E-mail: kinyis@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Hasta Terapetika pada bulan
Oktober 2016, menunjukkan data bahwa pasien stroke yang dilakukan terapi zona mengalami
peningkatan, sebanyak 25 pasien untuk bulan Juli, 45 pasien untuk bulan Agustus, dan 60
pasien pada bulan September. Hasil wawancara dengan 10 pasien, 8 orang mengatakan lebih
menyukai terapi zona, karena biaya yang lebih ringan dan hasil terapi juga cukup signifikan.
Tujuan : Mengetahui pengaruh terapi zona terhadap pemulihan kekuatan otot pada pasien
stroke di Hasta Terapetika Semarang. Metode : Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
rancangan penelitian pra-eksperimen dengan rancangan one-group pre-test post-test design
menggunakan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan pusposive sampling dengan sampel sebanyak 15 responden. Hasil : Data
dianalisis secara univariat dan bivariat. Rata-rata kekuatan otot sebelum dilakukan terapi zona
1,8 dan sesudah dilakukan terapi zona naik menjadi 2,8. Hasil analisis bivariat menggunakan
uji statistic Wilcoxon diperoleh p-value = 0,000 (< 0,05). Kesimpulan : Zona terapi efektif
untuk pemulihan kekuatan otot pada pasien Stroke di Hasta Terapetika Semarang.
Kata Kunci : Terapi zona, kekuatan otot, stroke
ABSTRACT
64
65
PENDAHULUAN
Serikat, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker. Stroke juga merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama
pada orang dewasa.9 Menurut data Heart and Stroke Foundation, sekitar 80% stroke
iskemik disebabkan oleh gangguan aliran darah keotak akibat gumpalan darah. Sekitar
20% stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan yang tidak terkontrol diotak.
terbesar di Asia. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Rendahnya kesadaran akan factor risiko stroke, kurang
dikenalinya gejala stroke, belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap
program terapi untuk pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan
yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi
terhadap peningkatan kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan
sebagai pendukung dan pelengkap pengobatan modern.1 ada berbagai macam pengobatan
tradisional, yaitu pengobatan yang menggunakan ramuan tanaman dan bahan binatang
alam dan manusia), serta pengobatan yang berdasarkan pada keterampilan seperti pijat,
Pijat dilakukan secara refleks oleh manusia untuk mengatasi keluhan di bagian
tubuhnya. Misalnya jika seseorang merasa sakit kepala, pasti tangan ada yang
memberitahunya terlebih dahulu. Demikian juga jika ada keluhan dibagian tubuh
lainnya.1 ada dasar teori yang rasional dan runtun panduannya mengenai cara pemijatan.
Ilmu ini pasti disusun dan diterapkan belakangan, sesudah ada upaya mengumpulkan
berbagai pengalaman dari warga masyarakat (secara empiris). Teori pemijatan yang
sudah dibukukan seperti buku Huang Di Nei Ching (Pengobatan Klasik Penyakit Dalam
Kaisar Kuning). Buku ini merupakan buku akupuntur yang pertama di Tiongkok, kurang
lebih 475 tahun Sebelum Masehi. Di dalamnya sudah memuat ramuan dan teknik
akupunktur, buku pengobatan tersebut juga memuat tentang tuina, yaitu pijat ala
Tiongkok.1
praktisi dan sebaliknya.1 Perlu dijaga kebersihan tubuh, tangan, alat-alat praktik harus
bersih, ruangan praktik juga harus bersih dan sirkulasi udara baik, serta tersedianya
kamar mandi. Pengobatan dapat menggunakan sarung tangan dan masker bila diperlukan.
