Anda di halaman 1dari 122

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai


sebagai medium tukar pikiran, informasi dan
penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab
Dra. Kristinawati Susatio, M.M.

Pemimpin Redaksi
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi
Rosmawati Situmorang

Dewan Editor
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Dra. Mulyani
Dr. Theresia K. Brahim
Dra. Vitriyani P., M.Pd.

Alamat Redaksi :
Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.id
E-mail : bp3@bpkpenabur.or.id
Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur

Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:


1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku yang
berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalam bentuk
bahasa ilmiah populer.

2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernah


dipublikasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.

3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, dan


bawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.
Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Book Antiqua 10
point/spasi ganda.

4. Panjang naskah hasil penelitian + 4500 kata, sedangkan untuk opini,


info, serta resensi buku + 2000 kata.

5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.

6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftar
pustaka, dan keterangan mengenai penulis.

7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.

9. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan pada
ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besar
huruf tidak lebih kecil dari 6 point.

10. Naskah dikirim dalam bentuk disket dan hasil print out ke Redaksi Jurnal
Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lantai 5.
Jakarta Barat - 11470 atau melalui e-mail: bp3@bpkpenabur.or.id

11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup yang memuat latar belakang
pendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah ditulis.

12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuat
tidak dikembalikan.

13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isi
naskah.

14. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat atau


kebijakan BPK PENABUR.
Jurnal Pendidikan Penabur
Nomor 10/Tahun ke-7/Juni 2008
ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii-iv

Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar, Melalui Metode Permainan Kartu,
Heru Kristiyono, 1-10

Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Keke T. Aritonang, 11-21

Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Sekolah,
Rosita Manurung, 22-34
M
Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR Jakarta, Djudjun Djaenuddin Supriadi,
35-43

Inovasi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Bahasa Inggris,


Rommel K. Sitanggang, 44-50

Responding To Students Writing (Teaching Writing Or Assessing It?), Michael Kaprista Sutikno,
51-59

Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR, Julianta Manalu, 60-65

Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan, Yusufhadi Miarso,


66-76

Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura, Agustian Nugroho Sutrisno, 77-83

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia,


David Wijaya, 84-94

Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber, BP. Sitepu, 95-102

Isu Mutakhir, Hotben Situmorang, 103-104

Resensi Buku: Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,


Tri Esti Handayani, 105-108

Profil BPK PENABURBandar Lampung, Lydia Hanna, 109-112

Keterangan Mengenai Penulis, 113-115

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 i


Pengantar Redaksi

alam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

D Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan


merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut disebutkan
pula bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Atas
dasar pengertian dan fungsi pendidikan demikian, pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman kepadaTuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh karena bangsa dan negara Indonesia menganggap bahwa
semua warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan sesuai dengan kemampuan fisik dan intelektualnya,
maka dalam menyelenggarakan pendidikan nasional dianut prinsip
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. Di samping itu memperhatikan
makna, fungsi, tujuan, dan prinsip pendidikan nasional, jelas terlihat
bahwa pendidikan dimaksudkan tidak hanya meningkatkan
kecerdasan intelektual bangsa Indonesia, tetapi tujuan pendidikan
nasional mencerminkan niat dan semangat yang kuat untuk
mengembangkan semua jenis kemampuan peserta didik sehingga
membentuk manusia yang seutuhnya. Manusia Indonesia yang
dikehendaki bukan hanya cerdas dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, akan tetapi juga memiliki kepribadian
yang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yang
antara lain adalah beriman kepadaTuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur. Pengalaman di negara lain dan juga di negara
kita sendiri bahwa pengutamaan kecerdasan intelektual semata
dapat menimbulkan tata dan pola hidup yang tidak manusiawi.
Berbagai ketidakadilan dan penyimpangan yang terjadi dalam
pengelolaan pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat dapat
terjadi karena lemahnya iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Badan Pendidikan Kristen PENABUR yang mengelola
pendidikan dasar dan menengah di 15 kota mengacu pada Sistem
Pendidikan Nasional dan memiliki ciri khas sesuai dengan visi yang
dimilikinya. Pendidikan di BPK PENABUR bertujuan memfasilitasi
peserta didik memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan kehidupan
berdasarkan Nilai-Nilai Kristiani. Penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan dilaksanakan atas dasar kehendak, bimbingan, dan
penyertaan Tuhan. Peserta didik diyakini sebagai insan muda yang
dipercayakan Tuhan untuk dididik berdasarkan kebenaranNya

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


dalam menumbuhkembangkan iman, ilmu, dan pelayanan.
Kurikulum yang diterapkan berorientasi pada perjumpaan manusia
dengan Tuhan serta mempertimbangkan keutuhan masyarakat
sekarang dan yang akan datang. Sungguhpun selaras dengan tujuan,
fungsi, dan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional, BPK
PENABUR memiliki ciri khas dalam membentuk manusia Indonesia,
khususnya dilihat dari kepribadian berkaitan dengan iman dan budi
pekerti yang dikembangkan selama mengikuti pendidikan di BPK
PENABUR. Pembentukan kepribadian peserta didik telah dilakukan
sejak awal kemerdekaan melalui mata pelajaran budi pekerti dan
pendidikan agama. Akan tetapi, hasilnya belum seperti diharapkan
dan apa yang dipelajari peserta didik dianggap lebih bersifat
pengetahuan/kognitif daripada penghayatan/afektif yang merubah
sikap serta perilaku. Keberhasilan pembentukan kepribadian peserta
didik seutuhnya tidak dapat diandalkan sepenuhnya pada sekolah.
Di samping waktu peserta didik di sekolah relatif singkat dan
terbatas, pengaruh lingkungan dan prilaku kehidupan masyarakat
dan keluarga lebih berpengaruh pada pembentukan kepribadian
peserta didik. Selagi pengetahuan yang diperoleh peserta didik tidak
sesuai dengan apa yang disaksikan, diamati, dan dialami oleh
peserta didik dalam kehidupan nyata maka sangat sulit dapat
diharapkan mereka akan mengubah perilaku sesuai dengan nilai-
nilai yang dikehendaki. Apalagi dalam kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi yang memungkinkan setiap orang dapat
memperoleh berbagai informasi secara cepat dan terbuka, penguatan
penghayatan akan iman dan budi pekerti sangat diperlukan melalui
keteladanan di dalam keluarga dan masyarakat, termasuk pengelola
pemerintahan.
Pembentukan keperibadian merupakan proses yang panjang
sehingga diperlukan konsistensi dan kesinambungan upaya di
lembaga-lembaga pendidikan, masyarakat, dan keluarga. Jurnal
Pendidikan PENABUR edisi ini mengangkat masalah pembentukan
dan pendidikan karakter ini sebagai suatu isu yang perlu mendapat
perhatian agar kompetensi intelektual, emosional, dan spiritual
peserta didik dapat dikembangkan secara seimbang. Hal ini
dianggap sangat penting di lingkungan BPK PENABUR yang dalam
menyelenggarakan pendidikan memiliki moto iman, ilmu, dan
pelayanan. Dalam pembentukan karakter dan kemampuan peserta
didik ini, peranan guru dengan kemampuan yang bermutu sangat
diharapkan. Di samping opini tentang pendidikan karakter (oleh
Djudjun dan Esti), yang berkaitan dengan kepedulian peserta didik
terhadap lingkungannya (Rosita Manurung), edisi ini juga memuat
tulisan-tulisan yang berkaitan dengan metode dan proses
pembelajaran seperti terungkap dalam tulisan Heru, Keke, Rommel
Sitanggang, Michael Kaprista dan Julianta Manalu. Sementara itu
Yususfhadi Miarso menguraikan bagaimana meningkatkan
kualifikasi guru dalam persfektif teknologi pendidikan, sehingga
guru benar-benar dapat memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan. Masih dalam kaitannya dengan kompetensi guru, BP.
Sitepu menawarkan gagasan menyusun buku teks pelajaran yang
berorientasi pada aneka sumber belajar. Akhirnya keberhasilan
sekolah meningkatkan mutu, pendidikan tidak terlepas dari kualitas
kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah. Bagaimana

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 iii


seharusnya kepala sekolah dipersiapkan dikemukakan oleh
Agustian.
Mengingat sistem pembelajaran berbasis semester dengan sistem
kredit mulai dikembangkan di sekolah serta Buku Sekolah Elektronik
(BSE) mulai diperkenalkan, kedua topik itupun diangkat sebagai
sesuatu yang perlu diperhatikan oleh pendidik dan tenaga
kependidikan (Hotben Situmorang). Seperti sebelumnya edisi inipun
memuat informasi tentang sekolah BPK PENABUR Bandar Lampung
yang ditulis Lydia Hana.
Jurnal Pendidikan PENABUR edisi berikutnya akan terbit akhir
Desember 2008 ini. Dewan Redaksi mengharapkan tulisan dari
berbagai pihak khususnya dari kalangan pendidik dan tenaga
kependidikan di lingkungan BPK PENABUR.

Redaksi

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar
Penelitian

Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar


Melalui Metode Permainan Kartu

Heru Kristiyono *)

Abstrak
embelajaran matematika yang monoton dan anggapan bahwa matematika adalah pelajaran

P yang sulit, dapat menjadi faktor penyebab kegagalan pembelajaran matematika. Minat
siswa pada pelajaran matematika dapat dibangkitkan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM). Salah satu metode PAKEM adalah Metode Permainan
Kartu. Metode ini sangat digemari oleh siswa usia sekolah dasar. Hasil penelitian yang dilakukan di
SDK BPK PENABUR Rengasdengklok tahun 2007, membuktikan bahwa pendapat yang menganggap
bahwa pelajaran matematika itu sulit dan tidak disukai siswa ternyata tidak benar. Sebagian besar
siswa kelas III sampai VI yang jumlahnya 92 orang memilih pelajaran matematika sebagai mata
pelajaran kegemaran.

Kata Kunci: Pembelajaran matematika, perkalian, pembagian, permainan kartu.

Monotonous instruction in mathematics and the opinion that mathematics is a difficult subject could
become one of the reasons causing the failure of teaching and learning mathematics. How ever, this
problem can be overcome by applying instructional methods which can create active, creative, effective,
and joyfull learning. One of the methods is playing card which the students are fond of. The effectivenes
of this method in motivating the students to learn mathematics has been proved by the research
conducted in Primary School of BPK PENABUR in Rengasdengklok. Most of the students of grade 3
through 6 chose mathematics as their favorite subject after having experience of learning mathematics
with this method.

dibanding KKM mata pelajaran yang lainnya.


Pendahuluan Dalam MGMP BPK PENABUR (Kelompok
Matematika SD) di Pondok Wisata Anugerah
Dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis
Bogor 30 Agustus-1 September 2007 disebutkan
Kompetensi (KBK), pada tahun 2004 dan
ada sekolah BPK PENABUR yang menetapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KKM Mata Pelajaran Matematika hanya 5,5.
pada tahun 2006, maka di setiap sekolah
Tentunya sekolah ini tidak sembarangan
diwajibkan menetapkan nilai Kriteria
menetapkan KKM Matematika. Rata-rata nilai
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap mata
ulangan formatif, sumatif dan ujian dijadikan
pelajaran. Setiap siswa yang nilai ulangannya
bahan pertimbangan penetapan KKM. Sebuah
belum mencapai KKM yang ditetapkan maka
siswa tersebut diwajibkan mengikuti Program pertimbangan yang berdasarkan realita.
Perbaikan atau yang kita kenal dengan Remidial. Rendahnya hasil belajar siswa dalam
Persamaan yang unik dari setiap kebijakan pembelajaran Matematika disebabkan oleh
sekolah, adalah KKM mata pelajaran matematika banyak faktor. Salah satu di antaranya adalah
selalu menduduki peringkat terbawah Faktor guru yang kurang bisa menciptakan iklim

*) Kepala SDK BPK PENABUR Rengasdengklok

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 1


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

belajar yang menyenangkan bagi siswa. Seorang 3. Pokok Bahasan


guru pada pelajaran Matematika dituntut untuk Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar
bisa menciptakan suasana belajar yang aktif, 4. Tempat penelitian
kreatif dan juga menyenangkan bagi siswa. SD BPK PENABUR Rengasdengklok
Sebagai modal awal agar siswa mampu
mengerjakan berbagai perhitungan dalam
pembelajaran matematika : KPK, FPB, Pecahan, Rumusan Masalah
Perpangkatan dan Akar Kuadrat, Operasi
Hitung Campuran, Pengukuran dll. adalah Berdasarkan pembatasan masalah yang
siswa sudah mahir kali dan bagi bilangan dasar. dikemukakan, masalah penelitian dirumuskan
Siswa SD (Kelas III - VI) yang tidak mahir sebagai berikut. Bagaimana mengatasi kesulitan
perkalian dan pembagian pasti mengalami siswa dalam Pelajaran Matematika Pokok
kesulitan belajar matematika. Siswa yang tidak Bahasan Perkalian dan Pembagian di SD BPK
mahir dalam perkalian dan pembagian, pasti PENABUR Rengasdengklok
akan mengalami kesulitan dalam belajar , contoh Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai
yang jelas pada materi KPK dan FPB. Dasar berikut.
segala penghitungan matematika tingkat SD 1. Bagaimana kegemaran siswa terhadap mata
adalah perkalian dan pembagian bilangan dasar pelajaran matematika?
(Perkalian dengan hasil < 100 atau pembagian 2. Bagaimana penguasaan siswa dalam
dengan suku yang dibagi < 100). Berdasarkan konsep perkalian dan pembagian dalam
penelitian penulis, 29,3 % siswa kelas III VI SD matematika.
BPK PENABUR Rengasdengklok masih belum 3. Bagaimana mengatasi kesulitan siswa dan
mahir melakukan hitung perkalian dan mempelajari pokok bahasan perkalian dan
pembagian bilangan dasar. pembagian.

Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian


Dari uraian sebelumnya dapat diidentifikasi Tujuan umum penelitian ini adalah mengatasi
sejumlah masalah berikut. kesulitan siswa SD dalam mempelajari pelajaran
1. Dalam pokok bahasan apa saja, siswa matematika.
mengalami kesulitan belajar? Tujuan Khusus Penelitian:
2. Mengapa siswa mengalami kesulitan belajar 1. mengetahui kegemaran siswa terhadap mata
matematika? pelajaran matematika;
3. Sejauhmana hubungan antara strategi 2. mengetahui pengetahuan siswa dalam
belajar dalam mata pelajaran matematika? konsep perkalian dan pembagian; dan
4. Bagaimana mengatasi kesulitan siswa 3. mengatasi kesulitan siswa dalam mata
dalam matematika? pelajaran matematika khususnya dalam
pokok bahasan perkalian dan pembagian

Pembatasan Masalah Manfaat Penelitian


Bagi siswa:
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka 1. Menumbuhkembangkan perasa-an senang
dikemukakan pembatasan dari jenis masalah, siswa terhadap pelajaran matematika.
jenjang/pendidikan, pokok bahasan dan tempat 2. Meningkatkan kemahiran berhitung
penelitian. perkalian dan pembagian
1. Jenis Penelitian Bagi guru:
Dari berbagai masalah yang diidentifikasi,
Dapat mengembangkan pembelajaran Mate-
dibatasi pada masalah ke empat yaitu
Bagaimana mengatasi kesulitan siswa matika yang menyenangkan siswa, melalui
dalam matematika. metode permainan kartu.
2. Tingkat pendidikan Bagi Sekolah:
Dalam penelitian dibatasi pada jenjang SD, Meningkatnya nilai hasil pembelajaran
khususnya untuk kelas III sampai dengan Matematika siswa SDK BPK PENABUR
kelas VI. Rengasdengklok.

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

teknologi informasi dan komunikasi yang


Kajian Teoritis canggih dan modern.

Matematika merupakan ilmu yang universal 1. Operasi Perkalian


yang mendasari perkembangan teknologi Sufyani Prabawanto dan Puji Rahayu (2006:55)
modern, mempunyai peran penting di berbagai menyatakan, operasi perkalian pada bilangan
displin ilmu dan memajukan daya pikir bulat pada hakekatnya adalah operasi
manusia. Perkembangan Teknologi Informasi penjumlahan yang dilakukan secara berulang.
dan Komunikasi yang sudah mengglobal di Oleh sebab itu untuk memahami konsep
tingkat dunia tak terlepas dari perkembangan perkalian pada bilangan bulat ini, tentunya
matematika di bidang : bilangan, aljabar, analisis, konsep penjumlahan dan keterampilan
peluang dan matematika diskrit. Untuk mengu- menghitung pada bilangan bulat harus sudah
asai dan mencipta teknologi masa depan yang dikuasai dengan baik. Hal ini dikarenakan
semakin canggih diperlukan penguasaan operasi perkalian pada bilangan bulat positif
matematika yang kuat sejak siswa usia dini. dengan positif dan bulat positif dengan negatif
Pelajaran matematika perlu dipelajari oleh secara umum membutuhkan landasan
semua peserta didik mulai dari TK untuk pengertian penjumlahan. Sedangkan untuk
mendasari peserta didik agar mampu berpikir operasi perkalian pada bilangan bulat negatif
secara logis, analitis, sistematis, kritis dan dengan positif dan bilangan negatif dengan
kreatif. Juga diharapkan melalui kompetensi negatif penjelasan dengan melalui penjumlahan
yang dimiliki siswa mampu memperoleh, berulang akan mengalami kesulitan.
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk Pembahasannya akan menggunakan pola atau
bertahan hidup pada keadaan dunia yang selalu analogi dari perkalian yang berkurang secara
berubah dan penuh dengan kompetisi. teratur.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Bilangan bulat dapat dikelompokan ke
Dasar (SD) pada pelajaran Matematika harus dalam tiga kelompok, yaitu bilangan bulat
disusun sebagai landasan pembelajaran dan negatif, nol dan bilangan bulat positif. Dengan
pengembangan kemampuan siswa. Dengan tidak memasukan bilangan nol, maka perkalian
berkembangnya kemampuan siswa di bidang bilangan bulat dapat dikelompokan menjadi 4
matematika diharapkan siswa mahir macam, yaitu sebagai berikut.
memecahkan masalah dan mengkomunikasikan a. Perkalian bilangan bulat positif dengan
ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, bilangan bulat positif.
tabel, diagram dan media lainnya. b. Perkalian bilangan bulat positif dengan
Pendekatan pemecahan masalah bilangan bulat negatif.
merupakan fokus pembelajaran matematika, c. Perkalian bilangan bulat negatif dengan
yang mencakup masalah tertutup dengan solusi bilangan bulat positif.
tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak d. Perkalian bilangan bulat negatif dengan
tunggal dan masalah yang penyelesaiannya bilangan bulat negatif.
dengan menggunakan berbagai cara. Untuk
Namun yang hendak dipaparkan pada
meningkatkan kemampuan memecahkan
kajian teoritis di sini hanyalah perkalian
masalah perlu dikembangkan keterampilan
bilangan bulat positif dengan perkalian
memahami masalah, membuat model
bilangan bulat positif.
matematika, menyelesaikan masalah dan
menafsirkan solusinya. Untuk mendapatkan hasil perkalian
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
matematika hendaknya dimulai dari pengenalan positif, yaitu dengan cara menggunakan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual penjumlahan berulang. Selanjutnya perhatikan
problem). Dengan mengajukan masalah contoh berikut.
kontekstual, peserta didik secara bertahap a. 5 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 10
dibimbing untuk menguasai konsep matematika. b. 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24
Untuk meningkatkan keaktifan siswa c. 4 x 8 = 8 + 8 + 8 + 8 = 32
diharapkan di setiap pembelajaran matematika Operasi perkalian bilangan bulat positif
menggunakan alat peraga baik dari alat peraga dengan bilangan bulat positif dapat juga
murah sampai alat/media yang menggunakan diperagakan dengan menggunakan garis

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 3


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

bilangan. Untuk peragaan pada garis bilangan, ( (-2) x 3 ) x 5 = (-6) x 5 = (-30)


perhatikan contoh perkalian berikut. (-2) x ( 3 x 5 ) = (-2) x 15 = (-30)
5 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2. Untuk sembarang bilangan bulat a, b dan c
Hal ini dapat diambil contoh sebagai berkut. berlaku : (a x b) x c = a x (b x c)
a. Siswa panah berkedudukan awal pada d. Sifat Penyebaran (Penyebaran perkalian
skala nol. terhadap penjumlahan). Perhatikan contoh
b. Bilangan pengali dari perkalian tersebut perkalian berikut.
adalah bilangan positif 2, maka siswa 3 x ((-4) + 7 ) = ( 3 x (-4) ) + ( 3 x 7 )
panah akan menghadap ke arah bilangan = (-12) + 21
positif. = 9
c. Bilangan yang dikalikan adalah bilangan Untuk sembarang bilangan bulat a, b dan c
bulat positif 5 maka gerakan siswa panah berlaku: a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
adalah maju. Dalam hal ini siswa panah e. Sifat bilangan satu:
meloncat maju sebanyak 5 kali dengan Perkalian bilangan satu dengan sembarang
setiap loncatan 2 skala. bilangan bulat akan menghasilkan bilangan
d. Hasil perkalian 5 x 2 ditunjukan skala bulat itu sendiri. Misalnya:
pada langkah terakhir siswa panah yaitu 6 x 1 = 6
10. (-5) x 1 = (-5)
Hal di atas dapat digambarkan pada garis 1 x 1000 = 1000
bilangan sebagai berikut. f. Sifat Bilangan Nol :
Semua bilangan bulat dikalikan dengan nol
hasilnya selalu nol. Hal ini dapat
dibuktikan melalui operasi penjumlahan
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 berulang. Contoh :
5 x 0 artinya menjumlah nol secara berulang
Hasil perkalian 5 x 2 ditunjukan skala pada lima kali.
langkah terakhir yaitu 10. 5 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0
Dari contoh-contoh di atas, dapatlah kita
katakan bahwa hasil kali bilangan bulat postif 3. Operasi Pembagian
dengan bilangan bulat positif adalah bilangan Sufyani Prabawanto dan Puji Rahayu (2006:63),
bulat positif. operasi pembagian pada dasarnya adalah suatu
proses pencarian tentang bilangan yang belum
2. Sifat Sifat Perkalian diketahui. Karena bentuk pembagian dapat
Sufyani Prabowo dan Puji Rahayu (2006:60) ada dipandang sebagai suatu bentuk operasi
6 sifat perkalian pada bilangan bulat, yaitu: perkalian dengan salah satu faktornya yang
belum diketahui. Sebagai contoh apabila dalam
a. Sifat Tertutup:
Perkalian antara dua atau lebih bilangan perkalian 3 x 4 = k tentu k = 12 maka, dalam
bulat akan menghasilkan bilangan bulat pembagian hal tersebut dapat dinyatakan,
lagi. dengan bentuk 12 : 3 = n atau 12 : 4 = n
Misalnya (-4) dan 3 adalah bilangan bulat. Dengan demikian 12 : 3 = n apabila
(-4) x 3 = (-12). Hasilnya (-12) adalah dinyatakan dalam bentuk perkalian akan
bilangan bulat juga. menjadi 12 = n x 3, sedangkan 12 : 4 = n
Apabila a, b adalah bilangan bulat, maka a menjadi bentuk perkalian menjadi 12 = n x 4.
x b = c, dan c adalah bilangan bulat juga. Untuk mencari nilai n dari bentuk 12 = n x 3,
b. Sifat Pertukaran : sama artinya dengan mencari jawab pertanyaan
Perkalian antara dua bilangan atau lebih : bilangan manakah yang jika dikalikan dengan
dengan diubah letak tempatnya tidak akan 3 akan menghasilkan 12 atau berapakah 12 : 3
mengubah hasilnya. Misalnya 5 x (-7) = - ? Dua pertanyaan ini akan menghasilkan
35, maka (-7) x 5 = (-35). bilangan yang sama. Jadi bila dalam pertanyaan
Untuk sembarang bilangan bulat a dan b yang pertama mendapat nilai 4, berarti pula nilai
berlaku a x b = b x a dari 12 : 3 = 4.
c. Sifat Pengelompokan : Pembagian bilangan bulat juga dapat
Perhatikan perkalian berikut ! dikelompokan menjadi empat, yaitu:

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

a. Pembagian antara bilangan bulat positif


dengan bilangan bulat positif 2 2 2 2 2
b. Pembagian antara bilangan bulat positif
dengan bilangan bulat negatif
c. Pembagian antara bilangan bulat negatif -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
dengan bilangan bulat positif
d. Pembagian antara bilangan bulat negatif Hasil pembagian 10 : 2 ditunjukkan dengan 5
dengan bilangan bulat negatif kali loncatan maju dengan setiap loncatan 2
Sama seperti pada operasi perkalian, pada skala.
operasi pembagian di kajian teoritis ini penulis Dari contoh-contoh di atas, dapat kita
hanya memaparkan operasi pembagian katakan bahwa bilangan bulat positif dibagi
bilangan bulat positif dengan bilangan bulat dengan bilangan bulat positif hasilnya adalah
positif. bilangan bulat positif.
Untuk mendapatkan hasil pembagian
bilangan bulat positif dengan bilangan bulat 4. Permainan Kartu
positif, yaitu dengan cara menggunakan Sebagai strategi meningkatkan kemahiran siswa
pengurangan berulang sampai sisanya adalah dalam pembagian dan perkalian bilangan dasar,
nol. Hasil pembagian ditunjukkan dengan penulis memperkenalkan hasil kreatifitas
berapa banyak dikurangi dengan bilangan yang penulis yaitu Metode Permainan Kartu. Teknik
sama. Selanjutnya perhatikan contoh berikut ini: dan aturan permainan kartu ini sama seperti
a. 10: 2= 10 - 2 - 2 - 2 - 2 - 2= 0 permainan kartu domino, hanya kartunya
10 dikurangi 2 sebanyak 5 kali sampai bertuliskan Perkalian dua bilangan dan hasil
sisanya 0. Artinya hasil dari 10 : 2 adalah 5. perkalian dua bilangan dasar.
b. 24 : 4 = 24 - 4 - 4 - 4 - 4 - 4 - 4 = 0 Langkah-langkah permainan :
24 dikurangi 4 sebanyak 6 kali sampai a. Bagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (
sisanya nol. Artinya hasilnya adalah 6. 3 5 anak), setiap kelompok berikan satu
Operasi pembagian bilangan bulat positif paket kartu.
dengan bilangan bulat positif dapat juga b. Setelah kartu dikocok berikan empat kartu
diperagakan dengan menggunakan garis kepada setiap anak (sisa ditumpuk posisi
bilangan. Untuk peragaan pada garis bilangan, tertutup).
kita ambil contoh pembagian berikut : 10 : 2. c. Buka satu kartu sisa sebagai kartu pembuka
Untuk menentukan hasil pembagian tersebut (Mis. Kartu bertuliskan 20 dan 4 X 3, lihat
dengan menggunakan garis bilangan adalah gambar)
sebagai berikut. d. Secara bergilir siswa menjatuhkan kartunya,
a. Siswa panah berkedudukan awal pada dengan cara mencocokkan perkalian dua
skala nol. bilangan dengan hasil perkalian.
b. Bilangan pembaginya adalah bilangan e. Siswa yang yang tidak mempunyai kartu
positif, maka ujung siswa panah akan yang cocok, mengambil sisa kartu sampai
menghadap ke arah bilangan positif. mendapat kartu yang cocok.
c. Siswa panah bergerak meloncat maju f. Permainan berakhir setelah kartu sisa habis
dengan setiap loncatan 2 skala, sebanyak 5 atau kartu yang dipegang siswa sudah tidak
kali dan berhenti pada skala 10. ada yang cocok untuk diturunkan.
d. Hasil pembagian 10 : 2 ditunjukkan dengan g. Siswa yang pertama kali kartunya habis
loncatan siswa panah sebanyak 5 loncatan atau menyimpan jumlah kartu paling sedikit
maju yang berhenti pada skala 10. adalah pemenangnya, sebaliknya siswa
e. Jadi hasil dari 10 : 2 adalah 5. yang paling lama kartunya habis atau
menyimpan kartu paling banyak adalah
Hal di atas dapat digambarkan pada garis yang kalah. (Lakukan berulang langkah ke-
bilangan sebagai berikut. 1 sampai 6).

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 5


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

Kartu Pertama

Keterangan :
Kearah Kiri, Kartu pertama 20 dan 4 x 3. Kartu Contoh Paket 1 :
4 x 3 ditutup dengan 12, kartu 3 x 2 ditutup Perkalian bilangan kecil
dengan 6 dan seterusnya. dengan bilangan kecil
Kearah Kanan, Kartu pertama 20 dan 4 x 3.
Kartu 20 ditutup dengan 5 x 4, kartu 8 ditutup a. 5 x 5 = 25 a. 4x3 = 12
dengan 4 x 2, kartu 9 ditutup dengan 3 x 3 dan b. 5 x 4 = 20 b. 4x2 = 8
seterusnya sampai kartu habis atau tidak bisa c. 5 x 3 = 25 c. 3x3 = 9
dimainkan lagi. d. 5 x 2 = 20 d. 3x2= 6
Permainan ini harus dilakukan secara e. 4 x 4 = 16 e. 2x2= 4
berkelompok (tigalima orang di setiap
kelompoknya). Diusahakan dalam satu
kelompok dicampur antara siswa yang sudah Melalui permainan kartu ini siswa tidak saja
Mahir, Cukup Mahir dan Belum Mahir. Dengan akan mahir perkalian dasar, tapi juga secara
demikian secara tidak langsung siswa yang otomatis mahir pembagian dasar.
sudah mahir akan menjadi tutor sebaya.
Untuk mahir perkalian dan pembagian 5 . Asumsi
bilangan dasar diperlukan tiga paket kartu, Pelajaran matematika adalah pelayan dari
setiap paket berisi 40 kartu. Tiga paket kartu semua mata pelajaran lainnya. Pelajaran
matematika adalah ratu dari semua mata
tersebut adalah :
pelajaran. Keberhasilan seorang siswa dalam
Paket 1 : Perkalian bilangan kecil dengan
pelajaran matematika menjadi tolok ukur
bilangan kecil (5 x 5 sampai 2 x 2)
terhadap penguasaan mata pelajaran lainnya.
Paket 2 : Perkalian bilangan besar dengan Namun kenyatannya pelajaran matematika
bilangan besar (9 x 9 sampai 6 x 6) justru menjadi monster yang menakutkan bagi
Paket 3 : Perkalian bilangan besar dengan sebagian siswa. Menurut Yohanes Surya, dalam
bilangan kecil (9 x 5 sampai 6 x 2) buku Matematika Itu Asyik, pokok persoalan

Kartu :

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

yang dihadapi siswa dalam belajar matematika yang berperan banyak dalam proses
adalah rasa bosan dan merasa bahwa pembelajaran siswa. Kreatifitas guru dalam
matematika itu sulit. proses pembelajaran serta metode pembelajaran
Memang tidak bisa kita pungkiri, sudah yang bervariasi sangat mempengaruhi semangat
banyak siswa Indonesia yang berhasil dalam serta hasil belajar anak. Metode permainan kartu
lomba Olympiade Matematika tingkat dunia, yang merupakan hasil kreatifitas penulis perlu
bahkan beberapa di antaranya adalah siswa BPK dikembangkan dalam pembelajaran matematika
PENABUR Jakarta, namun itu hanya sebagian SD khususnya untuk pokok bahasan perkalian
kecil siswa Indonesia, bagaimana dengan dan pembagian bilangan dasar.
berjuta-juta siswa Indonesia yang lainnya ?
Beberapa faktor penyebab ketidak
berhasilan siswa dalam pembelajaran Metodologi Penelitian
matematika:
a. Faktor Siswa: Mitos yang mengatakan bah- Penelitian dilaksanakan di SD BPK PENABUR
wa pelajaran matematika itu sulit, secara Rengasdengklok pada tanggal 17 sampai
psikologi siswa sudah tidak tertarik dan dengan tanggal 28
terbeban rasa takut. September 2007
b. Faktor Guru : Pengajaran matematika oleh dengan responden
Jumlah semua murid SD
guru yang kurang variasi/monoton dan Kelas
Siswa
membosankan bagi siswa. Hal ini BPK PENABUR
disebabkan oleh kurang kreatifnya guru III 29 Rengasdengklok
menggunakan media/alat bantu dan kelas III sampai
kurangnya guru untuk mengembangkan IV 18 dengan kelas VI
soal-soal evaluasi yang lebih bervariasi dan (tidak ada kelas
V 23 paralel) dengan
menantang. Guru terpaku pada bentuk soal-
soal yang lama yang sudah dianggap baku. VI 22 jumlah siswa 92
Suatu contoh soal evaluasi pada kelas dua siswa.
dan tiga : 7 x 4 = .. Total 92 Penelitian dilakukan
8 x 3 = .. Responden dengan kunjungan
Soal di atas dapat diubah dan langsung ke tiap
dikembangkan menjadi bentuk soal yang kelas dalam dua
lebih kreatif dan menantang : tahap yaitu tahap pengisian angket dan tahap penger-
28 = .. x .. jaan soal evaluasi.
24 = .. x ..
c. Faktor Orang Tua : Kurangnya bimbingan 1. Pengisian Angket
dan pengarahan orang tua secara dini sejak Setiap siswa dibagikan lembar angket, yang di
siswa mulai mengenal matematika di dalam dalamnya mengharuskan siswa memilih satu
kehidupannya. mata pelajaran yang paling digemari di antara 8
Dari ketiga faktor di atas penulis hendak mata pelajaran yang disajikan oleh guru kelas.
menyoroti faktor yang kedua, yaitu faktor guru Contoh angket tersebut sebagai berikut.

Angket Kegemaran Siswa Terharap Mata Pelajaran yang Disajikan oleh Guru Kelas
Berikanlah tanda v (Ceklist) pada matapelajaran yang paling kamu sukai !

Pendidikan Agama Kristen Sains

Pendidikan Kewarganegaraan Pengetahuan Sosial

Bahasa Indonesia Olah Raga dan Kesehatan (Orkes)

Matematika Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 7


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

2. Pengerjaan Soal Evaluasi


Siswa harus mengerjakan evaluasi pada lembar 35
evaluasi secara tertulis sejumlah 10 soal tentang
30
perkalian/pembagian bilangan dasar dengan
waktu 150 detik (satu soal 15 detik). Soal yang 25
dimaksud adalah:

Jumlah Siswa
Soal-soal Penelitian Perkalian/Pembagian 20
Untuk Siswa Sekolah Dasar
15
Isilah titik-titik dibawah ini dengan perkalian
dua bilangan yang kurang dari 10 dengan hasil 10
perkalian sebagai berikut.
5
1. ... x ... = 15 6. ... x ... = 42
2. ... x ... = 18 7. ... x ... = 48 0
3. ... x ... = 24 8. ... x ... = 54 PAK PKn B. Ind Mtk Sain P. Sos Orkes SBK
4. ... x ... = 28 9. ... x ... = 63
Gambar 1. Kegemaran Siswa Terhadap Mata
5. ... x ... = 35 10. ... x ... = 72 Pelajaran yang Disajikan Guru di Kelas
Penulis sengaja memakai bentuk soal objektif
seperti di atas, karena bentuk soal di atas kurang
lazim dipakai guru untuk menguji siswa. Yang oleh siswa kelas III VI SD BPK PENABUR
lazim dipakai guru pada umumnya bentuk soal Rengasdengklok dapat dilihat pada tabel 1.
berikut.
6 x 7 = ... b u k an 6. ... x ... = 42 Tabel 2: Urutan Mata Pelajaran
9 x 7 = ... b u k an 7. ... x ... = 48 yang Digemari Siswa

No Mata Pelajaran %
Hasil Penelitian 1. SBK 3 2 , 6%

1. Kegemaran Siswa Kelas III VI SD BPK 2. Matematika 20,7%


PENABUR Rengasdengklok Terhadap
3. PAK 14,1%
Mata Pelajaran yang disajikan oleh Guru
Kelas 4. Sains 12,0%
Hasil penelitian terhadap 92 responden
mengenai matapelajaran yang paling digemari 5. Orkes 9 , 8%

6. B. Ind 4,3%
Tabel 1. Mata Pelajaran yang Paling
Digemari Siswa 7. P. Sosial 4,3%

Jumlah 8. PKn 2,2%


No Mata Pelajaran Siswa
%
Jumlah 1 0 0%
1. Pendidikan Agama Kristen 13 4, 3 %
(PAK)

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 , 2%
Sunguh mengejutkan, dari hasil penelitian ini,
3. Bahasa Indonesia 4 4, 3 % Matematika menduduki peringkat kedua setelah
mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
4. Matematika 19 20, 7 %
yang menduduki urutan pertama.
5. Sain 11 12,0%

6. Pengetahuan Sosial 4 4, 3 %

7. Olahraga dan Kesehatan 9 9,8%

8. Seni Budaya dan Keterampilan 30 32,6%


(SBK)

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

Kemahiran siswa kelas IIIVI SD BPK 3. Kelompok Belum Mahir : Hanya mampu
PENABUR Rengasdengklok Terhadap mengerjakan soal dengan benar < 60%.
Pengerjaan Hitung Perkalian dan Pembagian
Dari 29 responden kelas III, 18 responden
Dasar
kelas IV, 23 responden kelas V dan 22 responden
kelas VI SD BPK
Tabel 3. Kemampuan Siswa dalam Perkalian Pembagian P E N A B U R
C ukup
Rengasdengklok
Belum Mahir Mahir diperoleh data
Mahir
Kelas
Jumlah kemahiran perka-
Keterangan
Nilai Nilai Nilai Siswa lian/pembagian
bilangan dasar
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sebagai tertera dala
III 3 1 0 1 0 5 1 3 1 2 12 29 Mahir = 14 tabel 4.
Cukup Mahir = 5 Data pada ta-
Belum Mahir = 10 bel 4 menunjuk-
IV 0 0 1 0 2 2 3 2 1 4 3 18 Mahir =7
kan bahwa tidak
Cukup Mahir = 6 sampai separuh
Belum Mahir = 5 dari jumlah siswa
yang mahir dalam
V 0 0 0 2 5 2 2 1 5 1 5 23 Mahir =6
Cukup Mahir = 8
pokok bahasan
Belum Mahir = 9 perkalian dan
pembagian. Seba-
VI 0 0 2 0 1 0 2 2 1 1 13 22 Mahir = 14 hagian besar siswa
Cukup Mahir = 5
Belum Mahir = 3
baru pada tahap
cukup atau belum
mahir. Data ini
Keterangan :
menunjukkan bahwa tingkat kemahiran yang
1. Kelompok Mahir : Mampu mengerjakan soal
paling rendah ialah di kelas V. Sungguhpun
dengan benar > 90%
demikian perkalian juga perlu diberikan pada
2. Kelompok Cukup Mahir : Mampu menger-
siswa kelas III, IV dan VI sehingga mereka benar-
jakan soal dengan benar > 60% sampai <
90% benar menguasai pokok bahasan perkalian dan
pembagian dalam matematika.

Alternatif Mengatasi Kesulitan


Tabel 4: Data Kemahiran Siswa Kelas III-VI SD
BPK PENABUR Rengasdengklok dalam Pokok
Untuk mengatasi kesulitan siswa SD dalam
Bahasan Perkalian dan Pembagian pokok bahasan perkalian dan pembagian,
penuh keyakinan Metode Permainan Kartu
Hasil Belajar yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat
No Kelas Jumlah dijadikan salah satu alternatif dalam mengatasi
C ukup Belum
Mahir Mahir Mahir kesulitan siswa tersebut.
Penelitian telah mencobakan metode itu di
1. III 14 5 10 29 kelas V dan di beberapa tempat belajar dan
(48,3%) (17,2%) (34,5%) (100%) hasilnya cukup menggembirakan. Metode itu
2. IV 7 6 5 18 dapat diterapkan secara sederhana, praktis dan
(38,9%) (33,3%) (27,8%) (100%) mudah. Siswa juga sangat menyenangi metode
tersebut dan dengan bermain mereka
3. V 6 8 9 23
(26,1%) (34,8%) (39,1%) (100)
mempelajari konsep perkalian dan pembagian.
Di samping itu siswa kreatif dalam permainan
4. VI 14 5 3 22 dan terjadi kompetisi yang sehat dan
(63,6%) (22,8%) (13,6%) (100%)
menyenangkan sehingga siswa termotivasi
Jumlah 41 24 27 92 untuk belajar matematika.
(44,6%) (26,1%) (29,3%) (100%)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 9


Mahir Perkalian dan Pembagian Bilangan Dasar

maksimal sebab siswa juga cepat lupa. Guru SD


Kesimpulan dan Saran
dituntut untuk bisa mengembangkanproses
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
Kesimpulan menyenangkan (PAKEM). Banyak hal yang
Peringkat pertama dari delapan matapelajaran dapat dilakukan guru SD untuk dapat
yang disajikan guru kelas yang paling digemari mengembangkan PAKEM. Salah satu PAKEM
siswa kelas III sampai dengan kelas VI SD BPK agar siswa mahir perkalian dan pembagian yang
PENABUR Rengasdengklok adalah Seni hendak penulis kenalkan adalah melalui teknik
Budaya dan Keterampilan, sedang pelajaran Permainan Kartu. Metode permainan kartu ini
Matematika menduduki peringkat Kedua. Opini merupakan hasil kreatifitas penulis, yang masih
masyarakat yang selama ini menganggap bahwa perlu diuji kebenarannya oleh berbagai pihak
pelajaran matematika kurang diminati oleh insan pendidikan agar lebih sempurna sebelum
sebagian besar siswa ternyata tidak benar. dikembangkan secara lebih luas.
Terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan di
SD BPK PENABUR Rengasdengklok, Pelajaran
Matematika menduduki nominasi kedua, setelah Daftar Pustaka
pelajaran yang paling digemari Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK). Pelajaran Matematika Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang. (2006).
termasuk jajaran pelajaran yang difavoritkan Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
siswa. Hasil penelitian juga menunjukkan Karawang : Dinas Pendidikan
masih cukup banyak siswa khususnya siswa Kasbolah, Kasihani (1998). Penelitian tindakan
kelas V SD, belum mahir dalam pokok bahasan kelas. Malang: Depdikbud
perkalian dan pembagian. Hal ini diduga karena Prabowo, S. dan Rahayu, Puji. (2006). Bilangan.
proses pembelajaran yang dilakukan guru belum Bandung: UPI Press
tepat. Walaupun belum dilakukan penelitian Rukmana A dan Suryana, A. (2006). Pengelolaan
yang lengkap penulis berkeyakinan metode kelas. Bandung: UPI Press
Permainan Kartu dapat dijadikan salah satu _______. (1996). Metoda mengajar matematika
alternatif mengatasi kesulitan siswa dalam di SD. Pelatihan Matematika Guru SD
pokok bahasan perkalian dan pembagian di SD. dan SLTP BPK PENABUR, 12-17
Februari 1996. Yogyakarta: PPPG
Saran Matematika
Teknik menghapal perkalian dan pembagian Surya, Yohanes (2006). Matematika itu asyik 2B.
untuk siswa usia Sekolah Dasar agar siswa Jakarta: PT. Armandelta Selaras
Mahir berhitung sudah tidak zamannya lagi.
Cara itu membosankan siswa, hasilnya tidak

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Minat dan Motivasi Belajar Siswa
Penelitian

Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa

Keke T. Aritonang*)

Abstrak
eranggapan bahwa minat dan motivasi belajar penting dalam menentukan hasil belajar,

B penelitian ini meneliti tentang mata pelajaran yang diminati dan motivasi belajar siswa di
SMP Kristen 1 BPK PENABUR Jakarta. Di samping itu penelitian, yang dilakukan tahun 2007
juga mengidentfikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa.
Data diperoleh dengan melakukan survey menggunakan kuesioner dan setelah diolah menunjukkan
bahwa mata pelajaran yang diminati oleh siswa adalah keterampilan, olahraga, dan kesenian. Faktor
utama yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar adalah cara mengajar guru, karakter guru,
suasana kelas tenang dan nyaman, dan fasilitas belajar yang digunakan. Selaras dengan temuan
yang diperoleh, penelitian ini memberikan saran operasional bagaimana meningkatkan minat dan
motivasi belajar siswa.

Kata kunci : Belajar, minat belajar, dan motivasi belajar.

Learning interest and motivation are ones among the important aspects in improving learning
achievement. This research aims at identifying the learning interest and motivation of the students of
Christian Junior High School I of BPK PENABUR, Jakarta. Applying survey method, the data was
collected with questionnaire. The result of the research conducted in 2007 shows that the students
are mostly interested and motivated to learn practical skills, sports, and arts. Their interest and
motivation are strongly influenced by the teaching strategies and methods implemented by the teachers,
the teachers characters, convenient classroom situation, and schools facilities. Based on the findings,
this research recommends some techniques to improve the students learning interest and motivation.

