Anda di halaman 1dari 2

LANGKAH DASAR DALAM PPGD A AIRWAY (JALAN NAFAS)

1. Pada korban tidak sadar Cara membebaskan jalan nafas :


Cek kesadaran pasien -> dengan metode Alert, Verbal, Pain, Unresponsive. 1. Membebaskan jalan nafas tanpa alat :
A : korban sadar, jika tidak sadar lankut ke V. V : coba panggil korban a. Head tilt : kepala dibuat posisi tengadah.
dengan keras di telinga, jika tidak berespon lanjut P. P : beri rangsangan b. Chin lift : mengangkat dan mendorong dagu ke depan. Jari tangan
nyeri. Rangsang nyeri dengan menekan pangkal kuku, sternum, supra orbital. jangan menekan jaringan lunak.
U : jika setelah di panggil dan diberi rangsangan nyeri asien tidak berespon c. Jaw thrust : barisan gigi bawah dibuat berada di depan barisan gigi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive. atas.
2. Call for help 2. Membebaskan jalan nafas dengan alat :
3. Periksa pasien bernafas atau tidak. a. Pemasangan Oropharingeal tube. Cara mengukur : jarak dari sudut
]Bebaskan jalan nafas : Head tilt, Chin lift, Jaw thrust. Jika terdapat tanda- bibir sampai ke tragus atau dari tengah bibir sampai ke angulus
tanda fraktur basis cranii yaitu : kebiruan pada mata, perdarahan hidung dan mandibula.
telinga, kebiruan pada mastoid maka hanya di perbolehkan menggunakan b. Pemasangan Nasopharingeal tube. Cra mengukur : jarak dari ujung
tehnik jaw thrust. Periksa Look, Listen and Fell. hidung sampai ke tragus dan diameter sesuai dengan jari kelingking
4. Bila tidak sadar dan tidak bernafas, segera lakukan 30x pijat jantung tanpa tangan kanan pasien.
terlebih dahulu meraba nadi karotis. c. Pemansangan Endotracheal tube. Bila dimasukkan melalui mulut
5. Raba nadi karotis 5-10 detik setelah 30x pjat jantung. Bila tidak teraba disebut intubasi orotrakhea, jika melalui hidung disebut intubasi
lanjutkan jantung dan nafas buatan dengan ratio 30 : 2. nasotrakhea.
6. Evaluasi dengan meraba denyut karotis tiap 2 menit. Untuk 1 penolong d. Pemasangan Laringeal mask airway (LMA)
evaluasi dilakukan setiap akhir silus ke 5. e. Cricothyroidotomy : tindakan menembusatau membuka membran
krikotiroid dengan menggunakan jarum besar berkanula atau
menggunakan pisau. Cara mencari titik tusuknya dengan cara : dari
jakun raba ke bawah sampai ada cekungan yang disebut membran
cricothyroidea.
B BREATHING (PERNAFASAN) Cara menilai jalan nafas :
Pemberian Oksigen L Look : Lihat gerakan napas atau pengembangan dada, retraksi sela iga,
warna mukosa, dan kesadaran.
NAMA KEKUATAN KADAR O2 L Listen : Dengar aliran udara pernafasan, adanya suara nafas abnormal.
F Feel : rasakan ada tidaknya udara yang dapat didengarkan dari hidung dan
Nasal Kanul 1-4 lpm 24-35 % mulut).
Simple Masker 6-8 lpm 40-60 % Macam-macam obstruksi jalan nafas :
1. Obstruksi partial dapat dinilai dari ada tidaknya suara nafas tambahan yaitu
Masker Reservoir 8-10 lpm 60-80 % :
BVM 10-12 lpm 21 % a. Mendengkur (Soring) karena sumbatan pangkal lidah. Diatasi dengan
head tilt, chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
BVM dg Reservoir 10-12 lpm 80-100 % orofaring/nasofaring,Ett.
BVM dg O2 10-12 lpm 40-60 % b. Suara berkumur (Gargling) karena adanya cairan di daerah
hipofaring. Diatasi dengan finger sweep dan suction.
BVM + Reservoir + O2 10-12 lpm 100 % c. Crowing stridor, disebabkan sumbatan di plika vokalis. Diatasi
Jackson Rees 10-12 lpm 100 % dengan cricothyroidotomi, tracheostomy.
2. Obstruksi total dapat dinilai dari adanya pernafasan see saw (pergerakan
dada dan perut berlawanan) pada menit-menit pertama terjadinya obstruksi
total.
Jika sumbatan jalan nafas akibat sumbatan benda padat maka
menggunakan tehnik : Back blow ( hentakan keras dan
mendadak pada punggung pada titik silang antara garis tulang
belikat dengan vertebra) Heimilich maneuver, Chest thrust.
C CIRCULATION (SIRKULASI/SHOCK) D DISABILITY (EVALUASI NEUROLOGIK)
Shock adalah sindroma yang ditandai dengankeadaan umum yang lemah, Menilai derajat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
pucat, akral dingin dan basah, dengan nadi meningkat, vena perifer tak nampak, 1. Sensorik : Respon membuka mata
tekanan darah menurun, produksi urine menurun, CRT > 2 detik, dan kesadaran Nilai :
menurun. 4 : Membukamata spontan (normal)
3 : Membuka mata dengan perintah
Macam-macam shock : 2 : Membuka mata dengan rangsangan
a. Shock hipovolemik, perdarahan. Disebabkan oleh keluarnya cairan atau 1 : Tidak membuka mata walaupun dirangsang
darah dalam jumlah besar. 2. Verbal : Respon jawaban verbal
b. Shock anafilatik. Disebabkan karena reaksi terhadap suatu obat. Nilai :
c. Shock septik. Disebabkan karena proses infeksi berlanjut. 5 : Orientasi baik
4 : Memberikan jawaban dengan bingung
Cara menghentikan perdarahan dengan cara melakukan bebat tekan. 3 : Memberikan jawaban tetapi tidak nyambung (mengacau)
Jika ada pasien datang dengan kondisi shock segera berikan posisi shock 2 : Memberikan jawaban dengan mengerang
kemudian hentikan perdarahan lalu berikan cairan. 1 : Tidak memberikaan jawaban apapun
3. Motorik : Respon motorik ekstremitas
Cairan yang digunakan dalam mengatasi shock adalah cairan kristaloid (cairan Nilai :
maintenance) antara lain : Ringer laktat, Ringer asetat, Ringer Dextrose, NaCl 6 : Dapat menggerakkan semua ektremitas sesuai perintah
0,9%, Dextrose 5%, 0,225% NaCl- 5%, Dextrose darrow, KaEn 3A. 5 : Dapat melokalisir nyeri
Raba nadi : a. Nadi radialis teraba : sistolik 80 mmHg 4 : Melokalisir atau menjahui rangsangan
b. Nadi brachialis teraba : sistolik 70 mmHg 3 : Gerak abnormal berupa fleksi ektremitas
c. Nadi carotis teraba : sistolik 60 mmHg 2 : Respon berupa gerak ekstensi
1 : Tidak ada respon gerak
TRIAGE GELANG IDENTIFIKASI
1. Warna MERAH : Pasien dengan cidera berat, mengancam jiwa, menyebabkan 1. PINK : Pasien perempuan
kecacatan (Gawat Darurat). 2. BIRU : Pasien Laki-laki
2. Warna KUNING : Pasien dengan cidera, mengancam jiwa, tidak menyebabkan 3. KUNING : Pasien resiko jatuh
kecacatan (Gawat TIDAK Darurat) 4. MERAH : Pasien dengan alergi obat
3. Warna Hijau : Pasien ringan, Tidak mengancam jiwa, tidak menyebabkan 5. UNGU : Pasien DNR ( Do Not Resusitation)
kecacatan (TIDAK Gawat TIDAK Darurat) 6. ABU-ABU : Pasien dengan pemasangan bahan radioaktif
4. Warna Hitam : Pasien meninggal. 7. PUTIH : Pasien dengan jenis kelamin ganda
Cara menghitung tetesan infus: Cara menghitung dosis obat

