Jurnal No10 Thn7 Juni2008 PDF
Jurnal No10 Thn7 Juni2008 PDF
I S S N : 1412-2588
Penanggung Jawab
Dra. Kristinawati Susatio, M.M.
Pemimpin Redaksi
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Sekretaris Redaksi
Rosmawati Situmorang
Dewan Editor
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Dra. Mulyani
Dr. Theresia K. Brahim
Dra. Vitriyani P., M.Pd.
Alamat Redaksi :
Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.id
E-mail : bp3@bpkpenabur.or.id
Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur
6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftar
pustaka, dan keterangan mengenai penulis.
7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.
9. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan pada
ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besar
huruf tidak lebih kecil dari 6 point.
10. Naskah dikirim dalam bentuk disket dan hasil print out ke Redaksi Jurnal
Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lantai 5.
Jakarta Barat - 11470 atau melalui e-mail: bp3@bpkpenabur.or.id
11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup yang memuat latar belakang
pendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah ditulis.
12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuat
tidak dikembalikan.
13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isi
naskah.
Daftar Isi i
Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar, Melalui Metode Permainan Kartu,
Heru Kristiyono, 1-10
Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Keke T. Aritonang, 11-21
Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Sekolah,
Rosita Manurung, 22-34
M
Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR Jakarta, Djudjun Djaenuddin Supriadi,
35-43
Responding To Students Writing (Teaching Writing Or Assessing It?), Michael Kaprista Sutikno,
51-59
Redaksi
Heru Kristiyono *)
Abstrak
embelajaran matematika yang monoton dan anggapan bahwa matematika adalah pelajaran
P yang sulit, dapat menjadi faktor penyebab kegagalan pembelajaran matematika. Minat
siswa pada pelajaran matematika dapat dibangkitkan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM). Salah satu metode PAKEM adalah Metode Permainan
Kartu. Metode ini sangat digemari oleh siswa usia sekolah dasar. Hasil penelitian yang dilakukan di
SDK BPK PENABUR Rengasdengklok tahun 2007, membuktikan bahwa pendapat yang menganggap
bahwa pelajaran matematika itu sulit dan tidak disukai siswa ternyata tidak benar. Sebagian besar
siswa kelas III sampai VI yang jumlahnya 92 orang memilih pelajaran matematika sebagai mata
pelajaran kegemaran.
Monotonous instruction in mathematics and the opinion that mathematics is a difficult subject could
become one of the reasons causing the failure of teaching and learning mathematics. How ever, this
problem can be overcome by applying instructional methods which can create active, creative, effective,
and joyfull learning. One of the methods is playing card which the students are fond of. The effectivenes
of this method in motivating the students to learn mathematics has been proved by the research
conducted in Primary School of BPK PENABUR in Rengasdengklok. Most of the students of grade 3
through 6 chose mathematics as their favorite subject after having experience of learning mathematics
with this method.
Kartu Pertama
Keterangan :
Kearah Kiri, Kartu pertama 20 dan 4 x 3. Kartu Contoh Paket 1 :
4 x 3 ditutup dengan 12, kartu 3 x 2 ditutup Perkalian bilangan kecil
dengan 6 dan seterusnya. dengan bilangan kecil
Kearah Kanan, Kartu pertama 20 dan 4 x 3.
Kartu 20 ditutup dengan 5 x 4, kartu 8 ditutup a. 5 x 5 = 25 a. 4x3 = 12
dengan 4 x 2, kartu 9 ditutup dengan 3 x 3 dan b. 5 x 4 = 20 b. 4x2 = 8
seterusnya sampai kartu habis atau tidak bisa c. 5 x 3 = 25 c. 3x3 = 9
dimainkan lagi. d. 5 x 2 = 20 d. 3x2= 6
Permainan ini harus dilakukan secara e. 4 x 4 = 16 e. 2x2= 4
berkelompok (tigalima orang di setiap
kelompoknya). Diusahakan dalam satu
kelompok dicampur antara siswa yang sudah Melalui permainan kartu ini siswa tidak saja
Mahir, Cukup Mahir dan Belum Mahir. Dengan akan mahir perkalian dasar, tapi juga secara
demikian secara tidak langsung siswa yang otomatis mahir pembagian dasar.
sudah mahir akan menjadi tutor sebaya.
Untuk mahir perkalian dan pembagian 5 . Asumsi
bilangan dasar diperlukan tiga paket kartu, Pelajaran matematika adalah pelayan dari
setiap paket berisi 40 kartu. Tiga paket kartu semua mata pelajaran lainnya. Pelajaran
matematika adalah ratu dari semua mata
tersebut adalah :
pelajaran. Keberhasilan seorang siswa dalam
Paket 1 : Perkalian bilangan kecil dengan
pelajaran matematika menjadi tolok ukur
bilangan kecil (5 x 5 sampai 2 x 2)
terhadap penguasaan mata pelajaran lainnya.
Paket 2 : Perkalian bilangan besar dengan Namun kenyatannya pelajaran matematika
bilangan besar (9 x 9 sampai 6 x 6) justru menjadi monster yang menakutkan bagi
Paket 3 : Perkalian bilangan besar dengan sebagian siswa. Menurut Yohanes Surya, dalam
bilangan kecil (9 x 5 sampai 6 x 2) buku Matematika Itu Asyik, pokok persoalan
Kartu :
yang dihadapi siswa dalam belajar matematika yang berperan banyak dalam proses
adalah rasa bosan dan merasa bahwa pembelajaran siswa. Kreatifitas guru dalam
matematika itu sulit. proses pembelajaran serta metode pembelajaran
Memang tidak bisa kita pungkiri, sudah yang bervariasi sangat mempengaruhi semangat
banyak siswa Indonesia yang berhasil dalam serta hasil belajar anak. Metode permainan kartu
lomba Olympiade Matematika tingkat dunia, yang merupakan hasil kreatifitas penulis perlu
bahkan beberapa di antaranya adalah siswa BPK dikembangkan dalam pembelajaran matematika
PENABUR Jakarta, namun itu hanya sebagian SD khususnya untuk pokok bahasan perkalian
kecil siswa Indonesia, bagaimana dengan dan pembagian bilangan dasar.
berjuta-juta siswa Indonesia yang lainnya ?
Beberapa faktor penyebab ketidak
berhasilan siswa dalam pembelajaran Metodologi Penelitian
matematika:
a. Faktor Siswa: Mitos yang mengatakan bah- Penelitian dilaksanakan di SD BPK PENABUR
wa pelajaran matematika itu sulit, secara Rengasdengklok pada tanggal 17 sampai
psikologi siswa sudah tidak tertarik dan dengan tanggal 28
terbeban rasa takut. September 2007
b. Faktor Guru : Pengajaran matematika oleh dengan responden
Jumlah semua murid SD
guru yang kurang variasi/monoton dan Kelas
Siswa
membosankan bagi siswa. Hal ini BPK PENABUR
disebabkan oleh kurang kreatifnya guru III 29 Rengasdengklok
menggunakan media/alat bantu dan kelas III sampai
kurangnya guru untuk mengembangkan IV 18 dengan kelas VI
soal-soal evaluasi yang lebih bervariasi dan (tidak ada kelas
V 23 paralel) dengan
menantang. Guru terpaku pada bentuk soal-
soal yang lama yang sudah dianggap baku. VI 22 jumlah siswa 92
Suatu contoh soal evaluasi pada kelas dua siswa.
dan tiga : 7 x 4 = .. Total 92 Penelitian dilakukan
8 x 3 = .. Responden dengan kunjungan
Soal di atas dapat diubah dan langsung ke tiap
dikembangkan menjadi bentuk soal yang kelas dalam dua
lebih kreatif dan menantang : tahap yaitu tahap pengisian angket dan tahap penger-
28 = .. x .. jaan soal evaluasi.
24 = .. x ..
c. Faktor Orang Tua : Kurangnya bimbingan 1. Pengisian Angket
dan pengarahan orang tua secara dini sejak Setiap siswa dibagikan lembar angket, yang di
siswa mulai mengenal matematika di dalam dalamnya mengharuskan siswa memilih satu
kehidupannya. mata pelajaran yang paling digemari di antara 8
Dari ketiga faktor di atas penulis hendak mata pelajaran yang disajikan oleh guru kelas.
menyoroti faktor yang kedua, yaitu faktor guru Contoh angket tersebut sebagai berikut.
Angket Kegemaran Siswa Terharap Mata Pelajaran yang Disajikan oleh Guru Kelas
Berikanlah tanda v (Ceklist) pada matapelajaran yang paling kamu sukai !
Jumlah Siswa
Soal-soal Penelitian Perkalian/Pembagian 20
Untuk Siswa Sekolah Dasar
15
Isilah titik-titik dibawah ini dengan perkalian
dua bilangan yang kurang dari 10 dengan hasil 10
perkalian sebagai berikut.
5
1. ... x ... = 15 6. ... x ... = 42
2. ... x ... = 18 7. ... x ... = 48 0
3. ... x ... = 24 8. ... x ... = 54 PAK PKn B. Ind Mtk Sain P. Sos Orkes SBK
4. ... x ... = 28 9. ... x ... = 63
Gambar 1. Kegemaran Siswa Terhadap Mata
5. ... x ... = 35 10. ... x ... = 72 Pelajaran yang Disajikan Guru di Kelas
Penulis sengaja memakai bentuk soal objektif
seperti di atas, karena bentuk soal di atas kurang
lazim dipakai guru untuk menguji siswa. Yang oleh siswa kelas III VI SD BPK PENABUR
lazim dipakai guru pada umumnya bentuk soal Rengasdengklok dapat dilihat pada tabel 1.
berikut.
6 x 7 = ... b u k an 6. ... x ... = 42 Tabel 2: Urutan Mata Pelajaran
9 x 7 = ... b u k an 7. ... x ... = 48 yang Digemari Siswa
No Mata Pelajaran %
Hasil Penelitian 1. SBK 3 2 , 6%
6. B. Ind 4,3%
Tabel 1. Mata Pelajaran yang Paling
Digemari Siswa 7. P. Sosial 4,3%
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 , 2%
Sunguh mengejutkan, dari hasil penelitian ini,
3. Bahasa Indonesia 4 4, 3 % Matematika menduduki peringkat kedua setelah
mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
4. Matematika 19 20, 7 %
yang menduduki urutan pertama.
5. Sain 11 12,0%
6. Pengetahuan Sosial 4 4, 3 %
Kemahiran siswa kelas IIIVI SD BPK 3. Kelompok Belum Mahir : Hanya mampu
PENABUR Rengasdengklok Terhadap mengerjakan soal dengan benar < 60%.
Pengerjaan Hitung Perkalian dan Pembagian
Dari 29 responden kelas III, 18 responden
Dasar
kelas IV, 23 responden kelas V dan 22 responden
kelas VI SD BPK
Tabel 3. Kemampuan Siswa dalam Perkalian Pembagian P E N A B U R
C ukup
Rengasdengklok
Belum Mahir Mahir diperoleh data
Mahir
Kelas
Jumlah kemahiran perka-
Keterangan
Nilai Nilai Nilai Siswa lian/pembagian
bilangan dasar
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sebagai tertera dala
III 3 1 0 1 0 5 1 3 1 2 12 29 Mahir = 14 tabel 4.
Cukup Mahir = 5 Data pada ta-
Belum Mahir = 10 bel 4 menunjuk-
IV 0 0 1 0 2 2 3 2 1 4 3 18 Mahir =7
kan bahwa tidak
Cukup Mahir = 6 sampai separuh
Belum Mahir = 5 dari jumlah siswa
yang mahir dalam
V 0 0 0 2 5 2 2 1 5 1 5 23 Mahir =6
Cukup Mahir = 8
pokok bahasan
Belum Mahir = 9 perkalian dan
pembagian. Seba-
VI 0 0 2 0 1 0 2 2 1 1 13 22 Mahir = 14 hagian besar siswa
Cukup Mahir = 5
Belum Mahir = 3
baru pada tahap
cukup atau belum
mahir. Data ini
Keterangan :
menunjukkan bahwa tingkat kemahiran yang
1. Kelompok Mahir : Mampu mengerjakan soal
paling rendah ialah di kelas V. Sungguhpun
dengan benar > 90%
demikian perkalian juga perlu diberikan pada
2. Kelompok Cukup Mahir : Mampu menger-
siswa kelas III, IV dan VI sehingga mereka benar-
jakan soal dengan benar > 60% sampai <
90% benar menguasai pokok bahasan perkalian dan
pembagian dalam matematika.
Keke T. Aritonang*)
Abstrak
eranggapan bahwa minat dan motivasi belajar penting dalam menentukan hasil belajar,
B penelitian ini meneliti tentang mata pelajaran yang diminati dan motivasi belajar siswa di
SMP Kristen 1 BPK PENABUR Jakarta. Di samping itu penelitian, yang dilakukan tahun 2007
juga mengidentfikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa.
Data diperoleh dengan melakukan survey menggunakan kuesioner dan setelah diolah menunjukkan
bahwa mata pelajaran yang diminati oleh siswa adalah keterampilan, olahraga, dan kesenian. Faktor
utama yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar adalah cara mengajar guru, karakter guru,
suasana kelas tenang dan nyaman, dan fasilitas belajar yang digunakan. Selaras dengan temuan
yang diperoleh, penelitian ini memberikan saran operasional bagaimana meningkatkan minat dan
motivasi belajar siswa.
Learning interest and motivation are ones among the important aspects in improving learning
achievement. This research aims at identifying the learning interest and motivation of the students of
Christian Junior High School I of BPK PENABUR, Jakarta. Applying survey method, the data was
collected with questionnaire. The result of the research conducted in 2007 shows that the students
are mostly interested and motivated to learn practical skills, sports, and arts. Their interest and
motivation are strongly influenced by the teaching strategies and methods implemented by the teachers,
the teachers characters, convenient classroom situation, and schools facilities. Based on the findings,
this research recommends some techniques to improve the students learning interest and motivation.
Tabel 1 : Nilai Rapot Siswa Kelas VIII Semester 1 SMPK 1 BPK PENABUR
Tahun Pelajaran 2007 - 2008
Agama 70 1 25 91, 2 12 8, 8
PPKn 65 1 22 89 15 10, 9
IPA 64 93 67,8 44 32
IPS 64 1 28 93, 4 9 6 ,6
Olahraga 67 1 37 10 0 0 0
TIK 70 1 34 97, 8 3 2, 2
mata pelajaran kesenian dengan hasil belajar mengerjakan tugas tersebut asal jadi, tidak tepat
sebanyak 99, 3% nilai siswa sesuai KKM. Ketiga, waktu dalam mengumpulkan bahkan tidak
mata pelajaran TIK dengan hasil belajar mengerjakan sama sekali.
sebanyak 97, 8% nilai siswa sesuai KKM. Kenyataan lain menunjukkan guru dalam
Sedangkan mata pelajaran dengan hasil proses belajar-mengajar hanya memberikan
tidak memuaskan berdasarkan urutan satu, mata materi pelajaran saja. Guru jarang sekali
pelajaran matematika sebanyak 61, 3% atau memberikan motivasi pada siswa dalam
sebayak 84 siswa mendapatkan nilai tidak mengajar. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah
sesuai KKM. Kedua, mata pelajaran IPA pokok bahasan yang harus diajarkan sehingga
sebanyak 32% atau sebanyak 44 siswa guru cenderung hanya memberikan materi saja
mendapatkan nilai tidak sesuai KKM. Ketiga, tanpa berusaha membangkitkan minat dan
mata pelajaran bahasa Inggris 23, 4 % atau motivasi belajar siswa.
sebanyak 32 siswa mendapatkan nilai tidak Berdasarkan uraian di atas maka penulis
sesuai KKM. tertarik untuk mengetahui seberapa besarnya
Pengamatan penulis di lapangan minat dan motivasi siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
menunjukkan bahwa masalah yang terjadi PENABUR terhadap mata pelajaran yang
dalam proses belajar-mengajar terutama yang diberikan oleh guru.
berhubungan dengan minat dan motivasi belajar
di SMPK 1 BPK PENABUR siswa tidak berminat
terhadap mata pelajaran tertentu, seperti Identifikasi Masalah
Matematika dan IPA yang terbukti banyaknya
nilai pada rapot tidak sesuai KKM pada tabel 1 Berdasarkan latar belakang masalah yang
di atas. diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan hal-
Beberapa guru juga berpendapat bahwa hal berikut.
siswa dalam proses belajar-mengajar tidak 1. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
bersemangat dalam mengikuti pelajaran, siswa PENABUR berminat pada mata pelajaran
cenderung pasif dalam menerima penjelasan olahraga, kesenian, dan TIK?
dari guru. Selain itu, dalam mengerjakan tugas 2. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
pelajaran yang diberikan guru siswa PENABUR tidak berminat pada mata
pelajaran matematika, IPA, dan bahasa sehingga siswa berminat dalam mengikuti
Inggris? pelajaran yang diberikan guru.
3. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK 2. Kepala SMPK 1 BPK PENABUR, memberi
PENABUR tidak bersemangat dalam masukan kepada kepala sekolah agar dapat
mengikuti pelajaran? mengetahui sampai sejauh mana minat dan
4. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK motivasi siswa terhadap mata pelajaran
PENABUR tidak mengerjakan tugas yang agar dapat juga membangkitkan minat dan
diberikan guru dengan baik? motivasi siswa sehingga SMPK 1 BPK
5. Mengapa guru tidak membangkitkan minat PENABUR memperoleh peringkat terbaik.
dan motivasi belajar siswa? 3. Untuk para guru, khususnya guru-guru
yang bekerja di Yayasan BPK PENABUR
untuk melakukan penelitian sejenis,
Pembatasan Masalah sehingga dapat mengetahui minat dan
motivasi belajar siswanya dan dapat
Berdasarkan banyaknya masalah yang mengungkapkan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan minat dan motivasi belajar, berhubungan dengan minat dan motivasi
maka penulis perlu membatasi masalah yaitu belajar.
dengan melihat hasil nilai rapot siswa kelas VIII
SMPK 1 BPK PENABUR pada semester 1 Tahun
pelajaran 2007 2008 serta berdasarkan Kajian Teoretis
pendapat siswa yang diperoleh melalui angket.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah
(a) Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku
Perumusan Masalah yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman, (b) Kimble, belajar adalah
Memperhatikan latar belakang masalah, perubahan relatif permanen dalam potensi
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, bertindak, yang berlangsung sebagai akibat
maka masalah yang diteliti dalam penulisan ini adanya latihan yang diperkuat, (c) Winkel,
dapat dirumuskan sebagai berikut: belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang
1. Apakah siswa kelas VIII SMPK 1 BPK berlangsung dalam interaksi aktif dengan
PENABUR hanya berminat pada mata lingkungan yang menghasilkan perubahan-
pelajaran olahraga, kesenian, dan TIK? perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai, dan sikap, (d) Sdaffer, belajar
2. Apakah siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
merupakan perubahan tingkah laku yang relatif
PENABUR tidak berminat pada mata
menetap, sebagai hasil pengalaman-
pelajaran matematika, IPA, dan bahasa
pengalaman atau praktik. (sumber:
Inggris?
heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-
3. Apakah faktor-faktor yang membuat siswa
motivasinya).
kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR tidak Berdasarkan definisi itu dapat dikatakan
berminat belajar? bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru sebagai
Tujuan Penelitian pengalaman individu itu sendiri.
Belajar adalah suatu proses dan bukan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung
seberapa besarnya minat dan motivasi siswa secara aktif dan integratif dengan menggunakan
kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR terhadap mata berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai
pelajaran yang diberikan oleh guru berdasarkan suatu tujuan (Soemanto, 1990:99). Individu
pendapat siswa. Hasil penelitian diharapkan dikatakan belajar atau tidak sangat tergantung
dapat bermanfaat untuk: kepada kebutuhan dan motivasinya. Kebutuhan
1. Guru SMPK 1 BPK PENABUR, memberi dan motivasi individu/seseorang menjadi
masukan kepada para guru agar dalam tujuan individu/seseorang dalam belajar.
proses belajar-mengajar dapat berusaha Sedangkan motivasi akan timbul jika individu
membangkitkan minat dan motivasi siswa memiliki minat yang besar.
PPKn 16 1 1 ,6
Metodologi Penelitian
B. Indonesia 44 32,1
Tabel 3 : Alasan Responden Bermangat dalam mata pelajaran yang tidak diminati urutan
Mengikuti PBM teratas adalah matematika, IPA, dan bahasa
Inggris.
Alasan Responden Dasar utama mengapa responden tidak
Jumlah
Bersemangat dalam %
Responden semangat dalam mengikuti PBM ketiga mata
Mengikuti PBM
pelajaran tersebut ternyata karena guru yang
Pelajaran mudah dimengerti 111 81 mengajar galak, dalam mengajar guru terlalu
serius, pelajaran cukup sulit, membuat jenuh
Guru yang mengajar baik 1 09 79,5 dan stres.
Pelajaran tidak membosankan 118 86, 1 Hasil angket dasar utama mengapa responden
tidak bersemangat dalam mengikuti PBM
Tidak banyak teori 36 26, 3 Terhadap Mata Pelajaran, sebagai berikut.
Menarik dan berguna 82 59,8
Tabel 5 : Alasan Responden Tidak
Dapat menghilangkan 41 29,9 Bersemangat dalam Mengikuti PBM
kejenuhan
Alasan Responden Tidak
Jumlah
Bersemangat dalam %
Responden
Sedangkan mata pelajaran yang tidak diminati Mengikuti PBM
responden, sebagai berikut. Pelajaran sulit dipelajari 52 37, 9
Tabel 4: Hasil Angket tentang Tidak Guru yang mengajar galak 79 57,6
Bersemangat dalam Mengikuti PBM
Terhadap Mata Pelajaran Siswa Kelas Dalam mengajar guru terlalu 50 36, 5
VIII SMPK 1 BPK PENABUR serius
Agama 8 5,8
Berikut ini hasil angket faktor-faktor yang dapat
PPKn 44 32,1
membuat responden semangat dalam mengikuti
B. Indonesia 3 2,2 PBM , yaitu sebagai berikut.
B. Inggris 14 1 0 ,2
Tabel 6: Faktor-faktor yang Membuat Siswa
Matematika 69 50,4 Kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR
Bersemangat dalam Mengikuti PBM
IPA 75 54,7
Faktor-faktor Siswa
IPS 27 19,7 Jumlah
Bersemangat dalam %
Responden
Kesenian 22 16,1 Mengikuti PBM
efektif serta efisien dengan hasil optimal,dan dapat menstimulus rasa ingin tahu
(e) mampu mempergunakan pengetahuan siswa.
teori belajar-mengajar dan teori Adapun hal-hal yang dapat menarik
perkembangan. perhatian siswa tersebut dapat berupa:
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator bunyi-bunyian tertentu, entah peluit,
Yang harus dimiliki guru sebagai mediator bel, potongan lagu atau tanda-tanda
dan fasilitator adalah: (a) memiliki visual seperti mengangkat tangan.
pengetahuan dan pemahaman tentang b. Membuat tujuan yang jelas
media pendidikan, (b) memiliki Setelah siswa tertarik untuk belajar
keterampilan memilih dan menggunakan jelaskan kepada siswa kompetensi
serta mengusahakan media dengan baik, (c) dasar (KD) yang akan dicapai. Dengan
terampil mempergunakan pengetahuan adanya KD yang jelas siswa akan
berinteraksi dan berkomunikasi, dan (d) berusaha untuk mencapai KD tersebut.
mampu mengusahakan sumber belajar yang Adapun tujuan yang jelas tersebut dapat
berguna serta dapat menunjang pencapaian dilakukan dengan cara: 1) memberikan
tujuan dan proses belajar mengajar. alasan yang kuat mengapa siswa harus
4. Guru sebagai evaluator melakukan sesuatu sehubungan
Yang harus dimiliki guru sebagai evaluator, dengan KD tersebut, 2) menghubung-
adalah: (a) mampu dan terampil kan materi pembelajaran dengan
melaksanakan penilaian, (b) terus-menerus kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa akan terpelihara apabila siswa
siswa dari waktu ke waktu, dan (c) dapat menganggap bahwa apa yang dipelajari
mengklasifikasikan kelompok siswa yang memenuhi kebutuhan pribadi atau
pandai, sedang, kurang, atau cukup baik bermanfaat dan sesuai dengan nilai
di kelasnya. yang dipegang, 3) jelaskan harapan-
Faktor-faktor yang membuat siswa kelas VIII harapan guru terhadap mata pelajaran
SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta berminat belajar yang diajarkan dan saat memulai
berdasarkan hasil angket, yaitu: (1) cara mengajar, jelaskan pula apa yang
mengajar guru, (2) karakter guru, (3) suasana diharapkan dari siswa, dan 4) gunakan
kelas tenang dan nyaman, dan (4) fasilitas tanda-tanda, bahasa tubuh yang
belajar yang digunakan. Untuk membangkitkan meyakinkan, dan semangat yang luar
minat dan motivasi belajar siswa upaya yang biasa terhadap apa yang diajarkan.
harus dilakukan guru berdasarkan faktor-faktor c. Akhiri pelajaran dengan berkesan
di atas adalah sebagai berikut. Hal ini perlu dilakukan agar materi
1. Faktor cara mengajar guru pelajaran yang telah disampaikan akan
Peran yang harus dimiliki dalam hal cara teringat terus serta siswa akan terus
mengajar guru yaitu guru sebagai mempelajarinya.
demonstrator dan guru sebagai evaluator. Hal yang dapat dilakukan untuk
Adapun langkah-langkah membangkitkan mengakhiri pelajaran dengan berkesan,
minat dan motivasi belajar siswa sesuai yaitu: (1) perhatikan waktu, sediakan
dengan peran tersebut di atas adalah: tiga hingga lima menit untuk menutup
a. Menarik perhatian siswa pelajaran, (2) tekankan pada siswa
Perhatian siswa muncul karena untuk hening selama beberapa detik
didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa guna mengendapkan informasi yang
ingin tahu itu perlu mendapat baru saja diterima, (3) mintalah kepada
rangsangan, sehingga siswa akan para siswa untuk menuliskan kembali
memberikan perhatian selama proses semua yang sudah mereka pelajari, dan
pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut (4) tugaskan siswa untuk membuat
dapat dirangsang melalui hal-hal yang ringkasan secara lisan, misalnya:
baru, aneh, lain dengan yang sudah ceritakanlah kembali tentang ...atau apa
ada, kontadiktif atau kompleks. Hal-hal yang kamu ingat tentang ... dan (5)
tersebut jika dimasukkan dalam rencana kaitkan kegiatan penutup dengan
pembelajaran yang telah dibuat guru kegiatan pembukanya. Misal: kita
memulai hari ini dengan ...dan kita merasa lebih termotivasi untuk belajar
mempelajari bahwa .... dengan baik.