Minimal) pada rapot semester 1 Tahun pelajaran


Pendahuluan 2007 2008 sebanyak 137 orang memperoleh
hasil belajar pada bidang kesenian, olahraga,
Minat belajar besar sekali pengaruhnya terhadap dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
hasil belajar sebab dengan minat seseorang akan dengan hasil memuaskan. Adapun hasil nilai
melakukan sesuatu yang diminatinya. KKM pada rapot untuk bidang tersebut adalah
Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak dapat dilihat pada tabel 1.
mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang Tabel 1 menunjukkan bahwa mata pelajaran
anak menaruh minat terhadap bidang kesenian, kesenian, olahraga, dan Teknologi Informasi
maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih dan Komunikasi (TIK) dengan hasil memuaskan
banyak tentang kesenian (Usman, 1995 : 27). berdasarkan nilai rapot urutan satu, mata
Siswa kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR pelajaran olahraga dengan hasil belajar
berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan sebanyak 100% nilai siswa sesuai KKM. Kedua,

*) Guru SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 11


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

Tabel 1 : Nilai Rapot Siswa Kelas VIII Semester 1 SMPK 1 BPK PENABUR
Tahun Pelajaran 2007 - 2008

Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %


Mata Pelajaran Nilai KKM dengan nilai dengan nilai
sesuai KKM tidak sesuai KKM

Agama 70 1 25 91, 2 12 8, 8

PPKn 65 1 22 89 15 10, 9

B. Indonesia 68 1 18 86,1 19 13, 9

B. Inggris 68 1 05 76, 6 32 23, 4

Matematika 62 53 38,6 84 61,3

IPA 64 93 67,8 44 32

IPS 64 1 28 93, 4 9 6 ,6

Kesenian 66 1 36 99, 3 1 0,7 3

Olahraga 67 1 37 10 0 0 0

Keterampilan 67 122 89,1 15 10, 9

TIK 70 1 34 97, 8 3 2, 2

mata pelajaran kesenian dengan hasil belajar mengerjakan tugas tersebut asal jadi, tidak tepat
sebanyak 99, 3% nilai siswa sesuai KKM. Ketiga, waktu dalam mengumpulkan bahkan tidak
mata pelajaran TIK dengan hasil belajar mengerjakan sama sekali.
sebanyak 97, 8% nilai siswa sesuai KKM. Kenyataan lain menunjukkan guru dalam
Sedangkan mata pelajaran dengan hasil proses belajar-mengajar hanya memberikan
tidak memuaskan berdasarkan urutan satu, mata materi pelajaran saja. Guru jarang sekali
pelajaran matematika sebanyak 61, 3% atau memberikan motivasi pada siswa dalam
sebayak 84 siswa mendapatkan nilai tidak mengajar. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah
sesuai KKM. Kedua, mata pelajaran IPA pokok bahasan yang harus diajarkan sehingga
sebanyak 32% atau sebanyak 44 siswa guru cenderung hanya memberikan materi saja
mendapatkan nilai tidak sesuai KKM. Ketiga, tanpa berusaha membangkitkan minat dan
mata pelajaran bahasa Inggris 23, 4 % atau motivasi belajar siswa.
sebanyak 32 siswa mendapatkan nilai tidak Berdasarkan uraian di atas maka penulis
sesuai KKM. tertarik untuk mengetahui seberapa besarnya
Pengamatan penulis di lapangan minat dan motivasi siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
menunjukkan bahwa masalah yang terjadi PENABUR terhadap mata pelajaran yang
dalam proses belajar-mengajar terutama yang diberikan oleh guru.
berhubungan dengan minat dan motivasi belajar
di SMPK 1 BPK PENABUR siswa tidak berminat
terhadap mata pelajaran tertentu, seperti Identifikasi Masalah
Matematika dan IPA yang terbukti banyaknya
nilai pada rapot tidak sesuai KKM pada tabel 1 Berdasarkan latar belakang masalah yang
di atas. diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan hal-
Beberapa guru juga berpendapat bahwa hal berikut.
siswa dalam proses belajar-mengajar tidak 1. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
bersemangat dalam mengikuti pelajaran, siswa PENABUR berminat pada mata pelajaran
cenderung pasif dalam menerima penjelasan olahraga, kesenian, dan TIK?
dari guru. Selain itu, dalam mengerjakan tugas 2. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
pelajaran yang diberikan guru siswa PENABUR tidak berminat pada mata

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

pelajaran matematika, IPA, dan bahasa sehingga siswa berminat dalam mengikuti
Inggris? pelajaran yang diberikan guru.
3. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK 2. Kepala SMPK 1 BPK PENABUR, memberi
PENABUR tidak bersemangat dalam masukan kepada kepala sekolah agar dapat
mengikuti pelajaran? mengetahui sampai sejauh mana minat dan
4. Mengapa siswa kelas VIII SMPK 1 BPK motivasi siswa terhadap mata pelajaran
PENABUR tidak mengerjakan tugas yang agar dapat juga membangkitkan minat dan
diberikan guru dengan baik? motivasi siswa sehingga SMPK 1 BPK
5. Mengapa guru tidak membangkitkan minat PENABUR memperoleh peringkat terbaik.
dan motivasi belajar siswa? 3. Untuk para guru, khususnya guru-guru
yang bekerja di Yayasan BPK PENABUR
untuk melakukan penelitian sejenis,
Pembatasan Masalah sehingga dapat mengetahui minat dan
motivasi belajar siswanya dan dapat
Berdasarkan banyaknya masalah yang mengungkapkan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan minat dan motivasi belajar, berhubungan dengan minat dan motivasi
maka penulis perlu membatasi masalah yaitu belajar.
dengan melihat hasil nilai rapot siswa kelas VIII
SMPK 1 BPK PENABUR pada semester 1 Tahun
pelajaran 2007 2008 serta berdasarkan Kajian Teoretis
pendapat siswa yang diperoleh melalui angket.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah
(a) Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku
Perumusan Masalah yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman, (b) Kimble, belajar adalah
Memperhatikan latar belakang masalah, perubahan relatif permanen dalam potensi
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, bertindak, yang berlangsung sebagai akibat
maka masalah yang diteliti dalam penulisan ini adanya latihan yang diperkuat, (c) Winkel,
dapat dirumuskan sebagai berikut: belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang
1. Apakah siswa kelas VIII SMPK 1 BPK berlangsung dalam interaksi aktif dengan
PENABUR hanya berminat pada mata lingkungan yang menghasilkan perubahan-
pelajaran olahraga, kesenian, dan TIK? perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai, dan sikap, (d) Sdaffer, belajar
2. Apakah siswa kelas VIII SMPK 1 BPK
merupakan perubahan tingkah laku yang relatif
PENABUR tidak berminat pada mata
menetap, sebagai hasil pengalaman-
pelajaran matematika, IPA, dan bahasa
pengalaman atau praktik. (sumber:
Inggris?
heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-
3. Apakah faktor-faktor yang membuat siswa
motivasinya).
kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR tidak Berdasarkan definisi itu dapat dikatakan
berminat belajar? bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru sebagai
Tujuan Penelitian pengalaman individu itu sendiri.
Belajar adalah suatu proses dan bukan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung
seberapa besarnya minat dan motivasi siswa secara aktif dan integratif dengan menggunakan
kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR terhadap mata berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai
pelajaran yang diberikan oleh guru berdasarkan suatu tujuan (Soemanto, 1990:99). Individu
pendapat siswa. Hasil penelitian diharapkan dikatakan belajar atau tidak sangat tergantung
dapat bermanfaat untuk: kepada kebutuhan dan motivasinya. Kebutuhan
1. Guru SMPK 1 BPK PENABUR, memberi dan motivasi individu/seseorang menjadi
masukan kepada para guru agar dalam tujuan individu/seseorang dalam belajar.
proses belajar-mengajar dapat berusaha Sedangkan motivasi akan timbul jika individu
membangkitkan minat dan motivasi siswa memiliki minat yang besar.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 13


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

Menurut Usman (2003:27) kondisi belajar- Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor


mengajar yang efektif adalah adanya minat dan yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan
perhatian siswa dalam belajar. Minat menjadi tiga, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada luar, dan faktor instrumen.
diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang
terhadap belajar sebab dengan minat seseorang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari
akan melakukan sesuatu yang diminatinya. siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini
Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak diantaranya adalah: (a) minat individu
mungkin melakukan sesuatu. merupakan ketertarikan individu terhadap
Dengan mengutip pendapat Sardiman, sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi
Riduwan (2006 : 200). mengatakan bahwa menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan
motivasi belajar adalah keseluruhan daya cepat (b) motivasi belajar antara siswa yang satu
penggerak di dalam diri siswa yang dengan siswa lainnya tidaklah sama. Motivasi
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa,
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dinamis dalam belajar, dan upaya guru
tercapai. Lebih lanjut Riduwan (2006 : 210) membelajarkan siswa.
mengatakan motivasi merupakan suatu daya Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang
atau kekuatan yang timbul dari dalam diri siswa berasal dari luar siswa yang mempengaruhi
untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini di
telah ditetapkan tercapai. Sedangkan belajar antaranya adalah lingkungan sosial. Yang
merupakan suatu proses yang dilakukan siswa dimaksud dengan lingkungan sosial di sini
untuk memperoleh perubahaan tingkah laku yaitu manusia atau sesama manusia, baik
yang lebih baik dan sebelumnya sebagai hasil manusia itu hadir ataupun tidak langsung
pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang
lingkungannya. Motivasi belajar siswa meliputi belajar, sering mengganggu aktivitas belajar.
dimensi: Salah satu dari lingkungan sosial tersebut yaitu
a. Ketekunan dalam belajar (subvariabel) lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari
1) Kehadiran di sekolah (indikator) teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala
2) Mengikuti PBM di kelas (indikator) sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga
3) Belajar di rumah (indikator) mempengaruhi proses dan hasil belajar
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (sub individu.
variabel) Faktor instrumen yaitu faktor yang
1) Sikap terhadap kesulitan (indikator) berhubungan dengan perangkat pembelajaran
2) Usaha mengatasi kesulitan (indikator) seperti kurikulum, struktur program, sarana dan
c. Minat dan ketajaman perhatian dalam prasarana pembelajaran (media pembelajaran),
belajar (subvariabel) serta guru sebagai perancang pembelajaran.
1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran Dalam penggunaan perangkat pembelajaran
(indikator) tersebut harus dirancang oleh guru sesuai
2) Semangat dalam mengikuti PBM dengan hasil yang diharapkan. (sumber:
(indikator) heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-
d. Berprestasi dalam belajar (sub variabel) motivasinya.)
1) Keinginan untuk berprestasi (indikator) Berdasarkan hal di atas faktor yang
2) Kualifikasi hasil (indikator) mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
e. Mandiri dalam belajar (sub variabel) baik itu faktor dari dalam, luar, maupun
1) Penyelesaian tugas/PR (indikator) instrumen yang paling utama adalah minat,
2) Menggunakan kesempatan di luar jam motivasi, dan guru.
pelajaran (indikator) Mursell dalam bukunya Successfull Teaching,
mengemukakan terdapat 22 macam minat yang
William James mengatakan bahwa minat salah satunya adalah bahwa anak memiliki
siswa merupakan faktor utama yang minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada
menentukan derajat keaktifan belajar siswa hakikatnya setiap anak berminat terhadap
(Usman, 2003:27). belajar. Untuk itu sudah menjadi tugas bagi guru

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

agar berusaha membangkitkan minat dan


motivasi siswa dalam belajar sehingga proses Hasil Angket dan Pembahasan
belajar-mengajar yang efektif tercipta di dalam
kelas dan siswa mencapai suatu tujuan sebagai Hasil angket tentang semangat dalam mengikuti
hasil dari belajarnya. PBM mata pelajaran yang diberikan guru di
Dalam tulisan ini yang dibahas adalah: 1) SMPK 1 BPK PENABUR, sebagai berikut.
dimensi berprestasi dalam belajar dengan
indikator kualifikasi hasil berdasarkan nilai
Tabel 2: Hasil Angket tentang
KKM pada rapot semester 1 Tahun pelajaran
Semangat Mengikuti PBM Mata
2007-2008, 2) dimensi minat dan ketajaman Pelajaran Siswa Kelas VIII SMPK 1
perhatian dalam belajar dengan indikator BPK PENABUR
semangat dalam mengikuti PBM berdasarkan
hasil angket yang disebarkan kepada 137 Jumlah %
Mata Pelajaran
responden siswa kelas VIII SMPK 1 BPK BPK Responden
PENABUR.
Agama 32 2 3 ,4

PPKn 16 1 1 ,6
Metodologi Penelitian
B. Indonesia 44 32,1

Untuk memperoleh gambaran seberapa B. Inggris 61 44,5


besarnya dimensi minat dan ketajaman
perhatian dalam belajar dengan indikator Matematika 28 2 0 ,4
semangat dalam mengikuti PBM terhadap mata IPA 19 1 3 ,9
pelajaran yang diberikan oleh guru penulis
menyebarkan angket di SMPK 1 BPK PENABUR IPS 37 27
Jakarta pada tahun 2008. Hasil angket ini tidak
Kesenian 63 46
dimaksudkan untuk melakukan generalisasi
minat dan motivasi belajar siswa. Akan tetapi Olahraga 77 5 6 ,2
hasil angket ini kiranya memberikan sedikit
Keterampilan 87 6 3 ,5
gambaran tentang minat dan motivasi belajar
siswa di sekolah itu. TIK 27 19,7
Angket dimensi minat dan ketajaman
perhatian dalam belajar dengan indikator
semangat dalam mengikuti PBM disebarkan Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa mata
pada siswa kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR pelajaran yang paling diminati dan siswa
Jakarta dengan jumlah sebanyak 137 responden. mengikuti PBM dengan semangat berdasarkan
Angket tersebut memuat tiga pertanyaan dan pendapat siswa urutan teratas adalah
responden diminta memberikan tanda silang (X) keterampilan, olahraga, dan kesenian. Hal ini
pada kolom jawaban yang tersedia. tidak sesuai dengan hasil rapor semester 1 tahun
Rumus yang dipergunakan untuk pelajaran 2007 2008 pada tabel 1 di atas yaitu
mengetahui seberapa besar minat dan motivasi mata pelajaran yang diminati urutan teratas
siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan adalah olahraga, kesenian, dan TIK (Teknologi
guru adalah: Informasi dan Komunikasi)
Persentase = Jumlah jawaban siswa X 100% Dasar utama mengapa responden
Jumlah siswa bersemangat dalam mengikuti PBM pada ketiga
0 - 50% = kurang (mata pelajaran kurang mata pelajaran tersebut karena guru yang
diminati siswa) mengajar baik, pelajaran itu tidak
60 - 69% = cukup (mata pelajaran cukup dimi- membosankan, mudah dipelajari, tidak banyak
nati siswa) teori, menarik, berguna, dan dapat
70 - 79% = baik (mata pelajaran banyak dimina-
menghilangkan kejenuhan.
ti siswa)
Hasil angket dasar utama mengapa
80 - 100% = sangat baik (mata pelajaran yang
responden berminat belajar, dapat dilihat pada
paling banyak diminati siswa)
tabel 3.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 15


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

Tabel 3 : Alasan Responden Bermangat dalam mata pelajaran yang tidak diminati urutan
Mengikuti PBM teratas adalah matematika, IPA, dan bahasa
Inggris.
Alasan Responden Dasar utama mengapa responden tidak
Jumlah
Bersemangat dalam %
Responden semangat dalam mengikuti PBM ketiga mata
Mengikuti PBM
pelajaran tersebut ternyata karena guru yang
Pelajaran mudah dimengerti 111 81 mengajar galak, dalam mengajar guru terlalu
serius, pelajaran cukup sulit, membuat jenuh
Guru yang mengajar baik 1 09 79,5 dan stres.
Pelajaran tidak membosankan 118 86, 1 Hasil angket dasar utama mengapa responden
tidak bersemangat dalam mengikuti PBM
Tidak banyak teori 36 26, 3 Terhadap Mata Pelajaran, sebagai berikut.
Menarik dan berguna 82 59,8
Tabel 5 : Alasan Responden Tidak
Dapat menghilangkan 41 29,9 Bersemangat dalam Mengikuti PBM
kejenuhan
Alasan Responden Tidak
Jumlah
Bersemangat dalam %
Responden
Sedangkan mata pelajaran yang tidak diminati Mengikuti PBM
responden, sebagai berikut. Pelajaran sulit dipelajari 52 37, 9

Tabel 4: Hasil Angket tentang Tidak Guru yang mengajar galak 79 57,6
Bersemangat dalam Mengikuti PBM
Terhadap Mata Pelajaran Siswa Kelas Dalam mengajar guru terlalu 50 36, 5
VIII SMPK 1 BPK PENABUR serius

Jumlah % Pelajaran membuat jenuh dan 91 66, 4


Mata Pelajaran strees
Responden

Agama 8 5,8
Berikut ini hasil angket faktor-faktor yang dapat
PPKn 44 32,1
membuat responden semangat dalam mengikuti
B. Indonesia 3 2,2 PBM , yaitu sebagai berikut.
B. Inggris 14 1 0 ,2
Tabel 6: Faktor-faktor yang Membuat Siswa
Matematika 69 50,4 Kelas VIII SMPK 1 BPK PENABUR
Bersemangat dalam Mengikuti PBM
IPA 75 54,7
Faktor-faktor Siswa
IPS 27 19,7 Jumlah
Bersemangat dalam %
Responden
Kesenian 22 16,1 Mengikuti PBM

Olahraga 38 27,7 Cara mengajar guru 137 100

Keterampilan 22 16,1 Karakter guru 1 30 95

TIK 55 40,1 Suasana kelas tenang dan 68 50


nyaman

Data tabel 4 di atas menunjukkan bahwa mata Fasilitas belajar yang 76 55


digunakan
pelajaran yang siswanya tidak bersemangat
dalam mengikuti PBM berdasarkan pendapat
siswa urutan teratas adalah IPA, Matematika,
dan TIK. Mata pelajaran tersebut merupakan Data pada tabel 6 dapat disimpulkan bahwa
pelajaran yang menurut responden sulit. Hal ini faktor-faktor yang membuat responden
tidak sesuai dengan hasil rapor semester 1 tahun semangat dalam mengikuti PBM berdasarkan
pelajaran 2007 2008 pada tabel 1 di atas yaitu urutan teratas adalah cara mengajar guru,

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

karakter guru, fasilitas belajar yang digunakan, Saran


dan suasana kelas tenang dan nyaman. Berdasarkan hasil penelitian maka penulis
Ssemua responden memilih bahwa faktor menyarankan kepada para guru khususnya
utama agar mereka bersemangat dalam guru yang bekerja di Yayasan BPK BPK
mengikuti PBM adalah cara guru mengajar PENABUR untuk mengetahui faktor-faktor apa
karena guru terlibat langsung dalam proses saja yang membuat siswa tidak berminat dalam
belajar-mengajar. belajar. Untuk mengetahui faktor tersebut dapat
melalui hasil yang dicapai siswa atau bertanya
langsung pada siswa serta berupaya
Kesimpulan dan Saran semaksimal mungkin dalam membangkitkan
minat dan motivasi belajar siswa sehingga siswa
Kesimpulan dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang
baik.
Minat dan motivasi belajar siswa berdasarkan
Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini
hasil rapor semester 1 kelas VIII SMPK 1 BPK
disarankan alternatif untuk membangkitkan
PENABUR tahun pelajaran 2007 2008 dengan
minat dan motivasi belajar siswa.
nilai sesuai dengan KKM adalah pada mata
pelajaran olahraga, kesenian, dan TIK
Langkah-langkah dan Faktor-faktor untuk
(Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Membangkitkan Minat dan Motivasi Belajar
sedangkan menurut hasil survey mata pelajaran
Siswa Melalui Peran Guru
yang diminati oleh siswa adalah keterampilan,
Proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa
olahraga, dan kesenian. Ada hubungan yang
sebagian besar ditentukan oleh peranan dan
signifikan antara minat dan motivasi belajar
kompetensi guru. Guru yang kompeten akan
siswa pada mata pelajaran olahraga dan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
kesenian berdasarkan hasil rapot dengan hasil yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
survey. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan kelasnya sehingga hasil belajar siswa akan lebih
motivasi belajar besar sekali pengaruhnya mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
terhadap hasil belajar. belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Mata pelajaran TIK berdasarkan hasil Peranan dan kompetensi guru dalam proses
survey tidak diminati sedangkan berdasarkan belajar-mengajar menurut Usman (2003 : 9)
hasil rapot nilai TIK sesuai KKM sebanyak 134 diklasifikasikan sebagai berikut.
siswa yang berminat pada mata pelajaran 1. Guru sebagai demonstrator
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil Yang harus dimiliki guru sebagai
belajar tidak saja pada faktor minat dan motivasi demonstrator adalah: (a) menguasai bahan
tetapi juga pada faktor lainnya seperti cara atau materi pelajaran yang akan diajarkan,
mengajar guru, karakter guru, suasana kelas (b) harus belajar terus-menerus sehingga
tenang dan nyaman, dan fasilitas belajar yang kaya dengan berbagai ilmu pengetahuan,
digunakan. dan (c) mampu dan terampil dalam
Berdasarkan hasil survey siswa hanya merumuskan standar kompetensi,
berminat pada tiga mata pelajaran saja. Hal ini memahami kurikulum, memberikan
sangat disayangkan karena semua mata informasi kepada kelas, memotivasi siswa
pelajaran di sekolah sangat diperlukan dalam untuk belajar, dan menguasai serta mampu
penentuan naik atau tidaknya siswa ke jenjang melaksanakan keterampilan-keterampilan
selanjutnya dan mencapai hasil belajar yang mengajar.
baik sehingga berguna untuk masa depan 2. Guru sebagai pengelola kelas
mereka. Faktor yang paling utama yang Yang harus dimiliki guru sebagai pengelola
menentukan apakah siswa akan berminat dan kelas, yaitu: (a) dapat memelihara
termotivasi untuk belajar adalah faktor dari guru lingkungan fisik kelasnya, (b) membimbing
sendiri. Karena guru sebagai fasilitator harus pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari
mampu memilih dan mengolah metode, strategi ke arah self directed behavior, dan (c)
dan motif mengajar yang dapat meningkatkan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
minat dan motivasi belajar para siswa dan guru mengurangi ketergantungannya pada guru,
terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar. (d) mampu memimpin kegiatan belajar yang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 17


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

efektif serta efisien dengan hasil optimal,dan dapat menstimulus rasa ingin tahu
(e) mampu mempergunakan pengetahuan siswa.
teori belajar-mengajar dan teori Adapun hal-hal yang dapat menarik
perkembangan. perhatian siswa tersebut dapat berupa:
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator bunyi-bunyian tertentu, entah peluit,
Yang harus dimiliki guru sebagai mediator bel, potongan lagu atau tanda-tanda
dan fasilitator adalah: (a) memiliki visual seperti mengangkat tangan.
pengetahuan dan pemahaman tentang b. Membuat tujuan yang jelas
media pendidikan, (b) memiliki Setelah siswa tertarik untuk belajar
keterampilan memilih dan menggunakan jelaskan kepada siswa kompetensi
serta mengusahakan media dengan baik, (c) dasar (KD) yang akan dicapai. Dengan
terampil mempergunakan pengetahuan adanya KD yang jelas siswa akan
berinteraksi dan berkomunikasi, dan (d) berusaha untuk mencapai KD tersebut.
mampu mengusahakan sumber belajar yang Adapun tujuan yang jelas tersebut dapat
berguna serta dapat menunjang pencapaian dilakukan dengan cara: 1) memberikan
tujuan dan proses belajar mengajar. alasan yang kuat mengapa siswa harus
4. Guru sebagai evaluator melakukan sesuatu sehubungan
Yang harus dimiliki guru sebagai evaluator, dengan KD tersebut, 2) menghubung-
adalah: (a) mampu dan terampil kan materi pembelajaran dengan
melaksanakan penilaian, (b) terus-menerus kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa akan terpelihara apabila siswa
siswa dari waktu ke waktu, dan (c) dapat menganggap bahwa apa yang dipelajari
mengklasifikasikan kelompok siswa yang memenuhi kebutuhan pribadi atau
pandai, sedang, kurang, atau cukup baik bermanfaat dan sesuai dengan nilai
di kelasnya. yang dipegang, 3) jelaskan harapan-
Faktor-faktor yang membuat siswa kelas VIII harapan guru terhadap mata pelajaran
SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta berminat belajar yang diajarkan dan saat memulai
berdasarkan hasil angket, yaitu: (1) cara mengajar, jelaskan pula apa yang
mengajar guru, (2) karakter guru, (3) suasana diharapkan dari siswa, dan 4) gunakan
kelas tenang dan nyaman, dan (4) fasilitas tanda-tanda, bahasa tubuh yang
belajar yang digunakan. Untuk membangkitkan meyakinkan, dan semangat yang luar
minat dan motivasi belajar siswa upaya yang biasa terhadap apa yang diajarkan.
harus dilakukan guru berdasarkan faktor-faktor c. Akhiri pelajaran dengan berkesan
di atas adalah sebagai berikut. Hal ini perlu dilakukan agar materi
1. Faktor cara mengajar guru pelajaran yang telah disampaikan akan
Peran yang harus dimiliki dalam hal cara teringat terus serta siswa akan terus
mengajar guru yaitu guru sebagai mempelajarinya.
demonstrator dan guru sebagai evaluator. Hal yang dapat dilakukan untuk
Adapun langkah-langkah membangkitkan mengakhiri pelajaran dengan berkesan,
minat dan motivasi belajar siswa sesuai yaitu: (1) perhatikan waktu, sediakan
dengan peran tersebut di atas adalah: tiga hingga lima menit untuk menutup
a. Menarik perhatian siswa pelajaran, (2) tekankan pada siswa
Perhatian siswa muncul karena untuk hening selama beberapa detik
didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa guna mengendapkan informasi yang
ingin tahu itu perlu mendapat baru saja diterima, (3) mintalah kepada
rangsangan, sehingga siswa akan para siswa untuk menuliskan kembali
memberikan perhatian selama proses semua yang sudah mereka pelajari, dan
pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut (4) tugaskan siswa untuk membuat
dapat dirangsang melalui hal-hal yang ringkasan secara lisan, misalnya:
baru, aneh, lain dengan yang sudah ceritakanlah kembali tentang ...atau apa
ada, kontadiktif atau kompleks. Hal-hal yang kamu ingat tentang ... dan (5)
tersebut jika dimasukkan dalam rencana kaitkan kegiatan penutup dengan
pembelajaran yang telah dibuat guru kegiatan pembukanya. Misal: kita

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

memulai hari ini dengan ...dan kita merasa lebih termotivasi untuk belajar
mempelajari bahwa .... dengan baik.
Menurut Kathy (2007 : 136) ada sepuluh
2. Faktor karakter guru cara untuk membina hubungan dengan
Berdasarkan hasil angket yang siswa, yaitu: (a) Kenalkan diri Anda,
berhubungan dengan karakter guru agar berikanlah informasi yang tepat tentang diri
dapat membangkitkan minat belajar siswa Anda pada waktu atau saat yang tepat; (b)
antara lain sebagai berikut. Hafalkanlah nama-nama siswa, dengan
a. Sabar, yaitu: guru tidak langsung sedikit latar belakang mereka, secepat
emosi dalam menghadapi siswa yang mungkin. Buat catatan singkat mengenai
tidak berminat belajar atau siswa yang kesukaan, minat, serta kelebihan siswa
nakal, ribut, dan melawan. sehingga Anda tahu bagaimana harus
b. Memiliki 3 S (senyum, sapa, santun), bersikap dan berbicara dengan masing-
yaitu: waktu memulai mengajar guru masing siswa; (c) tunjukkan ketulusan serta
menunjukkan keramahan, menyapa kerendahan hati Anda (siswa akan cepat
siswa, dan bersikap menghargai siswa tanggap kalau Anda tidak tulus).
c. Menghargai kekurangan siswa, yaitu: Hindarilah menunjukkan sifat arogan, dan
guru tidak menganggap sepele atau bila memungkinkan, sesekali Anda dapat
mengatakan bodoh pada siswa yang mencela atau menyalahkan diri sendiri, (d)
tidak dapat mengikuti pelajarannya. hendaklah selalu siap bila sewaktu-waktu
d. Adil, yaitu: guru tidak membedakan ada siswa yang ingin bertemu dengan
antara siswa yang tidak pandai dalam Anda. Tinggallah di kelas selama beberapa
kelas dengan siswa yang pandai saat setelah sekolah usai, sekedar memberi
e. Baik, yaitu: guru dengan senang hati kesempatan berbicara kepada siswa; (e)
dapat memberikan solusi jika siswa Bersikaplah hangat dan bersahabat, bukan
menghadapi kesulitan dalam hanya karena hal itu akan membantu Anda
pelajaran yang diberikan oleh guru. membina hubungan, tetapi karena Anda
f. Disiplin, yaitu guru selalu tepat waktu memang menginginkannya. Siswa perlu
dalam mengajar baik itu ketika tahu bahwa Anda memperhatikan mereka;
memulai pelajaran maupun ketika (f) selalu tunjukkan sikap senang dan murah
mengakhiri pelajaran. senyum; (g) Selalu perlakukan siswa
g. Tidak menakut-nakuti atau mengan- dengan sikap yang hormat; (h) Jagalah
cam siswa, yaitu jika siswa tidak kontak mata dan pusatkan perhatian bila
mengerjakan tugas guru langsung Anda sedang berbicara dengan siswa; (i)
mengancam atau memvonis siswa perhatikan siswa Anda dengan seksama
dengan mengatakan kamu akan untuk mengenal bahasa tubuh mereka; dan
tinggal kelas atau akan mendapatkan (j) pertahankan atau pupuklah rasa humor
nilai buruk. Anda, dan gunakan lelucon-lelucon kecil
h. Memiliki semangat, yaitu jika mengajar serta kejadian-kejadian lucu di kelas.
guru tidak menunjukkan kemalas-
annya dengan hanya duduk-duduk 3. Faktor suasana kelas tenang dan nyaman
saja. Lingkungan kelas yang tenang dan nyaman
Berdasarkan karakter guru di atas maka sangat diperlukan dalam proses belajar-
diperlukan guru dan murid membina mengajar. Akan tetapi lingkungan kelas
hubungan. Yang dimaksud dengan sering membuat siswa bosan dan kecewa
hubungan di sini adalah suatu ikatan yang berada di dalamnya, oleh karena tinggal di
indah yang terjadi antara guru dan siswa lingkungan kelas yang sama dalam waktu
selama kegiatan belajar-mengajar. Guru yang lama, monoton, dan tidak menarik.
yang baik akan menciptakan hubungan
Pengaruh lingkungan kelas dapat
baik ini lebih awal, yaitu sejak awal tahun
ajaran dan terus menjaganya. Kalau merangsang siswa untuk melakukan
hubungan baik ini sudah tercipta, guru dan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
siswa akan betah di kelas, dan siswa akan proses belajar mengajar.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 19


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

Peran yang harus dimiliki guru sehubungan f. Membuat panggung boneka dan
dengan faktor lingkungan kelas tenang dan permainan (sandiwara boneka), dalam
nyaman yaitu guru sebagai pengelola kelas. menerangkan materi sejarah atau PKN
Adapun langkah-langkah membangkitkan guru dapat menerangkan materi
minat dan motivasi belajar siswa sesuai tersebut dengan menggunakan
dengan peran tersebut adalah sebagai sandiwara boneka. Caranya,
berikut. pinggirkan kursi dan meja letakkan di
a. Memperhatikan situasi kelas, biasanya kiri, dan kanan kelas kosongkan bagian
sehabis jam pelajaran pertama selesai tengah kelas pasang karpet atau tikar
atau sehabis istirahat, situasi kelas dan siswa duduk dilantai yang telah
mulai berantakan seperti letak meja dan terpasang karpet. Guru dapat tampil di
kursi tidak beraturan, papan tulis yang tengah ruangan kelas dengan
belum dihapus, sampah-sampah yang menggunakan boneka-bonekanya.
berserakan, siswa yang belum siap g. Menyelenggarakan sudut-sudut
untuk pelajaran berikutnya. Untuk hal penulisan kreatif, hasil karya siswa
tersebut guru sebelum memulai berupa puisi, cerpen, lagu, artikel,
pelajaran mengatur meja-meja dengan berita, dan lain-lain dapat ditempel
cara meja-meja yang paling depan pada papan kelas yang telah
dirapikan kemudian menyuruh siswa disediakan.
yang duduk dibelakangnya mengikuti
aturan meja yang telah disusun oleh 4. Faktor fasilitas belajar
guru. Menyuruh siswa yang piket hari Belajar yang efektif harus mulai dengan
itu untuk menghapus papan tulis, dan pengalaman langsung atau pengalaman
memungut sampah-sampah yang konkret dan menuju kepada pengalaman
berserakan yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif
b. Mengatur bangku atau kursi, untuk jika dibantu dengan alat peraga pengajaran
diskusi buatlah melingkar beri jarak daripada bila siswa belajar tanpa dibantu
dengan kelompok lainnya. Agar tidak dengan alat pengajaran. Dengan
bosan dengan posisi meja dan kursi menggunakan fasilitas belajar yang berupa
dapat juga mengatur meja dan kursi alat peragaan tersebut dapat
dalam bentuk leter U atau lingkaran. membangkitkan minat dan motivasi belajar
Agar tidak membuang waktu siswa. Untuk itu diperlukan peran guru
hendaknya pengaturan tempat duduk sebagai mediator dan fasilitator.
tersebut dilakukan pada waktu Langkah-langkah yang dapat dilakukan
istirahat atau sebelum guru masuk oleh guru dalam menggunakan fasilitas
kelas. Hal ini harus diberitahukan belajar dan sesuai dengan peran tersebut
kepada ketua kelas sehingga siswa sebagai berikut.
dapat mengatur tempat duduk tersebut. a. Memilih alat peraga
c. Menggunakan musik, pasang musik Menurut William Burton (Usman, 2003:
klasik dengan volume yang pas untuk 32) memberikan petunjuk bahwa dalam
didengar jika siswa sedang memilih alat peraga yang akan
mengerjakan latihan perorangan digunakan hendaknya kita
ataupun pada saat ulangan. memperhatikan hal-hal berikut: (1) alat-
d. Menyelenggarakan pameran, buat alat yang dipilih harus sesuai dengan
lingkungan kelas seperti pameran kematangan dan pengalaman siswa
dengan jalan atur meja-meja dapat serta perbedaan individual dalam
dibentuk leter U, lalu letakkan hasil kelompok, (2) alat yang dipilih harus
pekerjaan siswa dapat perorangan tepat, memadai, dan mudah digunakan,
ataupun kelompok (3) harus direncanakan dengan teliti
e. Menempelkan peraturan, kebijakan, dan diperiksa lebih dahulu, (4)
dan prosedur sekolah, denah kelas, penggunaan alat peraga disertai
daftar piket, organisasi kelas yang kelanjutannya seperti dengan diskusi,
mudah dilihat siswa serta menaruh analisis, dan evaluasi, dan (5) sesuai
tempat sampah pada sudut ruangan. dengan batas kemampuan biaya.

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Minat dan Motivasi Belajar Siswa

b. Menggunakan fasilitas belajar yang ada Guru dapat memilih dan melaksanakan
di kelas untuk bermacam-macam langkah-langkah dari keempat faktor di atas
kegiatan belajar dan mengajar agar yang dapat membangkitkan minat dan motivasi
mencapai hasil yang baik, yaitu dengan belajar dan guru berusaha semaksimal mungkin
cara: 1) papan tulis, jika menggunakan untuk melaksanakannya sehingga siswa yang
papan tulis dapat menggunakan spidol diajarkan akan berminat dan termotivasi untuk
yang berwarna-warni untuk menarik belajar dan mencapai hasil yang baik.
perhatian siswa, 2) OHP, jika
menggunakan OHP dapat
menggunakan transparansi yang Daftar Pustaka
tulisannya menarik dan berwarna, 3)
LCD, jika menggunakan LCD Gordon, Thomas. (1986). Guru yang efektif.
pengetikan dilakukan pada program Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
power point agar menarik dalam heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-
menyampaikan materi. motivasinya
c. Mengembangkan kemampuan siswa http: //akhmadsudrajat.wordprees.com/2008/
untuk menggunakan fasilitas belajar 01/31/hakikat belajar
yang ada di kelas, dengan cara Paterson, Kathy. (2007). 55 Teaching dilemmas.
memberikan tugas kepada siswa secara Jakarta: Penerbit PT Grasindo
individu maupun kelompok untuk Soemanto, Wasty. (1990). Psikologi pendidikan.
presentasi dengan menggunakan papan Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
tulis, OHP, maupun LCD. Usman, Uzer. (2003). Menjadi guru profesional.
d. Menggunakan kaset, televisi, atau film, Bandung:Penerbit PT Remaja
dengan cara mengatur ruangan kelas Rosdakarya
agar siswa dapat nyaman dalam
mendengarkan kaset, menonton televisi
atau film.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 21


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar
Penelitian

Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar


dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Sekolah

Rosita Manurung*)

Abstrak
eningkatan pengelolaan sampah sekolah menjadi salah satu usaha yang dapat dilakukan

P untuk menjadikan sekolah lebih bersih dan nyaman. Sampah tidak terangkut dan menumpuk
di sekolah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sekolah selanjutnya menurunkan
tingkat kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Lingkungan sekolah yang bersih dan
tertata dengan baik cermin keserasian dengan lingkungan. Keterlibatan siswa dipahami sebagai
keikutsertaan siswa. Usaha pengelolaan sampah dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat harus mengedepankan partisipasi siswa di sekolah. Adanya keinginan untuk pengembangan
pola insentif dan disinsentif bagi para siswa, menyadarkan semua stakeholders di lingkungan sekolah
bahwa diperlukan suatu informasi yang meliputi penghitungan ekonomi lingkungan sekolah.

Kunci kunci: Persepsi, partisipasi, lingkungan sekolah, sampah, nilai ekonomi.

The purpose of the research conducted at Government Primary School Kebon Bawang 08, North
Jakarta is to discribe the primary school students perception and participation in maintaining gargabe
at school and to calculate the economic value of school environment. The research method used
survey and all students were selected as respondents. Data were collected by using interview and
observation methods and analysed qualitatively and qualitatively. The research findings show the
students attitude towards the healthy environment and the students participation in maintaining the
healthy environment at school and the economic value of school environment based on the students
perception.

dengan baik cermin keserasian lingkungan.


Pendahuluan Program kebersihan lingkungan sekolah harus
dijadikan kebutuhan pelayanan para siswa.
Berbagai kegiatan manusia hampir selalu Sistem pelayanan kebersihan sekolah
menghasilkan sampah. Sampah yang memerlukan keterlibatan siswa karena sistem
dihasilkan di antaranya berasal dari lingkungan berjalan dengan baik jika para siswa ikut
sekolah. Pengelolaan sampah sekolah menjadi berpartisipasi. Keterlibatan para siswa
salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menempatkan mereka pada posisi tidak hanya
menjadikan sekolah lebih bersih dan nyaman. sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek dalam
Sampah tidak terangkut dan menumpuk di sistem pelayanan kebersihan khususnya
sekolah dapat menimbulkan pencemaran yang pengelolaan sampah sekolah.
akan merusak lingkungan sekolah. Lingkungan Keterlibatan siswa dipahami sebagai
sekolah yang rusak dapat menurunkan tingkat keikutsertaan siswa baik perempuan maupun
kenyamanan dan pada akhirnya mengganggu laki-laki dalam proses penataan lingkungan
berjalannya proses belajar-mengajar. sekolah, baik secara mentalitas maupun fisik
Lingkungan sekolah yang bersih dan tertata pelaksanaan. Untuk mendapatkan hasil yang

*) Staf Akademik Universitas Terbuka Jakarta

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

sesuai dengan harapan, pengelolaan sampah peningkatan pengelolaan sampah diarahkan


perlu melibatkan banyak pihak. Usaha pada sistem mampu membiayai (self financing).
pengelolaan sampah dalam rangka menciptakan Dalam rangka self financing ini maka sasaran
lingkungan sekolah yang sehat, baik skala besar sumber dana utama dibebankan pada hasil
maupun kecil harus mengedepankan partisipasi persepsi dan partisipasi siswa.
siswa di sekolah. Adanya keinginan untuk pengembangan
Pengetahuan memberikan kontribusi dalam pola insentif dan disinsentif bagi para siswa,
terbentuknya persepsi, sikap maupun opini atau menyadarkan semua stakeholders di lingkungan
pendapat. Seseorang dapat menentukan sekolah bahwa diperlukan suatu informasi yang
persepsinya terhadap suatu ide atau gagasan meliputi penghitungan ekonomi lingkungan
yang didasarkan kepada pengetahuan yang sekolah yang nyaman dan bersih guna
dimilikinya, tentang hal-hal yang berhubungan keberhasilan proses belajar mengajar, akan tetapi
dengan ide atau gagasan tersebut. Konsep permasalahan yang muncul kemudian adalah
persepsi yang dipergunakan dalam penelitian 1. Bagaimanakah persepsi dan tingkat
ini adalah suatu pandangan yang diberikan oleh partisipasi siswa sekolah dasar terhadap
seseorang terhadap suatu objek, gejala maupun lingkungan sekolah ? 2. Seberapa besar nilai
peristiwa, yang dilakukan individu yang ekonomi lingkungan sekolah yang dapat
bersangkutan secara sengaja dengan cara dipahami siswa guna mendukung kebersihan
menghubungkan objek, gejala atau peristiwa tempat belajarnya ?
tersebut dengan pengetahuan yang diperoleh
dari pendidikan, pengalaman, sistem
kepercayaan, adat istiadat yang dimilikinya.
Pada pengelolaan sampah sekolah,
Kajian Teoritis
partisipasi siswa di sekolah amat diperlukan.
Partisipasi para siswa dalam pengelolaan Pembentukan Persepsi dan Faktor-faktor yang
sampah sekolah dapat diwujudkan dengan Mempengaruhinya
kesediaan membayar (willingness to pay) untuk Persepsi dipahami sebagai suatu aktivitas
peningkatan kualitas lingkungan sekolah. pemberian makna, arti atau tafsiran terhadap
Partisipasi siswa ini diharapkan mampu suatu objek sebagai hasil pengamatan yang
memelihara, mencegah dan menanggulangi dilakukan oleh seseorang. Pengamatan tersebut
kerusakan dan pencemaran lingkungan sekolah. dilakukan terhadap suatu objek yang ditangkap
Sekolah merupakan salah satu penyumbang oleh indra dan kemudian dipersepsikan pada
sampah. Sampah sekolah umumnya merupakan bagian tertentu dalam otak. Persepsi juga
buangan padat yang berasal dari para siswa, merupakan proses kategorisasi (Sarwono, 1991).
dan merupakan sampah organik yang Proses pembentukan persepsi terjadi
cenderung menebarkan bau busuk bila tidak melalui 3 mekanisme pembentukan yaitu 1.
segera dimusnahkan. Sampah sekolah seperti selectivity, 2. closure dan 3. interpretation. Proses
halnya fasilitas sampah pada umumnya selectivity terjadi ketika seseorang diterpa oleh
seringkali terkesan kurang terawat karena informasi maka akan berlangsung proses
banyak sampah menumpuk, tercecer dan tidak penyeleksian pesan yang dianggap penting dan
terangkut. Banyak pihak lebih memilih sekolah yang tidak. Proses closure terjadi ketika hasil
yang lebih nyaman dan bersih meski untuk itu seleksi tersebut akan disusun menjadi satu
harus dikeluarkan uang yang lebih besar. kesatuan yang berurutan, sedangkan
Peningkatan pengelolaan sampah sekolah interpretation berlangsung ketika yang
menjadi salah satu usaha yang dapat dilakukan bersangkutan memberi tafsiran atau makna
untuk menjadikan sekolah lebih bersih dan terhadap informasi tersebut secara menyeluruh
nyaman. Sampah yang tidak terangkut dan (Yusuf, 1991).
menumpuk di sekolah dapat menimbulkan Pengetahuan memberikan kontribusi dalam
pencemaran yang merusak lingkungan sekolah. terbentuknya persepsi, sikap opini atau
Lingkungan sekolah yang rusak menurunkan pendapat. Seseorang dapat menentukan
tingkat kenyamanan dalam proses belajar- persepsinya terhadap suatu ide atau gagasan
mengajar. Lingkungan sekolah yang bersih dan yang didasarkan kepada pengetahuan yang
tertata dengan baik cermin keserasian dengan dimilikinya, tentang hal-hal yang berhubungan
lingkungan. Sasaran pengadaan dana untuk dengan ide atau gagasan tersebut. Konsep

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 23


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

persepsi yang dipergunakan dalam penelitian dan secara spontan serta sukarela. Partisipasi
ini adalah suatu pandangan yang diberikan oleh dikategorikan sebagai partisipasi langsung
seseorang terhadap suatu objek, gejala ataupun apabila seseorang turut serta mengambil bagian
peristiwa, yang dilakukan individu yang pada beberapa aktivitas tanpa adanya gagasan
bersangkutan secara sengaja dengan cara terlebih dahulu. Sebaliknya terdapat partisipasi
menghubungkan objek, gejala atau peristiwa secara tidak langsung yaitu apabila seseorang
tersebut dengan pengetahuan yang diperoleh dikerahkan karena adanya gagasan dari atas
dari pendidikan, pengalaman, sistem yang seseorang dimobilisasi, dikerahkan secara
kepercayaan, adat istiadat yang dimilikinya. paksa untuk aktif dalam kegiatan lingkungan
Perbedaan persepsi individu yang satu (Huntington dan Nelson, 1987).
dengan individu yang lainnya ditentukan antara
lain oleh perbedaan pengalaman, motivasi, Karakteristik Pendidikan dan Upaya Pengelo-
keadaan dan nilai serta kepercayaan. Perbedaan laan Sampah Sekolah
tersebut akan mempengaruhi pemberian makna Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam
terhadap suatu stimulasi yang diterimanya, rangka meningkatkan kualitas hidup, bertujuan
bahkan setiap orang akan cenderung mendewasakan serta mengubah perilaku
mempersepsikan apa yang sesuai dengan sikap, meningkatkan kualitas hidup manusia.
nilai dan kebutuhannya yang disebut sebagai Pendidikan bukanlah suatu upaya yang
selective perception (Yusuf, 1991). sederhana, melainkan suatu kegiatan yang
dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. selalu berubah seiring dengan perubahan
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris zaman.
participation yang berarti ambil bagian atau Sekolah sebagai institusi pendidikan
melakukan kegiatan bersama-sama dengan merupakan wadah tempat proses pendidikan
orang lain. Partisipasi dapat pula diartikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan
sebagai mengambil bagian atau ikut serta dinamis. Sekolah berada dalam satu tatanan
menanggung bersama orang lain. Jika sistem yang rumit dan saling berkaitan. Kegiatan
dihubungkan dengan masalah sosial, maka arti inti organisasi sekolah adalah mengelola
partisipasi adalah suatu keadaan yang sumberdaya yang dimiliki dengan harapan
seseorang ikut merasakan sesuatu bersama- menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi
sama dengan orang lain sebagai akibat adanya sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
interaksi sosial, atau dipahami sebagai suatu (Nanang Fatah, 2007)
bentuk khusus interaksi dan komunikasi yang Sampah adalah bahan buangan sebagai
menerapkan pembagian kekuasaan dan akibat aktivitas manusia yang merupakan bahan
tanggung jawab. yang sudah tidak digunakan lagi. Permasalahan
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan sampah terkait dari segi sosial, ekonomi, dan
masyarakat dalam menentukan arah, strategi budaya (Sudarso, 1995).
dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam
Untuk mengetahui secara terperinci tentang
pelaksanaan kegiatan, memetik hasil dan
manfaat kegiatan secara merata. Partisipasi juga jenis-jenis serta karakteristik sampah maka perlu
memberi sumbangan dan turut serta menentukan diketahui sumber dan jenis sampah, komposi-
arah atau tujuan yang akan dicapai, yang lebih sinya serta banyaknya sampah yang dihasilkan
ditekankan kepada hak dan kewajiban bagi oleh setiap jenis sumber sampah. Hal ini sangat
setiap orang (Tjokroamidjojo, 1990). penting dalam rangka perencanaan dan
Partisipasi dalam pembangunan berarti pengelolaan sampah. Menurut sumbernya
masyarakat ikut ambil bagian dalam suatu sampah digolongkan kedalam dua kelompok.
kegiatan. Ikut ambil bagian dalam suatu Pertama, sampah domestik, yaitu sampah yang
kegiatan hanya dapat diharapkan bila yang dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari
bersangkutan merasa dirinya berkepentingan secara langsung, dari rumah, sekolah,
dan diberi kesempatan untuk ambil bagian. pemukiman, rumah sakit, pusat keramaian dan
Partisipasi tidak mungkin optimal jika yang sebagainya. Kedua, sampah non-domestik, yaitu
berkepentingan tidak diberi keleluasaan untuk sampah yang dihasilkan oleh kegiatan sehari-
ambil bagian (Dusseldoph, 1981). hari secara tidak langsung seperti dari pabrik,
Partisipasi dapat bersifat individual atau industri, pertanian, peternakan, perikanan,
kolektif, terorganisasi atau tidak terorganisasi perhutanan dan transportasi (Suriawiria, 2002).

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Berdasarkan jenisnya, sampah digolongkan Pengelolaan sampah dimulai dengan


ke dalam dua kelompok yaitu : 1. Sampah pewadahan sampah dari sumber sampah
organik, yaitu sampah yang tersusun dari sekolah untuk mencegah sampah berserakan
senyawa organik seperti sisa tanaman, hewan dan mempermudah proses pengumpulan.
atau pun kotoran, 2. Sampah anorganik, yaitu Wadah umumnya digunakan kantong plastik,
sampah yang tersusun dari senyawa anorganik, potongan drum dan lainnya. Pewadahan
seperti plastik, botol, logam. dibedakan dalam beberapa pola pewadahan,
Komposisi sampah pada umumnya terdiri jenis pewadahan, penempatan dan pemilikan
dari : kertas (2%), sisa sayur, buah-buahan dan wadah (Hadiwiyoto,1993).
daun-daunan (94%), gelas dan benda padat Proses pengumpulan sampah merupakan
lainnya (1%), plastik (2%), dan lain-lain (1%). kegiatan mengumpulkan sampah dari berbagai
Timbunan sampah pada umumnya sebagian sumber dan penampungan sampah, untuk
besar terdiri dari sampah organik (sekitar 80 % kemudian dimuat kedalam kendaraan
dari berat lapangan), dengan satuan timbunan pengangkutan agar dapat diangkut ke Tempat
antara dua-empat lt/Orang/Hari atau 0,6-0,8 Pembuangan Akhir (TPA). Pengumpulan
kg/O/H. Kerapatan jenis di lapangan antara sampah terdiri atas (Hadiwiyoto,1993) :
200-300 kg/m3 (Hadiwiyoto,1993). 1. Pola Pengumpulan : individual langsung,
Sistem pengelolaan sampah pada umumnya individual tidak langsung, komunal
mencakup lima komponen yaitu (Hadiwi- langsung, komunal tak langsung,
yoto,1993): penyapuan jalan. Pengumpulan langsung
1. Organisasi Kelembagaan, Pengelolaan atau berarti kendaraan pengangkut langsung
Manajemen, yang berfungsi sebagai beroperasi memuat sampah dari sumber
penggerak seluruh sistem, yang menyangkut langsung ke TPA. Pengumpulan tidak
tentang bentuk dan struktur organisasi langsung, sampah dari sumber
pengelola, personalia dan tata laksana kerja. dikumpulkan ke TPS, transfer depo atau
2. Teknik Operasional, yang merupakan kontainer.
komponen yang langsung berhubungan 2. Perencanaan Operasional Pengumpulan.
dengan obyek sampah atau operasional Suatu perencanaan operasional pengum-
sehari-hari, meliputi antara lain sumber pulan meliputi ritasi, periodisasi, penetapan
timbunan sampah, volume sampah, tingkat daerah pelayanan, penetapan petugas
pelayanan, pewadahan, pengumpulan, pelaksana lapangan dan pembebanan
pemindahan, pengangkutan, pengolahan pekerjaan yang merata.
pembuangan akhir. 3. Pelaksana Pengumpulan Sampah.
3. Pembiayaan, yang merupakan komponen 4. Pengumpul sampah dilaksanakan petugas
pendukung efektivitas kerja dari seluruh kebersihan.
sistem, mencakup antara lain sumber Hal yang perlu diperhatikan dalam
pendanaan, dana operasional, pemeliha- pemindahan adalah lokasi pemindahan dan cara
raan dan investasi. pemindahan.
4. Peraturan, yang merupakan komponen Dalam proses pengangkutan dibedakan
dinamis mengatur sistem untuk mencapai atas:
sasaran secara efektif, meliputi peraturan 1. Pola pengangkutan, pola tidak langsung
tentang kebersihan lingkungan. yaitu sampah dari transfer depo atau
5. Peranserta stakeholders, yang menyangkut kontainer diangkut ke TPA, pola langsung :
tentang bentuk partisipasi stakeholders, sampah sekolah ditaruh alat pengangkutan
metode pembinaan dibidang kebersihan, dan langsung dibawa ke TPA.
evaluasi dan pemeliharaan kondisi 2. Peralatan, seperti truk besar / kecil, dump
prasarana persampahan yang ada dan lain- truck, compactor truck, mobil penyapu jalan,
lain. truk gandengan dan lain lain.
Tata cara pengelolaan sampah berdasarkan Pengolahan sampah meliputi antara lain
Konsep Standar Nasional Indonesia yang daur ulang, insinerasi / pembakaran dan
dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum pengkomposan (Hadiwiyoto,1993).
meliputi pewadahan sampah, pengumpulan 1. Daur Ulang
sampah, pemindahan sampah, pengangkutan Daur ulang atau recycling adalah
sampah, pengolahan dan pembuangan akhir. mengembalikan suatu produk atau sisa dari

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 25


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

suatu proses produksi ke dalam siklus berongga. Pembusukan aerobik terjadi di


produksi. Recycling dibedakan atas tiga jenis bagian tumpukan yang memiliki kadar
(Widyatmoko dan Sintorini, 2001) reuse yaitu udara cukup. Pembusukan aerobik lebih
menggunakan kembali suatu produk untuk cepat daripada pengkomposan anaerobik.
tujuan yang sama, misalnya tabung gas; Dalam proses pengkomposan, bahan
reutilization yaitu menggunakan buangan organik diuraikan menjadi unsur-unsur
untuk keperluan yang berbeda dari konsep yang dapat diserap jasad renik maka ukuran
awal, untuk itu diperlukan perlakuan fisik, bahan organik berubah menjadi partikel-
kimia atau biologis. partikel yang kecil. Volume tumpukan
2. Insinerasi menyusut kira-kira sebanyak tiga
Insinerasi adalah proses pembakaran perempatnya sepanjang proses peng-
sampah yang terkendali menjadi gas dan komposan (CPIS, 1992).
abu. Alat insinerasi dinamakan incinerator. Fungsi utama kompos adalah membantu
Gas yang dihasilkan berupa karbondi- memperbaiki struktur serta meningkatkan
oksida dan gas-gas lain, dilepaskan ke kinerja tanah, dengan meningkatkan
udara. Abu/residu yang dihasilkan porositas sehingga tanah menjadi gembur.
dibuang ke TPA atau dicampur dengan Kinerja tanah diperbaiki melalui
bahan lainnya sehingga menjadi bahan peningkatan kemampuan dalam bertukar
yang berguna. Residu setelah pembakaran ion serta menyimpan air.
merupakan 20% sampai 30% dari berat awal
(Salvato, 1982). Operasi insinerasi yang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
optimum dan efisien, proses pembakaran Lingkungan Sekolah
harus dikontrol sehingga residu yang Lingkungan hidup termasuk juga lingkungan
dihasilkan sekecil mungkin dan emisi sekolah merupakan sistem yang meliputi
berbahaya dapat dicegah. Faktor-faktor yang lingkungan alam hayati, lingkungan alam non
dapat mempengaruhi efisiensi proses hayati, lingkungan buatan dan lingkungan
pembakaran antara lain adalah karakteristik sosial. Upaya meningkatkan pengelolaan
sampah (Wahyono 2001). Berdasarkan lingkungan sekolah dilakukan upaya untuk
materi sampah yang dibakar, incinerator mengadakan koreksi terhadp lingkungan
terbagi berbagai jenis seperti incinerator dengan memodifikasi lingkungan, agar
dipusat pembuangan sampah (skala TPA), pengaruh merugikan dapat dijauhkan dan
incinerator untuk kawasan terbatas (skala dilaksanakan pencegahan melalui efisiensi dan
sekolah), incinerator untuk bulky material, pengaturan lingkungan, sehingga bahaya
insinerator sampah berbahaya dan incinerator dihindarkan dan keserasiannya dapat
untuk lumpur. dipelihara (Soemarwoto, 1997).
3. Pengkomposan. Pengelolaan lingkungan menurut Undang-
Kompos adalah sejenis pupuk yang undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah upaya
merupakan bentuk akhir dari bahan-bahan terpadu dalam peman-faatan, penataan,
organik setelah mengalami pembusukan. pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
Bahan utama pembuatan kompos adalah pemulihan dan pengembangan lingkungan
sampah, terutama sampah rumah tangga, hidup. Sedangkan lingkungan hidup
sekolah, taman dan kebun. Perbandingan merupakan kesatuan ruang dengan semua
kandungan karbon dan nitrogen (C/N benda, daya, keadaan dan makhluk hidup itu
rasio) sebesar 30/1.Pembuatan kompos
sendiri, termasuk di dalamnya manusia dan
terjadi karena adanya kegiatan jasad renik
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
yang beragam jenisnya dan secara serentak
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
bekerja dalam habitatnya masing-masing
makhluk hidup lainnya (Hardjoseomantri,
pada suhu tertentu.
2000).
Proses pembusukan (dekomposisi) terjadi
secara aerobik maupun anaerobik. Kedua Ada tiga upaya yang harus dijalankan
proses pembusukan ini dapat terjadi secara secara seimbang yaitu upaya teknologi, upaya
bersamaan dalam satu tumpukan. tingkah laku dan sikap. Keseimbangan itu akan
Pembusukan anaerobik terjadi pada tercapai apabila ada upaya untuk memahami
tumpukan bagian dalam yang tidak dan menerima koreksi alami yang terjadi karena

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

dampak interaksi manusia dengan mentranformasikan preferensi tersebut kedalam


lingkungannya (Mitchell, 2000). bentuk moneter. Pendekatan ini disebut
Kedudukan manusia di dalam kesatuan contingent (tergantung) karena pada prakteknya
ekosistem adalah bagian yang tak mungkin informasi yang diperoleh sangat tergantung
dipisahkan, karena itu kelangsungan hidup pada hipotesis yang dibangun. Pendekatan ini
manusia tergantung pula pada kelestarian secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara.
ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem itu Pertama, dengan teknik eksperimental melalui
dapat terjamin, maka manusia harus menjaga simulasi atau permainan. Kedua, dengan teknik
keserasian hubungan timbal balik antara survey. Pendekatan pertama banyak dilakukan
manusia dengan lingkungannya. Jika keserasian melalui simulasi komputer sehingga pengguna-
hubungan manusia dengan lingkungannya annya di lapangan sangat sedikit (Hanley dan
terganggu, akan terganggu pula Splash, 1993).
kesejahteraannya. Manusia dan lingkungannya CVM merupakan salah satu valuasi ekonomi
merupakan suatu hal yang tak dapat lingkungan. Valuasi ekonomi lingkungan
dipisahkan, karena saling mempengaruhi bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi pada
(Natsir, 1996). sumber daya alam dan lingkungan. Nilai ekonomi
Tingkah laku manusia akan selalu dapat didefinisikan sebagai pengukuran jumlah
mempengaruhi keharmonisan dan keseim- maksimum seseorang ingin mengorbankan
bangan lingkungan lestari, karena itu manusia barang dan jasa untuk memperoleh barang dan
akan berusaha untuk jasa lainnya
meningkatkan D e n g a n
kualitas lingkungan m e n g g u nakan
hidupnya. Manusia pengukuran ini
Kedudukan manusia di dalam
berkeyakinan nilai ekologis
semakin tinggi ling- kesatuan ekosistem adalah bagian ekosistem, bisa
kungan, maka sema- yang tak mungkin dipisahkan, diterjemahkan
kin banyak pula karena itu kelangsungan hidup dalam bahasa
manusia meng-ambil manusia tergantung pula pada ekonomi dengan
keuntungan dan mengukur nilai
kelestarian ekosistemnya.
semakin besar pula moneter barang
daya dukung hidup- dan jasa (Fauzi,
nya (Wardana, 1999). 2004).

