Anda di halaman 1dari 12

LI.

1 Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Jantung


LO.1.1 Makro
LO.1.2 Mikro
LI.2 Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Tekanan Darah
1. Tekanan darah diatur dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume total.
Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang dipantau dan diatur tubuh, bukan tekanan
sistolik atau diastolik arteri, tekanan nadi, atau tekanan di bagian lain pohon vaskular.
Tekanan arteri rerata adalah gaya pendorong utama yang mengalirkan darah ke jaringan.
Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan ini harus cukup tinggi
untuk menjamin tekanan pendorong yang memadai; tanpa tekanan ini, otak dan organ lain tidak
akan menerima aliran yang memadai. Kedua, tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga tidak
menimbulkan tambahan kerja bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah
serta kemungkinan pecahnya pembuuh darah halus. (Sherwood, 2014 hal. 399)

Gambar 1. Penentu tekanan darah arteri rerata.


2. Refleks baroreseptor adalah mekanisme jangka pendek penting untuk mengatur tekanan darah
melalui efek segera pada jantung dan pembuluh darah.
Gambar 2. Lokasi baroreseptor arteri. Baroreseptor arteri terletak di tempat yang strategis untuk
memantau tekanan darah arteri rerata di arteri-arteri yang mendarahi otak (baroreseptor sinus
karotis) dan bagian tubuh lainnya (baroreseptor arkus aorta).

Gambar 3. Ringkasan efek-efek sistem saraf simpatis dan parasimpatis pada faktor-faktor yang
memengaruhi tekanan darah arteri rerata.
Gambar 3. Refleks baroreseptor untuk memulihkan tekanan darah ke normal. (a) refleks
baroreseptor sebagi respons terhadap peningkatan tekanan darah; (b) refleks baroreseptor
sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah.

3. Refleks dan respons lain memengaruhi tekanan darah


Selain refleks baroreseptor, yang fungsi utamanya adalah mengatur tekanan darah, beberapa
refleks dan respons lain juga memengaruhi sistem kardiovaskular dan tekanan darah meskipun
mereka terutama mengatur fungsi tubuh lain.
Faktor-faktor ini mencakup yang berikut:
A. Reseptor volume atrium kiri dan osmoreseptor hipotalamus terutama penting dalam
keseimbangan air dan garam di tubuh; karena itu, keduanya memengaruhi regulasi jangka
panjang tekanan darah dengan mengontrol volume plasma.
B. Fungsi utama kemereseptor adalah meningkatkan secara refleks aktivitas pernapasan untuk
membawa masuk lebih banyak O2 atau mengeluarkan lebih banyak CO2 pembentuk asam,
tetapi kemoreseptor tersebut juga secara refleks meningkatkan tekanan darah dengan
mengirim impuls eksitatorik ke pusat kardiovaskular.
C. Respons kardiovaskular yang berkaitan dengan perilaku dan emosi tertentu diperantarai
melalui jalur korteks serebrum-hipotalamus dan tampaknya telah terprogram. Respons-
respons ini mencakup perubahan luas dalam aktivitas kardiovaskular yang menyertai respons
generalisata simpatis.
D. Perubahan kardiovaskular mencolok yang menyertai olahraga.
E. Kontrol hipotalamus atas arteriol kulit untuk tujuan mengatur suhu didahulukan daripada
control pusat kardiovaskular atas pembuluh yang sama untuk tujuan mengatur tekanan
darah. Akibatnya, tekanan darah dapat turun ketika pembuluh-pembuluh kulit melebar untuk
mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, meskipun respons baroreseptor menghendaki
vasokontriksi kulit untuk membantu mempertahankan resistensi perifer total yang adekuat.
F. Bahan-bahan vasoaktif yang dibebaskan dari sel endotel ikut berperan dalam mengatur
tekanan darah. Sebagai contoh, NO dalam keadaan normal menimbulkan efek vasodilatasi.
(Sherwood, 2014)
LI.3 Mampu Memahami dan Menjelaskan Hipertensi
LO.3.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia, 2015)
LO.3.2 Etiologi
Hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui (90%), bila ditemukan sebabnya
disebut sekunder (10%). Penyebabnya antara lain:
1. Penyakit: penyakit ginjal kronik, sindroma cushing, koarktasi aorta, obstructive sleep
apnea, penyakit paatiroid, feokromositoma, aldosteronism primer, penyakit
renovaskular, penyakit tiroid.
2. Obat-obatan:
a. Prednisolone, fludrokortison, triamsinolon.
b. Amfetamin/anorektik
c. Estrogen: biasanya kontrasepsi oral.
d. Calcineurin inhibitors: silosporin, tacrolimus.
e. Dekongestan
f. Erythropoietin
g. NSAIDs, COX-2 inhibitors.
3. Makanan: sodium, etanol, licorice
4. Obat jalanan yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut: cocaine, cocaine
withdrawal, ephedra alkaloids (e.g., ma-huang), herbal ectasy, nicotine withdrawal,
narcotic withdrawal, ketamine.
LO.3.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebab hipertensi, dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya
gangguan organ lain seperti ginjal dan jantung. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh
kondisi lingkungan seperti faktor keturunan, pola hidup yang tidak seimbang, keramaian,
stress, dan pekerjaan. Sikap yang dapat menyebabkan hipertensi seperti konsumsi tinggi
lemak, garam, aktivitas yang rendah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein.
Sebagian besar hipertensi primer disebabkan oleh faktor stress.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh gangguan ginjal, endokrin, dan kekakuan dari aorta.
Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang
dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan
penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan,
akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang
berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan
komplikasi hipertensi pula.
Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat
komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala
awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing
manis, dan gangguan jantung.
Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh
peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih
untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alcohol,
kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga
kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang.

