Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Rekayasa Trafik

Rumus Rugi Erlang dan Cara


Membaca Tabel Erlang B

Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh

10
FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ELEKTRO 14038 Agung Yoke B, ST, MT

Abstract Kompetensi
Probabilitas kondisi adalah lamanya waktu suatu Mahasiswa/i dapat mengerti
kondisi berlangsung selama satu jam pengamatan rumus rugi erlang serta
(jam sibuk).Call Congestion (R(N)) adalah mengerti cara membaca
perbandingan antara jumlah panggilan yang tabel erlang B.
ditolak dengan jumlah panggilan selama 1 jam.
Time Congestion (P(N))
dapatdiartikansebagailamanyawaktudimanasemua
server (N) sibukberlangsungdalam jam-jam sibuk.
Tabel Erlang B digunakan untuk mencari nilai
kapasitas suatu kanal, jumlah kanal, maupun nilai
maximum offered load.
Pembahasan
Call Congestion

Probabilitas kondisi adalah lamanya waktu suatu kondisi berlangsung selama satu jam
pengamatan (jam sibuk).

Call Congestion (R(N)) adalah perbandingan antara jumlah panggilan yang ditolak
dengan jumlah panggilan selama 1 jam, atau dengan kata lain, R(N) adalah bagian panggilan
yang ditolak.

Time Congestion

Time Congestion (P(N)) dapat diartikan sebagai lamanya waktu dimana semua server
(N) sibuk berlangsung dalam jam-jam sibuk. P(N) adalah bagian waktu dimana N server
sibuk. Untuk kedatangan yang acak, P(N) = R(N).

Rumus rugi erlang dapat digunakan untuk menghitung prosentase panggilan yang
hilang bila trafik yang ditawarkan dan jumlah server (ingat, server bias berupa berkas saluran
keluar, timeslot dsb.) diketahui.

Rumus P(N) adalah sebagai berikut:

B = Blocking

N = Jumlah Server

A = Koefisien kelahiran/Koefisien kematian = /

2016 Rekayasa Trafik


2 Agung yoke B, ST, MT
Kebuntuan Saluran (Congestion)

Adalah perencanaan yang tidak ekonomis apabila merancang jaringan yang selalu dapat
melayani berapapun trafik yang mungkin dalam sistem telekomunikasi. Misalnya pada
sentral telepon, secara teori dapat diwujudkan bahwa setiap pelanggan bisa melakukan
panggilan secara simultan. Maka keadaan ini akan memerlukan biaya yang sangat besar, dan
mungkin tidak pernah diterapkan dalam praktek.
Karena keadaan ideal tersebut tidak pernah diimplementasikan, maka keadaan yang
terjadi adalah, bahwa semua trunk dalam satu grup trunk sangat sibuk, dan tidak dapat lagi
menampung panggilan yang datang. Keadaan ini dinamakan kebuntuan saluran atau
congestion. Dalam satu sentral, panggilan yang datang pada kondisi congestion akan
menunggu sampai ada satu outgoing trunk yang bebas. Jadi dalam hal ini, panggilan tersebut
ditunda tapi tidak gagal. Sistem semacam ini disebut sebagai queuing system atau delayed
system. Sebaliknya, satu sistem yang membuang panggilan yang tidak segera dapat jalur
outgoing, sistem ini dinamakan lost-call system.
Dalam lost-call system, akibat dari congestion adalah, jumlah panggilan yang terlayani
(traffic carried atau calls answered) lebih kecil dari jumlah percobaan panggilan seluruhnya
(traffic offered atau call attempted). Dapat ditulis kemudian hubungan tersebut sebagai,

Traffic carried = traffic offered traffic lost

Jumlah panggilan yang gagal atau tertunda karena congestion adalah merupakan ukuran
dari layanan yang diberikan oleh sistem sentral. Ukuran yang dimaksud disebut sebagai
grade of service (GOS). Untuk lost-call system, grade of service, B, didefinisikan sebagai,

Jml panggilan gagal


B = ---------------------------------
Jml panggilan yang dicoba
Atau,
Trafik yang gagal
B = -------------------------
Trafik yang dicoba

Jadi, bila trafik A erlang ditawarkan untuk satu grup trunk yang mempunyai nilai GOS,
B, maka trafik yang gagal (seizure) sebesar AB dan trafik yang terlayani sebesar A(1-B)
erlang. Makin besar nilai GOS, maka makin jelek layanan yang diberikan. (Mungkin hal ini
akan cocok bila disebut sebagai grade of disservice). Nilai GOS biasanya ditentukan pada
perioda jam-sibuk. Pada perioda yang lain, nilai tersebut pasti lebih baik. Penentuan nilai