CVM pada haki-katnya bertujuan untuk


mengetahui :
Contingent Valuation Method (CVM) (1) Willingness To Pay (WTP) yaitu kesediaan
untuk membayar untuk memperoleh
Metode penilaian ekonomi dari sumber daya peningkatan kualitas lingkungan (air,
alam dan lingkungan antara lain adalah CVM udara, tanah dsb).
(Contingent Valuation Method), Hedonic Price (2) Willingness To Accept (WTA) yaitu kesediaan
Method, metode Dosis-Respon, metode Perilaku menerima sebagai kompensasi atas
Menghindar (Averting Behaviour Method), metode diterimanya dampak negatif lingkungan.
Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) dan lain Dari beberapa metode valuasi ekonomi
lain. lingkungan yang ada, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Contingent Valuation Method (CVM) Setelah diadakan kajian komparasi terhadap
merupakan metode teknik survey untuk metode-metode valuasi dapat disimpulkan: (1)
menanyakan penduduk tentang nilai atau harga tidak ada satu teknikpun yang superior terhadap
yang mereka berikan terhadap komoditi yang yang lain; (2) masing-masing tehnik hanya cocok
tidak memiliki sekolah seperti barang pada beberapa kasus tapi tidak pada kasus yang
lingkungan, jika sekolahnya betul-betul tersedia. lain; dan (3) penentuan tehnik yang digunakan
Prinsip dasar dari metode ini adalah seseorang tergantung pada masalah yang dinilai dan
mempunyai preferensi yang benar tapi sumber daya yang tersedia. Namun demikian,
tersembunyi terhadap barang lingkungan dan untuk kasus-kasus dimana berbagai macam
diasumsikan orang tersebut dapat metode bisa diterapkan, CVM mempunyai

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 27


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

keunggulan ditinjau dari aspek teknis dan praktis 2. Analisis nilai WTP siswa dengan pen-
dalam penerapannya, serta dapat memvaluasi dekatan CVM dengan tahapan sebagai
baik nilai guna maupun non guna. berikut (Hanley dan Spash, 1993):
a. Membuat sekolah hipotetis,
b. Mendapatkan nilai penawaran,
Tujuan dan Manfaat Penelitian c. Perhitungan dari dugaan rata-rata nilai
WTP siswa dengan rumus :
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. n
1. Mengukur tingkat persepsi dan partisipasi
siswa sekolah dasar terhadap lingkungan EWTP = Wi . Pfi
sekolah,
i=0
2. Menghitung nilai ekonomi lingkungan
sekolah yang dipahami siswa guna
mendukung kebersihan sekolahnya, guna
penetapan besarnya kepedulian siswa akan d. Menjumlahkan data (Agegrating Data)
kebersihan secara lebih tepat, guna Tahap ini diperoleh dengan mengalikan
mendukung pengelolaan kebersihan rataan sampel dengan jumlah populasi
dengan lebih baik dan berkelanjutan. siswa sehingga didapat total WTP.

n
Metode Penelitian
TWTP = WTPi ( ni / N ) P
Metode penelitian ini adalah dengan cara survei
i=0
yang dilaksanakan di SDN Kebon Bawang 08
Jakarta Utara. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara sensus, dan seluruh populasi
dijadikan responden. Responden dikelompok- Keterangan :
kan berdasarkan tingkat kelas sekolah yaitu EWTP = dugaan rata-rata nilai WTP
kelas IV, V dan VI. Penentuan tingkat kelas Wi = batas bawah kelas ke-i
dalam sekolah ini berdasarkan pemahaman, Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i
persepsi dan partisipasi siswa terhadap N = jumlah kelas
lingkungan sekolah. Jumlah siswa kelas IV i = sampel ( 1, 2, ... n)
mencapai 33 siswa, kelas V sebanyak 29 siswa
dan kelas VI sebanyak 26 siswa.
Data yang dikumpulkan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
Hasil dan Pembahasan
melalui wawancara dan pengamatan di
lapangan. Wawancara dilakukan terhadap para Persepsi dan Partisipasi Siswa SD akan
siswa di sekolah serta petugas lapangan yang Lingkungan Sekolah
menangani kebersihan di sekolah. Pengisian
Persepsi dan partisipasi siswa SD akan
kuisioner ditujukan untuk mengetahui keadaan
pentingnya lingkungan sekolah yang bersih dan
sosial ekonomi responden, persepsi responden
sehat siswa sekolah dasar disajikan pada tabel
terhadap sampah sekolah, kesediaan siswa
1.
membayar peningkatan pengelolaan sampah
sekolah serta kesediaan membayar (WTP) siswa Persepsi siswa kelas IV akan pentingnya
atas peningkatan pengelolaan sampah sekolah. lingkungan sekolah yang bersih dan sehat
Data hasil penelitian terdiri dari data menunjukkan struktur jawaban penting
kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan sebanyak 13 siswa atau 39,4 %, sedangkan siswa
analisis data dilakukan dengan bantuan dengan jawaban biasa mencapai 18 siswa atau
program SPSS versi 15. Analisis data yang 54,6 % serta siswa yang menjawab tidak penting
dilakukan meliputi hal-hal berikut. terdapat 2 siswa atau 6%.
1. Mendeskripsikan keterlibatan siswa sekolah Sedangkan persepsi siswa kelas V akan
dasar dalam pengelolaan sampah sekolah. pentingnya lingkungan sekolah yang bersih dan

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Tabel 1. Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar Pentingnya


Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Sehat

Persepsi Pentingnya Lingkungan Sekolah Partisipasi Mewujudkan Lingkungan


No Siswa Bersih dan Sehat Sekolah Bersih dan Sehat

Penting Biasa Tidak Penting Jumlah Tinggi S ed an g R en d ah Jumlah

1. Kelas IV 13 18 2 33 15 16 1 33

2. K e l as V 16 12 1 29 20 9 0 29

3. K e l as V I 19 7 0 26 21 5 0 26

Jumlah 48 37 3 88 48 37 1 88

sehat menunjukkan struktur jawaban penting sebanyak 19 siswa atau 73,08 %, sedangkan
sebanyak 16 siswa atau 55,17%, sedangkan siswa dengan jawaban biasa mencapai 7 siswa
siswa dengan jawaban biasa mencapai 12 siswa atau 26,92 % serta tidak terdapat siswa yang
atau 41,37% serta siswa yang menjawab tidak menjawab tidak penting.
penting terdapat seorang siswa atau 3,46%. Selanjutnya sosial ekonomi keluarga siswa
Untuk persepsi siswa kelas VI akan pentingnya SD disajikan pada tabel 2. Sedangkan
lingkungan sekolah yang bersih dan sehat karakteristik siswa diperlihatkan pada gambar
menunjukkan struktur jawaban penting 1 sampai 5.

Tabel 2. Sosial Ekonomi Keluarga Siswa SD

Kelas IV Kelas V Kelas VI


No Sosial Ekonomi
Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Kelamin
a. Laki-laki 20 60,60 14 48,28 16 61,54
b. Perempuan 13 39,40 15 41,72 10 38,46

2. Keterlibatan Organisasi
a. Tidak ikut organisi 16 48,48 11 37,93 17 65,38
b. Anggota 1 orang 14 42,42 16 55,17 8 30,77
c. anggota >1 orang 3 9,09 2 6,90 1 3,85

3. Prestasi Akademis Rata2


a. Rendah (< 6 ) 7 21,21 3 10,34 2 7,69
b. Sedang (6 - 8 ) 21 63,64 19 65,52 21 80,77
c. Tinggi (> 8 ) 5 15,15 7 24,14 3 11,54

4. Jumlah Anggota Keluarga


a. < 4 org 22 66,67 15 51,72 15 57,69
b. 4 - 6 org 7 21,21 7 24,14 6 23,08
c. > 6 org 4 12,12 7 24,14 5 19,23

5. Pendapatan Keluarga
a. < 5 jt, 25 75,76 21 72,41 19 73,08
b . 5 - 10 j t 7 21,21 8 27,59 7 26,92
c. > 10 jt 1 3,03 0 0,00 0 0,00

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 29


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Jenis Kelamin Siswa SD

80,00
60,61 61,54
60,00 48,28 51,72
Prosentase

39,39 38,46
40,00

20,00

0,00

Kelas IV - V - VI

laki-laki perempuan

Gambar 5. Jumlah Anggota Keluarga Siswa SD


Gambar 1. Jenis Kelamin Siswa SD

Keterlibatan Siswa SD dalam Pengelolaan


Ket erlibatan Siswa SD dalam Sampah Sekolah
Organisasi Keterlibatan siswa SD dalam pengelolaan
sampah sekolah tersaji pada tabel 3.
100,00
65,38
Sedangkan keterlibatan siswa kelas IV, V
Prosentase

48,48 55,17
42,42 37,93
dan VI SD dalam pengelolaan sampah sekolah
30,77
50,00
9,09 6,90 3,85

0,00 disajikan dalam gambar 6 sampai 9.


Kelas IV - V - VI

tidak ikut anggota 1 organisas i anggota > 1 organisasi Analisis WTP Siswa SD dalam Pengelolaan
Sampah Sekolah dengan Pendekatan CVM
Gambar 2. Keteterlibatan Siswa SD dalam Organisasi Responden penelitian yang digunakan pada
CVM untuk tujuan analisis kesediaan mem-
bayar (WTP) terhadap peningkatan pengelolaan
sampah sekolah adalah siswa di kelas IV, kelas
V dan kelas VI sebanyak 88 siswa. Pelaksanaan
CVM dilakukan dengan tahapan pembentukan
sekolah hipotetik, menghitung rataan nilai WTP
dan menjumlahkan data.

Pembentukan Sekolah Hipotetik


Peningkatan pengelolaan sampah sekolah
dilakukan untuk menanggulangi sampah
sekolah yang menumpuk karena tidak terangkut.
Sampah yang menumpuk ini dapat menjadi
Gambar 3. Prestasi Akademik Siswa SD sumber pencemaran dan sumber penyakit.
Upaya peningkatan pengelolaan sampah
dilakukan dengan melakukan pemilahan
sampah organik dan anorganik serta usaha
pembuatan kompos dengan bahan baku
sampah sekolah. Usaha peningkatan dilakukan
secara bersama-sama antara siswa sekolah baik
siswa laki-laki maupun siswa perempuan,
sehingga tidak ada sampah menumpuk di
sekolah.

Gambar 4. Tingkat Pendapatan Orang Tua Siswa SD

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Tabel 3. Keterlibatan Siswa dalam Pengelolaan Sampah sekolah

Kelas IV Kelas V Kelas VI


Keterlibatan Siswa dalam
No
Pengelolaan Sampah Sekolah
Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Cara membuang sampah


a. Dikumpulkan tanpa diwadahi 5 15,15 7 24,14 10 61,54
b. Diwadahi dalam kantung 7 21,21 13 44,83 11 38,46
c. Dibuang langsung 21 63,64 9 31,03 5 19,23

2. Pilih penanganan sampah sekolah


a. dibuang di TPA 9 27,27 7 24,14 10 38,46
b. dibuat kompos 17 51,52 14 48,28 14 53,85
c. dibakar diinsenerator 7 21,21 8 27,59 2 7,69

3. Kesediaan memisahkan sampah


organik dan anorganik
a. Bersedia 25 75,76 24 82,76 22 84,62
b. Tidak bersedia 8 24,24 5 17,24 4 15,38

4. Kesediaan terlibat membuat kompos


a. Bersedia 24 72,73 23 79,31 22 84,62
b. Tidak bersedia 9 27,27 6 20,69 4 15,38

KESEDIAAN MEMBUAT KOMPOS DARI SAMPAH


KESEDIAN MEMISAHKAN
Cara Membuang Sampah SAMPAH
Siswa SD
SISWA SD
SISWA SD
80.00
100,00 84,62
63.64
72,73 79,31
Prosentase

100,00 82,76 84,62


60.00 75,76
Prosentase

44.83
Prosentase

42.31
50,00 38.46
27,27 31.03
20,69
40.00
50,00 15,38
24,24 24.14 17,24
21.21 15,3819.23
15.15
20.00
0,00 Gambar 6. Cara Siswa SD Membuang Sampah Gambar 8. Kesediaan Siswa SD Memisahkan Sampah
0,00
0.00 Kelas IV - V - VI
Kelas IV - V - VI
Kelas IV - V - VI
Bersedia tidak bersedia
Bersedia tidak bersedia
dikumpulkan tanpa diwadahi diwadahi dalam kantung dibuang langsung

CARA PENANGANAN SAMPAH SISWA SD

51,52 48,28 53,85


60,00
Pro sen tase

38,46
40,00 27,27 21,21 24,14 27,59
20,00 7,69
0,00
Kelas IV - V - VI

dibuang di TPA dibuat kompos dibakar diinsenerator

Gambar 9. Kesediaan Siswa SD Membuat


Gambar 7. Cara Siswa SD Menangani Sampah
Kompos dari Sampah

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 31


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Menghitung Nilai WTP


Karakteristik WTP dan fungsi permintaan siswa SD dalam pengelolaan sampah sekolah disajikan
pada tabel 4, 5 dan 6.

Fungsi permintaan untuk responden kelas IV laki-laki: Qd = 2105,263 0,1026 P


Fungsi permintaan untuk responden kelas IV perempuan: Qd = 1377,358 + 0,137361P

Tabel 4. WTP Siswa Kelas IV SD dalam Pengelolaan Sampah Sekolah

Siswa Laki-laki Siswa Perempuan


Nilai WTP
No Jumlah %
(Rp)
Jumlah Total WTP Jumlah Total WTP

1. 500 2 1 . 0 00 0 0 2 6 , 06

2. 1.000 4 4. 0 0 0 3 3.000 7 21,21

3. 1.500 9 1 3 . 5 00 6 9.000 15 45,46

4. 2.000 4 8.00 0 3 6.000 7 21,21

5. 2.50 0 1 2.50 0 1 2.500 2 6,06

Jumlah 20 29.00 0 13 18.000 33 100,00

Fungsi permintaan untuk responden kelas V laki-laki: Qd = 1444,882 + 0,088736 P


Fungsi permintaan untuk responden kelas V perempuan: Qd = 1250 + 0,341565 P

Tabel 5. WTP Siswa Kelas V SD dalam Pengelolaan Sampah Sekolah

Siswa Laki-laki Siswa Perempuan


Nilai WTP
No Jumlah %
(Rp)
Jumlah Total WTP Jumlah Total WTP

1. 500 0 0 0 0 0 0,0 0

2. 1.000 2 2 . 0 00 1 1.000 3 10,34

3. 1.500 9 1 3 . 5 00 7 10.500 16 55,17

4. 2.000 2 4. 0 0 0 6 12.000 8 27,59

5. 2.50 0 1 2.50 0 1 2.500 2 6,90

Jumlah 20 22.00 0 15 26.00 0 29 100,00

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Fungsi permintaan untuk responden kelas VI laki-laki: Qd = 1040,984 + 0,63375 P


Fungsi permintaan untuk responden kelas VI perempuan: Qd = 800 + 0,7 P

Tabel 6. WTP Rata-rata Siswa Kelas VI SD dalam Pengelolaan Sampah Sekolah

Siswa Laki-laki Siswa Perempuan


Nilai WTP
No Jumlah %
(Rp)
Jumlah Total WTP Jumlah Total WTP

1. 500 0 0 0 0 0 0,0 0

2. 1.000 1 1.00 0 1 1.000 2 10,34

3. 1.500 3 4.500 3 4.500 6 55,17

4. 2.000 9 18.00 0 4 8.000 13 27,59

5. 2.50 0 3 7 . 5 00 2 5.000 5 6,90

Jumlah 16 30.000 10 18.500 26 100,00

Menjumlahkan Data (Agregating Data) melaksanakan pembuatan kompos diling-


Nilai total WTP ditampilkan pada tabel 7 berikut. kungan sekolah, pembakaran sampah dengan
insenerator.
Tabel 7. Total WTP Siswa Sekolah SD

Siswa SD Nilai WTP (Rp) Kesimpulan dan Saran


Jenjang
No
Kelas
Jumlah % Rata-rata Total Kesimpulan
1. Kelas IV 1. Persepsi siswa kelas IV, pentingnya
1. Laki-laki 20 22,73 1.450 29 000 lingkungan sekolah bersih sehat
2. Perempuan 13 14,77 1.385 18 005 menunjukkan jawaban penting 13 siswa
(39,4 %), biasa 18 siswa (54,6 %) serta tidak
2. K e l as V
1. Laki-laki 14 15,91 1.570 21 980 penting 2 siswa (6 %).
2. Perempuan 15 17,05 1.730 25 950 2. Persepsi siswa kelas V pentingnya
lingkungan sekolah bersih sehat
3. K e l as V I menunjukkan jawaban penting 16 siswa
1. Laki-laki 16 18,18 1.875 30 000
2. Perempuan 10 11,36 1.850 18 500 (55,17 %), biasa 12 siswa (41,37 %) serta
tidak penting 1 siswa (3,46 %). Siswa kelas
VI menjawab penting 19 siswa (73,08 %),
Total WTP siswa laki-laki dikelas IV adalah biasa mencapai 7 siswa (26,92 %) serta tidak
sebesar Rp 29.000 dan siswa perempuan sebesar terdapat siswa yang menjawab tidak
Rp 18.005, total WTP siswa laki-laki di kelas V penting.
adalah sebesar Rp 21 980 dan siswa perempuan 3. Fungsi permintaan sekolah yangbersih sehat
sebesar Rp 25 950 serta total WTP siswa Laki- kelas IV laki-laki ; Qd = 2105,263 0,1026 P,
laki di kelas VI sebesar Rp 30.000 dan siswa fungsi permintaan untuk kelas IV
perempuan sebesar Rp 18 500 sehingga perempuan : Qd = 1377,358 + 0,137361 P
diperoleh total WTP siswa sekolah sebesar Rp 4. Fungsi permintaan kelas V laki-laki : Qd =
143 435 setiap harinya. WTP ini merupakan 1444,882 + 0,088736 P, fungsi permintaan
potensi dana yang dapat digunakan untuk untuk kelas V perempuan : Qd = 1250 +
meningkatkan pengelolaan sampah sekolah 0,341565 P
sehingga diharapkan tidak ada lagi sampah 5. Fungsi permintaan kelas VI laki-laki : Qd =
yang menumpuk. Peningkatan pengelolaan 1040,984 + 0,63375 P, fungsi permintaan
sampah sekolah dapat dilakukan dengan kelas VI perempuan : Qd = 800 + 0,7 P

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 33


Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar

Saran Huntington, S.P dan Joan M.N. (1987). No easy


Diharapkan adanya pola pembinaan yang Choice : Political participation in developing
berkelanjutan dari bapak ibu guru dan instansi countries Massachusets: Harvard
terkait guna mengelola potensi WTP dari para University Press
siswa guna pengelolaan sampah sekolah bersih Mitchell, B., B. Setiawan dan D.H. Rahmi. (2000).
sehat guna menunjang proses belajar mengajar Pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.
dan prestasi yang lebih baik dimasa mendatang. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Fatah, Nanang. (2007). Manajemen berbasi sekolah,
buku materi pokok, PGSD 4408. Jakarta:
Daftar Pustaka Penerbit Universitas Terbuka
Natsir, A. (1996). Peran serta masyarakat dalam
CPIS. (1992). Buku panduan teknik pembuatan penanggulangan penyakit schistosomiasis
kompos dari sampah. Teori dan aplikasi. di Sulawesi Tengah. Jakarta : Fakultas
Jakarta Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Dusseldorp, D.B.W.M. 1981. participation in Sarwono, S.W. (1991). Teori-teori psikologi sosial.
planned development influced by Jakarta: PT Rajawali Press
governments of developing countries local Soemarwoto, O. (1997). Ekologi, lingkungan hidup
level in rural areas. Wageningen dan pembangunan. Bandung:
University. Wageningen. Djambatan
Fauzi, A. (2004). Ekonomi Sumberdaya alam dan Sudarso. 1995. Pembuangan sampah. Jakarta:
lingkungan. Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Gramedia Pustaka Utama Departemen Kesehatan
Hadiwiyoto, S. (1993). Penanganan dan Suriawiria, U. (2002). Pupuk organik dari sampah.
pemanfaatan sampah. Jakarta: Yayasan bioteknologi agroindustri. Bandung:
Idayu Humaniora Utama Press
Hanley, N., and C.L. Splash. (1993). Cost benefit Tjokroamidjoyo, B. (1990). Perencanaan
analysis and the environment. Englang: pembangunan. Jakarta: Gunung Agung
Edwar Elgar Publishing Limite Wardana, W.A. (1999). Dampak pencemaran
Hardjosoemantri, K. (2000). Hukum tata lingkungan. Jakarta: Andi Offset
lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada Yusuf, Y. (1991). Psikologi antar budaya. Bandung:
University Press PT Remaja Rosdakarya

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR
Opini

Program Pendidikan Karakter


di Lingkungan BPK PENABUR Jakarta

Djudjun Djaenuddin Supriadi*)

Abstrak
enyadari pentingnya pendidikan karakter di sekolah, tulisan ini membahas pelaksanaan

M pendidikan karakter di sekolah. Sekolah-sekolah yang dibina oleh BPK PENABUR diharapkan
melakukan pendidikan karakter bercirikan Nilai-Nilai Kristiani. Dengan menggambarkan latar
belakang dan sejarahnya, tulisan ini melakukan kajian terhadap pendidikan karakter di
sekolah-sekolah BPK PENABUR Jakarta. Berdasarkan telahaan yang dilakukan, tulisan ini menyimpulkan
bahwa tujuan pembentukan karakter di sekolah-sekolah BPK PENABUR Jakarta belum sepenuhnya
mencapai tujuan. Disarankan pentingnya pembentukan karakter dilakukan dengan memberikan
keteladanan oleh kepala sekolah, guru, pegawai sekolah dan orang tua sendiri.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Kristiani, pendidikan karakter, character building, character formation.

Considering the important role of education in building good characters of the people, this article
discusses how character building is done in the school of BPK PENABUR. BPK PENABUR as a Christian
Foundation is expected to provide education on the basis of Christian value in all its schools. Reviewing
the historical background and the development of character building education within BPK PENABUR
schools in Jakarta, this article concludes that a lot of efforts have been practised to develop the
character building education. How ever, it seems that the main behavior objectives have not been
fully achieved. It is srongly suggested that the character building in BPK PENABUR schools should be
supported with behavior models of the school principals, teachers, staff, and also parents.

Pendidikan yang Memekarkan Rasa, yang


Pendahuluan mengatakan:2
Pendidikan nasional kita cenderung hanya
Sejak beberapa tahun yang lalu penyelenggara menonjolkan pembentukan kecerdasan
pendidikan baik sekolah negeri maupun swasta, berpikir dan menepikan penempatan
menyelenggarakan Pendidikan Karakter. kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan
Program pendidikan ini berkembang karena kecerdasan batin. Dari sini lahirlah
para pakar pendidikan di Indonesia mengakui manusia-manusia yang berotak pintar,
bahwa sistem pendidikan yang telah ada, manusia berprestasi secara kuantitatif
khususnya dalam bidang kepribadian (karakter) akademik, namun tiada berkecerdasan budi
telah gagal dilakukan.1 Gagalnya pendidikan di sekaligus sangat berkegantungan, tidak
Indonesia menghasilan manusia yang merdeka mandiri.
berkarakter juga diperkuat oleh pendapat I Ketut Kutipan di atas menunjukkan bahwa telah
Sumarta dalam tulisannya yang berjudul terjadi ketidakpuasan atau cenderung terjadinya

*) Kepala Seksi Kerohanian BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 35


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

kegagalan dalam dunia pendidikan dalam Program Pembinaan Kepribadian Siswa, Nilai-
rangka membentuk manusia dewasa dan Nilai Kristiani yang diajarkan, sumber nilai
berwatak mandiri. Kegagalan membentuk Kristiani, ruang lingkup sasaran program, tujuan
manusia dewasa dan berwatak mandiri ini program: Tujuan Instruksioanal Umum (TIU)
kemudian diatasi atau diperkecil dengan dan Khusus (TIK), materi dan modul
melakukan program pendidikan karakter.3 pembinaan, strategi pembinaan, dan metode
Kurang berhasilnya sistem pendidikan yang digunakan.
membentuk sumber daya manusia dengan
karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur,
bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri, Pembahasan
terjadi hampir di semua lembaga pendidikan
baik negeri maupun swasta. Lebih jauh upaya Program Pembinaan Kepribadian Siswa
nation character building sesuai dengan nilai-nilai Pentingnya pembinaan kepribadian siswa
budaya bangsa Indonesia terkesan tidak berjalan dilatarbelakangi oleh beberapa keadaan berikut.
seperti yang diinginkan. Yayasan-yayasan 1. Dunia yang sedang mengalami perubahan.
pembina lembaga pendidikan yang berlan- Program Pembinaan Kepribadian Siswa
daskan nilai-nilai agama berupaya sedapat diadakan oleh BPK PENABUR Jakarta4
mungkin menanamkan dan mengembangkan dilatarbelakangi dengan pemaham-an
karakter siswanya sesuai dengan nilai-nilai bahwa hidup dalam masa ini seringkali
agama yang dianutnya. Sebagai salah satu membingungkan baik bagi orang tua
contoh BPK PENABUR melalui lembaga-
maupun anak-anak. Ada banyak hal yang
lembaga pendidikan yang dibinanya berupaya
berubah di sekeliling
menyelenggarakan
kita dalam politik,
pendidikan dengan
sosial ekonomi, mo-
nilai-nilai kristiani.
Kurang berhasilnya sistem ral dan spiritual. Di
Secara lebih khusus
pendidikan membentuk sumber tengah perubahan
BPK PENABUR Ja-
daya manusia dengan karakter itu tampak mele-
karta sejak tahun
mahnya penegakan
1996 memberikan yang tangguh, berbudi pekerti disiplin dan pera-
Progam Pendidikan luhur, bertanggung jawab, turan, sehingga apa
Karakter kepada sis-
berdisiplin, dan mandiri, terjadi yang benar dan apa
wanya. Pada saat
diluncurkan prog- hampir di semua lembaga yang salah tidak
ram ini bernama pendidikan baik negeri maupun jelas. Dengan kata
lain, batas-batas mo-
Program Pembinaan swasta.
Kepribadian Siswa, ral menjadi kabur.
kemudian berubah Kekaburan ini me-
menjadi Progam Bina Pribadi, Character Building nyebabkan memilih
dan terakhir bernama Character Formation. sesuatu yang benar dan tepat menjadi jauh
Tulisan ini berupaya membahas sejauh lebih sukar, dan akibatnya salah pilih
mana Progam Pendidikan Karakter ini berhasil menjadi jauh lebih serius. 5
dilakukan, kendala-kendala apa saja yang Penegakan disiplin, peraturan dan batas-
dihadapi dan apa yang telah dilakukan dalam batas moral menjadi jelas dalam kehidupan
penyelenggaraan progam tersebut. Pada akhir seorang siswa dapat dikembalikan dengan
tulisan, penulis akan mencoba menelaah secara melakukan pembinaan secara sengaja dan
kritis program tersebut dan menganalisis terarah. Pembinaan tersebut dilakukan
keberhasilan serta kekurangan-kekurangan dari dengan pelaksanaan dan pengembangan
program tersebut. Hasil analisis ini diharapkan Program Pembinaan Kepribadian Siswa
dapat dijadikan sebagai masukan bagi (PPKS).
penyelenggaraan Program Pendidikan Karakter 2. Berkembangnya sikap egoisme.
di masa yang akan datang. Selain latar belakang di atas menurut pokja
Agar pemahaman tentang program tersebut PPKS, program ini perlu dilakukan karena
mudah dicerna, maka dalam tulisan ini penulis berkembangnya sikap egoisme dalam
akan menguraikan dan membahas secara masyarakat. Dalam bagian lain pengantar
berturur-turut apa yang dimaksud dengan program tersebut dikatakan:

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

Dalam masyarakat yang sedang Nilai-Nilai Kristiani yang Diajarkan dan


mengalami perubahan dapat kita lihat juga Sumber-Sumber Nilai Kristiani
adanya peningkatan sikap egoisme dan Telah diuraikan di atas bahwa adanya PPKS ini
pelanggaran hak-hak orang dengan karena kebutuhan yang sangat mendesak di
menggunakan kekerasan. Perkembangan ini lingkungan BPK PENABUR Jakarta untuk
bukan hanya terjadi di negara tetangga kita memperbaiki kepribadian siswa. Yang menjadi
tetapi juga di negara kita. Perselisihan pertanyaan kemudian adalah dari mana Nilai-
paham dan sikap mau menang sendiri, Nilai kristiani dan sumber Nilai-Nilai kristiani
berkembang menjadi pertengkaran dan diambil?
perkelahian. Kesalahan kecil antara dua Menurut tim dan para pembuat PPKS,
(2) orang, yang tidak terselesaikan, program ini didasarkan pada Alkitab, yang di
berkembang menjadi perkelahian antar dalamnya terdapat pengajaran hubungan
kelompok/warga dan perusakan milik dengan Allah dan hubungan dengan sesama
orang-orang di sekitarnya. manusia, pengajaran tentang iman dan
3. Sikap siswa yang berubah. pengajaran tentang perilaku terhadap sesama.
Selain kedua alasan di atas, alasan yang Masih menurut tim ini, Alkitab juga merupakan
lebih penting adalah banyaknya keluhan sumber Pendidikan Kristiani, seperti ditulis
ketika terjadi interaksi antara orang tua dan dalam Efesus 4:12 13 bahwa Allah memberikan
guru tentang siswa. Banyak orang tua rupa-rupa pemimpin pada jemaatnya dengan
melaporkan anaknya enggan pergi ke tujuan:
sekolah, anak takut maju ke depan kelas untuk memperlengkapi orang-orang
ketika mendapat giliran atau anak tidak ada kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi
kemauan untuk belajar. pembangunan tubuh Kristiani, sampai kita
Guru menyatakan bahwa banyak siswa semua telah mencapai kesatuan iman dan
kurang menunjukan kesungguhan dalam pengetahuan yang benar tentang Anak
belajar dan kurang berusaha, terlambat Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
datang, sering tidak membuat tugas, pertumbuhan yang sesuai dengan
menyontek, kurang ramah, angkuh, mere- kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi
mehkan, bersikap kurang ajar, menentang anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
dan berkecenderungan balas dendam.6 rupa-rupa angin pengajaran, oleh
Dari berbagai latar belakang yang telah permainan palsu manusia dalam kelicikan
diuraikan di atas maka BPK PENABUR mereka yang menyesatkan, tetapi dengan
Jakarta melakukan program Program teguh berpegang kepada kebenaran di
Pembinaan Kepribadian Siswa (PPKS). dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala
PPKS ini dilaksanakan di lingkungan BPK hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala
PENABUR Jakarta sejak tahun 1996 dan (Efesus 4:12-15)
dijalankan oleh sebuah Tim Pembinaan Dari ayat-ayat ini menurut tim dan para
Kepribadian Siswa.7 Tim ini dibantu oleh pembuat PPKS, sekurang-kurangnya ada empat
beberapa guru agama, guru bimbingan (4) sasaran umum pertumbuhan rohani yaitu.
konseling dan guru-guru bidang studi lain. 1. Membawa orang dalam hubungan percaya
Tim ini bertugas merumuskan apa yang kepada Allah dalam Yesus Kristus.
dimaksud dengan Program Pembinaan 2. Pertumbuhan dalam peneladanan pada
Kepribadian Siswa, menentukan ruang Yesus Kristus.
lingkup sasaran program, nilai-nilai 3. Kedewasaan dalam persekutuan orang
kristiani yang diajarkan, sumber nilai beriman, yang di dalamnya terdapat saling
kristiani, tujuan program: Tujuan mempedulikan, saling menghargai, saling
Instruksioanal Umum (TIU) dan Khusus membutuhkan dan saling memaafkan.
4. Pelayanan terhadap sesama manusia.
(TIK), materi pembinaan, strategi pembina-
Menurut tim dan para pembuat PPKS ini,
an, modul pembinaan, metode yang
ke empat ciri dari sasaran umum ini berlaku
digunakan.
untuk semua golongan dengan memperhatikan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 37


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

perkembangan usia dan psikologi. Bahkan akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan
menurut tim ini semua tujuan-tujuan lainnya yang pertama.Dan hukum yang kedua, yang
yang dirumuskan kemudian untuk semua sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
golongan usia harus mengacu kepada sasaran manusia seperti dirimu sendiri. Matius 22: 37
umum ini. 39).
Kemudian tim mengembangkan keempat Hukum kasih yang masih abstrak ini dapat
sasaran umum ini sebagai Tujuan Pendidikan lebih mudah dimengerti jika kita mengacu
Kristen yang pada dasarnya adalah kepada Tuhan Yesus. Secara ringkas, ajaran
pembentukan manusia seutuhnya, yang secara Tuhan Yesus dapat disimak dari Khobah di Bukit
rinci sebagai berikut. ( Matius 5: - 12). Sedangkan contoh dalam sikap
1. Mengajar untuk berpikir. dan perbuatan Tuhan Yesus untuk diteladani,
2. Menguatkan nilai diri yang bertumpu pada dapat dibaca dari keempat Kitab Injil. Dari ajaran
penerimaan kita oleh Tuhan karena kasih- dan contoh sikap dan perbuatan Tuhan Yesus
Nya (Christ based self-esteem). Berdasarkan dalam hidup-Nya dapat dilihat nilai-nilai hidup
hal ini kita mengasihi orang lain. kristiani untuk hubungan dengan Allah
3. Membantu menguasai perasaan, baik (vertikal) dan untuk hubungan dengan sesama
terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia (horisontal).
orang lain.
4. Mengembangkan lebih banyak sikap Ruang Lingkup Program
kristiani. Jika kita melihat uraian di atas dan nama
5. Membuka diri terhadap hubungan saling program ini: Program Pengembangan
mempedulikan antar sesama. Kepribadian Siswa, jelas bahwa sasaran dan
6. Mengembangkan karunia untuk melayani ruang lingkup program pertama-tama ditujukan
dan memimpin. untuk para siswa. Hal ini menjadi jelas jika kita
7. Mengajarkan untuk setia dalam pelayanan. mengutip apa yang dikatakan dalam pengantar
Dari ketujuh rincian Tujuan Pendidikan dan petunjuk umum untuk Program Pembinaan
Kristiani ini, tim menjabarkannya menjadi 12 Kepribadian Siswa di Sekolah BPK PENABUR
Nilai Kristiani yang ditanamkan pada Jakarta:
seseorang. Menurut tim dengan melakukan hal Ada yang beranggapan bahwa mendidik
ini maka pertumbuhan kristiani dapat kepribadian siswa adalah tanggung jawab orang
dikonkritkan. Adapun ke-12 nilai kristiani ini tua. Pendapat ini sebagian memang benar, tetapi
sebagai berikut:8 bukankah sekolah juga mempunyai fungsi
1. Cinta kasih untuk mendidik? Sebagai sekolah Kristen
2. Nilai diri dalam Kristus (Christ based self- bukankah kita juga terpanggil untuk mendidik
seteem) anak dalam perilaku kristiani dan bukan hanya
3. Pengendalian diri. mengajarkan berbagai pengetahuan.
4. Keberanian. Sebagai pendidik, kita menyadari bahwa
5. Kejujuran. pada usia anak (TK SD) dan remaja (SMP &
6. Kebijaksanaan. SLTA) bagi seseorang adalah usia yang amat
7. Kerendahan hati. menentukan dalam pembentukan kepribadian.
8. Kepedulian. Kalau masa ini dibiarkan berlalu, sangatlah sulit
9. Damai. mengubah apa yang sudah terbentuk. Maka
10. Kebaikan hati. salahlah bila pembinaan pada saat itu tidak
11. Kesetian dan tanggungjawab. dilakukan pihak sekolah.
12. Keadilan. Sekolah ibarat sebuah ladang persemaian.
Keduabelas Nilai Kristiani ini selain Tanaman-tanaman kecil di ladang itu akan
merupakan penjabaran dari rincian tujuan dapat bertumbuh dengan baik bila disiram,
pendidikan Kristen juga didasarkan pada ajaran dipupuki, disiangi dari tanaman liar dan
Tuhan Yesus tentang Hukum Kasih yang mendapat sinar matahari yang cukup. Dengan
tedapat dalam Matius 22: 37 39 yang berbunyi, pemeliharaan yang cermat, kelak tanaman ini
Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah tumbuh menjadi pohon yang sehat, kokoh dan
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan pada waktunya dapat menghasilkan buah
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap dengan berlimpah.

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

BPK PENABUR KPS Jakarta dengan semua menjalani hidup memuliakan Tuhan dan
pengurus, guru dan karyawannya adalah orang- yang menjadi berkat untuk sesama manusia.
orang yang bekerja di ladang itu. Secara bersama, Sedangkan tujuan khusus program PPKS
kita dapat membantu pertumbuhan tanaman adalah: Setelah mengikuti progam PPKS dengan
yang dipercayakan kepada kita, sehingga nanti teratur dan berkesinambungan, para siswa
pohon itu dapat memberi hasil yang baik dan diharapakan secara bertahap dapat:
berguna untuk Tuhan dan sesama manusia.9 1. Mengenal Nilai-Nilai Kristiani.
Dari kutipan di atas jelas bahwa ruang 2. Menanggapi Nilai-Nilai Kristiani.
lingkup program pertama-tama ditujukan untuk 3. Menghayati Nilai-Nilai Kristiani.
seluruh siswa dari jenjang TK sampai dengan 4. Mengorganisasikan/menerapkan Nilai-
SLTA agar mempunyai kepribadian yang baik. Nilai Kristiani.
Tetapi dari kutipan di atas juga secara tidak 5. Mempribadikan Nilai-Nilai Kristiani.
langsung semua yang terlibat dalam bidang Dari tujuan umum dan khusus ini maka
pendidikan baik itu pengurus, guru dan penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan
karyawan di lingkungan BPK PENABUR Jakarta PPKS adalah membekali siswa dengan Nilai-
termasuk dalam ruang lingkup program ini. Nilai Kristiani, sehingga nilai-nilai itu dapat
Bahkan orang tua siswa secara tidak langsung diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-
masuk dalam ruang lingkup program ini dengan hari.
memberitahukan progam ini kepada mereka
melalui brosur yang dibagikan. Selain itu Materi dan Modul Pembinaan
keterlibatan orang tua dalam progam ini ialah Agar tujuan umum dan khusus ini dapat tercapai
dengan meminta mereka memperhatikan dengan maksimal maka tim menjabarkan tujuan
tingkah laku anaknya dalam periode tertentu ini dengan membuat materi pembinaan.
ketika anak diminta untuk melakukan aplikasi Keduabelas nilai hidup kristiani ini menjadi
Nilai-Nilai kristiani dalam bentuk tugas/suatu materi pokok bahasan dalam PPKS. Setiap nilai
kegiatan di rumahnya.10 kristiani yang merupakan materi pokok bahasan
kemudian dibagi menjadi materi subpokok
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus bahasan. Setiap materi subpokok bahasan
PPKS dilengkapi dengan pokok pikiran, kerangka
materi, bahan Alkitab. yang digunakan, tujuan
Setiap program yang dicanangkan tentu
umum dan khusus subpokok bahasan, Kegiatan
mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan
Belajar Mengajar (KBM) yang di dalamnya
ini penting agar kita dapat mengevaluasi
terdiri dari uraian materi, metode yang
apakah program yang dicanangkan itu
digunakan, media, waktu dan bahan sumber
mencapai sasaran. Tujuan ini juga penting untuk
belajar- 11 . Selain hal di atas, tim juga
mengetahui kelemahan dan kelebihan dari
menyiapkan modul pembinaan yang berisi
progam ini. Jika program tersebut mempunyai
pengantar tentang latar belakang Nilai Kristiani
kelemahan segera dapat diperbaiki, sedangkan dan materi pembinaan yang didalamnya berisi:
jika mempunyai kelebihan dapat dipertahankan. Analisis Materi, Kegiatan Belajar Mengajar,
Bagaimana dengan program PPKS? Tim Lembar Evaluasi dan Cerita Pendukung.
pembuat program ini telah menetapkan tujuan Dari 12 Nilai Kristiani ini yang merupakan
umum dan tujuan khusus adalah: materi pokok bahasan secara keseluruhan
Melalui pendidikan yang seimbang, baik diuraikan menjadi 61 subpokok bahasan. Setiap
dari dimensi kognitif, afektif maupun materi pokok bahasan yang merupakan Nilai
psikomotorik di lingkungan sekolah BPK Kristiani tidak diuraikan secara merata menjadi
PENABUR Jakarta, siswa dibekali dengan berapa materi subpokok bahasan. Tidak ada
Nilai-Nilai Kristiani yang dapat menjadi penjelasan dari tim tentang hal ini.
pegangan dan patokan untuk Perlu diketahui bahwa 12 Nilai Kristiani
mengembangkan kepribadian yang utuh tadinya ingin disampaikan dalam 1 tahun,12
dan tangguh, sehingga dapat membantu tetapi dalam pelaksanaannya dibuat dalam
mereka bertahan terhadap pengaruh- periode lima tahun. Periode lima tahun
pengaruh negatif, baik dari teman, digunakan karena diharapkan pada tahun
peradaban maupun masyarakat kelima telah terjadi perubahan pada siswa yang
sekelilingnya dan dapat membantu mereka mengikuti PPKS. Oleh karena pemahaman

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 39


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

seperti diuraikan di atas, maka tahun ke lima dilaksanakan secara khusus selama 1 jam
disebut tahun citra. Secara lengkap pembagian pelajaran/minggu (sebulan 4 kali). Namum
materi ini sebagai berikut. mengingat beberapa kendala di jenjang SMP
dan SLTA, pelaksanaan ini mungkin hanya
sebulan 2 kali.
No T ah u n Sub Pokok Bahasan 2. Setiap pokok bahasan dibicarakan dalam 2
4 kali tatap muka, tergantung dari tekanan
1. 2001-2002 1. Nilai diri berdasarkan Kristus yang diberikan pada pokok bahasan
2. Pengendalian diri/kedisiplinan
3. Keberanian tersebut. Keduabelas pokok bahasan
diselesaikan dalam satu tahun pelajaran.
2. 2002-2003 4. Kejujuran 3. Tingkat kesukaran disesuaikan dengan
5. Kerendahan hati
jenjang dan kelas siswa, dengan
3. 2003-2004 6. Cinta kasih memperhitungkan taraf perkembangan
7. K e p e d u l i an anak.
4. Pelaksana dibagi atas pelaksana secara
4. 2004-2005 8. Tanggung jawab
9. Kebaikan hati dan Kesetiaan
umum dan khusus:
a. Pelaksana secara umum, mencakup
5. 2005-2006 10. Kebijaksanaan segenap pimpinan dan staf guru serta
CITRA 11. K e ad i l an karyawan sekolah dengan mencontoh-
12. Damai
kan dalam perilaku (pimpinan, guru,
karyawan), maupun terintegrasi dalam
kegiatan belajar mengajar (guru).
Program ini kemudian berputar kembali dengan b. Pelaksana secara khusus, adalah
pola lima tahun sekali, dan diharapkan dengan pimpinan dan guru kelas (TK dan SD)
pola seperti ini tertanamkan citra dalam setiap dan guru untuk bidang studi tertentu
insan BPK PENABUR Jakarta. Jadi urutan (SMP dan SLTA).
program tersebut adalah sebagai berikut.
Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penyampaian
No T ah u n Sub Pokok Bahasan materi PPKS adalah penyampaian materi
secara langsung melalui tatap muka dengan
1. 2001-2002 1. Nilai diri berdasarkan Kristus
2. Pengendalian diri/kedisiplinan
memakai metode: ceramah, renungan, diskusi,
3. Keberanian bermain peran, ayat Alkitab, pepatah, kata
mutiara. Artinya sebagai suatu lembaga secara
2. 2002-2003 4. Kejujuran sadar dan nyata PPKS diberikan alokasi waktu
5. Kerendahan hati
dalam jam tertentu layaknya suatu mata
3. 2003-2004 6. Cinta kasih pelajaran. Selain metode secara langsung, materi
7. K e p e d u l i an juga disampaikan secara tidak langsung
melalui: Lagu-lagu rohani, kata-kata mutiara,
4. 2004-2005 8. Tanggung jawab
9. Kebaikan hati dan Kesetiaan ayat Alkitab, penghargaan pujian, pengakuan,
atas perilaku positif, perlakuan yang kristiani,
5. 2005-2006 10. Kebijaksanaan serta contoh dan teladan segenap warga sekolah.
CITRA 11. K e ad i l an Metode secara tidak langsung ini dapat
12. Damai
dilakukan kapan saja dan di mana saja selama
terjadi interaksi antara siswa dengan pendidik
baik dalam kegiatan formal atau informal.13
Strategi Pembinaan
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka tim Analisis Program Character Formation
ini selain menyiapkan materi membuat strategi Setelah penulis menguraikan Program
pembinaan sebagai berikut.12 Pembinaan Kepribadian Siswa, maka penulis
1. Pembinaan diberikan oleh pimpinan akan menganalisis seluruh program tersebut
sekolah dan guru. Secara ideal pembinaan berdasarkan penelitian kepustakaan dan

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

sekaligus membandingkannya dengan realita di 2. Nilai-nilai yang diberikan relevan dengan


lapangan berdasarkan hasil penelitian yang situasi (konteks kehidupan) anak
dilakukan. 3. Terjadi perkembangan kompetensi yang
Seperti dijelaskan di atas PPKS yang bertahap.
diberlakukan di BPK PENABUR Jakarta sejak Di samping itu, diusahakan juga kesinam-
tahun 1996, telah dilengkapi dengan ruang bungan materi dari jenjang yang lebih rendah
lingkup sasaran program, Nilai-Nilai Kristiani ke jenjang yang lebih tinggi. Di dalam kerangka
yang diajarkan, sumber Nilai Kristiani, tujuan ini, materi yang disampaikan pada jenjang yang
program meliputi: Tujuan Instruksioanal Umum lebih rendah merupakan persiapan untuk
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK), memasuki jenjang yang lebih tinggi.
materi pembinaan, strategi pembinaan, modul Secara umum, arah yang akan dicapai melalui
pembinaan, metode yang digunakan. Dengan pelajaran PPKS pada masing-masing jenjang
kata lain PPKS telah dilengkapi dengan sebuah dapat digambarkan sebagai berikut.
kurikulum sebagai suatu bahan ajar. Kurikulum 1. Jenjang Sekolah Dasar secara khusus ingin
ini disusun secara berurutan sesuai dengan mempersiapkan anak menjadi seorang
nilai-nilai kristiani yang diajarkan dan pembawa damai yang kehadirannya dapat
seluruhnya akan selesai dalam empat tahun. dirasakan di lingkungan teman-temannya.
Tahun kelima diharapkan nilai-nilai mulai 2. Jenjang SLTP secara khusus ingin
tampak. Oleh sebab itu tahun kelima disebut mempersiapkan anak menjadi seorang
Tahun Citra yang merupakan pengulangan dan pembawa damai yang kehadirannya dapat
evaluasi sejauh mana Nilai-Nilai Kristiani dirasakan di lingkungan yang lebih luas
terwujudkan. (masyarakat).
Dari pengamatan maka terdapat kelemahan 3. Jenjang SMU-SMK secara khusus ingin
yang cukup mencolok dalam penerapan mempersiapkan anak menjadi seorang
kurikulum yang digunakan. Kurikulum ini pada pembawa damai yang kehadirannya dapat
akhirnya hanya menyebabkan siswa bertatap dirasakan oleh bangsa dan negara. Atau
muka satu kali untuk penyajian tiap-tiap materi dengan kata lain, anak dapat berkarya dan
Nilai Kristiani yang ada dalam kurun waktu lima mengabdikan dirinya untuk kepentingan
tahun. banyak orang.
Dapat pula diperhatikan bahwa secara
Dengan adanya kelemahan tersebut pada
sengaja telah dirancang alur : sekolah ! keluarga
tahun 2001, tim merancang suatu pengem-
! teman (pada jenjang SD). Alur tersebut secara
bangan kurikulum PPKS yang berkesinam-
sengaja memuncak pada hubungan dengan teman.
bungan mulai dari jenjang SD sampai dengan
Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan
jenjang SLTA. Yang menjadi perbedaan pada
dimana biasanya dikatakan bahwa identitas
rancangan baru ini ialah dalam kurikulum ini
diusahakan agar keduabelas nilai tersebar pada anak paling besar ditentukan oleh lingkungan
materi di seluruh tahun ajaran pada tiap pergaulannya. Melalui alur yang demikian,
jenjangnya. Untuk mengusahakan terwujudnya pergaulan anak justru ditentukan oleh nilai-nilai
hal tersebut, maka subpokok bahasan yang yang diajarkan di sekolah dan di rumah. Bahkan
diberikan tidak lagi Nilai itu sendiri, tetapi diharapkan, anak dapat ikut membentuk
mengambil subpokok bahasan dari kehidupan kepribadian temannya melalui lingkungan
sehari-hari anak. Di dalam pembahasan pergaulannya.
subpokok bahasan itu Nilai-Nilai Kristiani akan Demikian pula alur : sekolah ! masyarakat ! teman
disinggung sejauh terkait dengan subpokok (pada jenjang SLTP) dan alur : sekolah ! bangsa
bahasan yang dibicarakan. dan negara ! teman (pada jenjang SMU-SMK)
Subpokok bahasan yang diangkat pada pada dasarnya memiliki dasar pertimbangan
kurikulum ini juga telah diusahakan untuk yang sama seperti jenjang SD.
disusun dengan memperhatikan kompetensi Pertimbangan lain untuk memilih lingkungan
anak serta dengan memakai alur spiral. Dengan teman sebagai unsur terakhir adalah
cara yang demikian, maka diharapkan: mengingat lingkungan teman dapat dipakai
1. Nilai-nilai yang diberikan sesuai dengan sebagai tempat berlatih untuk bersosi-alisasi dan
kemampuan anak mengembangkan wawasan kemanu-siaan dan
kebangsaan anak.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 41


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

Untuk membedakan kurikulum yang baru tersebut telah tertanam maka pembentukan.
ini maka penamaan Program Pengembangan Karakter yang lain dapat dilanjutkan.
Kepribadian Siswa (PPKS) diganti menjadi Dalam pendidikan karakter, maka keber-
Program Bina Pribadi, program Bina Pribadi ini hasilan pendidikan ini juga ditentukan dengan
dilengkapi bukan hanya dengan modul tetapi pembelajaran yang menekankan keteladanan.
buku pegangan untuk siswa, dicetak secara Artinya jika kita mengajarkan nilai kejujuran
khusus untuk setiap kelas dan jenjang.14 sebagai karakter kepada siswa. Apakah juga
Pada saat ini Program Bina Pribadi berubah karakter itu juga ada dan tertanam dalam diri
menjadi Character Formation (Program pengurus, pejabat struktural, guru dan
Pembentukan Karakter). Penamaan ini bukan karyawan. Jika hal itu belum bahkan tidak ada,
hanya menyesuaikan diri dengan Dewan Gereja maka sangatlah sulit untuk menanamkan
Sedunia (DGS WWC) tetapi juga lebih bersifat karakter yang dimaksud. Dengan kata lain kita
Alkitabiah. juga harus menciptakan lingkungan yang
kondusif dalam penanaman pendidikan
karakter.
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Telah dijelaskan di atas bahwa tujuan PPKS,
yang kemudian berganti nama dengan Bina
Pribadi, Character Building, dan terakhir Dykstra, Craig R. (1981).Vision and character: a
Character Formation bertujuan agar nara didik christian educators alternative to kohlberg,
dibekali dengan nilai-nilai hidup kristiani yang New York: Paulist Press
dapat menjadi pegangan dan patokan untuk DIKNAS. Penjelasan kurikulum berbasis kompetensi,
mengembangkan kepribadian yang utuh dan Pendidikan Agama Kristen SD
tangguh, sehingga dapat membantu mereka Ismail, Stans, dkk. (1996).Pengantar dan petunjuk
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh negatif, umum untuk program pembinaan
baik dari teman, peradaban maupun masyarakat kepribadian siswa di sekolah BPK
sekelilingnya dan dapat membantu mereka PENABUR KPS Jakarta. Jakarta: BPK
menjalani hidup memuliakan Tuhan dan yang PENABUR KPS Jakarta
menjadi berkat untuk sesama manusia. Sumarta, Ketut I. (2000).Pendidikan yang
Menurut penulis tujuan ini memang telah memekarkan rasa, Sindhunata, editor,
diusahakan untuk dicapai dengan seperangkat Membuka Masa Depan Anak-Anaka
alat yang dikenal dalam dunia pendidikan kita mencari kurikulum Pendidikan
(Tujuan Instruksioanal Umum (TIU) dan Khusus Abad XXI. Jogjakarta: Kanisius
(TIK), materi pembinaan, strategi pembinaan, Kumaris, Brahma. (1998). Living values statements
modul pembinaan, metode yang digunakan dan (terjemahan).Jakarta: Yayasan Study
kurikulum sebagai suatu bahan ajar). Adanya Spritualitas Brahma Kumaris
perangkat ini memang cukup baik tetapi dilain Dokumen-dokumen PPKS yang ada di
pihak keberadaan perangkat ini menyebabkan lingkungan BPK PENABUR Jakarta
pendidikan Character Formation sama seperti
mata pelajaran lain seperti ketuntasan bahan Catatan:
ajar dan bukan lebih ke pembentukan karakter.
1
UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pedidikan
Dengan kata lain kurang adanya progam Nasional pasal 4 menegaskan tujuan pendidikan
nasional adalah : Sebagai usaha mencerdaskan
pembentukan yang berkesinambungan dan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
dirancang untuk suatu waktu tertentu dan Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
kemudian dievaluasi. Oleh karena itu penulis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menyarankan agar ke depan pembentukan berbudi luhur , memiliki pengetahuan dan
karakter ini lebih ditekankan kepada keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
pembentukan yang dilakukan dengan terlebih kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
dahulu menekankan karakter apa yang akan tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
ditekankan, karakter itu kemudian disosialisa- 2
Ketut Sumarta I, Pendidikan Yang Memekarkan
sikan, dibuatkan penyadaran dan pembentukan Rasa, Sindhunata, (ed.), Membuka Masa Depan Anak-
(pembiasaan) dalam kurun waktu tertentu. Anak kita mencari kurikulum Pendidikan Abad XXI-,
Setelah dilakukan evaluasi dan pembiasaan (Jogjakarta: Kanisius, 2000), 181

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK PENABUR

3
Beberapa penelitian mengasumsikan bahwa Tanggung Jawb, Kebaikan hati, Kebijaksanaan,
program pengembangan kepribadian (Character Keadilan dan Damai.
building) dapat menghasilkan manusia yang 9
. Pengantar Materi PPKS, Pokja Bina Pribadi
berkepribadian baik, antara lain: Helen 10
. Sebagai contoh dalam materi kelas 2 sub pokok
Oppenheimer, The Character of Christian Morality, bahasan membersihkan perlengkapan yang
(Oxford: A.R. Mowbay, 1974); Craig Dykstra, Vision digunakan, pada bagian manakah yang sehat? (II),
and Character, (New York: Paulist Press, 1981); ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan dimana
Brahma Kumaris, Living Values Stratement (terj). orang tua diminta untuk tanda tangan, kegiatan
4
. Ketika program ini dicanangkan nama yang tersebut merupakan penerapan dari nilai-nilai
digunakan adalah BPK PENABUR KPS (Komisi kristiani. .
Pembantu Setempat) Jakarta. 11
.Tim telah membuat contoh lengkap dari
5
. Pokja Bina Pribadi, Pengantara materi PPKS tahun 1 penguraian sub pokok bahasan .
6
. Latar belakang Pembinaan Kepribadian Siswa 12
.Lihat strtegi pembinaan poin 2.
Pengantar dan Petunjuk Umum Untuk Program 13
. Dalam pelaksanaannya ternyata strategi agar
Pembinaan Kepribadian Siswa di sekolah BPK ke-12 pokok bahasan ini diselesaikan dalam 1 tahun
PENBUR - KPS Jakarta p. 1 tidak bisa dilaksanakan sehingga diambil kebijakan
7.
Tim Pembinaan Kepribidan Siswa ini terdiri dari dengan menggunakan periode 5 tahunan.
: Koordinator : Stans Ismail, MA. Anggota: Dra. 14
.Perkembangan kompetensi yang bertahap
Anne L Ranti, M.Pd., Dra. Emilia Naland., Dra. maksudnya : Sub pokok bahasan yang dibicarakan
Endang Setyowati., Bagus P Prasetyo, S.Th., Adji pada kelas yang lebih rendah diharapkan dapat
Sutama, S.Th. meningkatkan kompetensi anak agar anak dapat
8
. Dalam perkembangannya urutan Nilai-Nilai memahami Sub pokok bahasan yang dibicarakan
Kristiani ini berbuah menjadi : Nilai diri pada kelas yang lebih tinggi. Ini berarti pula bahwa
berdasarkan Kristus, Pengendalian diri/ anak diandaikan tidak mungkin dapat mengikuti
kedisiplinan, Keberanian, Kejujuran, Kerendahan pelajaran kelas 5 jika belum mendapat materi kelas
hati, Cinta Kasih, Kepedulian, Kesetiaan dan 4.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 43


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses
Opini

Inovasi Pembelajaran dalam Meningkatkan


Kemampuan Komunikasi Bahasa Inggris

Rommel K. Sitanggang*)

Abstrak
erkomunikasi dalam bahasa Inggris sudah dianggap sebagai kemampuan yang patut

B dibanggakan. Apalagi jika sebagian besar masyarakat Indonesia berkomunikasi dengan


masyarakat sekitar, dalam negeri, maupun luar negeri menggunakan bahasa Inggris. Untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang
salah satu caranya ialah dengan melakukan perubahan lingkungan pembelajaran. Perubahan
lingkungan itu perlu karena lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang cukup besar.
Diharapkan guru, karyawan, dan staf lainnya mewujudkan lingkungan yang baik, sehingga tercipta
pula komunikasi bahasa Inggris yang baik dan fasih.

Kata kunci: Memahirkan bertutur, memerdekakan ujara, mengukir kata dalam kalimat, merias paras,
perihal berbicara.

Communicating to others in English is one of the capabilities which is seen as a pride. Moreover,
most of Indonesian people communicate with others from domestic or foreign country using English.
To improve the ability to communicate in English, the instructional strategy should be innovated by
changing the environtmental condition, because it has significant role in learning achievement.
Therefore, teachers, staffs, employees are expected to create a better environtment alcondition, so
that the communication in English can be improved much better.

yang sudah ia kuasai. Dengan kata lain,


Pendahuluan pengucapannya benar sesuai ejaan. Selain itu
membaca tidak hanya untuk memperoleh
Membaca merupakan salah satu kemampuan informasi umum tentang isi bacaan, mencari
berbahasa yang harus dimiliki peserta didik. jawaban, dan sebagainya. Namun siswa perlu
Bacaan yang kita baca bisa dilakukan dengan mengekspresikan mengenai bacaan yang ia
membaca dalam hati, tanpa suara, atau membaca mengerti akan maksud dan tujuan isi tersebut.
dengan suara. Sebagian besar peserta didik Hal tersebut dapat kita lakukan dengan
menganggap membaca adalah memperoleh memberikan task atau latihan. Misalnya latihan
informasi secara umum (skimming), atau mencari membaca cepat, speed reading, dan latihan
jawaban tepat dari suatu pertanyaan dengan mengingat kembali isi bacaan, better recalling.
membaca secara terfokus (scanning). Tentulah Demikian halnya menulis, menulis juga
semua hal ini tidak sepenuhnya benar. Membaca merupakan suatu kemampuan dasar dalam
perlu dilakukan tidak hanya dengan non suara, berbahasa Inggris seperti speaking, listening, dan
tetapi bersuara atau melafalkan. Oleh karena itu reading. Peserta didik perlu mempelajari bentuk
kita perlu mengetahui sejauh mana pelafalan tulisan yang akan dia gunakan. Misalnya

*) Guru SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses

menulis undangan, kartu pos, iklan, dan lain- Indonesia, atau bahasa gaul daripada
lain. Menulis sama halnya denga berbicara, yaitu menggunakan bahasa Inggris yang sulit
mengungkapkan kegiatan yang dilakukan. pengucapannya dan kosa katanya. Lebih lanjut
Namun menulis lebih bersifat pasif, sedangkan Harmer (2005) mengatakan bahwa masalah
berbicara bersifat aktif. Peserta didik perlu lainnya siswa sulit berkomunikasi dalam bahasa
mengetahui menulis alamat yang dituju, kepada Inggris ialah faktor kebudayaan; wanita lebih
siapa tulisan itu ditujukan, kegiatan apa yang tetap diam di dalam lingkungannya, dan faktor
telah dilakukan, dan memberikan tanda salam lainnya ialah siswa menderita ketakutan karena
hormatnya. Hal tersebut dapat dilakukan membuat kesalahan dalam berbicara. Oleh
dengan memberikan latihan menulis kartu pos karena itu ia akan merasa malu di depan gurunya
kepada seorang teman, menuliskan petualangan dan temannya, jika ia telah melakukan
atau undangan ulang tahun dan sebagainya. kesalahan pengucapan atau pelafalan.
Hal terakhir yang perlu dimiliki peserta
didik ialah kemampuan mendengar. Mendengar
merupakan suatu kemampuan untuk Pembahasan
mendengarkan pelafalan atau aksen seseorang
yang beragam. Kita dapat mendengarkan dari Definisi Berbicara
berbagai sumber pembicara mancanegara seperti Thornburry (2005) mendefinisikan bahwa
Inggris dan Amerika.Dengan mendengarkan Speaking is so much a part of daily life that we take
pelafalan dan aksen yang bervariasi, siswa lebih it for granted. The average person produces tens of
mengenal akan beragam pelafalan dari suatu thousands of words a
kata. Latihan men- day, although some
dengarkan percakap- may produce even
an bisa sangat mem- more than that.
bantu siswa menger- Mendengar merupakan suatu
Pada tingkat
jakan tugas yang kemampuan untuk ucapan, kemampu-
diberikan. Perbedaan mendengarkan pelafalan atau an berbicara dihasil-
yang mencolok deng- aksen seseorang yang beragam. kan melalui ucapan
an membaca ialah demi ucapan, seba-
siswa dapat mengu- gai jawaban terha-
lang bacaan yang ia dap kata demi kata
baca atau membaca kembali. Namun dalam dan ucapan atas produksi ucapan dari
mendengarkan ia hanya memutar ulang (rewind). seseorang yang kita sedang ajak berbicara.
Tetapi kece-patan si pembicara tidak dapat diper- Kebanyak-an siswa ingin selalu memiliki
lambat. Berlatihlah dari jenis percakapan yang keterampilan berbicara dalam baha-sa Inggris,
lebih lambat sampai percakapan yang lebih di segala situasi dan tempat. Berbicara
cepat. merupakan kegiatan berkomunikasi yang kita
Pada umumnya berkomunikasi sangat lakukan baik terhadap teman, karyawan,
mudah kita lakukan apalagi dengan bahasa maupun guru. Namun, bahasa Inggris, bahasa
Indonesia dan teman dekat. Namun seringkali asing, yang kita pergunakan di sekolah belum
kita merasa sulit untuk berbicara dengan bahasa mutlak dipergunakan sehari-hari di dalam
asing termasuk bahasa Inggris. Hal ini lingkungan sekolah. Hal ini mengakibatkan
disebabkan beberapa faktor. antara lain:
Harmer (2005) mengemukakan bahwa Siswa kurang mengetahui kosakata bahasa
salah satu yang sering kali pendidik hadapi Inggris yang di ucapkannya, siswa kurang
ialah siswa yang menggunakan bahasa ibu, mengetahui bagaimana cara membaca atau
bahasa daerah, dan siswa yang tidak mau pelafalannya, topik yang ingin dibicarakan
berjerih payah mempelajari bahasa Inggris. terlalu sulit atau tidak menarik; tidak merespon
Sebagian besar peserta didik menggunakan jawaban guru, atau siswa yang berbahasa
bahasa gaul untuk berkomunikasi dengan Inggris, atau kemampuan menterjemahkan
temannya pada saat pelajaran Speaking English. dalam merespon bahasa Inggris masih kurang.
Hal ini dilakukannya karena ada pesan penting Tak banyak siswa yang mampu berbahasa
yang ingin disampaikannya. Selain itu sebagian Inggris dan lancar menggunakan bahasa Inggris
peserta didik lebih mudah menggunakan bahasa di lingkungan sekolah. Kesulitan ini muncul

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 45


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses

karena siswa tidak menggunakan waktu belajar diajarkan oleh lingkungan yang sebagian besar
rutin dengan baik dan mempraktekkannya masyarakatnya berbahasa Sunda, tentulah kita
dalam lingkungan sekolah atau kehidupannya akan memiliki logat Sunda dan bahkan mampu
sehari-hari. Ketidakmampuan berbicara, berbahasa Sunda dengan baik dan lancar.
diperburuk lagi karena tidak sedikit siswa yang Demikian juga bahasa Inggris, jikalau kita
memiliki perbendaharaan kosakata yang tinggal di dalam lingkungan yang sebagian
terbatas dan pelafalan yang kurang benar. Hal besar masyarakatnya berbahasa Inggris,
ini disebabkan karena siswa kurang mengetahui lingkungan tersebut pastilah membawa
ejaan dan cara membaca kosakata tersebut. pengaruh yang besar agar kita mampu berbicara
Sebagai contohnya: siswa hanya mampu dan membiasakan berkomunikasi bahasa
memberikan salam, good morning sir/ maam, Inggris dengan orang lain.
pada saat bertemu guru, karyawan atau kepala Alangkah besar bedanya bagi masyarakat
sekolah. Bahkan kata yang seringkali dan bisa Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-
diucapkan ialah yes sir/ maam atau no sir/ baik. Dan untuk keperluan perempuan,
maam. berharaplah kami dengan harapan yang sangat
Dengan penuh harapan, siswa yang mampu supaya disediakan pelajaran dan pendidikan,
dan lancar berbahasa Inggris bertambah karena inilah yang akan membawa bahagia
jumlahnya. Usaha ini tidak terlepas dari bantuan baginya . (Surat R.A. Kartini kepada Nyonya Van
guru-guru, karyawan, staf sekolah untuk Kool).
menjadi teladan bagi siswa dengan berbicara Surat di atas tersebut tentulah menggugah
dalam bahasa Inggris kepada siswa serta perasaan kita, terutama pendidik untuk
meningkatkan program kegiatan rutin memberikan dan menyediakan pelajaran dan
berbahasa Inggris. pendidikan kepada semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, pria dan perempuan.
Memahirkan Bertutur Untuk itu kita haruslah menciptakan
Kebiasaan merupakan tindakan rutin yang lingkungan yang berbahasa Inggris. Dengan
dilakukan setiap orang. Rutinitas tersebut harapan akan membawa kebahagiaan bagi si
biasanya dilakukan di pagi hari sampai malam pendidik maupun peserta didik.
hari. Rutinitas yang terjadi, kadang-kadang Memang terdengar sulit untuk menciptakan
membuat kita menjadi bosan atau jemu. Sehingga lingkungan yang berbahasa Inggris di
terkadang kita merasa putus asa untuk apa kita lingkungan Jakarta seperti ini. Namun setiap
melakukan semua ini. Yang ternyata adalah persoalan pasti ada jawaban atau solusinya.
kesia-siaan belaka. Contohnya: Sebagian besar Kita bisa menerapkannya dengan cara :
orang Jakarta melakukan pekerjaannya yang 1. Memisahkan lingkungan yang satu dengan
semata-mata mencari uang untuk mencari yang lain
nafkah keluarga, memenuhi kebutuhan 2. Mendatangkan masyarakat asing
pendidikan, kepuasan hidup dan lain 3. Menerapkan peraturan bahasa
sebagainya. 4. Pemberian reward
Akan tetapi kebiasaan berbicara 5. Aktifitas yang mendukung
menggunakan bahasa Inggris pasti bukanlah
Diharapkan usaha tersebut bisa dikerjakan
rutinitas yang menjemukan, namun mengha-
dengan baik apabila kita mendisiplinkan diri
silkan uang atau menjadi suatu kebanggaan.
membiasakan menerapkan kelima cara tersebut
Bagi orang dewasa kemampuan berbicaranya
diatas. Demikian halnya membiasakan diri
akan menghasilkan uang tapi bagi anak pelajar
berbahasa Inggris. Jikalau tidak pada
atau anak sekolah, kemampuannya akan
lingkungan yang baik, tentulah kita tidak bisa
dianggap sebagai suatu kebanggaan. Hal ini
menghasilkan buah kebiasaan berbicara bahasa
disebabkan karena usianya yang dini dan hanya
Inggris.
dialah seorang yang mampu berbicara dalam
lingkungannya. Lingkungan Indonesia belum Artikel Sriwijaya Post ( 2004 ) mengatakan
menganggap bahasa Inggris menjadi bahasa Ibu, kita kepingin pintar berbahasa Inggris, tetapi
namun bahasa kedua, ketiga dan seterusnya. lingkungan kita tidak berbahasa Inggris, tidak
Jika kita menarik garis besar, lingkunganlah mungkin. Akan lebih cepat pandai jika
yang memiliki peranan begitu besar untuk conversation bahasa Inggris diterapkan setiap
membentuk kebiasaan berbicara. Apabila kita hari. Semua orang, termasuk office boy, mesti

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses

berbahasa Inggris terutama berkenaan dengan Memperbaiki pelafalan atau tata bahasa yang
pekerjaan mereka. dilakukan peserta didik, memang penting
Lingkungan memiliki pengaruh besar agar dilakukan oleh guru. Namun mengganggu atau
masyarakat mampu berbicara bahasa Inggris menginterupsi terus menerus siswa yang sedang
dengan baik. Hal tersebut dapat kita lihat di melakukan percakapan bahasa Inggris, tentu
lingkungan Palembang, jalan Basuki Rahmat akan menghilangkan tujuan yang akan
dan Demang Lebar Daun. Mereka menciptakan diutarakannya. Langkah baik yang dilakukan
lingkungan dengan baik dari para pegawainya, oleh pendidik adalah:
dari golongan bawah sampai atas. a. mendengarkan ketika pembicaraan
berlangsung
Memerdekakan Kekeliruan Ujaran b. menuliskan catatan yang baik atau buruk
Kesalahan memang sering kali dibenarkan untuk memberikan feedback terhadap siswa
untuk maksud yang baik. Namun terkadang cara Menyalahkan dan membenarkan pelafalan
untuk membenarkannya terkadang salah. Hal si penutur, dalam hal ini peserta didik, tentulah
ini dikarenakan tidak melihat situasi dan baik. Agar kita mengajarkan sesuatu yang benar
kondisi. Sama halnya pelafalan yang diucapkan kepada anak didik. Namun cara dan waktu
oleh si pembicara, tentulah si pendengar atau untuk membenarkan pelafalannya kemungkinan
lawan bicara ingin mengerti maksud dan tujuan besar salah. Menyalahkan atau menghentikan
ucapannya dengan mendengar kata, frase, pembicaraan secara langsung akan
kalimat yang dilafalkan. Pelafalan akan berbagai menyebabkan maksud dan tujuan yang ingin
kata terkadang terdengar mirip. Kemiripan bunyi diberikan pada ucapannya akan semakin
kata inilah yang disebut sebagai Homophone. kurang dan kemungkinan hilang. Peserta didik
Yaitu kata yang sama namun beda arti. Misalnya: akan merasa takut terhadap gurunya yang sering
Bed = Bad , Hasan Sadily ( 1996). Hal tersebut menyalahkan. Serta akan selalu memikirkan
memang disalahartikan oleh lawan bicara bagaimana cara pelafalan yang benar akan kata-
karena terdengar sama namun memiliki arti kata yang akan diucapkannya nanti.
yang berbeda.
Oleh karena itu, diharapkan pendidik
Kesalahan pengucapan atau pelafalan
untuk berbesar hati. Membenarkan atau
terjadi dikarenakan si penutur tidak tahu cara
mengoreksi pelafalan seseorang, sangat
membaca dengan benar. Kemungkinan ia tidak
diperlukan dan dibutuhkan agar maksud dan
memiliki rujukan kamus Inggris Indonesia atau
tujuannya jelas. Namun perlu diperhatikan,
Inggris Inggris yang sudah terstandardisasi.
bahwa cara kita membimbing dan menuntun
Pelafalan memang penting untuk diketahui
peserta didik membuat terkadang salah tempat
sehingga lawan bicarapun mengerti akan
dan waktu. Pendidik boleh saja membenarkan
maksud dan tujuan sipembicara. Namun dalam
pelafalan namun dilanjutkan kepada pendidik
hal ini, jika si lawan bicara sudah mengetahui
untuk mengoreksinya pada saat setelah peserta
dengan baik kata yang dilafalkan, memiliki
didik menyelesaikan pelafalan dan ucapannya.
maksud dan tujuan yang sudah dimengerti,
Sehingga maksud dan tujuan tidak kurang atau
terkadang lawan bicara mengoreksi atau
bahkan hilang.
menghentikan pembicaraan si penutur.
Contohnya : Seorang guru yang mengajar bahasa Cara lain yang bisa dilakukan ialah
Inggris di kelas Conversation. Ketika peserta didik memberikan mimik guru yang menandakan
yang kurang mampu melafalkan dengan baik, bahwa pelafalan peserta didik salah. Sehingga
mengucapkan kesalahan pengucapan, sang anak didik yang mengenal karakter pendidiknya
guru atau pendidik langsung mengoreksi dan dengan baik, akan segera mengetahui pelafalan
menghentikan pembicaraan yang sedang yang diucapkannya salah dan ia akan segera
dilakukan peserta didik. Karena semakin memperbaikinya saat itu juga. Mimik yang
seringnya pendidik menyalahkan pelafalannya, dilakukan pendidik diharapkan atau
peserta didik semakin takut untuk bicara dianjurkan tidak menakuti peserta didik seperti
padanya. Hal ini disebabkan pelafalannya di film horor atau kekerasan rumah tangga.
kurang baik. Berikanlah senyum terbaikmu untuk anak
Harmer ( 2005 ) mengatakan bahwa didikmu. Sehingga dilain hal pun, suasana akan
Gangguan terus menerus dari guru akan semakin rileks dengan tidak mengurangi atau
menghancurkan tujuan kegiatan berbicara. menurunkan proses pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 47


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses

Cara lainnya yang lebih efektif ialah dengan Brainy merupakan kata informal dan mungkin
cara bergumam. Berikanlah gumaman yang memiliki konotasi negatif ketika digunakan oleh
membuat peserta didik mengerti bahwa anak sekolah mengenai teman sekolahnya.
gumaman tersebut merupakan simbol perbaikan Bright memiliki konotasi orang muda
kesalahan. Pendidik boleh menciptakan Smart sering kali digunakan oleh masyarakat
gumaman yang sifatnya tidak menakuti namun Inggris Amerika dan memiliki konotasi yang
memberikan kesan hangat untuk menegur menipu.
dengan halus. Clever sering digunakan di dalam frase dengan
Dengan memberikan kebebasan terhadap konotasi negatif, contohnya : to clever by half .
pengucapan, tentulah si penutur akan merasa He maybe clever but hes not going to get away with
lebih bebas akan apa yang ia ingin ucapkan, it .
serta pada saat ia mendengar sinyal maupun Dengan contoh-contoh yang diberikan, tentulah
simbol yang kita berikan untuk mengoreksi kita dapat membedakan kata yang mana yang
pelafalannya, ia akan semakin terus lebih baik kita pergunakan dalam bertutur kata.
memperbaiki dan meningkatkan pelafalan yang Mengukir kata tentulah hal yang sulit,
akan ia ucapkan kelak. namun kita dapat melatih dan membiasakan diri
untuk mengukirnya. Bahkan menata kalimat
Mengukir Kata dalam Kalimat yang selalu memiliki arti yang berbeda. Kita perlu
a. Satu arti banyak bentuk menata kalimat seindah mungkin dengan
Kosakata terdiri dari huruf-huruf yang tersusun membiasakan diri. Tanpa mengurangi maksud
dengan huruf hidup dan konsonan. Huruf dan tujuan yang ingin diucapkan, cari tahulah
membentuk kata, kata membentuk kalimat, terlebih dahulu akan arti atau konotasi yang
kalimat membentuk paragraf dan paragraf sebenarnya.
membentuk suatu bacaan. Dalam hal ini kata Oleh karena itu pendidik perlu memperhatikan
yang telah membentuk kalimat dapat kita jadikan dengan baik serta mangajarkan peserta didik
bahan pembicaraan. Semakin banyak kata yang untuk berhati-hati dan mencari tahu akan
kita miliki dan kita bentuk, tentulah akan sosiolinguistik yang dipergunakan. Bentuk yang
beragam artinya. Untuk masa yang akan datang, berbeda tidak selalu memiliki arti yang sama.
kita bisa menggunakan bentuk yang berbeda. Bahkan bentuk yang sama tidak selalu memiliki
Misalnya : arti yang sama melainkan berbeda.
We will go to school by 6.45 tomorrow
We are going to school by 6.45 tomorrow b. Padanan Kata
We are going to go to school by 6.45 tomorrow Padanan kata yang merupakan pasangan kata,
We go to school by 6.45 v tomorrow seringkali dipergunakan dalam kalimat.
Kalimat tersebut di atas memiliki arti yang Mengenal pasangan kata sama pentingnya
sama, yaitu kita akan pergi ke sekolah menjelang seperti memilih pasangan hidup. Tampil serasi,
pukul 6.45. Akan tetapi kalimat tersebut hidup susah dan senang bersama, saling
memiliki bentuk yang berbeda. Perlu mengasihi dan sebagainya. Demikian juga kata,
diperhatikan bahwa kata memiliki arti yang tak selalu kata yang kita pergunakan cocok
berbeda. dengan kata yang lain. Harmer ( 2004 )
Jeremy Harmer ( 2005 ) mengemukakan mencontohkannya :
bahwa masing-masing bentuk yang berbeda Teacher : How was your lesson ?
punya arti yang berbeda walaupun bentuk College : A complete disaster
kalimat tersebut merupakan Future Tense. Or
Bahkan kata yang memiliki sinonim, Total disaster
sesungguhnya berbeda satu sama lain . Or
Contohnya : Utter disaster
Intelligent = bright
Complete, Total, Utter merupakan padanan
Intelligent = brainy
disaster. Namun kita tak pernah mengatakan Full
Intelligent = clever
disaster or Whole disaster, walaupun kedua kata
Intelligent = smart
tersebut cukup jelas dimengerti.
Masing-masing kata memiliki konotasi yang Contoh Harmer ( 2004 ) lainnya adalah : Common
berbeda. / Good sense tapi tidak sepadan dengan Bad sense.

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses

Making the bed / making the housework. Harmful / Perihal Berbicara


damaging effects tak sepadan dengan bad effect. Pada saat percakapan berlangsung antara satu
Kata yang terlihat serasi atau sepadan dengan dengan yang lain. Kemungkinan besar seseorang
kata lainnya, tidaklah selalu memiliki padanan telah menguasai topik atau bahan pembicaraan
yang serasi. Hal ini perlu diperhatikan dengan yang sangat disukainya. Contohnya peserta
tidak mengurangi maksud dan tujuan si penutur didik lebih suka memilih tema Hobbies
kepada penutur yang lainnya. daripada Politics. Inilah yang mengemukakan
bahwa Speech Conditionslah yang memiliki
Merias Paras peranan paling besar bagi si penutur untuk
Mempercantik wajah bagi wanita sangat menguasai tema pembicaraan.
diperlukan untuk menarik perhatian lawan jenis. Thornburry ( 2006 ) mengemukakan tiga
Seorang gadis bisa saja merias wajahnya dengan kategorinya, yaitu : faktor kognitif, afektif, dan
polesan hiasan, seperti lipstick, mascara, eye psikomotorik.
shadow dan lain sebagainya. Demikian juga 1. Faktor Kognitive adalah :
dalam berbicara, kita dapat merias wajah dari - Mengenal topik
rasa sedih maupun gembira. Namun bedanya, - Mengenal gaya
jika kita merias mimik dalam berbicara, kita tidak - Mengenal teman bicara
perlu alat perias tersebut diatas. Merias wajah - Menyiapkan permintaan
bisa dilakukan dengan gerakan mata, 2. Faktor Afektif :
menggelengkan atau menganggukkan kepala, - Merasakan tema atau peserta
menarik napas panjang, dan sebagainya. Selain - Kesadaran diri
gerakan di wajah kita juga bisa menggunakan 3. Faktor Psikomotorik / Perbuatan
gerakan tubuh, seperti anggota badan, tangan, - Mode
maupun kaki. - Tingkat kolaborasi
Deveto mengemukakan bahwa pada saat - Penguasaan percakapan
berbicara, kita menggunakan kata-kata. Kita juga - Waktu perencanaan dan latihan
berkomunikasi dengan wajah, tangan, dan - Batas waktu
tubuh. Komunikasi inilah yang disebut bahasa - Kondisi lingkungan
tubuh atau komunikasi non-verbal . Pada saat Faktor-faktor tersebut di atas, tidaklah selalu
melakukan kegiatan ujaran, komunikasi non- mewakilkan kesukaran berbicara. Faktor tersebut
verbal bisa beragam bentuknya, contohnya : hanya memprediksikan akan penguasaan
gerakan tangan, ekspresi wajah, kontak mata, percakapan.
dan sebagainya. Jumlahnya cukup banyak dan Pada umumnya peserta didik mau bercakap-
tentu saja kualitasnya cukup baik. Contohnya cakap hanya kepada teman yang ia kenal,
pada saat seseorang berkata positif namun tentulah faktor ini dapat digolongkan ke dalam
wajahnya menunjukkan sifat negatif. Tentulah faktor kognitif; mengenal teman bicara. Tentu
kita lebih mempercayai ekspresi wajahnya saja ia akan memilih teman yang lebih pandai
daripada perkataannya. Serta penggunaan untuk berbicara bahasa Inggris.
komunikasi non-verbal 60% - 80% kita gunakan Tentulah hal ini sangat memudahkannya,
untuk ujaran.Jadi komunikasi non-verbal lebih terutama pada saat mengambil nilai praktek
banyak digunakan daripada komunikasi verbal. berpasangan. Sehingga pendidik akan
Gerakan tubuh atau riasan wajah perlu memberikan nilai yang cukup tinggi padanya.
dilakukan untuk menyampaikan maksud dan
tujuan si penutur. Thornburry ( 2006 )
mengatakan bahwa berkomunikasi melalui Kesimpulan
gerakan merupakan Performance Factors .
Merespon jawaban atau tutur kata asing si 1. Memahirkan bertutur bisa dilakukan
penutur, bisa dilakukan melalui gerakan dengan cara menciptakan lingkungan
anggota tubuh, wajah, dan sebagainya. Riaslah berbahasa Inggris. Lingkungan memiliki
seindah mungkin paras yang kalian miliki peranan yang penting dan pengaruh yang
sehingga tercipta komunikasi yang lebih baik besar. Selain itu disiplin juga mempunyai
pula. peranan di lingkungan. Dengan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 49


Menginovatifkan Komunikasi Bahasa Inggris melalui Proses

mendisiplinkan diri, misalnya: pegawai, berbicara dengan baik dan lancar. Dengan
guru, dan karyawan sekolah, untuk mengenal dan memilih topik dan lawan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris. bicara, tentulah lebih mudah untuk
2. Membebaskan kekeliruan ujaran perlu menguasai pembicaraan yang berlangsung.
dilakukan dengan mengingat maksud dan
tujuan yang disampaikan akan tercapai.
Hal yang perlu dihindari ialah Daftar Pustaka
menginterupsi atau mengganggu kegiatan
berbicara. Hal yang perlu disarankan ialah
mendengarkan dan menuliskan catatan Echols, John M & Shadily, Hassan. (1996 ). An
sebagai kritik dan saran yang akan english Indonesian dictionary. Jakarta: PT
diberikan kepada peserta didik. Gramedia
3. Kata yang memiliki sinonim, sepintas lalu Harmer, Jeremy. (2005). How to teach English.
mungkin kita menganggap memiliki arti Longman
yang sama. Namun sebenarnya memiliki Munroe, Myles (2007). Maximizing your potential.
arti konotasi yang berbeda. Demikian juga Jakarta: Immanuel
kata yang memiki beda bentuk, tentulah Thornbury, Scott. ( 2005 ). How to teach speaking.
memiliki arti yang berbeda pula. Longman
4. Sebagian besar komunikasi yang kita http://indomedia.com dikunjungi, 18 Juni 2008
lakukan merupakan komunikasi non- http://lpp.uns.ac.id dikunjungi, 18 Juni 2008
verbal. Dengan menggunakan para, anggota http://usingenglish.com dikunjungi, 18 Juni
tubuh seperti jari, tangan, komunikasi dapat 2008
tercipta dengan baik. http://en.wikipedia.org dikunjungi, 18 Juni
5. Menguasai topik dan mengenal lawan 2008
bicara sangat menentukan kegiatan

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Responding To Students Writing
Opini

Responding To Students Writing


(Teaching Writing Or Assessing It?)

Michael Kaprista Sutikno*)

Abstrak
rtikel ini membahas tentang bagaimana mengajar menulis yang baik, yang selama ini

A sering kita abaikan. Beberapa metodologi pengajaran dalam mengajar menulis terutama
dalam pembelajaran bahasa asing dijelaskan untuk menyegarkan ingatan guru, seberapa
penting penguasaan cara menulis yang baik. Hal ini akan meningkatkan pengembangan
guru yang berkualitas profesional. Definisi dan perbedaan-perbedaan antara menulis sebagai
suatu produk dan menulis sebagai suatu proses diungkapkan di sini. Peran perbaikan penulisan
sebagai umpan balik di dalam penulisan juga diuraikan dalam tulisan ini.

Key Words: Teaching writing, writing as process approach, revision process, written commentary
feedback.

This article presents what we have neglected so far in teaching writing. Some teaching methodolo-
gies and deeper understanding in teaching writing especially in the foreign language classroom
setting are explained in order to refresh the memory of the readers how important writing to our
students and to give deeper understanding in theory and its application for improving qualified teach-
ers professional development. The definition and the differences between writing as a product and
writing as a process are revealed here. The role of the revision and the great importance of using
feedback in the teaching writing are also clearly defined here.

more communicative and teachers are expected


Introduction to be more communicative as well in their ways
in teaching the language.
One of the main concerns in developing the Those expectations are not too much
language proficiency is to know what the concerning that the government had already
language functions are. The most important stated the CBC; Competency Based Curriculum
point of the language function is one is expected before finally the KTSP curriculum governs the
to be able to communicate with the language. schools administration today. Those curricu-
Being more active and creative in class, as what lums become the basic of this nations vision
students in English Foreign Language (EFL) about education that focuses on the realization
classroom setting expected to, become the major of the theoretical explanation. Grammar is no
factor for teachers to identify students progress longer viewed as the master topic which
in learning a language. Both written and oral continuously taught and stressed to the students.
performance must go together, writing and Students mastery in four English language skills,
speaking as well as listening and reading by the helps of grammar understanding is
become the main issues in English language considered as the main purpose in teaching
learning activities. Students are expected to be English nowadays. Teaching grammar commu-

*) Mantan Guru SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 51


Responding To Students Writing

nicatively becomes one of the alternative ways to teaching writing activity becomes the students
stimulate students active participation in class. nightmare in improving their own competence
So in this case, teachers who believe in in writing.
themselves to be more competence and increase Although teachers habit in teaching writing
their professional development must be aware is the same with assessing students grammar
on this matter. Teaching grammar by using mastery, but some points can be taken into
exercises drilling and grammar text book consideration why teachers do that. Time
explanation all the time, might destroy the allocation in teaching writing is not provided
capability of a teacher to be active and creative in and very limited and then teachers prefer
teaching and learning activities. Based on the teaching and exploring grammar and discussing
Genre Based Approach perhaps, as one of the reading than writing. Teachers prefer using
alternative ways in guiding the students, written comment on students writing
teachers may open their eyes to be a little bit composition in order to strengthen and stress
creative and give a bit opportunity to share the some important points and expect students to
teaching learning activities and leave the teacher learn from that comments. The other reasons are
centered teaching learning approach behind. the elimination of the writing test in each
Reading, Listening, Speaking and Writing as the students proficiency test even in the students
core of the teaching English in these schools need national final examination. The last one is the
more refreshment and all of this start from the teaching writing requires step by step students
awareness of a teacher to change the style and improvements on their own writing composition
method of teaching. while on the other hand students are not
Talking about what subjects must be taught discipline in collecting and identifying their own
in junior and senior high schools in this country, written works.
writing subject as one of the cores of teaching the It seems that generally, teaching writing is
language becomes less interesting subject for the process of giving comments to the students
teachers to master. Teachers usually focus on the written works in the form of feedback. Nowadays
reading because as what syllabus and national the new method in teaching English in EFL
examinations expect from students to master classroom setting is applying the genre based
well. Writing on the other hand becomes the approach which assisting or scaffolding the
second best thing to do or even to spend students using teaching cycles steps which
classroom leisure time. The lack of practices and mostly require the importance of the feedback
the lack of teachers motivation in dealing with usage in the writing process as well as in the
writing create such a big problem to students speaking. But apart from the genre based
when writing activity takes place. approach and genre process based approach the
In the teaching writing of EFL classroom feedback which is used for identifying students
setting, teachers are expected to fulfill the goal in progress has a far beyond of its real context in
teaching writing, which relates to the students understanding what actually the feedback is. So
performance in the mastery of written works. this article also reveals the usage of feedback in
Writing so far has been a monster for the students. the teaching writing and the most important
Writing is viewed as an assessment or as another point is some definition and deeper
way of grammar evaluation by the teacher. This understanding about writing and feedback in
kind of phenomena always happens in writing will be explained below.
nowadays teaching writing situation.
Teachers always dont have time in teaching
writing specifically, even for correcting students
works is considered as time consuming. Writing
Discussion
session which should be dealt with step by step
writing process which is from developing ideas Writing Product or Writing Process
until final drafting easily be ignored. Teachers Teachers might be not aware about the teaching
usually give students task on writing by giving and learning writing; there are two types of
them one or two topics and let the students writing approach in the writing pedagogy; the
elaborate by themselves in their writing product approach and the process approach. So
composition. Later on the grading shows the far what have been understood by all levels of
strengths and weaknesses of students education that writing task is assigned in the
understanding in grammar. This kind of form of writing as a product.

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Responding To Students Writing

The culturally misconception in teaching 114). The writing process approach puts
writing happens almost in the all levels of emphasis on a process in which the finished
education; from the lowest rank up to the highest products came after a series of drafts (Cohen,
one (universities). Teachers as well as lecturers 1990: 105). This statement is supported by
usually instruct the students to write based on Nunan (1999: 272) who states that the focus of
the topic or issue which students, teachers, process approach is on the steps involved in
lecturer, or public situation as social environ- drafting and redrafting the piece of written work.
ment interested in. In other words, the writing process approach is
Teachers tend to give writing composition an approach which emphasizes on giving the
instruction based on the culturally wrong students opportunities to shape their writing
instruction which means the instruction given skills through a set of steps. This approach does
based on the old regime instructions, when the not focus on the final product that the students
teachers ever had with their former teachers as performed, but it considers how the students
in high schools perhaps; such as please make reach their final output as the most important
writing composition about your last holidays, or even aspect.
try to make a research proposal based on the As quoted by Ken Hayland (91:2003); pro-
recent and profitable issues, etc. Mostly the cess stages in writing process are;
instruction based on the writing product not as 1. pre writing; when the brainstorming, free
a writing process instruction. Probably the time writing, clustering and topic analysis,
management becomes the main issue but giving including organizing and planning happen
step by step instructions which represent each in the first step.
step in the writing process approach give the best 2. writing; consists of blocking and un drafting
result in helping students developing their ideas techniques.
and individualizing the learners competence. 3. editing; cutting the dead wood, streng-
In the following the definition and the
thening sentences, improving styles.
difference between writing process and product
4. re writing; identifying focus and structure,
is explained.
revising on different levels, advising peers,
Nunan (1999: 273) states that the writing
adapting text for speaking
product approach focuses on the final product;
5. publication and appreciation; proofreading
the coherent and error- free text. Similarly,
and polishing, evaluating the final product
Richards (1992: 106) defines the writing product
and publication
approach as a writing approach, which puts
Based on the Judy Kemp and Debby Toperoff
emphasis on the ability to produce correct texts.
in their article entitled Guidelines for Portfolio
Supporting these two statements, Cohen (1990:
Assessment, those experts also analyze the role of
103) argues that product approach focuses on
the writing as process for the successful of
the finished product, which is sometimes not
finished, and on the grade. In other words, this assessment. They view the writing as process as
approach puts emphasis on the quality of the an approach teaching writing which tries to
writing task without noticing the steps taken by stimulate the process that many writers go
students in achieving the expected final draft. through in their native language (Kemp and
The drawback of the writing product Toperoff, 1998). So obviously that the writing
approach in the learning process is that this process value highly the process and appreciate
approach will discourage the students to do their the efforts but not neglecting the final product.
writing assignments seriously since the focus of They also propose five stages as the writing
the writing product approach is on the instant process (Kemp and Toperoff, 1998); such as Pre
product and the grade (Cohen, 1990: 105). The writing which considers audience, purpose, and
students will only consider the grade that they form will help the learners interest, develops
received and ignore the composing processes their concepts and ideas, and raise the students
they go through. confidence. This pre writing includes
In contrast to the writing product approach, brainstorming, mapping, listing and outlining.
the writing process approach is seen as more Drafting as the second step encourages
effective than the writing product approach since students to write their first draft without any
it allows the students to explore and develop a frustration or stress. So in this step students may
personal approach to writing (Richards, 1992: write without any frustration of making mistakes.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 53


Responding To Students Writing

Revising and Editing as the third and fourth writing by using revision method in order to have
steps, require students to have revision in order a clear feedback of what materials students have
to improve the content, organization, sentence already mastered. In the article about revision;
structure, exact vocabulary, reduce and expand The Revision and ESL Students by Kasia
for clarification. During this revision and edition, Kietlinska, there are some views that see revision
the role of teachers feedback is important and as a means of correcting surface mistakes without
valuable. This statement is also supported by even trying to develop and refine the content.
Shih in Brown (2001: 335) that teachers should Concerning on the feedback, Dana Ferris also
give students feedback throughout the composing strongly agrees about the use of revision. In her
process as they try to make the closest intended book Treatment of Error in Second Language Student
writing. The kinds of feedback that the students Writing, she confirms the effectiveness of revision
can receive concerning their written work and as well as those that cast doubt upon the ESL
what to do about this feedback and how to utilize students ability to improve their writing as result
it most effectively are the concern of this of the revision. This statement refers to the good
approach time management and doing continuously
The last step is publishing, when all the final practices that make something becomes more
product of students written composition can be perfect than before.
published in the school magazines, bulletin Revision is a central process in cognitive
boards or other object that requires audience. models of writing (Hayes and Flower, 1980;
By following the steps of the writing process Hayes, 1996; Bereiter and Scardamalia, 1987;
previously, the writing process is believed to Butterfield, Hacker and Albertson, 1996; and in
bring great advantages to the students in learning Yiggal Atalis article on Exploring the Feedback
writing. The first benefit is that by having the and Revision Features on Criterion which
writing process the students will have more emphasizes the writing process in addition to
opportunity for meaningful writing and become the writing product.
independent learners (Richards, 1992: 110). The Based on several theories which stress on
second benefit is proposed by Brown (2001: 335- the role of revision in the writing process, revision
336) who stated that writing process gives means making any changes at any point in the
chances for the students to be more creative in writing process which involves identifying
using language but they still focus on content discrepancies between intended and instantiated
and message. In this process the students have text, deciding what could or should be changed
more opportunity to think when they write. in the text and how to make desired changes and
However, every writing process activity operating, making the desired changes (Yiggal
should lead to the final product (Shih as cited in Attali; 2004). Changes may or may not affect
Brown 2001: 335). As stated by Brown (2001: 337) meaning of the text and may be made in the
that the product is the ultimate goal which writers mind before being instantiated in written
becomes the reason that students go through the text at the time text is written and or after text is
process of pre-writing, drafting, revising and first written. Research on revision found that
editing. If the aim of the writing class is to develop especially high school age and older or more
fluent writers; it is necessary to examine how skilled writers, revision appear to improve the
fluent the student-writers compose and to re- quality of compositions (Fitzgrald;1987). The
examine the writing methodology. To sum up, importance of feedback is also very important in
both the teacher and students should realize that the process of revision and the writing process
the process they go through will end up at the as a whole.
final product. Process is not the end; it is the
means toward the end.
The Feedback

The Role of Revision There are a lot of opinions and meanings


concerning on the feedback. Feedback takes a
In the EFL classroom setting, where the time is greater role in the revision phase in the writing
limited and the materials which are so many to process. Students mostly rely on the teachers
be covered, writing as process is seen in the feedback either direct feedback, indirect, oral
process of the revisions. Teachers tend to teach feedback or written feedback or even combination

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Responding To Students Writing

of them. In the following is the explanation of


many experts which relate on the definition and The Feedback Types
basic understanding of feedback.
Merlyn Lewis. Giving Feedback as stated by There are some ways in giving feedback to the
Merilyn Lewis (2002) means telling the students students in order to improve students writing
about their progress they are making as well as composition. Oral feedback and written feedback
guiding them to areas for improvement. But what can be used to assist students learning for
actually happens after teachers receiving a set of improving their writing composition. This study
collective students writing compositions they focuses on the written feedback which is very
even have several questions such as; should I important and essential part in the writing
cross with my pen all the students mistakes? course.
Should I correct those mistakes? Do they learn In the following are some things taken into
something if I have write only some comments? the consideration while teacher is giving
Finally teachers always end up with crossing feedback (Lewis;2002).
the grammatical errors on the students writing 1 Communicative competence which focuses
composition without relating to the content of on the organization as a whole which relates
the writing. to the ideas, content, coherence etc.
Nunan stated about feedback in his Practical 2 Register of the language and general
Language Teaching; feedback should not entail language used.
correcting students writing. So teachers are 3 Range of lexis, syntax and expression.
expected to be more aware beyond the students 4 Accuracy and control of the language
mistakes. Actually by giving feedback to students, including spelling, punctuation and
teachers totally hope to the students that they cohesive devices.
are able to learn what already commented on It can not be ignored that while teachers
their writing works. As a whole the result of the giving the feedback, they also give correction. As
feedback is helping the students to become less quoted from Seamus, in the following are some
dependent learners and helping teachers to be types of feedback which can be done in the
more autonomous. writing process.
Educative Assessment by Wiggins also
emphasizes on feedback in its Providing on a. Correction
Going Feedback; here feedbacks means an Correction always happens and teachers
information about how a person did in alight of with their self integrity would not ignore
what he or she attempted to, feedback also such a mistake or errors; by giving either
evidence that confirms or disconfirms the correction codes or symbols students are
correctness of an action (Wiggins, 46: 1998) expected to correct their uncommon features
In my opinion, feedback is a form of assisting of their works. Some correction codes are in
and scaffolding students in their process of the following.
teaching situation, which
requires intensively
guidance from the teachers WF= Wrong Form WW = Wrong Word Sp = Spelling T = Tense
as the trusted competence
WO = Word =Word Missing P= Punctuation V= Wrong
companion in the Order Verb Form
classroom. And the process
of giving feedback should <>= Join the ?? = I'm not sure NN=Not // = New
bring a situation which ideas, you don't what you want to necessary Paragraph
need a new s ay needed
develops students under- sentence
standing not by giving and
telling what is right and
what is wrong. Correction symbols are in the following can
be a good example for teachers to do in order

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 55


Responding To Students Writing

feedback form in analyzing and evaluating


Symbol Meaning Symbol Meaning
students written productions. But if teachers
S Incorrect Wf Wrong Form have traditional form of classroom situation,
Spelling this will spend much energy and time
consuming, but if it could be done there
W Wrong Word S/f Singular/Plural
Order Wrong would also bring a great positive effect both
on students and teachers.
T Wrong Tense Something has
been left out c. Group Referencing
C Concord (subject [ ] Something is Although written feedback is commonly
and verb do not not necessary used in the teaching writing but there are
agree) PM Meaning is not also different types of feedback which are
clear rarely used by the teachers. Group
NA The usage is
not appropriate conferencing is another type of feedback.
P Punctuation is This kind of feedback happens between
wrong teacher and students. The purpose of giving

to minimize the heavy


burden and responsi- Excellent Good Adequate Inadequate
bility of correcting the
students works. Interest and general
But what actually hap- force of content
pens in today classroom Organization,
learning situation is that development and
teachers even do not coherence of ideas
understand that there are
A clear sense of
several options or audience and
alternative ways in purpose
giving the feedback
codes or the corrections Overall task
achievement
symbols instead of just
circling and ticking the Appropriateness of
uncommon features. So it style and register of
would be better for language used
teachers to start to use Range and
these symbols and complexity of
promote these to the grammatical
students. So the students structures
will not misinterpret Range of vocabulary
teachers red penciling,
circling or even crossing. Accuracy of
grammatical
structures
b. Tick Charts
Another type of giving Accuracy of
feedback is using tick vocabulary
charts. In the following
Use of cohesive
is the sample of tick devices
charts.
If the teachers only have Spelling
several numbers of Punctuation
students up to 15
students in one Effective and
classroom, this tick appropriate layout,
general presentation
charts can be a suitable and handwriting

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Responding To Students Writing

this kind of feedback is that learners are whether or not they have achieved such a
provided with series of explanation and certain goals. In this case there are two types
advice for having a correct writing of written comments, such as direct and
composition. This kind of feedback is very indirect or long comment.
effective and teachers see students mistakes For direct feedback, teacher usually uses
as a whole and general difficulty not as short comment either praising or directing
individual weaknesses. Usually this type of crossing students mistakes in the writing
feedback happens after the session of composition. For indirect one, teachers use
collecting students work over. So in this long comments which later on guide the
phase the teachers optimize their role in students to find themselves the correct
explaining something; which relates to the answers. As Nunan said in Practical English
class misunderstandings, errors, and Language Teaching, feedback should not
mistakes. entail correcting a students writing. In order
to foster independent writers, you can
d. Peer Review provide summary comments that instruct
By giving students questionnaires as the the students to look for the problems and
main guideline to check others works, the correct them on their own.
function of giving this kind of feedback is So instead of adding s or ed on the students
that the learners have a chance to talk each wrong understanding in tenses, a comment
other about the revisions and comments. should be better to have long sentences that
This kind of feedback leads to the learners guide the students to find the answer of their
autonomy and this does not give the teacher problems. This definition that form the short
role as a main leading role in the classroom comment which is mostly just red penciling
but more to the students centered situation. and crossing or adding something on the
Something which has to be reconsidered as students written composition, and long
doing this peer review is that teachers must comment which focuses on the guided
have a self confidence about each students comment which later on the students are
competence because one student will be the expected to correct their own mistakes.
judge of other students works.
g. Taped Commentary
e. Self Monitored This type of feedback refers to the use
This form of feedback refers to the teacher- electronic device. Teachers can record their
student conferencing but in the form of explanation on certain matter that relates to
written interaction between students and the the students writing problem. The use of
teachers. The teacher and students this electronic device spends much money
conferencing means that students are by providing each student a blank cassette
expected to write down what he or she feels and then after teacher seeing students work
failed about, on the other side of the paper the comments are recorded in each cassette.
then the teacher responds and even explains In my opinion, if the teachers are sure about
the issue and gives the paper back to the the competence of having up to date
students. It looks like corresponding process electronic devices and support the students
between students and teachers but still in to do the same thing, this wont consume a
the same topic. This is a long long process, lot of energy by explaining again and again
although this will be quite effective in certain in front of the classroom. This might be an
cases but doing written consultation ideal teaching learning situation where
dialogues require private attention and students and teachers can have time and
comprehension of the students works. This tools in reflecting and evaluating themselves
process can be like teachers-students written using electronic devices.
counseling.
h. Minimal Marking
f. Written Commentary Instead of having different symbols for
This involves writing detailed comments on different types of problems, the idea is that
the problems that exist in the learners teachers write an X in the margin for every
works. The idea is to guide the learners language error in the line. I.e. two errors, two

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 57


Responding To Students Writing

Xs. If the teachers have presented the These comments imply a shared
meaning of the symbols and being the humanity or create a sense of
teachers custom in the classroom, that identification with the student, e.g. I
would be fine but in my opinion this kind of agree with you. Or Interesting point.
minimal marking might be appropriate for c. Describing
advance learners than for beginners. Comments that describe the rhetorical
function of the text, just describe what
the text appears. Example This section
The Written Commentary Feedback seems repetitive.
d. Suggesting
Comments that suggest editorial
This article will in depth discusses the written changes, e.g. You might consider
commentary feedback which relates to the length expanding this idea more.
of the teachers comments and the purpose e. Questioning
behind giving comment. The written commentary Comments that ask something more
feedback on students written works always reasonable not just rhetorical
happens and mostly occurs in the English foreign questioning. E.g. What are the examples
language teaching learning setting, because of of this incident.
the instant and simple things to do. f. Assigning
Based on the works of Russel S. Sprinkle in Comments that assign tasks related to
his article about Written Commentary; A the revision, e.g. Add here some
Systematic, Theory-Based Approach to examples.
Response, some of the experts ideas such as 2. for the Rhetorical Situation the works of
Elaine O. Lees, Richard Straub and Paul Paul Diederich
Diederich are combined in order to find the a. Focus
method of examining and evaluating the Comments that focus on central point, e.g.
teachers written commentary feedback. But this I ask you to narrow broad idea.
article offers the types of the teachers written b. Development and Support
commentary in order to lighten more the teachers Comments that ask students to add
knowledge and refresh their memory hat there supporting devices such as statistics or
are several kinds of teachers written commentary even quotation. E.g. Can you give the
feedback which can be used to assist students accurate statistics on this?
written works. c. Organization
There are three categories which support Comments that address the students
each type of the written commentary feedback; works or essays organization, such as
the first is the Revision Responsibility which Please consider to put a narrative in the
strongly suggests and asks the students to do introduction.
revisions. Secondly, the Rhetorical Situation d. Mechanics
category which focuses on the use of questions Comments that refer to the punctuation,
that involves students reconsideration of using spelling, grammar, capitalization etc.
certain features but significantly noted that these Please put the semicolon instead of period.
questions do not require a specific answer. The e. Audience Awareness
last one is the Degree Control category which the Comments that attend to the exigency,
teachers as the reader and editor of the students the purpose or the rhetorical context of
works has a great power for controlling over the the writing, e.g. This might come across a
students works (but still maintains its bit antagonistic o your audience.
originality) in order to produce a better result. 3. for the Degrees of Control the works of
1. for the Revision Responsibility the works Richard Straub and Andrea Lunsford
of Elaine O. Lees a. Correction
a. Correcting Comments that indicate the mechanical
This kind of comment refers to the errors so editing is much required here.
students mechanical errors, minimal b. Commands
marking and also correction symbols are Comments that tell the readers what to
also included in this category. do, for example Explain about this step.
b. Emoting c. Qualified Evaluation

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Responding To Students Writing

Comments that use qualifiers to temper the ideas of the students from the beginning until
the authority of the teacher and imply developing them and emphasize the usage of
less control, for example This seems too revision process. The revision process of a topic
general. in students writing composition is very helpful
d. Advice/ Suggestion to identify the students progress. The written
Comments that address editorial commentary feedback which focuses on the
changes, e.g. My suggestion is stick to content is very essential to see each individual
your original audience. learners progress.
e. Reader Response So this article has offered a new way of
Comments that reflect an understanding responding the students writing composition by
of the writers purpose or emotional first, using written codes for technical such as
involvement in the text. For example, I grammar and punctuation mistakes. Second, by
can tell you how strong you feel about this emphasizing the content in commenting
issue. students writing composition can bring such a
f. Questions closer and attentive atmosphere between the
Comments that ask real questions teachers and the students.
instead of the rhetorical ones. E.g. Are
you sure about your saying?
In my opinion by combining or choosing one Reference
of those experts opinion in writing above,
teachers are expected to do the written Atali, Yiggal. Exploring the feedback and revision
commentary feedback in the revision process features,article in www.feedbackinelt.com
Creswell. (2005). Educational research. Pearson
more communicatively. In spite of correcting the
Merri Second Edition
technical mistakes such as grammar and
Connors, Robert. Teachers rhetorical comments on
punctuation, teachers have to see more closely student papers. An Article in
and attentively to the content of the students www.howtorespondwriting.com
writing composition. By giving written Dunsford, Deborah. 2006. The influence of teacher
commentary feedback in the form of correction comment on student writing assignments.
codes in grammar or punctuation mistakes, NACTA Journal
teachers may have a lot of time focusing Gebhard, Jerry. Teaching english as a foreign or
themselves in exploring and understanding second language. a teacher self-development
students ideas. And yet the usage of correction and methodology guide. The University of
codes can be creative and free as long as there is Michigan Press
a commitment or rule of coding between teachers Hayland, Ken. (2003). Second language writing.
and students. The written commentary feedback Cambridge University Press
can be the form of negotiating the meaning or the Hayland, Ken. (2002). Teaching and rsearching
content of the writing. By focusing to the content writing. Pearson Education
of the students writing composition, teachers Lewis, Marilyn. (2002). Giving feedback in
works more attentively by individualizing the language classes. RELC Portfolio Series 1
learners competence and teachers can easily find Published by SEAMEO Regional
out the students creative ideas and critical Language Centre
thinking. Nunan, David. (1991).Practical language teaching and
language teaching methodology.
London:Prentice Hall International (UK)Ltd.
Revision (Hayes and Flower, 1980; Hayes, 1996;
Conclusion Bereiter and Scardamalia, 1987;
Butterfield, Hacker and Albertson, 1996;
Teachers so far have been blinded by the wrong Kasia Kientliska and Rosane Silveira,
cultural instructions about how to teach writing. Lnguagem and Ensino, Vol 2, No.2. 1999
An instruction that always happens in the Russel S. Sprinkle; Written commentary; a
classroom setting is asking the students to do systematic, theory- based approach to
the writing with specific topics or even title that response. An Article in
refers to the writing as a product. It would be www.teachersfeedback.elt.com
better to have broader topic and let the students Sommers, Nancy, Responding to students writing.
minimalize the topics they want to write. An Article in www.responding
Teachers as the powerful persons in the studentswriting.com. Dikunjungi
classroom have the right to encourage and guide Februari 2008

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 59


Opini
Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

Julianta Manalu*)

Abstrak
uis atau ujian secara online membantu peserta didik, sehingga tidak kewalahan untuk

K menghitamkan lembar jawaban. Pertanyaan-pertanyaan menggunakan gambar atau tidak,


dapat terlihat dengan jelas. Setelah pelaksanaan kuis atau ujian, guru tidak lagi kewalahan
membuat laporan nilai. Peserta didik yang belum tuntas ujian, dapat melakukan remedial
ujian kapan saja. Quiz Creator adalah salah satu perangkat lunak membuat kuis atau ujian secara
online. Menggunakan Quiz Creator membuat kuis dan membangun database untuk menampung
hasil ujian tidaklah rumit.

Kata Kunci: Quiz Creator, online, komputer, kurikulum.

Quiz or test online facilitates the students to complete the quiz without using any paper or blackening
the answer sheet. The test items with or without pictures can be also presented more clearly. After
conducting the quiz or the test, the teacher do not need to asses and make a report as the result of
the quiz. The students who can not complete the test successfully can do for remedial test any time.
This article discusses how Quiz Creator as a software can be developed for on-line quiz or test. It is
strongly recommended the schools to apply Quiz Creator as it is not complicated and has a lot of
benefits.

Sekarang banyak tersedia paket-paket program


Pendahuluan untuk membantu di dalam bidang pendidikan.
Metode belajar dengan menggunakan komputer
Sekarang kita hidup di dalam dunia yang sedang cukup efektif bagi anak-anak, karena cukup
mengalami proses revolusi penerapan teknologi menarik.
komputer yang disebut (computerization) Paradigma pendidikan berbasis
komputerisasi. Komputerisasi tidak hanya kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan
mempengaruhi seseorang secara pribadi, tetapi pengujian, menekankan pada standar atau hasil
juga mempengaruhi keluarga, masyarakat, (Wilson, 2001). Proses pembelajaran
organisasi-organisasi dan hampir semua di dilaksanakan dengan mengajar, sedangkan
dunia tidak terlewatkan untuk tidak disentuh tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta
oleh komputerisasi. Tampaknya komputerisasi didik dapat dilihat pada hasil penilaian, yang
telah menjamah segala bidang. Komputer sudah mencakup ujian, tugas-tugas dan pengamatan.
masuk di dalam dunia pendidikan. Bahkan Dalam penulisan artikel ini akan dibahas
murid-murid sekolah taman kanak-kanak di BPK permasalahan seperti:
PENABUR sudah menggunakan komputer 1. Penggunaan aplikasi pembuat kuis online
sebagai alat bantu dalam proses belajar. dengan mudah.

*) Guru SMPK 1 dan SMAK 2 BPK PENABUR Jakarta

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

2. Pembuatan basis data untuk menampung objektif, dan bisa dikoreksi dengan
hasil tes dan pembuatan program untuk komputer. Namum membuat butir soal
menghubungan aplikasi kuis online dengan pilihan ganda yang berkualitas baik cukup
basis data yang telah ada. sulit, dan kelemahan lain adalah peluang
Tujuan penulisan artikel ini adalah kerja sama antar peserta tes sangat besar.
membantu guru-guru di sekolah BPK PENABUR Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk
yang telah mengerti penggunaan komputer , ujian yang melibatkan banyak peserta didik
untuk menggunakan QuizCreator dalam dan waktu untuk koreksi relative singkat.
membuat kuis online dengan mudah. 2. Uraian objektif : bentuk ini cocok untuk mata
pelajaran yang batasnya jelas seperti
Matematika dan IPA (Fisika, Kimia, dan
Konsep-Konsep Sistem Penilaian Biologi). Agar hasil penskorannya objektif
diperlukan pedoman penskoran objektif,
Konsep Pengujian yang berarti bila pemeriksaan terhadap
Ada empat istilah yang terkait dengan konsep lembar jawaban akan sama walau diperiksa
pengujian dan yang sering digunakan untuk oleh orang yang berbeda asal mereka
mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, memiliki latar pendidikan sesuai dengan
yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan mata ujian.
evaluasi. Pengukuran menurut Guilford (1982) 3. Uraian non-objektif/uraian bebas: Bentuk
adalah proses penetapan angka terhadap suatu ini cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu
gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran sosial. Walau hasil penskoran cenderung
dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah subjektif, namun bila disediakan pedoman
seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan
benar atau salah. Nontes berisi pertanyaan atau dapat lebih objektif.
pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar 4. Jawaban singkat atau isian singkat: Bentuk
atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui
kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi tingkat pengetahuan dan pemahaman
sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta peserta didik. Jumlah materi yang diuji bisa
didik diminta menjawab atau memberikan banyak namun tingkat berpikir cenderung
pendapat terhadap pernyataan. Inventori rendah.
merupakan instrumen yang berisi tentang 5. Menjodohkan: Bentuk ini cocok untuk
laporan diri yaitu keadaan peserta didik, mengukur kemampuan seseorang dalam
misalnya potensi peserta didik. Pengukuran melakukan tugas tertentu, seperti praktek di
pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau laboratorium.
kualitatif.
Jenis Tagihan
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai
Bentuk Tes
dasar penentuan tingkat keberhasilan peserta
Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat
didik dalam penguasaan kompetensi dasar yang
dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan diajarkan diperlukan adanya berbagai jenis
tes nonobjektif. Objektif di sini dilihat dari sistem tagihan. Jenis tagihan yang dapat dipakai antara
penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa lain:
lembar jawaban tes akan menghasilkan skor 1. Kuis : Waktu yang diperlukan relatif singkat
yang sama. Tes nonobjektif adalah tes yang kurang lebih 15 menit dan hanya
sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi menanyakan hal-hal yang prinsip.
skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa 2. Ulangan harian : dilakukan secara periodik
tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya misalnya setelah satu atau dua kompetensi
objektif, sedang tes nonobjektif sistem dasar selesai.
penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas 3. Ulangan blok: bentuk soal dapat berupa
pemberi skor. pilihan ganda, campuran uraian dan
Ada beberapa bentuk tes yang dipakai pilihan ganda atau uraian semua.
dalam sistem penilaian, antara lain : 4. Pertanyaan lisan
1. Pilihan ganda : bentuk ini bisa mencakup 5. Tugas individu
banyak materi pelajaran, penskorannya 6. Tugas kelompok

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 61


Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

7. Laporan kerja praktik diperlukan alat penilaian dan cara pengolahan


8. Ujian praktik informasi yang diperoleh. Kuis online
merupakan salah satu alat penilaian dan cara
Analisis hasil tes pengolahan informasi yang efesien.
Ujian yang diselenggarakan oleh guru Saat ini banyak aplikasi perangkat lunak yang
mempunyai banyak kegunaan, baik bagi pihak dapat dipergunakan untuk membuat kuis online,
peserta didik, sekolah ataupun bagi guru sendiri. QuizCreator merupakan salah satu perangkat
Bagi peserta didik berguna untuk mengetahui lunak untuk membuat kuis online yang bisa
apakah ia sudah menguasai bahan yang diperoleh dengan mengundu (men-download)
disajikan oleh guru. Bagi guru, hasil tes dapat dari situs internet www.sameshow.com. Setelah
dipergunakan keberhasilan kegiatan belajar dan aplikasi QuisCreator diundu (di-download), perlu
membelajarkan dan mengetahui bagian yang dilakukan instalasi sehingga dapat dipergu-
belum dikuasai, atau menjadi diagnosis bagi nakan untuk membuat kuis. Aplikasi QuizCreator
peserta didik. memiliki fasilitas-fasilitas dalam membuat kuis
atau ujian secara online, antara lain:
2.5. Batas Kelulusan 1. Fasilitas Add Question
Penentuan kelulusan harus memperhatikan dua Gambar 1 di bawahini adalah gambar fasilitas
ranah, yaitu kognitif dan psikomotor. Batas lulus Add Question yang berguna untuk memasukkan
mata pelajaran 70% berarti peserta didik daftar pertanyaan beserta jawabannya dalam

mengusai 70% dari bahan yang diajarkan. Batas ujian. Dalam fasilitas ini terdapat bentuk-bentuk
kelulusan itu dapat berubah sesuai dengan mutu tes seperti True/False (pertanyaan benar salah),
yang dikehendaki. Bila mengacu pada prinsip Multiple Choice (pilihan ganda), Fill in the Blank
belajar tuntas (mastery learning), secara ideal (mengisi titik-titik), Matching (menjodohkan),
hasil belajar yang dikehendaki ialah 90:90:90 Sequence (Mengurutkan), Click Map (Memilih
artinya 90% dari semua peserta didik menguasai bagian pada gambar) dan Short Essay (uraian).
90% bahan ajar dalam waktu 90% dari waktu
yang disediakan. Termasuk keberhasilan metode Sebagai tampilan kuis online yang dijalankan
yang dipergunakan. Dengan demikian kualitas pada internet explorer, dapat dilihat pada gambar
proses dan hasil belajar dan membelajarkan 2. Soal ini menggunakan gambar dalam
dapat ditingkatkan secara terus menerus. pertanyaan, gambar dapat diperjelas dengan
Sedangkan dengan mengamati hasil tes, sekolah cara meng-klik pada gambar.
dapat mengetahui kualitas suatu sekolah untuk
masing-masing bidang studi/mata pelajaran.
Basis Data untuk Menyimpan
Hasil Kuis Online
Quiz Creator untuk Kuis Online
Ujian yang diselenggarakan oleh guru
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
mempunyai banyak kegunaan, baik bagi pihak
untuk memperoleh, menganalisis, dan peserta didik, sekolah ataupun bagi guru sendiri.
menafsirkan data tentang proses dan hasil Bagi peserta didik berguna untuk mengetahui
belajar peserta didik yang dilakukan secara apakah ia sudah menguasai bahan yang
sistematis dan berkesinambungan, sehingga disajikan oleh guru, mengetahui bagian yang
menjadi informasi yang bermakna dalam belum dikuasai, atau menjadi diagnosis bagi
pengambilan keputusan. Perumusan kegiatan peserta didik. Sedangkan bagi guru berguna
penilaian perlu disesuaikan dengan indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta
yang akan dicapai. Dalam proses penilaian didiknya, mengetahui bahan yang perlu di

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

remedial dan untuk mengetahui tingkat sebuah file dan bisa diperoleh dengan
keberhasilan guru dalam mengajar. Aplikasi mendownload file PHPTriad2-21.exe dari
QuizCreator berguna untuk membuat kuis online internet. Setelah file PHPTriad 2-21.exe
yang berbentuk animasi menarik. Sedangkan didownload, lakukan instalasi program.
untuk menampung hasil kuis diperlukan
database, sehingga hasil kuis nantinya dapat
dianalisis, dimanfaatkan dan dilaporkan. Menggunakan Hasil Kuis
Pembuatan basis data untuk menyimpan hasil
kuis online, digunakan aplikasi mySQL. MySQl Mengumpulkan data atau informasi merupakan
merupakan aplikasi database yang dapat bekerja tahap awal dalam penilaian. Tahap berikutnya
di jaringan komputer dan memiliki kemampuan adalah memahami data atau informasi dari hasil
menampung data tanpa batas. Database penilaian merupakan kunci keberhasilan dalam
merupakan basis data yang terdiri dari file atau penggunaan data atau informasi untuk
table. Database yang diperlukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran (Ella,
menampung hasil kuis terdiri dari 2 (dua) table Kurikulum dan Pembelajaran,2004:99). Suatu
yaitu table admin dan table Quiz. Database ini proses akan mencapai tujuan yang baik bila
dibangun dengan program mySQL. Database dalam langkah awalnya baik juga. Hasil
dapat dibuat dengan menggunakan program pembelajaran perlu didokumentasikan dengan
PHP atau dengan cara manual. Agar PHP dan mencakup pencapaian hasil belajar peserta
mySql dapat beroperasi diperlukan program didik, pencapaian tujuan pembelajaran, dan
Apache Server. Saat ini telah ada Apache Server, saran-saran perbaikan kurikulum. Untuk
PHP dan mySQL yang dipaketkan menjadi dokumentasi hasil tes atau kuis online diperlukan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 63


Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

basis data yang dapat menampung hasil ujian Hasil kuis atau ujian yang ditampung dalam data
tersebut. Quiz Creator telah menyediakan base dapat dimanfaatkan untuk bahan analisis
fasilitas untuk menampung hasil kuis, akan ujian dan laporan guru untuk administrasi
tetapi ini dirasakan kurang efektif dalam sekolah.
melakukan analisis yang sesuai dengan Penggunaan kuis online dalam pengujian
kebutuhan guru bidang studi. Untuk mengatasi dirasakan memiliki beberapa manfaat, antara
hal ini perlu dibuat basis data yang menampung lain:
hasil kuis dan kemudian secara langsung diolah 1. Paperless atau tidak menggunakan kertas
menghasilkan informasi kemampuan anak dalam ujian, baik untuk lembar soal atau
terhadap materi pelajaran atau kompetensi yang lembar jawaban. Hal ini dirasakan akan
telah diujikan. mengurangi beban sekolah dalam penye-
Hasil kuis atau ujian yang disimpan dalam diaan kertas.
data base atau basis data dapat dimanfaatkan 2. Cheaper atau lebih murah, karena kuis online
sebagai laporan kemajuan pembelajaran. Dalam menggunakan jaringan komputer sebagai
penerapan kuis online yang menggunakan media ujian sehingga sekolah tidak perlu
komputer sebagai alat bantu dalam ujian akan mengeluarkan biaya untuk penggandaan
memberikan pernyataan dan nilai yang soal ujian.
diperoleh secara langsung kepada peserta ujian. 3. Easier atau lebih mudah dalam pengerjaan,
Sehingga peserta ujian tidak perlu menunggu siswa tidak disusahkan dalam membulat-
lama untuk dapat mengetahui hasil ujiannya, kan atau menghitamkan jawaban, siswa
dengan pernyataan yang ditampilkan setelah hanya menggunakan mouse sebagai alat
ujian akan membantu dan menjadi motivasi bagi untuk memilih jawaban. Terkadang dalam
siswa yang kurang mampu dalam kompetensi pemeriksaan lembar jawaban komputer
ataupun yang telah tuntas, pada gambar 3 (LJK) yang diisi oleh siswa sering tidak
ditampilkan pernyataan untuk peserta ujian dapat dibaca oleh scanner karena bulatan
yang belum tuntas atau belum mencapai nilai pada LJK salah menggunakan alat tulis atau
batas minimum yang telah ditetapkan, kurang hitam. Lebih mudah dalam
sedangkan pada gambar 4 ditampilkan pembuatan soal karena dalam QuizCreator
pernyataan untuk peserta ujian yang telah telah ada fasilitas untuk membuat
berhasil melewati batas ketuntasan minimum. bermacam bentuk tes.

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Penerapan Kuis Online di Sekolah BPK PENABUR

4. Valid, dengan menggunakan kuis online dapat mengoperasikannya.


pemeriksaan hasil ujian dilakukan oleh Disarankan agar guru-guru di sekolah BPK
komputer sehingga kesalahan manusia PENABUR dapat mempraktikkan pemanfaatan
(human error) pada saat memeriksa jawaban QuizCreator ini untuk pembuatan kuis atau ujian.
dapat dihindari. Selain itu soal-soal pada Apabila guru merasa kesulitan dapat dibantu
setiap komputer ditampilkan secara acak oleh guru-guru komputer yang ada di sekolah
sehingga dapat mengurangi kecurangan- masing-masing. Hal ini berarti, setiap sekolah
kecurangan dalam ujian. Soal-soal yang seharusnya menyediakan perangkat komputer
digunakan dalam kuis online tidak ada lagi yang jumlahnya memadai.
yang kurang jelas karena salah pencetakan.
5. Hemat Waktu, dalam membuat laporan
hasil ujian guru mata pelajaran tidak Daftar Pustaka
direpotkan dengan membuat analisis soal
untuk menentukan tingkat kesulitan soal, Aziz, M.Farid. (2001). Belajar sendiri pemograman
analisis hasil ujian, dan laporan nilai. PHP 4. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Gofur, Abdul dan Mardap, Djemari. (2004).
Kesimpulan dan Saran Pedoman umum pengembangan penilaian.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Pemanfaatan Quiz Creator dalam membuat kuis Nasional
atau ujian akan menghasilkan program kuis Sadiman,SPd. (2007). Teknologi informasi dan
online yang menarik untuk peserta didik. komunikasi untuk SMA kelas X. Jakarta:
Sehingga peserta didik tidak merasa jenuh saat Penerbit Erlangga
menghadapi ujian. Selain itu, guru dengan www.sameshow.com
mudah dapat membuat administrasi penilaian Yulaelawati, Ella.(2004). Kurikulum dan
peserta didik. Akan tetapi Quiz Creator baru dapat pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya
dimanfaatkan apabila di sekolah terdapat
perangkat komputer dan guru serta peserta didik

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 65


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan
Opini

Peningkatan Kualifikasi Guru


dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

Yusufhadi Miarso*)

Abstrak
engacu pada teori dan ketentuan peraturan perundang-undangan, tulisan ini membahas

M tentang mutu pendidikan pada umumnya dan mutu pendidikan di Indonesia pada
khususnya. Dari antara berbagai faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, mutu guru
dan proses pembelajaran dianggap merupakan hal yang perlu diperhatikan. Secara khusus
tulisan ini menunjukkan betapa perlunya meningkatkan kemampuan pedagogik dan
kemampuan profesional guru dengan menerapkan teknologi pendidikan sebagai proses, produk,
dan sistem. Dengan menerapkan teknologi pendidikan, guru diyakini mampu menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, interaktif, efektif dan menyenangkan.

Kata kunci: Mutu pendidikan, mutu guru, standar proses pembelajaran, pembelajaran efektif,
teknologi pendidikan.

Based on the theoretical references and legal documents, this article discusses the educational quality in
general and in Indonesia in particular. Among a number of factors influencing the educational quality , the
teachers quality and instructional process standard are considered important to be examined. Both pedagogic
competence and professional competence determine the teachers performance quality in instructional process.
This article convinces that the application of educational technology as a process, product, and a system with
its approaches can improve the teachers competences and can assist them to plan, organize, and create active,
innovative, interactive, effective, and joyful instruction.

mutu pendidikan nasional. Untuk dapat


Pendahuluan melaksanakan fungsinya dengan baik, guru
wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha di antaranya adalah kompetensi. Syarat
peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru kompetensi tersebut ditinjau dari perspektif
sebagai agen pembelajaran dituntut untuk administratif, ditunjukkan dengan adanya
mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sertifikat. Namun dalam perspektif teknologi
dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pendidikan kompetensi tersebut ditunjukkan
pembangunan pendidikan. Guru mempunyai secara fungsional, yaitu kemampuannya
fungsi dan peran yang sangat strategis dalam mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran.
pembangunan bidang pendidikan, dan oleh Bertolak dari ketentuan perundangan (PP
karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun Pendidikan), dapat dikatakan bahwa mutu
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 pendidikan nasional dapat terwujud bila ke
menyiratkan bahwa guru sebagai agen delapan standar minimal, yaitu standar isi,
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan standar proses, standar kompetensi lulusan,

*) Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

standar pendidikan dan tenaga kependidikan, menunjang belajar dan pembelajaran, serta (6)
standar sarana dan prasarana, standar kurikulum dan pembelajaran (http://
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar www.nea.org/schoolquality/index.html)
penilaian pendidikan dapat dipenuhi. Menurut Hoy, et al. (2000), yang dimaksud
Mengingat bahwa hakekat teknologi pendidikan dengan mutu pendidikan adalah suatu evaluasi
adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah atas proses mendidik yang dapat meningkatkan
dalam pendidikan, maka makalah ini akan lebih kebutuhan untuk mengembangkan dan
banyak menyoroti standar proses. membina bakat dari peserta didik, proses
Peningkatan mutu pendidikan dalam era pendidikan itu sendiri, dan bersamaan dengan
pembangunan yang bersifat global, mau tidak itu memenuhi standar akuntabilitas yang
mau kita harus mempertimbangkan hasil kajian ditetapkan oleh mereka yang bertanggung jawab
empirik di negara maju sebagai masukan dalam membiayai dan menerima lulusan pendidikan.
menentukan mutu pendidikan, sebab kalau Pendapat tersebut memperkuat pendapat bahwa
tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia ke tiga pihak yang berkepentingan perlu
akan terpuruk dalam percaturan global. merumuskan kesepakatan bersama.
Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, Secara umum mutu pendidikan dapat
dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh dikatakan gambaran mengenai baik-buruknya
mutu sumber daya manusianya, bukan hasil yang dicapai oleh siswa dalam proses
ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber pendidikan yang dilaksanakan. Lembaga
daya manusia yang bermutu tidak ada begitu pendidikan dianggap bermutu bila berhasil
saja, tetapi harus melalui suatu proses mengubah tingkah laku anak-didik dikaitkan
pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi. dengan tujuannya pendidikannya. Mutu
Para pemimpin negara dan masyarakat pendidikan sebagai sistem selanjutnya
seringkali tidak menyadari bahwa pendidikan tergantung pada mutu komponen yang
yang bermutu menjadi fundamen dari membentuk sistem, serta proses yang
pembangunan ekonomi. Sumber daya manusia berlangsung hingga membuahkan hasil.
yang terdidik dengan baik akan mampu Konsep mutu pendidikan, menurut
berkarya; karya tersebut menghasilkan produk pendapat penulis, mengandung lima rujukan,
dan/atau jasa yang dapat dijual dan karena itu yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi
dapat diperoleh penghasilan yang layak; dan produktivitas1. Yang merupakan ciri dari
penghasilan dapat dibelanjakan untuk membeli kesesuaian ini antara lain adalah sepadan
produk atau jasa lain; dengan pembelajaan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan
penghasilan dan meningkatnya produk dan/ aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok
atau jasa maka ekonomi akan berkembang. dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan
kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan
zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan/
atau nilai baru dalam pendidikan. Kesesuaian
Kualitas Pendidikan mengandung ciri adanya: (1) kesepadanan
dengan karakteristik peserta didik perorangan
Secara konseptual mutu pendidikan diartikan maupun kelompok, yaitu aspek-aspek atau
secara beragam, tergantung pada situasi dan kualitas seperti bakat, motivasi, dan kemampuan
lingkungan. Asosiasi Pendidikan Nasional yang telah dimiliki oleh peserta didik; (2)
Amerika Serikat (National Education Association keserasian dengan aspirasi perorangan maupun
of the United State) merumuskan enam kunci masyarakat; (3) kecocokan dengan kebutuhan
untuk keunggulan (keys to exellence) yang masyarakat baik yang sifatnya normatif,
dijabarkan lebih lanjut menjadi 35 indikator proyektif, ekspresif, maupun komparatif; (4)
kualitas satuan pendidikan (indicators of a quality kesesuaian dengan kondisi lingkungan, yang
school). Keenam kunci keunggulan tersebut dapat meliputi budaya, sosial, politik, ekonomi,
adalah: (1) pemahaman bersama dan komitmen teknologi, dan wilayah; (5) keselarasan dengan
terhadap tujuan yang tinggi, (2) komunikasi tuntutan zaman yaitu misalnya untuk belajar
terbuka dan kolaborasi dalam memecahkan lebih banyak, lebih cepat, dan terus menerus
masalah, (3) penilaian belajar dan pembelajaran sepanjang hayat; (6) ketepatan dengan teori,
secara terus menerus, (4) belajar pribadi dan prinsip dan/atau nilai baru dalam bidang
profesional, (5) sumber-sumber untuk pendidikan, yaitu misalnya belajar menyelidik

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 67


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

(inquiry learning), belajar memecahkan masalah, kat tenaga pendidik yang digaji secara tetap; (4)
belajar mandiri, belajar penguasaan, belajar mempertimbangkan berbagai faktor internal
struktur bidang studi dan lain sebagainya. maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun
Pendidikan yang bermutu juga harus alternatif tindakan dan kemudian memilih
mempunyai daya tarik yang kuat, meliputi di tindakan yang paling menguntungkan.
antaranya: (1) sarana pendidikan yang tersebar Produktivitas kegiatan pendidikan berarti
dan karena itu mudah dicapai dan diikuti; (2) bahwa proses dan hasilnya bertambah. Proses
isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah yang bertambah karena secara konseptual siapa
diolah sedemikian rupa; (3) kesempatan yang saja, kapan saja dan dimana saja dapat
tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada mengakses pelajaran. Hasil yang bertambah,
setiap saat diperlukan; (4) pesan yang diberikan (lulusan, karya tulis, penelitian), dapat diperoleh
pada saat dan peristiwa yang tepat (just-in-time tanpa harus menambah jumlah masukan
= JIT, bukan just-in-case = JIC = sekiranya (misalnya tambahan biaya), atau tanpa
diperlukan); (5) keterandalan (accountability) pertambahan masukan namun dengan hasil
yang tinggi, terutama karena kinerja (performance) yang lebih banyak; atau dengan tambahan
lembaga dan lulusannya yang menonjol; (6) masukan sedikit tetapi pertambahan hasilnya
keanekaragaman sumber, baik yang dengan lebih besar; atau pertambahan masukan yang
sengaja dikembangkan maupun yang sudah banyak dengan hasil yang jauh lebih banyak
tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan lagi.
untuk kepentingan belajar; dan (7) suasana yang Dalam prinsip ekonomi diketahui bahwa
akrab, hangat, dan merangsang. hubungan antara mutu dan biaya tidak selalu
Efektivitas pendidikan seringkali diukur berjalan secara linear. Peningkatan biaya sedikit
dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula dengan pendekatan baru dan/atau efisiensi
diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola dapat meningkatkan mutu atau produktivitas.
suatu situasi (doing the right things). Pengertian Demikian pula investasi awal yang memerlukan
ini mengandung ciri: (1) bersistem (sistematik), biaya tinggi dapat menyebabkan perbaikan mutu
yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan yang relatif murah dalam jangka panjang.
melalui tahap perencanaan, pengembangan, Sebaliknya, biaya yang tinggi tidak menjamin
pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan; mutu yang baik. Sedangkan mutu yang baik
(2) sensitif terhadap kebutuhan akan tugas selalu memerlukan biaya yang tidak murah.
belajar dan kebutuhan pemelajar; (3) kejelasan Sekarang ini sedang terjadi gejala komersialisasi
akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun pendidikan, dengan orientasi yang berlawanan.
usaha untuk mencapainya; dan (4) bertolak dari Di satu pihak menawarkan pendidikan yang
kemampuan atau kekuatan mereka yang mudah dan murah dengan menjual ijazah.
bersangkutan (peserta didik, pendidik, Sedangkan di pihak lain menawarkan biaya
masyarakat dan pemerintah). yang tinggi dengan sarana yang mewah dan
Efisiensi pendidikan dapat diartikan berkiblat internasional.
sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan Menurut pendapat Deming (Jenkins, 1996)
tenaga yang digunakan dengan hasil yang pendidikan merupakan suatu sistem dengan
diperoleh atau disebut pula sebagai doing the tujuh komponen yang harus ada dan saling
things right (mengerjakan sesuatu dengan benar). berkaitan. Ke tujuh komponen tersebut adalah:
Ciri yang terkandung meliputi: (1) merancang (1) tujuan (aims); (2) pelanggan (customers); (3)
kegiatan pembelajaran berdasarkan model yang persediaan (supplies); (4) masukan (input); (5)
mengacu pada kepentingan, kebutuhan dan proses; (6) keluaran (output); dan (7) ukuran
kondisi peserta didik; (2) pengorganisasian kualitas (quality measurement). Deming
kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan
seperti misalnya lingkungan atau latar yang adalah meningkatkan hal-hal yang positif,
diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber mengurangi hal-hal yang negatif sehingga setiap
daya dengan pembagian tugas seimbang, dan peserta didik bergairah untuk belajar. Yang
pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber dimaksudkan dengan pelanggan adalah para
belajar sesuai keperluan; (3) usaha inovatif yang peserta didik terutama yang menjadi subyek
merupakan penghematan, seperti misalnya pem- dalam program wajib belajar, meskipun
belajaran jarak-jauh, pembelajaran terbuka termasuk pula peserta didik lain seperti peserta
tanpa harus membangun gedung dan mengang- didik dan warga belajar dewasa.

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

Yang dimaksudkan dengan persediaan adalah tatalaksana); kedua adalah peserta didik yang
anak usia prasatuan pendidikan yang sudah memperoleh manfaat dari pendidikan; dan ketiga
memperoleh pendidikan dari orangtua, media, adalah masyarakat, termasuk orangtua, yang
gereja (tempat ibadah), dan tempat bermain. memperoleh manfaat dari tersedianya lulusan
Masukan meliputi di antaranya peraturan, atau hasil dari proses pendidikan. Ketiga sudut
anggaran, kurikulum, dan kebutuhan akan pandang ini ada kemungkinan berbeda dalam
tenaga kerja. Proses merupakan kunci untuk mengartikan mutu proses pendidikan.
menghasilkan mutu; proses ini merupakan Ditinjau dari sudut pandang proses
usaha mengkoordinasikan desain dari tiap pendidikan, yang dimaksud dengan kualitas
komponen yang lain. Keluaran bukan hanya memiliki pengertian sesuai dengan makna yang
mereka yang lulus satuan pendidikan dan dapat terkandung dalam siklus proses pendidikan
meneruskan ke jenjang perguruan tinggi, tersebut. Secara ringkas dapat disebutkan
melainkan juga termasuk putus satuan beberapa kata kunci pengertian kualitas, yaitu:
pendidikan, ukuran kualitas tidak hanya sesuai standar (fitness to standard), sesuai
dilakukan oleh satuan pendidikan melainkan penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use),
juga oleh pelanggan dan para pemangku sesuai perkembangan kebutuhan terakhir (fitness
kepentingan (stakeholders). to latest requirements), dan sesuai lingkungan
Konsep tentang mutu pendidikan dengan global (fitness to global environmental requirements).
demikian juga diartikan secara berbeda-beda, Adapun yang dimaksud kualitas sesuai dengan
tergantung pada situasi, kondisi dan sudut standar, yaitu jika salah satu aspek dalam
pandang. Pada awal kemerdekaan dahulu, pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan
adanya kesempatan satuan pendidikan bagi standar yang telah ditetapkan. Pengertian
kebanyakan warga sudah dianggap sesuatu kualitas sesuai dengan penggunaan pasar/
yang bermutu, karena sebelumnya kesempatan pelanggan (stakeholders), jika apa yang
itu tidak ada atau sangat terbatas. Sekarang ini, dihasilkan sudah sesuai dengan pelanggan
sesuai dengan perkembangan budaya dan pada saat melakukan transaksi. Di dalam
teknologi, pendidikan atau pembelajaran yang pendidikan, pelanggan mencakup pihak-
tidak memberikan kesempatan mengenal dan pihak yang lebih luas termasuk siswa, orang tua,
memanfaatkan teknologi informasi, dianggap masyarakat, pemerintah, dan pemerintah
kurang bermutu. daerah. Kualitas sesuai dengan perkembangan
Perbedaan sudut pandang didasarkan pada kebutuhan berarti bahwa output pendidikan
pendapat bahwa dalam proses pendidikan ada yang dihasilkan benar-benar langsung diminati
tiga unsur yang berkepentingan. Yang pertama oleh konsumen (dalam hal ini stakeholders).
adalah pemerintah dan/atau yayasan bagi Kualitas sesuai lingkungan global mengandung
pendidikan swasta yang menentukan aturan arti bahwa konsep ini menghasilkan output
pengelolaan (termasuk anggaran dan pendidikan yang mampu melestarikan sumber

Lingkungan

Standa Standar Pendidik Standar


Isi dan Tenaga Sarana dan
Kependidikan prasarana

Peserta Standar Dampak


Didik Standar Proses Pembelajaran Kompetensi
Lulusan

Standar Standar Standar


Pembiayaan Pengelolaan Penilaian

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 69


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

daya alam sehingga lingkungan terjaga dari hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu, dan
kerusakan. merupakan instrumen untuk menghadapi
Kualitas pendidikan sebagai sistem tuntutan dan tantangan lingkungan yang
selanjutnya tergantung pada kualitas komponen kompleks. Setiap individu harus berpartisipasi
yang membentuk sistem, serta proses yang di dalam beberapa rangkaian aktivitas dalam
berlangsung hingga membuahkan hasil. Secara lingkungannya yang berbeda. Jelas bahwa untuk
umum dapat dikatakan kualitas pendidikan bekerja dengan baik dan berhasil seseorang
adalah kesesuaian dengan standar yang membutuhkan kompetensi dari ranah yang
ditentukan. Keseluruhan komponen dan berbeda atau kompetensi dasar tertentu yang
standar tersebut dapat digambarkan seperti di berbeda pula. Namun demikian, fokus terletak
atas. Gambar ini sekaligus merupakan pada kompetensi yang dianggap sebagai
representasi dari Standar Nasional Pendidikan instrumen untuk mengatasi tuntutan sosial dan
seperti ditetapkan dalam PP No. 19 Tahun 2005. individual yang cukup penting di dalam konteks
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa spektrum yang lebih luas. Dengan demikian,
standar kualitas yang harus dipenuhi oleh guru kompetensi bertujuan untuk menghasilkan
sebagai pendidik adalah memenuhi ketentuan seseorang yang mampu melangkah dan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, berpatisipasi secara efektif dalam bidang sosial,
Standar Isi dan Standar Proses Pembelajaran. seperti sektor ekonomi, kehidupan politik,
hubungan sosial dan keluarga, hubungan
interpersonal yang bersifat pribadi dan
Kualitas Guru hubungan masyarakat, dan bidang kesehatan.
Ini berarti bahwa kompetensi bukan hanya
Secara singkat dapat dikatakan bahwa guru spesifik untuk satu bidang, melainkan bersifat
yang berkualitas atau yang ber - kualifikasi, transversal dalam artian bahwa kompetensi
adalah yang memenuhi standar pendidik, dapat diterapkan pada setiap bidang
menguasai materi/isi pelajaran sesuai dengan kehidupan.
standar isi, dan menghayati dan melaksanakan Kompetensi adalah sesuatu yang mengalami
proses pembelajaran sesuai dengan standar perkembangan dari waktu ke waktu melalui
proses pembelajaran. Kriteria-kriteria tersebut usaha. Perkembangan dari kompetensi dari
telah dirumuskan dalam ketentuan waktu ke waktu tersebut adalah kesempatan
perundangan, yaitu UU Sisdiknas No. 20 Tahun untuk menumbuhkan keyakinan, kebanggaan,
2003, UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, dan minat. 3 Mengembangkan kompetensi
PP No. 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan digambarkan sebagai proses yang berkelanjutan
dan serangkaian Keputusan Menteri dari didapatnya dan konsolidasi suatu
Pendidikan Nasional (dalam makalah ini keterampilan-keterampilan yang diperlukan
Keputusan Mendiknas yang digunakan untuk kinerja. Selanjutnya menurut Usman
terutama adalah Kepmen No. 41 Tahun 2007 terkait dengan pengertian kompetensi dasar
Tentang Standar Proses Untuk Satuan menunjukkan tingkat kompetensi elementer,
Pendidikan Dasar dan Menengah). tingkat kinerja seseorang secara umum dan
Kompetensi didefinisikan oleh Lefrancois,1 mendasar sebagai syarat minimal atau
sebagai kapasitas untuk melakukan sesuatu, kualifikasi awal untuk dikuasai oleh seorang
yang dihasilkan dari proses belajar. Selama pemula.4
proses belajar stimulus akan bergabung dengan Hal yang berbeda dikemukan oleh Cowell,5
isi memori dan menyebabkan terjadinya yang mendefinisikan kompetensi secara lebih
perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. spesifik sebagai suatu keterampilan/kemahiran
Apabila individu sukses mempelajari cara yang bersifat aktif. Selanjutnya kompetensi oleh
melakukan satu pekerjaaan yang kompleks dari Cowell dikategorikan mulai dari tingkat
sebelumnya, maka pada diri individu tersebut sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau
pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. kompleks yang pada gilirannya akan
Perubahan kompetensi tidak akan tampak berhubungan dengan proses penyusunan
apabila selanjutnya tidak ada kepentingan atau bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya
kesempatan untuk melakukannya. terdiri dari: (1) penguasan minimal kompetensi
Keutamaan konsep kompetensi menurut dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3)
Rychen 2 adalah bahwa kompetensi merupakan penambahan penyempurnaan atau

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

pengembangan terhadap kompetensi atau siswa untuk memenuhi standar kompetensi


keterampilan.6 Ketiga proses tersebut dapat terus yang ditetapkan dalam Standar Nasional
berlanjut selama masih ada kesempatan untuk Pendidikan, terinci ke dalam rumusan
melakukan penyempurnaan atau pengem- kompetensi sebagai berikut: (1) menguasai secara
bangan kompetensinya. Gagasan pembagian luas dan mendalam substansi dan metodologi
tersebut berdasarkan perbedaan-perbedaan dasar keilmuan, (2) menguasai materi ajar dalam
individu yang berkenaan dengan pengalaman, kurikulum, (3) mampu mengembangkan
kebutuhan, perhatian dan kompetensi setiap kurikulum dan pembelajaran, secara kreatif dan
individu untuk memutuskan penguasaan taraf inovatif, (4) menguasai dasar-dasar materi
atau tingkat kompetensi mana dia akan mencoba kegiatan ekstra kurikuler yang mendukung
menguasainya. tercapainya tujuan utuh pendidikan siswa, (5)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran
disimpulkan bahwa kompetensi merupakan melalui penelitian tindakan kelas.
satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan
potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu Standar Proses Pembelajaran
berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat
diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk Berdasarkan ketentuan PP No. 19 Tahun 2005
tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi yang kemudian diikuti dengan Peraturan
tertentu. Sedangkan bertolak dari UU No.14 Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, setiap 2007, standar proses pembelajaran harus
guru harus menguasai serangkaian kompetensi. meliputi perencanaan proses pembelajaran,
Dalam makalah ini dibatasi hanya dua pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
kompetensi saja, yaitu kompetensi pedagogi dan hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
profesional, yang dapat dijabarkan sebagai pembelajaran untuk terlaksananya proses
berikut. pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kompetensi Pedagogik, adalah kemam- Perencanaan proses pembelajaran harus
puan mengelola pembelajaran siswa yang didasarkan pada prinsip sistematis dan
meliputi pemahaman terhadap siswa, sistemik. Sistematik berarti secara runtut dan
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, berkesinambungan, dan sistemik dengan
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa mempertimabngan segala komponen yang
untuk mengaktualisasikan potensi yang berkaitan. Perencanaan proses tersebut
dimilikinya, terinci ke dalam rumusan sekurang-kurangnya meliputi silabus dan
kompetensi sebagai berikut: (1) memahami rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
karakteristik siswa, (2) memahami karakteristik memuat identitas mata pelajaran, standar
siswa dengan kelainan fisik, sosial-emosional kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
dan intelektual yang membutuhkan indikator pencapaian kompetensi, tujuan
penanganan secara khusus, (3) memahami latar pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
belakang keluarga dan masyarakat untuk pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
menetapkan kebutuhan belajar siswa dalam sumber belajar. Perencanaan itu perlu disusun
konteks kebhinekaan budaya, (4) memahami secara sistemik dan sistematis. Sistemik karena
cara dan kesulitan belajar siswa, (5) mampu perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang
mengembangkan potensi siswa, (6) menguasai berkaitan, yaitu tujuan yang perlu meliputi
prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang semua aspek perkembangan peserta didik
mendidik, (7) mengembangkan kurikulum yang (kognitif, afektif dan psikomotor), karakteristik
mendorong keterlibatan siswa dalam peserta didik, karakteristik materi ajar yang
pembelajaran, (8) merancang pembelajaran yang meliputi fakta, konsep, prosedur dan prinsip,
mendidik, (9) melaksanakan pembelajaran yang kondisi lingkungan serta hal-hal lain yang
mendidik, dan (10) menilai proses dan hasil menghambat atau menunjang terlaksananya
pembelajaran yang mengacu pada tujuan utuh pembelajaran. Sistematis karena perlu disusun
pendidikan. secara runtut, terarah dan terukur, mulai jenjang
Kompetensi Profesional, adalah pengua- kemampuan rendah hingga tinggi.
saan materi pembelajaran secara luas dan Pelaksanaan proses pembelajaran harus
mendalam yang memungkinkan membimbing didasarkan pada prinsip terjadinya interaksi

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 71


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

secara optimal antara peserta didik dengan peserta didik sebelumnya (accreditation of prior
pendidik, antara peserta didik sendiri, serta learning = APL) perlu juga diberikan sebagai
peserta didik dengan aneka sumber belajar suatu bentuk pendidikan yang terbuka dan
termasuk lingkungan. Untuk itu perlu multimakna. Penilaian juga harus dilakukan
diperhatikan jumlah maksimal peserta didik atas segala aspek perkembangan peserta didik,
dalam setiap kelas agar dapat berlangsung termasuk kecerdasan dengan segala dimensinya,
interaksi yang efektif. Rombongan belajar di SD/ sikap dan kemampuan motorik. Penilaian hasil
MI 28 peserta didik per kelas; SMP/MTs 32; pembelajaran menggunakan Standar penilaian
SMA/MA 32; dan SMK/MAK 32. Kecuali itu Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok
harus pula diperhatikan beban pembelajaran Mata Pelajaran.
maksimal per pendidik dalam satu satuan Pengawasan proses pembelajaran merupa-
pendidikan, yaitu sekurang-kurangnya 24 jam kan bentuk jaminan mutu pembelajaran, dan
tatap muka dalam satu minggu. Ketersediaan ditujukan untuk menjamin terjadinya proses
buku teks pelajaran dengan rasio setiap peserta pembelajaran yang efektif dan efisien kearah
didik perlu memilikinya satu set. Selain buku tercapainya kompetensi yang ditetapkan.
teks, guru juga harus menggunakan buku Pengawasan perlu didasarkan pada prinsip-
panduan guru, buku pengayaan, buku referensi prinsip tanggung jawab bersama, periodik,
dan sumber belajar lainnya. Budaya membaca demokratis, terbuka, dan keberlanjutan.
dan menulis harus pula dikembangkan dalam Pengawasan meliputi pemantauan, supervisi,
proses pembelajaran, yang dapat menumbuhkan evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah
masyarakat yang gemar membaca, dan mampu tindak lanjut yang diperlukan. Tatacara dan
mengekpresikan pikiran dalam bentuk tertulis. prosedur pengawasan ini pada hakekatnya
Pelaksanaan proses pembelajaran perlu merupakan tanggung jawab bersama semua
mempertimbangkan karakteristik peserta didik pihak yang terkait, sesuai dengan ketentuan
dan kemampuan pengelolaan kegiatan belajar. tentang hak, kewajiban Warga Negara, orangtua,
Mengingat bahwa proses pembelajaran bukan masyarakat, dan pemerintah.
hanya sekedar menyampaikan ajaran,
melainkan juga pembentukan pribadi peserta
didik yang memerlukan perhatian penuh dari Penerapan Teknologi Pendidikan
pendidik, maka pendidik perlu mengenal
masing-masing pribadi peserta didik dan oleh Secara konseptual teknologi (semua teknologi
karena itu jumlahnya dibatasi. Pelaksanaan termasuk teknologi pembelajaran) secara umum.
proses pembelajaran merupakan implementasi adalah:
dari RPP, dan meliputi kegiatan pendahuluan, 1. proses yang meningkatkan nilai tambah;
kegiatan inti dan kegiatan penutup. 2. produk yang dihasilkan untuk mem-
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap permudah pekerjaan;
hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat 2. struktur atau sistem dimana proses dan
pencapaian kompetensi peserta didik, serta produk itu dikembangkan dan digunakan.
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan Teknologi pendidikan telah berkembang
kemajuan belajar dan memperbaiki proses sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri
pembelajaran. Penilaian dilaksanakan secara sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh
konsisten, sistematik, dan terprogram dengan serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan
menggunakan tes dan nontes dalam bentuk
patokan pembenaran. Secara falsafaf, dasar
tertulis atau lisan, pengamatan kinerja,
keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada
tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan
suatu pokok telaah khusus yaitu masalah
penilaian diri. perlu ditentukan dengan
belajar; epistemologi yaitu usaha atau prinsip
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai
intelektual yang bersifat unik dalam
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
memecahkan masalah belajar, dengan berbagai
oleh peserta didik. Perlu pula dikembangkan
pendekatan yang belum dilakukan sebelumnya;
tatacara penilaian secara individual dengan
dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan
melalui observasi, yang dilakukan sekurang-
kegunaan dari proses maupun produk dalam
kurangnya sekali dalam satu semester.
pemecahan masalah belajar, dengan
Pengakuan atas belajar yang telah dilakukan