Menurut Kathy (2007 : 136) ada sepuluh
2. Faktor karakter guru cara untuk membina hubungan dengan
Berdasarkan hasil angket yang siswa, yaitu: (a) Kenalkan diri Anda,
berhubungan dengan karakter guru agar berikanlah informasi yang tepat tentang diri
dapat membangkitkan minat belajar siswa Anda pada waktu atau saat yang tepat; (b)
antara lain sebagai berikut. Hafalkanlah nama-nama siswa, dengan
a. Sabar, yaitu: guru tidak langsung sedikit latar belakang mereka, secepat
emosi dalam menghadapi siswa yang mungkin. Buat catatan singkat mengenai
tidak berminat belajar atau siswa yang kesukaan, minat, serta kelebihan siswa
nakal, ribut, dan melawan. sehingga Anda tahu bagaimana harus
b. Memiliki 3 S (senyum, sapa, santun), bersikap dan berbicara dengan masing-
yaitu: waktu memulai mengajar guru masing siswa; (c) tunjukkan ketulusan serta
menunjukkan keramahan, menyapa kerendahan hati Anda (siswa akan cepat
siswa, dan bersikap menghargai siswa tanggap kalau Anda tidak tulus).
c. Menghargai kekurangan siswa, yaitu: Hindarilah menunjukkan sifat arogan, dan
guru tidak menganggap sepele atau bila memungkinkan, sesekali Anda dapat
mengatakan bodoh pada siswa yang mencela atau menyalahkan diri sendiri, (d)
tidak dapat mengikuti pelajarannya. hendaklah selalu siap bila sewaktu-waktu
d. Adil, yaitu: guru tidak membedakan ada siswa yang ingin bertemu dengan
antara siswa yang tidak pandai dalam Anda. Tinggallah di kelas selama beberapa
kelas dengan siswa yang pandai saat setelah sekolah usai, sekedar memberi
e. Baik, yaitu: guru dengan senang hati kesempatan berbicara kepada siswa; (e)
dapat memberikan solusi jika siswa Bersikaplah hangat dan bersahabat, bukan
menghadapi kesulitan dalam hanya karena hal itu akan membantu Anda
pelajaran yang diberikan oleh guru. membina hubungan, tetapi karena Anda
f. Disiplin, yaitu guru selalu tepat waktu memang menginginkannya. Siswa perlu
dalam mengajar baik itu ketika tahu bahwa Anda memperhatikan mereka;
memulai pelajaran maupun ketika (f) selalu tunjukkan sikap senang dan murah
mengakhiri pelajaran. senyum; (g) Selalu perlakukan siswa
g. Tidak menakut-nakuti atau mengan- dengan sikap yang hormat; (h) Jagalah
cam siswa, yaitu jika siswa tidak kontak mata dan pusatkan perhatian bila
mengerjakan tugas guru langsung Anda sedang berbicara dengan siswa; (i)
mengancam atau memvonis siswa perhatikan siswa Anda dengan seksama
dengan mengatakan kamu akan untuk mengenal bahasa tubuh mereka; dan
tinggal kelas atau akan mendapatkan (j) pertahankan atau pupuklah rasa humor
nilai buruk. Anda, dan gunakan lelucon-lelucon kecil
h. Memiliki semangat, yaitu jika mengajar serta kejadian-kejadian lucu di kelas.
guru tidak menunjukkan kemalas-
annya dengan hanya duduk-duduk 3. Faktor suasana kelas tenang dan nyaman
saja. Lingkungan kelas yang tenang dan nyaman
Berdasarkan karakter guru di atas maka sangat diperlukan dalam proses belajar-
diperlukan guru dan murid membina mengajar. Akan tetapi lingkungan kelas
hubungan. Yang dimaksud dengan sering membuat siswa bosan dan kecewa
hubungan di sini adalah suatu ikatan yang berada di dalamnya, oleh karena tinggal di
indah yang terjadi antara guru dan siswa lingkungan kelas yang sama dalam waktu
selama kegiatan belajar-mengajar. Guru yang lama, monoton, dan tidak menarik.
yang baik akan menciptakan hubungan
Pengaruh lingkungan kelas dapat
baik ini lebih awal, yaitu sejak awal tahun
ajaran dan terus menjaganya. Kalau merangsang siswa untuk melakukan
hubungan baik ini sudah tercipta, guru dan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
siswa akan betah di kelas, dan siswa akan proses belajar mengajar.
Peran yang harus dimiliki guru sehubungan f. Membuat panggung boneka dan
dengan faktor lingkungan kelas tenang dan permainan (sandiwara boneka), dalam
nyaman yaitu guru sebagai pengelola kelas. menerangkan materi sejarah atau PKN
Adapun langkah-langkah membangkitkan guru dapat menerangkan materi
minat dan motivasi belajar siswa sesuai tersebut dengan menggunakan
dengan peran tersebut adalah sebagai sandiwara boneka. Caranya,
berikut. pinggirkan kursi dan meja letakkan di
a. Memperhatikan situasi kelas, biasanya kiri, dan kanan kelas kosongkan bagian
sehabis jam pelajaran pertama selesai tengah kelas pasang karpet atau tikar
atau sehabis istirahat, situasi kelas dan siswa duduk dilantai yang telah
mulai berantakan seperti letak meja dan terpasang karpet. Guru dapat tampil di
kursi tidak beraturan, papan tulis yang tengah ruangan kelas dengan
belum dihapus, sampah-sampah yang menggunakan boneka-bonekanya.
berserakan, siswa yang belum siap g. Menyelenggarakan sudut-sudut
untuk pelajaran berikutnya. Untuk hal penulisan kreatif, hasil karya siswa
tersebut guru sebelum memulai berupa puisi, cerpen, lagu, artikel,
pelajaran mengatur meja-meja dengan berita, dan lain-lain dapat ditempel
cara meja-meja yang paling depan pada papan kelas yang telah
dirapikan kemudian menyuruh siswa disediakan.
yang duduk dibelakangnya mengikuti
aturan meja yang telah disusun oleh 4. Faktor fasilitas belajar
guru. Menyuruh siswa yang piket hari Belajar yang efektif harus mulai dengan
itu untuk menghapus papan tulis, dan pengalaman langsung atau pengalaman
memungut sampah-sampah yang konkret dan menuju kepada pengalaman
berserakan yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif
b. Mengatur bangku atau kursi, untuk jika dibantu dengan alat peraga pengajaran
diskusi buatlah melingkar beri jarak daripada bila siswa belajar tanpa dibantu
dengan kelompok lainnya. Agar tidak dengan alat pengajaran. Dengan
bosan dengan posisi meja dan kursi menggunakan fasilitas belajar yang berupa
dapat juga mengatur meja dan kursi alat peragaan tersebut dapat
dalam bentuk leter U atau lingkaran. membangkitkan minat dan motivasi belajar
Agar tidak membuang waktu siswa. Untuk itu diperlukan peran guru
hendaknya pengaturan tempat duduk sebagai mediator dan fasilitator.
tersebut dilakukan pada waktu Langkah-langkah yang dapat dilakukan
istirahat atau sebelum guru masuk oleh guru dalam menggunakan fasilitas
kelas. Hal ini harus diberitahukan belajar dan sesuai dengan peran tersebut
kepada ketua kelas sehingga siswa sebagai berikut.
dapat mengatur tempat duduk tersebut. a. Memilih alat peraga
c. Menggunakan musik, pasang musik Menurut William Burton (Usman, 2003:
klasik dengan volume yang pas untuk 32) memberikan petunjuk bahwa dalam
didengar jika siswa sedang memilih alat peraga yang akan
mengerjakan latihan perorangan digunakan hendaknya kita
ataupun pada saat ulangan. memperhatikan hal-hal berikut: (1) alat-
d. Menyelenggarakan pameran, buat alat yang dipilih harus sesuai dengan
lingkungan kelas seperti pameran kematangan dan pengalaman siswa
dengan jalan atur meja-meja dapat serta perbedaan individual dalam
dibentuk leter U, lalu letakkan hasil kelompok, (2) alat yang dipilih harus
pekerjaan siswa dapat perorangan tepat, memadai, dan mudah digunakan,
ataupun kelompok (3) harus direncanakan dengan teliti
e. Menempelkan peraturan, kebijakan, dan diperiksa lebih dahulu, (4)
dan prosedur sekolah, denah kelas, penggunaan alat peraga disertai
daftar piket, organisasi kelas yang kelanjutannya seperti dengan diskusi,
mudah dilihat siswa serta menaruh analisis, dan evaluasi, dan (5) sesuai
tempat sampah pada sudut ruangan. dengan batas kemampuan biaya.
b. Menggunakan fasilitas belajar yang ada Guru dapat memilih dan melaksanakan
di kelas untuk bermacam-macam langkah-langkah dari keempat faktor di atas
kegiatan belajar dan mengajar agar yang dapat membangkitkan minat dan motivasi
mencapai hasil yang baik, yaitu dengan belajar dan guru berusaha semaksimal mungkin
cara: 1) papan tulis, jika menggunakan untuk melaksanakannya sehingga siswa yang
papan tulis dapat menggunakan spidol diajarkan akan berminat dan termotivasi untuk
yang berwarna-warni untuk menarik belajar dan mencapai hasil yang baik.
perhatian siswa, 2) OHP, jika
menggunakan OHP dapat
menggunakan transparansi yang Daftar Pustaka
tulisannya menarik dan berwarna, 3)
LCD, jika menggunakan LCD Gordon, Thomas. (1986). Guru yang efektif.
pengetikan dilakukan pada program Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
power point agar menarik dalam heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-
menyampaikan materi. motivasinya
c. Mengembangkan kemampuan siswa http: //akhmadsudrajat.wordprees.com/2008/
untuk menggunakan fasilitas belajar 01/31/hakikat belajar
yang ada di kelas, dengan cara Paterson, Kathy. (2007). 55 Teaching dilemmas.
memberikan tugas kepada siswa secara Jakarta: Penerbit PT Grasindo
individu maupun kelompok untuk Soemanto, Wasty. (1990). Psikologi pendidikan.
presentasi dengan menggunakan papan Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
tulis, OHP, maupun LCD. Usman, Uzer. (2003). Menjadi guru profesional.
d. Menggunakan kaset, televisi, atau film, Bandung:Penerbit PT Remaja
dengan cara mengatur ruangan kelas Rosdakarya
agar siswa dapat nyaman dalam
mendengarkan kaset, menonton televisi
atau film.
Rosita Manurung*)
Abstrak
eningkatan pengelolaan sampah sekolah menjadi salah satu usaha yang dapat dilakukan
P untuk menjadikan sekolah lebih bersih dan nyaman. Sampah tidak terangkut dan menumpuk
di sekolah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sekolah selanjutnya menurunkan
tingkat kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang bersih dan
tertata dengan baik cermin keserasian dengan lingkungan. Keterlibatan siswa dipahami sebagai
keikutsertaan siswa. Usaha pengelolaan sampah dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat harus mengedepankan partisipasi siswa di sekolah. Adanya keinginan untuk pengembangan
pola insentif dan disinsentif bagi para siswa, menyadarkan semua stakeholders di lingkungan sekolah
bahwa diperlukan suatu informasi yang meliputi penghitungan ekonomi lingkungan sekolah.
The purpose of the research conducted at Government Primary School Kebon Bawang 08, North
Jakarta is to discribe the primary school students perception and participation in maintaining gargabe
at school and to calculate the economic value of school environment. The research method used
survey and all students were selected as respondents. Data were collected by using interview and
observation methods and analysed qualitatively and qualitatively. The research findings show the
students attitude towards the healthy environment and the students participation in maintaining the
healthy environment at school and the economic value of school environment based on the students
perception.
persepsi yang dipergunakan dalam penelitian dan secara spontan serta sukarela. Partisipasi
ini adalah suatu pandangan yang diberikan oleh dikategorikan sebagai partisipasi langsung
seseorang terhadap suatu objek, gejala ataupun apabila seseorang turut serta mengambil bagian
peristiwa, yang dilakukan individu yang pada beberapa aktivitas tanpa adanya gagasan
bersangkutan secara sengaja dengan cara terlebih dahulu. Sebaliknya terdapat partisipasi
menghubungkan objek, gejala atau peristiwa secara tidak langsung yaitu apabila seseorang
tersebut dengan pengetahuan yang diperoleh dikerahkan karena adanya gagasan dari atas
dari pendidikan, pengalaman, sistem yang seseorang dimobilisasi, dikerahkan secara
kepercayaan, adat istiadat yang dimilikinya. paksa untuk aktif dalam kegiatan lingkungan
Perbedaan persepsi individu yang satu (Huntington dan Nelson, 1987).
dengan individu yang lainnya ditentukan antara
lain oleh perbedaan pengalaman, motivasi, Karakteristik Pendidikan dan Upaya Pengelo-
keadaan dan nilai serta kepercayaan. Perbedaan laan Sampah Sekolah
tersebut akan mempengaruhi pemberian makna Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam
terhadap suatu stimulasi yang diterimanya, rangka meningkatkan kualitas hidup, bertujuan
bahkan setiap orang akan cenderung mendewasakan serta mengubah perilaku
mempersepsikan apa yang sesuai dengan sikap, meningkatkan kualitas hidup manusia.
nilai dan kebutuhannya yang disebut sebagai Pendidikan bukanlah suatu upaya yang
selective perception (Yusuf, 1991). sederhana, melainkan suatu kegiatan yang
dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. selalu berubah seiring dengan perubahan
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris zaman.
participation yang berarti ambil bagian atau Sekolah sebagai institusi pendidikan
melakukan kegiatan bersama-sama dengan merupakan wadah tempat proses pendidikan
orang lain. Partisipasi dapat pula diartikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan
sebagai mengambil bagian atau ikut serta dinamis. Sekolah berada dalam satu tatanan
menanggung bersama orang lain. Jika sistem yang rumit dan saling berkaitan. Kegiatan
dihubungkan dengan masalah sosial, maka arti inti organisasi sekolah adalah mengelola
partisipasi adalah suatu keadaan yang sumberdaya yang dimiliki dengan harapan
seseorang ikut merasakan sesuatu bersama- menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi
sama dengan orang lain sebagai akibat adanya sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
interaksi sosial, atau dipahami sebagai suatu (Nanang Fatah, 2007)
bentuk khusus interaksi dan komunikasi yang Sampah adalah bahan buangan sebagai
menerapkan pembagian kekuasaan dan akibat aktivitas manusia yang merupakan bahan
tanggung jawab. yang sudah tidak digunakan lagi. Permasalahan
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan sampah terkait dari segi sosial, ekonomi, dan
masyarakat dalam menentukan arah, strategi budaya (Sudarso, 1995).
dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam
Untuk mengetahui secara terperinci tentang
pelaksanaan kegiatan, memetik hasil dan
manfaat kegiatan secara merata. Partisipasi juga jenis-jenis serta karakteristik sampah maka perlu
memberi sumbangan dan turut serta menentukan diketahui sumber dan jenis sampah, komposi-
arah atau tujuan yang akan dicapai, yang lebih sinya serta banyaknya sampah yang dihasilkan
ditekankan kepada hak dan kewajiban bagi oleh setiap jenis sumber sampah. Hal ini sangat
setiap orang (Tjokroamidjojo, 1990). penting dalam rangka perencanaan dan
Partisipasi dalam pembangunan berarti pengelolaan sampah. Menurut sumbernya
masyarakat ikut ambil bagian dalam suatu sampah digolongkan kedalam dua kelompok.
kegiatan. Ikut ambil bagian dalam suatu Pertama, sampah domestik, yaitu sampah yang
kegiatan hanya dapat diharapkan bila yang dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari
bersangkutan merasa dirinya berkepentingan secara langsung, dari rumah, sekolah,
dan diberi kesempatan untuk ambil bagian. pemukiman, rumah sakit, pusat keramaian dan
Partisipasi tidak mungkin optimal jika yang sebagainya. Kedua, sampah non-domestik, yaitu
berkepentingan tidak diberi keleluasaan untuk sampah yang dihasilkan oleh kegiatan sehari-
ambil bagian (Dusseldoph, 1981). hari secara tidak langsung seperti dari pabrik,
Partisipasi dapat bersifat individual atau industri, pertanian, peternakan, perikanan,
kolektif, terorganisasi atau tidak terorganisasi perhutanan dan transportasi (Suriawiria, 2002).
keunggulan ditinjau dari aspek teknis dan praktis 2. Analisis nilai WTP siswa dengan pen-
dalam penerapannya, serta dapat memvaluasi dekatan CVM dengan tahapan sebagai
baik nilai guna maupun non guna. berikut (Hanley dan Spash, 1993):
a. Membuat sekolah hipotetis,
b. Mendapatkan nilai penawaran,
Tujuan dan Manfaat Penelitian c. Perhitungan dari dugaan rata-rata nilai
WTP siswa dengan rumus :
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. n
1. Mengukur tingkat persepsi dan partisipasi
siswa sekolah dasar terhadap lingkungan EWTP = Wi . Pfi
sekolah,
i=0
2. Menghitung nilai ekonomi lingkungan
sekolah yang dipahami siswa guna
mendukung kebersihan sekolahnya, guna
penetapan besarnya kepedulian siswa akan d. Menjumlahkan data (Agegrating Data)
kebersihan secara lebih tepat, guna Tahap ini diperoleh dengan mengalikan
mendukung pengelolaan kebersihan rataan sampel dengan jumlah populasi
dengan lebih baik dan berkelanjutan. siswa sehingga didapat total WTP.
n
Metode Penelitian
TWTP = WTPi ( ni / N ) P
Metode penelitian ini adalah dengan cara survei
i=0
yang dilaksanakan di SDN Kebon Bawang 08
Jakarta Utara. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara sensus, dan seluruh populasi
dijadikan responden. Responden dikelompok- Keterangan :
kan berdasarkan tingkat kelas sekolah yaitu EWTP = dugaan rata-rata nilai WTP
kelas IV, V dan VI. Penentuan tingkat kelas Wi = batas bawah kelas ke-i
dalam sekolah ini berdasarkan pemahaman, Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i
persepsi dan partisipasi siswa terhadap N = jumlah kelas
lingkungan sekolah. Jumlah siswa kelas IV i = sampel ( 1, 2, ... n)
mencapai 33 siswa, kelas V sebanyak 29 siswa
dan kelas VI sebanyak 26 siswa.
Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
Hasil dan Pembahasan
melalui wawancara dan pengamatan di
lapangan. Wawancara dilakukan terhadap para Persepsi dan Partisipasi Siswa SD akan
siswa di sekolah serta petugas lapangan yang Lingkungan Sekolah
menangani kebersihan di sekolah. Pengisian
Persepsi dan partisipasi siswa SD akan
kuisioner ditujukan untuk mengetahui keadaan
pentingnya lingkungan sekolah yang bersih dan
sosial ekonomi responden, persepsi responden
sehat siswa sekolah dasar disajikan pada tabel
terhadap sampah sekolah, kesediaan siswa
1.
membayar peningkatan pengelolaan sampah
sekolah serta kesediaan membayar (WTP) siswa Persepsi siswa kelas IV akan pentingnya
atas peningkatan pengelolaan sampah sekolah. lingkungan sekolah yang bersih dan sehat
Data hasil penelitian terdiri dari data menunjukkan struktur jawaban penting
kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan sebanyak 13 siswa atau 39,4 %, sedangkan siswa
analisis data dilakukan dengan bantuan dengan jawaban biasa mencapai 18 siswa atau
program SPSS versi 15. Analisis data yang 54,6 % serta siswa yang menjawab tidak penting
dilakukan meliputi hal-hal berikut. terdapat 2 siswa atau 6%.
1. Mendeskripsikan keterlibatan siswa sekolah Sedangkan persepsi siswa kelas V akan
dasar dalam pengelolaan sampah sekolah. pentingnya lingkungan sekolah yang bersih dan
1. Kelas IV 13 18 2 33 15 16 1 33
2. K e l as V 16 12 1 29 20 9 0 29
3. K e l as V I 19 7 0 26 21 5 0 26
Jumlah 48 37 3 88 48 37 1 88
sehat menunjukkan struktur jawaban penting sebanyak 19 siswa atau 73,08 %, sedangkan
sebanyak 16 siswa atau 55,17%, sedangkan siswa dengan jawaban biasa mencapai 7 siswa
siswa dengan jawaban biasa mencapai 12 siswa atau 26,92 % serta tidak terdapat siswa yang
atau 41,37% serta siswa yang menjawab tidak menjawab tidak penting.
penting terdapat seorang siswa atau 3,46%. Selanjutnya sosial ekonomi keluarga siswa
Untuk persepsi siswa kelas VI akan pentingnya SD disajikan pada tabel 2. Sedangkan
lingkungan sekolah yang bersih dan sehat karakteristik siswa diperlihatkan pada gambar
menunjukkan struktur jawaban penting 1 sampai 5.
1. Kelamin
a. Laki-laki 20 60,60 14 48,28 16 61,54
b. Perempuan 13 39,40 15 41,72 10 38,46
2. Keterlibatan Organisasi
a. Tidak ikut organisi 16 48,48 11 37,93 17 65,38
b. Anggota 1 orang 14 42,42 16 55,17 8 30,77
c. anggota >1 orang 3 9,09 2 6,90 1 3,85
5. Pendapatan Keluarga
a. < 5 jt, 25 75,76 21 72,41 19 73,08
b . 5 - 10 j t 7 21,21 8 27,59 7 26,92
c. > 10 jt 1 3,03 0 0,00 0 0,00
80,00
60,61 61,54
60,00 48,28 51,72
Prosentase
39,39 38,46
40,00
20,00
0,00
Kelas IV - V - VI
laki-laki perempuan
48,48 55,17
42,42 37,93
dan VI SD dalam pengelolaan sampah sekolah
30,77
50,00
9,09 6,90 3,85
tidak ikut anggota 1 organisas i anggota > 1 organisasi Analisis WTP Siswa SD dalam Pengelolaan
Sampah Sekolah dengan Pendekatan CVM
Gambar 2. Keteterlibatan Siswa SD dalam Organisasi Responden penelitian yang digunakan pada
CVM untuk tujuan analisis kesediaan mem-
bayar (WTP) terhadap peningkatan pengelolaan
sampah sekolah adalah siswa di kelas IV, kelas
V dan kelas VI sebanyak 88 siswa. Pelaksanaan
CVM dilakukan dengan tahapan pembentukan
sekolah hipotetik, menghitung rataan nilai WTP
dan menjumlahkan data.
44.83
Prosentase
42.31
50,00 38.46
27,27 31.03
20,69
40.00
50,00 15,38
24,24 24.14 17,24
21.21 15,3819.23
15.15
20.00
0,00 Gambar 6. Cara Siswa SD Membuang Sampah Gambar 8. Kesediaan Siswa SD Memisahkan Sampah
0,00
0.00 Kelas IV - V - VI
Kelas IV - V - VI
Kelas IV - V - VI
Bersedia tidak bersedia
Bersedia tidak bersedia
dikumpulkan tanpa diwadahi diwadahi dalam kantung dibuang langsung
38,46
40,00 27,27 21,21 24,14 27,59
20,00 7,69
0,00
Kelas IV - V - VI
1. 500 2 1 . 0 00 0 0 2 6 , 06
1. 500 0 0 0 0 0 0,0 0
1. 500 0 0 0 0 0 0,0 0
Abstrak
enyadari pentingnya pendidikan karakter di sekolah, tulisan ini membahas pelaksanaan
M pendidikan karakter di sekolah. Sekolah-sekolah yang dibina oleh BPK PENABUR diharapkan
melakukan pendidikan karakter bercirikan Nilai-Nilai Kristiani. Dengan menggambarkan latar
belakang dan sejarahnya, tulisan ini melakukan kajian terhadap pendidikan karakter di
sekolah-sekolah BPK PENABUR Jakarta. Berdasarkan telahaan yang dilakukan, tulisan ini menyimpulkan
bahwa tujuan pembentukan karakter di sekolah-sekolah BPK PENABUR Jakarta belum sepenuhnya
mencapai tujuan. Disarankan pentingnya pembentukan karakter dilakukan dengan memberikan
keteladanan oleh kepala sekolah, guru, pegawai sekolah dan orang tua sendiri.
Kata Kunci: Nilai-Nilai Kristiani, pendidikan karakter, character building, character formation.
Considering the important role of education in building good characters of the people, this article
discusses how character building is done in the school of BPK PENABUR. BPK PENABUR as a Christian
Foundation is expected to provide education on the basis of Christian value in all its schools. Reviewing
the historical background and the development of character building education within BPK PENABUR
schools in Jakarta, this article concludes that a lot of efforts have been practised to develop the
character building education. How ever, it seems that the main behavior objectives have not been
fully achieved. It is srongly suggested that the character building in BPK PENABUR schools should be
supported with behavior models of the school principals, teachers, staff, and also parents.
kegagalan dalam dunia pendidikan dalam Program Pembinaan Kepribadian Siswa, Nilai-
rangka membentuk manusia dewasa dan Nilai Kristiani yang diajarkan, sumber nilai
berwatak mandiri. Kegagalan membentuk Kristiani, ruang lingkup sasaran program, tujuan
manusia dewasa dan berwatak mandiri ini program: Tujuan Instruksioanal Umum (TIU)
kemudian diatasi atau diperkecil dengan dan Khusus (TIK), materi dan modul
melakukan program pendidikan karakter.3 pembinaan, strategi pembinaan, dan metode
Kurang berhasilnya sistem pendidikan yang digunakan.
membentuk sumber daya manusia dengan
karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur,
bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri, Pembahasan
terjadi hampir di semua lembaga pendidikan
baik negeri maupun swasta. Lebih jauh upaya Program Pembinaan Kepribadian Siswa
nation character building sesuai dengan nilai-nilai Pentingnya pembinaan kepribadian siswa
budaya bangsa Indonesia terkesan tidak berjalan dilatarbelakangi oleh beberapa keadaan berikut.
seperti yang diinginkan. Yayasan-yayasan 1. Dunia yang sedang mengalami perubahan.
pembina lembaga pendidikan yang berlan- Program Pembinaan Kepribadian Siswa
daskan nilai-nilai agama berupaya sedapat diadakan oleh BPK PENABUR Jakarta4
mungkin menanamkan dan mengembangkan dilatarbelakangi dengan pemaham-an
karakter siswanya sesuai dengan nilai-nilai bahwa hidup dalam masa ini seringkali
agama yang dianutnya. Sebagai salah satu membingungkan baik bagi orang tua
contoh BPK PENABUR melalui lembaga-
maupun anak-anak. Ada banyak hal yang
lembaga pendidikan yang dibinanya berupaya
berubah di sekeliling
menyelenggarakan
kita dalam politik,
pendidikan dengan
sosial ekonomi, mo-
nilai-nilai kristiani.
Kurang berhasilnya sistem ral dan spiritual. Di
Secara lebih khusus
pendidikan membentuk sumber tengah perubahan
BPK PENABUR Ja-
daya manusia dengan karakter itu tampak mele-
karta sejak tahun
mahnya penegakan
1996 memberikan yang tangguh, berbudi pekerti disiplin dan pera-
Progam Pendidikan luhur, bertanggung jawab, turan, sehingga apa
Karakter kepada sis-
berdisiplin, dan mandiri, terjadi yang benar dan apa
wanya. Pada saat
diluncurkan prog- hampir di semua lembaga yang salah tidak
ram ini bernama pendidikan baik negeri maupun jelas. Dengan kata
lain, batas-batas mo-
Program Pembinaan swasta.
Kepribadian Siswa, ral menjadi kabur.
kemudian berubah Kekaburan ini me-
menjadi Progam Bina Pribadi, Character Building nyebabkan memilih
dan terakhir bernama Character Formation. sesuatu yang benar dan tepat menjadi jauh
Tulisan ini berupaya membahas sejauh lebih sukar, dan akibatnya salah pilih
mana Progam Pendidikan Karakter ini berhasil menjadi jauh lebih serius. 5
dilakukan, kendala-kendala apa saja yang Penegakan disiplin, peraturan dan batas-
dihadapi dan apa yang telah dilakukan dalam batas moral menjadi jelas dalam kehidupan
penyelenggaraan progam tersebut. Pada akhir seorang siswa dapat dikembalikan dengan
tulisan, penulis akan mencoba menelaah secara melakukan pembinaan secara sengaja dan
kritis program tersebut dan menganalisis terarah. Pembinaan tersebut dilakukan
keberhasilan serta kekurangan-kekurangan dari dengan pelaksanaan dan pengembangan
program tersebut. Hasil analisis ini diharapkan Program Pembinaan Kepribadian Siswa
dapat dijadikan sebagai masukan bagi (PPKS).
penyelenggaraan Program Pendidikan Karakter 2. Berkembangnya sikap egoisme.
di masa yang akan datang. Selain latar belakang di atas menurut pokja
Agar pemahaman tentang program tersebut PPKS, program ini perlu dilakukan karena
mudah dicerna, maka dalam tulisan ini penulis berkembangnya sikap egoisme dalam
akan menguraikan dan membahas secara masyarakat. Dalam bagian lain pengantar
berturur-turut apa yang dimaksud dengan program tersebut dikatakan:
perkembangan usia dan psikologi. Bahkan akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan
menurut tim ini semua tujuan-tujuan lainnya yang pertama.Dan hukum yang kedua, yang
yang dirumuskan kemudian untuk semua sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
golongan usia harus mengacu kepada sasaran manusia seperti dirimu sendiri. Matius 22: 37
umum ini. 39).
Kemudian tim mengembangkan keempat Hukum kasih yang masih abstrak ini dapat
sasaran umum ini sebagai Tujuan Pendidikan lebih mudah dimengerti jika kita mengacu
Kristen yang pada dasarnya adalah kepada Tuhan Yesus. Secara ringkas, ajaran
pembentukan manusia seutuhnya, yang secara Tuhan Yesus dapat disimak dari Khobah di Bukit
rinci sebagai berikut. ( Matius 5: - 12). Sedangkan contoh dalam sikap
1. Mengajar untuk berpikir. dan perbuatan Tuhan Yesus untuk diteladani,
2. Menguatkan nilai diri yang bertumpu pada dapat dibaca dari keempat Kitab Injil. Dari ajaran
penerimaan kita oleh Tuhan karena kasih- dan contoh sikap dan perbuatan Tuhan Yesus
Nya (Christ based self-esteem). Berdasarkan dalam hidup-Nya dapat dilihat nilai-nilai hidup
hal ini kita mengasihi orang lain. kristiani untuk hubungan dengan Allah
3. Membantu menguasai perasaan, baik (vertikal) dan untuk hubungan dengan sesama
terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia (horisontal).
orang lain.
