Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu fisika sangat mendukung perkembangan kehidupan manusia dalam
berbagai sektor. Baik dalam sektor teknologi, industri, komunikasi, termasuk
teknik kerekayasaan (engineering), kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain. Ilmu
fisika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai jenis fenomena
tersebut.
Teknik biomedis juga termasuk ke dalam golongan yang mengaplikasikan
ilmu fisika di dalam pelaksanaannya. Teknik biomedis adalah pengaplikasian
teknik dan prinsip teknik dalam bidang medis. Bidang ini menggabungkan
kemampuan desain dan pemecahan masalah insinyur dengan ilmu medis dan ilmu
biologi di bidang kedokteran seperti diagnosa, pengawasan, dan terapi.
Berdasarkan buku besar Free Medical Dictionary menjelaskan bahwa aliran
darah adalah pergerakan darah di dalam pembuluh darah. Berbagai alasan teknik
dan klinis, untuk mengukur aliran darah secara akurat sangatlah sulit dikarenakan
kecepatan aliran darah sangat bervariasi di dalam pembuluh darah yang
diameternya mencapai satuan milimeter.
Bagi makhluk hidup, aliran darah adalah hal yang sangat vital. Urgensi dari
aliran darah adalah membantu dalam mengetahui proses fisiologi tubuh mula-
mula yang mana dapat mengubah volume darah, berkorelasi dengan nutrisi dan
substansi lainnya dalam darah sehingga pengukurannya dapat merefleksikan
konsentrasi oksigen.
Salah satu instrumen yang dapat mengukur parameter tersebut adalah
Electromagnetic Blood Flowmeter. Alat ini dapat mengukur aliran pulsatile
seketika dari darah yang mana memiliki kemampuan lebih dari pada metode
indikator-dilusi, yang hanya dapat mengukur aliran darah rata-rata.
Electromagnetic Blood Flowmeter menggunakan prinsip induksi
elektromagnetik Faraday, yaitu sementara darah mengalir (sebagai fluida
konduktor) di antara kekuatan medan magnet yang disediakan oleh alat ukur
2

tersebut, tegangan diinduksi dalam aliran darah. Kemudian tegangan induksi


tersebut akan dicitrakan dalam bentuk sinyal keluaran dan ditampilkan pada
indicating device sebagai aliran darah yang terukur.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
kajian ini dalam seminar mata kuliah yang berjudul Prinsip Kerja
Electromagnetic Blood Flowmeter dalam Mengukur Aliran Darah.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penulisan makalah ini adalah
Bagaimanakah prinsip kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur
aliran darah?

C. Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah dapat fokus dan tidak melebar, maka dibatasi
hanya untuk membahas tentang prinsip kerja Electromagnetic Blood Flowmeter
dalam mengukur aliran darah.

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja
Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur aliran darah.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini nantinya adalah :
1. Memperkaya wawasan penulis mengenai konsep fisika pada Flowmeter
khususnya Electromagnetic Blood Flowmeter.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi bagi pembaca pada
umumnya dan mahasiswa fisika khususnya.
3

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Gelombang Elektromagnetik
Dalam teori listrik dan magnet, yang dinamakan gelombang
elektromagnetik adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gerakan muatan listrik
(elektron) yang dipercepat atau diperlambat. Apabila gerakan cepat lambat ini
secara periodik maka juga akan menimbulkan medan magnet periodik yang
memiliki frekuensi dan panjang gelombang tetap (Mitri, 2006).
Terdapat dua hukum yang menghubungkan gejala kelistrikan dan
kemagnetan yang telah ditemukan, yaitu:
1. Arus listrik dalam konduktor dapat menghasilkan medan magnet
disekitarnya. Peletak dasar konsep ini adalah Oersted yang telah menemukan
gejala ini secara eksperimen dan dirumuskan secara lengkap oleh Ampere
yang kemudian dinyatakan sebagai Hukum Ampere.
2. Medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu dapat menghasilkan
(menginduksi) medan listrik dalam bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal
sebagai gejala induksi elektromagnet. Konsep induksi elektromagnet
ditemukan secara eksperimen oleh Michael Faraday dan dirumuskan secara
lengkap oleh Joseph Henry. Hukum induksi magnet sendiri kemudian dikenal
sebagai Hukum Faraday-Henry.
Dari kedua konsep dasar listrik magnet di atas, James Clark Maxwell
melihat adanya suatu pola dasar dan kemudian mengajukan suatu usulan bahwa
medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat mengakibatkan medan listrik
yang juga berubah-ubah terhadap waktu, begitu juga sebaliknya. Jika proses ini
berlangsung secara kontinu maka akan menghasilkan medan magnet dan medan
listrik secara kontinu. Jika medan magnet dan medan listrik ini secara serempak
merambat (menyebar) di dalam ruang ke segala arah maka ini merupakan gejala
gelombang. Gelombang semacam inilah disebut gelombang elektromagnetik
(Giancoli, 2001).
4

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau


tidak ada medium. Energi elektromagnetik dapat merambat dalam gelombang
dengan beberapa parameter yang dapat diukur seperti panjang gelombang,
frekuensi, amplitudo, dan kecepatan. Amplitudo adalah tinggi gelombang,
panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak gelombang dan frekuensi
adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Oleh
karena kecepatan energi gelombang elektromagnetik adalah konstan (kecepatan
cahaya) maka panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin
panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek
suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya (Puntodewo, 2003).
Gelombang elektromagnetik selama merambat dapat memindahkan energi
ke benda-benda yang berada pada lintasannya (Mitri, 2006).
Ciri-ciri gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut:
1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang
bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan minimum
pada saat yang sama dan tempat yang sama.
2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya
tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.
3. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal.
4. Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik
mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan, interfernsi, dan difraksi. Juga
mengalami peristiwa polarisasi karena termasuk gelombang transversal.
5. Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifat-sifat
listrik dan magnetik dari medium yang ditempuhnya (Junary, 2014).
Bentuk dan arah gelombang elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5

Gambar 2.1 Gelombang Elektromagnetik (Kartina, 2010)

B. Medan Magnetik dan Gaya Magnetik


Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet dan masih dipengaruhi oleh
magnet. Keberadaan medan magnet dapat dilihat dari perubahan arah jarum
kompas sebagaimana percobaan Oersted. Melalui percobaannya, ia menemukan
gejala adanya medan magnet di sekitar kawat berarus yang ditandai dengan
pergeseran arah jarum kompas di sekitar kawat seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Arah kompas mengikuti arah medan magnet di sekitar kawat
berarus (Istighfara, 2013)
6

Arah arus dan arah medan magnet yang timbul dapat diketahui dengan
menggunakan kaidah tangan yang mana ibu jari menunjukkan arah arus dan
keempat jari lainnya menunjukkan arah medan magnet seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kaidah tangan kanan (United Science, 2011)

Menurut Serway dan Jewett (2010) gaya magnetik dihasilkan oleh medan
magnet pada partikel bermuatan yang bergerak dengan kecepatan , yang disebut
dengan benda uji. Anggap benda uji tidak memiliki medan listrik atau medan
gravitasi yang memengaruhinya maka eksperimen pada partikel bermuatan yang
berbeda-beda dan bergerak di dalam medan magnet memberikan hasil-hasil
sebagai berikut.
1. Besar gaya magnetik
yang bekerja pada partikel sebanding dengan muatan
q dan sebanding dengan kecepatan partikel .
2. Besar dan arah
bergantung pada kecepatan partikel dan pada besar dan
.
arah medan magnet
3. Ketika sebuah partikel bermuatan bergerak sejajar dengan vektor medan
magnet, gaya magnetik yang bekerja pada partikel adalah nol.
4. Ketika vektor kecepatan partikel membentuk sudut = 0 dengan medan
magnet, gaya magnetik berada pada arah yang tegak lurus terhadap kedua v
; yang berarti
dan tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh dan
.

7

5. Besar gaya magnetik yang dihasilkan pada partikel yang sedang bergerak
sebanding dengan sin , dimana adalah sudut vektor kecepatan partikel
.
yang terbentuk dengan arah
Gaya magnetik pada muatan bergerak dapat dilihat pada Gambar 2.4
berikut.