Jika cara pijat tidak dilengkapi dengan hal-hal tersebut, maka akan sangat sulit
kepadanya. Informasi tersebut merupakan hak konsumen yang harus dijunjung dan
dipenuhi oleh setiap praktisi. Dengan menjelaskna kepada konsumen atau pasien
mengenai cara penyembuhan yang diperolehnya maka akan terjadi proses pembelajaran
yang sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak, selain sebagai pertanggungjawaban
terhadap ilmu yang dijadikan profesi bagi praktisi tersebut. Dengan penguasaan yang
67
runtun terhadap teori dan keterampilan ilmu pijat, hasil pijat dapat diharapkan sesuai
keluhan atau penyakit. Terapi zona ini juga berfungsi sebagai zona deteksi, yaitu tempat
dilakukannya deteksi terhadap penyakit atau keluhan, misalnya kalau disebuah zona
(area) ditekan lebih sensitif atau sakit maka organ zona tersebut dianggap sakit.1 Terapi
zona bisa digunakan untuk berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit stroke.
Penyakit stroke menurut riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa stroke
perkotaan.3
Menurut Wening, Indrawati, dan Dewi mengatakan bahwa kerusakan otak karena
stroke dapat menyebabkan kecacatan berupa kekakuan, kelemahan, atau kelumpuhan otot
yang menyulitkan aktivitas sehari-hai, seperti memakai baju, mandi, makan, atau
gerak atau tubuh tidak berubah posisinya. Kurang gerak berkepanjangan akan
osteoporosis, dan atrofi otot (otot-otot menjadi tipis dan mengecil karena jarang
digunakan). Kurang gerak juga dapat mengganggu peredaran darah tungkai yang dapat
menyebabkan pembentukan thrombus dan luka pada kulit karena kulit tertekan dalam
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Hasta Terapetika pada bulan Oktober
2017, menunjukkan data bahwa pasien stroke yang dilakukan terapi zona mengalami
peningkatan, sebanyak 25 pasien untuk bulan Juli, 45 pasien untuk bulan Agustus, dan 60
pasien pada bulan September, jadi rata-rata terdapat 43 pasien yang mendapatkan terapi
zona pada pasien yang sama baik itu pasien stroke hemorargik maupun pasien stroke non
68
kelemahan otot, sedangkan 3 orang pasien tidak mengalami kelemahan otot hanya
mengalami kesulitan bicara (pelo). Terapi zona pada pasien stroke yang di Hasta
Terapetika dilakukan sebanyak dua kali dalam satu minggu dan semua pasien tersebut
rutin untuk melakukan terapi zona baik yang berasal dari dalam kota maupun luar Kota
zona, selain memperoleh perubahan kesehatan yang semakin baik, yang tadinya tangan
atau kaki tidak dapat digerakkan, pelan-pelan mulai bisa digerakkan, bahkan ada yang
sudah bisa berjalan pelan-pelan meskipun dengan alat bantu jalan (walker). Selain itu
biaya terapi tersebut juga lebih ringan dibandingkan dengan berobat di rumah sakit.
Selain itu hasil wawancara dengan dua orang praktisi di Hasta Terapetika mengatakan
bahwa pasien sekarang lebih menyukai terapi komplementer, seperti terapi zona
dibandingkan dengan pengobatan medis di rumah sakit, selain biaya yang lebih ringan,
hasil yang diperoleh saat terapi juga cukup signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan
kunjungan rutin dari para pasien untuk dilakukan terapi zona. Berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh terapi zona
terhadap pemulihan kekuatan otot pada pasien stroke di Hasta Terapetika Semarang.