4. Mengembangkan lebih banyak sikap Ruang Lingkup Program
kristiani. Jika kita melihat uraian di atas dan nama
5. Membuka diri terhadap hubungan saling program ini: Program Pengembangan
mempedulikan antar sesama. Kepribadian Siswa, jelas bahwa sasaran dan
6. Mengembangkan karunia untuk melayani ruang lingkup program pertama-tama ditujukan
dan memimpin. untuk para siswa. Hal ini menjadi jelas jika kita
7. Mengajarkan untuk setia dalam pelayanan. mengutip apa yang dikatakan dalam pengantar
Dari ketujuh rincian Tujuan Pendidikan dan petunjuk umum untuk Program Pembinaan
Kristiani ini, tim menjabarkannya menjadi 12 Kepribadian Siswa di Sekolah BPK PENABUR
Nilai Kristiani yang ditanamkan pada Jakarta:
seseorang. Menurut tim dengan melakukan hal Ada yang beranggapan bahwa mendidik
ini maka pertumbuhan kristiani dapat kepribadian siswa adalah tanggung jawab orang
dikonkritkan. Adapun ke-12 nilai kristiani ini tua. Pendapat ini sebagian memang benar, tetapi
sebagai berikut:8 bukankah sekolah juga mempunyai fungsi
1. Cinta kasih untuk mendidik? Sebagai sekolah Kristen
2. Nilai diri dalam Kristus (Christ based self- bukankah kita juga terpanggil untuk mendidik
seteem) anak dalam perilaku kristiani dan bukan hanya
3. Pengendalian diri. mengajarkan berbagai pengetahuan.
4. Keberanian. Sebagai pendidik, kita menyadari bahwa
5. Kejujuran. pada usia anak (TK SD) dan remaja (SMP &
6. Kebijaksanaan. SLTA) bagi seseorang adalah usia yang amat
7. Kerendahan hati. menentukan dalam pembentukan kepribadian.
8. Kepedulian. Kalau masa ini dibiarkan berlalu, sangatlah sulit
9. Damai. mengubah apa yang sudah terbentuk. Maka
10. Kebaikan hati. salahlah bila pembinaan pada saat itu tidak
11. Kesetian dan tanggungjawab. dilakukan pihak sekolah.
12. Keadilan. Sekolah ibarat sebuah ladang persemaian.
Keduabelas Nilai Kristiani ini selain Tanaman-tanaman kecil di ladang itu akan
merupakan penjabaran dari rincian tujuan dapat bertumbuh dengan baik bila disiram,
pendidikan Kristen juga didasarkan pada ajaran dipupuki, disiangi dari tanaman liar dan
Tuhan Yesus tentang Hukum Kasih yang mendapat sinar matahari yang cukup. Dengan
tedapat dalam Matius 22: 37 39 yang berbunyi, pemeliharaan yang cermat, kelak tanaman ini
Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah tumbuh menjadi pohon yang sehat, kokoh dan
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan pada waktunya dapat menghasilkan buah
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap dengan berlimpah.
BPK PENABUR KPS Jakarta dengan semua menjalani hidup memuliakan Tuhan dan
pengurus, guru dan karyawannya adalah orang- yang menjadi berkat untuk sesama manusia.
orang yang bekerja di ladang itu. Secara bersama, Sedangkan tujuan khusus program PPKS
kita dapat membantu pertumbuhan tanaman adalah: Setelah mengikuti progam PPKS dengan
yang dipercayakan kepada kita, sehingga nanti teratur dan berkesinambungan, para siswa
pohon itu dapat memberi hasil yang baik dan diharapakan secara bertahap dapat:
berguna untuk Tuhan dan sesama manusia.9 1. Mengenal Nilai-Nilai Kristiani.
Dari kutipan di atas jelas bahwa ruang 2. Menanggapi Nilai-Nilai Kristiani.
lingkup program pertama-tama ditujukan untuk 3. Menghayati Nilai-Nilai Kristiani.
seluruh siswa dari jenjang TK sampai dengan 4. Mengorganisasikan/menerapkan Nilai-
SLTA agar mempunyai kepribadian yang baik. Nilai Kristiani.
Tetapi dari kutipan di atas juga secara tidak 5. Mempribadikan Nilai-Nilai Kristiani.
langsung semua yang terlibat dalam bidang Dari tujuan umum dan khusus ini maka
pendidikan baik itu pengurus, guru dan penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan
karyawan di lingkungan BPK PENABUR Jakarta PPKS adalah membekali siswa dengan Nilai-
termasuk dalam ruang lingkup program ini. Nilai Kristiani, sehingga nilai-nilai itu dapat
Bahkan orang tua siswa secara tidak langsung diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-
masuk dalam ruang lingkup program ini dengan hari.
memberitahukan progam ini kepada mereka
melalui brosur yang dibagikan. Selain itu Materi dan Modul Pembinaan
keterlibatan orang tua dalam progam ini ialah Agar tujuan umum dan khusus ini dapat tercapai
dengan meminta mereka memperhatikan dengan maksimal maka tim menjabarkan tujuan
tingkah laku anaknya dalam periode tertentu ini dengan membuat materi pembinaan.
ketika anak diminta untuk melakukan aplikasi Keduabelas nilai hidup kristiani ini menjadi
Nilai-Nilai kristiani dalam bentuk tugas/suatu materi pokok bahasan dalam PPKS. Setiap nilai
kegiatan di rumahnya.10 kristiani yang merupakan materi pokok bahasan
kemudian dibagi menjadi materi subpokok
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus bahasan. Setiap materi subpokok bahasan
PPKS dilengkapi dengan pokok pikiran, kerangka
materi, bahan Alkitab. yang digunakan, tujuan
Setiap program yang dicanangkan tentu
umum dan khusus subpokok bahasan, Kegiatan
mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan
Belajar Mengajar (KBM) yang di dalamnya
ini penting agar kita dapat mengevaluasi
terdiri dari uraian materi, metode yang
apakah program yang dicanangkan itu
digunakan, media, waktu dan bahan sumber
mencapai sasaran. Tujuan ini juga penting untuk
belajar- 11 . Selain hal di atas, tim juga
mengetahui kelemahan dan kelebihan dari
menyiapkan modul pembinaan yang berisi
progam ini. Jika program tersebut mempunyai
pengantar tentang latar belakang Nilai Kristiani
kelemahan segera dapat diperbaiki, sedangkan dan materi pembinaan yang didalamnya berisi:
jika mempunyai kelebihan dapat dipertahankan. Analisis Materi, Kegiatan Belajar Mengajar,
Bagaimana dengan program PPKS? Tim Lembar Evaluasi dan Cerita Pendukung.
pembuat program ini telah menetapkan tujuan Dari 12 Nilai Kristiani ini yang merupakan
umum dan tujuan khusus adalah: materi pokok bahasan secara keseluruhan
Melalui pendidikan yang seimbang, baik diuraikan menjadi 61 subpokok bahasan. Setiap
dari dimensi kognitif, afektif maupun materi pokok bahasan yang merupakan Nilai
psikomotorik di lingkungan sekolah BPK Kristiani tidak diuraikan secara merata menjadi
PENABUR Jakarta, siswa dibekali dengan berapa materi subpokok bahasan. Tidak ada
Nilai-Nilai Kristiani yang dapat menjadi penjelasan dari tim tentang hal ini.
pegangan dan patokan untuk Perlu diketahui bahwa 12 Nilai Kristiani
mengembangkan kepribadian yang utuh tadinya ingin disampaikan dalam 1 tahun,12
dan tangguh, sehingga dapat membantu tetapi dalam pelaksanaannya dibuat dalam
mereka bertahan terhadap pengaruh- periode lima tahun. Periode lima tahun
pengaruh negatif, baik dari teman, digunakan karena diharapkan pada tahun
peradaban maupun masyarakat kelima telah terjadi perubahan pada siswa yang
sekelilingnya dan dapat membantu mereka mengikuti PPKS. Oleh karena pemahaman
seperti diuraikan di atas, maka tahun ke lima dilaksanakan secara khusus selama 1 jam
disebut tahun citra. Secara lengkap pembagian pelajaran/minggu (sebulan 4 kali). Namum
materi ini sebagai berikut. mengingat beberapa kendala di jenjang SMP
dan SLTA, pelaksanaan ini mungkin hanya
sebulan 2 kali.
No T ah u n Sub Pokok Bahasan 2. Setiap pokok bahasan dibicarakan dalam 2
4 kali tatap muka, tergantung dari tekanan
1. 2001-2002 1. Nilai diri berdasarkan Kristus yang diberikan pada pokok bahasan
2. Pengendalian diri/kedisiplinan
3. Keberanian tersebut. Keduabelas pokok bahasan
diselesaikan dalam satu tahun pelajaran.
2. 2002-2003 4. Kejujuran 3. Tingkat kesukaran disesuaikan dengan
5. Kerendahan hati
jenjang dan kelas siswa, dengan
3. 2003-2004 6. Cinta kasih memperhitungkan taraf perkembangan
7. K e p e d u l i an anak.
4. Pelaksana dibagi atas pelaksana secara
4. 2004-2005 8. Tanggung jawab
9. Kebaikan hati dan Kesetiaan
umum dan khusus:
a. Pelaksana secara umum, mencakup
5. 2005-2006 10. Kebijaksanaan segenap pimpinan dan staf guru serta
CITRA 11. K e ad i l an karyawan sekolah dengan mencontoh-
12. Damai
kan dalam perilaku (pimpinan, guru,
karyawan), maupun terintegrasi dalam
kegiatan belajar mengajar (guru).
Program ini kemudian berputar kembali dengan b. Pelaksana secara khusus, adalah
pola lima tahun sekali, dan diharapkan dengan pimpinan dan guru kelas (TK dan SD)
pola seperti ini tertanamkan citra dalam setiap dan guru untuk bidang studi tertentu
insan BPK PENABUR Jakarta. Jadi urutan (SMP dan SLTA).
program tersebut adalah sebagai berikut.
Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penyampaian
No T ah u n Sub Pokok Bahasan materi PPKS adalah penyampaian materi
secara langsung melalui tatap muka dengan
1. 2001-2002 1. Nilai diri berdasarkan Kristus
2. Pengendalian diri/kedisiplinan
memakai metode: ceramah, renungan, diskusi,
3. Keberanian bermain peran, ayat Alkitab, pepatah, kata
mutiara. Artinya sebagai suatu lembaga secara
2. 2002-2003 4. Kejujuran sadar dan nyata PPKS diberikan alokasi waktu
5. Kerendahan hati
dalam jam tertentu layaknya suatu mata
3. 2003-2004 6. Cinta kasih pelajaran. Selain metode secara langsung, materi
7. K e p e d u l i an juga disampaikan secara tidak langsung
melalui: Lagu-lagu rohani, kata-kata mutiara,
4. 2004-2005 8. Tanggung jawab
9. Kebaikan hati dan Kesetiaan ayat Alkitab, penghargaan pujian, pengakuan,
atas perilaku positif, perlakuan yang kristiani,
5. 2005-2006 10. Kebijaksanaan serta contoh dan teladan segenap warga sekolah.
CITRA 11. K e ad i l an Metode secara tidak langsung ini dapat
12. Damai
dilakukan kapan saja dan di mana saja selama
terjadi interaksi antara siswa dengan pendidik
baik dalam kegiatan formal atau informal.13
Strategi Pembinaan
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka tim Analisis Program Character Formation
ini selain menyiapkan materi membuat strategi Setelah penulis menguraikan Program
pembinaan sebagai berikut.12 Pembinaan Kepribadian Siswa, maka penulis
1. Pembinaan diberikan oleh pimpinan akan menganalisis seluruh program tersebut
sekolah dan guru. Secara ideal pembinaan berdasarkan penelitian kepustakaan dan
Untuk membedakan kurikulum yang baru tersebut telah tertanam maka pembentukan.
ini maka penamaan Program Pengembangan Karakter yang lain dapat dilanjutkan.
Kepribadian Siswa (PPKS) diganti menjadi Dalam pendidikan karakter, maka keber-
Program Bina Pribadi, program Bina Pribadi ini hasilan pendidikan ini juga ditentukan dengan
dilengkapi bukan hanya dengan modul tetapi pembelajaran yang menekankan keteladanan.
buku pegangan untuk siswa, dicetak secara Artinya jika kita mengajarkan nilai kejujuran
khusus untuk setiap kelas dan jenjang.14 sebagai karakter kepada siswa. Apakah juga
Pada saat ini Program Bina Pribadi berubah karakter itu juga ada dan tertanam dalam diri
menjadi Character Formation (Program pengurus, pejabat struktural, guru dan
Pembentukan Karakter). Penamaan ini bukan karyawan. Jika hal itu belum bahkan tidak ada,
hanya menyesuaikan diri dengan Dewan Gereja maka sangatlah sulit untuk menanamkan
Sedunia (DGS WWC) tetapi juga lebih bersifat karakter yang dimaksud. Dengan kata lain kita
Alkitabiah. juga harus menciptakan lingkungan yang
kondusif dalam penanaman pendidikan
karakter.
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Telah dijelaskan di atas bahwa tujuan PPKS,
yang kemudian berganti nama dengan Bina
Pribadi, Character Building, dan terakhir Dykstra, Craig R. (1981).Vision and character: a
Character Formation bertujuan agar nara didik christian educators alternative to kohlberg,
dibekali dengan nilai-nilai hidup kristiani yang New York: Paulist Press
dapat menjadi pegangan dan patokan untuk DIKNAS. Penjelasan kurikulum berbasis kompetensi,
mengembangkan kepribadian yang utuh dan Pendidikan Agama Kristen SD
tangguh, sehingga dapat membantu mereka Ismail, Stans, dkk. (1996).Pengantar dan petunjuk
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh negatif, umum untuk program pembinaan
baik dari teman, peradaban maupun masyarakat kepribadian siswa di sekolah BPK
sekelilingnya dan dapat membantu mereka PENABUR KPS Jakarta. Jakarta: BPK
menjalani hidup memuliakan Tuhan dan yang PENABUR KPS Jakarta
menjadi berkat untuk sesama manusia. Sumarta, Ketut I. (2000).Pendidikan yang
Menurut penulis tujuan ini memang telah memekarkan rasa, Sindhunata, editor,
diusahakan untuk dicapai dengan seperangkat Membuka Masa Depan Anak-Anaka
alat yang dikenal dalam dunia pendidikan kita mencari kurikulum Pendidikan
(Tujuan Instruksioanal Umum (TIU) dan Khusus Abad XXI. Jogjakarta: Kanisius
(TIK), materi pembinaan, strategi pembinaan, Kumaris, Brahma. (1998). Living values statements
modul pembinaan, metode yang digunakan dan (terjemahan).Jakarta: Yayasan Study
kurikulum sebagai suatu bahan ajar). Adanya Spritualitas Brahma Kumaris
perangkat ini memang cukup baik tetapi dilain Dokumen-dokumen PPKS yang ada di
pihak keberadaan perangkat ini menyebabkan lingkungan BPK PENABUR Jakarta
pendidikan Character Formation sama seperti
mata pelajaran lain seperti ketuntasan bahan Catatan:
ajar dan bukan lebih ke pembentukan karakter.
1
UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pedidikan
Dengan kata lain kurang adanya progam Nasional pasal 4 menegaskan tujuan pendidikan
nasional adalah : Sebagai usaha mencerdaskan
pembentukan yang berkesinambungan dan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
dirancang untuk suatu waktu tertentu dan Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
kemudian dievaluasi. Oleh karena itu penulis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menyarankan agar ke depan pembentukan berbudi luhur , memiliki pengetahuan dan
karakter ini lebih ditekankan kepada keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
pembentukan yang dilakukan dengan terlebih kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
dahulu menekankan karakter apa yang akan tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
ditekankan, karakter itu kemudian disosialisa- 2
Ketut Sumarta I, Pendidikan Yang Memekarkan
sikan, dibuatkan penyadaran dan pembentukan Rasa, Sindhunata, (ed.), Membuka Masa Depan Anak-
(pembiasaan) dalam kurun waktu tertentu. Anak kita mencari kurikulum Pendidikan Abad XXI-,
Setelah dilakukan evaluasi dan pembiasaan (Jogjakarta: Kanisius, 2000), 181
3
Beberapa penelitian mengasumsikan bahwa Tanggung Jawb, Kebaikan hati, Kebijaksanaan,
program pengembangan kepribadian (Character Keadilan dan Damai.
building) dapat menghasilkan manusia yang 9
. Pengantar Materi PPKS, Pokja Bina Pribadi
berkepribadian baik, antara lain: Helen 10
. Sebagai contoh dalam materi kelas 2 sub pokok
Oppenheimer, The Character of Christian Morality, bahasan membersihkan perlengkapan yang
(Oxford: A.R. Mowbay, 1974); Craig Dykstra, Vision digunakan, pada bagian manakah yang sehat? (II),
and Character, (New York: Paulist Press, 1981); ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan dimana
Brahma Kumaris, Living Values Stratement (terj). orang tua diminta untuk tanda tangan, kegiatan
4
. Ketika program ini dicanangkan nama yang tersebut merupakan penerapan dari nilai-nilai
digunakan adalah BPK PENABUR KPS (Komisi kristiani. .
Pembantu Setempat) Jakarta. 11
.Tim telah membuat contoh lengkap dari
5
. Pokja Bina Pribadi, Pengantara materi PPKS tahun 1 penguraian sub pokok bahasan .
6
. Latar belakang Pembinaan Kepribadian Siswa 12
.Lihat strtegi pembinaan poin 2.
Pengantar dan Petunjuk Umum Untuk Program 13
. Dalam pelaksanaannya ternyata strategi agar
Pembinaan Kepribadian Siswa di sekolah BPK ke-12 pokok bahasan ini diselesaikan dalam 1 tahun
PENBUR - KPS Jakarta p. 1 tidak bisa dilaksanakan sehingga diambil kebijakan
7.
Tim Pembinaan Kepribidan Siswa ini terdiri dari dengan menggunakan periode 5 tahunan.
: Koordinator : Stans Ismail, MA. Anggota: Dra. 14
.Perkembangan kompetensi yang bertahap
Anne L Ranti, M.Pd., Dra. Emilia Naland., Dra. maksudnya : Sub pokok bahasan yang dibicarakan
Endang Setyowati., Bagus P Prasetyo, S.Th., Adji pada kelas yang lebih rendah diharapkan dapat
Sutama, S.Th. meningkatkan kompetensi anak agar anak dapat
8
. Dalam perkembangannya urutan Nilai-Nilai memahami Sub pokok bahasan yang dibicarakan
Kristiani ini berbuah menjadi : Nilai diri pada kelas yang lebih tinggi. Ini berarti pula bahwa
berdasarkan Kristus, Pengendalian diri/ anak diandaikan tidak mungkin dapat mengikuti
kedisiplinan, Keberanian, Kejujuran, Kerendahan pelajaran kelas 5 jika belum mendapat materi kelas
hati, Cinta Kasih, Kepedulian, Kesetiaan dan 4.
Rommel K. Sitanggang*)
Abstrak
erkomunikasi dalam bahasa Inggris sudah dianggap sebagai kemampuan yang patut
Kata kunci: Memahirkan bertutur, memerdekakan ujara, mengukir kata dalam kalimat, merias paras,
perihal berbicara.
Communicating to others in English is one of the capabilities which is seen as a pride. Moreover,
most of Indonesian people communicate with others from domestic or foreign country using English.
To improve the ability to communicate in English, the instructional strategy should be innovated by
changing the environtmental condition, because it has significant role in learning achievement.
Therefore, teachers, staffs, employees are expected to create a better environtment alcondition, so
that the communication in English can be improved much better.
menulis undangan, kartu pos, iklan, dan lain- Indonesia, atau bahasa gaul daripada
lain. Menulis sama halnya denga berbicara, yaitu menggunakan bahasa Inggris yang sulit
mengungkapkan kegiatan yang dilakukan. pengucapannya dan kosa katanya. Lebih lanjut
Namun menulis lebih bersifat pasif, sedangkan Harmer (2005) mengatakan bahwa masalah
berbicara bersifat aktif. Peserta didik perlu lainnya siswa sulit berkomunikasi dalam bahasa
mengetahui menulis alamat yang dituju, kepada Inggris ialah faktor kebudayaan; wanita lebih
siapa tulisan itu ditujukan, kegiatan apa yang tetap diam di dalam lingkungannya, dan faktor
telah dilakukan, dan memberikan tanda salam lainnya ialah siswa menderita ketakutan karena
hormatnya. Hal tersebut dapat dilakukan membuat kesalahan dalam berbicara. Oleh
dengan memberikan latihan menulis kartu pos karena itu ia akan merasa malu di depan gurunya
kepada seorang teman, menuliskan petualangan dan temannya, jika ia telah melakukan
atau undangan ulang tahun dan sebagainya. kesalahan pengucapan atau pelafalan.
Hal terakhir yang perlu dimiliki peserta
didik ialah kemampuan mendengar. Mendengar
merupakan suatu kemampuan untuk Pembahasan
mendengarkan pelafalan atau aksen seseorang
yang beragam. Kita dapat mendengarkan dari Definisi Berbicara
berbagai sumber pembicara mancanegara seperti Thornburry (2005) mendefinisikan bahwa
Inggris dan Amerika.Dengan mendengarkan Speaking is so much a part of daily life that we take
pelafalan dan aksen yang bervariasi, siswa lebih it for granted. The average person produces tens of
mengenal akan beragam pelafalan dari suatu thousands of words a
kata. Latihan men- day, although some
dengarkan percakap- may produce even
an bisa sangat mem- more than that.
bantu siswa menger- Mendengar merupakan suatu
Pada tingkat
jakan tugas yang kemampuan untuk ucapan, kemampu-
diberikan. Perbedaan mendengarkan pelafalan atau an berbicara dihasil-
yang mencolok deng- aksen seseorang yang beragam. kan melalui ucapan
an membaca ialah demi ucapan, seba-
siswa dapat mengu- gai jawaban terha-
lang bacaan yang ia dap kata demi kata
baca atau membaca kembali. Namun dalam dan ucapan atas produksi ucapan dari
mendengarkan ia hanya memutar ulang (rewind). seseorang yang kita sedang ajak berbicara.
Tetapi kece-patan si pembicara tidak dapat diper- Kebanyak-an siswa ingin selalu memiliki
lambat. Berlatihlah dari jenis percakapan yang keterampilan berbicara dalam baha-sa Inggris,
lebih lambat sampai percakapan yang lebih di segala situasi dan tempat. Berbicara
cepat. merupakan kegiatan berkomunikasi yang kita
Pada umumnya berkomunikasi sangat lakukan baik terhadap teman, karyawan,
mudah kita lakukan apalagi dengan bahasa maupun guru. Namun, bahasa Inggris, bahasa
Indonesia dan teman dekat. Namun seringkali asing, yang kita pergunakan di sekolah belum
kita merasa sulit untuk berbicara dengan bahasa mutlak dipergunakan sehari-hari di dalam
asing termasuk bahasa Inggris. Hal ini lingkungan sekolah. Hal ini mengakibatkan
disebabkan beberapa faktor. antara lain:
Harmer (2005) mengemukakan bahwa Siswa kurang mengetahui kosakata bahasa
salah satu yang sering kali pendidik hadapi Inggris yang di ucapkannya, siswa kurang
ialah siswa yang menggunakan bahasa ibu, mengetahui bagaimana cara membaca atau
bahasa daerah, dan siswa yang tidak mau pelafalannya, topik yang ingin dibicarakan
berjerih payah mempelajari bahasa Inggris. terlalu sulit atau tidak menarik; tidak merespon
Sebagian besar peserta didik menggunakan jawaban guru, atau siswa yang berbahasa
bahasa gaul untuk berkomunikasi dengan Inggris, atau kemampuan menterjemahkan
temannya pada saat pelajaran Speaking English. dalam merespon bahasa Inggris masih kurang.
Hal ini dilakukannya karena ada pesan penting Tak banyak siswa yang mampu berbahasa
yang ingin disampaikannya. Selain itu sebagian Inggris dan lancar menggunakan bahasa Inggris
peserta didik lebih mudah menggunakan bahasa di lingkungan sekolah. Kesulitan ini muncul
karena siswa tidak menggunakan waktu belajar diajarkan oleh lingkungan yang sebagian besar
rutin dengan baik dan mempraktekkannya masyarakatnya berbahasa Sunda, tentulah kita
dalam lingkungan sekolah atau kehidupannya akan memiliki logat Sunda dan bahkan mampu
sehari-hari. Ketidakmampuan berbicara, berbahasa Sunda dengan baik dan lancar.
diperburuk lagi karena tidak sedikit siswa yang Demikian juga bahasa Inggris, jikalau kita
memiliki perbendaharaan kosakata yang tinggal di dalam lingkungan yang sebagian
terbatas dan pelafalan yang kurang benar. Hal besar masyarakatnya berbahasa Inggris,
ini disebabkan karena siswa kurang mengetahui lingkungan tersebut pastilah membawa
ejaan dan cara membaca kosakata tersebut. pengaruh yang besar agar kita mampu berbicara
Sebagai contohnya: siswa hanya mampu dan membiasakan berkomunikasi bahasa
memberikan salam, good morning sir/ maam, Inggris dengan orang lain.
pada saat bertemu guru, karyawan atau kepala Alangkah besar bedanya bagi masyarakat
sekolah. Bahkan kata yang seringkali dan bisa Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-
diucapkan ialah yes sir/ maam atau no sir/ baik. Dan untuk keperluan perempuan,
maam. berharaplah kami dengan harapan yang sangat
Dengan penuh harapan, siswa yang mampu supaya disediakan pelajaran dan pendidikan,
dan lancar berbahasa Inggris bertambah karena inilah yang akan membawa bahagia
jumlahnya. Usaha ini tidak terlepas dari bantuan baginya . (Surat R.A. Kartini kepada Nyonya Van
guru-guru, karyawan, staf sekolah untuk Kool).
menjadi teladan bagi siswa dengan berbicara Surat di atas tersebut tentulah menggugah
dalam bahasa Inggris kepada siswa serta perasaan kita, terutama pendidik untuk
meningkatkan program kegiatan rutin memberikan dan menyediakan pelajaran dan
berbahasa Inggris. pendidikan kepada semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, pria dan perempuan.