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

oleh guru di sekolah. Tigapuluh tahun berbuat sesuatu sambil sambil mempelajari
kemudian (sekitar th. 1930) penggunaan alat berbagai pengetahuan. Oleh karena itu, proses
peraga itu berkembang dengan diproduksinya belajar harus melibatkan semua aspek
secara massal media belajar-pengajaran untuk kepribadian manusia, yaitu mulai dari aspek
digunakan di sekolah secara meluas. yang berhubungan dengan pikiran, perasaan,
Penerapan teknologi pendidikan untruk bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, dan
memecahkan masalah belajar dapat berlangsung keyakinan.
secara mikro maupun makro. Secara mikro Pada proses pembelajaran interaktif, perlu
apabila masalah belajar iitu ada dalam diusahakan adanya hubungan timbal balik
lingkungan terbatas misalnya dalam kelas atau antara guru dan siswa dan antar siswa sendiri.
sekolah. Proses pembelajaran yang dikem- Proses pembelajaran inspiratif yang diseleng-
bangkan oleh guru dalam kelas, merupakan garakan hendaknya dapat mendorong seman-
penerapan teknologi pendidikan secara mikro. gat untuk belajar dan timbulnya inspirasi pada
Sedangkan secara makro adalah pemecahan peserta didik untuk memunculkan ide baru,
masalah belajar secara menyeluruh, yaitu yang mengembangkan inisiatif dan kreativitas.
meliputi semua komponen dan karena itu Pendidik perlu berusaha menciptakan proses
merupakan sistem.:Berbagai bentuk satuan pembelajaran yang menyenangkan, menjadikan
pendidikan seperti SMP Terbuka, Program siswa merasa nyaman, betah, dan asyik untuk
KEJAR Paket A,B dan C, Universitas Terbuka dan mengikutinya. Proses pembelajaran juga
lain-lain. Merupakan penerapan teknologi diusahakan agar dapat mengarahkan siswa
pendidikan secara makro. untuk mencari pemecahan masalah, mengem-
Proses pembelajaran seperti yang ditetap- bangkan semangat tidak mudah menyerah,
kan dengan ketentuan kebijakan (PP No. 19 melakukan percobaan untuk menjawab
Tahun 2005 dan Permendiknas No. 41 Tahun keingintahuannya. Proses pembelajaran harus
2007), pada hakekatnya merupakan bentuk dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi
penerapan teknologi pendidikan. Istilah aktif, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat
teknologi pendidikan memang tidak dalam setiap peristiwa belajar yang sedang
digunakan atau tidak tampak, karena memang dilakukan. Guru juga harus memberikan ruang
salah satu kriteria teknologi pendidikan adalah lingkup bagi prakarsa, kreativitas, dan
integratif. Ragi yang digunakan dalam kemandirian sesuai bakat, minat, dan
pembuatan roti misalnya, tidak akan tampak perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
setelah roti itu masak karena sudah terintegrasi Selanjutnya, pembelajaran kreatif artinya
dalam adonan yang dipanggang. memiliki daya cipta, memiliki kemampuan
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa untuk berkreasi. Peran aktif siswa dalam proses
dalam proses pembelajaran guru harus pembelajaran akan menghasilkan generasi yang
menciptakan suasana sedemikian rupa kreatif, artinya generasi yang mampu mengha-
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, silkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
dan mengemukakan gagasan. Belajar harus orang lain.2 Kreatif juga dimaksudkan agar guru
merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang
membangun pengetahuannya, bukan hanya beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
proses pasif yang hanya menerima penjelasan kemampuan siswa. Menurut Semiawan,
dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini kreativitas adalah suatu kondisi, sikap, atau
sejalan dengan pendapat Vygotsky bahwa ada keadaan yang sangat khusus sifatnya dan
keterkaitan antara bahasa dan pikiran.1 Dengan hampir tak mungkin dirumuskan secara tuntas.3
aktif berbicara (diskusi) siswa lebih mengerti Daya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan
konsep atau materi yang dipelajari. Siswa perlu merupakan pengalaman yang paling mendalam
keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan
kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih daya kreatif tersebut diperlukan suasana yang
banyak duduk diam akan menghambat kondusif yang menggambarkan kemungkinan
perkembangan motorik, akademik, dan tumbuhnya daya tersebut. Suasana kondusif
kreativitasnya. Melalui belajar aktif segala yang dimaksud adalah suasana belajar yang
potensi siswa dapat berkembang secara optimal memberi kesempatan siswa untuk terlibat secara
dan memberikan peluang siswa untuk aktif aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa teknologi pendidikan isomeristik, sitemik,
takut disalahkan oleh guru. sinergistik, sistematik, inovatif dan integratif
Adapun pembelajaran yang efektif terujud telah mulai terwujud dalam sistem pendidikan
karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat nasional, dimana guru merupakan unsur
menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga strategik dalam usaha peningkatan mutu sistem
dapat membekali siswa dengan berbagai pendidikan tersebut.
kemampuan. Setelah proses pembelajaran Dalam dunia pendidikan teknologi sebagai
berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa proses, produk dan sistem yang dikembangkan
tidak hanya berupa pengetahuan yang bersifat untuk mengatasi masalah pendidikan, yaitu
verbalisme namun diharapkan berupa masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi
kemampuan yang lebih bermakna. Artinya dan produktivitas, telah dikembangkan sebagai
pembelajaran dapat mengembangkan berbagai suatu disiplin keilmuan khusus. Teknologi
potensi yang ada dalam diri siswa sehingga pendidikan dikembangkan dengan dua dasar
menghasilkan kemampuan yang beragam. pertimbangan. Pertama, karena masalah
Belajar yang efektif dapat dicapai dengan pendidikan yang ada (mutu, pemerataan,
tindakan nyata (learning by doing) dan untuk relevansi, efisiensi dan produktivitas) tidak
siswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan dapat dipecahkan dengan pendekatan yang
bermain. Bermain dan bereksplorasi dapat sudah ada (seperti menambah guru, menambah
membantu perkembangan otak, berbahasa, buku, menambah sekolah dan lain-lain). Oleh
bernalar, dan bersosialisasi. Pembelajaran yang karena itu diperlukan pendekatan baru. Kedua,
menyenangkan memusatkan perhatiannya perkembangan lingkungan, termasuk perkem-
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah bangan politik (demokrasi, desentralisasi, HAM
perhatiannya tinggi. Keadaan aktif dan dll), perkembangan lingkungan alam dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses ekonomi (pasar bebas, pelestarian alam dsb.),
pembelajaran tidak efektif yang tidak dan perkem-bangan teknologi (terutama TIK)
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa akan sangat mempengaruhi dunia pendidikan.
selama proses pembelajaran berlangsung, sebab Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan baru yang mengambil manfaat dari perkem-
pembelajaran yang harus dicapai. Jika bangan yang ada.
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan Teknologi pendidikan dapat pula dikata-
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut kan sebagai perkembangan yang logis dan
tidak ubahnya seperti bermain biasa. Kelas yang rasional dari apa yang semula disebut dengan
sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak ada didaktik & metodik pengajaran yang
aktivitas konkret, membosankan dan belajar dilaksanakan pada jalur pendidikan formal
tidak efektif menyebabkan tidak kritis, tidak jenjang dasar dan menengah. Didaktik &
kreatif, komunikasi buruk, dan apatis. metodik hanya merupakan sebagian dari proses
Berdasarkan uraian di atas dapat belajar pembelajaran. Proses pembelajaran
dideskripsikan bahwa penerapan teknologi yang dikembangkan dalam Teknologi Pendidi-
pendidikan dalam proses pembelajaran kan, tidak hanya PAKEM melainkan PAIKEM
berlangsung secara aktif, interaktif, kreatif, dan PAINO (Pembelajaran Aktif, Interaktif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), siswa Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, dan
terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan belajar Pembelajaran Atraktif, dan Inovatif).
dan pembelajaran yang dapat mengembangkan Produk untuk pembelajaran yang semula
pemahaman dan kemampuan mereka melalui hasil kreasi guru sendiri, perlu dikembangkan
berbuat atau melakukan dan mencipta. Dalam lebih lanjut sebagai bentuk dukungan untuk
pembelajaran tersebut, guru menggunakan belajar (bukan untuk mengajar). Progam televisi,
berbagai teknik dan sumber belajar. radio, PBK (pembelajaran berbantuan komputer)
dll. perlu disediakan dalam berbagai bentuk
untuk dapat diakses oleh peserta didik kapan
Purnakata saja, dimana saja di kelas maupu secara mandiri.
Sistem pembelajaranpun dikembangkan di luar
Perspektif teknologi pendidikan dalam rangka lingkungan sekolah konvensional, seperti
meningkatkan kualifikasi guru telah, sedang, misalnya pendidikan terbuka (SMP/MTs
dan akan terus dikembangkan. Ke enam kriteria Terbuka, SMU Terbuka, Universitas Terbuka,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 75


Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan

Kejar Paket A, B dan C, Pendidikan di Rumah Miarso, Yusufhadi. (2005). Menyemai benih
(homeschooling), dan BEBAS (Belajar Berbasis teknologi pendidikan. Jakarta: Pustekkom
Aneka Sumber). & Kencana
Teknologi pendidikan mempunyai visi : Rychen, Dominique Simon. (2002). Key
Terwujudnya berbagai pola pendidikan dan competencies. New York: Mc Graw Hill
pembelajaran dengan dikembangkan dan Semiawan, Conny R. (1999). Dimensi kreatif
dimanfaatkannya aneka sumber, proses dan dalam filsafat ilmu. Bandung: PT
sistem belajar, sesuai dengan kebutuhan dan Remaja Rosdakarya
potensi setiap pemelajar, menuju terbentuknya Silberman, Mel. (1996). Active learning: strategies
masyarakat belajar dan berpengetahuan. to teach any subject. Boston: Allyn and
Apabila para guru bertekad untuk Bacon
meningkatkan kualitas pendidikan dengan Usman, Uzer. (1990). Menjadi guru profesional.
meningkatkan kompetensinya dalam Bandung: PT Remaja Rosdakarya
pembelajaran, maka sudah seyogyanya mereka Vygotsky, L.S. (1962). Thought and language.
memahami dan mewujudkan peran teknologi Cambridge, MA: Harvard University
pendidikan. Press

Daftar Pustaka Catatan:


1
Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Diknas & Kencana,
Cowell, Richard N. (1988). Buku pegangan para
hlm.
penulis paket belajar. Jakarta: Proyek 2
Guy R. Lefrancois, Theories of Human Learning (Kro:
Pengembangan Pendidikan Tenaga Kros Report, 1995), p. 5.
Kependidikan, Depdikbud 3
Dominique Simon Rychen, Key Competencies (New
_______. (2005). Peraturan pemerintah RI Nomor York: Mc Graw Hill, 2002), p. 121.
19 Tahun 2005 Tentang standar nasional 4
Andrew J. Elliot and Carol S. Dweck, Handbook of
pendidikan. Jakarta: Departemen Competence and Motivation (New York: The Gulford
Pendidikan Nasional. Press, 2005), pp. 128.
Elliot, Andrew J. and Carol S. Dweck. (2005).
5
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung:
Handbook of competence and motivation. PT Remaja Rosdakarya, 1990), p. 111.
6
Richard N. Cowell, Buku Pegangan Para Penulis Paket
New York: The Gulford Press
Belajar (Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan
Ibrahim, Buddy. (2000). TQM (Total Quality Tenaga Kependidikan, Depdikbud, 1988), pp. 95-99.
Management): Panduan untuk menghadapi 7
Ibid., p. 101.
persaingan global. Jakarta: Djambatan 8
Vygotsky, L.S., Thought and Languge (Cambridge,
Jenkins, L. (1996). Improving student learning: MA: Harvard University Press, 1962), p. 58.
Applying deming quality principles in 9
Mel Silberman, Active Learning: Strategies to Teach
education. Milwakee,WI: ASQO Press Any Subject (Boston: Allyn and Bacon, 1996), p. 1.
Lefrancois, Guy R. (1995). Theories of human
10
Conny R. Semiawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat
learning. Kro: Kros Report Ilmu (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), p.
60.

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura
Opini

Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

Agustian Nugroho Sutrisno*)

Abstrak
epala Sekolah memegang peranan penting dalam perbaikan dan inovasi institusi pendidikan.

K Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kepala sekolah semakin


dituntut untuk tidak saja menjalankan tugas administratif tetapi juga mengembangkan
kurikulum unggul bagi sekolahnya dan mendorong inovasi guru-gurunya. Oleh karena itu,
perlu ditunjuk kepala sekolah yang kompeten dan memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang memadai agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Sistem penunjukan dan pelatihan
kepala sekolah di Singapura dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Penunjukkan dan
pelatihan kepala sekolah Singapura mengisyaratkan para kepala sekolah memiliki kualifikasi pasca
sarjana bidang administrasi pendidikan yang ditopang oleh program mentoring yang diawasi secara
cermat oleh Kementerian Pendidikan Singapura. Berdasarkan penelahaan literatur atas sistem
penunjukan dan pelatihan kepala sekolah Singapura, makalah ini membahas kemungkinan penerapan
program mentoring calon kepala sekolah yang serupa di Indonesia.

Kata Kunci : Kepala sekolah, Mentoring, kebijakan pendidikan Indonesia, kebijakan pendidikan
Singapura.

Principals hold a key role in the improvement and innovation of educational institutions. With the
implementation of Curriculum of School Unit Level, principals face increasing demands not only to
undertake administrative tasks but also develop an excellent curriculum for their schools and accelerate
the teachers innovation. Therefore, it is vital to appoint competent principals who have appropriate
knowledge and experience in order to optimally excute the duties of a principal. The appointment
and training system of principals in Singapore are considered as one of the best in the world. The
appointment and training of Singaporean principals require the principals to have post-graduate
qualifications in educational administration. This policy is also supported with a mentoring program
which is carefully observed by the Singaporean Ministry of Education. Based on literature review on
the Singaporean principal appointment and training system, this article discusses the possibility of
applying a similar principal-candidate mentoring program for Indonesian context.

Penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah


Pendahuluan memainkan peranan penting dalam menen-
tukan keberhasilan pendidikan. Walau sekolah
Dalam Undang-Undang no. 14 tahun 2005 memiliki guru-guru yang kompeten, tanpa
tentang Guru dan Dosen maupun dalam kepala sekolah yang mengatur dan mengawasi
Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang proses belajar-mengajar, sekolah itu tidak dapat
Sistem Pendidikan Nasional, tidak ada peraturan mencapai hasil yang optimal (Hoy & Miskel,
mengenai tugas dan kualifikasi kepala sekolah. 2001; Mulford, 1996). Kepala sekolah memiliki
Hal ini patut menjadi keprihatinan kita semua. fungsi penting dalam mengatur sekolahnya

*) Alumni SMUK 3 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 77


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

karena dia memberikan petunjuk pada saat ketidakefektifan pendidikan pada tingkat
terjadi perubahan dan bertanggung jawab atas sekolah karena kepala sekolah yang seharusnya
keefektifan organisasi sekolah (Hoy & Miskel, mengatur sekolah tidak memiliki keterampilan
2001) . (skills) spesifik yang diperlukan untuk
Dengan berlakunya Kurikulum Tingkat melakukan tugas administratif dan
Satuan Pendidikan (KTSP), berbagai hal yang kepemimpinan sebagai seorang manajer
dulunya diatur secara terpusat oleh pemerintah sekolah. Kepala sekolah baru sering tidak siap
di Jakarta sekarang menjadi kewenangan untuk memimpin sekolah dan butuh waktu yang
institusi sekolah itu sendiri. KTSP hanyalah cukup lama untuk akhirnya dapat melakukan
suatu pedoman bersama yang perlu tugasnya dengan efektif dan efisien. Situasi ini
diterjemahkan oleh para kepala sekolah dan berbeda dari negara tetangga kita, Singapura
guru dalam konteks pendidikan di tempat yang melakukan persiapan calon kepala sekolah
mereka masing-masing. Dengan demikian beban secara terarah dan terencana sehingga seorang
yang dipanggul oleh kepala sekolah tidak lagi kepala sekolah baru sudah memiliki
sekedar bersifat administratif, seperti keterampilan yang memadai untuk memimpin
pengelolaan anggaran, tetapi juga menginovasi sekolah.
kurikulum dan mendorong guru untuk
menghasilkan suatu proses belajar-mengajar
yang efektif. Guru dan Kepala Sekolah di
Maka, kepala sekolah perlu memiliki Singapura
keterampilan yang memadai untuk dapat
melakukan hal-hal semacam itu. Keputusan Dikarenakan luasnya yang kecil dan jumlah
Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun warga negaranya yang sedikit, pendidikan di
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Singapura bersifat tersentralisasi di bawah
merupakan kerangka dasar dalam penentuan pengawasan Kementerian Pendidikan
kepala sekolah di Indonesia. Dalam Keputusan Singapura (Chew, Stott & Boon, 2003) . Pada
Menteri tersebut dijelaskan syarat-syarat tahun 2002, hanya terdapat 188 sekolah dasar
administratif seorang calon kepala sekolah dan 165 sekolah menengah di Singapura (Chew,
seperti batas usia, jenjang pendidikan, Stott & Boon, 2003). Jumlah ini tentunya sangat
pengalaman mengajar sebelumnya dan kecil dibandingkan dengan Indonesia. Oleh
golongan kepangkatan. Selain itu diatur juga sebab jumlahnya yang kecil ini, pemerintah
lima kompetensi pokok yang perlu dimiliki oleh dapat melakukan supervisi dengan cukup
kepala sekolah, yaitu: kepribadian, manajerial, mudah dan dapat mengidentifikasi guru-guru
kewirausahaan, supervisi dan sosial. Lima yang berbakat dan berprestasi baik untuk
dipromosikan menjadi kepala sekolah.
kompetensi pokok ini masih dijabarkan lagi
Seorang guru di Singapura dapat memilih
menjadi 33 butir kompetensi, misalnya: beberapa jalur karir yang sesuai dengan minat
berakhlak mulia, mampu menyusun dan kemampuannya. Seperti yang dapat dilihat
perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan pada gambar berikut ini, seorang guru dapat
perencanaan, pantang menyerah dan selalu memilih tiga jalur karir. Pertama, guru dapat
mencari solusi terbaik, melaksanakan supervisi memilih menjadi manajer pendidikan yang
akademik terhadap guru, memiliki kepekaan memuncak dalam jabatan kepala sekolah pada
sosial terhadap orang atau kelompok lain. tingkat sekolah ataupun penilik bahkan direktur
Kompetensi yang begitu mendetail dan normatif dalam lingkungan kementrian pendidikan
ini sayangnya hanya akan menjadi sepenggal Singapura. Kedua, bagi guru yang ingin tetap
peraturan yang tidak bermakna apa-apa jika mengajar tanpa terlibat dalam jabatan struktural,
mereka dapat mengikuti jalur expert teacher (guru
tidak dibarengi dengan langkah-langkah
ahli/mahir) yang mengajar kelas-kelas dengan
realistis mempersiapkan calon kepala sekolah menuntut kemampuan pedagogis yang lebih
untuk mencapai kompetensi tersebut. Yang lebih tinggi. Ketiga, bagi guru yang ingin memilih
sering terjadi barangkali adalah penunjukkan menspesialisasikan dirinya dengan suatu
kepala sekolah hanya berdasarkan bakat permasalahan pendidikan atau penelitian
kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang pendidikan, mereka dapat memilih jalur
guru tanpa pembekalan yang cukup mengenai spesialis. Tingkatan-tingkatan dari setiap jalur
aspek-aspek manajemen pendidikan. Hal ini karir tersebut sudah ditata dengan jelas. Ini
dapat mengakibatkan ketidakefisienan dan berarti bahwa mereka yang memang tidak

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

memiliki minat menjadi pemimpin (kepala Walaupun penduduknya sedikit, Singa-


sekolah) dapat tetap naik pangkat melalui jalur pura berjaya dalam berbagai tes internasional.
yang berbeda. Ini cukup berbeda dengan Dalam studi Third International Mathematics and
Indonesia. Jika guru ingin naik jabatan, maka Science Studies pada tahun 2003 yang
mereka hanya punya satu pilihan, yaitu menjadi diselenggarakan oleh International Association for
kepala sekolah. Ini mengakibatkan ada banyak the Evaluation of Educational Achievement, sekolah-
guru, yang sebetulnya tidak terlalu berminat sekolah (yang terdiri dari siswa, guru, dan
dengan dunia administrasi pendidikan, terpaksa kepala sekolah). Singapura berpartisipasi dalam
harus mengambil jabatan kepala sekolah demi tes internasional yang juga diikuti oleh puluhan
mendapatkan jabatan yang lebih tinggi dan skala negara lainnya dan mereka menduduki posisi
gaji yang lebih baik. yang sangat baik. Ini menunjukkan kualitas
Selain itu, sistem kepangkatan tenaga sekolah yang baik tidak terlepas dari peran
pendidik di Singapura memungkinkan kepala sekolah dalam mengatur kualitas
seseorang yang tidak berprofesi sebagai guru, sekolahnya. Berbagai penelitian telah menyoroti
namun bekerja di Kementerian Pendidikan bisa tentang sistem mentoring calon kepala sekolah
ditunjuk menjadi kepala sekolah. Seperti yang Singapura yang dilaporkan menghasilkan
dilaporkan oleh Chew, Stott dan Boon (2003), kepala-kepala sekolah yang andal dan bermutu
seorang pejabat bidang kurikulum di kantor tinggi.
pusat Kementerian Pendidikan yang memiliki Jika dibandingkan dengan program
bakat kepemimpinan, kemampuan dan telah persiapan kepala sekolah di negara maju lain di
menempuh pelatihan khusus kepemimpinan Asia, seperti Hong Kong yang juga mengama-
sekolah bisa saja ditunjuk menjadi kepala natkan para calon kepala sekolahnya memiliki
sekolah. Diversifikasi pilihan karir dan jalur kualifikasi pasca sarjana, program Diploma of
untuk menjadi kepala sekolah memungkinkan Educational Administration di Singapura memiliki
Singapura memilih memilih orang-orang yang keunggulan dari adanya kemungkinan untuk
betul-betul berkualifikasi dan bermotivasi terjun ke lapangan dan mengamati pekerjaan
menjadi kepala sekolah. seorang kepala sekolah senior melalui program

Career Advancement

Director-General of Education

Director

Deputy Director

Cluster Superintendent

Principal Senoir Specialist 4

Master Teacher 2 Vice Principal Senoir Specialist 3

Master Teacher 1 Head of Department Senoir Specialist 2

Senior Teacher Subject Head/Level Head Senoir Specialist 1

Teaching Classroom Teacher Senior


Track Specialist
Leadership Track Track

Gambar 1. Tingkatan Karir Guru di Singapura (Sumber: www.moe.gov.sg)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 79


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

mentoring, dan tidak saja berpusat pada teori- terjalin dengan baik untuk saling berbagi
teori administrasi pendidikan. Di Hong Kong, pengalaman dan pengetahuan tentang seluk-
para kepala sekolah melaporkan bahwa program beluk pekerjaan seorang kepala sekolah.
pasca sarjana administrasi pendidikan yang Menurut Boon (1998), keuntungan lain yang
mereka tempuh, walaupun berguna, kurang dirasakan oleh calon kepala sekolah adalah
praktis dan hanya bersifat teori (Wong & Ng, mendapatkan kepercayaan diri yang lebih besar
2003). untuk menjalankan tugasnya, pengetahuan
profesional yang semakin bertambah, serta
meningkatkan keterampilan sebagai seorang
Mentoring Calon Kepala Sekolah kepala sekolah. Hal ini tentunya sangat berguna
Singapura bagi para calon kepala sekolah, terutama mereka
yang tidak meniti karirnya di sekolah, namun di
Sejak tahun 1984, setiap calon kepala sekolah sebuah dinas Kementerian Pendidikan (Chew,
Singapura yang dipilih oleh Kementerian Stott, & Boon, 2003).
Pendidikan diwajibkan untuk mengikuti Di samping keuntungan yang dirasakan
program pasca sarjana Diploma of Educational oleh calon kepala sekolah, para kepala sekolah
Administration penuh-waktu di National Institute yang ditunjuk menjadi mentor juga melaporkan
of Education selama setahun sebelum bisa berbagai segi positif dari program mentoring ini
menjadi kepala sekolah (Lim, 2002). Program (Boon, 1998). Mereka melaporkan mendapatkan
akademik ini terdiri dari dua bagian. Bagian kepercayaan diri karena telah dianggap mampu
yang pertama adalah kuliah yang diberikan oleh membimbing calon kepala sekolah baru,
para dosen di ruang kelas. Dalam program memperluas network mereka, meningkatkan
akademik ini selain diberikan berbagai teori tingkat motivasi mereka, meningkatkan
mengenai administrasi pendidikan. Bagian yang kompetensi kerja mereka, dan mendapatkan
kedua adalah kesempatan untuk magang di dukungan psikologis dalam pekerjaan mereka.
salah satu sekolah yang ditunjuk. Dalam Sehingga walaupun membimbing calon kepala
kesempatan ini, kepala sekolah yang berprestasi sekolah baru menuntut kerja dan perhatian
baik ditunjuk menjadi mentor bagi calon kepala ekstra, para kepala sekolah senior tetap dapat
sekolah. Dalam periode dua kali satu bulan, mendapatkan pengalaman yang berharga dari
calon kepala sekolah mengamati kepala sekolah menjadi seorang mentor.
yang menjadi mentornya dalam menjalankan
tugas sebagai seorang administrator sekolah dan
mendapatkan kesempatan untuk menimba
Perubahan di tahun 2001
pengalaman dari mentornya.
Program yang sudah berjalan kurang lebih Pada tahun 2001, sistem Diploma of Educational
dua puluh tahun ini mendapat berbagai Administration diganti dengan Leaders in
tanggapan positif dari calon kepala sekolah dan Education Programme. Ada dua perbedaan pokok
para kepala sekolah yang ditunjuk sebagai antara kedua program ini. Pertama, program
mentor. Baik calon kepala sekolah maupun yang baru ini menekankan pentingnya melatih
mentornya melaporkan adanya reciprocal kemampuan berinovasi dan melakukan
learning, yaitu saling belajar dari mentor maupun manajemen perubahan (change management) bagi
calon kepala sekolah, systemic renewal dan para calon kepala sekolah karena mempertim-
systemic repeat, yaitu melanjutkan praktik-praktik bangkan perkembangan dunia yang makin cepat
kepemimpinan yang sudah terbukti berhasil dan tak dapat diduga. Kedua, program baru ini
(Low, Chong, & Walker, 1994). lebih singkat daripada program Diploma of
Berdasarkan penelitian Lim (2007), dua Educational Aadministration. Program hanya ini
keuntungan utama yang dilaporkan oleh peserta berdurasi 6 bulan yang juga ditempuh secara
program mentoring ini adalah adanya penuh waktu. Ini memungkinkan makin banyak
kemungkinan untuk networking (membangun calon kepala sekolah yang dapat dihasilkan.
jaringan) dan kerja sama dengan sesama calon Namun demikian, sistem mentoring bagi calon
kepala sekolah dan para kepala sekolah senior. kepala sekolah yang telah dilaporkan begitu
Sehingga ketika akhirnya calon kepala sekolah berhasil tidak sepenuhnya ditinggalkan. Para
ini menjadi kepala sekolah, mereka sudah calon kepala sekolah Singapura saat ini tetap
merupakan bagian dari suatu jejaring yang memiliki kesempatan magang di sekolah dan

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

belajar dari kepala sekolah senior (Lim, 2007), memberikan peringkat mana saja yang dapat
walaupun tidak seintensif dalam program yang dikategorikan sebagai kepala sekolah teladan
lama. Lim (2007), seorang dosen kepemimpinan untuk dijadikan mentor.
pendidikan di National Institute of Education, Akan tetapi, dinas-dinas pendidikan lokal
menyarankan untuk mengintegrasikan program maupun yayasan-yayasan pendidikan besar
mentoring dalam Leaders in Education Programme seperti BPK PENABUR dapat mengadopsi sistem
karena ia melihat bahwa mentoring memiliki mentoring ini, terutama melalui kerja sama
dampak positif yang bisa diterapkan dalam dengan lembaga pendidikan tenaga kependi-
program yang baru. dikan di wilayahnya. Apabila dijalankan secara
Sistem mentoring yang digambarkan di atas transparan dan akuntabel, sistem mentoring ini
memang sudah diubah oleh Singapura untuk dapat meningkatkan kualitas para kepala
menyesuaikan program persiapan calon kepala sekolah. Para pejabat kependidikan dapat mulai
sekolahnya dengan kebutuhan yang ada untuk menentukan kriteria guru-guru yang dapat
menghadapi perubahan-perubahan zaman yang diangkat menjadi kepala sekolah dan kemudian
cepat terjadi. Salah satu kritik utama terhadap menempatkan mereka dalam program pelatihan
sistem mentoring adalah kemungkinan administrasi pendidikan di sebuah universitas
hilangnya inovasi dalam diri calon kepala yang kemudian ditindaklanjuti dengan
sekolah karena mereka hanya akan mencontoh pemagangan di sekolah yang ditunjuk. Dengan
segala tindak-tanduk mentor mereka tanpa demikian, di masa yang akan datang para kepala
mengkritisinya dan mengadaptasi sesuai sekolah kita bukan hanya seorang guru yang
dengan kebutuhan di lapangan. Kritik semacam memiliki bakat kepemimpinan belaka, tetapi
ini tidak terlalu beralasan karena para calon benar-benar seorang tenaga administrasi
kepala sekolah tidak hanya dibekali dengan pendidikan yang profesional yang telah memiliki
mentoring saja, tetapi juga melalui kuliah dalam pengalaman kerja sebagai tenaga pendidik dan
program pasca sarjana Diploma of Educational bekal pelatihan administrasi pendidikan yang
Administration yang mengajak mereka untuk memadai.
berpikir secara kritis (Lim, 2007). Deng- Jika dikaitkan dengan Keputusan Menteri
andemikian, sistem mentoring dapat saja diterap- Pendidikan Nasional No. 13/2007, maka usulan
kan di Indonesia apabila dibarengi dengan mengadakan sistem mentoring dalam pendidi-
kuliah yang dibimbing oleh dosen yang kan pasca sarjana bagi calon kepala sekolah
berkualifikasi di bidang administrasi pendidikan lebih merupakan kewajiban daripada sekedar
untuk mencegah penjiplakan karakteristik ide yang menarik untuk dipertimbang-kan,
seorang mentor oleh si calon kepala sekolah. walaupun ada berbagai halangan yang telah
disebutkan di atas. Keputusan Menteri yang
sudah ada tentang kualifikasi calon kepala
Aplikasi Bagi Indonesia sekolah memang mengatur persyaratan kepala
sekolah yang diperlukan untuk menjalankan
Bagi Indonesia, salah satu halangan utama sekolah dengan baik. Namun, perlu juga
mengadopsi program mentoring adalah kesulitan dipikirkan langkah-langkah realistis untuk
dalam menyediakan pendidikan pasca sarjana memastikan bahwa calon kepala sekolah dapat
penuh waktu bagi para calon kepala sekolahnya memenuhi tuntutan yang beragam itu. Untuk
dan mengidentifikasi mentor. Karena luas menumbuhkan kemampuan manajerial yang
negara kita yang besar dan banyaknya jumlah memadai, para pembuat keputusan harus
guru dan sekolah, agaknya memang tidak memikirkan suatu bentuk pelatihan sebelum
realistik untuk mengharapkan Departemen seseorang dapat ditunjuk menjadi kepala
Pendidikan Nasional (Depdiknas) sekolah.
mengidentifikasi para calon kepala sekolah Hal lain yang dapat dipertimbangkan bagi
secara sentralistik dan kemudian memberikan konteks Indonesia adalah beragamnya jalur
beasiswa bagi semua untuk menempuh pengembangan diri guru di Singapura dan
pendidikan pasca sarjana. Di samping itu, kemungkinan merekrut kepala sekolah yang
identifikasi kepala sekolah senior yang dapat bukan seorang guru. Beragamnya jalur
menjadi mentor yang bertanggung jawab juga pengembangan diri guru, sebagai guru ahli,
sulit dilakukan. Depdiknas harus bekerja keras spesialis atau kepala sekolah, membuka
mengenali kepala-kepala sekolahnya dan kemungkinan bagi para guru untuk tidak

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 81


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

berbondong-bondong mengejar posisi kepala Saran


sekolah walaupun mereka tidak memiliki Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
keterampilan untuk menjadi manajer sekolah. untuk mengembangkan model pengembangan
Mereka tetap dapat naik jabatan melalui jalur calon kepala sekolah berdasarkan sistem yang
yang lain dan mengembangkan diri sesuai berlaku di Singapura antara lain:
dengan minat dan kemampuannya. Selain itu, 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
terbukanya perektrutan calon kepala sekolah nomor 13 tahun 2007 tetap dapat
bagi non-guru, memungkinkan sekolah untuk digunakan sebagai acuan dasar untuk
mendapatkan calon kepala sekolah yang paling menentukan standar kompetensi bagi
bermutu dari segi kepribadian, memiliki seorang calon kepala sekolah jika
keterampilan manajerial terbaik, dan tetap disesuaikan dengan keadaan yang ada di
mempunyai pemahaman yang baik tentang lingkup sekolah yang bersangkutan.
beragam masalah pendidikan. 2. Berdasarkan daftar ciri-ciri kepala sekolah
yang terdapat dalam peraturan menteri
tersebut, sistem penunjukkan kepala
Kesimpulan dan Saran sekolah harus dilakukan dengan seksama
dan akuntabel untuk memastikan kandidat
terbaiklah yang terpilih menjadi calon
Kesimpulan kepala sekolah. Calon kepala sekolah tidak
Kepala sekolah memainkan peran penting dalam selalu harus datang dari guru-guru yang
meningkatkan kualitas pendidikan. Standar- ada. Sistem perekrutan seperti yang ada di
standar minimum yang telah ditentukan Singapura memungkinkan sekolah
Depdiknas tentunya sangat berguna untuk menjaring calon kepala sekolah yang
menentukan calon kepala sekolah. Hal ini perlu memiliki keterampilan manajerial yang
dilengkapi dengan perencanaan yang baik untuk baik.
memampukan calon-calon kepala sekolah untuk 3. Guru-guru yang tidak beraspirasi menjadi
memenuhi standar tersebut melalui sistem kepala sekolah tetap perlu diberikan
pelatihan dan pendidikan yang terencana dan pilihan jalur karir lain yang tetap
terarah sangat penting. Oleh karena itu memungkinkannya untuk naik jabatan dan
persiapan seorang calon kepala sekolah perlu mengembangkan diri sesuai dengan
dijalankan secara terarah dan terencana. minatnya.
Program mentoring calon kepala sekolah 4. Calon kepala sekolah perlu mendapatkan
Singapura telah mendapatkan banyak pujian pendidikan dan pelatihan tambahan yang
karena keberhasilannya menyiapkan kepala bersifat akademis maupun praktis. Ini
sekolah yang berkualitas. Program dapat ditempuh dengan mewajibkan calon
pengembangan diri guru di Singapura yang kepala sekolah untuk menempuh
beragam juga membantu mengembangkan para pendidikan pasca-sarjana dalam bidang
guru bukan sekedar menjadi kepala sekolah, administrasi pendidikan yang dilengkapi
tetapi juga menempuh jalur pengembangan diri dengan program mentoring. Program
sebagai guru ahli ataupun spesialis pendidikan. tersebut memberikan kepada calon kepala
Adanya kemungkinan untuk menerima calon sekolah pemahaman yang holistik tentang
kepala sekolah yang tidak berlatar belakang kompleksitas administrasi pendidikan
keguruan, juga memungkinkan didapatkannya dan memberikan kesempatan untuk
calon kepala sekolah yang memiliki keunggulan mengamati dengan mata kepala sendiri
manajerial. Walaupun ada banyak masalah yang tugas yang dihadapi oleh kepala sekolah
dapat timbul jika program serupa diterapkan di sehari-hari dan melakukan refleksi
Indonesia secara menyeluruh karena luasnya akademis terhadap kepala sekolah yang
wilayah Indonesia dan sulitnya mengidentifikasi menjadi mentornya sehingga dapat terjadi
calon kepala sekolah diantara begitu banyaknya reciprocal learning, systemic renewal dan
guru yang ada, masih ada kemungkinan untuk systemic repeat di dalam lingkungan
menerapkan program serupa di lingkup yang kepemimpinan sekolah.
lebih kecil dengan ketentuan dijalankan secara 5. Program persiapan calon kepala sekolah
akuntabel dan transparan. ini dapat mulai dilakukan di Indonesia

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Model Mentoring Kepala Sekolah di Singapura

dengan skala yang lebih kecil dan spesifik of in-service experience. International
untuk memastikan calon kepala sekolah journal of educational management, 21,
memiliki keterampilan yang memadai 5, 433-439
untuk memimpin dan mengadakan Low, G.T., Chong, K.C., & Walker, A. (1994).
perubahan yang efektif di sekolah untuk Passing on the batton. International
mencapai tujuan institusional sekolah itu. Journal of Educational Management, 8,
3, 35-37
Ministry of Education (n.d.). Career advancement.
Daftar Pustaka Retrieved from http://www.moe.gov.sg, 16
July 2007
Boon, S.L.Z. (1998). Principalship mentoring in Mulford, B. (1996). Do school principals make a
Singapore: Who and what benetifs? Journal difference?: Recent evidentce and
of Educational Administration, 36, 1, 29- implications. Leading & Managing, 2,3,
43 155-170
Chew, J., Stott, K., & Boon, Z. (2003). On Singapore: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
The Making of Secondary School Principals. Republik Indonesia nomor 13 tahun
ISEA, 31, 2, 54-75 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/
Hoy, W.K., & Miskel, C.G. (2001). Educational Madrasah
administration: theory, research, 6th ed. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Singapore: McGraw-Hill Sistem Pendidikan Nasional
Lim, L.H. (2002). Learning beyond mentoring: The Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang
Singapore experience. International Guru dan Dosen
Journal of Educational Management, 16, Wong, K.C., & Ng, H.M. (2003). On Hong Kong:
4, 185-189 The Making of Secondary School Principals.
Lim, L.H. (2007). Illuminating the core of Singapore ISEA, 31, 2, 35-53.
school leadership preparation: Two decades

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 83


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
Opini

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam


Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah

David Wijaya*)

Abstrak
anajemen Mutu Terpadu adalah suatu filosofi manajemen yang penting dan telah digunakan

M oleh industri-industri AS. Konsep tersebut digunakan dalam pengembangan dan akuisisi
sistem-sistem seperti sistem satelit dan pesawat terbang untuk menyiapkan laporan kinerja
para petugas. Di dalam beberapa tahun terakhir ini, konsep Total Quality Management (TQM)
telah diterapkan dalam dunia pendidikan. Banyak aplikasinya telah digunakan dari segi administrasi
institusi, tetapi ada juga beberapa sekolah telah menerapkan TQM dalam pengembangan kurikulum.
Di dalam tulisan ini, prinsip-prinsip TQM diuraikan dengan penekanan pada pentingnya mengidentifikasi
pelanggan dan menganalisis prosesnya.

Kata kunci: Mutu, manajemen mutu terpadu, mutu sekolah.

Total Quality Management (TQM) is recognized as an important management philosophy and is


widely used in the US industries. It has been used very successfully in the development and acquisition
of systems such as satellites and aircrafts to preparing officer performance reports. Over the last
few years, TQM has been applied in the education world. Most of the applications have been in the
administrative side of the institutions, but some schools have applied TQM to the curriculum
development. In this article, the principles of TQM are described with an emphasis on the importance
of identifying the customer and analyzing the process.

munculnya pemikiran konsep Manajemen


Pendahuluan Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
Di dalam implementasi MPMBS, sekolah
Bervariasinya kebutuhan siswa, beragamnya bertanggung jawab untuk mengelola dirinya
kebutuhan guru dalam pengembangan sendiri terkait dengan masalah administrasi,
profesionalnya, harapan orang tua akan keuangan, dan personil sekolah. Bersama
pendidikan bermutu, serta tuntutan dunia usaha dengan orang tua dan masyarakat, sekolah
untuk memperoleh tenaga bermutu, berdampak harus membuat keputusan, mengatur skala
pada setiap warga sekolah sehingga mereka prioritas, serta meningkatkan keyakinan
harus merespon kondisi tersebut dalam proses masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah
pengambilan keputusan di sekolah. Di dalam harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah
proses pengambilan keputusan tersebut untuk warga sekolah serta terlibat dalam proses
peningkatan mutu sekolah; dapat digunakan perubahan sekolah melalui penerapan prinsip-
beberapa teori dan kerangka acuan dengan prinsip manajemen mutu terpadu dengan
melibatkan berbagai kelompok masyarakat yang menciptakan penghargaan di dalam sekolah itu
peduli terhadap pendidikan. Hal ini mendorong sendiri.

*)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

Salah satu masalah pendidikan yang Definisi Mutu


dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah Beberapa pakar mutu telah mencoba
rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang mendefinisikan mutu. Secara umum, definisi
dan satuan pendidikan, terutama pada mutu tersebut dikemukakan oleh empat guru
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai mutu, yaitu:
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan 1. Philip B. Crosby (1978)
mutu pendidikan, yaitu pengembangan Crosby berpendapat bahwa mutu berarti
kurikulum nasional dan lokal, kurikulum kesesuaian terhadap persyaratan, seperti
berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat jam tahan air, sepatu yang tahan lama, dan
satuan pendidikan (KTSP), peningkatan dokter yang ahli. Ia juga mengemukakan
pentingnya melibatkan setiap orang dalam
kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan
proses organisasi. Pendekatan Crosby
buku dan peralatan sekolah, pengadaan dan
merupakan proses top-down.
perbaikan sarana dan prasarana sekolah, serta
2. W. Edwards Deming (1986)
peningkatan kualitas penyelenggaraan sekolah.
Deming berpendapat bahwa mutu berarti
Namun demikian, dari berbagai indikator mutu pemecahan masalah untuk mencapai
pendidikan belum menunjukkan peningkatan penyempurnaan terus-menerus, seperti
yang berarti. Sebagian sekolah menunjukkan penerapan Kaizen pada perusahaan Toyota
peningkatan mutu pendidikan yang cukup dan gugus kendali mutu pada perusahaan
menggembirakan, namun sebagian sekolah Telkom. Pendekatan Deming merupakan
lainnya masih memprihatinkan. proses bottom-up.
Berdasarkan masalah di atas, berbagai 3. Joseph M. Juran (1992)
pihak mempertanyakan apa yang salah dalam Juran berpendapat bahwa mutu berarti
penyelenggaraan pendidikan kita? Dari berbagai kesesuaian dengan penggunaan, seperti
pengamatan dan analisis, ada tiga faktor sepatu yang dirancang untuk olahraga dan
penyebab mutu pendidikan kita tidak sepatu kulit yang dirancang untuk ke kantor
mengalami peningkatan secara merata. atau ke pesta. Pendekatan Juran merupakan
Pertama, penyelenggaraan pendidikan proses yang berorientasi pada pemenuhan
dilakukan dengan menggunakan pola harapan dari pelanggan.
birokratik-sentralistik sehingga menempatkan 4. K. Ishikawa (1992)
sekolah sebagai pengelola pendidikan yang Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti
sangat tergantung pada keputusan birokrasi kepuasan pelanggan. Dengan demikian,
yang mempunyai jalur sangat panjang dan setiap bagian proses dalam organisasi
kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan
tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. internal akan menyebabkan kepuasan
pelanggan organisasi.
Kedua, kebijakan dan penyelenggaraan
Definisi mutu menurut ISO 9000:2000
pendidikan selama ini menggunakan pendekat-
adalah derajat/tingkat karakteristik yang
an education production functions atau analisis
melekat pada produk yang mencukupi
input-output yang tidak dilakukan secara
persyaratan/keinginan. Derajat di sini berarti
konsekuen sehingga menempatkan sekolah selalu ada peningkatan setiap saat, sedangkan
sebagai pusat produksi yang jika dipenuhi karakteristik berarti hal-hal yang dimiliki
semua input yang diperlukan dalam proses produk, yang terdiri dari karakteristik fisik,
produksi tersebut, maka sekolah akan perilaku, dan sensori.
menghasilkan output yang dikehendaki. Ketiga,
peran serta guru dan masyarakat, terutama
orang tua siswa dalam penyelenggaraan Perkembangan Konsep Mutu dan
pendidikan selama ini sangat minim.
Manajemen Mutu Terpadu
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas,
maka tentunya dibutuhkan berbagai upaya Dari dulu sampai sekarang ini, pandangan
perbaikan, salah satunya adalah melakukan organisasi terhadap mutu mengalami evolusi.
otonomi sekolah melalui penerapan manajemen Oleh karena meningkatnya persaingan, akan
mutu terpadu di lingkungan sekolah. semakin menyadarkan berbagai organisasi akan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 85


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

mutu. Arti mutu yang semula bersifat netral, kuantitatif untuk memperbaiki proses
perlahan-lahan bergerak ke arah yang positif. organisasi secara berkesinambungan agar
Pada awalnya mutu tidak diperhatikan, tetapi dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan,
kini menjadi hal yang terutama dalam suatu keinginan, dan harapan pelanggan.
organisasi. Secara rinci, Rudi Suardi (2001)
membagi konsep mutu menjadi lima tahap,
yakni: Manajemen Mutu Terpadu
1. Era Tanpa Mutu
Era ini dimulai sebelum abad 18, di mana Manajemen Mutu Terpadu atau lebih dikenal
produk yang dibuat tidak diperhatikan dengan istilah Total Quality Management (TQM)
mutunya. Kondisi ini dapat terjadi apabila pertama kali diperkenalkan oleh Dr. William
organisasi tidak mempunyai pesaing atau Edwards Deming (1986) pada akhir tahun 1950-
dalam keadaan monopoli. an. Ide-idenya tidak diterima oleh industri-
2. Inspection Era industri AS tetapi pada akhirnya disahkan oleh
Era ini berlangsung di Negara Barat sekitar Jepang dalam pemulihan mereka dari Perang
abad 18. Di dalam era ini, mutu hanya Dunia II. Sebagai hasil dari implementasi TQM,
melekat pada produk akhir dan masalah konsep made in Japan telah berubah dari suatu
mutu berkaitan dengan produk yang rusak/ masa penghinaan menjadi suatu kata-kata
cacat. Produsen mulai mempunyai pesaing pujian yang besar. Pada tahun 1980-an, industri-
dan produksi barangnya massal. Pemilahan industri AS mulai melihat nilai dari pendekatan
terhadap produk akhir dilakukan dengan
TQM. Perusahaan-perusahaan seperti Motorola
cara inspeksi.
dan Federal Express yang dulunya telah gagal,
3. Statistical Quality Control Era
sekarang menjadi perusahaan pemimpin dunia.
Jika pada era inspeksi terjadi penyimpangan
Motorola sekarang ini melakukan suatu
atribut produk yang dihasilkan dari atribut
transaksi penjualan bisnis dengan Jepang.
standar, bagian inspeksi tidak dapat
Di dalam tulisan ini, prinsip-prinsip TQM
mendeteksi apakah penyimpangan tersebut
diuraikan dengan penekanan pada pentingnya
disebabkan karena kesalahan produksi atau
mengidentifikasi pelanggan dan menganalisis
hanya karena kebetulan. Bagian inspeksi
prosesnya. 14 poin Deming membentuk suatu
dilengkapi dengan alat dan metode statistik
kerangka implementasi TQM, yang telah
untuk mendeteksi penyimpangan pada
diterapkan pada lingkungan akademik
atribut produk yang dihasilkan di dalam
proses produksi. Deteksi penyimpangan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari
secara statistik mulai dilakukan oleh bagian The Air Force Academy.
produksi. Deming telah secara luas dikenal sebagai
4. Quality Assurance Era Bapak dari gerakan TQM. Dia juga dikenal
Di dalam era ini, konsep mutu mengalami dengan konsep 3 C yang berfokus pada
perluasan, dari konsep yang sempit (hanya Customer (pelanggan), Culture (budaya), dan
terbatas pada tahap produksi) kepada Capacity (kapasitas) untuk perbaikan
tahap desain dan koordinasi dengan bagian berkesinambungan yang merupakan suatu
jasa (seperti bengkel, energi, perencanaan bentuk lingkungan mutu terpadu di mana
dan pengendalian produksi, serta banyak organisasi yang sukses telah
pergudangan). Mulai diperkenalkan konsep menggunakannya untuk meremajakan diri
biaya mutu. mereka sendiri. Di bawah ini ada beberapa
5. Strategic / Total Quality Management / Total klarifikasi mengenai 3 C, yaitu:
Quality Service 1. The Customer
Di dalam era ini, keterlibatan manajemen Mutu terpadu mempunyai dua macam
puncak sangat besar dan menentukan pelanggan, yaitu:
sehingga menjadikan kualitas untuk a. Pelanggan eksternal, yang membeli
menempatkan organisasi pada posisi yang barang atau jasa yang ditawarkan.
kompetitif. Sistem ini disebut sistem b. Pelanggan internal, yang terlibat
manajemen strategik dan integratif karena dalam proses menciptakan barang
melibatkan pemimpin dan karyawan serta atau jasa, menerima output dari
menggunakan metode kualitatif dan pekerjaan lainnya dengan setiap orang

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

sukses yang menambahkan beberapa Dinding : menggambarkan pelindung bagi


nilai. organisasi agar tetap bisa bersaing
2. The Culture dan untuk counter terhadap pihak
Suatu strategi perubahan yang sukses eksternal.
melibatkan pengelolaan mutu, juga Atap : menggambarkan fokus dari organisasi,
melibatkan komitmen untuk menciptakan yaitu pelanggan.
suatu jenis budaya organisasi
yang spesifik, berdasarkan
pada kepercayaan dan Kepuasan
pengambilan keputusan Pelanggan

bersama.
3. The Capacity
Para pemimpin di dalam
organisasi-organisasi yang TQM

berorientasi pada mutu melihat (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)

cara-cara yang tidak hanya


berubah tetapi untuk menge- P
O
R
G
K
E
P
K
O
P
lola dan menanamkan proses R
O MANAJEMEN
R
O PERSAINGAN
A
N
PERBAIKAN
E
M
I TIM KERJA
M
I
T
S I
perubahan itu. Dalam istilah
D STRATEGIS BERLANJUT DAN
E S M M
U P BUDAYA
S A E
K I N
S
Deming, mereka mencapai I N
A

tujuan yang konstan.