Tinjauan Teoritis
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi system
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala
ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian.13 Stroke adalah sindrom yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai
69
manifestasi klinis berupa deficit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma
ataupun infeksi susunan saraf pusat.14 Stroke merupakan penyebab kecacatan nomer satu di
dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Duapertiga stroke terjadi di Negara
berkembang. Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20%
Terapi alternatif adalah setiap bentuk praktik pengobatan yang berada di luar bidang dan
praktik pengobatan kedokteran modern20. Terapi alternatif digunakan diluar cara modern yang
biasa dilakukan di rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan lainnya.21 Terapi alternatif
merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak
termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan
alternatif menggunakan secara luas falsafah penyembuhan, pendekatan, dan berbagai jenis
Terapi zona merupakan suatu metode penyembuhan atau terapi dengan menekan
daerah-daerah tertentu berdasarkan pembagian zona atau daerah dalam tubuh yang
dipergunakan untuk merawat atau mengobati organ tubuh yang terganggu atau sakit.56
Terapizona berasal dari kata asing (Inggris), yaitu terapi dan zona. Terapi artinya perawatan
atau pengobatan dan zona artinya daerah/ lingkungan/ jalur. Ilmu ini berasal dari Negeri
Tiongkok beberapa ribu tahun yang lalu kemudian berkembang ke Eropa, Amerika, dan
Negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia. Menurut teori Tionghua kuno, tubuh
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan
rancangan one-group pre-test post-test design (rancangan pra-pasca test dalam satu
70
kelompok), dimana skala nyeri saat pemasangan infus diukur sebelum dan setelah
diberikan perlakuan berupa terapi zona.
Hasil Penelitian
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan zona
terapi di Hasta Terapetika Semarang
2 22 Juni 2017 (n=15)
Berdasarkan Tabel 4.2 tentang kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan
zona terapi dapat diketahui bahwa rata-rata kekuatan otot sebelum dilakukan terapi
zona 1,8 dengan kekuatan otot paling kecil 1 dan kekuatan otot paling besar 2 dengan
standar deviasi 0,414. Rata-rata kekuatan otot sesudah dilakukan terapi zona 2,8
dengan kekuatan otot paling kecil 2 dan kekuatan otot paling besar 3 dengan standar
deviasi 0,414.
Tabel 4.2
Analisa uji beda berpasangan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan zona
terapi di Hasta Terapetika Semarang
2 22 Juni 2017 (n=15)
Analisa
Kekuatan otot p-value
bivariat
Sebelum zona terapi Wilcoxon 0,000
Sesudah zona terapi
Sumber data primer 2017
Berdasarkan Tabel 4.4 tentang analisa bivariat dapat diketahui bahwa setelah
dilakukan uji statistik non-parametrik Wilcoxon diperoleh hasil p-value = 0,000 (<
0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan
Pembahasan
pasien stroke di Hasta Terapetika Semarang sebelum dilakukan zona terapi rata-
rata 1,8 dengan kekuatan otot paling kecil 1 dan kekuatan otot paling besar 2.
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/ atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau
darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit
neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf
pusat.14 Stroke merupakan penyebab kecacatan nomer satu di dunia dan penyebab
kematian nomor tiga di dunia. Dua pertiga stroke terjadi di Negara berkembang.
Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20%
usia.14
(66,7%) dan yang mengalami stroke hemorargik hanya 5 orang (33,3%). Hasil
wawancara dengan para terapis mengatakan bahwa zona terapi dilakukan pada
pasien dengan kondisi stroke yang masih baik, apabila pasien dengan kondisi
stroke yang berat dan dengan komplikasi, diindikasikan untuk berobat ke rumah
sakit. Salah satu penyebab stroke adalah hipertensi, hipertensi yang berlangsung
dalam jangka waktu lama dan tidak diobati beresiko menimbulkan berbagai
penelitian adalah 191,33/ 109,33 mmHg yang masuk dalam kategori tekanan
pasien stroke di Hasta Terapetika Semarang sesudah dilakukan zona terapi rata-
rata 2,8 dengan kekuatan otot paling kecil 2 dan kekuatan otot paling besar 3.
pada pasien yang telah dilakukan zona terapi. Zona terapi merupakan suatu metode
pembagian zona atau daerah dalam tubuh yang dipergunakan untuk merawat atau
mengobati organ tubuh yang terganggu atau sakit.56 Terapi zona berasal dari kata
asing (Inggris), yaitu terapi dan zona. Terapi artinya perawatan atau pengobatan
statistik non-parametrik Wilcoxon diperoleh hasil p-value = 0,000 (< 0,05). Jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah
pengobatan yang memadukan antara terapi syaraf dan terapi pembuluh darah.
