Gambar 3. Ringkasan efek-efek sistem saraf simpatis dan parasimpatis pada faktor-faktor yang
memengaruhi tekanan darah arteri rerata.
Gambar 3. Refleks baroreseptor untuk memulihkan tekanan darah ke normal. (a) refleks
baroreseptor sebagi respons terhadap peningkatan tekanan darah; (b) refleks baroreseptor
sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah.
LO.3.4 Patofisiologi
Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi:
1. Peran volume intravaskular
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara cardiac output (CO)
atau curah jantung (CJ) dan TPR (total peripheral resistance, tahapan total perifer) yang
masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Gambar 10. Disfungsi endotel adalah risiko akibat semua faktor risiko
LO.3.5 Manifestasi
1. Mual dan muntah
2. Nokturia
3. Sakit kepala saat terjaga akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
4. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
5. Gejala lainnya adalah pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarang), sukar
tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Berdasarkan kerusakan organ target:
1. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks,
defisit sensoris atau motoris.
2. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal tinggi (lebih dari
2 bantal).
3. Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit pucat anemis.
4. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten.
LO.3.6 Diagnosis
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi adalah the silent
killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami komplikasi di TOD. Secara
sistematik anamnesa dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Anamnesis
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
1) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
2) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian obat-obatan
analgesik/obat-obatan lain.
3) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
4) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronism)
c. Fakto-faktor risiko
1) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
2) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
3) Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya
4) Kebiasaan merokok
5) Pola makan
6) Kegemukan, intensitas olahraga
7) kepribadian
d. Gejala kerusakan organ
1) Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris.
2) Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal tinggi
(lebih dari 2 bantal).
3) Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai kulit pucat
anemis.
4) Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten.
e. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
f. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.
2. Pemeriksaan Fisis
Pengukuran tekanan darah (TD) dilakukan pada penderita yang dalam keadaan nyaman
dan relaks, dan dengan tidak tertutup/tertekan pakaian.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: tes darah rutin, glukosa darah
(sebaknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida
serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, hemoglobin dan
hematocrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin), elektrokardiogram.
4. Pemeriksaan Kerusakan Organ Target
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi:
a. Jantung: pemeriksaan fisik, foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung,
kondisi intra toraksndan sirkulasi pulmoner), elektrokardiografi (untuk deteksi
iskemia, gangguan konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri), ekokardiografi.
b. Pembuluh darah: pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure, USG
karotis, fungsi endotel.
c. Otak: pemeriksaan neurologis, diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan
cranial computed tomo-graphy (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk
pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif)
d. Mata: funduskopi retina
e. Fungsi ginjal: pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin, pemeriksaan laju filtrasi
glomerulus.
LO.3.7 Diagnosis Banding
1. Penyakit Jantung Hipertensi
Adanya riwayat hipertensi, kesan pembesaran jantung (perkusi), dan pada foto rontgen
terlihat pembesaran ventrikel kiri. Kemudian dengan faktor resiko umur yang rentan
terkena penyakit hipertensi dan penyakit jantung, dan juga tingkat stressor di lingkungan
kerja khususnya.
2. Hipertensi Pulmonal
Gejala yang dominan adalah tidak toleran terhadap kerja; kadang-kadang ada nyeri dada
prekordial, pusing, sinkop atau nyeri kepala. Kadang disertai tungkai dingin, penderita
tampak abu-abu disertai curah jantung rendah. Pada gambaran foto rontgen terdapat
pembesaran jantung (seperti nenas) bagian kiri dan kanan.
3. Hipertensi Sekunder
Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu. Misalnya: disebabkan oleh
penyakit ginjal (glomerulonefritis akut), penyakit endokrin (hipertiroid), tumor, karsinoid,
kelainan neurologis (ensefalitis, keracunan timah), stres akut dan lain-lain.
4. Koarktasio Aorta
Manifestasi klinis tergantung pada tempat dan luasnya obstruksi dan adanya anomali
jantung yang menyertainya, paling sering katup aorta bikuspidalis. Sebagian besar
keluhan bersifat asimtomatik seperti pusing dan ekstremitas dingin. Keluhan dapat
berupa nyeri kepala yang hebat serta epitaksis yang hilang timbul. Kelainan ini lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.
LO.3.8 Tata Laksana
LO.3.9 Pencegahan
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011:
1. Untuk mencegah risiko hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan garam sampai
di bawah 1500 mg/hari.
2. Diet yang sehat ialah bilamana dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan
segar, sayuran, rendah lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre).
3. Protein yang berasal dari tanaman
4. Olahraga yang teratur
5. Tidak mengkonsumsi alkohol
6. Mempertahankan berat badan pada kisaran BMI 18,5 24,9 kh/m2
7. Mengusahakan lingkar perut pada kisaran laki-laki 102 cm (Asia 90 cm), wanita 88
cm (Asia 80 cm)
8. Tidak merokok dimanapun dan kapanpun
LO.3.10 Komplikasi
1. Serebrovaskular: stroke, transient ischemic attracks, demensia vaskular;
2. Mata: retinopati hipertensif;
3. Kardiovaskular: penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel kiri,
penyakit jantung koroner.
4. Ginjal: netropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis
5. Arteri perifer: klaudikasio intermiten.
LO.3.11 Prognosis
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan berlangsung seumur hidup
sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ (TOD). Hipertensi yang tidak diobati
meningkatkan: 35% semua kematian kardiovaskular, 50% kematian stroke, 25% kematian PJK,
50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian premature (mati muda), serta menjadi
penyebab tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal.