Anda di halaman 1dari 5

BAB II

ETIKA KOMPUTER
SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia,


memberikan banyak perubahan pada cara berpikir manusia baik itu dalam
usaha pemecahan masalah, perencanaan, maupun juga dalam pengambilan
keputusan.

2.1. Sejarah Etika Komputer


Perkembangan etika komputer juga dimulai dari era 1940-an, dan secara
bertahap berkmbang menjadi sebuah disiplin ilmu baru di masa sekarang
ini.
2.1.1. Era 1940-1950-an
Pada awal tahun 1940-an Profesor dari MIT ini membantu
mengembangkan suatu meriam antipesawat yang mampu menembak
jatuh sebuah pesawat tempur yang melintas di atasnya. Pada
perkembangannya, penelitian di bidang etika dan teknologi tersebut
akhirnya menciptakan suatu bidang riset baru yang diseb ut cybernetics
atau the science of information feedback system. Yang pada akhirnya
membuat Wiener menarik beberapa kesimpulan etis tentang
pemanfaatan teknologi yang sekarang dikenal dengan sebutan Teknologi
Informasi (TI).
Dalam konsep penelitiannya, Wiener meramalkan terjadinya revolusi
sosial dan konsekuensi etis dari perkembangan teknolgoi informasi. Di
tahun 1948, di dalam bukunya cybernetics: control and Communication
in the Animal and the Machine, ia mengungkapkan bahwa mesin
komputasi moern pada prinsipnya merupakan sistem jaringan syaraf
yang juga merupakan peranti kendali otomatis. Dalam pemanfaatan
mesin tersebut, manusia akan dihadapkan pada pengaruh sosial tentang
arti penting teknologi tersebut yang ternyata mampu memberikan
kebaikan, sekaligus malapetaka.
2.1.2. Era 1960-an
Pada pertengahan tahun 1960. Donn Parker dari SRI International Menlo
Park California melakukan berbagai riset untuk menguji penggunaan
komputer yang tidak sah dan tidak sesuai dengan profesionalisme di
bidang komputer.
Parker juga dikenal menjadi pelopor kode etik profesi bagi profesional di
bidang komputer, yang ditandai dengan usahanya pada tahun 1968
ketika ditunjuk untuk memimpin pengembangan Kode Etik Profesional
yang pertama dilakukan untuk Association for Computing Machinery
(ACM).
2.1.3. Era 1970-an
Perkembangan etika komputer di era 1970-an juga diwarnai dengan
karya Walter Maner yang sudah mulai menggunakan istilah computer
ethics. Maner menawarkan suatu kursus eksperimental atas materi
pokok tersbut pada Old Dominion University in Virginia. Sepanjang tahun
1978 ia juga mempublikasikan sendiri karyanya Starter Kit in Computer
Ethics. Yang berisi material klurikulum dan pedagogi untuk para pengajar
universitas dalam pengembangan pendidikan etika komputer.
2.1.4. Era 1980-an
Pertengahan tahun 1980-an, James Moor dari Darthmouth College
menerbitkan artikel menarik yang berjudul What Is Computer Ethics ?
sebagai isu khusus pada Jurnal Metaphilosoophy. Deboarh Johnson dari
Rensselaer Polytechnic Institute menerbitkan buku teks Computer Ethics.
2.1.5. Era 190-an sampai sekarang
Sepanjang tahun 1990 berbagai pelatihan baru di universitas, pusat riset,
konferensi, jurnal, buku teks dan artikel menunjukkan suatu
keanekaragaman yang luas tentang topik di bidang etika komputer.
Sebagai contoh, pemikir seperti Donald Gotterbarn, Keith Miller, Simon
Rogerson, dan Dianne Martin seperti juga banyak organisasi profesional
komputer yang menangani tanggung jawab sosoal profesi tersebut.
2.1.6. Etika Komputer di Indonesia
Sebagai negara yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi
komputer, Indonesia pun tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan
etika di bidang tersebut. Mengadopsi pemikir-pemikir dunia di atas, etika
di bidang komputer berkembang menjadi kurikulum wajib yang dilakukan
oleh hampir semua pergurugan tinggi di bidang komputer di Indonesia.

Tokoh-Tokoh Pelopor Etika Komputer

Norbert Wiener
1950-an (Profesor MIT)

Donn Parker
1960-an (SRI Internasional Menlo
Park California)

J. Weizenbaum
1970-an Walter Maner

James Moor
1980-an (Dartmouth College)