Gambar 2.4 (a) Arah gaya magnetik muatan yang bergerak dengan kecepatan v di
dalam pengaruh medan magnet. (b) Aturan tangan kanan pada partikel bermuatan
yang bergerak (Fisikazone, 2013)

Besar gaya magnetik pada partikel bermuatan dapat dirumuskan dalam


persamaan 2.1 dan 2.2.
)
= (x (2.1)
= || (2.2)
dimana
= gaya magnetik (N)
= medan magnet (Tesla)
= muatan (coulomb)
= kecepatan (m/s)

C. Medan Magnetik Solenoida


Solenoida merupakan lilitan kawat atau kumparan rapat yang digunakan
untuk menghasilkan medan magnetik yang kuat, seragam dengan daerah yang
dikelilingi oleh simpalnya. Medan magnetik solebnoida pada dasarnya adalah
8

medan magnetik dari sederetan N simpal arus identik yang ditempatkan


berdampingan (Tipler, 2001).
Gambar 2.5 menunjukkan garis-garis medan magnetik untuk solenoid
panjang yang digulung rapat. Di dalam solenoid, garis-garis medan ini hampir
sejajar dengan sumbunya dan berjarak rapat dan seragam, menandakan adanya
medan magnetik yang kuat sedangkan di luar solenoid, garis-garisnya kurang
rapat.

Gambar 2.5 Garis-garis medan magnet pada solenoida (Anonim, 2015)

Besar medan magnet yang ditimbulkan solenoida lilitan N dengan panjang l


pada pusat solenoid dapat ditentukan dengan persamaan 2.3 berikut,
0
= atau = 0 (2.3)

dimana
B = kuat medan magnet (Tesla)
0 = permeabilitas (4 107 /)
N = jumlah lilitan
I = kuat arus (Ampere)
l = panjang solenoida (m)

D. Medan Magnetik Toroida


Toroida adalah kawat yang dililitkan pada inti yang berbentuk lingkaran
atau solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya membentuk sebuah
9

lingkaran. Jadi pada prinsipnya toroida merupakan solenoida yang intinya


dibengkokkan sehingga berbentuk lingkaran.
Besarnya induksi magnetik pada sumbu toroida dapat dirumuskan pada
persamaan 2.4 berikut,
0
= (2.4)
2
dimana r adalah panjang jari-jari dari pusat toroida ke inti dalam toroida seperti
yang ditunjukkan Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6 Toroida (Sutari, 2013)

E. Fluks Magnetik
Fluks yang terkait dengan medan magnet didefinisikan dalam bentuk yang
mirip dengan definisi fluks listrik. Sebuah elemen
pada suatu permukaan
maka fluks magnetik yang menembus elemen
benda berada pada medan magnet
tersebut adalah , dimana
. adalah vektor yang tegak lurus permukaan dan
. Oleh karena itu, fluks magnetik total B yang
besarnya sama dengan luas
melewati permukaan dapat dirumuskan oleh persamaan 2.5 berikut.
.
= (2.5)
10

Bayangkan suatu kasus khusus, yaitu sebuah bidang dengan luas A dalam
. Fluks magnetik yang
yang membuat sudut dengan
medan homogen
menembus bidang tersebut dapat dijelaskan pada persamaan (2.6) berikut:
= (2.6)
Fluks magnet ditunjukkan pada Gambar 2.7. Jika medan magnetnya sejajar
bidang, seperti gambar 2.7 (b), maka = 90 dan fluks yang menembus bidang
adalah nol. Jika medannya tegak lurus bidang, seperti gambar 2.7 (a) maka =
0 dan fluks yang menembus bidang adalah BA (nilai maksimum).
Satuan fluks magnetik adalah T.m2, dimana didefinisikan dalam satuan
weber (Wb); 1 Wb = 1 T.m2 (Serway, 2010).

(a)

(b)

Gambar 2.7 Fluks magnetik yang menembus bidang yang terletak dalam medan
magnet. (a) fluks yang menembus bidang besarnya maksimum ketika medan
magnetnya tegak lurus bidang. (b) Fluks magnetik yang menembus bidang
besarnya nol ketika medan magnetnya sejajar terhadap permukaan bidang (Iksan,
2014)

F. Induksi Magnetik
Menurut Michael Faraday apabila sebuah arus menghasilkan medan magnet,
maka sebaliknya medan magnet pun dapat menghasilkan arus listrik. Dalam
konteks medan, dapat dikatakan bahwa sebuah medan magnet yang berubah
terhadap satuan waktu akan menghasilkan gerak gaya listrik (ggl) yang pada
gilirannya akan membangkitkan arus jika terdapat sebuah rangkaian tertutup yang
11

memadai. Gaya gerak listrik pada dasarnya adalah tegangan yang timbul karena
pergerakan konduktor berarus di dalam sebuah medan magnet, atau karena adanya
medan magnet yang berubah-ubah. Secara umum, hukum Faraday dapat
dituliskan seperti persamaan (2.7) berikut,