N

TQM merupakan perpaduan ISO 9000


QMS
ISO 14000
EMS
MALCOLM
BALDRIGE
STANDAR LAIN

dari fungsi-fungsi dan proses terkait


ke dalam siklus hidup produksi K
E
N
I
I
N
P
E K
O
P L T L
pada tahap-tahap yang berbeda- E
D
A
I
E
G
A
T
N
T

beda seperti desain, perencanaan, U


L
R
I
I
H
R
O
L
I T A
produksi, distribusi, dan pelayan- A
N
A
S
N

an. Ukuran keberhasilan TQM


merupakan kepuasan pelanggan
Gambar 1: Total Quality Management (TQM)
dan cara mencapainya melalui
desain sistem dan peningkatan
terus-menerus.
TQM juga merupakan pendekatan untuk Prinsip-prinsip TQM di Sekolah
meningkatkan efektivitas dan daya lentur sebuah
organisasi secara keseluruhan dengan berpusat Salah satu faktor yang paling berpengaruh di
di sekitar mutu. TQM pada prinsipnya adalah dalam kesuksesan atau kegagalan dari usaha
cara mengorganisasikan dan mengerahkan implementasi TQM adalah pengesahan secara
seluruh organisasi, setiap bagian, aktivitas, dan universal, terutama pada pimpinan sekolah. Jika
individu pada setiap tingkat untuk mencapai pimpinan sekolah tidak berusaha membuat
kualitas. TQM terkait dengan masalah strategis, konsep TQM diterima, itu tidak mungkin bahwa
pemasaran, dan aspek-aspek manusia dari usaha implementasi TQM akan menjadi sukses.
organisasi. Mengesahkan konsep TQM mewakili suatu
Rudi Suardi (2001) menggambarkan perubahan mendasar di dalam cara seseorang
manajemen mutu terpadu atau Total Quality melakukan usaha.
Management (TQM) ke dalam ilustrasi sebuah Selain itu, dibutuhkan dukungan dari
rumah pada Gambar 1. setiap orang dalam rantai komando sekolah,
Keterangan: mulai dari guru sampai kepala sekolah. Akan
Pondasi : menggambarkan syarat mutlak atau tetapi, penting juga mendapatkan pengesahan
dasar yang diperlukan. dari siswa. TQM adalah suatu filosofi
Lantai : menggambarkan acuan kerja, yaitu manajemen partisipatif dan siswa telah
standar yang berlaku di organisasi. berpartisipasi di dalam seluruh usaha. Tanpa
Tiang : menggambarkan berbagai komponen/ suatu proses pendidikan, kita tidak akan
parameter pokok di dalam organisasi. mempunyai dukungan dari siswa.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 87


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

Suatu komitmen waktu dibuat untuk 4. Menghentikan ketergantungan pada ujian


melaksanakan TQM, tahap pertama adalah untuk mencapai mutu. Menghapus
mengidentifikasi pelanggan atau stakeholder. kebutuhan untuk inspeksi pada suatu dasar
Untuk melakukan ini, kita harus menjaga proses massal (ujian-ujian prestasi yang
pendidikan sebagai suatu sistem, di mana semua terstandarisasi) dengan menyediakan
unsur dan interaksi di antara unsur-unsur pengalaman pembelajaran yang dapat
sekolah harus diarahkan. Perbaikan proses menciptakan kinerja yang berkualitas;
seharusnya dimulai dan diakhiri oleh pengalaman pembelajaran yang dapat
pelanggan. Dengan mengidentifikasi siswa dan memotivasi kreativitas serta eksperimentasi.
karyawan dari sekolah kita sebagai pelanggan 5. Bekerja dengan institusi-institusi
utama kita, kita akan dapat memuaskan semua pendidikan tempat siswa berada.
pelanggan lainnya di sekolah seperti orang tua, Meminimalkan total biaya pendidikan
masyarakat, komite sekolah, pemerintah, dan dengan cara meningkatkan hubungan
lain sebagainya. dengan sumber-sumber siswa dan
Akan tetapi, siswa biasanya diperlakukan membantu meningkatkan mutu siswa yang
lebih sebagai produk daripada sebagai menerima sistem pendidikan.
pelanggan. Ini adalah suatu kasus klasik dari 6. Terus-menerus dan selalu memperbaiki
tidak tepatnya mendefinisikan sistem. Semua sistem untuk meningkatkan layanan
pihak yang relevan harus termasuk di dalam terhadap siswa dan pendidikan dalam
sistem pendidikan. Jika semua pihak rangka meningkatkan mutu dan produkti-
diidentifikasi, maka kepentingan relatif dari vitas dalam kehidupan pribadi dan masya-
masing-masing pihak dapat ditetapkan. rakat.
Jika siswa diidentifikasi sebagai salah satu 7. Terus-menerus melembagakan pelatihan
dari pelanggan kita, kita harus mencoba untuk dalam jabatan bagi siswa, guru, staf khusus
memuaskan pelanggan, tetapi kita harus yakin dan administrator; bagi semua orang yang
akan mengetahui apa yang sebenarnya diingin- berhubungan dengan organisasi kemanu-
kan pelanggan. Para pelanggan harus membuat siaan atau masyarakat.
keputusan yang terinformasi dalam menentukan 8. Melembagakan kepemimpinan. Tujuan
apa yang mereka inginkan, memperhitungkan dari supervisi atau kepemimpinan di
biaya-biaya, kinerja yang dibutuhkan, masalah sekolah seharusnya adalah untuk
hukum, dan sebagainya. membantu guru dan staf sekolah dalam
Mt. Edgecumbe (1994) mengimplemen- menggunakan teknologi dan materi untuk
tasikan prinsip-prinsip TQM menurut versi melakukan pekerjaan yang lebih baik serta
adaptasi 14 poin Deming untuk kualitas di menentukan kecepatan untuk menggerak-
dalam organisasi. Poin-poin di bawah ini kan kreativitasnya.
direproduksi seluruhnya dan menggunakan 9. Mengusir ketakutan, supaya setiap guru
jenis huruf tebal untuk ide-ide kuncinya. dan staf sekolah bekerja secara efektif untuk
1. Menciptakan dan memelihara ketepatan suatu sistem sekolah. Ciptakan lingkungan
tujuan untuk meningkatkan layanan sekolah yang memotivasi warga sekolah
terhadap siswa dan sekolah. Tujuannya untuk berbicara dengan bebas dan
adalah untuk menciptakan siswa berkua- mengambil risiko.
litas terbaik yang mampu memperbaiki 10. Mematahkan rintangan di antara bagian-
semua bentuk proses dan memasuki posisi bagian. Orang di bagian pengajaran,
yang berarti di masyarakat. pendidikan khusus, akuntansi, kantin,
2. Menganut filosofi baru. Manajemen sekolah administrasi, pengembangan kurikulum
harus menyadari tantangan, harus dan penelitian harus bekerja sebagai suatu
mempelajari tanggung jawab mereka, dan tim. Kembangkan strategi-strategi untuk
mengambil kepemimpinan untuk berubah. meningkatkan kerjasama di antara
3. Bekerja untuk menghapuskan angka dan kelompok dengan individu. Merencanakan
pengaruh-pengaruh berbahaya dari
waktu akan memfasilitasi dinamika ini.
penilaian terhadap siswa. Berfokus pada
11. Menghapus slogan, pernyataan, dan target
proses pembelajaran, bukan proses bagi guru dan siswa yang meminta kinerja
penilaian terhadap siswa. yang sempurna dan tingkat produktivitas

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

yang baru. Suatu pernyataan dapat bagaimana setiap tahapnya diterapkan ke


menciptakan hubungan perselisihan. dalam situasi sekolah yang ada. Implementasi
Penyebab rendahnya kualitas dan TQM yang dilakukan akan tergantung pada
produktivitas termasuk sistemnya ada di ukuran institusi pendidikan, apakah itu institusi
bawah kendali guru dan siswa. swasta atau pemerintah, dan kekuatan dari
12a. Menghapus standar-standar pekerjaan setiap orang yang terlibat, tetapi variabel yang
(quota) guru dan siswa (misalnya, nilai paling penting adalah kedewasaan siswa dan
ujian naik 10%; angka putus sekolah turun keterlibatan dari karyawan sekolah. Prinsip-
15%). Mengganti kepemimpinan, gerakan prinsip TQM dapat diterapkan di dalam proses
terus-menerus untuk mutu, dan pendidikan pada sekolah dasar, sekolah
pembelajaran yang menyenangkan. menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
12b. Menghilangkan rintangan-rintangan yang
merampas siswa, guru dan manajemen
(kepala sekolah, pengawas sekolah dan staf Indikator-Indikator Mutu Sekolah
pendukung di kantor sekolah) dari hak-hak
mereka untuk bangga dan menikmati Daniel P. Mayer et al. (2000) berkata mutu
kecakapan kerja. Ini berarti penghapusan sekolah mempengaruhi pengetahuan siswa
dari peringkat tahunan atau peringkat jasa melalui pelatihan dan talenta dari tenaga guru,
dan dari management by objective (MBO). apakah berlangsung di dalam ruang kelas, serta
Tanggung jawab dari semua pemimpin seluruh budaya dan atmosfir sekolah. Pada
pendidikan harus berubah dari paradigma ketiga bidang ini, ada 13 indikator mutu sekolah
kuantitas kepada paradigma kualitas. yang berkaitan dengan pengetahuan siswa.
13. Melembagakan suatu program pendidikan Gambar 2 mengilustrasikan faktor-faktor mutu
dan perbaikan diri yang kuat bagi setiap sekolah yang mempengaruhi pengetahuan
orang. Kemampuan guru dan manajemen siswa baik secara langsung maupun tidak
sekolah ditingkatkan melalui pendidikan langsung. Contohnya, karakteristik-karakteristik
formal untuk mencapai jenjang pendidikan dari konteks sekolah seperti kepemimpinan
yang lebih tinggi. Mereka juga didorong dan sekolah yang mempunyai dampak pada guru
difasilitasi untuk meningkatkan kualitas dan apakah mereka mampu untuk melakukan-
dirinya. nya di dalam ruang kelas, dan ini pada akhirnya
14. Menempatkan setiap orang dalam
akan mempengaruhi pengetahuan siswa.
masyarakat untuk bekerja melakukan
Berbagai atribut mengenai item guru dapat
transformasi. Transformasi merupakan
mempengaruhi mutu ruang kelas dan pada
pekerjaan dari setiap stakeholders sekolah.
Partisipasi aktif dari stakeholders sekolah akhirnya juga akan mempengaruhi pengetahu-
harus didorong dan dikembangkan secara an siswa. Ciri-ciri dari setiap item ini dapat secara
terpadu untuk membudayakan mutu langsung mempengaruhi pengetahuan siswa.
sekolah. 1. Konteks Sekolah
Ketika TQM sukses diterapkan, maka itu Konsep ini meliputi bagaimana pendekatan
menghasilkan suatu studi yang mendalam dari sekolah terhadap kepemimpinan pendidi-
setiap poin di atas dan penentuan yang jelas dari kan dan sasaran-sasaran sekolah, pengem-

Konteks Sekolah Guru Ruang Kelas


! Kepemimpinan Sekolah ! Keterampilan Akademik ! Isi Mata Pelajaran
! Sasaran Guru ! Pedagogi
! Komunitas Profesional ! Tugas Mengajar ! Teknologi
! Disiplin ! Pengalaman Guru ! Ukuran Kelas
! Lingkungan Akademik ! Pengembangan Profesional

PENGETAHUAN SISWA

Gambar 2 : Indikator-Indikator untuk Sekolah dan Hubungannya


dengan Pengetahuan Siswa

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 89


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

bangan komunitas profesional, dan 1. Manajemen Strategik


penciptaan suatu iklim yang a. Visi, nilai dan tujuan, meliputi:
meminimalisasi masalah kedisiplinan serta (1) Kejelasan serta pengaruh dari visi
memotivasi keunggulan akademik yang dan nilai
mempengaruhi mutu sekolah dan Visi dan nilai sekolah memberikan
pengetahuan siswa. Ada tiga alasan pesan yang jelas tentang penting-
mengapa pengaruh dari karakteristik- nya perbaikan mutu sekolah. Visi
karakteristik item sekolah lebih sulit dan nilai sekolah memuat perha-
dipastikan daripada pengaruh dari guru tian pada lingkungan lokal,
dan ruang kelas. Pertama, meskipun nasional, kebutuhan dan harapan
karakteristik-karakteristik itu merupakan stakeholders sekolah.
karakteristik pelengkap dari suatu sekolah, (2) Kelayakan dan kejelasan dari
karakteristik-karakteristik itu sulit didefini- tujuan
sikan dan diukur. Kedua, pengaruh Tujuan sekolah meliputi perspektif
karakteristik itu terhadap pengetahuan luas dari tujuan pendidikan dan
siswa mungkin digunakan secara tidak berfokus pada perbaikan KBM,
langsung melalui guru dan ruang kelas, kontribusi pendidikan bagi
dapat menambah masalah ukuran. Ketiga, otoritas lokal dan masyarakat,
informasi representasi sekolah yang handal serta kemitraan dengan stake-
tentang indikator-indikator mutu masih holders sekolah.
minim. (3) Hubungannya dengan manaje-
2. Guru men strategik organisasi
Mutu sekolah meningkat ketika guru Ini terlihat dari adanya hubungan
memiliki keterampilan akademik yang strategis antara bagian pendidi-
tinggi, memiliki beberapa tahun pengalam- kan di sekolah dengan pengelola-
an mengajar, mengajar sesuai bidangnya an organisasi sekolah serta
sebagaimana mereka dilatih, dan terlibat adanya sistem yang efektif untuk
dalam program induksi yang bermutu tinggi menyampaikan strategi organisasi
serta pengembangan profesional. Ketika sekolah.
guru yang tidak efektif itu mengajar, mereka b. Efektivitas kepemimpinan dan
tidak dilatih mengajar sehingga mempenga- manajemen, meliputi:
ruhi hasil belajar siswa yang rendah. Guru (1) Kualitas kepemimpinan
akan lebih efektif mengajar ketika mereka Kepala sekolah menciptakan etos
terlibat dalam aktivitas pengembangan kerja yang positif, memperbaiki
profesional yang bermutu, tetapi tidak ada kinerja dan kepemimpinan dirinya
bukti statistik untuk mengevaluasi sendiri, serta memadukan kualitas
hubungan tersebut. dan kepemimpinan di sekolah
3. Ruang Kelas untuk meningkatkan mutu
Untuk memahami keefektifan ruang kelas, sekolah.
maka diperlukan pemahaman tentang isi (2) Hubungannya dengan orang dan
kurikulum, pedagogi, materi pelajaran dan pengembangan dari kerja tim
peralatan sekolah yang digunakan. Siswa Kepala sekolah mendukung
tampak beruntung ketika isi pelajaran
program pelatihan dan pengem-
terfokus serta memiliki tingkat intelek-
bangan staf sekolah untuk
tualitas dan tantangan kognitif yang tepat.
peningkatan mutu sekolah,
Siswa yang lebih muda, terutama siswa
yang tidak beruntung dan siswa minoritas mendorong kerja tim, serta
tampak belajar lebih baik di dalam kelas memantau persepsi staf sekolah
kecil. tentang motivasi dan kepuasan
The Scottish Executive Education Department kerja.
(2000) membagi bidang-bidang utama dari c. Pengembangan kebijakan, meliputi:
indikator-indikator mutu pendidikan ke dalam (1) Bidang, kelayakan, dan kejelasan
lima bidang, yaitu: dari kebijakan

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

Ini terlihat dari adanya kebijakan (2) Bidang, kelayakan, dan efektifitas
sekolah yang diperbaharui secara dari berbagai pendekatan untuk
sistematis serta adanya hubungan mengkomunikasikan tujuan,
yang jelas antara kebijakan sekolah kebijakan, dan kinerja bagi
dengan tindakan yang diharapkan penyusunan formasi karyawan
oleh stakeholders sekolah. dan pengangkatan karyawan
(2) Hubungannya dengan kebijakan Ini terlihat dari adanya kepala
organisasi sekolah yang mengkomunikasi-
Ini terlihat dari adanya kebijakan kan kinerja sekolah, adanya akses
dari bagian pendidikan di sekolah informasi untuk membuat
yang berkaitan dengan visi kebijakan sekolah, serta adanya
strategik dari Komite Sekolah serta pendekatan sistematis untuk
adanya hubungan yang jelas berkomunikasi di sekolah.
antara Komite Sekolah dengan
otoritas lokal. 3. Manajemen Operasional
a. Perencanaan jasa, meliputi:
2. Konsultasi dan Komunikasi (1) Pengorganisasian dan pengelola-
a. Mekanisme konsultasi, meliputi: an kinerja serta perencanaan
(1) Bidang, kelayakan, dan efektifitas kerangka kerja
dari berbagai pendekatan untuk Ini terlihat dari adanya
melibatkan pelanggan dalam perencanaan jasa yang
membentuk kebijakan dan terintegrasi ke dalam pengelolaan
layanan dan penyusunan rencana sekolah
Ini terlihat dari adanya konsultasi serta adanya proses perencanaan
pendidikan yang dikelola secara jasa yang memperhatikan
efektif, adanya umpan balik pada perubahan lingkungan sekolah.
hasil konsultasi pendidikan, serta (2) Struktur dan isi dari Rencana Jasa
adanya mekanisme konsultasi Ini terlihat dari adanya hubungan
untuk memenuhi kebutuhan yang jelas antara Rencana Jasa
sekolah. Kependidikan (RJK) dengan
(2) Bidang, kelayakan, dan efektifitas tujuan sekolah, adanya
dari berbagai pendekatan untuk penyusunan RJK yang terstruktur
melibatkan penyusunan formasi dengan baik dan berfokus pada
karyawan dan pengangkatan pelanggan sekolah.
karyawan dalam membentuk (3) Kelayakan dari tujuan-tujuan
kebijakan dan layanan peningkatan dan ukuran-ukuran
Ini terlihat dari adanya etos kerja kinerja yang berkaitan
sekolah yang dapat meningkatkan Ini terlihat dari adanya tujuan
konsultasi pendidikan serta peningkatan sekolah yang berfo-
adanya keterlibatan staf sekolah di kus pada kebutuhan sekolah serta
dalam pengembangan kebijakan adanya hasil dari RJK yang
sekolah. SMART (Specific, Measurable,
b. Mekanisme komunikasi, meliputi: Action-linked, Realistic-linked and
(1) Bidang, kelayakan, dan efektifitas Time-linked).
dari berbagai pendekatan untuk (4) Kualitas dari perencanaan
mengkomunikasikan tujuan, tindakan untuk mencapai tujuan-
kebijakan, provisi, dan kinerja bagi tujuan peningkatan dan ukuran-
pelanggan. ukuran kinerja yang berkaitan
Ini terlihat dari adanya mekanisme Ini terlihat dari adanya tindakan
penyebaran informasi sekolah perbaikan mutu dan keterlibatan
yang meliputi sistem publikasi staf sekolah yang mencerminkan
sekolah yang baik serta adanya praktek yang terbaik serta adanya
laporan kinerja dari masyarakat ukuran-ukuran kinerja sekolah
terkait strategi organisasi dan yang ditetapkan untuk tujuan jasa
informasi sekolah. pendidikan.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 91
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

b. Penyebarluasan dan efektifitas dari Ini terlihat dari adanya pening-


staf, meliputi: katan penggunaan sumber daya
(1) Penyebarluasan staf dan pemba- sekolah, adanya peningkatan
yarannya dalam pemeliharaan aset sekolah,
Ini terlihat dari adanya serta adanya peningkatan kinerja
penyebarluasan staf sekolah yang sekolah terkait studi banding
merupakan prioritas RJK serta dengan sekolah lain.
adanya Kepala Sekolah yang b. Manajemen keuangan, meliputi:
menerjemahkan tugas staf sekolah (1) Pengelolaan anggaran yang efektif
yang berhubungan dengan Ini terlihat dari adanya kepala
pembayaran staf sekolah. sekolah yang melakukan perenca-
(2) Efektifitas staf dalam mengelola naan, penganggaran, dan peninja-
pembayaran untuk mencapai uan ulang kinerja sekolah untuk
tujuan strategis dan prioritas yang mencapai Nilai Terbaik serta ada-
direncanakan nya mekanisme konsultasi peng-
Ini terlihat dari adanya staf sekolah anggaran sekolah.
yang berkontribusi penting bagi (2) Bidang dan penyebarluasan dari
pengelolaan jasa pendidikan, adanya prosedur keuangan
staf sekolah yang bekerja dengan baik Ini terlihat dari adanya prosedur
di dalam tim serta mempunyai keuangan sekolah yang jelas serta
pengetahuan dan keahlian terbaru. adanya kepala sekolah yang
meninjau ulang prosedur keuang-
4. Manajemen Sumber Daya dan Manajemen an sekolah dan membuat perbai-
Keuangan kan di sekolah.
a. Manajemen sumber daya, meliputi: (3) Proses pengumpulan, analisis dan
(1) Pendekatan strategik untuk evaluasi informasi keuangan
alokasi sumber daya. Ini terlihat dari adanya kepala
Ini terlihat dari adanya pedoman sekolah yang mempunyai proses
alokasi sumber daya secara umum yang efektif untuk mengumpulkan
dan khusus yang memperhatikan informasi keuangan sekolah,
prioritas nasional dan lokal serta menganalisis dan mengevaluasi
adanya penilaian sumber daya kinerja keuangan sekolah.
sekolah untuk tiga tahun
berikutnya. 5. Pemantauan Kinerja dan Peningkatan yang
(2) Pendekatan sistematis dari Berkesinambungan
pengelolaan sumber daya a. Mengukur, memantau dan
Ini terlihat dari adanya rencana mengevaluasi kinerja, meliputi:
pengelolaan aset sekolah, adanya (1) Bidang dan ketelitian dari proses
pengetahuan tentang dampak aset mengumpulkan informasi untuk
sekolah bagi masyarakat dan staf mengukur penyusunan formasi
sekolah, serta adanya rencana karyawan dan kinerja dari otoritas
pemanfaatan teknologi di sekolah. yang berwenang.
(3) Strategi untuk meningkatkan Ini terlihat dari adanya strategi dan
ekonomi, efisiensi dan efektifitas kebijakan untuk memantau kinerja
dalam penggunaan sumber daya sekolah, adanya pengumpulan
Ini terlihat dari adanya ukuran- informasi sekolah secara
ukuran kualitas terkait utilisasi komprehensif, serta adanya
sumber daya sekolah serta adanya evaluasi sekolah yang cermat
kepala sekolah yang secara teratur sehingga nampak suportif.
meninjau ulang kinerja dan (2) Bidang dan ketelitian dari proses
proposal sekolah untuk pening- menganalisis dan mengevaluasi
katan kinerja sekolah. penyusunan formasi karyawan
(4) Bukti-bukti peningkatan pengelo- dan kinerja dari otoritas yang
laan sumber daya berwenang

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

Ini terlihat dari adanya kepala Pendekatan TQM mempunyai 4 pendekatan


sekolah yang melakukan analisis yang sifatnya berlaku umum, yaitu:
dan evaluasi data sekolah, adanya 1. Sekolah harus memformulasikan visi
standar kinerja dan target sekolah, mengenai apa yang dimaksud dengan mutu
serta adanya studi banding kinerja sekolah dan bagaimana bisa mencapai
sekolah terhadap pendidikan mutu di sekolah.
nasional. 2. Manajemen sekolah harus ikut terlibat
b. Peningkatan kinerja yang berkesinam-
secara aktif.
bungan, meliputi:
3. Sekolah harus cermat dan hati-hati
(1) Bukti-bukti dari peningkatan
merencanakan dan mengorganisasikan
standar kinerja pada bidang yang
ditargetkan untuk perbaikan upaya perbaikan mutu dengan langkah
Ini terlihat dari adanya bukti awal yang benar-benar efektif.
tentang peningkatan kinerja 4. Pengendalian harus dilakukan pada selu-
sekolah serta adanya mekanisme ruh proses pendidikan.
yang efektif untuk menyebarkan Ada dua tahap penting dalam implemen-
praktek kualitas terbaik di sekolah. tasi TQM di sekolah, yaitu:
1. Mengidentifikasi pelanggan di sekolah.
2. Menganalisis proses implementasi TQM
Kesimpulan sekolah dengan 14 Poin Deming.
Jadi, TQM ingin menerapkan mutu secara
Dalam prakteknya, manajemen mutu terpadu total sampai tingkat individu di dalam
(TQM) merupakan suatu gerakan atas kerja organisasi sekolah yang ukuran keberhasil-
manusia di dalam suatu organisasi yang selalu annya adalah kepuasan pelanggan atau daya
berupaya mencapai yang terbaik secara saing di sekolah. Suatu sekolah yang secara
sistematis, konsisten, dan terus-menerus. cermat menerapkan TQM akan memulainya
Penerapan TQM merupakan kunci utama dengan pemahaman mutu di seluruh jajarannya.
bagi setiap sekolah dalam menghadapi Oleh karena TQM itu berfalsafah keunggulan
persaingan yang begitu ketat. TQM dapat mutu, maka mutu yang ingin dicapai secara
menjadi suatu alat yang sangat bermanfaat berkesinambungan adalah mutu yang setinggi-
dalam bidang pendidikan meskipun itu tingginya. Hasil akhir dari implementasi TQM
dikembangkan menurut konsep manufaktur. akan mengakibatkan operasi sekolah yang lebih
Unsur-unsur kunci dari suatu implementasi efisien dan sikap tim kerja yang lebih baik.
TQM sekolah yang sukses adalah:
1. Memperoleh dukungan dari setiap warga
sekolah dalam rantai supervisi. Daftar Pustaka
2. Mutu harus ditentukan oleh para pelanggan
di sekolah. Cotton, Kathleen. (1994). Applying total quality
3. Perhatian harus ditekankan kepada setiap management principles to secondary
proses dengan terus-menerus menguman- education http://www.nwrel.org/
dangkan peningkatan mutu sekolah. scpd/sirs/9/s035.html
4. Prestasi di sekolah harus diperoleh melalui Crosby, Philip B. (1978). Quality is free: the art of
pemahaman visi, bukan dengan pemaksaan making quality certain. New York: Mc.
Graw Hill Book Company
peraturan di sekolah.
Deming, W. Edwards. (1986). Out of the crisis.
5. Sekolah harus menghasilkan siswa yang
Cambridge: Cambridge University Press
memiliki ilmu, keterampilan, sikap
Departemen Pendidikan Nasional. (2001).
bijaksana, berkarakter, dan memiliki Manajemen peningkatan mutu berbasis
kematangan emosional. sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan
6. Menggunakan 14 Poin Deming sebagai Nasional
suatu panduan dan mengecek poin-poinnya Ishikawa, K. (1992). Pengendalian mutu terpadu.
selama usaha implementasi TQM di Diterjemahkan dari What is total quality
sekolah.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 93


Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

control? oleh Ir. H.W. Budi Santoso. The Scottish Executive Education Department.
Bandung: PT Ramaja Rosdakarya (2000). Quality management in education.
Juran, Joseph M. (1992). Juran on quality by design: Scotland: Crown
the new steps for planning quality into goods Umadi. (1999). Manajemen peningkatan mutu
and services. New York: The Free Press berbasis sekolah. Jakarta: Direktorat
Mayer, Daniel P. et al. (2000). Monitoring school Jenderal Pendidikan Dasar dan
quality: An indicators report. US: U.S. Menengah Departemen Pendidikan
Department of Education Nasional
Soemardi, Tresna P. Total quality management Winn, Robert C. & Green, Robert S . (1998).
sebagai kunci keunggulan bersaing: International journal engineering
Majalah Usahawan, Vol 12 Desember education:: applying total quality
1995 management to the educational process
Suardi, Rudi. (2001). Sistem manajemen mutu ISO
9000:2000 : Penerapannya untuk mencapai
TQM. Jakarta: Penerbit PPM

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber
Opini

Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

B.P. Sitepu*)

Abstrak
elaras dengan perubahan paradigma terhadap pendidikan, khususnya terhadap pembelajaran,

S tulisan ini membahas tentang penyusunan buku teks pelajaran berbasis aneka sumber. Tulisan
ini diawali dengan perubahan paradigma terhadap pendidikan yang membawa dampak
perubahan kedudukan peserta didik dalam proses belajar dan membelajarkan. Peserta didik
menjadi subjek dan pusat perhatian dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran. Pendidik
berperan lebih sebagai perancang, pengelola, fasilitator, tutor, dan mentor. Kemudian, tulisan ini
membahas peranan buku teks pelajaran sebagai salah satu sumber belajar. Berkaitan dengan usaha
memberikan kecakapan belajar agar mampu belajar sepanjang hayat, tulisan ini mengangap perlu
menyusun buku teks pelajaran yang dapat dijadikan acuan dalam mewujudkan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Isi buku pelajaran dianggap perlu dikembangkan
dengan mendayagunakan berbagai sumber belajar di lingkungan peserta didik. Dalam menyusun
buku yang berbasis aneka sumber itu, tulisan ini menawarkan sejumlah gagasan yang perlu
dikembangkan dalam menyusun isi, metode pengembangan isi, bahasa, ilustrasi, dan grafika buku
teks pelajaran.

Kata kunci: Paradigma pendidikan, pembelajaran, sumber belajar, pembelajaran kontekstual, buku
teks pelajaran.

In the line of paradigm shift about education, particularly in teaching-learning process, this article
discusses the textbooks based on various resources. The first part of this article describes the paradigm
shift about education and its impacts on the learners roles in teaching-learning process. The learners
become the subjects and the focus of interest in designing and conducting the instructional programs.
Teacher acts more as an instructional designer and manager, facilitator, tutor, and mentor. Next, this
article discusses the role and function of textbook as learning resource. To make instructional process
becomes active, creative, innovative, effective, and joyful as well as to enable the learners to obtain
life-long learning skill, the textbooks should provide rich information referring to and utilizing various
learning resources available within their environment. With this context in mind, this article proposes
a set of ideas to be elaborated further in developing the textbooks based on various learning resources,
such as considerations in developing content, methods of developing content, language, illustration
and graphic aspects..

pembelajaran), serta perubahan lingkungan


Perubahan Paradigma yang terjadi secara alamiah atau karena
tentang Pendidikan perbuatan manusia, mempengaruhi cara
berpikir manusia. Perubahan-perubahan yang
Kemajuan yang pesat di bidang ilmu terus menerus terjadi, juga mendorong
pengetahuan (termasuk ilmu pendidikan) dan perubahan cara berpikir manusia menanggapi
teknologi (termasuk teknologi pendidikan/ dunia atau apa yang disebut Lincoln (1985: 29)

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 95


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

dengan istilah paradigma atau Weltanschauung. Tabel 2: Perubahan Sistem Pendidikan


Sebagai ilustrasi, Reigeluth (1994:5) memberikan dari Era Industri ke Era Informasi
contoh perubahan cara berpikir manusia
terhadap sarana transportasi, keluarga, Era Industri Era Informasi
perusahaan, dan pendidikan dari era pertanian, B u k u s e b ag ai al at Teknologi sebagai alat
ke era industri, sampai ke era informasi. Khusus
di bidang pendidikan, Reigeluth (1994:8) Buku teks tunggal Perpustakaan
elektronik
menggambarkan terjadi perubahan pandangan
manusia terhadap pendidikan akibat perubahan Ruang kelas sebagai Dunia sebagai ruang
di lingkungan kerja dari era industri ke era dunia k e l as
informasi, sebagai berikut.
Berfokus kepada Berfokus pada
pembicara pertanyaan
Tabel 1: Perubahan Sistem Pendidikan
Tingkatan tergantung Pengembangan terus
dari Era Industri ke Era Informasi Akibat u si a menerus
Perubahan di Lingkungan Kerja
K e l u l u s an Belajar seumur hidup
Era Industri Era Informasi
Orang terdidik Pemelajar mandiri
Tingkat kelas Kemajuan terus
menerus Menguasai materi Berbasis hasil
Penguasaan isi Belajar berdasarkan
Tes beracuan standar Tes berbasis kinerja
kemampuan

Tes berdasarkan Tes individual Kelas atau sekolah Dunia menentukan


patokan menentukan standar standar

Penilaian tidak Penilaian berdasarkan Ingatan hafalan Pemecahan masalah


autentik kinerja (performanc e)
Fakta-fakta terisolasi Keterhubungan
Penyampaian bahan Rencana belajar secara divisualisasikan
ajar berdasarkan individual
kelompok Keterampilan Keterampilan
membaca terisolasi komunikasi di semua
Belajar secara bersaing Belajar kooperatif media
K e l as P u s at b e l aj at
Pembelajaran bersaing Pembelajaran
Guru sebagai sumber Guru sebagai kooperatif
pengetahuan pemandu dan tutor
d al am b e l aj ar Kompetisi antar rekan Kolaborasi dengan
k e l as komunitas pemelajar
Menghapal fakta yang Kemampuan berpikir
tidak berarti dan memecahkan Guru sebagai Guru sebagai pelatih,
masalah, dan membuat pengucur pembimbing, dan
makna pengetahuan fasilitator

Kemampuan Kemampuan Pamer hasil Bimbingan dari orang


membaca dan menulis berkomunikasi l ai n
yang terpisah.
B e l aj ar s e s u ai k as u s Belajar sesuai waktu
B u k u s e b ag ai al at Teknologi maju
sebagai alat. Tertutup Terbuka

Langkah dan tahapan Identifikasi tujuan


Sedikit berbeda dengan pendapat Regeluth, standar untuk semua belajar individual
Belt (1997) menunjukkan perubahan di dalam siswa
pendidikan dari era industri ke era informasi
dapat dilihat pada tabel 2.
Teknologi informasi dan teknologi meluas di berbagai kehidupan manusia. Seperti
komunikasi sudah berkembang pesat dalam terlihat pada Tabel 1 dan 2, terdapat perubahan
dekade akhir abad ke 20. Akan tetapi, dalam abad paradigma atas pendidikan yang antara lain
ke 21 ini teknologi informasi dan komunikasi sebagai akibat dari merebaknya perkembangan
terus berkembang dan dimanfaatkan secara teknologi informasi dan teknologi komunikasi.

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

Quantum Teaching menggabungkan kemampuan


Perkembangan Pembelajaran dan keistimewaan yang dimiliki peserta didik
sehingga memperoleh prestasi yang
Perkembangan dalam ilmu pendidikan juga mengagumkan. Perubahan dalam cara belajar
telah mengubah kedudukan peserta didik dalam dan membelajarkan terjadi begitu cepat dalam
proses belajar dan membelajarkan. Fokus dekade terakhir abad ke 20. Bahkan, Dryden
kegiatan belajar-membelajarkan tidak lagi dan Vos dalam buku mereka The Learning
berpusat pada pendidik/guru, tetapi pada Revolution: The Change the World Learn (1999)
peserta didik. Dengan demikian, kedudukan
menyebutkan terjadi revolusi dalam cara belajar
pendidik/guru, pendekatan dan metode belajar
dan membelajarkan
dan membelajarkan juga berubah. Guru lebih
Dengan membanding-bandingkan
berfungsi sebagai perencana dan pengelola
bagaimana belajar didefinisikan oleh berbagai
pembelajaran, tutor, dan motivator. Metode
ahli psikologi dan ahli pendidikan (Glenn E.
pembelajaran diarahkan pada membuat peserta
Snelbecker,1974: 12-15), pada hakikatnya belajar
didik aktif belajar secara mandiri dan dalam
dapat diartikan sebagai upaya sadar, berencana,
kelompok untuk memperoleh pengetahuan dan
dan sistematis untuk mengubah perilaku ke arah
keterampilan untuk mengetahui (to know),
yang lebih baik dan bersifat relatif menetap. Hasil
melakukan (to do), memiliki jati diri (to be), hidup
belajar dalam bentuk perubahan perilaku itu
bersama to live togather), serta bagaimana belajar
dipergunakan untuk mengatasi masalah dan
(to learn).
mengembangkan kualitas hidup sehingga lebih
Perubahan paradigma atas pendidikan
baik, baik di dunia maupun di akhirat.
mendorong perubahan yang cepat pula dalam
Agar peserta didik memperoleh
metode belajar dan membelajarkan. Pada tahun
pengalaman belajar
tujuh puluhan
yang sesuai untuk
DePorter bersama
mencapai tujuan
Hernaki mengem-
belajar, maka pem-
bangkan cara bel- Agar peserta didik memperoleh belajaran yang dike-
ajar dan membe- pengalaman belajar yang sesuai hendaki adalah pem-
lajarkan diawali di untuk mencapai tujuan belajar, belajaran aktif, krea-
Sekolah Bisnis di maka pembelajaran yang tif, inovatif, efektif,
daerah Vermont dikehendaki adalah pembelajaran dan menyenang-
serta pada awal aktif, kreatif, inovatif, effektif, dan kan (PAKIEM).
tahun delapan pu- menyenangkan (PAKIEM). Pembelajaran aktif
luhan dikembang-
memiliki ciri:
kan di Super Camp
menuntut siswa
di Kirkwood Mea-
mempelajari bahan
dows, California.
ajar sebelum pem-belajaran di kelas, mendorong
Dalam program Super Camp itu mereka mem-
siswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas,
perhatikan dan mengembangkan semua potensi
menuntut siswa melakukan diskusi kelompok
yang dimiliki oleh peserta didik, menumbuhkan
di kelas, menuntut siswa memberikan tanggapan
rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan
atas isi bahan ajar,dan mendorong siswa
kemampuan berkomunikasi dalam suatu
mengetahui lebih lanjut atau lebih jauh.
lingkungan yang menyenangkan. Cara belajar
Pembelajaran kreatif memiliki ciri
yang mereka sebut dengan Quantum Learning
mendorong peserta didik menemukan gagasan
(1992) sebagai suatu cara belajar yang nyaman
baru, mendorong peserta didik untuk
dan menyenangkan. Quantum Learning yang
mengkomunikasikan ide mereka dalam berbagai
dianggap cukup berhasil itu menuntut
bentuk secara tertulis dan lisan, mendorong
perubahan pada cara guru membelajarkan
peserta didik untuk mencari dan memperoleh
peserta didik. DePorter, Reardon, dan Singer-
informasi melalui gagasan-gagasan lisan
Nourie, metode pembelajaran yang mereka sebut
maupun tulisan., mendorong peserta didik
Quantum Teaching (1999) merupakan cara-cara
mengembangkan alternatif pemecahan masalah,
yang dapat dipergunakan guru untuk membuat
dan mendorong peserta didik untuk menggu-
Quantum Learning dipraktikkan di kelas. nakan sumber belajar lain.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 97


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

Pembelajaran inovatif memiliki ciri 5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama


mendorong peserta didik menemukan gagasan dengan masyarakat
baru dan mendorong peserta didik membuat hal- 6. Menerapkan penilaian autentik
hal yang baru. Sedangkan pembelajaran effektif Keberhasilan penerapan pembelajaran
memiliki ciri peserta didik mencapai indikator kontekstual perlu melibatkan berbagai pihak
kompetensi, peserta didik mencapai kompetensi serta sumber belajar dan tidak hanya berasal dari
dasar, dan peserta didik mencapai standar buku dan guru, melainkan juga dari lingkungan
kompetensi. sekitar baik di rumah maupun di masyarakat;
Yang dimaksud pembelajaran menye- strategi pembelajaran kontekstual memiliki
nangkan adalah membuat suasana belajar banyak variasi sehingga memungkinkan guru
membelajarkan menggembirakan, memberikan untuk mengembangkan model pembelajaran
kebebasan berekspresi kepada peserta didik, yang berbeda dengan keajegan yang ada.
menghargai peserta didik yang berhasil, dan Untuk melengkapi dan memperkaya
menunjukkan penggunaan berbagai metode kemampuan peserta didik serta untuk
belajar yang bervariasi. Suasana pembelajaran memudahkannya mempelajari pengetahuan
yang demikian memberikan motivasi dan atau keterampilan baru, dalam proses belajar-
semangat belajar untuk lebih berprestasi. membelajarkan peserta didik perlu
Di samping proses pembelajaran memiliki menggunakan berbagai sumber.
ciri aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan, pembelajaran juga perlu
dilakukan secara kontekstual. Konsep ini Perkembangan Buku Pelajaran
didasarkan pada hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan bahwa siswa belajar Buku merupakan kumpulan kertas tercetak yang
dengan baik jika apa yang dipelajari terkait berisi informasi dalam hal tertentu dan disusun
dengan apa yang telah diketahui dan dengan secara sistematis, dijilid, dan diberi kulit
kegiatan yang atau peristiwa yang terjadi di pelindung (cover) serta dapat dijadikan sebagai
sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan salah satu sumber belajar-membelajarkan.
pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu Pengertian ini jelas masih mengacu pada wujud
pengetahuan, mengumpulkan dan fisik buku dalam bentuk buku seperti terlihat
menganalisis data, memecahkan masalah- dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998),
masalah tertentu baik secara individu maupun Ensiklopedia Indonesia (1980), dan rumusan
kelompok Unesco yang dikutip oleh Andriese dkk (1964).
Pembelajaran kontekstual membantu guru Di lingkungan Departemen Pendidikan
mengaitkan bahan pelajaran dengan keadaan/ Nasional buku dikelompokkan ke dalam dua
dunia nyata dan memotivasi peserta didik jenis yaitu buku teks pelajaran dan buku untuk
membuat hubungan antara pengetahuan dan perpustakaan sekolah. Buku teks pelajaran
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai adalah buku teks wajib untuk digunakan di
anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sekolah yang memuat materi pembelajaran
pekerja. Dengan menerapkan konsep dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
pembelajaran kontekstual, guru dapat nasional. Oleh karena itu buku teks pelajaran
memberikan keterampilan hidup (life skills) yang
harus melalui proses penilaian yang objektif
lebih kongkrit. Melalui pembelajaran ini, siswa
untuk menjamin mutu isi, metode pembelajaran,
menjadi lebih responsif dalam menggunakan
bahasa, dan grafikanya. Buku teks pelajaran
pengetahuan dan keterampilan di kehidupan
wajib dipakai oleh guru dan siswa sebagai
nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk
acuan dalam proses belajar-membelajarkan.
belajar.
(Pasal 1 s.d. 3, Peraturan Menteri Pendidikan
Beberapa strategi pengajaran yang dapat
Nasional, No. 11 thn 2005).
dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran
Di samping buku teks pelajaran, guru dan
kontekstual, antara lain:
siswa dapat menggunakan buku perpustakaan
1. Pembelajaran berbasis masalah.
untuk menambah atau memperkaya
2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk
pengetahuan. Buku perpustakaan sekolah itu
memperoleh pengalaman belajar
3. Memberikan aktivitas kelompok termasuk buku panduan guru dan buku referensi
4. Membuat aktivitas belajar mandiri lainnya.

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

Dengan menggunakan teknologi informasi, belajar tentang apa saja, dan belajar untuk tujuan
bahan ajar dapat ditampilkan dengan apa saja. Peserta didik dapat menggunakan
menggunakan media elektronik seperti berbagai alam, lingkungan, orang dan apa saja dalam
bentuk disk (compact disk, flash disk, dll) dengan memperoleh informasi sebagai bahan ajar.
tetap menggunakan format buku. Penerbitan Dengan demikian, bahan ajar tidak hanya
buku elektronik itu lebih cepat dan murah serta bersumber dari buku serta bahan ajar cetak
lebih mudah disebarkan. Di lain pihak dengan lainnya atau dari media noncetak seperti kaset,
menggunakan berbagai program, bahan ajar CD, dan internet/komputer. Bahkan untuk
dapat disusun dan disajikan secara interaktif keperluan tertentu seperti untuk belajar IPA,
dan lebih menarik. Menurut Grycz dalam peserta didik dapat belajar dengan mengamati
Altabach (1998: 131-132) penerbitan buku gejala-gejala alam yang ada di sekitarya. Alam
elektronik berkembang pesat di abad ke-21 ini dijadikan sebagai laboratorium, tempat
dan dapat menggeser kedudukan buku dalam melakukan pengamatan dan percobaan.
wujud kertas apabila tidak dilakukan Sumber, tempat, dan waktu belajar menjadi lebih
penyempurnaan dan penyesuaian dalam terbuka dan lebih luas serta dapat juga menjadi
menyusun dan menyajikan informasi dalam lebih murah. Keberhasilan belajar berbasis
buku konvensional. aneka sumber ini sangat tergantung pada
Mengingat semakin mahalnya harga buku kemampuan dan kejelian pendidik/guru dan
dan berbagai kendala dalam menyalurkan buku peserta didik dalam mengamati dan memilih
ke sekolah, Depdiknas menggunakan buku sumber-sumber belajar yang ada di
elektronik (e-book) yang disebarkan melalui lingkungannya yang tepat dijadikan sebagai
internet. Untuk tahun pelajaran 2008/2009 ini bahan ajar untuk keperluan tujuan belajar
Depdiknas sudah menyebarluaskan 47 judul tertentu.
buku pelajaran pokok dan akan terus meningkat Penyusunan buku teks pelajaran di
hanya sampai 250 judul buku untuk SD/MI, Indonesia dewasa ini terkesan kaku dan kering
SMP/MTs, dan SLTA. Buku elektronik ini dapat sehingga kurang memotivasi siswa untuk
dengan cepat disebarkan dan setiap siswa bebas belajar. Supriadi (2000) melihat keadaan ini
membuka dan mengunduhnya (down load) berkaitan erat dengan pemikiran penyusun
sehingga lebih murah dibandingkan kalau naskah buku teks pelajaran yang beranggapan
naskah buku itu dicetak. bahwa guru akan memberikan uraian lebih rinci
Internet menawarkan berbagai data dan atas bahan ajar yang disajikan dalam buku itu
informasi mutakhir yang dapat dipergunakan sehingga menjadi lebih jelas dan menarik.
sebagai sumber belajar-membelajarkan. Banyak Kebanyakan pula buku teks pelajaran terlalu
ilmuwan dan tokoh menyebarluaskan temuan terikat pada tujuan dan materi pokok yang
dan gagasannya melalui internet. Kemudahan ditetapkan dalam kurikulum, sehingga
memperoleh informasi melalui internet membuat penyusun buku pelajaran kurang memper-
sumber informasi untuk belajar-membelajarkan hatikan sumber-sumber belajar lain yang ada di
tidak hanya terbatas pada kelas, sekolah, dan sekolah dan di lingkungan siswa tinggal. Hal
lingkungan siswa saja tetapi memungkinkan yang demikian menurut Chattry-Komarek (1996)
siswa memperoleh informasi dari berbagai antara lain mengakibatkan belajar kontekstual
tempat di dunia. (Forsyth, 2001). Dengan (contextual learning) kurang terlihat dalam buku
demikian, hal yang penting bagi siswa ialah teks pelajaran.
keterampilan mencari dan memilih informasi Dalam era informasi, di berbagai negara
dari internet secara cepat dan sesuai dengan yang maju di bidang teknologi informasi dan
kebutuhan belajarnya. komunikasi seperti Jepang, Korea, Amerika, dan
Oleh karena berbagai keterbatasan dana dan Inggris, kedudukan buku sebagai alat
sarana pendidikan (khususnya alat-alat pendidikan/pembelajaran secara berangsur
praktik/laboratorium) dan sering juga dialami mulai digantikan oleh teknologi. Buku bukan
kurangnya jumlah tenaga pendidik/guru yang lagi merupakan media cetak tunggal yang
bermutu, dewasa ini berkembang konsep belajar dipergunakan sebagai sumber belajar, tetapi
berbasis aneka sumber yang dikenal dengan telah dapat digantikan oleh perpustakaan
akronim bebas. Konsep ini mengembangkan elektronik. Dengan demikian, keterampilan
proses belajar dengan sumber belajar apa saja, membaca yang sebelumnya diandalkan dalam
belajar dari siapa saja, belajar kepada siapa saja, menyerap informasi dari buku/media cetak, di

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 99


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

era informasi ini yang dituntut adalah 2. Unsur yang cukup diperhatikan adalah
kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pembelajaran efektif dalam arti bahwa materi
media. Dengan dianggapnya proses belajar- isi buku dikembangkan untuk dapat
membelajarkan tidak hanya terbatas di kelas/ mencapai kompetensi yang ditetapkan
ruangan yang dibatasi dengan dinding, lantai dalam kurikulum.
dan langit-langit, tetapi dunia terbuka menjadi 3. Penggunaan buku teks pelajaran kurang
ruang belajar maka kedudukan dan fungsi buku memperhatikan sumber-sumber belajar lain,
menjadi berubah. sebagai rujukan atau pengayaan. Dengan
Di Indonesia buku teks pelajaran pada demikian masing-masing buku teks
umumnya masih dijadikan acuan utama dalam pelajaran terkesan disusun berdiri sendiri.
proses pembelajaran. Bahkan di sejumlah 4. Dilihat dari isi dan penyajiannya, buku teks
sekolah guru dapat melaksanakan pembelajaran pelajaran untuk mata pelajaran bahasa
mengacu pada buku teks pelajaran tanpa pernah Indonesia dan Matematika belum disusun
melihat kurikulum. Akan tetapi guru tidak dapat berbasis aneka sumber belajar.
menghadapi kesulitan melaksanakan pembe- Temuan dalam penelitian itu tidak dapat
lajaran tanpa buku teks pelajaran meskipun digenera-lisasikan, karena penyusun buku teks
kurikulum tersedia. Oleh karena sangat pelajaran yang berbeda dapat saja menyusun
beralasan kebijakan Departemen Pendidian buku dengan cara yang berbeda. Sungguh-pun
Nasional yang menyatakan bahwa buku teks demikian, hasil penelitian itu setidak-tidaknya
pelajaran yang dipakai di sekolah harus dipilih merupakan gejala yang mengggugah guru untuk
dari buku-buku yang telah melalui penilaian lebih mencermati isi buku teks pelajaran itu serta
Badan Standar Nasional Pendidikan serta melakukan penyesuaian dalam mengu-
dinyatakan layak nakannya sebagai
melalui keputusan sumber belajar bagi
Menteri Pendidikan siswa dan sumber
Nasional (Permen- pembel-ajaran bagi
diknas No. 11 Thn
Hasil penelitian (2007) yang
guru.
2005). Dalam penilai- dilakukan penulis atas lima judul Oleh karena di
an itu telah diper- buku teks pelajaran SMP terbitan kebanyakan
hatikan kelayakan 2006 menunjukkan, kelima buku sekolah di Indone-
dari segi isi, bahasa, tersebut belum menggunakan sia, guru masih
penyajian, dan kegra- mengandalkan
fikaan. Akan tetapi
pendekatan belajar berbasis aneka
buku teks pelajaran
sejauh manakah sumber. sebagai acuan
penyusunan buku dalam merancang
teks pelajaran ini dan melaksanakan
telah menerapkan prinsip-prinsip belajar pembelajaran serta dalam melakukan evaluasi
berbasis aneka sumber, perlu pencermatan lebih hasil belajar siswa (Pusat Perbukuan, 2005), buku
lanjut. pelajaran perlu disusun sesuai dengan
Hasil penelitian (2007) yang dilakukan perkembangan teori-teori pedagogik dan
penulis atas lima judul buku teks pelajaran SMP mengintegrasikannya dengan sumber-sumber
terbitan 2006 menunjukkan, kelima buku belajar yang ada di lingkungan siswa seperti
tersebut belum menggunakan pendekatan belajar sekolah, rumah, dan masyarakat sehingga proses
berbasis aneka sumber. Kecuali satu, empat dari belajar-membelajarkan dapat membuat siswa
buku yang dipergunakan sebagai buku teks aktif, kreatif, dan inovatif. Dengan demikian
pelajaran untuk Bahasa Indonesia dan
akan terwujud suasana belajar dan
Matematika kelas VIII SMP itu telah dinilai dan
pembelajaran yang efektif, efisien dan
dinyatakan layak dipakai sebagai buku teks
menyenangkan.
pelajaran oleh Mendiknas. Hasil penelitian yang
menggunakan teknik analisis isi menunjukkan
antara lain:
1. Isi dan penyajian kelima buku teks pelajaran Penyusunan Buku Teks Pelajaran
belum sepenuhnya disusun membuat
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, Secara umum dapat dikemukakan, dalam
efektif, menyenangkan, dan kontekstual. menyusun naskah buku teks pelajaran

