, seperti Michael Jackson yang
membuat organisasi sosial. Saya ingin membuat organisasi yang membantu orang berkebutuhan
khusus, apalagi untuk orang susah," katanya seraya berharap agar keinginannya terwujud.

Membangun sebuah organisasi sosial menjadi satu mimpi di antara sederet mimpi Hee Ah lainnya.
Sebagai warga Korea, ia memimpikan kembali bersatunya Korea Selatan dan Korea Utara. Untuk
konser, Hee Ah memendam keinginan kembali ke Indonesia dan tampil di dua kota, Bandung dan
Surabaya. "Doakan saja, saya bisa ke Indonesia lagi," ujar Hee Ah.

Bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara, berbagi kebahagiaan lewat dentingan pianonya,
membuat Hee Ah mendapatkan semangat melanjutkan hidup. Sebagai wujud syukur, ia tak pernah
berhenti berterima kasih kepada Tuhan. Sebuah kalung bergambar Yesus selalu digunakan Hee Ah
dalam setiap kesempatan. "Tuhan yang memberikan kehidupan indah ini kepada saya," ujarnya.

Kepada anak-anak, atau siapa pun yang dilahirkan tak sempurna secara fisik, Hee Ah menitipkan
pesan. "Jangan pernah bersedih dengan yang tidak ada. Tapi tetaplah bersemangat dengan apa yang
masih ada, yang kita punya," kata Hee Ah menutup perbincangan.
Saat melihat foto di atas, mungkin sebagian dari kita sudah ada yang mengetahui siapa sosok gadis
di foto itu, atau mungkin sebagian dari kita belum mengetahuinya. Bagi yang belum mengetahuinya,
silahkan membaca artikel ini sampai selesai karena dengan membaca kisah ini kita bisa
mendapatkan inspirasi dan bisa lebih mensyukuri atas kesempurnaan fisik yang telah diberikan
Tuhan kepada kita.

Sosok gadis mungil yang luar biasa ini bernama Hee Ah Lee, seorang gadis korea yang lahir pada 9
Juli 1985, di Pusan Korea Selatan. Setiap ibu pasti menginginkan anaknya lahir dalam kondisi normal,
baik kesempurnaan fisik maupun mental. Namun Tuhan berkata lain, Hee Ah Lee terlahir dengan 4
jari, 2 di tangan kanan dan 2 di tangan kiri. Selain itu, dia juga terlahir dengan kaki yang cacat, hanya
sampai lutut. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah selain terlahir dengan kondisi fisik yang cacat,
Hee Ah Lee juga memiliki keterbelakangan mental.

Bukan sampai disini saja cobaan yang dihadapi Hee Ah Lee dan ibunya, karena kondisinya itu dia pun
dijauhi oleh keluarga besarnya. Keluarga besar yang seharusnya memberikan dukungan penuh akan
kehidupan Hee Ah Lee dan ibunya justru menjauhi mereka. Sedih memang rasanya diperlakukan
seperti itu, ibarat pepatah mengatakan sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bila sebagian orang
menyerah dengan keadaan, tidak begitu dengan ibu Hee Ah Le. Sang ibu tercinta merawat Hee Ah
Lee dengan penuh kasih sayang dan memberinya motivasi untuk terus maju dan berkembang.

Kasih Sayang Ibu Hee Ah Lee Yang Luar Biasa

Ibu Hee Ah Lee yang bernama Woo Kap Sun adalah seorang pahlawan bagi kehidupan anak gadis ini.
Karena kondisinya yang tidak memungkinkan, gadis mungil ini tidak bisa hidup tanpa keberadaan
sang ibu disampingnya. Dengan kasih sayang dan penuh kesabaran, sang ibu berjuang agar anak
gadisnya tersebut bisa menjadi seorang yang memiliki kemahiran dalam bermain piano.
Walaupun banyak sekali orang yang meremehkan impiannya, Woo Kap Sun memiliki keyakinan
bahwa setiap ada kekurangan pasti Tuhan akan memberikan kelebihan, karena tidak ada manusia
yang terlahir dengan sempurna. Walaupun secara fisik Hee Ah Lee tidak sempurna, tapi ibunya yakin
suatu saat kelebihannya itu pasti akan muncul.

Akhirnya Woo Kap Sun mencari sekolah piano untuk anaknya. Sayangnya banyak sekolah yang
menolak Hee Ah Lee karena kekurangan fisiknya. Namun, ibunya tidak patah semangat, ia terus
berusaha mencari sekolah yang mau menerima anaknya untuk belajar piano, hingga akhirnya ada
satu sekolah yang mau menerimanya.

Pada awalnya Hee Ah Lee mengalami banyak kesulitan dalam belajar piano, kita bisa bayangkan
bagaimana sulitnya belajar bermain piano hanya dengan 4 jari dan kaki sampai selutut. Namun Hee
Ah Lee pantang menyerah, dia terus menerus mencoba belajar bermain piano, bahkan jari-jarinya
pernah mengalami bengkak karena tidak terbiasa melakukan itu semua.

Selain bermasalah dalam menekan tuts-tuts piano, dia pun memiliki kesulitan dalam menginjak
pedal piano dikarenakan kakinya yang hanya sampai selutut itu. Untungnya Tuhan
menganugerahkan kekuatan dan semangat yang begitu besar kepada Ah Lee dan ibunya sehingga
mereka tidak merasa putus asa dalam menghadapi semua cobaa kehidupan ini, mereka berdua
menjalaninya dengan penuh kesabaran.

Kerja Keras Selalu Membuahkan Hasil

Untuk bisa memainkan 1 buah lagu Hee Ah Lee harus belajar selama 10 jam lamanya. Dan untuk
memainkan 1 buah lagu dengan notasi rumit dia harus belajar selama 5,5 tahun. Ibunya sampai
berhenti bekerja sebagai seorang perawat karena ingin selalu menemani anak gadisnya belajar dan
memberikan dukungan dengan sepenuh hati. Pada akhirnya perjuangan sang ibu dan Hee Ah Lee
membuahkan hasil. Gadis itu akhirnya bisa pentas di depan banyak orang dan membuktikan kepada
dunia bahwa orang yang terlahir cacat juga bisa memiliki keahlian / keterampilan khusus dan
memiliki masa depan.

Album pertama yang dikeluarkan oleh Hee Ah Lee berjudul Hee Ah, A Pianist with Four Finger. Ia
juga sudah melakukan konser di berbagai negara, seperti Amerika, Inggris, Jepang, China, Singapura
dan Indonesia. Semua audience yang melihat konser Ah Lee merasa terkagum-kagum akan
kepiawaiannya bermain piano dengan keadaan fisik seperti itu. Banyak dari audience yang sampai
meneteskan air mata dan tertunduk haru akan keajaiban yang Tuhan berikan kepada Hee Ah Lee.

Kisah ini membuktikan bahwa setiap kekurangan yang ada pada seseorang pasti terdapat kelebihan
tersendiri. Yang terpenting adalah kemauan kita dalam menjalani kehidupan dengan penuh
perjuangan, pantang menyerah dan tulus dalam menghadapi semua kesulitan hidup. Semoga kisah
ini menginspirasi Anda.
SUMBER :

http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/10/09223831/belajar.memaknai.hidup.dari.
seorang.hee.ah.lee.1
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/10/0922580/belajar.memaknai.hidup.dari.s
eorang.hee.ah.lee.2
https://www.maxmanroe.com/hee-ah-lee-kisah-pianis-berjari-empat-yang-inspiratif.html

Anda mungkin juga menyukai