terletak di permukaan tanah disebut batang. Secara umum batang memiliki stele dengan
xylem dan floem, perisikel, endodermis, korteks, dan epidermis. Pada batang berkas xylem
dan floem terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama. Pada organ batang terdapat tiga
bagian pokok yang berkembang dari jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar,
yaitu epidermis dan derivatnya, korteks dan stele. Ketiga bagian tersebut akan tampak jelas
pada tumbuhan dikotil, sedangkan pada tumbuhan monokotil batas antara korteks dan stele
Epidermis tersusun dari selapis sel dan merupakan lapis terluar batang. Epidermis
mempunyai stomata dan menghasilkan berbagai tipe trikoma. Sel epidermis biasanya
berbentuk rektanguler tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel, dinding luar mengalami
penebalan dari zat kutin. Derivat epidermis yang dapat dijumpai adalah stomata, trikoma, sel
silika dan sel gabus. Stomata kelak berkembang menjadi lentisel (Taggart and Star, 2000).
Daerah korteks terutama tersusun oleh parenkim sebagai jaringan dasar, di daerah
perifer kadang dijumpai kolenkim yang berkelompok atau membentuk lingkaran tertutup.
Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Korteks batang adalah daerah
berbentuk silinder di antara epidermis dan silinder pembuluh. Korteks dapat terdiri dari
seluruhnya atas jaringan tipis. Korteks batang dapat berisikan sklereid, sel sekresi, dan
Stele merupakan daerah di sebelah dalam dari endodermis yang terdiri atas
perikambium, parenkim, dan berkas pengangkut. Berdasarkan tipe berkas pengangkut, ada
tidaknya empelur, dan jendela daun maka stele dapat dibagi menjadi protostele, sifonostele,
diktiostele, eustele, dan ataktostele. Stele merupakan sistem jaringan primer yang terdiri atas
satuan berkas pengangkut beserta jaringan dasar pendukungnya (misalnya empelur, perisikel,
jaringan interfasikular), baik tersusun secara sederhana maupun kompleks (Setjo dkk, 1999).
Xylem (pembuluh kayu) meliputi trachea dan tracheid dan berfungsi mengangkut
bahan mineral dan air dari akar sampai daun. Floem berfungsi mengangkut bahan-bahan dari
bagian atas ke bagian bawah, jelasnya dari daun ke bagian organ lainnya, seperti batang, akar,
atau umbi. Xylem dan floem membentuk berkas pengangkutan (Kartasapoetra, 1991).
Struktur batang monokotil berbeda dengan struktur batang dikotil. Pada monokotil,
penyebaran berkas-berkas pembuluh yang berserakan ini, tidak dapat dibedakan antara
Semua sel pada untaian prokambium menjadi dewasa ke dalam xylem dan floem,
karena itu kambium tidak ada. Kambium berasal dari bagian dalam korteks dan tidak
membentuk floem ke luar dan xylem ke dalam sebagaimana lazimnya. Karena tidak adanya
meristem lateral, jaringan batang monokotil asalnya primer. Tidak adanya pertumbuhan
kambium pembuluh tetapi batangnya dapat berkembang menjadi tebal. Penebalan ini berasal
dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar disebut pertumbuhan sekunder menebal
Pada kebanyakan monokotil, sistem pembuluh primer terdiri atas sejumlah besar
ikatan yang menyebar secara tidak beraturan dan pada sistem itu tidak memungkinkan
membedakan secara jelas batas antara korteks, silinder pembuluh dan empelur. Pada
beberapa monokotiledon, endodermis dengan dinding sel sekunder yang khas dapat
dirangsang sampai sejumlah besar pengaruh faktor-faktor luar (Soediarto dkk, 1965).
Pada umumnya batang tumbuhan dikotiledon identik dengan dijumpai pada batang-
batang berkayu dikot dan kambium yang berfungsi. Jaringan pembuluh primer batang dikot
dapat membentuk suatu silinder yang kontinu. Berkas-berkas tersebut membentuk kambium
fasikular dan sesudah itu disatukan oleh perkembangan kambium interfasikular. Umumnya
terbentuk suatu silinder pembuluh lengkap yang terdiri dari jaringan-jaringan sekunder
(Tjitrosomo, 1983).
Jaringan berkas pengangkut primer pada tumbuhan dikotiledoneae yang berasal dari
sel-sel perikambium hanya berfungsi pada saat tumbuhan dalam fase perkembangan,
kemudian fungsi pengangkutan digantikan oleh jaringan berkas pengangkut sekunder yang
dihasilkan oleh kambium vaskular. Akibat adanya pertumbuhan menebal sekunder ini fungsi
epidermis sebagai jaringan pelindung digantikan oleh kambium gabus (Nugroho dkk, 2005).