Memahirkan Bertutur Untuk itu kita haruslah menciptakan
Kebiasaan merupakan tindakan rutin yang lingkungan yang berbahasa Inggris. Dengan
dilakukan setiap orang. Rutinitas tersebut harapan akan membawa kebahagiaan bagi si
biasanya dilakukan di pagi hari sampai malam pendidik maupun peserta didik.
hari. Rutinitas yang terjadi, kadang-kadang Memang terdengar sulit untuk menciptakan
membuat kita menjadi bosan atau jemu. Sehingga lingkungan yang berbahasa Inggris di
terkadang kita merasa putus asa untuk apa kita lingkungan Jakarta seperti ini. Namun setiap
melakukan semua ini. Yang ternyata adalah persoalan pasti ada jawaban atau solusinya.
kesia-siaan belaka. Contohnya: Sebagian besar Kita bisa menerapkannya dengan cara :
orang Jakarta melakukan pekerjaannya yang 1. Memisahkan lingkungan yang satu dengan
semata-mata mencari uang untuk mencari yang lain
nafkah keluarga, memenuhi kebutuhan 2. Mendatangkan masyarakat asing
pendidikan, kepuasan hidup dan lain 3. Menerapkan peraturan bahasa
sebagainya. 4. Pemberian reward
Akan tetapi kebiasaan berbicara 5. Aktifitas yang mendukung
menggunakan bahasa Inggris pasti bukanlah
Diharapkan usaha tersebut bisa dikerjakan
rutinitas yang menjemukan, namun mengha-
dengan baik apabila kita mendisiplinkan diri
silkan uang atau menjadi suatu kebanggaan.
membiasakan menerapkan kelima cara tersebut
Bagi orang dewasa kemampuan berbicaranya
diatas. Demikian halnya membiasakan diri
akan menghasilkan uang tapi bagi anak pelajar
berbahasa Inggris. Jikalau tidak pada
atau anak sekolah, kemampuannya akan
lingkungan yang baik, tentulah kita tidak bisa
dianggap sebagai suatu kebanggaan. Hal ini
menghasilkan buah kebiasaan berbicara bahasa
disebabkan karena usianya yang dini dan hanya
Inggris.
dialah seorang yang mampu berbicara dalam
lingkungannya. Lingkungan Indonesia belum Artikel Sriwijaya Post ( 2004 ) mengatakan
menganggap bahasa Inggris menjadi bahasa Ibu, kita kepingin pintar berbahasa Inggris, tetapi
namun bahasa kedua, ketiga dan seterusnya. lingkungan kita tidak berbahasa Inggris, tidak
Jika kita menarik garis besar, lingkunganlah mungkin. Akan lebih cepat pandai jika
yang memiliki peranan begitu besar untuk conversation bahasa Inggris diterapkan setiap
membentuk kebiasaan berbicara. Apabila kita hari. Semua orang, termasuk office boy, mesti
berbahasa Inggris terutama berkenaan dengan Memperbaiki pelafalan atau tata bahasa yang
pekerjaan mereka. dilakukan peserta didik, memang penting
Lingkungan memiliki pengaruh besar agar dilakukan oleh guru. Namun mengganggu atau
masyarakat mampu berbicara bahasa Inggris menginterupsi terus menerus siswa yang sedang
dengan baik. Hal tersebut dapat kita lihat di melakukan percakapan bahasa Inggris, tentu
lingkungan Palembang, jalan Basuki Rahmat akan menghilangkan tujuan yang akan
dan Demang Lebar Daun. Mereka menciptakan diutarakannya. Langkah baik yang dilakukan
lingkungan dengan baik dari para pegawainya, oleh pendidik adalah:
dari golongan bawah sampai atas. a. mendengarkan ketika pembicaraan
berlangsung
Memerdekakan Kekeliruan Ujaran b. menuliskan catatan yang baik atau buruk
Kesalahan memang sering kali dibenarkan untuk memberikan feedback terhadap siswa
untuk maksud yang baik. Namun terkadang cara Menyalahkan dan membenarkan pelafalan
untuk membenarkannya terkadang salah. Hal si penutur, dalam hal ini peserta didik, tentulah
ini dikarenakan tidak melihat situasi dan baik. Agar kita mengajarkan sesuatu yang benar
kondisi. Sama halnya pelafalan yang diucapkan kepada anak didik. Namun cara dan waktu
oleh si pembicara, tentulah si pendengar atau untuk membenarkan pelafalannya kemungkinan
lawan bicara ingin mengerti maksud dan tujuan besar salah. Menyalahkan atau menghentikan
ucapannya dengan mendengar kata, frase, pembicaraan secara langsung akan
kalimat yang dilafalkan. Pelafalan akan berbagai menyebabkan maksud dan tujuan yang ingin
kata terkadang terdengar mirip. Kemiripan bunyi diberikan pada ucapannya akan semakin
kata inilah yang disebut sebagai Homophone. kurang dan kemungkinan hilang. Peserta didik
Yaitu kata yang sama namun beda arti. Misalnya: akan merasa takut terhadap gurunya yang sering
Bed = Bad , Hasan Sadily ( 1996). Hal tersebut menyalahkan. Serta akan selalu memikirkan
memang disalahartikan oleh lawan bicara bagaimana cara pelafalan yang benar akan kata-
karena terdengar sama namun memiliki arti kata yang akan diucapkannya nanti.
yang berbeda.
Oleh karena itu, diharapkan pendidik
Kesalahan pengucapan atau pelafalan
untuk berbesar hati. Membenarkan atau
terjadi dikarenakan si penutur tidak tahu cara
mengoreksi pelafalan seseorang, sangat
membaca dengan benar. Kemungkinan ia tidak
diperlukan dan dibutuhkan agar maksud dan
memiliki rujukan kamus Inggris Indonesia atau
tujuannya jelas. Namun perlu diperhatikan,
Inggris Inggris yang sudah terstandardisasi.
bahwa cara kita membimbing dan menuntun
Pelafalan memang penting untuk diketahui
peserta didik membuat terkadang salah tempat
sehingga lawan bicarapun mengerti akan
dan waktu. Pendidik boleh saja membenarkan
maksud dan tujuan sipembicara. Namun dalam
pelafalan namun dilanjutkan kepada pendidik
hal ini, jika si lawan bicara sudah mengetahui
untuk mengoreksinya pada saat setelah peserta
dengan baik kata yang dilafalkan, memiliki
didik menyelesaikan pelafalan dan ucapannya.
maksud dan tujuan yang sudah dimengerti,
Sehingga maksud dan tujuan tidak kurang atau
terkadang lawan bicara mengoreksi atau
bahkan hilang.
menghentikan pembicaraan si penutur.
Contohnya : Seorang guru yang mengajar bahasa Cara lain yang bisa dilakukan ialah
Inggris di kelas Conversation. Ketika peserta didik memberikan mimik guru yang menandakan
yang kurang mampu melafalkan dengan baik, bahwa pelafalan peserta didik salah. Sehingga
mengucapkan kesalahan pengucapan, sang anak didik yang mengenal karakter pendidiknya
guru atau pendidik langsung mengoreksi dan dengan baik, akan segera mengetahui pelafalan
menghentikan pembicaraan yang sedang yang diucapkannya salah dan ia akan segera
dilakukan peserta didik. Karena semakin memperbaikinya saat itu juga. Mimik yang
seringnya pendidik menyalahkan pelafalannya, dilakukan pendidik diharapkan atau
peserta didik semakin takut untuk bicara dianjurkan tidak menakuti peserta didik seperti
padanya. Hal ini disebabkan pelafalannya di film horor atau kekerasan rumah tangga.
kurang baik. Berikanlah senyum terbaikmu untuk anak
Harmer ( 2005 ) mengatakan bahwa didikmu. Sehingga dilain hal pun, suasana akan
Gangguan terus menerus dari guru akan semakin rileks dengan tidak mengurangi atau
menghancurkan tujuan kegiatan berbicara. menurunkan proses pembelajaran.
Cara lainnya yang lebih efektif ialah dengan Brainy merupakan kata informal dan mungkin
cara bergumam. Berikanlah gumaman yang memiliki konotasi negatif ketika digunakan oleh
membuat peserta didik mengerti bahwa anak sekolah mengenai teman sekolahnya.
gumaman tersebut merupakan simbol perbaikan Bright memiliki konotasi orang muda
kesalahan. Pendidik boleh menciptakan Smart sering kali digunakan oleh masyarakat
gumaman yang sifatnya tidak menakuti namun Inggris Amerika dan memiliki konotasi yang
memberikan kesan hangat untuk menegur menipu.
dengan halus. Clever sering digunakan di dalam frase dengan
Dengan memberikan kebebasan terhadap konotasi negatif, contohnya : to clever by half .
pengucapan, tentulah si penutur akan merasa He maybe clever but hes not going to get away with
lebih bebas akan apa yang ia ingin ucapkan, it .
serta pada saat ia mendengar sinyal maupun Dengan contoh-contoh yang diberikan, tentulah
simbol yang kita berikan untuk mengoreksi kita dapat membedakan kata yang mana yang
pelafalannya, ia akan semakin terus lebih baik kita pergunakan dalam bertutur kata.
memperbaiki dan meningkatkan pelafalan yang Mengukir kata tentulah hal yang sulit,
akan ia ucapkan kelak. namun kita dapat melatih dan membiasakan diri
untuk mengukirnya. Bahkan menata kalimat
Mengukir Kata dalam Kalimat yang selalu memiliki arti yang berbeda. Kita perlu
a. Satu arti banyak bentuk menata kalimat seindah mungkin dengan
Kosakata terdiri dari huruf-huruf yang tersusun membiasakan diri. Tanpa mengurangi maksud
dengan huruf hidup dan konsonan. Huruf dan tujuan yang ingin diucapkan, cari tahulah
membentuk kata, kata membentuk kalimat, terlebih dahulu akan arti atau konotasi yang
kalimat membentuk paragraf dan paragraf sebenarnya.
membentuk suatu bacaan. Dalam hal ini kata Oleh karena itu pendidik perlu memperhatikan
yang telah membentuk kalimat dapat kita jadikan dengan baik serta mangajarkan peserta didik
bahan pembicaraan. Semakin banyak kata yang untuk berhati-hati dan mencari tahu akan
kita miliki dan kita bentuk, tentulah akan sosiolinguistik yang dipergunakan. Bentuk yang
beragam artinya. Untuk masa yang akan datang, berbeda tidak selalu memiliki arti yang sama.
kita bisa menggunakan bentuk yang berbeda. Bahkan bentuk yang sama tidak selalu memiliki
Misalnya : arti yang sama melainkan berbeda.
We will go to school by 6.45 tomorrow
We are going to school by 6.45 tomorrow b. Padanan Kata
We are going to go to school by 6.45 tomorrow Padanan kata yang merupakan pasangan kata,
We go to school by 6.45 v tomorrow seringkali dipergunakan dalam kalimat.
Kalimat tersebut di atas memiliki arti yang Mengenal pasangan kata sama pentingnya
sama, yaitu kita akan pergi ke sekolah menjelang seperti memilih pasangan hidup. Tampil serasi,
pukul 6.45. Akan tetapi kalimat tersebut hidup susah dan senang bersama, saling
memiliki bentuk yang berbeda. Perlu mengasihi dan sebagainya. Demikian juga kata,
diperhatikan bahwa kata memiliki arti yang tak selalu kata yang kita pergunakan cocok
berbeda. dengan kata yang lain. Harmer ( 2004 )
Jeremy Harmer ( 2005 ) mengemukakan mencontohkannya :
bahwa masing-masing bentuk yang berbeda Teacher : How was your lesson ?
punya arti yang berbeda walaupun bentuk College : A complete disaster
kalimat tersebut merupakan Future Tense. Or
Bahkan kata yang memiliki sinonim, Total disaster
sesungguhnya berbeda satu sama lain . Or
Contohnya : Utter disaster
Intelligent = bright
Complete, Total, Utter merupakan padanan
Intelligent = brainy
disaster. Namun kita tak pernah mengatakan Full
Intelligent = clever
disaster or Whole disaster, walaupun kedua kata
Intelligent = smart
tersebut cukup jelas dimengerti.
Masing-masing kata memiliki konotasi yang Contoh Harmer ( 2004 ) lainnya adalah : Common
berbeda. / Good sense tapi tidak sepadan dengan Bad sense.
mendisiplinkan diri, misalnya: pegawai, berbicara dengan baik dan lancar. Dengan
guru, dan karyawan sekolah, untuk mengenal dan memilih topik dan lawan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris. bicara, tentulah lebih mudah untuk
2. Membebaskan kekeliruan ujaran perlu menguasai pembicaraan yang berlangsung.
dilakukan dengan mengingat maksud dan
tujuan yang disampaikan akan tercapai.
Hal yang perlu dihindari ialah Daftar Pustaka
menginterupsi atau mengganggu kegiatan
berbicara. Hal yang perlu disarankan ialah
mendengarkan dan menuliskan catatan Echols, John M & Shadily, Hassan. (1996 ). An
sebagai kritik dan saran yang akan english Indonesian dictionary. Jakarta: PT
diberikan kepada peserta didik. Gramedia
3. Kata yang memiliki sinonim, sepintas lalu Harmer, Jeremy. (2005). How to teach English.
mungkin kita menganggap memiliki arti Longman
yang sama. Namun sebenarnya memiliki Munroe, Myles (2007). Maximizing your potential.
arti konotasi yang berbeda. Demikian juga Jakarta: Immanuel
kata yang memiki beda bentuk, tentulah Thornbury, Scott. ( 2005 ). How to teach speaking.
memiliki arti yang berbeda pula. Longman
4. Sebagian besar komunikasi yang kita http://indomedia.com dikunjungi, 18 Juni 2008
lakukan merupakan komunikasi non- http://lpp.uns.ac.id dikunjungi, 18 Juni 2008
verbal. Dengan menggunakan para, anggota http://usingenglish.com dikunjungi, 18 Juni
tubuh seperti jari, tangan, komunikasi dapat 2008
tercipta dengan baik. http://en.wikipedia.org dikunjungi, 18 Juni
5. Menguasai topik dan mengenal lawan 2008
bicara sangat menentukan kegiatan
Abstrak
rtikel ini membahas tentang bagaimana mengajar menulis yang baik, yang selama ini
A sering kita abaikan. Beberapa metodologi pengajaran dalam mengajar menulis terutama
dalam pembelajaran bahasa asing dijelaskan untuk menyegarkan ingatan guru, seberapa
penting penguasaan cara menulis yang baik. Hal ini akan meningkatkan pengembangan
guru yang berkualitas profesional. Definisi dan perbedaan-perbedaan antara menulis sebagai
suatu produk dan menulis sebagai suatu proses diungkapkan di sini. Peran perbaikan penulisan
sebagai umpan balik di dalam penulisan juga diuraikan dalam tulisan ini.
Key Words: Teaching writing, writing as process approach, revision process, written commentary
feedback.
This article presents what we have neglected so far in teaching writing. Some teaching methodolo-
gies and deeper understanding in teaching writing especially in the foreign language classroom
setting are explained in order to refresh the memory of the readers how important writing to our
students and to give deeper understanding in theory and its application for improving qualified teach-
ers professional development. The definition and the differences between writing as a product and
writing as a process are revealed here. The role of the revision and the great importance of using
feedback in the teaching writing are also clearly defined here.
nicatively becomes one of the alternative ways to teaching writing activity becomes the students
stimulate students active participation in class. nightmare in improving their own competence
So in this case, teachers who believe in in writing.
themselves to be more competence and increase Although teachers habit in teaching writing
their professional development must be aware is the same with assessing students grammar
on this matter. Teaching grammar by using mastery, but some points can be taken into
exercises drilling and grammar text book consideration why teachers do that. Time
explanation all the time, might destroy the allocation in teaching writing is not provided
capability of a teacher to be active and creative in and very limited and then teachers prefer
teaching and learning activities. Based on the teaching and exploring grammar and discussing
Genre Based Approach perhaps, as one of the reading than writing. Teachers prefer using
alternative ways in guiding the students, written comment on students writing
teachers may open their eyes to be a little bit composition in order to strengthen and stress
creative and give a bit opportunity to share the some important points and expect students to
teaching learning activities and leave the teacher learn from that comments. The other reasons are
centered teaching learning approach behind. the elimination of the writing test in each
Reading, Listening, Speaking and Writing as the students proficiency test even in the students
core of the teaching English in these schools need national final examination. The last one is the
more refreshment and all of this start from the teaching writing requires step by step students
awareness of a teacher to change the style and improvements on their own writing composition
method of teaching. while on the other hand students are not
Talking about what subjects must be taught discipline in collecting and identifying their own
in junior and senior high schools in this country, written works.
writing subject as one of the cores of teaching the It seems that generally, teaching writing is
language becomes less interesting subject for the process of giving comments to the students
teachers to master. Teachers usually focus on the written works in the form of feedback. Nowadays
reading because as what syllabus and national the new method in teaching English in EFL
examinations expect from students to master classroom setting is applying the genre based
well. Writing on the other hand becomes the approach which assisting or scaffolding the
second best thing to do or even to spend students using teaching cycles steps which
classroom leisure time. The lack of practices and mostly require the importance of the feedback
the lack of teachers motivation in dealing with usage in the writing process as well as in the
writing create such a big problem to students speaking. But apart from the genre based
when writing activity takes place. approach and genre process based approach the
In the teaching writing of EFL classroom feedback which is used for identifying students
setting, teachers are expected to fulfill the goal in progress has a far beyond of its real context in
teaching writing, which relates to the students understanding what actually the feedback is. So
performance in the mastery of written works. this article also reveals the usage of feedback in
Writing so far has been a monster for the students. the teaching writing and the most important
Writing is viewed as an assessment or as another point is some definition and deeper
way of grammar evaluation by the teacher. This understanding about writing and feedback in
kind of phenomena always happens in writing will be explained below.
nowadays teaching writing situation.
Teachers always dont have time in teaching
writing specifically, even for correcting students
works is considered as time consuming. Writing
Discussion
session which should be dealt with step by step
writing process which is from developing ideas Writing Product or Writing Process
until final drafting easily be ignored. Teachers Teachers might be not aware about the teaching
usually give students task on writing by giving and learning writing; there are two types of
them one or two topics and let the students writing approach in the writing pedagogy; the
elaborate by themselves in their writing product approach and the process approach. So
composition. Later on the grading shows the far what have been understood by all levels of
strengths and weaknesses of students education that writing task is assigned in the
understanding in grammar. This kind of form of writing as a product.
The culturally misconception in teaching 114). The writing process approach puts
writing happens almost in the all levels of emphasis on a process in which the finished
education; from the lowest rank up to the highest products came after a series of drafts (Cohen,
one (universities). Teachers as well as lecturers 1990: 105). This statement is supported by
usually instruct the students to write based on Nunan (1999: 272) who states that the focus of
the topic or issue which students, teachers, process approach is on the steps involved in
lecturer, or public situation as social environ- drafting and redrafting the piece of written work.
ment interested in. In other words, the writing process approach is
Teachers tend to give writing composition an approach which emphasizes on giving the
instruction based on the culturally wrong students opportunities to shape their writing
instruction which means the instruction given skills through a set of steps. This approach does
based on the old regime instructions, when the not focus on the final product that the students
teachers ever had with their former teachers as performed, but it considers how the students
in high schools perhaps; such as please make reach their final output as the most important
writing composition about your last holidays, or even aspect.
try to make a research proposal based on the As quoted by Ken Hayland (91:2003); pro-
recent and profitable issues, etc. Mostly the cess stages in writing process are;
instruction based on the writing product not as 1. pre writing; when the brainstorming, free
a writing process instruction. Probably the time writing, clustering and topic analysis,
management becomes the main issue but giving including organizing and planning happen
step by step instructions which represent each in the first step.
step in the writing process approach give the best 2. writing; consists of blocking and un drafting
result in helping students developing their ideas techniques.
and individualizing the learners competence. 3. editing; cutting the dead wood, streng-
In the following the definition and the
thening sentences, improving styles.
difference between writing process and product
4. re writing; identifying focus and structure,
is explained.
revising on different levels, advising peers,
Nunan (1999: 273) states that the writing
adapting text for speaking
product approach focuses on the final product;
5. publication and appreciation; proofreading
the coherent and error- free text. Similarly,
and polishing, evaluating the final product
Richards (1992: 106) defines the writing product
and publication
approach as a writing approach, which puts
Based on the Judy Kemp and Debby Toperoff
emphasis on the ability to produce correct texts.
in their article entitled Guidelines for Portfolio
Supporting these two statements, Cohen (1990:
Assessment, those experts also analyze the role of
103) argues that product approach focuses on
the writing as process for the successful of
the finished product, which is sometimes not
finished, and on the grade. In other words, this assessment. They view the writing as process as
approach puts emphasis on the quality of the an approach teaching writing which tries to
writing task without noticing the steps taken by stimulate the process that many writers go
students in achieving the expected final draft. through in their native language (Kemp and
The drawback of the writing product Toperoff, 1998). So obviously that the writing
approach in the learning process is that this process value highly the process and appreciate
approach will discourage the students to do their the efforts but not neglecting the final product.
writing assignments seriously since the focus of They also propose five stages as the writing
the writing product approach is on the instant process (Kemp and Toperoff, 1998); such as Pre
product and the grade (Cohen, 1990: 105). The writing which considers audience, purpose, and
students will only consider the grade that they form will help the learners interest, develops
received and ignore the composing processes their concepts and ideas, and raise the students
they go through. confidence. This pre writing includes
In contrast to the writing product approach, brainstorming, mapping, listing and outlining.
the writing process approach is seen as more Drafting as the second step encourages
effective than the writing product approach since students to write their first draft without any
it allows the students to explore and develop a frustration or stress. So in this step students may
personal approach to writing (Richards, 1992: write without any frustration of making mistakes.
Revising and Editing as the third and fourth writing by using revision method in order to have
steps, require students to have revision in order a clear feedback of what materials students have
to improve the content, organization, sentence already mastered. In the article about revision;
structure, exact vocabulary, reduce and expand The Revision and ESL Students by Kasia
for clarification. During this revision and edition, Kietlinska, there are some views that see revision
the role of teachers feedback is important and as a means of correcting surface mistakes without
valuable. This statement is also supported by even trying to develop and refine the content.
Shih in Brown (2001: 335) that teachers should Concerning on the feedback, Dana Ferris also
give students feedback throughout the composing strongly agrees about the use of revision. In her
process as they try to make the closest intended book Treatment of Error in Second Language Student
writing. The kinds of feedback that the students Writing, she confirms the effectiveness of revision
can receive concerning their written work and as well as those that cast doubt upon the ESL
what to do about this feedback and how to utilize students ability to improve their writing as result
it most effectively are the concern of this of the revision. This statement refers to the good
approach time management and doing continuously
The last step is publishing, when all the final practices that make something becomes more
product of students written composition can be perfect than before.
published in the school magazines, bulletin Revision is a central process in cognitive
boards or other object that requires audience. models of writing (Hayes and Flower, 1980;
By following the steps of the writing process Hayes, 1996; Bereiter and Scardamalia, 1987;
previously, the writing process is believed to Butterfield, Hacker and Albertson, 1996; and in
bring great advantages to the students in learning Yiggal Atalis article on Exploring the Feedback
writing. The first benefit is that by having the and Revision Features on Criterion which
writing process the students will have more emphasizes the writing process in addition to
opportunity for meaningful writing and become the writing product.
independent learners (Richards, 1992: 110). The Based on several theories which stress on
second benefit is proposed by Brown (2001: 335- the role of revision in the writing process, revision
336) who stated that writing process gives means making any changes at any point in the
chances for the students to be more creative in writing process which involves identifying
using language but they still focus on content discrepancies between intended and instantiated
and message. In this process the students have text, deciding what could or should be changed
more opportunity to think when they write. in the text and how to make desired changes and
However, every writing process activity operating, making the desired changes (Yiggal
should lead to the final product (Shih as cited in Attali; 2004). Changes may or may not affect
Brown 2001: 335). As stated by Brown (2001: 337) meaning of the text and may be made in the
that the product is the ultimate goal which writers mind before being instantiated in written
becomes the reason that students go through the text at the time text is written and or after text is
process of pre-writing, drafting, revising and first written. Research on revision found that
editing. If the aim of the writing class is to develop especially high school age and older or more
fluent writers; it is necessary to examine how skilled writers, revision appear to improve the
fluent the student-writers compose and to re- quality of compositions (Fitzgrald;1987). The
examine the writing methodology. To sum up, importance of feedback is also very important in
both the teacher and students should realize that the process of revision and the writing process
the process they go through will end up at the as a whole.
final product. Process is not the end; it is the
means toward the end.
The Feedback
this kind of feedback is that learners are whether or not they have achieved such a
provided with series of explanation and certain goals. In this case there are two types
advice for having a correct writing of written comments, such as direct and
composition. This kind of feedback is very indirect or long comment.
effective and teachers see students mistakes For direct feedback, teacher usually uses
as a whole and general difficulty not as short comment either praising or directing
individual weaknesses. Usually this type of crossing students mistakes in the writing
feedback happens after the session of composition. For indirect one, teachers use
collecting students work over. So in this long comments which later on guide the
phase the teachers optimize their role in students to find themselves the correct
explaining something; which relates to the answers. As Nunan said in Practical English
class misunderstandings, errors, and Language Teaching, feedback should not
mistakes. entail correcting a students writing. In order
to foster independent writers, you can
d. Peer Review provide summary comments that instruct
By giving students questionnaires as the the students to look for the problems and
main guideline to check others works, the correct them on their own.
function of giving this kind of feedback is So instead of adding s or ed on the students
that the learners have a chance to talk each wrong understanding in tenses, a comment
other about the revisions and comments. should be better to have long sentences that
This kind of feedback leads to the learners guide the students to find the answer of their
autonomy and this does not give the teacher problems. This definition that form the short
role as a main leading role in the classroom comment which is mostly just red penciling
but more to the students centered situation. and crossing or adding something on the
Something which has to be reconsidered as students written composition, and long
doing this peer review is that teachers must comment which focuses on the guided
have a self confidence about each students comment which later on the students are
competence because one student will be the expected to correct their own mistakes.
judge of other students works.
g. Taped Commentary
e. Self Monitored This type of feedback refers to the use
This form of feedback refers to the teacher- electronic device. Teachers can record their
student conferencing but in the form of explanation on certain matter that relates to
written interaction between students and the the students writing problem. The use of
teachers. The teacher and students this electronic device spends much money
conferencing means that students are by providing each student a blank cassette
expected to write down what he or she feels and then after teacher seeing students work
failed about, on the other side of the paper the comments are recorded in each cassette.
then the teacher responds and even explains In my opinion, if the teachers are sure about
the issue and gives the paper back to the the competence of having up to date
students. It looks like corresponding process electronic devices and support the students
between students and teachers but still in to do the same thing, this wont consume a
the same topic. This is a long long process, lot of energy by explaining again and again
although this will be quite effective in certain in front of the classroom. This might be an
cases but doing written consultation ideal teaching learning situation where
dialogues require private attention and students and teachers can have time and
comprehension of the students works. This tools in reflecting and evaluating themselves
process can be like teachers-students written using electronic devices.
counseling.
h. Minimal Marking
f. Written Commentary Instead of having different symbols for
This involves writing detailed comments on different types of problems, the idea is that
the problems that exist in the learners teachers write an X in the margin for every
works. The idea is to guide the learners language error in the line. I.e. two errors, two
Xs. If the teachers have presented the These comments imply a shared
meaning of the symbols and being the humanity or create a sense of
teachers custom in the classroom, that identification with the student, e.g. I
would be fine but in my opinion this kind of agree with you. Or Interesting point.
minimal marking might be appropriate for c. Describing
advance learners than for beginners. Comments that describe the rhetorical
function of the text, just describe what
the text appears. Example This section
The Written Commentary Feedback seems repetitive.
d. Suggesting
Comments that suggest editorial
This article will in depth discusses the written changes, e.g. You might consider
commentary feedback which relates to the length expanding this idea more.
of the teachers comments and the purpose e. Questioning
behind giving comment. The written commentary Comments that ask something more
feedback on students written works always reasonable not just rhetorical
happens and mostly occurs in the English foreign questioning. E.g. What are the examples
language teaching learning setting, because of of this incident.
the instant and simple things to do. f. Assigning
Based on the works of Russel S. Sprinkle in Comments that assign tasks related to
his article about Written Commentary; A the revision, e.g. Add here some
Systematic, Theory-Based Approach to examples.
Response, some of the experts ideas such as 2. for the Rhetorical Situation the works of
Elaine O. Lees, Richard Straub and Paul Paul Diederich
Diederich are combined in order to find the a. Focus
method of examining and evaluating the Comments that focus on central point, e.g.
teachers written commentary feedback. But this I ask you to narrow broad idea.
article offers the types of the teachers written b. Development and Support
commentary in order to lighten more the teachers Comments that ask students to add
knowledge and refresh their memory hat there supporting devices such as statistics or
are several kinds of teachers written commentary even quotation. E.g. Can you give the
feedback which can be used to assist students accurate statistics on this?
written works. c. Organization
There are three categories which support Comments that address the students
each type of the written commentary feedback; works or essays organization, such as
the first is the Revision Responsibility which Please consider to put a narrative in the
strongly suggests and asks the students to do introduction.
revisions. Secondly, the Rhetorical Situation d. Mechanics
category which focuses on the use of questions Comments that refer to the punctuation,
that involves students reconsideration of using spelling, grammar, capitalization etc.
certain features but significantly noted that these Please put the semicolon instead of period.
questions do not require a specific answer. The e. Audience Awareness
last one is the Degree Control category which the Comments that attend to the exigency,
teachers as the reader and editor of the students the purpose or the rhetorical context of
works has a great power for controlling over the the writing, e.g. This might come across a
students works (but still maintains its bit antagonistic o your audience.
originality) in order to produce a better result. 3. for the Degrees of Control the works of
1. for the Revision Responsibility the works Richard Straub and Andrea Lunsford
of Elaine O. Lees a. Correction
a. Correcting Comments that indicate the mechanical
This kind of comment refers to the errors so editing is much required here.
students mechanical errors, minimal b. Commands
marking and also correction symbols are Comments that tell the readers what to
also included in this category. do, for example Explain about this step.
b. Emoting c. Qualified Evaluation
Comments that use qualifiers to temper the ideas of the students from the beginning until
the authority of the teacher and imply developing them and emphasize the usage of
less control, for example This seems too revision process. The revision process of a topic
general. in students writing composition is very helpful
d. Advice/ Suggestion to identify the students progress. The written
Comments that address editorial commentary feedback which focuses on the
changes, e.g. My suggestion is stick to content is very essential to see each individual
your original audience. learners progress.
e. Reader Response So this article has offered a new way of
Comments that reflect an understanding responding the students writing composition by
of the writers purpose or emotional first, using written codes for technical such as
involvement in the text. For example, I grammar and punctuation mistakes. Second, by
can tell you how strong you feel about this emphasizing the content in commenting
issue. students writing composition can bring such a
f. Questions closer and attentive atmosphere between the
Comments that ask real questions teachers and the students.
instead of the rhetorical ones. E.g. Are
you sure about your saying?