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

pengembangan bahan ajar perlu mengacu pada


penyusun perlu memperhatikan (a) isi, (b) (a) tujuan pembelajaran, (b) karakteristik peserta
metode pembelajaran, (c) bahasa, (d) ilustrasi, didik, (c) karakteristik bahan ajar, (d) lingkungan
dan (e) unsur-unsur grafika, ketika naskah itu belajar, (e) sumber belajar yang tersedia, dan (f)
akan dicetak. Isi buku berkaitan dengan tuntutan alokasi waktu. Metode pengembangan bahan
kurikulum yang berlaku seperti standar ajar ini sangat berpengaruh pada efektivitas dan
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator efisiensi kegiatan belajar dan membelajarkan.
kompetensi. Untuk mencapai kompetensi itu Metode ini pula akan mempengaruhi sejauh
dalam kurikulum telah disebutkan materi pokok mana proses belajar aktif, kreatif, inovatif, dan
bahan ajar. Penyusun buku mengembangkan menyenangkan dapat diwujudkan.
materi pokok itu sehingga dapat mencapai Ketiga, bahasa merupakan alat komunikasi
masing-masing kompetensi dasar. Kedalaman untuk menyampaikan bahan ajar dari penyusun
dan keluasan uraian bergantung pada indikator buku teks pelajaran kepada peserta didik. Bahan
kompetensi yang hendak dicapai. Konsep dan ajar yang telah disusun secara tepat dilihat dari
teori yang disampaikan harus relevan dengan materi isi dan metodologi belajar dan
pokok bahasan, mutakhir dan benar pembelajaran akan bermanfaat sebagai sumber
berdasarkan disiplin ilmunya. Susunan dan belajar kalau disajikan dan disampaikan dengan
urutan konsep dan teori didasarkan pada menggunakan bahasa yang komunikatif, dapat
hubungan yang dapat bersifat hierarkial, dimengerti dengan mudah oleh pembaca/
prosedural, kelompok atau campuran ketiga- penggunanya. Hal-hal yang mempengaruhi
tiganya. Contoh aplikasi atau kegunaan teori penggunaan bahasa yang efektif dan efisien ialah
sedapat mungkin diambil dan dikembangkan pilihan kata (diksi), kaidah-kaidah bahasa yang
dari lingkungan serta kehidupan peserta didik. baik dan benar, susunan serta struktur kalimat
Dengan demikian belajar secara kontekstual dan paragraf, dan gaya bahasa. Dalam
dapat juga terlihat dari materi isi bahan ajar. menggunakan bahasa ini perlu diperhatikan (a)
Hal kedua yang perlu diperhatikan ialah kemampuan berbahasa peserta didik, (b) kaidah-
pengembangan materi isi bahan ajar dengan kaidah bahasa, (c) karakteristik bahan ajar, dan
metode pembelajaran yang tepat. Metode (d) lingkungan sosial/budaya setempat.
pembelajaran terkait dengan metode belajar Sebelum naskah dicetak, keterbacaan bahan ajar
dalam arti bahwa dalam memilih metode perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada calon
pembelajaran, penyusun buku teks pelajaran pemakai.
perlu mengetahui teori belajar yang sesuai. Keempat, ilustrasi berfungsi untuk
Dalam melaksanakan pembelajaran memperjelas konsep/teori dan dapat dibuat
berdasarkan Quantum Teaching, guru perlu dalam bentuk gambar, tabel, grafik, diagram,
mengetahui Quantum Learning; kalau secara teori, sketsa, denah, peta, atau potret. Dengan
siswa belajar dari yang kongkrit ke yang abstrak, menggunakan ilustrasi uraian dapat dibuat
penyusuan buku teks pelajaran menyajikan menjadi lebih singkat, jelas, terfokus, dan
bahan atau contoh yang nyata/kongkrit menarik. Untuk menunjukkan perubahan nilai
kemudian mengarah ke yang abstrak. Penyusun tukar dolar terhadap rupiah dalam satu bulan
buku pelajaran perlu pula memperhatikan misalnya, dapat disajikan dengan grafik
prinsip-prinsip belajar aktif dengan sehingga lebih singkat, jelas, dan menarik
memberikan kesempatan kepada siswa berperan daripada penjelasan dengan uraian/narasi. Di
serta dalam proses pembelajaran secara aktif samping hal-hal yang tidak mungkin
misalnya dengan memberikan kesempatan ditunjukkan dalam bentuk sesunguhnya karena
menemukan sendiri masalah dan cara berbagai keterbatasan atau untuk keselamatan,
pemecahannya yang terkait dengan pokok dapat disampaikan dalam bentuk gambar atau
bahasan. Memberikan kesempatan melakukan seketsa. Dalam membuat ilustrasi perlu
pengamatan, praktek, dan mendiskusikan diperhatikan (a) relevansi ilustrasi dengan
temuan-temuan mereka. Dalam proses belajar konsep atau fenomena yang hendak dijelaskan
dan pembelajaran itu dimanfaatkan aneka (b) ketepatan dan kesesuaian ilustrasi, (c) warna,
sumber belajar yang ada di sekitar tempat belajar khususnya kalau warna itu mengandung
dan tempat tinggal siswa, seperti pasar, makna, (d) dan penempatan ilustrasi,
perpustakaan, laboratorium, museum, pabrik, ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep
pertanian, sungai, hutan, dan internet. Metode yang dijelaskan dengan ilustrasi.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 101


Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber

Keenam, unsur-unsur grafika termasuk (a) Cohen, P. (1990). Publishing Development in


desain buku, (b) kertas dan ukuran buku, (c) Sumatra and West Kalimantan. London.
tipografi dan (d) tata letak kulit dan isi buku. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan
Sungguhpun tidak harus menguasai Cohen, P. (1991). Publishing development in eastern
pengetahuan tentang kegrafikaan ini, penyusun Indonesia. London. Laporan Penelitian.
buku teks pelajaran perlu tahu bahwa Tidak diterbitkan
penampilan fisik buku dapat memotivasi peserta DePorter, B., & Hernacki, M. (2000). Quantum
didik membaca dan mempelajarinya. Biasanya learning: Membiasakanbelajar nyaman
hal-hal yang berkaitan dengan kegrafikaan ini dan menyenangkan. Penerjemah:
dibahas oleh perancang buku (book designer) Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa
penerbit dan penyusunan buku teks pelajaran. DePorter, B., Reardon,M. & Singer-Nourie, S.
Di samping untuk daya tarik, unsur-unsur (2000). Quantum teaching: Memprektikkan
grafika ini mempengaruhi harga produksi buku quantum learning di ruang-ruang kelas.
pelajaran. Penerjemah: Ary Nilandari. Bandung: Kaifa
Dryden, G., & Vos, J. (2000). Revolusi cara belajar
(The learning revolution). Penerjemah: Word
Penutup ++ Translation service. Bandung: Kaifa
Forsyth, I. (2001). Teaching & learning materials &
Perubahan paradigma atas pendidikan telah the internet. London: Kogan Page Limited.
mengakibatkan perubahan dalam praktik belajar Johnson, E.B. (2007). Contextual teaching &
dan membelajarkan. Perkembangan dalam learning. Penerjemah\; Ibnu Setiawan.
metode belajar dan membelajarkan juga telah Bandung: MLC
mengubah fungsi dan peran sumber-sumber Komarek, C. K. (1996). Tailor-made textbooks.
belajar yang ada. Untuk meningkatkan proses Oxford: CODE Europe
dan hasil belajar peserta didik, diperlukan Porter, B., Mark R., & Sarah S. (1999). Quantum
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, teaching. Boston: Allyn and Bacon
dan menyenangkan dengan menggunakan Rowntree, D. 1994. Preparing materials for open, distance
berbagai sumber belajar. Dengan pemikiran yang and flexible learning: An action guide for teachers
demikian maka pengembangan bahan ajar & trainers. London: Kogan Page Limited
dalam buku teks pelajaran perlu disesuaikan Shadily, H. (Pem.Red). (1980). Ensiklopedi
dengan perkembangan teori belajar dan Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve
membelajarkan. Isi dan penyajian bahan ajar & Elsevier Publishing Projects
dalam buku teks pelajaran perlu disusun Sitepu, B. P. (1997). Industri buku di Indonesia.
mendukung terwujudnya pembelajaran yang Jakarta: Pusat Perbukuan
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Sitepu, B.P. (2006). Penyusunan buku pelajaran.
Ciri itu perlu dilihat pada materi, metode Jakarta: Verbum Publishing
pembelajaran dalam mengembangkan bahan Sitepu, B.P. (1998). Buku sebagai sumber
ajar, bahasa, ilustrasi dan grafika buku teks pembelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan
pelajaran. Sitepu, B.P. (2000). Otonomi penyediaan buku
pelajaran dalam Analisis CSIS. Tahun
XXIX/2000, No. 3. Jakarta: CSIS
Daftar Pustaka Supriadi, D. (2000). Anatomi buku sekolah di Indonesia:
Problematik penilaian, penyebaran dan
Altbach, P. G. & Teferra (Eds.). (1998). Publishing penggunaan buku pelajaran, buku bacaan dan buku
and develompment: A book of readings. sumber. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Chesnull Hill. Massachusets: Bellagio Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Publishing Network & Obor, The Pengembangan Bahasa. (1994). Kamus Besar
International Book Institute, Inc. Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Andriese, H.G. et al. (1994). Pengelolaa penerbitan _____.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
buku. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Askerud, P. (1998). Educational Publishing and Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Book Provision dalam Publishing and tentang Standar Pendidikan Nasional.
Development: A Book of Readings. Chesnut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Hill: Bellagio Publishing Network Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks
Belt, S. (1997). Emerging vision of information age Pelajaran dalam Himpunan Peraturan
education, http://www.pmx.com.gator Perundang-undangan. Jakarta: Fokusmedia

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Isu Mutakhir Isu Mutakhir

Isu Mutakhir

Hotben Situmorang*)

alam meningkatkan akademis diukur dengan IQ, b. SMP/MTs/SMPLB

D mutu pendidikan
sekaligus mening-
maka sistem kredit semester
dirancang bagi peserta didik
berlangsung selama 40
menit
katkan pemerataan yang memiliki IQ dalam c. SMA/MA/SMALB/
kesempatan memperoleh rentang 100 sampai 120. SMK/MAK berlangsung
pendidikan di jalur selama 45 menit.
pendidikan formal, penerapan Ciri Satuan Kredit Penugasan terstruktur
sistem kredit semester (SKS) di Semester (SKS) adalah kegiatan pembelajaran
SLTP dan SLTA menarik berupa pendalaman materi
perha-tian sejumlah sekolah. Dalam sistem kredit, tiap-tiap pembela-jaran oleh peserta
Disamping itu masalah buku mata pelajaran diberi harga didik yang dirancang oleh
teks pelajaran masih yang dinamakan nilai kredit pendidik untuk mencapai
merupakan isu yang selalu yang jumlahnya tidak sama standar kompetensi. Waktu
menarik perhatian untuk setiap mata pelajaran. penyele-saian penugasan
khususnya pada awal tahun Jumlah kredit ditentukan atas terstruktur ditentukan oleh
pelajaran. Penggu-naan dan besarnya usaha untuk menye- pendidik. Kegiatan mandiri
pemanfaatan buku sekolah lesaikan tugas yang tidak terstruktur adalah
elektronik (BSE) oleh dinyatakan dalam program kegiatan pembelajaran berupa
Depdiknas menimbulkan pendidi-kan seperti tatap pendalaman materi pembela-
polemik pro dan kontra. muka, tugas terstruktur, jaran oleh peserta didik yang
Berikut ini disampaikan maupun kerja mandiri. Secara dirancang oleh pendidik
informasi tentang SKS di SLTP umum perhitungan 1 SKS untuk mencapai standar
dan SLTA, serta tentang BSE. adalah 50 menit untuk tatap kompetensi. Waktu
muka + 60 menit untuk tugas penyelesaian tugas diatur
terstruktur + 60 menit sendiri oleh peserta didik.
kegiatan mandiri sehingga
Implementasi Sistem perhitungan secara total
Kredit Semester pada Tujuan Pelaksanaan SKS
menjadi 170 menit. Kegiatan
Jenjang SLTP dan SLTA 1. Untuk memberikan
tatap muka adalah kegiatan
kesempatan kepada
pembelajaran yang berupa
Sistem kredit dalam pendidi- siswa yang cakap dan
proses interaksi antara peserta
kan telah lama diterapkan di giat belajar agar dapat
didik dengan pendidik. Beban
berbagai perguruan tinggi di menyelesaikan studi
belajar kegiatan tatap muka
Eropa dan Amerika, termasuk dalam waktu yang
per jam pembelajaran pada
di Indonesia. Sistem kredit sesingkat-singkatnya.
masing-masing satuan
dalam pendidikan dirancang 2. Untuk memberi
pendidikan ditetapkan
untuk peserta didik dengan kesempatan kepada para
sebagai berikut.
kemampuan akademis siswa agar dapat
a. SD/MI/SDLB berlang-
normal. Jika kemampuan mengambil mata
sung selama 35 menit.

**)
Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


103
Isu Mutakhir

pelajaran yang sesuai melalui SKS yang harga buku akan lebih murah
dengan minat, bakat, dan diambilnya dibandingkan dengan buku
kemampuannya. 5. siswa mampu mengukur yang dijual penerbit. Dengan
3. Untuk mempermudah kemampuan diri, demikian diyakini program
penyesuaian kurikulum membuat pilihan mata ini akan membantu orang tua
dari waktu ke waktu pelajaran, belajar selain adanya program
dengan perkembangan mandiri, serta mengelola Bantuan Operasional Sekolah
ilmu dan teknologi yang waktu luang; (BOS) yang sudah
sangat pesat dewasa ini. Lingkup Nasional, dilaksanakan sebelumnya.
4. Untuk memberi menyangkut kesiapan: Diperkirakan, harga cetak
kemungkinan agar sistem 6. aturan pelaksanaan, buku yang diundu dari
evaluasi kemajuan sehubungan mutasi internet tidak akan
belajar siswa dapat siswa dari sistem SKS ke melampaui Rp. 8.000,00/
diselenggarakan dengan sistem paket (demikian buku. Dibandingkan dengan
sebaik-baiknya. sebaliknya); harga buku saat ini yang
5. Untuk memungkinkan 7. ujian nasional yang perlu untuk jenjang SD/MI dan
pengalihan transfer diadakan pada tiap SMP/MTs rata-rata Rp.
kredit antara jurusan, semester dengan bidang 25.000,00. Secara umum,
antara bagian, atau studi yang diikuti dapat program ini akan
antara sekolah pada dilakukan bertahap menghilangkan monopoli
jenjang yang sama. (dicicil); serta penerbitan buku pelajaran
8. kelulusan dan dan diharapkan bisa
Konsekuensi penerimaan siswa setiap menurunkan harga buku.
Implementasi SKS pada semester Pemerintah merencanakan
jenjang pendidikan umum Hal-hal di atas perlu proses pengembangan
perlu mempersiapkan berba- diperhatikan kembali dan aplikasi e-book akan selesai
gai hal, baik dari lingkup dicarikan solusinya bila pada Juni 2008. Sekarang ini
internal satuan pendidikan implementasi SKS diharapkan 47 buku yang telah diproses
maupun nasional. sukses. tersebut terdiri atas:
Lingkup internal satuan Buku teks pelajaran jenjang
pendidikan, menyangkut SD/MI: Ilmu Pengetahuan
kesiapan : Program e-Book Alam (6 judul), Matematika
1. manajemen satuan Depdiknas (4judul), Bahasa Indonesia
pendidikan dalam (10 judul); Jenjang SMP/MTs :
menyediakan sistem dan Untuk memberikan buku Matematika (3 judul), Bahasa
biaya yang dibutuhkan; murah kepada siswa, peme- Indonesia (6 judul); Jenjang
2. administrator dalam rintah melaksanakan program SMA/MA :Matematika (1
mengelola beban admi- pembelian hak cipta buku dari judul), Bahasa Indonesia (3
nistrasi yang bertambah; penulis buku pelajaran. judul); Jenjang SMK/MAK
3. operasional dalam meng- Tujuannya memotong proses Matematika (3 judul) dan
antisipasi adanya kelas pembuatan buku pelajaran Bahasa Indonesia (1 judul).
yang sangat padat atau sehingga diharapkan harga Menurut IKAPI, program
sangat kurang siswa ser- buku bisa lebih murah. ini belum teruji efektivitasnya
ta kelas khusus mata Sampai dengan akhir dikarenakan koneksi internet
pelajaran yang memung- tahun 2007, sebanyak 47 hak di Tanah Air masih sekitar
kinkan siswa yang meng- cipta buku pelajaran telah tujuh persen alias masih
hampiri kelasnya sesuai dibeli dari para penulis. rendah. Lagipula, biaya
mata pelajaran yang di- Selanjutnya buku-buku koneksi relatif masih mahal
ambilnya (moving class); tersebut diubah menjadi for- untuk ukuran masyarakat
4. guru pembimbing mat digital (e-Book). Sekolah Indonesia.
akademis dalam hal dapat mengundu secara gra- Sumber : http://
mengarahkan, memantau tis buku tersebut dari internet www.depdiknas.go.id
serta membimbing yang ditempatkan pada portal
kemajuan belajar siswa JARDIKNAS. Asumsinya

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Resensi buku : Pendidikan Karakter
Resensi buku

Judul Buku:
Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global
Pengarang:
Doni Koesoema A.
Penerbit :
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Cetakan :
2007
Tebal :
viii + 320 halaman

Oleh: Tri Esti Handayani*)

ari waktu ke waktu, manusia berjuang Ketika kita melihat kemerosotan peradaban

D membangun peradabannya. Untuk itu


manusia menyiapkan berbagai
sedang terjadi di depan mata kita. Kala kita
memandang generasi yang tumbuh sendiri
perangkat agar dapat melestarikan dan tanpa sentuhan arethe yang dapat membentuk
mengembangkan generasinya. Salah satu karakter yang berkualitas.
perangkat peradaban adalah nilai-nilai. Sejarah Sekolah, sebagai tempat andalan pendidikan,
membuktikan adanya peru- ternyata juga tidak mampu lagi
bahan nilai-nilai yang menebarkan arethe yang akan
dianut dan diturunalihkan menumbuhkan orang-orang
dari generasi ke generasi, berkarakter unggul. Maka
seiring dengan perubahan tidaklah mengherankan bila
jaman. Dapat dikatakan, apa pada saat ini, pendidikan
yang kita nikmati sekarang karakter menjadi issue yang
merupakan warisan dari sangat penting. Pendidikan
generasi sebelumnya. Deng- yang didalamnya memiliki
an demikian, kita dapat upaya-upaya untuk pemben-
membayangkan menjadi tukan karakter yang berkua-
seperti apa peradaban di litas. Masalahnya, sama seper-
masa depan melalui apa ti pertanyaan Plato, apakah
yang kita wariskan kepada karakter dapat diajarkan?
generasi selanjutnya. Nilai- Dalam upaya membangun
nilai luhur apa yang akan peradaban, manusia terus
kita turunalihkan sehingga menerus mencari bentuk-
peradaban di masa depan bentuk keutamaan yang
menjadi lebih baik? Nilai- relevan dengan masanya. Hal
nilai luhur yang dimiliki oleh sebuah peradaban inilah yang membentuk sejarah pendidikan
dapat disebut dalam bahasa Yunani dengan manusia dan menghasilkan nilai-nilai yang
arethe atau dalam bahsa Inggris disebut moral sampai kini diyakini masih relevan dalam
excellence (Virtus keutamaan). Contoh dari beberapa aspek kehidupan manusia. Namun
arethe adalah Integritas seperti yang dimiliki seiring dengan semakin berkembangnya
Sokrates. Apakah keutamaan (Virtus) dapat peradaban manusia, nilai-nilai keutamaanpun
diajarkan? Inilah yang muncul dalam benak menjadi bergeser kalau tidak berubah.
Plato setelah ia menyaksikan kematian yang Pergeseran (atau perubahan) itu cenderung
dramatis dari Sokrates, sang guru (h. 106). mengikuti kebutuhan manusia untuk
Pertanyaan Plato, ternyata juga menjadi mempertahankan peradabannya. Maka tidak
pertanyaan kalangan pendidik, pada masa kini. heran apabila nilai-nilai keutamaan (virtus) yang

*) Staf Bidang Kerohanian BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 105


Resensi buku : Pendidikan Karakter

berkembang adalah nilai-nilai yang akan pendidikan karakter; mulai dari sejarah
melanggengkan budaya yang hidup di tengah- pendidikan karakter, uraian tentang makna
tengah masyarakat. Pada masa keemasan Sparta, pendidikan dan karakter (termasuk secara
nilai-nilai keutamaan yang dikembangkan etimologis), tempat pendidikan karakter di
adalah nilai-nilai humanis sehingga Sparta sekolah, penilaian pendidikan karakter, sampai
menjadi pusat kegiatan budaya, seni dan masalah-masalah pendidikan karakter yang
keindahan, sedangkan pada masa kemerosotan relevan dengan pasang surut pendidikan di
Sparta di mana para tiran naik kuasa, nilai-nilai Indonesia. Semuanya dituangkan dalam
keutamaannya berubah menjadi komunitas sembilan bab yang sangat sistematis. Doni
yang anti demokrasi (h. 18 -19). Koesoema A (Guru SMA Kolese De Britto
Dalam konteks Indonesia, juga terjadi Yogyakarta) yang mempelajari Pedagogi
perubahan seperti itu. Pendidikan karakter pada Sekolah dan Pengembangan Profesional di
masa Soekarno (Orde Lama) jauh berbeda dengan Universitas Selesian, Roma, Italia menegaskan
apa yang dilakukan pada masa Soeharto (Orde bahwa sekolah-sekolah harus segera memulai
Baru). Pancasila sebagai landasan ideal bangsa pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
diterjemahkan secara berbeda oleh kedua Bapak baik secara langsung melalui kurikulum,
Bangsa ini. Pada masa Orde Lama pendidikan maupun dengan menciptakan lingkungan yang
Pancasila dimasukkan dalam satu mata bersifat asuh secara moral dalam lingkungan
pelajaran bersama-sama dengan Agama/Budi pendidikan kita(h. 118).
Pekerti dan ditambah mata pelajaran civic. Pada Selain tersaji dengan lengkap, buku ini juga
masa Orde Baru, Pancasila lebih dibudayakan sekaligus menjadi pembuktian tentang
secara sistematis melalui Penataran Pedoman pentingnya pendidikan karakter, karena
Penghayatan dan Pangamalan Pancasila (h. 49 pendidikan karakter berkaitan terutama dengan
50). Jika demikian, sangat penting bagi bagaimana seorang individu menghayati
pendidik (lebih tepatnya) lembaga pendidikan kebebasannya dalam relasi mereka dengan
untuk menetapkan arah tujuan pendidikan yang orang lain sebagai individu, maupun sebagai
bersumber dari nilai-nilai keutamaan individu yang ada di dalam sebuah struktur
bangsanya sehingga dapat mengembangkan yang memiliki kekuasaan (p.194). Pendidikan
nilai keutamaan peserta didiknya. Sebab karakter juga melibatkan di dalamnya proyek
menurut Plato, jika pemerintahan sebuah negara pendidikan moral dan pendidikan nilai (h.
tidak adil, ia juga sulit menciptakan pemimpin 200). Apabila kita meneropong pendidikan di
yang menghargai keadilan melalui proses Indonesia dari kesimpulan seperti itu, maka
pendidikan yang ia tawarkan (p.108) tidak diragukan lagi bahwa pendidikan karakter
Keprihatinan Doni Koesoema A terhadap sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang
perkembangan kehidupan masyarakat secara sangat mendesak. Terutama apabila kita
khusus masyarakat Indonesia mendorongnya relevansikan dengan tujuan akhir pendidikan
untuk mencermati apa yang menjadi masalah yang mengacu pada realisasi diri manusia
sesungguhnya. Ia melihat adanya kemunduran secara penuh melalui penelitian potensi-potensi
dalam pendidikan karakter di Indonesia, manusia supaya ia dapat merealisasikan dirinya
terbukti dengan berbagai fenomena yang muncul secara penuh (h. 77). Apa yang terjadi dalam
di tengah masyarakat. Dapat dicatat pula bahwa dunia pendidikan di Indonesia masih jauh dari
krisis multi dimensi yang melanda Indonesia hal itu.
sebenarnya bersumber pada menurunnya Satu-satunya kelemahan buku ini adalah
kualitas karakter. Apabila seseorang memiliki karena buku ini lebih banyak menguraikan
kualitas karakter yang baik, maka kualitas itu secara filosofis dan historis tentang pendidikan
akan muncul dalam perilaku yang baik pula. karakter yangmeskipun penting membu-
Namun upaya untuk menjadikan pendidikan tuhkan penelaahan dan pemahaman mendalam,
karakter sebagai menu utama dalam pendidikan dan menguraikannya dalam kalimat-kalimat
masyarakat tidaklah mudah. Hal itu ia tengarai panjang, walaupun sudah dibantu dengan sub-
karena tidak semua orang sepakat dan sepaham bab yang membingkai materi-materi
tentang pendidikan karakter yang bersumber pembahasan. Membutuhkan konsentrasi dan
dari perbedaan asumsi teoretis-filosofis (h.119). waktu khusus untuk membaca dan memahami
Itulah sebabnya dalam buku ini, Doni Koesoema buku ini. Selain itu, kita tidak dapat menemukan
A, membedah segala seluk beluk tentang data atau hasil-hasil penelitian yang dapat

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Resensi buku : Pendidikan Karakter

menguatkan teori-teori yang ada dalam buku paling besar bukanlah menularkan ilmu tetapi
ini. Berbeda dengan buku dengan judul sama mengajar dari hati ke hati. Yang paling mudah
yang ditulis oleh Ratna Megawangi (BP MIGAS dalam mengajar adalah transfer ilmu (head to
Star Energy, th. 2004). Dalam buku itu, Ratna head), sementara yang paling sulit namun yang
Megawangi menyajikan bukan hanya teori-teori paling berharga adalah meneladankan nilai-
tentang pendidikan karakter, tetapi juga nilai (heart to heart). Artinya, siapapun dapat
menyajikan data dan hasil penelitian untuk dengan mudah menularkan ilmunya kepada
menunjang teorinya. Dalam bukunya Ratna juga orang lain. Misalnya mengajarkan menjahit,
memberikan strategi-strategi tentang bagaimana mengajar memasak, mengajarkan fisika,
memulai dan melakukan pendidikan karakter, mengajarkan matematika, dan sebagainya.
terutama untuk anak-anak. Keunggulan lain Sejauh kita menguasai ilmunya dan sejauh kita
dari buku Ratna adalah, karena bukunya mampu mengkomunikasikannya, maka
sangat Indonesia. Akan tetapi mungkin muridpun dapat memiliki ilmu itu. Hasilnya
memang penulis memaksudkannya demikian. adalah, banyak orang bisa memasak, bisa
Buku ini menjadi dasar dari semua buku tentang menjahit, memahami fisika, atau matematika
pendidikan karakter. Buku Ratna Megawangi dan sebagainya. Tetapi, hal itu jauh berbeda
menjadi lebih mudah dipahami ketika kita sudah dengan mengajar dari hati ke hati. Meskipun ia
membaca buku Doni Koesoema A. Buku ini harus mengajarkan ilmunya, penekanan utama
adalah buku yang serius, sebab masalah yang bukanlah pada ilmunya, tetapi bagaimana sang
dibahas dalam buku ini adalah masalah yang guru meneladankan nilai-nilai luhur dalam
serius. Setiap dirinya sehingga sang
pembaca yang mau murid ikut serta dalam
menggeluti ma-salah Meskipun ia harus keteladanan itu. Nilai-
ini juga harus terlibat mengajarkan ilmunya, nilai dalam diri manu-
secara serius. Maka sia sesung-guhnya
buku ini tidak cocok penekanan utama bukanlah bukanlah hasil dari
untuk dibaca sebagai pada ilmunya, tetapi bagaimana transfer ilmu (head to
pengisi waktu seng- sang guru meneladankan nilai- head) melainkan suatu
gang menunggu nilai luhur dalam dirinya bentuk peneladanan
giliran diperiksa di sehingga sang murid ikut serta (heart to heart). Sokrtes
dokter gigi misalnya. meringkas-kannya
Sebaliknya, dalam keteladanan itu. dengan 3 (tiga) hal
meskipun buku ini yaitu : ethos, pathos dan
mengupas masalah- logos.
masalah dunia pendi-
Ethos, adalah kredibilitas sang pengajar
dikan, namun buku ini dapat dibaca oleh
siapapun walaupun tidak bergelut dalam Kredibilitas yang dimaksud adalah bahwa sang
dunia pendidikan- karena penulis tidak pengajar itu layak dipercaya. Siapapun sang
menggunakan terminologi khusus dunia pengajar, bila ia memiliki kredibilitas di mata
pendidikan. Kalaupun ada, penulis tidak lupa muridnya, maka apa yang dilakukan akan
menje-laskannya. Alhasil, buku ini akan diteladani.
memperkaya dan membuka wawasan baru bagi Pathos, adalah belas kasih (compassions).
pembacanya, meskipun pembacanya sudah Compassion yang dimaksud adalah ketika sang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Sangat guru sungguh-sungguh mengasihi muridnya
tepat apabila buku ini dibaca sebagai bahan dan mencurahkan kasihnya semata-mata bagi
referensi ketika menyusun kurikulum kebaikan sang murid. Bila sang pengajar
pendidikan.
memiliki ikatan emosional dengan muridnya,
Apakah karakter dapat diajarkan ?
maka keterkaitan emosi ini akan menimbulkan
Pertanyaan Plato pada masanya menjadi relevan
bagi kita sekarang karena kitapun masih keinginan yang kuat untuk melakukan seperti
bergulat dengan masalah yang sama seperti yang diinginkan oleh sang pengajar.
yang dihadapi Plato. Dr. Howard Hendricks Logos, adalah isi pengajarannya.Apa yang akan
(dalam buku Teaching to Change Lives) menulis : disampaikan oleh sang pengajar kepada
Teaching that impacts is not head to head, but heart muridnya. Yang dimaksudkan di sini bukanlah
to heart. Mengajar yang menghasilkan dampak semata-mata ilmu saja yang diajarkan, tetapi

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 107


Resensi buku : Pendidikan Karakter

lebih dalam dari itu, bagaimana ilmu itu akan masalah karakter adalah masalah yang melekat
menjadi sesuatu yang berguna bagi hidup sang dalam diri manusia. Karakterlah yang
murid. (Dr. Howard Hendricks, Teaching to mendefinisikan generasi sebelumnya dan
Change Lives, h.85 86) nantinya akan mendefinisikan generasi yang
Untuk mengajarkan karakter, seorang guru wajib akan datang.
memiliki ketiga hal ini. Sebab ketika seseorang Pendidikan karakter, apapun bentuknya,
hendak mengajarkan karakater (virtus, atau atau bagaimanapun metodenya, siapapun yang
arethe) sang murid tidak membutuhkan banyak mengajarkannya; merupakan suatu upaya
kata-kata (baca: ilmu) tetapi membutuhkan manusia untuk menurunalihkan nilai-nilai yang
keteladanan. diyakini akan dapat melanggengkan peradaban
Dapat disimpulkan bahwa dalam manusia. Yang terpenting dan menjadi pokok
pendidikan karakter adalah salah satu mata perhatian utama setiap pengajar karakter adalah
rantai penting dalam sebuah rangkaian upaya dirinya terlebih dahulu sudah memiliki karakter
mendidik anak bangsa. Karena melalui (keutamaan, virtus, arethe) supaya ia bisa
pendidikan karakter, kita bukan sekedar meneladankannya kepada generasi selanjutnya.
melakukan transfer nilai-nilai keutamaan Pendidikan karakter adalah pendidikan yang
(arethe) melainkan kita justru meneladan- mengedepankan keteladanan.
kannya. Pendidikan karakter menjadi salah satu
strategi mendidik anak, sebab yang paling
dibutuhkan anak-anak masa kini adalah karakter Daftar Pustaka
yang unggul untuk dapat mengatasi tantangan-
tantangan dan masalah-masalah dunia Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan karakter
sekarang ini. Memikirkan dengan serius masalah solusi tepat untuk membangun bangsa. BP
pendidikan karakter anak dan mengupayakan MIGAS Star Energy
agar hal itu dapat terlaksana bukan hanya tugas Hendricks, Howard., Dr. (1987). Teaching to change
para pengajar di sekolah-sekolah. Hal ini adalah lives. Oregon: Multnomah Publisher
tugas seluruh generasi, sebab sesungguhnya

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


PROFIL BPK PENABUR BANDARLAMPUNG
Profil

Profil BPK PENABUR Bandar Lampung

Berjuang Melayani Dunia Pendidikan

Lydia Hanna*)

Sejarah Singkat dari lima ruang/kelas, kemudian dikembangkan


melalui pembangunan gedung berlantai dua
ehadiran BPK PENABUR di Bandar pada tahun 1982. Sampai dengan tahun 2007

K Lampung diawali dengan berdirinya


TK dan SD yang aktif berkegiatan sejak
tanggal, 7 Januari 1974 dengan jumlah
gedung di Jalan D.I Panjaitan telah mengalami
beberapa kali pengembangan untuk memenuhi
tuntutan dan perkembangan saat ini.
murid 150 siswa. Bangunan sekolah yang Secara bertahap pada tahun 1978 dibuka
digunakan dikerjakan mulai tahun 1973 atas jenjang SMP, kemudian SMA pada tahun 1983
inisiatif beberapa warga Gereja Kristen menggunakan fasilitas di ruang kelas yang sama
Indonesia Bandar Lampung. Bangunan tersebut dengan TK/SD. Setelah melalui pergumulan
terletak di jalan D.I. Panjaitan no 21 di atas tanah yang panjang, akhirnya pada tahun 1984
milik Sinode (w) GKI Jabar. diresmikan penggunaan gedung baru untuk
Semula TK dan SD belum mempunyai SMP dan SMA di Jalan Perintis Kemerdekaan 7
nama, namun pada tahun 1975 Pdt. Yahya oleh Ir. Ichsan Gunawan selaku Ketua Umum
Purwanto S.Th selaku calon Pengerja di Bandar BPK PENABUR .
Lampung mengusulkan nama Dharma Wiyata Pada tahun 1997 guna melengkapi layanan
yang kemudian dipergunakan sampai tahun pendidikan kejuruan untuk masyarakat di
2000, kemudian berganti nama menjadi BPK Bandar Lampung, dibuka Sekolah Menengah
PENABUR sesuai nama Yayasan . Kejuruan (SMK), Kelompok Bisnis dan
Seiring dengan pertambahan jumlah siswa, Manajemen dengan fokus utama pada jurusan
maka fasilitas belajar yang semula hanya terdiri keuangan dengan program studi Akuntansi.

Perkembangan Jumlah Murid


242 247
250 239
228

195 193
200 186 183 173 181

152
2005/2006
150 173
2006/2007
2007/2008

100 78
65
65

50

0
TK SD SMP SMA SMK

*) Kepala SMAK BPK PENABUR Bandar Lampung

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 109


PROFIL BPK PENABUR BANDARLAMPUNG

Gedung SMK berada di lokasi yang sama - Memperbaiki dan melengkapi sarana
dengan SMP dan SMA. antara lain penambahan lokal SD
Dengan demikian saat ini sekolah yang - Kebijakan berupa kemudahan bagi
dikelola di BPK PENABUR Bandar Lampung siswa berprestasi untuk masuk ke SMP,
jenjang TK, SD, SMP, SMA dan SMK. SMA dan SMK.
- Mengadakan Seminar Pendidikan bagi
Data di atas memperlihatkan kondisi jumlah masyarakat sebagai salah satu terobosan
siswa yang cenderung menurun setiap promosi.
tahunnya. BPK PENABUR Bandar Lampung
pernah mengalami keadaan calon siswa 3. Di tingkat sekolah
terpaksa ditolak karena melebihi kapasitas - Berprestasi melalui kegiatan akademik
daya tampung. Perkembangan tersebut terjadi dan non akademik
misalnya pada tahun pelajaran 1986/1987, - Merencanakan kegiatan-kegiatan
1988/1989 berturut-turut jumlah siswa inovatif sebagai terobosan untuk
mencapai 1311, 1617, 1679. menghadirkan ADA YANG LEBIH di
Penurunan jumlah siswa yang terus terjadi BPK PENABUR.
sampai mencapai 50% pada tiga tahun terakhir
ini, antara lain disebabkanoleh: Sejauh ini yang telah dilakukan antara lain:
- Citra sekolah yang kurang baik di mata - Mengikuti kegiatan perlombaan di
masyarakat bidang akademik dan nonakademik
- Hadir sekolah-sekolah konvensional baru - Mengadakan Porseni tingkat SD dan
dengan perencanaan yang baik SMP se-Kota Bandar Lampung
- Prestasi sekolah yang kurang menonjol - Mengadakan pentas seni
- Kurangnya program inovatif yang - Menggelar program Nanny (TK/SD)
menyentuh dan laku dijual. - Study wisata (SD)
Kondisi umum yang terjadi di Bandar - Moving class (SMP)
Lampung tentu membuat pengurus, guru dan - Outbond
karyawan terus berusaha keras mencari jalan - Enterpreunership (SMK)
keluar agar bisa menyelesaikan persoalan ini. - Laboratorium akuntansi (SMK)
Langkah-langkah konkrit yang telah - Menjaring siswa berprestasi melalui try
diupayakan antara lain: out
1. Menetapkan tema: ADA YANG LEBIH - Tes narkoba mandiri (SMA)
sebagai dasar dari semua usaha menuju - Sekolah 5 hari untuk SMA
perubahan/perbaikan, baik yang dilakukan
di tingkat pengurus maupun di tingkat
sekolah. Prestasi Siswa TKK Tahun 2006-2008

Jenis Lomba Tingkat Juara


2. Di tingkat pengurus:
- Memperbaiki citra sekolah melalui
Melukis Kota Harapan I
pendidikan karakter di semua jenjang
(CB) Solo Song Kota Harapan I
- Pelatihan manajemen & kepemimpinan
bagi staff sekolah Paduan Suara Cilik Kota Harapan I
- Rekrutmen SDM yang selektif
- Pembinaan guru, karyawan untuk Ketangkasan Kecamatan I
meningkatkan etos kerja dan kompetensi
P u i si Kecamatan I
kerja
- Promosi terprogram yang dilakukan Komputer Kota I
terus-menerus dan dipublikasikan

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


PROFIL BPK PENABUR BANDARLAMPUNG

Prestasi Siswa SDK Tahun 2006-2008 Prestasi Siswa SMAK Tahun 2006-2008

Jenis Lomba Tingkat Juara Jenis Lomba Tingkat Juara

Volley Mini Kecamatan I B as k e t 3 o n 3 Kota Harapan I

Volley Mini Kota I Giri Wana Rally Propinsi II

Bridge Kecamatan I Futsal Propinsi II

Tolak Peluru Kecamatan I Siswa berprestasi Kecamatan II dan III

Bridge Kota IV Vocal Group Propinsi II

Solo Song Propinsi I Modeling Propinsi II

P BB Kota I Jurnalist c ompetition Kota Harapan I

Komputer beregu Kota I Karikatur Gus Dur Propinsi I

Pidato B. Inggris Kecamatan I

IPA Kecamatan IV
Prestasi Siswa SMK Tahun 2006-2008
MTK Kecamatan II
Jenis Lomba Tingkat Juara
Siswa Berprestasi Kecamatan II dan III
LKS Akuntansi Kota 5

Lomba Akuntansi Kota Finsalis

Computer Competition Propinsi I dan II

Prestasi Siswa SMPK Tahun 2006-2008


Ketua Yayasan
Jenis Lomba Tingkat Juara

B as k e t Kota II
No Nama Masa Jabatan

Volley Mini Kota II 1. Pdt. MH. Simanjuntak 1980 - 1982

Solo Song Propinsi I 2. E. Pahan, Bc. T.T 1982 - 1984

Story Telling Propinsi Harapan I 3. T.T. Buntoro 1984 - 198 6

Volley Mini Kecamatan I 4. Suwandy, NH 1986 - 1990

Volley Indoor Kecamatan I 5. H. Istiko 1990 - 1994

Volley Indoor Kota II 6. Suwandy, NH 1994 - 199 8

Poetry Reading Kota I 7. Trie Hindiarto 1998 - 200 2

Mading Kota III 8. Trie Hindiarto 1992 - 200 6

B as k e t 3 o n 3 Kota Harapan I 9. Murni Sugih 2006 - 201 0

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008 111


PROFIL BPK PENABUR BANDARLAMPUNG

Kepala Sekolah Kepala Sekolah

Jenjang Nama Masa Jabatan Jenjang Nama Masa Jabatan

Jeannea Joice 1974 - 1975 A.W. Siswo Susilo 1983 - 199 0

Hariyanto.W.M. 1 9 7 5 - 1 9 77 Ferry Corne 1 9 9 0 - 1 9 97

Loman Sutedjo 1977 - 198 5 Marwoto Mihardjo 1997 - 199 8


SMA
TK K Sis Winarni 1985 - 199 0 Padmi Hadiningsih 1998 - 2001

Amelia 1990 - 199 5 Simon Liklikwatil 2001 - 2002

Sis Winarni 1995 - 200 4 Lydia Hanna 2002-sekarang

Miryam Setiani 2004-sekarang Ferry Corne 1 9 9 7 - 2 0 07


SMK
Jeannea Joice 1974 - 1975 Iyun Antonio 2007 - sekarang

Hariyanto.W.M. 1 9 7 5 - 1 9 77

Loman Sutedjo 1977 - 198 5


SD Kepala Kantor
Sis Winarni 1985 - 199 6
Nama Masa Jabatan
Agoes Soesiyono 1996 - 200 1
Trisnowati Josiah 1999 - sekarang
Miryam Setiani 2001-sekarang

Hariyanto.W.M 1978 - 1979

B. Widodo 1979 - 198 2


Penutup
A.W. Siswo Susilo 1982 - 198 4
Tekad untuk menghadirkan yang lebih di BPK
SMP Djoko Wiratno 1984 - 1996 PENABUR untuk seterusnya ditaburkan bagi
masyarakat Bandar Lampung melalui layanan
Jacob F.Dethamauk 1996 - 1999
pendidikan terus diupayakan. Tentu dengan
Djoko Semedi 1999 - 2005 senantiasa berharap Tuhan memberkati semua
usaha yang baik, sehingga mendatangkan hasil
Hendro Indarwanto 2005-sekarang maksimal.

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


Keterangan Mengenai Penulis

Agustian Nugroho menamatkan pendidikan menengah di SMUK 3 BPK PENABUR


Sutrisno, S.S., Jakarta pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di
M.Ed.Admin Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia dan lulus cum laude tahun 2003. Setamat dari
pendidikan sarjana, mengajar di almamaternya dan kemudian
mendapatkan beasiswa Australian Development Scholarship untuk
melanjutkan pendidikan jenjang S2 dalam bidang Administrasi
Pendidikan di School of Education, University of New South Wales,
Sydney, diselesaikan dengan predikat with distinction tahun 2006. Di
samping mengajar di Lembaga Bahasa Internasional FIB UI, juga
bekerja di Kedutaan Besar Australia, Jakarta sebagai Education and
Training Policy Officer.

BP.Sitepu, Prof. Dr., lahir di Berastepu, Sumatra Utara, Juni 1948. Menyelesaikan
M.A., pendidikan di IKIP Negeri Jakarta (1975), Jurusan Pengajaran Bahasa
Inggris, S2 bidang perencanaan pendidikan di Macquarie University,
Sydney, Australia, (1979) dan S3 di bidang Teknologi Pendidikan di
IKIP Negeri Jakarta (1994). Sebelum menjadi tenaga pengajar tetap di
Universitas Negeri Jakarta dengan jabatan Lektor Kepala (2001),
bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang telah berubah menjadi Departemen Pendidikan
Nasional, (1976-2001). Pada tahun 2007 diangkat sebagai Guru Besar
Tetap Universitas Negeri Jakarta di bidang pengembangan sumber
belajar.

David Wijaya, lahir di Jakarta, Oktober 1984. Menyelesaikan pendidikan S1


Manajemen di FE UKRIDA Jakarta dengan konsentrasi Manajemen
Keuangan tahun 2006, lulusdengan berpredikat Cum Laude, dan
alumnus SMUK Kalam Kudus II Jakarta. Penulis adalah lulusan
terbaik di program studi Manajemen FE UKRIDA Jakarta. Sambil
menyelesaikan S1, menjadi asisten laboratorium di FE UKRIDA
Jakarta (20062007). Sejak tahun 2007 sampai sekarang menjadi
dosen di FE UKRIDA Jakarta. Selain itu, pernah menjadi Koordinator
Laboratorium Manajemen Keuangan Lanjutan di FE UKRIDA Jakarta
(2007). Di samping memiliki pengalaman sebagai staf pengajar di FE
UKRIDA Jakarta, sampai saat ini masih aktif menulis karya ilmiah
serta Modul Laboratorium Manajemen di FE UKRIDA Jakarta.

Djudjun Djaenuddin lahir di Bandung, Desember 1961. Lulus dari STT Duta Wacana
Supriadi, S.Th., tahun 1987 dan saat ini sedang menyelesaikan S2 Program M.Min
pada STT Jakarta. Menulis beberapa Modul Pengajaran PAK dan
pernah sebagai Dosen tidak tetap di UNTAR dan UKRIDA. Sejak
1998- sekarang sebagai Kepala Seksig Kerohanian BPK PENABUR
Jakarta.

Heru Kristiyono, lahir di Klaten, Mei 1966. Mengajar di SD BPK PENABUR


Rengasdengklok sejak tanggal 1 Maret 1986. Tamat SPG Kristen
Klaten Jurusan SD Spesialisasi Matematika/IPA (1985).
Menyelesaikan D2 PGSD UT (1997). Saat ini menjabat sebagai Kepala
SD BPK PENABUR Rengasdengklok dan masih tercatat sebagai

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


113
mahasiswa semester VIII Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Kampus Purwakarta Jurusan PGSD Konsentrasi Matematika.

Hotben Situmorang, Drs., lahir di Toba Sumatera Utara, April 1961. Menyelesaikan S1 di IKIP
M.B.A., Jakarta Jurusan Pendidikan Fisika (1985). Sambil menyelesaikan S1,
menjadi guru di SMA Neg. 50 (1982), SMA Neg.31 (1983-1987) dan
ikut mendirikan SMA PGRI 10. Guru dan pejabat Kepala Sekolah
Indonesia di Davao Philippines (1987-1994) sekaligus menyelesaikan
S2 bidang Business Management di Ateneo de Davao Philippines
(1994). Mengikuti Program Mission Studies di Overseas Ministries
Study Centre, Connecticut USA (1994/1995). Menjadi konsultan
Yakoma PGI dan dosen di UKI (1996). Bekerja di BPK PENABUR
Jakarta sebagai Kepala Bidang Pengembangan (1997). Care taker
Kepala SMK 2 BPK PENABUR ( 1996-2004). Saat ini sebagai Kepala
Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta.

Julianta Manalu, ST., lahir di Sibolga, Juli 1981. Lulus S1 jurusan Teknik Informatika UPI
YAI Jakarta tahun 2005. Mulai bekerja di BPK PENABUR tanggal 3
September 2007 sebagai guru mata pelajaran TIK di SMPK 1 dan
SMAK 2 BPK PENABUR Jakarta. Sebelumnya mengajar di SMAK
Kanaan Jakarta, Pernah pemenang dalam lomba penelitian guru
mata pelajaran DKI Jakarta.

Keke T. Aritonang, lahir di Jakarta, April 1969. Menyelesaikan S1 di FKIP Universitas


M.Pd., Jambi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (1996). dan Magister
Pendidikan tahun 2004 di Universitas Kristen Jakarta. Pada tahun
2000 sampai tahun 2002 sebagai dosen di Akademi Sekretaris dan
Manajemen LEPISI Tangerang. Bekerja di BPK PENABUR sejak tahun
1988-sekarang sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPK 1 BPK
PENABUR Jakarta serta pelatih ekstrakurikuler menulis.

Lydia Hanna, lahir di Soe-NTT, Juni 1962. Menyelesaikan program S1 di Fakultas


Theologia UKSW, Salatiga. Mengajar di SMAK BPK PENABUR
Bandar Lampung tahun 1987 dan sejak 2002-sekarang sebagai
Kepala SMAK BPK PENABUR Bandar Lampung.

Michael Kaprista Sutikno, born in Jogyakarta. His last education is S1 English Education Faculty and
Teachers Training Program 2001 in Sanata Dharma University,
Yogyakarta. He worked as an English teacher in SMAK 1 BPK PENABUR
JAKARTA for 2 years and as a Bina Nusantara University English Lecturer
Jakarta for 5 years (2001 -2006). Now he is studying for Master Degree
Program in Sanata Dharma University, Yogyakarta to improve his
competence and knowledge related to the development of EFL education.

Rommel K Sitanggang, lahir di Medan, Sumatra Utara, Nopember 1980. Menyelesaikan


S.S., program S1 Sastra Inggris jurusan bahasa Inggris di Universitas
Kristen Indonesia (2004). Menjadi tenaga pengajar bahasa Inggris
SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta pada tahun 2007 sampai sekarang
dan dosen bahasa Inggris Bina Sarana Informatika (BSI) pada tahun
2007-sekarang.

Rosita Manurung, lahir di Porsea, Agustus 1957. Menyelesaikan S1 di IKIP Bandung


Jurusan Pendidikan Geografi 1983. Sambil menyelesaikan S1,
mengajar di SMPK Bina Bhakti Bandung tahun 1981-1983. Guru

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


114
SMA PAMI Jakarta tahun 1984, guru SPG Negeri 5 Jakarta dari tahun
1985-1990. Tahun 1992- sekarang sebagai staf akademik FKIP
Universitas Terbuka diperbantukan di UPBJJ- UT Jakarta.
Menyelesaikan S2 Jurusan Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (PKLH) di Universitas Negeri Jakarta tahun 2003.

Tri Esti Handayani, lahir di Jakarta, Desember 1966. Pendidikan Terakhir : Fakultas
Theologia Duta Wacana, Lulus Th. 1991. Mengajar di SMAK
PENABUR Jakarta dari tahun 1995 2003. Sejak 2003 sekarang
sebagai Staf Kerohanian BPK PENABUR Jakarta.

Yusufhadi Miarso, Prof. lahir di Pacitan, Maret 1934. Guru Besar Teknologi Pendidikan
Dr., M.Sc., Universitas Negeri Jakarta. Alumnus FKIP Universitas Airlangga,
Surabaya, untuk program S1 dan untuk pendidikan lanjutan dari
Syracuse University, N.Y. Amerika Serikat dalam keahlian
Audiovisual Communication dengan gelar Master of Science (Education),
serta dari IKIP Malang untuk program doktor (1985) di bidang
Teknologi Pendidikan. Mengikuti program penyegaran dan seminar
internasional di berbagai negara, khususnya di bidang Teknologi
Pendidikan. Di samping memiliki pengalaman sebagai birokrat
dengan berbagai jabatan di lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, sampai sekarang aktif menulis karya ilmiah dan
sebagai guru besar emeritus di berbagai perguruan tinggi antara lain
di Program Pasca Sarjana UNJ, UNIMED, UNILA,UNMUL, dan
UNNES.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10/Tahun ke-7/Juni 2008


115

Anda mungkin juga menyukai