=

Faktor tetesan: Mikro 60 (anak- anak), Makro 20 (Dewasa) ()



=


() =
(1 )
1 gr = 1000 mg
Prinsip 5 tepat pengobatan
Tepat pasien, Tepat obat, Tepat dosis, Tepat waktu, Tepat cara pemberian
Macam Tingkat kesadaran 6 Sasaran Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit
1. Ketepatan identitas pasien
NAMA DEFINISI GCS 2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Kompos Mentis Sadar Penuh 15-14 3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
13-12 4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Apatis Keadaan tampak acuh tak acuh 5. Pengurangan risiko infeksi terkain pelayanan kesehatan
mengalami enurunan kesadaran disertai 6. Pengurangan terjadinya resiko pasien jatuh
Delirium kekacauan motorik serta siklus tidur 11-10 5 Momen Cuci Tangan
yang terganggu 1. Sebelum kontak dg pasien
Keadaan pasien mengantuk yang dapat 2. Sebelum melakuikan tindakan aseptik
Somnolen pulih jika mendapat rangsangan, jika 9-7 3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
rangsangan berheti akan kembali tidur 4. Setelah kontak dg pasien
Sopor Keadaan pasien yang mengantuk dalam 6-5 5. Setelah terkena benda benda di sekitar pasien
keadaan mengalamim penuruna
Semi Koma kesadaran tanpa memberikan respon 4
verbal
keadaan mengalami penurunan
Koma 3
kesadaran yang sangat dalam

Macam DM Macam Strouk


Cara menangani Syock
Imunisasi

Anda mungkin juga menyukai