= (2.7)

Persamaan di atas mengimplikasikan adanya jalur tertutup, meskipun tidak


harus merupakan jalur konduktor tertutup.
Fluks magnet yang dimaksud adalah fluks yang lewat menembus sembarang
permukaan yang tertutup sebagai garis kelilingnya dan d/dt adalah laju
perubahan fluks terhadap waktu.
Nilai bukan nol untuk d/dt dapat dihasilkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Sebuah fluks yang berubah-ubah terhadap waktu yang melingkari sebuah
jalur tertutup yang diam (stationer).
2. Pergerakan relatif antara fluks yang konstan terhadap sebuah jalur tertutup.
3. Kombinasi dari kedua hal tersebut di atas.
Tanda negatif di depan kuantitas turunan ini mengindikasikan bahwa ggl
memiliki arah sedemikian rupa sehingga menghasilkan arus yang akan
membangkitkan fluks yang bersama dengan fluks dari medan magnet aslinya,
akan memperkecil magnitudo ggl. Hukum ini menyatakan bahwa tegangan
induksi akan menghasilkan fluks yang melawan medan awalnya, yang dikenal
sebagai hukum Lenz.
Jika jalur tertutup yang disebutkan adalah sebuah kumparan filamen dengan
N lilitan maka tiap-tiap lilitan dapat dianggap identik dan hasil yang cukup akurat
dapat diperoleh dengan persamaan (2.8) berikut,

= (2.8)

dimana sekarang diinterpretasikan sebagai fluks yang menembus masing-


masing N lintasan tertutup yang dibentuk oleh lilitan kumparan (Jr, William H.
Hayt dan John A. Buck, 2006).
Prinsip yang sama diterapkan pada generator kawat luncur yang ditunjukkan
dengan
oleh Gambar 2.8 yang berada pada medan magnetik homogen
kecepatan dimana fluks magnetik yang melalui rangkaian berubah akibat
12

perubahan luasnya. Dalam waktu batang yang meluncur itu bergerak sejauh
dan luas bertambah sebanyak = . Bila dirumuskan akan menjadi
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10 berikut,
= = (2.9)
Sehingga ggl induksinya adalah,
= (2.10)
Batang penghantar yang digerakkan di dalam medan magnet dapat dilihat
pada Gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8. Batang penghantar yang digerakkan ke kanan pada konduktor


berbentuk U pada medan magnet B yang arahnya keluar dari bidang (Giancoli,
2001)

G. Aliran Fluida
Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida termasuk cairan
dan gas. Adapun aliran fluida darah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Aliran Laminar
Apabila fluida mengalir di dalam sebuah penampang dengan kecepatan tetap
terhadap waktu pada setiap titik disebut dengan aliran laminar. Pada aliran
laminar, lintasan-lintasan partikel fluida tidak memotong satu sama lainnya
(Giancoli, 2003). Artinya, kecepatan partikel fluida yang lewat di suatu aliran
adalah sama seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9.
13

Gambar 2.9 Aliran Laminar (Narutomo, 2012)

Bila diperhatikan pada Gambar 2.9, kecepatan aliran fluida yang dekat
dengan dinding penampang lebih kecil dari pada kecepatan partikel fluida
yang berada di tengah. Itu disebabkan oleh adanya gesekan internal dalam
fluida. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik-menarik antara molekul yang sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan molekul.
2. Aliran Turbulen
Aliran yang bergerak dengan kecepatan berbeda pada titik-titik yang berbeda
dan bergerak acak dinamakan aliran turbulen. Aliran turbulen dicirikan
dengan adanya pola-pola lingkaran kecil yang kacau dan mempunyai pusaran,
disebut sebagai arus eddy. Arus-arus eddy ini menyerap banyak energi, dan
walaupun gesekan-gesekan internal yang disebut viskositas telah ada di
dalam aliran laminar sekalipun, jumlah gesekan ini menjadi jauh lebih besar
di dalam aliran turbulen (Giancoli, 2001).

Gambar 2.10 Aliran Turbulen (Narutomo, 2012)


14

H. Viskositas
Fluida riil memiliki gesekan internal yang disebut viskositas. Lebih jelasnya
viskositas adalah gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada saat
fluida tersebut bergerak.
Adanya viskositas ini menimbulkan gradient kecepatan yang merupakan
perubahan kecepatan dibagi dengan jarak terjadinya perubahan. Untuk fluida
viskositas ditunjukkan oleh persamaan 2.11.