In my opinion by combining or choosing one Reference
of those experts opinion in writing above,
teachers are expected to do the written Atali, Yiggal. Exploring the feedback and revision
commentary feedback in the revision process features,article in www.feedbackinelt.com
Creswell. (2005). Educational research. Pearson
more communicatively. In spite of correcting the
Merri Second Edition
technical mistakes such as grammar and
Connors, Robert. Teachers rhetorical comments on
punctuation, teachers have to see more closely student papers. An Article in
and attentively to the content of the students www.howtorespondwriting.com
writing composition. By giving written Dunsford, Deborah. 2006. The influence of teacher
commentary feedback in the form of correction comment on student writing assignments.
codes in grammar or punctuation mistakes, NACTA Journal
teachers may have a lot of time focusing Gebhard, Jerry. Teaching english as a foreign or
themselves in exploring and understanding second language. a teacher self-development
students ideas. And yet the usage of correction and methodology guide. The University of
codes can be creative and free as long as there is Michigan Press
a commitment or rule of coding between teachers Hayland, Ken. (2003). Second language writing.
and students. The written commentary feedback Cambridge University Press
can be the form of negotiating the meaning or the Hayland, Ken. (2002). Teaching and rsearching
content of the writing. By focusing to the content writing. Pearson Education
of the students writing composition, teachers Lewis, Marilyn. (2002). Giving feedback in
works more attentively by individualizing the language classes. RELC Portfolio Series 1
learners competence and teachers can easily find Published by SEAMEO Regional
out the students creative ideas and critical Language Centre
thinking. Nunan, David. (1991).Practical language teaching and
language teaching methodology.
London:Prentice Hall International (UK)Ltd.
Revision (Hayes and Flower, 1980; Hayes, 1996;
Conclusion Bereiter and Scardamalia, 1987;
Butterfield, Hacker and Albertson, 1996;
Teachers so far have been blinded by the wrong Kasia Kientliska and Rosane Silveira,
cultural instructions about how to teach writing. Lnguagem and Ensino, Vol 2, No.2. 1999
An instruction that always happens in the Russel S. Sprinkle; Written commentary; a
classroom setting is asking the students to do systematic, theory- based approach to
the writing with specific topics or even title that response. An Article in
refers to the writing as a product. It would be www.teachersfeedback.elt.com
better to have broader topic and let the students Sommers, Nancy, Responding to students writing.
minimalize the topics they want to write. An Article in www.responding
Teachers as the powerful persons in the studentswriting.com. Dikunjungi
classroom have the right to encourage and guide Februari 2008
Julianta Manalu*)
Abstrak
uis atau ujian secara online membantu peserta didik, sehingga tidak kewalahan untuk
Quiz or test online facilitates the students to complete the quiz without using any paper or blackening
the answer sheet. The test items with or without pictures can be also presented more clearly. After
conducting the quiz or the test, the teacher do not need to asses and make a report as the result of
the quiz. The students who can not complete the test successfully can do for remedial test any time.
This article discusses how Quiz Creator as a software can be developed for on-line quiz or test. It is
strongly recommended the schools to apply Quiz Creator as it is not complicated and has a lot of
benefits.
2. Pembuatan basis data untuk menampung objektif, dan bisa dikoreksi dengan
hasil tes dan pembuatan program untuk komputer. Namum membuat butir soal
menghubungan aplikasi kuis online dengan pilihan ganda yang berkualitas baik cukup
basis data yang telah ada. sulit, dan kelemahan lain adalah peluang
Tujuan penulisan artikel ini adalah kerja sama antar peserta tes sangat besar.
membantu guru-guru di sekolah BPK PENABUR Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk
yang telah mengerti penggunaan komputer , ujian yang melibatkan banyak peserta didik
untuk menggunakan QuizCreator dalam dan waktu untuk koreksi relative singkat.
membuat kuis online dengan mudah. 2. Uraian objektif : bentuk ini cocok untuk mata
pelajaran yang batasnya jelas seperti
Matematika dan IPA (Fisika, Kimia, dan
Konsep-Konsep Sistem Penilaian Biologi). Agar hasil penskorannya objektif
diperlukan pedoman penskoran objektif,
Konsep Pengujian yang berarti bila pemeriksaan terhadap
Ada empat istilah yang terkait dengan konsep lembar jawaban akan sama walau diperiksa
pengujian dan yang sering digunakan untuk oleh orang yang berbeda asal mereka
mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, memiliki latar pendidikan sesuai dengan
yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan mata ujian.
evaluasi. Pengukuran menurut Guilford (1982) 3. Uraian non-objektif/uraian bebas: Bentuk
adalah proses penetapan angka terhadap suatu ini cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu
gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran sosial. Walau hasil penskoran cenderung
dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah subjektif, namun bila disediakan pedoman
seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan
benar atau salah. Nontes berisi pertanyaan atau dapat lebih objektif.
pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar 4. Jawaban singkat atau isian singkat: Bentuk
atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui
kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi tingkat pengetahuan dan pemahaman
sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta peserta didik. Jumlah materi yang diuji bisa
didik diminta menjawab atau memberikan banyak namun tingkat berpikir cenderung
pendapat terhadap pernyataan. Inventori rendah.
merupakan instrumen yang berisi tentang 5. Menjodohkan: Bentuk ini cocok untuk
laporan diri yaitu keadaan peserta didik, mengukur kemampuan seseorang dalam
misalnya potensi peserta didik. Pengukuran melakukan tugas tertentu, seperti praktek di
pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau laboratorium.
kualitatif.
Jenis Tagihan
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai
Bentuk Tes
dasar penentuan tingkat keberhasilan peserta
Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat
didik dalam penguasaan kompetensi dasar yang
dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan diajarkan diperlukan adanya berbagai jenis
tes nonobjektif. Objektif di sini dilihat dari sistem tagihan. Jenis tagihan yang dapat dipakai antara
penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa lain:
lembar jawaban tes akan menghasilkan skor 1. Kuis : Waktu yang diperlukan relatif singkat
yang sama. Tes nonobjektif adalah tes yang kurang lebih 15 menit dan hanya
sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi menanyakan hal-hal yang prinsip.
skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa 2. Ulangan harian : dilakukan secara periodik
tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya misalnya setelah satu atau dua kompetensi
objektif, sedang tes nonobjektif sistem dasar selesai.
penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas 3. Ulangan blok: bentuk soal dapat berupa
pemberi skor. pilihan ganda, campuran uraian dan
Ada beberapa bentuk tes yang dipakai pilihan ganda atau uraian semua.
dalam sistem penilaian, antara lain : 4. Pertanyaan lisan
1. Pilihan ganda : bentuk ini bisa mencakup 5. Tugas individu
banyak materi pelajaran, penskorannya 6. Tugas kelompok
mengusai 70% dari bahan yang diajarkan. Batas ujian. Dalam fasilitas ini terdapat bentuk-bentuk
kelulusan itu dapat berubah sesuai dengan mutu tes seperti True/False (pertanyaan benar salah),
yang dikehendaki. Bila mengacu pada prinsip Multiple Choice (pilihan ganda), Fill in the Blank
belajar tuntas (mastery learning), secara ideal (mengisi titik-titik), Matching (menjodohkan),
hasil belajar yang dikehendaki ialah 90:90:90 Sequence (Mengurutkan), Click Map (Memilih
artinya 90% dari semua peserta didik menguasai bagian pada gambar) dan Short Essay (uraian).
90% bahan ajar dalam waktu 90% dari waktu
yang disediakan. Termasuk keberhasilan metode Sebagai tampilan kuis online yang dijalankan
yang dipergunakan. Dengan demikian kualitas pada internet explorer, dapat dilihat pada gambar
proses dan hasil belajar dan membelajarkan 2. Soal ini menggunakan gambar dalam
dapat ditingkatkan secara terus menerus. pertanyaan, gambar dapat diperjelas dengan
Sedangkan dengan mengamati hasil tes, sekolah cara meng-klik pada gambar.
dapat mengetahui kualitas suatu sekolah untuk
masing-masing bidang studi/mata pelajaran.
Basis Data untuk Menyimpan
Hasil Kuis Online
Quiz Creator untuk Kuis Online
Ujian yang diselenggarakan oleh guru
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
mempunyai banyak kegunaan, baik bagi pihak
untuk memperoleh, menganalisis, dan peserta didik, sekolah ataupun bagi guru sendiri.
menafsirkan data tentang proses dan hasil Bagi peserta didik berguna untuk mengetahui
belajar peserta didik yang dilakukan secara apakah ia sudah menguasai bahan yang
sistematis dan berkesinambungan, sehingga disajikan oleh guru, mengetahui bagian yang
menjadi informasi yang bermakna dalam belum dikuasai, atau menjadi diagnosis bagi
pengambilan keputusan. Perumusan kegiatan peserta didik. Sedangkan bagi guru berguna
penilaian perlu disesuaikan dengan indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta
yang akan dicapai. Dalam proses penilaian didiknya, mengetahui bahan yang perlu di
remedial dan untuk mengetahui tingkat sebuah file dan bisa diperoleh dengan
keberhasilan guru dalam mengajar. Aplikasi mendownload file PHPTriad2-21.exe dari
QuizCreator berguna untuk membuat kuis online internet. Setelah file PHPTriad 2-21.exe
yang berbentuk animasi menarik. Sedangkan didownload, lakukan instalasi program.
untuk menampung hasil kuis diperlukan
database, sehingga hasil kuis nantinya dapat
dianalisis, dimanfaatkan dan dilaporkan. Menggunakan Hasil Kuis
Pembuatan basis data untuk menyimpan hasil
kuis online, digunakan aplikasi mySQL. MySQl Mengumpulkan data atau informasi merupakan
merupakan aplikasi database yang dapat bekerja tahap awal dalam penilaian. Tahap berikutnya
di jaringan komputer dan memiliki kemampuan adalah memahami data atau informasi dari hasil
menampung data tanpa batas. Database penilaian merupakan kunci keberhasilan dalam
merupakan basis data yang terdiri dari file atau penggunaan data atau informasi untuk
table. Database yang diperlukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran (Ella,
menampung hasil kuis terdiri dari 2 (dua) table Kurikulum dan Pembelajaran,2004:99). Suatu
yaitu table admin dan table Quiz. Database ini proses akan mencapai tujuan yang baik bila
dibangun dengan program mySQL. Database dalam langkah awalnya baik juga. Hasil
dapat dibuat dengan menggunakan program pembelajaran perlu didokumentasikan dengan
PHP atau dengan cara manual. Agar PHP dan mencakup pencapaian hasil belajar peserta
mySql dapat beroperasi diperlukan program didik, pencapaian tujuan pembelajaran, dan
Apache Server. Saat ini telah ada Apache Server, saran-saran perbaikan kurikulum. Untuk
PHP dan mySQL yang dipaketkan menjadi dokumentasi hasil tes atau kuis online diperlukan
basis data yang dapat menampung hasil ujian Hasil kuis atau ujian yang ditampung dalam data
tersebut. Quiz Creator telah menyediakan base dapat dimanfaatkan untuk bahan analisis
fasilitas untuk menampung hasil kuis, akan ujian dan laporan guru untuk administrasi
tetapi ini dirasakan kurang efektif dalam sekolah.
melakukan analisis yang sesuai dengan Penggunaan kuis online dalam pengujian
kebutuhan guru bidang studi. Untuk mengatasi dirasakan memiliki beberapa manfaat, antara
hal ini perlu dibuat basis data yang menampung lain:
hasil kuis dan kemudian secara langsung diolah 1. Paperless atau tidak menggunakan kertas
menghasilkan informasi kemampuan anak dalam ujian, baik untuk lembar soal atau
terhadap materi pelajaran atau kompetensi yang lembar jawaban. Hal ini dirasakan akan
telah diujikan. mengurangi beban sekolah dalam penye-
Hasil kuis atau ujian yang disimpan dalam diaan kertas.
data base atau basis data dapat dimanfaatkan 2. Cheaper atau lebih murah, karena kuis online
sebagai laporan kemajuan pembelajaran. Dalam menggunakan jaringan komputer sebagai
penerapan kuis online yang menggunakan media ujian sehingga sekolah tidak perlu
komputer sebagai alat bantu dalam ujian akan mengeluarkan biaya untuk penggandaan
memberikan pernyataan dan nilai yang soal ujian.
diperoleh secara langsung kepada peserta ujian. 3. Easier atau lebih mudah dalam pengerjaan,
Sehingga peserta ujian tidak perlu menunggu siswa tidak disusahkan dalam membulat-
lama untuk dapat mengetahui hasil ujiannya, kan atau menghitamkan jawaban, siswa
dengan pernyataan yang ditampilkan setelah hanya menggunakan mouse sebagai alat
ujian akan membantu dan menjadi motivasi bagi untuk memilih jawaban. Terkadang dalam
siswa yang kurang mampu dalam kompetensi pemeriksaan lembar jawaban komputer
ataupun yang telah tuntas, pada gambar 3 (LJK) yang diisi oleh siswa sering tidak
ditampilkan pernyataan untuk peserta ujian dapat dibaca oleh scanner karena bulatan
yang belum tuntas atau belum mencapai nilai pada LJK salah menggunakan alat tulis atau
batas minimum yang telah ditetapkan, kurang hitam. Lebih mudah dalam
sedangkan pada gambar 4 ditampilkan pembuatan soal karena dalam QuizCreator
pernyataan untuk peserta ujian yang telah telah ada fasilitas untuk membuat
berhasil melewati batas ketuntasan minimum. bermacam bentuk tes.
Yusufhadi Miarso*)
Abstrak
engacu pada teori dan ketentuan peraturan perundang-undangan, tulisan ini membahas
M tentang mutu pendidikan pada umumnya dan mutu pendidikan di Indonesia pada
khususnya. Dari antara berbagai faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, mutu guru
dan proses pembelajaran dianggap merupakan hal yang perlu diperhatikan. Secara khusus
tulisan ini menunjukkan betapa perlunya meningkatkan kemampuan pedagogik dan
kemampuan profesional guru dengan menerapkan teknologi pendidikan sebagai proses, produk,
dan sistem. Dengan menerapkan teknologi pendidikan, guru diyakini mampu menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, interaktif, efektif dan menyenangkan.
Kata kunci: Mutu pendidikan, mutu guru, standar proses pembelajaran, pembelajaran efektif,
teknologi pendidikan.
Based on the theoretical references and legal documents, this article discusses the educational quality in
general and in Indonesia in particular. Among a number of factors influencing the educational quality , the
teachers quality and instructional process standard are considered important to be examined. Both pedagogic
competence and professional competence determine the teachers performance quality in instructional process.
This article convinces that the application of educational technology as a process, product, and a system with
its approaches can improve the teachers competences and can assist them to plan, organize, and create active,
innovative, interactive, effective, and joyful instruction.
standar pendidikan dan tenaga kependidikan, menunjang belajar dan pembelajaran, serta (6)
standar sarana dan prasarana, standar kurikulum dan pembelajaran (http://
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar www.nea.org/schoolquality/index.html)
penilaian pendidikan dapat dipenuhi. Menurut Hoy, et al. (2000), yang dimaksud
Mengingat bahwa hakekat teknologi pendidikan dengan mutu pendidikan adalah suatu evaluasi
adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah atas proses mendidik yang dapat meningkatkan
dalam pendidikan, maka makalah ini akan lebih kebutuhan untuk mengembangkan dan
banyak menyoroti standar proses. membina bakat dari peserta didik, proses
Peningkatan mutu pendidikan dalam era pendidikan itu sendiri, dan bersamaan dengan
pembangunan yang bersifat global, mau tidak itu memenuhi standar akuntabilitas yang
mau kita harus mempertimbangkan hasil kajian ditetapkan oleh mereka yang bertanggung jawab
empirik di negara maju sebagai masukan dalam membiayai dan menerima lulusan pendidikan.
menentukan mutu pendidikan, sebab kalau Pendapat tersebut memperkuat pendapat bahwa
tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia ke tiga pihak yang berkepentingan perlu
akan terpuruk dalam percaturan global. merumuskan kesepakatan bersama.
Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, Secara umum mutu pendidikan dapat
dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh dikatakan gambaran mengenai baik-buruknya
mutu sumber daya manusianya, bukan hasil yang dicapai oleh siswa dalam proses
ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber pendidikan yang dilaksanakan. Lembaga
daya manusia yang bermutu tidak ada begitu pendidikan dianggap bermutu bila berhasil
saja, tetapi harus melalui suatu proses mengubah tingkah laku anak-didik dikaitkan
pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi. dengan tujuannya pendidikannya. Mutu
Para pemimpin negara dan masyarakat pendidikan sebagai sistem selanjutnya
seringkali tidak menyadari bahwa pendidikan tergantung pada mutu komponen yang
yang bermutu menjadi fundamen dari membentuk sistem, serta proses yang
pembangunan ekonomi. Sumber daya manusia berlangsung hingga membuahkan hasil.
yang terdidik dengan baik akan mampu Konsep mutu pendidikan, menurut
berkarya; karya tersebut menghasilkan produk pendapat penulis, mengandung lima rujukan,
dan/atau jasa yang dapat dijual dan karena itu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi
dapat diperoleh penghasilan yang layak; dan produktivitas1. Yang merupakan ciri dari
penghasilan dapat dibelanjakan untuk membeli kesesuaian ini antara lain adalah sepadan
produk atau jasa lain; dengan pembelajaan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan
penghasilan dan meningkatnya produk dan/ aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok
atau jasa maka ekonomi akan berkembang. dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan
kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan
zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan/
atau nilai baru dalam pendidikan. Kesesuaian
Kualitas Pendidikan mengandung ciri adanya: (1) kesepadanan
dengan karakteristik peserta didik perorangan
Secara konseptual mutu pendidikan diartikan maupun kelompok, yaitu aspek-aspek atau
secara beragam, tergantung pada situasi dan kualitas seperti bakat, motivasi, dan kemampuan
lingkungan. Asosiasi Pendidikan Nasional yang telah dimiliki oleh peserta didik; (2)
Amerika Serikat (National Education Association keserasian dengan aspirasi perorangan maupun
of the United State) merumuskan enam kunci masyarakat; (3) kecocokan dengan kebutuhan
untuk keunggulan (keys to exellence) yang masyarakat baik yang sifatnya normatif,
dijabarkan lebih lanjut menjadi 35 indikator proyektif, ekspresif, maupun komparatif; (4)
kualitas satuan pendidikan (indicators of a quality kesesuaian dengan kondisi lingkungan, yang
school). Keenam kunci keunggulan tersebut dapat meliputi budaya, sosial, politik, ekonomi,
adalah: (1) pemahaman bersama dan komitmen teknologi, dan wilayah; (5) keselarasan dengan
terhadap tujuan yang tinggi, (2) komunikasi tuntutan zaman yaitu misalnya untuk belajar
terbuka dan kolaborasi dalam memecahkan lebih banyak, lebih cepat, dan terus menerus
masalah, (3) penilaian belajar dan pembelajaran sepanjang hayat; (6) ketepatan dengan teori,
secara terus menerus, (4) belajar pribadi dan prinsip dan/atau nilai baru dalam bidang
profesional, (5) sumber-sumber untuk pendidikan, yaitu misalnya belajar menyelidik
(inquiry learning), belajar memecahkan masalah, kat tenaga pendidik yang digaji secara tetap; (4)
belajar mandiri, belajar penguasaan, belajar mempertimbangkan berbagai faktor internal
struktur bidang studi dan lain sebagainya. maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun
Pendidikan yang bermutu juga harus alternatif tindakan dan kemudian memilih
mempunyai daya tarik yang kuat, meliputi di tindakan yang paling menguntungkan.
antaranya: (1) sarana pendidikan yang tersebar Produktivitas kegiatan pendidikan berarti
dan karena itu mudah dicapai dan diikuti; (2) bahwa proses dan hasilnya bertambah. Proses
isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah yang bertambah karena secara konseptual siapa
diolah sedemikian rupa; (3) kesempatan yang saja, kapan saja dan dimana saja dapat
tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada mengakses pelajaran. Hasil yang bertambah,
setiap saat diperlukan; (4) pesan yang diberikan (lulusan, karya tulis, penelitian), dapat diperoleh
pada saat dan peristiwa yang tepat (just-in-time tanpa harus menambah jumlah masukan
= JIT, bukan just-in-case = JIC = sekiranya (misalnya tambahan biaya), atau tanpa
diperlukan); (5) keterandalan (accountability) pertambahan masukan namun dengan hasil
yang tinggi, terutama karena kinerja (performance) yang lebih banyak; atau dengan tambahan
lembaga dan lulusannya yang menonjol; (6) masukan sedikit tetapi pertambahan hasilnya
keanekaragaman sumber, baik yang dengan lebih besar; atau pertambahan masukan yang
sengaja dikembangkan maupun yang sudah banyak dengan hasil yang jauh lebih banyak
tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan lagi.
untuk kepentingan belajar; dan (7) suasana yang Dalam prinsip ekonomi diketahui bahwa
akrab, hangat, dan merangsang. hubungan antara mutu dan biaya tidak selalu
Efektivitas pendidikan seringkali diukur berjalan secara linear. Peningkatan biaya sedikit
dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula dengan pendekatan baru dan/atau efisiensi
diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola dapat meningkatkan mutu atau produktivitas.
suatu situasi (doing the right things). Pengertian Demikian pula investasi awal yang memerlukan
ini mengandung ciri: (1) bersistem (sistematik), biaya tinggi dapat menyebabkan perbaikan mutu
yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan yang relatif murah dalam jangka panjang.
melalui tahap perencanaan, pengembangan, Sebaliknya, biaya yang tinggi tidak menjamin
pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan; mutu yang baik. Sedangkan mutu yang baik
(2) sensitif terhadap kebutuhan akan tugas selalu memerlukan biaya yang tidak murah.
belajar dan kebutuhan pemelajar; (3) kejelasan Sekarang ini sedang terjadi gejala komersialisasi
akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun pendidikan, dengan orientasi yang berlawanan.
usaha untuk mencapainya; dan (4) bertolak dari Di satu pihak menawarkan pendidikan yang
kemampuan atau kekuatan mereka yang mudah dan murah dengan menjual ijazah.
bersangkutan (peserta didik, pendidik, Sedangkan di pihak lain menawarkan biaya
masyarakat dan pemerintah). yang tinggi dengan sarana yang mewah dan
Efisiensi pendidikan dapat diartikan berkiblat internasional.
sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan Menurut pendapat Deming (Jenkins, 1996)
tenaga yang digunakan dengan hasil yang pendidikan merupakan suatu sistem dengan
diperoleh atau disebut pula sebagai doing the tujuh komponen yang harus ada dan saling
things right (mengerjakan sesuatu dengan benar). berkaitan. Ke tujuh komponen tersebut adalah:
Ciri yang terkandung meliputi: (1) merancang (1) tujuan (aims); (2) pelanggan (customers); (3)
kegiatan pembelajaran berdasarkan model yang persediaan (supplies); (4) masukan (input); (5)
mengacu pada kepentingan, kebutuhan dan proses; (6) keluaran (output); dan (7) ukuran
kondisi peserta didik; (2) pengorganisasian kualitas (quality measurement). Deming
kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan
seperti misalnya lingkungan atau latar yang adalah meningkatkan hal-hal yang positif,
diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber mengurangi hal-hal yang negatif sehingga setiap
daya dengan pembagian tugas seimbang, dan peserta didik bergairah untuk belajar. Yang
pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber dimaksudkan dengan pelanggan adalah para
belajar sesuai keperluan; (3) usaha inovatif yang peserta didik terutama yang menjadi subyek
merupakan penghematan, seperti misalnya pem- dalam program wajib belajar, meskipun
belajaran jarak-jauh, pembelajaran terbuka termasuk pula peserta didik lain seperti peserta
tanpa harus membangun gedung dan mengang- didik dan warga belajar dewasa.
Yang dimaksudkan dengan persediaan adalah tatalaksana); kedua adalah peserta didik yang
anak usia prasatuan pendidikan yang sudah memperoleh manfaat dari pendidikan; dan ketiga
memperoleh pendidikan dari orangtua, media, adalah masyarakat, termasuk orangtua, yang
gereja (tempat ibadah), dan tempat bermain. memperoleh manfaat dari tersedianya lulusan
Masukan meliputi di antaranya peraturan, atau hasil dari proses pendidikan. Ketiga sudut
anggaran, kurikulum, dan kebutuhan akan pandang ini ada kemungkinan berbeda dalam
tenaga kerja. Proses merupakan kunci untuk mengartikan mutu proses pendidikan.
menghasilkan mutu; proses ini merupakan Ditinjau dari sudut pandang proses
usaha mengkoordinasikan desain dari tiap pendidikan, yang dimaksud dengan kualitas
komponen yang lain. Keluaran bukan hanya memiliki pengertian sesuai dengan makna yang
mereka yang lulus satuan pendidikan dan dapat terkandung dalam siklus proses pendidikan
meneruskan ke jenjang perguruan tinggi, tersebut. Secara ringkas dapat disebutkan
melainkan juga termasuk putus satuan beberapa kata kunci pengertian kualitas, yaitu:
pendidikan, ukuran kualitas tidak hanya sesuai standar (fitness to standard), sesuai
dilakukan oleh satuan pendidikan melainkan penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use),
juga oleh pelanggan dan para pemangku sesuai perkembangan kebutuhan terakhir (fitness
kepentingan (stakeholders). to latest requirements), dan sesuai lingkungan
Konsep tentang mutu pendidikan dengan global (fitness to global environmental requirements).
demikian juga diartikan secara berbeda-beda, Adapun yang dimaksud kualitas sesuai dengan
tergantung pada situasi, kondisi dan sudut standar, yaitu jika salah satu aspek dalam
pandang. Pada awal kemerdekaan dahulu, pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan
adanya kesempatan satuan pendidikan bagi standar yang telah ditetapkan. Pengertian
kebanyakan warga sudah dianggap sesuatu kualitas sesuai dengan penggunaan pasar/
yang bermutu, karena sebelumnya kesempatan pelanggan (stakeholders), jika apa yang
itu tidak ada atau sangat terbatas. Sekarang ini, dihasilkan sudah sesuai dengan pelanggan
sesuai dengan perkembangan budaya dan pada saat melakukan transaksi. Di dalam
teknologi, pendidikan atau pembelajaran yang pendidikan, pelanggan mencakup pihak-
tidak memberikan kesempatan mengenal dan pihak yang lebih luas termasuk siswa, orang tua,
memanfaatkan teknologi informasi, dianggap masyarakat, pemerintah, dan pemerintah
kurang bermutu. daerah. Kualitas sesuai dengan perkembangan
Perbedaan sudut pandang didasarkan pada kebutuhan berarti bahwa output pendidikan
pendapat bahwa dalam proses pendidikan ada yang dihasilkan benar-benar langsung diminati
tiga unsur yang berkepentingan. Yang pertama oleh konsumen (dalam hal ini stakeholders).
adalah pemerintah dan/atau yayasan bagi Kualitas sesuai lingkungan global mengandung
pendidikan swasta yang menentukan aturan arti bahwa konsep ini menghasilkan output
pengelolaan (termasuk anggaran dan pendidikan yang mampu melestarikan sumber
Lingkungan
daya alam sehingga lingkungan terjaga dari hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu, dan
kerusakan. merupakan instrumen untuk menghadapi
Kualitas pendidikan sebagai sistem tuntutan dan tantangan lingkungan yang
selanjutnya tergantung pada kualitas komponen kompleks. Setiap individu harus berpartisipasi
yang membentuk sistem, serta proses yang di dalam beberapa rangkaian aktivitas dalam
berlangsung hingga membuahkan hasil. Secara lingkungannya yang berbeda. Jelas bahwa untuk
umum dapat dikatakan kualitas pendidikan bekerja dengan baik dan berhasil seseorang
adalah kesesuaian dengan standar yang membutuhkan kompetensi dari ranah yang
ditentukan. Keseluruhan komponen dan berbeda atau kompetensi dasar tertentu yang
standar tersebut dapat digambarkan seperti di berbeda pula. Namun demikian, fokus terletak
atas. Gambar ini sekaligus merupakan pada kompetensi yang dianggap sebagai
representasi dari Standar Nasional Pendidikan instrumen untuk mengatasi tuntutan sosial dan
seperti ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005. individual yang cukup penting di dalam konteks
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa spektrum yang lebih luas. Dengan demikian,
standar kualitas yang harus dipenuhi oleh guru kompetensi bertujuan untuk menghasilkan
sebagai pendidik adalah memenuhi ketentuan seseorang yang mampu melangkah dan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, berpatisipasi secara efektif dalam bidang sosial,
Standar Isi dan Standar Proses Pembelajaran. seperti sektor ekonomi, kehidupan politik,
hubungan sosial dan keluarga, hubungan
interpersonal yang bersifat pribadi dan
Kualitas Guru hubungan masyarakat, dan bidang kesehatan.