Donald Gotterbarn Keith


1990-an Miller, Simon Rogerson
s/d Sekarang Dianne Martin, dll
2.2. Beberapa Pandangan dalam Cakupan Etika Komputer
Ketika memutuskan untuk menggunakan istilah Etika Komputer pada
pertengahan tahun 1970-an, Walter Maner menggambarkan bidang
tersebut sebagai bidang ilmu yang menguji permasalahan etis yang
menjengkelkan, yang diciptakan oleh teknologi komputer. Maner
berpendapat bahwa beberapa permasalahan etis sebelumnya sudah ada,
diperburuk oleh munculnya komputer yang menimbulkan permasalahan
baru sebagai akibat penerapan teknologi informasi.
Sementara Deborah Johnson (1985) dalam bukunya Computer Ethics,
menggambarkan bidang ini sebagai satu studi tentang cara yang
ditempuh oleh komputer memiliki standar moral baru, yang memaksa
kita sebagai penggunanya untuk menerapkan norma-norma baru pula di
dalam dunia yang belum dipetakan.
James Morr mendefinisikan etika komputer di dalam artikelnya What Is
Computer Ethics. Yang ditulis pada tahun 1985. Dalam artikel tersebut,
Moor mengartikan etika komputer sebagai bidang ilmu yang tidak
terikat secara khusus dengan teori ahli filsafat mana pun dan kompatibel
dengan pendekatan metodologis yang luas pada pemecahan masalah
etis.
Komputer disebut logically malleable karena bisa melakukan aktivitas
apapun dalam membantu tugas manusia.
Menurut Moor, revolusi komputer sedang terjadi dalam dua langkah.
Langkah yang pertama adalah pengenalan teknologi di mana teknologi
komputer dapat dikembangkan dan disaring.

Dua tahap revolusi komputer menurut Moor

Tahap 1
Pengenalan
teknologi

Tahap 2
Pendidikan Penyebaran Bidang lain
teknologi

Pekerjaan Keuangan
Industri

2.3. Isu-Isu Pokok Etika Komputer


2.3.1. Kejahatan Komputer (Computercrime)
Perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, selain
membawa dampak positif bagi umat manusia, di sisi lain juga
mengundang tangan-tangan kriminal untuk beraksi, baik untuk mencari
keuntungan materi maupun sekedar iseng. Hal ini memunculkan
fenomena khas yang sering disebut computercrime atau kejahatan di
dunia komputer.
Kejahatan komputer dapat diartikan sebagai Kejahatan yang ditimbulkan
karena penggunaan komputer secara ilegal.
2.3.2. Cyber Ethics
Salah satu perkembangan pesat di bidang komputer adalah internet.
Internet akronim dari Interconection Networking, merupakan suatu
jaringan yang menghubungkan komputer di seluruh dunia tanpa dibatasi
oleh jumlah unit menjadi satu jaringan yang bisa saling mengakses.
Dengan internet tersebut, satu komputer dapat berkomunikasi secara
langsung dengan komputer lain di berbagai belahan dunia.
2.3.3. E-commerce
Selanjutnya, perkembangan pemakaian internet yang sangat pesat juga
menghasilkan sebuah model perdagangan elektronik yang disebut
electronic Commerce (e-commerce). Secara umu dapat dikatakan bawha
e-commerce adalah sistem perdangan yang menggunakan mekanisme
elektronik yang ada di jaringan internet. E-commerce merupakan warna
baru dalam dunia perdagangan, dimana kegiata perdagangan tersebut
dilakukan secara elektronik dan online. Pembeli tidak harus datang ke
toko dan memilih barang secara langksung melainkan cukup melakukan
browsing di depan komputer untuk melihat daftar barang dagangan
secara elektronik. Jika mempunyai keputusan membeli, ia cukup mengisi
beberapa form yang disediakan, kemudian mengirimkannya secara
online. Pembayaran bisa dilakukan dengan kartu kredit atau transfer
bank, dan kemudian pulang ke rumah menunggu barang datang.
2.3.4. Pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual
Sebagai teknologi yang bekerja secara digital, komputer memiliki sifat
keluwesan yang tinggi. Hal itu berarti bahwa jika informasi berbentuk
digital maka secara mudah seseorang dapat menyalinnya untuk berbagai
dengan orang yang lain. Sifat itu di satu sisi menimbulkan banyak
keuntungan, tetapi di sisi lain juga menimbulkan permasalahan, terutama
menyangkut hak atas kekayaan intelektual.
Beberapa kasus pelanggaran atas hak kekayaan intelektual tersebut
antara lain adalah pembajakan perangkat lunak, softlifting (pemakaian
lisensi melebihi kapasitas penggunaan yang seharusnya), penjualan
CDROM ilegal ata juga penyewaan perangkat lunak ilegal.
2.3.5. Tanggung Jawab Profesi
Seiring perkembangan teknologi pula, para profesional di bidang
komputer sudah melakukan spesialisasi bidang pengetahuan dan sering
kali mempunyai posisi yang tinggi dan terhormat di kalangan
masyarakat. Oleh karena itu alasan tersebut, mereka memiliki tanggung
jawab yang tinggi, mencakup banyak hal dari konsekuensi prfesi yang
dijalaninya. Para profesional menemukan diri mereka dalam hubungan
prfesionalnya dengan orang lain. Mencakup pekerja dengan pekerjaan,
klien dengan profesional, prfesional dengan profesional lain, serta
masyarakat dengan profesional.

Anda mungkin juga menyukai