BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu fisika sangat mendukung perkembangan kehidupan manusia dalam
berbagai sektor. Baik dalam sektor teknologi, industri, komunikasi, termasuk
teknik kerekayasaan (engineering), kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain. Ilmu
fisika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai jenis fenomena
tersebut.
Teknik biomedis juga termasuk ke dalam golongan yang mengaplikasikan
ilmu fisika di dalam pelaksanaannya. Teknik biomedis adalah pengaplikasian
teknik dan prinsip teknik dalam bidang medis. Bidang ini menggabungkan
kemampuan desain dan pemecahan masalah insinyur dengan ilmu medis dan ilmu
biologi di bidang kedokteran seperti diagnosa, pengawasan, dan terapi.
Berdasarkan buku besar Free Medical Dictionary menjelaskan bahwa aliran
darah adalah pergerakan darah di dalam pembuluh darah. Berbagai alasan teknik
dan klinis, untuk mengukur aliran darah secara akurat sangatlah sulit dikarenakan
kecepatan aliran darah sangat bervariasi di dalam pembuluh darah yang
diameternya mencapai satuan milimeter.
Bagi makhluk hidup, aliran darah adalah hal yang sangat vital. Urgensi dari
aliran darah adalah membantu dalam mengetahui proses fisiologi tubuh mula-
mula yang mana dapat mengubah volume darah, berkorelasi dengan nutrisi dan
substansi lainnya dalam darah sehingga pengukurannya dapat merefleksikan
konsentrasi oksigen.
Salah satu instrumen yang dapat mengukur parameter tersebut adalah
Electromagnetic Blood Flowmeter. Alat ini dapat mengukur aliran pulsatile
seketika dari darah yang mana memiliki kemampuan lebih dari pada metode
indikator-dilusi, yang hanya dapat mengukur aliran darah rata-rata.
Electromagnetic Blood Flowmeter menggunakan prinsip induksi
elektromagnetik Faraday, yaitu sementara darah mengalir (sebagai fluida
konduktor) di antara kekuatan medan magnet yang disediakan oleh alat ukur
2
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penulisan makalah ini adalah
Bagaimanakah prinsip kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur
aliran darah?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah dapat fokus dan tidak melebar, maka dibatasi
hanya untuk membahas tentang prinsip kerja Electromagnetic Blood Flowmeter
dalam mengukur aliran darah.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja
Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur aliran darah.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini nantinya adalah :
1. Memperkaya wawasan penulis mengenai konsep fisika pada Flowmeter
khususnya Electromagnetic Blood Flowmeter.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi bagi pembaca pada
umumnya dan mahasiswa fisika khususnya.
3
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Gelombang Elektromagnetik
Dalam teori listrik dan magnet, yang dinamakan gelombang
elektromagnetik adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gerakan muatan listrik
(elektron) yang dipercepat atau diperlambat. Apabila gerakan cepat lambat ini
secara periodik maka juga akan menimbulkan medan magnet periodik yang
memiliki frekuensi dan panjang gelombang tetap (Mitri, 2006).
Terdapat dua hukum yang menghubungkan gejala kelistrikan dan
kemagnetan yang telah ditemukan, yaitu:
1. Arus listrik dalam konduktor dapat menghasilkan medan magnet
disekitarnya. Peletak dasar konsep ini adalah Oersted yang telah menemukan
gejala ini secara eksperimen dan dirumuskan secara lengkap oleh Ampere
yang kemudian dinyatakan sebagai Hukum Ampere.
2. Medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu dapat menghasilkan
(menginduksi) medan listrik dalam bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal
sebagai gejala induksi elektromagnet. Konsep induksi elektromagnet
ditemukan secara eksperimen oleh Michael Faraday dan dirumuskan secara
lengkap oleh Joseph Henry. Hukum induksi magnet sendiri kemudian dikenal
sebagai Hukum Faraday-Henry.
Dari kedua konsep dasar listrik magnet di atas, James Clark Maxwell
melihat adanya suatu pola dasar dan kemudian mengajukan suatu usulan bahwa
medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat mengakibatkan medan listrik
yang juga berubah-ubah terhadap waktu, begitu juga sebaliknya. Jika proses ini
berlangsung secara kontinu maka akan menghasilkan medan magnet dan medan
listrik secara kontinu. Jika medan magnet dan medan listrik ini secara serempak
merambat (menyebar) di dalam ruang ke segala arah maka ini merupakan gejala
gelombang. Gelombang semacam inilah disebut gelombang elektromagnetik
(Giancoli, 2001).