Ini berarti bahwa kompetensi bukan hanya
Secara singkat dapat dikatakan bahwa guru spesifik untuk satu bidang, melainkan bersifat
yang berkualitas atau yang ber - kualifikasi, transversal dalam artian bahwa kompetensi
adalah yang memenuhi standar pendidik, dapat diterapkan pada setiap bidang
menguasai materi/isi pelajaran sesuai dengan kehidupan.
standar isi, dan menghayati dan melaksanakan Kompetensi adalah sesuatu yang mengalami
proses pembelajaran sesuai dengan standar perkembangan dari waktu ke waktu melalui
proses pembelajaran. Kriteria-kriteria tersebut usaha. Perkembangan dari kompetensi dari
telah dirumuskan dalam ketentuan waktu ke waktu tersebut adalah kesempatan
perundangan, yaitu UU Sisdiknas No. 20 Tahun untuk menumbuhkan keyakinan, kebanggaan,
2003, UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, dan minat. 3 Mengembangkan kompetensi
PP No. 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan digambarkan sebagai proses yang berkelanjutan
dan serangkaian Keputusan Menteri dari didapatnya dan konsolidasi suatu
Pendidikan Nasional (dalam makalah ini keterampilan-keterampilan yang diperlukan
Keputusan Mendiknas yang digunakan untuk kinerja. Selanjutnya menurut Usman
terutama adalah Kepmen No. 41 Tahun 2007 terkait dengan pengertian kompetensi dasar
Tentang Standar Proses Untuk Satuan menunjukkan tingkat kompetensi elementer,
Pendidikan Dasar dan Menengah). tingkat kinerja seseorang secara umum dan
Kompetensi didefinisikan oleh Lefrancois,1 mendasar sebagai syarat minimal atau
sebagai kapasitas untuk melakukan sesuatu, kualifikasi awal untuk dikuasai oleh seorang
yang dihasilkan dari proses belajar. Selama pemula.4
proses belajar stimulus akan bergabung dengan Hal yang berbeda dikemukan oleh Cowell,5
isi memori dan menyebabkan terjadinya yang mendefinisikan kompetensi secara lebih
perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. spesifik sebagai suatu keterampilan/kemahiran
Apabila individu sukses mempelajari cara yang bersifat aktif. Selanjutnya kompetensi oleh
melakukan satu pekerjaaan yang kompleks dari Cowell dikategorikan mulai dari tingkat
sebelumnya, maka pada diri individu tersebut sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau
pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. kompleks yang pada gilirannya akan
Perubahan kompetensi tidak akan tampak berhubungan dengan proses penyusunan
apabila selanjutnya tidak ada kepentingan atau bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya
kesempatan untuk melakukannya. terdiri dari: (1) penguasan minimal kompetensi
Keutamaan konsep kompetensi menurut dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3)
Rychen 2 adalah bahwa kompetensi merupakan penambahan penyempurnaan atau
secara optimal antara peserta didik dengan peserta didik sebelumnya (accreditation of prior
pendidik, antara peserta didik sendiri, serta learning = APL) perlu juga diberikan sebagai
peserta didik dengan aneka sumber belajar suatu bentuk pendidikan yang terbuka dan
termasuk lingkungan. Untuk itu perlu multimakna. Penilaian juga harus dilakukan
diperhatikan jumlah maksimal peserta didik atas segala aspek perkembangan peserta didik,
dalam setiap kelas agar dapat berlangsung termasuk kecerdasan dengan segala dimensinya,
interaksi yang efektif. Rombongan belajar di SD/ sikap dan kemampuan motorik. Penilaian hasil
MI 28 peserta didik per kelas; SMP/MTs 32; pembelajaran menggunakan Standar penilaian
SMA/MA 32; dan SMK/MAK 32. Kecuali itu Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok
harus pula diperhatikan beban pembelajaran Mata Pelajaran.
maksimal per pendidik dalam satu satuan Pengawasan proses pembelajaran merupa-
pendidikan, yaitu sekurang-kurangnya 24 jam kan bentuk jaminan mutu pembelajaran, dan
tatap muka dalam satu minggu. Ketersediaan ditujukan untuk menjamin terjadinya proses
buku teks pelajaran dengan rasio setiap peserta pembelajaran yang efektif dan efisien kearah
didik perlu memilikinya satu set. Selain buku tercapainya kompetensi yang ditetapkan.
teks, guru juga harus menggunakan buku Pengawasan perlu didasarkan pada prinsip-
panduan guru, buku pengayaan, buku referensi prinsip tanggung jawab bersama, periodik,
dan sumber belajar lainnya. Budaya membaca demokratis, terbuka, dan keberlanjutan.
dan menulis harus pula dikembangkan dalam Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi,
proses pembelajaran, yang dapat menumbuhkan evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah
masyarakat yang gemar membaca, dan mampu tindak lanjut yang diperlukan. Tatacara dan
mengekpresikan pikiran dalam bentuk tertulis. prosedur pengawasan ini pada hakekatnya
Pelaksanaan proses pembelajaran perlu merupakan tanggung jawab bersama semua
mempertimbangkan karakteristik peserta didik pihak yang terkait, sesuai dengan ketentuan
dan kemampuan pengelolaan kegiatan belajar. tentang hak, kewajiban Warga Negara, orangtua,
Mengingat bahwa proses pembelajaran bukan masyarakat, dan pemerintah.
hanya sekedar menyampaikan ajaran,
melainkan juga pembentukan pribadi peserta
didik yang memerlukan perhatian penuh dari Penerapan Teknologi Pendidikan
pendidik, maka pendidik perlu mengenal
masing-masing pribadi peserta didik dan oleh Secara konseptual teknologi (semua teknologi
karena itu jumlahnya dibatasi. Pelaksanaan termasuk teknologi pembelajaran) secara umum.
proses pembelajaran merupakan implementasi adalah:
dari RPP, dan meliputi kegiatan pendahuluan, 1. proses yang meningkatkan nilai tambah;
kegiatan inti dan kegiatan penutup. 2. produk yang dihasilkan untuk mem-
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap permudah pekerjaan;
hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat 2. struktur atau sistem dimana proses dan
pencapaian kompetensi peserta didik, serta produk itu dikembangkan dan digunakan.
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan Teknologi pendidikan telah berkembang
kemajuan belajar dan memperbaiki proses sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri
pembelajaran. Penilaian dilaksanakan secara sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh
konsisten, sistematik, dan terprogram dengan serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan
menggunakan tes dan nontes dalam bentuk
patokan pembenaran. Secara falsafaf, dasar
tertulis atau lisan, pengamatan kinerja,
keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada
tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan
suatu pokok telaah khusus yaitu masalah
penilaian diri. perlu ditentukan dengan
belajar; epistemologi yaitu usaha atau prinsip
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai
intelektual yang bersifat unik dalam
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
memecahkan masalah belajar, dengan berbagai
oleh peserta didik. Perlu pula dikembangkan
pendekatan yang belum dilakukan sebelumnya;
tatacara penilaian secara individual dengan
dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan
melalui observasi, yang dilakukan sekurang-
kegunaan dari proses maupun produk dalam
kurangnya sekali dalam satu semester.
pemecahan masalah belajar, dengan
Pengakuan atas belajar yang telah dilakukan
oleh guru di sekolah. Tigapuluh tahun berbuat sesuatu sambil sambil mempelajari
kemudian (sekitar th. 1930) penggunaan alat berbagai pengetahuan. Oleh karena itu, proses
peraga itu berkembang dengan diproduksinya belajar harus melibatkan semua aspek
secara massal media belajar-pengajaran untuk kepribadian manusia, yaitu mulai dari aspek
digunakan di sekolah secara meluas. yang berhubungan dengan pikiran, perasaan,
Penerapan teknologi pendidikan untruk bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, dan
memecahkan masalah belajar dapat berlangsung keyakinan.
secara mikro maupun makro. Secara mikro Pada proses pembelajaran interaktif, perlu
apabila masalah belajar iitu ada dalam diusahakan adanya hubungan timbal balik
lingkungan terbatas misalnya dalam kelas atau antara guru dan siswa dan antar siswa sendiri.
sekolah. Proses pembelajaran yang dikem- Proses pembelajaran inspiratif yang diseleng-
bangkan oleh guru dalam kelas, merupakan garakan hendaknya dapat mendorong seman-
penerapan teknologi pendidikan secara mikro. gat untuk belajar dan timbulnya inspirasi pada
Sedangkan secara makro adalah pemecahan peserta didik untuk memunculkan ide baru,
masalah belajar secara menyeluruh, yaitu yang mengembangkan inisiatif dan kreativitas.
meliputi semua komponen dan karena itu Pendidik perlu berusaha menciptakan proses
merupakan sistem.:Berbagai bentuk satuan pembelajaran yang menyenangkan, menjadikan
pendidikan seperti SMP Terbuka, Program siswa merasa nyaman, betah, dan asyik untuk
KEJAR Paket A,B dan C, Universitas Terbuka dan mengikutinya. Proses pembelajaran juga
lain-lain. Merupakan penerapan teknologi diusahakan agar dapat mengarahkan siswa
pendidikan secara makro. untuk mencari pemecahan masalah, mengem-
Proses pembelajaran seperti yang ditetap- bangkan semangat tidak mudah menyerah,
kan dengan ketentuan kebijakan (PP No. 19 melakukan percobaan untuk menjawab
Tahun 2005 dan Permendiknas No. 41 Tahun keingintahuannya. Proses pembelajaran harus
2007), pada hakekatnya merupakan bentuk dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi
penerapan teknologi pendidikan. Istilah aktif, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat
teknologi pendidikan memang tidak dalam setiap peristiwa belajar yang sedang
digunakan atau tidak tampak, karena memang dilakukan. Guru juga harus memberikan ruang
salah satu kriteria teknologi pendidikan adalah lingkup bagi prakarsa, kreativitas, dan
integratif. Ragi yang digunakan dalam kemandirian sesuai bakat, minat, dan
pembuatan roti misalnya, tidak akan tampak perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
setelah roti itu masak karena sudah terintegrasi Selanjutnya, pembelajaran kreatif artinya
dalam adonan yang dipanggang. memiliki daya cipta, memiliki kemampuan
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa untuk berkreasi. Peran aktif siswa dalam proses
dalam proses pembelajaran guru harus pembelajaran akan menghasilkan generasi yang
menciptakan suasana sedemikian rupa kreatif, artinya generasi yang mampu mengha-
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, silkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
dan mengemukakan gagasan. Belajar harus orang lain.2 Kreatif juga dimaksudkan agar guru
merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang
membangun pengetahuannya, bukan hanya beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
proses pasif yang hanya menerima penjelasan kemampuan siswa. Menurut Semiawan,
dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini kreativitas adalah suatu kondisi, sikap, atau
sejalan dengan pendapat Vygotsky bahwa ada keadaan yang sangat khusus sifatnya dan
keterkaitan antara bahasa dan pikiran.1 Dengan hampir tak mungkin dirumuskan secara tuntas.3
aktif berbicara (diskusi) siswa lebih mengerti Daya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan
konsep atau materi yang dipelajari. Siswa perlu merupakan pengalaman yang paling mendalam
keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan
kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih daya kreatif tersebut diperlukan suasana yang
banyak duduk diam akan menghambat kondusif yang menggambarkan kemungkinan
perkembangan motorik, akademik, dan tumbuhnya daya tersebut. Suasana kondusif
kreativitasnya. Melalui belajar aktif segala yang dimaksud adalah suasana belajar yang
potensi siswa dapat berkembang secara optimal memberi kesempatan siswa untuk terlibat secara
dan memberikan peluang siswa untuk aktif aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk
dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa teknologi pendidikan isomeristik, sitemik,
takut disalahkan oleh guru. sinergistik, sistematik, inovatif dan integratif
Adapun pembelajaran yang efektif terujud telah mulai terwujud dalam sistem pendidikan
karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat nasional, dimana guru merupakan unsur
menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga strategik dalam usaha peningkatan mutu sistem
dapat membekali siswa dengan berbagai pendidikan tersebut.
kemampuan. Setelah proses pembelajaran Dalam dunia pendidikan teknologi sebagai
berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa proses, produk dan sistem yang dikembangkan
tidak hanya berupa pengetahuan yang bersifat untuk mengatasi masalah pendidikan, yaitu
verbalisme namun diharapkan berupa masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi
kemampuan yang lebih bermakna. Artinya dan produktivitas, telah dikembangkan sebagai
pembelajaran dapat mengembangkan berbagai suatu disiplin keilmuan khusus. Teknologi
potensi yang ada dalam diri siswa sehingga pendidikan dikembangkan dengan dua dasar
menghasilkan kemampuan yang beragam. pertimbangan. Pertama, karena masalah
Belajar yang efektif dapat dicapai dengan pendidikan yang ada (mutu, pemerataan,
tindakan nyata (learning by doing) dan untuk relevansi, efisiensi dan produktivitas) tidak
siswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan dapat dipecahkan dengan pendekatan yang
bermain. Bermain dan bereksplorasi dapat sudah ada (seperti menambah guru, menambah
membantu perkembangan otak, berbahasa, buku, menambah sekolah dan lain-lain). Oleh
bernalar, dan bersosialisasi. Pembelajaran yang karena itu diperlukan pendekatan baru. Kedua,
menyenangkan memusatkan perhatiannya perkembangan lingkungan, termasuk perkem-
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah bangan politik (demokrasi, desentralisasi, HAM
perhatiannya tinggi. Keadaan aktif dan dll), perkembangan lingkungan alam dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses ekonomi (pasar bebas, pelestarian alam dsb.),
pembelajaran tidak efektif yang tidak dan perkem-bangan teknologi (terutama TIK)
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa akan sangat mempengaruhi dunia pendidikan.
selama proses pembelajaran berlangsung, sebab Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan baru yang mengambil manfaat dari perkem-
pembelajaran yang harus dicapai. Jika bangan yang ada.
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan Teknologi pendidikan dapat pula dikata-
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut kan sebagai perkembangan yang logis dan
tidak ubahnya seperti bermain biasa. Kelas yang rasional dari apa yang semula disebut dengan
sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak ada didaktik & metodik pengajaran yang
aktivitas konkret, membosankan dan belajar dilaksanakan pada jalur pendidikan formal
tidak efektif menyebabkan tidak kritis, tidak jenjang dasar dan menengah. Didaktik &
kreatif, komunikasi buruk, dan apatis. metodik hanya merupakan sebagian dari proses
Berdasarkan uraian di atas dapat belajar pembelajaran. Proses pembelajaran
dideskripsikan bahwa penerapan teknologi yang dikembangkan dalam Teknologi Pendidi-
pendidikan dalam proses pembelajaran kan, tidak hanya PAKEM melainkan PAIKEM
berlangsung secara aktif, interaktif, kreatif, dan PAINO (Pembelajaran Aktif, Interaktif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), siswa Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, dan
terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan belajar Pembelajaran Atraktif, dan Inovatif).
dan pembelajaran yang dapat mengembangkan Produk untuk pembelajaran yang semula
pemahaman dan kemampuan mereka melalui hasil kreasi guru sendiri, perlu dikembangkan
berbuat atau melakukan dan mencipta. Dalam lebih lanjut sebagai bentuk dukungan untuk
pembelajaran tersebut, guru menggunakan belajar (bukan untuk mengajar). Progam televisi,
berbagai teknik dan sumber belajar. radio, PBK (pembelajaran berbantuan komputer)
dll. perlu disediakan dalam berbagai bentuk
untuk dapat diakses oleh peserta didik kapan
Purnakata saja, dimana saja di kelas maupu secara mandiri.
Sistem pembelajaranpun dikembangkan di luar
Perspektif teknologi pendidikan dalam rangka lingkungan sekolah konvensional, seperti
meningkatkan kualifikasi guru telah, sedang, misalnya pendidikan terbuka (SMP/MTs
dan akan terus dikembangkan. Ke enam kriteria Terbuka, SMU Terbuka, Universitas Terbuka,
Kejar Paket A, B dan C, Pendidikan di Rumah Miarso, Yusufhadi. (2005). Menyemai benih
(homeschooling), dan BEBAS (Belajar Berbasis teknologi pendidikan. Jakarta: Pustekkom
Aneka Sumber). & Kencana
Teknologi pendidikan mempunyai visi : Rychen, Dominique Simon. (2002). Key
Terwujudnya berbagai pola pendidikan dan competencies. New York: Mc Graw Hill
pembelajaran dengan dikembangkan dan Semiawan, Conny R. (1999). Dimensi kreatif
dimanfaatkannya aneka sumber, proses dan dalam filsafat ilmu. Bandung: PT
sistem belajar, sesuai dengan kebutuhan dan Remaja Rosdakarya
potensi setiap pemelajar, menuju terbentuknya Silberman, Mel. (1996). Active learning: strategies
masyarakat belajar dan berpengetahuan. to teach any subject. Boston: Allyn and
Apabila para guru bertekad untuk Bacon
meningkatkan kualitas pendidikan dengan Usman, Uzer. (1990). Menjadi guru profesional.
meningkatkan kompetensinya dalam Bandung: PT Remaja Rosdakarya
pembelajaran, maka sudah seyogyanya mereka Vygotsky, L.S. (1962). Thought and language.
memahami dan mewujudkan peran teknologi Cambridge, MA: Harvard University
pendidikan. Press
Abstrak
epala Sekolah memegang peranan penting dalam perbaikan dan inovasi institusi pendidikan.
Kata Kunci : Kepala sekolah, Mentoring, kebijakan pendidikan Indonesia, kebijakan pendidikan
Singapura.
Principals hold a key role in the improvement and innovation of educational institutions. With the
implementation of Curriculum of School Unit Level, principals face increasing demands not only to
undertake administrative tasks but also develop an excellent curriculum for their schools and accelerate
the teachers innovation. Therefore, it is vital to appoint competent principals who have appropriate
knowledge and experience in order to optimally excute the duties of a principal. The appointment
and training system of principals in Singapore are considered as one of the best in the world. The
appointment and training of Singaporean principals require the principals to have post-graduate
qualifications in educational administration. This policy is also supported with a mentoring program
which is carefully observed by the Singaporean Ministry of Education. Based on literature review on
the Singaporean principal appointment and training system, this article discusses the possibility of
applying a similar principal-candidate mentoring program for Indonesian context.
karena dia memberikan petunjuk pada saat ketidakefektifan pendidikan pada tingkat
terjadi perubahan dan bertanggung jawab atas sekolah karena kepala sekolah yang seharusnya
keefektifan organisasi sekolah (Hoy & Miskel, mengatur sekolah tidak memiliki keterampilan
2001) . (skills) spesifik yang diperlukan untuk
Dengan berlakunya Kurikulum Tingkat melakukan tugas administratif dan
Satuan Pendidikan (KTSP), berbagai hal yang kepemimpinan sebagai seorang manajer
dulunya diatur secara terpusat oleh pemerintah sekolah. Kepala sekolah baru sering tidak siap
di Jakarta sekarang menjadi kewenangan untuk memimpin sekolah dan butuh waktu yang
institusi sekolah itu sendiri. KTSP hanyalah cukup lama untuk akhirnya dapat melakukan
suatu pedoman bersama yang perlu tugasnya dengan efektif dan efisien. Situasi ini
diterjemahkan oleh para kepala sekolah dan berbeda dari negara tetangga kita, Singapura
guru dalam konteks pendidikan di tempat yang melakukan persiapan calon kepala sekolah
mereka masing-masing. Dengan demikian beban secara terarah dan terencana sehingga seorang
yang dipanggul oleh kepala sekolah tidak lagi kepala sekolah baru sudah memiliki
sekedar bersifat administratif, seperti keterampilan yang memadai untuk memimpin
pengelolaan anggaran, tetapi juga menginovasi sekolah.
kurikulum dan mendorong guru untuk
menghasilkan suatu proses belajar-mengajar
yang efektif. Guru dan Kepala Sekolah di
Maka, kepala sekolah perlu memiliki Singapura
keterampilan yang memadai untuk dapat
melakukan hal-hal semacam itu. Keputusan Dikarenakan luasnya yang kecil dan jumlah
Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun warga negaranya yang sedikit, pendidikan di
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Singapura bersifat tersentralisasi di bawah
merupakan kerangka dasar dalam penentuan pengawasan Kementerian Pendidikan
kepala sekolah di Indonesia. Dalam Keputusan Singapura (Chew, Stott & Boon, 2003) . Pada
Menteri tersebut dijelaskan syarat-syarat tahun 2002, hanya terdapat 188 sekolah dasar
administratif seorang calon kepala sekolah dan 165 sekolah menengah di Singapura (Chew,
seperti batas usia, jenjang pendidikan, Stott & Boon, 2003). Jumlah ini tentunya sangat
pengalaman mengajar sebelumnya dan kecil dibandingkan dengan Indonesia. Oleh
golongan kepangkatan. Selain itu diatur juga sebab jumlahnya yang kecil ini, pemerintah
lima kompetensi pokok yang perlu dimiliki oleh dapat melakukan supervisi dengan cukup
kepala sekolah, yaitu: kepribadian, manajerial, mudah dan dapat mengidentifikasi guru-guru
kewirausahaan, supervisi dan sosial. Lima yang berbakat dan berprestasi baik untuk
dipromosikan menjadi kepala sekolah.
kompetensi pokok ini masih dijabarkan lagi
Seorang guru di Singapura dapat memilih
menjadi 33 butir kompetensi, misalnya: beberapa jalur karir yang sesuai dengan minat
berakhlak mulia, mampu menyusun dan kemampuannya. Seperti yang dapat dilihat
perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan pada gambar berikut ini, seorang guru dapat
perencanaan, pantang menyerah dan selalu memilih tiga jalur karir. Pertama, guru dapat
mencari solusi terbaik, melaksanakan supervisi memilih menjadi manajer pendidikan yang
akademik terhadap guru, memiliki kepekaan memuncak dalam jabatan kepala sekolah pada
sosial terhadap orang atau kelompok lain. tingkat sekolah ataupun penilik bahkan direktur
Kompetensi yang begitu mendetail dan normatif dalam lingkungan kementrian pendidikan
ini sayangnya hanya akan menjadi sepenggal Singapura. Kedua, bagi guru yang ingin tetap
peraturan yang tidak bermakna apa-apa jika mengajar tanpa terlibat dalam jabatan struktural,
mereka dapat mengikuti jalur expert teacher (guru
tidak dibarengi dengan langkah-langkah
ahli/mahir) yang mengajar kelas-kelas dengan
realistis mempersiapkan calon kepala sekolah menuntut kemampuan pedagogis yang lebih
untuk mencapai kompetensi tersebut. Yang lebih tinggi. Ketiga, bagi guru yang ingin memilih
sering terjadi barangkali adalah penunjukkan menspesialisasikan dirinya dengan suatu
kepala sekolah hanya berdasarkan bakat permasalahan pendidikan atau penelitian
kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang pendidikan, mereka dapat memilih jalur
guru tanpa pembekalan yang cukup mengenai spesialis. Tingkatan-tingkatan dari setiap jalur
aspek-aspek manajemen pendidikan. Hal ini karir tersebut sudah ditata dengan jelas. Ini
dapat mengakibatkan ketidakefisienan dan berarti bahwa mereka yang memang tidak
Career Advancement
Director-General of Education
Director
Deputy Director
Cluster Superintendent
mentoring, dan tidak saja berpusat pada teori- terjalin dengan baik untuk saling berbagi
teori administrasi pendidikan. Di Hong Kong, pengalaman dan pengetahuan tentang seluk-
para kepala sekolah melaporkan bahwa program beluk pekerjaan seorang kepala sekolah.
pasca sarjana administrasi pendidikan yang Menurut Boon (1998), keuntungan lain yang
mereka tempuh, walaupun berguna, kurang dirasakan oleh calon kepala sekolah adalah
praktis dan hanya bersifat teori (Wong & Ng, mendapatkan kepercayaan diri yang lebih besar
2003). untuk menjalankan tugasnya, pengetahuan
profesional yang semakin bertambah, serta
meningkatkan keterampilan sebagai seorang
Mentoring Calon Kepala Sekolah kepala sekolah. Hal ini tentunya sangat berguna
Singapura bagi para calon kepala sekolah, terutama mereka
yang tidak meniti karirnya di sekolah, namun di
Sejak tahun 1984, setiap calon kepala sekolah sebuah dinas Kementerian Pendidikan (Chew,
Singapura yang dipilih oleh Kementerian Stott, & Boon, 2003).
Pendidikan diwajibkan untuk mengikuti Di samping keuntungan yang dirasakan
program pasca sarjana Diploma of Educational oleh calon kepala sekolah, para kepala sekolah
Administration penuh-waktu di National Institute yang ditunjuk menjadi mentor juga melaporkan
of Education selama setahun sebelum bisa berbagai segi positif dari program mentoring ini
menjadi kepala sekolah (Lim, 2002). Program (Boon, 1998). Mereka melaporkan mendapatkan
akademik ini terdiri dari dua bagian. Bagian kepercayaan diri karena telah dianggap mampu
yang pertama adalah kuliah yang diberikan oleh membimbing calon kepala sekolah baru,
para dosen di ruang kelas. Dalam program memperluas network mereka, meningkatkan
akademik ini selain diberikan berbagai teori tingkat motivasi mereka, meningkatkan
mengenai administrasi pendidikan. Bagian yang kompetensi kerja mereka, dan mendapatkan
kedua adalah kesempatan untuk magang di dukungan psikologis dalam pekerjaan mereka.
salah satu sekolah yang ditunjuk. Dalam Sehingga walaupun membimbing calon kepala
kesempatan ini, kepala sekolah yang berprestasi sekolah baru menuntut kerja dan perhatian
baik ditunjuk menjadi mentor bagi calon kepala ekstra, para kepala sekolah senior tetap dapat
sekolah. Dalam periode dua kali satu bulan, mendapatkan pengalaman yang berharga dari
calon kepala sekolah mengamati kepala sekolah menjadi seorang mentor.
yang menjadi mentornya dalam menjalankan
tugas sebagai seorang administrator sekolah dan
mendapatkan kesempatan untuk menimba
Perubahan di tahun 2001
pengalaman dari mentornya.