Menurut berbagai guideline, maka definisi-definisi tekanan darah: (Mohammad


Yogiantoro. IPD, 2014)
1. Isolated systolic hypertension (ISH), beberapa pasien hanya meningkat tekanan
sistoliknya saja.
2. Isolated diastolic hypertension (IDH), beberapa pasien hanya meningkat tekanan
diastoliknya saja.
3. White coat hypertension yaitu tekanan darah yang meningkat waktu diperiksa di tempat
praktek, sedangkan tekanan darah yang diukur sendiri (home blood pressure
measurement/HBPM) ternyata selalu terukur normal.
4. Hipertensi persisten (sustained hypertension) adalah istilah tekanan darah yang
meningkat, baik diukur di klinik maupun di luar klinik.
Hipertensi resisten ialah tekanan darah yang tidak mencapai target normal meskipun sudah
mendapat tiga kelas obat antihipertensi yang berbeda dan sudah dengan dosis optimal (salah
satunya harus diuretic).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

LO.3.4 Patofisiologi
Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi:
1. Peran volume intravaskular
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output (CO)
atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral resistance, tahapan total perifer) yang
masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Gambar 4. Patogenesis hipertensi menurut Kaplan


Gambar 5. Faktor-faktor pengendalian tekanan darah

2. Peran kendali saraf Autonom


Persarafan ada dua macam, yang pertama ialah sistem saraf simpatis, yang mana saraf ini
yang akan menstimulasi saraf visceral (termasuk ginjal) melalui neurotransmiter:
katekolamin, epinefrin, maupun dopamine.
Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi saraf simpatis dan
parasimpatis berlangsung independen tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi
terjadi secara automatis mengikuti siklus sirkardian.
Ada beberapa faktor reseptor adrenergic yang berada di jantung, ginjal, otak,
serta dinding vaskular pembuluh darah ialah reseptor 1, 2, 1 dan 2.
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetic, stress kejiwaan, rokok,
dsb, akan terjadi aktivasi berupa kenaikan ketokolamin, norepinefrin, dsb.

Gambar 6. Faktor-faktor penyebab aktivasi sistem saraf simpatis


Gambar 7. Patofisiologi NE memicu progresivitas hipertensi aterosklerosis

3. Peran renin angiostensin aldosterone (RAA)

Gambar 8. Autoregulasi tekanan darah terkait dengan sistem RAA

Gambar 9. Proses angiotensinogen berubah menjadi angiotensinogen II (sistem RAA)