= (2.11)

dimana,
F = Gaya gesekan (Newton)
= koefisien gesekan (Ns/m2 atau Pa.s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan (m/s)
l = panjang penampang (m)

I. Persamaan Pouiseulle
Laju aliran fluida dalam tabung yang bulat bergantung pada viskositas
fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung. Ilmuwan Perancis J.L Pouiseulle
(1799-1869) tertarik pada fisika dari peredaran darah. Ia ingin mengetahui
bagaimana pengaruh dari variabel-variabel tersebut terhadap laju aliran fluida
yang tidak bisa ditekan dan mengalami aliran laminar pada tabung silinder.
Berikut persamaan Pouiseulle adalah:
4 () 4 (1 2 )
= = (2.12)
8 8

dimana,
r = radius dalam tabung (m)
L = panjang tabung (m)
P = perbedaan tekanan antara ujung-ujung tabung (N/m2)
= koefisien viskositas (Ns/m2)
Q = laju volume aliran (m3/s)

Persamaan Pouseille hanya berlaku untuk aliran lurus fluida yang tidak
dapat ditekan dengan viskositas yang konstan. Jadi tidak dapat tepat akurat pada
aliran yang turbulen.
15

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Electromagnetic Blood Flowmeter


Flowmeter adalah suatu alat untuk mengukur aliran dari volume tertentu
cairan dan mengekspresikannya melalui sinyal listrik. Sebuah flowmeter standar
terdiri dari transduser dan sumber tegangan yang idealnya seminimal mungkin
mendapat gangguan dari kondisi lingkungan sekitar.
Electromagnetic Blood Flowmeter merupakan alat ukur aliran darah yang
digunakan dalam dunia medis dimana pengukurannya bersentuhan langsung
dengan pembuluh darah. Menurut Webster (2008) menjelaskan bahwa
Electromagnetic Blood Flowmeter mengukur aliran pulsatile seketika dari darah
yang memiliki kemampuan lebih dari pada metode indikator-dilusi, yang hanya
dapat mengukur aliran darah rata-rata.

B. Bagian-bagian Electromagnetic Blood Flowmeter


Bagian utama dari Electromagnetic Blood Flowmeter yang bertindak
sebagai transduser yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi lain adalah
probe. Berbagai variasi bentuk probe telah dibuat untuk mengukur aliran darah
seperti yang ditunjukkan Gambar 3.1 sehingga penggunaannya harus disesuaikan
dengan ukuran pembuluh darah (Cobbold, 1974).

Gambar 3.1 Berbagai varian probe Electromagnetic Blood Flowmeter (Inc,


Carolina Medical Electronics, 2013)
16

Menurut Wyatt (1966) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
konstruksi probe, yaitu:
1. Inti magnet
2. Isolasi berkualitas tinggi
3. Platinization dari elektroda untuk meminimalkan impedansi elektroda
4. Ketelitian dari elektrostatis yang dihasilkan oleh kumparan magnet dari
rangkaian elektroda.
5. Kontruksi dari kepala elektroda harus simetris dengan kumparan magnet.

Desain probe yang umum adalah jenis perivascular yang terdiri dari koil
berbentuk toroida, inti magnet, dan sepasang elektroda seperti ditunjukkan
Gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Desain Probe Perivaskular (Webster, 2008)

Toroida pada gambar 3.2 dililit dengan arah yang berlawanan pada bagian
tengah dan dilaminasi dengan inti magnet jenis permalloy sehingga arah medan
ke bawah menuju pusat cuff (manset). Siklus arah medan magnet pada
magnet
probe berawal dari bagian atas toroida yang turun ke bawah menuju tengah cuff,
kemudian masuk ke dasar toroida dan naik lagi ke atas. Untuk elektroda probe ini
biasanya berbahan platina. Hasil terbaik diperoleh apabila elektroda tersebut
dilapisi oleh platina (platinized) untuk menghasilkan impedansi yang rendah dan
meminimalisir arus pendek dari ggl induksi.
17