Berkas pengangkutan pada batang dikotil tertata dalam bentuk garios besarnya
sebagai lingkaran yang putus-putus. Setiap berkas vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu
xylem, floem, dan kambium. Xylem dan floem dipisahkan oleh kambium yang tersusun dari
sel-sel yang meristematik. Pada tumbuhan dikotil jaringan permanen primer membuat
aktivitas kambium yang disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang terbentuk selama
Berkas vaskular batang dikotil biasanya kolateral terbuka dan tersusun teratur dalam
lingkaran. Berkas vaskular itu mengandung selapis sel kambium yang memisahkan xylem
dan floem yang disebut kambium fasikular, yaitu kambium yang berada di dalam berkas
berkas pembuluh (vascular bundle) yang terdiri dari xylem dan floem, endodermis yang
berupa sklerenkim yang terdiri dari sel-sel yang mati, dan empelur. Pada tumbuhan
monokotil, korteks kadang terdiferensiasi secara baik atau kadang-kadang sempit bahkan
tidak dapat dibedakan dengan stele. Pada tumbuhan monocotyledoneae dan beberapa jenis
lainnya, sel penyusun prokambium berdiferensiasi menjadi jaringan berkas pengangkut
Pada batang dikotil tubuh sekunder dibentuk dari pertumbuhan sekunder dengan
prokambium yang terus meristematis. Kambium yang terjadi dari prokambium ini disebut
kambium fasikular. Sedangkan kambium yang terjadi dari interfasikular parenkim disebut
Batang dikotil ada tiga daerah yang dapat dibedakan yaitu epidermis, korteks, dan
stele. Lapisan terdalam korteks adalah endodermis, terdiri atas selapis sel yang mengelilingi
stele dan mengandung banyak butir tepung. Stele terdiri atas tiga daerah pokok yaitu
perisikel, berkas vaskular, dan empelur. Berkas vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu xylem,
floem, dan kambium. Pita kambium terletak di antara berkas vaskular yang berdekatan
zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah selesai dibuat,
dan menyimpan zat-zat makanan. Batang dan cabang-cabangnya menyusun bagian tumbuhan
yang disebut shoot (taruk). Batang yang biasanya hijau melakukan fotosintesis dengan
bantuan sel-sel korteks yang mengandung sedikit kloroplas. Batang herba umumnya memiliki
stomata. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari batang pohon, aliran
Adapun tanaman jagung (Zea mays L.) dalam Warisno (1998) diklasifikasikan dalam
ordo graminales, famili graminaceae, genus Zea, dan spesies Zea mays L.
pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal
ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat yang member hara pada
tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak.
Akar ini tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri dari akar-akar seminal, koronal, dan akar
udara. Pertumbuhan akar seminal pada umumnya menuju arah bawah, berjumlah 3-5 akar.
Akar koronal tumbuh dari bagian dasar pangkal batang, tumbuh kearah atas dari jaringan
batang setelah plumula muncul. Akar udara untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan
Batang tanaman jagung bulat silindris, padat, dan berisi berkas-berkas pembuluh.
Batang tanaman jagung beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek
dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Rata-rata tinggi tanaman jagung 1-3 meter di atas
permukaan tanah. Batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar
Batang tertekan, massif, pada pangkal kerap kali dengan akar tunjang, tidak
berkembang baik. Pada ujung batang terkumpul anak bulir yang jantan yang tersusun secara
Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Bagian permukaan daun
berbulu, dan terdiri atas sel-sel bulifor. Bagian bawah tidak berbulu. Jumlah daun tiap
tanaman (pohon) bervariasi antara 8-48 helai. Letak daun pada batang termasuk daun duduk
Pada lidah daun (ligula) setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang
sebagai daun yang panjang, luas, dan melengkung. Lembar daun berselang-seling dan
bentuknya rumput. Daun panjang ini memiliki lebar agak seragam, dan tulang daunnya
terlihat jelas, dengan banyak daun kecil sejajar dengan panjang daun (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Bunga jantan dan bunga betina pada tanaman jagung letaknya terpisah. Bunga jantan
terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol
jagung. Bunga betina dibungkus oleh kelopak-kelopak bunga yang jumlahnya sekitar 6-14
helai, terdapat sejumlah rambut yang ujungnya membelah dua dan jumlahnya cukup banyak
(Warisno, 1998).
yaitu bunga jantan matang terlebih dahulu 1-2 hari dari pada bunga betina. Letak bunga
jantan dan betina terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk
Bakal buah berbentuk telur. Buah masak kuning atau ungu. Panjang tongkol yang
masak 8-20 cm. Biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai
bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi. Biji jagung terdiri tas tiga bagian
utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm, dan embrio (Rukmana, 2003).
Ashari, S., 1995. Holtikultura Aspek Budaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fried, H.G. dan Hademenos, J.G., 2007. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi
Kedua. Erlangga. Jakarta.
Kartasapoetara, G.A., 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.
Raven, P.H., Johnson, G.B., Losos, J.B., and Singer, S.R., 2008. Biology Seventh
Editition. Higher Education. San Fancisco.
Rubatzky, V.E. dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia I. ITB Press. Bandung.
Setjo, S., Kartini, E., Saptasari, M., dan Sulisetio, 1999. Anatomi
Tumbuhan. Universitas Negeri Malang. Malang.
Soediarto, A., Koesomaningrat, M.T., Natasaputra,M., dan Akmal, H., 1965. Anatomi
Tumbuhan Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.
Steenis, V.C.G.G.J., 2003. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.
Taggart, R., and C. Starr, 2000. Plant Structure and Function. Brooks Cole. Australia.
Tjitrosoepomo, G., 2007. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.