4
Gambar 2.2 Arah kompas mengikuti arah medan magnet di sekitar kawat
berarus (Istighfara, 2013)
6
Arah arus dan arah medan magnet yang timbul dapat diketahui dengan
menggunakan kaidah tangan yang mana ibu jari menunjukkan arah arus dan
keempat jari lainnya menunjukkan arah medan magnet seperti pada Gambar 2.3.
Menurut Serway dan Jewett (2010) gaya magnetik dihasilkan oleh medan
magnet pada partikel bermuatan yang bergerak dengan kecepatan , yang disebut
dengan benda uji. Anggap benda uji tidak memiliki medan listrik atau medan
gravitasi yang memengaruhinya maka eksperimen pada partikel bermuatan yang
berbeda-beda dan bergerak di dalam medan magnet memberikan hasil-hasil
sebagai berikut.
1. Besar gaya magnetik
yang bekerja pada partikel sebanding dengan muatan
q dan sebanding dengan kecepatan partikel .
2. Besar dan arah
bergantung pada kecepatan partikel dan pada besar dan
.
arah medan magnet
3. Ketika sebuah partikel bermuatan bergerak sejajar dengan vektor medan
magnet, gaya magnetik yang bekerja pada partikel adalah nol.
4. Ketika vektor kecepatan partikel membentuk sudut = 0 dengan medan
magnet, gaya magnetik berada pada arah yang tegak lurus terhadap kedua v
; yang berarti
dan tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh dan
.
7
5. Besar gaya magnetik yang dihasilkan pada partikel yang sedang bergerak
sebanding dengan sin , dimana adalah sudut vektor kecepatan partikel
.
yang terbentuk dengan arah
Gaya magnetik pada muatan bergerak dapat dilihat pada Gambar 2.4
berikut.
Gambar 2.4 (a) Arah gaya magnetik muatan yang bergerak dengan kecepatan v di
dalam pengaruh medan magnet. (b) Aturan tangan kanan pada partikel bermuatan
yang bergerak (Fisikazone, 2013)
dimana
B = kuat medan magnet (Tesla)
0 = permeabilitas (4 107 /)
N = jumlah lilitan
I = kuat arus (Ampere)
l = panjang solenoida (m)
E. Fluks Magnetik
Fluks yang terkait dengan medan magnet didefinisikan dalam bentuk yang
mirip dengan definisi fluks listrik. Sebuah elemen
pada suatu permukaan
maka fluks magnetik yang menembus elemen
benda berada pada medan magnet
tersebut adalah , dimana
. adalah vektor yang tegak lurus permukaan dan
. Oleh karena itu, fluks magnetik total B yang
besarnya sama dengan luas
melewati permukaan dapat dirumuskan oleh persamaan 2.5 berikut.
.
= (2.5)
10
Bayangkan suatu kasus khusus, yaitu sebuah bidang dengan luas A dalam
. Fluks magnetik yang
yang membuat sudut dengan
medan homogen
menembus bidang tersebut dapat dijelaskan pada persamaan (2.6) berikut:
= (2.6)
Fluks magnet ditunjukkan pada Gambar 2.7. Jika medan magnetnya sejajar
bidang, seperti gambar 2.7 (b), maka = 90 dan fluks yang menembus bidang
adalah nol. Jika medannya tegak lurus bidang, seperti gambar 2.7 (a) maka =
0 dan fluks yang menembus bidang adalah BA (nilai maksimum).
Satuan fluks magnetik adalah T.m2, dimana didefinisikan dalam satuan
weber (Wb); 1 Wb = 1 T.m2 (Serway, 2010).