Program yang sudah berjalan kurang lebih Pada tahun 2001, sistem Diploma of Educational
dua puluh tahun ini mendapat berbagai Administration diganti dengan Leaders in
tanggapan positif dari calon kepala sekolah dan Education Programme. Ada dua perbedaan pokok
para kepala sekolah yang ditunjuk sebagai antara kedua program ini. Pertama, program
mentor. Baik calon kepala sekolah maupun yang baru ini menekankan pentingnya melatih
mentornya melaporkan adanya reciprocal kemampuan berinovasi dan melakukan
learning, yaitu saling belajar dari mentor maupun manajemen perubahan (change management) bagi
calon kepala sekolah, systemic renewal dan para calon kepala sekolah karena mempertim-
systemic repeat, yaitu melanjutkan praktik-praktik bangkan perkembangan dunia yang makin cepat
kepemimpinan yang sudah terbukti berhasil dan tak dapat diduga. Kedua, program baru ini
(Low, Chong, & Walker, 1994). lebih singkat daripada program Diploma of
Berdasarkan penelitian Lim (2007), dua Educational Aadministration. Program hanya ini
keuntungan utama yang dilaporkan oleh peserta berdurasi 6 bulan yang juga ditempuh secara
program mentoring ini adalah adanya penuh waktu. Ini memungkinkan makin banyak
kemungkinan untuk networking (membangun calon kepala sekolah yang dapat dihasilkan.
jaringan) dan kerja sama dengan sesama calon Namun demikian, sistem mentoring bagi calon
kepala sekolah dan para kepala sekolah senior. kepala sekolah yang telah dilaporkan begitu
Sehingga ketika akhirnya calon kepala sekolah berhasil tidak sepenuhnya ditinggalkan. Para
ini menjadi kepala sekolah, mereka sudah calon kepala sekolah Singapura saat ini tetap
merupakan bagian dari suatu jejaring yang memiliki kesempatan magang di sekolah dan
belajar dari kepala sekolah senior (Lim, 2007), memberikan peringkat mana saja yang dapat
walaupun tidak seintensif dalam program yang dikategorikan sebagai kepala sekolah teladan
lama. Lim (2007), seorang dosen kepemimpinan untuk dijadikan mentor.
pendidikan di National Institute of Education, Akan tetapi, dinas-dinas pendidikan lokal
menyarankan untuk mengintegrasikan program maupun yayasan-yayasan pendidikan besar
mentoring dalam Leaders in Education Programme seperti BPK PENABUR dapat mengadopsi sistem
karena ia melihat bahwa mentoring memiliki mentoring ini, terutama melalui kerja sama
dampak positif yang bisa diterapkan dalam dengan lembaga pendidikan tenaga kependi-
program yang baru. dikan di wilayahnya. Apabila dijalankan secara
Sistem mentoring yang digambarkan di atas transparan dan akuntabel, sistem mentoring ini
memang sudah diubah oleh Singapura untuk dapat meningkatkan kualitas para kepala
menyesuaikan program persiapan calon kepala sekolah. Para pejabat kependidikan dapat mulai
sekolahnya dengan kebutuhan yang ada untuk menentukan kriteria guru-guru yang dapat
menghadapi perubahan-perubahan zaman yang diangkat menjadi kepala sekolah dan kemudian
cepat terjadi. Salah satu kritik utama terhadap menempatkan mereka dalam program pelatihan
sistem mentoring adalah kemungkinan administrasi pendidikan di sebuah universitas
hilangnya inovasi dalam diri calon kepala yang kemudian ditindaklanjuti dengan
sekolah karena mereka hanya akan mencontoh pemagangan di sekolah yang ditunjuk. Dengan
segala tindak-tanduk mentor mereka tanpa demikian, di masa yang akan datang para kepala
mengkritisinya dan mengadaptasi sesuai sekolah kita bukan hanya seorang guru yang
dengan kebutuhan di lapangan. Kritik semacam memiliki bakat kepemimpinan belaka, tetapi
ini tidak terlalu beralasan karena para calon benar-benar seorang tenaga administrasi
kepala sekolah tidak hanya dibekali dengan pendidikan yang profesional yang telah memiliki
mentoring saja, tetapi juga melalui kuliah dalam pengalaman kerja sebagai tenaga pendidik dan
program pasca sarjana Diploma of Educational bekal pelatihan administrasi pendidikan yang
Administration yang mengajak mereka untuk memadai.
berpikir secara kritis (Lim, 2007). Deng- Jika dikaitkan dengan Keputusan Menteri
andemikian, sistem mentoring dapat saja diterap- Pendidikan Nasional No. 13/2007, maka usulan
kan di Indonesia apabila dibarengi dengan mengadakan sistem mentoring dalam pendidi-
kuliah yang dibimbing oleh dosen yang kan pasca sarjana bagi calon kepala sekolah
berkualifikasi di bidang administrasi pendidikan lebih merupakan kewajiban daripada sekedar
untuk mencegah penjiplakan karakteristik ide yang menarik untuk dipertimbang-kan,
seorang mentor oleh si calon kepala sekolah. walaupun ada berbagai halangan yang telah
disebutkan di atas. Keputusan Menteri yang
sudah ada tentang kualifikasi calon kepala
Aplikasi Bagi Indonesia sekolah memang mengatur persyaratan kepala
sekolah yang diperlukan untuk menjalankan
Bagi Indonesia, salah satu halangan utama sekolah dengan baik. Namun, perlu juga
mengadopsi program mentoring adalah kesulitan dipikirkan langkah-langkah realistis untuk
dalam menyediakan pendidikan pasca sarjana memastikan bahwa calon kepala sekolah dapat
penuh waktu bagi para calon kepala sekolahnya memenuhi tuntutan yang beragam itu. Untuk
dan mengidentifikasi mentor. Karena luas menumbuhkan kemampuan manajerial yang
negara kita yang besar dan banyaknya jumlah memadai, para pembuat keputusan harus
guru dan sekolah, agaknya memang tidak memikirkan suatu bentuk pelatihan sebelum
realistik untuk mengharapkan Departemen seseorang dapat ditunjuk menjadi kepala
Pendidikan Nasional (Depdiknas) sekolah.
mengidentifikasi para calon kepala sekolah Hal lain yang dapat dipertimbangkan bagi
secara sentralistik dan kemudian memberikan konteks Indonesia adalah beragamnya jalur
beasiswa bagi semua untuk menempuh pengembangan diri guru di Singapura dan
pendidikan pasca sarjana. Di samping itu, kemungkinan merekrut kepala sekolah yang
identifikasi kepala sekolah senior yang dapat bukan seorang guru. Beragamnya jalur
menjadi mentor yang bertanggung jawab juga pengembangan diri guru, sebagai guru ahli,
sulit dilakukan. Depdiknas harus bekerja keras spesialis atau kepala sekolah, membuka
mengenali kepala-kepala sekolahnya dan kemungkinan bagi para guru untuk tidak
dengan skala yang lebih kecil dan spesifik of in-service experience. International
untuk memastikan calon kepala sekolah journal of educational management, 21,
memiliki keterampilan yang memadai 5, 433-439
untuk memimpin dan mengadakan Low, G.T., Chong, K.C., & Walker, A. (1994).
perubahan yang efektif di sekolah untuk Passing on the batton. International
mencapai tujuan institusional sekolah itu. Journal of Educational Management, 8,
3, 35-37
Ministry of Education (n.d.). Career advancement.
Daftar Pustaka Retrieved from http://www.moe.gov.sg, 16
July 2007
Boon, S.L.Z. (1998). Principalship mentoring in Mulford, B. (1996). Do school principals make a
Singapore: Who and what benetifs? Journal difference?: Recent evidentce and
of Educational Administration, 36, 1, 29- implications. Leading & Managing, 2,3,
43 155-170
Chew, J., Stott, K., & Boon, Z. (2003). On Singapore: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
The Making of Secondary School Principals. Republik Indonesia nomor 13 tahun
ISEA, 31, 2, 54-75 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Hoy, W.K., & Miskel, C.G. (2001). Educational Madrasah
administration: theory, research, 6th ed. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Singapore: McGraw-Hill Sistem Pendidikan Nasional
Lim, L.H. (2002). Learning beyond mentoring: The Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang
Singapore experience. International Guru dan Dosen
Journal of Educational Management, 16, Wong, K.C., & Ng, H.M. (2003). On Hong Kong:
4, 185-189 The Making of Secondary School Principals.
Lim, L.H. (2007). Illuminating the core of Singapore ISEA, 31, 2, 35-53.
school leadership preparation: Two decades
David Wijaya*)
Abstrak
anajemen Mutu Terpadu adalah suatu filosofi manajemen yang penting dan telah digunakan
M oleh industri-industri AS. Konsep tersebut digunakan dalam pengembangan dan akuisisi
sistem-sistem seperti sistem satelit dan pesawat terbang untuk menyiapkan laporan kinerja
para petugas. Di dalam beberapa tahun terakhir ini, konsep Total Quality Management (TQM)
telah diterapkan dalam dunia pendidikan. Banyak aplikasinya telah digunakan dari segi administrasi
institusi, tetapi ada juga beberapa sekolah telah menerapkan TQM dalam pengembangan kurikulum.
Di dalam tulisan ini, prinsip-prinsip TQM diuraikan dengan penekanan pada pentingnya mengidentifikasi
pelanggan dan menganalisis prosesnya.
*)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
mutu. Arti mutu yang semula bersifat netral, kuantitatif untuk memperbaiki proses
perlahan-lahan bergerak ke arah yang positif. organisasi secara berkesinambungan agar
Pada awalnya mutu tidak diperhatikan, tetapi dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan,
kini menjadi hal yang terutama dalam suatu keinginan, dan harapan pelanggan.
organisasi. Secara rinci, Rudi Suardi (2001)
membagi konsep mutu menjadi lima tahap,
yakni: Manajemen Mutu Terpadu
1. Era Tanpa Mutu
Era ini dimulai sebelum abad 18, di mana Manajemen Mutu Terpadu atau lebih dikenal
produk yang dibuat tidak diperhatikan dengan istilah Total Quality Management (TQM)
mutunya. Kondisi ini dapat terjadi apabila pertama kali diperkenalkan oleh Dr. William
organisasi tidak mempunyai pesaing atau Edwards Deming (1986) pada akhir tahun 1950-
dalam keadaan monopoli. an. Ide-idenya tidak diterima oleh industri-
2. Inspection Era industri AS tetapi pada akhirnya disahkan oleh
Era ini berlangsung di Negara Barat sekitar Jepang dalam pemulihan mereka dari Perang
abad 18. Di dalam era ini, mutu hanya Dunia II. Sebagai hasil dari implementasi TQM,
melekat pada produk akhir dan masalah konsep made in Japan telah berubah dari suatu
mutu berkaitan dengan produk yang rusak/ masa penghinaan menjadi suatu kata-kata
cacat. Produsen mulai mempunyai pesaing pujian yang besar. Pada tahun 1980-an, industri-
dan produksi barangnya massal. Pemilahan industri AS mulai melihat nilai dari pendekatan
terhadap produk akhir dilakukan dengan
TQM. Perusahaan-perusahaan seperti Motorola
cara inspeksi.
dan Federal Express yang dulunya telah gagal,
3. Statistical Quality Control Era
sekarang menjadi perusahaan pemimpin dunia.
Jika pada era inspeksi terjadi penyimpangan
Motorola sekarang ini melakukan suatu
atribut produk yang dihasilkan dari atribut
transaksi penjualan bisnis dengan Jepang.
standar, bagian inspeksi tidak dapat
Di dalam tulisan ini, prinsip-prinsip TQM
mendeteksi apakah penyimpangan tersebut
diuraikan dengan penekanan pada pentingnya
disebabkan karena kesalahan produksi atau
mengidentifikasi pelanggan dan menganalisis
hanya karena kebetulan. Bagian inspeksi
prosesnya. 14 poin Deming membentuk suatu
dilengkapi dengan alat dan metode statistik
kerangka implementasi TQM, yang telah
untuk mendeteksi penyimpangan pada
diterapkan pada lingkungan akademik
atribut produk yang dihasilkan di dalam
proses produksi. Deteksi penyimpangan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari
secara statistik mulai dilakukan oleh bagian The Air Force Academy.
produksi. Deming telah secara luas dikenal sebagai
4. Quality Assurance Era Bapak dari gerakan TQM. Dia juga dikenal
Di dalam era ini, konsep mutu mengalami dengan konsep 3 C yang berfokus pada
perluasan, dari konsep yang sempit (hanya Customer (pelanggan), Culture (budaya), dan
terbatas pada tahap produksi) kepada Capacity (kapasitas) untuk perbaikan
tahap desain dan koordinasi dengan bagian berkesinambungan yang merupakan suatu
jasa (seperti bengkel, energi, perencanaan bentuk lingkungan mutu terpadu di mana
dan pengendalian produksi, serta banyak organisasi yang sukses telah
pergudangan). Mulai diperkenalkan konsep menggunakannya untuk meremajakan diri
biaya mutu. mereka sendiri. Di bawah ini ada beberapa
5. Strategic / Total Quality Management / Total klarifikasi mengenai 3 C, yaitu:
Quality Service 1. The Customer
Di dalam era ini, keterlibatan manajemen Mutu terpadu mempunyai dua macam
puncak sangat besar dan menentukan pelanggan, yaitu:
sehingga menjadikan kualitas untuk a. Pelanggan eksternal, yang membeli
menempatkan organisasi pada posisi yang barang atau jasa yang ditawarkan.
kompetitif. Sistem ini disebut sistem b. Pelanggan internal, yang terlibat
manajemen strategik dan integratif karena dalam proses menciptakan barang
melibatkan pemimpin dan karyawan serta atau jasa, menerima output dari
menggunakan metode kualitatif dan pekerjaan lainnya dengan setiap orang
bersama.
3. The Capacity
Para pemimpin di dalam
organisasi-organisasi yang TQM
PENGETAHUAN SISWA
Ini terlihat dari adanya kebijakan (2) Bidang, kelayakan, dan efektifitas
sekolah yang diperbaharui secara dari berbagai pendekatan untuk
sistematis serta adanya hubungan mengkomunikasikan tujuan,
yang jelas antara kebijakan sekolah kebijakan, dan kinerja bagi
dengan tindakan yang diharapkan penyusunan formasi karyawan
oleh stakeholders sekolah. dan pengangkatan karyawan
(2) Hubungannya dengan kebijakan Ini terlihat dari adanya kepala
organisasi sekolah yang mengkomunikasi-
Ini terlihat dari adanya kebijakan kan kinerja sekolah, adanya akses
dari bagian pendidikan di sekolah informasi untuk membuat
yang berkaitan dengan visi kebijakan sekolah, serta adanya
strategik dari Komite Sekolah serta pendekatan sistematis untuk
adanya hubungan yang jelas berkomunikasi di sekolah.
antara Komite Sekolah dengan
otoritas lokal. 3. Manajemen Operasional
a. Perencanaan jasa, meliputi:
2. Konsultasi dan Komunikasi (1) Pengorganisasian dan pengelola-
a. Mekanisme konsultasi, meliputi: an kinerja serta perencanaan
(1) Bidang, kelayakan, dan efektifitas kerangka kerja
dari berbagai pendekatan untuk Ini terlihat dari adanya
melibatkan pelanggan dalam perencanaan jasa yang
membentuk kebijakan dan terintegrasi ke dalam pengelolaan
layanan dan penyusunan rencana sekolah
Ini terlihat dari adanya konsultasi serta adanya proses perencanaan
pendidikan yang dikelola secara jasa yang memperhatikan
efektif, adanya umpan balik pada perubahan lingkungan sekolah.
hasil konsultasi pendidikan, serta (2) Struktur dan isi dari Rencana Jasa
adanya mekanisme konsultasi Ini terlihat dari adanya hubungan
untuk memenuhi kebutuhan yang jelas antara Rencana Jasa
sekolah. Kependidikan (RJK) dengan
(2) Bidang, kelayakan, dan efektifitas tujuan sekolah, adanya
dari berbagai pendekatan untuk penyusunan RJK yang terstruktur
melibatkan penyusunan formasi dengan baik dan berfokus pada
karyawan dan pengangkatan pelanggan sekolah.
karyawan dalam membentuk (3) Kelayakan dari tujuan-tujuan
kebijakan dan layanan peningkatan dan ukuran-ukuran
Ini terlihat dari adanya etos kerja kinerja yang berkaitan
sekolah yang dapat meningkatkan Ini terlihat dari adanya tujuan
konsultasi pendidikan serta peningkatan sekolah yang berfo-
adanya keterlibatan staf sekolah di kus pada kebutuhan sekolah serta
dalam pengembangan kebijakan adanya hasil dari RJK yang
sekolah. SMART (Specific, Measurable,
b. Mekanisme komunikasi, meliputi: Action-linked, Realistic-linked and
(1) Bidang, kelayakan, dan efektifitas Time-linked).
dari berbagai pendekatan untuk (4) Kualitas dari perencanaan
mengkomunikasikan tujuan, tindakan untuk mencapai tujuan-
kebijakan, provisi, dan kinerja bagi tujuan peningkatan dan ukuran-
pelanggan. ukuran kinerja yang berkaitan
Ini terlihat dari adanya mekanisme Ini terlihat dari adanya tindakan
penyebaran informasi sekolah perbaikan mutu dan keterlibatan
yang meliputi sistem publikasi staf sekolah yang mencerminkan
sekolah yang baik serta adanya praktek yang terbaik serta adanya
laporan kinerja dari masyarakat ukuran-ukuran kinerja sekolah
terkait strategi organisasi dan yang ditetapkan untuk tujuan jasa
informasi sekolah. pendidikan.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 91
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
control? oleh Ir. H.W. Budi Santoso. The Scottish Executive Education Department.
Bandung: PT Ramaja Rosdakarya (2000). Quality management in education.
Juran, Joseph M. (1992). Juran on quality by design: Scotland: Crown
the new steps for planning quality into goods Umadi. (1999). Manajemen peningkatan mutu
and services. New York: The Free Press berbasis sekolah. Jakarta: Direktorat
Mayer, Daniel P. et al. (2000). Monitoring school Jenderal Pendidikan Dasar dan
quality: An indicators report. US: U.S. Menengah Departemen Pendidikan
Department of Education Nasional
Soemardi, Tresna P. Total quality management Winn, Robert C. & Green, Robert S . (1998).
sebagai kunci keunggulan bersaing: International journal engineering
Majalah Usahawan, Vol 12 Desember education:: applying total quality
1995 management to the educational process
Suardi, Rudi. (2001). Sistem manajemen mutu ISO
9000:2000 : Penerapannya untuk mencapai
TQM. Jakarta: Penerbit PPM
B.P. Sitepu*)
Abstrak
elaras dengan perubahan paradigma terhadap pendidikan, khususnya terhadap pembelajaran,
S tulisan ini membahas tentang penyusunan buku teks pelajaran berbasis aneka sumber. Tulisan
ini diawali dengan perubahan paradigma terhadap pendidikan yang membawa dampak
perubahan kedudukan peserta didik dalam proses belajar dan membelajarkan. Peserta didik
menjadi subjek dan pusat perhatian dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran. Pendidik
berperan lebih sebagai perancang, pengelola, fasilitator, tutor, dan mentor. Kemudian, tulisan ini
membahas peranan buku teks pelajaran sebagai salah satu sumber belajar. Berkaitan dengan usaha
memberikan kecakapan belajar agar mampu belajar sepanjang hayat, tulisan ini mengangap perlu
menyusun buku teks pelajaran yang dapat dijadikan acuan dalam mewujudkan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Isi buku pelajaran dianggap perlu dikembangkan
dengan mendayagunakan berbagai sumber belajar di lingkungan peserta didik. Dalam menyusun
buku yang berbasis aneka sumber itu, tulisan ini menawarkan sejumlah gagasan yang perlu
dikembangkan dalam menyusun isi, metode pengembangan isi, bahasa, ilustrasi, dan grafika buku
teks pelajaran.
Kata kunci: Paradigma pendidikan, pembelajaran, sumber belajar, pembelajaran kontekstual, buku
teks pelajaran.
In the line of paradigm shift about education, particularly in teaching-learning process, this article
discusses the textbooks based on various resources. The first part of this article describes the paradigm
shift about education and its impacts on the learners roles in teaching-learning process. The learners
become the subjects and the focus of interest in designing and conducting the instructional programs.
Teacher acts more as an instructional designer and manager, facilitator, tutor, and mentor. Next, this
article discusses the role and function of textbook as learning resource. To make instructional process
becomes active, creative, innovative, effective, and joyful as well as to enable the learners to obtain
life-long learning skill, the textbooks should provide rich information referring to and utilizing various
learning resources available within their environment. With this context in mind, this article proposes
a set of ideas to be elaborated further in developing the textbooks based on various learning resources,
such as considerations in developing content, methods of developing content, language, illustration
and graphic aspects..
Dengan menggunakan teknologi informasi, belajar tentang apa saja, dan belajar untuk tujuan
bahan ajar dapat ditampilkan dengan apa saja. Peserta didik dapat menggunakan
menggunakan media elektronik seperti berbagai alam, lingkungan, orang dan apa saja dalam
bentuk disk (compact disk, flash disk, dll) dengan memperoleh informasi sebagai bahan ajar.
tetap menggunakan format buku. Penerbitan Dengan demikian, bahan ajar tidak hanya
buku elektronik itu lebih cepat dan murah serta bersumber dari buku serta bahan ajar cetak
lebih mudah disebarkan. Di lain pihak dengan lainnya atau dari media noncetak seperti kaset,
menggunakan berbagai program, bahan ajar CD, dan internet/komputer. Bahkan untuk
dapat disusun dan disajikan secara interaktif keperluan tertentu seperti untuk belajar IPA,
dan lebih menarik. Menurut Grycz dalam peserta didik dapat belajar dengan mengamati
Altabach (1998: 131-132) penerbitan buku gejala-gejala alam yang ada di sekitarya. Alam
elektronik berkembang pesat di abad ke-21 ini dijadikan sebagai laboratorium, tempat
dan dapat menggeser kedudukan buku dalam melakukan pengamatan dan percobaan.
wujud kertas apabila tidak dilakukan Sumber, tempat, dan waktu belajar menjadi lebih
penyempurnaan dan penyesuaian dalam terbuka dan lebih luas serta dapat juga menjadi
menyusun dan menyajikan informasi dalam lebih murah. Keberhasilan belajar berbasis
buku konvensional. aneka sumber ini sangat tergantung pada
Mengingat semakin mahalnya harga buku kemampuan dan kejelian pendidik/guru dan
dan berbagai kendala dalam menyalurkan buku peserta didik dalam mengamati dan memilih
ke sekolah, Depdiknas menggunakan buku sumber-sumber belajar yang ada di
elektronik (e-book) yang disebarkan melalui lingkungannya yang tepat dijadikan sebagai
internet. Untuk tahun pelajaran 2008/2009 ini bahan ajar untuk keperluan tujuan belajar
Depdiknas sudah menyebarluaskan 47 judul tertentu.
buku pelajaran pokok dan akan terus meningkat Penyusunan buku teks pelajaran di
hanya sampai 250 judul buku untuk SD/MI, Indonesia dewasa ini terkesan kaku dan kering
SMP/MTs, dan SLTA. Buku elektronik ini dapat sehingga kurang memotivasi siswa untuk
dengan cepat disebarkan dan setiap siswa bebas belajar. Supriadi (2000) melihat keadaan ini
membuka dan mengunduhnya (down load) berkaitan erat dengan pemikiran penyusun
sehingga lebih murah dibandingkan kalau naskah buku teks pelajaran yang beranggapan
naskah buku itu dicetak. bahwa guru akan memberikan uraian lebih rinci
Internet menawarkan berbagai data dan atas bahan ajar yang disajikan dalam buku itu
informasi mutakhir yang dapat dipergunakan sehingga menjadi lebih jelas dan menarik.
sebagai sumber belajar-membelajarkan. Banyak Kebanyakan pula buku teks pelajaran terlalu
ilmuwan dan tokoh menyebarluaskan temuan terikat pada tujuan dan materi pokok yang
dan gagasannya melalui internet. Kemudahan ditetapkan dalam kurikulum, sehingga
memperoleh informasi melalui internet membuat penyusun buku pelajaran kurang memper-
sumber informasi untuk belajar-membelajarkan hatikan sumber-sumber belajar lain yang ada di
tidak hanya terbatas pada kelas, sekolah, dan sekolah dan di lingkungan siswa tinggal. Hal
lingkungan siswa saja tetapi memungkinkan yang demikian menurut Chattry-Komarek (1996)
siswa memperoleh informasi dari berbagai antara lain mengakibatkan belajar kontekstual
tempat di dunia. (Forsyth, 2001). Dengan (contextual learning) kurang terlihat dalam buku
demikian, hal yang penting bagi siswa ialah teks pelajaran.
keterampilan mencari dan memilih informasi Dalam era informasi, di berbagai negara
dari internet secara cepat dan sesuai dengan yang maju di bidang teknologi informasi dan
kebutuhan belajarnya. komunikasi seperti Jepang, Korea, Amerika, dan
Oleh karena berbagai keterbatasan dana dan Inggris, kedudukan buku sebagai alat
sarana pendidikan (khususnya alat-alat pendidikan/pembelajaran secara berangsur
praktik/laboratorium) dan sering juga dialami mulai digantikan oleh teknologi. Buku bukan
kurangnya jumlah tenaga pendidik/guru yang lagi merupakan media cetak tunggal yang
bermutu, dewasa ini berkembang konsep belajar dipergunakan sebagai sumber belajar, tetapi
berbasis aneka sumber yang dikenal dengan telah dapat digantikan oleh perpustakaan
akronim bebas. Konsep ini mengembangkan elektronik. Dengan demikian, keterampilan
proses belajar dengan sumber belajar apa saja, membaca yang sebelumnya diandalkan dalam
belajar dari siapa saja, belajar kepada siapa saja, menyerap informasi dari buku/media cetak, di
era informasi ini yang dituntut adalah 2. Unsur yang cukup diperhatikan adalah
kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pembelajaran efektif dalam arti bahwa materi
media. Dengan dianggapnya proses belajar- isi buku dikembangkan untuk dapat
membelajarkan tidak hanya terbatas di kelas/ mencapai kompetensi yang ditetapkan
ruangan yang dibatasi dengan dinding, lantai dalam kurikulum.
dan langit-langit, tetapi dunia terbuka menjadi 3. Penggunaan buku teks pelajaran kurang
ruang belajar maka kedudukan dan fungsi buku memperhatikan sumber-sumber belajar lain,
menjadi berubah. sebagai rujukan atau pengayaan. Dengan
Di Indonesia buku teks pelajaran pada demikian masing-masing buku teks
umumnya masih dijadikan acuan utama dalam pelajaran terkesan disusun berdiri sendiri.
proses pembelajaran. Bahkan di sejumlah 4. Dilihat dari isi dan penyajiannya, buku teks
sekolah guru dapat melaksanakan pembelajaran pelajaran untuk mata pelajaran bahasa
mengacu pada buku teks pelajaran tanpa pernah Indonesia dan Matematika belum disusun
melihat kurikulum. Akan tetapi guru tidak dapat berbasis aneka sumber belajar.
menghadapi kesulitan melaksanakan pembe- Temuan dalam penelitian itu tidak dapat
lajaran tanpa buku teks pelajaran meskipun digenera-lisasikan, karena penyusun buku teks
kurikulum tersedia. Oleh karena sangat pelajaran yang berbeda dapat saja menyusun
beralasan kebijakan Departemen Pendidian buku dengan cara yang berbeda. Sungguh-pun
Nasional yang menyatakan bahwa buku teks demikian, hasil penelitian itu setidak-tidaknya
pelajaran yang dipakai di sekolah harus dipilih merupakan gejala yang mengggugah guru untuk
dari buku-buku yang telah melalui penilaian lebih mencermati isi buku teks pelajaran itu serta
Badan Standar Nasional Pendidikan serta melakukan penyesuaian dalam mengu-
dinyatakan layak nakannya sebagai
melalui keputusan sumber belajar bagi
Menteri Pendidikan siswa dan sumber
Nasional (Permen- pembel-ajaran bagi
diknas No. 11 Thn
Hasil penelitian (2007) yang
guru.