2016 Rekayasa Trafik


3 Agung yoke B, ST, MT
GOS harus dilakukan secara berhati-hati, karena bila terlalu besar, maka pengguna jasa
telepon sering mengalami kegagalan untuk mendapat sambungan. Tetapi bila nilai tersebut
terlalu kecil, maka banyak peralatan yang tersedia jarang dioperasikan, sehingga
penyediaannya tidak efektif. Pada prakteknya, nilai GOS pada jam-sibuk dapat bervariasi
dari, 1 dalam 1000, yang biasa terjadi pada trunk pada umumnya (biaya sambung murah)
dalam satu sentral, atau sampai 1 dalam 100, yang terjadi pada koneksi antar sentral. Atau
1 dalam 10, yang terjadi pada koneksi internasional yang biasanya mahal.

Akhirnya, masalah mendasar penentuan ukuran satu sistem telefoni, yang disebut
sebagai dimensioning problem 1 , adalah, berangkat dari satu nilai trafik yang
dikehendaki (given), A, dan kemudian memilih nilai GOS, B, dan kemudian
menghitung jumlah trunk, N, yang diperlukan.

Contoh:
Dalam perioda jam-sibuk, 1200 panggilan dicoba dilakukan pada satu grup trunk, dan 6
panggilan gagal. Rata-rata durasi panggilan 3 menit.
Hitung : (1) trafik yang dicoba, (2) trafik yang terlayani, (3) trafik gagal, (4) nilai GOS, (5)
durasi total perioda congestion ?
Jawaban :
(1) trafik yang dicoba, A = Ch/T = 1200 x 3/60 = 60 E
(2) trafik yang terlayani = 1194 x 3/60 = 59,7 E
(3) trafik gagal = 6 x 3/60 = 0,3 E
(1) grade of service, B = 6/1200 = 0,005
(2) durasi perioda congestion = 0,005 x 3600 = 18 sekon

1
Istilah yang dirujukpadasatujadualskill upgrading/workshop yang diselenggarakan ITU
Menurutrekomendasi ITU-T,
umumnyainvestasijaringantelekomunikasiberkisarpadanilaiprosentasesebagaiberikut :
Fasilitaspelanggan 16%
Saluranpelanggan 27%
Sentral local primer 27%
Jaringaninterlokal 23%
Bangunandantanah 10%

2016 Rekayasa Trafik


4 Agung yoke B, ST, MT
Pengukuran Trafik

Bagi operator, nilai trafik sesungguhnya yang terjadi dalam perioda jam-sibuk
merupakan hal yang sangat penting, terutama kapan terjadi satu kondisi yang overload.
Sehingga kemudian dengan data tersebut dapat direncanakan penambahan peralatan yang
diperlukan. Untuk menuju langkah itu, maka perlu dibuat satu sistem pemantauan yang terus
menerus. Tapi kenapa kemudian dapat terjadi keadaan overload ?, apakah tidak diprediksi
sebelumnya dalam perencanaan ?. Jawabannya ya.
Berdasarkan data pengukuran lapangan tersebut, maka untuk peralatan yang dirancang
kemudian, misalnya untuk rancangan satu sentral di lokasi lain, haruslah dapat menampung
trafik yang akan berkembang di masa mendatang di lokasi layanannya. Perkiraan
(forecasting) tersebut haruslah seakurat mungkin. Satu metoda pemantauan adalah,
penghitungan jumlah panggilan pada beberapa saat dengan interval 5 menit dalam perioda
jam-sibuk. Dengan metoda yang sama, diterapkan juga sistem ini pada sistem sentral modern
dengan menggunakan komputer. Metoda tersebut dicontohkan pada soal berikut ini.

Contoh:
Observasi dilakukan pada beberapa jalur sibuk dalam satu grup junction untuk beberapa
saat dengan interval 5 menit dalam perioda jam-sibuk. Hasil yang diperoleh adalah :

11, 13, 8, 10, 14, 12, 7, 9, 15, 17, 16, 12 panggilan

Jadi, dilakukan duabelas pemantauan dan dapat diperkirakan bahwa, trafik yang terjadi
sebesar,

A = (11+13+8+10+14+12+7+9+15+17+16+12)/12 = 12 E

Beberapa Parameter Unjuk Kerja

Beberapa parameter ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi unjuk kerja


jaringan kalau tidak boleh dikatakan sebagai kegagalan yang terjadi pada jaringan tersebut.
Parameter tersebut antara lain adalah, Answer Bid Ratio (ABR) atau Successfull Call Ratio
(SCR), Answer Seizure Ratio (ASR), dan Occupancy (O). Parameter ini biasanya dinyatakan

2016 Rekayasa Trafik


5 Agung yoke B, ST, MT
dalam nilai prosentase. Masing-masing parameter tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut.