(a)
(b)
Gambar 2.7 Fluks magnetik yang menembus bidang yang terletak dalam medan
magnet. (a) fluks yang menembus bidang besarnya maksimum ketika medan
magnetnya tegak lurus bidang. (b) Fluks magnetik yang menembus bidang
besarnya nol ketika medan magnetnya sejajar terhadap permukaan bidang (Iksan,
2014)
F. Induksi Magnetik
Menurut Michael Faraday apabila sebuah arus menghasilkan medan magnet,
maka sebaliknya medan magnet pun dapat menghasilkan arus listrik. Dalam
konteks medan, dapat dikatakan bahwa sebuah medan magnet yang berubah
terhadap satuan waktu akan menghasilkan gerak gaya listrik (ggl) yang pada
gilirannya akan membangkitkan arus jika terdapat sebuah rangkaian tertutup yang
11
memadai. Gaya gerak listrik pada dasarnya adalah tegangan yang timbul karena
pergerakan konduktor berarus di dalam sebuah medan magnet, atau karena adanya
medan magnet yang berubah-ubah. Secara umum, hukum Faraday dapat
dituliskan seperti persamaan (2.7) berikut,
= (2.7)
perubahan luasnya. Dalam waktu batang yang meluncur itu bergerak sejauh
dan luas bertambah sebanyak = . Bila dirumuskan akan menjadi
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10 berikut,
= = (2.9)
Sehingga ggl induksinya adalah,
= (2.10)
Batang penghantar yang digerakkan di dalam medan magnet dapat dilihat
pada Gambar 2.8 berikut.
G. Aliran Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida termasuk cairan
dan gas. Adapun aliran fluida darah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Aliran Laminar
Apabila fluida mengalir di dalam sebuah penampang dengan kecepatan tetap
terhadap waktu pada setiap titik disebut dengan aliran laminar. Pada aliran
laminar, lintasan-lintasan partikel fluida tidak memotong satu sama lainnya
(Giancoli, 2003). Artinya, kecepatan partikel fluida yang lewat di suatu aliran
adalah sama seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9.
13
Bila diperhatikan pada Gambar 2.9, kecepatan aliran fluida yang dekat
dengan dinding penampang lebih kecil dari pada kecepatan partikel fluida
yang berada di tengah. Itu disebabkan oleh adanya gesekan internal dalam
fluida. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik-menarik antara molekul yang sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan molekul.
2. Aliran Turbulen
Aliran yang bergerak dengan kecepatan berbeda pada titik-titik yang berbeda
dan bergerak acak dinamakan aliran turbulen. Aliran turbulen dicirikan
dengan adanya pola-pola lingkaran kecil yang kacau dan mempunyai pusaran,
disebut sebagai arus eddy. Arus-arus eddy ini menyerap banyak energi, dan
walaupun gesekan-gesekan internal yang disebut viskositas telah ada di
dalam aliran laminar sekalipun, jumlah gesekan ini menjadi jauh lebih besar
di dalam aliran turbulen (Giancoli, 2001).
H. Viskositas
Fluida riil memiliki gesekan internal yang disebut viskositas. Lebih jelasnya
viskositas adalah gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada saat
fluida tersebut bergerak.
Adanya viskositas ini menimbulkan gradient kecepatan yang merupakan
perubahan kecepatan dibagi dengan jarak terjadinya perubahan. Untuk fluida
viskositas ditunjukkan oleh persamaan 2.11.
= (2.11)
dimana,
F = Gaya gesekan (Newton)
= koefisien gesekan (Ns/m2 atau Pa.s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan (m/s)
l = panjang penampang (m)
I. Persamaan Pouiseulle
Laju aliran fluida dalam tabung yang bulat bergantung pada viskositas
fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung. Ilmuwan Perancis J.L Pouiseulle
(1799-1869) tertarik pada fisika dari peredaran darah. Ia ingin mengetahui
bagaimana pengaruh dari variabel-variabel tersebut terhadap laju aliran fluida
yang tidak bisa ditekan dan mengalami aliran laminar pada tabung silinder.
Berikut persamaan Pouiseulle adalah:
4 () 4 (1 2 )
= = (2.12)
8 8
dimana,
r = radius dalam tabung (m)
L = panjang tabung (m)
P = perbedaan tekanan antara ujung-ujung tabung (N/m2)
= koefisien viskositas (Ns/m2)
Q = laju volume aliran (m3/s)
Persamaan Pouseille hanya berlaku untuk aliran lurus fluida yang tidak
dapat ditekan dengan viskositas yang konstan. Jadi tidak dapat tepat akurat pada
aliran yang turbulen.
15
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Wyatt (1966) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
konstruksi probe, yaitu:
1. Inti magnet
2. Isolasi berkualitas tinggi
3. Platinization dari elektroda untuk meminimalkan impedansi elektroda
4. Ketelitian dari elektrostatis yang dihasilkan oleh kumparan magnet dari
rangkaian elektroda.