zona langsung merangsang pusat syaraf dan melancarkan aliran darah yang
tersumbat, rasa sakit akan berkurang dan badan menjadi lebih segar. Fungsi saraf
yang baik menghasilkan kesegaran oragan dan peredaran darah yang lancar
Hasil penelitian diatas juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
pengaruh pijat refleksi telapak kaki terhadap kualitas tidur pada lansia sebelum dan
73
sesudah dilakukan pijat refleksi telapak kaki.4 Penelitian lain juga dilakukan oleh
Rezky, Hasneli, & Hasanah, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat pengaruh
terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.5
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
1. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan kategori usia paling
banyak middle age (45-59 Th), berat badan responden rata-rata 55,07 Kg, jenis stroke
paling banyak adalah stroke non hemorargik. Takanan darah rata-rata 191,33/ 109,33
mmHg.
2. Rata-rata kekuatan otot sebelum dilakukan terapi zona 1,8 dengan kekuatan otot paling
3. Rata-rata kekuatan otot sesudah dilakukan terapi zona 2,8 dengan kekuatan otot paling
0,000 (< 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot
Saran
3. Peneliti Selanjutnya
melakukan penelitian dengan menyertakan variabel lain yang lebih kompleks sehingga
pasien stroke.
4. Bagi masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya yang pernah sakit
stroke agar lebih meningkatkan praktik hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,
Daftar Pustaka
2. Wening S, Indrawati L, & Dewi CS. Care Your Self Stroke (Cegah dan Obati Sendiri).
Jakarta: Penebar Plus; 2016.
3. Waluyo S. 100 Questions and Answers. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2009.
4. Hermawan DA. Pengaruh pijat refleksi telapak kaki terhadap kualitas tidur pada lansia
di Panti Tresna Werdha Hargodedali Surabaya. Jurnal Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Vol IV. No 01 (3 Oktober 2016), 2015 : Halaman 13-20.
5. Rezky RA, Hasneli Y, & Hasanah O. Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi primer. JOM Vol II. No 02 (3 Oktober 2016) 2015 :
Halaman 1454-1462.
7. Smeltzer SC & Brenda GB. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta :
EGC; 2005.
10. Heart and Stroke Foundation. Ischemic Stroke and Hemorrhagic Stroke. Journal of Heart
and Stroke. ( 23 Desember 2016), 2015.
11. Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
12. Kemenkes RI. Info Datin: Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014.
14. Dewanto G. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC;
2009.
15. Mahendra & Rachmawati. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta: Niaga Swadaya;
2010.
16. Wahyu Genis Ginanjar. Stroke Hanya Menyerang Orangtua. Jakarta: Mizan; 2012.
18. Goolsby MJ & Grubbs L. Advanced Assessment to Differential Diagnosis. USA: F.A
Davis Company; 2006.
21. Mursito B. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Jakarta: Penebar Swadaya;
2007.
29. Soewito. Refleksologi Penyembuhan tanpa Obat, Injeksi dan Operasi. Jakarta: Titik
Terang; 2010.
31. Potter & Perry. Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
32. Guyton AC & Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
36. Mubarak WH. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
37. Varghese CT. Is Patients Preference for Medical Care Changing. Diakses dari
http://www.medicaholitic.com. Pada Tanggal 23 Januari 2016
39. Anderson & Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia; 1986.
42. Depdiknas. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdikbud. 2008.
47. Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC; 2008.
48. Nursalam. Konsep dan Metode Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.
49. Swarjana IK. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2012.
50. Swarjana IK. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Penerbit Andi;
2015.
77
51. Polit DF & Beck CT. Essentials of Nursing Research (Appraising Evidence for Nursing
Practice) edition 8th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
54. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba; 2008.
56. Kusyati E. Kumpulan Materi Komplementer terapi. Semarang: Karya Husada; 2016.
57. Umar H. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2007.
58. Friedman M, Bowden VR, & Jones EG. Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Riset, Teori,
dan Praktik). Jakarta: EGC; 2010.