Untuk mencegah terjadinya kopling kapasitif di antara lilitan koil dan


elektroda, maka pelindung elektrostatis diletakkan di antara keduanya. Probe
diisolasi dengan bahan yang memiliki resistivitas yang tinggi dan impermeabilitas
terhadap darah.
Beberapa probe ada yang didesain dengan tambahan kunci plastik agar
dapat melingkari pembuluh darah dengan sempurna tanpa perlu memotong
pembuluh tersebut. Ukuran probe yang sesuai dengan ukuran pembuluh darah
menjadi sangat penting sehingga pada saat diastol terjadi kontak yang baik antara
elektroda dan pembuluh darah dan saat kondisi sistol terjadi penyempitan karena
pembuluh darah mengembang hingga 7% dari diameternya.
Probe (transduser) dihubungkan pada alat yang ditunjukkan pada Gambar
3.3 berikut. Alat ini merupakan sumber teganganyang memberikan arus magnet
dalam bentuk gelombang sinusoidal dengan frekuensi 400 Hz.

Gambar 3.3 Electromagnetic Blood Flowmeter (Inc, Carolina Medical


Electronics, 2013)

C. Blok Diagram Electromagnetic Blood Flowmeter


Blok diagram adalah diagram dari sebuah sistem, di mana bagian utama
atau fungsi yang diwakili oleh blok dihubungkan dengan garis yang menunjukkan
hubungan (Taufik, 2012). Alat elektronik biasanya memiliki blok diagram untuk
18

mempermudah mengetahui proses-proses yang terjadi di dalamnya. Berikut blok


diagram instrumen Electromagnetic Blood Flowmeter.

Gambar 3.4 Blok diagram rangkaian Electromagnetic Blood Flowmeter

Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dijelaskan bahwa pengoperasian


Electromagnetic Blood Flowmeter diawali dengan osilator membangkitkan
gelombang listrik sinusoidal berfrekuensi 400 Hz sehingga daerah di sekitar
transduser elektromagnetik (Gambar 3.4 A) merasakan medan magnet. Darah
yang mengalir di dalam pembuluh bergerak memotong medan magnet dan
menginduksi tegangan ggl. Tegangan tersebut merupakan sinyal aliran yang
dideteksi oleh elektroda dan diperkuat oleh amplifier (Gambar 3.4 B). Sementara
itu sinyal artefak (quadratur) juga diinduksi oleh pembuluh darah yang bertindak
seolah seperti kumparan sekunder trafo yang mana sinyal tersebut lebih besar dari
sinyal aliran dan berbeda fase 90o.
Sebuah detektor fasa sensitif (Gambar 3.4 C) mendeteksi dua sinyal
masukan berbeda fasa; sinyal aliran dan sinyal artefak. Sinyal referensi sebagai
gelombang pembawa yang dihasilkan oleh reference voltage supply (Gambar 3.4
A) diterapkan ke sinyal aliran sedangkan sinyal artefak akan ditolak.
Pemodulasian dilakukan oleh sinyal referensi terhadap sinyal aliran yang
kemudian diikuti oleh proses demodulator dengan bantuan Low Pass Filter. Pada
19

tahap output, Low Pass Filter bertugas untuk melewatkan sinyal berfrekuensi
rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Sirkuit ini juga memberikan
respon frekuensi seragam dan pergeseran fase linear, lalu diikuti oleh integrator
yang menyediakan output yang sesuai dengan aliran darah rata-rata. Output
tersebut ditampilkan pada recorder seperti yang ditunjukkan gambar 3.4 E.
Agar lebih mudah tahapan kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dapat
dijelaskan pada bagan yang ditunjukkan Gambar 3.5 berikut.

Probe dialiri arus


listrik

Probe menghasilkan
medan magnet

Darah (elektrolit) yang mengalir


pada pembuluh dan bergerak
memotong medan magnet
menghasilkan tegangan induksi

Tegangan induksi (sinyal Pembuluh darah juga


sinusoidal) dideteksi oleh menghasilkan tegangan
elektroda artefak yang nilainya
lebih besar dan berbeda
fase 90o.

Sinyal diperkuat

Sinyal aliran dimodulasi Sinyal didemodulasi Sinyal pulsatile dan


oleh sinyal referensi; kembali menjadi nilai rata-rata aliran
sinyal artefak dihilangkan sinyal aliran dari darah ditampilkan
secara elektronis sinyal referensi pada recorder

Gambar 3.5 Bagan proses kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur
aliran darah
20

Gambar 3.6 berikut adalah berbagai sampel hasil pengukuran aliran darah
pada kelinci yang ditampilkan recorder dalam bentuk gelombang pulsatile.