2005). Dalam penilai- dilakukan penulis atas lima judul Oleh karena di
an itu telah diper- buku teks pelajaran SMP terbitan kebanyakan
hatikan kelayakan 2006 menunjukkan, kelima buku sekolah di Indone-
dari segi isi, bahasa, tersebut belum menggunakan sia, guru masih
penyajian, dan kegra- mengandalkan
fikaan. Akan tetapi
pendekatan belajar berbasis aneka
buku teks pelajaran
sejauh manakah sumber. sebagai acuan
penyusunan buku dalam merancang
teks pelajaran ini dan melaksanakan
telah menerapkan prinsip-prinsip belajar pembelajaran serta dalam melakukan evaluasi
berbasis aneka sumber, perlu pencermatan lebih hasil belajar siswa (Pusat Perbukuan, 2005), buku
lanjut. pelajaran perlu disusun sesuai dengan
Hasil penelitian (2007) yang dilakukan perkembangan teori-teori pedagogik dan
penulis atas lima judul buku teks pelajaran SMP mengintegrasikannya dengan sumber-sumber
terbitan 2006 menunjukkan, kelima buku belajar yang ada di lingkungan siswa seperti
tersebut belum menggunakan pendekatan belajar sekolah, rumah, dan masyarakat sehingga proses
berbasis aneka sumber. Kecuali satu, empat dari belajar-membelajarkan dapat membuat siswa
buku yang dipergunakan sebagai buku teks aktif, kreatif, dan inovatif. Dengan demikian
pelajaran untuk Bahasa Indonesia dan
akan terwujud suasana belajar dan
Matematika kelas VIII SMP itu telah dinilai dan
pembelajaran yang efektif, efisien dan
dinyatakan layak dipakai sebagai buku teks
menyenangkan.
pelajaran oleh Mendiknas. Hasil penelitian yang
menggunakan teknik analisis isi menunjukkan
antara lain:
1. Isi dan penyajian kelima buku teks pelajaran Penyusunan Buku Teks Pelajaran
belum sepenuhnya disusun membuat
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, Secara umum dapat dikemukakan, dalam
efektif, menyenangkan, dan kontekstual. menyusun naskah buku teks pelajaran
Isu Mutakhir
Hotben Situmorang*)
D mutu pendidikan
sekaligus mening-
maka sistem kredit semester
dirancang bagi peserta didik
berlangsung selama 40
menit
katkan pemerataan yang memiliki IQ dalam c. SMA/MA/SMALB/
kesempatan memperoleh rentang 100 sampai 120. SMK/MAK berlangsung
pendidikan di jalur selama 45 menit.
pendidikan formal, penerapan Ciri Satuan Kredit Penugasan terstruktur
sistem kredit semester (SKS) di Semester (SKS) adalah kegiatan pembelajaran
SLTP dan SLTA menarik berupa pendalaman materi
perha-tian sejumlah sekolah. Dalam sistem kredit, tiap-tiap pembela-jaran oleh peserta
Disamping itu masalah buku mata pelajaran diberi harga didik yang dirancang oleh
teks pelajaran masih yang dinamakan nilai kredit pendidik untuk mencapai
merupakan isu yang selalu yang jumlahnya tidak sama standar kompetensi. Waktu
menarik perhatian untuk setiap mata pelajaran. penyele-saian penugasan
khususnya pada awal tahun Jumlah kredit ditentukan atas terstruktur ditentukan oleh
pelajaran. Penggu-naan dan besarnya usaha untuk menye- pendidik. Kegiatan mandiri
pemanfaatan buku sekolah lesaikan tugas yang tidak terstruktur adalah
elektronik (BSE) oleh dinyatakan dalam program kegiatan pembelajaran berupa
Depdiknas menimbulkan pendidi-kan seperti tatap pendalaman materi pembela-
polemik pro dan kontra. muka, tugas terstruktur, jaran oleh peserta didik yang
Berikut ini disampaikan maupun kerja mandiri. Secara dirancang oleh pendidik
informasi tentang SKS di SLTP umum perhitungan 1 SKS untuk mencapai standar
dan SLTA, serta tentang BSE. adalah 50 menit untuk tatap kompetensi. Waktu
muka + 60 menit untuk tugas penyelesaian tugas diatur
terstruktur + 60 menit sendiri oleh peserta didik.
kegiatan mandiri sehingga
Implementasi Sistem perhitungan secara total
Kredit Semester pada Tujuan Pelaksanaan SKS
menjadi 170 menit. Kegiatan
Jenjang SLTP dan SLTA 1. Untuk memberikan
tatap muka adalah kegiatan
kesempatan kepada
pembelajaran yang berupa
Sistem kredit dalam pendidi- siswa yang cakap dan
proses interaksi antara peserta
kan telah lama diterapkan di giat belajar agar dapat
didik dengan pendidik. Beban
berbagai perguruan tinggi di menyelesaikan studi
belajar kegiatan tatap muka
Eropa dan Amerika, termasuk dalam waktu yang
per jam pembelajaran pada
di Indonesia. Sistem kredit sesingkat-singkatnya.
masing-masing satuan
dalam pendidikan dirancang 2. Untuk memberi
pendidikan ditetapkan
untuk peserta didik dengan kesempatan kepada para
sebagai berikut.
kemampuan akademis siswa agar dapat
a. SD/MI/SDLB berlang-
normal. Jika kemampuan mengambil mata
sung selama 35 menit.
**)
Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta
pelajaran yang sesuai melalui SKS yang harga buku akan lebih murah
dengan minat, bakat, dan diambilnya dibandingkan dengan buku
kemampuannya. 5. siswa mampu mengukur yang dijual penerbit. Dengan
3. Untuk mempermudah kemampuan diri, demikian diyakini program
penyesuaian kurikulum membuat pilihan mata ini akan membantu orang tua
dari waktu ke waktu pelajaran, belajar selain adanya program
dengan perkembangan mandiri, serta mengelola Bantuan Operasional Sekolah
ilmu dan teknologi yang waktu luang; (BOS) yang sudah
sangat pesat dewasa ini. Lingkup Nasional, dilaksanakan sebelumnya.
4. Untuk memberi menyangkut kesiapan: Diperkirakan, harga cetak
kemungkinan agar sistem 6. aturan pelaksanaan, buku yang diundu dari
evaluasi kemajuan sehubungan mutasi internet tidak akan
belajar siswa dapat siswa dari sistem SKS ke melampaui Rp. 8.000,00/
diselenggarakan dengan sistem paket (demikian buku. Dibandingkan dengan
sebaik-baiknya. sebaliknya); harga buku saat ini yang
5. Untuk memungkinkan 7. ujian nasional yang perlu untuk jenjang SD/MI dan
pengalihan transfer diadakan pada tiap SMP/MTs rata-rata Rp.
kredit antara jurusan, semester dengan bidang 25.000,00. Secara umum,
antara bagian, atau studi yang diikuti dapat program ini akan
antara sekolah pada dilakukan bertahap menghilangkan monopoli
jenjang yang sama. (dicicil); serta penerbitan buku pelajaran
8. kelulusan dan dan diharapkan bisa
Konsekuensi penerimaan siswa setiap menurunkan harga buku.
Implementasi SKS pada semester Pemerintah merencanakan
jenjang pendidikan umum Hal-hal di atas perlu proses pengembangan
perlu mempersiapkan berba- diperhatikan kembali dan aplikasi e-book akan selesai
gai hal, baik dari lingkup dicarikan solusinya bila pada Juni 2008. Sekarang ini
internal satuan pendidikan implementasi SKS diharapkan 47 buku yang telah diproses
maupun nasional. sukses. tersebut terdiri atas:
Lingkup internal satuan Buku teks pelajaran jenjang
pendidikan, menyangkut SD/MI: Ilmu Pengetahuan
kesiapan : Program e-Book Alam (6 judul), Matematika
1. manajemen satuan Depdiknas (4judul), Bahasa Indonesia
pendidikan dalam (10 judul); Jenjang SMP/MTs :
menyediakan sistem dan Untuk memberikan buku Matematika (3 judul), Bahasa
biaya yang dibutuhkan; murah kepada siswa, peme- Indonesia (6 judul); Jenjang
2. administrator dalam rintah melaksanakan program SMA/MA :Matematika (1
mengelola beban admi- pembelian hak cipta buku dari judul), Bahasa Indonesia (3
nistrasi yang bertambah; penulis buku pelajaran. judul); Jenjang SMK/MAK
3. operasional dalam meng- Tujuannya memotong proses Matematika (3 judul) dan
antisipasi adanya kelas pembuatan buku pelajaran Bahasa Indonesia (1 judul).
yang sangat padat atau sehingga diharapkan harga Menurut IKAPI, program
sangat kurang siswa ser- buku bisa lebih murah. ini belum teruji efektivitasnya
ta kelas khusus mata Sampai dengan akhir dikarenakan koneksi internet
pelajaran yang memung- tahun 2007, sebanyak 47 hak di Tanah Air masih sekitar
kinkan siswa yang meng- cipta buku pelajaran telah tujuh persen alias masih
hampiri kelasnya sesuai dibeli dari para penulis. rendah. Lagipula, biaya
mata pelajaran yang di- Selanjutnya buku-buku koneksi relatif masih mahal
ambilnya (moving class); tersebut diubah menjadi for- untuk ukuran masyarakat
4. guru pembimbing mat digital (e-Book). Sekolah Indonesia.
akademis dalam hal dapat mengundu secara gra- Sumber : http://
mengarahkan, memantau tis buku tersebut dari internet www.depdiknas.go.id
serta membimbing yang ditempatkan pada portal
kemajuan belajar siswa JARDIKNAS. Asumsinya
Judul Buku:
Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
Pengarang:
Doni Koesoema A.
Penerbit :
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Cetakan :
2007
Tebal :
viii + 320 halaman
ari waktu ke waktu, manusia berjuang Ketika kita melihat kemerosotan peradaban
berkembang adalah nilai-nilai yang akan pendidikan karakter; mulai dari sejarah
melanggengkan budaya yang hidup di tengah- pendidikan karakter, uraian tentang makna
tengah masyarakat. Pada masa keemasan Sparta, pendidikan dan karakter (termasuk secara
nilai-nilai keutamaan yang dikembangkan etimologis), tempat pendidikan karakter di
adalah nilai-nilai humanis sehingga Sparta sekolah, penilaian pendidikan karakter, sampai
menjadi pusat kegiatan budaya, seni dan masalah-masalah pendidikan karakter yang
keindahan, sedangkan pada masa kemerosotan relevan dengan pasang surut pendidikan di
Sparta di mana para tiran naik kuasa, nilai-nilai Indonesia. Semuanya dituangkan dalam
keutamaannya berubah menjadi komunitas sembilan bab yang sangat sistematis. Doni
yang anti demokrasi (h. 18 -19). Koesoema A (Guru SMA Kolese De Britto
Dalam konteks Indonesia, juga terjadi Yogyakarta) yang mempelajari Pedagogi
perubahan seperti itu. Pendidikan karakter pada Sekolah dan Pengembangan Profesional di
masa Soekarno (Orde Lama) jauh berbeda dengan Universitas Selesian, Roma, Italia menegaskan
apa yang dilakukan pada masa Soeharto (Orde bahwa sekolah-sekolah harus segera memulai
Baru). Pancasila sebagai landasan ideal bangsa pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
diterjemahkan secara berbeda oleh kedua Bapak baik secara langsung melalui kurikulum,
Bangsa ini. Pada masa Orde Lama pendidikan maupun dengan menciptakan lingkungan yang
Pancasila dimasukkan dalam satu mata bersifat asuh secara moral dalam lingkungan
pelajaran bersama-sama dengan Agama/Budi pendidikan kita(h. 118).
Pekerti dan ditambah mata pelajaran civic. Pada Selain tersaji dengan lengkap, buku ini juga
masa Orde Baru, Pancasila lebih dibudayakan sekaligus menjadi pembuktian tentang
secara sistematis melalui Penataran Pedoman pentingnya pendidikan karakter, karena
Penghayatan dan Pangamalan Pancasila (h. 49 pendidikan karakter berkaitan terutama dengan
50). Jika demikian, sangat penting bagi bagaimana seorang individu menghayati
pendidik (lebih tepatnya) lembaga pendidikan kebebasannya dalam relasi mereka dengan
untuk menetapkan arah tujuan pendidikan yang orang lain sebagai individu, maupun sebagai
bersumber dari nilai-nilai keutamaan individu yang ada di dalam sebuah struktur
bangsanya sehingga dapat mengembangkan yang memiliki kekuasaan (p.194). Pendidikan
nilai keutamaan peserta didiknya. Sebab karakter juga melibatkan di dalamnya proyek
menurut Plato, jika pemerintahan sebuah negara pendidikan moral dan pendidikan nilai (h.
tidak adil, ia juga sulit menciptakan pemimpin 200). Apabila kita meneropong pendidikan di
yang menghargai keadilan melalui proses Indonesia dari kesimpulan seperti itu, maka
pendidikan yang ia tawarkan (p.108) tidak diragukan lagi bahwa pendidikan karakter
Keprihatinan Doni Koesoema A terhadap sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang
perkembangan kehidupan masyarakat secara sangat mendesak. Terutama apabila kita
khusus masyarakat Indonesia mendorongnya relevansikan dengan tujuan akhir pendidikan
untuk mencermati apa yang menjadi masalah yang mengacu pada realisasi diri manusia
sesungguhnya. Ia melihat adanya kemunduran secara penuh melalui penelitian potensi-potensi
dalam pendidikan karakter di Indonesia, manusia supaya ia dapat merealisasikan dirinya
terbukti dengan berbagai fenomena yang muncul secara penuh (h. 77). Apa yang terjadi dalam
di tengah masyarakat. Dapat dicatat pula bahwa dunia pendidikan di Indonesia masih jauh dari
krisis multi dimensi yang melanda Indonesia hal itu.
sebenarnya bersumber pada menurunnya Satu-satunya kelemahan buku ini adalah
kualitas karakter. Apabila seseorang memiliki karena buku ini lebih banyak menguraikan
kualitas karakter yang baik, maka kualitas itu secara filosofis dan historis tentang pendidikan
akan muncul dalam perilaku yang baik pula. karakter yangmeskipun penting membu-
Namun upaya untuk menjadikan pendidikan tuhkan penelaahan dan pemahaman mendalam,
karakter sebagai menu utama dalam pendidikan dan menguraikannya dalam kalimat-kalimat
masyarakat tidaklah mudah. Hal itu ia tengarai panjang, walaupun sudah dibantu dengan sub-
karena tidak semua orang sepakat dan sepaham bab yang membingkai materi-materi
tentang pendidikan karakter yang bersumber pembahasan. Membutuhkan konsentrasi dan
dari perbedaan asumsi teoretis-filosofis (h.119). waktu khusus untuk membaca dan memahami
Itulah sebabnya dalam buku ini, Doni Koesoema buku ini. Selain itu, kita tidak dapat menemukan
A, membedah segala seluk beluk tentang data atau hasil-hasil penelitian yang dapat
menguatkan teori-teori yang ada dalam buku paling besar bukanlah menularkan ilmu tetapi
ini. Berbeda dengan buku dengan judul sama mengajar dari hati ke hati. Yang paling mudah
yang ditulis oleh Ratna Megawangi (BP MIGAS dalam mengajar adalah transfer ilmu (head to
Star Energy, th. 2004). Dalam buku itu, Ratna head), sementara yang paling sulit namun yang
Megawangi menyajikan bukan hanya teori-teori paling berharga adalah meneladankan nilai-
tentang pendidikan karakter, tetapi juga nilai (heart to heart). Artinya, siapapun dapat
menyajikan data dan hasil penelitian untuk dengan mudah menularkan ilmunya kepada
menunjang teorinya. Dalam bukunya Ratna juga orang lain. Misalnya mengajarkan menjahit,
memberikan strategi-strategi tentang bagaimana mengajar memasak, mengajarkan fisika,
memulai dan melakukan pendidikan karakter, mengajarkan matematika, dan sebagainya.
terutama untuk anak-anak. Keunggulan lain Sejauh kita menguasai ilmunya dan sejauh kita
dari buku Ratna adalah, karena bukunya mampu mengkomunikasikannya, maka
sangat Indonesia. Akan tetapi mungkin muridpun dapat memiliki ilmu itu. Hasilnya
memang penulis memaksudkannya demikian. adalah, banyak orang bisa memasak, bisa
Buku ini menjadi dasar dari semua buku tentang menjahit, memahami fisika, atau matematika
pendidikan karakter. Buku Ratna Megawangi dan sebagainya. Tetapi, hal itu jauh berbeda
menjadi lebih mudah dipahami ketika kita sudah dengan mengajar dari hati ke hati. Meskipun ia
membaca buku Doni Koesoema A. Buku ini harus mengajarkan ilmunya, penekanan utama
adalah buku yang serius, sebab masalah yang bukanlah pada ilmunya, tetapi bagaimana sang
dibahas dalam buku ini adalah masalah yang guru meneladankan nilai-nilai luhur dalam
serius. Setiap dirinya sehingga sang
pembaca yang mau murid ikut serta dalam
menggeluti ma-salah Meskipun ia harus keteladanan itu. Nilai-
ini juga harus terlibat mengajarkan ilmunya, nilai dalam diri manu-
secara serius. Maka sia sesung-guhnya
buku ini tidak cocok penekanan utama bukanlah bukanlah hasil dari
untuk dibaca sebagai pada ilmunya, tetapi bagaimana transfer ilmu (head to
pengisi waktu seng- sang guru meneladankan nilai- head) melainkan suatu
gang menunggu nilai luhur dalam dirinya bentuk peneladanan
giliran diperiksa di sehingga sang murid ikut serta (heart to heart). Sokrtes
dokter gigi misalnya. meringkas-kannya
Sebaliknya, dalam keteladanan itu. dengan 3 (tiga) hal
meskipun buku ini yaitu : ethos, pathos dan
mengupas masalah- logos.
masalah dunia pendi-
Ethos, adalah kredibilitas sang pengajar
dikan, namun buku ini dapat dibaca oleh
siapapun walaupun tidak bergelut dalam Kredibilitas yang dimaksud adalah bahwa sang
dunia pendidikan- karena penulis tidak pengajar itu layak dipercaya. Siapapun sang
menggunakan terminologi khusus dunia pengajar, bila ia memiliki kredibilitas di mata
pendidikan. Kalaupun ada, penulis tidak lupa muridnya, maka apa yang dilakukan akan
menje-laskannya. Alhasil, buku ini akan diteladani.
memperkaya dan membuka wawasan baru bagi Pathos, adalah belas kasih (compassions).
pembacanya, meskipun pembacanya sudah Compassion yang dimaksud adalah ketika sang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Sangat guru sungguh-sungguh mengasihi muridnya
tepat apabila buku ini dibaca sebagai bahan dan mencurahkan kasihnya semata-mata bagi
referensi ketika menyusun kurikulum kebaikan sang murid. Bila sang pengajar
pendidikan.
memiliki ikatan emosional dengan muridnya,
Apakah karakter dapat diajarkan ?
maka keterkaitan emosi ini akan menimbulkan
Pertanyaan Plato pada masanya menjadi relevan
bagi kita sekarang karena kitapun masih keinginan yang kuat untuk melakukan seperti
bergulat dengan masalah yang sama seperti yang diinginkan oleh sang pengajar.
yang dihadapi Plato. Dr. Howard Hendricks Logos, adalah isi pengajarannya.Apa yang akan
(dalam buku Teaching to Change Lives) menulis : disampaikan oleh sang pengajar kepada
Teaching that impacts is not head to head, but heart muridnya. Yang dimaksudkan di sini bukanlah
to heart. Mengajar yang menghasilkan dampak semata-mata ilmu saja yang diajarkan, tetapi
lebih dalam dari itu, bagaimana ilmu itu akan masalah karakter adalah masalah yang melekat
menjadi sesuatu yang berguna bagi hidup sang dalam diri manusia. Karakterlah yang
murid. (Dr. Howard Hendricks, Teaching to mendefinisikan generasi sebelumnya dan
Change Lives, h.85 86) nantinya akan mendefinisikan generasi yang
Untuk mengajarkan karakter, seorang guru wajib akan datang.
memiliki ketiga hal ini. Sebab ketika seseorang Pendidikan karakter, apapun bentuknya,
hendak mengajarkan karakater (virtus, atau atau bagaimanapun metodenya, siapapun yang
arethe) sang murid tidak membutuhkan banyak mengajarkannya; merupakan suatu upaya
kata-kata (baca: ilmu) tetapi membutuhkan manusia untuk menurunalihkan nilai-nilai yang
keteladanan. diyakini akan dapat melanggengkan peradaban
Dapat disimpulkan bahwa dalam manusia. Yang terpenting dan menjadi pokok
pendidikan karakter adalah salah satu mata perhatian utama setiap pengajar karakter adalah
rantai penting dalam sebuah rangkaian upaya dirinya terlebih dahulu sudah memiliki karakter
mendidik anak bangsa. Karena melalui (keutamaan, virtus, arethe) supaya ia bisa
pendidikan karakter, kita bukan sekedar meneladankannya kepada generasi selanjutnya.
melakukan transfer nilai-nilai keutamaan Pendidikan karakter adalah pendidikan yang
(arethe) melainkan kita justru meneladan- mengedepankan keteladanan.
kannya. Pendidikan karakter menjadi salah satu
strategi mendidik anak, sebab yang paling
dibutuhkan anak-anak masa kini adalah karakter Daftar Pustaka
yang unggul untuk dapat mengatasi tantangan-
tantangan dan masalah-masalah dunia Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan karakter
sekarang ini. Memikirkan dengan serius masalah solusi tepat untuk membangun bangsa. BP
pendidikan karakter anak dan mengupayakan MIGAS Star Energy
agar hal itu dapat terlaksana bukan hanya tugas Hendricks, Howard., Dr. (1987). Teaching to change
para pengajar di sekolah-sekolah. Hal ini adalah lives. Oregon: Multnomah Publisher
tugas seluruh generasi, sebab sesungguhnya
Lydia Hanna*)
195 193
200 186 183 173 181
152
2005/2006
150 173
2006/2007
2007/2008
100 78
65
65
50
0
TK SD SMP SMA SMK
Gedung SMK berada di lokasi yang sama - Memperbaiki dan melengkapi sarana
dengan SMP dan SMA. antara lain penambahan lokal SD
Dengan demikian saat ini sekolah yang - Kebijakan berupa kemudahan bagi
dikelola di BPK PENABUR Bandar Lampung siswa berprestasi untuk masuk ke SMP,
jenjang TK, SD, SMP, SMA dan SMK. SMA dan SMK.
- Mengadakan Seminar Pendidikan bagi
Data di atas memperlihatkan kondisi jumlah masyarakat sebagai salah satu terobosan
siswa yang cenderung menurun setiap promosi.
tahunnya. BPK PENABUR Bandar Lampung
pernah mengalami keadaan calon siswa 3. Di tingkat sekolah
terpaksa ditolak karena melebihi kapasitas - Berprestasi melalui kegiatan akademik
daya tampung. Perkembangan tersebut terjadi dan non akademik
misalnya pada tahun pelajaran 1986/1987, - Merencanakan kegiatan-kegiatan
1988/1989 berturut-turut jumlah siswa inovatif sebagai terobosan untuk
mencapai 1311, 1617, 1679. menghadirkan ADA YANG LEBIH di
Penurunan jumlah siswa yang terus terjadi BPK PENABUR.
sampai mencapai 50% pada tiga tahun terakhir
ini, antara lain disebabkanoleh: Sejauh ini yang telah dilakukan antara lain:
- Citra sekolah yang kurang baik di mata - Mengikuti kegiatan perlombaan di
masyarakat bidang akademik dan nonakademik
- Hadir sekolah-sekolah konvensional baru - Mengadakan Porseni tingkat SD dan
dengan perencanaan yang baik SMP se-Kota Bandar Lampung
- Prestasi sekolah yang kurang menonjol - Mengadakan pentas seni
- Kurangnya program inovatif yang - Menggelar program Nanny (TK/SD)
menyentuh dan laku dijual. - Study wisata (SD)
Kondisi umum yang terjadi di Bandar - Moving class (SMP)
Lampung tentu membuat pengurus, guru dan - Outbond
karyawan terus berusaha keras mencari jalan - Enterpreunership (SMK)
keluar agar bisa menyelesaikan persoalan ini. - Laboratorium akuntansi (SMK)
Langkah-langkah konkrit yang telah - Menjaring siswa berprestasi melalui try
diupayakan antara lain: out
1. Menetapkan tema: ADA YANG LEBIH - Tes narkoba mandiri (SMA)
sebagai dasar dari semua usaha menuju - Sekolah 5 hari untuk SMA
perubahan/perbaikan, baik yang dilakukan
di tingkat pengurus maupun di tingkat
sekolah. Prestasi Siswa TKK Tahun 2006-2008
Prestasi Siswa SDK Tahun 2006-2008 Prestasi Siswa SMAK Tahun 2006-2008
IPA Kecamatan IV
Prestasi Siswa SMK Tahun 2006-2008
MTK Kecamatan II
Jenis Lomba Tingkat Juara
Siswa Berprestasi Kecamatan II dan III
LKS Akuntansi Kota 5
B as k e t Kota II
No Nama Masa Jabatan
Hariyanto.W.M. 1 9 7 5 - 1 9 77
BP.Sitepu, Prof. Dr., lahir di Berastepu, Sumatra Utara, Juni 1948. Menyelesaikan
M.A., pendidikan di IKIP Negeri Jakarta (1975), Jurusan Pengajaran Bahasa
Inggris, S2 bidang perencanaan pendidikan di Macquarie University,
Sydney, Australia, (1979) dan S3 di bidang Teknologi Pendidikan di
IKIP Negeri Jakarta (1994). Sebelum menjadi tenaga pengajar tetap di
Universitas Negeri Jakarta dengan jabatan Lektor Kepala (2001),
bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang telah berubah menjadi Departemen Pendidikan
Nasional, (1976-2001). Pada tahun 2007 diangkat sebagai Guru Besar
Tetap Universitas Negeri Jakarta di bidang pengembangan sumber
belajar.
Djudjun Djaenuddin lahir di Bandung, Desember 1961. Lulus dari STT Duta Wacana
Supriadi, S.Th., tahun 1987 dan saat ini sedang menyelesaikan S2 Program M.Min
pada STT Jakarta. Menulis beberapa Modul Pengajaran PAK dan
pernah sebagai Dosen tidak tetap di UNTAR dan UKRIDA. Sejak
1998- sekarang sebagai Kepala Seksig Kerohanian BPK PENABUR
Jakarta.
Hotben Situmorang, Drs., lahir di Toba Sumatera Utara, April 1961. Menyelesaikan S1 di IKIP
M.B.A., Jakarta Jurusan Pendidikan Fisika (1985). Sambil menyelesaikan S1,
menjadi guru di SMA Neg. 50 (1982), SMA Neg.31 (1983-1987) dan
ikut mendirikan SMA PGRI 10. Guru dan pejabat Kepala Sekolah
Indonesia di Davao Philippines (1987-1994) sekaligus menyelesaikan
S2 bidang Business Management di Ateneo de Davao Philippines
(1994). Mengikuti Program Mission Studies di Overseas Ministries
Study Centre, Connecticut USA (1994/1995). Menjadi konsultan
Yakoma PGI dan dosen di UKI (1996). Bekerja di BPK PENABUR
Jakarta sebagai Kepala Bidang Pengembangan (1997). Care taker
Kepala SMK 2 BPK PENABUR ( 1996-2004). Saat ini sebagai Kepala
Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta.
Julianta Manalu, ST., lahir di Sibolga, Juli 1981. Lulus S1 jurusan Teknik Informatika UPI
YAI Jakarta tahun 2005. Mulai bekerja di BPK PENABUR tanggal 3
September 2007 sebagai guru mata pelajaran TIK di SMPK 1 dan
SMAK 2 BPK PENABUR Jakarta. Sebelumnya mengajar di SMAK
Kanaan Jakarta, Pernah pemenang dalam lomba penelitian guru
mata pelajaran DKI Jakarta.
Michael Kaprista Sutikno, born in Jogyakarta. His last education is S1 English Education Faculty and
Teachers Training Program 2001 in Sanata Dharma University,
Yogyakarta. He worked as an English teacher in SMAK 1 BPK PENABUR
JAKARTA for 2 years and as a Bina Nusantara University English Lecturer
Jakarta for 5 years (2001 -2006). Now he is studying for Master Degree
Program in Sanata Dharma University, Yogyakarta to improve his
competence and knowledge related to the development of EFL education.
Tri Esti Handayani, lahir di Jakarta, Desember 1966. Pendidikan Terakhir : Fakultas
Theologia Duta Wacana, Lulus Th. 1991. Mengajar di SMAK
PENABUR Jakarta dari tahun 1995 2003. Sejak 2003 sekarang
sebagai Staf Kerohanian BPK PENABUR Jakarta.
Yusufhadi Miarso, Prof. lahir di Pacitan, Maret 1934. Guru Besar Teknologi Pendidikan
Dr., M.Sc., Universitas Negeri Jakarta. Alumnus FKIP Universitas Airlangga,
Surabaya, untuk program S1 dan untuk pendidikan lanjutan dari
Syracuse University, N.Y. Amerika Serikat dalam keahlian
Audiovisual Communication dengan gelar Master of Science (Education),
serta dari IKIP Malang untuk program doktor (1985) di bidang
Teknologi Pendidikan. Mengikuti program penyegaran dan seminar
internasional di berbagai negara, khususnya di bidang Teknologi
Pendidikan. Di samping memiliki pengalaman sebagai birokrat
dengan berbagai jabatan di lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, sampai sekarang aktif menulis karya ilmiah dan
sebagai guru besar emeritus di berbagai perguruan tinggi antara lain
di Program Pasca Sarjana UNJ, UNIMED, UNILA,UNMUL, dan
UNNES.