Jml panggilan terjawab


ABR = --------------------------------- ................................ (10-1)
Jml panggilan yang dicoba
Jml panggilan terjawab
ASR = --------------------------------- ................................ (10-2)
Jml panggilan yang gagal
Intensitas trafik
O = -------------------- = A/N ................................... (10-3)
Jml kanal

Dalam manajemen jaringan dibutuhkan ketersediaan data real time yang akurat dengan
jumlah yang cukup. Data unjuk kerja jaringan itu merupakan output dalam bentuk laporan,
yang diperoleh dengan cara, otomatik, terjadwal, ataupun sesuai permintaan.

Contoh:.
Dalam suatu sistem telepon, durasi rata-rata panggilan selama 2 menit. Tetapi
sekarang satu panggilan telah berlangsung 4 menit. Bagaimanakah kemungkinan trafik
dengan kondisi,

1. Panggilan tersebut akan tetap berlangsung 4 menit lagi ?


2. Panggilan tersebut akan berakhir dalam 4 menit berikutnya ?

Jawaban :

Kemungkinan atau probabilitas dapat diasumsikan tidak bergantung pada waktu yang
telah berlalu.

1. P (T 5 ) e
t / h
= e 5/5 = e 1 = 0,367
2. P (T 6 ) 1 P(T 6) = e 6/5 = 1 0,301 = 0,698

2016 Rekayasa Trafik


6 Agung yoke B, ST, MT
Penjelasan :

Pada butir-1 menunjukkan kemungkinannya terjadi satu keadaan dimana satu


panggilan berlangsung terus selama 4 menit, sementara rata-rata durasi panggilan
selama 2 menit. Jadi t = 4 menit, dan h = 2 menit. Sehingga bila terjadi 20 panggilan,
kemungkinan yang akan bertilpun sampai 4 menit kemudian atau lebih dari 4 menit
sebelumnya, hanya 0,135 atau sebanyak 2,7 panggilan.

Selanjutnya, untuk keadaan butir-2, kemungkinannya adalah selebihnya dari kon-


disi butir-1, sehingga kemungkinannya merupakan selisih dari 100% dengan 13,5% .

Asumsi pure-chance traffic mempunyai arti bahwa, terdapat jumlah panggilan yang besar, sehingga x
dapat mempunyai nilai antara nol dan tak-berhingga, serta jumlah kemungkinannya maksimum
harus sebesar satu. Jadi, bila datangnya panggilan mengikuti distribusi Poisson, maka jumlah
panggilan yang sedang berlangsung juga demikian. Keadaan ini memerlukan jumlah trunk yang tak
terbatas atau tak berhingga. Bila jumlah trunk yang tersedia terbatas, maka beberapa panggilan akan
mengalami gagal mendapat jalur bebas, atau tertunda (sistem waiting list), sehingga distribusinya
tidak lagi mengikuti distribusi Poisson. Distribusi probabilitas kondisi terakhir ini, dikenal sebagai
probabilitas lost-call systems.

Cara MembacaTabelErlang B

Contoh:

1. Diketahuijumahkanal (N) adalah 5 dannilai B adalah 0.5%. Makadalamtabelerlang


B di bawah, dapatdiketahuibahwakapasitas (A)kanaltersebutadalah 1.132 Erlang.

2016 Rekayasa Trafik


7 Agung yoke B, ST, MT
2. Diketahuinilai B adalah 0.5 % dankapasitas (A) kanaladalah 93 Erlang.
Makadalamtabelerlang B di
bawahperludilakukaninterpolasiuntukmendapatkanjumlahkanal (N)

Interpolasi:

(114-112)/(93.8-92.0) = (114 x)/(93.8 93.0)

x = 113.111. Bulatkan keatas menjadi 114, maka jumlah kanal (N) adalah 114 kanal.

2016 Rekayasa Trafik


8 Agung yoke B, ST, MT
Tabel Erlang B:

2016 Rekayasa Trafik


9 Agung yoke B, ST, MT
2016 Rekayasa Trafik
10 Agung yoke B, ST, MT
2016 Rekayasa Trafik
11 Agung yoke B, ST, MT
DaftarPustaka

1. Jolley, E.H. 1984; Introduction to Telephony & Telegraphy, YP Chopra for AH


Wheeler & Company Ltd, Allahabad.
2. Siemens 1962; Introduction to Telephone Engineering, Siemens & Halske AG,
Berlin.
3. Suhana, Ir., et. al 1984; Buku Pegangan Teknik Telekomunikasi, Pradnya Paramita,
Jakarta.
4. Villy B. Iversen. Teletraffic Engineering and Network Planning. Technical University
of Denmark. 2006.

2016 Rekayasa Trafik


12 Agung yoke B, ST, MT

Anda mungkin juga menyukai