Gambar 3.6 Blood record aliran darah (Lestari, 2015)

Berdasarkan gambar 3.6 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


(a) Garis lurus diantara F1 dan F2 pada sinyal aliran darah tersebut menandakan
bahwa arteri tersumbat setelah diberi bius. F1 adalah aliran normal dan
21

lonjakan amplitudo pada F2 merupakan peningkatan aliran darah akibat refleks


sinus arteri karotis.
(b) Sinyal aliran aorta descending pada kelinci yang sama dimana pada O1 dan O2
pembuluh tersumbat. Sedangkan variasi amplitude diantara O1 dan O2
mengikuti siklus pernafasan.
(c) Aliran darah pada arterial dimana puncak sinyal merupakan aliran darah saat
sistol yang perlahan menurun dan mengikuti siklus curah jantung. Maksud
garis lurus panjang diperoleh dari penyumbatan pembuluh dan de-energi
transduser.

D. Prinsip Kerja Electromagnetic Blood Flowmeter


Darah merupakan elektrolit yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada di dalam larutan (fluida). Ion terbagi menjadi
anion dan kation tergantung mereka bergerak dalam medan listrik menuju katoda
mau pun anoda yang menunjukkan mereka mempunyai muatan positif dan
negatif.
Alat ukur aliran darah yang memanfaatkan ion tersebut dengan prinsip
elektromagnetis adalah induksi elektromagnetik. Bila suatu konduktor listrik
digerakkan dalam medan magnet maka akan menghasilkan suatu tegangan yang
sebanding dengan kecepatan gerakan (hukum Faraday). Dalam hal ini konduktor
yang digunakan bukan merupakan suatu kawat penghantar melainkan pipa
konduksi yang ditempati pada medan magnet dan dilewati zat alir (Gabriel, 1996).
Apabila terdapat gerakan partikel bermuatan (darah) berkecepatan v di
bawah pengaruh medan magnetik maka akan muncul gaya F pada setiap muatan
yang bergerak (arus listrik). Gaya tersebut akan menghasilkan ggl yang akan
diinduksi oleh probe Electromagnetic Blood Flowmeter sehingga akan didapatkan
beda potensial darah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7.
22

(a) (b) (c)

Gambar 3.7 Prinsip Kerja Electromagnetic Blood Flowmeter: Mengukur Beda


Potensial Darah (CheggStudy, 2014)

Berdasarkan gambar 3.7 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


(a) Probe menghasilkan medan magnet yang kuat. Elektroda-elektroda
membuat kontak sepanjang sumbu x yang tegak lurus terhadap arah medan
magnet.
(b) Medan magnet memberikan gaya pada ion di dalam darah yang mana arah
gaya untuk muatan positif dan negatif adalah berlawanan.
(c) Gaya-gaya tersebut menyebabkan adanya muatan yang terpisah dan
menghasilkan beda potensial di antara kedua elektroda. Jarak tersebut
diasumsikan sebagai d (diameter pembuluh) sebagai pengganti l (panjang
pembuluh).
Rata-rata kecepatan aliran darah v yang melewati medan magnet B akan
menghasilkan tegangan di antara elemen elektroda tersebut seperti pada
persamaan 3.1,
= (3.1)

dimana
= GGL (volt)
B = kuat medan magnet (Tesla)
d = diameter pembuluh darah (m)
v = kecepatan aliran darah (m/s)

Jumlah zat cair / darah yang mengalir dapat pula dihitung dengan persamaan
3.2 sebagai berikut,
= . (3.2)
sehingga menjadi
23

2
= ( ).( ) (3.3)
4

dimana
Q = debit aliran (m3/s)
v = kecepatan aliran rata-rata (m/s)
V = beda potensial (volt)
A = luas pembuluh darah (m2)

Mengingat bahwa diameter pembuluh darah dan medan magnet konstan,


tegangan induksi hanya akan berkorelasi dengan kecepatan fluida sehingga
tegangan akan menciptakan arus yang dapat diterjemahkan sebagai pengukuran
debit aliran. Namun, penggunaan arus bolak-balik pada Electromagnetic Blood
Flowmeter tersebut menghasilkan medan magnet yang tidak konstan dan selalu
berubah-ubah terhadap waktu sehingga tegangan induksi akan berkorelasi dengan
medan magnet dan kecepatan aliran darah dalam menghasilkan sinyal pengukuran
rata-rata aliran.
24