5. Kontruksi dari kepala elektroda harus simetris dengan kumparan magnet.
Desain probe yang umum adalah jenis perivascular yang terdiri dari koil
berbentuk toroida, inti magnet, dan sepasang elektroda seperti ditunjukkan
Gambar 3.2 berikut:
Toroida pada gambar 3.2 dililit dengan arah yang berlawanan pada bagian
tengah dan dilaminasi dengan inti magnet jenis permalloy sehingga arah medan
ke bawah menuju pusat cuff (manset). Siklus arah medan magnet pada
magnet
probe berawal dari bagian atas toroida yang turun ke bawah menuju tengah cuff,
kemudian masuk ke dasar toroida dan naik lagi ke atas. Untuk elektroda probe ini
biasanya berbahan platina. Hasil terbaik diperoleh apabila elektroda tersebut
dilapisi oleh platina (platinized) untuk menghasilkan impedansi yang rendah dan
meminimalisir arus pendek dari ggl induksi.
17
tahap output, Low Pass Filter bertugas untuk melewatkan sinyal berfrekuensi
rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Sirkuit ini juga memberikan
respon frekuensi seragam dan pergeseran fase linear, lalu diikuti oleh integrator
yang menyediakan output yang sesuai dengan aliran darah rata-rata. Output
tersebut ditampilkan pada recorder seperti yang ditunjukkan gambar 3.4 E.
Agar lebih mudah tahapan kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dapat
dijelaskan pada bagan yang ditunjukkan Gambar 3.5 berikut.
Probe menghasilkan
medan magnet
Sinyal diperkuat
Gambar 3.5 Bagan proses kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur
aliran darah
20
Gambar 3.6 berikut adalah berbagai sampel hasil pengukuran aliran darah
pada kelinci yang ditampilkan recorder dalam bentuk gelombang pulsatile.
dimana
= GGL (volt)
B = kuat medan magnet (Tesla)
d = diameter pembuluh darah (m)
v = kecepatan aliran darah (m/s)
Jumlah zat cair / darah yang mengalir dapat pula dihitung dengan persamaan
3.2 sebagai berikut,
= . (3.2)
sehingga menjadi
23
2
= ( ).( ) (3.3)
4
dimana
Q = debit aliran (m3/s)
v = kecepatan aliran rata-rata (m/s)
V = beda potensial (volt)
A = luas pembuluh darah (m2)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur aliran
darah sebagai berikut:
Probe perivascular dioperasikan pada frekuensi 400 Hz untuk menghasilkan arus
listrik sehingga membangkitkan medan magnet. Darah (elektrolit) yang mengalir
di dalam pembuluh bergerak memotong medan magnet dan menimbulkan ggl
(tegangan aliran) pada elektroda sesuai hukum ggl induksi Faraday. Tegangan
artefak juga diinduksi oleh pembuluh darah yang mana sinyalnya lebih besar dari
pada sinyal aliran dan berbeda fase 90o. Tegangan artefak dihilangkan secara
elektronis sehingga hanya sinyal aliran saja yang dilewatkan. Sinyal aliran
dimodulasi oleh sinyal referensi kemudian didemodulasi kembali. Sinyal output
aliranakan ditampilkan pada recorder dalam bentuk pulsatile.
B. Saran
Jika ingin membahas tentang alat pengukur aliran darah, penulis
menyarankan untuk membandingkan prinsip kerja alat Electromagnetic Blood
Flowmeter dengan pengukur aliran darah lainnya seperti Ultrasonic Flowmeter
dan Indicator-dilution beserta kelebihan dan kekurangannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Atie, Puntodewo, Sonya D., J. Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis untuk
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bogor: Center for International Forestry
Research.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Bali: Penerbit Buku Kedokteran, Egc.
Jr, William H. Hayt dan John A. Buck. 2006. Elektromagnetik Edisi Ketujuh.
Jakarta: Erlangga.
26
Khandpur, R.S. 1987. Hand Book of Instrumentation. New Delhi: Tata Macraw-
Hill Publishing Company Limited.
Serway, Raymond A. dan John. W. Jewett, Jr. 2010. Fisika untuk Sains dan
Teknik Buku 2 Edisi 6. Jakarta: Salemba Teknika.
Webster, John G. 2008. Measurement of Flow and Volume of Blood. New York:
John Wiley & sons, Inc.