4. Peran dinding vaskular pembuluh darah

Gambar 10. Disfungsi endotel adalah risiko akibat semua faktor risiko
LO.3.5 Manifestasi
1. Mual dan muntah
2. Nokturia
3. Sakit kepala saat terjaga akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
4. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
5. Gejala lainnya adalah pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarang), sukar
tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Berdasarkan kerusakan organ target:
1. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks,
defisit sensoris atau motoris.
2. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal tinggi (lebih dari
2 bantal).
3. Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit pucat anemis.
4. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten.
LO.3.6 Diagnosis
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi adalah the silent
killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami komplikasi di TOD. Secara
sistematik anamnesa dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Anamnesis
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
1) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
2) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian obat-obatan
analgesik/obat-obatan lain.
3) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
4) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronism)
c. Fakto-faktor risiko
1) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
2) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
3) Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya
4) Kebiasaan merokok
5) Pola makan
6) Kegemukan, intensitas olahraga
7) kepribadian
d. Gejala kerusakan organ
1) Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris.
2) Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal tinggi
(lebih dari 2 bantal).
3) Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit pucat
anemis.
4) Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten.
e. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
f. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.
2. Pemeriksaan Fisis
Pengukuran tekanan darah (TD) dilakukan pada penderita yang dalam keadaan nyaman
dan relaks, dan dengan tidak tertutup/tertekan pakaian.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: tes darah rutin, glukosa darah
(sebaknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida
serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, hemoglobin dan
hematocrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin), elektrokardiogram.
4. Pemeriksaan Kerusakan Organ Target
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi:
a. Jantung: pemeriksaan fisik, foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung,
kondisi intra toraksndan sirkulasi pulmoner), elektrokardiografi (untuk deteksi
iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri), ekokardiografi.
b. Pembuluh darah: pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure, USG
karotis, fungsi endotel.
c. Otak: pemeriksaan neurologis, diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan
cranial computed tomo-graphy (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk
pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)
d. Mata: funduskopi retina
e. Fungsi ginjal: pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin, pemeriksaan laju filtrasi
glomerulus.
LO.3.7 Diagnosis Banding
1. Penyakit Jantung Hipertensi
Adanya riwayat hipertensi, kesan pembesaran jantung (perkusi), dan pada foto rontgen
terlihat pembesaran ventrikel kiri. Kemudian dengan faktor resiko umur yang rentan
terkena penyakit hipertensi dan penyakit jantung, dan juga tingkat stressor di lingkungan
kerja khususnya.
2. Hipertensi Pulmonal
Gejala yang dominan adalah tidak toleran terhadap kerja; kadang-kadang ada nyeri dada
prekordial, pusing, sinkop atau nyeri kepala. Kadang disertai tungkai dingin, penderita
tampak abu-abu disertai curah jantung rendah. Pada gambaran foto rontgen terdapat
pembesaran jantung (seperti nenas) bagian kiri dan kanan.
3. Hipertensi Sekunder
Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu. Misalnya: disebabkan oleh
penyakit ginjal (glomerulonefritis akut), penyakit endokrin (hipertiroid), tumor, karsinoid,
kelainan neurologis (ensefalitis, keracunan timah), stres akut dan lain-lain.
4. Koarktasio Aorta
Manifestasi klinis tergantung pada tempat dan luasnya obstruksi dan adanya anomali
jantung yang menyertainya, paling sering katup aorta bikuspidalis. Sebagian besar
keluhan bersifat asimtomatik seperti pusing dan ekstremitas dingin. Keluhan dapat
berupa nyeri kepala yang hebat serta epitaksis yang hilang timbul. Kelainan ini lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.
LO.3.8 Tata Laksana
LO.3.9 Pencegahan
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011:
1. Untuk mencegah risiko hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan garam sampai
di bawah 1500 mg/hari.
2. Diet yang sehat ialah bilamana dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan
segar, sayuran, rendah lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre).
3. Protein yang berasal dari tanaman
4. Olahraga yang teratur
5. Tidak mengkonsumsi alkohol
6. Mempertahankan berat badan pada kisaran BMI 18,5 24,9 kh/m2
7. Mengusahakan lingkar perut pada kisaran laki-laki 102 cm (Asia 90 cm), wanita 88
cm (Asia 80 cm)
8. Tidak merokok dimanapun dan kapanpun
LO.3.10 Komplikasi
1. Serebrovaskular: stroke, transient ischemic attracks, demensia vaskular;
2. Mata: retinopati hipertensif;
3. Kardiovaskular: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel kiri,
penyakit jantung koroner.
4. Ginjal: netropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis
5. Arteri perifer: klaudikasio intermiten.

LO.3.11 Prognosis
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan berlangsung seumur hidup
sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ (TOD). Hipertensi yang tidak diobati
meningkatkan: 35% semua kematian kardiovaskular, 50% kematian stroke, 25% kematian PJK,
50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian premature (mati muda), serta menjadi
penyebab tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal.

Anda mungkin juga menyukai