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip kerja Electromagnetic Blood Flowmeter dalam mengukur aliran
darah sebagai berikut:
Probe perivascular dioperasikan pada frekuensi 400 Hz untuk menghasilkan arus
listrik sehingga membangkitkan medan magnet. Darah (elektrolit) yang mengalir
di dalam pembuluh bergerak memotong medan magnet dan menimbulkan ggl
(tegangan aliran) pada elektroda sesuai hukum ggl induksi Faraday. Tegangan
artefak juga diinduksi oleh pembuluh darah yang mana sinyalnya lebih besar dari
pada sinyal aliran dan berbeda fase 90o. Tegangan artefak dihilangkan secara
elektronis sehingga hanya sinyal aliran saja yang dilewatkan. Sinyal aliran
dimodulasi oleh sinyal referensi kemudian didemodulasi kembali. Sinyal output
aliranakan ditampilkan pada recorder dalam bentuk pulsatile.

B. Saran
Jika ingin membahas tentang alat pengukur aliran darah, penulis
menyarankan untuk membandingkan prinsip kerja alat Electromagnetic Blood
Flowmeter dengan pengukur aliran darah lainnya seperti Ultrasonic Flowmeter
dan Indicator-dilution beserta kelebihan dan kekurangannya.
25

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Taufiq. 2012. Pengertian Diagram Blok. (online) http://pampam-


7.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-diagram-blok.html. (diakses 8 April
2017).

A. Kolin dan R. T. Kado, 1963. Miniaturization of The Electromagnetic Blood


Flow Meter, Ieee Transactions on Bio-Medical Electronics, Proc. Nat'l.
Acad. Sci..Vol. 45, Pp. 1312, April.

Asyraf, Tarikh Omar. 2016. Electromagnetic Blood Flowmeter. (online)


http://tarikh-fst14.web.unair.ac.id/artikel_detail-164901-
Sistem%20Instrumentasi%20Medis-
Electromagnetic%20Blood%20Flowmeter.html. (diakses 4 Maret 2017).

Atie, Puntodewo, Sonya D., J. Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis untuk
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bogor: Center for International Forestry
Research.

Cobbold, R. 1974. Transducers for Biomedical Measurements: Principle and


Applications. Toronto: Wiley International Publication.

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Bali: Penerbit Buku Kedokteran, Egc.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.

Haliday, Resnick.1997. Fisika Jilid 1 Edisi ke 3. Jakarta: Erlangga.

Inc, Medical Carolina. 2013. Probe Brochure. (online)


http://carolinamedicalelectronics.com/flowprobes.html. (diakses 4 Maret
2017).

Jr, William H. Hayt dan John A. Buck. 2006. Elektromagnetik Edisi Ketujuh.
Jakarta: Erlangga.
26

Junary, Sape. 2014. Gelombang Elektromagnetik. (online). http://nary-


junary.blogspot.co.id/2014/11/gelombang-elektromagnetik.html. (diakses 2
Juni 2017).

Khandpur, R.S. 1987. Hand Book of Instrumentation. New Delhi: Tata Macraw-
Hill Publishing Company Limited.

Kolis, Alexander. 1970. Approaches to Blood-Flow Measurement by Means of


Electromagnetic Catheter Flow Meters. Ieee Transactions Ok Magnetics.
Vol. Mac&, No. 2, page 315.

Muhammad, Ishaq. 2007. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mitri, Irianti. 2006. Gelombang. Pekanbaru: Pusat Pengembangan Pendidikan


Universitas Riau.

Nur, Indah Lestari. 2015. Makalah Elektronika. (online).


http://www.coursehero.com/file/13057793/makalah-elektronika/. (diakses 5
Maret 2017).

Serway, Raymond A. dan John. W. Jewett, Jr. 2010. Fisika untuk Sains dan
Teknik Buku 2 Edisi 6. Jakarta: Salemba Teknika.

Teferra, Meseret Nigatie. 2012. Electromagnetic Blood Flowmeters. (online)


https://mnigatie.wordpress.com/2012/10/27/electromagnetic-blood-flow-
meters/. (diakses 5 Maret 2017).

Tipler, P. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarata: Erlangga.

Verstraete, M. 1980. Methods in Angiology: Instrumentation and Techniques in


Clinical Medicine Vol 2. London: Martinus Nijhoff Publisher.

Webster, John G. 2008. Measurement of Flow and Volume of Blood. New York:
John Wiley & sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai